paper psak 16_jadi.docx

38
ASET TETAP PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 16 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas aset tetap. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda. Yang tidak termasuk dalam Aset Tetap (Plant, Property Equipment) dalam PSAK 16 ini : a. Aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan sesuai dengan PSAK 58 b. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (Lihat PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral); c. Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya tidak terbarui lainnya. Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk mengembangkan atau memelihara aset yang dijelaskan dalam b dan c. Pernyataan lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan pendekatan yang berbeda dari Pernyataan ini. Misalnya, PSAK 30 : Sewa mensyaratkan suatu entitas untuk mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan risiko dan imbalan. Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi tertentu

Upload: putuyudhi2089

Post on 21-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ASET TETAPPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 16

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas aset tetap.

Ruang LingkupPernyataan ini diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda.Yang tidak termasuk dalam Aset Tetap (Plant, Property Equipment) dalam PSAK 16 ini :a. Aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan sesuai dengan PSAK 58b. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (Lihat PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral);c. Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya tidak terbarui lainnya.Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk mengembangkan atau memelihara aset yang dijelaskan dalam b dan c.Pernyataan lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan pendekatan yang berbeda dari Pernyataan ini. Misalnya, PSAK 30 : Sewa mensyaratkan suatu entitas untuk mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan risiko dan imbalan. Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi tertentu lainnya untuk aset tersebut, termasuk penyusutan, diatur oleh Pernyataan ini.Entitas yang menggunakan model biaya untuk properti investasi sesuai PSAK 13 : Properti Investasi menggunakan model biaya dalam Pernyataan ini.

DefinisiBerikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam PSAK 16 ini:Aset tetap adalah aset berwujud yang:a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; danb. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, misalnya PSAK 53 : Pembayaran Berbasis Saham.Jumlah tercatat adalah nilai aset yang diakui setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya.Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikuranginilai residunya.Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas entitas yang diharapkan timbul dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.Nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.Nilai wajar adalah jumlah untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.Umur manfaat adalah:periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas, ataujumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh entitas.

A. PENGAKUANBiaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut; danb. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap. Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria atas nilai agregrat tersebut.Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti, atau memperbaikinya.Sebagai contoh sebuah mesin, manfaat ekonomis di masa mendatang adalah potensi arus kas dalam bentuk pendapatan yang diterima di masa mendatang yang dihasilkan dari penggunaan mesin tersebut dalam proses produksi. Mesin tersebut akan digunakan untuk membuat item yang diakui sebagai Persediaan barang jadi. Ketika Persediaan tersebut dijual, entitas tersebut akan menerima manfaat ekonomi dalam bentuk kas. Ada kemungkinan bahwa semakin cepat aset tersebut diperoleh, maka manfaat ekonomi masa mendatang akan diterima. Biaya perolehan aset biasanya dapat diukur secara andal ketika diperoleh, karena aset tetap berwujud secara normal diakui ketika item tersebut diperoleh melalui pembelian.

Biaya Perolehan AwalAset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomi masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomi masa depan yang lebih besar dari aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomi yang dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh. Sebagai contoh, pabrik kimia mungkin menerapkan proses penanganan kimiawi yang baru dalam rangka memenuhi ketentuan lingkungan yang berlaku untuk produksi dan penyimpanan zat kimiawi berbahaya; perbaikan pabrik yang terkait diakui sebagai aset karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat memproduksi dan menjual zat-zat kimiawi. Namun demikian, jumlah tercatat aset tersebut dan aset lain yang terkait harus di-review untuk menguji apakah telah terjadi penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48 : Penurunan Nilai Aset.

Biaya-biaya Setelah Perolehan AwalSesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07, entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di dalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap.Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara periodik. Contoh, tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah digunakan sekian jam, demikian juga interior pesawat terbang seperti tempat duduk dan dapur perlu diperbarui beberapa kali sepanjang umur rangka pesawat. Entitas dapat juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan penggantian yang tidak terlalu sering dilakukan, seperti mengganti dinding interior suatu bangunan, atau melakukan suatu penggantian yang tidak berulang. Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07, entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan (lihat paragraf 67-73).Agar aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi teratur terlepas apakah ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suat penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas apakah biaya inspeksi terdahulu teridetifikasi dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset tetap tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang akan dilakukan di masa depan dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut diperoleh atau dibangun.Contoh pengakuan awal Aset Tetap:PT HIHO mengeluarkan biaya-biaya berikut sebelum menempatkan sebuah mesin ke bagian produksi :Harga pembelian sebelum rabat dan pajakRp12.200.000Potongan rabat 600.000Pajak yang dapat dikembalikan 1.200.000Biaya arsitek 700.000Biaya instalasi 100.000Kerugian operasi sebelum pengoperasian mesin 250.000

Diminta : Hitunglah biaya-biaya yang seharusnya diakui sebagai harga perolehan mesin seperti yang dinyatakan dalam SAK 16 oleh PT HIHO.

Jawab :Biaya yang harus dikapitalisasi sebagai Mesin dalam laporan posisi keuangan adalah :

Harga pembelian dikurangi rabat (Rp12.200.000 600.000)Rp11.600.000Biaya arsitek 700.000Biaya instalasi 100.000Rp12.400.000

Contoh Analisa, Pengukuran dan Pengakuan Atas Perolehan Aset Tetap BangunanProses analisa dan pengukuran adalah penentu proses pengakuan. Dengan digunakan ilustrasi kasus terhadap seorang yang bernama Linda ini diterangkan mengenai pengakuan aset tetap bangunan.Di suatu pagi, sambil menyerahkan sebuah folder atasan menginstruksikan, Ini transaksi pembelian rumah, tolong dicatat. Apa yang harus dilakukan oleh Linda?1. Pertama, MENGANALISA Linda membuka folder plastik bening itu dan mengeluarkan isinya. Ia menemukan Akte Jual Beli Rumah tertanggal 17 April 2014 dengan Nomor 125. Jika saya sebagai Linda, maka yang muncul di dalam benak saya adalah beberapa pertanyaan:(a) Apakah transaksi pembelian rumah ini sudah memperoleh persetujuan dari Direktur? Dari akte jual beli Linda mengetahui bahwa transaksi dilakukan langsung oleh direktur. Sehingga transaksi ini sudah sah keberadaannya.(b) Untuk apa perusahaan membeli rumah? Siapa yang akan menggunakan? Apakah penggunaan rumah ini nantinya akan ada hubungannya dengan operasional perusahaan? Manfaat apa yang diperoleh oleh perusahaan dengan membeli rumah ini? Jawaban atas pertanyaan ini penting, sebab akan menentukan apakah transaksi ini akan diakui sebagai ASET TETAP BANGUNAN (PSAK 16,PPE) yang akan digunakan untuk menunjang operasional perusahaan atau ASET INVESTASI BANGUNAN (PSAK 13) yang akan dijual kembali suatu ketika nanti? Dari atasannya Linda mendapat jawaban bahwa rumah dibeli rencananya untuk difungsikan sebagai kantor cabang baru sekaligus gudang penyimpanan barang.(c) Siapa yang bertindak sebagai penjual? Apakah perorangan, perusahaan umum atau perusahaan pengembang (developer)? Jawaban atas pertanyaan ini penting terkait dengan perpajakan. Dari akte jual-beli Linda telah menemukan jawaban bahwa penjualnya adalah perusahaan pengembang alias developer.(d) Apakah sudah dibayar? Berapa besarnya? Apakah ada biaya-biaya lainnya? Setelah rogoh-rogoh, Linda menemukan slip transfer bank tertanggal 17 April 2014 dengan Nomor 140417 dengan nilai Rp 2.5 Milyar. Disamping slip transfer Linda juga menemukan kwitansi pembayaran komisi perantara sebesar Rp 25 Juta, dan kwitansi pembayaran notaris sebesar Rp 7.5 Juta. Artinya rumah yang dibeli beserta biaya-buaya yang menyertai telah dibayar lunas.(e) Apakah rumahnya sudah jadi? Jika sudah, apakah sudah bisa langsung digunakanthus perusahaan langsung memperoleh manfaatatau perlu renovasi agar bangunan bisa digunakan? Jika belum, kapan jadinya? Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan kapan perolehan atas rumah ini diakui dan apakah akan diakui sebesar nilai rumahnya saja atau ditambah biaya-biaya yang menyertai. Dari akte jual-beli Linda sudah mendapat jawaban bahwa rumah akan jadi dan siap pakai selambat-lambatnya pada tanggal 01 April 2015.(f) Apakah pembelian ini disertai PPN atau PPh? Siapa yang menanggung PPN atau PPh-nya? Apakah sudah disetor dan dilaporkan? Berapa besarnya? Jawaban ini penting untuk mengakui adanya PPN atau PPh. Setelah menghungi penjual Linda mendapat jawaban bahwa developer yang menjual rumah berstatus PKP. Developer berjanji akan segera mengirimkan Faktur sebagai bukti bawa pembelian rumah telah dipungut PPN sebesar 10%.2. Kedua, MENGUKUR PSAK 16 (Paragraf 15) menyebutkan, Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Dan Paragraf 16 menyebutkan, Biaya perolehan aset tetap meliputi:(a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; (b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen; (c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Dari PSAK dan jawaban atas pertanyaan di proses analisa Linda bisa menghitung besarnya nilai pembelian rumah yang akan diakui, yakni:Dari slip transfer = Rp 2.5 MilyarKomisi perantara = Rp 25 JutaPembayaran notaris = Rp 7.5 JutaPPN Tak bisa dikreditkan = Rp 250 Juta (10% x Rp 2.5 Milyar) (+)Total Harga Perolehan Rumah = Rp 2,532,500,0003. Ketiga, MENGAKUI Ada 3 persoalan utama yang muncul pada setiap proses pengakuan, yaitu:(a). Apa Yang Diakui? PSAK 16 (Paragraf 07) menyebutkan, Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:(a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut; dan (b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Pada proses analisa (pertanyaan b) telah terjawab bahwa rumah dibeli oleh perusahaan dengan rencana akan difungsikan sebagai kantor cabang baru sekaligus gudang. Sehingga sudah pasti Linda akan mengakui transaksi ini sebagai perolehan ASET TETAP Kantor dan Gudang di sisi debit dan pengeluaran kas di sisi kredit.(b) Berapa Besaran Yang Diakui? Dari proses pengukuran Linda sudah tahu bahwa perolehan Aset Tetap Kantor dan Gudang di sisi debit dan pengeluaran kas di sisi kredit akan diakui sebesar Rp 2,532,500,000. Dengan demikian Linda akan memasukkan jurnal atas pembelian rumah sebagai berikut:[Debit]. Aset Tetap Kantor dan Gudang = Rp 2,532,500,000[Kredit]. Kas = Rp 2,532,500,000(c) Kapan Diakui? Nah ini agak repot. PSAK 16 Paragraf 7 diatas seolah-olah menyatakan bahwa, asalkan manfaatnya sudah pasti bagi perusahaan dan nilai perolehannya telah bisa diukur secara andal, maka aset bisa diakui. Masalah utama yang dihadapi oleh Linda, FISIK ASET-nya BELUM ADA! Apakah Linda sudah bisa mengakuinya sebagai aset bangunan? Apakah mungkin mengakui aset bangunan sementara bangunannya sendiri belum ada? Apa yang akan terjadi bilakarena suatu dan lain hal (entah kabur atau bangkrut)developernya gagal menyerahkan rumah itu pada waktunya? Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa ditemukan di PSAK. Menurut penulis contoh, syarat pengakuan ASET TETAP perlu ditambahkan point (c) yakni: bila fisik aset telah tersedia.Solusi sementara untuk Linda jangan akui sebagai aset kantor dan gudang. Sebab fisik bangunannya sendiri belum ada. Sebagai gantinya, Linda bisa mengakui transaksi ini sebagai DEPOSIT atau UANG MUKA Bangunan. Sehingga jurnal tertanggal 17 April 2014 menjadi sbb:[Debit]. Uang Muka Bangunan = Rp 2,532,500,000[Kredit]. Kas = Rp 2,532,500,000Uang Muka Bangunan masuk kelompok asetditempatkan setelah Persediaan sebelum Aset Tetap, bersamaan-sama dengan kelompok uang muka-uang muka lainnya seperti uang muka supplier, uang muka pajak, dlsb.Kapan diakui sebagai Aset Kantor dan Gudang?Jawaban: Pada saat bangunan diserahterimakan dan dibaliknamakan dari developer ke perusahaan, jika tidak ada halangan pada tanggal 01 April 2015, seperti tertera di dalam akte jual-beli. Pada saat itu Linda bisa membuat jurnal penyesuaian (adjustment) untuk menghapus uang muka bangunan sekaligus mengakui aset kantor dan gudang, sebagai berikut:[Debit]. Aset Tetap Kantor dan Gudang = Rp 2,532,500,000[Kredit].Uang Muka Bangunan = Rp 2,532,500,000Setelah jurnal penyesuaian dimasukkan maka akun Uang Muka Bangunan akan bersaldo NOL (terhapus) di satu sisinya, dan akun Aset Kantor dan Gudang muncul dengan saldo sebesar nilai perolehannya.Dalam praktek bisnis, membayar dimuka atas barang yang wujud fisiknya belum terlihat adalah lumrah, namun mengandung risiko yang besar. Oleh sebab itu, harus ada sistim pengendalian yang prudent. Mengakui pembayaran atas bangunan yang belum jadi sebagai uang muka adalah cara yang baik untuk maksud tersebut. Sehingga pihak manajemen akan selalu diingatkan setiap kali melihat Neraca bahwa Kas perusahaan (sebesar Rp 2,532,500,000) masih berada di tangan developer. Hal ini akan membuat mereka selalu ingin memantau perkembangan proses pembangunan gedung tersebut.

B. PENGUKURAN SAAT PENGAKUANMenurut PSAK 16, Aset tetap yang memenuhi syarat pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan.Biaya perolehan aset tetap meliputi:a. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;b. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen;c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:a. biaya irnbalan kerja yang timbul secara langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap;b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik;c. biaya penanganan dan penyerahan awal;d. biaya perakitan dan instalasi;.e. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (seperti contoh hasil dari peralatan yang sedang diuji); danf. komisi profesional.

Contoh biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah :a. biaya pembukaan fasilitas baru;b. biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi);c. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan.d. biaya administrasi dan biaya overhead umum lain.

Sebagian kegiatan terjadi sehubungan dengan konstruksi atau pengembangan aset tetap, tetapi tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Kegiatan insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama aktivitas konstruksi atau pengembangan. Misalnya, penghasilan yang diperoleh dari pengunaan lahan lokasi bangunan sebagai tempat parkir mobil sampai konstruksi dimulai. Disebabkan kegiatan insidental ini tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen, maka penghasilan dan beban terkait dari kegiatan insidental diakui dalam laba rugi dan diklasifikasikan dalam penghasilan dan beban.Biaya perolehan suatu aset yang dikonstruksi sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana aset yang diperoleh bukan dengan konstruksi sendiri. Jika entitas membuat aset serupa untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya konstruksi aset untuk dijual. Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian pula biaya pemborosan yang terjadi dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam aset yang dikonstruksi sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset tersebut.Pengukuran Biaya PerolehanBiaya perolehan aset tetap tersebut diukur pada nilai wajar kecuali:a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; ataub. Nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal.Aset yang diperoleh diukur dengan cara tersebut bahkan jika entitas tidak dapat segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur pada nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.Entitas menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial dengan mempertimbangkan sejauh mana ekspektasi arus kas masa depan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial jika:a. konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda dengan konfigurasi arus kas dari aset yang diserahkan; ataub. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh oleh transaksi berubah sebagai akibat dari pertukaran; danc. selisih di (a) atau (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan.Untuk tujuan penentuan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh oleh transaksi tersebut menggambarkan arus kas sesudah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas menyajikan perhitungan yang rinci.

Bagaimana cara mencatat transaksi pembelian aktiva tetap secara tunai?Adanya transaksi pembelian secara tunai, akan menambah nilai aktiva tetap tersebut di sebelah debet sebesar harga perolehannya.Contoh 1:Pada tanggal 5 Januari 2000 dibeli tunai sebuah mesin dengan harga perolehan sebagai berikut:- Harga beli Rp10.000.000,00- Biaya angkutan Rp 1.000.000,00- Biaya bongkar muat Rp 300.000,00- Biaya pemasangan Rp 1.200.000,00- Biaya percobaan Rp 500.000,00Harga perolehan Rp13.000.000,00Jurnal untuk mencatat pembelian mesin:Jan 5 Mesin Rp 13.000.000,00 Kas Rp 13.000.000,00Dalam hal aktiva tetap dibeli secara gabungan, misalnya pembelian tanah dengan gedung yang ada di atasnya, harga perolehan dapat dialokasikan atas dasar perbandingan harga pasar masing-masing aktiva atau atas dasar taksiran Kantor Pajak.Contoh 2 :Tanggal 10 Januari 2000, dibeli tanah dengan bangunannya dengan harga Rp100.000.000,00 (termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehannya). Menurut taksiran Kantor Pajak aktiva tersebut dinilai sebagai berikut:- Harga tanah Rp50.000.000,00- Harga bangunan Rp30.000.000,00Jumlah Rp80.000.000,00 Atas dasar taksiran tersebut, harga perolehan masing-masing aktiva dapat ditetapkan sebagai berikut:Harga perolehan tanah = (Rp50.000.000,00 : Rp80.000.000,00) x Rp100.000.000,00 = Rp62.500.000,00Harga perolehan bangunan = (Rp30.000.000,00 : Rp80.000.000,00) x Rp100.000.000,00 = Rp37.500.000,00Jurnal untuk mencatat pembelian tanah dan bangunan adalah sebagai berikut:Jan. 10 Tanah Rp62.500.000,00 Bangunan Rp37.500.000,00 Kas Rp100.000.000,00

Bagaimana cara mencatat transaksi terkait pembangunan aktiva tetap?Ketika suatu perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aktiva tetapnya, maka biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses pembangunan aktiva tetap itu berlangsung akan dicatat sebagai berikut:Aktiva tetap dalam konstruksi Rp xxx Kas yang dibayarkan Rp xxxSetelah aktiva tersebut selesai dibangun, maka akan dicatat sebagai berikut:Aktiva tetap Rp xxx Aktiva tetap dalam konstruksi Rp xxx

Bagaimana cara mencatat transaksi perolehan aktiva tetap melalui pertukaran dengan aktiva non moneter?Aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva non moneter, secara umum dicatat sebesar harga pasar aktiva tetap yang diterima. Selisih antara harga pasar yang diterima dengan harga buku aktiva yang diserahkan, dicatat sebagai rugi atau laba pertukaran. Harga buku adalah harga menurut catatan atau harga perolehan setelah dikurangi dengan jumlah penyusutan (akumulasi penyusutan).Contoh:Tanggal 20 Januari 2000, sebuah mesin yang mempunyai harga pasar wajar Rp4.000.000,00, diperoleh dengan menyerahkan peralatan sebagai pertukaran. Harga perolehan peralatan menurut catatan, sebesar Rp5.000.000,00 dan telah disusutkan sebesar Rp1.500.000,00.Perhitungan untuk pertukaran adalah sebagai berikut:Harga pasar mesin yang diterima Rp4.000.000,00Harga buku peralatan yang diserahkan- Harga perolehan Rp5.000.000,00- Jumlah penyusutan (akumulasi penyusutan) (Rp1.500.000,00)(Rp 3.500.000,00)Laba pertukaran Rp 500.000,00Jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran:Jan. 5MesinRp4.000.000,00Akumulasi penyusutan peralatan Rp1.500.000,00PeralatanRp5.000.000,00Laba pertukaran peralatan Rp 500.000,00Jika harga pasar mesin adalah Rp3.000.000,00, maka perhitungannya:Harga pasar mesin yang diterima Rp3.000.000,00Harga buku peralatan yang diserahkan- Harga perolehan Rp5.000.000,00- Jumlah penyusutan (akumulasi penyusutan) (Rp1.500.000,00) (Rp3.500.000,00)Rugi pertukaran Rp 500.000,00Jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran:Jan. 5MesinRp3.000.000,00Akumulasi penyusutan peralatan Rp1.500.000,00Rugi pertukaranRp 500.000,00PeralatanRp5.000.000,00

Bagaimana cara mencatat transaksi perolehan aktiva tetap melalui sumbangan? Aktiva tetap yang diperoleh melalui sumbangan/hadiah/donasi, diakui sebesar taksiran nilai pasar aktiva tetap, disertai dengan mengkredit akun modal. Contoh:Tanggal 5 Juli 2000, diterima sebagai sumbangan seperangkat peralatan kantor. Harga pasar wajar peralatan tersebut adalah seharga Rp 3.500.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:Jan. 5Peralatan KantorRp3.500.000,00Modal Donasi Rp3.500.000,00

C. PENGUKURAN SETELAH PENGAKUANModel pengukuran aset tetap terdiri dari : Model Biaya (Cost Model) Model Revaluasi (Revaluation Model)Entitas harus menerapkan kebijakan tersebut secara konsisten keseluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Misalnya, sebuah entitas memilih model revaluasi untuk semua kelompok Tanah dan Bangunan, dan model biaya untuk kelompok Pabrik dan Peralatannya.1. Model Biaya (Cost Model)Dengan model biaya, aset tetap dicatat pada Harga Perolehan Rpxxx (biaya perolehan+pengeluaran tambahan)Akumulasi penyusutan(Rpxxx)Rugi penurunan nilai (Rpxxx)Nilai aset tetap Rpxxx

Penurunan Nilai (impairment)Aset tetap yang digunakan dalam kegiatan operasi entitas, lama kelamaan akan mengalami penyusutan nilai. Dan besarnya penyusutan nilai aset tetap tersebut diukur dengan mengalokasikan harga perolehan aset ke seluruh masa penggunaan aset. Penyusutan nilai aset ini akibat penggunaan dianggap sebagai penurunan nilai yang wajar. Dalam laporan posisi keuangan aset tetap berwujud disajikan pada nilai tercatatnya yaitu harga perolehan minus akumulasi penyusutan.Setiap akhir periode akuntansi, entitas wajib mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai. Yang dimaksud dengan penurunan nilai aset terjadi jika nilai tercatatnya melebihi dari nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount). Menurut SAK 48 Penurunan Nilai Aset, nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual netto dengan nilai pakai (value in use) suatu aset. Indikasi penurunan nilai dapat merujuk ke sumber di luar perusahaan maupun sumber dari dalam perusahaan (SAK 48 par 8).1. Informasi dari luar perusahaan Selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara signifikan melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi (amortisasi); Telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum tempat perusahaan beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan dari aset tersebut. Selama periode tertentu, tarif diskonto pasar (tingkat kembalian investasi pasar) telah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai aset yang dapat diperoleh kembali secara material.1. Informasi dari dalam perusahaan Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aset; Terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang diharapkan. Arus kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari arus kas taksiran, sebelum diperhitungkan diskonto. Jika entitas menemukan indikasi-indikasi di atas terjadi pada aset tetapnya, maka entitas tersebut akan mengukur rugi penurunan nilai. Konsep materialitas berlaku dalam mengidentifikasi perlu tidaknya menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset. Jika perbedaan antara nilai tercatat aset dengan nilai yang dapat dipulihkan kembali tidak signifikan, maka entitas dapat mengabaikan perbedaan tersebut.

Pengukuran Kerugian Penurunan NilaiKerugian penurunan nilai diakui jika nilai tercatat aset tetap melebihi dari nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) aset tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan nilai aset melebihi dari penurunan normal akibat depresiasi.Nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual netto dengan nilai pakai (value in use).

Harga Jual NettoHarga jual netto adalah jumlah yang dapat diperoleh kembali dari penjualan aset dalam transaksi antarpihak yang bebas (arm length transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait. Jika aset tersebut diperdagangkan secara aktif di pasar, maka harga jual di pasar dikurangi dengan biaya yang dapat dibebankan secara langsung pada penghentiannya merupakan bukti terbaik mengenai harga jual netto.Biaya-biaya yang terkait secara langsung pada penghentian aset misalnya biaya legal, pajak, dan biaya untuk membuang aset.

Harga Pasar-Biaya-Biaya penghentian asetHarga Jual Netto=

Jika aset tersebut tidak diperdagangkan di pasar, harga jual netto dapat ditentukan melalui informasi terbaik yang tersedia dalam kondisi tersebut untuk menunjukkan jumlah yang dapat diperoleh perusahaan.

Nilai pakai (Value in Use)Penaksiran nilai pakai suatu aset meliputi tahap berikut ini : Penaksiran arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian dan penghentian aset tertentu Penerapan tarif diskonto (discount rate) yang memadai.

1. Model Revaluasi (Revaluation Model)Selain menggunakan metode biaya, entitas diperbolehkan menilai aset tetapnya dengan model revaluasi, yaitu aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu:Nilai wajar pada tanggal revaluasi Rpxxx Akumulasi penyusutan(Rpxxx) (sejak revaluasi terakhir)Akumulasi Rugi penurunan nilai (Rpxxx) (sejak revaluasi terakhir)Nilai aset tetap RpxxxNilai wajar tanah dan bangunan ditentukan oleh penilai profesional berdasar bukti pasar, sedangkan untuk pabrik dan peralatan menggunakan nilai pasar. Jika tidak terdapat nilai pasar yang andal (misal, karena aset yang khusus dan jarang diperjualbelikan), estimasi nilai wajar ditentukan menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti tersusutkan (income or a depreciated replacement cost approach).

Jika model revaluasi diadopsi maka : Aset harus direvaluasi secara reguler maka nilai tercatat aset tersebut tidak berbeda secara material dari nilai wajarnya Sekali aset tetap direvaluasi, maka semua aset dalam kelompok tersebut harus ikut direvaluasi untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainpada tanggal berbeda.Frekuensi pelaksanaan revaluasi 1. Untuk aset yang perubahan nilai wajarnya signifikan dan fluktuatif, revaluasi dilakukan secara tahunan1. Untuk aset yang perubahan nilai wajarnya berubah tidak signifikan, bisa dalam tiga atau lima tahun sekaliPerlakuan atas akumulasi penyusutan aset tetap yang direvaluasi:1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset, sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.1. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut.

Keuntungan RevaluasiKetika aset dinilai melebihi nilai tercatatnya, maka akan timbul keuntungan dari revaluasi, dan : Keuntungan revaluasi dimasukkan dalam pos Laba Komprehensif Lainnya (OCI) dan tidak dimasukkan dalam laba rugi periode berjalan, masuk dalam surplus revaluasi (ekuitas). Terdapat perkecualian, jika pada periode lalu terdapat rugi revaluasi, dimana rugi revaluasi diakui sebagai beban/rugi pada periode kemarin, maka keuntungan revaluasi akan diakui sebagai laba periode berjalan; bukan dalam pos Laba Komprehensif Lainnya.Ketika laba revaluasi diakui dalam Laba Komprehensif Lainnya, ketentuan SAK 1 mensyaratkan bahwa pajak yang terkait dengan revaluasi tersebut seharusnya juga dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya. Sebagai contoh : jika terdapat keuntungan revaluasi tanah sebesar Rp1.500.000 sebelum pajak, dan tarif pajak 30%, maka laba komprehensif lainnya sebesar Rp1.500.000 dikurangi pajak Rp450.000. Disini akan ada peningkatan Rp1.500.000 pada nilai tercatat tanah, dan ditandingkan dengan peningkatan Rp1.050.000 di Cadangan Revaluasi Aset dan Rp450.000 di Liabilitas Pajak (Pajak yg Ditangguhkan).JurnalnyaLand1.500.000Revaluation surplus 1.050000Deffered tax liabilities 450.000

Rugi RevaluasiKetika aset tetap direvaluasi turun dari nilai tercatatnya maka akan timbul rugi revaluasi. Jumlah penurunan dalam penilaian seharusnya diakui dalam laba rugi periode berjalan (tidak dalam laba komprehensif lainnya). Terdapat perkecualian, jika rugi revaluasi ditandingkan dengan keuntungan pada periode sebelumnya yang dilaporkan pada laba komprehensif lainnya, maka penurunan di laba komprehensif lainnya dilaporkan pada pendapatan komprehensif lainnya dan tidak diakui sebagai rugi.Contoh 1 :PT XYZ memiliki aset yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan yang bertanggal 31 Desember 2011 sebagai berikut :Harga perolehanRp450.000Akumulasi penyusutan( 300.000)Nilai tercatat Rp150.000

Pada tanggal 31 Desember 2011 aset tersebut direvaluasi pada nilai wajarnya Rp600.000

Diminta :1. Buatlah jurnal untuk mencatat pengaruh revaluasi tersebut, abaikan pajak.1. Jelaskan bagaimana revaluasi tersebut akan dilaporkan dalam laporan keuangan per 31 Desember 2011.1. Jelaskan bagaimana perlakuan akuntansi untuk revaluasi apakah akan berbeda jika pada periode sebelumnya terdapat rugi revaluasi Rp200.000 yang diakui sebagai rugi pada laporan laba rugi periode sebelumnya.1. Jelaskan bagaimana perlakuan akuntansi jika revaluasi pada (a) dan (b) apakah akan berbeda jika dikenai pajak 30%?Jawab :1. Pajak diabaikanJurnal yang dicatat :Aset Tetap (PPE)Rp150.000Akumulasi PenyusutanRp300.000Surplus RevaluasiRp450.000

1. Sebagai akibat dari revaluasi ini, aset akan dicatat pada laporan posisi keuangan sebesar Rp600.000, tanpa akumulasi penyusutan. Dan terjadi peningkatan Rp450.000 pada Laba Komprehensif Lainnya (OCI). Kenaikan pada laba Komprehensif Lainnya ini terkait dengan peningkatan pada aset tetap sebesar Rp450.000.Pada laporan laba komprehensif per 31 Desember 2011, akun Laba Komprehensif Lainnya termasuk Surplus Revaluasi sebesar Rp450.000.1. Jika revaluasi (naik) Rp450.000 ditandingkan dengan kerugian revaluasi periode sebelumnya Rp200.000, maka surplus revaluasi akan digunakan menutup kerugian yang telah diakui pada periode sebelumnya, dan diakui sebagai laba Rp200.000 pada periode berjalan, dan sisanya Rp250.000 akan dilaporkan sebagai laba komprehensif lainnya.1. Jika mengenakan pajak 30%, maka laba komprehensif lainnya seharusnya melaporkan revaluasi sebesar Rp450.000 dikurangi pajak 30% (Rp135.000). Nilai tercatat aset akan meningkat dari Rp450.000 menjadi Rp600.000 tanpa akumulasi penyusutan. Dan di Cadangan Revaluasi akan meningkat Rp315.000 (Rp450.000 Rp135.000) dan terdapat peningkatan pajak tangguhan Rp135.000. Jurnal :Aset Tetap (PPE)Rp150.000Akumulasi PenyusutanRp300.000Surplus RevaluasiRp315.000Pajak TangguhanRp135.000

Contoh 2 :PT ABC melaporkan aset tetap pada laporan posisi keuangan per 31 Desember 2011 sebagai berikut :Harga perolehanRp450.000Akumulasi Penyusutan ( 300.000)Nilai tercatat Rp150.000

Pada tanggal 31 Desember 2011 aset tersebut direvaluasi pada nilai wajarnya Rp600.000,-Pada akhir tahun 2012, aset tersebut disusutkan Rp60.000, dan pada akhir 2012 aset tersebut direvaluasi lagi dan nilai wajarnya Rp500.000,-Diminta : Tentukan jumlah yang dimasukkan ke dalam Cadangan Revaluasi pada awal Januari 2013. Abaikan pajak.Jawab :Pada tanggal 31 Desember 2012, nilai tercatat aset sebesar Rp600.000 dikurangi akumulasi penyusutan Rp60.000 = Rp540.000.Aset tersebut akan direvaluasi ke Rp500.000; karena itu cadangan revaluasi akan dikurangi Rp40.000.Jurnal :Akumulasi penyusutanRp60.000Surplus RevaluasiRp40.000Aset TetapRp100.000

Pada akhir tahun 2012 aset akan dinilai Rp500.000, dengan akumulasi penyusutan 0, dan cadangan revaluasi terkait dengan aset tetap tersebut akan berkurang, dari Rp450.000 menjadi Rp410.000.Pengurangan Rp40.000 pada Cadangan Revaluasi akan ditandingkan dengan keuntungan pada 2011 (yang sebelumnya diakui dalam Laba Komprehensif Lainnya). Pengurangan ini akan mengurangi Laba Komprehensif Lainnya pada 2012.

Catatan : Pengenaan pajak 30% pada keuntungan revaluasi, maka Laba Komprehensif Lainnya akan berkurang Rp40.000 dikurangi pajak 30% (Rp12.000), dan pajak tangguhan akan berkurang Rp12.000.

Perhitungan keuntungan atau kerugian revaluasiJika revaluasi dilakukan pada akhir tahun, entitas harus menyusutkan aset tetap pada periode terjadinya revaluasi, maka yang harus dilakukan entitas adalah:1. Hitunglah penyusutan aset untuk tahun tersebut, kemudian1. Hitunglah keuntungan revaluasi dari perbedaan antara nilai wajar akhir tahun tersebut dengan nilai tercatat aset tetap awal tahun dikurangi dengan penyusutan tahun berjalan.Perlakuan atas surplus revaluasi untuk aset yang dihentikan pengakuannyaKetika aset dihentikan pengakuannya, surplus revaluasi yang melekat pada aset tersebut dapat dipindahkan langsung ke saldo laba. Pemindahan ini tidak dilakukan melalui laba rugi.Perubahan kebijakan akuntansi Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi, maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif.

D. PENYUSUTAN ASET TETAPTujuan PenyusutanSAK 16 menyatakan bahwa tujuan penyusutan adalah mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari sebuah aset tetap dengan basis sistematis selama umur manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan dari aset tetap adalah : Harga perolehan dikurangi estimasi nilai residu, jika mengadopsi model biaya Jumlah biaya yang disubtitusikan, dikurangi estimasi nilai sisa, jika mengadopsi model revaluasi.Pembebanan penyusutan memiliki dampak penyebaran harga perolehan/nilai wajar aset selama periode keuangan yang akan menerima manfaat dari penggunaan aset tersebut.Beban penyusutan selama satu periode (apakah berdasarkan harga perolehan atau nilai yang direvaluasi) diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi komprehensif.Semua aset tetap berwujud harus disusutkan, kecuali Tanah, yang secara umum memiliki masa manfaat tak terhingga (indefinite) kecuali tanah yang digunakan dalam pertambangan atau industri sejenis.

Penyusutan untuk bagian dari aset1. Biaya perolehan bagian jumlahnya signifikan terhadap total biaya perolehanSetiap bagian dari aset tetap yang biaya perolehannya cukup signifikan terhadap total biaya perolehan aset, harus disusutkan secara terpisah. Hal ini dimungkinkan karena aset tersebut memiliki masa manfaat yang berbeda dan juga metode penyusutan yang berbeda pula.Sebagai contoh : Sebuah pesawat terbang, rangka dan mesin memiliki masa manfaat yang berbeda dan oleh karena itu harus disusutkan secara terpisah. Hal yang sama juga untuk Bnagunan, struktur luar akan disusutkan lebih lama dibanding elevator atau peralatan mesin pendingin ruangan yang dirakit dalam gedung. Sebagai contoh struktur gedung akan disusutkan selama masa manfaat 50 tahun, sedangkan elevator mungkin disusutkan selama 10 tahun dan mesin pendingin ruangan selama 15 tahun.Jika beberapa bagian yang signifikan dari suatu aset tetap memiliki umur manfaat dan periode penyusutan yang sama, maka bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan dan disusutkan bersamaan.1. Biaya perolehan bagian jumlahnya tidak signifikan terhadap total biaya perolehanEntitas dapat memilih , apakah bagian itu akan disusutkan secara terpisah atau tidak.

Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Jumlah yang disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 : Laba dan Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya, sepanjang nilai residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah suatu waktu tertentu aset tersebut digunakan atau setelah bagian tertentu dari manfaat suatu aset dikonsumsi. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur ekonomis dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa. Tanah dan bangunan merupakan aset yang berbeda dan harus diperlakukan sebagai aset yang terpisah, meskipun diperoleh sekaligus. Bangunan memiliki umur manfaat yang terbatas, dan karenanya harus disusutkan. Peningkatan nilai tanah di mana di atasnya didirikan bangunan tidak mempengaruhi penentuan jumlah yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut. Tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau lainnya diperlakukan sesuai dengan PSAK 47: Akuntansi Tanah.

Metode PenyusutanMetode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi menfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25.Metode yang dapat digunakan antara lain : Metode Garis Lurus (straight line) Metode Saldo Menurun (diminishing balance method) Metode Jumlah Unit (sum of the unit method)

Contoh Metode Penyusutan :PT Yuro memiliki sebuah mesin yang dibeli seharga Rp4.400.000 pada tanggal 1 Januari Y1. Mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai residu Rp1.400.000.

Diminta :Hitunglah beban penyusutan untuk Y1 dan Y2 jika menggunakan :a) Metode garis lurus (asumsi mesin tersebut memiliki umur manfaat 4 tahun)b) Metode saldo menurun (menggunakan tarif 25%)c) Metode unit produksi (basis kapasitas mesin yang ditaksir memiliki kapasitas 100.000 unit dan pada Y1 menghasilkan 28.000 unit dan Y2 menghasilkan 26.000 unit.

Tunjukkan nilai tercatat aset pada akhir tahun Y1 dan akhir tahun Y2.

Jawab :a) Jumlah yang dapat disusutkan = Rp4.400.000 Rp1.400.000 = Rp3.000.000Tarif penyusutan garis lurus per tahun = Rp3.000.000/4 tahun= Rp750.000

b) Metode saldo menurun =Y1 = 25% x Rp4.400.000 = Rp1.100.000Y2 = 25% x Rp3.300.000 = Rp 825.000

c) Metode unit produksi Tarif penyusutan = Rp3.000.000/100.000 unit = Rp30/unitBeban penyusutan Y1 = Rp30/unit x 28.000 unit = Rp840.000Beban penyusutan Y2 = Rp30/unit x 26.000 unit = Rp780.000

Metode Garis LurusMetode Saldo MenurunMetode unit produksi

Harga perolehan4.400.0004.400.0004.400.000

Penyusutan tahun Y1(750.000)(4,4 jt x 25%)(1.100.000)(28.000 x 30)(840.000)

Nilai tercatat akhir tahun Y13.650.0003.300.0003.560.000

Penyusutan tahun Y2(750.000)(3,3 jt x 25%)(825.000)(26.000 x 30)(780.000)

Nilai tercatat akhir tahun Y22.900.0002.475.0002.780.000

Contoh Perubahan Metode Penyusutan:PT Yuro memiliki sebuah mesin yang harga perolehan awalnya Rp30.000.000,- pada tanggal 1 Januari Y1. Mesin tersebut tidak memiliki nilai sisa. Masa manfaat mesin ditaksir 10 tahun dan akan disusutkan dengan metode garis lurus. Pada akhir tahun ke 4, ketika akan menyiapkan laporan keuangan tahun Y4, PT Yuro memutuskan mengganti metode penyusutan dari garis lurus ke metode saldo menurun dengan tarif 25%.

Diminta : hitunglah beban penyusutan pada tahun Y4.

Jawab :Perubahan estimasi akuntansi terjadi pada akhir tahun Y4, tetapi perubahan tersebut diterapkan untuk laporan keuangan sejak 1 Januari tahun Y4. Metode saldo menurun diterapkan untuk laporan tahun Y4.

Harga perolehan awal sejak 1 Januari Y1Rp30.000.000Penyusutan selama 3 tahun (Y1 s.d. Y3)(Rp30.000.000/10 x 3 tahun) (9.000.000)Nilai tercatat pada akhir tahun Y3Rp21.000.000

Penyusutan Y4 = Rp21.000.000 x 25%= Rp5.250.000

Contoh Perubahan Masa Manfaat :PT Multi memiliki sebuah mesin yang harga perolehan awalnya Rp60.000.000 pada tanggal 1 Januari Y1. Mesin tersebut tidak memiliki nilai residu. Dan mesin tersebut akan disusutkan selama 10 tahu umur manfaatnya dengan basis garis lurus. Pada tanggal 31 Desember Y4, PT Multi merevisi umur penggunaan mesin total 8 tahun.

Diminta : hitunglah beban penyusutan pada akhir tahun Y4 dan tahun-tahun selanjutnya.

Jawab:Perubahan estimasi akuntansi dilakukan pada akhir tahun Y4, dan perubahan ini akan dilaporkan pada pelaporan keuangan tahun Y4 dan seterusnya. Harga perolehanRp60.000.000Akumulasi penyusutan 3 th( 18.000.000)Nilai tercatat pada awal Y4Rp42.000.000

Sisa umur manfaat = 8 tahun 3 tahun = 5 tahunBeban Penyusutan Y4 = Rp42.000.000 x 1/5 = Rp8.400.000

Contoh Metode Penyusutan Angka TahunMetode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun memiliki konsep yang sama dengan metode penyusutan saldo menurun berganda. Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun juga merupakan metode penyusutan yang dipercepat dengan pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap.Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan. Dalam metode ini, beban penyusutan ditentukan dengan mengalikan biaya perolehan awal aset dikurangi estimasi nilai sisa dengan pecahan yang lebih kecil setiap tahunnya.

Angka penyebut dalam pecahan yang digunakan untuk menentukan beban penyusutan adalah jumlah angka tahun selama masa manfaat aset. Sebagai contoh, aset tetap dengan masa kegunaan 4 tahun akan memiliki angka penyebut 10 (4 + 3 + 2 + 1).Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta. Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9 juta.ThBiaya Perolehan Dikurangi Nilai SisaTingkat PenyusutanPenyusutanAkumulasi Penyusutan pada Akhir TahunNilai Buku pada Akhir Tahun

19.000.0004/103.600.0003.600.0006.400.000

29.000.0003/102.700.0006.300.0003.700.000

39.000.0002/101.800.0008.100.0001.900.000

49.000.0001/10900.0009.000.0001.000.000

E. PENGUNGKAPAN ASET TETAPSAK 16 paragraf 74 mensyaratkan laporan keuangan harus mengungkapkan aset tetap : Dasar pengukuran yang digunakan (model biaya atau model revaluasi) Metode penyusutan yang digunakan Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode Rekonsiliasi antara pembukaan dan penutupan nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan, yang menunjukkan : Penambahan dalam satu tahun Pelepasan dalam satu tahun Beban penyusutan tahun ini Aset yang diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual Akuisisi aset melalui kombinasi bisnis Kerugian penurunan nilai Dampak revaluasiInformasi yang perlu diungkapkan adalah sebagai berikut : Detail aset yang digadaikan sebagai jaminan atas utang tertentu Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah aset tetap yang sedang dalam konstruksi Jumlah komitmen kontraktual dalam rangka akuisisi aset tetap Nilai kompensasi yang diterima dari pihak ketiga terkait dengan penurunan nilai, kerugian atau penyerahan. Untuk aset yang direvaluasi : Tanggal revaluasi efektif Penggunaan tenaga penilai independen Metode-metode dan asumsi-asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar Pendalaman tentang nilai wajar yang ditentukan dari harga di pasar aktif atau dari transaksi antar pihak yang independen baru-baru ini. Untuk setiap kelompok aset yang direvaluasi, berapa nilai tercatat yang disajikan jika menggunakan model biaya Total surplus revaluasi, dengan menunjukkan perubahan saldo cadangan revaluasi pada periode berjalan.

Contoh Pengungkapan Aset tetap dalam CALK :

Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Januari 2012. Jakarta: Salemba Empat. Purwanti, Dyah. (2011). Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Nn. (2013). Transaksi Perolehan Aktiva Tetap. http://yukbelajar-akuntansi.blogspot.com/2013/03/transaksi-perolehan-aktiva-tetap.html diakses tanggal 23 Oktober 2014 pukul 21.07 JAK,Mr. (2014). Pengakuan Aset Tetap Bangunan Belum Jadi. http://jurnalakuntansikeuangan.com/2014/04/pengakuan-aset-tetap-bangunan-belum-jadi/ diakses tanggal 23 Oktober 2014 pukul 21.25 Astuti,Sri. (2013). Metode Penyusutan Aktiva Tetap : Jumlah Angka Tahun. http://keuanganlsm.com/metode-penyusutan-aktiva-tetap-jumlah-angka-tahun/ diakses tanggal 23 Oktober 2014 pukul 21.51 Nn. (2013). Laporan Keuangan Konsolidasi (Audited) PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk tahun 2013 dan 2012. http://jayakonstruksi.com/report/download/December%202013.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2014 pukul 22.15