paper organ penegak hukum persaingan usaha (calon makalah)
TRANSCRIPT
Organ Penegak Hukum Persaingan Usaha
Oleh: Muhammad Rifki (1006687966)
I. Organ Penegak Hukum Persaingan Usaha
Agar suatu aturan dapat ditegakkan secara baik diperlukan organ penegak hukum. Suatu
aturan hukum yang baik secara formil tidak akan berjalan baik jika tidak didukung organ
penegak hukumnya. Di Indonesia telah ada badan khusus penegakkan hukum persaingan
(competition law enforcement agency). Badan ini di Indonesia melalui Undang-undang No. 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat disebut
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), yaitu lembaga independen yang terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pihak lain, yang berwenang melakukan pengawasan persaingan usaha
dan menjatuhkan sanksi. Sanksi tersebut berupa tindakan administratif, sedangkan sanksi pidana
adalah wewenang pengadilan.1
Sebelum berbicara tentang KPPU akan dikemukakan organ-organ penegakan hukum
persaingan usaha di beberapa Negara:
Kanada: Competition Bureau
Kanada adalah salah satu Negara yang pertama kali memiliki aturan hukum untuk
mencegah tindakan-tindakan menghambat perdagangan yang dilakukan melalui persetujuan
perusahaan-perusahaan. Ketentuan ini sudah dimiliki kanada pada tahun 1899 dan ketentuan
yang komprehensif baru diundangkan pada tahun 1986.2
The Competition Bureau adalah institusi penegak hukum independen yang bertugas
memastikan kegiatan bisnis dan konsumen Kanada yang makmur di pasar kompetitif dan
inovatif.3 Namun, meski independen, kementrian industri dapat memerintahkan Competition
Bureau yang dikepalai Director of Investigation and Research ini untuk melakukan investigasi
terhadap kasus-kasus tertentu.
1 Penjelasan Umum UU No. 5 Tahun 19992 Aries Siswanto, Hukum Persaingan Usaha (Salatiga: Ghalia Indonesia, 2002) hal. 503 http://www.competitionbureau.gc.ca/eic/site/cb-bc.nsf/eng/home
Competition Act 1986 pada dasarnya mengenal dua jenis tindakan yang dianggap
melanggar ketentuan persaingan usaha. Pertama, tindakan yang oleh Competition Act 1986
dianggap sebagai tindak pidana. Termasuk dalam pelanggaran pidana ini adalah persekongkolan,
bid-rigging, diskriminasi harga, predatory pricing, price maintenance, serta iklan yang
menyesatkan. Kedua, tindakan yang disebut sebagai “reviewable practices”, yakni pelanggaran
Competition Act 1986 tetapi bukan tindak pidana. Reviewable practices di antaranya meliputi
merger, abuse of dominance, refusals to deal, exclusive dealing, dan tied selling. Reviewable
practices diperiksa oleh Competition Tribunal institusi administrative quasi-judisial yang tidak
memiliki kewenangan menerapkan pidana. Meskipun demikian kewenangan Tribunal ini cukup
besar diantaranya memerintahkan diberhentikannya tindakan yang tergolong “reviewable
practices” serta memerintahkan dilakukannya pemecahan asset atau saham perusahaan. Biarpun
reviewable practices bukan tindak pidana namun pelaku yang gagal mematuhi perintah
Competition Tribunal diancam denda atau kurungan serta bisa dianggap menghina pengadilan.
Berkaitan dengan dua jenis tindakan yang ada berdasar Competition Act 1986,
Competition Bureau dapat menyelidiki baik pidana maupun reviewable practices.4
Prancis: Le Conseil De La Concurrence
Le Conseil De La Concurrence adalah otoritas administratif independen, yang
mengkhususkan diri dalam menganalisis dan mengatur operasi pasar yang kompetitif, untuk
menjaga tatanan ekonomi.5
Le Conseil De La Concurrence dibentuk berdasarkan ordonansi tahun 1986 dibidang
persaingan usaha Sebelumnya Prancis telah ada badan serupa yang bernama la Commission de
la Concurrence namun la Commission hanya memiliki kewenangan konsultatif, sedangkan la
Conceil bisa membuat keputusan.
Apabila terjadi pelanggaran tindakan antipersaingan, concerted actions dan
penyalahgunaan posisi dominan, la Conseil bisa menetapkan denda hingga 5% dari total sales
terhadap perusahaan pelanggar. Keputusan la Conseil dapat disbanding melalui Paris Court of
Appeals.6
4 Ibid. hal.51.5 http://www.autoritedelaconcurrence.fr/user/standard.php?id_rub=126 Ibid hal.52.
Jerman: Bundeskartellamt
Bundeskartellamt atau Federal Cartel Office adalah otoritas persaingan usaha yang
independen dengan tugas melindungi persaingan usaha di Jerman. Perlindungan persaingan
usaha adalah kunci dari tujuan regulasi dalam sistem ekonomi pasar. 7 Secara Institusional badan
ini dibawah Kementrian Ekonomi, namun dalam menangani kasus badan ini bersifat independen.
Selain itu Jerman juga mempunyai Monopolkommission (Monoplies Commission) yang
beranggotakan ahli hukum dan ekonomo. Namun, hanya memiki fungsi reporting, reviewingdan
rekomendasi.8
Amerika Serikat: The Federal Trade Commission dan Antitrust Division of The Departement
of Justice (FTC dan DOJ-AD)
Penegakan hukum persaingan di AS (Antitrust Law) terutamanya dibebankan kepada dua
institusi, yakni the federal trade commission (FTC) dan Antitrust Division of the Departement of
Justice (DOJ-AD).
FTC dibentuk melaui Federal Trade Act 1914, FTC berwenang melakukan penyelidikan
dan investigasi serta menindak pelanggaran atas antitrust law. Hukum AS menentukan FTC
hanya bisa menangani Antitrust Law secara perdata tidak terhadap tindak pidana antitrust.
FTC mempunyai beberapa biro yaitu, Biro Perlindunga Konsumen (Bureau of Consumer
Protection), Biro Persaingan (The Bureau of Competition) dan Biro Ekonomi (the Bureau of
Economics).
Tugas Biro Perlindungan Konsumen adalah melindungi konsumen dari praktek-praktek
yang tidak adil, menipu, atau tidak jujur. Biro ini melaksanakan UU perlindungan konsumen.
Kewenangan Biro ini mencangkup investigasi ke perusahaan individu (Individual Company) dan
Industri. Biro ini juga membuat peraturan proses beracara serta memberikan pendidikan bagi
konsumen dan bisnis9
7 http://www.bundeskartellamt.de/wDeutsch/bundeskartellamt/BundeskartellamtW3DnavidW262.php8 Siswanto,Op.Cit.,hal.52.
9 Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks (Jakarta: GTZ,2009) hal. 319
Biro Persaingan di dalam FTC bertugas mencegah merger yang berakibat pada tidak
adanya persaingan (anticompetitive mergers) dan praktek bisnis anti kompetitif lainnya, Biro ini
mempromosikan kebebasan konsumen untuk memilih barang dan jasa di pasaran dengan harga
dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk menunjang bisnis dengan memastikan
tingkat persaingan yang adil di antara para pesaing. Biro ini melaksanakan tugas dengan
mereview usulan merger (proposed mergers) dan efek anti kompetisi lainnya. Apabila syarat
syarat telah dipenuhi, Biro Persaingan dapat merekomendasikan FCT untuk mengambil langkah
penegakan hukum formal untuk melindungi konsumen. Biro ini juga berfungsi sebagai sumber
riset dan kebijakan dalam masalah persaingan dan menyediakan panduan untuk pelaku usaha.
Biro Ekonomi membantu FTC mengevaluasi adanya efek ekonomi dari suatu perbuatan.
Untuk melakukan hal tersebut, Biro ini melakukan analisis ekonomi, membantu investigasi dan
pembuatan peraturan persaingan dan perlindungan konsumen. Biro ini juga menganalisa akibat
peraturan pemerintah dalam hal persaingan dan konsumen serta memberikan analisa ekonomi
dari proses pasar kepada Kongres. Biro Ekonomi juga menyediakan panduan dan bantuan untuk
pelaksanaan perlindungan konsumen dan persaingan. Dalam bidang persaingan usaha, Biro ini
berpartisipasi dalam investigasi terhadap dugaan tindakan anti persaingan dan menyediakan
saran dari segi ekonomi. Jika penegakan hukum mulai dilaksanakan, Biro ini mengintegrasikan
analisis ekonomi ke dalam proses penegakan hukum dengan cara antara lain menghadirkan saksi
ahli dan bekerja sama dengan Biro Persaingan untuk menentukan tindakan pemulihan yang
pantas. Dalam masalah perlindungan konsumen, Biro ini menyediakan bantuan ekonomi dan
analisa terhadap tindakan Komisi yang potensial dalam kasus kasus perlindungan konsumen.
Biro Ekonomi juga menyediakan analisa terhadap tingkat sanksi yang pantas untuk membuat jera
tindakan yang merugikan konsumen.10
Ujung tombak lain dalam penegakan antitrust AS adalah DOJ-AD. Dalam perkara
perdata organ ini memiliki kewenangan dengan FTC. Untuk mencegah tumpang tindih
penanganan kasus antitrust secara perdata FTC dan DOJ-AD membagi jurisdiksi atas jenis
industri.
FTC memusatkan perhatian pada industri yang konsumennya memiliki tingkat
pengeluaran tertinggi seperi jasa kesehatan, obat-obatan, makanan, energy, teknologi computer,
10 Ibid.hal.319
video serta TV kabel. Meski demikian dalam kasus tertentu seperti kasus perusahaan
mikroprosesor kedua otoritas ini saling berebut dalam penanganan kasus.
Sedangkan dalam sisi pidana hanya bisa dilakukan DOJ-AD, bukan FTC sehingga tidak
ada tumpang tindih penegakan hukum persaingan dibidang pidana.11
Indonesia: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
KPPU Lahir dari UU no. 5 tahun 1999, secara internal UU ini UU ini diharapkan dapat
menjadi solusi atas berbagai permasalahan dalam dunia usaha selama pemerintahan Orde Baru
yang sarat dengan praktek monopoli yang diciptakan oleh pemerintah bagi segelintir pelaku
usaha tertentu yang memiliki kedekatan dengan penguasa. Secara eksternal tekanan dari
International Monetary Fund (IMF) terhadap Indonesia agar menyusun UU Anti Monopoli
sering pula disebut sebagai salah satu syarat untuk memperoleh pinjaman asing juga sering
disebutkan sebagai alasan dari lahirnya UU Nomor 5 Tahun 1999.12
KPPU adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. 13Dengan demikian, Penegakan hukum antimonopoli dan persaingan usaha berada dalam
kewenangan KPPU. Namun, tidak berarti tidak ada lembaga lain yang berwenang. Pengadilan
Negeri (PN) dan Mahkamah Agung (MA) juga diberi wewenang menyelesaikan masalah
tersebut. PN diberi kewenangan menangani keberatan.
Kewenangan KPU dapat dikatakan cukup besar yang meliputi juga kewenangan yang
dimiliki lembaga peradilan. Kewenangan ini meliputi penyidikan, penuntutan, konsultasi,
memeriksa dan memutus perkara.14
Kedudukan KPPU dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
KPPU merupakan lembaga negara komplementer (state auxiliary organ). Secara
sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk diluar konstitusi dan
11 Siswanto,Op.Cit.,hal.54.12 Sukendar, Kedudukan Lembaga Negara Khusus Dalam Konfigurasi Ketatanegaraan Modern Indonesia, Studi Kedudukan KPPU. (Jakarta: Jurnal Perasaingan Usaha: 2009) hal. 17513 Pasal 1 butir 18 UU No. 5 Tahun 199914 Antara Teks dan Konteks.Op.Cit.,hal.311
merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas lembaga negara pokok (Eksekutif,
Legislatif, dan Yudikatif). 15
KPPU mempunyai fungsi penegakan hukum khususnya Hukum Persaingan Usaha,
namun KPPU bukanlah lembaga peradilan khusus persaingan usaha. Dengan demikian KPPU
tidak berwenang menjatuhkan sanksi baik pidana maupun perdata. Kedudukan KPPU lebih
merupakan lembaga administrative karena kewenangan yang melekat padanya adalah
kewenangan administratif, sehingga sanksi yang dijatuhkan merupakan sanksi administratif. 16
Tugas dan Wewenang KPPU
Pasal 35 UU No.5 Tahun 1999 menentukan bahwa tugas tugas KPPU terdiri dari:
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha.
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36.
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU No.5/1999
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan DPR.
Dalam menjalankan tugas tugasnya tersebut, Pasal 36 UU No.5/1999 memberi wewenang
kepada KPPU untuk:
1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
15 Ibid.hal 31216 Ibid.hal.313
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku
usaha atau yang ditemukan komisi sebagai hasil penelitiannya.
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
UU No.5/1999.
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran ketentuan UU No.5/1999.
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap
orang yang dimaksud dalam nomor 5 dan 6 tersebut di atas yang tidak bersedia
memenuhi panggilan Komisi.
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan
atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU No.5/1999.
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain untuk
keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan.
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain
atau masyarakat.
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU No.5/1999.
Permasalahan yang Dihadapai KPPU
Meski mempunyai kewenangan yang penting namun, kenyataannya KPPU masih
mengalami kendala dalam menjalankan tugasnya. Contoh kendala yang dihadapi KPPU:
1. Walaupun KPPU berwenang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan, namun
KPPU tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penggeledahan terhadap pelaku
usaha yang diindikasikan melakukan pelanggaran terhadap UU No 5 Tahun 1999.
2. Dalam melakukan penelitian dan penyelidikan, KPPU seringkali terkendala dengan sifat
kerahasiaan perusahaan sehingga KPPU tidak bisa mendapatkan data perusahaan yang
diperlukan.
3. Walaupun KPPU berwenang untuk meminta keterangan dari instansi Pemerintah, namun
sampai sekarang belum terjalin kerjasama yang baik antara KPPU dengan instansi
pemerintah dalam hal penyelidikan terhadap dugaan persaingan usaha tidak sehat.
Sehingga KPPU seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya karena
kurangnya data pendukung.
4. Walaupun KPPU berwenang untuk memanggil pelaku usaha atau saksi, tetapi KPPU
tidak bisa memaksa kehadiran mereka.17
Meskipun memliki kendala dan keterbatasan bukan berarti KPPU tidak dapat mensiasati
keterbatasannya. UU No. 5 Tahun 1999 sebenarnya telah memberikan kesempatan KPPU untuk
bekerjasama dengan instansi penegak hukum lain. Seperti yang tertera dalam Pasal 36 huruf g
merupakan bagian dari kewenangan KPPU, yang berbunyi:
“meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap
orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f yang tidak bersedia memenuhi panggilan
Komisi.”
Penjelasan Pasal 36 huruf g memberikan pengertian bahwa:
“yang dimaksud dengan penyidik adalah penyidik sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981.”
Berdasarkan bunyi penjelasan Pasal 36 huruf g tersebutlah menjadi jembatan penghubung
bagi penyidik POLRI untuk dapat masuk kedalam ranah penegakan hukum persaingan usaha di
17 Ibid.hal.314.
Indonesia.18 KPPU juga dapat membuat nota kesepahaman (MOU) antara POLRI, Kejaksaan dan
Pengadilan demi memaksimalkan penegakan hukum dibidang persaingan usaha.
Hukum Acara Persaingan Usaha
Dalam beracara KPPU dapat menentukan hukum acaranya sendiri, hal ini terlihat dari
pasal 35 huruf f yang menayatakan:
“Tugas Komisi Meliputi: menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
Undangundang ini”
Hukum Acara ini ditetapkan oleh KPPU dan sejak berdiri di tahun 2000, hukum acara
tersebut telah mengalami satu kali perubahan dari SK No 05/KPPU/ KEP/IX/2000 tentang tata
Cara Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan Pelanggaran Terhadap UU No 5 Tahun
1999 (SK 05) menjadi Peraturan Komisi No 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan
Perkara di KPPU (Perkom 1/2006) yang mulai efektif berlaku 18 Oktober 2006.19
Keberatan bagi pelaku usaha yang tidak terima atas keputusan KPPU diatur dalam
PERMA No. 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap
Putusan KPPU. Setelah berlakunya PERMA ini otomatis tata cara pemeriksaan keberatan di
Pengadilan Negeri harus berdasarkan PERMA tersebut.
Contoh Kasus Penegakan Hukum Persaingan Usaha oleh KPPU
Kasus 1:
Contoh kasus yang mempersoalkan hukum acaranya adalah kasus antara Dewa dan
Aquarius yang pada sidang keberatan EMI Music South East Asia (EMI) dan empat terlapor lain
terhadap putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), EMI mempersoalkan putusan
KPPU dari pemeriksaan perkara, kewenangan memeriksa sampai pengajuan saksi-saksi yang
dianggap EMI tidak dapat dipertanggung jawabkan. Menurut KPPU kasus tersebut merupakan
tindakan persekongkolan sehingga KPPU berwenang untuk menangani kasusnya.20
18 Mohammad Reza. Kerjasama KPPU dengan Penyidik dalam Penanganan Tindak Pidana Hukum Persaingan Usaha (Jurnal Persaingan Usaha: 2011) hal.113 19 Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks (Jakarta: GTZ,2009) hal. 31920 I Made Sarjana, Penegakan Hukum Persaingan Usaha dalam Sistem Peradilan di Indonesia, bali. 2010
Kasus 2:
Kasus yang paling menghebohkan di Indonesia, Mahkamah Agung justru menguatkan
putusan KPPU setelah dibatalkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yakni kasus divestasi
dua kapal raksasa pertamina Very Large Crude Carrier (VLCC) yang terjadi di awal tahun
2005. Putusan KPPU dalam kasus VLCC menetapkan bahwa pertamina bersalah telah
melanggar Pasal 19 hurud d dan Pasal 22 UU No. 5/1999 serta menetapkan denda
kepada Goldman Sachs Frontline Ltd dan PT Perusahaan Pelayaran Equinox (PT Equinox)
masing Rp 19.710.000.000. Rp.25 milyar dan Rp 16.560.000.000.[ Penjualan dua tanker
raksasa tersebut telah merugikan negara sebesar US $ 20 juta hingga US $ 56 juta. Kerugian
muncul karena harga yang disepakati yakni US $ 184 juta jauh dari harga pasar dua unit kapal
tanker saat itu yang mencapai US $ 204 juta-US $ 240 juta . ] Putusan KPPU tentang VLCC
merupakan titik awal pengembangan Hukum Persaingan Usaha karena putusan tersebut lebih
jelas dan lebih fokus antara siapa dan dengan siapa pihak-pihak melakukan persekongkolan
meskipun masih mengandung kelemahan; pasal-pasal yang dilanggar jelas dan sebagai dasar
hukum untuk menetapkan putusan dan sanksi yaitu Pasal 19 huruf d dan Pasal 22 UU NO.
5/1999.21
Kasus 3:
Kasus yang menarik lainnya adalah kasus Blitz Megaplex v. 21 Cineplex. Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menghentikan pemeriksaan dugaan monopoli distribusi
film yang dilaporkan PT Graha Layar Prima, pengelola bioskop Blitzmegaplex. Laporan
terhadap Group 21 Cineplex itu dinilai tidak lengkap dan tidak jelas seperti yang ditentukan
dalam Pasal 15 ayat (3) Peraturan Komisi (Perkom) No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penanganan Perkara di KPPU. Menurut Kepala Biro Humas KPPU, A. Junaidi KPPU tidak
menemukan cara atau kegiatan yang diduga dilanggar oleh pelapor.
Pasal 15 ayat (3) berintikan, resume laporan harus memuat uraian yang menjelaskan: (a)
identitas pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran; (b) perjanjian dan/atau kegiatan
yang diduga melanggar; (c) cara perjanjian dan/atau kegiatan usaha yang dilakukan atau dampak
perjanjian dan/atau kegiatan terhadap persaingan, kepentingan umum, konsumen dan/atau
21 Ibid.
kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya pelanggaran dan; (d) ketentuan
Undang-Undang yang diduga dilanggar. Hal ini mengejutkan karena sebelumnya KPPU
mengagas tawaran “mediasi” kepada para pihak. Upaya ini unik karena upaya mediasi tidak
dikenal dalam Perkom No. 1/2006.22
Pelaksanaan Hukum Persaingan Usaha oleh KPPU
Pelaksanaan hukum persaingan usaha di Indonesia dinilai telah dilaksanakan secara baik.
Penilaian ini dibuktikan dengan diterimanya penghargaan dan apresiasi Intergovernmental
Group of Experts on Competition Policy and Law, United Nations Conference on Trade and
Development (IGE-UNCTAD) pada 8 Juli 2009 oleh KPPU atas kinerja yang baik dalam
mengimplementasikan hukum dan kebijakan persaingan di Indonesia. Lembaga tersebut
menyebut KPPU sebagai potret “bagaimana sebuah otoritas kompetisi yang masih muda dan
dinamis dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain” (“how a young and dynamic competition
authority can be a model for other countries”)23.
Kesimpulan:
Untuk menjaminnya berlangsungnya penegakan Undang-undang Persaingan Usaha dapat
terlaksana penerapannya dengan baik, perlu dibentuk suatu badan khusus (competition law
enforcement agency) mengingat keterbatasan kemampuan kepolisian, kejaksaan dan pengadilan
dalam bidang persaingan usaha. Beberapa Negara seperti Kanada, Prancis, Jerman dan AS
masing-masing mempunyai badan khusus tersebut dalam menjalankan perundangan-undangan
persaingan usahanya. Indonesia sendiri memiliki badan khusus tersebut yang disebut KPPU oleh
UU No. 5 Tahun 1999.
KPPU hanya memiliki kewenangan administratif bukan pidana dan perdata. Disamping
kewenangannya ternyata KPPU memiliki berbagai kendala terutama dalam hal penyidikan dan
penyeldikikan. KPPU tidak mempunyai kewenangan seperti POLRI untuk memaksa pihak
memberi petunjuk dalam penyelidikan atau penyidikan. Oleh karena itu, KPPU dapat membuat
22 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ade8afd110b0/KPPU-Hentikan-Pemeriksaan-Terhadap-21-Cineplex23KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Satu Dasawarsa KPPU Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat. (Jakarta: KPPU:2010).hal.1.
Nota Kesepahaman (MOU) dengan instansi penegak hukum lain seperti POLRI, Kejaksaan atau
Pengadilan.
KPPU memiliki hukum acaranya sendiri. Dalam pelaksanaannya secara umum KPPU
telah dianggap baik dalam menegakkan hukum persaingan usaha di Indonesia hal ini dapat
dilihat dari Penghargaan oleh Intergovernmental Group of Experts on Competition Policy and
Law, United Nations Conference on Trade and Development (IGE-UNCTAD) kepada KPPU.
Daftar Pustaka
A. Buku
Lubis, Andi. Maria,Anna. dkk. (2008). Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan
Konteks, Jakarta: GTZ.
Siswanto Arie. (2002). Hukum Persaingan Usaha. Salatiga: Ghalia Indonesia
Pakpahan, Normin. (1994). Pokok-pokok Pikiran tentang Hukum Persaingan Usaha, Jakarta:
Proyek Elips.
KPPU.(2010). Satu Dasawarsa KPPU Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat, Jakarta:
KPPU.
B. Jurnal
Sarjana, Made. 2010. Penegakan Hukum Persaingan Usaha dalam Sistem Peradilan di
Indonesia. Bali.
Reza, Mohammad. 2011. Kerjasama KPPU dengan Penyidik dalam Penanganan Tindak Pidana
Hukum Persaingan Usaha. Jakarta: Jurnal Persaingan Usaha
Sukendar.2009. Kedudukan Lembaga Negara Khusus Dalam Konfigurasi Ketatanegaraan
Modern Indonesia, Studi Kedudukan KPPU. Jakarta: Jurnal Perasaingan Usaha
C. Peraturan perundang-undangan
UU. No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat
PERMA No. 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap
Putusan KPPU
D. Internet
http://www.bundeskartellamt.de/wDeutsch/bundeskartellamt/BundeskartellamtW3DnavidW262.php diakses pada tanggal 19 Desember 2012 pukul 18.25 WIB.
http://www.autoritedelaconcurrence.fr/user/standard.php?id_rub=12 diakses pada tanggal 19
Desember 2012 pukul 22.20 WIB.
http://www.competitionbureau.gc.ca/eic/site/cb-bc.nsf/eng/home diakses pada tanggal 18
Desember pukul 21.10 WIB.
http://www.hukumonline.com diakses pada tanggal 18 Desember 2012 pukul 17.30 WIB.