paper mengenai amphibia ordo anura

Download Paper Mengenai Amphibia Ordo Anura

If you can't read please download the document

Upload: atikah-oktaviani

Post on 19-Jun-2015

997 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PAPER MENGENAI AMPHIBIA ORDO ANURADisusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistematika Vertebrata Dosen pengampu : Trijoko

Disusun oleh : ATIKAH OKTAVIANI 08680024 PENDIDIKAN BIOLOGI

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010

AMPHIBIA

Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam yaitu di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Amphibia mempunyai ciri-ciri:

tubuh diselubungi kulit yang berlendir merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm) mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang

matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam

pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam

berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal). Ada sekitar 3000 spesies amphibia hidup di dunia, yang dikelompokkan dalam 3

golongan (ordo) yaitu Anura (katak dan kodok), Caudata atau Urodela (salamander), dan gymnophiona atau apoda (Caecilia), yang merupakan hewan seperti cacing dan tanpa kaki. Karena tidak mempunyai kulit dan telur yang kedap air, maka tidak ada satu amphibia pun yang dapat menyesuaikan sepenuhnya dengan keadaan daratan. Hanya ada sekitar 60 spesies caecilian dan sekitar 200 jenis salamander, jadi sebagian besar bangsa amphibia

terdiri atas katak dan kodok. Terminologi amphibia diterapkan pada anggota kelas ini karena sebagian besar hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya didalam air, dari bentuk larva berupa kecebong yang bernafas dengan insang luar kemudian larva mengalami metamorfosis menjadi anak katak dengan alat pernafasan berupa paru-paru. Paru-paru itu berbentuk kantung dan luas permukaan interna agak diperluas oleh lipatan seperti saku, tetapi luas permukaan itu jauh lebih sempit dibandingkan vertebrata darat tingkat tinggi. Kehidupan demikian ini tidak mutlak untuk semua amphibi, ada beberapa yang tidak pernah meninggalkan air dan yang lainnya ada yang tidak pernah masuk ke dalam air pada tahap tertentu dari siklus kehidupannya. Amphibia yang hidup masa kini menambah respirasi paru-paru ini dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah. Kulit amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga kelembabannya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar karbondioksida dikeluarkan melalui kulit karena laju ventilasi paru-paru tidak cukup untuk membawanya keluar. Melalui kulit pula meresap cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan hewan, kecuali pada waktu peningkatan aktivitas di musim semi dan panas. Sejumlah air juga dipertukarkan melalui kulit. Ada juga yang tidak mempunyai paru-paru sampai dewasa dan bernafas melalui kulit, karena kulit tersebut selalu basah dan glandular. Kelompok amphibia adalah vertebrata yang hadir pertama kali hidup di darat. Pada dasarnya mereka memiliki pentadaktil (lima ujung jari-jari kaki), meskipun jumlah jari kakinya dapat saja berkurang. Seperti pada reptil, maka amphibi adalah ektoterm atau perubahan suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan. Pada kebanyakan amphibia meninggalkan telur-telurnya dalam kolam dan di aliran-aliran air dan tidak seekorpun dapat berjalan di tanah begitu menetas, sedikit spesies yang hidup jauh dari air. Di daratan, kemampuan untuk mendeteksi suara merupakan hal yang sangat penting, dan amphibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang

diwarisinya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran berfungsi sebagai gendang telinga dan tulang rahang yang tidak terpakai lagi berguna untuk meneruskan getaran dari membran ini ke telinga dalam. Mereka harus kembali ke air untuk bertelur dan setidak-tidaknya keturunan masa kininya tidak tahan lama terhadap udara kering. Peralihan dari air ke daratan dan sebaliknya menimbulkan masalah tambahan dalam mempertahankan keseimbangan air dan eksresi limbah nitrogen. Ordo salientia (Anura), merupakan hewan yang pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Kepala dan tubuh bersatu, tidak ada leher, tidak ada ekor. Kaki depan pendek, kaki belakang besar, kuat untuk melompat. Anura mempunyai jari-jari kaki yang berselaput (kulit) untuk berenang. Tidak mempunyai rusuk (atau tereduksi). Fertilisasi eksternal terjadi diluar tubuhnya. Larva (berudu) dengan ekor dan sirip-sirip median. Metamorfosis nyata dan mencolok. Anura beranggotakan hampir 3500 spesies, lebih terspesialisasi dibandingkan dengan urodela untuk pergerakan di darat. Katak dewasa menggunakan kaki belakangnya yang kuat itu untuk melompat di tanah. Ada berbagai variasi struktur kaki belakang anura, ada yang berselaput meluas sampai ke jari dan yang lainnya ada tetapi tidak sampai meluas ke jari atau bahkan tidak ada sama sekali. Anura tidak mampu melakukan regenerasi tungkai ataupun jari yang hilang, tetapi pada salamander mampu melakukannya. Seekor katak menangkap lalat dengan cara menjulurkan lidah panjangnya yang lengket, yang bertaut ke bagian depan mulut. Katak memperlihatkan beraneka ragam adaptasi yang membantu mereka untuk menghindari serangan pemangsa yang lebih besar. Sama dengan amphibia lain, banyak katak yang memperlihatkan pola warna yang menyamarkan. Kelenjar kulit katak menghasilkan mukus yang tidak enak, bahkan beracun. Banyak spesies beracun memiliki pola warna yang cerah yang sebenarnya memberikan peringatan kepada pemangsa yang kemudian mengaitkan pola warna itu dengan bahaya. Amphibia berarti 2 kehidupan, yang mengacu kepada metamorphosis banyak jenis katak. Kecebong yang merupakan larva dari seekor katak, umumnya adalah herbivore akuatik

dengan insang, sistem gurat sisi yang mirip dengan ikan dan ekor panjang bersirip. Kecebong tidak memiliki kaki dan berenang dengan cara menggeliat seperti leluhurnya yang mirip ikan. Selama metamorfosis yang berakhir dengan kehidupan kedua, kaki berkembang, insang dan sistem gurat sisi menghilang. Tetrapoda muda dengan paru-paru untuk bernafas, sepasang gendang telinga eksternal dan system pencernaan yang diadaptasikan untuk mengkonsumsi makanan sebagai hewan karnivora, merangkak ke tepian dan memulai kehidupan di darat. Kebanyakan permukaan dorsal dari tubuh anura tidak seluruhnya ditutup tulang. Bagian dari kondrokranium masih belum mengeras, hanya daerah oksipital dan eksoksipitalnya mengeras. Katak air butuh sedikit kelenjar oral, karena makanan mereka berada di air sehingga tidak memerlukan banyak kelanjar mukus di mulut. Kelenkar-kelenjar ini banyak terdapat pada katak dan kodok darat, khususnya pada lidahnya yang digunakan untuk menangkap mangsa. Seluruh kulit anura terlepas secara periodik. Proses ini berlangsung di bawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu bagian, tidak sebagaimana pada reptile, tetapi dalam fragmen, meskipun tungkai biasanya utuh dan mengelupas bersamaan. Frekuensi bergantinya kulit bermacam-macam pada spesies yang berbeda. Pengelupasan kulit pada katak pohon hijau, mungkin terjadi setiap bulan atau lebih. Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong, yang bertubuh

mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil. Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Kerap membentuk grup nyanyi, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahutsahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan. Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.

Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya. Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut. Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal, burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi manusia. Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari

kelenjar di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka. Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.