paper kesling

5
PERILAKU BUDAYA YANG MEMPUNYAI DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BAGI KESEHATAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan Dosen Pengampu : Arum Siwiendrayanti Disusun Oleh Kelompok 4: Aurel Trifonia Christy (6411413123) Nimas Dwi Ayu (6411413126) Ainur Rohmah (6411413130) Suci Rohmawati (6411413133) Naili Akrima Faradis (6411413134) Mohammad Lutfi Yahya (6411413135) Syahnaz Aprilia (6411413167) Rombel 5 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

Upload: nimas-dwi-ayu-r

Post on 26-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Kesling

PERILAKU BUDAYA YANG MEMPUNYAI DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BAGI KESEHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan

Dosen Pengampu : Arum Siwiendrayanti

Disusun Oleh Kelompok 4:

Aurel Trifonia Christy (6411413123)

Nimas Dwi Ayu (6411413126)

Ainur Rohmah (6411413130)

Suci Rohmawati (6411413133)

Naili Akrima Faradis (6411413134)

Mohammad Lutfi Yahya (6411413135)

Syahnaz Aprilia (6411413167)

Rombel 5

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Paper Kesling

1. Potong Gigi/Mepandes di Bali

Sejak masih berumur satu hari, setiap orang Bali dipenuhi dengan banyak ritual atau upacara agama dalam hidupnya. Mulai dari upacara saat kelahirannya sampai kematiannya. Salah satunya adalah upacara Metatah/Mesangih (Potong Gigi). Upacara Potong Gigi mengandung arti pembersihan sifat buruk yang ada pada diri manusia. Potong gigi dalam bahasa Bali Mepandes bisa juga disebut Matatah atau Mesanggih, dimana 6 buah taring yang ada di deretan gigi atas dikikir atau ratakan, upacara ini merupakan satu kewajiban, adat istiadat dan kebudayaan yang masih terus dilakukan oleh umat Hindu di Bali secara turun temurun sampai saat ini.

Upacara ini dianggap sakral dan diperuntukan bagi anak-anak yang mulai beranjak dewasa, dimana bagi anak perempuan yang telah datang bulan atau mensturasi, sedangkan bagi anak laki laki telah memasuki masa akil baliq atau suaranya telah berubah, dengan upacara ini juga anak anak dihantarkan ke suatu kehidupan yang mendewasakan diri mereka yang di sebut juga niskala.

Adapun 6 sifat buruk dalam diri manusia atau disebut juga sad ripu yang harus dibersihkan itu meliputi:

1. Kama (hawa nafsu yang tidak terkendalikan)

2. Loba (ketamakan, ingin selalu mendapatkan yang lebih)

3. Krodha (marahyang melampaui batas dan tidak terkendalikan)

4. Mada (kemabukan yang membawa kegelapan pikiran)

5. Moha (kebingungan/ kurang mampu berkonsentrasi sehingga akibatnya individu tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sempurna)

Page 3: Paper Kesling

6. Matsarya (iri hati/ dengki yang menyebabkan permusuhan)

Jadi potong gigi bukan semata-mata untuk mencari keindahan tetapi mempunyai tujuan yang sangat mulia.

Dari semua sifat yang ada ini, bila tidak dikendalikan dapat mengakibatkan hal- hal yang tidak baik/diinginkan, juga bisa merugikan dan membahayakan bagi anak-anak yang akan beranjak dewasa kelak dikemudian hari. Oleh karena itu kewajiban bagi setiap orang tua untuk dapat memberi nasehat, bimbingan serta permohonan doa kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) agar anak mereka terhindar dari 6 pengaruh sifat buruk/sad ripu yang sudah ada sejak manusia di lahirkan di dunia.

Kegiatan saat upacara:

1. Pendeta atau orang yang terhormat dalam upacara ini minta restu di tempat suci, lalu anak- anak atau remaja yang akan melaksanakan potong gigi dipercikan air suci/tirta, setelah itu mereka memohon keselamatan untuk melaksanakan upacara.

2. Pendeta melakukan potong rambut dan menuliskan lambang lambang suci dengan tujuan mensucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia, untuk meninggalkan masa kanak kanak ke masa remaja.

3. Anak anak yang akan di potong giginya naik ke bale tempat pelaksaaan Mepandes dengan terlebih dahulu menginjak sesajen yang telah disediakan sebagai symbol mohon kekuatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

4. Setelah pemotongan gigi berlangsung, bekas air kumur kumur dibuang di dalam buah kelapa gading, ini bertujuan agar tidak mengurangi nilai kebersihan dan kesakralan dalam menjalankan upacara ini.

5. Lalu dilanjutkan dengan melakukan penyucian diri oleh pendeta agar dapat menghilangkan bala/kesialan untuk menyongsong kehidupan masa remaja.

6. Melaksanakan Mapedamel yang bertujuan sebagai symbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih agar dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana, dalam mengarungi kehidupan di masa datang. Di saat melakukan upacara ini anak anak mengenakan kain putih dan kuning, memakai benang pawitra berwarna tridatu (merah, putih dan hitam) sebagai simbol pengikat diri terhadap norma norma agama, kemudian anak anak yang dipotong giginya mencicipi 6 rasa (pahit, asam, pedas, sepat, asin dan manis) yang mempunyai arti dan makna makna tertentu.

Page 4: Paper Kesling

7. Setelah proses mapedamel dilakukan, dilanjutkan dengan upacara Natab Banten, yang bertujuan memohon anugerah kepada Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.

8. Setelah proses upacara tersebut dilakukan dilanjutkan dengan Metapak, tujuan adalah memberitahukan kepada anak nya bahwa kewajiban sebagai orang tua dari melahirkan, mengasuh dan membimbing sudah selesai, diharapkan sang anak kelak setelah upacara ini menjadi orang yang berguna, sebaliknya si anak kepada orang tua nya menghaturkan sembah sujud ungkapan terima kasih sudah dengan susah payah berkorban jiwa dan raga untuk melahirkan mereka, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membimbing mereka menuju jalan yang baik dan benar sampai dewasa. (Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi)

Prosesi potong gigi hanya merupakan simbolisasi saja. Gigi yang ada bukan dipotong tetapi diratakan dengan menggunakan kikir. Ada 6 gigi atas yang diratakan, termasuk gigi taring, ke 6 gigi inilah yang melambangkan Sad Ripu.

Hanya memakan waktu sekitar 10 – 15 menit untuk melakukan prosesi ini, dan yang melakukannya haruslah seorang yang ahli yang disebut sangging.Para sangging biasanya orang yang telah di inisiasi menjadi Pinandita yang memang memiliki ketrampilan untuk itu.

Dampak upacara potong gigi terhadap kesehatan:

Penemuan di bidang kesehatan bahwa kikir gigi cenderung berdampak negatif sehingga lebih baik dihindari. Alasan tersebut telah menggoyah posisi upacara Mepandes. Tradisi mengikir gigi juga dapat dijumpai di sebagian besar daerah kebudayaan Jawa khususnya beberapa tingkat generasi di atas generasi saat ini. Barangkali, karena alasan kesehatan, ritual ini telah menguap: kikir gigi pada umumnya mengikis email atau bagian ujung gigi sehingga gigi menjadi rentan terhadap kerusakan dan infeksi. Dalam masyarakat modern, kikir gigi dilakukan lebih didorong oleh motif kecantikan dan dilakukan oleh dokter gigi.

http://poethree-sweetgirl.blogspot.com/2011/04/upacara-potong-gigi-di-bali_24.html

2.