paper filsafat ilmu etika pergaulan

9
FILSA ET DI UNI Paper ini disu Do PENDIDIK F UNIV AFAT, ILMU DAN TEOLOGI DALA TIKA PERGAULAN MAHASISWA IVERSITAS NEGERI YOGYAKAR usun untuk memenuhi tugas mata kulah Filsa osen Pengampu : Dr. Suroso, M.Pd., M.Th Oleh : Arief Kurniatama 12201241022 KAN BAHASA DAN SASTRA INDO FAKULTAS BAHASA DAN SENI VERSITAS NEGERI YOGYAKART AM RTA afat Ilmu ONESIA TA

Upload: arief-kurniatama

Post on 20-Jul-2015

343 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

FILSAFAT, ETIKA

DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kulah Filsafat IlmuDosen Pengampu

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FILSAFAT, ILMU DAN TEOLOGI DALAMETIKA PERGAULAN MAHASISWA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kulah Filsafat IlmuDosen Pengampu : Dr. Suroso, M.Pd., M.Th

Oleh :

Arief Kurniatama 12201241022

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DAN TEOLOGI DALAM MAHASISWA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kulah Filsafat Ilmu

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Page 2: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini banyak isu-isu yang berkembang mengenai etika

pergaulan mahasiswa di kampus terkait dengan persoalan sopan santun, tata

krama, etika dalam berkomunikasi serta tata cara berpakaian yang pantas

dalam pergaulan di lingkungan kampus. Isu tersebut telah menjadi sorotan

banyak pihak mulai dari kalangan birokrasi hingga pihak luar yang tidak terlibat

langsung dalam proses akademik. Isu ini menjadi keprihatinan tersendiri, pasalnya

UNY merupakan universitas penghasil calon-calon guru yang akan memberi

tauladan kepada murid-muridnya kelak.

Peraturan Rektor Nomor 03 Tahun 2009 telah banyak memuat segala hal

tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus yang telah disepakati bersama

antara para pimpinan universitas dengan perwakilan mahasiswa UNY.

Bahkan dalam peraturan rektor tersebut telah disepakati pula pencantuman

sanksi bagi yang melanggar etika pergaulan di kampus yang dikriteriakan

bersama itu (Pasal 12 – 14 Peraturan Rektor No.03 Th 2009).

Pada dasarnya, etika pergaulan mahasiswa merupakan alat kontrol dari

sebuah tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam

mengambil suatu keputusan yang bersifat baik atau buruk. Makna etika perlu

dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa, karena pada

realita banyak mahasiswa yang tidak mengetahui makna dan peranan etika itu

sendiri, sehingga bermunculanlah mahasiswa yang tidak memiliki sopan santun

kepada para dosen, mahasiswa lebih menyukai hidup bebas tanpa beban,

berdemonstrasi tidak mengikuti aturan yang berlaku bahkan hal terkecil seperti

menyontek disaat ujian dianggap hal yang lumrah. Realita ini juga dapat terbawa

pada kehidupan sosial bermasyarakat dan ruang lingkup tatanan parlemen seperti

korupsi.

Page 3: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian pada latar belakang penelitian dapat di rumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari filsafat, ilmu, teologi, dan etika?

2. Bagaimanakah etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan

filsafat, ilmu, dan teologi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat, ilmu, teologi, dan etika.

2. Untuk mengetahui etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai

dengan filsafat, ilmu, dan teologi?

Page 4: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat, Sains, Teologi, dan Etika

Sebelum menindaklanjuti terkait dengan etika pada mahasiswa di

lingkungan kampus. Hal yang perlu diketahui adalah dapat mengerti terkait

dengan:

Filsafat

Secara bahasa (etimologis), berasal dari kata falsafah yang berasal dari

bahasa Arab. Istilah ini juga diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu dari kata

‘philosophia’, yang terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love) dan

sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, secara etimologis,

filsafat dapat diartikan sebagai cinta pada kebijaksanaan. Jadi, orang yang

belajar filsafat bisa diartikan sebagai orang yang memiliki cinta yang besar

pada kebijaksanaan (Hidayat, 2002:6). Sehingga filsafat bisa diartikan

sebagai sebuah sistem pemikiran, atau lebih tepat lagi cara berpikir yang

bersifat terbuka, artinya terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan

kembali (A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, 2001:14).

Ilmu

Kata ini dapat merujuk pada kata ‘ilm (Arab), science (Inggris),

watenschap (Belanda), dan wissenschaf (Jerman). R. Harre menulis ilmu

adalah a collection of well-attested theories which explain the patterns

regularities and irregularities among carefully studied phenomena, atau

kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan tentang pola-

pola yang teratur atau pun tidak teratur di antara fenomena yang dipelajari

secara hati-hati.

Dalam pengertian yang lain, ilmu merupakan perkataan yang memiliki

makna ganda, artinya mengandung lebih dari satu arti. Seringkali ilmu

diartikan sebagai pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat

dinamakan sebagai ilmu, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-

cara tertentu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan.

Page 5: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga menjadi suatu “ilmu”,

menurut Archie J. Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang

disebut dengan six kind of science, yang meliputi problems, attitude, method,

activity, conclusions, dan effects.

Dari beberapa penjelasan diatas, ilmu merupakan suatu perangkat

fundamental dalam penciptaan peradaban. Dalam ilmu termuat pengetahuan

manusia yang bersifat alamiah (natural) kemudian dikonstruksi menjadi teori-

teori yang dapat memberikan konklusi bagi setiap persoalan-persoalan

kehidupan.

Teologi

Istilah “teologi” lebih sering dimaknai sebagai suatu cabang atau bagian

dari ilmu agama yang membahas tentang ketuhanan. Dalam konteks

pembahasan ini, teologi dimaknai sebagai nilai atau ajaran agama (Islam)

yang berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan Tuhan. Dalam aspek

praktis, teologi bisa dimaknai sebagai pedoman normatif bagi manusia dalam

berperilaku dan berhubungan dengan alam dan lingkungannya.

Sedangkan dalam bahasa yang lebih “akademis”, teologi bisa dimaknai

sebagai sebuah konsep berpikir dan bertindak yang dihubungkan dengan

“Yang Ghoib” yang menciptakan sekaligus mengatur manusia dan alam

(lingkungannya). Jadi terdapat tiga pusat perhatian dalam bahasan ini yakni;

Tuhan, manusia dan alam, yang ketiganya merupakan “satu kesatuan”

hubungan yang tidak saja bersifat fungsional, akan tetapi juga hubungan yang

bersifat spiritual.

Etika Pergaulan

Secara etimologis etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos, yang

dalam bentuk tunggalnya mempunyai arti: tempat tinggal yang biasa, padang

rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara

berpikir. Dalam bentuk jamaknya, etika mempunyai arti adat istiadat (K.

Bertens, 2005:4).

Etika pergaulan berasal dari kata etika dan pergaulan. Pengertian etika

telah diuraikan di atas, sedangkan arti pergaulan menurut Kamus Besat

Page 6: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

Bahasa Indonesia (2001) adalah hal pertemanan. Oleh karenanya etika

pergaulan dapat diartikan sebagai adat kebiasaan tentang perilaku yang

disepakati bersama sebagai kebiasaan yang memiliki sifat khusus, baik dalam

bentuk maupun keluasannya.

Oleh karenanya etika pergaulan mahasiswa di kampus dapat diartikan

sebagai adat kebiasaan perilaku yang baik yang disepakati bersama dalam

berinteraksi antar mahasiswa di kampus sebagai aktualisasi hak dan

kewajiban moral dalam masyarakat yang beradab.

B. Etika Pergaulan Mahasiswa di Kampus yang sesuai dengan Filsafat,

Ilmu, dan Teologi

Dalam hal ini, hubungan filsafat, ilmu, dan teologi dengan etika pergaulan

yakni membentuk tindakan yang masuk akal sesuai dengan pemikiran

keilmuan yang terdapat dalam pola berpikir seseorang (manusia). Disebutkan

bahwa dengan filsafat seseorang akan terbuka pemikirannya untuk melakukan

hal-hal yang baik, dengan ilmu seseorang dapat mengerti tentang hal yang

berkaitan dengan pengetahuan dan dengan teologi sesorang dapat melakukan

hal positif tanpa harus melanggar kewajiban.

Bimo Walgito (1990:18–19) mengemukakan bahwa pembentukan perilaku

dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan, yakni dengan cara membiasakan

diri untuk berperilaku sesuai yang diharapkan;

2. Pembentukan perilaku dengan pengertian, yakni dengan cara yang

sesuai dengan teori belajar kognitif, bahwa belajar dengan disertai adanya

pengertian.Misalnya contoh bahwa naik motor harus pakai helm, karena

helm untuk keamanan diri.

3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh, yakni

pembentukan perilaku dengan cara yang didasarkan pada model atau contoh.

Misalnya perilaku pemimpin yang dijadikan panutan atau contoh bagi

yang dipimpinnya.

Page 7: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

Dengan demikian dari berbagai cara pembentukan perilaku dapat

diketahui etika pergaulan di kampus yang sesuai dengan filsafat, ilmu dan

teologi adalah perilaku-perilaku yang berhubungan dengan pergaulan

mahasiswa di kampus. Pergaulan mahasiswa di kampus berhubungan

dengan perilaku komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, antara

mahasiswa dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan pegawai

universitas. Dengan perilaku yang ditampilkan menjadikan seseorang akan

mendapat penilaian di mata orang lain dan masyarakat. Penilaian itu

mengarah pada hal-hal yang baik maupun yang buruk diukur dari etika

hidup yang disepakati bersama dalam masyarakat yang bersangkutan.

Perilaku pergaulan di kampus merupakan perilaku yang berbeda

dengan perilaku di masyarakat umum. Lingkungan kampus merupakan

lingkungan masyarakat ilmiah, yang dalam berperilaku selalu dikaitkan

pada hal-hal ilmiah akademik. Lebih-lebih jika kampus itu sebagai pencetak

calon-calon guru bahwa guru di mata masyarakat dianggap sebagai profesi

yang paling mulia dan dijadikan sebagai panutan dalam berperilaku di

masyarakat.

Page 8: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa etika

pergaulan mahasiswa harus di dukung dengan:

1. Adanya peraturan yang dipertegas dengan kebijakan-kebijakan yang

bersumber pada birokrasi itu sendiri.

2. Etika pergaulan mahasiswa di kampus merupakan perilaku yang baik di

lingkungan kampus sesuai kebiasaan hidup masyarakat Indonesia

dalam berhubungan dengan sesama mahasiswa maupun dalam

berhubungan antara mahasiswa dengan dosen dan karyawan kampus.

Perilaku yang baik di kampus ini menurut mahasiswa, akan berjalan

dengan baik apabila ada peraturan yang jelas yang mengaturnya

serta penerapan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya, dan

peraturan akademik yang sudah ada harus dilaksanakan dengan tegas.

3. Etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan filsafat, ilmu

dan teologi mampu mengubah kebiasaan lama dari mahasiswa itu sendiri.

Mereka lebih berjati-hati untuk melakukan tindakan baik dari dalam diri

sendiri maupun dari luar diri seseorang.

B. Saran

1. Perlu sosialisasi Peraturan Rektor UNY Nomor 3 Tahun 2009 ke

seluruh sivitasakademika UNY terutama mahasiswa agar dapat dijadikan

panduan dalam pergaulan diingkungan kampus.

2. Segera dipersiapkan sarana dan prasarana yang terkait berlakunya

Peraturan Rektor UNY Nomor 3 Tahun 2009 agar jika terjadi

pelanggaran tidak berlarut-larut penyelesaiannya.

3. Kuliah Filsafat harus dapat menjadi sarana pembentukan perilaku

mahasiswa yang berfalsafah dengan di dasarkan pada ilmu pengetahuan

dan dasar dari agama.

Page 9: Paper filsafat ilmu etika pergaulan

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: PT Gramedia Utama.

Harre, R. 1995. The Philosophies of Science, An Introductory Survey. London: The Oxford University.

Keraf, A. Sony dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah

Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.

Suriasumantri, Jujun S. 1982. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suseno, Franz Magnesius. 1998. Model Pendekatan Etika. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Walgito, Bimo. 1991. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi

Offset.