paper energy of geothermal indonesia archipelago

Upload: muhammad-naufal-nazhib-khan

Post on 03-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    1/7

    Alternative Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    Naufal Nazhib (1101067)

    Petroleum Engineering, STT MIGAS Balikpapan, 2014

    ABSTRAK

    Pada zaman ini krisis energi merupakan masalah yang cukup serius dan perlu penanganan lebih lanjut.

    Diperlukan energi alternatif selain energi yang mengandalkan bahan bakar fosil. Energi alternatif tersebut

    setidaknya harus memiliki sifat ramah lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya krisis energi,

    diantaranya cadangan minyak bumi menipis, pemanasan global, harga komoditas semakin tinggi, dan budaya

    konsumtif semakin meluas. Orang seperti lupa bahwa selain minyak masih ada bahan bakar lain sebagai bahan

    bakar. Sudah banyak terobosan baru sumber energi alternatif pengganti minyak tetapi pemerintah belum bisa

    mengembangkan secara maksimal energi alternatif yang ada, salah satunya energi geothermal. Geothermal

    merupakan salah satu pilihan tepat untuk dijadikan sumber energi alternatif yang cukup bisa menggantikan

    minyak bumi terutama di daerah Indonesia yang mempunyai lima ratus gunung api, yang sekitar 130 diantaranya

    masih aktif. Geothermal adalah energi panas bumi yang berasal dari uap air yang terpanaskan dalam perut bumi,

    panasnya menyebabkan air yang mengenainya berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang akhirnya muncul di

    muka bumi. Geothermal dapat menghasilkan listrik sebesar 27.000 MW. Harga energi listrik geothermal cuma

    30% dari energi listrik BBM. Lumayan murah dan terpenting merupakan energi yang ramah lingkungan.

    Kata kunci: Geothermal, Energi Alternatif, Listrik.

    PENDAHULUAN

    Beberapa tahun terakhir ini kebutuhan akan energi

    menjadi suatu persoalan yang krusial bagi dunia

    terkhusus tentunya bagi Indonesia. Pertumbuhan

    penduduk Indonesia yang semakin meningkatdisetiap tahunnya sejalan dengan peningkatan

    kebutuhan energi, sedangkan dilain pihak sumber

    cadangan minyak dunia semakin menipis serta

    permasalahan emisi dari bahan bakar fosil

    memberikan tekanan kepada setiap negara untuk

    segera mencari alternatif energi yang terbaharukan.

    Salah satu kebutuhan energi masyarakat yang

    paling umum dibicarakan pada saat ini yaitu

    mengenai kebutuhan akan energi listrik.

    Pelaksanaan pemadaman bergilir oleh PerusahaanListrik Negara (PLN) untuk mengatasi melonjaknya

    permintaan konsumsi listrik oleh masyarakat

    ternyata justru tamabah meresahkan masyarakat.

    PLN pun telah mengembangkan energi pembangkit

    listriknya ditiap tahunnya, Menurut data ESDM

    (2009), ditahun 1997-2005 terjadi kenaikan dari

    21% menjadi 30% porsi listrik BBM, namun

    diperkirakan akan mengalami penurunan hingga

    5% porsi listrik BBM di tahun 2010 akibat lonjakan

    harga minyak dunia yang mencapai 100 U$ per

    barel. Pencarian energi alternatif pun digadang-

    gadangkan oleh pemerintah, di awal 1990-an

    mulailah berkembang pemanfaatan Pembangkit

    Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan menggunakan

    media batubara, namun kembali lagi permasalahan

    emisi dari bahan bakar fosil dianggap justru

    merusak bagi lingkungan.

    Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan

    bakar minyak pemerintah telah menerbitkan

    Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5

    tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk

    mengembangkan sumber energi alternatif sebagai

    pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebutmenekankan pada sumber daya yang dapat

    diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan

    bakar minyak.

    Pengembangan energi alternatif pun terus

    digalakkan, ditahun 2009 banyak bermunculan

    penemuan-penemuan mengenai energi alternatif

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    2/7

    mulai dari bioenergi dari bahan tumbuhan hingga

    blue energi dari air laut diberitakan oleh media,

    meskipun sampai di akhir tahun ini masih belum

    jelas pembuktian dan pengembangannya.

    Banyaknya pilihan yang dapat dimanfaatkan

    sebagai sumber energi yang dapat diperbaharuiuntuk kehidupan manusia memberikan jalan keluar

    untuk sumber-sumber energi baru sebagai

    pengganti energi lain yang tidak bisa diperbaharui.

    Dalam hal ini adalah Geothermal Energi yang dapat

    di perbaharui serta memiliki keterdapatan yang

    cukup luas di Indonesia.

    Sampai saat ini, pemanfaatan energi panas bumi di

    Indonesia masih sangat terbatas bila dibandingkan

    dengan potensi yang ada. Berbagai upaya dalam

    rangka mempercepat pemanfaatan energi panas

    bumi di Indonesia telah dilakukan oleh Pemerintah.Salah satunya adalah melalui penyediaan informasi

    mengenai keberadaan daerah prospek panas bumi di

    Indonesia yang merupakan hasil dari inventarisasi,

    survei, dan eksplorasi yang telah dilakukan oleh

    Pemerintah, Pemerintah Daerah, ataupun Badan

    Usaha.

    SEBARAN POTENSI PANAS BUMI

    INDONESIA

    Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan

    tiga lempeng tektonik utama yaitu Lempeng Eropa-

    Asia, India-Australia dan Pasifik yang berperan

    dalam proses pembentukan gunung api di

    Indonesia. Kondisi geologi ini memberikan

    kontribusi nyata akan ketersediaan energi panas

    bumi di Indonesia. Manifestasi panas bumi yang

    berjumlah tidak kurang dari 244 lokasi tersebar di

    P. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan

    Nusa Tenggara, Maluku, P. Sulawesi, Halmahera

    dan Irian Jaya, menunjukkan betapa besarnya

    kekayaan energi panas bumi yang tersimpan di

    dalamnya.

    Letak wilayah Indonesia dalam jalur busur gunung

    api (ring of fire) menjadikan Indonesia kaya akan

    potensi panas bumi. Hal ini dikarenakan panas bumi

    biasanya berasosiasi dengan vulkanisme. Daerah

    panas bumi yang terkait dengan vulkanisme Kuarter

    terdistribusi mulai dari pulau Weh, Sumatera, Jawa,

    Bali, Nusa Tenggara, hingga ke kepulauan Maluku.

    Panas bumi di daerah-daerah tersebut umumnya

    mempunyai entalpi tinggi sehingga sangat baik

    untuk pembangkitan listrik. Selain daerah panas

    bumi yang berkaitan dengan vulkanisme, Indonesia

    juga memiliki daerah panas bumi yang tidakberasosiasi dengan vulkanisme, yaitu di Sulawesi

    bagian tengah dan selatan, Kalimantan bagian barat,

    dan Papua. Panas bumi pada daerah-daerah ini

    umumnya mempunyai entalpi rendah hingga

    menengah. Dari total 257 daerah panas bumi yang

    telah diinventarisasi, sekitar 203 lokasi (80%)

    berasosiasi dengan jalur gunung api Kuarter dan 54

    lokasi (20%) lainya berada di luar jalur tersebut.

    Gambar 1. Jalur Geothermal Indonesia

    Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia barudilakukan secara luas pada tahun 1972. Direktorat

    Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan

    Pemerintah Perancis dan New Zealand

    melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah

    Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di

    Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu di

    sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat

    Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara

    dan kemudian membelok ke arah utara melalui

    Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan

    selanjutnya telah berhasil menemukan beberapadaerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat

    menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di

    Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di

    Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek

    di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di

    Kalimantan.

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    3/7

    PROSES TERJADINYA PANAS BUMI DI

    INDONESIA

    Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia

    serta karakteristiknya dijelaskan oleh Budihardi

    (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang

    berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik,lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia.

    Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng

    tektonik tersebut telah memberikan peranan yang

    sangat penting bagi terbentuknya sumber energi

    panas bumi di Indonesia.

    Gambar 2. Pergeseran Lempeng Tektonik

    Tumbukan antara lempeng India-Australia di

    sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah

    utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi)

    di kedalaman 160-210 km di bawah Pulau Jawa-

    Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km(Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal

    ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah

    Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan

    di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena

    perbedaan kedalaman jenis magma yang

    dihasilkannya berbeda.

    Gambar 3. Proses Tumbukan Lempeng

    Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang

    dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair

    dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi

    sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang

    lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan

    endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhamparluas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di

    Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati

    batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi

    di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen

    dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

    SISTEM PANAS BUMI YANG ADA DI

    INDONESIA

    Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya

    berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitis-

    riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yangbersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di

    Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi

    umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik

    bersifat andesitis-basaltis dengan sumber magma

    yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah

    panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi

    memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di

    Pulau Jawa.

    Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda,

    tekanan atau kompresi yang dihasilkan oleh

    tumbukan miring (oblique) antara lempeng India-

    Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar

    regional yang memanjang sepanjang Pulau

    Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan

    sumber-sumber panas bumi yang berkaitan dengan

    gunung-gunung api muda. Lebih lanjut dapat

    disimpulkan bahwa sistim panas bumi di Pulau

    Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim

    patahan regional yang terkait dengan sistim sesar

    Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi,

    sistim panas buminya lebih dikontrol oleh sistim

    pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistim

    depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan

    masa batuan bawah permukaan pada saat letusan

    gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir

    panas bumi di Sumatera umumnya menempati

    batuan sedimen yang telah mengalami beberapa kali

    deformasi tektonik atau pensesaran setidak-

    tidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    4/7

    menyebabkan terbentuknya porositas atau

    permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang

    dominan yang pada akhirnya menghasilkan

    permeabilitas reservoir panas bumi yang besar,

    lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas

    reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi diPulau Jawa ataupun di Sulawesi.

    Sistim panas bumi di Indonesia umumnya

    merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai

    temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa

    diantaranya yang mempunyai temperatur sedang

    (150 225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi

    jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil

    perpindahan panas dari suatu sumber panas ke

    sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan

    secara konveksi. Perpindahan panas secara

    konduksi terjadi melalui batuan, sedangkanperpindahan panas secara konveksi terjadi karena

    adanya kontak antara air dengan suatu sumber

    panas. Perpindahan panas secara konveksi pada

    dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air

    karena gaya gravitasi selalu mempunyai

    kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan

    tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu

    sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas

    sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan

    air menjadi lebih ringan.

    Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas

    bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak

    turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau

    arus konveksi. Adanya suatu sistim hidrothermal

    di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh

    adanya manifestasi panasbumi di permukaan

    (geothermal surface manifestation), seperti mata air

    panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser

    dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana

    beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam

    air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakatsetempat untuk mandi, berendam, mencuci,

    masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan

    diperkirakan terjadi karena adanya perambatan

    panas dari bawah permukaan atau karena adanya

    rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida

    panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke

    permukaan.

    Pengalaman dari lapangan-lapangan panas bumi

    yang telah dikembangkan di dunia maupun di

    Indonesia menunjukkan bahwa sistem panas

    bumi bertemperatur tinggi dan sedang, sangat

    potensial bila diusahakan untuk pembangkit listrik.

    Potensi sumber daya panas bumi Indonesia sangatbesar, yaitu sekitar 27500 MWe , sekitar 30 40%

    potensi panas bumi dunia.

    STATUS POTENSI PANAS BUMI

    INDONESIA

    Hasil inventarisasi panas bumi yang dilakukan oleh

    Badan Geologi menunjukkan sampai saat ini

    tercatat ada 257 daerah panas bumi dengan total

    potensi mencapai 27 GW yang tersebar dari

    propinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga Irian

    Jaya Barat. Data tersebut didapatkan dari berbagaisumber, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah,

    maupun Badan Usaha atau Pengembang.

    Dalam empat tahun terakhir, perkembangan potensi

    panas bumi Indonesia adalah 27.483 MW pada

    tahun 2005, 27.510 MW pada tahun 2006, 27.601

    pada tahun 2007 dan 27.670 MW pada November

    2008. Jumlah potensi tersebut terdiri dari potensi

    panas bumi pada kelas sumber daya dan cadangan.

    Kelas potensi menunjukkan tingkat kelengkapan

    data yang tersedia. Potensi pada kelas sumber daya

    didapatkan melalui perhitungan dengan

    menggunakan metode perbandingan, yaitu dengan

    membandingkan daya listrik di suatu daerah panas

    bumi dengan daerah panas bumi lain yang telah

    berproduksi dan mempunyai kemiripan

    karakteristik. Adapun untuk potensi pada kelas

    cadangan didapatkan melalui perhitungan dengan

    menggunakan metode volumetris dengan

    menggunakan beberapa asumsi, diantaranya asumsi

    ketebalan reservoir.Asumsi ketebalan yang

    digunakan untuk daerah panas bumi di pulau

    Sumatera dan Jawa adalah 2 km sedangkan untuk

    daerah di luar Sumatera dan Jawa adalah 1 km.

    Dari hasil perhitungan tersebut, peningkatan status

    kelas potensi selama tiga tahun berdasarkan hasil

    kegiatan survei yang telah dilakukan Badan Geologi

    adalah sebagai berikut. Pada tahun 2006 terdapat

    peningkatan potensi pada kelas cadangan terduga

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    5/7

    sebesar 232 MW, pada tahun 2007 sebesar 191

    MW, dan pada tahun 2008 sebesar 94 MW.

    Peningkatan status cadangan terduga pada tahun

    2008 tersebut berasaldari daerah panas bumi

    Massepe, Sulawesi Selatan, dan Tambu, Sulawesi

    Tengah. Daerah panas bumi Masepe semulamempunyai potensi pada kelas sumber daya

    spekulatif sebesar 25 MW dan kini menjadi kelas

    cadangan terduga 80 MW. Daerah panas bumi

    Tambu, yang merupakan daerah panas bumi yang

    baru teridentifikasi, mempunyai potensi pada kelas

    cadangan terduga sebesar 14 MW. Adapun untuk

    daerah panas bumi lainnya, seperti Cubadak,

    Pararra, dan Gunung Endut, yang pada tahun 2008

    ini dilakukan penyelidikan pendahuluan, belum

    merubah jumlah dan kelas potensinya dikarenakan

    kegiatan masih berlangsung.

    Gambar 4. Peta Lokasi Wilayah Kerja Panasbumi

    di Indonesia

    Dari sisi penambahan lokasi daerah panas bumi

    baru, terjadi penambahan pada tahun 2005, 2006,

    dan 2008. Pada tahun 2005 terdapat penambahan

    satu lokasi yaitu daerah panas bumi Lompio di

    Sulawesi Tengah, pada tahun 2006 terdapat

    penambahan tiga lokasi yaitu daerah panas bumi

    Kepala Madan, Waeapo, dan Batabual dimana

    ketiganya berada di propinsi Maluku. Pada tahun

    2007 tidak ada penambahan lokasi baru dan pada

    tahun 2008 terdapat penambahan satu lokasi baru,

    yaitu daerah panas bumi Tambu, Sulawesi Tengah.

    Dilihat dari status penyelidikannya, dari 257 daerah

    panas bumi yang ada, 157 lokasi (61,3%) daerah

    panas bumi masih pada tahap penyelidikan

    pendahuluan atau inventarisasi dengan potensi pada

    kelas sumber daya spekulatif atau hipotetis.

    Daerah yang telah disurvei secara rinci melalui

    survei permukaan dengan atau tanpa pengeboran

    landaian suhu sebanyak 85 lokasi (33,20%). Daerah

    yang telah dilakukan pengeboran eksplorasi atau

    siap dikembangkan sebanyak 8 daerah (3,13%).

    Daerah panas bumi yang telah dimanfaatkan untukpembangkitan listrik saat ini baru 7 lokasi atau

    2,73% dengan kapasitas total terpasang 1042 MW.

    Ketujuh daerah panas bumi yang telah berproduksi

    tersebut adalah Sibayak (2 MW), G. Salak (375

    MW), Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW),

    Wayang Windu (110 MW), Dieng (60 MW), dan

    Lahendong (40 MW).

    PANAS BUMI, ENERGI ALTERNATIF

    YANG RAMAH LINGKUNGAN

    Energi panas bumi merupakan energi yang ramah

    lingkungan karena fluida panas bumi setelah energi

    panas diubah menjadi energi listrik, fluida

    dikembalikan ke bawah permukaan (reservoir)

    melalui sumur injeksi. Penginjeksian air kedalam

    reservoir merupakan suatu keharusan untuk

    menjaga keseimbangan masa sehingga

    memperlambat penurunan tekanan reservoir dan

    mencegah terjadinya subsidence. Penginjeksian

    kembali fluida panas bumi setelah fluida tersebut

    dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, sertaadanya recharge (rembesan) air permukaan,

    menjadikan energi panas bumi sebagai energi yang

    berkelanjutan (sustainable energy).

    Gambar 5. Geothermal Ramah Lingkungan

    Emisi dari pembangkit listrik panasbumi sangat

    rendah bila dibandingkan dengan minyak dan

    batubara. Karena emisinya yang rendah, energi

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    6/7

    panasbumi memiliki kesempatan untuk

    memanfaatkan Clean Development Mechanism

    (CDM) produk Kyoto Protocol. Mekanisme ini

    menetapkan bahwa negara maju harus

    mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)

    sebesar 5.2% terhadap emisi tahun 1990, dapatmelalui pembelian energi bersih dari negara

    berkembang yang proyeknya dibangun diatas tahun

    2000. Energi bersih tersebut termasuk panas bumi.

    Lapangan panas bumi umumnya dikembangkan

    secara bertahap. Untuk tahap awal dimana

    ketidakpastian tentang karakterisasi reservoir masih

    cukup tinggi, dibeberapa lapangan dipilih unit

    pembangkit berkapasitas kecil. Unit pembangkit

    digunakan untuk mempelajari karakteristik

    reservoir dan sumur, serta kemungkinan terjadimasalah teknis lainnya. Pada prinsipnya,

    pengembangan lapangan panas bumi dilakukan

    dengan sangat hati-hati selalu mempertimbangkan

    aspek teknis, ekonomi dan lingkungan.

    Untuk memasok uap ke pembangkit listrik

    panasbumi perlu dilakukan pemboran sejumlah

    sumur. Untuk menekan biaya dan efisiensi

    pemakaian lahan, dari satu lokasi (well pad)

    umumnya tidak hanya dibor satu sumur, tapi

    beberapa sumur, yaitu dengan melakukan pemboranmiring (directional drilling). Keuntungan

    menempatkan sumur dalam satu lokasi adalah akan

    menghemat pemakaian lahan, menghemat waktu

    untuk pemindahan menara bor (rig), menghemat

    biaya jalan masuk dan biaya pemipaan.

    Keunggulan lain dari geothermal energi adalah

    dalam faktor kapasitasnya (capacity factor), yaitu

    perbandingan antara beban rata-rata yang

    dibangkitkan oleh pembangkit dalam suatu

    perioda (average load generated in period) denganbeban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh

    PLTP tersebut (maximum load). Faktor kapasitas

    dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%,

    jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan faktor

    kapasitas dari pembangkit listrik yang

    menggunakan batubara, yang besarnya hanya 60-

    70% ((U.S Department of Energy).

    PENUTUP

    Dari data yang telah dikumpulkan, Indonesia

    merupakan daerah yang dilalui oleh jalur gunung

    api dunia yang menyebabkan Potensi Energi Panas

    Bumi di Indonesia cukup besar dan merupakan

    sumber energi yang terbarukan dan ramah

    lingkungan.

    Mengingat bahwa potensi energi panas bumi sangat

    berlimpah sebagai energi primer untuk pembangkit

    tenaga listrik, maka untuk mendorong

    pemanfaatannya seoptimal mungkin, khususnya

    bagi daerah-daerah yang memiliki potensi energi

    tersebut, dapat dilakukannya dengan program

    percepatan dan pengembangan pembangunan

    PLTP.

    Sampai dengan November 2008, total potensi panas

    bumi Indonesia diperkirakan mencapai 27.670 MW

    yang tersebar di 257 daerah prospek panas bumi.

    Dari sisi jumlah potensi yang ada, dari tahun 2005

    sampai dengan 2008 tidak mengalami banyak

    perubahan, namun dari sisi peningkatan status kelas

    potensi terjadi peningkatan dari kelas sumber daya

    menjadi cadangan terduga rata-rata sebesar 170

    MW per tahun.

    Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam

    masalah pengembangan energi alternatif yang

    berasal dari geotermal adalah besarnya dana yang

    dibutuhkan dan waktu yang relative lama untuk

    eksplorasi gheotermal itu sendiri. Selain itu

    teknologi yang di gunakan untuk pemanfaatan

    geotermal itu sendiri juga menjadi permasalahan.

    Jadi permasalahan sumber energi geotermal adalah

    pada pemanfaatannya yang masih belum maksimal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Citrosiswoyo, Wahyudi, Geothermal Dapat

    Mengurangi Kebutuhan Bahan Bakar Fosil

    Dalam Penyediaan Listrik Negara.

    Surabaya: Institut Teknologi Bandung, 2008

    Kasbani, Dahlan, Suhanto Edi, Kesiapan Data

    Potensi Panas Bumi Indonesia dalam

  • 8/11/2019 Paper Energy of Geothermal Indonesia Archipelago

    7/7

    Mendukung Penyiapan Wilayah Kerja,

    Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan Pusat

    Sumber Daya Geologi, 2007

    Status Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2005,

    Pusat Sumber Daya Geologi, 2006 (tidak

    dipublikasikan)Status Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2006,

    Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 (tidak

    dipublikasikan)

    Status Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2007,

    Pusat Sumber Daya Geologi, 2008 (tidak

    dipublikasikan)

    Suharno, Pengembangan Prospek Panas Bumi.

    Bandar Lampung: Universitas Lampung,

    2010

    Sukhyar, R, Pengembangan Panas Bumi di

    Indonesia: Menanti Pembuktian. Bandung:Institut Teknologi Bandung, 2011

    Suparno, Supriyanto, Energi Panas Bumi A

    Present From The Heart Of The Earth.

    Jakarta: Universitas Indonesia, 2009

    Wahyuningsih, Rina, Potensi dan Wilayah Kerja

    Pertambangan Panas Bumi, Kolokium

    Hasil Kegiatan Lapangan Direktorat

    Inventarisasi Sumber Daya Mineral, 2005