panitia pembina keselamatan

14
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Dalam usaha untuk peningkatan keselamatan kerja dalam suatu industri, pemerintah republik Indonesia dalam hal ini mengharuskan semua perusahaan untuk membentuk suatu badan yang membantu perusahaan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Badan ini merupakan bipartit yaitu usaha yang saling mendukung antara pengusaha dan karyawannya. Dalam hal ini diperkuat melalui UU No.1 1970 pada pasal 10. Sebagaimana yang kita ketahui keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan karena dampak terjadinya suatu kecelakaan kerja tidak hanya merugikan karyawan tetapi juga perusahaan secara langsung. Karena itu sudah selayaknya semua perusahaan menyambut baik usaha pemerintah ini. Dalam membentuk suatu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) diperlukan suatu panduan yang teruang dalam suatu Manual P2K3. Dibawah ini akan di jelaskan cara-cara dan struktur minimal yang ada dalam manual P2K3 yang dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan perusahaan. I. Latar Belakang I.1. Keadaan Perusahaan, disini dijelaskan keadaan perusahaan dan proses produksi serta kegiatan perusahaan. Selain itu juga kondisi-kondisi yang memungkinkan kecelakaan kerja.

Upload: jovan-bimaa-pramana

Post on 20-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

panitia pembina keselamatan kerja dibentuk supaya dalam pemantauan efektifitas kerja karyawan dapat maksimal

TRANSCRIPT

Page 1: Panitia Pembina Keselamatan

Panitia Pembina Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

(P2K3)

 

 

Dalam usaha untuk peningkatan keselamatan kerja dalam suatu industri, pemerintah republik Indonesia dalam hal ini mengharuskan semua perusahaan untuk membentuk suatu badan yang membantu perusahaan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Badan ini merupakan bipartit yaitu usaha yang saling mendukung antara pengusaha dan karyawannya. Dalam hal ini diperkuat melalui UU No.1 1970 pada pasal 10.

Sebagaimana yang kita ketahui keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan karena dampak terjadinya suatu kecelakaan kerja tidak hanya merugikan karyawan tetapi juga perusahaan secara langsung. Karena itu sudah selayaknya semua perusahaan menyambut baik usaha pemerintah ini.

Dalam membentuk suatu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) diperlukan suatu panduan yang teruang dalam suatu Manual P2K3. Dibawah ini akan di jelaskan cara-cara dan struktur minimal yang ada dalam manual P2K3 yang dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan perusahaan.

 

I.          Latar Belakang

I.1.        Keadaan Perusahaan, disini dijelaskan keadaan perusahaan dan proses produksi serta kegiatan perusahaan. Selain itu juga kondisi-kondisi yang memungkinkan kecelakaan kerja.

I.2.        Pernyataan K3, terdapat penyelasan bahwa pengusaha/perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap K3.

I.3.        Peraturan Pemerintah, UU N0. 1 1970 Pasal 10 serta PER-04/MEN/1987 Pasal 4) tambahkan pula beberapa peraturan lain baik regional, nasional, maupun internasional.

Page 2: Panitia Pembina Keselamatan

I.4.        Tujuan, Adanya tujuan untuk meminimalisasikan kemungkinan kecelakaan kerja, peningkatan kesehatan kerja sehingga dapat mempelancar proses produksi perusahaan

I.5.         Tugas dan Fungsi, Tugas P2K3 untuk memberikan saran kepada perusahaan baik diminta atau tidak mengenai K3. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka P2K3 berfungsi sebagai ; Penghimpun danPengolah data K3, Petugas yang menjelaskan K3 dan hubungannya dengan efisiensi proses, Membantu Pengusaha K3, Membantu Peningkatan K3. Dapat dijelaskan secara terperinci sesuai dengan kondisi perusahaan.

II.       Organisasi

II.1.      Struktur Organisasi. Secara umum organisasi P2K3 terdiri dari Ketua (merupakan pimpinam perusahaan yang mempunyai wewenang cukup besar dalam perusahaan tersebut), Sekretaris (sebagai ketua operasi dilapangan jika ketua berhalangan), Wakil ketua bidang (bidang-bidang dapat terdiri dari Kesehatan, Keselamatan Kerja, Lingkungan, Adminitrasi), anggota.

II.2.      Tugas dan Wewenang. Penjelasan terperinci mengenai tugas dan wewnang masing-masing anggota.

III.     Program Kerja

III.1.   Inventarisasi Masalah dan Sumber Bahaya. Adanya dokumen mengenai masalah-masalah K3 yang pernah atau mungkin terjadi, baik yang penting atau tidak termasuk cara penanggulangannya. Masalah dapat dicari dari kegiatan operasional, kondisi geografi serta kegiatan perbaikan atau kontraktor dari luar.

III.2.   Safety Patrol. Adanya petugas piket harian yang mempunyai tugas-tugas pemantauan kondisi operasional, memberikan himbauan saran terhadap kegiatan yang berbahaya.

III.3.   Kegiatan Preventif. Penyediaan peralatan keselamatan kerja, Cek peralatan kerja, Pengwasan kegiatan berbahaya.

III.4.   Pelatihan. Adanya training rutin baik internal atau eksternal kepada karyawan atau anggota P2K3 itu tersendiri. Adanya simulasi P2K3 atau keaadaan darurat serta evakuasi.

III.5.    Pertemuan rutin. Pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota P2K3 melaporkan kegiatan yang telah dilakukan dan rencana yang akan dilaksanakan. Pertemuan dapat dilakukan setiap bulan sekali.

III.6.    Rencana Tanggap Darurat. Pembuatan prosedur dab pembentukan Team Tanggap Darurat terhadap bahaya - bahay yang potensial terjadi.

Page 3: Panitia Pembina Keselamatan

III.7.   Investivegasi. Investivigasi setelah kecelakaan atau bencana mutlak diperlukan untuk menghindari kecelakaan yang sama dan mereduksi akibat dari bencana atau kecelakaan tersebut.

III.8.   Laporan. P2K3 harus membuat suatu sistem Laporan yang rapi mengenai kegiatan yang telah dilakukan, rencana yang akan datang audit serta laporan kecelakaan kerja.

III.9.   Hubungan Keluar. Mencari informasi dan isu-isu terbaru mengenai K3 kepada Depnaker, Depkes, Industri lain, serta masyarakat.

IV.     Dokumen Kontrol. Adanya jaminan kontrol dokumen yang baik sangat penting bagi organisasi untuk mempelancar tugas P2K3 dan melakukan Investivigasi serta menjamin kegiatan P2K3 berlangsung sebagai mana semestinya.

V.        Audit

V.1.      Internal Audit. Internal auidit sebaiknya dilakukan setiap bulan sekali atau 3 bulan sekali.

V.2.      Eksternal Audit. Dilakukan tidak hanya oleh anggota tetapi juga karyawan atau pengusaha yang bukan anggota tersebut. Dapat dilakukan 1 tahun sekali.

VI.     Penghargaan. Dalam upaya meningkatkan motivasi dan semangat karyawan maka penghargaan bagi bagian yang sukses diperlukan walau hanya berupa sertifikat atau piala sehingga K3 dapat dilombakan setahun sekali dengan penilaian berasal dari internal dan eksternal audit. Untuk petugas P2K3 penghargaan berupa sertifikat atau hal lainnya dapat meningkatkan motivasi mereka untuk serius dalam peningkatan K3 perusahaan

VII.   Management Review. Dukungan pihak management sangat penting dalam menyukseskan program K3 sehingga perbaikan terus menerus dapat dilakukan dengan dukungan pihak manajemen (pengusaha)

SAFETY DALAM MANAJEMEN

 

1.      Pendahuluan.

 

Page 4: Panitia Pembina Keselamatan

Manajemen atau pengelolaan adalah suatu rangkaian penataan kegiatan produktifitas untuk meningkatkan target dan sasaran perusahaan. Hal ini diupayakan untuk mencapai sasaran nilai yang lebih tinggi serta efisien.

Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas dalam mendukung upaya manajemen antara lain adalah:

a.       Manusia

b.      Material

c.       Modal

d.      Waktu

e.       Organisasi

Pada umumnya semua faktor diatas dapat dikelola atau diatur dibawah kontrol pengelola kecuali faktor manusia, yang agak unik keadaaannya.

 

2.        Fungsi Manajemen

 

Tugas pemimpin dalam manajemen adalah mengatur dan menciptakan suasana yang memungkinkan orang lain bekerja bersama mencapai sasaran operasi dan produktifitas yang tinggi.

Fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

a.       Planning (Perencanaan)

b.      Organizing (Pengaturan)

c.       Leading (Pemimpim)

d.      Controlling (kontrol dan evaluasi)

Page 5: Panitia Pembina Keselamatan

2.      Keselamatan Kerja

 

Pada umumnya setiap kecelakaan kerja terjadi karena salah satu atau kedua hal berikut ini:

a.       Unsafe act

b.      Unsafe condition

 

Unsafe act adalah tindakan atau kelakuan manusia yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Penaggulanggannya dilakukan dengan:

-         Peraturan yang ketat

-         Training

-         Kampanye

-         Tanda peringatan

 

Unsafe condition adalah kondisi tempat atau lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Penanggulangannya adalah dengan:

-         Design atau perencanaan kerja yang aman.

-         Housekeeping yang teratur

 

Pengelolaan keselamatan kerja adalah usaha untuk menguasai kedua hal tersebut diatas. Karena adanya faktor manusia usaha, kontrol, dan penggulangan diatas hanya dapat dilakukan sampai suatu batas minimum tertentu dan tidak mungkin mencapai keadaan bebas bahaya (Risk Free).

Page 6: Panitia Pembina Keselamatan

3.      Teknik Pengelolaan Keselamatan Kerja

 

Dalam usaha mengelola keselamayan kerja, setiap organisasi mempunyai cara dan style yang berlainan.

Beberapa teknik yan dipakai antara lain:

a.     Pemakaian peraturan-peraturan :

-       Policy Perusahaan

-       Standar-standar

-       Guidelines

b.    Safety Committee

c.     Safety Audit atau Inspeksi

d.    Job Safety Analyses

e.     Safety Training Observation Program

f.      Good House keeping

g.     Award Program

 

a.     PERATURAN-PERATURAN KESELAMATAN KERJA

Untuk menjaga dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, Manager dapat mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengikat dan lindungi dengan sanksi-sanksi jabatan.

Peraturan-peraturan diatas dapat berupa:

Page 7: Panitia Pembina Keselamatan

        Policy Perusahaan : Mengatur konsep-konsep dasar yang menjamin terlaksananya program keselamatan kerja di perusahaan termasuk sistem pelaporan dan recording.

        Standard Safety : Menentukan syarat minimal praktek dan kondisi operasi yang harus dipenuhi.

Contoh :

-           Zero energy

-           In building vehicle

-           Lockout and Tag

-           Work permit, dilarang merokok dsb.

        Guideline Mengeluarkan prosedur-prosedur pelaksanaan good safety practise.

Contoh :

-       Pemeliharaan peralatan safety

-       Prosedur kerja

-       Pertolongan pertama

-       Fire Fighting

 

b.    SAFETY COMMITTEE

Safety committee adalah suatu lembaga teknis yang membantu pimpinan perusahaan atau manajer khusus menyangkut persoalan keselamatan kerja. Badan ini sebaiknya tidak mengambil alih tanggung jawab persoalan keselamatan kerja dalam perusahaan.

Beberapa fungsi safety committee adalah:

        Bertukar pikiran dan advise

Page 8: Panitia Pembina Keselamatan

        Membantu pimpinan dalam membuat program-program safety

        Mengevaluasi efektifitas program-program yang ada

        Mengusulkan perbaikan program safety yang ada

Keanggotaan:

        Manajer sebagai ketua

        Personalia sebagai sekretaris

        Kepala bagian-bagian dalam perusahaan

        Safety coordinator

Cara kerja komite ini adalah sebagai berikut:

        Mengadakan rapat secara periodik (misalnya bulanan)

        Membahas kasus-kasus kritis hasil audit

        Membahas laporan follow up dari safety coordinator

 

c.     SAFETY AUDIT

Safety audit adalah aktifitas pemeriksaan (inspeksi) yang dilakukan seseorang atau beberapa orang yang telah ditentukan secara periodik, khusus memperhatikan praktek-praktek dan kondisi yang ditemui diseluruh areal perusahaan.

Untuk menjamin efektifitasnya audit ini harus dilakukan secara recorded (check list, audit list, dan sebagainya) tidak boleh secara lisan.

d.    JOB SAFETY ANALYSES

JSA adalah analisa detail atas semua elemen kerja setiap karyawan dengan menonjolkan resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam pekerjaan sehari-hari karyawan yang bersangkutan.JSA dibuat oleh supervisor bersama-sama dengan karyawan yang bersangkutan. Sebelum memulai pekerjaan setiap karyawan harus

Page 9: Panitia Pembina Keselamatan

mempelajari dan menghayati JSA yang dipersiapkan untuknya. Kegunaan lain dari JSA adalah:

        Memudahkan penelitian methode improvement

        Bahan Training

        Memudahkan pelaksanaan penggantian karyawan

 

e.     SAFETY TRAINING OBSERVATION PROGRAM

STOP adalah suatu teknik mendidik dan membiasakan setiap karyawan untuk mengidentifikasi unsafe act dan unsafe condition yang ditemuainya.

Manfaat program ini adalah :

        Melatih karyawan menangkap resiko kecelakaan kerja, dan selalu waspada.

        Melatih karyawan menganalisa dan melaporkan observeasinya.

        Mengundang karyawan untuk mengambil tindakan setempat agar karyawan lain terhindar dari kemungkinan kecelakaan kerja.

 

f.      GOOD HOUSEKEEPING

Good Housekeeping adalah syarat penting untuk setiap safety program. Kebersihan dan keteraturan tempat kerja adalah faktor-faktor yang memberi impresi sekilas mengenai karakter suatu lingkungan kerja

 

g.     AWARD PROGRAM

Award program dilaksanakan sebagai motivasi dan recognition atas usaha bersama yang telah berhasil memelihara tingkat keselamatan kerja yang tinggi.

Award dapat diberikan dalam bentuk:

Page 10: Panitia Pembina Keselamatan

        Uang

        Promosi

        Sertifikat

4.      OFF – THE – JOB SAFETY HEALTH DAN ENVIRONMENT

 

Walaupun kecelakaan yang menimpa karyawan di luar lingkungan kerjanya bukan merupakan tanggung jawab perusahaan, tapi akibatnya terhadap efisiensi operasi safety tidak dapat dielakkan.

Karena itu perusahaan perlu memperhatikan keselamatan kerja karyawan di luar

lingkungan kerjanya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan :

a.       Penerangan yang membiasakan karyawannya, dan keluarganya, selalu waspada

(alert) terhadap unsafe act dan unsafe condition.

b.      Menganalisa dan mendiskusikan semua off the job accident yang terjadi secara

terbuka.

Pikiran dasar yang sama juga diterapkan menyangkut kesehatan karyawan dan pengaruh operasi perusahaan terhadap lingkungan.

 

 

 

PEOPLE ARE OUR MOST IMPORTANT ASSET

Page 11: Panitia Pembina Keselamatan

THEIR SAFETY, HEALTH AND WELFARE

OUR PRIME RESPONSIBILITY