panduan menyusun pedoman (1)
DESCRIPTION
File ini mendeskripsikan bagaimana membuat pedoman yang baik.TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun dengan maksud untuk memberikan acuan atau panduan bagi
pembaca/pengguna dalam membuat buku pedoman yang baik.
Buku yang berjudul “Panduan Menyusun Buku Pedoman” ini bersifat umum
karena berlaku dan dapat digunakan secara umum. Untuk itu, bagi pengguna yang
ingin mengembangkan buku pedoman, maka isi/konten materi buku pedoman yang
akan dikembangkan disesuaikan dengan materi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Berkaitan dengan hal tersebut, bagian inti yang terdiri atas:
BAB I. Pendahuluan
BAB II. Pengertian dan Tujuan Buku Pedoman
BAB III. Buku Pedoman yang Baik
BAB IV. Sistematika Buku Pedoman
BAB V. Hal Penting dalam Menyusun Buku Pedoman
BAB VI. Penutup
Penulis berharap buku ini dapat menjadi panduan bagi pengguna dalam
mengembangkan buku pedoman yang memuat sistematika yang benar dan sesuai
dengan kebutuhan pengguna sehingga menjadi sebuah buku pedoman yang baik.
Jakarta, Agustus 2013
TIM PPL TP UNJ 2013
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................... 1
B. TUJUAN....................................................................................... 1
C. SASARAN.................................................................................... 2
BAB II. PENGERTIAN DAN TUJUAN BUKU PEDOMAN
A. PENGERTIAN BUKU PEDOMAN............................................. 3
B. TUJUAN BUKU PEDOMAN...................................................... 3
BAB III. KRITERIA BUKU PEDOMAN YANG BAIK......................... 5
BAB IV. SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN........................................ 11
BAB V. HAL PENTING DALAM MENYUSUN BUKU PEDOMAN. . 13
BAB VI. PENUTUP.................................................................................. 15
REFERENSI.............................................................................................. 16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Buku pedoman sebagai buku acuan atau panduan dalam melakukan
sesuatu seharusnya mampu memberikan arahan yang tepat bagi
penggunanya. Banyak sekali buku pedoman yang ada, bukannya dapat
dijadikan sebagai pedoman namun masih banyak buku pedoman yang
tidak dimengerti oleh pengguna sehingga terkadang membuat pengguna
buku pedoman kebingungan untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan yang tertera dalam buku pedoman.
Berkaitan dengan hal di atas, terdapat beberapa kemungkinan yang
salah dalam penyusunan buku pedoman, seperti diantaranya adalah tidak
adanya tujuan dan sasaran yang jelas, konten materi yang dijelaskan
dalam buku tersebut masih kurang lengkap dan mendetail, serta belum
komunikatifnya bahasa yang digunakan, yang menyebabkan banyaknya
kebingungan pengguna dalam memahami materi yang disediakan.
Proses dalam penyusunan buku pedoman memang tidaklah mudah
dan cepat, sehingga penyusunan buku pedoman hendaknya diawali
dengan analisis kebutuhan pengguna sehingga dapat mengetahui apa saja
yang dibutuhkan oleh pengguna, serta menjangkau hal-hal detail yang
perlu dimasukan ke dalam buku. Ini menjadi salah satu hal yang penting
dalam penyusunan buku pedoman. Dengan demikian buku pedoman
yang dikembangkan benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan pengguna.
B. TUJUAN
Penyusunan buku “Panduan Menyusun Buku Pedoman” ini bertujuan
untuk memberikan panduan yang tepat kepada sumber daya manusia di
lingkungan Kementrian Kesehatan dalam menyusun sebuah buku
1
pedoman sehingga buku pedoman yang dibuat akan bermanfaat bagi
pengguna dan sesuai dengan kebutuhan pengguna dalam melakukan
suatu kegiatan.
C. SASARAN
Buku ini dapat digunakan oleh semua Sumber Daya Manusia yang
berada di lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, baik itu
Kepala Pusdiklat hingga sampai pada pegawai Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
2
BAB II
PENGERTIAN DAN TUJUAN BUKU PEDOMAN
A. PENGERTIAN BUKU PEDOMAN
Pedoman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kumpulan
ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan
atau hal (pokok) yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dan
sebagainya) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu. Pedoman
yang memuat banyak petunjuk biasanya dikemas menjadi sebuah buku
pedoman. Buku pedoman merupakan suatu alat komunikasi kepada
semua jenjang manajemen, yang memberi informasi kepada mereka yang
berhubungan mengenai kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan
metode-metode yang telah disetujui.
B. TUJUAN PENYUSUNAN BUKU PEDOMAN
Tujuan dari penyusunan buku pedoman yaitu menetapkan kebijakan-
kebijakan dasar bagi instansi kesehatan, dimulai dengan kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian ataupun Kepala Pusdiklat
Kesehatan setempat. Pada masa sekarang kebanyakan perusahaan telah
mengembangkan buku pedoman untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
antara lain:
1. Untuk mengomsumsikan kebijakan-kebijakan dasar dan prosedur-
prosedur instansi kesehatan secara efektif kepada semua jenjang
manajemen dan organisasi.
2. Untuk memberikan suatu pengertian umum mengenai interprestasi
kebijakan dan untuk menetapkan serta menjelaskan masalah-masalah
kebijakan atau prosedur yang mungkin timbul.
3. Menyiapkan pembakuan (standarisasi) dan penyederhanaan.
3
4. Untuk memungkinkan implementasi prosedur-prosedur baru dengan
lebih cepat dan dengan taraf pengertian yang lebih tinggi serta
konsisten dalam seluruh instansi kesehatan.
5. Menyediakan suatu alat/sarana untuk mengomunikasikan secara tepat
perubahan-perubahan, tanggung jawab, kebijakan, prosedur, dan
peraturan dalam lingkungan instansi kesehatan.
6. Memajukan keseragaman dalam implementasi dan membentuk suatu
alat pengendalian intern bagi manajemen serta pemeriksaan ketaatan
pelaksanaan terhadap peraturan-peraturan atau kebijaksanaan
7. Menyediakan suatu sumber referensi bagi metode-metode yang lebih
baik dalam memecahkan perselisihan.
8. Menghindarkan terjadinya duplikasi dalam daya upaya dan
memajukan keharmonisan antar individu dengan menetapkan
tanggung jawab yang dilimpahkan secara jelas.
9. Mempercepat waktu dalam memberikan intruksi dan pengarahan,
dengan demikian memungkinkan supervisi dan pengolahan yang
lebih efektif.
10. Membantu dalam penelaahan manajemen dan dalam evaluasi
pengendalian intern.
4
BAB III
KARAKTERISTIK BUKU PEDOMAN YANG BAIK
Buku panduan ini digunakan sebagai acuan atau rambu-rambu dalam
proses pembuatan buku pedoman. Untuk itu, agar buku pedoman yang
dihasilkan dapat bermanfaat, maka ada beberapa karakteristik yang
menggambarkan buku pedoman yang baik. Sehubungan dengan hal diatas,
adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada proses awal penyusunan buku pedoman, dilakukan analisis
kebutuhan
Agar buku pedoman dapat bermanfaat bagi pengguna, maka sebaiknya
dilakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu dengan teknik pengambilan
data seperti observasi atau survey lapangan, studi dokumentasi, dan
wawancara. Fungsi dari analisis kebutuhan ini yaitu dapat mengetahui
apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna, serta menjangkau hal-hal detail
yang perlu dimasukan ke dalam buku.
2. Memuat tujuan dan sasaran yang jelas
Dalam sebuah buku pedoman memuat tujuan yang berfungsi sebagai alat
untuk memberikan arah bagaimana sesuatu yang harus dilakukan dalam
buku pedoman tersebut. Selain itu, tujuan juga dapat berfungsi sebagai
alat ukur ketercapaian pelaksanaan. Buku pedoman juga dilengkapi
dengan sasaran untuk memberikan informasi mengenai pengguna buku
pedoman.
3. Konten materi disajikan dengan rinci
Konten atau isi materi di dalam buku pedoman harus disajikan secara
rinci dengan memuat hal-hal detail yang dibutuhkan pengguna.
4. Menggunakan kalimat yang efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau
gagasan secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya, dan
mengemukakan pemahaman yang sama antara pikiran pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut :
Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur
subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat
efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur
bahasa, tidak menjamakkan subjek.
Contoh:
Tidak Efektif : Dr. Kamel mengikuti seminar Kesehatan
Keselamatan Kerja di hotel Mulia, Dr. Kamel
pergi ke RSPP.
Efektif : Dr. Kamel mengikuti seminar Kesehatan
Keselamatan Kerja di hotel Mulia, kemudian pergi
ke RSPP.
Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang
ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Tidak Efektif :
Efektif :
Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
5
6
perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan,
penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat
melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Tidak Efektif : Karena Dr. Samuel sedang di ruang operasi, Dr.
Samuel tidak bisa mengikuti Halal bi Halal.
Efektif : Karena sedang di ruang operasi, Dr. Samuel tidak
bisa mengikuti Halal bi Halal.
Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang
logis/masuk akal.
Contoh:
Tidak Efektif : Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan training
tentang Gizi Seimbang ini.
Efektif : Untuk menghemat waktu, kami teruskan training
tentang Gizi Seimbang ini.
Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
7
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan
cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal
secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Contoh:
Tidak Efektif : Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu.
Efektif : Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang
kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
Kesajajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Tidak Efektif :
Efektif :
Ketegasan 8
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap
ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu
kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat / di awal
kalimat.
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal Peningkatan Kinerja Perawat
ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Ketegasan : Pada kesempatan lain, kami berharap kita
dapat membicarakan lagi soal Peningkatan
Kinerja Perawat ini.
Kepala Rumah Sakit mengharapkan agar para perawatnya
dapat meningkatkan kinerjanya dalam melayani pasien.
Ketegasan : Harapan Kepala Rumah Sakit ialah agar para
perawatnya dapat meningkatkan kinerjanya
dalam melayani pasien.
b. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Staf BPPSDMK itu rajin, staf BPPDSMK itu cekatan.
c. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel
–lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah Bapak Slamet menghadiri training Manajemen Balita
Sakit Berbasis Komputer pada minggu ini?
5. Menggunakan bahasa yang baku, singkat, dan jelas
Penulisan buku pedoman perlu memperhatikan tata bahasa yang
digunakan, seperti dengan menggunakan bahasa yang baku bukan bahasa
pergaulan sehari-hari. Selain itu, bahasa yang digunakan juga harus jelas
agar pengguna memahami makna yang terkandung dari kalimat tersebut.
9
6. Tampilan buku pedoman tidak perlu colorful, tetapi harus kontras
Tampilan buku pedoman tidak perlu colorful dengan hiasan, karena
dengan begitu kesan yang akan ditampilkan justru bukan keindahan
melainkan kesan ramai dan penuh. Jika memang ingin menggunakan
tambahan gambar pada tampilan buku pedoman, pilihlah gambar yang
memang berhubungan dan atau sesuai dengan judul buku pedoman
tersebut. Selain itu, pemilihan warna juga harus diperhatikan, warna yang
ditampilkan harus kontras. Jika latarnya gelap maka warna hurufnya
terang, atau sebaliknya jika warna latarnya terang maka warna hurufnya
gelap.
7. Berisi kebijakan dan mekanisme (prosedur). - dipisah
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat dan mengatur perilaku dengan tujuan
untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan
menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat
dalam berperilaku. Untuk melaksanakan kebijakan diperlukan acuan atau
pedoman yang memuat cara-cara pelaksanaan tersebut. Oleh karena itu,
kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi atau perusahaan merupakan
salah satu bagian konten buku pedoman.
Buku pedoman adalah buku yang berisi petunjuk dalam melakukan
sesuatu. Petunjuk identik dengan mekanisme atau prosedur dalam
melaksanakan suatu hal. Oleh karena itu, salah satu ciri buku pedoman
adalah berisi mekanisme atau prosedur dalam melakukan sesuatu atau
menjalankan suatu kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan atau
lembaga.
BAB IV
SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN
10
Buku pedoman lazimnya terdiri dari bab-bab yang berisi pendahuluan,
isi dan penutup. Bab-bab tersebut kemudian terbagi lagi menjadi sub bab
yang berkaitan dengan masing-masing topik bab. Berikut ini adalah
sistematika buku pedoman secara garis besar.
Judul
Halaman judul setidaknya memuat judul pedoman, nama penyusun
pedoman, lembaga yang menerbitkan atau mempublikasikan pedoman,
dan tahun pembuatan pedoman.
Kata Pengantar
Berisi tentang garis besar materi yang akan dicantumkan dalam
pedoman, ucapan terima kasih, dan harapan penulis terhadap pedoman.
Daftar Isi
Daftar materi yang tercantum dalam buku pedoman beserta halamannya.
Daftar isi dapat menjadi lebih baik lagi apabila materi yang ada dalam
pedoman dibuat menjadi bagian-bagian kecil.
BAB I. Pendahuluan
Pendahuluan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan buku pedoman.
Formatnya bisa berbentuk narasi atau juga bisa terbagi menjadi sub bab
lagi. Pendahuluan setidaknya berisi tentang latar belakang pembuatan
pedoman, isu atau landasan/dasar hukum yang mendasari dibuatnya
pedoman, dan tujuan pembuatan pedoman.
BAB II. Materi Inti Pedoman Bagian 1
Bagian inti adalah bagian yang secara langsung membahas materi
pedoman, berisi kebijakan, peraturan, prosedur, atau mekanisme dalam
melakukan sesuatu. Bagian inti ditempatkan setelah bab pendahuluan dan
11
kontennya disesuaikan dengan materi pedoman. Tidak ada batasan
jumlah dalam membuat bab inti dalam suatu pedoman, semuanya
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
BAB III. Materi Inti Pedoman Bagian 2
Isi bab disesuaikan dengan materi pedoman.
BAB IV. Materi Inti Pedoman Bagian 3
Isi bab disesuaikan dengan materi pedoman.
BAB V. Penutup
Bagian penutup memuat review keseluruhan isi pedoman yang disajikan
dalam bentuk narasi atau uraian.
Lampiran
Hal-hal yang dimuat dalam lampiran bisa berupa dokumentasi yang
berkaitan dengan pedoman, tabel, grafik, format penulisan, format
penilaian, dan lain sebagainya. Keberadaan lampiran biasanya
disesuaikan dengan pedoman, boleh ada dan boleh juga tidak.
Untuk bab setelah pendahuluan, penyajian materi inti dari segi
kepentingan atau kekhususannya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna,
namun sebaiknya materi pedoman disajikan secara deduktif, dari materi yang
umum (bersifat general) ke materi yang khusus (yang spesifik) untuk
memudahkan pengguna dalam memahami pedoman yang telah dibuat.
12
BAB V
HAL PENTING DALAM MENYUSUN BUKU PEDOMAN
Ada berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyiapkan
buku pedoman, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan melalui suatu pertemuan dengan mereka yang
berhubungan, siapa dan bagaimana mempergunakan buku pedoman.
Juga tetapkan sifat, isi, dan tujuan pedoman secara umum.
2. Siapkan outline umum dari buku pedoman.
3. Dalam penyiapan suatu prosedur spesifik, rumuskan secara jelas
masalahnya dalam bentuk yang singkat dan pastikan bahwa semua
aspek telah tercakup.
4. Tinjau dan analisalah praktek-praktek yang ada dan peroleh sebanyak
mungkin latar belakang tentang masalah-masalah, dan teliti semua
dokumen yang berhubungan dengan suatu prosedur spesifik.
5. Siapkan konsep naskah (draft) dari prosedur yang diusulkan.
6. Peroleh komentar-komentar atas naskah dari semua departemen yang
berkepentingan dan semua fungsi yang berhubungan.
7. Siapkan konsep (draft) yang telah direvisi yang merekonsiliasikan
sudut-sudut pandangan yang bertentangan dan masukkan saran-saran
sejauh dapat dilakukan.
8. Siapkan suatu konsep akhir (final draft) untuk persetujuan
pelaksanaannya.
9. Tetapkan daftar distribusi, dengan memastikan bahwa mereka yang
layak menerima, akan menerima tembusannya.
10. Siapkan dan distribusikan buku pedoman.
Dalam penyiapan konsep naskah (draft), harus diberikan
pertimbangan khusus terhadap hal-hal sebagai berikut :
1. Prosedur-prosedur harus disajikan secara jelas dan ringkas.
13
2. Judul harus cukup deskriftif mengenai subyeknya.
3. Dikehendaki penggunaan bentuk outline secara ekstensif.
4. Konsep naskah harus menyediakan ruangan yang cukup untuk
adanya perubahan-perubahan.
5. Dalam naskah harus tersedia ruangan untuk tanda adanya
persetujuan.
14
BAB VI
PENUTUP
Buku “Panduan Menyusun Buku Pedoman” ini memiliki manfaat antara
lain sebagai berikut:
1. memperoleh pengetahuan dalam mengembangkan buku pedoman yang
baik,
2. mengetahui sistematika yang ada dalam sebuah buku pedoman,
3. mengetahui hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
sebuah buku pedoman, dan
4. mampu menerapkan teori yang ada dan mengembangkan buku pedoman
sesuai dengan yang ada dalam buku ini.
Dengan demikian, pihak-pihak yang ingin menyusun, mengembangkan,
dan membuat buku pedoman dapat menghasilkan buku pedoman yang baik
dan efektif digunakan oleh penggunanya.
15
REFERENSI
Worotitjan, Elfira. 2010. Penyiapan dan Pemeliharaan Buku Pedoman.
http://elfiraworotitjan.wordpress.com/2010/09/19/penyiapan-dan-
pemeliharaan-buku-pedoman/ . Diakses pada bulan Agustus 2013.
Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2012. Pedoman.
http://kbbi.web.id/pedoman. Diakses pada bulan Agustus 2013.
Apriyadi, Widi. 2013. Kalimat Efektif (Pengertian, Ciri, dan Contoh Kalimat
Efektif). http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/kalimat-efektif-
pengertian-ciri-dan.html. Diunduh pada Kamis, 22 Agustus 2013
pukul 15.35 WIB.
http://www.sttrcepu.ac.id/p2m/download/F2.pdf diunduh pada Kamis, 22
Agustus 2013 pukul 13.58 wib
Anonim. 2013. Perencanaan Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan (Juklak).
http://www.ilmutekniksipil.com/pengelolaan-dan-pengendalian
proyek/perencanaan-petunjuk-pelaksanaan-pekerjaan-juklak .
Diunduh pada Kamis, 22 Agustus 2013 pukul 09.04 wib
16