pandangan kerangka iasb
TRANSCRIPT
Pandangan kerangka IASB/AASB berbda dari FASB, pembuat standar di Amerika
Serikat. Pernyataan konsep nomor 6 (paragraf 68-69) membedakan antara beban dan
kerugian. Kerugian adalah penurunan aset bersih dari transaksi perifer atau insidential
dan peristiwa lain yang mungkin sebagian besar berada diluar kendali perusahaan. Beban
berkaitan dengan operasi utama atau pusat entitas yang sedang berlangsung. Berkaitan
dengan hal ini, Henderson, Peirson dan Brown berpendapat mengenai pemisahan ini:
“ Perbedaan oleh FASB antara beban dan kerugian tampaknya tidak terlalu berguna. Hal
ini membutuhkan penilaian tentang apakah suatu transaksi merupakan bagian dari operasi
utama atau pusat yang sedang berlangsung pada entitas. Tidak membedakan antara beban
dan kerugian memiliki keleihan yang berbeda. Manajemen tidak akan lagi mampu
memutuskan bahwa arus keluar aset adalah kerugian dan menghilangkannya dari
penentuan laba usaha.
Perbedaan antara kerangka FASB dan IASB akan menjadi subjek diskusi dimana dewan
berusaa untuk mengkonversi kerangka dan standarnya. Revisi substansial dan luas untuk
kerangka IASB sedang berlangsung.
Perubahan dalam aset dan kewajiban
Pendapatan dan beban langsung berkaitan dengan aspek nilai aset dan kewajiban. Seara
alami, pendapatan dan beban terjadi karena peristiwa (yaitu peningkatan nilai kewajiban
atau penurunan nilai aset) dalam operasi bisnis. Pada kenyataannya peristiwa perubahan
dalam aset dan kewajiban bukanlah suatu hal yang mudah untuk diamati. Yang membuat
definisi biaya operasional adalah konsep arus fisik yang melibatkan entitas, sehingga
deinisi kerangka kerja mengacu pada arus keluar atau penurunan aset atau kenaikan
kewajiban.
Definisi di kerangka kerja tidak membuat reerensi hubungan beban terhadap pendapatan,
meskipun keduanya didefinisikan dalam hal manfaat ekonomi masa depan. Ada abaiknya
mengkorelasikan pendapatan dengan barang dan jasa yang mendukung peristiwa tersebut,
bukan hanya dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi. Definisi dalam kerangka
berkisar manfaat ekonomi masa depan sehingga memasukkan konsistensinya dengan
menggunakan definisi aset sebagai acuannya.
Beban dan Biaya
Kerangka menyiratkan bahwa menggunakan aset memerlukan biaya untuk entitas. Hal ini
sesuai dengan argumen sebelumnya bahwa beban merupakan perubahan nilai. Perubahan
nilai mengacu pada pengorbanan yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh layanan.
Jika tidak ada biaya untuk perusahaan, maka tidak ada beban. Contohnya jika seorang
karyawan menyediakan layanan tanpa bayaran, mungkin hanya untuk mendapatkan
pengalaman, tentu perusahaan tidak akan mencatat beban gaji. Jika mesin disumbangkan
untuk perusahaan dan meskipun aset dinyatakan dalam nilai wajar, secara teoritis tidak
benar, berdasarkan akuntansi biaya historis, bagi perusahaan untuk dicatat
penyusutannya. Kadang beban ini disebut “biaya kadaluwarsa (expired cost)”. Komite
khusus AAA tahun 1957 mendefinisikan sebagai berikut:
“Beban adalah biaya kadaluwarsa, yang secara langsung atau tidak langsung pada suatu
periode fiskal, aliran barang atau jasa ke pasar dan operasi yang terkait.
LO2 Pengakuan Beban
Kerangka kerja menetapkan dua kriteria untuk pengakuan beban dalam paragraf 83:
Item yang memenuhi definisi suatu elemen diakui apabila:
a. Adanya kemungkinan manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke atau dari entitas.
b. Item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan.
Untuk beban harus memenuhi kedua kriteria diatas untuk diakui dalam laporan keuangan.
Kriteria pertama, kerangka menyatakan bahwa konsep probabilitas sesuai dengan
ketidakpastian pada lingkungan dimana entitas beroperasi. Penilaian teradap tingkat
ketidakpastian yang melekat pada aliran manfaat ekonomi masa depan harus dibuat atas
dasar bukti yang tersedia saat laporan keuangan disusun (paragraf 85).
Jika probabilitas diinterpretasikan ± 50%, penerapannya bisa bertentangan dengan
karakteristik kualitatif kehati-hatian (prudence) pada kerangka paragraf 37. Prudence
adalah dimasukkannya tingkat kehati-hatian dalam penilaian yang diperlukan untuk
membuat estimasi dalam kondisi ketidakpastian, seperti aset atau pendapatan tidak
overstated dan kewajiban atau beban tidak understate.
Karakteristik kualitatif netralitas (paragraf 36) dimana mensyaratkan informasi dalam
laporan keuangan harus bebas dari bias. Dengan demikian, penyusunan laporan keuangan
harus berhati-hati dalam penilaian dan estimasi, tetapi tidak menciptakan bias dalam
informasi yang dilaporkan. Contohnya biaya yang overstatement mencerminkan kehati-
hatian yang berlebihan dan kurangnya netralitas tidak akan diterima sebagai informasi
yang dapt diandalkan.
Kriteria kedua mensyaratkan bahwa biaya dapat diukur dengan keandalan. Hal ini
menyediakan kasus dimana estimasi dibutuhkan, contohnya beban penyusutan,beban
piutang tak tertagih, dan bukti yang tepat untuk mendukung validitas estimasi diperlukan.
Ketika informasi tersebut bebas dari kesalahan material dan bias dan dapat
diandalkan oleh pengguna untuk mewakili penyajian yang wajar dan dimaksudkan untuk
disajikan atau diharapkan bisa disajikan.
Kerangka menunjukkan bahwa beban yang harus diakui dalam laporan laba rugi pada
saat penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban yang telah timbul dapat diukur dengan andal (paragraf 94). Ini
berarti pada dasarnya, pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
kewajiban dan penurunan aset. Contohnya:
- Perubahan nilai aset menimbulkan depresiasi, amortisasi atau impairment
expense
- Perubahan nilai kewajiban untuk imbalan kerja menimbulkan keuntungan dan
kerugian yang dimasukkan dalam pendapatan
Dalam praktiknya, menentukan kapan harus mengakui beban atau kerugian dapat
dijadikan subjek perdebatan.
LO3 Pengukuran Beban
Pengukuran kenaikan kewajiban dan penurunan aset pada periode berjalan tampaknya
menjadi tugas yang sederhana namun kewajiban dapat meningkat karena akuisisi pada
periode berjalan pada peralatan operasi utama dengan estimasi umur operasi beberapa
tahun. Inin berarti bahwa dalam menentukan beban pada periode berjalan, sejumlah
keputusan harus dibuat mengenai bagaimana beban harus dialokasikan pada periode yang
akan mendatang dari pendapatan yang dihasilkan.
Ada beberapa standar akuntansi yang memberikan panduan tersebut, misalnya IAS Vo/
AASB 116 tentang aktiva tetap memungkinkan untuk nilai aset yang harus di depresiasi
dan diukur dengan beberapa cara setelah pengakuan (misalnya cost model dan revaluation
model) dan untuk beberapa pilihan alternatif penyusunan (misalnya garis lurus, saldo
menurun dan unit produksi). Kriteria keputusan ditujukan untuk mendukung konsep
akuntansi aktual tentang penocokan beban terhadap pendapatan pada periode yang
berhubungan.
Kompleksitas proses dan kebijaksanaan dalam penetapan teknik alokasi dan teknik
pengukuran merupakan masalah utama bagi mahasiswa akuntansi dan fokus pada bagian
ini.
Alokasi Biaya
Salah satu pendekatan untuk mengukur biaya adalah dengan mengalokasikannya ke
periode yang berhubungan. Konsep matching membentuk dsar akuntansi aktual.
IASB/AASB framework mengakui konsep matching pada paragraf 95 yang menyatakan:
“Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu dari pendapatan”.
Proses matching melibatkan pengakuan simultan atau gabungan pendapatan dan beban
yang dihasilkan seara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain.
Contohnya berbagai komponen harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama pada
saat pendapatan diturunkan dari penjualan barang (paragraf 95).
Bagi beberapa akuntan, menghubungkan upaya (beban) dan prestasi (pendapatan) untuk
suatu periode tertentu adalah ungsi utama dari akuntansi. Namun dalam prakteknya,
matching yang tepat adalah tugas yang sulit dan melibatkan judgement yang tepay pada
bagian akuntan. Akuntan harus mengidentiikasi aset yang telah digunakan (expired) dan
jumlahnya harus dihapuskan dari pendapatan pada periode tersebut.
Matching concept sangat penting dalam akuntansi biaya historis. Konsep ini memandu
akuntan dalam menentukan biaya yang harus dibebankan dan dicocokkan ke pendapatan
pada periode tersebut dan untuk biaya yang belum berakhir dicatat sebagai aset di neraca.
Untuk mengatasi masalah yang terkait dengan biaya, ada 3 metode dasar untuk
menentukan dan mengukur beban terkait dengan matching concept:
- Menghubungkan sebab akibat
- Alokasi sistematis dan rasional
- Pengakuan langsung
Metode yang pertama adalah cara yang idel untuk menentukan jumlah beban, sedangkan
metode kedua dan ketiga adalah alternatif jika metode pertama tidak dapat digunakan.
1. Hubungan sebab akibat
Cara ideal yang cocok dengan menghubungkan beban dengan pendapatan adalah
dengan mengaitkan sebab dan akibatnya. Berdasarkan pengamatan, akuntan
memutuskan bahwa barang dan jasa tertentu yang digunakan harus membantu dalam
penciptaan pendapatan untuk periode tersebut. Contoh: komisi penjualan, biaya
penjualan, gaji dan upah. Adanya keterkaitan antara upaya yang dilakukan oleh
tenaga penjualan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode tersebut. Oleh karena
itu, upaya mereka yang diwakili oleh komisi yang dibayar atau terutang pada mereka
harus dikaitkan dengan pendapatan saat ini.
Berdasarkan prinsip pengakuan pendapatan, tidak ada biaya penjualan jika tidak ada
pendapatan. Misalnya dalam kontrak kontruksi jangka panjang. Ketika metode
penyelesaian kontrak digunakan, tidak ada biaya konstruksi (beban), selama tidak ada
pendapatan konstruksi diakui. Pada metode ini, biaya konstruksi yang terjadi untuk
periode tersebut diasumsikan telah membantu pendapatan, sehingga beban dicatat
untuk jumlah biaya konstruksi. Pada kenyataannya teknik umum untuk memastikan
rasio penyelesaian adalah dengan menggunakan biaya konstruksi aktual atas biaya
konstruksi total yang diharapkan dari proyek.
Namun, menghubungkan sebba akibat mungkin sulit untuk ditetapkan dalam praktik.
Salah satu alasannya adalah bahwa dalam praktiknya ada “cost attacth” concept yang
merupakan dasar aturan sebab-akibat. Paton dan Littleton mengakui bahwa dalam
situasi yang khas kita tidak dapat menemukan dasar untuk “cost attach”. Pada
dasarnya, akuntan tidak secara langsung mengaitkan biaya dengan pendapatan, tetapi
sesuai dengan biaya untuk interval waktu.
Kritikus juga menunjukkan bahwa aturan sebab-akibat menyiratkan bahwa jumlah
pendapatan tertentu daat disebabkan oleh sejumlah beban. Misalkan total pendapatan
adalah $ 100.000 dan total biaya adalah $ 60.000. Dari total biaya ¼ nya adalah untuk
gaji dan upah (atau sebesar $ 15.000). jika kita mendiskusikan tentang sebab dan
akibat, kita mengklaim bahwa gaji dan upah yaitu jasa yang diberikan oleh karyawan
yang dihasilkan dari ¼ dari pendapatan atau $25.000 . namun tidak ada akuntan yang
menyatakan hal itu dan tentu saja tidak dapat dibuktikan.
2. Alokasi yang sistematis dan rasional
Menghubungkan sebab dan akibat tidak dapat digunakan untuk semua biaya. Bila
hal itu terjadi, alternatifnya adalah menggunakan prosedur alokasi yang
sistematis dan rasional. Tujuannya adaah untuk mengakui beban dalam periode
akuntansi dimana manfaat ekonomi dihubungkan dengan barang-barang yang
dikonsumsi atau expired (kerangka paragraf 96). Prinsip alokasi biaya aset untuk
periode sekarang dan masa depan dalam akuntansi. Proses pencocokan dimulai
dengan menghubungkan biaya dengan segmen waktu. Bila ini tercapai, jumlah
beban diasumsikan berkorelasi dengan pendapatan untuk periode tersebut.
IAS 16/AASB 116 tentang set tetap mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi
sistematis dari nilai aset selama masa manfaatnya. Dengan demikian penyusutan
adalah proses alokasi.
Depresiasi adalah prosedut diamana biaya dialokasikan secara sistematis dan
rasional untuk periode manfaat yang diharapkan akan diterima.
Mempertimbangkan depresiasi sebagai alokasi biaya tidak memuaskan untuk
sejumlah alasan. Beban adalah peristiwa moneter yang disebabkan oleh peristiwa
fisik. Penyusutan merupakan sebuah fenomena yang terjadi, dan beban yang
dicatat adalah efek moneter. Bauran peristiwa dan metode pengukuran terjadi
karena teori cost attach.
Di Amerika Serikat , Komite Terminologi melihat depresiasi sebagai penurunan
kegunaan, sama dengan penurunan potensi layanan. Namun yang lainnya
temasuk ekonom melihat depresiasi sebagai penurunan nilai aset yang tidak sama
dengan pendapat akuntan. Suatu penurunan nilai biasanya berarti penurunan
harga pasar. Akuntan melihat aset tidak lancar jangka panjang sebagai “kumpulan
layanan masa depan” yang makin lama semakin kecil karena:
1. Faktor fisik seperti keausan karena penggunaan
2. Faktor ekonomi seperti keusangan
Akuntan memilih untuk menggunakan alokasi biaya untuk mengukur penurunan.
Sejumlah prosedur bisa diturunkan dari prinsip dasar selama prosedur tersebut
rasional dan sistematis dan dipertimbangkan dapat diterima.
Alokasi biaya adalah konsep yang cocok yang mengarah ke berbagai prosedur,
misalnya garis lurus, saldo menurun ganda, jumlah unit produksi, jumlah angka
tahun dan metode lainnya. Kesulitan yang timbul dibanyak perusahaan adalah
memilih metode alokasi berdsarkan alasan-alasan yang tidak ada hubungannya
dengan pola manaat.
Kelemahan dari alokasi biaya adalah karena bergantung pada estimasi dan asumsi
yang mungkin sewenang-wenang. Contohnya adalah amortisasi goodwill.
Sebelum penetapan luas dari standar IASB pada tahun 2005, banyak entitas
mengamortisasi goodwill selama 20 tahun atau kurang dan dengan metode garis
lurus. Beberapa perusahaan berpendapat bahwa goodwill tidak menurunkan nilai,
dan karena itu tidak harus diamortisasi. Mulai 1 Januari 2005 IFRS tidak
menyarankan amortisasi untuk goodwill, sehingga menghindari asumsi sepihak
yang digunakan dalam proses amortisasi. IFRS 3 / AASB 3 tentang kombinasi
bisnis paragraf 54 menyatakan bahwa setelah akuisisi, goodwill yang diperoleh
dalam penggabungan usaha akan diukur sebesar biaya perolehan dikurangi
kerugian penurunan nilai. Dengan demikian proses estimasi untuk menentuka
amortisasi goodwill tidak diperlukan.
Area lain dimana alokasi digunakan adalah pembayaran berbasis saham. Dalam
IFRS 2 / AASB 2 mensyaratkan bahwa perusahaan mancatat beban sehubungan
dengan penghasilan yang diberikan kepada karyawan, baik dalam bentuk uang
tunai, aset lain atau instrumen ekuitas. Tiga bentuk pembayaran berbasis saham
adalah:
1. Pelunasan ekuitas dengan pembayaran berbasis saham (entitas menerima
barang dan jasa sebagi pertimbangan untuk instrumen ekuitas sendiri)
2. Pelunasan kas dengan pembayaran berbasis saham (entitas memperoleh
barang dan jasa dengan menibulkan kewajiban untuk jumlah berdsarkan nilai
instrumen ekuitas)
3. Transaksi lainnya (entitas menerima atau memperoleh barang dan jasa, dan
entitas atau pemesok memiliki pilihan apakah melunasi transaksi dalam kas
atau ekuitas)