pandangan diri cosplayer pada komunitas...
TRANSCRIPT
PANDANGAN DIRI COSPLAYER PADA KOMUNITAS
JAPAN MATSURI
SKRIPSI
“Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Public Relations
Program Studi Ilmu Komunikasi”
Oleh:
Mulyanah
Nim. 6662130703
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mulyanah
NIM : 6662130703
Tempat, tanggal lahir : Serang, 2 Agustus 1994
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PANDANGAN DIRI COSPLAYER
PADA KOMUNITAS JAPAN MATSURI” adalah hasil karya sendiri, dan
seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila dikemudian hari skripsi ini mengandung unsur plagiat, maka gelar
kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, 19 Juli 2018
Mulyanah
iv
“Aku Melihatmu Berdoa dalam
Doaku”
-Salahuddinal Ayubi-
Untuk Ibuku tercinta yang tak pernah berhenti
mendoakan, memberi motivasi dan selalu memberi
semangat dalam hidupku.
v
ABSTRAK
Mulyanah. 6662130703. 2018. Tim Pembimbing : Dr. Rd. Nia KaniaKurniawati, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. NaniekAfrilla F, S.Sos, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua. Judul Penulisan :Pandangan diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pandangan Diri
Cosplayer pada komunitas Japan Matsuri. Penelitian ini dilaksanakan pada
lingkup Komunitas Japan Matsuri ketika melakukan event seperti di bekasi,
jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa konsep pandangan diri Cosplayer pada
Komunitas Japan Matsuri dipengaruhi oleh konsep mind, self dan society. Dimana
dari ketiga konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor para anggota
Komunitas Japan Matsuri mengikuti kegiatan cosplayer, karena memang rasa
penasaran mereka dan kebiasaan mereka dalam menggambar atau menonton
anime serta pengaruh dan ajakan dari orang lain misal temannya. Masyarakat
memandang hal ini adalah hal yang wajar, selama mereka tidak menyimpang dari
budaya dan norma yang sudah ada di indonesia.
Kata Kunci : Interaksionisme Simbolik, George Herbert Mead, Pandangan
Diri Cosplayer.
vi
ABSTRACT
Mulyanah. 6662130703. 2018. Adviser team : Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati,S.IP., M.Si. the first adviser and Dr. Naniek Afrilla F, S.Sos, M.Si. as thesecond supervisor. Title of reasearch : View of self the cosplayer for Japanmatsuri of Community.
The purpose of this research is to know about view of self the Cosplayer for Japan
Matsuri Community. This research did hold in the Japan matsuri of community
when did events of Cosplayer in Bekasi or Jakarta city dan the methode of this
research of qualitatif methode. The result of this research that view of self the
cosplayer for Japan matsuri of Community is inffluenced by concept of mind, self
and society. Where the three concepts can be drawn the conclusion that the
factors of japan matsuri of community members follow the cosplayer activities,
because it is feel to know and their hobbies in drawing or watching anime and the
influenced by invitation their friends. The people see this a natural thing, as long
as they do not left from the culture and norms that already exist in Indonesian.
Keywords : Symbolic interactionism, George Herbert Mead, View of self thecosplayer for Japan matsuri of Community.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokathu.
Puji syukur semoga terus terlimpah kepada ALLAH AWT karena berkat
rahmat dan karunia’Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang
berjudul “Pandangan Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri”. Tak lupa
pula Shalwat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Rasullah, Nabi
Muhmmad SAW serta para sahabatnya semoga rahmat dan hidayah’Nya selalu
dilimpahkan padanya.
Hasil pembuatan Proposal Penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah
satu sayarat untuk memenuhi kewajiban dalam Tugas Akhir Penelitian pada
konsentrasiI lmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi FakultasI lmu Sosial
dan Ilmu Poilitik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mendapat bantuan yang tidak
sedikit dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak secara langsung,
sehingga skripsi ini dapat di selesaikan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan ucapan
terimakasih kepada seluruh pihak yang rela memberikan saran dan kritik kepada
penulis terutama kepada para dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang senantiasa
memberikan pengarahan kepada penulis agar bisa lebih maju lagi kedepannya dan
pihak lain yang dengan ikhlas membantu baik moril dan saran kepada penulis.
Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada:
viii
1. Allah SWT, atas limpahan nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkan
kepadaku dan kedua orang tuaku. Segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkanku agar terus berpikir hingga hari ini.
2. Baginda Rosul Muhammad SAW, Wahai Kekasih Allah, pembawa
kebenaran untuk semua Umat dan membawa Hidayah yang tidak dapat
dinilai harganya.
3. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M,Pd, selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekat Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
6. Bapak Darwis Sagita M.I.Kom, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.IP., M.Si selaku Pembimbing I
Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya
untuk terus memberi pengarahan.
8. Ibu Dr. Naniek Afrilla F, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing II Skripsi yang
telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus
memberi pengarahan.
ix
9. Ibu Dr. Rahmi Winangsih Dra, M.Si, selaku Dosen Penguji I Skripsi yang
telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus
memberi pengarahan.
10. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom selaku Dosen Penguji II Skripsi yang
telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus
memberi pengarahan.
11. Ibu Dr. Mia Dwianna W, S.Sos, M.I.Kom, selaku Dosen Pembimbing
akademik yang sentantiasa selalu memberi waktu untuk terus
membimbing dan memberi pengarahan.
12. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
13. Seluruh Staf pegawai di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
14. Kepada Ibu dan Bapak yang tak henti-henti memberikan Doa, terima kasih
atas semua yang telah Ibu dan Bapak lakukan untuk hidupku, terimakasih
telah menghiasi hari-hariku dengan senyuman yang menguatkanku dan
telah menjagaku hingga saat ini.
15. Kepada saudara-saudara penulis, kakak dan adikku yang terus memberi
dukungan dan semangatnya.
16. Terima kasih juga untuk teman-teman yang selalu menemani, memberi
motivasi, dan selalu memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
x
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih baik lagi dalam
penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan
ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Serang, 19 Juli 2018
Mulyanah
Nim. 6662130703
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS...................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR QUOTE DAN PERNYATAAN ....................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
1.3 Identifikasi Masalah .................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................8
1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................8
BAB II KAJIAN TEORITIS...............................................................................9
2.1 Kajian Teoritis ............................................................................................. 9
2.1.1 Ilmu Komunikasi...........................................................................9
xii
2.1.1.1 Proses Komunikasi ..................................................................12
2.1.1.2 Sifat Komunikasi .....................................................................13
2.2Teori Interaksionisme Simbolik..................................................................... 14
2.3Konsep Diri....................................................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Konsep Diri ...............................................................17
2.3.1.1 Pikiran (Mind) ........................................................................18
2.3.1.2 Diri (Self) ................................................................................30
2.3.1.3 Society (Masyarakat) ..............................................................34
2.3.2 Dimensi-Dimensi Konsep Diri....................................................36
2.3.3 Ciri –Ciri Konsep Diri.................................................................37
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri...................................41
2.3.5 Bentuk-Bentuk Konsep Diri........................................................44
2.3.6 Dampak Konsep Diri...................................................................45
2.4 Costume Play (cosplay) .....................................................................46
2.4.1Karakter Cosplay .............................................................................. 50
2.5 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 52
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 54
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................57
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 57
3.2 Kehadiran Peneliti ..................................................................................... 59
xiii
3.3 Data dan Sumber data ............................................................................... 59
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 60
3.5 Keabsahan Data ......................................................................................... 67
3.6 Informan Penelitian ................................................................................... 69
3.7 Tahap Akhir Penelitian ............................................................................. 70
3.8 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian ................................................ 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................72
4.1 Profil Narasumber ..................................................................................... 73
4.1.1 Profil Komunitas .........................................................................73
4.1.2 Profil Key Informan ....................................................................74
4.1.3 Profil Informan Pendukung.........................................................78
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 80
4.2.1 Konsep Perspektif Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri ...80
4.2.2 Konsep Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri ............86
4.2.3 Konsep Pola Jaringan Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri96
4.3 Pembahasan.............................................................................................. 100
4.3.1 Pikiran atau Mind ......................................................................100
4.3.1.1 Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri memaknai diri (self)
nya sebagai seorang cosplayer. ...........................................................101
xiv
4.3.1.2 Pemikiran (Thought) memaknai Cosplayer pada Komunitas
Japan Matsuri. .....................................................................................105
4.3.1.3 Significant others memaknai Cosplayer pada Komunitas Japan
Matsuri. ...............................................................................................107
4.3.2 Pandangan diri Cosplayer pada Komuunitas Japan Matsuri.....111
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan................................................................................................... 114
5.2 Saran.......................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunitas Japan Matsuri didirikan di Bekasi sejak tahun 2013 dan
memiliki 200 anggota dan 30-50 yang aktif ber-cosplay, recruitment yang
dilakukan Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan mempromosikan komunitasnya
di Facebook kemudian memberikan link Group WhatsApp, Bbm, dan Line. Japan
Matsuri Komunitas atau dalam tulisan kanji 日本の祭り -dibaca Nihon no
Matsuri- adalah sebuah komunitas penggemar Matsuri/Festival Jepang. Japan
Matsuri Komunitas adalah wadah bagi para penggemar Matsuri agar bisa bertemu,
berkumpul, dan menjadi keluarga saat berada di Matsuri/Festival Jepang. Selain
itu Japan Matsuri Komunitas atau yang biasa disebut JM Komunitas, merupakan
salah satu tempat/wadah untuk mengembangkan bakat dan kreativitas bagi para
penggemar Jepang di indonesia, Saat ini JM Komunitas sudah memiliki beberapa
cabang komunitas diantaranya: Japan Matsuri Jabodetabek, Japan Matsuri
Bandung, Japan Matsuri Semarang, dan Japan Matsuri Surabaya, Kemungkinan
komunitas ini akan diperluas lagi hingga keluar pulau jawa.
Matsuri (祭?) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual
untuk kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di
Jepang. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur
disebut kunchi. Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai
tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto atau
2
kuil Buddha.Walaupun demikian, ada pula berbagai "matsuri"
(festival) yang bersifat sekuler dan tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.
Logo Japan Matsuri Komunitas diambil dari icon boneka daruma. Daruma
(だるま atau 達磨?) adalah boneka sekaligus mainan asal Jepang dengan bentuk
hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong serta tidak memiliki kaki dan
tangan. Model dari benda ini adalah Bodhidharma, pendiri dari Zen. Boneka ini
merupakan pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum tercapai.
Daruma dijual dengan kedua belah mata yang belum digambar. Orang yang ingin
harapan atau cita-citanya terkabul menggambar salah satu sisi dari kedua matanya
dengan kuas dan tinta. Bila harapan orang tersebut sudah tercapai, daruma akan
menerima mata yang satunya lagi.七転び八起き (nanakorobi yaoki) adalah salah
satu peribahasa Jepang yang artinya: 7 kali jatuh, 8 kali bangun. Peribahasa ini
mengisyaratkan kita agar tetap semangat dan pantang menyerah walaupun harus
jatuh bangun hingga berkali-kali.
Komunitas Japan Matsuri berada dalam sebuah wadah komuniti. Dalam
hal ini, cosplay dapat di mengerti sebagai suatu bentukkan komuniti yang mana
para anggontanya berpenampilan seperti layaknya tokoh-tokoh fiktif pada anime,
manga, dan video game jepang. Penampilan tersebut pun ditunjukkan melalui
sebuah bentuk pemakaian kostum yang di sertai dengan melakukan sebuah
performa gerak yang seolah menirukan ketokohan fiktif pada anime, manga,
tokutatsu dan video game Jepang.
3
Salah satu yang paling menarik dan menonjol dan menarik untuk
diperhatikan dari komunitas Japan Matsuri adalah para pelaku cosplay yang
melakukan beberapa kegiatan bakti sosial yaitu suatu kegiatan wujud dari
kepedulian atau rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Dimana dengan
adanya kegiatan ini kita dapat merekatkan kekerabatan terhadap orang lain. Bakti
sosial yang dilakukan oleh Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan membantu
biaya pengobatan Bungsu Ramadhina Tiscana (Bungsu) dari Candy Metal yang
menderita penyakit kanker darah (Leokimia) stadium 2. Beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan menjual pin dan stiker
kepada pengunjung yang hadir di festival jepang Official J-Festa Day 5 maret
2017.
Penjiwaan atau pemeranan karakter yang dilakukan oleh cosplayer
berhubungan dengan konsep diri dari cosplayer tersebut. Konsep diri adalah
kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi
(Baron dan Byrne, 2005:165). Menurut Brian Tracy (2005:48), konsep diri ini
terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu diri ideal (self-ideal), citra diri (self image),
dan harga diri (self esteem). Konsep diri akan menentukan bagaimana cosplayer
memandang atau mempersepsikan dirinya sendiri. Karakteristik fisik, penampilan
(kostum beserta aksesorisnya) dan hobi para cosplayer ini yang membuatnya
berbeda dengan individu lainnya serta memiliki keunikan tersendiri1. Hal inilah
yang membuat penelitian ini berfokus pada sejauhmana hubungan antara hobi
cosplay dengan konsep diri pada anggota Komunitas Japan Matsuri.
1Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 hal 21
4
Cosplay berati hobi mengenakan pakaian atau aksesoris dan rias wajah
seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan
video, penyanyi dan musik idola dan film kartun. Pelaku pemain kostum disebut
pemain kostum (cosplayer), dikalangan penggemar cosplayer juga disingkat
sebagai coser/cosu. Peserta permainan kostum bisa dijumpai dalam acara yang di
adakan perkumpulan sesama penggemar (dÕjin circle), seperti komik market,
atau menghadiri dari group musik yang bergenre visual kei.
Pertunjukan Cosplay pada umumnya dapat dinikmati oleh para pecinta
Cosplay dan orang umum pada saat berlangsungnya sebuah event yang biasa
disebut dengan festival budaya Jepang. Sampai saat ini di Indonesia sudah banyak
pihak yang menyelenggarakan event tersebut. Event atau Festival Budaya Jepang
saat ini hampir tiap bulan diadakan dari berbagai daerah, tidak jarang event
tersebut menjadi event rutin tahunan yang diselenggarakan.
Cosplay secara istilah merupakan gabungan kata “costume” yang berarti
kostum atau pakaian dan “play” yang artinya bermain. Istilah ini merupakan
istilah buatan jepang yang merupakan serapan dari bahasa inggris atau disebut
juga wasei-eigo. Cosplay secara harfiah berrati suatu kegiatan menggunakan
pakaian yang mirip seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga,
dongeng, video game, penyanyi, dan seorang musisi lengkap dengan tata rias dan
aksesorisnya. Seorang cosplay juga melengkapi penampilan tersebut dengan
5
menirukan adegan atau gerakan mirip dengan tokoh manga/anime yang di
perankannya.Seorangcosplayerbiasanya juga di sebut sebagai coser2.
Konsep diri adalah pandangan dimana seorang individu mampu
mengetahui batasan kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. George
Herbert Mead “menjelaskan konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan
perasaan individu mengenai didrinya yang timbul sebagai hasil dari suatu
interaksi sosial (Burns, 1993:80)3. Setelah banyak melakukan interaksi dan
seseorang mampu mengetahui tentang hal-hal yang menjadi kelebihan ataupun
kekurangannya, terlebih ia mampu untuk mengarahkan tindakannya maka didalam
orang tersebut akan tumbuh konsep diri yang positif. Tetapi ketika orang tersebut
tidak mengetahui hal-hal yang jadi kelebihan ataupun kekurangannya, maka akan
cenderung tumbuh konsep diri yang negatif.
Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku
sesuai dengan konsep diri yang dimiliki4. Konsep diri inilah yang akan digunakan
oleh setiap individu dalam menjalankan kehidupan sosial dan interaksi dengan
orang-orang yang ada disekitarnya. Tingkat keberhasilan individu dalam bertahan
hidup didalam kolam yang bernama lingkungan sosial akan dipengaruhi oleh
penyesuaian konsep diri itu sendiri. Ketika penyesuaian konsep diri itu berhasil
maka akan timbul kepercayaan diri yang akan mendukung untuk keberhasilan
menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Tapi jika penyesuaian itu gagal, maka
2 www.loop.co.id.articles/cosplay-bukan-sekedar-pakai-kostum di akses tanggal 5 April 2018pukul 8.10 wib3 Ibid4 Jallaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2000, halaman 104
6
individu tersebut memiliki kecenderungan untuk terhambat ataupun gagal dalam
menjadi bagian dari lingkungan tersebut.
Beralih kepada teori interaksionisme simbolik. Konsep diri dan
interaksionime simbolik merupakan dua teori yang saling berkaitan. Menurut
LaRossan & Reitzes (1993) individu-individu mengembangkan konsep diri
melalui interaksi dengan orang lain dan konsep diri membentuk motif yang
penting untuk perilaku5. George Herbert Mead dalam teori interaksionisme
simbolik mengemukakan 3 poin penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu
pikiran (mind), diri sendiri (self) dan masyarakat (society).3 konsep tersebut
mendasarkan pembentukan konsep diri yang utama.Tiap konsep tersebut memiliki
tingkat pengaruh yang berbeda kepada individu. Pikiran akan membentuk konsep
didalam alam bawah sadar individu. Konsep diri sendiri telah masuk kedalam
bagian yang akan lebih jauh, yakni mengenai hal yang Nampak dari ciri fisik.
Cooley menyebutnya sebagai the looking – glass self. Sedangkan masyarakat
merupakan panggung dimana individu dengan konsep dirinya tampil didalam
sebuah pranata sosial, George Herbert Mead (Rakhmat, 2007:106) juga
mengurangi masyarakat sebagai Significant Other dan Reference Group.
Significant Other merupakan orang terdekat yang memiliki arti yang sangat
penting.
George Herbert Mead mengatakan bahwa dalam perkembangan
Significant Other seseorang akan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan
menurut pandangan orang lain terhadap dirinya atau ia menilai dirinya sesuai
5 Richard West dan Turner Lynn H, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, 2008,halaman 96
7
dengan persepsi orang lain. Pandangan terhadap keseluruhan diri sendiri disebut
dengan Generalize Other ada kelompok yang secara emosional mengikat seorang
dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Ini disebut Reference Group
atau kelompok rujukan.Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan
perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya6.
Dari hasil pengamatan-pengamatan langsung yang tertangkap oleh peneliti
di lapangan dan berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk memahami
dan mengkaji lebih dalam Pandangan Diri Cosplayer dalam Komunitas Japan
Matsuri.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya dapat
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Pandangan Diri Cosplayer Pada
Komunitas Japan Matsuri?
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Perspektif Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri?
2. Bagaimana Konsep Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri?
3. Bagaimana Pola Jaringan Cosplayer Komunitas Japan Matsuri?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk menguraikan Perspektif Cosplayer Komunitas Japan Matsuri.
6 Ibid 101 - 103
8
2. Untuk menguraikan Konsep Diri Cosplayerpada Komunitas Japan
Matsuri.
3. Untuk memahami Pola Jaringan Cosplayer Komunitas Japan Matsuri.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini peneliti akan menggambarkan
proses pembentukan konsep diri berdasarkan yang dibuat oleh George
Herbert Mead, khususnya interaksi simbolik yang berkaitan dengan
lingkup intrapersonal riset antar budaya yang dialami sebuah
kelompok atau organisasi sebagai bagian dari masyarakat. Kegunaan
praktis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat
memberikan stimulus kesadaran dan masukan terutama bagi
masyarakat bahwa Komunitas Japan Matsuri merupakan komunitas
yang positif untuk menyalurkan hobi mengenai kostum kartun Jepang.
1.5.2 Manfaat Praktis
Kiranya peneliti ini akan dapat memberikan tambahan sebagai
sumber literature bagi Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Serta mampu memberikan pemahaman kepada kita semua
bagaimana sebuah hobi yang kita cintai bisa menghasilkan berbagai
emosi yang berbeda dari tiap-tiap individu.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Ilmu Komunikasi
Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-
individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.Komunikasi
merupakan aspekyang tidak akan bisa dilepaskan dari kehidupan sosial yang
dilakoni oleh manusia. Segala macamlini kehidupan manusia dapat
dipastikan memerlukan komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Mulai
daritangisan seorang bayi hingga gerakan seorang manusia lanjut usia yang
berbaring sakit pun dapat diklasifikasikan sebagai bentuk komunikasi. Dan
define komunikasi sendiri sudah banyak dijelaskan oleh para ahli, namun
“istilah komunikasi atau dalam Bahasa inggris communication, dan
bersumber darikata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
sama makna. 7
Bernard Berelson & Gary A. Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai
transmisi informasi, gagsan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
menggunakan simbol-simbol – kata-kata, gambar, figure, grafik dan
sebagainya. Tindakan atau tranmisi itulah yang disebut dengan
7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2007, Halaman 9
10
komunikasi.8James A.F. Stoner dalam bukunya yang berjudul:
Manajemen, menyebutkanbahwa kmunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengeritian dengan cara pemindahan pesan.
9Sedangkan JohnR Sehemeron cs. Dalam bukunya yang berjudul: Managing
Organizional Bahavior, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat di artikan
sebagai proses antarpribadi dalam mengirimkan dan menerima simbol-simbol
yang berarti bagi kepentingan mereka10. Carl I. Hovland yang dikutif oleh
Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”. Ilmu
Komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar
asas-asas penyampaian informasi serta pembentukkan pendapat dan sikap.11
Dari semua definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa arti komunikai itu sendiri adalah suatu proses
penyampaian pesan dari suatu pihak ke pihak yang lain agar saling
mempengaruhi diantara keduanya. Yang melibatkan berbagai simbol pesan
dengan maksud untuk menyampaikan presefsi dan makna antara kedua belah
pihak.
Salah satu formula yang sering dijadikan acuan para ahli dan para
penduduk di keilmuan komunikasi adalah dengan menggunakan formula
milik Harold Laswell. Yang mana formula Laswell mengemukakan bahwa
“cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab
8 Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2005,Halaman 689 Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, Halaman 810 Ibid11Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya: Bandung,1994,Hal 9
11
pertanyaan : who say what in which channel to whom with what effect (siapa
mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa)12.
Jika kita menjelaskan esensi komunikasi dari penelitian ini dan
dikaitkan menggunakan formula milik Laswell, maka dapat dijawab bahwa
Cosplayer disini sebagai orang yang menyampaikan pesan (who), kemudia
(say what) merupakan pnyampaian isi pesan, lambang dan makna yang
disampaikan cosplayer kepada lawan bicaranya, media yang digunakan untuk
berkomunikasi yang dilakukan oleh cosplayer merupakan komunikasi
antarprbadi ataupun melalui media (in which channel), lalu komunikasi yang
dilakukan oleh cosplayer dalam penelitian ini difokuskan pada komunikasi
dengan significant other dan reference group (to whom), dan pada akhirnya
berujung kepada hal yang akan diteliti yaitu efek terbentuknya konsep diri
dari Cosplayer tersebut dimana konsep diri positif atau negative yang
melekat pada Cosplayertersebut. Tentunya komunikasi merupakan suatu
yang flexible. Didalam penelitian ini Cosplayer bisa berperan menjadi
komunikator dan disaat yang sama, dengan significant other dan reference
group pun bisa berperan sebagai komunikator.
Dengan demikian, dijelaskan bahwasanya komunikasi harus memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Komunikator (communicator, sender, source).
2. Pesan (message).
3. Media (channel media).
12 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007,Halaman 253
12
4. Komunikan (communicant, communicate, recipient receiver).
5. Efek (effect, impact, influence).
2.1.1.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan
atau pemikiran yang dilakukan oleh komunikator (sumber) kepada
komunikan (penerima). Proses komunikasi dapat terjadi dengan
berbagai cara. Namun Onong Uchijana Effendy membagi proses
komunikasi kedalam 2 tahapan. Yaitu:
1) Proses komunikasi secara primer, proses ini adalah proses
penyampaian pikiran dana tau perasaan seseoran kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah Bahasa, kiat
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dana tau perasaan komunikator
kepada komunikan.
2) Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang
menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya
karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang
relative jauh atau jumlahnya banyak., surat, telepon, surat
13
kabarmajalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi.13
2.1.1.2 Sifat Komunikasi
Ada 4 macam sifat komunikasi, yaitu:
1. Tatap muka (face to face)
2. Bermedia (mediated)
3. Verbal (verbal)
- Lisan (oral)
- Tulisan (write)
4. Non Verbal (Non-Verbal)
- Gerakan isyarat kita (gestured)
- Bergambar (victorial) 14
Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sifat komunikasi
yang pertama adalah tatap muka (face to face communication) yaitu
komunikasi yang berhadapan langsung antara komunikator dan
komunikanya. Komunikasi selanjutnya dapat dinamakan dengan
komunikasi berbedia atau istilah asingnya (mediated communication).
Komunikasi ini menggunakan alat bantu perantaranya.
Sifat komunikasi selanjutnya adalah komunikasi verbal (verbal
communicaition). Merupakan komunikasi dengan menggunakan
13Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2007, Halaman 3314 Ibid Halaman 6
14
Bahasa sebagai alatnya dan bibir untuk medianya. Adapun komunikasi
verbal ini bisa diklasifikasikan menjadi komunikasi lisan (oral
communication) dan komunikasi tulisan (write communication).
Dan sifat komunikasi yang terakhir ada komunikasi yang dilakukan
tidak menggunakan asfek verbal melalui bibir dengan media utamanya.
Yang dinamakan komunikasi non verbal ( nonverbal communication)
yaitu komunikasi yang menggunakan kial (gesture/body
communication) dan komunkasi gambar (pictorial communication).
2.2 Teori Interaksionisme Simbolik
Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer
sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih
dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi
oleh Blumer guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki idea yang
baik, tetapi tidak terlalu dalam dan spesifik sebagaimana diajukan G.H.
Mead.
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan
interaksinya dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu
aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran
simbol yang diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku
manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia
membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan
ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang
15
mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka
sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna
dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu
medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan
perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi
sosial dan kekuatan sosial.15
Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah
interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada
cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang
mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga
pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap
perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.16
Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-
premis berikut:17
1. individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan
termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia)
berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan
tersebut bagi mereka.
2. makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada
obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi
15Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2002), Hal.68
16Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, trans. M. Dwi Mariyanto andSunarto (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), 14.
17AlexSobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya, 2004), 199
16
itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan
hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek
fisik, tindakan atau peristiwa itu ) namun juga gagasan yang abstrak.
3. makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu,
sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam Tanda-Tanda
interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu
dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya
sendiri. Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat
dalam bukunya yang berjudul Mind, Selfdan Society. Mead megambil tiga
konsep kritis yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain
untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik.18
Tiga konsep itu dan hubungan di antara ketiganya merupakan inti
pemikiran Mead, sekaligus key words dalam teori tersebut.
Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang bahasa,
interaksi sosial dan reflektivitas.
18Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, and Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,Revisi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 136
.
17
2.3 Konsep Diri
2.3.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan refleksi dari seseorang individu mengenai
dirinya sendiri yang bersifat pribadi, dinamis dan evaluatif secara singkat,
konsep diri merupakan pandangan dimana seorang individu mampu
mengetahui apa yang dimilikinya, yaitu kelebihan dan kekurangannya.
George Herbert Mead menjelaskan konsep diri sebagai pandangan,
penilaian, dan perasaan individu mengenai dirinya yang timbul sebagai
hasil dari suatu interaksi sosial (Burns, 1993:80).19 Konsep diri sendiri
berkembang oleh banyak faktor, tapi faktor pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari interaksi dengan lingkungan merupakan faktor utama dalam
membentuk konsep diri seseorang.
Jalaludin Rachmat menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan
bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki.20 Jadi bagaimana
seseorang individu melakukan interaksi dimasa kecilnya, itu akan di bentuk
hingga dia memiliki pandangan tentang dirinya sendiri. Dan dari proses
pembentukan konsep diri tersebut akan membentuk suatu karakter yang
extrovert, optimis dan memiliki kepercayaan diri yang baik atau konsep diri
yang positif, ataupun terbentuknya konsep diri yang introvert, pesimis dan
kurang percaya diri atau memiliki konsep diri yang negatif.
19 Burns, R.B. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku, Arcan. Jakarta.1993. Alih Bahasa: Eddy, Halaman 8020 Jalaludin Rachmat, Psikolog Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, Halaman 104
18
2.3.1.1 Pikiran (Mind)
Pikiran, yang didefinisikan oleh Mead sebagai proses percakapan
seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu,
pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam
proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses
sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran.
Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara
substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan
individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu
respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang
kita namakan pikiran.
Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan
bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa
yang di sebut pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari
konsep logis nlain seperti konsep ingatandalam karya Mead melalui
kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan
mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat pikiran
secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang
mengarah pada penyelesaian masalah.21
Bentuk ini membawa pada suatu tindakan dan respon yang dipahami
oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-simbol itulah maka akan
21George Ritzer and Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2007), 280.
19
terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari pengalaman isyarat
makna yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai bentuk hasil
interaksi dengan orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki
makna, maka stimulus dan respons memiliki kesamaan untuk semua
partisipan.22Makna itu dilahirkan dari proses sosial dan hasil dari proses
interaksi dengan dirinya sendiri.
a. Pemikiran George Ritzer
Pemikiran adalah konsepsi, pengertian yang terdapat didalam
pikiran itulah yang dimaksud dengan konsepsi.
Metatheori menurut George Ritzer,
Metateorisasi adalah sebuah praktik yang sudah umum di bidang
sosiologi.Sementara teoritisasi sosiologi berupa memahami dunia
social, methateorisasi di dalam sosiologi berupaya untuk memahami
teorisasi sosiologi. Meneorisasikan praktik teorisasi juga terjadi dibidang
akademik lain, namun hal ini khususnya sudah lazim didalam sosiologi.
Awalan’ Meta’ mengandung arti setelah, mendekati, dan melewati,
yang sering digunakan untuk mendeskripsikan studi tingkat ke dua
(McMullin,1970). Misalnya ‘S’ merupakan sebuah subjek studi.Studi ‘S’
merupakan studi tingkat pertama, S1; dan studi S1 merupakan studi
tingkat kedua, S2.Maka, studi tingkat kedua atau metastudi adalah studi
terhadap studi, yang mengatasi sekaligus melebihi studi tingkat pertama.
22Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke PostPositivistik(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), 223
20
Refleksivitas metastudi mencakup pemantauan terus-menerus oleh
para praktisi terhadap studi tingkat pertama lewat telaah-diri (Self-
examination)dan pengarahan-diri (self-Direction).Telaah-diri
membutuhkan (1) Penilaian empiris terhadap pencapaian (Produk)studi
tingkat pertama dan (2) Evaluasi kritis terhadap ketetapan maksud
studi (tujuan)sekaligus keefektipan sarana studi (Proses).
Jadi metastudi adalah upaya normative yang bertujuan memaknai dan
memberikan arah pada studi-studi tingkat pertama. metasosiologi adalah
salah satu subtype metastudi,yang terfokus pada aktifitas-aktifitas
penelitian dibidang sosiologi.
Autobiografi Sebagai Alat Metatheoritis
Karya biografi dan auto biografi berguna membantu kita dalam
memahami karya teoritis sosiologi pada umunya. Thomas hankin, sejarah
ilmu menjelaskan sebagai berikut:
Biografi lengkap seorang ilmuan, yang tak hanya meliputi
kepribadian saja, tetapi juga mengenai karya ilmiah dan konteks
sosial dan intelektual di zamannya…masih tetap menjadi cara
yang terbaik untuk menemukan masalah yangmengelilingi tulisan
tentang sejarah ilmu. ilmu di ciptakan oleh individu, tetapi banyak
di antara karya ilmiah itu yang di dorong oleh kekuatan dari luar,
yang berpengaruh melalui ilmuan itu sendiri. Biografi adalah
lensa kesustraan, dengan lensa ini kita dapat melihat proses
penciptaan ilmu dengan cara yang terbaik. (Hankins, 1979;14)
21
Apa yang di tegaskan oleh Hankins mengenai ilmu pada umunya
menjelaskan orientasi saya atas biografi teoritis sosiologi, termasuk diri
saya sendiri, guntingan auto biografi ini di rencanakan untuk memberikan
kesan bahwa biografi dapat di manfaatkan sebagai alat untuk analisis
metateoritis.
Peran seorang tokoh dalam kancah pengembangan
dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat berarti.Ini menandai
bahwa keilmuan secara dinamis berkembang melalui hasil “ijtihad” para
tokoh. Mereka meluangkan waktu untuk berfikir dan mengartikulasikan
gagasan gagasannya untuk kemudian disosialisasikan. Niatan utama
mereka adalah proses kesinambungan pola pikir dan membentengi
matinya pengetahuan. Salah satu tokoh kaliber dunia yang
mengkampanyekan bahaya globalisasi terhadap dunia pendidikan lewat
teori “Mc Donaldisasi pendidikan tinggi” adalah George Ritzer.Ia
dikenang sebagai pencetus teori McDonaldisasi, sebagai kritik atas
kelemahan sistem global dalam mempengaruhi pola pikir kehidupan
manusia di berbagai belahan dunia. Sebagai figur yang banyak mengkaji
studi sosiologi dan makroekonomi, ia juga concern terhadap pendidikan.
Siapa semestinya dia dan bagaimana pemikirannya tentang pendidikan?
Metatheorizing Dalam Sosiologi
Tak hanya sosiologi yang melahirkan meta-analisi dalam arti
membuat studi refleksi dalam sosiologi. Pakar lain yang melakukannya
antara lain filsuf (Radnitzky, 1973),psikologi (Gerven, 1973,1986;
22
Schmidt, et.al,1984), ilmuan politik (Connolly, 1986) dan sejarawan
(white, 1973).
Diluar fakta bahwa meta-analis ditemukan juga dibidang ilmu lain,
berbagai jenis sosiolog, tak hanya pakar metateori saja, juga melakukan
analisis serupa (zhao, 1991). Kita dapat mengelompokan berbagai tipe
meta-analisis dalam sosiologi dibawah judul Metasosiologi yang dapat
didefinisikan sebagai Studi Refleksi tantang Struktur yang melandasi
sosiologi pada umumnya dan struktur yang melandasi pada umumnya-
subtantif area (misalnya, tinjauan umum hall 1983 tentang pekerjaan),
konsep-konsep (analisi konsep “Struktur” dari rebinstein 1986), metode
(metametode, contohnya upaya Brewer dan Hunter 1989), data (meta-data-
analisi; contoh nya fredlich,1984; Hunter, Schimidt, dan Jakson, 1982;
polit dan Pablo, 1987; Wolf, 1986), dan teori-teori. Metateori inilah yang
menjadikan sasaran ritzer atau sosiolog .23
b. Pikiran
Pikiran, yang didefinisikan oleh Mead sebagai proses percakapan
seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu,
pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam
proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses
sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi
pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif.
Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk
23Ritzer, George - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke-6.2010 ,Jakarta :Kencana Prenada media group.
23
memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi
juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan
pikiran.
c. Simbol (Symbol)
Secara etimologi, pengertian simbol berasal berasal dari istilah
bahasa Yunani yakni Symboion dari Syimballo yang berari menarik
kesimpulan berarti kesan. Secara terminologi, pengertian symbol
adalah sarana atau media untu membuat dan juga menyampaikan pesan,
menyusun sistem epistemologi dan menyangkut soal keyakinan yang
dianut (Sujono S, 2001: 187). Pengertian simbol tidak lepas dari ingatan
manusia secara tidak langsung bahwa manusia pasti akan mengetahui apa
yang disebut dengan simbol. Tidak hanya itu, biasanya simbol
didefinisikan sebagai suatu lambang yang digunakan sebagai pengirim
pesan atau keyakinan yang telah dianutnya dan juga mempunyai makna
tertentu.
Arti simbol sering terbatas pada tanda yang konvensionalnya,
yakni sesuatu yang dibangun oleh masyarakat ataupun individu yang
memiliki arti tertentu yang disepakati bersama atau anggota
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia juga biasa
membicarakan mengenai simbol. Begitu juga kepada kehidupan manusia
yang tidak mungkin tidak berurusan dengan suatu hasil kebudayaan.
Namun, setiap harinya orang dapat melihat, mempergunakan dan bahkan
24
setiap orang kadang kala merusak kebudayaan tersebut. Padahal,
kebudayaan sebagai hasil ciptaan manusia selaku anggota masyarakat
yang bersumber dari masyarakat dan tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat, jadi masyarakat memiliki peran besar sebagai tempat dan
mendukung hadirnya suatu kebudayaan tersebut. 24
Simbol juga dapat diartikan sebagai berikut.
Simbol adalah tanda yang terlihat untuk menggantikan gagasan
ataupun objek.
Sombol adalah kata, tanda ataupun isyarat dalam mewakili sesuatu
misalnya arti, kualitas, objek, abstraksi, dan gagasan.
Simbol adalah arti dari kesepakatan bersama
Simbol biasa diartikan secara terbatas sebagai tanda yang
konvensional, sesuatu yang dibangun oleh masyarakat ataupun
individu dengan arti tertentu yang kurang lebih standar dan disepakati
ataupun digunakan anggota masyarakat tersendiri.
Dalam fakta sejarah pemikiran, istilah simbol mempunyai dua arti
yang beragam dalam pemikiran terlebih menyangkut soal keagamaan.Arti
simbol dalam praktek keagamaan dianggap sebagai gambaran yang dapat
dilihat dari kenyataan tidak jelas dengan sistem pemikiran logis dan juga
ilmiah (Loren Bagus, 2005: 1007).
24Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka. hlm: 110
25
Menurut Herbert Blummer (1962) seorang tokoh modern dari teori
interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa pengertian simbol menurut
Blummer dalam istilah interaksionisme simbolik yang mengartikan
bahwa simbol merupakan sifat khas manusia untuk berinteraksi melalui
simbol.
Fungsi Simbol:
Manusia sebagai makhluk yang dalam perjalanannya telah mengenal
simbol, menggunakan simbol demi tujuan mengungkapkan siapa dirinya.
Manusia sebagai bagian anggota dalam masyarakat, sering kali
menggunakan simbol dalam memahami bentuk suatu
interaksinya. Olehnya itu, simbol memiliki fungsi atau peran penting
dalam bentuk komunikasi antar manusia (Faridatul Wasimah. 2012: 26).
Adapun fungsi simbol tersebut adalah sebagai berikut..
1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material
dan juga sosial dengan membolehkan mereka untuk memberi nama,
kategori, dan dalam mengingat berbagai objek yang mereka temui di
manapun dan kapanpun.
2. Simbol berfungsi menyempurnakan manusia dalam memahami suatu
lingkungannya.
3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berpikir. Arti
berpikir dianggap sebagai interaksi simboli dengan diri sendiri.
26
4. Simbol meningkatkan kemampuan manusia dalam memecahkan suatu
persoalan. Sedangkan manusia dapat berpikir, dengan memfungsikan
simbol-simbol sebelum melakukan suatu bentuk pilihan dalam melakukan
sesuatu. 25
d. Bahasa
Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli dan Secara Umum –
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang
dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya
menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Atau alat untuk
beriteraksi dan berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Pengertian bahasa secara umum
adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan
suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.
Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana
integrasi dan adaptasi.
Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi
ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat
pemakainya.Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri
25Wasimah, Faridatul. 2012. Makna Simbol Tradisi Mudun Lemah. Skripsi, UINSA. hlm: 25
27
berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan
adaptasi.
Berikut pengertian Bahasa menurut para ahli:
Mackey (1986:12)Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan
(lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi
yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem,
suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-
sistem.Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) Bahasa
merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai
tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
e. perilaku
pengertian perilaku adalah salah satu ciri manusia adalah
berperilaku namun tidak mudah untuk mendefinisikan apa yang dimaksud
dengan perilaku. Menurut Azwar (1995) psikologi memandang perilaku
manusia (Human behavior) sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun
bersifat kompleks. Menurut Walgito, (2005) perilaku atau aktivitas-
aktivitas disini adalah dalam pengertian yang luas. Yaitu meliputi perilaku
yang Nampak (over behavior) dan juga perilaku yang tidak nampak (inert
behavior).
Menurut Walgito (2010), perilaku manusia tidak dapat lepas dari
keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada.
Dalam hal ini ada beberapa teori perilaku, yang dapat dikemukakan:
28
1. Teori insting
Perilaku disebabkan karena insting merupakan perilaku yang innate,
perilaku yang bawaan dan insting akan mengalami perubahan karena
pengalaman.
2. Teori dorongan (Drive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan atau drive tertentu. dorongan ini berkait-kaitan dengan
kebutuhan –kebutuhan organisme yang mendorong organisme
berperilaku.
f. Significant Symbol
Symbol signifikan adalah sejenis isyarat yang hanya dapat diciptakan
manusia. Symbol yang menjawab makna yang dialami individu pertama
dan yang mencari makna dalam individu kedua adalah “bahasa”. Melalui
symbol sitgnifikan, manusia bisa berfikir. Pikiran merupakan proses
percakapan sesorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan dalam diri
individu. Sedangkan diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek
maupun objek. Diri mensyaratkan proses social: komunikasi antar
manuisia. Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Diri pada
dasarnya adalah proses social yang berlangsung dalam dua fase yang dapat
dibedakan yaitu “I” dan “Me”. “I” adalah tanggapan spontan individu
terhadap orang lain yang merupakan aspek kreatif yang tidak dapat
diperhitungkan dan tak teramalkan dari diri. “Me” adalah penerimaan atas
oramng lain yang dapat digeneralisir. Melalui “Me”-lah masyrakat
29
menguasai individu. Control social sebagai keunggulan ekspresi “Me”
diatas ekspresi “I”. Masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan
terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk “Aku” (Me).
Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu
berpotensi mengeluarkan simbol yang bermakna.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang
lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut. Melalui pemberian isyarat
berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan
sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain, kita
menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut.
Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa
gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing
pihak dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya
dengan baik. Hal ini mungkin terjadi karena individu-individu yang
terlibat dalam interaksi tersebut berasal dari budaya yang sama, atau
sebelumnya telah berhasil memecahkan perbedaan makna di antara
mereka.
Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus. Ada pihak-pihak
tertentu yang menggunakan simbol yang tidak signifikan – simbol yang
tidak bermakna bagi pihak lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus
secara terus menerus mencocokan makna dan merencanakan cara tindakan
mereka. Blumer menyatakan actor memilih, memeriksa, mengelompokkan
dan menstransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana
30
dia ditempatkan dan arah tindakannya.Tindakan manusia bukan
disebabkan oleh beberapa “kekuatan luar” tidak pula disebabkan oleh
“kekuatan dalam”. Individu membentuk objek-objek itu, merancang objek-
objek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan
tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut.Ini
merupakan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.
Demikian manusia merupakan actor yang sadar dan reflektif. Self
indication adalah ‘proses komunikasi yang sedang berjalan dimana
individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan
memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut”. Tindakan
manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian.
2.3.1.2 Diri (Self)
Self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang
tidak dimiliki oleh binatang. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri
sendiri sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain,
atau masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai
subjek. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dan
bahasa. Menurut Mead, mustahil membayangkan diri muncul dalam
ketiadaan pengalaman sosial. Karena itu ia bertentangan dengan konsep
diri yang soliter dari Cartesian Picture The self juga memungkinkan
orang berperan dalam percakapan dengan oranglain karena adanya
sharing of simbol. Artinya, seseorang bisa berkomunikasi, selanjutnya
menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa
31
yang sedang dikatakan dan menentukan atau mengantisipasi apa yang
akan dikatakan selanjutnya.
Mead menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang
bermakna) dan significant communication dalam menjelaskan bagaimana
orang berbagi makna tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda
dengan binatang, anjing yang menggonggong mungkin akan
memunculkan reaksi pada anjing yang lain, tapi reaksi itu hanya sekedar
insting, yang tidak pernah diantisipasi oleh anjing pertama. Dalam
kehidupan manusia kemampuan mengantisipasi dan memperhitungkan
orang lain merupakan ciri khas kelebihan manusia. Jadi the self berkait
dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering disebut sebagai self
control atau self monitoring. Melalui refleksi diri itulah menurut Mead
individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di mana mereka berada,
sekaligus menyesuaikan dari makna, dan efek tindakan yang mereka
lakukan. Dengan kata lain orang secara tak langsung menempatkan diri
mereka dari sudut pandang orang lain. Dari sudut pandang demikian
orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau
menjadi kelompok sosial sebagai suatu kesatuan.
a. I and Me
Inti dari teori George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya
tentang “I” and “Me”, yaitu dimana diri seorang manusia sebagai subyek
adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai obyek adalah “Me”.“I”
adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon
32
terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan.Dan ketika
didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran,
maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia
bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma, generalized
other, serta harapan-harapan orang lain. Sedangkan “I” adalah ketika
terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan
kreativitas diluar harapan dan norma yang ada.
Seperti namanya, teori ini berhubungan dengan media simbol dimana
interaksi terjadi. Tingkat kenyataan sosial sosial yang utama yang
menjadi pusat perhatian interaksionisme simbolik adalah pada tingkat
mikro, termasuk kesadaran subyektif dan dinamika interaksi antar
pribadi. Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain, kita juga
mempersepsi diri kita. Diri kita bukan lagi personal penanggap, tetapi
personal stimuli sekaligus. Bagaimana bisa terjadi, kita menjadi subjek
dan objek persepsi sekaligus? Diri (self) atau kedirian adalah konsep yang
sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik. Rock menyatakan
bahwa “diri merupakan skema intelektual interaksionis simbolik yang
sangat penting. Seluruh proses sosiologis lainnya, dan perubahan di
sekitar diri itu, diambil dari hasil analisis mereka mengenai arti dan
organisasi.26
26Ibid., 295.
33
Diri adalah dimana orang memberikan tanggapan terhadap apa yang
ia tujukan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi
bagian dari tindakannya, di mana ia tidak hanya mendengarkan dirinya
sendiri, tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab
dirinya sendiri sebagaimana orang lain menjawab kepada dirinya,
sehingga kita mempunyai perilaku di mana individu menjadi objek untuk
dirinya sendiri. Karena itu diri adalah aspek lain dari proses sosial
menyeluruh di mana individu adalah bagiannya.
Mead menyadari bahwa manusia sering terlibat dalam suatu aktivitas
yang didalamnya terkandung konflik dan kontradiksi internal yang
mempengaruhi perilaku yang diharapkan. Mereka menyebut “konflik
intrapersonal”, yang menggambarkan konflik antara nafsu, dorongan, dan
lain sebagainya dengan keinginan yang terinternalisasi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan self yang juga
mempengaruhi konflik intrapersonal, diantaranya adalah posisi sosial.
Orang yang mempunyai posisi tinggi cenderung mempunyai harga diri
dan citra diri yang tinggi selain mempunyai pengalaman yang berbeda
dari orang dengan posisi sosial berbeda.27
27Sindung Haryanto, SPEKTRUM TEORI SOSIAL DARI KLASIKHINGGAPOSTMODERN,(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), 79–80.
34
2.3.1.3 Society (Masyarakat)
Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat
(society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran
dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan
diri. Di tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan
sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu
dalam bentuk “aku” (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat
mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri,
untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Sumbangan terpenting Mead
tentang masyarakat, terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan
diri.
Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai
sejumlah pemikiran tentang pranata sosial (social institutions). Secara
luas, Mead mendefinisikan pranata sebagai “tanggapan bersama dalam
komunitas” atau “kebiasaan hidup komunitas”. Secara lebih khusus, ia
mengatakan bahwa, keseluruhan tindakan komunitas tertuju pada
individu berdasarkan keadaan tertentu menurut cara yang sama,
berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama dipihak
komunitas. Proses ini disebut “pembentukan pranata”.
Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama
komunitas ke dalam diri aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial
karena menurut pandangan Mead, aktor tidak mempunyai diri dan belum
menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga mereka tidak
35
mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan
komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, aktor harus
menginternalisasikan sikap bersama komunitas.
Namun, Mead dengan hati-hati mengemukakan bahwa pranata tak
selalu menghancurkan individualitas atau melumpuhkan kreativitas.
Mead mengakui adanya pranata sosial yang “menindas, stereotip,
ultrakonservatif” yakni, yang dengan kekakuan, ketidaklenturan, dan
ketidakprogesifannya menghancurkan atau melenyapkan individualitas.
Menurut Mead, pranata sosial seharusnya hanya menetapkan apa yang
sebaiknya dilakukan individu dalam pengertian yang sangat luas dan
umum saja, dan seharusnya menyediakan ruang yang cukup bagi
individualitas dan kreativitas. Di sini Mead menunjukkan konsep pranata
sosial yang sangat modern, baik sebagaipemaksa individu maupun
sebagai yang memungkinkan mereka untuk menjadi individu yang
kreatif.28
Ada 2 kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan konsep
diri seseorang. George Herbert Mead (Rakhmat, 2007:106) menyebutkan
kelompok pertama sebagai
a. Generalize other
Atau tahap menerima norma kolektif adalah tahap manusia telah menjadi
warga masyarakat yang sesungguhnya dalam menjalankan status dan
28Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010). 287–288.
36
perannya ketika berada dan berinteraksi dengan masyarakat. Pada tahap
ini seseorang telah dianggap dewasa dan sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas.Sedangkan significant other adalah
Orang lain yang sangat penting. Geroge Herbert Mead mengatakan bahwa
dalam perkembangan significant other seseorang akan menilai dirinya
secara keseluruhan menurut pandangan orang lain terhadap dirinya atau
ia memiliki dirinya sesuai dengan presepsi orang lain. Pandangan dari
keseluruhan diri sendiri disebut dengan generalize other.
b. Particular others
Kelompok yang secara emosional mengikat seseorang dan berpengaruh
terhadap pembentukan konsep diri berikutnya. Kelompok ini disebut
Reference Groups atau kelompok rujukan. Dengan melihat kelompokini,
orang mengarahkan perilaku dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompok.
2.3.2 Dimensi-Dimensi Konsep Diri
Dimensi konsepdiri meliputi banyak hal yang meliputi berbagai aspek
yang ada pada diri orang tersebut. Dimensi konsep diri menembus batasan
yang terbentuk secara alamiah. Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa
konsep diri terdiri atas tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut adalah:
1. Penegtahuan terhadao diri sendiri yaitu seperti usia, jenis kelamin,
kebangsaan, suku bangsa, dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar
julukan yang menempatkan seseorang kedalam kelompok umur,
kelompok suku bangsa maupun kelompok-kelompok tertentu lainnya.
37
2. Pengharapan mengenai diri sendiri yaitu pandangan tentang
kemungkinan yang terjadi pada diri seseorang dimasa depan.
Pengharapan ini merupakan diri ideal.
3. Penilian tentang diri sendiri yaitu penilaian antara pengharapan
mengenai diri seseorang dengan standar dirinya yang
akanmenghasilkan rasa harga diri yang dapat berarti seberapa besar
seseorang menyukai dirinya sendiri.29
Dimensi konsep diri mampu menembus pandangan dan penialain
seseorang terhadapdirinya sendiri. Dimensi yang ditembus dari dimensi
konsep diri antara lain fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri moral etik, dan
juga diri sosial yang diperoleh dari proses interaksi yang dialami dan
terjadi pada kehidupan mereka sehari-hari.
2.3.3 Ciri –Ciri Konsep Diri
Menurut William D. Brooks dan Philip (Rachmat,2007:105)
menjelaskan lima ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif
dan negative. Individu yang memiliki konsep diri yang positif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa yakin akan kemampuannya
Pada dasarnya, individu yang memiliki konsep diri yang positif
akan memiliki kecenderungan untuk percaya akan kemampuan yang
29Calhoun & Acocella. Psikolog Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, Semarang,Penerbit IKIP Semarang, 1990, Halaman 67
38
dimilikinya. Hal ini didasari oleh pengetahuan akan kelebihan yang
dimilikinya.
2. Merasa setara dengan orang lain
Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan merasa
bahwa kemampuan yang ia miliki tidaklah terlalu jauh dibawah
kemampuan orang lain, bahkan individu tersebut merasa bahwa
kemampuan yang dimilikinya tidak jauh lebih baik. Dengan begitu,
keinginan individu tersebut ingin belajar hal baru sangatlah besar
karena ia merasa belum puas dengan apa yang dia miliki.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu
Ketika individu dengan konsep diri positif melakukan hal yang
menurut dia benar, maka aka nada rasa kebanggaan yang timbul
didalam hatinya. Sehingga pujianyang dialamatkan padanya pun ia
anggap sebagai bonus dari jerih payah yang ia lakukan.
c. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan , keinginan, dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.
Umumnya, individu ini merupakan individu yang memiliki rasa
sosial yang tinggi. Ia merasa peduli dengan keadaan disekitarnya.
Individu ini memiliki keyakinanbahwa dia merupakan mahluk sosial
yang berdiri diatas kepentingan bersama. Sehingga ia merasa bahwa
segala ia lakukan akan memiliki dampak besar kepada masyarakat
disekitarnya.
39
d. Mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Seperti
poin sebelumnya, individu dengan konsep diri yang positif merupakan
individu yang mau untuk belajar dari hal baru yang terjadi
dimasyarakat. Sedangkan ciri-ciri individu dengan konsep diri yang
negatif:
1. Peka terhadap kritik
Individu dengan konsep diri yang negative merupakan individu
yang sangat peka terhadap kritik dari orang lain. Dalam hal ini,
peka yang dimaksud ialah sensitive dan sangat mencoba menolak
kritik tersebut karena ia merasa bahwa dirinya lah yang paling
benar. Meskipun kritik yang diberikan merupakan kritik yang
membangun, tapi ia merasa bahwa kritik tersebut merupakan
ejekan dan bermaksud untuk menjatuhkan harga dirinya.
2. Responsive terhadap orang lain
Sedikit berbeda dengan konsep diri yang positif, konsep diri
negative akan sangat renponsif terhadap pujian. Ketika individu
lain berusaha untuk menerima. Individu dengan konsep diri seperti
ini akan jauh berlebihan dalam menerima pujian yang dialamatkan
padanya. Hal ini tentunya akan membuat mereka akan puas
tentang suatu hal.
3. Tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada orang lain atau hiperkritis.
40
Individu sepereti ini akan akan sulit untuk mengakui kelebihan
yang ada pada orang lain. Mereka merasa bahwa pengetahuan dan
kemampuan yang mereka miliki jauh diatas kemampuan orang
lain. Biasanya mereka menetapkan standar yang lebih rendah untuk
dirinya sendiri.
4. Merasa tidak disenangi oleh orang lain
Pada umumnya, individu yang memiliki konsep diri yang negative
akan merasa dirinya tidak dibutuhkan oleh orang lain. Banyak
faktor mengapa mereka memilki steoretype seperti itu. Salah
satunya mereka menganggap dirinya memiliki kemampuan yang
lebih untuk melakukan segalanya oleh mereka dirinya sendiri. Hal
ini melahirkan anggapan bahwa kehadirannya akan kurang disukai
oleh orang lain.
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi yang terungkap dalam
keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Dalam hal kompetisi, individu dengan konsep diri seperti
itu biasanya akan cepat berputus asa. Mereka lebih memilih untuk
menjalankan kehidupan normal tanpa adanya siapa yang menjadi
lebih baik. Hal itu dikarenakan mereka merasa bahwa tanpa
kompetisi punmereka akan jauh lebih baik ketimbang orang lain.
41
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Konsep diri tidak lantas terbentuk begitu saja tanpa adanya contoh
dan arahan dari orang lain. Konsep diri terbentuk dan dibentuk atas dasar
proses interaksi yang terjadi dilingkungan individu tersebut. Individu akan
memiliki konsep diri yang baik ketika lingkungan memberikan contoh
bagaimana berinteraksi yang baik, dan itupun berlangsung sebaliknya.
WilliamD. Brooks menyebutkan bahwa ada empat faktor yang
memengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu:
1) Selft appraisial – viewing selft as an object
Istilah ini berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap dirinya
sendiri mencakup kesan-kesan yang diberikan kepada dirinya. Ia
menjadikan dirinya sebagai objek dalam komunikasi segaligus
memberikan penilaian terhadap dirinya. Istilah ini juga akan membawa
individu memberikan penilaian pada premis baik dan buruknya
tindakan yang terjadi didalam masyarakat. Hal ini berguna ketika
individu tersebut akanmemberikan kesan dan tanggapan dimasa yang
akan datang. Sehingga dapat meminimalisir dampak kegagalan sikap
yang indvidu tersebut tampakkan ke khalayak ramai.
2) Reaction and respone of others
Seseorang dalam memandang dirinya juga tidak hanya dipengaruhi
oleh pandangan dirinya terhadap diri sendiri, namun juga dipengaruhi
oleh reaksi dan respon dari orang lain melalui interaksi yang
berkesinambungan penilaian dilakukan seseorang berdasarkan
42
pandangan orang lain terhadap dirinya. Adanya reaksi dan respon dari
orang lain akan semakin memperkaya pengetahuan seseorang dalam
menjalani peran didalam sebuah prantara sosial yang penuh dengan
ineraksi.
3) Roles you play – role taking
Seseorang memandang dirinya berdasarkan suatu keharusan dalam
memaikan perantertentu yang harus dilakukan. Peran ini berkaitan
dengan sistem nilai yang diakui dan dilaksanakan oleh kelompok
dimana individu berada, sehingga dia harus ikut memaikan peran
tersebut.Individu sendiri yang mengontrol tindakan dan perilakunya,
dan mekanisme control tersebut terletak pada makna yang
dikonstruksikan secara sosial. Sekarang individu yang tahu akan
bagaimana perannya didalam sebuah tatanan masyarakat akan lebih
luwes untuk memberikan respon akan kejadian komunikasi yang
terjadi dilingkup sosialnya.
4) Reference groups
Secara singkat, reference group merupakan kelompok rujukan atau
kelompok rujukan yang akan dijadikan standar oleh individu dalam
melakukan interaksi. Peran kelompok rujukann ini dianggap sangat
penting mengingat perkembangan konsep diri juga dikembangkan dari
mana ia melakukan interaksi dasar. Kelompok rujukan ini
memungkinkan individu untuk mengembangkan tingkat kepercaan
diri, motivasi, dan cara interaksi yang nantinya akan melekat pada
43
individu-individu tersebut. Banyak orang yang bisa diklasifikasikan
kedalam kelompok rujukan, antara lain teman sebaya, teman
komunitas, teman sekantor, sahabat dan lain sebagainya.
Fitts juga mengatakan konsep diri yang berpengaruh kuat terhadap
tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan
lebih mudah meramalakan dan memahami tingkah laku seseorang. Pada
umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang
dirinya sendiri. Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor
yaitu:
a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan
perasaan positif dan perasaan berharga.
b. Kompetisi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
c.Aktualisasi diri, atau implementasidan realisasi dari potensi pribadi yang
sebenarnya.30
Dari faktor pembentuk konsep diri diatas, dapat dilihat bahwa peran
orang lain dalam pembentukan konsep diri sangatlah penting. Ada 2
kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan konsep diri
seseorang. George Herbert Mead (Rakhmat, 2007:106) menyebutkan
kelompok pertama sebagai significant other – orang lain yang sangat penting.
Geroge Herbert Mead mengatakan bahwa dalam perkembangan significant
other seseorang akan menilai dirinya secara keseluruhan menurut pandangan
30 Herdrianti Agustianti, Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan KonsepDiri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, PT Reflika Aditama, Bandung, 2006, Halaman 139
44
orang lain terhadap dirinya atau ia memiliki dirinya sesuai dengan presepsi
orang lain. Pandangan dari keseluruhan diri sendiri disebut dengan generalize
other.
Lalu kelompok kedua adalah kelompok yang secara emosional
mengikat seseorang dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri
berikutnya. Kelompok ini disebut Reference Groups atau kelompok rujukan.
Dengan melihat kelompokini, orang mengarahkan perilaku dan menyesuaikan
dirinya dengan ciri-ciri kelompok.31
2.3.5 Bentuk-Bentuk Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1990:72), dalam perkembangannya
konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
a. Konsep Diri Positif
Konsep diripositif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu
dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri
yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep
diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap
dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan tujuan
yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar
31 Jalaludidin Rachmat, Psikologi Komunikasi, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008,Halaman 101-105
45
untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta
menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.
b. Konsep diri negatif
Calhoun dan Acocella (1990:72) membagi konsep diri negatif menjadi dua
tipe, yaitu:
1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-
benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang
dihargai dalam kehidupannya.
2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa
terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga
menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari
seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang
tepat.
2.3.6 Dampak Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua yang dipikirkan dan dirasakan oleh
individu, tentang kepercayaan dan sikap yang individu pegang tentang diri
mereka sendiri. Konsep diri secara umum memberikan gambaran tentang
siapa individu dan dianggap sebagai petunjuk pokok keunikan individu
dalam perilaku.
Setiap individu akan cenderung mengembangkan konsep dirisesuai
dengan bagaimana ia melihat dirinya dan harapan ideal tentang bagaimana
dirinya, dengan hal lain maka yang akan termanifestasi dalam perilakunya
46
adalah bagiamana ia mampu untuk berperilaku sebagaimana persepsi yang
diterimanya baik itu dari diri sendiri, orang lain, maupundiri ideal yang
diharapkannya. Individu dengan gambaran diri positif akan cenderung
mengembangkan perilaku yang positif (penuh percaya diri, mempunyai
kemampuan problem solving dan lain-lain), sedangkan individu yang
mempunyai kosep diri negatif akan cenderung memiliki sikap dan
perilakuyang mengarah pada hal yang negatif (merasa inferior, pesimis
dan lainlain). Konsep diri sebagai suatu sikap pandang terhadap diri
sendiri merupakan dasar bagi tingkah laku individu. Bagaimana individu
menerapkan perilakunya tergantung bagaimana ia memandang dirinya
sendiri baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
2.4 Costume Play (cosplay)
Cosplay Menurut Wada (2010: 103), vice president dari COSPA inc
(perusahaan pembuatkostum karakter untuk cosplay) mengatakan bahwa
kegiatan cosplay dimulai sejak 30 tahun lalu. Berdasarkan keterangan
dokumen di tahun 1980, 13 kegiatan cosplay dimulai sejak acara tahunan
terbesar di Jepang bernama Comiket (Comic Market) dimana terdapat
banyak orang yang berpakaian seperti karakter pada Battleship Yamato.
Cosplay baru dikenal dunia internasional sebagai salah satu budaya populer
Jepang sekitar tahun 2000-an seiring perkembangan internet dan gambar
digital. Sekarang ini cosplay sudah berkembang dengan pesat di seluruh
dunia termasuk dan diakui sebagai budaya popular Jepang, kata cosplay
diambil dari bahasa Inggris yaitu costume dan play. Menurut Wang (2010:
47
18) kata costume diartikan bahwa seseorang memerlukan pakaian dan
aksesoris untuk bisa menjadi karakter tertentu dan kata play diartikan
sebagai salah satu jenis kegiatan melakukan suatu hal. Jadi pengertian
cosplayer adalah seseorang yang mengenakan pakaian lengkap dengan
aksesoris dan dandanan yang mirip dengan karakter tokoh baik di dalam
anime, game, ataupun video game dan mengikuti gerakan yang dilakukan
karakter tersebut seperti mimik muka untuk memberikan penampilan yang
terbaik (Bonnichsen, 2011: 7).
Ahn (2008: 68) menjelaskan karakter-karakter yang dilakukan oleh
cosplayer biasanya yang sedang tren atau karakter yang digemari,
seseorang mungkin saja memakai kostum karakter fiksi yang dilihat dari
komik, anime, video game, atau karakter fantasi yang mereka buat sendiri.
Ada pula yang melakukan cosplay dengan memerankan karakter yang
berbeda dengan jenis kelaminnya yaitu wanita memerankan karakter pria
atau sebaliknya. Suatu hal yang dapat dikembangkan dari cosplay
misalnya masing-masing memiliki kegiatan yang unik tersendiri,
keindahan kostum atau gerak tubuh, dan masuk ke dalam komunitas.
Wawasan luas mengenai budaya populer cosplay akan menjadikan
pemahaman baik secara keseluruhan tentang cosplay sehingga seseorang
mampu menjadi cosplayer yang baik. Edenjoy (2005: 34) menyatakan
yang dilakukan oleh cosplayer sebenarnya tidak hanya mengenakan
kostum dari karakter kesukaannya saja, akan tetapi dari cara berpikir,
perkataan, dan gerak tubuhnya pun harus dilakukan untuk bisa menjadi
48
karakter yang dimaksud dengan sempurna. Sehingga cosplayer harus
terlebih dahulu mempelajari mimik dan tingkah laku dari karakter yang
akan diperankan sebelum turun ke suatu acara cosplay.
Cosplay adalah salah satu hobi unik yang membutuhkan kreatifitas
dan skill tersendiri bagi yang menekuninya. Dengan bercosplay, seorang
cosplayer bisa menunjukkan kekaguman dan pemujaannya pada salah
satutokoh atau karakter dari sebuah seri film atau permainan video atau
jugamanga (komik Jepang). Kekaguman ini ditunjukkan dengan kemiripan
maksimal yang diusahakan oleh seorang cosplayer pada tokoh tersebut.
Mulaidari pakaian, sepatu, atribut pelengkap hingga make-up wajah dan
rambut palsu mereka kenakan. Selain kostum, untuk menghasilkan
penampilan yang semirip mungkin dengan karakter yang diperankan,
cosplayer tidak segan-segan menggunakan cat tubuh (body paint), kapur
rambut, clay bahkan hingga cairan latex untuk membuat efek-efek tertentu
pada dan danannya. Kemudian setelah semua aksesoris itu melekat di
tubuhnya, seorang cosplayer juga akan berakting sesuai dengan perilaku
tokoh atau karakter yang diperankannya tersebut semaksimal mungkin.32
Hobi merupakan sebuah kegemaran atau sebuah kebiasaan untuk
melakukan sesuatu yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi guna
mendapatkan sebuah kepuasan tertentu. Menurut kamus lengkap
Psikologi, hobi atau minat adalah satu sikapyang berlangsung terus
menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya
32http://artikelduniawanita.com/cosplay-trend-baru-di-kalangan-remaja.html diakses pada hariminggu 1 mei 2017 Pukul 9.50 Wib.
49
jadi selektif terhadap objek minatnya (Chaplin,2008 : 255). Hobi
merupakan bagian dari konsep diri seseorang. Hobi yang dikembangkan
secara baik dan terarah, didukung oleh diri, keluarga, dan lingkungan,
individu akan termotivasi untuk mengembangkannya dan mempengaruhi
rasa percaya dirinya serta pandangan dari lingkungan. (Burns, 1993: 209–
210).
Dengan menggeluti hobi, seorang individu dapat menegmbangkan
konsep dirinya kearah yang lebih positif. Ada berbagai macam jenis hobi.
Salah satu hobi yang kini tengah banyak diminati terutama oleh kalangan
muda yaitu hobi cosplay. Cosplay (Kosupure) adalah istilah bahasa Inggris
buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata “costume”
(kostum) dan“play” (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian
beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam
anime, manga dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan
film kartun33. Pelaku cosplay disebut “cosplayer”.
Banyak carabagi cosplayer untuk bisa mendapatkan kostum beserta
aksesoris cosplay tersebut. Ada yang membelinya di toko online ataupun
took biasa. Rata-rata harga kostum di toko online berkisar antara Rp
200.000hingga Rp 600.000. Bahkan, ada beberapa kostum yang dijual
dengan harga cukup tinggi, yaitu Rp 1 juta hingga Rp 2 juta tergantung
33http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay di akses hari kamis5 mei 2017 Pukul 8.50 Wib.
50
pada tingkat kesulitan, kerumitan, serta kualitas bahan dari pembuatan
kostum tersebut. 34
2.4.1 Karakter Cosplay
Takasou dan Rumine (2011: 15) menjelaskan kostum cosplay dapat
dibuat berdasarkan cerita anime atau manga, video game Jepang,
tokusatsu, dan ada yang menampilkan kostum seperti seragam sekolah,
robot, lolita, makhluk fantasi, dan bermacam-macam varian lainnya. Jenis-
jenis karakter cosplay adalah sebagai berikut:
1. Cosplay anime atau manga Cosplay yang berasal dari anime
maupunmanga. Biasanya tidak hanya komik Jepang namun juga dari
Barat.
2. Cosplay Game Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di
game misalnya Final Fantasy.
3. Cosplay Tokusatsu Cosplay yang diambil dari acara hiburan televisi
yang menggunakan kostum dan efek spesial dan umumnya bertemakan
kepahlawanan. Cosplay jenis ini biasa menampilkan spesial efek dan
pertarungan sebagai menu utama. Tokusatsu terdiri atas beberapa genre
seperti Ultraman, Kamen Rider, Super Sentai (yang kemudian
diadaptasi oleh Amerika Serikat menjadi Power Ranger), dan genre lain
yang memiliki tema superhero.
34http://inforitel.com/dpage.php?id=3&autoid=1102diakses pada hari minggu 1 mei 2017 Pukul10.10 Wib.
51
4. Cosplay Lolita Dalam Lolita Fashion, cosplay ini menyampaikan citra
kawaii yang mana mereka yang masih muda, kekanak-kanakan, dan
lucu. Kostum dalam karakter lolita berupa dress yang berenda,
membawa boneka binatang, bandana, atau payung sebagai
aksesorisnya. Lolita memiliki tipe-tipe sebagai berikut: - Gaya Sweet
Lolita Pakaian yang dikenakan terdiri dari warna pastel seperti pink,
putih, biru muda, dan dengan design motif yang kekanak-kanakan
sambil membawa 17 mainan, stroberi, ceri, kue, permen, hati, atau
bunga dan dengan dandanan yang natural dan rambut ikal yang di ikat
dua.
- Gaya Classic Lolita Berbeda dengan gaya sweet lolita yang memiliki
kesan lucu, classic lolita lebih mengarah pada gaya yang berkelas
dengan pola bunga dan nuansa yang anggun.
- Gaya Gothic Lolita Perpaduan antara gaya gothic dan lolita fashion.
Pakaian yang dikenakan biasanya berwarna khusus hitam dan putih
tetapi dapat juga meliputi warna biru-gelap kehitaman ataupun hitam
dan merah. Di tambah kaus kaki selutut ataupun stocking yang di
lengkapi dengan sepatu boots marry jane. Aksesorisnya pun hampir
sama dengan gaya lolita seperti topi, payung, bandana dan boneka.
5. Crossplay atau Crossdress Crossplay adalah cosplay wanita atau laki-
laki yang memerankan karakter yang bertolak belakang dengan jenis
kelaminnya.
52
6. Cosplay Original Cosplay yang benar-benar original tidak ada di anime,
manga, video game, dan lainnya. Dalam cosplay ini, cosplayer
mengenakan kostum sesuai dengan fantasi dan kreatifitasnya sendiri
dengan desain yang dibuat sedemikian rupa agar tampak menarik.35
2.5 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1. Kerangka berfikir
35http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2013-1-00459-JP%20Bab2002.pdf diakses pada tanggal 15maret 2018 pukul 12.40 wibDiunduh Pada Tanggal 11 Juli 2017 Pukul 14.00 Wib.
Pandangan Diri Cosplayer
pada Komunitas Japan Matsuri
Cosplayer pada Komunitas JapanMatsuri
Teori Interaksionime simbolik
Pikiran(mind)
Masyarakat(society)
Diri Sendiri(self)
- Generalize Other- Particular Other
- I- Me
- Pemikiran (thought)- Pikiran (mind)- Simbol (symbol)- Bahasa(Language)- Perilaku Vokal (Vocal)- Significant symbol
53
Cosplay sendiri adalah istilah bahasa inggris buatan Jepang (Wasei-eigo)
yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain).
Di Jepang, peserta kostumasa bisa dijumpai dalam acara yang diadakan
perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau
menghadiri konser dari grup musik yang bergenre Visual kei. Penggemar
kostumasa termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di
seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun
Indonesia.36
Proses menjadi seorang cosplayer tidak terjadi begitu saja dengan tanpa
kesengajaan. Didalam penelitian ini, penulis coba menggunakan konsep teori
milik Herbert George Mead, yakni interaksionisme simbolik dalam
menjelaskan bagaimana tiga ide dasar dalam konsep teori Mead berjalan.
Tiga ide dasar dalam teori interaksi simbolik tersebut adalah (1) Pikiran
(Mind) adalah kemampuan untuk belajar mengenali, menganalisis dan
menggunakan simbol-simbol yang ada disekitarnya. (2) Diri sendiri (Self)
adalah kemampuan untuk melihat dirinya sendiri atau self adalah dengan cara
mengambil peran atau menggunakan sudut pandang orang lain. (3)
Masyarakat (Society) adalah kemampuan dalam kehidupan sosial untuk
“membaca” tindakan dan maksud orang lain serta menanggapinya dengan
cara yang tepat.
36 https://cosplaybandung.weebly.com/blog/pengertian-cosplay diakses pada tanggal 12 maret2017 pukul 08.00 wib
54
Jalaludin Rachmat menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan
bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Jadi bagaimana
seseorang individu melakukan interaksi dimasa kecilnya, itu akan di bentuk
hingga dia memiliki pandangan tentang dirinya sendiri. Dan dari proses
pembentukan konsep diri tersebut akan membentuk suatu karakter yang
extrovert, optimis dan memiliki kepercayaan diri yang baik atau konsep diri
yang positif, ataupun terbentuknya konsep diri yang introvert, pesimis dan
kurang percaya diri atau memiliki konsep diri yang negatif.37
2.6 Penelitian Terdahulu
Sebagai rujukan lain dalam penelitian ini, penulis mengontrol dua contoh
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan pertimbangan bahwa
penelitian tersebut dianggap relevan dan ada ketertarikan dengan penelitian
yang sedang dilakukan penulis. Sehingga penelitian tersebut mampu
memberikan sedikit gambaran dalam memulai penelitian ini. kedua
penelitian terdahulu, yaitu:
37 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2008.
55
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Teori dan
Metode
Penelitian
Kesimpulan Persamaan Perbedaan
1. Konsep
Diri Otaku
Anime di
Kota
Serang
Tahun 2014
- Interaksionisme
Simbolik,
Konsep Diri,
Psikologi
Komunikasi
- Desain
Deskriptif
Kualitatif Desain Deskriptif Kualitatif.
- pandangan pencinta film
animasi atau key informan
dalam penelitian ini
menyakini pandangan
negative tentang Konsep
Diri Otaku Anime yang
ada di tengah masyarakat
adalah salah.
- simbol otaku melalui
pakaian yang bergambar
atau bertuliskan karakter
atau judul film animasi
yang mereka gemari
sebagai sebuah simbol
arifaktual mereka dalam
kesharianya.
- pengaruh keluarga dan
masyarakat masih bisa
memberikan control yang
kuat dalam
perkembangan. Pengaruh keluarga dan masyarakat masih bisa memberikan control yang kuat dalam perkembangan akan kesenangan yang mereka lakoni. Pengaruh keluarga dan masyarakat masih bisa memberikan control yang kuat dalam perkembangan akan kesenangan
sama-sama
menggunakan
Metode
Deskriptif
Kualitatif.
Menggunakan
teori yang sama,
dalam penelitian
ini pula sampel
yang dilakukan
secara purposive.
melibatkan
significant
others dalam
refence groups
dalam
penelitiannya.
2. Konsep
Diri Wanita
Pekerja
Seks
- Interaksionisme
Simbolik,
Konsep Diri,
Psikologi
- berdasarkan poin utama
yang ada dalam teori
interaksionisme simbolik.
Faktor self dan mind lah
sama-sama
menggunakan
Metode
Deskriptif
Perbedaan:
Tidak
melibatkan
significant
56
Komersial
(PSK) di
Kota
Serang
Tahun 2013
Komunikasi
-Desain
Deskriptif
Kualitatif.
yang utama mendorong
para pekerja seks
komersial ini melakukan
pekerjaannya. Faktor
ekonomi mendorong
mereka terus melakukan
pekerjaannya tersebut
meskipun mereka sadar
bahwa pekerjaan mereka
merupakan pekerjaan
yang memiliki pandangan
buruk di masyarakat.
- Faktor rujukan yang
didalam teori bisa
diklasifikasikan sebagai
society, menjadi kendala
utama mereka dalam
menjalani hidup. Para
pekerja seks komersial itu
tinggal dilingkungan yang
mayoritas penduduknya
beragama islam. Informan
pertama tetap menjaga
rahasia pekerjaannya
sebagai PSK. Sedangkan
informan kedua merasa
society yang ada
disekitarnya tidak terlalu
perduli dengan kehadiran
dirinya.
Kualitatif.
Menggunakan
teori yang sama,
dalam penelitian
ini pula sampel
yang dilakukan
secara
purposive.
others dalam
refence groups
dalam
penelitiannya.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
57
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk mengetahui konsep diri dari para cosplayer di Komunitas Japan
Matrsuri, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Karena penelitian
kualitatif membahas secara mendalam fenomena-fenomena tentang aspek
kejiwaan, perilaku, sikap tanggapan, opini, perasaan, keinginan, dan kemauan
seseorang atau kelompok.38 Pendekatan kualitatif artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melaikan angka tersebut berasal
dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo,
dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan penelitian
kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empiric dibalik fenomena
secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencorokkan antara realita
empiric dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.39
Menurut Keiler dan Miller dalam Moeleong yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahanya”.
38 Rony Kountur, Metode Penelitian, Penerbit PPM, Jakarta, 2007, Halaman 10539 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),Halaman: 131
58
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah , dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan,
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong.40
1. Menyesuakan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan
dengan kenyataan ganda.
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden.
3. Metode ini lebih peka dan menyesusaikan diri dengan manajemen
pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut
Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian
fakta tentang interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
40 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),Halaman: 138
59
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena.41
3.2 Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan.
Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah
berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang
dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun
berfungsi sebagai instrument pendukung. oleh karena itu, kehadiran peneliti
secara langsung dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami
kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan dana tau sumber data lainnya disini mutlak diperlukan.
3.3 Data dan Sumber data
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian.42 Sedangkan menurut
Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang
Pandangan Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan
41Moh.Nazir. Ph.D. Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,2003) Halaman 1642 Nasution, M.A ,S . Azaz-azaz Kurikulum, Penerbit Terate, Bandung , 1964, Halaman 34
60
cara wawancara langsung kepada para anggota Komuitas Japan Matsuri
yang menggunakan Costum Anime atau manga.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku
harian, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah
. Data sekunder jugadapat berupa majalah, bulletin, publikasi, dari
berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil surveydan sebagainya. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan para cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Rchman, bahwa penelitian disamping menggunakan metode
yang tepat, juga memiliki teknik dan alat pengumpulan data yang relevan
Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan proses trianggulasi, yaitu: 43
1. Wawancara
Wawancaraadalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan
itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewancara (interviewiner)
yang mengajukan pertanyaan dari yang di wawancarai (interview) yang
memberikan atas itu. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk
43 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),Halaman: 135
61
menggunakan menilai keadaan seseorang. Dalam wawancara tersebut
biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok,
sehingga didapat data informatik yang orientik.
Metode interview adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang
dilakukan dua orang atau lebih yaitu pewawancara atau terwawancara
(nara sumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (face to face).44
Sedangkan interviewyang penulis gunakan adalah jenis interview
pendekatan yang menggukan pentunjuk umum, yaitu mengharuskan
pewawancara membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-
pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara, penyusunan pokok-
pokok ini dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal ini pewawancara
harus dapat menciptakan suasana yang santai tetapi seriusyang artinya
bahwa interview dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main
tetapi tidak kaku.45
Wawancara digunakan untuk mngungkapkan data tentang para
Pandangan Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri.Dalam
penelitian ini dugunakan alatpengumpulan data yang berupa pedoman
wawancara atau instrument-instrument yang berbentuk pertanyaan-
pertanyaan yang ditunjukan pada para cosplayer pada Komunitas Japan
Matsuri.
2. Pengamatan / Observasi
44 Rony Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimeter (Jakarta, Ghalis,1994), Halaman 5745 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.2002, Halaman 133
62
Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indera.46Jadi Observasi merupakan
suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja
diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata terhadap
kejadian yang berlangsung yang dapat dianalisa pada waktu kejadian itu
terjadi. Dibandingkan metode survei metode observasi lebih obyektif.
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan
pengamatan atau pmusatan perhatian terhadap objek dengan
menggunakan seluruh alat indera, jadi mengobservasi dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.47
Dalam penelitianini diteliti langsung bagaimana Pandangan Diri
tentang cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri, dengan
menggunakan alat pengumpulan data yang berupa rekaman, gambar
dan catatan berkala.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang
tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada.48 Metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan buku,
46 Ibid 14547 Op Cit, Arikunto, Halaman 12848 Yatim Riyanto, Metodelogi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar, Surabaya; SIC, 1996,Halaman 83
63
surat, transkip, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan
sebagainya.
Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data
melalui peninggalan arsip-arsip melalui peninggalan arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau
hukum-hukum atau lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama
karena pembuktian hipotesisnya yang diajukkan secara logis dan
rasional melalui pendapat, teori atau hukum-hukum, baik mendukung
maupun menolak hipotesis tersebut
4. Analisi Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang
berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak
dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan
komplek padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh
dengan variasi (keragaman).49
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian
49 Burhan Bungi, Analisi Data Penelitian Kualitatif , Pemahaman Filosofis dan Metodelogis kearahPenguasaan Modal Aplikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Halaman 53
64
dasar.50Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.51
Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama
yang harus benar-benar dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi
data, kajian data dan penarikan kesimpulan atau perivikasi. Untuk
menganalisis berbagai data yang sudah ada digunakan metode deskriptif
analitik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan data yang sudah
diperoleh melalui proses analitik yang mendalam yang selanjutnya di
akomodasikan dalam bentuk Bahasa secara runtut atau dalam bentuk
naratif. Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulaidari
lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan,
mempelajari fenomena yang ada dilapangan. Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan caraproses
pengumpulan data Menurut Miles dan Humberman tahapan analisis
data sebagai berikut:52
1. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secraa obyektif dan apa adanya
sesuai hasil observasi dan wawancara di lapangan.
50 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),Halaman: 103
51 Ibid Halaman 352Milez, M.B. dan Humberman, A.M.1992. Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjetjep Rohendi,Jakarta, Halaman UI. Press
65
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus penelitian. Reduksi dan merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data-data yang telah di reduksi memberikan
gambaran yang lenih tajam tentang hasil pengamatan dan
mempermudah untuk mencarinya suatu waktu diperlukan.
3. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan infomasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Analisis data merupakan analisis dalam bentuk matrik,
network, cart, atau grafis, sehingga data dapat dikuasai.
4. Pengambilan keputusan atau verifikasi
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan
sebagainya.Jadi dari data tersebut berusaha diambil kesimpulan.
Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan, didasarkan pada
reduksi data, dan penyajian data yang merupakan jawaban atas
masalah yang diangkat dalam penelitian.
Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling
mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian dilapangan
dengan mengadakan wawancara atau observasi yang disebut tahap
66
pengumpulan data. Karena data-data, pengumpulan penyajian data,
reduksi data, kesimpulan-kesimpulan atau penafsiran data yang
dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi maka
kemudian diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga
digunakan untuk pengumpulan data. Apabila hal ketiga tersebut selesai
dilakukan , maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan
data diatas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut
dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa
menggunakan teknik kuantitatif.
Ananlisis deskriptif – kualitatif merupakan suatu teknik yang
menggambarkan dan menginterprestasikan arti data-data yang telah
terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak
mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang
sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena
yang diselidiki.53
53Moh. Nazir.Ph. D, Metode Penelitian, Jakarta PT. Ghalia Indonesia, 2003 Halaman 16
67
3.5 Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa
teknik pemeriksaan keabsahan data,54 yaitu:
1. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebility). Teknik ini
dapat dilakukan dengan jalan:
a. Keikutsertaan peneliti sebagai instrument (alat) tidak hanya
dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi melakukan
keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningakatan
derajat kepercayaan data yang dikupulkan.
b. Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dan situasi yang sangat relevan dengan persoaalan
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan demikian maka perpanjangan
keikutsertaan menyediakan lingkup, sedangkan ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.
c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik yangpaling banyak
digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainnya.
d. Kecukupan referensial yakni beban-beban yang tercatat dan
terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji atau
menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan intepretasi data
54 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda karya, 1991, Halaman175
68
2. Teknik pemerikasaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian
rinci.
Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan
seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konten tempat
penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus
segala sesuatu yang dibutuhkan pembaca agar mereka dapat
memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.
3. Teknik pemeriksaan ketergantungan (defendabiliy) dengan cara
auditing ketergantungan.
Teknik tidak dapat diksanakan apabila tidak dilengkapi dengan
catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian.
Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga informasi
tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar
mendapatkan persetujuan secara auiditor dan auditity terlebih dahulu.
Selain itu agar data-data yang diperoleh benar-benar obyektif maka
dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan data dengan metode
trianggulasi, teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan
pengecekan atau membandingkan data. teknik trianggulasi yang
dipakai dalam penelitian ini adalah terknik trianggulasi sumber. Hal ini
sependapat Moleong yang menyatakan teknik teknik trianggulasi yang
digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber-sumber lainnya.
69
Trianggulasi dengan sumber-sumber dapat ditempuh dengan jalan
sebagai berikut:
a. Membandingakan data pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan sewaktu diteliti dengan
sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.55
3.6 Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentangsituasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus memiliki
banyak pengalaman mengenai latar pengalaman.56 Sanafiah Faisal (1990)
menyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan
sebaiknya yang memenuhi seperti:
1. Meraka yang menguasi atau memahami sesuatu melalui proses
elkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayati.
55 Op Cit, Moleong, Halaman 17856 Sugiyono, Op-Cit, Halaman 132
70
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat
dengan kegiatan yang tengah diteliti
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai menjadi
informan
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan penelitian
sehingga lebih mengairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.57
Data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi didefinisikan untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis sesuai tujuan yang dinginkan.
3.7 Tahap Akhir Penelitian
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi
b. Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Mengumpulkan data.
d. Mempresentasikan sebagai sebuah bentuk tugas akhir dan tanda
berakhirnya sebuah penelitian.
3.8 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat dimana peneliti akan dilakukan, beserta
jalan dan kotaknya. Dalam penlitian ini peneliti mengambil lokasi di Event-
57 Suharsimi Arikunto, Op Cit, Halaman 231
71
event di Mangga 2 Square Jakarta, Bekasi dan sekitarnya, dimana event ini
menyatukan para komunitas Japan Matsuri.
Adapun rincian jadwal penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
Tabel 3.1Jadwal Penelitian
2017-2018
No Februari Maret April Mei Juni Juli1 Observasi awal / Pra Riset2 Bimbingan Bab I–Bab III3 Sidang Outline4 Lapangan5 Bimbingan Bab IV – Bab V6 Sidang Skripsi
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini Peneliti akan memaparkan fokus dari penelitian ini yaitu
Bagaimana Pandangan Diri Cosplayer Pada Komunitas Japan Matsuri? Dengan
identifikasi masalah pada penelitian ini terbagi menjadi 3 yaitu mengenai
perspektif, konsep diri dan pola jaringan pada Cosplayer Komunitas Japan
Matsuri. Dimana penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan
deskriptif. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
(Sugiyono,2009:8)
Pada bab ini dibagi menjadi tiga bagian agar lebih sistematis dan terarah
yaitu sebagai berikut:
1. Profil Narasumber
2. Hasil Penelitian
3. Pembahasan
Penelitian dilakukan pada bulan 10 mei 2018 hingga juni 2018 sudah di
fokuskan pada anggota Japan Matsuri yakni komunitas yang sudah berkembang
besar di wilayah jakarta.
73
4.1 Profil Narasumber
4.1.1 Profil Komunitas
Komunitas Japan Matsuri didirikan di Bekasi sejak tahun 2013 dan
memiliki 200 anggota dan 30-50 yang aktif ber-cosplay, recruitment yang
dilakukan Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan mempromosikan
komunitasnya di Facebook kemudian memberikan link Komunitas WhatsApp,
Bbm, dan Line.Japan Matsuri Komunitas atau dalam tulisan kanji 日本の祭り
-dibaca Nihon no Matsuri- adalah sebuah komunitas penggemar
Matsuri/Festival Jepang. Japan Matsuri Komunitas adalah wadah bagi para
penggemar Matsuri agar bisa bertemu, berkumpul, dan menjadi keluarga saat
berada di Matsuri/Festival Jepang. Selain itu Japan Matsuri Komunitas atau
yang biasa disebut JM Komunitas, merupakan salah satu tempat/wadah untuk
mengembangkan bakat dan kreativitas bagi para penggemar Jepang di
indonesia, Saat ini JM Komunitas sudah memiliki beberapa cabang komunitas
diantaranya: Japan Matsuri Jabodetabek, Japan Matsuri Bandung, Japan
Matsuri Semarang, dan Japan Matsuri Surabaya, Kemungkinan komunitas ini
akan diperluas lagi hingga keluar pulau jawa.
Matsuri (祭?) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual
untuk kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di
Jepang. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur
disebut kunchi. Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai
tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto
74
atau kuil Buddha. Walaupun demikian, ada pula berbagai "Matsuri"
(festival) yang bersifat sekuler dan tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.
Logo Japan Matsuri Komunitas diambil dari icon boneka daruma. Daruma
(だるま atau 達磨?) adalah boneka
sekaligus mainan asal Jepang dengan
bentuk hampir bulat, dengan bagian
dalam yang kosong serta tidak memiliki
kaki dan tangan. Model dari benda ini
adalah Bodhidharma, pendiri dari Zen.
Boneka ini merupakan pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum
tercapai. Daruma dijual dengan kedua belah mata yang belum digambar. Orang
yang ingin harapan atau cita-citanya terkabul menggambar salah satu sisi dari
kedua matanya dengan kuas dan tinta. Bila harapan orang tersebut sudah tercapai,
daruma akan menerima mata yang satunya lagi.七転び八起き(nanakorobi yaoki)
adalah salah satu peribahasa Jepang yang artinya: 7 kali jatuh, 8 kali bangun.
Peribahasa ini mengisyaratkan kita agar tetap semangat dan pantang menyerah
walaupun harus jatuh bangun hingga berkali-kali.
4.1.2 Profil Key Informan
Semua informan dalam penelitian ini tidak merasa keberatan untuk
disebutkan namanya, adapun informan penelitian ini adalah sebagai berikut:
75
Tabel 4.1.2
Profil narasumber key informan
No Nama Satatus dalam
Peneltian
Keterangan
1 Dicky surya Cosplayer Key Informan 1
2 Amy Refonesia Cosplayer Key Informan 2
3 Amelinda Anjani Putri Cosplayer Key Informan 3
1. Dicky Surya
Dicky Surya berasal dari Depok dan seorang mahasiswa
Universitas Indonesia, dalam dunia cosplay Dicky memiliki nama
panggilan yang unik yaitu Toshiro Dicky dan Dicky lahir di Depok pada
tanggal 11 april 1995. Dicky membuat costum play sendiri untuk di
pakainya ketika mendatangi event festival Jepang.
Dicky memilih untuk bergabung kedalam sebuah komunitas yang
berbasis budaya popular Jepang yang ada di kota Bekasi, yakni Japan
Matsuri. Melalui komunitas ini , Dicky dapat menyalurkan
kesenangannya terhadap sebuah karakter di dalam dunia cosplay.
Yang membuat Dicky menyukai cosplay dan memutuskan untuk
menjadi seorang Cosplayer berawal diamengikuti cosplay yang ketika itu
pertama kali tahun 2011 sebagai Killua Joldik dari kartun atau anime
Hunter Counter dan ia merasa ingin sekali menjadi karakter Killua karena
merasa Killua itu kerendan akhirnya mulai bikin skate board di cat
76
sampai akhirnya menjadi keterusan kemudian membeli costum dan
mewarnai rambut.
2. Amy Refonesia
Amy merupakan seorang wanita cantik berusia 19 tahun lahir di
Jakarta dan sekarang tinggal di Bekasi, dan sedang mengenyam
pendidikan di AKPINDO (Akademi Pariwisata Indonesia). Sejak kelas 3
SMP Amy sudah mulai mengenal cosplay dan memakai costum play
dengan seadanya ketika itu Amy memakai karakter seifuku dengan weig
biru toska hatsune miku, ketika ada event di AFA tahun 2013 dari situ
Amy hanya mencoba-coba menjadi cosplayer dengan make up dan
costum seadanya, namanya kameko/photographer dan disitu Amy hanya
sendiri datang ke event tersebu dan ketika selesai cosplay dari AFA
kemudian Amy berhenti cosplay sampai berbulan-bulan namun Amy
tetap senang ketika ada orang lain yang mengenakan costum play.
Kemudian Amy bergabung dengan komunitas Japan Matsuri, awalnya
Amy hanya bergabung di Komunitas facebook Japan Matsuri dan
akhirnya bergabung di Komunitas WhatsApp hingga saat ini Amy masih
aktif menjadi cosplay dan sering berkumpul dengan teman-teman satu
komunitas.
3. Laely Lavina
Laely lavina yang biasa di sapa Lae adalah seorang cosplayer yang
memakai hijab, hijab bukan halangan untuk menyalurkan hoby dirinya
sebagai cosplayer dan Lae sering aktif di gourp whatsapp dan sering
77
datang ke event Jepang. Laely lahir di Pemalang 10 Desember 1997 tapi
sekarang Lae sudah menetap di Bogor dan kuliah di Universitas Institut
Sains dan Teknologi Nasional. Keseharian Lae belajar dan datang ke
kampus, namun disaat ada event/festival Jepang dia selalu datang dan
memakai costum play. Bergabung dengan komunitas Japan Matsuri masih
belum terbilang lama, namun keaktifannya dan memiliki peran di
komunitas tersebut membuat Lae menjadi nyaman dan tetap ada di
komunitas Japan Matsuri. Awal Lae menjadi cosplay yaitu awal bertemu
dengan Japan Matsuri sekitar tahun 2016.
Selain mereka aktif cosplay saat datang event festival Jepang, mereka juga
melakukan berbagai kegiatan positif yang mengundang sebagai cosplayer lain dan
masyarakat sekitar ikut berempati dalam melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan
positif yang dilakukan para key informan pertama, kedua dan ketiga juga ikut
serta dalam kegiatan bakti sosial yaitu suatu kegiatan wujud dari kepedulian atau
rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Dimana dengan adanya kegiatan ini
kita dapat merekatkan kekerabatan terhadap orang lain. Bakti sosial yang
dilakukan oleh Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan membantu biaya
pengobatan Bungsu Ramadhina Tiscana (Bungsu) dari Candy Metal yang
menderita penyakit kanker darah (Leokimia) stadium 2. Beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan menjual pin dan stiker
kepada pengunjung yang hadir di festival jepang Official J-Festa Day 5 maret
2017.
78
4.1.3 Profil Informan Pendukung
Tabel 4.2
Profil narasumber informan
No Nama Satatus dalam Peneltian Keterangan
1 Irwan Setiawan Reference Komunitas Informan 1
2 Jatra Swito Reference Komunitas Informan 2
3 Amelinda Anjani Putri Reference Komunitas Informan 3
4 Dicky Prasma Ditya Significant Other Informan 1
5 Robert Significant Other Informan 2
6 Nadia Salsabila Significant Other Informan 3
1. Irwan Setiawan
Atau biasa dipanggil irwan lahir di Jambi, 10 mei 1994 dan alumni dari
SMK Praja Utama, namun sekarang ia tinggal di Jakarta barat bersama
kaka dan adiknya, irwan anak ke 3 dari 5 bersaudara dan sudah bekerja di
salah satu perusahaan yang ada di Jakarta, gabung ke komunitas japan
matsuri sejak 2014.
2. Jatra Swito
Pria satu ini memiliki kegemaran terhadap idol-idol jepang dan biasa di
sebut wibu, dia adalah kakanya dari Dicky, keika ada event jepang ia
selalu datang untuk menyaksikan idolanya. Pria yang bernama Jatra swito
dan biasa di panggil jatra adalah kelahiran Jawa tengah dan usianya sekitar
79
22 tahun, tapi sekarang tinggal di Jakarta dan bekerja di Jakarta sebagai
karyawan swasta.
Meskipun ia tidak ikut serta dalam memakai cosplay namun teman-
temannya banyak yang akif bercosplay dan selalu datang saat ada festival
jepang.
3. Amelinda Anjani Putri
Amelinda Anjani Putri atau bisa dipanggil sebagai amel adalah adik Laely
yaitu seorang pelajar SMK Bhakti Kartini, Amel lahir di Purbalingga dan
sekarang tinggal di Bekasi, usia Amel masih terbilang muda karena
usianya masih 18 tahun. Amel sudah 3 tahun menjadi cosplayer awal
cosplay pas tahun 2015, Amel mengetahui cosplay karena temannya yang
sangat menyukai anime dan sering menonton anime. Dan sering memberi
poto-poto cosplay kepada Amel kemudian Amel tertarik dan ikut menjadi
cosplayer pertama Amel sebagai Tenten dari anime Naruto.
4. Ricky Prasma Ditya
Ricky merupakan kaka dari dicky selain sedang menjalankan kuliah dia
juga menjadi sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan ynag ada
di bekasi, ia juga selalu menyempatkan diri untuk datang ke festival
jepang bersama dengan dicky.
5. Robert
Robert juga merupakan kaka dari laely lavina, dan sekarang sudah
menikah dengan seorang wanita dari Bekasi.Dia tinggal di Bekasi dirumah
istrinya, sedangkan lae tinggal di depok dan sibuk kuliah.
80
6. Nadia Salsabila
Nadia tinggal dijakarta dan bekerja di Jakarta sebagai karyawan swasta,
dia juga meruakan kaka dari ami. Selama ia jauh jarang sekali melakukan
komunikasi dengan ami, sesekali saja ia bertemu, karena memiliki
kesibukan masing-masing, ami yang sibuk kuliah sedangkan nadia sibuk
kerja. Sehingga kakak ami kurang memberi perhatian lebih terhadap ami.
4.2 Hasil Penelitian
Peneliti melakukan wawancara, melakukan observasi dan mengambil
dokumentasi untuk mengetahui padangan diri cosplayer pada Komunitas Japan
Matsuri.
4.2.1 Konsep Perspektif Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri
Kegiatan cosplay atau 'costume play' semakin marak di Indonesia
terutama Jakarta, Bogor, Bekasi dan sekitarnya. Tak sedikit pula anak
muda, bahkan orang dewasa yang menjadikan kegiatan berpakaian,
berdandan, dan mengenakan aksesoris menyerupai karakter anime ini
sebagai hobi. Bahkan mereka dengan perrcaya diri mengenakkan berbagai
jenis costum play yang ada di animasi, video game ataupun manga yang
sering mereka pakai saat ada festival Jepang. Seperti yang diungkapkan
Key informanbernama Dicky pertama berikut:
"Awal saya ikut cosplay waktu itu pertama kali tahun 2011,sebagai killua joldik, itu karena pas nnton hunter counter, pengen bangetjadi kaya killua karena killua itu keren, pokonya pengen banget, danakhirnya mulai bikin skate board di cat sampai akhirnya jadi kebabalasan,
81
beli costum, sampe warnai rambut, karena dulu itu wig wig itu jarangbanget, dah yah ketagihan sampe sekarang awal itu awal pertama cosplayiseng-iseng aja.Bagiku cosplay itu ibarat main band (para cosplayer),hanya sebagai wadah untuk mengakomodir hobi dan kreatifitas,"
Hal senadapun di ungkapkan oleh key informanbernama Amy kedua:
“Sejak smp kelas 3, waktu itu aku cosplay seadanya, Cuma seifukusama weig biru toska kaya hatsune miku tapi enggak mirip miripbanget sih :D Waktu itu cosplay di AFA tahun 2013 (kayaknya)sudah lama banget soalnya, wkwkwk. Dari situ aku cosplay Cumabuat coba-coba doang, pake make up artis segala, pas nyampedisana aku di mintain poto mulu, waktu itu bener-bener enggakngerti yang namanya kameko/photographer segala deh, dan disituaku juga sendirian, habis cosplay di AFA, aku berhenti cosplaysampai berbulan-bulan. Di waktu itu sih aku seneng ngeliatcosplayer, pengen jadi cosplay juga tapi karena belum ada temenatau komunitas, jadi enggak bisa terlalu mendalami.”
Dari pernytaan yang diberikan oleh kedua key informan diatas
dapat kita lihat bahwa menyukai cosplay awalnya hanya untuk mencoba-
coba dan akhirnya menjadi suka. Dengan tertarik dengan salah satu
karakter dari tontonan anime kemudian merasacocok dengan karakter
tersebut, dan akhirnya membuat sebuah costum yang mirip sekali dengan
karakter anime yang disukainya. Hal tersebut terlontar dari pernyataan key
informan kedua diatas, karena pada saat itu mereka hanya iseng untuk
datang ke event kemudian sering melihat cosplay di event atau festival
jepang membuat mereka semakin tertarik untuk ikut serta menjadi
cosplayer, dan pernyataan yang diungkapkan oleh kedua key informan
menjadi cosplayer layaknya seperti artis karena banyak yang meminta
poto.
82
Pernyataan kedua key informan diatas memperjelas bahwa semua
berawal dari mencoba dan akhirnya menyukainya. Key informan pertama
yang mengatakan bahwa dia menyukai ketika menonton animasi Hunter
Counter sebagai Killua Joldik, dia merasa karakter tersebut membuat
dirinya ingin sekali menjadi Killua, sampai akhirnya dia mencoba
membuat costum sendiri dan memakainya, dari situ key infoman pertama
mulai sering mengenakan cosplay saat ada festival jepang.
Pernytaan dari key informan pertama dan kedua mereka memiliki
karakter cosplay yang diperankan berbeda-beda, hal ini dapat dibuktikan
oleh pernytaan key informan pertama bernama Dicky:
“Banyak karakter membuat saya pengen mengcosplay kan satukarakter sebagai contoh cerita dari karakter itusendiri entah itudari animenya, cerita game atau darimanganya, dan pastinya yangpaling sering banget itu dari karakternya dia sendiri, termasuknyadari style nya, pembawaannya yang keren, costum nya keren, bawapedang, bawa sejata, dan kebanyakan karakter yang saya coslpaykan sih cowok-cowok keren.”
Berbeda dengan key informan pertama bernama Dicky, key
informan kedua bernama Amy justru menyukai banyak karakter dengan
jenis cosplay yang berbeda.
“karakter cosplay favorit aku yang pernah aku cosplaykan itu pastiHarley Quinn. Ya kenapa suka karakter Harley Quinn karena itupas banget sama kelakuan gila aku, hhaha, terus pas aku cobaternyata emang muka aku pas banget jadi Harley quinn udahbanyak banget yang bilang, tapi pas aku pakai karakter anime lainmalah di bilang enggak cocok semua, jadi aku lebih mendalamikarakter Harley aja.”
83
Dari pernytaan yang diberikan oleh kedua key infoman diatas
dapat disimpulkan bahwa walapun mereka memiliki hobi yang sama yaitu
menjadi cosplayer, namun key infoman pertama dan key infoman kedua
memiliki karakter cosplay yang berbeda kemudian membawa mereka
kesuatu kondisi dimana mereka akan memiliki kecenderungan untuk
memilih karakter cosplay yang mereka sukai. Seperti key informan
pertama menyukai karakter yang memiliki pembawaan yang keren, costum
yang keren, membawa pedang, membawa sejata. Kemudian pada key
informan kedua yang menyukai jenis karakter cosplay seperti Harley
Quinn karena dia menyukai dengan karakter yang memiliki kelakuan gila
alias badut pelawak klasik era medieval dan renaissance yang mana
karakter tersebut mirip dengan pribadi dari key informan kedua.
Setiap karakter cosplay yang diperankan dari key informan
pertama dan key informan kedua memiliki keseruan dan cerita yang
menarik dari masing-masing karakter itu sendiri, dari setiap karakter
memiliki pandangan yang berbeda-beda dan pemahaman yang berbeda.
Selain itu penggambaran karakter yang sempurna pun ikut menjadi alasan
mengapa cosplay digandrungi oleh para pencinta anime seperti yang
diungkapkan oleh key informan ketiga berikut:
“Saya tertarik, saya lebih memilih cosplay dari anime.hehe soalnya saya lebih sering menonton anime dan suka dengan alur ceritadari tiap-tiap anime yang berbeda daripada video game.Karenasaya tidak terlalu paham dengan video game.”
84
Hal yang berbeda diungkapkan oleh key informan kedua dengan
pernytaan seperti berikut:
“Aku pas mulai-mulai ke event lagi tuh udah mulai sering pakaicosplay, dari cuma seifuku doang ampe full set karakter, semuajuga tergantung kalua ada temennya atau enggak sih. Tapisekarang aku kalau mau ke event udah pasti cosplay, kalau enggakya enggak dateng event.Wkwkkk.”
Jawaban yang diberikan oleh key informan pertama
mengidentifikasikan bahwa key informan ini merupakan cosplayer yang
memiliki karakter yang berbeda-beda dari setiap anime yang dia tonton
dan berdasarkan imajinasi visual. Karakter yang ada dalam film anime
memang ditampilkan sangat menarik. Rambut yang bertata rapih dengan
bergaya Harley Quinn, mata besar yang menarik, lekuk tubuh yang
sempurna serta berbagai hal menarik yang dimiliki oleh sebuah karakter
dalam dunia anime dapat dengan mudah menarik kecintaan terhadap film
anime dan menjadi cosplay. Pernytaan dari key informan pertama yang
mengatakan bahwa ia memulai menyukai cosplay dan memutuskan untuk
menjadi cosplayer awalnya karena melihat dari tontonan film anime, dan
akhirnya membuat dia tertarik dan ingin mencoba memerankan suatu
karakter yang ada dalam film anime tersebut.
Hal berbeda yang diungkapkan oleh key informan kedua yang
menjelaskan bahwa penggambaran visual dari sebuah karakter bukan
menjadi pertimbangan utama dalam menyaksikan film anime. Namun alur
85
cerita yang menarik perhatian dan membuat penasaran menjadi syarat
mutlak dalam rangsangan untuk terus memerankan karakter tersebut
sebagai cosplay.
Dengan banyaknya event-event tentang jepang membuat anak
muda bahkan dewasa sering datang ke event tersebut khususnya wilayah
Jakarta dan sekitarnya walapun hanya untuk berkunjung dan ada juga yang
berniat menjadi cosplay, ada yang menganggap itu hanya sekedar
fenomena, namun ada juga yang benar-benar menyukainya. Beberapa anak
muda yang menyukai film animasi tersebut, mulai terobsesi dan bahkan
mulai menghabiskan sumber daya yang mereka punya seperti uang dan
waktu yang dimilikinya untuk terus memerankan cosplay. Mereka itulah
yang disebut sebagai seorang cosplayer. Beberapa anak muda mengaku
bahwa dirinya memanglah seorang cosplayer seperti jawaban yang
diberikan oleh key infoman pertama.
Pada key informan kedua kegemaran tentang menggambar dan
menonton anime sejak masih sd dan ketika sudah masuk kelas 3 smp dia
mulai menyukai cosplay dan menjadi cosplayer, dia memakai cosplay
dengan seadanya yaitu sebagai seifuku hatsune miku merupakan
penyanyi pertama dari serangkaian penyanyi rekaan "Character
VocalSeries" yang diproduksi oleh Crypton Future Media. Suara yang
dimiliki Miku diambil dari suara Saki Fujita, seorang pengisi
suara dari Jepang. Hatsune Miku juga tampil sebagai
proyeksi hologram pada beberapa panggung konser, layaknya penyanyi
86
sungguhan. Hal ini menunjukan bahwa begitu kuatnya karakter yang ia
perankan sehingga masuk kedalam mind key infoman kedua sehingga ia
dapat menjadi karakter yang ia perankan. Selain itu tanggapan yang tidak
mempengaruhi konsep mind key infoman kedua mengenai cosplay.
Konsep mind pada key informan ketiga pun awal terbentuk cosplay
ketika tahun 2015, ia mengetahui cosplay dari temannya yang menyukai
anime. kemudian sering menunjukkan poto-poto cosplay ke key infoman
ketiga dan akhirnya dia tertarik untuk menjadi cosplayer. Konsep
cosplayer sendiri, dimaknai oleh key infoman ketiga sebagai sebuah
labeling oleh orang atas kegiatan yang dilakukannya. Sehingga penilaian
atas baik atau buruknya tanggapan orang lain mengenai cosplayer,
dianggap biasa saja oleh key infoman ketiga.
4.2.2 Konsep Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri
Pandangan atau persepsi, pikiran, perasaan, dan sikap individu
mengenai dirinya dan hubungannya dengan orang lain, yang diperoleh
melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, yang akan
mengarahkan serta mempengaruhi tingkah laku individu tersebut. Karena
individu yang memiliki perilaku yang berbeda dengan perilaku yang
berlaku pada umumnya, akan menjadi sebuah hal yang tabu akan bisa
dimiliki atau ditampilkan dalam ben
tuk sifat, sikap ataupun sebuah karakter. Proses pembentukan self
merupakan proses yang panjang dari sebuah proses pembentukan konsep
87
diri. Faktor mind dan society jelas menjadi sebuah alat pendukung dalam
pembentukkan self dalam penelitian ini, pada cosplayer. Pembentukan
self merupakan hal dimana mereka harus bisa menunjukan tentang sejauh
mana mereka mampu untuk mendapatkan konsep self sebagai cosplayer
yang ideal dalam versi mereka.
Pembentukan konsep self pada key infoman ketiga dapat dilihat
dari mudahnya terpengaruh dengan orang lain yang selalu mengajak ia
untuk menjadi cosplayer, kemudian ia pun semakin ingin mencoba dan
mulai menyukai cosplay dari anime yang ia tonton hingga saat ini.
pemberian kebiasaan untuk melakukan apapun oleh teman atau sahabat
merupakan salah satu faktor pendukung untuk key infoman ketiga dapat
membangun konsep self sebagai seorang cosplayer. Selain itu, pemberian
dana dan dukungan dari keluarga untuk melakukan aktifitas sebagai
seorang cosplayerpun dianggap key infoman ketiga sebagai sebuah
dukungan yang diberikan kepadanya untuk terus mengaktualisasikan diri
sebagai seorang cosplayer.
Sebagai seorang pelajar Akfindo yang memiliki hobi menggambar,
membuat key informan kedua dapat dengan leluasa mengembangkan
konsep self sebagai seorang cosplayer. Namun begitu keluarga selalu
memberi dukungan dan kebebasan atas hobi yang ia jalankan selama
ini.Key informan pertama merupakan seorang cosplayer yang sangat
kreatif yang membuat kostum sendiri, tidak hanya itu selain menyukai
anime, ia mengaku ketika pertama suka dengan anime zainaru. Pada saat
88
penulis wawancara dengan key infoman pertama, dapat dilihat bahwa dia
ingin menunjukan self sebagai seorang cosplayer dengan cara ia
menggunakan costum play atau cosplay saat ada festival Jepang.
Pada penelitian ini, proses pembentukan self sebagai seorang
cosplayer telah banyak dilakukan oleh narasumber demi mendapatkan
aktualisasi diri sebagai seorang cosplayer. Berikut penjelasan yang
diberikan key informan pertama:
“Karena sekarang bukan anak-anak lagi, jadi semacam punya misitersendiri untuk menyebarkan ke orang lain kalau cosplay iniadalah hobi keratif, positif, jadi enggak semua orang memandangcosplay hanya hobi buang-buang duit atau hanya sekedar badutdoang dan juga punya tanggung jawab sendiri untuk membimbingjunior-junior / kohai-kohai dari segi mental mereka sampai segiteknik untuk berbagi pengalaman dan membuat cosplay merekamenjadi lebih baik dan bagus lagi dari pada yang sekarang.”
Hal serupa juga dilontarkan oleh key infoman kedua yang mengatakan:
“hal besarnya itu udah pasti temen-temen cosplayer lainnya, danteman-teman komunitas aku, walaupun aku cosplay nya nggakcocok jadi itu karakter tapi mereka tetap saja have fun sama akudan nggak bikin drama-drama nggak penting, hal keduanya itu akuseneng banget jadi karakter-karakter yang aku suka.”
Aktualisasi yang sering dilakukan oleh key informan dalam
menampilkan diri sebagai cosplayer, dilakukan dengan berbagai cara
mulai dari mengkoleksi barang-barang yang berhubungan dengan dunia
cosplay seperti costum play. Aktivitas ber costum play yang dilakukan
oleh key informan pertama dan kedua tidak hanya untuk menyalurkan
89
hobi mereka namun juga untuk mengajak atau mengajarkan junior-junior
yang ingin ber cosplay juga, seperti yang dilontarkan oleh key infoman
pertama. Dengan berkumpul bersama dengan para cosplayer lain dan
menggunakan cosplay sebagai identitas sebagai sebuah karakter dalam
dunia cosplaying, hal ini akan membawa cosplayer kedalam titik
kepuasan dari kegiatan yang mereka lakukan.
Dengan mengaktualisasikan diri dimasa sekarang mungkin tidak
terlalu sulit, karena Jakarta, Bekasi dan sekitarnya berupakan kota besar
yang memiliki toleransi dan kebebasan berekspresi didalam masyarakat
namun sudut pandang orang lain tetap berbeda-beda, sehingga hal ini
akan membawa cosplayer kedalam kodisi yang nyaman atau tidaknya
menjadi seorang cosplay. Dalam kondisi yang nyaman, berikut penuturan
key informan kedua yang mengatakan bahwa memiliki sisi nyaman
ketika mereka memilih untuk menjadi seorang cosplayer:
“hal besarnya yang membuat nyaman itu udah pasti temen-temencosplayer lainnya, dan teman-teman komunitas aku, walaupun akucosplay nya nggak cocok jadi itu karakter tapi mereka tetap sajahave fun sama aku dan nggak bikin drama-drama nggak penting,hal keduanya itu aku seneng banget jadi karakter-karakter yangaku suka.”
Hal senada pun diungkapkan oleh key infoman pertama yang
menyatakan:
“hal yang membuat saya nyaman karena saya bisa mewujudkankarakter yang saya sukai menjadi nyata pada diri saya sendiri.”
90
Nyaman atau tidaknya seorang cosplayer dalam menjalani
aktivitasnya, ternyata tidak ditentukan dari kesenangan pribadi atas
kegiatan yang dilakoninya, dari penuturan kedua key informan diatas
dapat kita lihat bahwa dukungan dari teman-teman sesamacosplayer
lainnya ataupun teman-teman satu komunitas, ketika mereka menemukan
wadah yang sesuai dengan mereka akan kebutuhan sosial mereka
sebagai seorang individu atau sebagai seorang cosplayer. Konsep
pembentukan self mereka sebagai seorang cosplayer akan lebih
terbentuk disitu. Namun disisi lain, ada yang membuat mereka tidak
nyaman ketika mereka menjadi seroang cosplayer .seperti yang dijelaskan
oleh key infoman pertama berikut:
“Hal yang membuat saya tidak nyaman itu dari pandangan orangatau para pengunjung umumnya yang memandang cosplayer ituseperti sama halnya dengan badut atau para pengunjung yangkadang berlaku seenaknya kepada cosplayer-cosplayer.”
Hal senada juga diungkapkan oleh key informan kedua, yaitu:
“hal yang bikin nggak nyaman itu kalau temen-temen yang bukancosplayer suka melihat cosplay sebelah mata, kadang ada jugayang menghina, dan ngata-ngatain badut.”
Pandangan negatif dari orang lain dan masyarakat tentang
cosplayer memang sulit untuk diluruskan, terlebih ketika tidak ada
keterbukaan antara cosplayer dan masyarakat akan kegiatan yang
dilakukan oleh cosplayer. Namun dengan adanya media yang menengahi
dan menjelaskan suartu kegiatan cosplay tidak hanya bisa dipandang
negatif oleh masyarakat, karena pada dasarnya menjadi seorang cosplayer
91
tidaklah mudah harus memiliki mental yang kuat dan dapat menerima
kritikan dari orang lain. Padahal ketika ia mau dan mampu untuk
mengatakan hal terdalam tentang banyaknya pelajaran yang ia dapat dari
hobi cosplay, pastilah timbul pemahaman yang dimiliki oleh temannya
tersebut.
Dilain pihak ada dukungan yang diberikan oleh teman kepada
narasumber. Dukungan yang diberikan pun bermacam-macam seperti
dukungan penilain positif untuk key infoman kedua dan temannya selalu
menemani saat ia datang ke event Jepang saat memakai cosplay, seperti
yang dikatakan oleh key informan kedua berikut:
“biasanya compliments dari diri mereka kayak “cocok banget tuh”“lucu deh” atau “keren banget tuh” dan ada dukungan darisahabat aku yang mau nemenin aku cosplay ke even segala.”
Adanya dukungan positif yang diberikan teman dan keluarga
membuat aktualisasi sebagai seorang cosplayer akan semakin
berkembang. Seperti yang dialami oleh key infoman kedua yang
menyebutkan bahwa dukungan mereka yang memberikan pujian membuat
ia lebih semangat untuk terus berkembang menjadi cosplayer yang lebih
baik lagi, karena dengan adanya dukungan tersebut bisa mematahkan
pandangan negatif oleh orang lain terhadap key infoman kedua.
Berbicara mengenai cosplay memang memiliki daya tarik yang
membuat pelaku cosplay ingin sekali menjadi karakter yang ia sukai pada
film anime maupun video game, di film anime sendiri menyajikan
92
berbagai karakter dengan model rambut yang tertata rapi dengan bergaya
Harajuku, mata besar yang menarik, lekuk tubuh yang sempurna sehingga
membuat penikmatnya menjadi tertarik terhadap sebuah karakter dalam
film animasi. Berikut karakter yang diidolakan oleh key informan pertama:
“saya suka mengenakan beberapa karakter seperti MasamuneDate (sengoku bashara), Zhao Yun (Dinasty Warrior 8), Yasumori(Kekaishi), Kagami (Kuruko no Basket), Syaoran (Tsubasareseervoir chronicle), Sasuke Sarutobi (Sengoku Basara), andmany more.tapi paling sering bnaget itu dari karakter yangmemiliki style nya, pembawaannya yang keren, costum nya keren,bawa pedang, bawa sejata, dan kebanyakan karakter yang sayacoslpay kan sih cowok-cowok keren enggak ada cowok yangmacho atau apa gitu kebnayakan ya dari tampilan nya dulu sih.”
Sedangkan karakter yang disukai oleh key informan kedua adalah sebagai
berikut:
“karakter yang menjadi krikteria aku itu, kostumnya unik-unik darikarakter anime, dan make upnya juga tapi sebagian besarnya itukostumnya.”
Key informan ketiga juga memiliki karakter yang ia idolakan, yaitu:
“saya suka alur cerita dari anime tersebut dan saya sangat sukadengan sifat dingin yang dimiliki karakternya, dan jugapenampilannya yang keren yang membuat saya semakin tertarikuntuk mengcosplaykan karakter tersebut yaitu Kirishima Toukadari anime Tokyo Ghoul.”
Dari setiap karakter favorit yang dimiliki oleh para key informan
ini memang berbeda-beda. Faktor yang membuat perbedaan ini kembali
lagi kepada sifat yang dimiliki oleh key informan tersebut. Key informan
pertama menyukai karakter yang memiliki pembawaan yang keren
93
misalnya dari segi costum karakter anime yang membawa senjata seperti
pedang.
Pada key infoman kedua yang menyukai karakter dengan
kostumnya yang unik-unik dari karakter anime, dan make-upnya juga tapi
sebagian besarnya itu karena kostumnya. Sedangkan key informan ketiga
menyukai dari alur cerita anime itu sendiri seperti film anime dari
Kirishima Touka dari anime Tokyo Ghoul. Touka Kirishima merupakan
salah satu tokoh protagonis utama: ghoul pemakan manusia, seorang siswi
sekolah tinggi, dan pekerja sambilan di Cafe Anteiku, berdasarkan
pemeran Touka, Shimizu harus memotong pendek rambutnya untuk
pertama kalinya setelah 12 tahun memiliki rambut panjang. “Aku sangat
beruntung mendapat kesempatan bermain sebagai Touka Kirishima di
Movie Tokyo Ghoul, Jadi, aku harus melakukannya (red: Rambut) tanpa
berpikir panjang”. Untuk sebagian cosplayer, ada banyak hal positif yang
bisa diraih ketika mereka menjadi seorang cosplayer. Hal ini tentunya
terjadi ketika mereka tahu akan bakat dan potensi yang mereka miliki.
Kebanggaan atau bahkan prestasi yang dicapai dalam dunia cosplay pun
dapat dibilang sebagai sebuah hal yang mengagumkan. Dibalik pandangan
negatif tentang cosplay, timbul juga sesuatu positif yang telah mereka
capai. Antara lain penuturan yang diucapkan oleh key informan pertama:
“Kalau prestasi, haduhh… masih minim banget kayanya, untuksampai saat ini pun masin minim banget, Cuman saya jadikansebagai hobi saja, hanya untukbersenang-senang, buat seru-seruan saja. Kalau untuk prestasi masih kosong, tapi aku pernahbeberapa kali jadi gues stars di beberapa event-event entah itu
94
event jejepangan atau event di luar jejepangan sering banget jadibintang tamu buat meriahkan buat acara tersebut.”
Selain key informan pertama, key infoman kedua pun
mengungkapkan pencapaian yang pernah ia raih menjadi seorang
cosplayer, sebagai berikut:
“emm.. prestasi yah,hhe aku paling engga suka ikut kompetisi,malu banget aku orangnya kalau udah diliatin banyak orang diataspanggung, jadi kau nggak pernah dapet apa-apa. Karena seringphoto shoot jadi udah seneng banget berasa sudah menjadimodel,hhe.”
Dari pencapaian yang telah diraih oleh kedua key infoman diatas
menggambarkan adanya potensi yang dimiliki konsep diri yang positif.
Karena kedua key informan diatas telah mengetahui apa saja yang menjadi
kelebihan dari dirinya. Seperti key informan pertama yang menjelaskan
bahwa dia pernah beberapa kali jadi gues stars di beberapa event-event
entah itu event Jepang atau event di luar tentang Jepang sering menjadi
bintang tamu buat meriahkan untuk acara tersebut. Selain skill yang
terasah dan hobi yang dimiliki bisa berjalan beriringan, ada semacam
kepuasan batin yang ia dapatkan. Karena pekerjaan terbaik yang bisa
dimiliki oleh seseorang adalah pekerjaan yang lahir dari kesenangan yang
ia suka.
Tidak jauh berbeda dengan ungkapan yang diberikan oleh key
informan kedua juga sadar memiliki potensi yang ia miliki pada dirinya.
Fakta penulis yang temukan dia seperti menjadi model karena sudah di
95
poto oleh photographer, dan membuat dirinya bangga walaupun belum
pernah tampil diatas panggung. Kemampuan untuk mengenali potensi
seperti yang dilakukan oleh key informan kedua ini merupakan
perkembangan konsep diri yang positif. Terlepas dari orang lain pikirkan,
key informan kedua juga mampu menjalankan hobi yang ia senangi sekali
gus mengasah skill tentang model coswalk.
Beberapa harapan yang dilontarkan oleh para cosplayer sebagai
sebuah keinginan yang akan dicapai. Harapan ini dijadikan sebagai tolak
ukur untuk pribadi yang ideal untuk para cosplayer. Hal ini uangkapkan
oleh key informan pertama:
“harapan saya, tidak ada pandangan yang aneh-aneh tentangcosplay dan bisa diterima di masyarakat karena sampai saat inipun banyak orang awam yang memandang di sekitar saya merasaaneh, karena ya wajar lah cosplayer kan ketika cowok memakaimake up itu udah kayaknya ada yang aneh nih, tapi ya semuamenjadi terbiasa dan enggak terlalu dipikirin dan kebanyakan jugamulai sampai saat ini sih mulai di dukung, mulai di puji, apakarena saya sering bikin costum terlihat kan dan banyak orangsuka dan berkomentar untuk sampai saat ini pun fine fine aja.”
Harapan yang dimiliki oleh key informan pertama berusaha agar
masyarakat bisa menerima dan tidak memandang sebelah mata. Dan
mencoba menunjukan kepada teman atau keluarga bahwa dengan
pandangan orang lain terhadap cosplay yang sangat aneh sekarang bisa
berbanding terbalik, karena ia sudah menunjukan potensi yang ia miliki,
bahkan untuk saat ini banyak orang di sekitarnya yang memuji karena bisa
membuat costum sendiri.
96
4.2.3 Konsep Pola Jaringan Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu
terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik,
karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya
meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga
kegagalan dirinya. Dalam hal ini peneliti akan membahas bagaimana
pandangan masyarakat mengenai konsep diri cosplayer pada Komunitas
Japan Matsuri.
Dalam setiap penampilannya setiap anggota pasti ingin
menampilkan yang terbaik karena tujuan mereka adalah untuk
menunjukan eksistensi komunitasmereka dan juga meraih simpati
masyarakat. Namun tak jarang meskipun niat mereka baik selalu ada saja
orang yang memberikan respon negatif hal ini menunjukan bahwa
pencitraan itu tidak selalu dipengaruhi oleh kegiatan awal yangkita
lakukan. Beberapa orang yang menganggap negatif cosplay ini pasti akan
selalu berpikiran negatif apapun yang mereka lakukan. Alasan utama
mereka hanyalah satu, komunitas cosplay in menunjukan bahwa mereka
terlalu mengagungkan budaya luar dan melupakan budaya negeri sendiri.
97
Menjadi seorang cosplayer merupakan pilihan yang secara sadar
maupun tidak sadar, merupakan pilihan yang terarah dan pembentukkan
konsep diri oleh significant others, sayangya. Ada beberapa dari
significant others dalam penelitian ini masih belum memahami cosplay
sebagai sebuah tindakan yang berkelanjutan . seperti yang dituturkan oleh
informan keempat berikut:
“kaka nggak ngerti, emang cosplay apaan yhh, kaka aja barudengar dari kamu sekarang. kaka nggak ngerti yang kaya gituan.”
Hal senadapun dikatakan oleh informan kelima dan juga belum
mengetahui makna cosplay:
“emm.. cosplay itu apa yah dek, aku nggak tau, malah aku barudengar dari adek aja sekarang.”
Ketidak tahuan significant others dalam aktivitas saat
mengenakkan costum play atau cosplay yang dilakukan oleh anggota
keluarganya menimbulkan suatu potensi yang dapat berkembang liar bagi
pertumbuhan konsep diri yang terus berlangsung. Ketidak tahuan yang
dilontarkan oleh informan keempat dan kelima ini karena tidak ada
komunikasi dan interaksi yang diberikan oleh antara cosplayer dan
significant others. Beberapa cosplayer mungkin memiliki hubungan yang
kurang terbuka dengan keluarganya. Sehingga dari minimnya komunikasi
yang diberikan oleh para cosplayer mengakibatkan tidak ada kontrol yang
tepat dalam memberikan batasan-batasan untuk aktivitas yang dilakukan
98
oleh cosplayer. Entah batasan untuk mengurangi hal yang kurang baik
maupun dukungan yang diberikan oleh keluarga sangatlah minim.
Namun hal berbeda yang dilontarkan oleh reference Komunitass,
justru mereka lebih banyak mengetahui makna cosplay, bahkan ada dari
mereka yang ikut serta menjadi seorang cosplayer. Adapun yang
dilontarkan oleh informan pertama yaitu:
“cosplay itu menurut aku ya kartun yang ada di film dan gameuntuk dibuat di dunia nyata.”
Hal senada juga diungkapkan oleh informan kedua, yang juga mengetahui
makna cosplay:
“cosplay itu orang yang menyukai kartun-kartun jepang dankemudian di perankan didunia nyata, sebagai bentuk ekspresimereka terhadap sesuatu yang mereka gemari dan kemudianmenirunya.”
Penjelasan lebih detail pun dilontarkan oleh informan ketiga sebagai
berikut:
“cospay itu sebuah istilah umum hobi berpakaian seperti karakterbiasanya dari game anime etc.Sedangkan cosplayer itu orang yangmeniru gaya, pakaian dalam film atau game dan melakukan actiondi dunia nyata.”
Berbeda dengan significant others, reference Komunitass justru lebih
banyak mengetahui makna cosplay, hal itu didasari perbedaan hubungan yang
terjalin dengan significant others yang lebih tertutup dan terbatas. Hubungan
reference Komunitass yang lebih terbuka dan fleksibel mengakibatkan arus
99
informasi yang ada pada cosplayer akan mengalir lebih cepat kepada reference
Komunitass. Sehingga dengan adanya keterbukaan tersebut dapat memberi
ruang kepada reference Komunitass untuk bisa masuk kedalam dunia cosplay
jauh lebih dalam ketimbang significant orther.
Memiliki kerabat yang memiliki kegemaran terhadap cosplay tentu
merupakan hal yang langka dan tidak banyak ditemukan di tengah masyarakat
walaupun di Jakarta sudah banyak yang bergaya cosplay, namun cosplayer
hanya bisa ditemukan di event-event jepang saja. Namun significant other
menganggap hal tersebut merupakan aktivitas yang wajar, seperti yang
diungkapkan oleh informan keempat:
“memang sering liat lae memakai pakai costum play tapimenurutku ya wajar, tapi kadang kasihan karena ketika datang keevent selalu bawa peralatan make up dan costum yang banyk yangdimasukkan kedalam tas dan membuatnya jadi repot, tapi semuaitu tidak menghalanginya untuk tetap datang ke event.”
Hal senadapun di lontarkan oleh informan kelima:
“ya wajar-wajar saja kok, lagipula setiap orang punya hobimasing-masing. Dan menurutku itu hal yang bagus juga untukmembangun kreatifitas yang ia miliki. Misalnya bikin costumsendiri gitu”
Infroman keenam memberi dukungan positif yang mengatakan:
“hobi yang mereka lakukan merupakan hal yang baik kok, karenaselain untuk bersenang-senang mereka juga mendapat prestasidiatas panggung, bagusnya lagi, mereka membuat costumsendiri.”
100
Berbagai pendapat yang diberikan oleh para informan merupakan
gambaran yang terjadi didalam sebuah proses pembentukan konsep diri yang
terjadi pada cosplayer. Pendapat tersebut nantinya akan menjadi cerminan
bagaimana coplayer dapat memandang bagaimana makna cosplay dari sudut
pandang orang lain. Pada hakikatnya umpan balik yang diberikan oleh
informan masukan ataupun kritik itulah yang akan membangun menjadi
presepsi yang positif ataupun negatif. Pendapat informan keempat menganggap
bahwa hobi cosplay adalah sesuatu hal yang wajar tapi juga memberi kritik atas
apa yang dilalukan oleh cosplayer merupakan hal yang sangat merepotkan
dengan costum play yang ia gunakan sangat ribet. Namun infroman kelima dan
keenam jutru memberi dukungan yang positif, karena menurutnya hobi cosplay
adalah suatu hobi yang wajar dan selain hobi juga bisa menjadikan suatu
prestasi yang membanggakan.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pikiran atau Mind
Telah dibahas pada bab 1 metode penelitian, bahwa penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan judul penelitian pandangan
diri cosplayer pada komunitas japan matsuri dengan menggunakan teori Konsep
diri yang merupakan turunan dari interaksi simbolik karena melalui interaksi
simbolik terjadi pertukaran symbol symbol yang diberi makna yang lama
kelamaan akan membentuk konsep diri seseorang. konsep diri akan
101
mempengaruhi prilaku komunikasi seseorang karena, melalui konsep diri akan
mempengaruhi pesan yang akan di sampaikan.
Pikiran, yang didefinisikan oleh Mead sebagai proses percakapan
seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran
adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan
merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran,
proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara
fungsional ketimbang secara substantif.Artinya, sebuah pikiran dirancang untuk
melakukan sesuatu yang bersifat fisik.
Menurut Effendy (1986) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Jenis
komunikasitersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau
prilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.
4.3.1.1 Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri memaknai diri (self)
nya sebagai seorang cosplayer.
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di lapangan, Cosplay
adalah adalah hobi yang bisa menyalurkan seni, bakat, dan ekspresi dan
seni akting mereka juga diasah untuk memainkan peran karakter yang
mereka kenakan. Bahkan, seni cosplay saat ini juga sudah semakin
berkembang, banyak diselenggarakan lomba kabaret, yang melatih akting
di panggung bersama cosplayer lain, seperti CLASLH, berbagai lomba
yang diadakan pada event bernuansa Jepang, dan yang juara bisa
102
memperoleh hadiah serta penghargaan. Membuat sebuah kostum Cosplay.
Prosesnya ribet, mereka harus mencari, memilih kain yang cocok, bahan
bagus yang gak panas, dll. Setelah itu bawa kain ke penjahit, dengan
menunjukkan gambar kostum yang mau mereka buat. Bahkan ada yang
menjahit kostum sendiri. Setelah itu menunggu berbulan-bulan hingga
kostum jadi. Belum lagi memakai wig yang bagus seperti merk taobao,
mesti rela nunggu PO yang lama juga, karena wig tersebut berasal dari
China. Belum lagi boots atau sepatu dan berbagai macam aksesoris
lainnya. Bikin sendiri itu butuh waktu dan ketelatenan tingkat dewa supaya
hasilnya mirip. Jadi wajar saja banyak cosplayer yang juga merangkap
menjadi desainer oleh karenanya para anggota cosplayer menjadi multi-
talented.
Dalam hal ini, dari segi pikiran mengenai pandangan diri seorang
Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri, para anggotanya lebih banyak
memulai langkah untuk menjadi bagian dari anggota komunitas ini adalah
dimulai dari interaksi di media sosial seperti facebook, instagram dan
twitter. Tidak terbatas pada hal itu, rasa keingintahuan dan kesukaan
dalam menonton dan menggambar anime dan manga Jepang favorit
mereka. Lalu, ada rasa yang berkembang dalam diri dan pikiran untuk
menghidupkan karakter favorit mereka. Bergabung kedalam Cosplayer
Komunitas Japan Matsuri, merupakan bentuk aktualisasi dan eksistensi
diri mereka untuk kemudian dikenal secara massa. Pengetahuan mereka
akan makna Cosplayer merupakan sebuah proses pencarian yang
103
dilakukan dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar. Seperti
yang diungkapkan oleh key informan pertama, yakni:“ya pertama sih lihat
dari group facebook, disitu kan ada link untuk gabung group whatsapp,
dan kebetulan saya juga sudah menjadi colplayer, yaudah kan biar ada
banyak teman juga yang satu hobi.”Hal senada pun dilontarkan oleh key
informan ketiga, yaitu:“awalnya sih temen share link whatsapp komunitas
japan matsuri, terus aku iseng aja gabung, eh ternyata groupnya asik,
karena jadi banya temen yang satu hobi gitu, jadikan kalau ada event kita
bisa cosplay bareng, ya jadi asik gitu deh.”
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi anggota Japan Matsuri
pada umumnya menjadi Cosplayer, berdasarkan hasil penelitian,secara
umum perilaku Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri dipengaruhi
oleh lingkungan teman sebaya dan juga sering menonton kartun atau suka
bermain video game.Pernyataan tersebut peneliti pertegas dengan hasil
wawancara dari informan pertama :iya karena aku suka nonton anime,
apalagi banyak kartun favorit, jadikan aku berkeinginan untuk menjadi
karakter dalam film kartu itu, emm akhirnya jadi keterusan deh sekarang
menjadi Cosplayer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti melihat,
cosplayer pada komunitas japan matsuri adalah cosplayer untuk memenuhi
kesukaan dan hobi serta memberika kepuasan kepada diri para cosplayer,
dan cosplay bukan hanya merupakan sebagai gaya atau ingin di anggap
sebagai anak gaul yang eksis, karena menurut mereka cosplay bukanlah
sesuatu kegiatan atau untuk ajang bergaya dan bisa disebut anak gaul
104
masih banyak hal hal lain yang lebih berguna yang bisa dijdikan ajang
untuk gaya maupun eksis serta.
Dengan banyaknya anggota Japan Matsuri yang ikut bergabung dan
ikut serta dalam suatu kegiatan yang ada komunitas tersebut, membuat
para cosplayer merasa senang dan nyaman untuk terus menjadi anggota
Japan Matsuri. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri
sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau
masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai subjek.
Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa.
Self atau diri merujuk kepada kepastian dan pengalaman yang
memungkinkan manusia menjadi objek bagi dirinya sendiri,
kemunculannya bergantung kepada kemampuan individu untuk
mengambil peran orang lain dalam lingkungan sosialnya. Melalui proses
pengambilan peran ini, individu menginternalisasikan norma-norma
kelompoknya mulai dari keluarganya, kelompok sebaya, kelompok
masyarakat hingga bangsanya. Seperti yang diungkapkan oleh key
informan kedua, yaitu sebagai berikut:“hal besarnya itu udah pasti temen-
temen cosplayer lainnya, dan teman-teman komunitas aku, walaupun aku
cosplay nya nggak cocok jadi itu karakter tapi mereka tetap saja have fun
sama aku dan nggak bikin drama-drama nggak penting, hal keduanya itu
aku seneng banget jadi karakter-karakter yang aku suka.”Namun berbeda
dengan key informan kedua yaitu: “biasanya compliments dari diri mereka
kayak “cocok banget tuh” “lucu deh” atau “keren banget tuh” dan ada
105
dukungan dari sahabat aku yang mau nemenin aku cosplay ke event
segala.”
Para anggota Cosplayer mendedikasikan mereka adalah sebuah
karakter manga atau anime favorit mereka yang mereka perankan, ini
merupakan hasil dari sebuah interaksi sosial yang mereka bangun baik itu
secara internal diri dan secara eksternal atau dari luar seperti teman
sebaya, masyarakat hingga bangsa. Budaya luar yang mereka geluti,
kemudian di seimbangkan dengan norma-norma yang berlaku agar
komunitas ini dapat diterima dengan baik dan dapat bertahan lama
eksistensinya.
4.3.1.2 Pemikiran (Thought) memaknai Cosplayer pada Komunitas Japan
Matsuri.
Pemikiran ialah proses mencari serta usaha mencapai keputusan
yang wajar. Dalam hal ini ketika para anggota Japan Matsuri untuk
memutuskan menjadi seorang cosplayer tentu mereka sudah
memikirkannya sejak awal, dan sudah menjadi keputusan yang
menurutnya sangat wajar sehingga apa yang mereka lakukan merupakan
suatu kegiatan yang mungkin tidak akan memberikan dampak negative.
Oleh karenanya menjadi seorang cosplayer juga menjadi hobi sekaligus
prestasi dalam keputusannya.Yang peneliti lihat dilapangan kegiatan
mereka saat mengenakan cosplayer tidaklah sangat penting dan tidak
bermanfaat, karena tidak memberikan pemikiran yang baik dalam diri
106
psikologinya dan melakukan kegiatan yang tidak terlalu penting yaitu
hanya untuk bersenang-senang semata.
Untuk di jaman modern ini menjadi seorang cosplayer dan untuk
menjadi karakter anime atau superhero sudah mainstream banget.
Kalauhanya sekedar mengikuti desain berbagai kostum superhero atau
villain, juga sudah banyak yang bikin. Kalo mau yang beda, Entah karena
kehabisan ide, atau memang mempunya pemikiran yang out of the
box, para cosplayer di Komunitas Japan Matsuri justru berubah jadi
karakter yang kocak dan bikin ngakak. Nggak hanya karena idenya yang
emang sudah sedikit nyeleneh, tapi juga karena eksekusi hasilnya yang
brilian dan memancing tawa dengan gaya make up yang asal-asalan dan
costum yang mereka kenakan tidak begitu mirip dengan karakter cosplay
yang mereka perankan.
Keikutsertaan para anggota Cosplay Komunitas Japan Matsuri
yang melestarikan budaya luar yaitu Negara Jepang, memang dinilai
kurang memperhatikan budaya sendiri, namun anggota Cosplay
Komunitas Japan Matsuri menepis perspektif miring itu dengan kegiatan-
kegiatan yang positif seperti melakukan bakti sosial, penggalangan dana
ke panti asuhan, ke anggota-anggota yang kekurangan dana dan mereka
yang memerlukan biaya pengobatan, dengan cara menjual aksesoris atau
stiker dan pin dengan logo Japan Matsuri.
107
4.3.1.3 Significant others memaknai Cosplayer pada Komunitas Japan
Matsuri.
George Herbert Mead (1934) Menyebut significant others - orang
lain yang sangat penting. ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita,
saudara saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.
significant others yang peneliti gunakan disini adalah ibu kandung dan
kakak kandung informan mahasiswi perokok. Salah satu aspek penting
dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua . studi klasik tentang hubungan orang tua dan
anak yang di lakukan oleh Diana Baumrind, 1972 (dalam Lerner &
Hultsch, 1983), merekomendasikan tiga tipe pengasuhan yang di kaitkan
dengan aspek aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu
otoritatif, otoriter dan permisif.
1. Pengasuhan otoritatif adalah salah satu gaya pengasuhan yang
memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak anak,
tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati
pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan
keputusan, mampu bergaul dengan teman teman sebayanya, pengasuhan
otoritatif juga diasosiasikan dengan rasa harga diri yang tinggi (high self-
esteem), memilik moral standar , kemandirian, bertanggung jawab secara
sosial 136
2. Pengasuhan otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan
menuntut anak untuk mengikuti perintah perintah orang tua, orang tua
108
yang otoriter menetapkan batas batas yang tegas dan tidak memberi
peluang yang besar bagi anak anak untuk mengemukakan pendapat. Orang
tua yang otoriter juga cenderung bersikap sewenang wenang dan tidak
demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran peran atau
pandangan pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan
sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak
dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan
merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung
berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada
awal masuk sekolah dn memiliki prestasi belajar yang rendah
dibandingkan dengan anak anak yang lain
3. Pengasuhan permisif adalah gaya pengasuhan permisif dapat dibedakan
dalam dua bentuk yaitu, pertama pengasuhan permissive-indulgent yaitu
suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan
anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka.
Pengasuhan permissiveindulgent diasosiasikan dengan kurang nya
kemampuan pengenadalian diri anak, karena orang tua yang permissive-
indulgent cenderung membiarkan anak melakukan apa saja yang mereka
inginkan, dan akibatnya anak anak tidak pernah belajar mengendalikan
prilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua kemaunnya
dituruti. Kedua pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya
pengasuhan di mana orang tua sangat 137 tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Anak anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permissive
109
indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk
dan rasa harga diri yang rendah ( Desmita : 2010)
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terungkap bahwa para significant
others memandang para Cosplayer khususnya pada Komunitas Japan Matsuri
sesuatu hal yang biasa, meskipun pada awalnya mereka tidak menyetujui hal
tersebut, karena bagaimanapun manusia tidak akan sama seperti karakrer anime
yang ia perankan sangatlah aneh dengan costum serta rambut yang warna-
warni pastilah terlihat aneh dikalangan umum, apalagi melihat cowok make-up
pasti akan ada saja yang memandang tidak baik. Akan tetapi mereka
mengungkapkan bahwa menurut mereka menjadi seorang Cosplayer tidaklah
aneh di luar dan para significant others ini tidak mengetahui hal tersebut, lebih
baik mereka tahu, karena lebih bisa memantau dan mengawasi perilaku anak
atau adik nya dalam hal bergaul.
Aktivitas menjadi seorang Cosplayer khususnya pada Komunitas Japan
Matsuri akan menimbulkan persepsi yang berbeda oleh masyarakat,
sebagaimana kita tahu jika kita melihat anak remaja yang merokok di depan
umum dengan cara dan gaya masing masing mereka berbeda ketika memakai
cosplay, bagi masyarakat yang melihat nya khususnya pada masyarakat yang
bukan cosplayer akan menimbulkan pandangan yang buruk, meskipun para
cosplayer itu tidak memberi dampak yang buruk terhadap masyarakat tapi itu
sudah semakin banyak penggemarnya yaitu di kota kota besar khususnya kota
Bekasi.
110
Masyarakat memiliki peranan penting dalam membentuk pikiran dan diri.
Berdasarkan pengalaman hidupnya, seorang individu akan menetapkan konsep
dirinya berdasarkan berbagai faktor. Salah satunya dari faktor eksternal yaitu
masyarakat. Seseorang dalam memandang dirinya juga tidak hanya
dipengaruhi oleh pandangan dirinya terhadap diri sendiri, namun juga
dipengaruhi oleh reaksi dan respon dari orang lain melalui interaksi yang
berkesinambungan penilaian dilakukan seseorang berdasarkan pandangan
orang lain terhadap dirinya. Adanya reaksi dan respon dari orang lain akan
semakin memperkaya pengetahuan seseorang dalam menjalani peran didalam
sebuah prantara sosial yang penuh dengan interaksi.
Menjadi seorang cosplayer merupakan pilihan yang secara sadar
maupun tidak sadar, merupakan pilihan yang terarah dan pembentukkan
konsep diri oleh significant others, sayangya. Ada beberapa dari significant
others dalam penelitian ini masih belum memahami cosplay sebagai sebuah
tindakan yang berkelanjutan . seperti yang dituturkan oleh informan keempat
berikut: “kaka nggak ngerti, emang cosplay apaan yhh, kaka aja baru dengar
dari kamu sekarang. kaka nggak ngerti yang kaya gituan.” Hal senadapun
dikatakan oleh informan kelima dan juga belum mengetahui makna cosplay:
“emm.. cosplay itu apa yah dek, aku nggak tau, malah aku baru dengar dari
adek aja sekarang.”
Para anggota Cosplay Komunitas Japan Matsuri bergabung menjadi
bagian dari sebuah keluarga hal itu datang bukan hanya motivasi dalam diri
melainkan pendukung-pendukung lain yang bersifat luar diri yang membuat
111
mereka yang bertujuan untuk menghidupkan karakter anime atau manga favorit
mereka dan juga untuk melestarikan budaya Jepang didalam Negara Indonesia.
Masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial begitupun
Komunitas Japan Matsuri, dimana anggota-anggotanya menempatkan makna
bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-
simbol yang digunakan ditengah masyarakat tersebut. Mereka membangun
simbol agar dapat dipahami anggotanya. Simbol tersebut biasanya hanya
dipahami oleh komponen yang tergabung didalamnya.
Pembentukan simbol-simbol, sifat dan karakter individu dalam
mayarakat yang paling dini pada umumnya, dipengaruhi oleh keluarga dan
orang-orang dekat lainnya disekitar, termasuk kerabat mereka. Itulah yang
disebut dengan Significant Other, selain itu konsep diri juga dipengaruhi oleh
suatu kelompok yang disebut dengan Refrence Group.
4.3.2 Pandangan diri Cosplayer pada Komuunitas Japan Matsuri
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap dirinya
sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakter individual,
dan motivasi diri. Inti kepribadian berperan penting untuk menentukan
dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku positif
individu.
Konsep diri menurut William D. Brook dalam psikologi
komunikasi mengemukakan bahwa, Konsep diri dapat di definisikan
sebagai aspek jasmani, sosial dan pandangan psikologis tentang diri
112
sendiri yang terbentuk dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain
Cooley memberikan pengertian Konsep diri dalam suatu gejala looking
glass self (cermin diri), yaitu pertama, kita membayangkan bagaimana kita
tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan orang lain menilai
penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan kecewa, perasaan
sendiri dan malu. (Rakhmat, 1992:99) Hal ini berkaitan dengan tiga ide
dasar interaksionisme simbolik yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, terdiri dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan
hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk
memediasi, dan menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society)
dimana individu tersebut menetap.
Dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif, Deddy
Mulyana mengatakan bahwa inti dari teori interaksi simbolik adalah teori
tantang diri (self) dari George Herbert Mead. (Mulyana, 2008:73) Menurut
George Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri
berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan
dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku manusia yaitu bagian
interaksinya dengan orang lain. Mead menambahkan bahwa sebelum
seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang lain
dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba memahami apa yang
diharapkan orang itu (Mulyana, 2007).
Konsep diri Cosplayer adalah penilaian atau pandangan yang
tertanam dalam pikiran mereka mengenai kegiatan ber costum play yang
113
mereka lakukan, serta bagaimana tanggapan dan penilaian dari significant
others dan reference groups terhadap diri mereka. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan peneliti menemukan bahwa mereka menilai
diri mereka sebagai seorang cosplayer yang memperhatikan orang yang
berada di sekitar nya, selalu bersikap ramah dan tidak sombong, atau
mereka sebaiknya tidak memakai cosplay. Selain itu jika mereka akan
terus memakai cosplay pastinya tidak berlebihan dengan gaya berpakaian
atau dengan menggunakan make-up yang tebal.
114
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pandangan Diri
Cosplayer dalam Komunitas Japan Matsuri, peneliti menyimpulkan
berdasarkan pengumpulan hasil wawancara dan analisis data sesuai dengan
identifikasi masalah pada penelitian ini. Adapun hasil simpulannya adalah
sebagai berikut:
1. Pada konsep Mind pada Cosplayer Komunitas Matsuri Japan, keseluruhan
key informan mengutarakan bahwa mereka mengikuti kegiatan Cosplay
dan bergabung menjadi sebuah keluarga dalam Cosplayer Komunitas
Matsuri Japan adalah karena mereka memang telah menyukai dunia anime
dan kegemaran dalam menonton dan menggambar anime. Dimulai dengan
mencoba coba mengikuti dunia Cosplay, hingga tercipta pandangan bahwa
kegiatan itu akhirnya membawa kenyamanan dan kebahagiaan tersendiri
bagi mereka dan mereka memiliki rasa percaya diri untuk menjadi seorang
Cosplayer dengan menghidupkan karakter favorite mereka.
2. Konsel Self pada Cosplayer Komunitas Matsuri Japan, pembentukan self
merupakan hal dimana mereka harus bisa menunjukan tentang sejauh
mana mereka mampu untuk mendapatkan konsep self sebagai cosplayer
yang ideal dalam versi mereka.Menjadi seorang cosplayer berarti menjadi
seseorang yang lain, bukanmenjadi diri kita sendiri. Ketika melakukan
115
3. showmereka tidak hanya menirukan caraberpakaian saja, namun juga
menirukan gaya berjalan, hingga cara bicara dari karakter yang sedang
diperankan. Komunitas Matsuri Japan menyebut kegiatan ini sebagai
bentuk dari aktualisasi diri. Dimana kegiatan ini merupakan upaya dan
kemampuan mereka dalam mencapai tujuan dan keinginan mereka dalam
segi kesukaan dan hobi.
4. Mengenai Society terhadap Cosplayer Komunitas Japan Matsuri. Setiap
individu dalam masyarakat tentu saja memiliki persepsi yang berbeda-
beda dalam melihat hal-hal yang terjadi pada lingkungan. Dalam hal ini,
adanya pandangan negatif yang tercipta dari mayarakat diakibatkan dari
kurangnya pengetahuan mereka mengenai kegiatan dan komunitas
Cosplayer dan juga tidak adanya keterbukaan informasi. Namun seiring
berjalannya waktu, media kemudian menjadi sebuah perantara yang
menengahi dan menjelaskan kegiatan cosplay ini, dimana kegiatan ini
tidak bisa dipandang negatif oleh masyarakat, masyarakat harus menilai
dari berbagai sisi. Karena pada dasarnya menjadi seorang cosplayer
tidaklah mudah harus memiliki mental yang kuat dan dapat menerima
kritikan dari orang lain.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis terhadap konsep
diri cosplayer pada komunitas japan mastsuri, disini komunitas japan
matsuritetap menjalin kekerabatan antar sesama komunitas maupun diluar
komunitas.
116
a. Bagi cosplayer yang ada di komunitas japan matsuri, selama penulis
melakukan penelitian dilapangan belum pernah melihat cosplayer Japan
matsuri yang menggunakan karakter asli Indonesia yang di cosplaykan
pada acara yang mereka hadiri. Diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi
mengenai kepedulian terhadap sesama untuk tetap terus membantu teman-
teman yang lain yang mungkin sedang ada kesulitan.
b. Ketika ada event besar, misalnya festival tahuhan Ennichisai banyak dari
mereka yang saling terpisah. Oleh karenanya perlu adanya koordinasi yang
baik sesama teman satu komunitas, dan tidak saling egois dan tetap
bersama-sama.
118
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Helmy. 2015. Skripsi : konsep diri otaku anime di kota Serang. Serang :Fisip Untirta.
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya, 2004).
Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke PostPositivistik. Rajagrafindo Persada. Jakarta: 2010.
Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, trans. M. DwiMariyanto and Sunarto (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004)
Burhan Bungi, Analisi Data Penelitian Kualitatif , Pemahaman Filosofis danMetodelogis kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003.
Burns, R.B. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku,Arcan. Jakarta. 1993. Alih Bahasa: Eddy
Calhoun & Acocella.Psikolog Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan,Semarang, Penerbit IKIP Semarang, 1990.
Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar, PT Remaja Rosdakarya.Bandung: 2005.
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, and Siti Karlinah, Komunikasi Massa SuatuPengantar, Revisi Simbiosa Rekatama Media. Bandung: 2007
George Ritzer and Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta:Kencana, 2007).
Herdrianti Agustianti, Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannyadengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, PT ReflikaAditama, Bandung, 2006
Jallaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2000.
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004),
119
Milez, M.B. dan Humberman, A.M.1992.Analisis Data Kualitatif, PenerjemahTjetjep Rohendi, Jakarta, Halaman UI. Press
Moh.Nazir. Ph.D. Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,2003)
Nasution, M.A ,S . Azaz-azaz Kurikulum, Penerbit Terate, Bandung , 1964.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teoridan Praktek, PT RemajaRosdakarya. Bandung: 2007.
Pratama, Alfahmi. 2012. Skripsi : konsep diri pekerja seks komersial (PSK) dikota Serang. Serang : Fisip Untirta.
Richard Westdan Turner Lynn H, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis danAplikasi, 2008.
Rony Kountur, Metode Penelitian, Penerbit PPM, Jakarta, 2007.
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial dari Klasik Hingga Post Modern,(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta. 2002.
Sumber Skripsi :
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara. Jakarta: 2002.
YatimRiyanto, Metodelogi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar, Surabaya; SIC,1996.
Yulianti, Linda. 2011. Skripsi : konsep diri mahasiswa perokok di kota Bandung(studi fenomenologi konsep diri mahasiswa perokok di kota Bandung).Bandung : Unikom
120
Sumber Onlinewww.loop.co.id.articles/cosplay-bukan-sekedar-pakai-kostum diakses pada
tanggal 26 Oktober 2017 pukul 11.30
http://artikelduniawanita.com/cosplay-trend-baru-di-kalangan-remaja.html diaksespada tanggal 2 8 Maret 2018 pukul 07.45
http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay diakses pada tanggal 12 Maret 2018 pukul11.10
http://inforitel.com/dpage.php?id=3&autoid=1102 diakses pada tanggal 15 April2018 pukul 09.45
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2013-1-00459-JP%20Bab2002.pdf diakses padatanggal 2 8 Juni 2018 pukul 10.00
LAMPIRAN 1
DAFTAR INFORMAN
PENELITIAN PANDANGAN DIRI COSPLAYER PADA KOMUNITAS
JAPAN MATSURI
Profil narasumber key informan
No Nama Satatus dalam PeneltianTempat Tanggal
Tahir
1 Dicky SuryaCosplayer Key InformanPertama
Depok, 11 April1995
2 Amy RefonesiaCosplayer Key Informankedua
Jakarta, 19November 1998
3 Laely LavinaCosplayer Key InformanKetiga
Pemalang, 10Desember 1997
Profil narasumber informan
No Nama Satatus dalam PeneltianTempat Tanggal
Tahir
1 Irwan SetiawanSignificant Other InformanPertama
Jambi, 10 Mei1994
2 Jatra SwitoSignificant Other InformanKedua
Tegal, 5 Mei 1994
3Amelinda AnjaniPutri
Significant Other InformanKetiga
Purbalingga, 12Juli 1999
4Ricky PrasmaDitya
Reference KomunitasInforman Pertama
Bekasi, 23Desember 1995
5 RobertReference KomunitasInforman Kedua
Bekasi, 6 Oktober1995
6 Nadia SalsabilaReference KomunitasInforman Krtiga
Serang, 14 Maret1994
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Alamat :
Pendidikan :
Cosplay :
Pertanyaan untuk Key Informan:
PIKIRAN (MIND)
Mind – Dimensi Pengetahuan:
1. Apakah anda merasa bahwa diri anda adalah seorang cosplayer?
2. Sejak kapan anda memakai cosplay?
3. Seberapa sering anda memakai cosplay saat ada festival jepang?
4. Apakah anda memakai semua jenis cosplay?
5. Bagaimana krikteria cosplay yang menjadi favorit anda?
6. Bagaimana perasaan anda ketika mengenakkan cosplay?
Mind –Dimensi pengharapan:
1. Apakah makna cosplay telah sesuai dengan apa yang anda jalankan
selama ini?
2. Apa yang menjadi harapan anda mengenai tanggapan orang lain
tentang makna cosplayer?
Mind –Dimensi penilaian:
1. Bagaimana pandangan diri cosplayer dalam mempengaruhi pikiran
anda untuk terus mengenakkan costum play?
DIRI (SELF)
Self – Dimensi pengetahuan:
1. Hal apa saja yang membuat anda senang dan nyaman ketika anda
memilih menjadi cosplayer?
2. Siapa karakter cosplay yang menjadi idola anda?
3. Bagamana pendapat kerabat anda ketika anda memilih menjadi
seorang cosplayer?
4. Apa saja dukungan kerabat anda dengan kegiatan ini?
Self – Dimensi pengharapan:
1. Apa harapan anda ketika memilih untuk menjadi seorang cosplayer?
2. Apa saja aktivitas yang anda lakukan demi menunjukan bahwa anda
seorang cosplayer?
3. Bagaimana cara anda menyakinkan kerabat anda bahwa menjadi
cosplayer merupakan hal yang tidak perlu dirisaukan?
4. Apa harapan anda kepada kerabat anda mengenai pilihan anda untuk
menjadi seorang cosplayer?
5. Apakah yang anda lakukan sekarang sudah menjadi harapkan anda
selama ini?
Self –Dimensi penilaian:
1. Di usia anda yang sekarang, bagaimana penilaian anda tentang diri
anda sebagai cosplayer?
2. Hal apa saja yang belum anda lakukan sebagai seorang cosplayer?
3. Ketika waktu anda banyak dipergunakan untuk mengenakan costum
play, bagaimana interaksi social yang anda lakukan?
4. Apa prestasi yang telah anda raih ketika anda menjadi seorang
cosplayer?
Pertanyaan Untuk Informan:
MASYARAKAT (SOCIETY)
Socety – Dimensi pengetahuan:
1. Bagaimana pendapat kerabat anda terhadap anda yang memiliki
kesenangan berlebih terhadap cosplayer?
2. Bagaiamna prosesnya sehingga kerabat anda bias memiliki
kesenangan terhadap cosplay dan ikut menjadi seorang cosplayer?
3. Seberapa penting menjadi seorang cosplay dalam kehidupan kerabat
anda?
4. Dengan banyaknya waku yang di pergunakan oleh kerabat anda untuk
memakai costum play , apakah aktivitas tersebut sesuai dengan
kebiasaan yang ada di dalam masyarakat ?
5.
Socety – Dimensi pengharapan:
1. Apa harapan anda kepada kerabat anda ?
2. Apa yang seharusnya kerabat anda yang menjadi seorang cosplay
dalam menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang ada di dalam
masyarakat?
Socety – Dimensi penilaian:
1. Semenjak memiliki kecenderungan untuk menjadi cosplayer secara
terus menerus, apakah ada hal yang berubah dari kerabat anda?
2. Apa saja hal positif yang berkembang ketika kerabat anda memilih
untuk menjadi seorang cosplay?
3. Apa saja hal negatif yang kerabat anda lakukan ketika dia memilih
menjadi seorang cosplay?
LAMPIRAN 3
Transkrip Wawancara dengan Dicky surya (22 Tahun)Tempat : Grand Galaxy Park Bekasi Selatan “Hobby Con Fest”.Waktu : Sabtu, 17 Maret 2018, 15.10-16.15
1 P1. Apakah anda merasa bahwa diri anda
adalah seorang cosplayer?
DimensiPengetahuan
N
“Ya, karena saat mencobamengcosplaykan suatu karakter sayatidak hanya memakai kostumnya saja.Tapi saya mencoba untuk semiripmungkin dengan karakter tersebut darisegi visual (kostum, face karakter/ makeup) dan juga dengan karakteristik darikarakter anime tersebut (gesture)”.
2 P2. Sejak kapan anda memakai cosplay?
N
“Awal saya ikut cosplay waktu itupertama kali tahun 2011, sebagai KilluaJoldik, itu karena pas nonton HunterCuanter, pengen banget jadi kaya Killuakarena dia itu keren, pokonya pengenbanget, dan akhirnya mulai bikin skateboard di cat sampai akhirnya jadikebabalasan, beli costum, sampe warnairambut, karena dulu itu wig wig itujarang banget, dah yah ketagihan sampesekarang awal itu awal pertama cosplayiseng2 aja”.
3 P3. Seberapa sering anda memakai cosplay
saat ada festival jepang?
N
“Hampir sering, bisa di bilang hampir80% dari event yang pernah saya ikutinitu selalu datang cosplay itu setelahmulai-mulai ikut cosplay”.
4 P4. Apakah anda memakai semua jenis
cosplay?
N“Iya, diantaranya Masamune Date(sengoku bashara), Zhao Yun (DinastyWarrior 8), Yasumori (Kekaishi),
Kagami (Kuruko no Basket), Syaoran(Tsubasa reseervoir chronicle), SasukeSarutobi (Sengoku Basara), and manymore”.
MIND
5 P5. Bagaimana krikteria cosplay yang
menjadi favorit anda?
N
“Banyak karakter membuat saya pengenmengcosplay kan satu karakter sebagaicontoh cerita dari karakter itu sendirietah itu dari animenya, cerita game ataudari manganya, dan pastinya yangpaling sering bnaget itu darikarakternya dia sendiri, termasuknyadari style nya, pembawaannya yangkeren, costum nya keren, bawa pedang,bawa sejata, dan kebanyakan karakteryang saya coslpay kan sih cowok-cowokkeren enggak ada cowok yang machoatau apa gitu kebnayakan ya daritampilan nya dulu sih”.
6 P6. Bagaimana perasaan anda ketika
mengenakkan cosplay?
N
“Nah itu dia, perasaan nya itu udahkaya orang paling kuat sedunia atauorang yang paling keren sedunia, hehejadi pada saat mengcosplay kanseseorang ya berasa jadi kayaseseorang tersebut misalnya sih cosplayjadi joyun bawa tombak ya udaknegrasa udah kaya jendral, weyyy guejendral nih, jendral terhebat, ya gitulahkarena nya kenapa banyak orang yangsuka cosplay ya karena itu berasa jadiorang yang dia cosplaykan walapuncuman fiktif”.
7 PApakah makna cosplay telah sesuaidengan apa yang anda jalankan selamaini?
N “Cosplay itu kan suatu seni, seni peran,
seni kreatifitas, dan masih banyak lagidan kalau buat saya sendri cosplay itusuatu kepuasan ketika saya bisa menjadikarakter yang menjadi kesukaan sayadan saya bisa menjadi seperti dia itu adasebuah kepuasan sendiri untuk saya bisameniru suatu karakter yang menjadikesukaan saya”.
DimensiPengharapan
8 PApa yang menjadi harapan andamengenai tanggapan orang lain tentangmakna cosplayer?
N
“Saya harap bagaimana oarang lain itumenyukai cosplay seperti saya jugamenyukai cosplay, jadi cosplay bukanhanya pakai costum, dan jalan-jalan aja,bukan hanya itu tapi cosplay itu suatuimpian masa kecil yang diwujudkanmenjadi seni nyata tapi semi nyata bisamenirukan karakter tersebut seperti yamirip karakter tersebut walaupun hanyacost atau hanya tampilannya saja.”
9 PBagaimana pandangan diri cosplayerdalam mempengaruhi pikiran anda untukterus mengenakkan costum play?
Dimensi Penilaian
N
“Cosplay sudah jadi Seperti hoby yangsudah mendarah daging buat saya,entah mungkin saya bakal terus nekuninwalaupun misalnya sudah berkeluargasekali pun saya bakal terus menekunihoby cosplay ini.”
10 PHal apa saja yang membuat anda senangdan nyaman ketika anda memilihmenjadi coslayer?
SELF DimensiPengetahuan
N
“Yang membuat saya nyaman ya bisamewujudkan karakter yang saya sukaimenjadi nyata pada diri saya sendiri.Hal yang membuat saya tidak nyamanitu dari pandangan orang atau parapengunjung umumnya yang memandangcosplayer itu seperti sama halnyadengan badut atau para pengunjung
yang kadang berlaku seenaknya kepadacosplayer-cosplayer.”
11 PSiapa karakter cosplay yang menjadiidola anda?“Zainaru, karena pertama suka bangetdengan costum-costum buatan dia sayajujur terinspirasi banget sama costum-costum buatan dia saya dia buat costumitu selalu bagus banget, detail bnageteport nya di setiap costum yang dia buatitu selalu tinggi makanya di setiapkostum yang dia buat itu tidak selalusama dan selalu ada perkembangannyadan yang kedua di setiap dia cosplayitu dia selalu masuk ke karakter yangdia cosplaykan itu, jadi bukansembarang memakai costum doang tapidia, ketika dia sudah memakai costumdia udah jadi karakter tersebut.”
12 PBagamana pendapat kerabat anda ketikaanda memilih menjadi seorangcosplayer?
N
“Sampai saat ini pun banyak orangawam yang yang memandang di sekitarsaya merasa aneh, karena ya wajar lahcosplayer kan selalu memakai make up,dan buat cowok memakai make up ituudah kayaknya ada yang aneh nih, tapiya semua biasa aja udah terbiasa danenggak terlalu dipikirin dan kebanyakanjuga mulai sampai saat ini sih mulai didukung, mulai di puji, apa karena sayasering bikin costum terlihat kan danbanyak orang suka dan berkomentaruntuk sampai saat ini pun fine fine aja.”
13 PApa saja dukungan kerabat anda dengankegiatan ini?
N
“Kalau untuk dukungan untuk saat iniitu, kalau mau minjem make up itusekarang udah di bolehin, jadi tidakharus beli kalau buru-buru habis, bisaminjem dulu saya juga mendapatdukungan dari bokap karena dia jugabisa seni-seni gitu bikin sesuatu bikinmaker juga dan sering belajar daribokap juga, sering bantuin juga bikin
costum, bantu motong-motongin bahan,ya dukungan nya dari seputar itu ajasih.”
14 PApa harapan anda ketika memilih untukmenjadi seorang cosplayer?
DimensiPengharapan
N
“Ya saya pengen nunjukin kalauseorang coplayer itu bukan suatu hobiyang negatif dan dibilang Cuma buatsenang- senang doang dan nggak adamanfaatnya, dan saya akan buktikankalau dengan hobi ini bisa menjadikansaya lebih berprestasi.”
15 PApa saja aktivitas yang anda lakukandemi menunjukan bahwa anda seorangcosplayer?
N“setiap ada event jepang saya selalumemakai cosplay, bareng teman-temanyang juga suka bercosplay juga.”
16 P
Bagaimana cara anda menyakinkankerabat anda bahwa menjadi cosplayermerupakan hal yang tidak perludirisaukan?
N
“Yaudah saya ajak dia datang ke eventbareng-bareng, walapun dia nggakpakai cosplay setidaknya dia ikut sertadan bisa memperhatikan saya ketikapakai cosplay, nanti juga lamakelamaan dia pasti tau dan ngerti kalaumemakai cosplay tidak harus dirisaukan.”
17 PApa harapan anda kepada kerabat andamengenai pilihan anda untuk menjadiseorang cosplayer?
N
“Harapan saya simple aja, bisamenerima hobi saya, bahwa hobi iniadalah suatu hobi yang tidakmerugikan.”
18 PApakah yang anda lakukan sekarangsudah menjadi harapkan anda selamaini?
N
“Sudah, karena memang ketika sayamemakai cosplay sudah membuat sayabahagia dan itu merupakan hal yangsaya inginkan
19 PDi usia anda yang sekarang, bagaimanapenilaian anda tentang diri anda sebagai
Dimensi Penilaian
cosplayer?
N
“Karena secara enggak sadar, ketikamenjadi cosplayer itu bukan suatu halbutuk dan enggak ada yang harus sayarubah karena dengan saya berpakaianseperti ini tapi kan tidak menyakitiorang lain.”
20 PHal apa saja yang belum anda lakukansebagai seorang cosplayer?
N“Banyak banget sih, terutama ikutcosmpteisi gitu, nanti lah kapan-kapansaya ikut.”
21 P
Ketika waktu anda banyak dipergunakanuntuk mengenakan costum play,bagaimana interaksi social yang andalakukan?
N
“ya nggak ada yang berubah kok,karena dievent juga banyak kok teman-teman yang tidak memakai cosplay, yakita tetap berbaur dan sama-sama havefun aja, karena disisi lain kan wlupunmereka tidak memakai cosplay tetapsaama-sama menyukai budaya jepang,musik jepang, dll.”
22 PApa prestasi yang telah anda raih ketikaanda menjadi seorang cosplayer?
N
“Untuk prestasi masih minim banget,tapi ya Alhamdulillah si kadang ketikaada event saya sering ikutkepanitiaannya, jadi itu juga sudahmenjadi suatu kebanggaan buatku.”
LAMPIRAN 4
Transkrip Wawancara dengan Amy Refonesia (19 Tahun)Tempat : Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor “Bonenkai Festival”.Waktu : Sabtu, 21 Januari 2018, 15.30-16.45
1 P7. Apakah anda merasa bahwa diri anda adalah
seorang cosplayer?
DimensiPengetahuan
N
“iya, karena waktu itu aku cosplayseadanya, waktu itu cosplay di AFA tahun2013 (kayaknya) sudah lama bangetsoalnya, wkwkwk. Dari situ aku cosplaycuma buat coba-coba doang, pake make upartis segala, pas nyampe disana aku dimaintain poto mulu, waktu itu bener-benerenggak ngerti yang namanyakameko/photographer segala deh, dan disituaku juga sendirian, habis cosplay di AFA,aku berhenti cosplay sampai berbulan-bulan. Di waktu itu sih aku seneng ngeliatcosplayer, pengen jadi cosplay juga tapikarena belum ada temen atau komunitas,jadi enggak bisa terlalu mendalami.
2 P8. Sejak kapan anda memakai cosplay?
N
“Sejak smp kelas 3, waktu itu aku cosplayseadanya, Cuma seifuku sama weig birutoska kaya hatsune miku tapi enggak miripmirip banget sih.” :D
3 P9. Seberapa sering anda memakai cosplay saat
ada festival jepang?
N
“Aku pas mulai-mulai ke event lagi tuhudah mulai sering pakai cosplay, dari cumaseifuku doang ampe full set karakter,semua juga tergantung kalua ada temennyaatau enggak sih. Tapi sekarang aku kalaumau ke event udah pasti cosplay, kalauenggak ya enggak dateng event.” wkwkkk
4 P Apakah anda memakai semua jenis cosplay?
N“Ada beberapa saja, diantaranyaShimakaze, Hatsune Miku, Sinon GGO,Maid Rem, Harley Quinn, Coconut
Nekopaadise, Kaito Shion, Ryuko Matoi,Rize Kamasihiro.” Mind
5 P10. Bagaimana krikteria cosplay yang menjadi
favorit anda?
N“krikteria nya itu, kostumnya unik-unik darikarakter anime, dan make up nya juga tapisebagian besarnya itu kostumnya.”
6 P Bagaimana perasaan anda ketikamengenakkan cosplay?
N
“pertama-tama udah pasti malu, makanyapas pertama kali aku cosplay harus adatemannya , tapi lama kelamaan jadi happybanget bisa berbaur sama cosplayer lain,banyak orang yang pengen poto barengan,jadi seru banget perasaannya.”
7 PApakah makna cosplay telah sesuai denganapa yang anda jalankan selama ini?
N
Iya, karena sudah menjadi kesukaan sayadan saya bisa menjadi seperti karakter yangsaya sukai dam itu menjadi sebuah kepuasansendiri untuk saya bisa meniru suatukarakter yang menjadi kesukaan saya”.
DimensiPengharapan
8 PApa yang menjadi harapan anda mengenaitanggapan orang lain tentang maknacosplayer?
N
“harapan aku sih mereka bisa accept ajakalau cosplayer itu bukan orang-oragng‘wibu’ yang tergila-gila ama jepang,harapan aku mereka bisa lihat kalaucosplayer itu orang-orang yang benar-benarpassionate dengan hobi mereka.”
9 PBagaimana pandangan diri cosplayer dalammempengaruhi pikiran anda untuk terusmengenakkan costum play?
DimensiPenilaian
N
“ sebenarna sih kalau sudah hobi bakal teruscosplay, seperti hobi aku selain cosplay jugaterus gambar dari SD sampai sekarang akumasih gambar terus, dan dari pertama akusuka anime itu pas SD kelas 6, jadi kayanyakalau udah bener-bener hobi dan suka aku
nggak bakal bosen.”
10 PHal apa saja yang membuat anda senang dannyaman ketika anda memilih menjadicosplayer?
SELF
DimensiPengetahuan
N
“hal besarnya itu udah pasti temen-temencosplayer lainnya, dan teman-temankomunitas aku, walaupun aku cosplay nyanggak cocok jadi itu karakter tapi merekatetap saja have fun sama aku dan nggakbikin drama-drama nggak penting, halkeduanya itu aku seneng banget jadikarakter-karakter yang aku suka.”
11 PApakah ada karakter cosplay yang anda tidaksukai?“ada sebagian, ada juga yang memang tidaksuka dengan karakternya, ada juga gara-gara aku nggak cocok jadi karakter itu.”
13 PApa saja dukungan kerabat anda dengankegiatan ini?
N
“biasanya compliments dari diri merekakayak “cocok banget tuh” “lucu deh” atau“keren banget tuh” dan ada dukungan darisahabat aku yang mau nemenin aku cosplayke even segala.”
14 PApa harapan anda ketika memilih untukmenjadi seorang cosplayer?
DimensiPengharapan
N
“harapan aku sih kedepannya, aku masihpunya waktu buat cosplay bareng teman-teman aku di event, photo juga barengteman-teman cosplayer lain, yang pentingharapan aku yang terbesar itu kau bisacosplay karakter yang benar-benar aku sukadan have fun.”
15 PApa saja aktivitas yang anda lakukan demimenunjukan bahwa anda seorang cosplayer?
N
“karena aku belum lama banget jadicosplayer, selain posting poto cosplay aku disosial media, nggak ada aktifitas lain.”
16 PBagaimana cara anda menyakinkan kerabatanda bahwa menjadi cosplayer merupakanhal yang tidak perlu dirisaukan?
N
“kalau aku si nggak perlu meyakinkankeluarga aku, yang penting hbi cosplay akuini nggak bakal jadi alesan aku males-malesan ngerjain tugas kampus/rumah, kalautemen si mereka seneng aja ngeliat aku pakaicosplay gitu walapun mereka ngg bgtuh sukadgn cosplay.”
17 PApa harapan anda kepada kerabat andamengenai pilihan anda untuk menjadiseorang cosplayer?
N “Tidak memandang buruk tentang cosplay.”
18 PApakah yang anda lakukan sekarang sudahmenjadi harapkan anda selama ini?
N
Emmm belum sih, karena aku berharapdengan bersoplay bisa menjadi aku lebihberprestasi tapi aku belum coba ikutkompetisi masih belum pede.”
19 PDi usia anda yang sekarang, bagaimanapenilaian anda tentang diri anda sebagaicosplayer?
DimensiPenilaian
N
“menurut aku sih, yang pasti ada baik danada buruknya, mungkin yang baiknya aku tuhorangnya seru banget kalau bertemanwalaupun aku lagi cosplay, aku nggaksombong sama teman-teman aku sendiri (tapikalau lagi badmood sama temen sendiri yak)nah buruknya itu aku orangnya kasar diomongan dan perilaku kata teman aku gituh(walaupun sebernarnya tujuan aku buat lucu-lucuan doang) tapi ada sebagian orang pastinggak suka aku bersikap kaya gitu, walaupunaku lagi cosplay karakter aku pasti menonjolbanget, nggak bisa diem, ketawa gede bangetya masih banyak lagi deh.”
20 PHal apa saja yang belum anda lakukansebagai seorang cosplayer?
N
“yang pasti belum pernah ikut coswalk ataucontes-contes lainnya, aku juga belumpernah photoshoot bareng cosu lain (pernahsih sekali, itu berdua ngga ada planningsama sekali, tiba-tiba gitu aja).”
21 PKetika waktu anda banyak dipergunakanuntuk mengenakan costum play, bagaimanainteraksi social yang anda lakukan?
N
“ada yang nerima itu sebagai aktifitas yangCuma orang-orang yang suka anime dansebagainya yang ngerti, tapi mereka senengjuga ngeliat orang-orang pakai costumcostum gitu, tapi ada juga yang ngelihataktifitas cosplaying itu nggak penting atauCuma buat orang-orang yang wibu. Untungsaja teman-teman aku ngerti kalau cosplayini hobi aku, dan mereka juga yang memberisupport seperti ngasih tau apa aja yang mestiaku tingkatkan atau bilang ke aku kalaunggak cocok jadi karakter ini itu.”
22 PApa prestasi yang telah anda raih ketika andamenjadi seorang cosplayer?
N
“emm.. prestasi yah,hhe aku paling enggasuka ikut kompetisi, malu banget akuorangnya kalau udah diliatin banyak orangdiatas panggung, jadi kau nggak pernahdapet apa-apa. Tapi menurut aku sih di fotosama photographer aja udah seneng bangetberasa sudah menjadi model,hhe.”
LAMPIRAN 5
Transkrip Wawancara dengan Laely Lavina (20 Tahun)Tempat : Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor “Bonenkai Festival”.Waktu : Sabtu, 21 Januari 2018, 13.15-14.20
1 P Apakah anda merasa bahwa diri anda adalahseorang cosplayer?
DimensiPengetahuan
N
“iya, saya merasa kok kalau saya sebagaicosplayer, walapun awalnya dari iseng-iseng aja,terus bikin proverti acc, terus membuat costumsendiri dan akhinya bikin aku seneng, terus jadihobi, tapi ini jadi hobi mahal sih menurutku,karena beli proverti lumayan mahal karenasampai 1 juta, armor-armor juga lumayanmahal.”
2 P Sejak kapan anda memakai cosplay?
N“kalau Makai cosplay sih dari 2016, itu pertamaaku datang event ennichisai sebagai hatsunemiku.”
3 P Seberapa sering anda memakai cosplay saat adafestival jepang?
N “sering sekali, karena ada event tiap minggudatang dan pakai costum play .”
4 P Apakah anda memakai semua jenis cosplay?
N
“emmm…. Kalau tiap event ya paling pakai satucosplay, kalau misalkan pakai 2-3 costum terusganti-ganti kan lumayan ribet, apalgi make upjuga harus di hapus ulang karena kan setiapkarakter cosplay yang berbeda make up nya punberbeda.”
5 P Bagaimana krikteria cosplay yang menjadi favoritanda?
N“emmm… kalau karakter cosplay yang aku sukasih, yang lucu-lucu gitu dan agak pecicilan ,hehe.”
6 P Bagaimana perasaan anda ketika mengenakkancosplay?
N“Ya pasti senang banget, karena banyak yangmemperhatikan dan selalu di mintain poto,”
7 PApakah makna cosplay telah sesuai dengan apayang anda jalankan selama ini?
N
Iya, aku kan sudah memakai banyak jenis cosplaydan juga banyak mengkoleksi costum play,makanya bisa dibilang aku tuh cosplayer bangetdan hal- hal yang berbau jepangpun saya sangatsuka”.
MIND
DimensiPengharapan8 P
Apa yang menjadi harapan anda mengenaitanggapan orang lain tentang makna cosplayer?
N
“ya walapun bnyak yang menilai genatif tentangcosplayer, saya harap orang lain tetap menerimadengan baik, karena itu bukan suatu hoby yangburuk kok.”
9 PBagaimana pandangan diri cosplayer dalammempengaruhi pikiran anda untuk terusmengenakkan costum play?
DimensiPenilaian
N
“karena aku suka banget pakai cosplay jadi tentuini akan membuat saya akan terus mengenakannyaapalagi pas ada event saja aku bisa pakai 2-3costum terus ganti-ganti ya walapun lumayanribet, apalgi make up juga harus di hapus ulangkarena kan setiap karakter cosplay yang berbedamake up nya pun berbeda.”
10 PHal apa saja yang membuat anda senang dannyaman ketika anda memilih menjadi cosplayer?
SELF
DimensiPengetahuan
N
“Aku nyaman jadi cosplayer karena adakomunitasnya, dan enak aja jadi punya tempatyang sama-sama memiliki satu pemikiran, kanbisa terus sharring, mneyalurkan hobi yang samajuga, jadi bisa terus bareng-bareng.”
11 P Siapa karakter cosplay yang menjadi idola anda?“Enggak terlalu banyak idola juga, karena yangsaya cosplay kan itu berarti yang menjadi idolasaya ya seperti Miku.”
12 PBagamana pendapat kerabat anda ketika andamemilih menjadi seorang cosplayer?
N“Ya pendapat keluarga gak negatif kok, apalagikaka aku selalu mendukung dan mensupport.”
13 PApa saja dukungan kerabat anda dengan kegiatanini?
N“Memberi support, suka ngasih uang juga buatbeli-beli costum,hehe.”
14 PApa harapan anda ketika memilih untuk menjadiseorang cosplayer?
DimensiPengharapan
N“Ya bisa terus menjadi cosplayer sampai kapanpun, dan tetap menekuni hobi yang menyenangkanini.”
15 PApa saja aktivitas yang anda lakukan demimenunjukan bahwa anda seorang cosplayer?
N“Kalau datang ke event selalu memakai cosplay,jadikan biar orang lain tau kalau aku berbakatdalam dunia cisplay.he”
16 PBagaimana cara anda menyakinkan kerabat andabahwa menjadi cosplayer merupakan hal yangtidak perlu dirisaukan?
N“Aku nggak menyakinkan apa-apa, karenamereka sudah terima dengan baik kok.”
17 PApa harapan anda kepada kerabat anda mengenaipilihan anda untuk menjadi seorang cosplayer?
N“Tetap terus memberi dukungan dan supportnya.”
18 PApakah yang anda lakukan sekarang sudahmenjadi harapkan anda selama ini?
N “Alhamdulillah sudah,
19 PDi usia anda yang sekarang, bagaimana penilaiananda tentang diri anda sebagai cosplayer?
DimensiPenilaian
N
Jadi cosplayer itu bukan jadi suatu hal yangnegatif, bukan suaru yang buruk. Kadang itumenjadi siis yang positif buat aku, daripadamelakukan hal-hal yang nggak baik, misalnyamelkaukan tidak kriminal seperti mencuri,merampok dll, ya lebih baik punya hobi sepertiini.”
20 PHal apa saja yang belum anda lakukan sebagaiseorang cosplayer?
N“Gak ada si yah, aku nggak begitu punya targetdalam konteks cosplay ini dan nggak mikir sejauhitu yang aku tau ya hanya sekedar hobi aja.”
21 PKetika waktu anda banyak dipergunakan untukmengenakan costum play, bagaimana interaksisocial yang anda lakukan?
N
“Ya enggak gimana-gimana kok, ketika ada oranglain yang ngajak ngomong ya aku tanggepin,untuk sejauh ini walaupun aku menjadi seorangcosplayer tidak menghalangi pergaulan denganorang lain di sekitaran aku kok.”
22 PApa prestasi yang telah anda raih ketika andamenjadi seorang cosplayer?
N “Untuk prestasi belum ada deh.”
LAMPIRAN 6
Transkrip Wawancara dengan Irwan Setiawan (22 Tahun)Tempat : Grand Galaxy Park, Kota Bekasi.Waktu : Sabtu, 22 Januari 2018, 13.00-13.11
1 PApa anda mengetahui arti dan makna daricosplayer?
Socety
DimensiPengetahuan
N
“kaka nggak ngerti, emang cosplay apaanyhh, kaka aja baru dengar dari kamusekarang. kaka nggak ngerti yang kayagituan.”
2 PBagaimana pendapat anda mengenaikerabat anda yang memiliki kesenanganberlebih menjadi seorang cosplayer?
N“ya penting nggak berlebihan saja, soalnyakaka juga nggak ngerti, tapi selagikegiatannya masih wajar tidak masalah.”
3 PSeberapa penting menjadi seorang cosplaydalam kehidupan kerabat anda ?
N
“Ya tidak tahu dek,hhe.. ya kalau ya tadibilang menurut kmu cosplay itu Cumapermainan peran dalam dunia anime saja,ya berarti nggak penting-penting banget.”
4 PBagaimana prosesnya sehingga kerabatanda sehingga kerabat anda memilikikesenangan terhadap cosplay ?
N“Emmm nggak tahu juga, mungkin karenapergaulan sama teman-temannya.”
5 P Apa harapan anda kepada kerabat anda?
DimensiPengharapan
N
“ya harapannya si semoga aja nggakterlalu berlebihan, kalau hanya untuksekedar hobi tidak apa-apa, asal masihsewajarnya saja.”
6 P
Apa yang seharusnya kerabat anda yangmenjadi seorang cosplay dalammenyesuaikan diri dengan kebiasaan yangada di dalam masyarakat?
N“ya kadang suka ngasih nasehat biar tetapsewajarnya saja dalam bergaul.”
7 PSemenjak memiliki kecenderungan untukmenjadi cosplayer secara terus menerus,apakah ada hal yang berubah dari kerabat
DimensiPenilaian
anda?
N
“iya ada sedikit berubah sih, dia lebih sukamenghabiskan waktu diluar dengan teman-temannya, lebih boros, dan suka bertingkahaneh karena memang kadang memakaicostum yang aneh.”
8 PApa saja hal positif yang berkembangketika kerabat anda memilih untuk menjadiseorang cosplay?
N“hal positifnya dia lebih ceria, dan bagusjuga jadi lebih aktif diluar.”
9 PApa saja hal negatif yang kerabat andalakukan ketika dia memilih menjadi seorangcosplay?
N“ya itu, kadang boros Cuma untuk membelicostum-costum kagak jelas.”
LAMPIRAN 7
Transkrip Wawancara dengan Jatra Swito (23 Tahun)Tempat : Grand Galaxy Park, Kota Bekasi.Waktu : Sabtu, 22 Januari 2018, 13.00-13.11
1 PApa anda mengetahui arti dan makna daricosplayer?
Socety
DimensiPengetahuan
N
“cosplay itu orang yang menyukai kartun-kartun jepang dan kemudian di perankandidunia nyata, sebagai bentuk ekspresimereka terhadap sesuatu yang merekagemari dan kemudian menirunya.”
2 PBagaimana pendapat anda mengenaikerabat anda yang memiliki kesenanganberlebih menjadi seorang cosplayer?
N“ya nggak menganggu banget kok, karenamneurutku itu masih wajar dan memangsudah menjadi kesukaannya dia juga kan.”
3 PSeberapa penting menjadi seorang cosplaydalam kehidupan kerabat anda ?
N“sebenernya nggak penting-penting bangetsih, tapi ya tidak apa-apa juga kalaumemang mau tetap menjadi cosplayer.”
4 PBagaimana prosesnya sehingga kerabatanda sehingga kerabat anda memilikikesenangan terhadap cosplay ?
N
“Dia emang suka nonton anime gitu,mungkin dari situ muncul imajinasi buatmemerankan karakter yang jadi favorit dia,di tambah lagi sekarang adakomunitasnya.”
5 P Apa harapan anda kepada kerabat anda?
DimensiPengharapan
N
“ya semoga saja nggak terlalu berlebihanlagi kalau mau cosplay, apalgi sampaimengahbiskan banyak uang Cuma untukmembeli perlengkapan cosplay doang.”
6 P
Apa yang seharusnya kerabat anda yangmenjadi seorang cosplay dalammenyesuaikan diri dengan kebiasaan yangada di dalam masyarakat?
N“Saya mah biarin aja,lagipula dia masihwajar-wajar saja kok.”
7 P
Semenjak memiliki kecenderungan untukmenjadi cosplayer secara terus menerus,apakah ada hal yang berubah dari kerabatanda?
DimensiPenilaian
N“Paling jadi lebih jarang dirumah,lebihsering kumpul dengan teman-temannya.”
8 PApa saja hal positif yang berkembangketika kerabat anda memilih untuk menjadiseorang cosplay?
N“Mungkin lebih banyak imajinasinya,hheya jadi pinter desain baju gitu, walapunyang dibuat baju-baju cosplay juga.”
9 PApa saja hal negatif yang kerabat andalakukan ketika dia memilih menjadi seorangcosplay?
N “Hawatir nggak fokus lagi kuliahnya.”
LAMPIRAN 8
Transkrip Wawancara dengan Amelinda Anjani Putri (16 Tahun)Tempat : Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor “Bonenkai Festival”.Waktu : Sabtu, 21 Januari 2018, 16.00-16.30
1 PApa anda mengetahui arti dan makna daricosplayer?
Socety
DimensiPengetahuan
N
“cospay itu sebuah istilah umum hobiberpakaian seperti karakter biasanya darigame anime etc.Sedangkan cosplayer ituorang yang meniru gaya, pakaian dalamfilm atau game dan melakukan action didunia nyata.”
2 PBagaimana pendapat anda mengenaikerabat anda yang memiliki kesenanganberlebih menjadi seorang cosplayer?
N
“memang sering liat kak lae memakai pakaicostum play tapi menurutku ya wajar, tapikadang kasihan karena kerepotan, apalagipas bilang mau datang event, dia sangatkerepotan bawa baju ganti, dari rumah sihberpenampilan biasa-biasa saja, tapicostumnya ditaro ditas.”
3 PSeberapa penting menjadi seorang cosplaydalam kehidupan kerabat anda ?
N
“hobi yang mereka lakukan merupakan halyang baik kok, karena selain untukbersenang-senang mereka juga mendapatprestasi diatas panggung, bagusnya lagi,mereka membuat costum sendiri, menurutaku sih itu suatu hal yang kreatif.”
4 PBagaimana prosesnya sehingga kerabatanda sehingga kerabat anda memilikikesenangan terhadap cosplay ?
N“aku nggak tau kak, soalnya nggak begitudekat juga dengan kak lae.”
5 P Apa harapan anda kepada kerabat anda?
DimensiPengharapan
N“semoga kaka nggak sering begadang dansering kumpul-kumpul nggak jelas.”
6 P
Apa yang seharusnya kerabat anda yangmenjadi seorang cosplay dalammenyesuaikan diri dengan kebiasaan yang
ada di dalam masyarakat?
N
“iya nggak tau bingung juga, tapi untuksaat ini paling aku suka ajak kaka pergimakan, biar nggak ngabisin waktu untukdatang ke event trus.”
7 P
Semenjak memiliki kecenderungan untukmenjadi cosplayer secara terus menerus,apakah ada hal yang berubah dari kerabatanda?
DimensiPenilaian
N“Enggak ada sih, paling lebih sibuk sendiriaja.”
8 PApa saja hal positif yang berkembangketika kerabat anda memilih untuk menjadiseorang cosplay?
N“Emm apa yah, aku nggak tau deh halpositif apa yang dimiliki ka lae kalau diajadi cosplayer.”
9 PApa saja hal negatif yang kerabat andalakukan ketika dia memilih menjadi seorangcosplay?
N “Nggak hawatir apa-apa sih.”
LAMPIRAN 9
Transkrip Wawancara dengan Ricky Prasma Ditya (22 Tahun)Tempat : Nagoya TV Tower, Jakarta.Waktu : Sabtu, 22 April 2018, 13.00-13.15
1 PApa anda mengetahui arti dan makna daricosplayer?
Socety
DimensiPengetahuan
N“cosplay itu menurut aku ya kartun yangada di film dan game untuk dibuat di dunianyata.”
2 PBagaimana pendapat anda mengenaikerabat anda yang memiliki kesenanganberlebih menjadi seorang cosplayer?
N
“Ya menurut aku sih mungkin itu suatuhoby yang mungkin jarang orang tau danakhirnya menjadi aneh, tapi bagi orangyang menyukai cosplay pasti lebih antusiasmakanya sampai bela-belain beliperlengkapan untuk cosplay.”
3 PSeberapa penting menjadi seorang cosplaydalam kehidupan kerabat anda ?
N
“Menjadi cosplayer itu kan sebagai hobisaja, jadi ketika dia datang ke event danpakai cosplay ya berarti itu merupakanhobi dia dan baginya sangat penting.”
4 PBagaimana prosesnya sehingga kerabatanda sehingga kerabat anda memilikikesenangan terhadap cosplay ?
N“Yang aku tahu sih, mungkin gara-garasuka menonton anime, banyak juga koleksianime dia.”
5 P Apa harapan anda kepada kerabat anda?
DimensiPengharapan
N
“Ya tetap sabar aja kalau mendapatkritikan dari orang yang mungkin tidakmenyukai dia, dan semoga jadi lebihberprestasi lagi.”
6 P
Apa yang seharusnya kerabat anda yangmenjadi seorang cosplay dalammenyesuaikan diri dengan kebiasaan yangada di dalam masyarakat?
N “Masih wajar-wajar saja kok, ketika dia
event ya layaknya dia berperan sepertikarakter yang dia perankan, kalau lagidiluar event ya selayaknya manusiabiasa,hhe.”
7 P
Semenjak memiliki kecenderungan untukmenjadi cosplayer secara terus menerus,apakah ada hal yang berubah dari kerabatanda?
DimensiPenilaian
NNggak ada yang berubah kok, malah asik-asik aja.”
8 PApa saja hal positif yang berkembangketika kerabat anda memilih untuk menjadiseorang cosplay?
N“Jadi lebih aktif dan percaya diri gitu, danseru kalau lagi kumpul karena dia jugasuka bercanda.”
9 PApa saja hal negatif yang kerabat andalakukan ketika dia memilih menjadi seorangcosplay?
N“Menurutku nggak adayang negatif kok,paling pandangan orang lain aja yangnegatif.”
LAMPIRAN 10
Transkrip Wawancara dengan Robert (22 Tahun)Tempat : Nagoya TV Tower, Jakarta.Waktu : Sabtu, 22 April 2018, 14.00-14.35
1 PApa anda mengetahui arti dan makna daricosplayer?
Socety
DimensiPengetahuan
N
“cosplay itu singakatan dari costum playsuatu bentuk pertunjukan seni dimana parapesertanya mengenakan costum danaksesoris untuk memerankan karakter yangmereka sukai.”
2 PBagaimana pendapat anda mengenaikerabat anda yang memiliki kesenanganberlebih menjadi seorang cosplayer?
N
“Csoplay kan bukan suatu hal yang aisngjadi menurut aku dengan melihat merekamengenakan cosplay jadi lebih unik danlucu, jadi bagus kok bisa menyalurkankesenangan dia juga.”
3 PSeberapa penting menjadi seorang cosplaydalam kehidupan kerabat anda ?
N“Ya mungkin bagi dia yang hobi jadisangat penting.”
4 PBagaimana prosesnya sehingga kerabatanda sehingga kerabat anda memilikikesenangan terhadap cosplay ?
N
“Mungkin terbawa dengan lingkunan juga,apalagi kan di komunitas banyak juga yangbercosplay, jadi awalnya mungkin ikut-ikutan, eh jadi keterusan.”
5 P Apa harapan anda kepada kerabat anda?
DimensiPengharapan
N
“Ya harapan aku sih yang penting nggaknyusahin keluarga nya, misalnya kalau maubeli perlengkapan cosplay pakai uangsendiri aja gitu, kan kasihan kalau pakaiuang orang tua.”
6 P
Apa yang seharusnya kerabat anda yangmenjadi seorang cosplay dalammenyesuaikan diri dengan kebiasaan yangada di dalam masyarakat?
N“Sejauh ini sih komunikasi dengan oranglain masih seperti biasa dan nggak adayang berubah kok.”
7 P
Semenjak memiliki kecenderungan untukmenjadi cosplayer secara terus menerus,apakah ada hal yang berubah dari kerabatanda?
DimensiPenilaian
NNggak ada yang berubah kok, paling daricara dia ber make up kadang aku sedikitgeli gimana gitu liatnya,hhe”
8 PApa saja hal positif yang berkembangketika kerabat anda memilih untuk menjadiseorang cosplay?
N“Ya banyak kok, kadang lebih kreatif gitubisa bikin kostum sediri, malah ada yangjahit sendri.”
9 PApa saja hal negatif yang kerabat andalakukan ketika dia memilih menjadi seorangcosplay?
N
“Emm ya mungkin kalau untuk rada kurangcocok aja sih, kalau lagi cosplay suka pakaimake up nya tebal-tebal jadi nggak pantasdi lihatnya.”
LAMPIRAN 11
Transkrip Wawancara dengan Nadia Salsabila (23 Tahun)Tempat : Nagoya TV Tower, Jakarta.Waktu : Sabtu, 22 April 2018, 15.01-15.36
1 PApa anda mengetahui arti dan makna daricosplayer?
Socety
DimensiPengetahuan
N“cosplay itu suatu kegiatan yang unik danmenghibur, mempunyai seni dan bakat.”
2 PBagaimana pendapat anda mengenaikerabat anda yang memiliki kesenanganberlebih menjadi seorang cosplayer?
N
“Walapun banyak orang yang menganggaphobi yang nggak bermanfaat, tapi menurutaku itu bakat atau seni kok, dan aku sennegaja ngelihat dia pakai cosplay jadi keren.”
3 PSeberapa penting menjadi seorang cosplaydalam kehidupan kerabat anda ?
N“Karena aku juga suka cosplayer, jadimenurut aku penting banget sih, karenahobi kan penting juga untuk kehidupa kita.”
4 PBagaimana prosesnya sehingga kerabatanda sehingga kerabat anda memilikikesenangan terhadap cosplay ?
N“Karena sering nonton anime dan seringdatang ke event-event jepang jadi dia mulaiingin pakai cosplay.”
5 P Apa harapan anda kepada kerabat anda?
DimensiPengharapan
N
“Harapannya jangan ada yang memandangnegatif aja sama orang-orang yang aktifcosplay, karena jadi cosplay juga bukansuatu hal yang mudah.”
6 P
Apa yang seharusnya kerabat anda yangmenjadi seorang cosplay dalammenyesuaikan diri dengan kebiasaan yangada di dalam masyarakat?
N“Justru komunikasinnya lebih baik kok,lebih percaya diri dan mudah ceria.”
7 P
Semenjak memiliki kecenderungan untukmenjadi cosplayer secara terus menerus,apakah ada hal yang berubah dari kerabatanda?
DimensiPenilaian
N“Tidak ada kok, justru tetap fokus kuliah,nilai tetap bagus juga.”
8 PApa saja hal positif yang berkembangketika kerabat anda memilih untuk menjadiseorang cosplay?
N“Banyak, diantaranya lebih kretaif, bisabuat costum sendiri dengan jahit sendiri.”
9 PApa saja hal negatif yang kerabat andalakukan ketika dia memilih menjadi seorangcosplay?
N “Emmm.. enggak ada kok.”
LAMPIRAN 12
CATATAN HASIL OBSERVASI
1. Tanggal 20 Januari 2018
Lokasi Observasi : Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor “BonenkaiFestival”.
Keterangan : Penulis melakukan Observasi awal untukmenemukan masalah dan memberikan suatugambaran kepada penelitian terkain tujuan awalmelakukan penelitian. Dengan melakukanobservasi, penulis dapat menentukan langkah apasaja yang sebaiknya dilakukan saat mulai masukdalam penelitian yang sesungguhnya(menentukan rancangan penelitian yang
disesuaikan dengan hasil observasi diawal).
2. Tanggal 21 Januari 2018
Lokasi Observasi : Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor “BonenkaiFestival”.
Keterangan : Penulis coba berinteraksi dengan kedua keyinforman yaitu Amy Refonesia dan Laely Lavinadan salah satu informan Amelinda hasilobservasi ini didapat orang yang masuk dalamkrekteria yang pebulis butuhkan, penulismenemukan fakta bahwa mereka sangat senangsaat mengenakan cosplay.
3. Tanggal 17 Maret 2018
Lokasi Observasi : Grand Galaxy Park Bekasi Selatan “Hobby ConFest”.
Keterangan : Tempat Observasi kedua yaitu di Grand GalaxyPark kota Bekasi, disini penulis sengaja datangdengan teman-teman satu komunitas, danbertemu dengan Dicky yaitu salah satu keyInforman, penulis menemukan fakta bahwa Dickysangat memiliki kegemaran terhadap cosplay, dan
pada saat itu juga dia sedang memakai costumplay
4. Tanggal 17 Maret 2018
Lokasi Observasi : Nagoya TV Tower, Jakarta.
Keterangan : Peneliti datang ke salah satu event yang ada dijakarta, disitu juga peneliti menemukan paracosplayer, dan cosplayer dari komunitas JapanMatsuri juga hadir, kemudian penulismelanjutkan wawancara pada saat di Bogor danBekasi.
LAMPIRAN 13
KERTAS BIMBINGAN SKRIPSI
LAMPIRAN 14
GAMBAR HASIL OBSERVASI
Gambar Anggota Komuntas Japan Matsuri.
Gambar Logo Japan Matsuri.
Gambar Dicky Surya saattidak memakai cosplay.
Gambar Dicky sebagai Date Masamune. Gambar Karakter DateMasamune dalam anime(Sengoku Basara).
Gambar Amy saat tidak memakai cosplay.
Gambar Amy menjadi karakter Ryuuko Matoi.
Gambar Amy menjadi karakter D.Va Game Overwatch.
Gambar Karakter D.Va dalam Game (Overwatch).
Gambar Amy menjadi karakter Nozomi Tojo.
Gambar Karakter Nozomi Tojo dalam Anime (Love Live).
Gambar Laely saat tidak memakai cosplay.
Gambar Laely saat menjadi karakter Mikuah Senbon zakura.
Gambar Laely saat menjadi karakter Atsuna Miku.
Gambar Karakter Atsuna Miku.