pandangan al-qur’an terhadap praktek kolusi dan...

63
PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISME Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Dalam Ilmu Ushuludin Oleh : ANA QONITA NIM : 4103009 FAKULTAS USHULUDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: doankhanh

Post on 07-Apr-2018

262 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK

KOLUSI DAN NEPOTISME

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 )

Dalam Ilmu Ushuludin

Oleh :

ANA QONITA

NIM : 4103009

FAKULTAS USHULUDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

PENGESAHAN

Skripsi Saudara Ana Qonita No. Induk

4103009 telah dimunaqosyahkan oleh

Dewan Penguji Skripsi Fakultas

Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang, pada tanggal:

28 Juni 2010

dan telah diterima serta disyahkan sebagai

salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin jurusan

Tafsir Hadits (TH).

Ketua Sidang

Drs. H. Adnan, M. AgNIP. 19650515 199303 1 003

Pembimbing I,

Moh. Masrur, M.AgNIP. 19720809 200003 1 003

Penguji I,

Mundhir, M.AgNIP:19710507 199503 1 001

Pembimbing II,

(Moh. Masrur, M.Ag) NIP. 19720809 200003 1 00

Penguji II,

Hasyim Muhammad, M.AgNIP:19720315 199703 1 002

Sekretaris Sidang,

Dr. A. Hasan Asy'ari Ulama'i, M.Ag

Page 3: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………
Page 4: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

MOTTO

} {

} {

“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isterimereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini

tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”(Qs. Al-Mukminun : 5 – 7)1

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubah dan menyukai orang-

orang yang menyucikan diri”.

(Qs. Al-Baqarah : 222) 2

1 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur an al-Karim, Bandung PT. al-Ma’aif, 1990, cet-ix, h. 526

2 Ibid., h. 26

Page 5: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 14 Juli 2010

Ana Qonita4103009

Page 6: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilatarbekangi oleh adanya beberapa ayat Al-Qur’an yangmenjelaskan tentang persoalan Kolusi dan Nepotisme. Namun selama ini ayat-ayat tersebut kurang mendapat tempat dalam aspek sebagai dasar hukum maupundalam lingkup penelitian. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian yang berkaitandengan tafsiran ayat-ayat Kolusi dan Nepotisme.

Fokus permasalahan adalah : 1. bagaimana pandangan Al-Qur’anterhadap praktek Kolusi dan Nepotisme?. 2. bagaimana dampak praktek Kolusidan Nepotisme bagi kehidupan masyarakat?

Penelitian ini bersifat kepustakaan (Library research) atau penelitianliteratur murni. Data-data yang terkait dengan studi ini dikumpulkan melalui studipustaka. Mengingat studi ini tentang pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an dengantelaah dan analisis penafsiran terhadap kitab-kitab tafsir, maka secara metodologipenafsiran ini dalam kategori penelitian exploratif, artinya memahami ayat-ayatAl-Qur;an yang terkait dangan masalah praktek Kolusi dan Nepotisme denganmenggali penafsiran berbagai mufasir dalam berbagai karya tafsir.

Hasil penelitian ini mufassir berpendapat bahwa tindakan Kolusi danNepotisme adalah wujud dari ketiadaan keadilan. Mereka berpendapat bahwakeadilan, kebajikan, ketaqwaan dan kebenaran adalah salah satu kesatuan yangtetap harus ditegakkan tidak boleh mengalahkan yang lainnya, meskipun padaakhirnya akan menimbulkan mudarat bagi dirinya, karena hak Allah SWT haruslebih diutamakan dari pada hak makhluk.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasipengetahuan, masukkan serta sumbangsih pemikiran bagi mahasiswa, serta semuapihak yang membutuhkan dilingkungan Fakultas Ushuluddin IAIN WalisongoSemarang.

Page 7: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

Ma’mun Effendi

Page 8: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………
Page 9: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… IHALAMAN NOTA PEMBIMBING ……………………………………………... IIHALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………….. IIIHALAMAN DEKLARASI ……………………………………………………….. IVHALAMAN MOTTO …………………………………………………………….. VHALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………….. VIHALAMAN ABSTRAK …………………………………………………………. VIIHALAMAN KATA PENGANTAR ………………………...…………………… VIIIDAFTAR ISI ……………………………………………………………………... IX

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang …………………………………………………. 1B. Rumusan Masalah …………………………………………........ 6C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi ……………………........ 6D. Telaah Pustaka …………………………………………………. 7E. Metode Penulisan Skripsi ……………………………………… 8F. Sistematika Penulisan Skripsi ………………………………….. 11

BAB II GAMBARAN UMUM DAN PANDANGAN ISLAM TENTANG KOLUSI DAN NEPOTISME

A. Pengertian Kolusi dan Nepotisme ……………………………… 13B. Praktek Kolusi dan Nepotisme …………………………………. 15C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………...... 21

C.1. Lembaga Negara……………………………………………C.2. Organisasi Massa ………………………………………….. 28

D. Pandangan Islam Tentang Kolusi dan Nepotisme …………........ 29

BAB III AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG PRAKTEK KOLUSIDAN NEPOTISMEA. Term-term Ayat-ayat AL-Quran Tentang Kolusi

dan Nepotisme…………………………………………………B. Penafsiran Ayat-ayat Al-Quran Tentang Kolusi

dan Nepotisme …………………………………………………

BAB IV ANALISISA. Pandangan Al-Quran Tentang Praktek Kolusi

dan Nepotisme …………………………………………………B. Dampak Praktek Kolusi dan Nepotisme bagi Masyarakat …… 42

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ……………………………………………..…….B. Saran-Saran ……………………………………………………C. Penutup ………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan

hidup pemeluknya di dunia dan akhirat kelak.3 Syaratnya, segala aturan yang

ada di dalamnya harus dijalankan. Adapun dasar agama Islam, adalah Al-

Qur’an. Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepada Rasul-Nya berguna untuk

diajarkan kepada manusia. Ia adalah rahmat, hidayah, dan petunjuk bagi

manusia. Allah SWT, menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk, tetapi

akan lebih tepat dinyatakan bahwa ia adalah petunjuk bagi kehidupan umat

manusia, petunjuk yang menuntun manusia ke arah jalan yang lurus, yaitu

dalam konteks perjuangan menyeluruh antara yang baik dan yang buruk.4

Al-Qur’an akan selalu menjadi obyek kajian yang selalu mengundang

perhatian dan pemikiran para pemerhatinya. Hal ini bukan disebabkan oleh

semata posisinya sebagai skriptur yang transeden, melainkan juga karena

muatan nilainya yang tak pernah kekal di makan zaman dan usang di makan

ruang, shalih likulli zaman wa makan. Karena itu, tak heran jika selalu

dijadikan referensi utama untuk mengabsahkan perilaku menjustifikasi

tindakan perorangan maupun kolektif, melandasi berbagai aspirasi,

memelihara berbagai harapan dan juga memperkukuh identitas kolektivitas.

Posisi signifikan itulah yang membuat Al-Qur’an tidak saja sebagai

pusat wacana keislaman yang mendorong umat Islam untuk melakukan

interprestasi dan pengembangan makna ayat-ayat-Nya (gerak sentrifugal), tapi

juga menjadikannya sebagai referensi utama dalam hidup (gerak sentripetal).

Karena itu, semenjak pewahyuannya hingga sekarang, Al-Qur’an menjadi

3 Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur an, Bandung, Mizan, 1996, cet. XII,hlm. 33

4 Thomas Ballentin E. Irving, Al-Qur an Tentang Akhlaq dan Segala Amal Ibadah Kita,Terj. Khursid Ahmad & Muhammad Munazir Ahasan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.14-15

Page 11: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

2

produser budaya yang telah banyak memberikan kontribusi terhadap

peradaban umat Islam dalam kurun waktu 14 abad lebih.

Zaman telah banyak mengambil perubahan seiring dengan perubahan

peradaban serta tingkah laku manusia karena derasnya arus modernisasi,

berkembangnya ilmu pengetahuan dan semakin berkembangnya pola pikir

manusia jelas mempunyai dampak tersendiri bagi kehidupan manusia, baik

dari sisi baik maupun sisi buruk. Jika kita memandang sisi baik modernisasi

jelas sangat dirasakan oleh setiap manusia, tetapi apabila kita melihat sisi

buruk yang mengakibatkan suatu modernisasi maka tidak semua dapat

merasakannya misalnya saat ini mungkin banyak sekali menemukan

perbuatan-perbuatan manusia yang telah digariskan oleh sang pencipta yaitu

Allah SWT. Kejahatan, penipuan, korupsi, nepotisme dan yang lain-lain

semakin merajalela, ketentraman dan kedamaian semakin terkikis dan pada

akhirnya hilang sama sekali. Zaman mulai menunjukkan tanda-tanda

kehancuran, mengapa itu semua bisa terjadi? karena setiap manusia saat ini

sudah tidak bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram, semua

sama.5

Sebelum melihat masalah Kolusi dan Nepotisme sebagai suatu

implikasi dari sikap hidup lebih besar pasak dari pada tiang, nampaknya

menghinggapi masyarakat Indonesia baik secara Nasional, dalam

pembangunan Nasional maupun yang lebih mikro lagi, dalam kegiatan

perusahaan dan kegiatan perorangan. Masyarakat Indonesia baru harus dapat

keluar dari sikap ini dengan membuang KKN dalam membangun masyarakat

Indonesia secara lebih menyeluruh, lebih terbuka, lebih demokratis dan lebih

mandiri.

Kalau basis untuk menentukan kesalahan ini adalah kerugian negara

atau masyarakat dari tindakan yang dilakukan pejabat dan yang terkait, maka

yang paling penting dari ketiga unsur dalam KKN adalah perbuatan korupsi.

5 Dr. Ahmad Shiddiq, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, Terj. Imam Ghazali,Surabaya, Putra Pelajar, 2002, Cet. I, hlm. 277

Page 12: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

3

Ketiganya memang dapat bergandengan, sering yang satu menyebabkan yang

lain atau memperburuk yang lain. Akan tetapi kalau yang menjadi dasar

kesalahan adalah terjadinya kerugian negara, maka pusat perhatian harus pada

tindakan atau perbuatan korupsi tersebut, untuk menentukan siapa yang

melakukannya dan apa sanksi yang harus dibebankan terhadap kesalahan

tersebut.

Kalau kita memusatkan perhatian pada pemberantasan korupsi, maka

masalahnya akan lebih jelas dan operasionalisasinya dapat menjadi lebih

nyata. Apakan hal ini bergandengan dengan Kolusi dan Nepotisme, bisa

diteliti lebih lanjut. Bahkan kalau korupsi ini terjadi dalam rangka suatu

Kolusi dan Nepotisme, maka pembuktian siapa yang terlibat dalam korupsi

akan menyangkut jaringan Kolusi dan Nepotismenya dan penyidikannya dapat

langsung menjaring mereka itu semua tetapi yang menjadi fokus jelas,

tindakan korupsi, tindakan melanggar hukum yang merugikan Negara menurut

suatu definisi yang pasti.

Seperti halnya Pengertian Kolusi dari bahasa Arab adalah:

Kerjasama secara diam-diam untuk maksud tidak terpuji

Sedangkan pengertian lain tentang istilah “nepotisme” dari Bahasa

Arab adalah:

”Tindakan mementingkan atau menguntungkan sanak saudaraatau teman-teman sendiri, terutama dalam pemerintahanwalaupun dia tidak pandai 6

Pada dasarnya adanya hubungan keluarga antara pejabat satu dengan

yang lain atau antara pejabat dan pengusaha, tidak secara otomatis

menunjukkan adanya Kolusi atau Nepotisme yang ingin kita hilangkan itu.

6 Drs. Sulchan Yasin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah, 1997, hlm.340.

Page 13: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

4

Nepotisme dan Kolusi ini tidak hanya harus terbukti ada, akan tetapi untuk

dikategorikan dalam tindakan yang tidak di kehendaki hal tersebut harus juga

di ukur dengan kriteria adanya pelanggaran ketentuan hukum, misalnya

perbuatan tersebut telah merugikan negara atau masyarakat, sebagaimana

dalam kasus korupsi.

Jika kita ingin memusatkan perhatian pada penanggulan masalah

Kolusi, Nepotisme dengan mengusulkan perlunya kejelasan konsep atau

kriteria dari masing-masing tindakan dalam Kolusi, Nepotisme dan

memusatkan penanganannya pada masalah yang lebih jelas, dan lebih pokok,

yaitu korupsi. Dengan cara ini diharapkan program penanganan masalah

Kolusi, Nepotisme akan lebih terarah dan memberikan hasil yang setahap

demi setahap dapat dipergunakan untuk dijadikan basis bagi penanganan

seterusnya sampai tuntas.

Dalam kebanyakan pemberi suatu surat referensi sebagai suatu

jaminan mengenai kualifikasi seseorang untuk menempati suatu posisi adalah

di terima secara umum.yang di harapkan adalah tidak terjadi penyalahgunaan

surat referensi tersebut, jangan sampai surat ini aspal, jangan sampai referensi

ini tidak sesuai dengan kenyataannya, ini yang tidak boleh di salahgunakan.

Istilah kata belece adalah untuk penyalahgunaan kebiasaan adanya referensi

ini. Yang jelas agar ada kepastian ketentuannya harus jelas mana yang boleh

mana yang tidak, untuk menentukan apakah terjadi suatu pelanggaran

terhadap ketentuan oleh seseorang dan apakah sanksi terhadap pelanggaran

tersebut? dalam hal adanya tindakan korupsi ketentuannya telah jelas,

sedangkan bagaimana dengan Kolusi dan Nepotisme?

Mengingat kenyataan tersebut, yang harus dilakukan adalah menyusun

ketentuan untuk melarang adanya Kolusi dan Nepotisme. Akan tetapi ini

hanya menyangkut ketentuan untuk masa depan yang harus di perhatikan.

Sedangkan kita melihat bahwa praktek Kolusi dan Nepotisme dalam era Orde

Baru ini memang sangat mencolok. Karena itu emosi masyarakat meluap

untuk bisa membubarkan praktek-praktek ini dan menindak para pelakunya.

Ini adalah perasaan semua orang kecuali yang mempraktekkan.

Page 14: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

5

Untuk melacak kedudukan hukum kolusi dalam khazanah hukum

Islam bisa ditelusuri melalui konsep saraqah (pencurian) risywah (suap),

khiyanat (pengkhianatan), dan al-qasysy (penipuan). Bahasa moral dan

kemanusiaan yang sarat dengan etika dan perilaku hukum itu secara jelas

terkandung dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah, melalui keduanya para ahli

hukum Islam menggali dan mengembangkan berbagai teori sampai

pelembagaannya dalam pranata masyarakat Islam. 7

Kalau kita lacak dalam posisi yang netral, sebenarnya Nepotisme

(mengambil kesempatan terhadap suatu keadaan, posisi atau jabatan

berdasarkan hubungan kekerabatannya) tidak selalu mempunyai konotasi

makna yang negatif. Tapi justru dalam keadaan-keadaan tertentu Islam sangat

menganjurkan untuk melakukan suatu tindakan yang memprioritaskan kepada

orang-orang yang ada hubungannya dengan kekerabatan (keluarga dan sahabat

dekat) dengan kita.8

Melihat fenomena diatas penulis sangat tertarik untuk meneliti ayat-

ayat kolusi, nepotisme dalam pandangan al-Qur’an. Yang berkaitan dengan

pemahaman ayat-ayat kolusi, nepotisme kemudian penulis fokuskan kepada

pemahaman ayat-ayat al-Qur’an tentang praktek kolusi dan nepotisme secara

kontekstual untuk mengambil pesan moral yang ada di dalamnya. Atas

pertimbangan dan alasan di atas mengilhami penulis untuk menyusun skripsi

ini dengan judul : PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK

KOLUSI DAN NEPOTISME.

B. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di

atas, maka pokok masalah yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pandangan Al-Qur'an terhadap praktek kolusi dan nepotisme?

7 Prof. Dr. Hj. Aisyah Girindra, dkk, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmanidan Kesucian Rohani, Jakarta, Al-Mawardi Prima, 2003, Cet, I, hlm. 112-113

8 Ibid, hlm. 120-121

Page 15: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

6

2. Bagaimana dampak praktek kolusi dan nepotisme bagi kehidupan

masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan

penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur'an terhadap praktek kolusi dan

nepotisme.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak praktek kolusi dan nepotisme bagi

kehidupan masyarakat.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

peminat studi tafsir tentang pandangan Al-Qur'an terhadap praktek kolusi

dan nepotisme.

2. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang pemikiran Islam dan tafsir

Al-Qur'an di Fakultas Ushuluddin.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah

yang berguna untuk memberikan kejelasan dan batasan pemahaman tentang

informasi yang digunakan melalui khazanah pustaka, terutama yang berkaitan

dengan tema yang dibahas.

Pertama, Ahmad Shiddiq Terj. Imam Al-Ghazali, Benang Tipis antara

Halal dan Haram, Pustaka Pelajar, Surabaya, 2002. Buku yang berisi tentang

perbuatan-perbuatan manusia yang telah digariskan oleh Allah dan tanda-

tanda kehancuran yang disebabkan oleh manusia, begitu juga apakah setiap

manusia saat ini sudah tidak bias membedakan mana yang halal dan mana

yang semaunya sama.

Page 16: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

7

Kedua, Aisyah Gerinda, Bahaya Makanan bagi Kesehatan Jasmani dan

Kesucian Rohani, Al-Mawardi Prima, Jakarta, 2003. Buku yang berisi tentang

kedudukan hukum Kolusi dan Nepotisme dalam khazanah Islam dan

menganjurkan untuk melakukan suatu tindakan yang memprioritaskan kepada

orang-orang yang ada hubungannya dengan kekerabatan.

Ketiga, Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 1998. Di sini dia berupaya untuk membangun teori psikologi

Islam berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia

dibangun berdasarkan metode tafsir, tematik terhadap istilah Al-Qur’an dalam

menjelaskan manusia. Konsep-konsep manusia itu, selanjutnya dianalisis

dengan metode analisis pemaknaan untuk menemukan elemen-elemen

manusia berupa : Struktur Psikis Manusia, Struktur Motivasi dan Struktur

Fungsi Psikis.

Selain buku-buku diatas, banyak lagi buku-buku atau kitab baik

literature Arab maupun Indonesia, yang membahas, tentang praktek Kolusi

dan Nepotisme secara lebih detail dan lebih komprehensif.

Tapi sejauh ini, penulis melihat bahwa kajian tentang praktek Kolusi

dan Nepotisme dilihat dari pandangan Al-Qur'an belum pernah dilakukan oleh

para akademisi melalui karya berbentuk buku. Padahal, bila dilihat dari

keutuhan substansi ajaran Islam, masalah tersebut merupakan mata rantai dari

komponen pengetahuan dan wawasan keagamaan, yang jika tidak dipahami

dengan jelas oleh umat Islam akan berdampak pada ketidaktahuan pemahaman

atas masalah yang lain. Seperti, kemungkinan terjadinya pemahaman secara

verbal daam memahami tauhid, tanpa dilandasi pengetahuan bagaimana proses

eksistensi ketauhidan Allah yang terjadi sebelum kita di lahirkan.

E. Metode Penelitian

Penelitian mengenai pandangan Al-Qur’an terhadap praktek Kolusi dan

Nepotisme, ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian ini bukanlah

Page 17: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

8

penelitian lapangan. Sebaliknya penelitian ini merupakan penelitian literatur

murni atau penelitian kepustakaan (Library Research).9

1. Sumber Data

Sebagaimana kita ketahui bahwa penelitian ini adalah termasuk

kepustakaan (library research) yang berisi buku-buku sebagai bahan

bacaan dan bahasan dikaitkan dengan penggunaannya dalam kegiatan

penulisan dan penyusunan skripsi ini digunakan sumber data primer dan

sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Adapun bahan bacaan yang penulis jadikan sebagai sumber data

primer adalah Tafsir Al-Azhar. Salah satunya adalah surat Ali Imran

ayat 161.

$tBurtb% x.@cÓÉ< oY Ï9b r&¨@äótƒ4t̀Burö@è=øótƒÏNù' tƒ$yJ Î/¨@xîtPöq tƒÏp yJ» uŠÉ)ø9$#4§N èO4’̄û uq è?

‘@à2<§øÿtR$̈BôMt6 |¡ x.öN èd urŸwtbq ßJ n=ôà ãƒÇÊÏÊÈ

Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan hartarampasan perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusanrampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datangmembawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiapdiri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakandengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidakdianiaya .10

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah merupakan buku penunjang yang

dapat melengkapi sumber data primer dan dapat membantu dalam studi

analisis. Data-data yang terkait dengan studi ini dikumpulkan melalui

studi pustaka, atau telaah pustaka, mengingat studi ini tentang

pemahaman ayat-ayat Al-Qur'an dengan telaah dan analisis penafsiran

terhadap kitab-kitab tafsir, maka secara metodologi penafsiran ini

9 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,Rineka Cipta, 1998, hlm. 8

10 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, Jakarta: Panjimas, 1982, hlm. 179-182.

Page 18: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

9

dalam kategori penelitian exploratif, artinya memahami ayat-ayat Al-

Qur'an yang terkait dengan masalah praktek kolusi dan nepotisme

dengan menggali penafsiran berbagai mufasir dalam berbagai karya

tafsir.11

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik

pengumpulan data kepustakaan atau studi pustaka, yaitu pengumpulan dari

berbagai buku, kitab dan karya ilmiah yang relevan dengan tema

pembahasan diatas, yaitu Kolusi dan Nepotisme.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode tematik. Yang

dimaksud dengan metode tematik ialah membahas ayat-ayat Al-Qur'an

sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang

berkaitan, di himpun. Kemudian di kaji secara mendalam dan tuntas dari

berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti asbab al-nuzul, kosa kata,

dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta di dukung

oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat di pertanggungjawabkan secara

ilmiah, baik argumen yang berasal dari Al-Qur'an, Hadits, maupun

pemikiran rasional.12

Dalam penerapan metode ini, ada beberapa langkah yang harus di

tempuh oleh munfasir. Antara lain sebagaimana diungkapkan oleh Al-

Farmawi berikut ini:

a. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul tersebut sesuai

dengan kronologi urutan turunnya. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya ayat yang mansukhah, dan

sebagainya.

11 Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, hlm.41

12 Dr. Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur an, Yogyakarta : PustakaPelajar, 1998, Cet, I, hlm. 151

Page 19: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

10

b. Menelusuri latar belakang turun (asbab nuzul) ayat-ayat yang telah

dihimpun (kalau ada).

c. Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam

ayat tersebut, terutama kosa kata yang menjadi pokok permasalahan di

dalam ayat itu. Kemudian mengkajinya dari semua aspek yang

berkaitan dengannya, seperti bahasa, budaya, sejarah, munasabat,

pemakaian kata ganti (dhamir), dan sebagainya.

d. Mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman berbagai aliran

dan pendapat para mufasir, baik yang klasik maupun yang

kontemporer.

e. Semua itu dikaji secara tuntas dan seksama dengan menggunakan

penalaran yang objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang mu’tabar,

serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan argumen-argumen dari Al-

Qur'an, Hadits atau fakta-fakta sejarah yang dapat ditemukan. Artinya,

mufasir selalu berusaha menghindarkan diri dari pemikiran-pemikiran

yang subjektif. Hal itu di mungkinkan bila ia membiarkan Al-Qur'an

membicarakan suatu kasus tanpa di intervensi oleh pihak-pihak lain

diluar Al-Qur'an, termasuk penafsir sendiri. 13

Akan tetapi di dalam penerapan cara kerja metode tafsir

tematik (maudhu i) tersebut tidak selalu harus memenuhi keseluruhan

tahapan-tahapan yang telah di tetapkan. Bisa jadi satu atau tahapan

tidak bisa di lakukan secara sempurna. Hal tersebut merupakan

keterbatasan yang ada pada diri penulis.

3. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka penulis menganalisisnya

menggunakan metode-metode berikut:

a. Analisis Isi (Content Analisys)

13 Ibid, hlm. 152-153

Page 20: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

11

Analisis ini adalah sebuah analisis yang berdasarkan fakta dan

data-data yang menjadi isi atau materi satu buku (kitab-kitab).14

b. Metode Analisis Kritis

Metode analisis kritis adalah merupakan metode diskripsi yang

di sertai dengan analisis yang bersifat kritis. Fokus penelitian analisis

kritis mendiskripsikan, membahas dan mengkritik gagasan yang

selanjutnya di konfirmasikan dengan gagasan primer yang lain dalam

upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan dan

pengembangan model.15

Adapun langkah-langkah dalam metode analisis kritis adalah

sebagai berikut:

Langkah pertama, mendiskripsikan gagasan primer tersebut,

yang menjadi objek penelitian.

Langkah kedua, membahas gagasan primer tersebut yang pada

hakikatnya memberikan penafsiran penelitian terhadap gagasan yang

telah dideskripsikan.

Langkah ketiga, langkah melakukan kritik terhadap gagasan

primer yang telah di tafsirkan tersebut. Tujuan kritik dalam metode

analisis kritis adalah mengumpulkan kelebihan dan kekurangan dari

suatu gagasan primer.

Langkah keempat, melakukan studi analitik yakni studi terhadap

serangkaian gagasan primer dalam bentuk perbandingan, hubungan,

pengembangan model rasional, dan penelitian historis.

Langkah kelima, menyimpulkan hasil penelitian.16

F. Sistematika Penulisan Skripsi

14 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996,hlm. 94

15 Op. Cit, hlm. 153

16 Ibid. hlm. 45-46

Page 21: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

12

Agar diperoleh hasil pembahasan yang sistematis dan utuh, maka skripsi

disusun dengan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Pokok

Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode

Penelitian, serta Sistematika Penelitian.

BAB II Membicarakan Gambaran Umum dan Pandangan Islam

tentang Kolusi dan Nepotisme, sebagai landasan teori

penelitian ini mencakup: A. Pengertian Kolusi dan

Nepotisme, B. Memberantas Kolusi dan Nepotisme, C.

Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme, C.1.

Lembaga Negara, C.2. Organisasi Masa dan D. Pandangan

Islam tentang Kolusi dan Nepotisme

BAB III. Membicarakan Pandangan Al-Qur'an terhadap Praktek

Kolusi dan Nepotisme dan Penafsirannya yang mencakup

ayat-ayat praktek tentang Kolusi dan Nepotisme.

BAB IV Analisis yang membahas bagaimana pandangan Al-Qur'an

terhadap praktek Kolusi, Nepotisme dan bagaimana

dampak praktek Kolusi, Nepotisme bagi kehidupan

Masyarakat.

BAB V. Merupakan akhir dari pembahasan dalam skripsi ini yang

berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Page 22: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

13

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PANDANGAN ISLAM

TENTANG KOLUSI DAN NEPOTISME

A. Pengertian Kolusi dan Nepotisme

Pada bab ini akan dibahas antara apa yang di maksud kolusi dan

nepotisme. Yang di maksud kolusi dalam kamus besar adalah kerja sama

secara diam-diam untuk maksud tidak terpuji. Tindakan kolusi biasanya tidak

terlepas dari budaya suap-menyuap (risywah) yang sudah sangat kita kenal di

lingkungan budaya birokrasi dan telah memasuki sistem jaringan yang amat

luas dalam masyarakat umum.17 Sedangkan pengertian kolusi dalam undang-

undang adalah permufakatan secara melawan hukum antara penyelenggara

negara dan pihak lain yang merugikan pihak lain, masyarakat, atau negara.18

Kolusi merupakan penyakit sosial yang menggerogoti sendi-sendi bangsa dan

merusak tatanan hidup bernegara. Kolusi adalah perbuatan untuk mencari

keuntungan pribadi atau golongan untuk merugikan negara.19

Sedangkan yang di maksud nepotisme dalam kamus besar bahasa

Indonesia adalah tindakan atau menguntungkan sanak saudara atau teman-

teman sendiri, terutama dalam pemerintahan walaupun dia tidak kompeten.

Walau kita lacak dalam posisi yang netral, sebenarnya nepotisme (mengambil

kesempatan terhadap suatu keadaan, posisi atau jabatan berdasarkan hubungan

kekerabatan) tidak selalu mempunyai konotasi makna yang negatif.

Sedangkan pengertian nepotisme dalam Islam adalah menganjurkan untuk

mendahulukan pemberian atau mementingkan sanak saudara atau teman

17 Thabib al-Asyhar, Bahaya Makanan bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani, Jakarta, PT.Al-Mawardi, 2003, cet.. I, hlm. 116

18 Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundangan-UndanganPemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung : Fokus Media, 2008, Cet, I, hlm. 122

19 Abu Fida Abdul Rafi, Terapi Penyakit Korupsi, Jakarta, Penerbit Republik, 2006, Cet. Ihlm. 1

Page 23: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

14

sendiri, terutama dalam hal sedekah, infak dan zakat yang betul-betul

membutuhkan dan mendesak.20

Ada pula pengertian Nepotisme dalam Undang-Undang adalah setiap

perbuatan penyelenggaraan negara secara melawan hukum yang

menguntungkan kepentingan keluarganya atau kroninya diatas kepentingan

masyarakat, negara dan bangsa.21 Yang menjadi persoalan adalah jika

tindakan nepotisme dikaitkan pemberian posisi atau jabatan tertentu kepada

orang yang mempunyai kekerabatan dengan seorang pelakunya tanpa

memperdulikan unsur-unsur sebagai berikut :

Pertama, unsur keahlian atau kemampuan yang dimiliki, kalau

nepotisme dilakukan dengan tidak memperdulikan kualitas, maka pelakunya

bisa dikategori sebagai orang yang dzalim dan dapat merusak tatanan

kehidupan, baik keluarga, masyarakat, negara, maupun agama.

Kedua, unsur kejujuran dalam menjalankan amanat, Jika nepotisme

dijalankan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam suatu peraturan atau

hukum tertentu, seperti menutup kesempatan kepada orang lain yang sama-

sama mempunyai hak, maka ia termasuk kelompok yang bisa dikategorikan

sebagai orang yang tidak jujur dan khianat terhadap amanat.22

Kalau kita amati apa yang berlangsung sekarang ini, orang menggabung

tindak pidana atau pelanggaran ketentuan ini menjadi satu istilah menjadi

yaitu Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Ketiga hal ini seolah-olah telah

menjadi satu kata, akan tetapi sebagai akibatnya pembahasan masalahnya

sendiri menjadi tidak fokus, sebagai konsep mengambang, dan secara

operasional menyulitkan.

Istilah Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) dianggap dipahami semua

orang, tetapi begitu dibahas mendalam, ternyata orang mempunyai konsep

atau definisi yang berbeda satu dengan yang lain. Kejelasan konsep atau

20 op. cit, hlm. 121

21 Ibid., hlm. 122

22 Ibid., hlm. 122-124

Page 24: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

15

definisi sangat penting, akan tetapi ini baru langkah berikutnya. Memang

tanpa kejelasan ini gerakan menghapus Korupsi Kolusi Nepotisme hanya

mendasarkan diri pada emosi bagi yang menuntun dan bagi yang menangani.

Penanggulangan masalah Koruspsi Kolusi Nepotisme sampai sekarang atas

dasar kedekatan seseorang dengan penguasa, ini tidak menyelesaikan masalah

bahkan membuat masalah baru.

Tanpa adanyan kejelasan atau definisi dari masing-masing unsur Korupsi

Kolusi Nepotisme, tanpa adanya program menyeluruh apa yang akan

dilakukan. Tindakan yang sporadis hanya menumbuhkan kecurigaan-

kecurigaan yang tidak perlu. Karena itu, dalam keadan masih kokohnya

kredibilitas aparat penegak hukum, penanganan Korupsi Kolusi Nepotisme

harus didasarkan atas konsep yang jelas dan didefinisakan dengan kriteria atau

batasan-batasannya.

B. Praktek Kolusi dan Nepotisme di Indonesia

Pada akhir 1990-an, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjadi kata kunci

yang menunjukan penyakit rezim Orde Baru Presiden Soeharto. KKN tersebut

bergulir hingga pada tahun 2000, posisi indek persepsi Korupsi di Indonesia

ketika itu dinyatakan berada pada peringkat 85 dari 89 Negara oleh

Transparancy Internacional, dengan nilai 1,7 sebagai mana diketahui bahwa

angka terbaik adalah angka 10.

Kekuasaan memungkinkan praktik Neopotisme dan Kolusi: keputusan

atau kebijakan yang memihak sebagai balasan atas jasa yang di berikan,

pemberian jabatan politik sebagai hadiah untuk individu atau kelompok yang

disukai, pembuatan kebijakan yang ditujukan untuk memperoleh kekayaan

pribadi atau pengaruh. Hasil dari praktik Kolusi dan Nepotisme ada 2 :

Pertama, ia menimbulkan suatu pemerintahan yang memerintah berdasarkan

kepentingan-kepentingan yang sempit dan memihak dengan mengorbankan

kepentingan lainnya. Kedua, ia menumbuhkan sinisme dalam masyarakat

yang akan menghalangi pemerintahan yang baik.

Mekanisme yang menanamkan pertanggungjawaban pada publik dan

transparansi dapat mengurangi praktik Kolusi dan Nepotisme. Setelah

Page 25: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

16

pemilihan umum di Afrika Selatan, untuk pertama kalinya di negara tersebut,

sebuah aturan perilaku dimunculkan yang membatasi kelakuan yang berkaitan

dengan penerimaan hadiah dan imbalan, sehingga mengurangi resiko yang

korup.23

Contoh kasus praktek Kolusi dan Nepotisme adalah kasus Akbar

Tanjung dengan dakwaan Kolusi dan Nepotisme penggelapan dana non-

neraca bulog Rp 40 Milyar. Bukti yang sangat kuat terhadap tindak pidana

Kolusi dan Nepotisme itu adalah pengembalian dana Rp 40 milyar oleh

terdakwa Winfried Simatupang kepada penyidik. Vonis bebas Akbar Tanjung

terjadi ditengah persiapan pembentukan pengadilan khusus korupsi (KPK)

yang akan mengkhususkan diri dalam pemerikasaan perkara Kolusi dan

Nepotisme dengan puncak pemeriksaan di Mahkamah Agung..

Membahas pemeriksaan kasus Akbar Tanjung tidak bisa ditilik hanya

dari sudut hukum semata karena kasus itu sendiri syarat muatan politis sebagai

kosekuensi logis posisi Akbar Tanjung sebagai ketua DPR dan ketua umum

partai Golkar. Kekuatan politik Akbar Tanjung juga dapat dilihat dari

kegagalan pembentukan pansus Bulloggate II.24

Di Era Orde Baru, sejumlah proses peradilan kasus korupsi sampai

ditingkat Mahkamah Agung memberi gambaran rapuhnya indenpedensi

peradilan dan bayang-bayang praktik Kolusi antara hakim dan petugas

pengadilan dengan pencari keadilan ataupun terdakwa. Kasus yang dapat

merepresentasi kasus Kolusi antara pihak berperkara adalah GMS. Ironisnya,

Adi Andojo dicopot dari jabatan ketua muda pidana umum karena dinilai telah

mencemarkan Mahkamah Agung dengan laporan temuan Kolusinya itu

kepada publik.

Contoh lain dari rentannya Mahkamah Agung dari tekanan politik adalah

gagalnya persidangan kasus penggelapan dana 7 yayasan pimpinan mantan

23 Drs. Suyitno, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Jakarta : CV. Muliasari, 2005, Cet,. I. hlm.20

24 Kompas, Jihad Melawan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Jakarta : Penerbit BukuKompas, 2005, Cet. I. hlm. 177-178

Page 26: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

17

Presiden Seoharto. Pemeriksaan kasus dana yayasan tersebut terpaksa

dihentikan setelah kejaksaan gagal menghadirkan Soeharto kemuka

pengadilan dengan alasan terdakwa mengalami sakit gangguan otak permanen.

Kegagalan mengadili Soeharto seolah telah diskenariokan karena kejaksaan

tidak bersungguh-sungguh membawa secara paksa yang bersangkutan ke

pengadilan. Fakta itu sangat kontras, misalnya peradilan AM Fatwa dalam

perkara Tanjung Priok yang di paksa hadir ke ruang sidang sekalipun dia itu

dalam keadaan sakit.

Sebagai penutup kiranya perlu refisi kedudukan Komisi Pemberantasan

Korupsi agar tidak ditempatkan sebagai sub bordinasi Mahkamah Agung,

melainkan sebagai pengadilan khusus yang sejajar Mahkamah Agung

sebagaimana sandikan bayan (Pengadilan Anti Korupsi) di Filipina.25

Keterlibatan faktor kekuasan yang menjadi saran efektif dalam praktik

Kolusi dan Nepotisme politik mengindikasikan bahwa faktor pemimpin

menjadi faktor determinan timbulnya praktik Kolusi dan Nepotisme dengan

berbagai jenis dan gradasinya, seperti dikemukakan oleh Munawar Fuad Noeh

bahwa dalam konteks pemberantasan Kolusi dan Nepotisme, diperlukan

seorang pemimpin pemerintahan yang punya kemauan keras dan didukung

aparat yang berwawasan dan jujur, pemberantasan korupsi bisa gagal apabila

pemimpin tertinggi tidak memberikan dukungan penuh.26

Meluasnya praktik Kolusi dan Nepotisme dalam berbagai sendi

pemerintahan telah mengganggu roda pemerintahan dan melahirkan kerugian

yang sangat besar terhadap keuangan dan perekonomian negara, melihat

kerugian yang ditimbulkan maka Kolusi dan Nepotisme dapat dikategorikan

sebagai regilatory offencesatau delik yang menghalangi bahkan merampas

hasil upaya pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.27

25 Ibid, hlm. 181

26 Dr. Artija Al-Kautsar, SH. L.L.M., Korupsi Politik di Negara Indonesia, Yogyakarta: FH UIIPress, 2008, Cet. I, hlm. 346.

27 Kompas, op.cit, hlm. 95

Page 27: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

18

Praktik Kolusi dan Nepotisme di Indonesia sudah menjadi suatu

kebiasaan yang dilakukan sejak zaman kerajaan di mana masyarakatnya

selalu memberikan upeti kepada pejabat baik berupa uang maupun hasil

kebunnya. Hal ini dimaksudkan sebagai tanda loyalitas serta ada juga untuk

mengambil hati pejabat dan menjalin hubungan dengan pejabat saat itu.

Sehingga apabila mereka menghadapi suatu permasalahan mereka akan

meminta bantuan kepada pejabat tersebut sebagai suatu imbalan dari

pemberian tersebut.

Kondisi ini terus berlangsung lama dan sampai saat ini terus

dipraktekkan hampir di seluruh aspek kehidupan baik di sekolah, perekrutan

pegawai, dalam praktik pelanggaran lalu lintas, pada legislatif, eksekutif,

yudikatif, dan dunia usaha. Kolusi dan Nepotisme sudah mengakar serta

membudaya pada masyarakat Indonesia misalnya, apabila seorang pejabat

tinggi atau seorang menteri datang ke daerah, seluruh keperluannya diurus

oleh daerah bahkan menteri atau pejabat tersebut masih dibekali dengan oleh-

oleh yang biasanya adalah ciri khas dari daerah tersebut.28

Parahnya praktik Kolusi dan Nepotisme di Indonesia dapat dilihat dari

tingginya tingkat kebocoran dana pembangunan pada tahun 1989-1993 yang

menurut Soemitro Djoyohadi Kusumo mencapai sebesar 30% atau 45%

menurut versi World Bank. .Pantas saja Indonesia secara berturut-turut dari

tahun 1995-2000 masuk dalam sepuluh besar sebagai negara paling korup di

dunia menurut versi Transparecy Internasional (TI) posisi yang kemudian

diketahui sukses dipertahankan negara ini pada lima tahun berikutnya, tahun

2001-2005 secara berturut-turut pula.

Meluasnya praktik Kolusi dan Nepotisme telah melahirkan kerugian

yang sang besar terhadap keuangan dan perekonomian negara, sedemikian

besarnya uang negara yang diambil sehingga Kolusi dan Nepotisme sudah

merupakan perampasan sebagian besar hak-hak ekonomi dan sosial rakyat

28 M. Akil Mochtar, SH. MH, Memberantas Korupsi, Jakarta Q-Communication, 2006,hlm. 10

Page 28: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

19

oleh sebagian individu atau kelompok dalam masyarakat karena itu paradigma

pemberantasan Kolusi dan Nepotisme di Indonesia sudah seharusnya dilihat

dari perspektif pelanggaran Hak Asasi Manusia terutama. Hak ekosob

(ekonomi, sosial, budaya). Sebab, perbuatan Kolusi dan Nepotisme telah

merugakan dan mengancam kehidupan orang banyak. Karena kondisinya yang

sudah luar biasa parah, maka pamberantasan tindakan Kolusi dan Nepotisme

butuh cara yang luar biasa pula. Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme juga

harus dilakukan dengan cara khusus, salah satunya dengan menerapkan sistem

pembalikan beban pembuktian yang telah berhasil diselenggarakan di berbagai

negara yaitu: Inggris, Malaysia, dan Singapura. Dalam sistem ini pembuktian

dibebankan kepada terdakwa, terdakwa sudah dianggap terbukti Kolusi dan

Nepotisme kecuali jika ia mampu membuktikan dirinya tidak melakukan

Kolusi dan Nepotisme.29

Praktik kejahatan Kolusi dan Nepotisme pada dasarnya merupakan

masalah sensitif bagi masyarakat yang bersangkutan, karena menyangkut

nasib masa kini dan masa depan kehidupan bersama. Fenomena Kolusi dan

Nepotisme ini menunjukkan bahwa hal itu muncul di sekitar kekuasaan-

kekuasan yang tanpa nilai menjadi penyebab timbulnya kolusi dan Nepotisme.

Politik tanpa nilai di sini, berarti tidak sesuai dengan etika dan moral yang ada,

dalam hal ini ditunjukkan dalam praktik Kolusi dan Nepotisme.30

Praktik-praktik yang tidak jelas dan penuh tanda tanya semacam itu

sebenarnya perlu direspon secara moral oleh masyarakat, supaya tidak

menjadi beban moral masyararat dan menurunkan wibawa hukum, begitu pula

praktik perbuatan lain yang perlu mendapat fasilitas milik negara diluar dinas.

Sedikit banyak akibat dari perbuatan ini, negara akan menderita kerugian.

Dalam era reformai, praktik Kolusi dan Nepotisme tetap marak di

Indonesia. Slogan reformasi sebenarnya juga menyangkut pemberantasan

KKN. Dengan mengutip George Horance Lorimer tahun 1879-1937, yang

29 Ibid., hlm. 95

30 Ibid., hlm. 104-105

Page 29: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

20

mengatakan: Sungguh baik untuk memiliki dan hal-hal bisa dibeli dengan

uang. Akan tetapi, sungguh baik pula untuk memeriksa dan meyakinkan

diri kita bahwa kita tidak akan kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli

dengan uang.’

Dalam era globalisasi terjadinya fenomina baru dalam praktik Kolusi

dan Nepotisme yaitu dimana suatu negara menyuap negara lain atau pejabat

biadab Internasional. Praktik suap menyuap antar negara ini terjadi karena

pelaksanaan kekuasaan yang begitu besar dan ada pihak yang sanggup

melakukan kontrol, kendatipun banyak rakyat yang menyuap dan negara

rakyat yang disuap itu tidak setuju praktek Kolusi tersebut. Dalam hal ini juga

terkait dengan munculnya Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh

pemerintah atau lembaga Internasional.

Sikap Bank Dunia yang tidak memberi respon dan tidak menjatuhkan

sanksi terhadap praktik Kolusi dan Nepotisme di negara yang diberi pinjaman

merupakan salah satu faktor munculnya Kolusi dan Nepotisme.31

C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme

1. Lembaga Negara

a. Indonesia

Kolusi dan Nepotisme merupakan salah satu penyakit

masyarakat, sama dengan jenis kejahatan lain seperti pencurian yang

sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Akan tetapi, masalah

utama yang dihadapi di negara ini adalah Korupsi. Korupsi meningkat

seiring dengan kemajuan, kemakmuran dan teknologi. Pengalaman

memperlihatkan semakin maju pembangunan suatu bangsa semakin

meningkat pula kebutuhan hidup dan mendorong orang untuk

melakukan berbagai kejahatan termasuk Korupsi. Kenyataan empiris

di Indonesia di mana pembangunan ekonomi semakin hebat sampai

pertumbuhan ekonomi mencapai 7 % setahun tetapi Korupsi

meningkat juga dan semakin meluas hingga akhirnya menimbulkan

31 Dr. Artijo Al-Kautsar, op.cit, hlm. 199-200

Page 30: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

21

bencana krisis moneter yang berkepanjangan dan ekonomi Indonesia

terpuruk hingga saat ini.

Kolusi dan Nepotisme di Indonesia pada level baik legislatif,

eksekutif, yudikatif, swasta, bahkan di dunia pendidikan.

Mengherankan jika Indonesia terus-menerus memegang rekor sebagai

negara terkorup di Asia setelah Vietnam dan bahkan masuk sepuluh

besar di dunia. Menurut PERC (Political And Economic Risk

Consultance), kondisi mengindikasikan bahwa tidak ada perbaikan

mendasar dalam permasalahan Korupsi Kolusi Nepotisme di

Indonesia.32 Upaya pemberantasan Kolusi dan Nepotisme di Indonesia

sudah di mulai sejak tahun 1950-an. Kejaksaan Agung di bawah

pimpinan Jaksa Agung Soeprapto sudah melakukan berbagai tindakan

pemberantasan Kolusi dan Nepotisme yang berakhir dengan

penuntutan terhadap beberapa orang menteri. Akan tetapi tuntutan

masyarakat sudah semakin keras untuk memberantas Kolusi dan

Nepotisme yang di pimpin Kolonel Zulkifli dan Kolonel Kawilarang,

pada saat itu beberapa tokoh berhasil di tangkap dan di adili.

Di era 1960-an berdasarkan hukum darurat (SB) muncul

kembali tim pemberantasan Kolusi dan Nepotisme yang di pimpin

Jenderal Ahmad Haris Nasution dan sekretaris Kolonel Muktiyo. Akan

tetapi tim ini terpaksa di bubarkan mengingat politik era Orde Lama.

Era tahun 1970-an pemerintah Orde Baru membentuk tim

pemberantasan Kolusi dan Nepotisme, namun juga tidak berjalan

efektif. Ini disebabkan terlalu besarnya campur tangan kekuasaan

terhadap proses pemeriksaan yang sedang dilakukan tim

pemberantasan korupsi.

Beranjak dari uraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa

perkembangan Korupsi di Indonesia selama 50 tahun terakhir ini

menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan meskipun sudah

32 Ibid, hlm. 387

Page 31: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

22

ada upaya-upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan. Korupsi

Kolusi Nepotisme bukan semakin berkurang malah semakin

bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya. Jika kita ingin

memusatkan perhatian pada penanggulangan masalah Kolusi dan

Nepotisme dengan mengusulkan perlunya kejelasan konsep atau

kriteria dari masing-masing tindakan Kolusi dan Nepotisme, dan

memusatkan penanganannya pada masalah yang lebih jelas dan lebih

pokok yaitu korupsi. Dengan cara ini diharapkan penanganan masalah

Kolusi dan Nepotisme akan lebih terarah dan memberikan hasil yang

setahap demi setahap dapat dipergunakan untuk di jadikan basis bagi

penanganan seterusnya sampai tuntas.

b. Negara Lain

Di dunia ini tidak ada satu pun negara yang bebas dari

perbuatan Kolusi dan Nepotisme. Sebab Kolusi dan Nepotisme

merupakan bagian yang tidak terlepaskan dalam sejarah perkembangan

peradaban manusia dan termasuk jenis kejahatan yang tertua termasuk

korupsi. Tetapi kita dapat membedakan perbuatan Kolusi dan

Nepotisme antara satu negara dengan negara-negara yang lainnya, dari

intensitas dan modus operandinya yang sangat tergantung kualitas

masyarakat,adat istiadat dan sistem penegakan hukum disuatu negara.

Kolusi dan Nepotisme sering dipandang oleh masyarakat

sebagai perbuatan yang ditentang dan dikutuk, dicaci maki, serta

digambarkan sebagai perbuatan tidak bermoral dan berkaitan dengan

keserakahan, dan ketamakan sekelompok masyarakat dengan

menggunakan harta negara serta melawan hukum. Penyalahgunaan

jabatan serta perbuatan lain yang dipandang sebagai hambatan dan

gangguan dalam membangun negara.

Usaha untuk memberantas Kolusi dan Nepotisme sudah

menjadi masalah global bukan lagi nasional atau regional. Gejala

Kolusi dan Nepotisme ada pada setiap negara, terutama negara yang

sedang membangun sudah hampir menjadi conditio sine quo non. Ada

Page 32: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

23

usaha terutama desakan rakyat agar Kolusi dan Nepotisme diberantas

habis sehingga jika perlu digunakan hukum darurat, seperti pidana

yang berat, sistem pembalikan pembuktian, pembebasan penanganan

Kolusi dan Nepotisme dari instansi pemerintah kepada suatu badan

independen yang terjamin kredibilitasnya dan integritasnya.

Beranjak dari uraian di atas maka usaha ke arah pemberantasan

Kolusi dan Nepotisme jelas merupakan suatu persoalan yang rumit dan

komplek sehingga sulit untuk cepat diatasi. Hal ini dapat dibuktikan

dari banyaknya peraturan perundang-undangan yang ada di setiap

negara, ternyata kolusi dan nepotisme masih saja sering terjadi.

Upaya untuk dapat melaksanakan pemberantasan Kolusi dan

Nepotisme secara efektif dan efisien, salah satunya adalah melalui

penerapan sistem pembalikan beban pembuktian dan pembuktian suatu

badan atau lembaga khusus yang independen dalam rangka

pemberantasan tindak pidana Kolusi dan Nepotisme.

Hal ini juga dilakukan oleh Negara lain :

1) HONGKONG

Masalah Kolusi dan Nepotisme yang sangat meluas di

Hongkong terutama era 1960 dan 1970 tidak terlepas dari masalah

Narkotika.Pada saat itu Hongkong merupakan tempat transit para

pengedar Narkotika yang berkolusi dengan aparat Kepolisian yang

pada umumnya dipegang oleh orang-orang Inggris .Selain

berkolusi dengan pengedar narkotika ,Polisi Hongkong juga

menjadi God Father tempat perjudian dan pelacuran,serta

melakukan Kolusi dan Nepotisme terkait pelanggaran lalu lintas.33

Pada tahun 1972 di Hongkong dibentuk Anti Coruption

Office yang merupakan bagian anti Kolusi dan Nepotisme di

Kepolisian Hongkong, akan tetapi badan ini tidak efektif dan

Kolusi Nepotisme masih tetap merajalela.

33 M. Akil Mochtar, SH. MH., op. cit., hlm. 44.

Page 33: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

24

Kolusi dan Nepotisme yang meluas dan menjalar ke seluruh

sektor kehidupan masyarakat serta melembaga di Kepolisian ini

membuat kaum intelektual dan generasi muda masyarakat

Hongkong merasa prihatin. Karena itu pada tanggal 17 Oktober

1973 dicanangkan pembentukan Independend Commision Against

Coruption (ICAC) untuk memerangi kolusi dan nepotisme,yaitu

dengan dibentuk badan khusus anti Kolusi dan Nepotisme.

2) AUSTRALIA

Pada awal sejarahnya 200 tahun yang lalu, pemerintah

Australia di dominasi oleh Militer. Australia merupakan tempat

pembuangan penjahat kelas kakap yang pemerintahan berjalan

sangat korup.Namun saat ini Australia merupakan salah satu

negara yang cukup bersih dari Kolusi dan Nepotisme juga dari

Korupsi. Kondisi ini diperkuat dengan dibentuknya komisi anti

Korupsi yang memegang teguh asas Kejujuran, Netralitas, dan

pejabat publik yang berkualitas.34

Independent Commision Agains Corruption (ICAC)

merupakan lembaga independen untuk memberantas Korupsi Di

Astralia Khusunnya negara Bagian New South Wales,negara

bagian ini memiliki komisi anti korupsi yang lengkap, independen

serta berjalan efektif. ICAC dibentuk berdasarkan Undang-Undang

ICAC tahun 1988 nomor 35 dan beroperasi sejak tanggal 13 maret.

Pembantukan ICAC didasari sebuah keputusan politik dari

pemerintah yang berkuasa serta mendapat dukungan dari oposisi

untuk meminimalisir Korupsi di New South Wales melalui

investigasi, pencegahan dan pendidikan.

3) MALAYSIA

34 Ibid., hlm. 49.

Page 34: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

25

Sebagai negara modern Malaysia pada awalnya juga

terkena wabah Kolusi dan Nepotisme juga Korupsi,dimana sisa-

sisa sistem feodal masih melekat didalamnya,yaitu kebiasaan

memberi upeti sebagai salah satu penyebabnya, namun hal ini tidak

barlangsung terus menerus karena dengan budaya yang kuat dalam

kehidupan masyarakat malaysia serta pengaruh Islam yang sangat

dominan menjadi salah satu sebab berkurangnya Kolusi dan

Nepotisme.

Untuk memberantas Kolusi dan Nepotisme Malaysia

mempunyai tiga Undang-Undang Anti Kolusi dan Nepotisme

yaitu;35

a) Prevention of coruption Act atau Undang-Undang pencegahan

Kolusi dan Nepotisme no.57.

b) Emergency (Essential power) ordonance nomor 22 tahun 1970.

c) Anti Coruption Act 1982 (Act 271).

Tetapi melalui tiga Undang-Undang ini masih ada juga

celah-celah untuk terjadinya Kolusi dan Nepotisme sehingga

akhirnya di bawah kantor Perdana Menteri Malaysia di dirikan

Badan Anti Korupsi Malaysia yang dikenal dengan sebutan Badan

Pencegah Rusuah (BPR)

Kedudukan BPR sangat kuat karena didukung oleh

legimitasi yang kuat dalam figur pemimpinnya yang dapat dilihat

dalam praktik pemilihan ketua BPR melalui dua tahapan

pemilihan.Yakni, pertama; calon ketua diusulkan oleh Perdana

Menteri, dan kedua; setelah disetujui baru dilantik oleh Sri Paduka

Baginda yang dipertuan Agung.

4) SINGAPURA

Hasil survey Transparency Internasional dan PERC tehadap

negara-negara di Asia menunjukkan bahwa Singapura yang

35 Ibid., hlm. 52.

Page 35: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

26

penduduknya tak lebih dari 4 juta jiwa,dalam lima tahun

belakangan ini menempatkan diri sebagai negara paling barsih di

Asia. Hal ini juga berdampak positif ditingkat internasional dimana

Singapura selalu menempatkan diri dalam posisi sepuluh negara

yang terbaik dalam pelayanan masyarakat.36

Namun demikian untuk memperoleh predikat ini tidaklah

mudah dan membutuhkanperjalanan sangat panjang,karena

keadaannya juga sama dengan negara-negara lain didunia dimana

sesungguhnya Singapura pada awalnya juga tidak terhindar dari

maraknya kegiatnan kolusi dan nepotisme yang dimulai pada akhir

1940-an.

Pada saat itu perkembangan Kolusi, Nepotisme juga

korupsi sangat pesat.penduduk Singapura yang mayoritas Cina

tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakatnya yang suka

memberikan hadiah. Maraknya perjudian makin menambah

pesatnya Kolusi, Nepotisme juga Korupsi, karena para bandar judi

yang meminta perlindungan dari Polisi mau tidak mau

mengeluarkan uang suap untuk keamanan lahan perjudiannya.

Perdana Menteri Singapura menyadari betul akan perlunya

badan atau lembaga yag terpisah dari Kepolisian, juga menyadari

bahwa untuk memulainya gerkan anti Kolusi dan Nepotisme teus

dimulai dengan adanya Politicial Will pemerintah. Sebab apabila

strategi pemberantasan Kolusi dan Nepotisme hanya

mengandalkan kekuasaan badan atau lembaga dan dukugan

masyarkat, tanpa adanya dukungan dari pemerintah maka hasilnya

kurang efektif.

Ternyata stategi yang di lakukan ini membawa hasil karena

hal ini didukung dangan dibentuknya Undang-Undang Anti Kolusi

dan Nepotisme, dan didukung penuh oleh masyarakat selain itu

36 Ibid., hlm. 54-55.

Page 36: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

27

pecegahan kolusi dab nepotisme juga dilakukan melalui pengkajian

praktik-praktik dilapangan yang dilakukan oleh CPIB, karena

bukan tidak mugkin kousi dan nepotisme juga terjadi di luar aparat

penegak hukum yang tidak adil.37

5) THAILAND

Sesudah kudeta militer yang menggulingkan kerajaan

absolut tahun 1932 oleh militer, maka sampai tahun 1970 Thailand

berada dalam dalam kekuasaan militer dan baru pada tahun 1973

Thailand kembali pada dunia demokrasi. Selanjutnya

pembangunan di thailand berjalan dengan upaya kerja keras untuk

memberantas Kolusi, Nepotisme juga Korupsi yang merajalela

sejak militer berkuasa.

Sebelum tahun 1975, penyidikan pemberantasan Kolusi dan

Nepotisme dilakukan oleh penegak hukum biasa seperti polisi dan

pengawasan dilakukan dibadan itu sendiri.hukum yang diterapkan

adalah hukam pidana biasa dan peraturan kepegawaian ditambah

beberapa delik berkaitan dengan penegakan hukum Kolusi dan

Nepotisme.

Pemerintah Thailand bertekad untuk memberantas kolusi,

nepotisme juga korupsi, dan dituangkan dalam konstitusi Thailand

1974, pasal 66 : negara harus mengorganisasikan sistem efisien

pada pekerjaan pelayanan pemerintah dan pekerjaan lain dari

negara dan harus mengambil segala langkah untuk mencegah dan

pemberantasan pencarian keuntungan dengan jalan Kolusi,

Nepotisme dan juga Korupsi.38

2. Organisasi Massa

Salah satu peran masyarakat dalam memberantas Kolusi dan

Nepotisme adalah dibentuknya kegiatan masyarakat seperti Lembaga

37 Ibid., hlm. 56.

38 Ibid., hlm. 58-59.

Page 37: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

28

Swadaya Masyarakat (LSM). Istilah LSM muncul di Indonesia pada akhir

tahun 1970-an. Istilah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan

pengganti istilah organisasi non-pemerintah (OR NOB).

Lemabaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organiosasi atau

lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik

Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat di bidang

kegiatan tertentu yang di tetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagai

wujud partisipasi masyarakat yang menitik berat kepada pengabdian

swadaya (Instruksi Mendagri No 8 tahun 1990 tentang pembinaan LSM).

Operasionalisasi peran masyarakat ini juga dapat direpresentasikan

dalam bentuk kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat dengan berbagai

corak organisasi watch, pemantau, transparansi, atau nama lain sejenisnya.

Sebagai konsekuensi dimungkuinkannya peran masyarakat ini, perlu di

atur tentang jaminan perlindungan bagi saksi dan pelapor. Tanpa adanya

jaminan perlindungan bagi saksi atau pelapor, maka tidak akan ada

partisipasi optimal dari masyarakat.

Peran serta masyaralkat dalam penyelenggaraan negara telah di

atur dalam bentuk Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 1999. ketentuan ini

sebagai manifestasi dari pasal 9 ayat 3 UU No 28 tahun 1999 tenatang

Penyelengaraan Negara yang Bersih Bebas Korupsi Kolusi, Nepotisme

(KKN). Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara untuk

mewujudkan negara yang bersih dilaksanakan dalam bentuk :

a. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi mengenai

penyelenggaraan negara.

b. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dar

penyelenggara negara.

c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab

terhadap kebijakan penyelenggara negara.

d. Hak memperoleh perlindungan hukum.

Peran masyarakat sangat di perlukan, karena ketika upaya

penanggulangan kolusi, nepotisme tidak berhasil, pada umumnya ada satu

Page 38: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

29

unsur yang tidak ada yaitu peran masyarakat. Sehubungan dengan hal

tersebut Jeremy Pope (2003: 59) mengemukakan bahwa:

Sikap rakyat banyak menerima kolusi dan nepotisme sebagai faktakehidupan dan rasa putus asa, inilah yang harus di benahi. Sebagianbesar warga masyarakat berkepentingan dengan sistem integritasyang efektif. Betapa pemecahan bagi kolusi dan nepotisme ada didalam masyarakat itu sendiri. Upaya apapun yang dilakukan untukmengembangkan anti kolusi dan nepotisme tetapi tanpa melibatkanmasyarakat, akan sia-sia karena tidak memanfaatkan salah satu alatyang berpotensi yaitu masyararakat. (Jeremy Pope (2003: 59).

D. Pandangan Islam Tentang Kolusi dan Nepotisme

Yang dimaksud dengan Kolusi di sini ialah persengkolongan antara

dua pihak untuk suatu perbuatan melanggar hukum dan merugikan orang lain.

Umpamanya seorang pejabat yang berwenang memutuskan pemenang sebuah

tender bersepakat dengan salah seorang Pengaju tender agar tendernya yang

dimenangkan, maka kesepakatan itu disebut “kolusi”. Begitu juga hakim di

pengadilan yang berkolusi dengan pihak-pihak yang berperkara, agar

perkaranya dimenangkan. Dalam bahasa agamanya, kolusi bisa disebut

dengan “risywah” tetapi dalam bahasa politiknya, kolusi sering disebut “al-

mahsubiyah”, dan istilah “Nepotisme” biasa dipakai untuk menerangkan

praktek dalam kekuasaan umum yang mendahulukan kepentingan keluarga

dekat untuk mendapatkan suatu kesempatan. Dalam bahasa arabnya dipakai

dengan istilah “al-Muhabah”. Dalam pandangan Islam, suatu jabatan harus

dipegang oleh orang yang berkompeten, ahli untuk bidang yang ditawarkan.

Adapun jika yang diserahi tugas itu adalah kerabat dekat dari orang yang

memberi tugas, bukanlah menjadi persoalan. Yang terpentin apakah orang

tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. Jadi prinsip yang ditanamkan

dalam Islam adalah kompetensi seseorang atas sesuatu jabatan, bukan ada

tidaknya hubungan kekerabatan. Kalaupun sekiranya pemangku jabatan

adalah keluarga dari orang menunjuk, selama orang tersebut berkompeten

berhak dan tidak ada pihak-pihak yang merasa dizhalimi, maka hal itu tidak

akan menjadi persoalan. Jika kita memegang prinsip “kekerabatan” sebagai

landasan, dalam arti setiap ada hubungan kekerabatan seseorang dengan

Page 39: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

30

pejabat yang menunjuk maka itu sudah merupakan Nepotisme yang terlarang,

secara rasional barangkali sikap ini kurang obyektifnya. Hanya gara-gara

hubungan kerabat, seseorang tidak berhak mendapatkan haknya, padahal ia

berkompeten dalam urusan itu, tentu sikap seperti ini berlebihan yang tidak

pada tempatnya. Jadi dalam pandangan Islam, Nepotisme tidak selamanya

tercela. Yang dilarang adalah menempatkan keluarga yang tidak punya

keahlian dalam suatu posisi karena didasari oleh adanya hubungan

kekeluargaan atau punya kapasitas, tetapi masih ada orang yang lebih berhak

untuk jabatan itu, namun yang didahulukan adalah keluarganya. Ini juga

Nepotisme yang tercela, karena ada orang lain yang dizhalimi, tidak

mendapatkan haknya.39

wur(#þqè=ä.ù's?Nä3s9ºuqøBr&Nä3oY÷•t/È@ ÏÜ» t6ø9 $$ Î/(#qä9 ô‰è? ur!$ ygÎ/’ n< Î)ÏQ$¤6çtø:$#(#qè=à2 ù'tG Ï9$ Z)ƒÌ• sùô Ï̀iBÉAºuqøBr&

Ĩ$ ¨Y9 $#ÉOøOM}$$ Î/óOçFRr&urtbqßJ n=÷è s?ÇÊÑÑÈ

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yanglain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamumembawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapatmemakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan(jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.

: :

.)(

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yangmenyuap dan orang yang disuap dalam hukum. Dalam riwayat lain:dari Tsauban ra berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yangmenyuap, orang yang disuap, dan orang yang menyebabkan adanyasuap menyuap . (H.R. Tarmidzi dan Ghoirihi).

39 http://daudrasyid.com. index.php? option=com/ diakses pada tanggal 20/01/2010.

Page 40: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

31

BAB IIIAYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG PRAKTEK KOLUSI DAN

NEPOTISME

A. Term-term Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Kolusi dan NepotismeUntuk melacak kedudukan hukum kolusi, Nepotisme dalam

khazanah Islam bisa ditelusuri melalui konsep saraqah (pencurian),risywah (suap), khiyanat (pengkhianatan), al-qasysy (penipuan). Bahasamoral dan kemanusiaan yang sarat dengan etika dan perilaku hukum itusecara jelas terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, melaluikeduanya para ahli hukum Islam menggali dan mengembangkan berbagaiteori sampai pelembagaannya dalam pranata masyarakat Islam.40

B. Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Kolusi dan Nepotisme1. Kolusi

Kata kolusi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Collution; artinyakerjasama rahasia untuk maksud tidak terpuji, persekongkolan.41

Indikasi adanya tindakan kolusi adalah terjadinya proses tindakantawar menawar kepentingan demi keuntungan, kerja sama tersembunyidan penuh materi, manipulasi prosedur birokrasi, pemaksaankeputusan atau kebijakan secara struktural.Memberikan bantuan atau dalam bentuk kerjasama salingmenguntungkan yang dilakukan dengan cara yanhg bertentangandengan ketentuan dan peraturan adalah termsuk perbuatan dosa yangdimungkinkan dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan atau bahkanpermusuhan. Perbuatan demikian dilarang oleh Islam sebagaimanafirman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

Ÿwur(#q çRur$ yès?’n? tãÉOøO M}$#Èbºurô‰ãèø9$#ur4

“Dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa danpermusuhan.”QS Al-Maidah ayat (2)42

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan sebagai berikut:

40 Kamus Lengkap; Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris; edisi Smart, Penerbit Arkola; Surabaya;Pengarang Priyo Darmanto – Puji Wiyoto; tanpa tahun; halaman 62.

41 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, halaman 514.

42 Al-Qur an Dan Terjemahannya, Departemen Agama, Penerbit PT Bumi Restu, Halaman 157.

Page 41: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

32

“Dan mereka dicegah untuk tolong menolong pada perbuatan bathildan tolong menolong pada bermacam dosa dan berbagai perbuatanharam”.

Kolusi sering dilakukan dengan suap-menyuap untuk lancarnyamaksud dan tujuan. Jika hal yang demikian terjadi, perbuatan itutermasuk tindakan risywah. Rasulullah bersabda:

Terjadinya kolusi cenderung untuk memperoeh keuntungan dengancara-cara licik, menyuap piahk lain agar dengan diajak kerjasamasecara rahasia suap menyuap atau risywah merupakan gejala penyakitsosial yang muncul subur bersamaan dengan pemerintah yang korup,menghalalkan segala cara. Islam secara tersirat telah menerangkanlarangan tentang melakukan perbuatan bathil, sebagaimana firmanAllah berikut:

Surat Ali Imron ayat 161

$tBurtb% x.@cÓÉ< oY Ï9br&¨@äótƒ4t̀Burö@è=øótƒÏNù' tƒ$yJ Î/¨@xîtPöq tƒÏp yJ» uŠÉ)ø9$#4§N èO4’̄û uq è?‘@à2<§øÿtR

$̈BôMt6 |¡ x.öN èd urŸwtbq ßJ n=ôà ãƒÇÊÏÊÈ

Artinya : Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan hartarampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalamurusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat iaakan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu,kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apayang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangmereka tidak dianiaya.(Q.S. Ali Imron ayat 161)

Didalam ayat ini terdapat kalimat Yaghulla dan Yaghlul,yahng kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan katacurang. Dia dalam kamus Arabi tersebut arti ghalla-yaghullu-ghallan, yaitu mengambil barang sesuatu lalu dimasukkan dengansembunyi ke dalam kumpulan barang yang lain. Kemudiandipakailah kedua kalimat ini untuk orang yang mendapatkan hartarampasan perang (ghanimah), lalu sebelum barang itu dibagi secaraadil oleh kepala perang, telah terlebih dahulu disembunyikankedalam penaruhanny. Sehingga barang itu tidak masuk dalampembagian. Maka samalah keadaan itu dengan mencuri. Karenamenurut peraturan perang, harta rampasan itu dikumpulkanmenjdai satu terlebih dahulu sehabis perang. Baik besar ataupunkecil. Lalu oleh kepala perang barang itu dibagikan menurutadilnya, walaupun menurut kebijksanaan beliau barang yang

Page 42: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

33

didapat si fulan diserahkan pula kepadanya, untuk dimiliki sendiritetapi yang terlebih dahulu hendaknya semua dijadikan hak BaitulMaal. Maka orang yang bersikap curang main ghalul itu dipandangsebagai orang yang berkhianat.

Menurut riwayat yang disampaikan oleh Abu DAud, At-Tirmidzi, Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini asbabul nuzulkarena ketika terjadi peperangan Badar setelah harta rampasandikumpulkan, ternyata hilang sehelai Khathifah, yaitu sehelaiselendang bulu (wol) berwarna merah yang bisa dipergunakanpenutup kepala pada musim dingin. Maka ada yang berkata :“Mungkin Rasulullah SAW sendiri yang mengambil untuk beliau.”Orang ini berkata tidaklah dengan maksud menuduh ataumemburukkan. Melainkan merasa bahwa jika beliau yangmengambil, itu adalah hak beliau. Tetapi riwayat ini didhaifkanoleh setengah ahli tafsir. Sebab riwayat Ibnu Abbas ini mengenaiperang Uhud.

Tetapi menurut riwayat yang dikuatkan oleh Al-Kalby danMuqatil, memang sebab turun ayat ini ialah pada saat perang Uhudketika pemanah-pemanah yang dipandang bersalah, Karenameninggalkan posnya itu menyangka, bahwa harta rampasan(ghanimah) tidak akan dibagikan kepada mereka, sebagaimana diperang Badar. Apalagi mereka merasa bersalah. Dan mendengarperkataan itu, berkatah Rasulullah SAW: “Apakah kamu sangkakami berbuat curang dan tidak akan membaginya kepada kamu?”karena itu turunlah ayat itu.

Riwayat lain lagi, ialah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dariAdh-Dhahhak, bahwa Rasulullah SAW mengirimkan beberapaorang pengintai kepada suatu daerah musuh. Kemudian daerah itudiperangi dan dikalahkan serta harta rampasan itu dibagi-bagi. Laluada diantara mereka yang menyangka, bahwa mereka tidak akandaapt pembagian. Kemudian setelah mereka datang ternyata bagianmereka ada disediakan, maka turunlah ayat ini untuk menegurpersangkaan mereka yang buruk itu, dan ditegaskan pula bahwaNabi tidaklah akan berbuat curnag dengan pembagian hartarampasan dan sekali-kali tidaklah Nabi akan menyembunyikansesuatu untuk kepentingan diri Beliau sendiri.

Ayat ini dapat kita ambil saripatinya untuk menjadi I’tibarbagi kita, jika kita mendapat kesempatan menduduki tempat yangmulia seperti kedudukan Nabi ketika itu, yang menjadi kepalaperang atau kepala pemerintahan, bahwa jika ada kekayaanNegara, janganlah dicurangi dan janganlah berbuat korupsi denganharta Negara.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab sahabat rasulyang terkenal, Abu Hurairah telah diangkat menjadi pemungutzakat. Setelah berhasil memungut zakat itu, beliaupun kembali keMadinah dan menyerahkan Khalifah untuk dimasukan ke Baitul

Page 43: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

34

Maal. Setorannya baik, tanggung jawabnya selesai, tidak ada yangmencurigakan. Tetapi ditangannya ada satu barang yang tidakdiserahkan. Khalifah bertanya: Anna laka hadzal ( ini dari manaengkau dapat). Lalu Abu Hurairah menjawab, bahwa barangtersebut adalah hadiah dari salah seorang pembayar zakat untukdirinya sendiri. Dengan tegas Khalifah memerintahkan supayabarang itu pun diserahkan, karena kalau bukan dia diutus untukmemungut zakat , tidak adalah ada sebab baginya menerima hadiahitu. Kejadian itu di atas menunjukkan bahwa korupsi, kolusi itudilarang.43

Surat Al-Anfal ayat 27

$pkš‰ r' ¯» tƒz̀ ƒ Ï%©!$#(#q ãZtB#uäŸw(#q çRq èƒrB©!$#tAq ß™§•9$#ur(#þq çRq èƒrBuröN ä3 ÏG» oY» tBr&öN çFRr&urtbq ßJ n=÷ès?ÇËÐÈ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamumengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yangdipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(Q.S.Al-Anfal ayat 27)

Dalam suatu riawayt. Dari hadits Jabir bahwasanya AbuSufyan yang pada masa itu memimpin perlawanan kaum Quraisyterhadap Rasulullah SAW, pada suatu hari telah keluar dariMakkah hendak memerangi Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullahsegera menerima berita itu, lalu beliau bersiap. Maka seorang darikalangan Muslim sendiri segera dengan sembunyi-sembunyimengirim surat kepada Abu Sufyan mengatakan bahwa RasulullahSAW telah mengirim surat kepada Abu Sufyan mengatakan bahwaRasulullah telah tahu maksudmu, sebab itu hendaklah engkaubersiap-siap dengan berawas.

Tetapi ada lagi riwayat lain, yang dibawakan oleh Abdullahbin Qatadah dan Az-Zuhri dan Al-Kalbi dan As-Suddi danIkrimah, bahwa ada seorang penduduk Anshar di Madinahbernama Abu Lubabah. Dia telah lama mengikat janji setia denganBani Quraizhah yang sesudah Rasulullah SAW mengusir seluruhBani Nadhir dari Madinah, dan sesudah itu Nabi pun menghadapBani Quraizhah, yang dikepung oleh Al- Ahzab (sekutu). Setelahmereka dikepung beberapa lama sehingga tidak berdaya lagi,mereka dipersilahkan turun dari benteng mereka untuk menerimahukum keputusan dari Sa’adbin Mu’az dan Sa’ad ini dahulupun,sebeleum mereka untuk mengkhianati janji mereka dengan Nabiitu, telah mengikat janji persetiaan pula dengan Bani Quraizhah itu.Tetapi secara sembunyi-sembunyi Abu Lubabah tersebut telah

43 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, Jakarta, Panjimas, 1982, hlm. 179-182

Page 44: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

35

member isyarat kepada Bani Quraizhah supaya jangan diterimatawaran itu, sambil menggesengkan tangannya kepada lehernyasendiri berarti bahwa hukum yang akan dijatuhkan Sa’ad binMu’az kelak tidak lain memotong leher mereka. Karean perbuatanAbu Lubabah yangf demikian itu turunlah ayat ini.

Maka ayat ini adalah teguran keras kepada Abu Lubabah,sebab dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dia telahmembuka rahasia kepada Yahudi Bani Quraizhah itu seketikamereka disuruh saja turun dari benteng pertahanan yang tidak akandapat lagi mereka pertahanka itu. Mengapa dia larang merekaturun? Mengapa dia membuka rahasia bahwa hukuman Sa’ad kelakialah potong leher? Setelah ayat ini turun, terasalah oleh AbuLubabah sesal yang sangat karena membuka rahasia itu, goyangrasanya bumi ini dia pijakan, sebab Allah sendiri telahmenuduhnya berkhianat, membuka rahasia.

Dari riwayat yang dibawakan oleh Abd bin Humaid dari al-kalbi, bahwa Abu Lubabah itu diutus Nabi kepada Bani Quraizhah,sebab dia selama ini adalah sahabat baik dari persekutuan Yahuditersebut. diriwayatkan pula bahwa diapun menitipkan harta bendadan anak-anaknya pada Bani Quraizhah. Maka setelah bertemudengan pemuka-pemuka Yahudi itu, dia sampaikanlah usulan Nabisupaya mereka turun dari benteng dan menyerah kepada keputusanhukum Sa’ad bin Mu’az. Lalu pemuka Yahudi itu bertanya, kalaumereka mau turun, apa kira-kira hukumannya yang akan dijatuhkanSa’ad kepada mereka. Lalu dengan tidak pikir panjang AbuLubahah membawa tangannya ke lehernya, mengisyaratkan akandipotong leher semua. Kelancangan inilah yang ditegur oleh ayatini. Ini memang suatu kelancangan, ataupun satu pengkhianatan.Abu Lubabah telah bertindak lancang berkata demikian, karena diamerasa kasihan kepada Bani Quraizhah, ataupun mempertakut-takuti, padahal kita tahu setelah membaca riwayat penghukumanBani Quraizhah tiu sampai kepada saat itu Nabi sendiri pun belumtahu hukuman apa yang akan dijatuhkan oleh Sa’ad bin Mu’azkepada mereka.

Tersebut dalam riwayat bahwa Rasulullah SAW setelahayat ini turun segera memanggil isteri Abu Lubabah, lalu bertanya :“Apakah Abu Lubabah tetap mengerjakan puasa, dan sembahyangdan adakah dia mandi junub setelah setubuh? Isterinya menjawab:Dia puasa, sembahyang dan mandi junub, bahkan cinta kepadaAllah dan Rasul-Nya. Nabi sampai bertanya demikian, tandanyabeliau syak ragu atas keimanannya, sehingga ditanyai isterinyatentang kehidupan sehari-hari, apakah dia betul-betul Islam atauIslam Munafiq. Isterinya menjawab dengan pasti bahwa dia puasa,dia sembahyang kalau habis setubuh dia tetap mandu junub.Menandakan amal keislamannya baik. Tetapi dia telah berbuat

Page 45: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

36

perbuatan yang khianat, lancang, dan membuka rahasia, yaituperbuatan orang munafiq.

Meskipun dia bukan seorang munafiq, tetapikelamcangannya menyebabkan dia berkhianat. Sebab kitapunmendapat kesan, bahwa walaupun orang telah tunggat-tunggitsembahyang, puasa senin-kamis, taat beribadat, belumlah yangdemikian dapat dijamin kebersihannya, kalau dia tidak setiamemegang amanat. Abu Lubabah telah menambah dengankehendak sendiri suatu hal yang dipercayakan kepada dia, padahaldia utusan. Menjadi peringatan kepada kita ummat MuhammadSAW buat selanjutnya. Kekuatan ibadah wajib kita sejalan dengankesetiaan dan keteguhan memegang kedisiplinan. Perbuatan AbuLubabah dapat menimbulkan tindakan kolusi, kerja sama denganpihak lain.

2. NepotismeKata Nepotisme berasal dari bahasa Inggris, yaitu nepotism

artinya pemberian jabatan yang berat sebelah karena hanya saudara-saudar saja yang diangkat.44

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nepotisme diartikandengan dua pengertian, yaitu:1. Kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak

saudara sendiri, terutama di jabatan, rangkat di lingkunganpemerintahan.

2. Tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untukmemegang pemerintahan.45

Nepotisme menurut JW. Schoorl adalah praktek seorang pegawainegeri yang mengangkat seorang atau lebih dari keluarga (dekatnya)menjadi pegawai pemerintah atau member perlakuan yang istimewakepada mereka dengan maksud untuk menjunjung nama keluarga,menambah penghasilan keluarga, atau membantu menegakkan suatuorganisasi politik, sedang ia seharusnya mengabdi pada kepentinganumum.46

44 Kamus Inggris-indonesia, penerbit Praduga Paramita, Djakarta, karangan E. Pino. T.Wittermans, tahun 1971, cetakan ke-9, halaman 269.

45 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa, departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Penerbit Balai Pustaka, Edisi Kedua, Cetakanketiga, tahun 1994, halaman 287.

46 JW. Schoorl, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara SedangBerkembang, Penerbit Gramedia, Jakarta, Tahun 1980, halaman 175

Page 46: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

37

Sedang menurut UU Nomor 28 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 5,nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggaraan Negara secaramelawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan /atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.47

Apakah suatu kebijakan atau tindakan termasuk dalam kategorinepotisme atau tidak? Hal tersebut memerlukan suatu ukuran ataucriteria yang tegas. Islam memberikan petunjuk mengenai pemilihandan pengangkatan seseorang untuk menjabat suatu kedudukan ataudasar pertimbangan kapabilitas ( kemampuan) dan rasa tanggungjawab), profesionalitas (keahlian), dan moralitas (akhlaqul karimah).Jadi, seorang keluarga dekat dapat saja diangkat untuk jabatan tertentu,jika ia mempunyai kemampuan dan keahlian serta akhlak yang terpujidi matas masyarakat.Nepotisme yang memenuhi criteria, profesionalitasdan moralitas tidakdilarang dalam Islam. Hal ini dilakukan oleh Nabi Musa, mengangkatsaudara kandungnya Nabi Harun untuk mendampingi dalammengemban risalah kenabian, sebagaimana diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Thoha ayat 29-34 dan Surat Al_Qashash ayat 34.

Nabi Musa memiliki pertimbangan terhadap saudaranya NabiHarun karena Nabi Harun lebih fasih lisannya. Karena itu selainkapabilitas, profesionalitas dan moralitas juga memiliki integritaspribadi dan kredibilitas yang tinggi.

Secara spesifik Al-Qur’an memang tidak menyebutkan tindakan kolusidan nepotisme, akan tetapi secara umum telah disinggung sebagaimanaayat-ayat Al-Qur’an dibawah ini:

Surat Al-Baqarah ayat 188

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hakim yangbersumber dari Said bin Jubair, asbabul nuzul ayat 188 surat Al-Baqarah ini berkenaan dengan Imra’ul Qais berselisih dengan Abdanbin Asyma al-Hadhrami soal sengketa tanah. Imra’ul Qais berusahauntuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpahdidepan hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yangmerampas hak orang dengan cara yang bathil.

Islam melarang umatnya dalam mencari harta benda dengancara-cara yang curang dan licik, seperti perampok, pemalsuan dan

47 UU Nomor 28 Tahun 1999

Page 47: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

38

reklame yang beraroma membohongi public, menyimpan barang untukdijual setelah harga mahal, riba dan usaha-usaha yang syubhat karenamakan harta diantara manusia dengan cara bathil adalah perbuatandosa. Mencari anugrah (rizqi) Allah di bumi adalah suatu keharusan,namun harus dalam koridor ketentuan islam, seperti jual beli dan lai-lain.Surat Al-Maidah ayat 8

$pkš‰ r' ¯» tƒšúï Ï% ©!$#(#q ãY tB#uä(#q çRq ä.šúü ÏBº§q s%¬!uä!#y‰pkà­ÅÝó¡ É)ø9$$Î/(ŸwuröN à6 ¨ZtBÌ• ôftƒ

ãb$t«oY x©BQöq s%

#’n? tãžwr&(#q ä9ω÷ès?4(#q ä9ωôã $#uq èdÜ> t• ø%r&3“uq ø)­G=Ï9((#q à)̈?$#ur©!$#4žcÎ)©!$#7Ž•Î6 yz$yJ Î/

šcq è=yJ ÷ès?ÇÑÈ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaknya kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran ) karena Allah,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kalikebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untukberlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepadatakwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya AllahMaha Mengetahui apa yangkamu kerjakan. (Q.S. Al-Maidah: 8)

Wahai orang-orang yang beriman Hendaklah kamumenjadi yang lurus karena Allah . Kalimat Qawwamin dari kataQiyam, yang artinya tegak lurus. Berjiwa besar karena bertauhid.Tidak ada tempat merundukkan diri melainkan Allah. Sikap lemah-lembut tetapi teguh dalam memegang kebenaran. Kata orangsekarang: “Berpribadi”. Bukan lemah lunglai direbah-rebahkanangina kemana hendak dibawanya, lemah pendirian dan mudahditawar. Bukan begitu orang mukmin. Wajahnya yang sekurang-kurangnya lima kali sehari semalam menghadap Tuhan, yang tegakberdiri ketika mulai sembayang, yang rukuk hanya kepada Allahdan sujud hanya kepada Allah, tidaklah mudah direbahkan olehorang lain. Tidak termuram terhuyung-huyung kerena ditimpamusibah, tidak pula melambung laksana balon ketika masih berisiangin ketika mendapat keuntung, sehabis angin mengerucut turun.

Menjadi saksi dengan adil . Kalau seorang mukmindiminta kesaksiannya dalam suatu hal atau perkara, hendaklah diamemberikan kesaksian yang sebenarnya saja, yakni yang adil.Tidak membolak-balik karena pengaruh sayang atau benci, karenalawan atau kawan, karena yang dihadapi akan diberikan kesaksiantentang kaya, lalu segan karena kayanya. Atau miskin, lalu kasihankarena kemiskinannya. Katakana apa yang engkau tahu dalam hal

Page 48: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

39

itu, katakana yang sebenarnya, walaupun kesaksian itumenguntungkan orang yang tidak engkau senangi atau merugikanorang yang engkau senangi.

Dan janganlah menimbulkan benci kepadamupenghalangan dari satu kaum, bahwa kamu tidak akan adil .Misalnya orang yang akan engkau berikan kesaksianmu atasnyaitu, maka janganlah kebencianmu itu menyebabkan kamumemberikan kesaksian dusta untuk melepaskan sakit hatimukepadanya, sehingga kamu tidak berlaku adil lagi. Kebenaran yangada dipihak dia, jangan dikhianati Karena rasa bencimu. Karenakebenaran akan kekal dan ras benci adalah perasaan bukan aslidalam jiwa, itu adalah hawa dan nafsu yang satu waktu akanmereda teduh.

Berlaku adillah itulah yang akan melebih-dekatkan kamukepada taqwa. Keadilan adlah pintu yang dekat kepada taqwa,sedangkan bendi adalah membawa jauh dari Tuhan. Apabila kamutelah dapat menegakkan keadilan, jiwamu sendiri akan merasakankemenangan yang tiada taranya, dan akan membawa martabatmunaik di sisi manusia dan di sisi Allah.

Dan taqwalah kepada Allah. Peliharalah hubungan baikdengan Tuhan, supaya lebih dekat kepada Tuhan. SesungguhnyaAllah amat mengetahui apa pun yang kamu kerjakan . Jiwamanusia dibawah pengawasan Tuhan, adakah dia setia memegangkeadilan atau tidak. Jika masyarakat Islam telah diberi Allahkarunia kekuasaan, mengatur pemerintah, adakah dia adil atautidak.

Surat An-Nisa ayat 58

*¨b Î)©!$#öN ä. ã• ãBù' tƒb r&(#r–Šxs è?ÏM» uZ» tBF{ $##’n<Î)$ygÎ=÷d r&#sŒÎ) urO çFôJ s3 ymtû÷ü t/Ĩ$̈Z9$#b r&

(#q ßJ ä3 øtrB

ÉAô‰yèø9$$Î/4¨b Î)©!$#$­K ÏèÏR/ ä3 Ýà Ïètƒÿ¾Ïm Î/3¨b Î)©!$#tb% x.$Jè‹ Ïÿxœ#ZŽ•ÅÁ t/ÇÎÑÈ

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikanamanat kepada yang berhak menerimanya, dan(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antaramanusia supaya kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Mahamendengar lagi Maha melihat.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah FathulMakkah Rosulullah Saw memanggil Utsman bin Thalhah untukmeminta kunci Ka’bah ketika Utsman dating menghadap, Nabi

Page 49: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

40

meyerahkan kunci itu, berdirilah Abbas dan berkata : YaRasulullah, demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku untuk sayarangkap jabatan tersebut dengan jabatan Siqoyah (urusanpengairan). Utsman menarik kembali tangannya. Maka bersabdalahRasulullah SAW, berikanlah kunci itu kepadaku wahai Utsman.Utsman berkata inilah dia, amanat dari Allah. Maka berdirilahRasulullah SAW membuka Ka’bah dan terus keluar untuk thawafdi Baitullah. Turunlah jibril membawa perintah supaya kunci itudiserahkan kembali kepada Utsman. Rasulullah SAWmelaksanakan perintah tersebut sambil membaca ayat diatas. (HR.Ibnu Marduwah dari Al-Kalby dari Abi Sholeh yang bersumberdari Ibnu Abbas).

Pada riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat iniberkenaan dengan Utsman bin Thalhah. Ketika itu RasulullahSAW mengambil kunci Ka’bah dari padanya pada saat FathulMakkah. Dengan kunci itu Rasulullah SAW masuk Ka’bah. Disaatkeluar dari Ka’bah beliau membaca ayat ini, kemudian Beliaumemanggil Utsman untuk menyerahkan kembali kunci itu.Menurut Umar bin Khathab kenyataan ayat ini turun didalamKa’bah, karena pada waktu itu Rasulullah keluar dari Ka’bah,membaca ayat itu, dan ia bersumpah bahwa sebelumnya belumpernah mendengar ayat itu. (diriwayatkan oleh Syu’bah di dalamtafsirnya dari Hajaj yang bersumber dari Ibnu Juraj).

Dari penegasan ayat diatas bahwa amanat yang telahdipikul oleh seseorang, maka ia harus menjaga amanat itu dengansebaik-baiknya. Kemampuan memelihara amanat tidak serta mertadialihkan kepada siapapun, tetapi dalam harus melalui proses yangtelah dibuktikan kemampuannya. Dalam sejarah Islam, Khalifahyang sangat terkenal dan disegani adalah Umar bin Khathab.Ketika Beliau ditikam dan luka parah, karena sakitnya sepertisudah sulit disembuhkan, Beliau mengumpulkan sahahbat-sahabatnya untuk membicarakan figur pengganti Beliau. Kemudianmuncul usulan agar Abdullah bin Umar dijadikan penggantiBeliau, karena Abdullah bin Umar orang shalih, ahli ibadah, danamanah. Ternyata Abdullah bin Umar menolak bahkan Abdullahhanya diberi hak untuk mendengarkan saja tanpa boleh untukbicara. Abdullah bin Umar diberi hak untuk sebagai seorang anakyang taat dan patuh kepada orang tuanya. Dari peristiwa ini,nepotisme sebisa mungkin untuk dihindari.

Page 50: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

41

BAB IV

ANALISIS

A. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Praktek Kolusi Dan Nepotisme

Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 6, bahwa tidak satu

binatang melata pun di bumi ini yang tidak dijamin rezekinya oleh Allah. Ini

artinya binatang yang pernah mendapat kesempatan hidup pasti pernah

mendapatkan rezeki dari Allah.

Perintah agama kepada kita dalam soal rezeki adalah adanya ikhtiar

yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan rezeki yang halal. Dengan arti, apa

yang menjadi rezeki bagi kita sekaligus adalah milik kita. Sesuatu yang

menjadi milik yang syah bagi seseorang atau suatu lembaga, tidak berubah

menjadi milik orang atau lembaga lain, kecuali dengan melalui thuruq

masru ah (cara-cara yang dibenarka oleh agama). 48

Harta yang diperoleh seseorang dengan jalan yang tidak benar,

misalnya uang hasil mencuri, riba, korupsi dan lain-lain, adalah haram.

Selama berstatus haram, maka harta tersebut tidak bisa digunakan karena

bukan miliknya. Dia berkewajiban mengembalikan kepada pemilik yang sah.

Ironisnya, pemeluk agama banyak yang sudah tidak peduli pada halal dan

haram. Buktinya tidak sedikit dari mereka yang berani melakukan kolusi dan

nepotisme dan tindak kejahatan lainnya. Kata kolusi dan nepotisme juga

korupsi menjadi kata yang sangat banyak diucapkan orang di negeri ini.

Kolusi dan nepotisme adalah pengkhianatan terhadap amanah

(kepercayaan) dengan mengambil atau menerima barang, uang, atau manfaat

yang merugikan publik secara moral dan material. Kolusi dan nepotisme bisa

disebut sebagai pencurian tingkat elit, karena hanya bisa dilakukan oleh orang

yang sedang mendapat kepercayaan dalam berbagai levelnya.

48. P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), Korupsi di NegeriKaum Beragama, Jakarta: Kementerian Partnership, 2004, hlm. 167-168

Page 51: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

42

Menjadi koruptor tidak gampang, karena salah satu pra syaratnya

adalah adanya amanah yang dipercayakan kepadanya yang ternyata salah

alamat. Orang yang memikul amanah yang kemudian menjadi koruptor itu

adakalanya pada awalnya amanah (jujur) tapi kemudian berubah menjadi

pengkhianat, yang jelas koruptor itu dalam banyak hal merupakan produk

sistem yang rusak. Sebab ada dugaan keras, bahkan keyakinan, bahwa

maraknya kolusi dan nepotisme juga korupsi di negara ini adalah cerminan

dari rusaknya masyarakat kita, khususnya dibidang akhlak dan moralitas,

sehingga orang jujur disini menjadi makhluk langka.49

Kolusi sebenarnya berasal dari bahasa latin collution yang artinya

penyuapan atau corumpere yang artinya merusak, kolusi adalah tindak

kejahatan penyelewengan dana, wewenang, amanat, dan sebagainya untuk

kepentingan pribadi, keluarga, kroni, dan kelompoknya yang dapat merugikan

negara maupun pihak lain.50

Syari’at Islam bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi umat

manusia, yakni apa yang disebut sebagai maqashidush syari ah. Diantara

kemaslahatan yang hendak dituju tersebut adalah terpeliharanya harta (hifdzul

mal) dari berbagai bentuk pelanggaran dan penyelewengan.

Perbuatan kolusi dapat dilihat dari berbagai segi: Pertama,

perbuatan korupsi merupakan perbuatan curang dan penipuan yang berpotensi

merugikan keuangan negara dan kepentingan publik. Hal ini ada relevansinya

dengan kandungan surat Ali Imran (3): 161. Kedua, perbuatan kolusi dan

nepotisme berupa penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang untuk

memperkaya diri sendiri maupun orang lain merupakan pengkhianatan

terhadap amanat dan sumpah jabatan. Mengkhianati amanat adalah perbuatan

dosa dan salah satu karakter munafik yang dibenci oleh Allah SWT, sehingga

hukumnya haram. (al-Anfal, 8: 27; dan an-Nisa’,4: 58). Ketiga, perbuatan

49. Ibid, hlm.170

50. Ibid. hlm. 171

Page 52: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

43

kolusi dan nepotisme untuk memperkaya diri dan orang lain atas harta negara

adalah perbuatan dzalim, karena kekayaan negara adalah harta publik yang

berasal dari jerih payah masyarakat termasuk kaum miskin dan rakyat kecil.

Perbuatan dzalim ini patut mendapat adzab yang pedih.(Az-Zukhruf 43: 65).

Keempat, termasuk kategori korupsi adalah kolusi dan nepotisme dengan

memberikan fasilitas negara kepada seseorang yang tidak berhak karena deal-

deal tertentu, seperti menerima suap (pemberian) dari pihak yang

diuntungkannya tersebut. 51

Tindak pidana kolusi dan nepotisme berkaitan erat dengan proses

pentasarupan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat amanat dalam

suatu jabatan. Dalam hal ini ada relevansinya dengan kaidah:

(Pentasarupan imam (pemimpin) terhadap

rakyat haruslah didasarkan atas kemaslahatan) (As-Suyuthi, Al-Asybah wan-

Nadhoir: 83) dan juga dengan kaidah:

(setiap orang yang bertasaruf untuk kepentingan orang lain, dia berkewajiban

untuk mentasarupkannya berdasarkan kemaslahatan) (as-Subky, Al-Asybah

wan-Nadhoir I: 310).

Dengan demikian pula tindak pidana kolusi dan nepotisme ini ada

hubungannya dengan kaidah: (sesuatu yang diharamkan

di dalam memperolehnya, diharamkan pula untuk diberikan kepada pihak

lain). (As-Suyuthi, Al-Asybah wan-Nadhoir: 102). Harta dan lain-lain yang

diperoleh dari hasil kolusi dan nepotisme juga haram untuk ditasyarufkan

dalam berbagai hal termasuk dalam “amal salih”.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa tindak pidana

kolusi dan nepotisme dikategorikan sebagai tindakan pengkhianatan terhadap

amanat dan juga merupakan perbuatan dzalim. Secara totalitas kolusi dan

nepotisme dapat dikategorikan sebagai ma’syiat, namun tidak ada ketentuan

dari syari’ tentang bentuk sanksinya di dunia.

51 . Ibid, hlm.176

Page 53: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

44

Untuk melacak kedudukan hukum korupsi dan kolusi dalam

khazanah hukum Islam bisa ditelusuri melalui konsep saraqah (pencurian),

risywah (suap), khiyanat (pengkhianatan), gasysy (penipuan). Bahasa moral

dan kemanusiaan yang sarat dengan etika dan perilaku hukum itu secara jelas

terkandung dalam Al-Qur’an dan As-sunnah melalui keduanya para ahli

Hukum Islam menggali dan mengembangkan berbagai teori sampai

pelembagaannya dalam pranata masyarakat Islam.52

Secara teoritis, kedudukan korupsi sebagai inti tindakan yang

biasanya didukung oleh tindakan kolusi dan nepotisme merupakan tindakan

kriminal (jinayah atau jarimah). Asas legalitas hukum Islam tentang korupsi

sangat jelas dan tegas. Tindakan kolusi mengandung delik pencurian

(saraqah) karena mengambil hak atau harta suatu lembaga atau orang lain

dengan cara yang tidak sah. Hal ini sangatlah bertentangan dengan peringatan

Allah dalam Al-Qur’an yang melarang perbuatan ini.

Adapun hukuman bagi seorang koruptor (pencuri) ditetapkan oleh

Al-Qur’an dengan hukum potong tangan (walaupun ada perbedaan pendapat

antara ulama fikih berkaitan dengan penafsiran implementasi qatha’a (potong

tangan).53

Tindakan kolusi dan nepotisme yang hakekatnya delik pencurian

memang harus diberikan hukuman yang setimpal sesuai dengan dampak yang

ditimbulkannya. Tindakan kolusi dan nepotisme mungkin tidak bisa

disamakan dengan tindakan pencurian biasa, karena kolusi dan nepotisme

biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai akses kekuasaan dalam

semua tingkatan. Dampak yang ditimbulkannya begitu dahsyat, khususnya

koruptor dari pejabat atau birokrat yang mempunyai akses kekuasaan yang

sangat besar.

52 . Tobib Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan KesucianRohani, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2003, hlm. 112-113

53 . Ibid, hlm.115

Page 54: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

45

Tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme biasanya tidak terlepas dari

budaya suap-menyuap (risywah) yang sudah sangat kita kenal dilingkungan

budaya birokrasi, dan telah merasuki sistem jaringan yang amat luas dalam

masyarakat umum.

Menurut pandangan Yusuf Qardhawi, bahwa tindakan penyuapan

merupakan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan

penyuapan, terutama bagi seorang Hakim yang disuap, patut dijuluki sebagai

penjahat yang sangat keji. Perbuatannya merupakan kezaliman yang sangat

destruktif, baik secara moral sosial maupun ekonomi.

Oleh karenanya, hukum Islam memposisikan tindakan korupsi (dan

kolusi juga nepotisme) sebagai bentuk kegiatan kriminal dalam segala

bentuknya. Pelaku korupsi (kolusi dan nepotisme yang ujung-ujungnya

meraup harta yang bukan miliknya dengan cara yang tidak syah) dalam

konteks hukum Islam dapat disebut sebagai pencuri, penyuap, pengkhianat

dan penipu, yang karena itu harus diberi hukuman yang setimpal sesuai

dampak sosial yang ditimbulkannya dan haram bagi para pelakunya untuk

masuk surga.54

B. Dampak Praktek Kolusi dan Nepotisme Bagi Kehidupan Masyarakat

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia sudah

sedemikian menghujam dan menukik sampai wilayah terendah dalam struktur

pemerintahan kita. Upaya pemberantasannya pun telah diupayakan

sedemikian lama. Pada 1960, misalnya dengan dikeluarkannya Perpu No.

24/1960 yang kemudian oleh UU No. 1/1961 dinyatakan sebagai undang-

undang dengan nama undang-undang tentang pengusutan, penuntutan, dan

pemeriksaan tindak pidana korupsi.

54 . Ibid, hlm.116

Page 55: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

46

Dari titik itulah, kemudian melahirkan UU No. 3/1971 tentang

pemberantasan tindak korupsi. Hasilnya juga sangat memprihatinkan, bahkan

negeri kita dalam deretan nomor tiga negara korup.55

Pada masa awal reformasi baru bergulir, rakyat pernah memiliki

mimpi-mimpi indah. Rakyat bermimpi, bahwa pada suatu saat nanti akan

lahir sebuah tatanan kenegaraan yang bersih dan berwibawa. Para

pemimpinnya dihargai rakyat, rakyat mematuhi segala peraturan yang ada.

Ada rasa saling asah, asuh dan asih sesama warga bangsa. Tidak ada

pemborosan dan kebocoran yang berlebih-lebihan kalau toh ada, masih dalam

batas kewajaran dan kelaziman.

Namun apa yang terjadi? Mimpi-mimpi indah itu berubah menjadi

mimpi-mimpi buruk. Dimana wakil rakyat yang sebenarnya bisa mengontrol

roda pemerintahan, justru semakin tidak bisa dikontrol. Masalah pengeluran

dana bukan hanya terjadi kebocoran, tetapi yang terjadi adalah kebanjiran,

harapan terciptanya kondisi pemerintahan yang bersih dan berwibawa justru

sebaliknya kotor dan memalukan. Mimpi-mimpi indah rakyat ini, paralel

dengan mimpi-mimpi indah yang pernah dimiliki oleh para aktivis Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), mahasiswa dan orang-orang yang peduli dengan

nasib rakyat pada saat berhasil menggulirkan isu-isu besar di awal reformasi.

Mimpi-mimpi indah para aktivis sosial ini, juga berhasil seperti mimpi-mimpi

rakyat. Realitas yang diperoleh, justru sebaliknya, dimana mereka tidak lagi

menemui birokrasi yang bersih, legislatif yang berwibawa karena kekritisan

dan komitmennya untuk mengontrol eksekutif.

Mereka kini disuguhi dengan kondisi sebaliknya, yakni budaya

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang semakin menggila. Efektivitas

penegakan hukum yang semakin tidak ada, jual beli jabatan, putusan peradilan

dan barter kebijakan dengan uang terjadi disemua lini kekuasaan dan akhirnya,

mereka tidak berdaya untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi mimpi-

55 . Dwi Saputra. dkk, Tiada Ruang Tanpa Korupsi, Semarang : Basmala Mutiara Grafika,2004, hlm. 99

Page 56: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

47

mimpi indahnya. Kini partai politik sudah diramaikan dengan perekrutan para

calon legislatif. 56

Sudah menjadi kelaziman, kalau kegiatan tersebut diwarnai dengan

kasak-kusuk, sodok sana-sini, bahkan ada yang berani tawar-menawar harga

kursi, kursi jadi dan kursi tidak jadi. Antar caleg juga sudah melakukan

kontrak-kontrak politik, kompensasi apa yang akan diberikan dari caleg yang

jadi anggota terhadap caleg yang tidak jadi anggota dewan. Masalah hubungan

famili, kedekatan pribadi dengan top partai, hubungan santri-kyai, dan lain-

lain, menjadi sisi penentu untuk lolos menjadi caleg juga ramai

diperbincangkan. Masih banyak lagi dampak praktik kolusi dan nepotisme lain

bagi masyarakat.

Praktek kejahatan kolusi dan nepotisme pada dasarnya merupakan

masalah sensitif bagi masyarakat yang bersangkutan, karena menyangkut

nasib masa kini dan masa depan kehidupan bersama. Fenomena kolusi dan

nepotisme ini menunjukkan bahwa hal itu muncul disekitar kekuasaan-

kekuasaan yang tanpa nilai menjadi penyebab timbulnya kolusi dan nepotisme

politik, tanpa nilai. Di sini berarti tidak sesuai dengan etika dan moral yang

ada.57

Praktek-praktek perbuatan yang tidak jelas dan penuh tanda tanya

semacam itu sebenarnya perlu direspon secara moral oleh masyarakat, supaya

tidak menjadi beban moral masyarakat dan menurunkan wibawa hukum begitu

pula praktek perbuatan lain yang perlu mendapat fasilitas milik negara di luar

dinas. Sedikit banyak akibar dari perbuatan ini, negara akan menderta

kerugian. Kejahatan kolusi dan nepotisme secara langsung maupun tidak

langsung merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, yang pada

saat yang sama, upaya pemberantasan kolusi dan nepotisme tidak realistis jika

tanpa mengkut sertakan partisipasi masyarakat dalam pasal 41 UU No. 31

56 . Ibid, hlm.165

57 . Dr. Artidjo al-Kautsar, SH.LLM, Korupsi Politik di Negara Modern, Yogyakarta : FH UIIPress. 2008, hlm. 199

Page 57: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

48

tahun 1999 tentang pemberantasan kolusi dan maysarakat untuk memberikan

kontribusi peran sosial dalam pemberantasan kolusi dan nepotisme.

Operasionalisasi peran masyarakat ini juga dapat direpresentasikan

dalam bentuk kegiatan LSM dengan berbagai corak organisasi seperti

pemantauan, transparansi atau nama lain sejenisnya. Sebagai konsekuensi

dimungkinkannya peran masyarakat ini, perlu diatur tentang jaminan

perlindungan bagi saksi dan pelapor, maka tidak akan ada partisipasi optimal

dari masyarakat. Kehadiran LSM dalam sebuah masyarakat merupakan

kenyataan yang tidak dapat ditolak. Hal itu karena bagaimana pun juga,

kapasitas pemerintah terbatas, tidak semua kebutuhan warga masyarakat

dipenuhi oleh pemerintah. Kegiatan pelayanan tidak jarang akan lebih efisien

dan efektif kalau dilakukan oleh masyarakat.

Paparan diatas menunjukkan bahwa mencakup praktek kolusi dan

nepotisme disuatu pemerintahan cenderung diakibatkan oleh suasana

pemerintahan yang korup, pemerintahan yang sudah meninggalakan nilai-nilai

moralitas. Budaya malu telah lenyap. Keyakinan adanya pembalasan terhadap

segala perilaku keimanan mulai diragukan. Segala akibat aktifitas diukur

dengan materi.

Terapi terhadap gejala penyakit sosial yang demikian menurut

pandangan islam karena lemahnya keimanan dan keyakinan akan kebenaran

ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi pedoman umat islam. Oleh karena itu perlu

adanya upaya peningkatan keimanan bagi seluruh komponen bangsa juga yang

harus ditegakkan adalah adanya supremasi hukum.

Page 58: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai penjelasan mengenai Kolusi dan Nepotisme pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kolusi terdiri dari dua unsur utama, yaitu adanya persekongkolan dan

salah satu yang melakukannya adalah aparat pemerintahan. Oleh karena

itu, dalam pandangan Al-Qur’an Kolusi tidak dapat di benarkan,karena,

tindakan tersebut merupakan bentuk dari saling tolong menolong dalam

dosa dan pelanggaran yang tidak dapat dibenarkan,dan pelakunya tidak

akan dapat mencapai derajat ketaqwaan karena tindakannya tersebut.

Sedangkan tindakan Nepotisme tidak diperbolehkan menurut Al-

Qur’an,karena tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk ketidak

adilan, baik terhadap dirinya,kerabatnya,apalagi terhadap rakyat. Hal

tersebut disebabkan karena tindakan Nepotisme tersebut tidak

menempatkan seseorang sesuai kapasitasnya.

Mufassir berpendapat bahwa tindakan Kolusi dan Nepotisme

adalah wujud dari ketiadaan keadilan. Mereka berpendapat bahwa

keadilan, kebajikan,ketaqwaan dan kebenaran adalah salah satu kesatuan

yang tetap harus ditegakkan tidak boleh mengalahkan yang

lainnya,meskipun pada akhirnya akan menimbulkan mudarat bagi

dirinya,karena hak Allah SWT harus lebih diutamakan dari pada hak

makhluk.

Seorang muslim hendaknya berusaha keras menjauhi praktek

risywah dalam hidupnya, ini adalah prinsip yang hendaknya kita pegang

teguh mengingat janji Rosul SAW bagi pelaku risywah itu.

Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawy, bahwa tindakan penyuapan

merupakan satu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan

penyuapan terutama bagi seorang hakim yang disuap, patut dijuluki

Page 59: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

50

sebagai penjahat yang sangat keji perbuatannya merupakan kezaliman

yang sangat destruktif baik secara moral social maupun ekonomi

Bila kita membahas masalah Kolusi dalam tinjauan hokum syara’,

maka kita dapat temukan beberapa nash yang secara langsung dan tegas

berbicara tentang masalah Kolusi ini, diantaranya Firman Allah SWT.

wur(#þq è=ä. ù' s?N ä3 s9ºuq øBr&N ä3 oY ÷• t/È@ÏÜ» t6 ø9$$Î/(#q ä9ô‰è?ur!$ygÎ/’n<Î)ÏQ$¤6 çtø:$#(#q è=à2ù' tG Ï9

$Z)ƒ Ì• sùô Ï̀iBÉAºuq øBr&Ĩ$̈Y9$#ÉO øO M}$$Î/óOçFRr&urtbq ßJ n=÷ès?ÇÊÑÑÈ

Dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim dengantujuan memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah, pada halkamu mengetahuinya.

Dalam ayat diatas, praktik bersekongkol antara pihak yang

berperkara dengan penguasa dan hakim dengan tujuan untuk memakan

harta orang lain dengan cara yang berdosa adalah perbuatan terlarang dan

di haramkan.

Disamping itu,kita juga dapat menemukan Hadist Rasul SAW

yang secara tegas berbicara tentang Kolusi yaitu :

)(

Rasulullah SAW “ melaknat orang yang memberikan uang sogok(risywah) penerima sogok dan perantara keduanya

Dalam pandangan Islam, suatu jabatan harus dipegang oleh orang

yang berkompeten, ahli untuk bidang yang ditawarkan. Adapun prinsip

yang ditanamkan dalam Islam adalah soal kompetensi seseorang atas suatu

jabatan, bukan ada tidaknya hubungan kekerabatan.

Jika kita memegang prinsip “kekerabatan” sebagai landasan dalam

arti setiap ada hubungan kekerabatan sesorang dengan pejabat yang

menunjuk maka itu sudah merupakan Nepotisne yang terlarang, secara

rasional barang kali sikap ini kurang obyektif. Dalam pandangan Islam,

Nepotisme tidak selamanya tercela. Yang dilarang adalah menempatkan

Page 60: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

51

keluarga yang tidak punya keahlian dalam suatu posisi tetapi dilandasi

oleh adanya hubungan kekeluargaan

2. Dampak terjadinya praktek kolusi dan nepotisme bagi masyarakat adalah :

a. Munculnya paham materialisme

Dengan munculnya paham materialisme dalam kehidupan

masyarakat maka dapat menimbulkan cara berpikir yang hanya

memandang kebendaan atau materi, sehingga segala sesuatu akan

diukur dengan materi.

b. Moral dan akhlak yang rendah

Rendahnya moral dan akhlak masyarakat akan menimbulkan

pandangan hidup yang hanya mementingkan keduniawian saja,

sehingga munculah hedonisme. Akhlak yang rendah akan menurunkan

tingkat rasa malu pada individu, sehingga jika ia mengambil uang atau

hak dari orang lain, maka ia akan merasa biasa-biasa saja seolah tidak

pernah melakukan pelanggaran.

c. Nafsu keserakahan

Rasa keserakahan akan menimbulkan rasa yang tidak akan

kunjung puas untuk memiliki suatu benda maupun materi dalam

bentuk uang. Dengan keserakahan pula dapat membutakan mata hati

seseorang, sehingga bisa saja memperoleh rejeki dengan cara yang

tidak halal.

B. Saran-Saran

Setelah penulis menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, penulis

berusaha memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi pembaca, penulis berharap untuk tidak mengklaim suatu penafsiran

tanpa kita ketahui lebih dahulu tafsir tersebut secara mendalam.

2. Sebelum mengkaji suatu ayat meneliti dulu corak penafsirannya, sehingga

nantinya tidak terjebak setelah mengerjakan persoalan yang diangkat dari

tafsir tersebut.

Page 61: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

52

C. Penutup

Puji syukur penulis senantiasa panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

segala limpahan rahmat dan petunjuk yang telah diberikan, sehingga

penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari

skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Namun demikian harapan penulis ialah semoga hasil penulisan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Page 62: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

53

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI Jakarta, Edisi Terbaru,revisi tahun 2004, Penerbit CV Al-Waah.

Tafsirul Qur anil Adzim, Al-hafidz Imaduddin Abi Fida’i, Ismail bin Katsir AlQuraisyi Ad Damasqy, penerbit Thoha Putra, Semarang, Indonesia.

Tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka, Penerbit PT Pustaka Panji Mas, Jakarta, EdisiBaru, Cetakan Februari 2007.

Asbabul Nuzul, K.H. Qomaruddin Saleh, H.A.A. Dahlan, Dr. M.D. DahlanCetakan ke-6, penerbit CV Diponegoro, Bandung, Tahun 1985.

Thomas Balletin E. Irving, Al-Qur an Tentang Akhlaq dan Segala Amal IbadahKita, Terjemahan Khursid Ahmad dan Muhammad Munazir Ahasan,Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996.

Dr. Ahmad Shiddiq, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, terjemahan ImamGhazali, Surabaya, Putra Pelajar, 2002, cetakan I.

Dr. Subhan Yasin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya, Amamah, 1997.

Prof. Dr. Hj. Aisyiah Girindra, dkk, Bahaya Makanan Haram Bagi KesehatanJasmani dan Kesucian Rohani, Jakarta, Al-Mawardi Prima, 2003,Cetakan I.

Abu Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Shahih Bukhari.

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta, Rineka Cipta, 1998.

Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004

Dr Nasrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur an, Yogyakarta, PustakaPelajar, 1998, Cetakan I

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rika Smasim,1996.

Thabib Al-Asyhar, Bahaya Makanan bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani,Jakarta, PT Al-Mawardi, 2003, Cetakan I.

Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undanganPemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Fokus Media, 2008,Cetakan I.

Page 63: PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PRAKTEK KOLUSI DAN NEPOTISMElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl... · C. Upaya Pemberantasan Kolusi dan Nepotisme………………

54

Abu Fida Abdul Rafi, Terapi Penyakit Korupsi, Jakarta, Penerbit Republik, 2006,Cetakan I.

Drs. Suyitno, , Jakarta, CV Muhasari, 2005, Cetakan I. Korupsi, Kolusi danNepotisme

Dr. Artija Al-Kautsar, S.H. L.L.M, Korupsi Politik di Negara Indonesia,Yogykarta, FH UII Press, 2008, cetakan I.

M. Akil Muchtar, S.H, M.H, Memberantas Korupsi di Jakarta, Q.communication,2006.

P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), Korupsi di NegeriKaum Beragama, Jakarta, Kementrian Partnetship, 2004.

Dwi Saputra dkk, Tiada Ruang Tanpa Korupsi, Semarang, Basmala MutiaraGrafika, 2004.

Prof. Dr. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo, M.A; Masail Fiqhiyah, Kajian HukumIslam Kontemporer, Penerbit Angkasa, Bandung, Cetakan I, 2005.

Kompas, Jihad Melawan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

http://daudrasyid.com/index.php)option.com/diakses pada tanggal 20/01/2010