panca sila

32
BAB 1 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN DASAR NEGARA 1. Pengertian Ideologi Ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Ideologi terbagi dua yaitu ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional adalah seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional terbagi menjadi dua yaitu ideologi yang doktoriner dan ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktoriner  bagaimana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan pelaksananya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintahan. Contohnya adalah komunisme. Sedangkan ideologi pragmatis apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi t ersebut tidak dirumuskan s ecara s istematis dan terinci . Ideologi itu disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama, dan sistem politik. Kesimpulan ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang memiliki ciri: 1. Mempunyai derajat yang tinggi 2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara. 2. Pentingnya Ideologi Bagi Suatu Negara Ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata. Ideologi dalam artian ini sangat diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan. Fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa. Ideologi memiliki kecenderungan untuk “memisahkan” kita dari mereka. Ideologi berfungsi mempersatukan sesama kita. Apabila dibandingkan dengan agama, agama juga berfungsi mempersatukan orang dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi. 3. Pengertian Dasar Negara Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.  Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam  penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara. 4. Latar Belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu adalah: 1. Ketuhanan yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia

Upload: waxejd

Post on 02-Mar-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 1/31

1

BAB 1

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN DASAR NEGARA

1.  Pengertian Ideologi

Ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang

dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.Ideologi terbagi dua yaitu ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural.

Ideologi secara fungsional adalah seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang

masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional terbagi menjadi

dua yaitu ideologi yang doktoriner dan ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktoriner

 bagaimana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis

dan pelaksananya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintahan. Contohnya

adalah komunisme. Sedangkan ideologi pragmatis apabila ajaran-ajaran yang terkandung di

dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci. Ideologi itu

disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem

ekonomi, kehidupan agama, dan sistem politik.

Kesimpulan ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan

yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.

Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu

sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya

merupakan asas kerokhanian yang memiliki ciri:

1.  Mempunyai derajat yang tinggi

2.  Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup

yang dipelihara.

2.  Pentingnya Ideologi Bagi Suatu Negara

Ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang

ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata. Ideologi dalam artian ini sangat

diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan.

Fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa. Ideologi

memiliki kecenderungan untuk “memisahkan” kita dari mereka. Ideologi berfungsi

mempersatukan sesama kita. Apabila dibandingkan dengan agama, agama juga berfungsi

mempersatukan orang dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi.

3.  Pengertian Dasar Negara

Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara bagi suatu negara

merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

 Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam

 penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah

dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan.

Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan

negara, norma bernegara.

4.  Latar Belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima

sila itu adalah:

1.  Ketuhanan yang Maha Esa

2.  Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.  Persatuan Indonesia

Page 2: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 2/31

2

4.  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5.  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa

Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Sebelum

kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan

 besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore.

Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Jepang

memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana

Mentri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada

tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa

Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan

(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer di Jawa dan Madura) No. 23.

Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya

dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan

Indonesia.

Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. BPUPKI mengadakan sidang

 pertama pada tanggal 29 Mei –  1 Juni 1945. Sidang Kedua pada tanggal 10 –  16 Juli 1945.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengusulkan 5 Dasar Negara secara

lisan:

1.  Peri Kebangsaan

2.  Peri Kemanusiaan

3.  Peri Ketuhanan

4.  Peri Kerakyatan

5.  Kesejahteraan Rakyat

Usulan Muhammad Yamin secara tertulis :

1.  Ketuhanan Yang Maha Esa

2.  Persatuan Indonesia

3.  Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4.  Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /

Perwakilan

5.  Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengusulkan 5 dasar negara :

1.   Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

2. 

Internasionalisme (Perikemanusiaan)3.  Mufakat atau Demokrasi

4.  Kesejahteraan Sosial

5.  Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini diberi nama Pancasila oleh Ir.Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh

sebab itu, setiap tanggal 1 Juni 1945 diperingati hari lahirnya Pancasila.

Selesai sidang pertama, para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah

 panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta

melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI.

Adapun anggota panitia kecil adalah:1.  Ir.Soekarno

2.  Ki Bagus Hadikusumo

3.  K.H. Wachid Hasyim

4.  Mr.Muh. Yamin

5.  M.Sutardjo Kartohadikusumo

6.  Mr. A. A Maramis

Page 3: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 3/31

3

7.  R. Otto Iskandar Dinata

8.  Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil dengan para

anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil dari rapat tersebut adalah dibentuknya

 panitia sembilan. Anggota nya adalah :

1.  Ir. Soekarno

2.  Drs. Muh. Hatta

3.  Mr. A.A Maramis

4.  K.H. Wachid Hasyim

5.  Abdul Kahar Muzakkir

6.  Abikusno Tjokrosujoso

7.  H. Agus Salim

8.  Mr. Ahmad Subardjo

9.  Mr. Muh. Yamin

Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan

sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar yang lebih dikenal dengan

sebutan “Piagam Jakarta”. 

Sidang BPUPKI yang kedua pada tanggal 10  –  16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah

merumuskan Undang-Undang Dasar (UUD). Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuklah PPKI.

Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sejak saat itu,

Indonesia kosong dari kekuasaan. Waktu tersebut dimaanfatkan untuk memproklamasikan

kemerdekaan. Tanggal 17 Agustus 1945, diumumkan bahwa Indonesia merdeka.

Sehari setelah Indonesia merdeka, PPKI mengadakan sidang dengan acara :

1.  Mengesahkan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaan)

2. 

Memilih Presiden dan Wakil Presiden

5.  Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Dasar Negara

1.  Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi

 Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

Kerayakyatan dan Keadilan. Nilai ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan,

kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang

didalamnya terkandung nilai lainnya secara lengkap dan harmonis , baik nilai material,

nilai vital, nilai kebenaran(kenyataan) , nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius. Nilai-

nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan subjektif Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif maksudnya

a.  Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam

 b.  Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa

Indonesia

c.  Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara

yang mendasar

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, bahwa keberadaan nilai-nilai

Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia itu sendiri.Hal itu dapat

dijelaskan karenaa.   Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia

 b.   Nilai-nilai Pancasila merupakan oandanga hidup bangsa Indonesia

c.   Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung nilai-nilai kerohanian

 Nilai-nilai Pancasila didalamnya merupakan nilai yang digali, tumbuh dan

 berkembang dari budaya bangsa Indonesia.

Page 4: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 4/31

4

Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-undang Dasar mengandung

isi yang mewajibkan pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan

golongan fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dang

memegang cita-cita moral rakyat yang luhur

2.  Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara

 Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah laku dan

 pengambilan kepitusan para penyelenggara negara dan pelaksana pemerintah harus selalu

 berpedoman pada Pancasila. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukan identitas bangsa

Indonesia yang memiliki nilai-nilai kemanusian yang luhur, hal ini menandakan bahwa

dengan Pancasila bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, penindasan, dan

kekerasan antara satu sama lain

 Nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan bebangsa

 bagi seluruh rakyat Indonesia, Pancasila juga sebagai paradigma pembangunan,

maksudnya sebagai kerangka pikir, sumber nilai, orentiasi dasar, sumber asas serta arah

dan tujuan dari suatu perkembangan perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai

sumber nilai, sebagai dasar, arah dan Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dari proses

 pembangunan

Pancasila mengarahkan pembangunan agar selalu dilaksanakan demi kesejahteraan

umat manusia dengan rasa nasionalisme. Pembangunan disegala bindang selalu mendasar

 pada nilai-nilai pancasila

Di bidang Politik misalnya, Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan politik,

dan dalam prakteknya menghindarkan praktek-praktek yang bermoral dan tak .bermartabat

sebagai bangsa yang memiliki cita- cita moral dan budi pekerti yang luhur.

 Nilai Pancasila menjadi landasan dalam pembentukan hukum yang aspiratif.

Pancasila menjadi sumber nilai dan sumber norma bagi pembangunan hukum. Dalam

 pembaharuan hukum yang berkedudukan sebagai peraturan yang paling mendasar di

 Negara Ksatuan Republik Indonesia. Pancasila menjadi sumber dari tata tertib di

Indonesia. Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundangan di Indonesia.

Pancasila sebagai sumber hukum dasar nasional. Sebagai sumber hukum dasar, Pancasila

 juga mewarnai penegakan hukum di Indonesia.

Di bidang Sosial Budaya, Pancasila merupakan sumber normatif dalam

 pengembangan aspek sosial budaya yang mendasar pada nilai-nilai kemanusian, nilai

Ketuhanan dan niali keberadaban. Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasamendasar pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk

yang beradab. Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang

tidak beradab. Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang

tidak beradab, dan tidak manusiawi, sehingga dalam proses pambangunan haruslah selalu

mengangkat nilai- nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai niali dasra yaitu

nilai Pancasil.

Dalam pembangunan sosial budaya perlu ditumbuhkembangkan kembali budaya

malu, dan budaya keteladanan.

Di bidang ekonomi, Pancasila juga menjadi landasan nilai dalam pelaksanaan perkembangan ekonomi. Pembangunan Ekonomi yang berdasarkan atas nilai-nilai

Pancasila selalu mendasar pada nilai kemanusiaan artinya pembangunan ekonomi untuk

kesejahteraan umat manusia, pembangunan ekonomi semata melainkan demi kemanusiaan

dan kesejahteraan seluruh bangsa.

Page 5: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 5/31

5

6.  Sikap Positif Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan

Bernegara

Sikap positif dapat diartikan sikap yang baik dalam menanggapi sesuatu. Sikap positif

terhadap nilai-nilai Pancasila berarti sikap yang baik dalam menanggapi dan mengamalkan

nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari.

Walaupun kenyataannya melaksanakan nilai-nilai Pancasila tidaklah mudah, bangsa

Indonesia harus tetap berusaha melakukannya. Berikut ini diuraikan secara singkat contoh

 pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan

silanya masing-masing. 

1.  Pelaksanaan Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” 

Dalam sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai ketuhanan dan

keagamaan. Maka, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan

negara, harus dijiwai dengan nilai-nilai sila tersebut. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara

lain:

a.  Mewujudkan kehidupan religious yang sejati

 b. 

Mengusahakan terwujudnya ketakwaan warga negara dan masyarakat kepada Tuhan

Yang Maha Esa

c.  Menjalankan pemerintahan negara dengan prinsip-prinsip etika, kebenaran, dan

keadilan

2.  Pelaksanaan Sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” 

Sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung nilai utama kemanusiaan.

Pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, dengan begitu, harus dapat perlakukan warga

negara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Karena itu, penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara, harus dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai

 brerikut:

a.  Menghormati hak-hak asasi manusia

 b.  Memecahkan berbagai masalah hidup warga Negara dengan cara yang adil

c.  Membina sikap saling tolong antarwarga

3.  Pelaksanaan Sila “Persatuan Indonesia” 

Dalam sila “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan dan nasionalisme

religius. Yang dimaksud nasionalisme religius adalah semangat kebangsaan yang dilandasi

dengan moral keagamaan dan ketuhanan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam kehidupan

 berbangsan dan bernegara antara lain:

a. 

Mengakui keragaman suku sebagai kekayaan bangsa b.  Menciptakan kerukunan hidup antarsuku yang ada di Indonesia

c.  Menjaga persatuan bangsa

4.  Pelaksanaan Sila “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikamt Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan” 

Sila keempat ini, mengandung nilai kerakyatan dan demokrasi. Rakyat dan

demokrasi saling terkait dan harus diperjuangkan dalam kehidupan berbangsa dan

 bernegera. Karena itu, terkait dengan pelaksanaan sila keempat dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara, hal-hal yang harus di lakukan sebagai berikut:

a. 

Memberikan kesempatan rakyat untuk mengajukan kritik dan saran dalam pelaksanaan pembangunan

 b.  Mewujudkan adanya lembaga perwakilan rakyat yang aspiratif

5.  Pelaksanaan Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” 

Dalam sila kelima ini, terkandung nilai keadilan dan pemerataan sosial. Artinya,

keadilan merupakan hal yang akan dan harus di wujudkan dalam kehidupan masyarakat

Page 6: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 6/31

6

secara merata dan menyeluruh. Terkait dengan pelaksanaan sila kelima ini, hal-hal yang

harus dilakukan antara lain:

a.  Melaksanakan pembangunan yang merata di semua lapisan masyarakat dan wilayah

negara

 b.  Memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada warga negara dalam berbagai

 bidang dan sektor ke hidupan

7.  Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat

Setiap warga Negara hendaknya senantiasa mengamalkan nilai-nilai yang terdapat

dalam Pancasila. Sebab, dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

diharapkan terwujud suatu kehidupan masyarakat Indonesia yang religius, humanis, bersatu,

demokratis, sejahtera, adil, dan makmur.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan cermin sikap

 positif warga Negara terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.

8. 

Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Politik

1.  Mengemukakan Pendapat Secara Bebas dan Bertanggung Jawab

Sebagai Negara yang menganut paham demokrasi Pancasila, kita dapat

mengemukakan pendapat kita dengan bebas. Namun kebebasan tersebut harus kita lakukan

dengan penuh tanggung jawab dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila.

2.  Menyelenggarakan pemilu dengan baik dan penuh tanggung jawab

Penyelenggaraan pemilu merupakan salah satu wujud dari kehidupan dan kegiatan

 politik kita. Pemilu bertujuan untuk memilih wakil-wakil kita yang akan duduk di

 parlemen. Salah satu peranan wakil-wakil rakyat tersebut adalah aspirasi dan kepentingan

kita sebagai anggota masyarakat.

3.  Menjalankan Kegiatan Pemerintahan dengan Jujur dan Konsekuen

Menjalankan kegiatan pemerintahan harus dilakukan dengan jujur, konsekuen, dan

 penuh rasa tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Bila hal ini dilakukan

dengan baik dan benar maka akan tercipta pemerintahan yang jujur, bertanggung jawab,

dan lebih memihak kepada kepentingan masyarakat banyak, bukan kepentingan pribadi

ataupun golongan. Sebaliknya, jika roda pemerintahan tidak dijalankan dengan jujur,

konsekuen, dan bertentangan dengan nilai-nilai pancasila, maka akan tercipta pemerintahan

yang korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta tidak berpihak pada kepentingan masyarakat.

9.  Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Ekonomi

1.  Memanfaatkan sumber daya alam dengan baik. 

Pemanfaatan sumber daya alam itu dapat dapat dilakukan melalui peningkatan

sektor agribisnis, agroindustri, serta upaya-upaya lainnya yang bertujuan pemerataan

 pendapatan dan peningkatan kesejahteraan.

2.  Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perekonomian dengan menghilangkan berbagai

 bentuk distorsi ekonomi.

3. 

Pembuatan undang-undang untuk memperkuat fundamental atau dasar ekonomi yang berkeadilan seperti UU antimonopoli, UU Perlindungan Konsumen.

4.  Menjalankan kegiatan perekonomian dengan jujur, tidak merugikan orang lain, dan tidak

 bertentangan dengan nilai-nilai dalam Pancasila.

Page 7: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 7/31

7

10. Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Sosial

1.  Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain:

a.  Melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik

 b.  Tekun beribadah

c.  Saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama

d.  Tidak memaksakan agama kepada orang lain.

2.  Pengamalan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain:

a.  Senantiasa menghormati dan menghargai sesama manusia, agama, suku, ras, dan lain-

lain.

 b.  Suka membantu dan menolong sesama manusia dalam kebenaran dengan ketulusan

dan kejujuran

c.  Tidak menyakiti orang lain dalam bentuk apapun.

3.  Pengamalan sila Persatuan Indonesia, antara lain:

a.  Selalu mengutamakan kebersamaan, kerukunan, persatuan.

 b.  Selalu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik.

c. 

Tidak mempermasalahkan segala perbedaan sesama manusia.

4.  Pengamalan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyarawatan/Perwakilan, antara lain:

a.  Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan bersama

 b.  Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan antarsesama manusia

c.  Menghargai dan menjunjung tinggi demokrasi

5.  Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, antara lain:

a.  Bersikap adil

 b.  Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

c. 

Tidak mengambil hak orang lain

d.  Memiliki kemauan keras untuk maju dan bersama-sama membangun bangsa dan

negara.

Page 8: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 8/31

8

BAB 2

KONSTITUSI YANG PERNAH DIGUNAKAN DI INDONESIA

A.  Konstitusi-konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Apakah konstitusi itu? Konstitusi (constitution) diartikan dengan undang-undang dasar.

Menurut para ahli, konstitusi lebih tepatnya adalah hukum dasar.

Konstitusi dibagi menjadi dua, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi tertulis adalah

Undang-Undang Dasar. Konstitusi yang tidak tertulis disebut konvensi. Konvensi adalah

kebiasaan-kebiasaan yang timbul dan terpelihara dalam praktik ketatanegaraan.

Menurut Sri Soemantri (1987), suatu konstitusi biasanya memuat atau mengatur hal-hal

 pokok, yaitu:

1.  Jaminan terhadap hak-hak manusia.

2.  Susunan ketatanegaraan suatu negara.

3.  Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.

Apakah konstitusi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu negara? Tentu

saja, ya. Mengapa? Sebab konstitusi menjadi pegangan dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara.

Sebagai aturan dasar dalam negara, maka UUD mempunyai kedudukan tertinggi dalam

 peraturan perundang-undangan di Indonesia. Artinya, semua peraturan yang ada

kedudukannya dibawah UUD yaitu, UUD 1945. Peraturan perundang-undangan tersebut

adalah Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan

Daerah.

Sejak tanggal 18 Agustus 1945 hingga sekarang, di negara Indonesia pernah

menggunakan 3 macam UUD, yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUD Sementara

1950. Periodesasi ketiga UUD tersebut adalah:

1.  18 Agustus 1945 –  27 Desember 1949 (UUD 1949)

Pada saat proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, negara Indonesia belum

memiliki konstitusi atau dasar negara. Namun pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidang pertama yang memiliki

keputusan mengesahkan UUD yang kemudian disebut UUD 1945. Mengapa UUD tidak

ditetapkan oleh MPR? Karena pada saat itu, MPR belum terbentuk.

UUD 1945 tersebut terdiri atas tiga bagian yaitu Pembukaan, Batang Tubuh, dan

Penjelasan. Batang Tubuh terdiri atas 16 bab yang terbagi menjadi 37 pasal, serta 4 pasal

Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan.Lembaga tertinggi pada masa ini menurut UUD 1945 adalah:

a.  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

 b.  Presiden

c.  Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

d.  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

e.  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

f.  Mahkamah Agung (MA)

2.  27 Desember 1949 –  17 Agustus 1950 (Konstitusi RIS 1949)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia tidak luput dari prongrongan pihakBelanda yang menginginkan menjajah kembali Indonesia. Belanda berusaha memecah

 belah Indonesia.

Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan Republik Indonesia (RI), pada

tanggal 23 Agustus  –  2 November 1949 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan

dengan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda).

Page 9: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 9/31

9

Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari negara-negara jajahan Belanda atau BFO

( Bijeenkomst voor Federal Overleg ).

KMB berhasil menghasilkan tiga buah persetujuan pokok, yaitu:

a.  Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat.

 b.  Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.

c.  Didirikannya uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda.

Konstitusi RIS terdiri atas Mukadimah yang berisi 4 alinea, Batang Tubuh yang

 berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran.

Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap berlaku tetapi hanya

untuk negara bagian Republik Indonesia. Wilayah negara itu adalah Jawa dan Sumatera

dengan ibu kota Yogyakarta.

Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS adalah

sistem parlementer.

Lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS adalah:

a.  Presiden

 b. 

Menteri-Menteri

c.  Senat

d.  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

e.  Mahkamah Agung (MA)

f.  Dewan Pengawas Keuangan (DPK)

3.  17 Agustus 1950 –  5 Juli 1959 (UUD Sementara 1950)

Pada awal Mei 1950 terjadi penggabungan negara-negara bagian dalam negara RIS,

sehingga hanya tinggal tiga negara bagian yaitu Negara Republik Indonesia, Negara

Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur. Perkembangan berikutnya adalah

kesepakatan antara RIS yang mewakili Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera

Timur dengan Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk negara kesatuan. Kesepakatan

tersebut dituangkan dalam Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950.

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 terdiri atas Mukadimah dan Batang Tubuh,

yang meliputi 6 bab dan 146 pasal.

Lembaga-lembaga negara menurut UUDS 1950 adalah:

a.  Presiden dan Wakil Presiden

 b.  Menteri-Menteri

c.  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

d. 

Mahkamah Agung (MA)e.  Dewan Pengawas Keuangan (DPK)

Anggota Konstituante dipilih melalui pemilihan umum bulan Desember 1955 dan

diresmikan tanggal 10 November 1956 di Bandung.

Sekalipun konstituante telah bekerja dua setengah tahun masih belum

menyelesaikan sebuah UUD. Faktor penyebabnya adalah adanya pertentangan pendapat di

antara partai-partai politik di badan konstituante dan juga di DPR serta badan-badan

 pemerintahan.

Demi untuk menyelamatkan bangsa dan negara, pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden

Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya adalah:a.  Menetapkan pembubaran konstituante

 b.  Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

c.  Pembentukkan MPRS dan DPAS

4.  5 Juli 1959 –  19 Oktober (UUD 1945 sebelum perubahan)

Pelaksanaan UUD 1945 selama kurun waktu tersebut dapat dipilah menjadi dua

 periode yaitu periode Orde Lama (1959-1966), dan periode Orde Baru (1966-1999).

Page 10: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 10/31

10

Pemerintahan pada masa Orde Lama kehidupan politik dan pemerintahan sering

terjadi penyimpangan yang dilakukan presiden dan MPRS yang justru bertentangan dengan

dengan Pancasila dan UUD 1945 karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada

kekuasaan seorang Presiden dan lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR

terhadap kebijakan-kebijakan Presiden.

Pemerintahan pada masa Orde Baru hampir sama dengan Orde Lama. Selain itu

UUD 1945 itu sendiri sifatnya singkat dan luwes (fleksibel), sehingga memungkinkan

munculnya berbagai penyimpangan

5.  19 Oktober 1999 –  sekarang (UUD 1945 setelah perubahan)

UUD 1945 telah mengalami empat tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000,

2001, dan 2002. Penyebutan UUD setelah perubahan menjadi lebih lengkap, yaitu :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Melalui empat tahapan perubahan tersebut, UUD 1945 telah mengalami perubahan

yang cukup mendasar. Perubahan itu menyangkut kelembagaan negara, pemilihan umum,

 pembatasan kekuasaan, Presiden dan Wakil Presiden, memperkuat kedudukan DPR,

 pemerintahan daerah, dan ketentuan yang terinci tentang hak-hak asasi manusia.

Lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 sesudah amandemen adalah :

a.  Presiden

 b.  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

c.  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

d.  Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

e.  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

f.  Mahkamah Agung (MA)

g.  Mahkamah Konstitusi (MK)

h. 

Komisi Yudisial (KY)

B.  Penyimpangan-Penyimpangan Terhadap Konstitusi

Dalam praktik ketatanegaraan kita sejak 1945 tidak jarang terhadap konstitusi (UUD).

Marilah kita bahas berbagai penyimpangan terhadap konstitusi, yang kita fokuskan pada

konstitusi yang berlaku, yakni UUD 1945. Penyimpangan tersebut adalah sebagai berikut.

1.  Penyimpangan terhadap UUD 1945 masa awal kemerdekaan, antara lain:

a.  Keluarnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca:eks) tanggal 16 Oktober 1945

yang mengubah fungsi KNIP dari pembantu menjadi badan yang diserahi kekuasaan

legislatif dan ikut serta menetapkan GBHN sebelum terbentuknya MPR, DPR, danDPA. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945 pasal 4 aturan peralihan yang berbunyi

”SebelumMPR, DPR, dan DPA terbentuk, segala kekuasaan dilaksanakan oleh

Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional”. 

 b.  Keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah sistem

 pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer. Hal ini

 bertentangan dengan pasal 4 ayat (1) dan pasal 17 UUD 1945

2.  Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Orde Lama, antara lain:

a.  Presiden telah mengeluarkan produk peraturan dalam bentuk Penetapan Presiden, yang

hal itu tidak dikenal dalam UUD 1945. b.  MPRS, dengan Ketetapan No. I/MPRS/1960 telah menetapkan Pidato Presiden tanggal

17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita (Manifesto Politik

Republik Indonesia) sebagai GBHN yang bersifat tetap.

c.  Pimpinan lembaga-lembaga negara diberi kedudukan sebagai menteri-menteri negara,

yang berarti menempatkannya sejajar dengan pembantu Presiden.

Page 11: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 11/31

11

d.  Hak budget tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak mengajukan

RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran

yang bersangkutan;

e.  Pada tanggal 5 Maret 1960, melalui Penetapan Presiden No.3 tahun 1960, Presiden

membubarkan anggota DPR hasil pemilihan umum 1955. Kemudian melalui Penetapan

Presiden No.4 tahun 1960 tanggal 24 Juni 1960 dibentuklah DPR Gotong Royong

(DPR-GR);

f.  MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup melalui Ketetapan

 Nomor III/MPRS/1963.

3.  Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Orde Baru

a.  MPR berketetapan tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadap

UUD 1945 serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen (Pasal 104

Ketetapan MPR No.I/MPR/1983 tentang Tata Tertib MPR). Hal ini bertentangan

dengan Pasal 3 UUD 1945 yang memberikan kewenangan kepada MPR untuk

menetapkan UUD dan GBHN, serta Pasal 37 yang memberikan kewenangan kepada

MPR untuk mengubah UUD 1945.

 b.  MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum yang

mengatur tata cara perubahan UUD yang tidak sesuai dengan pasal 37 UUD 1945

Setelah perubahan UUD 1945 yang keempat (terakhir) berjalan kurang lebih 6

tahun, pelaksanaan UUD 1945 belum banyak dipersoalkan. Lebih-lebih mengingat agenda

reformasi itu sendiri antara lain adalah perubahan (amandemen) UUD 1945. Namun

demikian, terdapat ketentuan UUD 1945 hasil perubahan (amandemen) yang belum dapat

dipenuhi oleh pemerintah, yaitu anggaran pendidikan dalam APBN yang belum mencapai

20%. Hal itu ada yang menganggap bertentangan dengan Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang

menyatakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan

 belanja negara (APBN).

Penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD Tahun 1945 dapat disederhanakan

dalam bagan di bawah ini.

C.  Hasil-hasil Perubahan UUD 1945

Perubahan Undang-Undang Dasar atau sering pula digunakan istilah amandemen

Undang-Undang Dasar merupakan salah satu agenda reformasi. Perubahan itu dapat berupa

 pencabutan, penambahan, dan perbaikan.

1. 

Dasar pemikiran untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan UUD 1945 antara lain :

a.  UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar pada Presiden yang meliputi

kekuasaan eksekutif dan legislatif, khususnya dalam membentuk undangundang.

 b.  UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes (fleksibel) sehingga dapat

menimbulkan lebih dari satu tafsir (multitafsir).

c.  Kedudukan penjelasan UUD 1945 sering kali diperlakukan dan mempunyai kekuatan

hukum seperti pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945.

2.  Tujuan Perubahan UUD 1945

Perubahan UUD 1945 memiliki beberapa tujuan, antara lain :a.  Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan

nasional dan memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia;

 b.  Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat

serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham

demokrasi;

Page 12: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 12/31

12

c.  Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM agar sesuai

dengan perkembangan paham HAM dan peradaban umat manusia yang merupakan

syarat bagi suatu negara hukum yang tercantum dalam UUD 1945;

d.  Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern.

e.  Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan ne-gara bagi

eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan

wilayah negara dan pemilihan umum;

f.  Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai

dengan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa dan negara. Dalam melakukan

 perubahan terhadap UUD 1945, terdapat beberapa kesepakatan dasar yang penting

kalian pahami. Kesepakatan tersebut adalah :

1)  tidak mengubah Pembukaan UUD 1945

2)  tetap mempertahankan NKRI

3)  mempertegas sistem pemerintahan presidensial

4)   penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam

 pasal-pasal (batang tubuh)

3.  Hasil Perubahan UUD 1945

Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena mendahulukan

 pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di MPR, kemudian dilanjutkan dengan

 perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit memperoleh kesepakatan.

Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan sebanyak empat kali melalui mekanisme

sidang MPR yaitu:

1)  Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999

2)  Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000

3) 

Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001

4)  Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Perubahan UUD Negara RI 1945 dimaksudkan untuk menyempurnakan UUD itu

sendiri bukan untuk mengganti. Secara umum hasil perubahan yang dilakukan secara

 bertahap MPR adalah sebagai berikut.

1)  Perubahan Pertama. Perubahan pertama terhadap UUD 1945 ditetapkan pada tgl. 19

Oktober 1999 dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang berhasil mematahkan

semangat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD 1945 sebagai sesuatu

yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide perubahan. Perubahan Pertama terhadap

UUD 1945 meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu :2)  Perubahan Kedua. Perubahan kedua ditetapkan pada tgl. 18 Agustus 2000, meliputi 27

 pasal yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu:

3)  Perubahan Ketiga. Perubahan ketiga ditetapkan pada tgl. 9 November 2001, meliputi

23 pasal yang tersebar 7 Bab, yaitu:

4)  Perubahan Keempat, ditetapkan 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31

 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam naskah perubahan keempat ini

ditetapkan bahwa:

a.  UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga,

dan keempat adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dandiberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

 b.  Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18

Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

c.  Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan pengubahan

substansi pasal 16 serta penempatannya kedalam Bab III tentang “Kekuasaan

Pemerintahan Negara”. 

Page 13: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 13/31

13

D.  Sikap Positif Terhadap Pelaksanaan Uud 1945 Hasil Perubahan

Tujuan mengamandemen UUD 1945 ialah penyempurnaan kelembagaan negara,

 jaminan dan perlidungan HAM, penyelenggaraan pemerintahan yang lebih demokratis. Tentu

 perubahan itu diharapkan lebih baik untuk rakyat. Contoh hasil dari perubahan UUD itu adalah

melahirkan peningkatan pelaksanaan kedaulatan rakyat (pemilihan presiden dan kepala daerah

dipilih langsung oleh rakyat. Perubahan UUD 1945 bukan hanya menyangkut perubahan

 jumlah bab, pasal, ayat tetapi juga perubahan sistem ketatanegaraan RI.

Dibawah ini, perubahan UUD 1945 yang lebih rinci:

1.  MPR yang awalnya sebagai lembaga tertinggi Negara & berada diatas lembaga Negara lain

 berubah menjadi lembaga Negara yang sejajar dengan lembaga Negara lainnya seperti

DPR, Presiden, BPK, MA, MK, DPD, KY.

2.  Pemegang kekuasaan membentuk UU yang semula dipegang presiden beralih tangan ke

DPR.

3.  Presiden & wakil presiden yang semula dipilih MPR menjadi dipilih rakyat secara

langsung dalam 1 pasangan.

4.  Periode masa jabatan presiden & wakil presiden yang tidak terbatas berubah menjadi

max.2 kali masa jabatan.

5.  Adanya lembaga Negara yang berwenang menguji UU terhadap UUD 1945 yaitu MK.

6.  Presiden dalam hal mengangkat & menerima duta dari Negara lain hanya memperhatikan

 pertimbangan DPR

7.  Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dalam hal member amnesti &

rehabilitasi.

Contoh sikap positif terhadap pelaksanaan amandemen UUD 1945:

1. 

Menghargai upaya yang dilakukan para mahasiswa & politisi yang gigih memperjuangkan

reformasi tatanan kehidupan bernegara yang diatur di UUD 1945 sebelum perubahan.

2.  Menghargai upaya yang dilakukan lembaga-lembaga Negara (MPR) yang telah melakukan

 banyak perubahan terhadap UUD 1945.

3.  Menyadari manfaat hasil perubahan UUD 1945.

4.  Mengkritisi penyelenggaraan Negara yang tidak sesuai dengan UUD (perubahan).

5.  Mematuhi aturan dasar hasil perubahan UUD 1945.

6.  Berpartisipasi secara aktif & bertanggung jawab dalam melaksanakan aturan hasil

 perubahan UUD 1945

Tanpa sikap positif dari masyarakat pada pelaksanaan UUD 1945 (perubahan) maka,hasil UUD 1945 tidak akan banyak berarti bagi kehidupan bernegara. Dan tanpa kesadaran

untuk mematuhi UUD 1945(perubahan) maka, penyelenggaraan Negara & kehidupan

 bernegara tidak akan jauh berbeda dengan sebelumnya.

Page 14: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 14/31

14

BAB 3

KETAATAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A.  Tata Urutan Perundang-undangan Nasional

1.  Konsep dan Hakekat Perundang-undangan Nasional

Agar dalam bersikap dan bertindak tidak saling merugikan di antara sesama

manusia, diciptakanlah seperangkat kaidah atau norma atau aturan. Hal ini dikarenakan

setiap orang mempunyai keinginan dan kepentingan yang berbeda. Kaidah adalah

seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam bergaul dengan manusia

lainnya.

Soejarno Soekanto menyatakan, bahwa manusia telah mempunyai dua hasrat atau

keinginan pokok, yaitu

a.  Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat.

 b.  Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

c.  Cicero, kurang lebih 2000 tahun yang lalu, menyatakan : “ Ubi societas ibi ius ” artinya

apabila ada masyarakat pasti ada kaidah (hukum).

d.  Kaidah (hukum) yang berlaku dalam suatu masyarakat mencerminkan corak dan sifat

masyarakat yang bersangkutan.

J.P. Glastra van Loan menyatakan, dalam menjalankan peranannya, hukum

mempunyai fungsi :

a.  Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.

 b.  Menyelesaikan pertikaian.

c.  Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan, jika perlu dengan kekerasan.

d.  Mengubah tata tertib dan aturan  –  aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan

masyarakat.

e.  Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasikan fungsi

hukum sebagaimana disebutkan di atas.

f.  Peraturan ada yang tertulis dan tidak tertulis.

Contoh peraturan tertulis : Undang  –   undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Presiden, Peraturan Daerah dan sebagainya. Peraturan perundang-undangan merupakan

salah satu bagian dari hukum yang tertulis.

Contoh peraturan tidak tertulis : hukum adat, adat istiadat, dan kebiasaan  –  

kebiasaan yang dilaksanakan dalam praktik penyelenggaraan negara atau vensi.

Peraturan yang tertulis memiliki ciri –  ciri sebagai berikut :a.  Keputusan yang dikeluarkan oleh yang berwenang.

 b.  Isinya mengikat secara umum, tidak hanya mengikat orang tertentu.

c.  Bersifat abstrak (mengatur yang belum terjadi).

Ferry Edwar dan Fockema Andreae menyatakan, bahwa perundang  –   undangan

(legislation, wetgeving, atau gezetgebug) mempunyai dua pengertian :

a.  Pertama, perundangan  –   undangan merupakan proses pembentukan atau proses

membentuk peraturan perundang  –  undangan negara, baik di tingkat pusat maupun di

tingkat daerah.

 b. 

Kedua, perundang  –   undangan adalah segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan –  peraturan, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah.

c.  Peraturan perundang-undangan bagi warga negara merupakan pedoman dan sumber

tertib hukum yang melindungi hak-hak warga negara dan mengatur warga negara

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Page 15: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 15/31

15

d.  Lembaga negara atau jabatan yang berwenang dalam membentuk peraturan

 perundangan memerlukan sumber hukum, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pancasila

dan UUD 1945 sebagai hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan.

2.  Asas Peraturan Perundang –  Undangan

Asas peraturan perundang-undangan dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

yaitu asas pembentukan peraturan perundang-undangan dan asas materi muatan peraturan

 perundang-undangan.

a.  Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

1)  Asas Kejelasan Tujuan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang

 jelas yang akan dicapai.

2)  Asas Kelembagaan atau Organ Pembentuk yang Tepat

Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat

 pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-

undangan dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh

lembaga/pejabat yang tidak berwenang.

3)  Asas Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memerhatikan

materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.

4)  Asas dapat Dilaksanakan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan

efektivitas peraturan perundang - undangan tersebut di dalam masyarakat, baik

secara filosofis (falsafah), yuridis (hukum), maupun sosiologis.

5)  Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

Setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

6)  Asas Kejelasan Rumus

Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis

 penyusunan peraturan perundang-undangan sistematika dan pilihan kata atau

terminologi serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak

menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

7)  Asas Keterbukaan

Dalam proses peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka

 b.  Asas Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan

1)  Asas Pengayoman

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan

 perlindungan dalam rangka menciptakan ketenteraman masyarakat.

2)  Asas Kemanusiaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan

 perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat

setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.3)  Asas Kebangsaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan

watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga

 prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 16: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 16/31

16

4)  Asas Kekeluargaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan

musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

5)  Asas Kenusantaraan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memerhatikan

kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan

 perundangundangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum

nasional yang berdasarkan Pancasila.

6)  Asas Kebhinnekaan

Materi muatan peraturan perundang-undangan harus memerhatikan keragaman

 penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya

khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan,

 bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7)  Asas Keadilan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan

secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

8)  Asas Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang

 bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku, ras,

golongan, gender, atau status sosial.

9)  Asas Ketertiban

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan

ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

10) Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kepentingan individu,

kepentingan masyarakat, dan kepentingan bangsa dan negara.

3.  Landasan berlakunya Peraturan Perundang –  undangan

Peraturan perundang –  undangan yang akan dibentuk di negara Republik Indonesia

harus berlandaskan kepada :

a.  Landasan Filosofis

Setiap penyusunan peraturan perundang  –   undangan harus memperhatikan cita  –   cita

moral dan cita hukum sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila.

 Nilai –  nilai yang bersumber pada pandangan filosofi Pancasila, yakni :1)   Nilai –  nilai religius bangsa Indonesia yang terangkum dalam sila Ketuhanan Yang

Maha Esa.

2)   Nilai  –   nilai hak  –   hak asasi manusia dan penghormatan terhadap harkat dan

martabat kemanusiaan sebagaimana terdapat dalam sila Kemanusiaan Yang Adil

dan Beradab.

3)   Nilai –  nilai kepentingan bangsa secara utuh, dan kesatuan hukum nasional seperti

yang terdapat di dalam Sila Persatuan Indonesia.

4)   Nilai –  nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat, sebagaimana terdapat di dalam Sila

Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan DalamPermusyawaratan/Perwakilan.

5)   Nilai  –  nilai keadilan, baik individu maupun sosial seperti yang tercantum dalam

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

 b.  Landasan Sosiologi

Pembentukan peraturan perundang  –  undangan harus sesuai dengan kenyataan

dan kebutuhan masyarakat.

Page 17: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 17/31

17

c.  Landasan Yuridis

Menurut Lembaga Administrasi Negara, landasan yuridis dalam pembuatan

 peraturan perundang –  undangan memuat keharusan :

1)  Adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang –  undangan.

2)  Adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan peraturan perundang  –  

undangan.

3)  Mengikuti cara –  cara atau prosedur tertentu.

4)  Tidak bertentangan dengan peraturan perundang  –   undangan yang lebih tinggi

tingkatnya.

4.  Prinsip –  Prinsip Peraturan Perundang –  undangan

Lembaga Administrasi Negara menyatakan, bahwa prinsip  –   prinsip yang mendasari

 pembentukan peraturan perundang –  undangan, adalah :

a.  Dasar yuridis (hukum) sebelumnya.

Penyusunan peraturan perundang –  undangan harus mempunyai landasan yuridis yang

 jelas, tanpa landasan yuridis yang jelas, peraturan perundang  –  undangan yang disusun

tersebut dapat batal demi hukum.

Adapun yang dijadikan landasan yuridis, adalah selalu peraturan perundang  –  

undangan, sedangkan hukum lain hanya dapat dijadikan bahan dalam penyusunan

 peraturan perundang –  undangan tersebut.

 b.  Hanya peraturan perundang  –   undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan

yuridis.

Peraturan perundang  –  undangan yang dapat dijadikan dasar yuridis adalah peraturan

yang sederajat atau yang lebih tinggi dan terkait langsung dengan peraturan perundang

 –  undangan yang akan dibuat.

c. 

Peraturan perundang  –   undangan hanya dapat dihapus, dicabut, atau diubah oleh

 peraturan perundang –  undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi.

d.  Peraturan perundang  –   undangan baru mengesampingkan peraturan perundang  –  

undangan yang lama.

Dengan dikeluarkannya suatu peraturan perundang  –   undangan yang baru, maka

apabila telah ada peraturan perundang –  undangan yang sejenis dan sederajat yang telah

diberlakukan secara otomatis akan dinyatakan tidak berlaku.

Prinsip ini dalam bahasa hukum dikenal dengan istilah lex posteriori derogat lex priori.

e.  Peraturan perundang  –   undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan

 perundang –  undangan yang lebih rendah.Peraturan perundang –  undangan yang secara hierarki lebih rendah kedudukannya dan

 bertentangan dengan peraturan perundang  –  undangan yang lebih tinggi, maka secara

otomatis dinyatakan batal demi hukum.

f.  Peraturan perundang  –   undangan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan

 perundang –  undangan yang bersifat umum.

Apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundang  –   undangan yang bersifat

khusus dan peraturan perundang  –   undangan yang bersifat umum yang sederajat

tingkatannya, maka yang dimenangkan adalah peraturan perundang  –   undangan yang

 bersifat khusus (prinsip lex specialist lex ge-neralist).g.  Setiap jenis peraturan perundang –  undangan materinya berbeda.

Setiap UU yang dikeluarkan pemerintah hanya mengatur satu objek tertentu saja.

5.  Tata Urutan Peraturan Perundang –  undangan

Sejak Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 ada beberapa peraturan yang

mengalami tata urutan perundang –  undangan, yaitu :

Page 18: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 18/31

18

a.  Pertama, Ketetapan MPRS nomor XX/MPRS/1966 tentang “Memorandum DPR -GR

mengatur „Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia‟”. 

 b.  Kedua, pada era reformasi, MPR telah mengeluarkan produk hukum yang berupa

Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang “Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Perundang –  undangan”. 

c.  Ketiga, pada tahun 2004 melalui UU RI no.10 tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang –  undangan.

Lahirnya UU RI no.10 tahun 2004 tidak terlepas dari tuntutan reformasi di bidang

hukum.

Tujuan dikeluarkannya Undang-undang tersebut adalah untuk membentuk suatu

ketentuan yang baku mengenai tata cara Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

serta untuk memenuhi perintah pasal 22A UUD 1945 dan Pasal 6 Ketetapan MPR Nomor

III/ MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan (hirarki) Peraturan Perundang-

undangan.

a.  Rumusan pasal 7 ayat (1) Undang –  Undang nomor 10 tahun 2004 sebagai berikut:

1) 

Jenis dan hierarki peraturan perundang –  undangan adalah sebagai berikut :

a.  Undang –  Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

 b.  Undang  –   Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang  –   Undang

(PERPU).

c.  Peraturan Pemerintah.

d.  Peraturan Presiden.

e.  Peraturan Daerah.

2)  Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :

a.  Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama dengan

Gubernur.

 b.  Peraturan Daerah Kabupaten / Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten / Kota

 bersama Bupati / Walikota.

c.  Peraturan Desa / peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa

atau nama lainnya bersama kepala desa atau nama lainnya.

3)  Ketentuan mengenai tata cara pembuatan Peraturan Desa / peraturan yang setingkat

diatur oleh peraturan daerah/ kabupaten/kota yang bersangkutan.

4)  Jenis peraturan perundang  –  undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang

diperintahkan oleh Peraturan Perundang –  undangan yang lebih tinggi.5)  Kekuatan hukum Peraturan Perundang  –   undangan adalah sesuai dengan hierarki

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Tata urutan peraturan perundang  –  undangan sebagaimana diatur pasal 7 ayat (1)

UU RI No. 10 tahun 2004 :

a.  Undang –  Undang Dasar 1945

Undang –  undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik

Indonesia dan berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi.

L.J. van Apeldoorn menyatakan undang  –  undang dasar adalah bagian tertulis

dari suatu konstitusi. Sedangkan E.C.S. Wade menyatakan UUD adalah naskahyang memaparkan rangka dan tugas  –   tugas pokok dan badan  –   badan

 pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok  –  pokok cara kerja badan  –  

 badan tersebut.

UUD 1945 menjadi acuan dan parameter dalam pembuatan peraturan-peraturan

yang ada di bawahnya. Ditetapkannya UUD 1945 sebagai konstitusi negara

Republik Indonesia merupakan :

Page 19: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 19/31

19

1)  Bentuk konsekuensi dikumandangkannya kemerdekaan yang menandai

 berdirinya suatu negara baru.

2)  Wujud kemandirian suatu negara yang tertib dan teratur.

3)  Mengisi dan mempertahankan kemerdekaan.

Undang –  Undang Dasar pada umumnya berisi hal –  hal seperti :

1)  Organisasi negara, artinya mengatur lembaga  –   lembaga apa saja yang ada

dalam suatu negara dengan pembagian kekuasaan masing  –   masing serta

 prosedur penyelesaian masalah yang timbul di antara lembaga tersebut.

2)  Hak –  hak asasi manusia.

3)  Prosedur mengubah UUD.

4)  Memuat larangan untuk merubah sifat tertentu dari UUD, seperti tidak

muncul kembali seorang diktator atau pemerintahan kerajaan yang kejam.

5)  Memuat cita –  cita rakyat dan asas –  asas ideologi negara.

Dalam tata urutan peraturan perundang  –   undangan di Indonesia, menurut

Miriam Budiarjo, UUD 1945 mempunyai kedudukan yang istimewa

dibandingkan UU yang lain, karena :

1)  UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan

 pembentukan UU biasa.

2)  UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur.

3)  UUD adalah piagam yang menyatakan cita  –   cita bangsa Indonesia dan

merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.

4)  UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara.

Sejak era reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan yang dilakukan

melalui sidang tahunan MPR.

Perubahan Pertama pada tanggal 12 Oktober 1999, perubahan kedua pada

tanggal 18 Agustus 2000, perubahan ketiga pada tanggal 9 November 2001 dan

 perubahan keempat pada tanggal 10 Agustus 2002. Perubahan  –   perubahan

tersebut dilakukan dalam upaya menjawab tuntutan reformasi di bidang politik

dan/atau ketatanegaraan.

Lembaga yang dihilangkan adalah Dewan Pertimbangan Agung, lembaga yang

 baru diantaranya Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi.

 b.  Undang –  Undang

Undang  –   undang merupakan peraturan perundang  –   undangan yang

melaksanakan UUD 1945. Lembaga yang berwenang membuat UU adalah DPR bersama Presiden. Materi muatan yang harus diatur dengan undangundang

 berisi mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi :

1)  Hak-hak asasi manusia.

2)  Hak dan kewajiban warga negara.

3)  Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan

negara.

4)  Wilayah negara dan pembagian daerah.

5)  Kewarganegaraan dan kependudukan.

6) 

Keuangan negara.Undang-undang yang dibuat oleh DPR bersama dengan presiden karena:

1)  Adanya perintah ketentuan UUD 1945.

2)  Adanya perintah ketentuan undang-undang yang terdahulu.

3)  Dalam rangka mencabut, mengubah dan menambah undang-undang yang

sudah ada.

4)  Berkaitan dengan hak asasi manusia.

Page 20: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 20/31

20

5)  Berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang banyak.

Kriteria agar suatu permasalahan diatur melalui UU antara lain adalah :

1)  UU dibentuk atas perintah atas ketentuan UUD 1945

2)  UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu.

3)  UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah, dan menambah UU yang

sudah ada.

4)  UU dibentuk karena berkaitan dengan hak asasi manusia.

5)  UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang

 banyak.

Prosedur pembuatan UU adalah :

1)  DPR pemegang kekuasaan membentuk UU.

2)  Setiap rancangan UU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat

 persetujuan bersama.

3)  Rancangan Undang Undang (RUU) dapat berasal dari DPR, Presiden atau

DPD.

Pengajuan rancangan undang-undang dapat berasal dari Pemerintah dan DPR.

Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 yang mengatakan “Presiden berhak mengajukan

Rancangan Undang-Undang kepada DPR”. 

Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak

mengajukan usul rancangan undang-undang”. 

Pengajuan usul rancangan undang-undang oleh DPR disebut hak inisiatif. DPD

dapat mengajukan kepada DPR, RUU yang berkaitan dengan :

1)  Otonomi daerah.

2)  Hubungan pusat dan daerah. Pembentukan, pemekaran dan penggabungan

daerah.

3)  Pengelolaan sumber daya alam.

4)  Sumber daya ekonomi lainnya.

5)  Yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

c.  Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (PERPU)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang  –   Undang (PERPU) dibentuk oleh

Presiden tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan DPR.

Perpu dibuat dalam keadaan darurat atau mendesak karena permasalahan yang

muncul harus segera ditindaklanjuti.

Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

Presiden tidak boleh seenaknya mengeluarkan Perpu karena adanya ketentuan

sebagai berikut :

1)  Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) yang dikeluarkan

oleh Presiden harus diajukan ke DPR dalam persidangan berikutnya.

2)  DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan

 perubahan.

3)  Apabila DPR menolak Perpu tersebut, maka Perpu itu harus

Setelah diberlakukan, Perpu tersebut harus diajukan ke DPR untuk mendapat persetujuan.

d.  Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah dibuat untuk melaksanakan Undang  –  Undang. Peraturan

Pemerintah tidak dapat dipisahkan dari Undang-Undang karena Peraturan

Pemerintah ada sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang.

Kriteria pembentukan Peraturan Pemerintah adalah :

Page 21: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 21/31

21

1)  Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya.

Setiap pembentukan PP harus berdasarkan Undang  –   Undang yang telah

ada.

2)  PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana, jika UU induknya tidak

mencantumkan sanksi pidana.

3)  PP tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya.

4)  PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebutkan

secara jelas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU.

5)  Dibentuknya PP untuk melaksanakan Undang  –   Undang yang telah

dibentuk.

e.  Peraturan Presiden

Peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara sebagai atribut dari pasal 4 ayat (1)

UUD 1945.

Peraturan Presiden dibuat oleh Presiden dalam rangka untuk melaksanakan

UUD 1945, Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah.

Peraturan Presiden bersifat mengatur bertujuan untuk mengatur pelaksanaan

administrasi negara dan administrasi pemerintahan.

Peraturan Presiden dibentuk untuk menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut

 perintah UU atau PP secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan

 pembentukannya.

Materi muatan peraturan presiden berisi materi yang diperintah oleh undang-

undang atau materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah.

f.  Peraturan Daerah

Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten atau Kota, untuk melaksanakan peraturan perundang  –  

undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah.

Materi Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka

 penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 Pasal 7 ayat 2 dinyatakan bahwa Peraturan

Daerah meliputi:

1)  Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh DPRD provinsi bersama dengan

Gubernur.

2) 

Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh DPRD kabupaten/ kota bersama bupati/walikota.

3)  Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa

atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

6)  Manfaat Peraturan Perundang-Undangan bagi Warga Negara

Manfaat perundang-undangan nasional bagi warga negara, antara lain sebagai

 berikut :

a.  Memberikan Kepastian Hukum bagi Warga Negara

Sebuah peraturan berfungsi untuk memberikan kepastian hukum bagi warga

negara.Perang merupakan salah satu kondisi yang kepastian hukumnya jatuh pada

tingkat yang paling rendah.

 b.  Melindungi dan Mengayomi Hak-Hak Warga Negara

Perundang-undangan berfungsi juga melindungi dan mengayomi hak-hak warga

negara.

Undang-undang ada untuk menjamin hak itu terus terjaga.

Page 22: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 22/31

22

c.  Memberikan Rasa Keadilan bagi Warga Negara

Perundang-undangan hadir untuk memberikan rasa keadilan bagi warga negara.

undang-undang merupakan sebuah jaminan tertulis adanya rasa keadilan.

d.  Menciptakan Ketertiban dan Ketenteraman

Perundang-undangan menjadi hal yang sangat penting bagi warga negara

karena undang-undang bisa menciptakan ketertiban dan ketenteraman.

Undang-undang mampu meredam kekacauan yang terjadi.

B.  Proses Pembuatan Peraturan Perundang –  Undangan Nasional

Proses pembuatan suatu undang  –   undang dapat diajukan oleh Presiden kepada DPR

atau diajukan oleh DPR kepada Presiden atau diajukan oleh Dewan Perwakilan Daerah kepada

DPR.

1.  Proeses Pembahasaan RUU DPR di DPR RI

Pimpinan DPR memberitahu dan membagikan RUU kepada seluruh anggota. RUU

yang terkait dengan DPD disampaikan kepada pimpinan DPR.

2. 

Proses Pembahasan RUU dari DPR ke DPR RI

RUU beserta penjelasan yang berasal dari DPR disampaikan secara tertulis oleh

 pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden memberitahukan dan membagikannya kepada

seluruh anggota kabinet.

3.  Proses Pembahasan RUU dari DPD di DPR RI

Suatu rancangan undang –  undang (RUU) yang disusulkan untuk disahkan menjadi

Undang - Undang secara garis besar formatnya berisi: Penamaan ; Pembukaan ; Batang

Tubuh ; Penutup ; Penjelasaan dan Lampiran

Teknik penyusuan peraturan perundang –  undangan di tingkat daerah dalam bentuk

Peraturan Daerah dan Keptusuan Daerah, prosedurnya secara jelas diatur dalam UUD 45

 pasal 18 UU nomor 32 tahun 2004.

C.  Mentaati Peraturan Perundang-undangan Nasional

Peraturan perundang-undangan yang telah mendapatkan persetujuan dari DPR atau

 pemerintah dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tepat, maka wajib ditaati dan

dilaksanakan oleh seluruh bangsa Indonesia.

Seseorang dikatakan mempunyai kesadaran terhadap aturan atau hukum, apabila dia : 

1. 

Memiliki pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum yang berlaku2.  Memiliki pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum

3.  Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan apa yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku

4.  Memiliki sikap positif terhadap peraturan-peraturan hukum

Orang yang mempunyai kesadaran terhadap berbagai aturan hukum akan mematuhi apa

yang menjadi tuntutan peraturan tersebut. Dengan kata lain, dia akan menjadi patuh terhadap

 berbagai peraturan yang ada.

Orang menjadi patuh karena sejak kecil ia didik untuk selalu mematuhi dan

melaksanakan berbagai aturan yang berlaku, atau pada awalnya bisa saja seseorang patuhterhadap hukum karena adanya paksaan untuk melaksanakan berbagai aturan tersebut.

Masalah ketaatan dalam penegakkan negara hukum dalam arti material mengandung

makna :

1.  Penegakkan hukum yang sesuai dengan ukuran-ukuran tentang hukum baik atau hukum

yang buruk

Page 23: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 23/31

23

2.  Kepatuhan dari warga-warga masyarakat terhadap kaidah-kaidah hukum yang dibuat serta

diterapkan oleh badan-badan legislative

3.  Kaidah-kaidah hukum harus selaras dengan hak-hak asasi manusia

4.   Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan kondisi-kondisi sosial yang

memungkinkan terwujudnya aspirasi-aspirasi manusia dan penghargaan yang wajar

terhadap martabat manusia

5.  Adnya badan yudikatif yang bebas dan merdeka yang akan dapat memeriksa serta

memperbaiki setiap tindakan yang sewenang-wenang dari badan-badan eksekutif.

D.  Kasus Korupsi dan Upaya Pemberantasannya di Indonesia

Kasus kasus korupsi di Indonesia telah menjadi topik yang sering dibicarakan oleh

orang orang di Indonesia. Korupsi tidak hanya terjadi di lingkungan pejabat eksekutif, tetapi

 juga terjadi di lembaga legislatif dan yudikatif. Korupsi merupakan penyakit masyarakat

Indonesia yang dapat mengancam kelancaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

karena korupsi berarti menggelapkan uang negara.

Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi juga harus lebih ditingkatkan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat agar korupsi tidak terus

terjadi di Indonesia.

Tindak pidana korupsi dirumuskan secara tegas sebagai tindak pidana formil. Maka

sesuai undang undang nomor 20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi, meskipun hasil

korupsi telah dikembalikan kepada negara, pelaku tindak pidana korupsi tetap diajukan ke

 pengadilan dan tetap di pidana.

Pengertian korupsi menurut pasal 2 ayat 1 UU nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak

Pidana Korupsi adalah: Setiap orang yang secara melawan hukun melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu koperasi yang dapat merugikan negara atau

 perekonomian negara dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana paling singkat 4

tahun dan paling lama 20 puluh tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 atau Rp

1.000.000.000,00.

Selain itu juga tentang tindakan pidana korupsi ini tertera dalam pasal 3. tindakan

tindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi:

1.  Menyuap hakim adalah korupsi

Suatu perbuatan dikategorikan korupsi apabila terdapat beberapa syarat, misalnya

dalam pasal 6 ayat 1 huruf a UU no. 20 tahun 2001 yaitu memenuhi unsur unsur setiap

orang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untukmempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili

2.  Pegawai Negri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan adalah korupsi

Pasal 11 UU no.20 tahun 2001 menyatakan bahwa untuk menyimpulkan apakah

seorang pegawai Negri melakukan korupsi memenuhi unsur unsur: pegawai negri

menerima hadiah atau janji diketahuinya patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan

3.  Menyuap advokat adalah korupsi

Suatu perbuatan dikatakan korupsi apabila terdapat beberapa syarat misalnya dalam

 pasal 6 ayat 1 huruf a UU no. 20 tahun 2001, yang berasal dari pasal 210 ayat 1 KUHPyang dirujuk dalam pasal 1 ayat 1 huruf e UU no. 3 tahun 1971 dan pasal 6 UU no. 31

tahun 1999. dan harus memenuhi unsur unsur: setiap orang memberi atau menjanjikan

sesuatu kepada advokat yang menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk

mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang

diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

Page 24: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 24/31

24

E.  Mendeskripsikan Pengertian Anti Korupsi dan Instrumen (Hukum dan Kelembagaan)

Anti Korupsi di Indonesia

Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yg secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yg dapat

merugikan perekonomian negara.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-

unsur sebagai berikut:

1.   perbuatan melawan hukum

2.   penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana

3.  memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi

4.  merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara

5.  Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:

6.  memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);

7.   penggelapan dalam jabatan;

8. 

 pemerasan dalam jabatan;

9.  ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);

10. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Anti Korupsi dapat diartikan tindakan yang tidak menyetujui terhadap berbagai upaya

yg dilakukan oleh seseorang atau korporasi yang melakukan korupsi. Untuk mendukung upaya

anti korupsi melalui UU no. 30 tahun 2002, dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK).

Dalam penjelasan umum UURI no. 30 tahun 2002 tentang KPK dinyatakan, bahwa

tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Peraturan perundang-

undangan tentang tindak pidana korupsi, antara lain:

1.  Tap MPR RI no XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas KKN

2.  UUD no. 28 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

3.  KPK melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan apabila tindakan tersebut

meliputi:

4.  Melibatkan aparat penegak hukum

5.  Mendapat perhatian yg meresahkan masyarakat

6.  Menyangkut kerugian Negara min. Rp.1.000.000.000(satu milyar rupiah)

Tujuan dibentuknya KPK menurut pasal 4 adalah untuk meningkatkan daya guna

terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan tugas dan wewenang KPKmenurut pasal 6 adalah:

1.  Koordinasi dgn instansi yg berwenang melkukan pemberantasan tindak pidana korupsi

2.  Supervisi terhadap instansi yg berwenang

3.  Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

4.  Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi

5.  Melakukan monitor terhadap penyelanggaraan pemerintahan Negara

Page 25: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 25/31

25

BAB 4

PELAKSANAAN DEMOKRASI DALAM BERBAGAI ASPEK

A.  Hakikat dan Akibat dari Pemerintahan Demokrasi

Demokrasi secara konkrit mengartikan kebebasan dalam menjalani hidup sebagai

seorang warga negara. “Bebas” yang berarti bebas berpendapat, berkarya, bersuara, atau

 berorganisasi serta tidak serta-merta dikuasai oleh kepala pemerintahan/negara. Ditilah dari

sejarah peradaban manusia. Demokrasi muncul sebagai hasil dari keresahan rakyat yang telah

diperlakukan penguasa secara semena-mena. “Penguasaan”  semena-mena ini dapat terjadi

dalam berbagai sistem pemerintahan seperti Monarki, Sosialisme, atau Diktaktorisme.

Walaupun kebebasan adalah hal yang sangat berarti dalam kehidupan, kebebasan yang

tidak terkontrol sangat membahayakan. “Kebebasan sangat tipis perbedaanya dengan chaos” 

ujar Hosni Mubarak. Ucapan Hosni Mubarak tentu tak salah,karena secara logika suatu

masyarakat yang berjalan tanpa pemerintah berjalan secara individualis, sementara manusia

adalah mahkluk sosial. Kita lupa bahwa “kebebasan” yang tak terkendali (seperti sekarang) ini

dapat merusak kehidupan kita.

B.  Keuntungan Demokrasi

Beberapa keuntungan dari berlakunya demokrasi adalah bebas berorganisasi,

 berpendapat, berkarya, dan bergaya hidup. Rakyat yang pada pemerintahan Monarki

cenderung “diam”  dan “tunduk”  kini dapat menyeruakan pendapat mereka untuk mencapai

satu keputusan yang lebih baik bagi negara. Kebebasan berapresiasi dalam seni juga lebih

terbuka pada pemerintahan demokrasi, tak seperti karya seni yang “dilarang”  pada

 pemerintahan Fasis Adolf Hitler.

C.  Kerugian Demokrasi

Manusia adalah mahkluk sosial-komunitas, yang secara mutlak tidak mampu

 bermasyarakat tanpa seorang pemimpin. Beberapa orang mengatakan bahwa demokrasi adalah

racun yang dikemas oleh iming-iming “kebebasan”, kita, warga indonesia, mencerminkan

akibat terburuk dari adanya sistem Demokrasi. Kita sering menggunakan alasan kebebasan

tersebut untuk menyenangkan diri sendiri, yang belum tentu menguntungkan pihak lain.

Sebagai contoh adalah kebebasan pers. Pada saat zaman pemerintahan rezim Soeharto,

 pemberitaan mengenai tindak tanduk kriminal di Indonesia tidak pernah diberitakan.

Mengapa? karena warga indonesia memiliki sifat imitatif,yaitu cenderung meniru sesuatu yangsedang booming , ngetrend, musim, dan lainya. Sayangnya, hal ini juga berlaku dalam tindak

kriminal. Ketika kasus Ryan dari jombang, yaitu orang yang telah memutilasi belasan

korbanya tengah menggemparkan media,berbagai kasus mutilasi “copycat ”  muncul di tanah

air.

Akibat buruk lainya adalah berbagai individu tidak bertanggung jawab memprotes atau

 bahkan memfitnah pemerintah atas alasan 'kebebasan' padahal mereka hanya mengutamakan

keserakahan mereka untuk menjadi pemimpin,walaupun mereka sebenarnya tidak mengerti

akan permasalahan pemerintah atau kelihaian memerintah.

Page 26: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 26/31

26

BAB 5

KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAH INDONESIA

A.  Kedaulatan

Kedaulatan adalah suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah, atau atas diri

sendiri. Dalam hukum konstitusi dan internasional, konsep kedaulatan terkait dengan suatu

 pemerintahan yang memiliki kendali penuh urusan dalam negerinya sendiri dalam suatu

wilayah atau batas teritorial atau geografisnya, dan dalam konteks tertentu terkait dengan

 berbagai organisasi atau lembaga yang memiliki yurisdiksi hukum sendiri. Penentuan apakah

suatu entitas merupakan suatu entitas yang berdaulat bukanlah sesuatu yang pasti, melainkan

seringkali merupakan masalah sengketa diplomatik.

Beberapa pemikiran mengenai kedaulatan dan pemegang kedaulatan suatu negara

setelah revolusi Perancis dikemukakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam karyanya Du

Contrat Social Ou Principes Du Droit Politique (Mengenai Kontrak Sosial atau Prinsip-prinsip

Hak Politik) membagi tingkat kedaulatan menjadi dua yaitu de facto dan de jure

De facto dalam bahasa Latin adalah ungkapan yang berarti “ pada kenyataannya” atau

“pada praktiknya”. Nah, kalau De jure itu adalah kebalikan dari De facto karena yang berarti

“menurut hokum”  atau menurut sesuatu yang dikatakan orang lain. Contohnya seperti, Bila

orang sedang berbicara tentang suatu situasi hukum, de jure merujuk kepada apa yang

dikatakan hukum, sementara de facto merujuk kepada apa yang terjadi pada praktiknya.Istilah

de facto dapat pula digunakan apabila tidak ada hukum, tetapi sebuah praktik yang lazim sudah

mapan dan diterima, meskipun mungkin tidak sepenuhnya bersifat universal. 

B.  Peran Lembaga Negara Sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem

Pemerintahan Indonesia

UUD 1945 menentukan, bahwa rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatan

yang dimilikinya. Keterlibatan rakyat sebagai pelaksana kedaulatan dalam UUD 1945

ditentukan dalam hal:

1.  Mengisi keanggotaan MPR, karena anggota MPR yang terdiri atas anggota DPR dan

anggota DPD dipilih melalui pemilihan umum (Pasal 2 (1)).

2.  Mengisi keanggotaan DPR melalui pemilihan umum (Pasal 19 (1)).

3.  Mengisi keanggotaan DPD (Pasal 22 C (1)).

4.  Memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung (Pasal 6 A

(1)).

1.  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

MPR menurut amandemen UUD 1945 bukan lagi lembaga tertinggi negara, tetapi

sama kedudukannya sebagai lembaga negara. Sebagai lembaga negara MPR mempunyai

tugas dan wewenang seperti yang disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 3, adalah:

a.  MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

 b.  MPR melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

c.  MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa

 jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.Tugas dan wewenang MPR tersebut kemudian dijabarkan dalam UU No. 22 Tahun

2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dalam Undang-

Undang tersebut dijelaskan bahwa tugas dan wewenang MPR adalah:

a.  Mengubah dan menetapkan UUD.

 b.  Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang

 paripurna MPR.

Page 27: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 27/31

27

c.  Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk

memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah

 presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyainpaikan penjelasan di

sidang paripurna MPR.

d.  Melantik wakil presiden sebagai presiden apabila presiden mangkat, berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.

e.  Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi

kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam

waktu enam puluh hari.

f.  Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan

dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang

diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan

wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan

sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambatlambatnya dalam waktu tiga puluh

hari.

g. 

Menetapkan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik MPR.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya menurut UU No.22 Tahun 2003

Pasal 12, anggota MPR dilengkapi dengan hak-hak sebagai berikut:

a.  Mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD;

 b.  Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;

c.  Memilih dan dipilih;

d.  Membela diri;

e.  Imunitas (kekebalan);

f.  Protokoler

g. 

Keuangan dan administratif.

Sedangkan kewajiban anggota MPR sesuai dengan Pasal 13 UU No. 22 Tahun

2003, adalah:

a.  mengamalkan Pancasila;:

 b.  melaksanakan UUD Negara RI Tabun 1945 dan peraturan perundang-undangan:

c.  menjaga keutuhan negara kesatuan RI dan kerukunan nasional;

d.  mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan

golongan;

e.  melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.

2. 

PresidenMenurut UUD 1945 hasil amandemen Pasal 6 ayat 1, syarat-syarat umum untuk

menjadi calon presiden dan wakil presiden adalah sebagai berikut.

a.  Warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;

 b.  Tidak pernah mengkhianati negara;

c.  Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai

Presiden dan Wakil Presiden.

Berdasarkan Pasal 6A pasal 1 UUD 1945 menyebutkan “presiden dan wakil

 presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat,” maka hal inimemberikan landasan yang kuat untuk dilaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden

secara langsung oleh rakyat.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka pasangan presiden dan wakil presiden yang

akan berkompetisi dalam pemilihan umum harus diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum

(Pasal 6A ayat 2 UUD 1945).

Page 28: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 28/31

28

Syarat-syarat khusus untuk menjadi presiden dan wakil presiden dapat kalian lihat

dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pasal 6

sebagai berikut:

a.  Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

 b.  Warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;

c.  Tidak pernah mengkhianati negara;

d.  Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai

Presiden dan Wakil Presiden;

e.  Bertempat tinggal dalam wilayah negara kesatuan RI;

f.  Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan

kekayaan penyelenggara negara;

g.  Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan

hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;

h.  Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

i. 

Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

 j.  Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

k.  Terdaftar sebagai pemilih;

l.  Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban pajak

selama lima tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Pengahasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;

m.  Memiliki daftar riwayat hidup;

n.  Belum pernah menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden selama dua kali masa

 jabatan dalam jab; an yang sama;

o.  Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, dan citacita Proklamasi 17

Agustus 1945;

 p.  Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana maker berdasarkan

 putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

q.  Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun; UUD 1945 hasil amandemen

r.  Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat; bukan bekas anggota

organisasi terlarang PKI, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat

langsung dalam G. 30. S/PKI;

s. 

Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyaikekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

 penjara lima tahun atau lebih.

3.  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat diatur Pasal 19 ayat 1 UUD 1945. yang

menyatakan “anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.” Untuk

melaksanakan Pasal 19 ayat 2 UUD 1945, maka lahirlah UU NO 22 Tahun 2003 tentang

susunan dan kedudukan MPR. DPR, DPD, dan DPRD. Di mana dalam undang-undang

tersebut disebutkan mengenai jumlah anggota DPR ditetapkan sebanyak 550 orang yang

 berasal dari anggota partai politik paserta pemilihan umum.Dalam menjalankan tugasnya DPR mempunyai tiga fungsi sesuai dengan Pasal 20A

ayat 1 UUD 1945. Ketiga fungsi DPR tersebut adalah:

a.  Fungsi Legislasi, yaitu DPR mempunyai wewenang untuk membuat Undang-Undang

 bersama-sama dengan Presiden. Usulan Rancangan Undang-Undang dapat diajukan

oleh Presiden, dapat pula berdasarkan hak inisiatif DPR.

Page 29: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 29/31

29

 b.  Fungsi Anggaran (budget), yaitu kewenangan DPR untuk menetapkan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan oleh pemerintah (Presiden).

c.  Fungsi Pengawasan (kontrol), yaitu DPR mempunyai fungsi untuk menjalankan

 pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Pengawasan DPR

terhadap pemerintah dapat berupa pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,

anggaran pendapatan dan Belanja negara maupun kebijakan pemerintah lainnya

 berdasarkan UUD 1945.

Dalam menjalankan fungsinya DPR dibekali dengan beberapa hak seperti hak

interpelasi, hak angket, maupun hak menyatakan pendapat, hak mengajukan pertanyaan

maupun hak imunitas.

4.  Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Anggota DPD merupakan bagian dari keanggotaan MPR, dipilih melalui pemilihan

umum dari setiap propinsi.DPD dibentuk untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat

sesuai dengan daerahnya masing-masing. Oleh sebab itu anggota DPD merupakan wakil-

wakil dari propinsi dan berdomisili di daerah pemilihannya masing-masing. Apabila

 bersihang maka mereka bertempat tinggal di ibukota negara RI.

Adapun kewenangan DPD berdasarkan Pasal 22D UUD 1945, adalah:

a.  Mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi

daerah, hubungan pusat dan daearah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang

 berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;

 b.  Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan danpemekaran serta penggabungan daerah,

 pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;

c.  Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan Undang-undang APBN dan

rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;

d.  Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi

daearah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan

APBN, pajak, pendidikan, dan agama, serta menyampaikan basil pengawasan itu

kepada DPR.

5.  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan merupakan lembaga negara yang bebas dan mandiridengan tugas khusus untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan.

Kedudukan BPK yang bebas dan mandiri berarti terlepas dari pengaruh dan kekuasaan

 pemerintah, karena apabila tunduk kepada pemerintah tidaklah mungkin dapat melakukan

kewajibannya dengan baik. Dalam melaksanakan tugasnya BPK berwenang meminta

keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan/instansi pemerintah, atau badan

swasta sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang. Badan ini bertugas untuk

mengawasi kebijakan dan arah keuangan negara yang dilaksanakan oleh pemerintab, dan

 basil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan

kewenangannya.BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan disetiap provinsi.

Keanggotaan BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan dari DPD dan

diresmikan oleh Presiden.

Page 30: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 30/31

30

6.  Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung memegang kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk

mengadili pelanggaran peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan kekuasaan

kehakiman, MA membawahi beberapa macam lingkungan peradilan, yaitu :

a.  Peradilan umum

 b.  Peradilan Agama

c.  Peradilan Militer

d.  Peradilan Tata Usaha Negara

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Oleh sebab itu, dalam

melaksanakan tugasnya MA tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah dan

kekuasaan lainnya.

Mahkamah Agung mempunyai kewenangan untuk :

a.  Mengadili suatu perkara tingkat kasasi (tingkat banding yang terakhir);

 b.  memeriksa dan memutuskan sengketa tentang kewenangan mengadili;

c. 

 peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan tetap;

d.  menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-

undang.

7.  Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan hakim konstitusi, dimana tiga

anggota diajukan oleh MA, tiga orang diajukan oleh DPR in tiga anggota diajukan oleh

Presiden. Adapun syarat-syarat untuk menjadi hakim konstitusi adalah:

1)  warga negara Indonesia;

2)   berpendidikan sarjana hukum;

3) 

 berusia sekurang-kurangnya 40 tahun pada saat pengangkatan;

4)  tidak pernah dijatuhi pidana penjara dengan hukuman lima tahun atau lebih;

5)  tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

6)  mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum sekurang-kurangnya 10 tahun:

7)  membuat surat pernyataan tentang kesediaannya untuk menjadi hakim konstitusi.

Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen, Pasal 24C ayat 1 dan 2 sebutkan

mengenai kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi, yaitu:

1.  mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji undangundang terhadap

UUD;

2. 

memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikanoleh UUD;

3.  memutuskan pembubaran partai politik;

4.  memutuskan perselisihan tentang hasil pemiliham umum;

5.  memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden

dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.

8.  Komisi Yudisial (KY)

Komisi Yudisial adalah lembaga mandiri yang dibentuk oleh presiden dengan

 persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan

 pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.Komisi Yudisial mempunyai wewenang sebagai berikut:

a.  mengusulkan pengangkatan hakim agung;

 b.  menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hukum.

Page 31: Panca Sila

7/18/2019 Panca Sila

http://slidepdf.com/reader/full/panca-sila-56d615b63fabd 31/31

9.  Pemerintah Daerah

Lembaga eksekutif di tingkat pusat adalah Pemerintah Pusat, =earigkan lembaga

eksekutif di tingkat daerah adalah Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah terdiri kepada

daerah beserta perangkat aaerahnva. Kepala daerah provinsi ialah gubernur, sedangkan

tingkat kabupaten atau kota dipimpin oleh bupati atau walikota.

Menurut UU No. 22 Tahun 1999, yang diperbarui dengan UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, Gubernur adalah Kepala daerah Provinsi, yang karena

 jabatannya juga sebagai wakil pemerintah pusat. Sedangkan dalam menjalankan tugas dan

kewenangannya sebagai Kepala Daerah, Gubernur bertanggung jawab kepada DPRD

Provinsi.

Demikian pula Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh

Bupati/Walikota dalam menjalankan tugas dan kewenangannya bertanggung jawab kepada

DPRD Kabupaten/Kota.

10. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Dalam UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD,

dan DPRD, dinyatakan bahwa DPRD terdiri atas DPRD Provinsi dan DPRD

Kabupaten/Kota. DPRD Provinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang

 berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah provinsi. Sedangkan DPRD

Kabupaten/ Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan

sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Keberadaan DPRD untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan

 pembentukan dan susunan daerah berdasarkan asas desentralisasi. Hal ini sesuai dengan

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Fungsi DPRD pada prinsipnya sama

dengan fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

11. 

Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Komisi Pemilihan Umum merupakan suatu komisi yang bertugas dan bertanggung

 jawab terhadap pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. KPU bersifat nasional, tetap

dan mandiri. Dalam melaksanakan tugasnya KPU menyampaikan laporan penyelenggaraan

 pemilu kepada Presiden dan DPR.

Struktur organisasi penyelenggara pemilu terdiri atas KPU, KPU Provinsi, dan

KPU Kabupaten/Kota. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah pelaksana pemilu

di provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan bagian dari KPU.

Berdasarkan UU No.12 Tahun 2003 tentang Pemilu anggota DPR, DPD, dan

DPRD, pasal 25 menyatakan tugas dan wewenang KPU yaitu:1)  merencanakan penyelenggaraan pemilu;

2)  menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu;

3)  mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan pemilu;

4)  menetapkan peserta pemilu;

5)  menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi dan calon anggota DPR, DPD, DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota;

6)  menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan suara;

7)  menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR, DPD, DPRD

Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;8)  melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu;

9)  melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang.