panca sila
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
IDEOLOGI PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Kelompok :
Annisa Hasta Pratiwi (135040201111245)
Ruli Rohmatul Hidayah (135040201111285)
Puji Shandila (135040201111322)
Indah Kusumaning Putri (135040201111349)
Kelas : N
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2015
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-cita
yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai
sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, paham. Dalam suatu
negara ideologi sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan ideologi digunakan
negara sebagai landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-
kejadiannya dalam alam sekitarnya. Ideologi membantu suatu negara dalam
membuka wawasan yang memberikan makna dan menunjukkan tujuan dalam
kehidupan bernegara. Selain itu, ideologi juga berguna sebagai bekal dan jalan
suatu negara untuk menemukan identitasnya. Ideologi merupakan sebuah
kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong negara untuk melakukan
kegiatannya dan mencapai tujuan negara.
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,
bukan terbentuk secara otodidak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun
terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Ideologi Pancasila yang diterapkan di Indonesia bila dibandingkan
dengan ideologi besar lain di dunia mempunyai suatu perbedaan. Di satu sisi
terkadang perbedaan tersebut terasa dekat dan tipis, tetapi di sisi lainnya
perbedaan tersebut sangat jauh dan sangat berbeda.
Permasalahan tentang Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan
yang berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga
bersifat praktis karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena
ideologi Pancasila juga menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang
menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit
bagaimana manusia harus bertindak. Ideologi Pancasila tidak hanya menuntun
misalnya agar setiap warga negara bertindak adil, saling tolong menolong, saling
menghormati antar sesama manusia, lebih mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan dan sebagainya,
melainkan juga ideologi Pancasila akan menuntut ketaatan kongkrit, harus
melaksanakan ini dan itu, dan bahkan seringkali menuntut dengan mutlak orang
harus bersikap dan bertindak tertentu.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
dapat memahami ideologi serta dapat membandingkan ideologi-ideologi besar
dunia dengan pancasila.
BAB II. ISI
2.1 Pengertian Ideologi
Ideologi dilihat dari kata yang tersimpul di dalamnya yaitu ide berarti pikiran.
Kata ini dapat pula secara sederhana diartikan yaitu apa yang dipikirkan,
diinginkan atau dicita-citakan. Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “idea”
dan “logos”. idea mengandung arti mengetahui pikiran, melihat dengan budi.
Adapun kata logos mengandung arti gagasan, pengertian, kata, dan ilmu. Jadi,
ideologi dapat diartikan suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas,
pendapat, atau kejadian yang memberikan arah tujuan untuk kelangsungan hidup.
Selain itu, ideologi didefinisikan bermacam-macam menurut para ahli,
diantaranya:
Descartes, ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.
Francis Bacon, ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu
konsep hidup.
Machiavelli, ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki
oleh penguasa.
Thomas H., ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan
pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
M. Sastraprateja, ideologi adalah sebagai perangkat gagasan atau
pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu
sistem yang teratur.
Karl Marx, ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan
kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
Kirdi Dipoyuda mengartikan ideologi sebagai suatu kesatuan gagasan-
gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya baik individual maupun sosial, termasuk kehidupan negara.
W White, memberikan pengertian bahwa ideologi adalah soal cita-cita
politik atau doktrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakat atau
sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan.
Ali Syariati, mendefinisikan ideologi sebagai keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial,
suatu bangsa atau suatu ras tertentu.
C.C. Rodee menegaskan ideologi adalah sekumpulan gagasan yang secara
logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi
keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
Alfian, menyatakan ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai
yang menyeluruh dan mendalam ten tang bagaimana cara yang sebaiknya,
yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku
bersama dalam berbagai segi kehidupan.
Destutt de Tracy mengartikan ideologi sebagai "science of ideas" di mana
di dalamnya ideologi dijabarkan sebagai sejumlah program yang
diharapkan membawa perubahan institusional (lembaga) dalam suatu
masyarakat.
Harold H. Titus, mendefinisikan ideologi adalah sebagai suatu istilah yang
dipergunakan untuk sekelompok cita-cita. mengenai berbagai macam
masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosia serta filsafat sosial yang
dilaksanakan bagi suatu rencana sistematis tentang cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Murdiono, ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjad landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk
memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar
untuk mengelolanya.
Soerjanto Poespowardojo, merumuskan ideologi sebagai kompleks
pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi
seseorang (atau masyarakat) untuk memahami jagat raya dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
2.2 Penggolongan Ideologi
Menurut Tim Kreatif (2010), ideologi secara umum dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
a. Ideologi terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Ideologi ini
memiliki ciri sebagai berikut.
Merupakan kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi
bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan
masyarakat.
Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia
milik seluruh rakyat, dan bisa digali serta ditemukan dalam kehidupan
mereka.
Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi baru dapat dan
perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam
situasi kekinian mereka.
Tidak pernah membatasi kebebasan dan tanggung jawab masyarakat,
melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung
jawab sesuai dengan falsafah itu.
Mengahargai pluralitas, sehingga dapat diterima masyarakat yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
b. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak, ideologi ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan
cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah
masyarakat.
Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan
dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma dan berbagai segi
masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
Bersifat Totaliter, artinya mencakup / mengurusi semua bidang kehidupan.
Karena itu ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai
bidang informasi dan pendidikan sebab kedua bidang tersebut merupakan
sarana efektif untuk memengaruhi perilaku masyarakat.
Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak
dihormati.
Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk
berkorban bagi ideologi tersebut.
Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga tuntutan konkret
dan operasional yang keras, mutlak dan total.
2.3 Dimensi Ideologi
Menurut Pranowo (2013) ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi
realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas.
Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga
mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah
milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam
dirinya.
Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi
realitas.
Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan
memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis,
demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara,
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.
2.4 Fungsi Ideologi
Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian alam
sekitarnya
Orientasi dasar dengan membuka wawasan dan memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia
Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak
Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya
Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan
Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati,
serta melakukan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma
yang terkandung di dalamnya.
Membentuk identitas atau kepribadian (ciri) suatu bangsa
Mempersatukan sesama dalam perbedaan
Mempersatukan orang dari berbagai agama yang dianut
Mengatasi berbagai pertentangan, konflik atau ketegangan sosial dalam
Negara
Pembentukan solidariatas antara warga negara.
2.5 Pancasila Sebagai Ideologi
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dimulai
ketika dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Para anggota badan itu yang bersidang pada tanggal 29, 30 Mei dan 1
Juni 1945 membicarakan dasar negara yang nantinya akan menjadi dasar negara
Republik Indonesia. Muh. Yamin, Soepomo, Soekarno, telah berbicara tentang
masalah dasar negara yang diinginkan. Soekarno mengetengahkan usul tentang
dasar negara yang jumlahnya lima asas, yang diberi nama Pancasila. Inilah tahap
pertama pembicaraan tentang gagasan dasar negara. Kemudian setelah itu,
dibentuklah panitia kecil yang merumuskan dasar negara itu. Rumusan yang
dicapai adalah rumusan seperti yang tercantum di dalam Piagam Jakarta tanggal
22 Juni 1945. Selanjutnya tahap akhir dari rumusan dasar negara itu baru tuntas
pada tanggal 18 Agustus 1945 ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
bersidang dan mengesahkan UUD 1945 (Dekker, 1997)
Pancasila sebagai dasar negara merupakan norma dasar yang fundamental.
Karena kedudukannya sebagai norma dasar yang fundamental, maka ia tidak
dapat diubah secara hukum oleh siapa pun juga termasuk MPR pilihan rakyat.
Betapa kuat dan luhurnya kedudukan Pancasila dapat dilihat sebutan yang
tercantum dalam TAP MPR No. II/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Di sana disebutkan bahwa Pancasila sebagai jiwa bangsa,
kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa dan dasar negara. Seluruh sebutan
itu menunjukkan betapa tingginya kedudukan Pancasila itu di dalam kehidupan
kita sebagai bangsa. Isinya merupakan nilai-nilai luhur bangsa yang telah terurai
di dalam pengalaman kehidupannya (Dekker, 1997).
Sistem nilai itu seperti disebutkan di atas tercantum di dalam Pembukaan
UUD 1945. Dengan lain perkataan dapat disebutkan bahwa Pancasila itu
merupakan sistem nilai kehidupan bangsa yang kemudian dirumuskan di dalam
Pembukaan UUD 1945. Walaupun rumusan Pancasila itu dalam tiga UUD yang
pernah berlaku di Indonesia yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS (1949), UUDS
(1950), ada bedanya, tetapi tidak mengubah inti dari Pancasila tersebut. Hanya
saja sila-sila Pancasila yang dirumuskan dalam UUD 1945 lebih diberikan
pembatasannya, seperti Kemanusiaan yang adil dan beradab dan tidak Peri-
Kemanusiaan, Persatuan Indonesia dan tidak Kebangsaan, ataupun Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
dan tidak “Kerakyatan”, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan tidak
“Keadilan sosial” saja (Dekker, 1997).
2.6 Pancasila dan Ideologi Dunia
a) Ideologi Fascis
Menurut Eberstein (dalam Dekker, 1997) Fascisme ialah pengorganisasian
pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh keditaktoran suatu partai, yang
berwatak atau bercorak nasionalist, racialist, militerist dan imperialist. Terdapat
unsur-unsur sebagai berikut.
1. Tidak mempercayai pikiran (Distrust of Reason)
Ajaran Fascisme menyanggah atau memungkiri hasil-hasil pikiran
manusia. Ia menolak suatu tradisi rasional dalam kebudayaan dan pandangan
Barat yang berakar dari kebudayaan Yunani, ajaran Monotheisme Yahudi dan
ajaran Kristen. Fascisme tidak mempercayai akan kemampuan akal manusia,
bahkan anti rational di dalam mengurus persoalan-persoalan manusia. Oleh karena
itu ditekankan dalam ajarannya tentang irratinalisme, sentimentalisme, dan unsur-
unsur yang tidak terkontrol (nafsu) dari manusia.
Dalam ideologi Fascist terutama ditanamkan suatu kepercayaan (taboo)
yang tidak bisa dibantah atau didiskusikan tentang kebenaran dari pada ras,
kerajaan, dan pimpinan. Kepercayaan yang tidak sebenarnya (taboo) di dalam
suatu grup atau bangsa ialah disebabkan bahwa grup tersebut tidak dapat
menghadapi keadaan yang sebenarnya, sehingga sebagai jalan untuk
memecahkannya mencari perlindungan sementara kepada taboo.
2. Menyanggah Persamaan Dasar Manusia (Denial of Basic Human Equality)
Penyanggahan prinsip ini merupakan petunjuk daripada pergerakan
Frascis. Prinsip ketidaksamaan (inequality) ini dijadikan suatu ideal, yang harus
ditujukan kepada seluruh manusia. Oleh karena itu ideologi Fascisme menolak
akal manusia dan memungkiri akan peradaban Barat. Dengan demikian dalam
pandangan Fascisme laki-laki lebih tinggi derajatnya daripada wanita, bangsa
sendiri lebih tinggi dari bangsa lain.
3. Etika Tingkah Laku Didasarkan atas Kebohongan dan Kekerasan (Code of
Behaviour in Lines and Violence)
Di dalam pergaulan manusia baik dengan bangsa sendiri atau dengan
bangsa lain didasarkan atas kebohongan dan kekerasan. Dalam pandangan
demokrasi, politik merupakan mekanisme untuk menyelesaikan secara damai
masalah-masalah sosial. Sebaliknya dalam pandangan Fascist, politik ditandai
dengan friend-enemy relations.
4. Pemerintahan Dilakukan oleh Golongan Elite (Goverment by Elite)
Fascisme dimana pun juga akan menentang ajaran demokrasi bahwa
rakyat bisa mengurus atau memerintah dirinya sendiri. Fascisme berpendapat
bahwa yang berhak dan dapat memerintah ialah segolongan kecil dari pada
penduduk yang mempunyai status sosial. Mereka inilah yang baik bagi
masyarakat keseluruhan dan mempraktikannya. Prinsip ini berselarasan dengan
prinsip ketidaksamaan (inequality).
5. Totalisatianisme (Totalitarianism)
Totalisatianisme dalam Fascisme bukan saja di dalam sistem
pemerintahan, tetapi merupakan way of life dalam segala sektor kehidupan dalam
masyarakat baik politik maupun non politik. Sebagai contoh dalam kehidupan
kekeluargaan, wanita itu dipandang rendah derajatnya, yang hanya mempunyai
tugas menyusui, memasak dan mengurus rumah tangga. Lain itu wanita dijadikan
ternak untuk melahirkan anak-anak tanpa melalui perkawinan.
6. Rasialisme dan imperialisme (Racialism and Imperialism)
Dalam ideologi Fascisme, Imperialisme merupakan ajaran atau doktrin
yang harus dilakukan sebagai perwujudan dari pada prinsip inequality. Di dalam
bangsa sendiri ada inequality yaitu antara golongan elite dan rakyat lainnya yang
diperintah. Oleh karena itu bangsa Jerman mempunyai pendirian sebagai bangsa
yang terpilih di dunia yang ditakdirkan untuk memimpin dunia.
7.Oposisi terhadap hukum dan ketertiban internasional (Opposition to
international law and order)
Bagi negara non Fascist, perang itu dianggap sebagai sumber tragis yang
harus dihapuskan. Tapi sebaliknya bagi kaum Fascist perang itu dijadikan suatu
ideal. Dalam Fascisme menghendaki adanya pemerintahan dengan kekerasan,
oleh karena itu setiap lembaga internasional yang mengatur hubungan
internasional antara bangsa dan menegakkan hukum dan ketertiban internasional
akan merupakan gangguan bagi Fascisme. Perekonomian diatur dalam gabungan
perusahaan (modal) dan buruh yang dikuasai atau diawasi oleh negara. Dans etiap
gabungan perusahaan mempunyai kedudukan monopoli dalam perdagangan.
b) Ideologi Komunis
Ideologi komunis atau komunisme merupakan perlawanan besar pertama
dalam abad ke-20 terhadap sistem ekomomi yang kapitalalis dan liberal. Menurut
Azzam (2013) komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan
bersama atas alat-alat produksi (tanah, tenaga kerja, modal) yang bertujuan untuk
tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan
semua orang sama. Komunisme ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dlam
bidang ekomomi dan sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan
ideologi komunias yang berseifat doktriner. Jadi, menurut ideologi komunis,
kepentingan-kepentingan individu tunduk kepada kehendak partai, negara dan
bangsa (kolektivisme). Menurut Sukarna (2013) yang dimaksud ideologi komunis
sistem politik sosial ekonomi dan kebudayaan berdasarkan berdasarkan ajaran
Marxisme-Leninisme.
Menurut Azzam (2013) ciri-ciri adalah sebagai berikut.
1. Ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang
komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada.
Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka,
keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
2. Sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. terbukti dari
ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
3. Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya
proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
4. Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution
(revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka,
komunisme sering disebut go international.
5. Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang
makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk
menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertugas mem-bersihkan
kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah yang bertentangan
dengan demokrasi
6. Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu
partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina,
PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di
negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi,
komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.
Menurut Azzam (2013) kebaikan dari ideologi komunisme menganggap
semua orang itu sama, sehingga dalam ajarannya komunisme memprogramkan
tercapainya masyarakat yang makmur dan masyarakat komunis tanpa kelas dan
juga mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat
melawan tuan tanah dan kapitalis. Karena ajarannya itu, banyak rakyat jelata yang
miskin sangat tertarik untuk menganut ideologi komunisme tersebut. Hal itu
bukan disebabkan karena propaganda ajarannya saja, tetapi juga karena tindakan-
tindakan nyata untuk mencukupi kebutuhan material mereka. Contohnya RRC.
Rakyat Cina berjumlah lebih dari 1,1 milyar. Kita tidak pernah dengar kelaparan
dan ketelanjangan di Cina. Karena komunisme disana mampu memenuhi janji
memakmurkan rakyat, komunisme di Cina laku. Namun, supaya tetap laku,
komunisme Cina mengalami liberalisasi. Secara fisik dapat mencermati busana
pemimpin RRC sekarang, bukan jas tutup lagi seperti Mao Zedong dan Chou En
Lai, melainkan jas buka seperti Bill Clinton atau Antony Blair. Dalam bidang
ajaran, RRC juga mengadakan lilberalisasi, seperti merebaknya kebebasan
beragama dan beribadah. Jadi komunisme asli tidak ada lagi.
Keburukan dari ideologi komunisme bersifat atheis (tidak mengimani
Tuhan dan tidak mengangap Tuhan itu ada), kurang menghargai mamnusia
sebagai individu, tidak menghormati HAM, dan lain-lain (Azzam, 2013).
c) Ideologi Liberal
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik
yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama (Saputra, 2009). Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada
abad pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik
berikut. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi
kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam system ini bersifat statis dan
sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja
dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV).
Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from restraint),
karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan
gereja dan raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan
ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan
oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya
pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki
adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang
transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh
karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya
kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak
dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi
sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan
yang dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari
kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan
rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum
minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme
adalah yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan
individu sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
untuk bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang
melakukan sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus
dilakukan.
Menurut Baliyono (2013) ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut.
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat
keputusan diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
terbesar individu berbahagia.
6. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh
kekuasaan manapun.
Menurut Baliyono (2013) terdapat beberapa kelebihan serta kekurangan
dalam ideologi Libralisme seperti berikut. Kelemahan ideologi liberalisme:
1. Sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat bebas,
pendapatan jatuh kepada pemilik modal atau majikan. Sedangkan golongan
pekerja hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan.
2. Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja, sehingga
yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
3. Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat.
4. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi budaya
oleh individu yang sering terjadi
5. Karena penyelenggaran pers dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah sulit
untuk mengadakan dan memberikan kontrol. Sehingga pers sebagai media
komunikasi dan media masa sangat efektif menciptakan image dimasyarakat
sesuai misi kepentingan mereka.
Kelebihan ideologi liberalisme:
1. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarkat dalam mengatur kegiatan
ekonomi. Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah.
2. Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi. Hal ini
mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3. Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat.
4. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena barang yang kurang
bermutu tidak akan laku di pasar.
5. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas
motif mencari keuntungan.
6. Kontrol sosial dalam sistem pers liberal berlaku secara bebas. Berita-berita
ataupun ulasan yang dibuat dalam media massa dapat mengandung kritik-kritik
tajam, baik ditujukan kepada perseorangan lembaga atau pemerintah.
7. Masyarakat dapat memilih partai politik tanpa ada gangguan dari siapapun.
Beberapa Negara di Benua Amerika yang menganut ideologi liberalisme
Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador,
Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay dan
Venezuela. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga danut oleh negara Aruba,
Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan
Suriname. Masih banyak lagi negara-negara yang menganut Ideologi Liberalisme
di benua lainnya.
d) Ideologi Islam
Ideologi Islam lahir berdasar akidah Islam. Islam dilahirkan dari proses
berfikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap keberadaan (wujud)
Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh
isinya, termasuk manusia. Darinya lahir keyakinan akan keadilan dan kekuasaan
Allah Yang Maha Tahu dan Maha Pengatur, Allah telah mewahyukan aturan
hidup, yaitu syariat Islam yang sempurna dan diperuntukkan bagi manusia.
Syariat Islam tersebut bersumber pada Al Qur'an dan Al Hadist.
Dari keyakinan ini tumbuhlah keyakinan akan adanya rasul dari golongan
manusia, yang menuntun dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya,
dan meyakini akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT. Aturan hidup
yang dimaksud merupakan aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah.
Aturan ini mengatur berbagai cara hidup manusia yang berlaku dimana saja dan
kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu. Dari peraturan yang mengikat individu
ataupun masyarakat dan bahkan sistem kenegaraan, seluruhnya ada diatur dalam
Islam.
Jadi agama Islam mempunyai peraturan hidup. Seperti Hukum Mu’amalah
(Sistem Ekonomi Islam, Sistem Pentadbiran, Sistem Sosial, Pendidikan Islam)
dan Hukum Uqubat (Hudud, Qisas, Takzir dan Mua’lafat) merupakan peraturan
hidup sesama manusia. Manakala peraturan manusia dengan diri sendiri seperti
makan minum dan pakaian serta peraturan manusia dengan Allah mencakupi
ibadah dan aqidah. Peraturan ini yang diciptakan oleh Allah biasanya dipanggil
syarak. Disamping itu Muhammad itu pesuruh Allah, Al Quran itu kalam Allah
dan seperti pembaca sedia maklum tentang Rukun Iman & Rukun Islam.
Ciri-ciri ideologi Islam menurut wahyu Allah SWT kepada Rasulullah
SAW.
a. Dasar kepemimpinan ideologis: La ilaha illallah (menyatukan antara
hukum Allah SWT dengan kehidupan).
b. Kesesuaian dengan fitrah: Islam menetapkan manusia itu lemah. Jadi,
segala aturan apapun harus berasal dari Allah SWT lewat wahyu-Nya.
c. Pembuat hukum dan aturan: Allah SWT lewat wahyu-Nya. Akal manusia
berfungsi menggali fakta dan memahami hukum dari wahyu.
d. Fokus: Individu merupakan salah satu anggota masyarakat. Individu
diperhatikan demi kebaikan masyarakat, dan masyarakat untuk kebaikan
individu.
e. Ikatan perbuatan: Seluruh perbuatan terikat dengan hukum syaro'.
Perbuatan baru bebas dilakukan bila sesuai dengan hukum syaro'.
f. Tujuan tertinggi yang hendak dicapai: Ditetapkan oleh Allah SWT,
sebagaimana telah dibahas.
g. Tolok ukur kebahagiaan: Mencapai ridho Allah SWT, yang terletak dalam
ketaatan dalam setiap perbuatan.
h. Kebebasan pribadi dalam berbuat: Distandarisasi oleh hukum syaro'. Bila
sesuai, bebas dilakukan. Bila tidak, maka tidak boleh dilakukan.
i. Pandangan terhadap masyarakat: Masyarakat merupakan kumpulan
individu yang memiliki perasaan dan pemikiran yang satu serta diatur oleh
hukum yang sama.
j. Dasar perekonomian: Setiap orang bebas menjalankan perekonomian
dengan membatasi sebab pemilikan dan jenis pemiliknya. Sedangkan
jumlah kekayaan yang dimiliki tidak boleh dibatasi.
k. Kemunculan sistem aturan: Allah SWT telah menjadikan bagi manusia
sistem aturan untuk dijalankan dalam kehidupan yang diturunkan pada
Nabi Muhammad SAW. Manusia hanya memahami permasalahan, lalu
menggali hukum dari Al Qur'an dan As Sunnah.Tolok ukur: Halal dan
haram.
l. Penerapan hukum: Atas dasar ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan
penerapan dari masyarakat.
Selain ciri-ciri diatas, ideologi Islam juga memiliki beberapa karakteristik.
Antara lain:
a. Ide Aqidah 'aqliyyah: Rukun iman.
b. Etika: Jalan yang Lurus
c. Penyelesaian masalah hidup: Identetan hukum dalam ibadah, sosial
masyarakat, ekonomi, pemerintah, pendidikan, pengadilan, dan akhlak.
d. Metode Penerapan: Khilafah Islamiyah.
e. Penjagaan: Hukum Islam.
f. Penyebarluasan ideologi: Dakwah dan jihad.
Penganut ideologi Islam percaya jika sebelum kehidupan adalah berasal
dari Allah SWT, saat kehidupan bertujuan untuk mendapatkan ridha-Nya, dan
setelah meninggal kembali kepada-Nya dengan pertanggungjawaban. Penerapan
ideologi Islam memandang masyarakat sebagai individu yang terkait dan tidak
dapat dipisahkan dari jama’ah ibarat satu bahagian anggota tubuh. Serta jamaah
pula tidak dapat dipisahkan dari individu-individu. Masyarakat itu terdiri daripada
manusia, pemikiran, perasaan dan peraturan (sistem) yang mengikat perbuatan
dan tingkah laku. Ideologi Islam mulai dijelmakan dalam sistem pemerintahan
Islam sejak tahun 622 Masehi di Madinah oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Sepanjang riwayatnya, ideologi ini mampu memberikan solusi dan kemakmuran
bagi masyarakatnya. Namun, ideologi Islam tak lagi diterapkan sejak 3 Maret
1924, saat runtuhnya khilafah Turki Utsmani. Sejak saat itu, Islam sebagai
ideologi tak lagi diterapkan secara menyeluruh.
e) Ideologi Pancasila
Nilai – nilai Pancasila sebagai Ideologi
Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai Ketuhanan , Kemanusiaan ,
Persatuan, Kerayakyatan dan Keadilan. Nilai ini merupakan nilai dasar bagi
kehidupan kenegaraan , kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai Pancasila
tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terkandung nilai lainnya secara
lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran(kenyataan) ,
nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
bersifat objektif dan subjektif.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif maksudnya:
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam.
b. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
c. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang mendasar.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia itu sendiri.
Hal itu dapat dijelaskan karena:
a. Nilai –nilai Pancasila itu timbul dari bang sa Indonesia.
b. Nilai- nilai Pancasila merupakan oandanga hidup bangsa Indonesia.
c. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung nilai- nilai kerohanian.
d. Nilai – nilai Pancasila didalamnya merupakan nilai yang digali , tumbuh
dan berkembang dari budaya bangsa Indonesia.
e. Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah , penyelenggara negara
termasuk pengurus partai dan golongan fungsional untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dang memegang cita-cita moral rakyat yang
luhur.
Sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila berarti sikap yang baik
dalam menanggapi dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, dalam
setiap tindakan dan perilaku sehari-hari. Walaupun kenyataannya melaksanakan
nilai-nilai Pancasila tidaklah mudah, bangsa Indonesia harus tetap berusaha
melakukannya. Berikut ini diuraikan secara singkat contoh pelaksanaan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan silanya masing-
masing.
1. Pelaksanaan Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Dalam sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai ketuhanan dan
keagamaan. Maka, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, harus dijiwai dengan nilai-nilai sila tersebut. Hal-hal
yang dapat kita lakukan antara lain:
a. Mewujudkan kehidupan religious yang sejati.
b. Mengusahakan terwujudnya ketakwaan warga negara dan masyarakat
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Menjalankan pemerintahan negara dengan prinsip-prinsip etika, kebenaran,
dan keadilan.
2. Pelaksanaan Sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab”mengandung nilai utama
kemanusiaan. Pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, dengan begitu, harus
dapat perlakukan warga negara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Karena itu, penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, harus dilakukan
dengan prinsip-prinsip sebagai brerikut.
a. Menghormati hak-hak asasi manusia
b. Memecahkan berbagai masalah hidup warga Negara dengan cara yang adil.
c. Membina sikap saling tolong antarwarga.
3. Pelaksanaan Sila “Persatuan Indonesia”
Dalam sila “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan dan
nasionalisme religius. Yang dimaksud nasionalisme religius adalah semangat
kebangsaan yang dilandasi dengan moral keagamaan dan ketuhanan. Hal-hal yang
harus dilakukan dalam kehidupan berbangsan dan bernegara antara lain:
a.Mengakui keragaman suku sebagai kekayaan bangsa.
b. Menciptakan kerukunan hidup antarsuku yang ada di Indonesia.
c. Menjaga persatuan bangsa
4. Pelaksanaan Sila “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikamt Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Sila keempat ini, mengandung nilai kerakyatan dan demokrasi. Rakyat dan
demokrasi saling terkait dan harus diperjuangkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegera. Karena itu, terkait dengan pelaksanaan sila keempat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, hal-hal yang harus di lakukan sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan rakyat untuk mengajukan kritik dan saran dalam
pelaksanaan pembangunan.
b. Mewujudkan adanya lembaga perwakilan rakyat yang aspiratif.
5. Pelaksanaan Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Dalam sila kelima ini, terkandung nilai keadilan dan pemerataan sosial.
Artinya, keadilan merupakan hal yang akan dan harus di wujudkan dalam
kehidupan masyarakat secara merata dan menyeluruh. Terkait dengan pelaksanaan
sila kelima ini, hal-hal yang harus dilakukan antara lain:
a. Melaksanakan pembangunan yang merata di semua lapisan masyarakat dan
wilayah Negara.
b. Memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada warga negara dalam
berbagai bidang dan sektor ke hidupan.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia memiliki kekayaan budaya, suku, ras dan agama. Untuk
menyatukan keberagaman karakter dan pandangan hidup rakyatnya, dibutuhkan
pedoman tetap dalam pelaksanaan berbangsa dan bernegara. Apabila
dibandingkan dengan beberapa ideologi yang telah berkembang di dunia, Ideologi
Pancasila merupakan ‘pandangan hidup’ yang paling tepat untuk diterapkan di
tanah air karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersumber dari kondisi
wilayah dan pola kehidupan masyarakat Indonesia sendiri yang menjunjung tinggi
nilai kesatuan, kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
3.2 Saran
Demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu keadilan dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, sudah selayaknya kita selalu
menggali nilaiyang terdapat dalam Pancasila untuk diterapkan di kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Azzam, M.C. 2013. Ideologi Komunisme.
http://azzamkasep.blogspot.com/2013/01/ideologi-komunisme.html.
Diakses tanggal 25 Februari 2015.
Baliyono, P. 2013. Ideologi Liberalisme.
http://priyobaliyono.blogspot.com/2013/09/pengertian-ideologi-
liberalisme.html. Diakses tanggal 25 Februari 2015.
Dekker, Nyoman. 1997. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. IKIP Malang.
Pranowo, D. 2013. Ideologi. http://suryanusa.blogspot.com/p/ideologi.html.
Diakses tanggal 25 Februari 2015.
Saputra, T.A. 2009. Ideologi. http://eaznotalone.blogspot.com/2009/05/
pendahuluan-ideologi-adalah-kumpulan.html. Diakses tanggal 25
Februari 2015.
Sukarna. 1974. Ideologi Suatu Studi Politik. Bandung: Penerbit Alumni.
Tim Kreatif. 2010. PKN untuk SMA dan MA kelas XII semester 1. Maestro