panca sila

20
ANALISIS PANCASILA TERKAIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER Disusun oleh : 1. Dina Prarika (G1F014003) 2. Dina Sami Arum Lestari (G1F014015) 3. Afifah Dwi Rahmatika (G1F014027) 4. Alim Wijaya (G1F014039) 5. Raras Ravenisa (G1F014055) 6. Kintyas Asokawati (G1F014069) JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: alimwijaya

Post on 10-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan pancasila

TRANSCRIPT

ANALISIS SILA SILA PANCASILA ATAS HAK SESEORANG DALAM TRANSPLANTASI ORGAN

ANALISIS PANCASILA TERKAIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER

Disusun oleh :

1. Dina Prarika

(G1F014003)

2. Dina Sami Arum Lestari (G1F014015)

3. Afifah Dwi Rahmatika (G1F014027)

4. Alim Wijaya

(G1F014039)

5. Raras Ravenisa

(G1F014055)

6. Kintyas Asokawati

(G1F014069)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antibiotik adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian tertentu mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotika tidak efektif untuk melawan virus. Antibiotik selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan reproduksi bakteri juga membantu sistem pertahan alami tubuh untuk mengeliminasi bakteri tersebut (Robert, 2011).Selama 40 tahun terakhir, penggunaan antibiotik secara serampangan menjadi masalah di Indonesia. Meski termasuk obat keras, antibiotik dijual bebas tanpa resep dokter di apotek dan toko obat. Pengobatan dengan antibiotik tanpa resep dokter, tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang tetapi juga negara-negara maju. Selebihnya di negara-negara Eropa seperti Romania, dan Lithuania, juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada pengobatan sendiri dengan antibiotika (Al-Azzam, 2007)Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi. Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Pada awalnya resistensi terjadi di lingkungan rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang dilingkungan masyarakat (Permenkes,2011).Menurut WHO (2001), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat mengkhawatirkan peningkatan junlah resistensi bakteri di semua wilayah di dunia. Oleh karena itu, untuk menciptakan koordinasi global, WHO mengeluarkan Global Strategy for Containment of Antimicrobial Resistance, yaitu dokumen yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan agar mendesak pemerintah di berbagai negara untuk melakukan tindakan dan berbagai usaha yang dapat mencegah terjadinya resistensi antibiotika. Selain itu, WHO juga mengeluarkan enam kebijakan dalam memerangi masalah resistensi antibiotik yang ditujukan kepada semua pemangku kebijakan, termasuk para pembuat kebijakan dan perencana, masyarakat dan pasien, praktisi dan pemberi resep obat, apoteker dan industri farmasi (WHO,2011).Di Indonesia juga telah dilakukan beberapa usaha untuk tujuan penanggulangan ini. Salah satu dari usaha tersebut adalah diberlakukanya undang-undang tentang penjualan antibiotika yang diatur dalam undang-undang obat keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1. Selain itu diberlakukannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang pedoman umum penggunaan antibiotik (Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949; Permenkes, 2011).B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan utama bagaimana analisis penggunaan antibiotik tanpa resep dokter terhadap nilai nilai pada pancasila?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui fungsi Pancasila sebagai aturan pengendalian dalam penyalahgunaan antibiotik.BAB II

PEMBAHASAN

Pancasila adalah Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945 diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7.

Dalam kasus ini pancasila seharusnya dapat berperan penting untuk mengendalikan penyalahgunaan antibiotik tanpa resep dokter tersebut. Hal ini dapat dianalisis dari masing-masing sila. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

a. Analisis berdasarkan sila pertama

Inti dari sila Ketuhanan yang Mahaesa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, yaitu nilai-nilai agama. Pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini, hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubunbgan sebab akibat. Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu (sebagai sebab) dan manusia sebagai ciptaan Tuhan (sebagai akibat). Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan Tuhan.

Hubungan manusia dengan Tuhan, yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan terkandung dalam nilai nilai agama. Maka menjadi suatu kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan, untuk merealisasikan nilai nilai agama, yang hakikatnya berupa nilai nilai kebaikan, kebenaran, dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sisi lain, negara adalah suatu lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatan, yang anggota anggotanya terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia, bertujuan untuk melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya. Maka negara berkewajiban untuk merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan, perdamaian, untuk seluruh warganya.Maka dapatlah disimpulkan bahwa negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena negara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri atas manusia manusia; adapun keberadaan manusi adalah sebagai akibat Tuhan (sebagai kausa prima) maka negara harus sesuai dengan hakikat nilai nilai yang berasal dari Tuhan.Jadi hubungan antara penyalahgunaan antibiotik tanpa resep dokter dengan landasan sila pertama, yaitu inti sila ketuhanan yang maha esa, adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Dengan adanya penyalahgunaan antibiotik tanpa resek dokter, telah membuat penyimpangan dalam nilai sila pertama pancasila. Yakni mengabaikan nilai kebaikan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian untuk seluruh makhluknya. Hal ini sesuai dengan asal mula bahan (kausa materialis) pancasila yaitu berupa nilai nilai agama, nilai nilai kebudayaan (termasuk adat istiadat) yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala, yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan negara. b. Analisis berdasarkan sila kedua

Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelanggaraan Negara antara lain hakikat negara, bentuk negara, tujuan negara, kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelanggara Negara harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh manusia untuk manusia dan mempunyai suatu tujuan untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelanggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yaitu monopluralis, terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia yang monodualis yaitu manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat negara harus sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Maka bentukdan sifat negara Indonesia bukanlah negara individualis yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namun juga bukan negara klass yang hanya menekankan sifat makhluk sosial, yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan. Maka sifat dan hakikat negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun mahkluk sosial secara serasi, harmonis dan seimbang. Selain itu hakikat dan sifat negara Indonesia bukan hanya menekankan segi kejasmaniannya belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi kerokhanian saja, namun sifat negara harus sesuai dengan kedua sifat tersebut baik kejasmanian maupun kejiawaan(kerokhanian) secara serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk sendiri dan makhluk Tuhan.

Dalam kasus yang bersangkutan telah menyimpang dalam nilai kemanusiaan karena pada dasarnya manusia hidup secara individualis yang bergerombol serta cakupan sila kedua meliputi seluruh manusia. Jadi, dampak sebuah penyimpangan tidak hanya meliputi sejumlah cakupan yang ada..

c. Analisis berdasarkan sila ketiga

Inti sila persatuan Indonesia yaitu kesesuaian hakikat dan sila negara dengan hakikat dan sifat-sifat satu. Kesesuaian ini meliputi sifat-sifat dan keadaan negara Indonesia yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi negara Indonesia ini merupakan suatu kesatuan yang mutlak tidak berbagi-bagi, merupakansuatu negara yang mempunyai eksistensi sendiri, yang mempunyai bentuk dan susunan sendiri, mempunyai sifat-sifat dan keadaan sendiri. Kesesuaian negara dengan hakikat satu tersebut meliputi semua unsur-unsur kenegaraan baik yang bersifat jasmaniah maupun rokhaniah, baik yang bersifat kebendaan maupun kejiwaan. Hal itu antara lain meliputi rakyat yang senantiasa merupakan suatu kesatuan bangsa Indonesia, wilayah yaitu satu tumpah darah Indonesia, pemerintahan yaitu satu pemerintahan Indonesia yang tidak tergantung pada negara lain, satu bahasa yaitu bahasa nasional Indonesia, satu nasib dalam sejarah, satu jiwa. Kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia mempunyai keberadaan sendiri di antara negara-negara lain di dunia ini.

Dalam kaitannya dengan sila persatuan Indonesia ini, segala aspek penyelenggaraan negara secara mutlak harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat satu.Oleh karena itu dalam realisasi penyelanggaraan Negaranya baik bentuk negara, penguasa negara, lembaga negara, tertib hukum, rakyat dan lain sebagainya harus sesuai dengan hakikat satu seta konsekuensinya harus senantiasa merealisasikan kesatuan dan persatuan. Dalam pelaksanaanya realisasi persatuan dan kesatuan ini bukan hanya sekedar berkaitan dengan hal persatuannya namun juga senantiasa bersifat dinamis yaitu harus senantiasa berkaitan erat dengan upaya merealisasikan persatuan. Hal ini menjadi amat penting karena sebagaimana telah dipahami bahwa negara pada hakekatnya berkembang secara dinamis sejalan dengan perkembangan zaman, waktu dan keadaan.Dalam cakupan sila ketiga yaitu persatuan indonesia meliputi cakupan kedaerahan. Dimana setiap daerah memiliki tanggumg jawabnya semdiri. Namun, dalam kasus yang berkaitan yakni penyalah gunaam pemberian antibiotik di daerah tertentu telah menjadi sebuah titik hitam dalam suatu daerah dimana telah telah menyimpang dari nilai nilai yang terkandung dalam pancasila khususnya sila ketiga.

d. Analisis berdasarkan sila keempat Inti sila keempat adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat negara dengan sifat-sifat dan hakikat rakyat. Dalam kaitannya dengan sila ke empat ini, maka segala aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat rakyat, yang merupakan suatu keseluruhan penjumlahan semua warga negara yaitu negara Indonesia. Maka dalam penyelenggaraan negara bukanlah terletak pada suatu orang(rakyat) dan semua golongan satu buat semua semua buat satu. Dalam hal ini negara berdasarkan atas atas hakikat rakyat, tidak pada golongan, atau individu. Negara berdasarkan atas permusyawaratan dan kerjasama dan berdasarkan atas kekuasaan rakyat(kedaulatan rakyat). Negara pada hakikatnya didukung oleh rakyat oleh karena itu dalam pelaksaan dan penyelenggaraan negara dilakukan untuk kepentingan seluruh rakyat, atau dengan lain perkataan kebahagiaan seluruh rakyat dijamin oleh negara.Dalam praktek pelaksanaannya pengertian kerakyatan bukan hanya sekedar berkaitan dengan pengertian rakyat secara kongkrit saja namun mengandung suatu asas kerokhanian, mengandung cita-cita kefilsafatan. Maka pengertian kesesuaian dengan hakikat rakyat tersebut, juga menentukan sifat dan keadaan negara, yaitu untuk keperluan seluruh rakyat, maka bentuk dan sifat-sifat negara mengandung pengertian suatu cita-cita kefilsafatan yang demokrasi yang didalam pelaksanaanya meliputi demokrasi politik dan demokrasi sosial ekonomi. Oleh karena itu kesesuaiaan, negara dengan hakikat rakyat ini berkaitan dengan sifat negara kita, yaitu negara demokrasi monodualis, yang berarti demokrasi yang sesuai dengan sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam suatu kesatuan dwitunggal, dalam keseimbangan dinamis, yang selalu sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan zaman. Dalam pelaksanaannya demokrasi monodualis ini juga bersifat kekeluargaan yaitu prinsip hidup bersama yang bersifat kekeluargaan.Namun, apabila terdapat sebuah golongan dalam rakyat dalam mewujudkan sesuatunya tidak sesuai dengan hakikat kerakyatan bangsa indonesia dimana hanya mementingkan kepentingan golongan. Maka, semua nilai-nilai yang terdapat dalam sila keempat pancasila tidak terkandung dalam kasus yang bersangkutan. Dimana hanya mementingkan sebuah minoritas/golongan tanpa adanya kesejahteraan bagi rakyat indonesia.

e. Analisis berdasarkan sila kelimaInti sila kelima yaitu keadilan yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat manusia. Hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia, yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan Tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya sendiri. Keadilan ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya, oleh karena itu inti sila keadilan sosial adalah memenuhi hakikat adil.Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan sosial ini mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sifat kodrat manusia sebagai individu dan makluk sosial.Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi(keadilan segitiga), yaitu:1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara negara dengan warganya. Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi haknya.2, Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara. Jadi dalam pengertian keadilan legal ini warga negaralah yang wajib memenuhi keadilan terhadap negaranya.3. Keadilan komutatif, yaitu keadilan antara warga negara yang satu dengan yang lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antar warga negara.Selain itu secara kewajiban cita-cita keadilan tersebut jug meliputi seluruh unsur manusia, jadi juga bersifat monopluralis. Sudah menjadi bawaanya hakikatny hakikat mutlak manusia untuk memenuhi kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri maupun dari oranglain, semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia yg lainnya, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Namun dalam cakupan yaang terkandung dalam sila kelima yaitu meliputi individual. Dimana setiap individu berhak mendapat kesejahteraan tanpa ada yang merugikan ataupun melebihkan satu sama lain. Dengan adanya penyalahgunaam antibiotik secara tidak langsung telah memberika berbagai bentuk penyimpangan antarindividual.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia, sumber dari segala sumber hukum yang mencakup semua aspek dalam lima sila. Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan kndonesia, kerakyatam yang dipimpin oleh hikmat dalam kebijaksanaan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Dalam setiap sila pancasila mengandung berbagai cakupan permasalahan. Sila pertama mencakup semua makhluk tuhan dimana terdapat kaitan antara kholiq dan makhluqnya. Sila kedua mencakup seluruh manusia dimana seluruh manusia mempunyai hakikat yang sama untuk hidupnsejahtera. Sila ketiga mencakup daerah. Sila keempat yang mencakup golongan atau kelompok dan sila kelima yang mencakup individu.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Azzam SI, Al-Husein BA, Alzubi F, Masadeh MM et all., 2007. Self-

medication with antibiotics in Jordanian population. Int. J. Occup. Med.

Ennviron. Heatlh.

Kaelan. Drs. M.S, 1992. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta : Universitas

Gadjah Mada

Notonagoro, Prof. Dr., S.H. 1975. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta :

Pancuran tujuhPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/

PER/XII/2011 tentang Pedoman Umun Penggunaan Antibiotika

Undang-Undang Obat Keras St. No. 419 tgl 22 Desember 1949. Direktorat

Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. JakartaWHO Global Strategy for Containment of Antimicrobial Resistance. Geneva,

World Health Organization, 2001, WHO/CDS/CSR/DRS/2001.2

(http://www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/en/EGlobal Start.

pdf. ,diakses 10 April 2015)

Kaelan, Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1992, hlm.15.

Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta : Pancuran Tujuh, 1975, hlm.50.

Kaelan, op.cit., hlm.95.

Notonagoro, op.cit., hlm.113.

Notonagoro, op.cit., hlm.140.

Kaelan, op.cit., hlm.99.