panca sila

26
BAB I SEJARAH PENDIDIKAN PANCASILA A. Pemahaman Umum Tentang Pancasila Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideology negara Pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan siding Istimewa MPR tahun 1998

Upload: ridhoza

Post on 27-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Panca Sila

BAB ISEJARAH PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pemahaman Umum Tentang Pancasila

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang

secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita

Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh

UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar

filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam

interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa

demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi

ideology negara Pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang

seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta

pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi,

dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat

itu.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi

berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu

sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan

melalui Ketetapan siding Istimewa MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998

disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila

sebagai satu-satunya asa bagi Orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut

sekaligus juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada Presiden

atas kewenangannya untuk membudayakan Pancasila melalui P-4 dan

asa tunggal Pancasila. Monopoli Pancasila demi kepentingan kekuasaan

oleh penguasa inilah yang harus segera diakhiri, kemudian dunia

pendidikan tinggi memiliki tugas untuk mengkaji dan memberikan

Page 2: Panca Sila

pengetahuan kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu

memahami Pancasila secara ilmiah dan objektif.1

Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil

reformasi yang telah berjalan selama ini, belum menampakkan hasil yang

dapat dinikmati oleh rakyat, nasionalime bangsa rapuh, sehingga martabat

bangsa Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional.

Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut di atas maka

sudah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk

mengembangkan serta mengkaji Pancasila sebagai suatu hasil karya

besar bangsa kita yang setingkat dengan paham atau isme-isme besar

dunia dewasa ini seperti Liberalisme, Sosialisme, Komunisme. Upaya

untuk mempelajari serta mengkaji Pancasila tersebut terutama dalam

kaitannya dengan tugas besar bangsa Indonesia untuk mengembalikan

tatanan Negara kita yang porak poranda dewasa ini. Reformasi ke arah

terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak cukup hanya

dengan mengembangkan dan membesarkan kebencian, mengorbankan

sikap dan kondisi konflik anta relit politik, melainkan dengan segala

kemampuan intelektual serta sikap moral yang arif demi perdamain dan

kesejahteraan bangsa dan Negara sebagaimana yang telah diteladankan

oleh para pendiri Negara kita dahulu.

Oleh karena itu kiranya merupakan tugas yang berat kalangan

intelektual untuk mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut ke

arah cita-cita bersama bagi bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.

B. Landasan Pendidikan Pancasila

1. Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang cukup

panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Mjapahit sampai datangnya bangsa

lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus

tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk

1 Kaelan, Prof. Dr. M. H, 2010, pendidikan pancasila, Paradigma : Yogyakarta.

Page 3: Panca Sila

menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri

serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta

filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang

dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang

di dalamnya tersimpul cirri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda

dengan bangsa lain, yang oleh pendiri Negara kita dirumuskan dalam

suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima

prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.

Jadi secara histories bahw anilai-nilai yang terkandung dalam

setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar

Negara Indonesia secara objektif histories telah dimiliki oleh bangsa

Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain

adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa

Indonesia sebagai kuasa materialis Pancasila. Oleh karena itu

berdasarkan fakta objektif secara histories kehidupan bangsa Indonesia

tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian

dan alas an histories inilah maka sangat penting bagi para generasi

penerus bangsa terutama kalangan intelektual untuk mengkaji,

memahami, dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang

pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran wawasan kebangsaan

yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.

2. Landasan Kultural

setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup agar

tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat

Internasional. Setiap bangsa memiliki cirri khas serta pandangan hidup

yang berbeda dengan bangsa lain. Negara komunisme dan liberalisme

meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideology tertentu.

Berbeda dengan bangsa yang lain, Bangsa Indonesia mendasrkan

pandangan hidupnya dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara pada

suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Page 4: Panca Sila

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-

sila Pancasila bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual

seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya besar bangsa

Indonesia itu sendiri, yang diangkat dan nilai-nilai cultural yang dimiliki

oleh bangsa Indonesia itu sendiri melalui proses refleksi filosofis para

pendiri Negara.

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis perkuliahan pendidikan Pancasila di pendidikan

tinggi tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang system

pendidikan Nasional. Pasal 1 dan 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan

Nasional berdasarkan Pancasila. Hal ini mengandung makna bahwa

secara material Pancasila merupakan sumber hokum pendidikan nasional.

4. Landasan Filosofis

Secara filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang

dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa

Indonesia sebelum mendirikan Negara.

Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara

adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini

berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan

yang Maha Esa.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional

dan juga termuat dalm SK Dirjen Dikti. No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan

bahwa tujuan materi Pancasila dalam rambu-rambu pendidikan

kepribadian mengarahkan pada moral yang diharapkan terwujud dalm

kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa

terhadap Tuhan yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas

berbagai golongan agama, kebudayaan dan beraneka ragam

Page 5: Panca Sila

kepentingan, memantapkan kepribadian mahasiswa agar secara

konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa

kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan penuh

rasa tanggung jawab dan bermoral

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik

yang berperilaku, memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang

bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya, memiliki kemampuan

untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara

pemecahannya, mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta memiliki kemampuan untuk

memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk

menggalang persatuan Indonesia.

C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah

Pembahasan Pancasila termasuk filsafat Pancasila, sebagai suatu

kajian ilmiah, harus memenuhi syarat-syarat ilmiah sebagai dikemukakan

olen I.R. Poedjowijatno dalam bukunya ‘tahu dan pengetahuan’ yang

merinci syarat-syarat ilmiah sebagai berikut :

1. Berobjek

Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus memiliki objek, yang

didalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu objek

forma, dan objek material.

2. Bermetode

Metode dalam pemabahasan Pancasila tergantung pada

karakteristik objek forma maupun objek material Pancasila. Salah satu

metode dalam pembahasan Pancasila adalah metodr analitico syntetic

yaitu suatu perpaduan metode analisis dan sintetis.

Page 6: Panca Sila

3. Bersistem

Pembahasan Pancasil secara ilmiah dengan sendirinya sebagai

suatu system dalm dirinya sendiri yaitu pada Pancasila itu sendiri sebagai

objek pembahasan ilmiah senantiasa bersifat koheren (runtut), tanpa

adanya suatu pertentangan di dalamnya, sehingga sila-sila Pancasila itu

sendiri adlah suatu kesatuan yang sistematik.

4. Bersifat Universal

Kajian Pancasila hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila adlah

bersifat Universal, atau dengan lain perkataan inti sari, esensi atau makna

yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakikatnya adalah bersifat

Universal.

D. Beberapa Pengertian Pancasila

1. Pancasila Secara Etimologis

Asal kata dan istilah “Pancasila” beserta makna yang terkandung di

dalmnya. Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari sansekerta

dari India (bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah

bahasa Prakerta. Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia

terutama bahasa Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan

moralitas. Oleh karena itu secara etimologis yang dimaksudkan adalah

berbatu sendi lima.

2. Pancasila Secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam siding BPUPKI

pertama dr. Radjiman Widyodiningrat. Mengajukan suatu masalah,

khususnya akan dibahas pada siding tersebut. Masalah tersebut adalah

Page 7: Panca Sila

tentang suatu calon rumusan dasar Negara Indonesia yang dibentuk.

Kemudian tampilah pada siding tersebut tiga orang pembicara yaitu

Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.

Pada tanggal 17 agustus 1945 Indonesia memproklamirkan

kemerdekaannya. Kemudian keesokan harinya disahkanlah Undang-

Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana dalamnya

termuat isi rumusan lima prinsip sebagai satu dasar Negara yang diberi

nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila telah menjadi bahasa

Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV

pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila” namun yang

dimaksudkan Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila.

Demikianlah riwayat singkat Pancasila baik dari segi istilah maupun

proses perumusannya, sampai menjadi dasar Negara yang sah

sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.

3. Pancasila Secara Terminologis

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah melahirkan Negara

Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan Negara

sebagaimana lazimnya Negara-negara yang merdeka. Maka PPKI segera

mengadakan siding. Dalam sidangnya telah berhasil mengesahkan UUD

Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945.

Page 8: Panca Sila

BAB II

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

A. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)

Sebagaimana disebutkan bahwa pengertian hokum dasar meliputi

dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan hokum dasar tidak tertulis.

Oleh karena sifatnya yang tertulis, maka Undang-Undang dasar itu

rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Undang-Undang Dasar

menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan

kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu

Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.

Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap system

pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Dasar. Bagi mereka yang

memandang Negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai

suatu organisasi kekuasaan, maka Undang-Undang Dasar dapat

dipandang sebagai lembaga atau sekumpulan asas yang menetapkan

bagaimana kekuasaan tersebut.

Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-

pusat kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan satu sama lain.

Undang-Undang Dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam

suatu Negara 1

Dalam penjelasan Undang-Undang dasar 1945 disebutkan bahwa

Undang-Undang Dasar bersifat singkat dan supel. Undang-Undang Dasar

1945 hanya memuat 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat

aturan peralihan dan aturang tambahan.

Sifat-Sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

1 Budiarjo, 1981 :95,96.

Page 9: Panca Sila

1) Sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum

positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara,

maupun mengikat bagi setiap warga Negara.

2) Bersifat singkat dan supel, menurut aturan-aturan yaitu memuat

aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai

dengan perkembangan zaman, serta memuat HAM.

3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan

yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional

4) Peraturan hokum positif yang tertinggi, disamping itu sebagai alat

control terhadap norma-norma hokum positif yang lebih rendah

dalam hirarki tertib hokum Indonesia.

B. Hukum Dasar yang Tidak Tertulis

Aturan-aturan yang timbul dan terpelihara dalam praktek

penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.

Sifat-sifat nya sebagai berikut :

1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam

praktek penyelenggara Negara.

2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan

sejajar.

3) Diterima oleh seluruh rakyat.

4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai

aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang

dasar.

Jadi konvensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar,

tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suaut

ketetapan MPR.

Page 10: Panca Sila

C. Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata bahasa Inggris “constitution”.

Terjemahan dari istilah tersebut adalah Undang-Undang Dasar. Dan hal

ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang

dalam percakapan sehari-hari memakai kata “grondwet”(grond=dasar,

wet= Undang-Undang) yang kedua-duanya menunjukkan naskah tertulis.

Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya

dapat mempunyai arti :

1. Lebih luas daripada Undang-Undang Dasar, atau

2. sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar.

Dalam praktek ketatanegaraan Republik Indonesia pengertian konstitusi

adalah sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Hal ini terbukti

dengan disebutnya istilah konstitusi Republik Indonesia serikat bagi

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat.1

D. Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

1. Bentuk dan Kedaulatan (Bab I)

Dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara

adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dari ketentuan pasal

ini jelaslah bahwa bentuk Negara Repuklik Indonesia ialah Negara

kesatuan, dan bentuk pemerintahannya adalah Republik, dengan presiden

sebagai kepala Negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk suatu

jangka waktu tertentu.

Kemudian pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa kedaulatan adalah di

tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dengan

demikian Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat diseluruh

12Totopandoyo, 1981:25,26.

Page 11: Panca Sila

Negara, dan kekuasaan tertinggi itu dijalankan sepenuhnya oleh rakyat

menurut Undang-Undang Dasar.

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) (Bab II)

Dalam pasal 2 disebutkan bahwa MPR terdiri atas anggota-anggota

dewan perwakilan rakyat (DPR), dan anggota DPD. KEanggotaan MPR

menurut UUD 1945 menunjukkan bahwa seluruh anggota MPR,

sepenuhnya merupakan hasil dari pemilihan umum. Adapun menurut UUD

1945 sebelum diamandemen anggota MPR ditambah dengan utusan

golongan dan utusan daerah. Adapun kewenangan MPR yaitu : MPR

mengubah dan menetapkan UUD, MPR melantik presiden dan wakil

presiden, MPR dapat memberhentikan presiden/ wakil presiden dalam

masa jabatannya menurut UUD, yang menurut istilah hukum tata Negara

disebut sebagai impeachment.

3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Bab III)

Dalam pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa presiden Republik

Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945.

Presiden dalam melaksanakan kewajibannya dibantu oleh satu orang

wakil presiden pasal 4 ayat (2). Dalam melaksanakan tugasnya presiden

dapat mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR, pasal 5 ayat

(1) dan ayat (2) presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah dalam

menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

4. Kementerian Negara (Bab V)

Dalam pasal 17 ditegaskan bahwa presiden dibantu oleh Menteri-

menteri ayat (1) dan menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh

presiden ayat (2), menteri-menteri itu membidangi urusan tertentu dalam

pemerintahan ayat (3).

Page 12: Panca Sila

Berdasarkan pasal ini terlihat jelas bahwa menteri Negara adalah

pembantu presiden. Mereka tidak bertanggung jawab kepada DPR,

melainkan kepada presiden. Oleh karena itu kedudukan menteri-menteri

Negara tidaklah tergantung kepada DPR. Dalam pengertian ini system

UUD 1945 menganut system cabinet Presidensial.

5. Pemerintahan Daerah (Bab VI)

Disebutkan dalam pasal 18 mengatur tentang pemerintahan

daerah. Ayat (1) menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi

atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu

mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan Undang-Undang.

Pasal ini mengatur tentang pemerintahan daerah dan Negara

kesatuan Republik Indonesia, Republik Indonesia tidak mengenal adanya

Negara dalam Negara, karena memang bukan Negara federal (serikat).

6. Dewan Perwakilan Rakyat (Bab VII)

DPR diatur dalam pasal 19 sampai pasal 22. Susunan DPR

ditetapkan dalam UU dan DPR bersidang sedikitnya sekali dalm setahun.

Mengingat keanggotaan DPR merangkap keanggotaan MPR, maka

kedudukan dewan ini adalah kuat dan oleh karena itu tidak dapat

dibubarkan oleh presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

pemerintahan Negara.

7. Dewan Perwakilan Daerah (Bab VIIA)

DPD dipilih melalui pemilihan umum pasal 22c ayat (1). Anggota

DPD dari setiap provinsi, jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota

anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. DPD

bersidang sedikitnya sekali dalam setahun, serta susunan dan kedudukan

Page 13: Panca Sila

DPD diatur dengan Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No. 22 tahun

2003.

8. Pemilihan Umum (Bab VIIB)

Pemilihan dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur,dan adil setiap lima tahun sekali, pasal 22E ayat (1) pemilu

diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan wakil

presiden, dan DPRD, pasal 22E ayat (2) peserta pemilu untuk memilih

anggota DPR dan anggota DPRD adalah partai politik pasal 22E ayat (3).

Peserta pemilu untuk memilih DPRD adalah perseorangan, pasal 22E

ayat (4). Serta pelaksanaan pemilu dilaksanakan oleh suatu komisi

pemilihan umum, pasal 22E ayat (5) pelaksanaan pemilu secara rinci

diatur dalam suatu Undang-Undang.

9. Hal Keuangan (bab VIII)

Dalam pasal 23 ditegaskan bahwa Anggaran belanja dan anggaran

pendapatan Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang

secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat ayat (1). Ketentuan ini adalah mengenai hak DPR

untuk mengadakan pengawasan terhadap pemerintah di bidang

keuangan. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara

diadakan suatu badan pemeriksa keuangan (BPK) dan hasil pemeriksaan

itu harus diberitahukan kepada DPR (Undang-Undang No. 5 1973)

10. Badan Pemeriksa Keuangan (Bab VIIIA)

Badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri pasal 23E

ayat (1). Hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada DPR,

DPRD dan DPD, sesuai dengan kewenangannya pasal 23E ayat (2). Hasil

pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan sesuai

Page 14: Panca Sila

dengan Undang-Undang pasal 23E ayat (3). Dalam proses reformasi

fungsi BPK menjadi sangat penting karena salah satu agenda utama

dalam reformasi adalah memberantas KKN.

11. Kekuasaan Kehakiman (Bab IX)

Menurut pasal 24 bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan

yang merdeka untuk menyelenggarakan keadilan guna menegakkan

hukum dan keadilan, ayat (1). Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh

sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya

dalam lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha Negara,

dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, ayat (2).

12. Wilayah Negara (Bab IXA)

Pasal 25A memuat ketentuan bahwa Negara Kesatuan Republik

Indonesia adalah Negara kepulauan yang berciri nusantara dengan

wilayah yang batas-batasnya dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-

Undang.

13. Warga Negara dan Penduduk (Bab X)

Dalam pasal 26 bahwa orang yang menjadi warganegara Negara ia

orang-orang bangsa Indonesia asli orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan Undang-Undang sebagai warganegara, ayat (1). Hal ini

berarti bahwa yang dapat menjadi warga Negara Indonesia adalah juga

orang-orang dari keturunan bangsa lain. Kemudian pengertian penduduk

menurut pasal ini adalah warga Negara Indonesia dan warga Negara

asing yang bertempat tinggal di Indonesia, ayat (2).

Page 15: Panca Sila

14. Agama (Bab XI)

Dalam pasal 29 diatur perihal keyakinan warganegara dalam

kehidupan keagamaan sebagai berikut :

Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa (pasal 29

ayat 1)

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

masing-masing dan kepercayaannya itu (pasal 29 ayat 2).

15. Pertahanan dan Keamanan Negara (Bab XII)

Pasal 30 menegaskan bahwa tiap-tiap warganegara berhak dan

wajib ikut serta dalam usah pembelaan Negara, ayat (1).Usaha

pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system

pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan kepolisian

Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai

kekuatan pendukungnya, ayat (2). TNI terdiri atas TNI AD, AL, AU,

sebagai alat Negara bertugas mempertahankan, dan memelihara

keutuhan dan kedaulatan Negara, ayat (3). Adapun kepolisian Negara

republik Indonesia, sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan

ketertiban masyarakat, bertugas melindungi, melayani masyarakat serta

menegakkan hokum, ayat (4).

16. Pendidikan dan Kebudayaan (Bab XIII)

Tiap-tiap warganegara berhak mendapat pendidikan,pasal 31 ayat

(1). Dan setiap warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya, ayat (2).

Page 16: Panca Sila

17. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan sosial (Bab XIV)

Dalam pasal 33 dinyatakan sebagai berikut :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang

menguasai hajad hidup orang banyak dikuasai oleh pemerintah.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan asas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi

keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,

serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

Undang-Undang.

18. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta lagu Kebangsaan

(Bab XV)

Pasal 35 menegaskan bahwa Bendera bangsa Indonesia ialah

Sang Merah Putih.

Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa

Indonesia.

Pasal 36A menyatakan Lambang Negara Garuda Pancasila

dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Pasal 36B menyatakan Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.

Pasal 36C ketentuan lebih lanjut tentang Bendera, Bahasa,

Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan Undang-

Undang.

Page 17: Panca Sila

19. Perubahan Undang-Undang Dasar (Bab XVI)

Ketentuan tentang perubahan Undang-Undang Dasar, sebagai

berikut :

1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat

diagendakan dalam siding MPR, apabila diajukan oleh sekurang-

kurangya 1/3 anggota MPR.

2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan

secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan

untuk diubah beserta alasannya.

3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, siding MPR

dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar

dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh

persen ditambah satu dari seluruh anggota MPR.

5) Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak

dapat dilakukan perubahan.

Page 18: Panca Sila

BAB IV

WAWASAN NUSANTARA

A. Pemahaman Umum Tentang Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berhubungan erat dengan wawasan

kebangsaan. Oleh karena itu, sebagai istilah popular perlu dipahami

terlebih dahulu apakah yang dimaksud wawasan nusantara.

Bagi bangsa Indonesia untuk dapat mencapai tujuan nasional yang

harus didahului dengan persatuan dan kesatuan bangsa yang mantap

diperlukan Wawasan Nusantara.

Page 19: Panca Sila