page 1 of 23 lubuklinggau...menetapkan : 11. peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1995 tentang hasil...
TRANSCRIPT
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 38 TAHUN 2003
LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
Nomor 03 Tahun 2003
Seri C
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
NOMOR 38 TAHUN 2003
T E N T A N G
PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN RETRIBUSI USAHA
SEKTOR INDUSTRI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA LUBUKLINGGAU,
Menimbang Mengingat
: :
a. bahwa dengan terbentuknya Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai Daerah
Otonom berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Lubuklinggau, maka dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah dan
pengaturan, pembinaan serta pengembangan industri dipandang perlu untuk
mengatur pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri, Tanda Daftar
Industri dan Retribusi Usaha Sektor Industri dalam wilayah Kota Lubuklinggau;
b. bahwa pengaturan tentang pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri,
Tanda Daftar Industri dan Retribusi Usaha Sektor Industri dalam wilayah Kota
Lubuklinggau sebagaimana dimaksud huruf a perlu ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kota Lubuklinggau.
1. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1981 nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Page 1 of 23
nomor 3209); 2. Undang-undang nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1982 nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara nomor 3214);
3. Undang-undang nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1984 nomor 22, Tambahan Lembaran Negara nomor
3274);
4. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1995 nomor 74, Tambahan Lembaran Negara nomor
3611);
5. Undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 18
tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2000 nomor 246, Tambahan Lembaran Negara nomor
4048); 6. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara nomor 3839);
7. Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
nomor 72, Tambahan Lembaran Negara nomor 3848); 8. Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 87, Tambahan
Lembaran Negara nomor 4114);
9. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1983 nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara nomor 3258);
10. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan,
Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 1986 nomor 23, Tambahan Lembaran Negara nomor 3330);
Page 2 of 23
Menetapkan
:
11. Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 1995 tentang Hasil Usaha Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara nomor 3596); 12. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
nomor 4139);
13. Keputusan Presiden RI nomor 16 tahun 1987 tentang Pembiayaan dan
Pengembangan Industri;
14. Keputusan Presiden RI nomor 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri;
15. Keputusan Menteri Perindustrian nomor 250 / M / SK / 10 / 94 tanggal 20 Oktober
1994 tentang Pedoman Tekhnis Penyusunan Pengendalian Dampak terhadap
lingkungan pada sektor Industri;
16. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 590 / MPP / Kep / 10 /
1999 tanggal 13 Oktober 1999 jo nomor 233 / MPP / Kep / 63 / 2000, tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan
Tanda Daftar Industri;
17. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 21 tahun 2001
tanggal 18 Juli 2001 tentang Tekhnik Penyusunan dan Materi Muatan Produk –
produk Hukum Daerah;
18. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 22 tahun 2001
tanggal 18 Juli 2001 tentang Bentuk Produk – produk Hukum Daerah;
19. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman
Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan
Daerah.
Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG PEMBERIAN IZIN
USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN
Page 3 of 23
RETRIBUSI USAHA SEKTOR INDUSTRI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud : 1. Daerah adalah Kota Lubuklinggau; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Lubuklinggau; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Walikota; 4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Lubuklinggau; 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Lubuklinggau; 6. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Lubuklinggau; 7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kota Lubuklinggau; 8. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan
industri; 9. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk menggunakannya termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri; 10. Cabang Industri adalah bagian suatu kelompok industri yang mempunyai ciri
umum yang sama dengan proses produksi; 11. Jenis Industri adalah bagian suatu Cabang Industri yang mempunyai ciri khusus
yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi;
Page 4 of 23
12. Bidang Usaha Industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan
Cabang Industri atau Jenis Industri; 13. Komoditi Industri adalah suatu produk akhir dalam proses produksi dan
merupakan bagian dari Jenis Industri; 14. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang
Usaha Industri yang dapat berbentuk Perorangan, Perusahaan, Persekutuan atau
Badan Hukum yang berkedudukan di Indonesia ; 15. Perluasan Perusahaan Industri yang selanjutnya disebut Perluasan adalah
penambahan kapasitas produksi melebihi 30% dari kapasitas yang telah di
izinkan; 16. Retribusi Usaha Sektor Industri adalah Retribusi yang dibayarkan pemohon Izin
Usaha Industri, Izin Perluasan Industri dan Tanda Daftar Industri sebagai Wajib
Retribusi atas penerbitan izin tersebut; 17. Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan
Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
Retribusi; 18. Retribusi Perizinan tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam pemberian suatu izin kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan; 19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat
Ketetapan Retribusi Daerah yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang
terhutang; 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat
SKRDKB adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi
yang terhutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok
retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; 21. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-
Page 5 of 23
undangan Retribusi Daerah; 22. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian
kegiatan tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di
lingkungan daerah untuk mencari data mengumpulkan bukti dan dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
BAB II IZIN USAHA INDUSTRI
Bagian Pertama
Kewajiban Memperoleh Izin Usaha Industri
Pasal 2
(1) Setiap pendirian perusahaan industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri
yang diterbitkan oleh Walikota. (2) Kewajiban memperoleh atau memiliki Izin Usaha Industri dimaksud ayat (1) pasal
ini dapat dikecualikan bagi Industri tertentu dalam kelompok industri kecil dengan
nilai investasi perusahaan seluruhnya di bawah Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, kecuali bila dikehendaki oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Pasal 3
Semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp.
200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha wajib memperoleh dan memiliki Izin Usaha Industri.
Pasal 4
(1) Izin Usaha Industri berlaku untuk selama 3 (tiga) tahun dan selama perusahaan
tersebut beroperasi wajib untuk menyampaikan informasi/laporan produksi. (2) Izin Usaha Industri dimaksud ayat (1) dapat diperbaharui kembali sepanjang
perusahaan tersebut masih beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Page 6 of 23
Persetujuan Prinsip dan Surat Pernyataan
Pasal 5
(1) Untuk memperoleh Izin Usaha Industri diperlukan tahap persetujuan prinsip
atau tanpa persetujuan prinsip. (2) Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk langsung dapat
melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan,
pemasangan instalasi/peralatan dan lain-lain yang diperlukan. (3) Persetujuan Prinsip dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini diberikan kepada
Perusahaan Industri yang telah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku antara lain Izin Lokasi, Izin Undang-undang Gangguan atau Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL),
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan telah selesai membangun pabrik dan
sarana produksi serta telah siap berproduksi. (4) Persetujuan prinsip dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini bukan
merupakan izin untuk melakukan produksi komersial.
Pasal 6
(1) Perusahaan Industri yang harus melalui Tahap Persetujuan Prinsip dan Tanpa
Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1) adalah sebagai
berikut :
a. Perusahaan Industri yang harus melalui Tahap Persetujuan Prinsip adalah
perusahaan yang :
1. Proses produksinya tidak merusak atau membahayakan lingkungan serta
tidak menggunakan Sumber Daya Alam secara berlebihan; 2. Tidak berlokasi di kawasan industri.
b. Perusahaan Industri yang tidak melalui Persetujuan Prinsip adalah
perusahaan yang :
1. Berlokasi di kawasan yang memiliki izin;
2. Memproduksi jenis usaha tertentu baik yang berlokasi di dalam maupun
Page 7 of 23
Bagian Kedua
di luar kawasan industri yang memiliki izin.
(2) Perusahaan Industri sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b pasal ini hanya
diwajibkan membuat surat pernyataan.
Pasal 7
(1) Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (2) wajib memuat
ketentuan-ketentuan mengenai kesediaan Perusahaan Industri yang
bersangkutan antara lain untuk :
a. Tidak berproduksi komersial sebelum memulai segala persyaratan dari instansi
lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik dan sarana produksi
maupun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi selambat-lambatnya
4 (empat) tahun terhitung mulai tanggal Izin Usaha Industri diberlakukan;
c. Menerima segala akibat hukum terhadap pelanggaran atas surat-surat
pernyataan yang telah dibuat. (2) Bentuk surat pernyataan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur lebih
lanjut oleh Walikota. (3) Surat Pernyataan dimaksud pasal 6 ayat (2) merupakan bagian/ lampiran tak
terpisahkan dari Izin Usaha Industri yang diterbitkan.
Bagian Ketiga Tata Cara Permintaan Izin Usaha Industri Melalui
Tahap Persetujuan Prinsip
Pasal 8
(1) Permintaan Persetujuan Prinsip diajukan oleh pemohon kepada Walikota melalui
Kepala Dinas. (2) Permintaan Persetujuan Prinsip dimaksud ayat (1) Pasal ini dilakukan dengan
mengisi formulir yang telah disediakan secara lengkap dan benar dan apabila
ternyata tidak lengkap/benar, maka Kepala Dinas wajib menolak untuk
memproses Persetujuan Prinsip.
Page 8 of 23
(3) Persetujuan Prinsip dapat diubah sesuai dengan permintaan dari pemohon
yang bersangkutan.
Pasal 9
Dalam melaksanakan Persetujuan Prinsip, Perusahaan Industri yang bersangkutan
wajib memberikan informasi kepada Walikota melalui Kepala Dinas tentang kemajuan
pembangunan pabrik dan sarana produksi setiap 1 (satu) tahun paling lambat 31
Januari tahun berikutnya.
Pasal 10
(1) Persetujuan prinsip berlaku untuk selama 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal
Persetujuan Prinsip diterbitkan. (2) Persetujuan Prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu
tersebut pada ayat (1) pasal ini pemohon/pemegang Persetujuan Prinsip tidak
menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi serta belum
memperoleh Izin Usaha Industri.
(3) Perusahaan Industri yang Persetujuan Prinsipnya batal sebagaimana
dimaksud ayat (2) pasal ini, dapat mengajukan kembali permintaan Persetujuan
Prinsip yang baru.
Pasal 11
Perusahaan Industri yang telah menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana
produksinya serta telah siap memproduksi dan telah memenuhi semua ketentuan
perundang-undangan wajib mengajukan permintaan Izin Usaha Industri.
Bagian Keempat Tata Cara Permintaan Izin Usaha Industri Tanpa
Melalui Persetujuan Prinsip
Pasal 12
(1) Permintaan Izin Usaha Industri bagi jenis industri yang pemberiannya tanpa
melalui tahap Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1)
huruf b dan pasal 6 ayat (2), dilakukan hanya dengan membuat surat pernyataan
dan diserahkan bersama-sama pada saat permintaan Izin Usaha Industri
diajukan.
Page 9 of 23
(2) Permintaan Izin Usaha Industri dan Surat Pernyataan dimaksud ayat (1) pasal ini
disampaikan kepada Walikota melalui Kepala Dinas. (3) Terhadap Perusahaan Industri yang telah mengisi formulir permintaan Izin Usaha
Industri secara lengkap dan benar maka Walikota wajib memberikan Izin Usaha
Industri kepada yang bersangkutan.
Pasal 13
(1) Perusahaan Industri yang telah memperoleh/memiliki Izin Usaha Industri tanpa
melalui tahap persetujuan Prinsip dimaksud pasal 12 ayat (1), wajib
menyampaikan laporan dan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan sarana
produksi kepada Walikota melalui Kepala Dinas setiap 1 (satu) tahun atau paling
lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya. (2) Apabila dalam jangka waktu selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal
diterbitkannya Surat Izin Usaha Industri ternyata perusahaan yang bersangkutan
tidak menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi serta tidak
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Izin
Usaha Industri yang bersangkutan batal dengan sendirinya.
(3) Perusahaan yang Izin Usaha Industrinya batal sebagaimana dimaksud ayat (2)
dapat mengajukan kembali permintaan Izin Usaha Industri yang baru.
Bagian Kelima
Penolakan / Penundaan Terhadap Izin Usaha Industri Melalui Tahap Persetujuan Prinsip
Pasal 14
(1) Permintaan Izin Usaha Industri melalui tahap persetujuan prinsip dapat
ditolak oleh Walikota apabila ternyata tidak memenuhi salah satu ketentuan
sebagai berikut :
a. Lokasi pabrik tidak sesuai dengan lokasi yang tercantum dalam persetujuan
prinsip;
b. Jenis industri tidak sesuai dengan persetujuan prinsip;
Page 10 of 23
c. Tidak menyampaikan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan sarana
produksi sebagaimana dimaksud pasal 9 selama 3 (tiga ) kali berturut – turut;
d. Tidak memenuhi ketentuan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku; (2) Walikota selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari kerja sejak diterimanya
permintaan Izin Usaha Industri yang bersangkutan wajib memberikan surat
penolakan Izin Usaha Industri disertai alasan – alasannya.
Pasal 15
(1) Permintaan Izin Usaha Industri melalui tahap persetujuan prinsip dapat ditunda
oleh Walikota apabila permintaan Izin Usaha Industri yang diterima ternyata
belum memenuhi salah satu ketentuan sebagai berikut :
a. Belum lengkapnya isian yang harus dipenuhi pemohon; b. Belum memenuhi persyaratan lingkungan hidup berupa penyusunan upaya
pengendalian dampak / pencemaran sebagai akibat kegiatan usaha industri
seperti :
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ); 2. Upaya Pengelolaan Lingkungan ( UKL ); 3. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan 4. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
c. Belum memenuhi kewajiban melaksanakan upaya yang menyangkut
keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksi termasuk
pengangkutannya.
(2) Walikota Selambat-lambatnya 14 (empat belas ) hari sejak diterimanya
permintaan Izin Usaha Industri yang bersangkutan wajib memberikan surat
penolakan usaha industri disertai alasan – alasannya.
Pasal 16
(1) Permintaaan Izin Usaha Industri yang ditunda karena belum melengkapi isian /
formulir sebagaimana dimaksud pasal 15 (1) huruf a, kepada perusahaan industri
yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari sejak adanya
pemberitahuan.
Page 11 of 23
(2) Apabila dalam tenggang waktu dimaksud ayat (1) pasal ini perusahaan yang
bersangkutan tidak melengkapi persyaratan tersebut, maka Walikota wajib
memberikan surat penolakan permintaan Izin Usaha Industri.
Bagian Keenam Penolakan Izin Terhadap Permintaan Izin Usaha Industri
Tanpa Melalui Tahap Persetujuan Prinsip
Pasal 17
Terhadap permintaan Izin Usaha Industri tanpa melalui tahap persetujuan prinsip dan
ternyata jenis industri termasuk bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal,
maka Walikota selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari sejak diterimanya surat
permintaan izin tersebut wajib memberikan penolakan Izin Usaha Industri disertai
alasan – alasannya.
BAB III IZIN PERLUASAN INDUSTRI
Pasal 18
(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri yang akan melakukan
perluasan melebihi 30 % ( tiga puluh persen ) dari kapasitas produksi yang telah
diizinkan sesuai dengan Izin Usaha Industri yang dimilik, wajib memperoleh Izin
Perluasan Industri; (2) Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri melalui tahap
persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1) huruf a, untuk
memperoleh Izin Perluasan Industri wajib menyampaikan rencana perluasan
industri dan memenuhi persyaratan lingkungan hidup; (3) Setiap Perusahaan Industri yang telah memilik Izin Usaha Industri tanpa melalui
persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1) huruf b, dalam
melakukan Perluasan Industri wajib menyampaikan rencana perluasan
industrinya.
Pasal 19
Setiap Perusahaan Industri yang memiliki Izin Usaha Industri yang akan
Page 12 of 23
melaksanakan perluasan lingkup industri yang tercantum dalam Izin Usaha
Industrinya, diizinkan untuk menambah kapasitas produksinya sebesar – besarnya 30
% diatas kapasitas produksi yang diizinkan, tanpa memerlukan izin perluasan industri
sepanjang jenis industrinya terbuka bagi penanaman modal.
Pasal 20
(1) Setiap Perusahaan Industri yang memiliki Izin Usaha Industri dapat melakukan
perluasan industri tanpa terlebih dahulu memiliki Izin Perluasan Industri apabila
perluasan dalam lingkup jenis industrinya melebihi 30 % dari kapasitas yang
diizinkan sepanjang produksinya dimaksudkan untuk pasaran ekspor meskipun
jenis industri tersebut dinyatakan tertutup untuk penanaman modal.
(2) Perusahaan Industri dimaksud ayat (1) pasal ini wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Walikota melalui Kepala Dinas tentang kenaikan produksinya
selambat – lambatnya 6 ( enam ) bulan sejak dimulainya kenaikan atau
perluasan produksi.
Pasal 21
(1) Pengajuan permintaan Izin Perluasan Industri sebagaimana dimaksud pasal 18
diajukan kepada Walikota melalui Kepala Dinas.
(2) Pemohon atas permintaan Izin Perluasan Industri dimaksud ayat (1) pasal ini
dilakukan dengan mengisi formulir dan diisi secara lengkap dan benar sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan. (3) Bentuk formulir untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
ditetapkan oleh Walikota.
BAB IV TANDA DAFTAR INDUSTRI
Bagian Pertama
Kewajiban Memenuhi Tanda Daftar Industri
Pasal 22
(1) Pendirian semua jenis perusahaan industri dalam kelompok industri kecil dengan
nilai investasi perusahaan seluruhnya sekitar Rp. 5.000.000,- ( Lima Juta Rupiah )
sampai dengan Rp. 200.000.000,- ( Dua Ratus Juta Rupiah ) tidak termasuk
Page 13 of 23
tanah dan penggunaan tempat usaha wajib memperoleh atau memiliki Tanda Daftar
Industri. (2) Perusahaan Industri sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, untuk memperoleh
Tanda Daftar Industri tidak diperlukan tahap persetujuan prinsip.
Pasal 23
(1) Permintaan untuk memperoleh Tanda Daftar Industri diajukan oleh perusahaan
yang bersangkutan kepada Walikota melalui Kepala Dinas. (2) Perusahaan pemohon Tanda Daftar Industri dimaksud ayat (1) pasal ini, dilakukan
dengan mengisi formulir dan diisi secara lengkap dan benar sesuai dengan syarat
yang telah ditentukan. (3) Bentuk formulir untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh
Walikota. (4) Selambat – lambatnya setelah 14 ( empat belas ) hari sejak permintaan Tanda
Daftar Industri yang sudah lengkap dan benar Walikota wajib mengeluarkan atau
menerbitkan Tanda Daftar Industri.
Bagian Kedua Penolakan Penundaan Permintaan
Tanda Daftar Industri
Pasal 24
Terhadap permintaan Tanda Daftar Industri dan ternyata industrinya berbeda dengan
jenis industri yang diajukan maka Walikota selambat – lambatnya 14 ( empat belas )
hari sejak ditemukannya perbedaan jenis industri tersebut wajib memberikan surat
penolakan Tanda Daftar Industri disertai alasan – alasannya.
Pasal 25
(1) Terhadap permintaan Tanda Daftar Industri yang belum melengkapi isian dan
persyaratan pada formulir, Walikota selambat – lambatnya 14 ( empat belas )
hari sejak ditemukannya perbedaan jenis industri tersebut wajib memberikan surat
penolakan Tanda Daftar Industri, wajib mengeluarkan surat penundaan disertai
alasan – alasannya.
Page 14 of 23
(2) Perusahaan Industri yang mendapat surat penundaan sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini diberi kesempatan untuk melengkapi isian dan persyaratan pada
formulir selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari kerja sejak diterimanya
surat penundaan. (3) Perusahaan Industri yang tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud ayat (2 ) pasal ini, permintan Tanda Daftar Industrinya ditolak oleh
Walikota dengan surat penolakan.
BAB V PERINGATAN, PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN
Pasal 26
(1) Perusahaan Industri diberikan peringatan tertulis apabila :
a. Melakukan perluasan industri tanpa izin; b. Belum melakukan pendaftaran perusahaan industri;
c. Tidak menyampaikan informasi industri atau dengan sengaja menyampaikan
informasi yang tidak benar;
d. Melakukan pemindahan lokasi tanpa persetujuan tertulis dari Walikota;
e. Menimbulkan kerusakan atau pencemaran akibat kegiatan usaha industrinya
terhadap lingkungan yang ditetapkan sesuai perundang – perundangan yang
berlaku;
f. Melakukan kegiatan usaha industri tidak sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri; g. Adanya laporan atau pengaduan dari pejabat yang berwenang atau pemegang
hak atas kekayaan intelektual bahwa perusahaan tersebut melakukan
pelanggaran hak atas kekayaan intelektual antara lain hak cipta, paten atau
merek.
(2) Peringatan tertulis dimaksud ayat (1) psal ini diberikan kepada perusahaan industri
yang bersangkutan 3 ( tiga ) kali berturut – turut dengan tenggang waktu masing –
masing 1 ( satu) bulan.
Page 15 of 23
Pasal 27
(1) Pembekuan Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri dilakukan oleh Walikota
terhadap perusahaan industri yang :
a. Tidak melakukan perbaikan walaupun telah mendapatkan peringatan
sebagaimana dimaksud pasal 26; b. Melakukan perluasan industri yang hasil produksinya untuk tujuan pasaran
eksport sebagaimana dimaksud pasal 20 ayat (1) tetapi dipasarkan dalam
negeri;
c. Sedang diperiksa dalam sidang badan peradilan karena di dalam melakukan
pelanggaran atas hak kekayaan intelektual antara lain : hak cipta, paten atau
merek. (2) Pembekuan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berlaku selama 6 ( enam )
bulan sejak tanggal dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan industri yang
bersangkutan. (3) Apabila dalam masa pembekuan dimaksud ayat (2) ternyata perusahaan industri
yang bersangkuta telah melakukan perbaikan – perbaikan sesuai dengan
ketentuan dalam ayat (1) pasal ini, maka Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri yang bersangkutan diberlakukan kembali.
Pasal 28
Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri dapat dicabut apabila : a. Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri tersebut dikeluarkan berdasarkan
keterangan / data yang tidak benar atau dipalsukan oleh perusahaan yang
bersangkutan; b. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui
batas waktu pembekuan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 27 ayat (2); c. Perusahaan bersangkutan yang melanggar ketentuan Peraturan Perundang –
undangan yang memuat sanksi pencabutan Izin Usaha Industri atau tanda Daftar
Industri.
Page 16 of 23
BAB VI RETRIBUSI USAHA SEKTOR INDUSTRI
Pasal 29
(1) Dalam rangka memperoleh Izin Usaha Industri , Izin Perluasan Industri dan
Tanda Daftar Industri, setiap perusahaan industri dikenakan retribusi usaha sektor
industri. (2) Retribusi usaha sektor industri dimaksud ayat (1) pasal ini digolongkan sebagai
retribusi perizinan tertentu.
Pasal 30
(1) Struktur tarif retribusi sebagaimana yang dimaksud pasal 29 digolongkan
berdasarkan besarnya investasi perusahaan industri sebagaimana dimaksud
pasal 3, pasal 22 ayat (1) dan perluasan usaha sebagaimana dimaksud pasal 18
Peraturan daerah ini. (2) Struktur tarif retribusi tersebut pada ayat (1) dan besarnya adalah sebagai
berikut :
NO Besarnya
Investasi (Rp)
Jenis Permintaan Izin
Besarnya Tarif
Keterangan
1. 2. 3.
0 sd 5 juta 5 juta sd 200 juta 200 juta keatas
- Tanda Daftar
Industri - Perluasan Industri - Pindah Lokasi - Ganti Pemilik - Izin Usaha Industri - Perluasan Industri - Pindah Lokasi - Ganti Pemilik - Izin Usaha Industri - Perluasan Industri
Rp. 10.000, Rp. 15.000,- Rp. 10.000,- Rp. 25.000,- Rp. 25.000,- Rp. 30.000,- Rp. 25.000,- Rp. 50.000,- Rp. 75.000,- Rp. 100.000,-
Industri kecil
(sepanjang di
kehendaki
perusahaan
ybs ) Industri
Menengah Industri Besar
Page 17 of 23
Pasal 31
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan tarif retribusi dimaksud pasal
30 ayat (2) didasarkan pada tujuan untuk menutupi biaya penyelenggaraan
pemberian izin. (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi biaya pengecekan,
pengukuran lokasi / ruang tempat usaha, biaya pemeriksaan dan biaya
transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian.
Pasal 32
(1) Pelaksanaan pemungutan retribusi dilakukan bersamaan dengan proses
penerbitan izin yang bersangkutan dan dilakukan oleh bendaharawan khusus
penerima Dinas Perindustrian dan Perdagangan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
( SKRD ) atau dokumen lain yang dipersamakan dan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKRDKBT ). (3) Bendaharawan khusus penerima sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dalam
waktu 1 x 24 jam harus telah menyetorkan retribusi yang diterima dari Wajib
Retribusi ke kas daerah.
BAB VII INFORMASI INDUSTRI
Pasal 33
(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri wajib menyampaikan informasi kepada Walikota melalui Kepala Dinas
setiap 1 ( satu ) tahun sekali tentang kegiatan produksinya. (2) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil sebagaimana dimaksud pasal 2
ayat (2) dikecualikan dari kewajiban menyampaikan informasi industri.
- Pindah Lokasi - Ganti Pemilik
Rp. 75.000,- Rp. 100.000,-
Page 18 of 23
BAB VIII
KETENTUAN LAIN
Pasal 34
(1) Apabila Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri yang telah dimiliki
perusahaan industri hilang / rusak atau tidak terbaca, yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan penggantian Izin Usaha Industri atau tanda Daftar
Industri kepada Kepala Daerah. (2) Setiap permohonan penggantian Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri
dimaksud ayat (1) dilampiri dengan Surat Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri yang asli atau keterangan kehilangan dari pihak Kepolisian setempat. (3) Selambat – lambatnya 7 ( tujuh ) hari kerja sejak diterimanya permohonan
penggantian Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri, Walikota dapat
segera mengeluarkan Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri baru sebagai
pengganti.
Pasal 35
(1) Pemindahan lokasi industri baik yang berada dilokasi lama maupun baru wajib
memiliki persetujuan tertulis dari Walikota. (2) Perusahaan industri yang memiliki Izin Usaha Industri,Izin Perluasan Industri dan
Tanda Daftar Industri yang melakukan perubahan nama perusahaan, alamat, dan
atau penanggungjawab perusahaan, wajib memberitahukan kepada Walikota.
Pasal 36
Perusahaan industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri wajib untuk : a. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam atau
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan industri dengan melakukan :
1. Analisis mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ); 2. Upaya Pengelolaan Lingkungan ( UKL ); 3. Upaya Pemantauan Lingkungan ( UPL ); atau 4. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan ( SPPL ).
Page 19 of 23
b. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan
baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutan dan keselamatan kerja.
BAB IX SANKSI PIDANA
Pasal 37
(1) Perusahaan industri yang dijalankan tidak memenuhi ketentuan dimaksud pasal
2 ayat (1), pasal 3, pasal 14, pasal 18 ayat (1) dan pasal 34 ayat (1) Keputusan ini
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan pidana sesuai dengan
ketentuan pidana sebagaimana tercantum dalam pasal 24 Undang-undang nomor
5 tahun 1984 tentang Perindustrian. (2) Perusahaan industri yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 37 huruf a
Keputusan ini sehingga mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan pidana sebagaimana
tercantum dalam pasal 27 Undang – undang nomor 5 tahun 1984 tentang
Perindustrian. (3) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah dihukum pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau
denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah Retribusi yang terhitung. (4) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) pasal ini
adalah pelanggaran.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 38
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku.
Page 20 of 23
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana Perpajakan Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan
daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara
Page 21 of 23
Pidana yang berlaku.
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri dan Tanda Daftar Industri maupun persetujuan
prinsip yang dimiliki perusahaan industri sebelum diterbitkannya Peraturan Daerah ini,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa izin/persetujuan prinsip yang
bersangkutan.
BAB XII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan ditetapkan lebih lanjut oleh
Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya.
Pasal 41 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang bertentangan
dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 42 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau.
Page 22 of 23
Diundangkan di Lubuklinggau
Pada tanggal 31 Desember 2003
SEKRETARIS DAERAH
Cap/ttd
H. UBAIDILLAH IDRUS, SH
PEMBINA TK. I
NIP. 440012311
LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2003 NOMOR 03 SERI C
Cap/ttd
H. RIDUAN EFFENDI
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
NOMOR 38 TAHUN 2003
Page 23 of 23
Ditetapkan di Lubuklinggau.
pada tanggal 30 Desember 2003
WALIKOTA LUBUKLINGGAU,