page 1 of 23 lubuklinggau...menetapkan : 11. peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1995 tentang hasil...

23
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 38 TAHUN 2003 LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 03 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 38 TAHUN 2003 T E N T A N G PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN RETRIBUSI USAHA SEKTOR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan terbentuknya Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai Daerah Otonom berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau, maka dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah dan pengaturan, pembinaan serta pengembangan industri dipandang perlu untuk mengatur pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri, Tanda Daftar Industri dan Retribusi Usaha Sektor Industri dalam wilayah Kota Lubuklinggau; b. bahwa pengaturan tentang pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri, Tanda Daftar Industri dan Retribusi Usaha Sektor Industri dalam wilayah Kota Lubuklinggau sebagaimana dimaksud huruf a perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau. 1. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1981 nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Page 1 of 23

Upload: lykhuong

Post on 31-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 38 TAHUN 2003

 

 

LEMBARAN DAERAH             KOTA LUBUKLINGGAU            

                                             

Nomor 03 Tahun 2003

Seri C  

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

NOMOR 38 TAHUN 2003  

T E N T A N G  

PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN RETRIBUSI USAHA

 SEKTOR INDUSTRI    

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA  

WALIKOTA LUBUKLINGGAU,  

Menimbang                       Mengingat  

:                        :  

a.    bahwa dengan terbentuknya Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai Daerah

Otonom berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan

Kota Lubuklinggau, maka dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah dan

pengaturan, pembinaan serta pengembangan industri dipandang perlu untuk

mengatur pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri, Tanda Daftar

Industri dan Retribusi Usaha Sektor Industri dalam wilayah Kota Lubuklinggau;  

b.       bahwa pengaturan tentang pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri,

Tanda Daftar Industri dan Retribusi Usaha Sektor Industri dalam wilayah Kota

Lubuklinggau sebagaimana dimaksud huruf a perlu ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Kota Lubuklinggau.  

1.        Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 1981 nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Page 1 of 23

                                                                                 

                                                                                 

nomor 3209);   2.       Undang-undang nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1982 nomor 7, Tambahan Lembaran

Negara nomor 3214);  

3.        Undang-undang nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 1984 nomor 22, Tambahan Lembaran Negara nomor

3274);  

4.       Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 1995 nomor 74, Tambahan Lembaran Negara nomor

3611);  

5.      Undang-undang   nomor  18  tahun  1997  tentang  Pajak  Daerah  dan  Retribusi 

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 nomor 41, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 18

tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2000 nomor 246, Tambahan Lembaran Negara nomor

4048);   6.        Undang-undang   nomor   22  tahun   1999  tentang  Pemerintahan  Daerah 

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 60, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3839);  

7.       Undang-undang  nomor 25   tahun 1999 tentang  Perimbangan Keuangan  antara 

Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999

nomor 72, Tambahan Lembaran Negara nomor 3848);   8.       Undang-undang  nomor 7 tahun 2001  tentang  Pembentukan  Kota Lubuklinggau 

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 87, Tambahan

Lembaran Negara nomor 4114);  

9.        Peraturan   Pemerintah   nomor  27  tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1983 nomor 36,

Tambahan Lembaran Negara nomor 3258);  

10.   Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan,

Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 1986 nomor 23, Tambahan Lembaran Negara nomor 3330);

Page 2 of 23

                                                                     

 

Menetapkan

                                                                    

 

:

  11.    Peraturan   Pemerintah  nomor  13  tahun  1995  tentang    Hasil   Usaha  Industri 

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 nomor 25, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3596);   12.   Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 119, Tambahan Lembaran Negara

nomor 4139);  

13. Keputusan Presiden RI nomor 16 tahun 1987 tentang Pembiayaan dan

Pengembangan Industri;  

14.   Keputusan  Presiden  RI  nomor 41 tahun  1996   tentang Kawasan Industri;  

15.  Keputusan Menteri Perindustrian nomor 250 / M / SK / 10 / 94 tanggal 20 Oktober

1994 tentang Pedoman Tekhnis Penyusunan Pengendalian Dampak terhadap

lingkungan pada sektor Industri;  

16.   Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 590 / MPP / Kep / 10 /

1999 tanggal 13 Oktober 1999 jo nomor 233 / MPP / Kep / 63 / 2000, tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan

Tanda Daftar Industri;  

17.    Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 21 tahun 2001

tanggal 18 Juli 2001 tentang Tekhnik Penyusunan dan Materi Muatan Produk –

produk Hukum Daerah;  

18.    Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 22 tahun 2001

tanggal 18 Juli 2001 tentang Bentuk Produk – produk Hukum Daerah;  

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman

Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan

Daerah.  

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

  MEMUTUSKAN :

  PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG PEMBERIAN IZIN

USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN

Page 3 of 23

RETRIBUSI USAHA SEKTOR INDUSTRI

 

   

BAB I KETENTUAN UMUM

  Pasal 1

  Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud :   1.       Daerah adalah Kota Lubuklinggau;   2.       Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Lubuklinggau;   3.       Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Walikota;   4.        Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Perindustrian dan

Perdagangan  Kota Lubuklinggau;   5.       Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan       Kota Lubuklinggau;   6.       Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Lubuklinggau;   7.       Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kota Lubuklinggau;   8.     Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan

industri;   9.        Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih

tinggi untuk menggunakannya termasuk kegiatan rancang bangun dan

perekayasaan industri;   10.    Cabang Industri adalah bagian suatu kelompok industri yang mempunyai ciri

umum yang sama dengan proses produksi;   11.   Jenis Industri adalah bagian suatu Cabang Industri yang mempunyai ciri khusus

yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi;  

Page 4 of 23

12.    Bidang Usaha Industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan

Cabang Industri atau Jenis Industri;   13.    Komoditi Industri adalah suatu produk akhir dalam proses produksi dan

merupakan bagian dari Jenis Industri;   14.    Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang

Usaha Industri yang dapat berbentuk Perorangan, Perusahaan, Persekutuan atau

Badan Hukum yang berkedudukan di Indonesia ;   15. Perluasan Perusahaan Industri yang selanjutnya disebut Perluasan adalah

penambahan kapasitas produksi melebihi 30% dari kapasitas yang telah di

izinkan;   16.   Retribusi Usaha Sektor Industri adalah Retribusi yang dibayarkan pemohon Izin

Usaha Industri, Izin Perluasan Industri dan Tanda Daftar Industri sebagai Wajib

Retribusi atas penerbitan izin tersebut;   17.    Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan

Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

Retribusi;   18.    Retribusi Perizinan tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah

Daerah dalam pemberian suatu izin kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas

kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan;   19.   Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat

Ketetapan Retribusi Daerah yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang

terhutang;   20.  Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat

SKRDKB adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi

yang terhutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok

retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;   21. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan

kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-

Page 5 of 23

undangan Retribusi Daerah;   22.    Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian

kegiatan tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di

lingkungan daerah untuk mencari data mengumpulkan bukti dan dengan bukti itu

membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta

menemukan tersangkanya.    

BAB II IZIN USAHA INDUSTRI

  Bagian Pertama

Kewajiban Memperoleh Izin Usaha Industri  

Pasal 2  

(1) Setiap pendirian perusahaan industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri

yang diterbitkan oleh Walikota.   (2) Kewajiban memperoleh atau memiliki Izin Usaha Industri dimaksud ayat (1) pasal

ini dapat dikecualikan bagi Industri tertentu dalam kelompok industri kecil dengan

nilai investasi perusahaan seluruhnya di bawah Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, kecuali bila dikehendaki oleh

perusahaan yang bersangkutan.  

Pasal 3  

Semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp.

200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha wajib memperoleh dan memiliki Izin Usaha Industri.  

Pasal 4  

(1)     Izin Usaha Industri berlaku untuk selama 3 (tiga) tahun dan selama perusahaan

tersebut beroperasi wajib untuk menyampaikan informasi/laporan produksi.   (2)      Izin Usaha Industri dimaksud ayat (1) dapat diperbaharui kembali sepanjang

perusahaan tersebut masih beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.  

Page 6 of 23

Persetujuan Prinsip dan Surat Pernyataan

  Pasal 5

  (1)   Untuk   memperoleh   Izin   Usaha   Industri  diperlukan  tahap  persetujuan  prinsip 

atau tanpa persetujuan prinsip.   (2) Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk langsung dapat

melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan,

pemasangan instalasi/peralatan dan lain-lain yang diperlukan.   (3)     Persetujuan  Prinsip  dimaksud  ayat  (1) dan ayat (2) pasal ini diberikan kepada 

Perusahaan Industri yang telah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang

berlaku antara lain Izin Lokasi, Izin Undang-undang Gangguan atau Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL),

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan telah selesai membangun pabrik dan

sarana produksi serta telah siap berproduksi.    (4)  Persetujuan   prinsip   dimaksud   ayat   (1)   dan   ayat  (2)   pasal  ini  bukan 

merupakan izin untuk melakukan produksi komersial.  

Pasal 6  

(1)     Perusahaan  Industri  yang harus melalui  Tahap Persetujuan Prinsip dan Tanpa 

Persetujuan   Prinsip  sebagaimana  dimaksud  pasal  5  ayat  (1)  adalah  sebagai 

berikut :  

a.       Perusahaan Industri yang harus melalui Tahap Persetujuan Prinsip adalah

perusahaan yang :  

1.  Proses produksinya tidak merusak atau membahayakan  lingkungan serta 

tidak menggunakan Sumber Daya Alam secara berlebihan;   2.   Tidak berlokasi di kawasan industri.

  b. Perusahaan Industri yang tidak melalui Persetujuan Prinsip adalah

perusahaan yang :  

1.    Berlokasi di kawasan yang memiliki izin;  

2.  Memproduksi  jenis  usaha  tertentu  baik  yang berlokasi di dalam maupun 

Page 7 of 23

Bagian Kedua

di luar kawasan industri yang memiliki izin.  

(2)   Perusahaan   Industri  sebagaimana  dimaksud ayat (1) huruf   b pasal ini hanya 

diwajibkan membuat surat pernyataan.  

Pasal 7  

(1)      Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (2) wajib memuat

ketentuan-ketentuan mengenai kesediaan Perusahaan Industri yang

bersangkutan  antara lain untuk :  

a.   Tidak berproduksi komersial sebelum memulai segala persyaratan dari instansi

lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik dan sarana produksi

maupun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;   b.  Menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi selambat-lambatnya  

4 (empat) tahun terhitung mulai tanggal Izin Usaha Industri diberlakukan;  

c.     Menerima segala akibat hukum terhadap pelanggaran atas surat-surat

pernyataan yang telah dibuat.   (2)  Bentuk  surat   pernyataan  sebagaimana  dimaksud ayat (1) pasal ini diatur lebih 

lanjut oleh Walikota.   (3)  Surat  Pernyataan  dimaksud  pasal  6 ayat  (2) merupakan bagian/  lampiran  tak 

terpisahkan dari Izin Usaha Industri yang diterbitkan.  

Bagian Ketiga Tata Cara Permintaan Izin Usaha Industri Melalui

Tahap Persetujuan Prinsip  

Pasal 8  

(1)    Permintaan Persetujuan Prinsip diajukan oleh pemohon kepada Walikota melalui

Kepala Dinas.                                                      (2)     Permintaan Persetujuan Prinsip dimaksud ayat (1) Pasal ini dilakukan dengan

mengisi formulir yang telah disediakan secara lengkap dan benar dan apabila

ternyata tidak lengkap/benar, maka Kepala Dinas wajib menolak untuk

memproses Persetujuan Prinsip.  

Page 8 of 23

(3)      Persetujuan Prinsip dapat diubah sesuai dengan permintaan dari pemohon

yang bersangkutan.  

Pasal 9  

Dalam melaksanakan Persetujuan Prinsip, Perusahaan Industri yang bersangkutan

wajib memberikan informasi kepada Walikota melalui Kepala Dinas tentang kemajuan

pembangunan pabrik dan sarana produksi setiap 1 (satu) tahun paling lambat 31

Januari tahun berikutnya.  

Pasal 10  

(1)     Persetujuan prinsip berlaku untuk selama 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal

Persetujuan Prinsip diterbitkan.   (2)      Persetujuan Prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu

tersebut pada ayat (1) pasal ini pemohon/pemegang Persetujuan Prinsip tidak

menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi serta belum

memperoleh Izin Usaha Industri.  

(3)      Perusahaan    Industri    yang    Persetujuan    Prinsipnya    batal   sebagaimana  

dimaksud ayat (2) pasal ini, dapat mengajukan kembali permintaan Persetujuan

Prinsip yang baru.  

Pasal 11  

Perusahaan Industri yang telah menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana

produksinya serta telah siap memproduksi dan telah memenuhi semua ketentuan

perundang-undangan wajib mengajukan permintaan Izin Usaha Industri.  

Bagian Keempat Tata Cara Permintaan Izin Usaha Industri Tanpa

Melalui Persetujuan Prinsip  

Pasal 12  

(1)      Permintaan Izin Usaha Industri bagi jenis industri yang pemberiannya tanpa

melalui tahap Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1)

huruf  b dan pasal 6 ayat (2), dilakukan hanya dengan membuat surat pernyataan 

dan diserahkan bersama-sama pada saat permintaan Izin Usaha Industri

diajukan.

Page 9 of 23

  (2)     Permintaan Izin Usaha Industri dan Surat Pernyataan dimaksud ayat (1) pasal ini

disampaikan kepada Walikota melalui Kepala Dinas.   (3)     Terhadap Perusahaan Industri yang telah mengisi formulir permintaan Izin Usaha

Industri secara lengkap dan benar maka Walikota wajib memberikan Izin Usaha

Industri kepada yang bersangkutan.  

Pasal 13  

(1)     Perusahaan  Industri  yang  telah memperoleh/memiliki Izin Usaha Industri tanpa 

melalui tahap persetujuan Prinsip dimaksud pasal 12 ayat (1), wajib

menyampaikan laporan dan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan sarana

produksi kepada Walikota melalui Kepala Dinas setiap 1 (satu) tahun atau paling

lambat  tanggal 31 Januari tahun berikutnya.   (2)    Apabila dalam jangka waktu selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal

diterbitkannya Surat Izin Usaha Industri ternyata perusahaan yang bersangkutan

tidak menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi serta tidak

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Izin

Usaha Industri yang bersangkutan batal dengan sendirinya.  

(3)     Perusahaan  yang  Izin Usaha Industrinya batal sebagaimana dimaksud ayat (2) 

dapat mengajukan kembali permintaan Izin Usaha Industri yang baru.  

Bagian Kelima  

Penolakan / Penundaan Terhadap Izin Usaha Industri Melalui Tahap Persetujuan Prinsip

  Pasal 14

  (1) Permintaan Izin Usaha Industri melalui tahap persetujuan prinsip dapat

ditolak oleh Walikota apabila ternyata tidak memenuhi salah satu ketentuan

sebagai berikut :  

a.       Lokasi pabrik tidak sesuai dengan lokasi yang tercantum dalam persetujuan

prinsip;  

b.       Jenis industri tidak sesuai dengan persetujuan prinsip;  

Page 10 of 23

c.      Tidak menyampaikan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan sarana

produksi sebagaimana dimaksud pasal 9 selama 3 (tiga ) kali berturut – turut;  

d.       Tidak memenuhi ketentuan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku;   (2) Walikota selambat – lambatnya  14 ( empat belas )  hari  kerja  sejak diterimanya 

permintaan Izin Usaha Industri yang bersangkutan wajib memberikan surat

penolakan Izin Usaha Industri disertai alasan – alasannya.  

Pasal  15  

(1) Permintaan Izin Usaha Industri melalui tahap persetujuan prinsip dapat ditunda

oleh Walikota apabila permintaan Izin Usaha Industri yang diterima ternyata

belum memenuhi salah satu ketentuan sebagai berikut :  

a.      Belum lengkapnya isian yang harus dipenuhi pemohon;   b.    Belum memenuhi persyaratan lingkungan hidup berupa penyusunan upaya

pengendalian dampak / pencemaran sebagai akibat kegiatan usaha industri

seperti :  

1.       Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ); 2.       Upaya Pengelolaan Lingkungan ( UKL ); 3.       Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan 4.       Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).  

c. Belum memenuhi kewajiban melaksanakan upaya yang menyangkut

keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksi termasuk

pengangkutannya.  

(2) Walikota Selambat-lambatnya 14 (empat belas ) hari sejak diterimanya

permintaan Izin Usaha Industri yang bersangkutan wajib memberikan surat

penolakan usaha industri disertai alasan – alasannya.  

Pasal  16  

(1)     Permintaaan Izin Usaha Industri yang ditunda karena belum melengkapi isian /

formulir sebagaimana dimaksud pasal 15 (1) huruf a, kepada perusahaan industri

yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang

belum dipenuhi selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari sejak adanya

pemberitahuan.

Page 11 of 23

  (2)      Apabila dalam tenggang waktu dimaksud ayat (1) pasal ini perusahaan yang

bersangkutan tidak melengkapi persyaratan tersebut, maka Walikota wajib

memberikan surat penolakan permintaan Izin Usaha Industri.  

Bagian Keenam Penolakan Izin Terhadap Permintaan Izin Usaha Industri

Tanpa Melalui Tahap Persetujuan Prinsip  

Pasal  17  

Terhadap permintaan Izin Usaha Industri tanpa melalui tahap persetujuan prinsip dan

ternyata jenis industri termasuk bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal,

maka Walikota selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari sejak diterimanya surat

permintaan izin tersebut wajib memberikan penolakan Izin Usaha Industri disertai

alasan – alasannya.    

BAB  III  IZIN PERLUASAN INDUSTRI

   Pasal  18

  (1)  Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri yang akan melakukan

perluasan melebihi 30 % ( tiga puluh persen ) dari kapasitas produksi yang telah

diizinkan sesuai dengan Izin Usaha Industri yang dimilik, wajib memperoleh Izin

Perluasan Industri;   (2)     Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri melalui tahap

persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1) huruf a, untuk

memperoleh Izin Perluasan Industri wajib menyampaikan rencana perluasan

industri dan memenuhi persyaratan lingkungan hidup;   (3)     Setiap Perusahaan Industri yang telah memilik Izin Usaha Industri tanpa melalui

persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1) huruf b, dalam

melakukan Perluasan Industri wajib menyampaikan rencana perluasan

industrinya.  

Pasal  19  

Setiap Perusahaan Industri yang memiliki Izin Usaha Industri yang akan

Page 12 of 23

melaksanakan perluasan lingkup industri yang tercantum dalam Izin Usaha

Industrinya, diizinkan untuk menambah kapasitas produksinya sebesar – besarnya 30

% diatas kapasitas produksi yang diizinkan, tanpa memerlukan izin perluasan industri

sepanjang jenis industrinya terbuka bagi penanaman modal.  

Pasal  20  

(1)     Setiap Perusahaan Industri yang memiliki Izin Usaha Industri dapat melakukan

perluasan industri tanpa terlebih dahulu memiliki Izin Perluasan Industri apabila

perluasan   dalam  lingkup  jenis  industrinya  melebihi  30  %  dari  kapasitas  yang 

diizinkan sepanjang produksinya dimaksudkan untuk pasaran ekspor meskipun

jenis industri tersebut dinyatakan tertutup untuk penanaman modal.  

(2)     Perusahaan Industri dimaksud ayat (1) pasal ini wajib memberitahukan secara

tertulis   kepada  Walikota  melalui  Kepala  Dinas  tentang  kenaikan  produksinya 

selambat – lambatnya 6 ( enam ) bulan sejak dimulainya kenaikan atau

perluasan produksi.  

Pasal  21  

(1)     Pengajuan permintaan Izin Perluasan Industri sebagaimana dimaksud pasal 18

diajukan kepada Walikota melalui Kepala Dinas.  

(2)   Pemohon  atas  permintaan  Izin  Perluasan  Industri  dimaksud  ayat  (1)  pasal  ini 

dilakukan dengan mengisi formulir dan diisi secara lengkap dan benar sesuai

dengan persyaratan yang telah ditentukan.   (3)    Bentuk formulir untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini

ditetapkan oleh Walikota.  

BAB  IV  TANDA DAFTAR INDUSTRI

  Bagian Pertama

Kewajiban Memenuhi Tanda Daftar Industri  

 Pasal 22  

(1)    Pendirian semua jenis perusahaan industri dalam kelompok industri kecil dengan

nilai investasi perusahaan seluruhnya sekitar Rp. 5.000.000,- ( Lima Juta Rupiah ) 

sampai dengan Rp. 200.000.000,- ( Dua Ratus Juta Rupiah ) tidak termasuk

Page 13 of 23

tanah dan penggunaan tempat usaha wajib memperoleh atau memiliki Tanda Daftar

Industri.   (2)   Perusahaan Industri sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, untuk memperoleh

Tanda Daftar Industri tidak diperlukan tahap persetujuan prinsip.  

Pasal  23  

(1)    Permintaan untuk memperoleh Tanda Daftar Industri diajukan oleh perusahaan

yang bersangkutan kepada Walikota melalui Kepala Dinas.   (2)  Perusahaan pemohon Tanda Daftar Industri dimaksud ayat (1) pasal ini, dilakukan 

dengan mengisi formulir dan diisi secara lengkap dan benar sesuai dengan syarat

yang telah ditentukan.   (3)     Bentuk formulir untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh

Walikota.   (4)     Selambat – lambatnya setelah 14 ( empat belas ) hari sejak permintaan Tanda

Daftar Industri yang sudah lengkap dan benar Walikota wajib mengeluarkan atau

menerbitkan Tanda Daftar Industri.  

Bagian Kedua Penolakan Penundaan Permintaan

Tanda Daftar Industri  

Pasal   24  

Terhadap permintaan Tanda Daftar Industri dan ternyata industrinya berbeda dengan

jenis industri yang diajukan maka Walikota selambat – lambatnya 14 ( empat belas )

hari sejak ditemukannya perbedaan jenis industri tersebut wajib memberikan surat

penolakan  Tanda  Daftar  Industri  disertai  alasan – alasannya.  

Pasal  25  

(1)     Terhadap permintaan Tanda Daftar Industri yang belum melengkapi isian dan

persyaratan pada formulir, Walikota selambat – lambatnya   14  (  empat  belas  ) 

hari sejak ditemukannya perbedaan jenis industri tersebut wajib memberikan surat

penolakan Tanda Daftar Industri, wajib mengeluarkan surat penundaan disertai

alasan – alasannya.  

Page 14 of 23

(2)     Perusahaan Industri yang mendapat surat penundaan sebagaimana dimaksud

ayat (1) pasal ini diberi kesempatan untuk melengkapi isian dan persyaratan pada

formulir selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari kerja sejak diterimanya

surat penundaan.   (3)      Perusahaan Industri yang tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud ayat (2 ) pasal ini, permintan Tanda Daftar Industrinya ditolak oleh

Walikota dengan surat penolakan.  

BAB  V  PERINGATAN, PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN

  Pasal  26

  (1) Perusahaan Industri diberikan peringatan tertulis apabila :  

a.       Melakukan perluasan industri tanpa izin;   b.       Belum melakukan pendaftaran perusahaan industri;

  c.       Tidak menyampaikan informasi industri atau dengan sengaja menyampaikan

informasi yang tidak benar;  

d.       Melakukan pemindahan lokasi tanpa persetujuan tertulis dari Walikota;  

e.     Menimbulkan kerusakan atau pencemaran akibat kegiatan usaha industrinya

terhadap lingkungan yang ditetapkan sesuai perundang – perundangan yang

berlaku;  

f.       Melakukan kegiatan usaha industri tidak sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan dalam Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri;   g.  Adanya  laporan atau pengaduan dari pejabat yang berwenang atau pemegang 

hak atas kekayaan intelektual bahwa perusahaan tersebut melakukan

pelanggaran hak atas kekayaan intelektual antara lain hak cipta, paten atau

merek.  

(2) Peringatan tertulis dimaksud ayat (1) psal ini diberikan kepada perusahaan industri

yang bersangkutan 3 ( tiga ) kali berturut – turut dengan tenggang waktu masing –

masing 1 ( satu) bulan.  

Page 15 of 23

Pasal  27  

(1) Pembekuan Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri dilakukan oleh Walikota

terhadap perusahaan industri yang :  

a.        Tidak melakukan perbaikan walaupun telah mendapatkan peringatan

sebagaimana dimaksud pasal 26;   b.       Melakukan perluasan industri yang hasil produksinya untuk tujuan pasaran

eksport sebagaimana dimaksud pasal 20 ayat (1) tetapi dipasarkan dalam

negeri;  

c.       Sedang diperiksa dalam sidang badan peradilan karena di dalam melakukan

pelanggaran atas hak kekayaan intelektual antara lain : hak cipta, paten atau

merek.   (2)  Pembekuan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal  ini berlaku selama 6 ( enam ) 

bulan sejak tanggal dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan industri yang

bersangkutan.   (3)  Apabila dalam masa pembekuan dimaksud ayat (2) ternyata perusahaan  industri 

yang bersangkuta telah melakukan perbaikan – perbaikan sesuai dengan

ketentuan dalam ayat (1) pasal ini, maka Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar

Industri yang bersangkutan diberlakukan kembali.  

Pasal  28  

Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri dapat dicabut apabila :   a.      Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri tersebut dikeluarkan berdasarkan

keterangan / data yang tidak benar atau dipalsukan oleh perusahaan yang

bersangkutan;   b.       Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui

batas waktu pembekuan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 27 ayat (2);   c.       Perusahaan bersangkutan yang melanggar ketentuan Peraturan Perundang –

undangan yang memuat sanksi pencabutan Izin Usaha Industri atau tanda Daftar

Industri.    

Page 16 of 23

BAB  VI  RETRIBUSI USAHA SEKTOR INDUSTRI

  Pasal 29

  (1)      Dalam rangka memperoleh Izin Usaha Industri , Izin Perluasan Industri dan

Tanda Daftar Industri, setiap perusahaan industri dikenakan retribusi usaha sektor

industri.   (2) Retribusi usaha sektor industri dimaksud ayat (1) pasal ini digolongkan sebagai

retribusi perizinan tertentu.  

Pasal  30  

(1) Struktur tarif retribusi sebagaimana yang dimaksud pasal 29 digolongkan

berdasarkan besarnya investasi perusahaan industri sebagaimana dimaksud

pasal 3, pasal 22 ayat (1) dan perluasan usaha sebagaimana dimaksud pasal 18

Peraturan daerah ini.   (2)     Struktur tarif retribusi tersebut pada ayat (1) dan besarnya adalah sebagai

berikut :  

NO Besarnya

Investasi  (Rp)

  Jenis Permintaan Izin  

Besarnya Tarif

Keterangan

1.             2.           3.

0 sd 5 juta             5 juta sd 200 juta         200 juta keatas

-    Tanda Daftar

Industri - Perluasan Industri - Pindah Lokasi - Ganti Pemilik     - Izin Usaha   Industri - Perluasan Industri - Pindah Lokasi - Ganti Pemilik   - Izin Usaha   Industri - Perluasan Industri

  Rp.    10.000, Rp.    15.000,- Rp.    10.000,- Rp.    25.000,-       Rp.   25.000,- Rp.   30.000,- Rp.   25.000,- Rp.   50.000,-     Rp.   75.000,- Rp. 100.000,-

Industri kecil

(sepanjang di

kehendaki

perusahaan

ybs )     Industri

Menengah         Industri Besar    

Page 17 of 23

  Pasal  31

  (1)     Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan tarif retribusi dimaksud pasal

30 ayat (2) didasarkan pada tujuan untuk menutupi biaya penyelenggaraan

pemberian izin.     (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi biaya pengecekan,

pengukuran lokasi / ruang tempat usaha, biaya pemeriksaan dan biaya

transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian.   

Pasal  32  

(1)      Pelaksanaan pemungutan retribusi dilakukan bersamaan dengan proses

penerbitan izin yang bersangkutan dan dilakukan oleh bendaharawan khusus

penerima Dinas Perindustrian dan Perdagangan.   (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah

( SKRD ) atau dokumen lain yang dipersamakan dan Surat Ketetapan Retribusi

Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKRDKBT ).   (3) Bendaharawan khusus penerima sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dalam

waktu 1 x 24 jam harus telah menyetorkan retribusi yang diterima dari Wajib

Retribusi ke kas daerah.    

BAB  VII  INFORMASI INDUSTRI

  Pasal  33

  (1)     Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar

Industri wajib menyampaikan informasi kepada Walikota melalui Kepala Dinas

setiap 1 ( satu ) tahun sekali tentang kegiatan produksinya.   (2) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil sebagaimana dimaksud pasal 2

ayat (2) dikecualikan dari kewajiban menyampaikan informasi industri.  

- Pindah Lokasi - Ganti Pemilik

Rp.   75.000,- Rp. 100.000,-

   

Page 18 of 23

  BAB  VIII 

KETENTUAN LAIN  

Pasal  34  

(1)      Apabila Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri yang telah dimiliki

perusahaan industri hilang / rusak atau tidak terbaca, yang bersangkutan dapat

mengajukan permohonan penggantian Izin Usaha Industri atau tanda Daftar

Industri kepada Kepala Daerah.   (2)     Setiap permohonan penggantian Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri

dimaksud ayat (1) dilampiri dengan Surat Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar

Industri yang asli atau keterangan kehilangan dari pihak Kepolisian setempat.   (3)      Selambat – lambatnya 7 ( tujuh ) hari kerja sejak diterimanya permohonan

penggantian Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri, Walikota dapat

segera mengeluarkan Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri baru sebagai

pengganti.  

Pasal 35  

(1)     Pemindahan lokasi industri baik yang berada dilokasi lama maupun baru wajib

memiliki persetujuan tertulis dari Walikota.   (2)     Perusahaan industri yang memiliki Izin Usaha Industri,Izin Perluasan Industri dan

Tanda Daftar Industri yang melakukan perubahan nama perusahaan, alamat, dan

atau penanggungjawab perusahaan, wajib memberitahukan kepada Walikota.  

Pasal 36  

Perusahaan industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri wajib untuk :   a.        Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam atau

pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup

akibat kegiatan industri dengan melakukan :  

1.       Analisis mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ); 2.       Upaya Pengelolaan Lingkungan ( UKL ); 3.       Upaya Pemantauan Lingkungan ( UPL ); atau 4.       Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan ( SPPL ).

Page 19 of 23

  b.       Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan

baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk

pengangkutan dan keselamatan kerja.    

BAB IX SANKSI PIDANA

  Pasal 37

  (1)     Perusahaan industri yang dijalankan tidak memenuhi ketentuan dimaksud pasal

2 ayat (1), pasal 3, pasal 14, pasal 18 ayat (1) dan pasal 34 ayat (1) Keputusan ini

dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan pidana sesuai dengan

ketentuan pidana sebagaimana tercantum dalam pasal 24 Undang-undang nomor

5 tahun 1984 tentang Perindustrian.   (2)      Perusahaan industri yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 37 huruf a

Keputusan ini sehingga mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan

dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan pidana sebagaimana

tercantum dalam pasal 27 Undang – undang nomor 5 tahun 1984 tentang

Perindustrian.   (3)      Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan

keuangan Daerah dihukum pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau

denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah Retribusi yang terhitung.   (4)     Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) pasal ini

adalah pelanggaran.  

  BAB X

PENYIDIKAN  

Pasal 38  

(1)      Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana

dibidang perpajakan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Hukum Acara Pidana yang berlaku.  

Page 20 of 23

(2)     Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a.       Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah agar

keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;   b.        Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi

atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan

dengan tindak pidana Perpajakan Daerah;  

c.     Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan

sehubungan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;  

d.        Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang

berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;  

e.        Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap

bahan bukti tersebut;  

f.        Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;  

g.   Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang

dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;  

h.      Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan

daerah;  

i.        Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;  

j.         Menghentikan penyidikan;  

k.      Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.   

(3)      Penyidik   sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)   pasal   ini   memberitahukan 

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut

Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara

Page 21 of 23

Pidana yang berlaku.

   

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

  Pasal 39

  Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Industri dan Tanda Daftar Industri maupun persetujuan

prinsip yang dimiliki perusahaan industri sebelum diterbitkannya Peraturan Daerah ini,

dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa izin/persetujuan prinsip yang

bersangkutan.    

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

  Pasal 40

  Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan ditetapkan lebih lanjut oleh

Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya.  

Pasal 41   Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang bertentangan

dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.  

Pasal 42   Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.   Agar    setiap    orang    mengetahuinya,    memerintahkan    pengundangan  Peraturan 

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau.  

Page 22 of 23

 

  

 

   Diundangkan di Lubuklinggau

   Pada tanggal 31 Desember 2003

 

   SEKRETARIS DAERAH

 

      Cap/ttd

 

   H. UBAIDILLAH IDRUS, SH

   PEMBINA TK. I

   NIP. 440012311

 

 

 

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

TAHUN 2003 NOMOR 03 SERI C

  

                                            Cap/ttd

 

                                             H. RIDUAN EFFENDI

 

 

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

NOMOR  38  TAHUN 2003

Page 23 of 23  

                                  Ditetapkan di Lubuklinggau.

                                          pada tanggal  30 Desember 2003

                                              

                                                            WALIKOTA LUBUKLINGGAU,