pafi tanggapi uu nakes, medan, 10 mei 2015
DESCRIPTION
WQATRANSCRIPT
WEB PAFI : HTTP: / /PAFIPUSAT.OR.IDEMAIL : PAFIPUSAT@GMAIL .COM
PAFI Menganggapi UU Nakes
Undang-undang Nomor 36 tahun 2014
Perubahan Nomenklatur
Tenaga Teknis Kefarmasian
Dasar : PP 51/2009 ttg Pekerjaan
Kefarmasian Kepmenkes 889/2009
Pengertian: TTK adl tenaga yg membantu
Apoteker dlm menjalani pekerjaan kefarmasian, yg terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian
Dasar : UU Nomor 36 /2014
tentang Tenaga Kesehatan pasal 1 1 (6)
Pengertian : Tenaga teknis kefarmasian
meliputi Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
Perubahan Nomenklatur
Asisten Apoteker
Dasar : PP 32/1996 ttg Tenaga Kesehatan Kepmenkes 679/2003 Permenkes Jabfung Permenkes
Pengertian : AA adalahAsisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Tenaga Teknis Kefarmasian
Dasar : PP 51/2009 ttg Pekerjaan
Kefarmasian Kepmenkes 889/2009
Pengertian : TTK adl tenaga yg membantu
Apoteker dlm menjalani pekerjaan kefarmasian, yg terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
► Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014►Terdiri dari 16 Bab dan 96 pasal► Undang-undang ini disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014
UNDANG-UNDANG TENAGA KESEHATAN
►Pasal 2: Undang-undang ini berasaskan:
a. Perikemanusiaan;b. Manfaat;c. Pemerataan;d. Etika dan Profesionalitas;e. Penghormatan terhadap hak dan kewajibanf. Keadilan;g. Pengabdian;h. Norma agama; dani. Perlindungan
ASAS DALAM UNDANG-UNDANG TENAGA KESEHATAN
► Pasal 1 butir 1 TENAGA KESEHATAN adalahSetiap orang yg mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan kemampuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
► Pasal 9 ayat (1) Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga kecuali tenaga medis.
► Pasal 1 butir 2 ASISTEN TENAGA KESEHATAN adalah Setiap orang yg mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan kemampuan dan atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
DEFINISI Menurut UU 36/2014
Pasal 8: Tenaga kesehatan terdiri atas
Tenaga Kesehatan dan Asisten Tenaga Kesehatan.
Pasal 11: Tenaga kesehatan dikelompokkkan ke dalam:
a. Tenaga medis b. Tenaga psikolgi klinis c. Tenaga keperawatan d. Tenaga kebidanan e. Tenaga kefarmasian… m. Tenaga kesehatan
lain.
KLASIFIKASI TENAGA KESEHATAN
Pasal 11 ayat 6: Tenaga kefarmasian terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Penjelasan Pasal 11 ayat 6.Tenaga teknis kefarmasian meliputi:
a. Sarjana farmasi b. Ahli madya farmasi c. Analis farmasi
KLASIFIKASI TENAGA KESEHATAN
Pasal 46: Ayat 1:
Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin dalam bentuk SIP.
Ayat 3: SIP diberikan oleh Pemda Kabupaten/Kota.
Ayat 4: Untuk mendapatkan SIP, tenaga kesehatan harus memiliki: a. STR yang masih berlaku b. Rekomendasi dari organisasi profesi c. Tempat praktik
PERIZINAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 46: Ayat 5:
SIP hanya berlaku untuk satu tempat. Ayat 6:
SIP masih berlaku sepanjang: a. STR masih berlaku b. Tempat praktik masih sesuai dengan yang
tercantum dalam SIP. Ayat 7:
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan Peraturan Menteri.
PERIZINAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 48: Ayat 1:
Untuk terselenggaranya praktik tenaga kesehatan yang bermutu dan perlindungan kepada masyarakat perlu dilakukan pembinaan praktik terhadap tenaga kesehatan.
>>> Yang dilakukan oleh Menteri bersama-sama dengan
Pemda, Konsil masing-masing tenaga kesehatan, dan organisasi profesi sesuai dengan kewenangannya.
PEMBINAAN PRAKTIK TENAGA KESEHATAN
Pasal 64: Setiap orang yang bukan tenaga kesehatan dilarang melakukan praktik seolah-olah sebagai
tenaga kesehatan yang memiliki izin.Pasal 83:
Setiap orang yang bukan tenaga kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai tenaga kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 64 dipidana dengan penjara paling lama 5 tahun.
KEWENANGAN PROFESI TENAGA KESEHATAN & SANKSI PIDANA
Pasal 85: Setiap tenaga kesehatan yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki STR sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 44 Ayat 1, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100 juta.
( Pasal 44 Ayat 1 ): Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR
SANKSI PIDANA BAGI TENAGA KESEHATAN
Pasal 87 Ayat 1:
Bukti registrasi dan perizinan tenaga kesehatan yang telah dimiliki oleh tenaga kesehatan pada saat berlakunya UU ini dinyatakan masih berlaku sampai habis masa berlakunya.
Ayat 2: Tenaga kesehatan yang belum memiliki registrasi dan perizinan wajib menyesuaikan dengan ketentuan UU ini paling lambat 2 tahun sejak UU ini diundangkan.
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 88 ayat (1) : Bagi Tenaga kesehatan lulusan pendidikan di bawah Diploma Tiga yang telah melakukan praktik sebelum ditetapkannya undang-undang ini tetap diberikan kewenangan untuk menjalankan praktek sebagai tenaga kesehatan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun setelah undang-undang ini diundangkan. Pasal 96 :
Undang-undang ini diberlakukan mulai tanggal 17 Oktober 2014.
KEWENANGAN TENAGA MENENGAH FARMASI LAMA
Kesimpulan
Lulusan SMK Farmasi mulai (Juni) 2015 bukan lagi tergolong sebagai tenaga kesehatan, namun sebagai Asisten Tenaga Kesehatan.
Tenaga TTK lulusan SAA/SMF/SMKF mulai 17 Okt 2020 tidak lagi memiliki kewenangan sebagai Tenaga Kesehatan, dengan berbagai konsekuensinya.
PAFI harus memikirkan nasib para siswa (saat ini kelas X, XI, XII) yang sudah ‘terlanjur berharap menjadi tenaga kesehatan.’
PAFI harus memikirkan nasib para anggotanya yg lulusan SAA/SMF/SMKF dan selama ini sudah memiliki kewenangan sebagai tenaga kesehatan, yg enam tahun lagi ‘harus dihapus’ kewenangannya.
Kesimpulan PAFI berupaya mengajukan uji materiel terhadap UU
Tenaga Kesehatan karena : Bertentangan dg UUD 1945 pasal 28 c ayat (1) :
“setiap orang berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”
Bertentangan dg asas yang dianut sendiri oleh UU tersebut :Pasal 2 huruf b ‘asas manfaat’ yang dalam penjelasannya menyebutkan “pengaturan tenaga kesehatan harus memberi manfaat yg sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan peri kehidupan yg sehat bagi setiap orang.”Pasal 2 huruf c ‘asas pemerataan’ yang dalam penjelasannya menyebutkan “pengaturan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yg dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masy utk mencapai derajat kes masy yang setinggi-tingginya.
Kesimpulan
Pasal 2 huruf e ‘asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban’ yang dalam penjelasannya menyebutkan
“pengaturan tenaga kesehatan bertujuan untuk menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.”Pasal 2 huruf f ‘asas keadilan’ yang dalam penjelasannya menyebutkan “pengaturan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yg adil dan merata kepada semua lapisan masy dg pembiayaan yang terjangkau.”Pasal 2 huruf i ‘asas perlindungan’ yang dalam penjelasannya menyebutkan “pengaturan tenaga kesehatan harus memberikan perlindungan yg sebesar-besarnya bagi tenaga kesehatan dan masyarakat.”
Kesimpulan Oleh sebab itu kita memohon ke Mahkamah Kosntitusi agar: ► merevisi bunyi pasal 88 ayat (1) menjadi :
Bagi Tenaga Kesehatan lulusan pendidikan di bawah Diploma Tiga yang telah melakukan praktek sebelum ditetapkannya undang-undang ini tetap diberikan kewenangan untuk menjalankan praktek sebagai tenaga kesehatan
► merevisi bunyi pasal 96 menjadi : “undang-undang ini mulai diberlakukan tiga tahun
setelah tanggal diundangkan” agar para siswa (yang saat ini kelas X, XI, XII) ketika nanti
lulus masih diberikan “hak dan kewenangan” sebagai tenaga kesehatan.
# Prosedur teknis pengajuan uji materi tersebut dapat dilakukan oleh perorangan dengan dukungan APMFI & PAFI yang menyiapkan data tentang jumlah siswa SMK yang ada pada saat ini serta jumlah tenaga lulusan SAA/ SMF/ SMKF yg saat ini sudah bekerja dan “terancam dihapus kewenangannya” sebagai tenaga kesehatan .
Sidang Uji Materiel di MK Sidang Pertama, 28 Januari 2015 Pemeriksaan Pendahuluan ► Pemohon menyampaikan presentasi terkait dengan legal
standing, alasan, data pendukung dan hal lain mengenai permohonan uji materiel tersebut dan para Hakim Mahkamah Konstitusi menanyakan berbagai sisi lain masalah ini, serta meminta agar pemohon memperbaiki berkas permohonan.
Sidang Kedua, 11 Februari 2015 Perbaikan Permohonan ► Pemohon menyampaikan presentasi terkait dengan
perbaikan berkas perkara sesuai dengan permintaan Hakim Mahkamah Konstitusi.
Sidang Uji Materiel di MK Sidang Ketiga , 4 Maret 2015 Mendengarkan keterangan Presiden dan DPR ► Pada sidang ini pemerintah yang diwakili oleh Menteri
Kesehatan dan Menteri Hukum dan HAM menyampaikan pendapatnya terkait berkas perkara yang diajukan pemohon.
Sidang KeEmpat, 25 Maret 2015 Mendengarkan keterangan Ahli dan Saksi pihak Pemohon ► Pemohon menghadirkan dua Ahli untuk mendukung
permohonan ini, yang terdiri atas: Prof.Dr.Indyah Sulistyo Arti/ Jogya, ahli hukum dari Palembang: Dr.Febrian, SH, MH dan juga empat saksi yaitu Zul Azmi/ PNS Papua Barat, Ayub Zayusman/guru Jawa Barat, Ade Marda Gresika/ siswa SMK SEKESAL Jawa Timur dan Khomsa Khaerunnisa/ siswa SMK Harapan Bersama Tegal, Jawa Tengah.
Sidang Uji Materiel di MK Sidang Kelima , 16 April 2015 Mendengarkan keterangan Ahli dan Saksi pihak Pemerintah &
DPR ► Pada sidang ini pemerintah yang menampilkan Ahli Bapak
Drs.Nurul Falah selaku Ketua Umum PP IAI ternyata justru mendukung pemohon demikian juga Saksi yang dimajukan oleh pihak Pemerintah yaitu Dr.Achmad Subagyo ( Direktur Utama RS AB Harapan Kita ) nampak tersudut dengan pertanyaan Hakim maupun pemohon
Sidang KeEnam, 6 Mei 2015 Mendengarkan keterangan Ahli dan Saksi pihak Pemerintah
Kesimpulan PERJUANGAN UNTUK MEMBELA ANGGOTA DAN CALON
ANGGOTA TIDAK MUDAH, PERLU PENGORBANAN WAKTU, PIKIRAN, TENAGA MAUPUN BIAYA YANG TIDAK SEDIKIT.
PERJUANGAN MEMERLUKAN KESUNGGUHAN BERPIKIR SERTA BERBUAT YANG POSITIF DAN SATU KATA, SATU PERBUATAN.
PAFI BISA MAJU BILA PENGURUS DAN ANGGOTA SALING BEKERJA SAMA DENGAN BAIK, SALING PERCAYA, TERBUKA DAN TIDAK BERSIFAT OTORITER MAUPUN HANYA MENGEDEPANKAN AROGANSI SEMATA.
BAHWA SEBAGAI ANGGOTA DAN PENGURUS HARUS INGAT HAK DAN KEWAJIBAN MASING-MASING.
TERIMA KASIH
Medan, 10 Mei 2015