pada santri di pondok pesantren nurul quran ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1557/1...quran...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM HAMALATIL QURAN
PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN
NURUL QURAN TETER SIMO BOYOLALI
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
IMAM AGUS ARAFAT
NIM: 111-12-045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
الجد يدنى كل امر شاسع والجد ي فتح كل باب مغلق
“Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan bisa membuka
pintu yang terkunci” (Imam Syafi’i)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‟alamin atas rahmat dan ridho Allah SWT skripsi
ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta Alm. Bapak H. Suyadi dan Ibu Siti Fatimah yang
senantiasa tanpa hentinya memberikan kasih sayang dan perhatiannya, nasehat,
semangat, dan keikhlasan doa yang selalu tercurah kepada penulis, rasa ta‟dzim
wa takriman serta baktiku kan selalu tercurah untuk mu.
2. Kakakku Mas Bagus Indrayana, Mbak Farida Wahyu Ningsih dan Mbak Nur
Syarifah, atas doa, cinta, nasehat, motivasi dan dukungan kalian.
3. Keluarga Besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Bapak Drs. K.H Abdul
Basith M.Pd, K.H Sonwasi Ridwan BA, K.H Zunaidi BA yang telah
membimbing dan mendoakan dalam setiap langkah untuk mencari ilmu.
Semoga Allah memberikan umur panjang, kesehatan dan ketaqwaan dalam
membimbing para pejuang generasi penerus agama.
4. Keluarga Besar Majlis Al-Munajah dan Madrasah Diniyah Hamzah Jaweng
Simo atas dukungan dan doanya.
5. Mas Wahyu Najib Fikri, Slamet Ikhwan Lukmanto, dan Ananta Bayu
Krisnandar yang memberikan makna kebersamaan, kehangatan, motivasi,
semangat dan arahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
6. Keluarga PAI B, Keluarga PPL MA Al-Manar Tengaran dan Kelompok KKN
yang telah memberikanku pelajaran dan pengalaman hidup yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. Sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad saw yang telah membawa
manusia dari zaman jahiliyyah menuju zaman terang benderang dengan
kesempurnaan agama Islam dan juga yang dinanti-nantikan syafaatnya kelak di
hari akhir.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Supardi, M.A. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah ikhlas
dalam membimbing, memberikan nasihat, tenaga, arahan dan pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali yang telah
memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di
tempat tersebut serta memberikan informasi kepada penulis.
8. Alm. Bapak dan Ibu tercinta, keluarga tercinta, dan seluruh pihak yang selalu
mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN
Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 25 Agustus 2016
Penulis
Imam Agus Arafat
NIM. 111-12-045
x
ABSTRAK
Arafat, Imam Agus. 2016. Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri
di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan
Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Supardi, M.A.
Kata Kunci : Program Hamalatil Quran
Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman terbaik bagi
kehidupan setiap muslim. Manusia yang senantiasa berinteraksi dengan al-Quran,
tidak hanya membaca akan tetapi memahami dan mengamalkan isi
kandungannya, maka al-Quran akan menjadi pembersih jiwa manusia. Program
Hamalatil Quran adalah rangkaian kegiatan yang berjalan secara berkelanjutan
mengenai pembelajaran al-Quran, mulai dari ilmu tajwid, kajian ilmu-ilmu al-
Quran dan menghafal al-Quran. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
merumuskan ke dalam tiga pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana sistem
pendidikan di Pondok Nurul Quran? (2) Bagaimana metode pembelajaran
Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran? (3) Bagaimana implementasi
Program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran?.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Observasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara mengamati
kegiatan-kegiatan pondok pesantren untuk mencari data, wawancara oleh peneliti
dilakukan kepada pengasuh, pengurus dan beberapa santri pondok pesantren, dan
peneliti mengumpulkan data melalui tulisan, rekaman, gambar, dan karya agar
hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. setelah
data sudah terkumpul, maka peneliti mengorganisasi data, memecah data menjadi
unit-unit data, mencari pola-pola tertentu, mencari hal-hal yang penting untuk
dipelajari dan apa yang akan diceritakan.
Hasil temuan penelitian menunjukkan: (1) Sistem pendidikan yang
diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran adalah sistem gabungan antara salaf
dan khalaf. (2) Metode pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul
Quran menggunakan metode sorogan al-Quran bin nadzar dan bil ghoib, metode
bandongan untuk kajian ilmu-ilmu al-Quran, dan metode hafalan. (3)
Implementasi program Hamalatil Quran dilaksanakan dengan tiga kegiatan, yaitu
pembelajaran tentang ilmu tajwid, kajian kitab tentang ilmu-ilmu al-Quran, dan
tahfidzul Quran.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
DEKLARASI .................................................................................................. v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
D. Kajian Pustaka ............................................................................... 8
E. Metode Penelitian .......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 16
A. Pengertian Program Hamalatil Quran ........................................... 16
B. Dasar Program Hamalatil Quran ................................................... 18
C. Bentuk-Bentuk Program Hamalatil Quran .................................... 21
xii
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 48
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Quran ....................... 48
B. Temuan Data Penelitian ................................................................ 61
1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Quran ................ 61
2. Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok
Pesantren Nurul Quran ............................................................ 63
3. Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di
Pondok Pesantren Nurul Quran ............................................... 65
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 71
A. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali ...................................................................... 71
B. Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren
Nurul Quran Teter Simo Boyolali ................................................. 73
C. Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di
Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ................... 77
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85
A. Kesimpulan.................................................................................... 85
B. Saran .............................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Profil Pondok Pesantren ................................................................... 48
Tabel 1.2 Struktur Organisasi Kepengurusan .................................................. 52
Tabel 1.3 Waktu Pelajaran Madrasah Diniyah ................................................ 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Program Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Quran
2. Peraturan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran
3. Jadwal Pembelajaran Madrasah Diniyah
4. Daftar Ustadz
5. Pedoman Wawancara
6. Catatan Transkip Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat),
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., penutup para Nabi dan Rasul
dengan perantaraan Malaikat Jibril „alaihis salam, dimulai dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-nash, dan ditulis dalam mushaf-
mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang
banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah (Ash-Shaabuuniy,
1998: 15).
Karakteristik al-Quran adalah kemukjizatannya. Al-Quran adalah
mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw., sehingga
bangsa Arab hanya menyebut-nyebut mukjizat itu, tidak yang lainnya,
meskipun dari beliau terjadi mukjizat lain yang tidak terhitung banyaknya
(Al-Qaradhawi, 2001: 52).
Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., antara
lain dinamai Al-Kitab dan al-Quran (bacaan yang sempurna), walaupun
penerima dan masyarakat pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca
tulis. Ini semua, dimaksudkan agar mereka dan generasi berikutnya
membacanya. Fungsi utama al-Kitab adalah memberi petunjuk. Hal ini
tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya (Shihab, 2008:
23).
2
Allah SWT memuliakan hamba-Nya dengan al-Quran bagi siapa
saja yang membaca, menelaah dan mempelajarinya. Sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani
yang meriwayatkan dari Ali ra. Bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,
نار قال ةولتووتي ب لى ابح,وم كيبنب:حالصخثلىثلعم كدلو واابدا(انرب الط اهو)روائيفص اووائيبن اعمول ظل ال ظلمو ي اللشر علظفنار قال ةلحن إف
Artinya:
“Didiklah anak-anakmu kepada tiga perkara: mencintai nabimu,
mencintai ahli baitnya dan membaca al-Quran, sebab orang-orang yang
memelihara al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah, hari
dimana tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya, dan
akan berkumpul bersama para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci”.
(HR. at-Thabrani)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulallah memerintah untuk
senantiasa membaca dan memelihara al-Quran atau dengan istilah
Hamalatil Quran. Oleh karena itu, barang siapa yang mengerjakan
demikian akan dilindungi oleh Allah SWT.
Dalam kamus al-Munawwir kalimat Hamalatil berarti membawa,
mengandung, menyimpan, memikul, dan menghafal. Maka dari itu
Hamalatil Quran mempunyai arti menjaga al-Quran dengan cara
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan adab manusia menjalin
interaksi terhadap al-Quran.
3
Membaca al-Quran dengan benar, mempelajari kitab-kitab
mengenai al-Quran, menghafalnya, serta mengamalkan isinya adalah cara
untuk menjaga al-Quran.
Rasulallah saw, bersabda:
ي أن يب رأال قر انإن الل كماأن زل.)أخرجوابنخزميةفصحيحو(ق Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyukai al-Quran dibaca sebagaimana ia
diturunkan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shohihnya).
Al-Quran diwahyukan Allah SWT melalui malaikat Jibril as.,
kepada Rasulallah saw., dengan bacaan yang tartil. Begitu juga Rasulallah
saw., membaca dan mengajarkan kepada sahabatnya dengan bacaan yang
tartil. Para sahabat Rasulallah saw., membaca dan mengajarkan al-Quran
kepada tabi‟in juga dengan bacaan yang tartil, dan begitu seterusnya
(Annuri, 2010: 4).
Al-Quran adalah kitab suci yang mudah untuk dihafal, diingat, dan
dipahami. Allah SWT berfirman:
رف هل منمد كر يس ر ناال قر ءانللذك ولقد Artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudakan al-Quran untuk
pelajaran, adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar:
17) (Qardhawi, 2001: 187).
Al-Quran memperkenakan dirinya sebagai hu-dan li al-nas
(petunjuk untuk seuruh manusia). Inilah fungsi utama kehadirannya.
4
Dalam rangka penjelasan tentang fungsi al-Quran ini, Allah menegaskan :
Kitab suci diturunkan untuk member putusan (jalan keluar) terbaik bagi
problem-problem kehidupan manusia (QS. 2: 213) (Shihab, 2008: 26).
Al-Quran adalah petunjuk terbaik, salah satunya terkait dengan
masalah akhlaq. Al-Quran mengajarkan kita agar berperilau dengan akhlaq
karimah, seperti: kesabaran, murah hati, memaafkan, etika yang baik, dan
lain-lain (As-Sa‟adi, 2008: 8).
Hati yang baik akan menumbuhkan sifat-sifat mahmudah dan pada
akhirnya akan menghasilkan akhlaqul karimah. Setiap hati bisa terkotori,
sementara yang membuatnya bersih adalah al-Quran (Muhammad, 2013:
174).
Rasulallah saw bersabda:
اا:يو ال.قدي دال أدص يبو لقال هذىن :إمل سووي لعىاللل صالللو سرالق.نأر قال ةول:تالا؟قهئ لاجم,فالللو سر
Artinya:
“Sesungguhnya hati itu bisa berkarat sebagaimana berkaratnya
besi.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, lalu apa yang bisa
membersihkannya?” Beliau menjawab: “Membaca al-Quran.” (HR. Abu
Nu‟aim)
Manusia yang senantiasa berinteraksi dengan al-Quran, tidak hanya
membaca akan tetapi memahami dan mengamalkan isi kandungannya,
maka al-Quran akan menjadi pembersih jiwa manusia (Qaradhawi, 2001:
138). Sebab jika jiwa itu telah bersih, niscaya baiklah seluruh masyarakat.
Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya.
5
Satu dari sekian banyak lembaga di Indonesia yang turut serta
menjaga kitab suci al-Quran adalah Pondok Pesantren Nurul Quran Teter,
Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolai. Lembaga pendidikan ini ditopang
sistem pendidikan pondok pesantren yang mengedepankan program
Hamalatil Quran.
Pondok Pesantren Nurul Quran yang mempunyai tekad dan
pendirian sesuai hadits Nabi Muhammad saw, Khoirukum man ta‟allamal
quran wa‟allamahu, yang artinya sebaik-baik kamu sekalian adalah yang
belajar al-Quran dan yang mengajarkannya. Oleh karenannya kegiatan
keseharian dari kyai dan para santri PPNQ tidak lepas dari al-Quran.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh
penulis, Pondok Pesantren Nurul Quran mempunyai program-program
Hamalatil Quran yang bertendensi menjaga al-Quran. Program-program
tersebut memberikan pengajaran mengenai al-Quran, seperti pembelajaran
mengenai tajwid dan tahsin, kajian kitab yang membahas tentang al-Quran
seperti at-Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran, dan menghafal al-Quran.
Di pesantren ini, santri diwajibkan untuk tinggal selama 24 jam
dengan bimbingan pengasuh serta para guru untuk menjamin
berlangsungnya proses kegiatan Hamalatil Quran. Dengan kegiatan
Hamalatil Quran ini, para pendiri Pondok Pesantren Nurul Quran bercita-
cita mencetak generasi yang Qurani, mulai dari membaca al-Quran dengan
benar sesuai dengan kaidah dan tajwid, menghafal al-Quran dan
mengamalkan isi kandungannya.
6
Seperti pesantren pada umumnya, Nurul Quran juga mengajarkan
kitab-kitab klasik lain seperti kitab Fiqih, Hadits dan Ta‟lim Muta‟alim.
Karena para pendiri pesantren tidak ingin membekali santri dengan
pengetahuan al-Quran saja, akan tetapi juga keilmuan mengenai ibadah
dan adab/perilaku untuk kehidupan santri dimasa yang akan datang, yaitu
ketika hidup di masyarakat masing-masing.
Adapun santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul
Quran ini terdiri dari pelajar dan mahasiswa, dan dalam pelaksanaan
pembelajaran ke-pesantrenan mulai dari pembelajaran yang berkaitan
dengan al-Quran atau kitab-kitab yang lain sudah ada jadwal dan kelas
bagi masing-masing santri.
Sejauh ini belum terdapat penelitian tentang program Hamalatil
Quran di suatu Pesantren. Hal inilah yang menjadikan peneliti merasa
tertarik meneliti lebih detil lagi bagaimana Pondok Pesantren Nurul Quran
mengimplementasikan program Hamalatil Quran kepada santrinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka fokus penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
2. Bagaimana Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok
Pesantren Nurul Quran?
3. Bagaimana Implementasi Program Hamalatil Quran pada santri
Pondok Pesantren Nurul Quran?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan fokus dan rumusan pertanyaan penelitian diatas, maka
secara umum yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul
Quran.
2. Untuk mengetahui metode Hamalatil Quran pada santri Pondok
Pesantren Nurul Quran.
3. Untuk mengetahui implementasi program Hamalatil Quran pada santri
Pondok Pesantren Nurul Quran.
Adapun peneliti ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat
kepada berbagai pihak, baik manfaat secara teoritis maupun praktis,
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasanah
ilmu pengetahuan tentang konsep Hamalatil Quran dan bagaimana
penerapannya di suatu Pesantren tertentu.
2. Manfaat Praktis
Secara praktishasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi dunia pendidikan khususnya pesantren dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran mengenai al-Quran/Hamalatil Quran pada
santri. Disamping itu pula diharapkan hasil penelitian tentang program
Hamalatil Quran ini menjadi bahan kajian dalam rangka pengambilan
kebijakan tentang program Hamalatil Quran di Indonesia.
8
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk menelaah penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan kajian penelitian ini. Telaah ini penting
dilakukan untuk pembanding dalam sebua penelitian. Berikut beberapa
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini :
Pertama, penelitian yang dilakukan Nanang Setyawan dengan judul
“Kolaborasi Metode Iqra‟ dan Metode Tahfidz al-Quran Dalam Belajar
Membaca al-Quran (Studi Taman Pendidikan Al-Quran Hamas di Dukuh
Drajad, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten). Penelitian
ini difokuskan pada bagaimana cara Taman Pendidikan al-Quran Hamas
mengkolaborasikan metode Iqra‟ dalam belajar membaca dan metode
Tahfidz al-Quran dalam menghafal al-Quran. Menurut peneliti, metode
dalam suatu pembelajaran sangat penting, karena proses dan hasil belajar
mengajar lebih berdaya guna dan berhasil serta menimbulkan kesadaran
peserta didik atau santri untuk mengamalkan ketentuan-ketentuan ajaran
Islam melaui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta
didik atau santri secara mantab.
Kedua, penelitian yang dilakukan Aji Muhtadin dengan judul
“Pembelajaran Hafalan al-Quran Dengan Metode Sabaq, Sabaqy, dan
Manzil (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Ds. Kriwen,
Sukoharjo). Menurut peneliti, praktek tahfidz al-Quran harus
menggunakan metode, karena dengan menggunakan metode yang tepat
akan didapat tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Penelitian ini
9
bertujuan untuk mengetahui pembelajaran hafalan al-Quran dengan
metode sabaq, sabaqy, dan manzil di Pondok Pesantren Al-Hidayah,
Kriwen, Sukoharjo. Sabaq merupakan penambahan hafalan yang wajid
distorkan setiap harinya, minimal satu ayat dalam satu hari. Sabaqi
merupakan pengulangan dari hafalan yang baru distorkan kemarin, dengan
kata lain mengulangi sabaq. Manzil merupakan setoran simpanan hafalan
yang suda dihafal.
Ketiga, penelitian yang dilaukan oleh Rihatul Ayyanah dengan
judul “Hubungan Antara Pemahaman Ilmu Tajwid Dengan Ketartilan
Membaca Al-Quran Santri di Pondok Pesantren Nashrul Ummah Jagan
Gentanbanaran Plupuh Sragen Tahun 2013”. Menurut peneliti, diantara
tata terbit atau adab membaca al-Quran yang baik adalah dengan tartil,
yaitu membaca al-Quran dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru,
dengan bacaan yang baik dan benar sesuai makhraj dan sifat-sifatnya
sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Jika pemahaman ilmu
tajwid santri baik, maka kemampuan membaca al-Quran santri juga baik,
sebaiknya jika pemahaman ilmu tajwid santri rendah, maka kemampuan
membaca a-Qurannya juga rendah.
Dari beberapa penelitian di atas belum ada yang membahas secara
khusus bagaimana implementasi program Hamalatil Quran pada santri di
Pondok Pesantren. Maka peneliti akan menelaah tentang Hamalatil Quran
yang berada pada suatu Pesantren.
10
E. Metode Penelitian
Kegiatan penelitian memerlukan metode agar mencapai tujuan dan
hasil yang maksimal, dan salah satu usaha dalam memaparkan bagaimana
cara memperoleh kebenaran formal adalah dengan menggunakan metode
yang benar. Kegiatan keilmuan semacam ini memerlukan proses dan
pertahapan. Proses dan pertahapan dalam kegiatan penelitian lazim disebut
metodologi penelitian (Suwartono, 2014: 2).
Dalam penelitian pula, peneliti harus memutuskan dan merancang
bagaimana cara yang akan ditempuh untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau rumusan masalah. Metode penelitian adalah cara yang akan
ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau
rumusan masalah (Sarosa, 2012: 36).
Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah program Halamatil
Quran oleh para guru dan santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter
Simo Boyolali. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian dengan jenis penelitian kualitatif.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah para guru
dan santri/pengurus di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo.
11
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
yang terlebih dahulu dikumpulkan atau dilaporkan oleh seseorang
atau instansi di luar dari peneliti sendiri. Adapaun bentuk data
sekunder dapat berupa buku, skrip, jurnal dan lain-lain.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian atau hipotesis (Sarosa, 2012: 5). Langkah-
langkah dalam pengumpulan data adalah :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan akan manusia pada
habitatnya (Sarosa, 2012: 56). Observasi atau yang disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,
2010: 199).
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis
(Herdiansyah, 2010: 131-132).
Kegiatan observasi ini menjadikan penulis sanggup untuk
mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktifitas-aktifitas yang
berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan
tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta
12
makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat
tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan Tanya jawab dengan
tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan
yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti,
dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan
pola piker dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah
yang diteliti (Gunawan, 2014: 162).
Tujuan dari wawancara adalah menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, dan memungkinkan kita menyusup ke dalam
alam pikiran orang lain, tepatnya hal-hal yang berhubungan dengan
perasaan, pikiran, pengalaman, pendapat, dan yang lainnya yang
tidak bisa diamati. Oleh karena itu, penulis menyusun berbagai
macam pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil
menilai jawaban-jawaban informan untuk mendapatkan berita dan
informasi dari masalah yang diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh
dengan mengumpulkan sesuatu yang tertulis dalam kertas
(hardcopy) maupun elektronik (softcopy) (Sarosa, 2012: 61).
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental
13
dari seseorang (Gunawan, 2014: 176). Oleh karena itu, untuk
melengkapi sumber data dari observasi dan wawancara, penulis
mengumpulkan data melalui tulisan, rekaman, gambar, dan karya
agar hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh
dokumen.
3. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mengintensifkannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain (Moleong, 2008: 248).
Tujuan analisis data tidak hanya sekedar mendeskripsi data apa
adanya, akan tetapi peneliti peneliti ingin mendeskripsikan obyek lebih
jauh yaitu ingin menginterpretasi, untuk menjelaskan, untuk mengerti
dan mungkin juga untuk memprediksi (Kasiram, 2008: 300).
Kemudian penulis mengorganisasi data, memecah data menjadi
unit-unit data, mencari pola-pola tertentu, mencari hal-hal yang
penting untuk dipelajari dan apa yang akan diceritakan.
4. Laporan Penelitian
Penulisan laporan penelitian adalah tahap akhir yang paling
penting dari proses penelitian, sebab serangkaian tahap-tahap
14
penelitian yang telah dilaksanakan dengan baik, tidak akan diketahui
sebelum peneliti menulis laporan penelitiannya (Kasiram, 2008: 338).
Agar hasil dan pengalaman penelitian itu berhasil
didokumentasikan kepada khalayak, maka penulis menulis laporan
penelitian yang berisi tentang pendahuluan, isi, dan penutup. Penulis
melaporkan hasil penelitiannya dimulai dari pendahuluan yang berisi
latar belakang pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Sedangkan isi mengandung kajian teori, metodologi dan temuan-
temuan di lapangan dan analisanya, kesimpulan dan saran-saran.
Sedangkan penutup berisi daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, berikut ini
susunan sistematika pembahasan hasil penelitian :
Bab I pendahuluan, membahas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab II landasan teori, membahas tentang konsep Hamalatil Quran
dalam Islam. Pada Bab ini akan dibahas pengertian dari Hamalatil Quran,
dasar program Hamalatil Quran, dan bentuk-bentuk Hamalatil Quran.
Bab III paparan data dan temuan penelitian, membahas tentang
gambaran umum lokasi penelitian meliputi profil pesantren, sejarah
berdirinya, visi dan misi, letak geografis, struktur organisasi, program
15
kegiatan, tata tertib, jadwal pembelajaran, sarana prasarana, keadaan
santri, keadaan ustadz dan temuan data tentang program Hamalatil Quran.
Bab IV pembahasan, membahas sistem pendidikan di Pondok
Pesantren Nurul Quran, metode pembelajaran program Hamalatil Quran
pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran, dan implementasi program
Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran.
Bab V penutup atau bab terakhir, yang berisi tentang kesimpulan
dari penelitian dan saran.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Program Hamalatil Quran
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan
program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2)
terjadi dalam waktu relatif lama-bukan kegiatan tunggal tetapi jamak-
berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan
sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3).
Program juga bisa berarti suatu unit atau kesatuan kegiatan
maka program merupakan sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang
dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.
Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam sebuah organisasi yang
artinya harus melibatkan sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3).
Program merupakan sistem. Sedangkan sistem adalah satu
kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang saling
kait-mengait dan bekerja sama dengan lainnya untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri
17
dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang
dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Pembelajaran terjadi dalam dalam sebuah program. Hubungan
antara pembelajaran dengan prestasi atau hasil belajar tidak hanya
digambarkan sebagai sebuah garis lurus tetapi saling hubungan antar
subsistemnya, yaitu siswa, guru, sarana belajar, kurikulum,
lingkungan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi (Arikunto, 2004: 6).
Hamalatil Quran adalah suatu kegiatan penjagaan al-Quran
mulai dari cara membaca, mengkaji ilmu al-Quran dari kitab-kitab, dan
menghafal al-Quran. Dalam kamus al-Azhar karya S. Askar (2010:
120) ditulis ح لنا–حل و ح ل yang artinya mengangkat, menghafal, dan
memikul.
Disebutkan pula dalam kamus al-Munawwir yang disusun oleh
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor (ttd: 798) ditulis )القر ان( حل
artinya غي با -yaitu menghafal al-Quran. Sedangkan dalam kamus al حفظ
Bisri yang disusun oleh KH. Adib Bisri dan KH. Munawwir AF (1999:
134) ditulis kata حلة–حل و ح لة و ح ل yang bermakna memikul dan
membawa.
Lebih lanjut lagi, menurut hasil wawancara dengan salah satu
santri dari Pondok Pesantren Hamalatil Quran Suruh Semarang,
Hamalatil Quran adalah kegiatan yang didalamnya mengandung
berbagai macam ilmu tentang al-Quran, mulai dari kegiatan
18
pembelajaran mengenai tahsin atau tajwid al-Quran, pembelajaran
kitab-kitab yang berkenaan dengan al-Quran seperti at-Tibyan fi
Adaabi Hamalatil Quran dan Mashobihun Nuroniyyah, serta kegiatan
menghafal al-Quran.
Maka yang dimaksud Program Hamalatil Quran adalah
rangkaian kegiatan yang berjalan secara berkelanjutan mengenai
pembelajaran al-Quran, mulai dari tajwid sampai menghafal al-Quran.
B. Dasar Program Hamalatil Quran
Program hamalatil Quran ini didasari oleh firman Allah SWT
dan hadits Nabi Muhammad saw. Allah SWT berfirman dalam surat
Fathir 29-30:
م ارزق ناىم سراوعلنيةي ر كتاباللوأقامواالص لوةوأن فقوا لو ن جو نإن ال ذي ني ت ت ب و ر لو,إن و,غفو رشكو ر.تارةل ن فض .لي وف ي هم أجو رىم ويزي دىم من
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tida akan merugi. Agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. Fathir: 29-30)
19
Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintakan kepada hamba-
Nya untuk membaca al-Quran agar supaya tidak menjadi manusia yang
merugi. Sehingga pantaslah Rasulallah saw bersabda:
رأال قر انوىوماىربومعالس فرة رأال قر انال ذيي ق ال كرامال ب ررة,وال ذيي ق ران. لوأج مسلم()رواهوىوي تت ع تعفي ووىوعلي وشاق
Artinya:
“Siapa yang membaca al-Quran dan dia mahir, maka dia bersama
para malaikat penulis yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang
yang membaca al-Quran dan dia gagap dalam membacanya, maka dia
mendapatkan dua pahala”. (HR. Muslim) (Al-Bani, 2012: 802).
Dikatakan mendapat dua pahala, karena dia mendapat pahala
dari bacaannya itu sendiri, dan mendapat satu pahala lagi karena
kesulitan dan kegagapan yang dialaminya. Ini merupakan dalil untuk
lebih memicu meningkatkan bacaannya, meskipun dia mengalami
kesulitan.
Rasulallah saw juga bersabda:
ت بماوعمل تم تضل و اب ع دىماأخذ لن خل ف تشي ئ ي كتابقد بافي هما: اللوسن ت.
Artinya:
“Aku telah meninggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat
sesudahku selama kalian berpegang teguh pada keduanya dan
mengamalkan apa yang ada di dalamnya, yaitu kitab Allah dan
sunahku”. (Dikeluarkan oleh al-Waili dalam kitab al-Ibanah,
20
diriwayatkan pula oleh Imam Malik dalam al-Muawatha‟ II/899)
(Muhammad, 2013: 132).
Berdasarkan hadits di atas, menjadi penting untuk mengkaji
lebih dalam tentang kitab Allah. Mulai dari belajar mengenai tafsirnya,
atau ilmu-ilmu al-Quran seperti mukjizat al-Quran, asbabun nuzul,
nasikh mansukh, adab dan etika membaca al-Quran, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu dalam program Hamalatil Quran ada
pembelajaran mengenai kitab-kitab yang membahas mengenai ilmu al-
Quran atau adab dan tata cara berinteraksi dengan al-Quran yang
benar.
Menghafal al-Quran adalah salah satu cara untuk menjadikan
hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari
kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas secara marfu‟:
ر ب كال ب ي تال ءمنال قر ان فوشي إن ال ذيلي سفجو Artinya:
“Orang yang tidak mempunyai hafalan al-Quran sedikitpun adalah
seperti rumah kumuh yang mau runtuh”.
Rasulullah saw., memberikan penghormatan kepada orang-
orang yang mempunyai keahlian dalam membaca al-Quran dan
menghafalkannya, memberitahukan kedudukan mereka, dan
mengedepankan mereka dibandingkan orang lain (Qardhawi: 2001,
191).
21
Ayat dan hadits di atas adalah salah satu dari beberapa dalil
dari al-Quran dan hadits tentang keutamaan al-Quran, dan menjadi
dasar bagi umat manusia dan para santri untuk lebih memperdalam lagi
ilmu pengetahuan mengenai al-Quran, mulai dari membaca al-Quran,
mempelajari kitab-kitab mengenai al-Quran dan menghafal al-Quran.
C. Bentuk-Bentuk Program Hamalatil Quran
1. Belajar Membaca al-Quran Dengan Tajwid
a. Pengertian Belajar Membaca
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Bahri,
2008: 13).
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Ahmadi dan
Widodo, 2004: 128).
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan tiap
jenis dan jenjang pendidikan (Rohmah, 2012: 176).
22
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah pemerolehan baru oleh seseorang dalam bentuk
perubahan yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses
dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu obyek yang ada
dalam lingkungan belajar. Secara dasar yang diusahakan oleh
indera manusia sehingga hasil belajar itu mengubah tingkah laku
yang lebih baik.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002: 83) secara
etimologi, membaca berasal dari kata “baca” yang mempunyai
beberapa pengertian diantaranya: (1) Melihat serta memahami
isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan dalam hati), (2)
mengeja/melafalkan apa yang tertulis, (3) mengucapkan, (4)
mengetahui dan meramalkan, (5) memperhitungkan.
Jadi membaca adalah sebuah kegiatan atau proses
melafalkan teks dan memahami isi teks. Sedangkan kaitannya
dengan belajar membaca al-Quran adalah perubahan dalam diri
seseorang sebagai hasil latihan dan pengalaman yang diperoleh
selama mengikuti pelajaran membaca al-Quran.
Perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Kata ini
sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kai dalam
rangkaian wahyu pertama, selanjutnya terdapat diawal surat al-
Alaq kata “membaca” yang dalam bahasa arabnya adalah qara‟a
23
memiliki berbagai makna, membaca yang tersurat/teks baik
bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun yang bukan,
baik menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak, atau
membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan sebagaimana
dikaitkan dengan bi ismi Robbika. Pengertian ini merupakan
syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan saja sekedar
melakukan bacaan yang tidak mengantarkannya kepada hal-hal
yang bertentangan dengan “nama Allah” itu (Shihab, 1994: 167-
171).
Tutunan pertama yang diberikan, demikianlah al-Quran
secara dini menggaris bahawi pentingnya membaca dan
keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahan-
bahan bacaan yang tepat dan iqra atau merupakan syarat
pertama dan utama bagi keberhasilan manusia. Berdasarkan hal
tersebut, tidaklah mengherankan jika ia menjadi tuntunan
pertama yang diberikan oleh Alah SWT kepada manusia.
b. Kaidah Membaca al-Quran
Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad saw melalui perantara Jibril as dan dalam bahasa
Arab ini memiliki karakteristik dan spesifik. Kaidah-kaidah
yang terkandung dalam proses penguasaan cara membaca al-
Quran tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal. Diterangkan
dalam muqoddima al-Quran al-Karim (Departemen Agama
24
Islam, 2002: 102-111). diuraikan beberapa ketentuan membaca
al-Quran sebagai berikut:
1) Pemahaman dan Penguasaan Terhadap Makhorijul Huruf.
Dilihat dari bunyinya, huruf al-Quran tidak berbeda dengan
bunyi huruf-huruf dalam bahasa lainnya. Namun dalam
huruf-huruf al-Quran memiliki tempat keluar (Mahkroj)
yang berbeda. Misalnya ada huruf al-Quran yang
mahkrojnya berasal dari lisan, seperti alif ( ا ) dan ba ( ب),
terdapat huruf yang mahkrojnya dari tenggorokan, seperti
kho ( خ), ada juga yang terdapat huruf yang mahkrojnya
dari dada seperti ha ( ه ). Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan makhorijul huruf dalam belajar membaca al-
Quran.
2) Pemahanam dan Penguasaan Ilmu Tajwid
Membaca al-Quran juga harus menguasai ilmu tajwid, atau
paling memahami hukum-hukum bacaan dari masing-
masing huruf ketika bertemu atau bergandengan dengan
huruf yang lainnya. Sebagai pemisalan, dalam ilmu tajwid
dikenal dengan hukum Idzhar (jelas), yakni ketika ada nun
mati ( ن ) atau tanwin ( ) bertemu dengan huruf Idzhar
yaitu ا ح خ ع غ ه maka dibaca jelas.
3) Kemampuan Membaca Secara Tartil
25
Tartil dan tidaknya dalam membaca al-Quran sebenarnya
sangat tergantung dari penguasaan seseorang terhadap
hukum-hukum bacaan (ilmu tajwid) dan makhorijul
hurufnya. Namun demikian, penguasaan terhadap dua
aspek tersebut tidak menjamin seseorang akan dapat
membaca al-Quran secara tartil. Hal ini dikarenakan adanya
beberapa ketentuan yang terkadang berbeda dengan aturan
dasar ilmu tajwid, seperti adanya bacaan Isymam (tengah-
tengah diantara bunyi dua huruf), bacaan Syadz
(pengecualian) dan lain sebagainya.
c. Prinsip-Prinsip Belajar Membaca Al-Quran
Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu
diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (2001: 17-
18) mengemukakan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu (1)
pengalaman dasar, (2) motivasi belajar, (3) penguatan.
Sedangkan menurut Syaikh az-Zarnuji (2009: 12)
mengatakan:
لبد لومنالن ي ةف ي عث ص لفج زمانت ع لمال عل م.اذاالن ي ةىيال ع مالبان يات.حدي ثصحي ح. اال لوعلي والص لةوالس لم:إن واللقو ح ال
Artinya:
“Kemudian setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan
belajar. Karena niat adala pokok dari amal ibadah. Nabi saw
bersabda: Semua amal itu tergantung pada niatnya”.
26
Dari dua pendapat daiatas, apabila dikaitkan dengan
pelajaran membaca al-Quran, dapat disimpulkan bahwa prinsip
belajar al-Quran sebagai berikut:
1) Harus didasari dengan niat dan kemauan keras.
2) Disertai latihan dan ulangan.
3) Pemberian balikan dan penguatan belajar.
4) Belajar al-Quran didasarkan kepada pemahaman dan
keaktifan siswa serta motivasi yang tinggi.
d. Adab Membaca Al-Quran
Orang yang membaca al-Qur‟an sudah sepatutnya
menunjukkan keikhlasan dan menjaga adab terhadap al-Qur‟an.
Maka sudah sepatutnya bagi orang yang sedang membaca al-
Quran menghadirkan hati kerana sedang bermunajat kepada
Allah SWT dan membaca al-Qur‟an seperti keadaan orang yang
melihat Allah SWT, jika tidak bisa melihat-Nya, maka
sesungguhnya Allah SWT melihatnya.
Adab-adab tersebut sudah diatur sedemikian rupa sebagai
bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap al-Quran.
Imam Nawawi (ttd: 33-38) diterangkan dalam bab yang ke-
enam tentang fi Adabi qiro‟ah. Adapun adab-adab tersebut
adalah:
1) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.
ه. ي نظففاهبالسواكوغي إذاأرادال قراءةأن وي ن بغي
27
“Dan diharuskan apabila ingin membaca al-Quran,
hendaklah membersihkan mulut dengan siwak atau yang
lainnya”.
2) Membaca al-Quran sesudah berwudhu karena ia termasuk
dzikir yang paing utama.
تحي رأال قر ب س ي ق ىطهارةنوىوعل آأن “Dianjurkan bagi siapa yang ingin membaca al-Quran dan
dia harus dalam keadaan suci”.
3) Membacanya ditempat yang bersih dan suci untuk
menjaga keagungan al-Quran.
تحوي تكو نال قراءةب س فمو ضعنظي فم تارأن “Dianjurkan membaca al-Quran di tempat yang bersih dan
tepat”.
Justru, sejumlah ulama menganjurkan membaca al-
Qur‟an di masjid kerana ia meliputi kebersihan dan
kemuliaan tempat serta menghasilkan keutamaan lain, yaitu
Itikaf.
4) Menghadap kiblat
تحي لةب س بلال قب ت ق يس لل قارىءفغي الص لةأن “Dianjurkan bagi pembaca al-Quran selain dalam sholat
untuk menghadap kiblat”.
5) Membaca ta‟awudz dipermulaannya
28
أرادالش رو ع ت فإن ذباللمنالش ي طانعاذفال قراءةاس ,ف قال:أعو الر جي م
“Jika membaca al-Quran dimulai dengan kalimat
isti‟adzun, dengan mengucapkan a‟udzubillahi
minassyaitonirrojim”.
6) Membaca basmalla pada awal surat, kecualai surat Bara‟ah
(at-Taubah)
يافظعل أن وي ن بغي ماللالر ح كلسو رةىقراءةبس نالر حي مفأو لب راءةسوى
“Dan diharuskan menjaga atas bacaan dengan kalimat
basmallah dalam setiap awal surat kecuali surat Baroah”.
7) Membacanya dengan khusyu‟, merenungkannya, tenang
dan penuh rasa hormat
شأ نوال شو ع والتدب رعن دال قراءةفإذاشرعفال قراءةف ل يكن “Maka jika ingin memulai dalam membaca hendaklah
bersikap khusyu‟ dan merenungkan maknanya ketika
membaca”.
8) Membacanya dengan tartil
ي رتلقراءتو أن وي ن بغي “Dan diharuskan untuk mentartilkan bacaannya”. Para
ulama sependapat atas anjuran melaukan tartil.
9) Membaca tertib sesuai urutan surat dalam al-Quran
رأعل ي ق تيارأن ح :ال ىت ر تي بال مص حفقالال علماء
29
“Para ulama berkata: pendapat yang terpilih untuk
membaca al-Quran atas urutan mushaf”. Maka dia baca
Al-Fatihah, kemudian Al-Baqarah, kemudian Ali-Imran,
kemudian surah-surah sesudahnya menurut tertibnya, sama
saja dia membaca dalam sembahyang atau di luarnya.
10) Membaca al-Quran dengan melihat mushaf lebih utama
ظه نآقراءةال قر رال قل بمنال مص حفأف ضلمنال قراءةعن “Membaca al-Quran dengan mushaf (melihat) lebih baik
dari pada membaca dengan hati”. Kerana memandang
dalam Mushaf adalah ibadah yang diperintahkan, maka
berkumpullah bacaan dan pandangan itu.
11) Mengeraskan bacaan al-Quran
بال قراءةعالص و ترف “Mengeraskan suara ketika membaca al-Quran”.
12) Membaguskan suara ketika membaca al-Quran
بابطلب تح نالص و تاس حس ال قراءةالط يبةمن “Sunah mengindakan suara pada waktu membaca al-
Quran”. Para ulama Salaf dan Khalaf daripada sahabat dan
tabi‟in serta para ulama Anshar (Baghdad, Bashrah dan
Madinah) dan imam-imam muslimin sependapat dengan
sunahnya mengindahkan suara ketika membaca al-Quran.
e. Ilmu Tajwid
30
Tajwid adalah melafalkan huruf-huruf al-Quran sesuai
dengan makhraj dan sifatnya serta memenuhi hukum bacaannya
(Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2007: 3). Ilmu tajwid
merupakan ilmu pengetahuan tentang cara membaca al-Quran
dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang pendeknya,
tebal tipisnya, berdengung atau tidak, irama dan nadanya, serta
titik komanya yang sudah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada
para sahabatnya (Alam, 1995: 15).
Para ulama mendefinisikan tajwid yakni memberikan
kepada huruf akan ha-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf
kepada makhroj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya
dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa
dan dipaksa-paksakan. Para ulama menganggap qiraat quran
(apalagi menghafal) tanpa tajwid sebagai suatu lahn-lahn adalah
kerusakan atau kesalahan yang menimpa lafadz, baik secara khafi
maupun secara jaliy. Lahn jaliy adalah kerusakan pada lafadz
secara nyata sehingga dapat diketaui oleh ulama qiraat maupun
lainnya, menjadikan kesalahan I‟rab atau shorof. Lahn Khofiy
adalah kerusakan pada lafadz yang hanya dapat diketahui oleh
ulama qiraat dan para pengajar Quran yang cara bacanya diterima
langsung dari para ulama qiraat dan kemudian dihafalkan dengan
teliti berikut keterangan tentang lafadz-lafadz yang salah itu (Al-
Qaththan, 2006: 229-230).
31
Dengan demikian ketetapan pada tajwid dapat diukur
dengan betul dan tidaknya pelafalan huruf-huruf al-Quran, yang
berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan
huruf, dan lain sebagainya. Maka bagi umat Islam fardhu kifayah
hukumnya belajar ilmu tajwid (mengetahui istilah-istilah dan
hukumnya) serta fardhu „ain hukumnya membaca al-Quran
dengan baik dan benar (praktek sesuai aturan-aturan ilmu tajwid)
(Annuri, 2010: 17).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pemahaman ilmu tajwid adalah kemampuan untuk
menangkap serta dapat menggunakannya untuk mengetahui
tempat keluarnya huruf (makhraj), sifat-sifatnya dan bacaan-
bacaannya.
f. Metode dan Tujuan Pembelajaran Tajwid
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metha yang
mempunyai arti melalui atau melewati dan hodos yang berarti
jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan (Thoifuri, 2008: 56).
Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang
sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan
tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
yang diharapkan (Ismail, 2008: 8).
32
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran ilmu tajwid
diperlukan suatu metode agar lebih mudah dalam memahaminya.
Berikut ini ada beberapa metode dalam pembelajaran ilmu
tajwid:
1) Metode Ceramah
Metode cerama adalah suatu metode dalam pendidikan
dimana cara menyampaikan materi kepada anak didik dengan
jalan penuturan secara lisan. Dalam metode cerama ini murid
duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa
yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip
ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan
menghafalnya (Daradjat, 2001: 289).
2) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan
jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau
suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya
sedang murid menjawab tentang bahan/materi yang ingin
diperolehnya.
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan,
fakta-fakta yang sudah diajarkan dan untuk merangsang
perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apersepsi,
selingan, dan evaluasi) (Zuhairini dkk, 1983: 86).
Tujuan mempelajari ilmu tajwid yaitu:
33
ن كلماللت عالصو ناللسانعنالل ح ف “Menjaga lidah dari kesalahan di saat membaca al-Quran”
(Ahmad Annuri, 2010: 23).
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah agar umat Islam
dapat membaca ayat-ayat al-Quran dengan fasih (terang dan
jelas) dan memperbaiki/memperindah bacaan huruf hijaiyyah
yang terdapat dalam huruf al-Quran dan mengerti hukum-hukum
ibtidak dan waqof (cara memulai dan berhenti baik ketika waqof
atau di tengah-tengah) (Munir dan Sudarso, 1994: 8-9).
Salah satu kitab yang membahas ilmu tajwid adalah kitab
Tuhfathul Athfal karya Syaikh Sulaiman Bin Hasan bin
Muhammad al-Jamzuri. Beliau lahir pada bulan Robi‟ul Awal
tahun 1160-an. Kitab Tuhfathul Athfal adalah sebuah kitab
nadhom (sayir) yang mengandung kaidah-kaidah dasar ilmu
tajwid yang dirangkai dengan bait-bait syair yang indah.
Ada juga kitab Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-
Quran dari Pondok Pesantren Yanbu‟a Kudus yang di pimpin
oleh KH. Muhammad Ulinnuha Arwani dan KH. Muhammad
Ulil Albab Arwani, beliau-beliau adala putra dari Simba KH.
Muhammad Arwani Amin.
Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang membahas tentang
Ilmu Tajwid seperti buku Pengantar Ilmu Tahsin yang ditulis oleh
Ahmad Syaiful Anam.
34
2. Mengkaji Kitab Ulumul Quran
a. Pengertian Mengkaji Kitab
Mengkaji berasal dari kata „kaji‟ yang mempunyai arti
pelajaran atau penyelidikan tentang sesuatu. Sedangkan
mengkaji artinya belajar, memeriksa, menyelidiki, memikirkan
(mempertimbangkan), menguji dan menelaah sesuatu
(Depdiknas, 2008: 618).
Sedangkan kata kitab, disebutkan dalam kamus
kontemporer yang disusun oleh Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi
Muhdhor (ttd: 1275 ) ditulis )الكتاب )ج كتة yang artinya kitab atau
buku-buku. Kitab dalam pendidikan agama Islam merujuk pada
kitab-kitab tradisional atau biasa disebut dengan kitab kuning,
yang berisi tentang pelajaran-pelajaran agama Islam (diraasah al-
Islamiyyah) yang diajarkan di Madrosah atau Pondok Pesantren,
mulai dari mata pelajaran fiqh, akhlaq tasawuf, nahwu shorof,
hadits, ulumul hadits, tafsir, ulumul quran, dan yang lainnya.
Kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab
karya ulama salaf, ulama zaman dalu, yang dicetak dengan kertas
kuning. Sebenarnya yang paling tepat disebut dengan kutub al-
turats yang isinya berupa hazanah kreatifitas pengembangan
peradaban islam pada zaman dahulu. Dalam hazanah tersebut
terdapat hal-hal yang sangat prinsip yang kita tidak dapat
mengabaikannya. Selain itu, hazanah tersebut juga terdapat hal-
35
hal yang boleh kita kritisi, kita boleh tidak memakainya dan ada
juga yang sudah tidak relevan lagi. Tetapi kalau yang namanya
kitab usul fiqh, mushtalah al-hadits, nahwu-sharaf, ilmu tafsir,
ilmu tajwid itu semua adalah prinsip, mau tidak mau sekarang
kita harus menggunakan kitab-kitab tersebut (http://blitarq-
doel.blogspot.co.id/2012/10/proposal-penelitian
implementasi.html?=1, diakses pukul 13.30, hari Selasa 26 Juli
2016).
Mengkaji kitab adalah proses belajar, memikirkan,
memeriksa, menyelidiki dan menelaah kitab-kitab tentang
pelajaran-pelajaran agama Islam karangan para ulama yang
ilmunya sudah mempuni. Sehingga sedikit banyak akan
mengetahui apa yang tersurat dan tersirat dalam al-Quran dan
hadits. Karena kitab-kitab tersebut merupakan kitab karangan
para ulama dari hasil ijtihad mereka untuk mencari hukum suatu
perkara yang tidak dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.
b. Ulumul Quran
1) Definisi Ulumul Quran
Istilah „ulumul Quran berasal dari bahasa Arab yang
terdiri dari dua kata, yaitu „ulum dan al-Quran. Kata „ulum
merupakan bentuk jamak dari kata „ilm, yang berarti ilmu-
ilmu. Istilah „ilm merupakan bentuk masdhar (kata kerja yang
dibendakan) yang artinya pemahaman dan pengetahuan
36
sesuai dengan makna dasarnya, yaitu al-fahmu wa al-idrak
(pemahaman dan pengetahuan). Kemudian pengertiannya
dikembangkan pada kajian berbagai masalah yang beragam
dengan standar ilmiah. Kata „ilm juga berarti idrak al-syai bi
haqiqatih yang artinya mengetahui sesuatu dengan
sebenarnya (Hermawan, 2011: 1).
Kata „ulum adalah bentuk jamak dari kata „ilm yang
berasal dari kata dasar aliima-ya‟maalu-„ilman, yang berarti
mendapakan atau mengetahui sesuatu dengan jelas atau
menjangkau sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya. Ia
berasal dari akar kata dengan huruf-huruf „ain, lam, dan mim,
yang berarti „asrun bi al-syai yatamazzu bihi „an gairihi
(keunggulan yang menjadikan sesuatu berbeda dengan yang
lainnya), atau „sesuatu yang jelas‟, „bekas‟ (hati, pikiran,
pekerjaan, tingkah laku dan karya-karya) sehingga sesuatu itu
terlihat dan diketahui sedemikian jelas, tanpa menimbulkan
sedikit pun keraguan (Hermawan, 2011: 1).
Al-Suyuti dalam kitab Itmamu al-Dirayah memberikan
definisi „ulumul Quran sebagai berikut:
علم ي بحث فية عن احوال الكتاب العزيز من جهة ن زولو وسنده وغير ذلك.و ادابو والفاظو ومعانيو المت علقة بالحكان
37
“Ulumul Quran ialah suatu ilmu yang membahas
tentang keadaan al-Quran dari segi turun, sanad, adab, dan
makna-maknanya, yang berhubungan dengan hukum-
hukumnya dan sebagainya” (Zuhdi, 1997: 23-24).
Al-Zarqani dalam kitab Manahilul „Irfan fi Ulumil
Quran merumuskan definisi „ulumul Quran, yaitu:
علوم القران ىو مباحث ت ت علق بالقران الكريم من ناحية ن زولو وناسخو ومنسوخو وت رتيبو وجمعو وكتابتو وقراءتو وت فسيره واعجازه
بو عنو ونحو ذلك. ودفع الش
“Ulumul Quran ialah pembahasan-pembahasan
masalah yang berhubungan dengan al-Quran, dari segi
turun, urut-urutan, pengumpulan, penulisan, bacaan,
penafsiran mukjizat, nasikh dan mansukhnya, serta
penolakan (bantahan) terhadap hal-hal yang bisa
menimbulkan confused (keragu-raguan) terhadap al-Quran
(yang sering dilancarkan oleh Orientalis dan Ateis dengan
maksud untuk menodai kesucian al-Quran) dan
sebagainya”(Zuhdi, 1997: 24).
„Ulumul Quran adalah pembahasan-pembahasan yang
berkaitan dengan al-Quranul Karim dari segi turunnya,
urutannya, kodifikasinya, penulisannya, bacaannya,
penafsirannya, kemu‟jizatannya, nasikh-mansukhnya,
38
penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan
terhadapnya, dan sebagainya (Budiharjho, 2012: 4).
Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa „ulumul Quran adalah suatu ilmu yang
lengkap dan mencakup semua bidang ilmu yang ada
hubungannya dengan al-Quran baik berupa ilmu-ilmu agama,
seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab
seperti I‟robul Quran dan sebagainya (Hermawan, 2011: 3).
2) Tema dan Ruang Lingkup „Ulumul Quran
Az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi Ulumil Quran
menegaskan, bahwa ilmu-ilmu al-Quran tidak terhitung
banyaknya. Hal ini karenaorang bisa membahas al-Quran dari
berbagai macam segi menurut keahlian masing-masing.
Misalnya, seorang bisa membahas al-Quran dari salah satu
cabang dari ilmu-ilmu agama (Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawuf,
Aqaid, dan sebagainya). Dia bisa membahas pula al-Quran
dari salah satu cabang dari ilmu-ilmu bahasa (Nahwu, Saraf,
Balaghah dan sebagainya). Disamping itu, seorang bisa
membahas al-Quran dari segi pengetahuan umum. Misalnya
filsafat, sejarah dan sebagainya (Muhdi, 1997: 33).
Pembahasan „ulumul Quran memang banyak, tetapi ada
klasifikasi berdasarkan tema-temanya. Pertama, Pembahasan
yang berpautan dengan Nuzul al-Quran, yaitu:
39
1) Auqat al-Nuzul wa Mawathin al-Nuzul
Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang diturunkan di
Mekah yang dinamai ayat Makkiyah, ayat-ayat yang
diturunkan di kala Nabi berada di kampung atau disebut
Hadloriyah, ayat-ayat yang diturunkan di dalam safar
yang dinamai Safariyah, ayat-ayat yang diturunkan pada
siang hari dinamai Nahariyah, dan ayat-ayat yang
diturunkan pada malam hari yang dinamai Lailiyah
(Hermawan, 2011: 9).
2) Asbabun Nuzul
Tema ini berkenaan dengan sebab-sebab turunnya al-
Quran, yaitu peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
turunnya ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan
pandangan al-Quran tentang peristiwa yang terjadi atau
mengomentarinya (Budihardjono, 2012: 21).
3) Tarikhun Nuzul
Tema ini berkenaan dengan ayat yang mula-mula
diturunkan dalam kaitan waktunya, yang berulang-ulang
diturunkannya, yang terakhir hukumnya dari turunnya,
yang turun tidak berurutan, yang turun dalam satu
kesatuan, dan lain-lain (Hermawan, 2011: 10).
Kedua, pembahasan masalah sanad. Hal ini
berhubungan dengan enam macam persoalan, yakni yang
40
mutawatir, ahad, syadz, beragam qiraat Nabi, para perawi
dan huffazh, kaifiyat al-tahammul (cara penerimaan riwayat).
Ketiga, masalah bacaan (tata cara membaca), yaitu soal
waqof, ibtida‟, imalah, madd, men-takhfif-kan (meringankan
bacaan) hamzah, idgham dan lain-lainnya. Keempat,
masalah pembahasan lafaz. Hal ini terkait dengan beberapa
soal, yaitu gharib, mu‟rab, majaz, musytarak, mutaradif,
isti‟arah, dan tasybih. Kelima, masalah makna-makna al-
Quran yang berpautan dengan hukum seperti masalah lafaz
„am yang tetap dalam keumumannya, „am yang dimaksudkan
khusus, „am yang dikhususkan dengan sunnah, „am yang
mengkhususkan sunnah, nash yang zhahir, mujmal,
mufashshol, manthuq, mafhum, muthlaq, muqayyad, muhkam,
mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh, muqoddam,
muakhkhar dan lain-lain. Keenam, masalah makna-makna al-
Quran yang berpautan dengan lafaz, yaitu fashl dan washl,
ijaz, ithnab, musawah dan qashr (Hermawan, 2011: 10).
Ruang lingkup „ulumul Quran dapat dibagi menjadi
dua, yaitu Dirasah ma fi al-Quran, sebagai kajian yang
dilakukan berkenaan dengan materi-materi yang terdapat
dalam al-Quran seperti kajian tafsir al-Quran. Dirasah ma
Haula al-Quran, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan
dengan materi-materi seputar al-Quran tetapi lingkupnya di
41
luar materi dalam seperti kajian mengenai Asbab al-Nuzul
(Hermawan, 2011: 10).
3. Menghafal al-Quran
a. Pengertian Menghafal Quran
Menghafal merupakan proses menerima, mengingat,
menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan
yang diperolehnya melalui pengamatan (Munjahid, 2007: 73).
Hifzul Quran (menghafal al-Quran) merupakan cara
menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat dalam al-Quran yang
telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar. Misalnya,
menghafal satu baris, beberapa kalimat atau potongan ayat
sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa
kalimat tersebut sudah dihafal dengan baik, lalu ditambahkan
merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga menjadi
sempurna (Sa‟dullah, 2008: 53).
Dari pengertian di atas bahwa menghafal al-Quran adalah
menghafal 30 juz dari al-Quran dengan baik, lancar dan fasih,
dengan urutan mushaf Utsmani yang dimulai dari ummul kitab
(al-Fatihah) sampai pada surat an-Naas dibawah bimbingan
seorang guru, yang memiliki tujuan ibadah, menjaga dan
memelihara kalam Allah SWT.
42
b. Kaidah dan Metode Menghafal al-Quran
Ahmad Salim (2009: 86-89) mengemukakan bahwa kaidah-
kaidah dalam menghafal al-Quran sebagai berikut:
1) Ikhlas. Wajib mengikhlaskan niat dan memperbaiki tujuan
serta menjadikan hafalan al-Quran dan perhatiannya hanya
untuk Allah SWT.
2) Memperbaiki ucapan dan bacaan. Hal ini hanya bisa
dilakukan dengan mendengar dari seorang pembaca al-Quran
yang baik atau penghafal yang sempurna.
3) Menentukan batas hafalan setiap minggu. Memilih satu
lembar utuh atau seperempat bagian.
4) Jangan melampaui hafalan wajib. Jangan melampaui batasan
wajib mingguan hingga memperbagus dulu hafalannya secara
keseluruhan.
5) Menggunakan satu rasam mushaf hafalan. Menggunakan satu
mushaf karena manusia menghafal itu melalui melihat,
sebagaimana menghafal melalui mendengar.
6) Pemahaman adalah jalan menghafal. Berusahalah memahami
ayat-ayat yang dihafal dan mengetahui aspek keterkaitan
antara sebagian ayat dengan ayat lainnya.
7) Jangan melewati bacaan wajib hingga mengikat yang pertama
dengan terakhir. Seorang penghafal tidak seharusnya
berpindah pada surat yang lain kecuali setelah ia
43
menyempurnakan secara utuh dan mengikat hafalan pertama
dengan yang terakhir (ketika ia menghafal seperempat hizib,
misalnya yang ditambahkan dengan seperempat yang ada
sesudahnya, dan begitu seterusnya).
8) Mengulangi dan memperdengarkan hafalan secara rutin.
9) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa. Ada ayat-ayat yang
terkadang pembaca al-Quran salah karena adanya keserupaan
dengan ayat yang lain.
10) Menggunakan kesempatan tahun-tahun emas untuk
menghafal. Barangsiapa ingi menggunakan kesempatan tahun
bagus untuk menghafal, menurut kesepakatan yang pasti
adalah pada usia lima dan sepuluh tahun hingga kira-kira usia
dua puluh tiga tahun, karena manusia pada usia ini daya
hafalnya bagus sekali.
11) Mendengarkan kaset-kaset al-Quran.
12) Lakukan shalat dengan membaca hafalan.
Dalam menghafal al-Quran orang mempunyai metode dan
cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai
tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai
dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun.
Sa‟dullah (2008: 52-54) menjelaskan tentang proses menghafal
al-Quran yang melalui kegiatan sebagai berikut:
44
1) Bin-Nazhar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-
Quran yang akan dihafal dengan melihat mushaf al-Quran
secara berulang-ulang. Proses bin-nazhar ini hendaknya
dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh kali seperti
yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang
lafaz maupun urutan ayat-ayatnya.
2) Tahfizh, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat
al-Quran yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar
tersebut. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat,
atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan.
Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat
dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan
baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna. Kemudian
rangkaian ayat tersebut diulang kemabali sampai benar-benar
hafal. Setelah materi satu ayat dapat dihafal dengan lancar
kemudian pindak kepada materi ayat berikutnya. Untuk
merangkaikan hafalan urutan kalimat dan ayat yang benar,
setiap selesai menghafal materi ayat berikutnya harus selalu
diulang-ulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan
ayat kedua dan seterusnya.
3) Talaqqi, yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hfalan
yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru
45
tersebut haruslah seorang hafizh al-Quran, telah mantab
agama dan ma‟rifatnya, serta dikenal mampu menjaga
dirinya.
4) Takrir, yaitu mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan
yang pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima‟-kan kepada
guru tahfizh. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah
dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan guru, takrir
juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan
hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa.
Misalnya pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan
sore harinya untuk men-takrir materi yang telah dihafalkan.
5) Tasmi’, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain
baik kepada perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan
tasmi‟ ini seorang penghafal al-Quran akan diketahui
kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam
mengucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi‟ seseorang
akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.
c. Panduan Menghafal al-Quran
1) Makan dan minum yang halal dan thayyib.halal berarti
makanan dan minuman tersebut secara bendanya bukan berasal
dari apa yang dengan jelas dilarang baik dalam al-Quran
maupun sunnah, sedangkan thayyib berarti makanan dan
46
minuman tersebut diraih dengan cara yang baik dan tidak
mendzalimi orang lain (Qaradhawi, 2000: 89).
2) Menjaga bacaan diwaktu malam.
3) Meminta doa dari orang tuanya. Dengan doa orang tua Allah
SWT akan memudahkan setiap langkah dan obsesi kita
(Qaradhawi, 2000: 90).
4) Ketekunan dan keseriusan. Menghafal al-Quran sebanyak 30
juz, 114 surah, dan kurang lebih 6.666 ayat bukanlah pekerjaan
yang mudah. Oleh karena itu di butuhkan kemauan yang sangat
kuat (Sa‟dullah, 2008: 30). Menghafal al-Quran tidak bisa
dilakukan hanya dengan berleha-leha, tetapi memerlukan usaha
yang maksimal tanpa mengenal lelah. Seseorang harus bisa
menjaga waktunya dengan sebaik mungkin sehingga tidak ada
waktu yang terlewatkan untuk hal yang tidak bermanfaat.
Seperti apa yang disyairkan oleh Imam Syafii,
قلغ ماببل كحتف ي د ال ,وعاسشرم ال كند يد لا “Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan
bisa membuka sebuah pintu yang terkunci” (Az-Zarnuji, 2009:
40).
5) Wara‟, yaitu menjaga diri dari setiap yang diharamkan dan
setiap perkara yang syubhat (Qaradhawi, 2000: 92).
47
6) Tawadlu‟. Karakter yang harus dimiliki seorang penghafal al-
Quran di antaranya adalah sifat tawadlu‟ (rendah hati). Ketika
seorang menghafal al-Quran, seharusnya muncul kesadaran
dalam dirinya bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Tidak ada sedikit rasa sombong dalam diri seseorang
karena sifat sombong tidaklah pantas dilakukan seorang
manusia yang sebenarnya kecil dihadapan Allah SWT
(Qaradhawi, 2000: 93).
7) Sabar dalam menghadapi ujian. Kesabaran menjadi mutiara
yang indah bagi penghafal al-Quran. Seandainya ia bisa
melewati ujian selama proses menghafal al-Quran, ia akan
meraih tujuannya.
8) Disiplin dan istiqomah menambah hafalan. Harus gigih
memanfaatkan waktu senggang, cekatan, kuat fisik,
bersemangat tinggi (Sa‟dullah, 2008: 32).
48
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Quran
Untuk mengetahui gambaran umum Pondok Pesantren Nurul
Quran diperlukan penjabaran yang cukup luas agar supaya gambaran
umum lembaga pendidikan ini dapat mudah untuk dipahami dengan jelas.
Diantara hal-hal yang yang dapat dijabarkan dari gambaran umum Pondok
Pesantren Nurul Quran meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis
pondok pesantren, keadaan pendidik dan keadaan peserta didik serta
sarana dan prasarana.
1. Profil Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Tabel 1.1
Profil Pondok Pesantren Nurul Quran
Nama Pondok Pesantren Nurul Quran
Alamat Dusun Teter 19/06 Kelurahan Teter Kecamatan
Simo Kabupaten Boyolali Kode Pos 57377
Tahun Berdiri 2005
Nama Pendiri K.H. Subur Aditama S.Pd.I dan Nyai.Hj. Siti
Amanatun Al-Hafidzah.
Sasaran Pelayanan Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, RA, SDIT,
Madrasah Tsanawiyah
Sumber: Dokumen Pondok Pesantren Nurul Quran
49
2. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Pondok Pesantren Nurul Quran (PPNQ) ini berawal dari TPA
(Taman Pendidikan Al-Quran) pada tahun 1990-an, oleh K.H. Subur
Aditama S.Pd.I dan Nyai Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah. Pada tahun
1990-an, pondok pesantren ini terkenal dengan sebutan PAIT yang
memiliki kepanjangan Pendidikan Al-Quran dan Islam Teter.
Pada waktu itu terdapat lebih dari 50-an santri yang ikut belajar
mengaji, dari desa asal maupun sekitar. Kajian pun masih terbatas pada
waktu sore dan setelah maghrib. Santri yang ikut belajar ngaji berasal
dari keluarga yang ekonominya menengah kebawah, anak-anak yang
terpinggirkan, kurang mampu, yatim piatu dan kurang adanya perhatian
dari orang tua.
Desa Teter sendiri adalah basis masyarakat abangan. Tradisi
sesajen dan perburuan benda-benda mistik masih banyak dilakukan.
Hadirnya PAIT banyak memberikan pengertian kepada masyarakat
tentang agama Islam dan pentingnya mengaji demi bekal masa depan.
Sekitar tahun 1995-an, mulailah santri-santri berdatangan untuk
mukim (mondok) di pesantren. Namun karena belum ada asrama, para
santripun bertempat di ndalem (rumah) bersama dengan keluarga kyai.
Lima tahun kemudian tepatnya tahun 2000-an, santri yang mukim
semakin banyak. Tepatnya tahun 2004 jumlah santri mencapai 20an
santri mukim, jumlah yang lumayan banyak bagi sebuah pesantren yang
belum memiliki nama dan asrama santri. Pada waktu itu, para santrilah
50
yang memberi nama Nurul Quran dengan membuat bancaan dan
memberikannya kepada Abah Kyai dan Bu Nyai. Maka dari itulah, KH.
Subur dan Nyai Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah matur dengan guru
besar beliau, yaitu KH. Hamdani al-Hafiz pengampu Pondok Pesantren
Mojo Andong Boyolali.
Berkat tekad dan keyakinan pendiri pesantren dari hadis Nabi
saw,”Khairukum man ta‟allamal qur‟an wa‟allamahu” yang artinya
sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.
Maka pendiri melakukan istikharah dan meminta doa kepada para
masyayikh dan para guru besar beliau, untuk mendirikan pesantren.
Pada tanggal 5 Oktober 2005, Pondok Pesantren Nurul Quran
resmi berdiri, berikut dengan surat akta dan pengesahan dari Kemenag
Kabupaten Boyolali dan menyelenggarakan pendidikan formal yaitu
madrasah dari berbagai tingkatan.
Sekarang santri yang mukim di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Boyolali berjumlah mencapai 220 santri. Berkat pertolongan
Allah dan kepedulian para donatur, semua santriwan dan santriwati
bebas dari biaya pesantren dan biaya makan sehari-hari.
Pembangunan sarana dan prasarana santri sedikit demi sedikit
berjalan tanpa membebani para wali. Begitu pula dengan kepribadian
serta pola pendidikan santri, selalu diadakan evaluasi demi terciptanya
pesantren yang memilki alumni berkualitas sekaligus berakhlaqul
karimah (www.nu.or.id/post/read/63536/dari-tpa-hingga-dirikan-
51
madrasah-tanpa-bebani-santri-dan-wali-murid, diunduh pukul 10.00,
hari Selasa 2 agustus 2016).
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Quran
Visi Pondok Pesantren Nurul Quran:
“Terwujudnya pondok pesantren yang mandiri dan berwawasan luas
yang berdasarkan al-Quran dan hadist”.
Misi Pondok Pesantren Nurul Quran:
a. Mencetak generasi umat Islam yang berakhlaqul karimah.
b. Membimbing santriwan/santriwati memahami al-Quran.
c. Membimbing santriwan/santriwati mengamalkan al-Quran.
d. Membimbing santriwan/santriwati menghafal al-Quran dengan fasih
dan benar.
e. Membekalai anak didik dengan ilmu yang beramanfaat di dunia dan
akherat.
4. Keadaan Pondok Pesantren dan Letak Geografis
Pondok Pesantren Nurul Qur‟an terletak di Dusun Teter 19/06
Kelurahan Teter, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Tapatnya di
sebelah timur Sekolah Dasar Negeri Teter Simo Boyolali dan sebelah
selatan lapangan sepak bola desa Teter. Dengan lahan seluas 6900 m2
dan bertempat yang strategis karena berada di seberang jalan dan tidak
jauh dari Kantor Desa Teter.
Masyarakat yang tinggal didaerah sekitar Pondok Pesantren Nurul
Quran mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang dan petani.
52
Masyarakat sekitar sangat mendukung keberadaan Pondok Pesantren
Nurul Quran dengan salah satu buktinya adalah banyaknya anak-anak
sekitar Pondok Pesantren Nurul Quran yang mengikuti kegiatan ataupu
proses belajar mengajar yang berada di Pondok Pesantren Nurul Quran
seperti santri yang lainnya, bahkan dikalangan orang tua pun selalu
rutin mengikuti kajian-kajian yang ada di Pondok Pesantren Nurul
Quran (Observasi 24 Juli 2016).
5. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Nurul
Quran Teter Simo Boyolali
Struktur organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Quran
tahun ajaran 2016/2017 M sebagai berikut:
Tabel 1.2
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN PONDOK
PESANTREN NURUL QURAN TAHUN 2016/2017
NO. JABATAN NAMA
1. Pengasuh KH. Subur Aditama, S.Pd.I.
Nyai Hj. Siti Amanatun
2. Penasehat Muh. Mannan M., S.HI.
3. Lurah Pondok
M. Asrori, AM
53
4. Bendahara Arif Efendi
Dedi Irawan
5. Sekretaris Ahmad Sofyan
Mulyadi
6. Sie. Pendidikan Sahal Hamid
M. Fauzan
7. Sie. Kebersihan Badruddin
Ahmad Nur Rosyid
8. Sie. Perlengkapan Ahmad Efendi
Ali Mustofa
9. Sie. Keamanan Agus Sutrisno
M. Nur Ikhsan
10. Sie. Humas Efit Dwi. F
M. Shodiq Ridwan
11. Wali Kelas Madin
Wali Kelas 1 Ust. Badruddin
54
Wali Kelas 2 Ust. Agus Sutresno
Wali Kelas 3 Ust. Asrori Al-Mathsi
Wali Kelas 4 Ust. Ahmad Sofyan
Wali Kelas 5 Ust. Badrus Soleh, S.Pd.I
Wali Kelas 6 Ust. Muh. Muslim Djauhari
Struktur organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Quran
ini ditentukan oleh pengasuh pondok pesantren yaitu KH. Subur
Aditama, S.Pd.I dan tentu memilih seseorang yang mempunyai
wawasan ilmu keagamaan yang baik terutama bagi wali kelas madrasah
diniyah.
6. Program Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Quran
Progam kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul
Quran terperinci atas kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan yang
sudah terperinci dengan baik, seperti dalam lampiran 1.
7. Peraturan Pondok Pesantren Nurul Quran
a. Tata Tertib Pondok Pesantren Nurul Quran
1) Diwajibkan sholat fardhu berjamaah bagi setiap santri.
2) Diwajibkan mengaji pada waktu yang sudah ditetapkan.
3) Mengikuti madrasah diniyah.
4) Melaksanakan piket sesuai dengan jadwalnya.
55
5) Menjaga akhlaqul karimah dan nama baik pondok dimanapun
berada.
6) Mengikuti segala kegiatan pondok.
7) Dilarang:
a) Keluar pondok tanpa ijin.
b) Membawa Hang Phone (HP) dan atau barang elektronik
lainnya.
c) Pergi ke tempat lawan jenis tanpa sepengetahuan pengasuh.
d) Merokok, dimanapun.
e) Hubungan lawan jenis (Pacaran).
b. Peraturan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran
Peraturan pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran
terperinci dari berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, kebersihan
dan keamanan beserta poin, larangan dan sanksinya masing-masing,
seperti dalam lampiran 2.
8. Jadwal Pembelajaran Sorogan/Hafalan dan Madrasah Diniyah
a. Pembelajaran Sorogan/Hafalan setelah Maghrib dan Shubuh
1) Kelompok I (Putra)
Kitab : Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟
Penyimak : M. Asrori, AM
2) Kelompok II (Putra)
Kitab : Al-Quran
56
Penyimak : Ust. Sahal
3) Kelompok III (Putra)
Kitab : Al-Quran
Penyimak : Ust. Darmaji, M. Pd.I
4) Kelompok IV (Putra)
Kitab : Al-Quran
Penyimak : KH. Subur Aditama, S.Pd.I
5) Kelompok V (Putri)
Kitab : Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟
Penyimak : Ustd. Ariani Fadhilah/Ustd. Winarni
6) Kelompok VI (Putri)
Kitab : Al-Quran
Penyimak : Nyai. Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah
b. Pembelajaran Madrasah Diniyah
Pembelajaran Madrasah Diniyah diampu oleh pengajar yang
sesuai dengan bidang masing-masing. Madrasah Diniyah Nurul
Quran ada enam kelas, sedangkan kelas satu terdiri dari kelas 1a dan
1b, seperti dalam lampiran 3.
57
Tabel 1.3
Waktu Pembelajaran Madrasah Diniyah
W
a
k
tu pembelajaran Madrasah Diniyah Nurul Quran dilaksanakan
setiap hari dua kali, yaitu setelah shalat „asar dan shalat isya‟
kecuali hari minggu sore. Para pengajar dan santri selalu
memulai kegiatan madrasah dengan doa dzikir dan sholawat
bersama-sama.
9. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo
Boyolali
a. Masjid Al-Mannan
Masjid adalah salah satu dari komponen penting suatu
pondok pesantren. Demikian juga di Pondok Pesantren Nurul
Quran, karena Masjid Al-Mannan merupakan salah satu tempat
Kelas
Hari Waktu
Sore Malam
Semua
kelas
Senin 16:00-17:00 wib 20:00-21:15 wib
Selasa 16:00-17:00 wib 20:00-21:15 wib
Rabu 16:00-17:00 wib 20:00-21:15 wib
Kamis 16:00-17:00 wib 20:00-22:15 wib
Jumat 16:00-17:00 wib 20:00-21:15 wib
Sabtu 16:00-17:00 wib 20:00-21:15 wib
Minggu - 20:00-21:15 wib
58
yang dijadikan tempat pendidikan keagamaan santri. Pada dasarnya
masjid ini dipergunakan untuk melaksanakan ibadah shalat lima
waktu, tetapi di masjid ini pula para santri melaksanakan kegiatan
lainnya seperti mebaca al-Quran, membaca sholawat, pembelajaran
kitab kuning, dzikir bersama, dan terkadang dijadikan sebagai
tempat diselenggarakannya perayaan-perayaan hari besar Islam
seperti peringatan Maulid Nabi dan Isra‟ Mi‟raj.
b. Asrama Santri
Asrama dan pondok merupakan komponen penting dalam
pondok pesantren. Seperti halnya di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali yang memiliki tiga gedung untuk asrama putra,
yang terdiri dari lima kamar. Dan satu gedung untuk asrama putri
yang terdiri dari delapan kamar.
c. Ruang Kantor
Ruang kantor berfungsi untuk mempermudah dalam
melaksanakan administrasi santri dan sebagai tempat penyimpanan
data-data yang menyangkut tentang kepentingan pondok pesantren
maupun madrasah diniyah. Di Pondok Pesantren Nurul Quran ini,
pihak pengasuh menyediakan satu tempat untuk dijadikan ruang
kantor pondok pesantren.
d. Gedung Madrosah Diniyah
Madrasah Diniyyah Nurul Qur‟an adalah salah satu
Pendidikan non-Formal yang dikelola Pondok Pesantren Nurul
59
Qur‟an bagi para santriwan/wati yang mukim maupun dari
masyarakat sekitar. Pendidikan ini berjalan beriringan dengan
berdirinya Pondok Pesantren. Dirintis dari satu buah kelas bersama,
kemudian bertambah terus hingga pada tahun ajaran 2014-2015 ini
Madrasah Diniyah Nurul Qur‟an terbagi menjadi enam kelas dan
difasilitasi dengan tiga gedung. Materi pendidikan yang diajarkan di
Madrasah Diniyah Nurul Qur‟an adalah materi yang biasa diberikan
di pesantren-pesantren berbasis salaf/ klasik yang khas dengan kitab
kuningnya. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada hari senin
hingga sabtu, setiap sore dan malam.
e. Gedung RA dan SDIT Nurul Quran
Raudhotul Adfal dan SDIT Nurul Quran adalah lembaga
pendidikan formal dibawah Yayasan Pondok Pesantren Nurul
Quran Teter Simo Boyolali yang berdiri pada tahun 2014, yang
bertempat di Dukuh Nayan Pelem Simo Boyolali (wawancara 2
Agustus 2016).
Gedung RA dan SDIT Nurul Quran masih dalam taham
pembangunan, dan sampai saat ini sudah ada tiga kelas. Kelas satu
terdiri dari 16 murid, kelas dua terdiri dari 18 murid dan kelas tiga
11 murid. Sedangkan untuk RA terdiri dari 60 murid.
f. Gedung Madrasah tsanawiyah Nurul Quran
Madrasah Tsanawiyah Nurul Quran juga berada dibawah
naungan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo
60
Boyolali yang letaknya satu lokasi dengan Pondok Pesantren Nurul
Quran, tepatnya di belakang pondok pesantren. Gedung Madrasah
Tsanawiyah Nurul Quran memiliki satu gedung dengan tiga kelas,
akan tetapi sampai saat ini baru mempunyai dua kelas yaitu kelas
satu yang terdiri dari dua kelas, dan kelas dua yang terdiri dari satu
kelas.
Kelas satu berjumlah 41 murid yang dibagi menjadi dua
kelas, dan kelas dua berjumlah 33 murid.
10. Keadaan Ustadz dan santri
a. Keadaan Ustadz
Para pendidik yang mengajar di Pondok Pesantren Nurul
Quran Teter Simo Boyolali terdiri dari keluarga, kerabat abah kyai
dari pondok pesantren lain, serta sebagian adalah para alumni yang
tinggal di sekitar pondok pesantren. Para pengajar atau pendidik di
pondok pesantren, RA, SDIT, dan MTs Nurul Quran tidak jauh
berbeda dikarenakan letak pondok dan madrasah yang berdekatan,
hanya saja RA dan SDIT yang berbeda tempat meskipun masih satu
lokasi. Tingkatan pendidikan yang mereka tempuh bervariasi, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 4.
b. Keadaan Santri
Santri yang bermukim Pondok Pesantren Nurul Quran tahun
ajaran 2015/2016 berjumlah 220 santri. Sejak Yayasan Pondok
61
Pesantren Nurul Quran mendirikan sekolah formal yaitu RA, SDIT
dan Mts Nurul Quran, santri yang menuntut ilmu di Pondok
Pesantren Nurul Quran ini semakin pesat dan maju disamping
mereka memperdalam ilmu agama khususnya tentang al-Quran,
juga tidak ketinggalan dengan ilmu umum agar mereka bisa
mengikuti perkembangan zaman yang ada (observasi 1 Agustus
2016).
B. Temuan Data Penelitian
Pembahasan mengenai implementasi program Hamalatil Quran
pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali tidak
terlepas dari hal-hal yang melengkapinya, yaitu: (1) Sistem Pendidikan di
Pondok Pesantren Nurul Quran, (2) Metode Pembelajaran Hamalatil
Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran, (3) Implementasi Program
Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter
Simo Boyolali.
1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Quran
Berikut adalah data yang berhasil dihimpun oleh peneliti dan hasil
wawancara beberapa narasumber diantaranya pengasuh, pengurus dan
santri Pondok Pesantren Nurul Quran.
Bapak KH. Subur Aditama S.Pd.I, selaku pengasuh Pondok
Pesantren Nurul Quran menuturkan bahwa:
“Pondok Pesantren Nurul Quran menggunakan sistem pendidikan
salaf tradisional. Sistem pendidikan yang kami gunakan seperti
sorogan, bandongan itu masih kita lestarikan dan kita tingkatkan.
Karena latar belakang kami yang dulu juga ikut abah kyai kami di
62
pesantren, maka sekarang kami juga melanjutkan apa yang menjadi
warisan para kyai-kyai kami, dengan harapan dapat memperoleh
kemudahan dan barokah ilmunya” (wawancara 1 Agustus 2016).
Ning Ariani Fadhilah selaku pengurus dan putri dari abah KH.
Subur Aditama S.Pd.I juga menuturkan bahwa:
“Pondok Pesantren Nurul Quran ini bisa dikatakan menggunakan
sistem pendidikan salaf dan khalaf. Dikatan salaf karena model
sorogan, bandongan, dan kegiatan-kegiatan seperti dzikir bersama,
mujahadah, istigosah, manakib dan amaliyah-amaliyah warisan para
wali masih kental di lingkungan ini. Dikatan khalaf karena kami
mengggunakan menerapkan pada sekolah formal yaitu RA, SDIT dan
Madrasah Tsanawiyah, meskipun di dalam sekolah formal tersebut
tetap tidak meninggalkan pendidikan salaf” (wawancara 1
Agustus 2016).
Sedangkan Mulyadi, selaku santri senior di Pondok Pesantren
Nurul Quran menyatakan bahwa:
“Sistem pendidikan di Pondok kami ini menggunakan sistem
tradisional atau salaf, karena pembelajaran di pondok ini masih
menggunakan model zaman dulu, seperti memakai kitab karya ulama,
kemudian model menghafal pelajaran dengan cara nadzhoman. Tidak
hanya itu, sarana dan prasarana kami pun ditata sedemikian rupa,
seperti kamar tidur satu untuk berjamaah. Pakain juga mencerminkan
model saaf, sarung dan peci adalah simbolnya” (wawancara 1
Agustus 2016).
2. Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren
Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Sebuah pembelajaran pasti membutuhkan suatu metode untuk
menyampaikannya kepada peserta didik/santri sehingga tujuan dari
pembelajaran bisa terwujud sesuai dengan visi dan misi instansi
tersebut. Begitu juga yang ada di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter
Simo Boyolali memiliki beberapa metode pembelajaran yang
63
diterapkan. Dalam wawancara dengan ustadz Darmaji, M.Pd.I selaku
Kepala Sekolah MTs Nurul Quran menuturukan beberapa metode
Hamalatil Quran yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran
sebagai berikut:
a. Sorogan
Sorogan yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Quran
dilaksanakan setelah shalat maghrib dan subuh. Sorogan setelah
maghrib dan subuh ini adalah sorogan al-Quran, bil ghoib maupun
bin nadzar. Perlu diketahui bahwa Pondok Pesantren Nurul Quran
lebih fokus kepada bagaimana anak bisa membaca al-Quran
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwidnya. Oleh
karena itu untuk kajian kitab hanya bersifat bandongan dan tidak
diujikan. Metode sorogan disini diampu langsung oleh para
pengasuh dan pengurus yang sudah memenuhi syarat menurut
pendiri pondok ini. Para santri pada awalnya sorogan dengan bin
nadzar sampai bacaan santri sudah benar dan baik. Kemudian
mulai melanjutkan hafalan al-Quran dan wajib bagi santri untuk
menghafal juz „amma dan surat pilihan. Perlu diketahui bahwa
tidak semua santri menghafal al-Quran, hanya yang mendapat izin
Ibu Nyai Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah (istri abah Subur) lah
yang boleh menghafal al-Quran 30 juz.
b. Bandongan
64
Pondok Pesantren Nurul Quran juga melaksanakan metode
bandongan dan dilaksanakan sesuai jadwal madrasah diniyah,
bulan suci Ramadhan dan ketika ada peringatan-peringatan hari
besar Islam yang didalam acara tersebut terdapat kajian keagamaan
yang disampaikan oleh para kyai. Metode bandongan ini
dilaksanakan di Masjid Al-Mannan dan gedung diniyah masing-
masing kelas, dengan penyampainya adalah seorang kyai atau ibu
nyai atau juga para ustadz yang membacakan serta menjelaskan isi
kandungan kitab kuning, semetara santri mendengarkan dan
memberi makna.
c. Hafalan
Di Pondok Pesantren Nurul Quran setiap santri dituntut untuk bisa
menghafal dengan baik juz „amma dan surat-surat pilihan, yaitu
Al-Mulk, Ar-Rahman, Waqi‟ah, As-Sajdah, Yassin, Ad-Dukhon
dan dzikir-dzkir seperti asmaul husna, sholawat dan award yang
lainnya, karena setelah sholat berjamaah selalu dilantunkan dzikir-
dzikir dengan suara yang keras, seperti asmaul husna, surat Waqiah
setiap setelah sholat „asar dan yang lainnya. Dalam metode hafalan
ini santri menyetorkan kepada pengampu masing-masing.
3. Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Program Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran
mencakup tiga hal, yaitu santri diwajibkan untuk bisa membaca al-
65
Quran sesuai dengan tajwid, kemudian memiliki pengetahuan tentang
ilmu al-Quran dengan kajian kitab, dan menjaga al-Quran dengan cara
menghafalnya. Seperti yang dituturkan pendiri Pondok Pesantren
Nurul Quran yaitu KH. Subur Aditama, S.Pd.I sebagai berikut:
”Pondok kami ini menerapkan program Hamalatil Quran, dimana
kami selalu berusaha semampu kami untuk menjaga kitab suci al-
Quran, karena itu akan membawa keberkahan bagi kami semua.
Dengan cara membaguskan bacaan santri sehingga tidak menyalahi
kaidah-kaidah tajwid, kemudian membekalai santri dengan kajian
kitab, terutama kitab yang berhubungan dengan al-Quran seperti at-
Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran, dan menghafal al-Quran bagi yang
mampu” (wawancara 2 Agustus 2016).
Program Hamalatil Quran yang pertama adalah
pembelajaran tajwid yang diajarkan ketika waktu jam pembelajaran
Madrasah Diniyah oleh para pengampu kelas masing-masing, seperti
yang dituturkan oleh Ustadz Sahal selaku pengajar di Madrasah
Diniyah dan pengurus pondok pesantren sebagai berikut:
“Pondok Pesantren Nurul Quran ini dalam program Hamalatil Quran
yang pertama membekali santri dengan pengetahuan mengenai tajwid,
sehinggal dalam proses sorogan dan hafalan lebih siap untuk
distorkan ke pengasuh. Meskipun kadang dalam proses sorogan itu
para pengasuh atau penyimak seperti ibu Nyai sendiri masih sering
membenarkan tajwid santri, tapi itu hanya sedikit dan tidak menyita
waktu lama hanyak untuk membenarkan tajwid santri, karena sudah
dipelajari di kelas masing-masing” (wawancara 2 Agustus 2016).
Dari hasil observasi pada tanggal 2 Agustus 2016 proses
pembelajaran tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan
pada waktu madrasah sore dam malam. Sebagaimana peneliti lihat,
setelah shalat „asar berjamaah dan dilanjutkan dengan dzikir bersama
dan senandung asmaul husna dan sholawat, para santri langsung
66
mempersiapkan diri untuk menuju kelas masing-masing dengan
memakai seragam yang sudah dijadwalkan. Jika waktu sudah
menunjukkan jam empat sore, maka para pengajar masing-masing
kelas langsung membuka pelajaran dengan salam dan bacaan al-
Fatihah bersama-sama. Kemudian para pengajar menyampaikan
pelajaran tajwid dengan contoh-contohnya sehingga santri lebih mudah
untuk memahaminya. Pengajar kemudian menguji satu persatu santri
untuk mencoba membaca al-Quran dengan tajwid yang benar tersebut,
kemudian pengajar memimpin untuk me-nadzam-kan (jika kitabnya
syifaul jinan) sehingga mudah untuk dihafal. Setelah santri merasa
jelas tentang materi tersebut dan sudah tidak ada yang bertanya,
pembelajaran di akhiri dengan berdoa dan salam.
Dalam observasi peneliti pada tanggal 2 Agustus 2016, proses
pembelajaran tajwid dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pengajar masuk kemudian mengucapkan salam dan membuka
pembelajaran dengan membaca al-Fatihah.
b. Pengajar mengulangi inti pembelajaran sebelumnya dengan cara
menadzamkan syair yang sudah dihafal dan menanyakan hal yang
belum jelas.
c. Jika semua santri sudah jelas dan bisa mempraktekkan materi
sebelumnya kedalam bacaan al-Quran, kemudian pengajar tersebut
melanjutkan materi tajwid selanjutnya, menuliskannya di papan
67
tulis, menadzamkan syair-syair dalam kitab dan memberikan contoh
sehingga santri bisa memahami dengan baik.
d. Santri dengan cermat dan baik mendengarkan pengajar dan
mencatat apa yang disampaikan pengajar.
e. Pengajar kemudian menyuruh santri untuk menadzamkan syair-
syair dengan berjamaah dan mempraktekkan materi tersebut.
f. Pengajar selanjutnya menanyakan mengenai materi tajwid yang
belum dipahami santri.
g. Jika santri sudah paham semua, pengajar kembali memimpin santri
untuk menadzamkan syair-syair yang sudah dipelajari dan
menggabungkan dengan materi sayir sebelumnya. Jika jadwal pada
pertemuan itu adalah pelajaran selain tajwid, maka pengajar
melanjutkan materi kitab sesuai jadwal, apabila jadwalnya adalah
tajwid, maka pengajar bisa mengakhiri dengan lantunan doa dan
sholawat, kemudian ditutup dengan salam.
Dalam pembelajaran tajwid yang diajarkan di Pondok
Pesantren Nurul Quran harus dioptimalkan dan diusahakan santri
untuk selalu memperhatikan dan menghafal materi yang disampaikan
oleh pengajar. Karena akan mempermudah ketika sorogan dengan ibu
Nyai ataupun pengampu sorogan lainnya. Seperti yang disampaikan
oleh KH. Subur Aditama S.Pd.I sebagai berikut:
“Pembelajaran tajwid untuk santri harus dimaksimalkan, ini akan
mempermudah ketika proses sorogan al-Quran berlangsung.
Meskipun masih ada yang salah, akan tetapi lebih mudah untuk
68
membenarkan dan tidak membutuhkan waktu lama untuk
membenarkannya” (wawancara 2 Agustus 2015).
Program Hamalatil Quran yang kedua adalah kajian kitab
tentang al-Quran. Kajian kitab-kitab diajarkan secara bandongan
seperti halnya mendengarkan pengajian. Waktu pelaksanaannya adalah
pada waktu madrasah diniyah yang sesuai jadwal selain tajwid, dan
ketika ngaji kilatan pada Bulan Ramadhan. Seperti yang disampaikan
KH. Subur Aditama, S.Pd.I sebagai berikut:
“Kajian kitab mengenai al-Quran sangatlah penting. Misalnya kajian
tentang tafsir al-Quran, ada kitab tafsir Jalalain. Dan juga ada kitab
tentang adab terhadap al-Quran, seperti at-Tibyan fi Adaabi
Hamalatil Quran. Pada waktu kilatan di Bulan Ramadhan dibagi
menjadi tiga kelompok mengingat umur santri yang berbeda-beda.
Dengan kajian kitab ini semoga pengetahuan dan semangat membaca
al-Quran akan lebih meningkat lagi” (wawancara 2 Agustus 2016).
Pondok Pesantren Nurul Quran juga memberikan pengetahuan
santri tentang kitab-kitab diluar bahasan al-Quran. Seperti yang
dikemukakan Ustadz Sahal selaku pengurus di Pondok Pesantren
Nurul Quran sebagai berikut:
“Kami tidak hanya belajar kitab-kitab yang berhubungan dengan ilmu
al-Quran, akan tetapi juga kitab-kitab yang lainnya, seperti kitab
Akhlaq, kitab Ta‟lim Muta‟alim, agar supaya santri Nurul Quran ini
mempunyai akhlaq yang baik kepada sesama, dan tentu kepada abah
dan nyai kita” (wawancara 24 Juli 2016).
Program Hamalatil Quran yang ketiga adalah menghafal al-
Quran dan dengan syarat membaca bin nadzar sudah memenuhi syarat,
yaitu tajwid dan makhorijul huruf sudah bisa dikatakan baik. Dan
tentunya, di Pondok Pesantren Nurul Quran ini, bagi siapa yang
menghafal al-Quran harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari ibu
69
Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah. Seperti yang disampaikan oleh
kang Mulyadi selaku santri di Pondok Pesantren Nurul Quran sebagai
berikut:
“Semua santri yang nyantri disini tidak semua menghafalkan al-
Quran. Dari pihak pendiri pun tidak mengharuskan menghafal al-
Quran, yang terpenting sudah bisa membaca al-Quran dengan baik
dan mempunyai kesadaran bahwa ngaji itu penting. Bahkan yang
menghafal al-Quran dengan yang tidak menghafal itu bisa dikatan
hampir sama jumlahnya meskipun masih banyak yang menghafal.
Karena untuk menghafal harus mendapatkan izin dari ibu Nyai
terlebih dahulu. Karena ibu Nyai dan para guru lebih mengetahui
kemampuan santri dhohir dan batin (wawancara 1 Agustus 2016).
Proses menghafal al-Quran ini juga dilaksanakan pada waktu
sorogan, yaitu setelah shalat maghrib dan shalat subuh. Seperti yang
disampaikan abah KH. Subur Aditama, S.Pd.I sebagai berikut:
“Bagi yang menghafal al-Quran tentunya sudah baik dulu bacaan al-
Qurannya. Nah di waktu setoran bin nadzar itulah si santri juga
menyetorkan hafalan Qurannya. Untuk waktu habis maghrib dan
subuh, para penyimak sorogan dan hafalan dibagi menjadi beberapa
kelompok. (wawancara 1 Agustus 2016).
Pelaksanaan hafalan al-Quran di Pondok Pesantren Nurul
Quran ini diampu oleh para pengasuh dan pengajar yang sudah
Hafizd/Hafidzoh seperti jadwal sorogan dan hafalan di atas. Kelompok
putra dibagi menjadi empat kelompok dan putri dua kelompok. Catatan
penting dalam pelaksanaan hafalan Quran di Pondok Pesantren Nurul
Quran ini adalah masalah waktu dan penyimak setoran. Untuk hafalan
wajib, yaitu juz „amma dan surat pilihan distorkan kepada pengampu
kelompok masing-masing setelah sholat maghrib dan subuh,
sedangkan untuk santri yang menghafal 30 juz, deresan-nya distorkan
70
kepada pengampu masing-masing setelah sholat maghrib dan
undakan-nya distorkan langsung ke Ibu Nyai Hj. Siti Aminatun al-
Hafidzah setelah shubuh. Bagi santri penghafal 30 juz yang sekolah,
maka santri tersebut biasanya menyetorkan undakan-nya setelah
madrasah diniyah malam kepada Ibu Nyai.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo
Boyolali
Sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul
Quran Teter Simo Boyolali dalam wawancara dengan pendiri pondok
pesantren, beliau menuturkan bahwa sistem pendidikan di Pondok
Pesantren Nurul Quran tersebut menggunakan sistem salaf tradisional.
Karena metode dan tradisi yang diterapkan di pondok pesantren tersebut
masih menggunakan metode yang diwariskan oleh para ulama terdahulu
dan dalam sistem pengajaranpun masih menggunakan sistem lama atau
sistem tradisional. Jenis salafi merupakan jenis pesantren yang tetap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti
pendidikan dan pada umumnya pesantren dalam bentuk inilah yang
menggunakan sistem sorogan dan weton (Yasmadi, 2002: 70-71).
Dari hasil wawancara salah satu pengurus di pondok tersebut juga
menerapkan sistem madrasah atau sistem khalaf. Karena di pondok
pesantren tersebut tidak hanya mengkaji pengetahuan agama akan tetapi
juga pengetahuan umum yang diwujudkan dengan berdirinya RA, SDIT
dan Madrasah Tsanawiyah di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren
Nurul Quran tersebut.
72
Oleh karena itu Pondok Pesantren Nurul Quran ini mengadopsi
sistem terpadu karena memadukan sistem salaf dan sitem khalaf dalam
melaksanakan proses belajar mengajar di pondok pesantren. Pesantren
dengan tipe ini menunjukkan keinginannya untuk mengembangkan
pesantren dengan penambahan fasilitas dan program pendidikan formal,
yaitu: madrasah. Penambahan fasilitas dan program pendidikan ini di satu
sisi terlihat bahwa pesantren merespon perkembangan dan tuntutan
manajemen pendidikan modern, dan pada sisi yang lain pesantren
mengakomodasi kurikulum pemerintah, yaitu kurikulum madrasah dari
Departemen Agama RI (Aly, 2011: 179).
Menurut keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo
Boyolali ini adalah sistem terpadu, yaitu menggabungkan sistem salaf dan
sistem khalaf. Karena sistem tradisional yang masih digunakan dan
dilestarikan seperti metode sorogan dan wetonan serta nuansa-nuansa
kesederhanaan masih sangat melekat di pondok pesantren ini dan
dipadukan dengan sistem khalaf dengan yang diterapkan di RA, SDIT dan
Madrasah Tsanawiyah sesuai tingkatan kelasnya.
B. Metode Pemebelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul
Quran Teter Simo Boyolali
Sebuah pembelajaran akan mencapai tujuan kalau dalam
pelaksanaan pembelajaran tersebut menggunakan metode yang menunjang
hal tersebut. Seperti halnya yang ada di Pondok Pesantren Nurul Quran
73
mempunyai beberapa metode pembelajaran yang diterapkan sebagai
berikut:
1. Sorogan
Metode sorogan adalah suatu metode di mana santri menghadap
guru atau kyai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan
dipelajarinya. Kyai membacakan dan menerjemahkan kalimat demi
kalimat, kemudian menerangkan maksudnya. Santri menyimak bacaan
kyai dan mengulanginya sampai memahaminya, kemudian kyai
mengesahkannya (Jawa: ngesahi), jika santri sudah benar-benar
mengerti, dengan memberikan catatan pada kitabnya untuk mensahkan
bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai kepadanya (Nata, 2001: 108).
Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian
serta kecakapan seseorang. Metode sorogan adalah metode mengajar
secara individual langsung dan intensif, karena antara guru/kyai dan
santri saling mengenal secara erat dan guru menguasai benar materi
yang seharusnya diajarkan dan murid juga belajar dan membuat
persiapan sebelumnya (Abdillah, 2002: 102).
Metode sorogan di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan
setelah shalat maghrib dan shalat subuh. Metode sorogan yang
diterapkan di pondok pesantren ini adalah sorogan al-Quran, karena
fokus dari pondok ini adalah al-Quran. Sorogan disini langsung
diajarkan oleh para pengasuh dan pengurus pondok pesantren agar para
guru mengetahui kemampuan siswa lebih mendalam.
74
Pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren Nurul Quran
dibagi menjadi enam kelompok sesuai kemampuan membaca al-Quran
masing-masing santri. Waktu dan jadwal sorogan juga sudah diatur
sedemikian rupa sebagai berikut:
a. Pembelajaran sorogan setelah maghrib
1) Kelompok 1 : Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟
2) Kelompok 2 : Al-Quran
3) Kelompok 3 : Al-Quran
4) Kelompok 4 : Al-Quran
5) Kelompok 5 : Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟
6) Kelompok 6 : Al-Quran
b. Pembelajaran sorogan setelah subuh
1) Kelompok 1 : Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟
2) Kelompok 2 : Al-Quran
3) Kelompok 3 : Al-Quran
4) Kelompok 4 : Al-Quran
5) Kelompok 5 : Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟
6) Kelompok 6 : Al-Quran
75
Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari
keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini
menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi santri.
Kendati demikian, metode seperti ini diakui paling intensif, karena
dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya-jawab
langsung (Nata, 2001: 108).
Oleh karena itu di Pondok Pesantren Nurul Quran metode sorogan
al-Quran dilakukan oleh santri setiap hari dengan kelompok masing-
masing dengan dimulai dari kitab tajwid sampai menggunakan al-Quran
itu sendiri.
2. Bandongan
Metode wetonan adalah metode kuliah di mana para santri
mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan
pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika
perlu. Di Jawa Barat, metode ini disebut dengan bandongan, sedangkan
di Sumatra disebut balaghan, yaitu belajar secara kelompok (group)
yang diikuti oleh seluruh santri (Nata, 2001: 107-108).
Metode ini lebih bersifat klasikal, yaitu santri mengikuti pelajaran
dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara
kuliah dan terjadwal (Qomar, 2010: 101).
Metode bandongan di Pondok Pesantren Nurul Quran
dilaksanakan setelah shalat „asar dan shalat isya‟, kecuali hari minggu
pembelajaran sore diliburkan. Waktu pelaksanaannya ada tiga
76
kesempatan, yaitu (1) ketika pembelajaran di Madrasah Diniyah sesuai
dengan kelas dan jadwal kitab masing-masing, (2) pada waktu Bulan
Ramadhan yang biasa disebut ngaji kilatan, (3) pada mauidhoh hasanah
peringatan-peringatan hari besar Islam.
3. Hafalan
Metode hafalan adalah suatu cara belajar dengan menggunakan
daya ingatan yang tajam untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan
(http://ma-maha.blogspot.co.id/2016/04/metode-hafalan-dan-prestasi-
belajar.html?m=1, diakses pukul 09.00, hari Kamis 4 Agustus 2016).
Di Pondok Pesantren Nurul Quran setiap santri dituntut untuk bisa
menghafal dengan baik juz „amma dan surat-surat pilihan, dzikir-dzkir
seperti asmaul husna, sholawat dan award yang lainnya, karena setelah
sholat berjamaah selalu dilantunkan dzikir-dzikir dengan suara yang
keras, seperti asmaul husna dan yang lainnya. Dalam metode hafalan ini
santri menyetorkan kepada pengampu masing-masing.
Menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Quran yang telah
dibaca berulang-ulang secara bin-nadzar, misalnya menghafal satu
baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada
kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat
dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau
kalimat berikutnya sehingga sempurna (Sa‟dullah, 2008: 53).
Metode hafalan di Pondok Pesantren Nurul Quran lebih fokus
kepada hafalan al-Qurannya, baik yang menghafal 30 juz ataupun juz
77
30 dan surat-surat pilihan. Oleh karena itu santri harus setiap saat dan
waktu berkomunikasi dengan al-Quran agar supaya hafalannya menjadi
kuat dan sempurna.
C. Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali merupakan
pondok pesantren yang pendidikan dan pembelajarannya fokus pada al-
Quran. Dalam pelaksanaan program Hamalatil Quran dilaksanakan
dengan tiga macam kegiatan yaitu pembelajaran mengenai ilmu tajwid,
kajian kitab yang membahas tentang al-Quran, dan program tahfizul
Quran yang semua kegiatan tersebut langsung diampu oleh para pengasuh
atau ustadz/ustadzah Pondok Pesantren Nurul Quran.
1. Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali
Pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran
dilaksanakan pada kegiatan madrasah diniyyah sore setelah shalat „asar
dan madrasah diniyyah malam setelah shalat isya‟ yang dilaksanakan
di kelas masing-masing. Pelajaran tentang ilmu tajwid disampaikan
oleh pengajar kepada para santri sesuai tingkatan kelasnya. Kelas 1-3
menggunakan kitab Syifaul Jinan, kelas 4 menggunakan kitab
Tuhfathul Athfal, kelas 5 menggunakan Mustholah Tajwid dan kelas 6
menggunakan kitab Fathul Mannan.
78
Ilmu Tajwid adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah
membaca al-Quran dengan baik dan benar, yaitu ketepatan melafalkan
huruf-huruf yang dirangkaikan dengan huruf lain, dapat melafalkan
dengan tepat huruf yang harus dipanjangkan atau tidak, dinasalkan
atau tidak, dan didesiskan atau tidak, mengetahui tempat-tempat
perhentian atau tempat-tempat memulai bacaan, dan sebagainya
(Chaer, 2013: 11-12).
Ke-empat kitab di atas menjadi penting bagi santri agar supaya
menguasai bacaan al-Quran dengan baik dan benar. Salah satunya
adalah kitab syifaul jinan yang wajib dihafalkan oleh para santri. Kitab
syifaul jinan adalah kitab nadzaman karangan Ahmad Muthahhir Ibn
Abdurrahman yang berisi tentang dasar-dasar ilmu tajwid. Nadzaman
ini berisi 40 (empat puluh) bait dan wajib dihafalkan oleh setiap santri
Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali.
Proses pembelajaran kitab syifaul jinnan diterapkan pengajar
dengan cara klasikal terlebih dahulu, yaitu pengajar menadzamkan
beberapa sayir dalam kitab sesuai materi dan kemudian santri
menirukan nadzaman tersebut. Pengajar kemudian menuliskan materi
beserta contohnya di papan tulis dan memaknai kitab agar supaya
santri mengetahui lebih mendalam. Setelah itu pengajar melakukan
tanya jawab dengan santri untuk mengetahui pemahaman mengenai
materi yang sudah diajarkan. Diujung pembelajaran, pengajar
mengajak santri untuk menadzamkan kembali materi yang sudah
79
diajarkan sehingga santri akan lebih mudah menghafal dan lebih
memantapkan lagi ingatan santri. Kemudian ditutup dengan doa dan
sholawat bersama dan salam dari pengajar.
Implementasi pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul
Quran Teter Simo Boyolali ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pengajar masuk kemudian mengucapkan salam dan membuka
pembelajaran dengan membaca al-Fatihah.
b. Pengajar mengulangi inti pembelajaran sebelumnya dengan cara
menadzamkan syair (jika kitabnya syifaul jinan) yang sudah dihafal
dan menanyakan hal yang belum jelas.
c. Jika semua santri sudah jelas dan bisa mempraktekkan materi
sebelumnya kedalam bacaan al-Quran, kemudian pengajar tersebut
melanjutkan materi tajwid selanjutnya, menuliskannya di papan
tulis, menadzamkan syair-syair dalam kitab dan memberikan contoh
sehingga santri bisa memahami dengan baik.
d. Santri dengan cermat dan baik mendengarkan pengajar dan
mencatat apa yang disampaikan pengajar.
e. Pengajar kemudian menyuruh santri untuk menadzamkan syair-
syair dengan berjamaah dan mempraktekkan materi tersebut.
f. Pengajar selanjutnya menanyakan mengenai materi tajwid yang
belum dipahami santri.
g. Jika santri sudah paham semua, pengajar kembali memimpin santri
untuk menadzamkan syair-syair yang sudah dipelajari dan
80
menggabungkan dengan materi sayir sebelumnya. Jika jadwal pada
pertemuan itu adalah pelajaran selain tajwid, maka pengajar
melanjutkan materi kitab sesuai jadwal, apabila jadwalnya adalah
tajwid, maka pengajar bisa mengakhiri dengan lantunan doa dan
sholawat, kemudian ditutup dengan salam.
2. Kajian Kitab tentang al-Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali
Kegiatan kajian kitab di Pondok Pesantren Nurul Quran
dilaksanakan pada tiga waktu, yaitu (1) madrasah diniyah (setelah
pembelajaran ilmu tajwid), (2) ngaji Kilatan pada Bulan Ramadhan,
(3) mauidhoh hasanah pada peringatan hari besar Islam. Pada waktu
madrasah diniyah dilaksanakan setelah selesainya pembelajaran ilmu
tajwid dan disampaikan secara klasikal atau model bandongan.
Pada bulan Ramadhan rutin dilaksanakan ngaji kilatan yang biasa
di laksanakan pada awal Ramadhan sampai hari ke dua puluh
Ramadhan. Waktu pelaksanaan ngaji kilatan adalah setelah shalat „asar
dan setelah shalat isya‟, karena madrsasah pada waktu Ramadhan
diliburkan. Kegiatan ngaji kilatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
(1) kelompok putri dengan pengajarnya adalah ibu Nyai Hj. Siti
Amanatun al-Hafidzah, (2) kelompok putra dengan pengajarnya adalah
abah KH. Subur Aditama, S.Pd.I, (3) kelompok masyarakat sekitar
dengan pengajarnya adalah ustazd-ustazd pondok pesantren. Untuk
81
waktu mauidhoh hasanah, biasannya dilaksanakan secara klasikal dan
tidak ada jadwal kitabnya dan juga santri tidak harus mempunyai kitab
yang akan dibaca oleh kyai yang mengisi pengajian.
Kitab-kitab tentang al-Quran yang diterapkan di Pondok Pesantren
Nurul Quran ini adalah kitab at-Tibyan fii Adaabi Hamalatil Quran,
kitab at-Tibyan fii Ulumil Quran, dan Tafsir Jalalain.
Kitab-kitab tersebut diajarkan kepada santri agar supaya santri
pondok pesantren mengetahui bagaimana berinteraksi dengan al-Quran
sesuai dengan aturan dan adab yang baik, serta mengetahui ilmu-ilmu
al-Quran seperti ilmu asbab an-nuzul dan lain sebagainya. Ilmu al-
Quran adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang
berkaitan dengan al-Quran dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul
(sebab-sebab turunnya al-Quran), kodifikasi dan tertib penulisan al-
Quran, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang
diturunkan di Madinah, dan hal-hal yang berkaitan dengan al-Quran
(Efendi, 2014: 3).
Kitab at-Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran adalah kitab karangan
Imam Nawawi yang terdiri dari sepuluh bab. Kitab ini menyebutkan
beberapa kaidah dan beberapa faedah dan hikmah membaca al-Quran.
Sungguh buku ini sangat berguna bagi para pecinta dan pencari ilmu
terutama mereka yang mempelajari al-Quran (Ahmad, 1996: 7).
Kitab at-Tibyan fii Ulumil Quran adalah kitab karangan Asy-
Syeikh Muhammad Ali As-Shobuni. Kitab ini menjelaskan tentang
82
ilmu-ilmu al-Quran, asbabun nuzul, hikmah turunnya al-Quran secara
terpisah, pengumpulan al-Quran, ilmu tafsir dan ahli tafsir, mukjizat
al-Quran, turunnya al-Quran tujuh huruf, serta bacaan yang masyhur
dan lain sebagainya.
Kitab Tafsir Jalalain adalah salah satu tafsir yang paling luas
tersebar di dunia Islam yang paling banyak dibaca oleh kalangan ahli
ilmu, termasuk para penuntut ilmu di Indonesia. Kitab karya Imam
Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi adalah kitab
fenomental dalam perjalanan sejarah keilmuwan Islam, khususnya
dalam bidang tafsir al-Quran. Kelugasan bahsa dan metode
penyampaiannya yang sederhana tak mampu menghalangi
ketermasyhurannya di tengah-tengah ulama yang mu‟tabar di dalam
keilmuannya. Kitab Tafsir Jalalain adalah salah satu kitab dengan
bentuk tafsir bi ar-Ra‟yi dengan metode Ijmali (global) yaitu metode
tafsir yang menafsirkan ayat al-Quran dengan cara mengemukakan
makna global, secara ringkas tapi mencakup, dengan bahasa yang
popular, mudah dimengerti dan enak dibaca (Efendi, 2014: 314).
Proses pelaksanaan kajian kitab di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Jika pada waktu madrasah diniyah, pengajar dan santri secara
langsung membuka kitab masing-masing karena kajian kitab
dilaksanakan setelah proses pembelajaran ilmu tajwid.
83
b. Jika dilaksanakan pada waktu ngaji kilatan, maka pengajar
membuka pengajian dengan salam, kemudian dilantunkan doa-doa
dan sholawat atau syi‟ir-syi‟ir sebelum memulai mengaji kitab.
c. Pengajar menyampaikan dengan klasikal.
d. Santri dan para jamaah membuka kitab masing-masing dan
memaknai apa yang disampaikan pengajar
e. Pada akhir-akhir pengajian pengajar melantunkan doa-doa dan
sholawat penutup sebelum mengakhiri kegiatan kajian kitab
f. Pengajar mengakhiri kajian kitab dengan dengan salam dan antara
pengajar dan santri saling bersalaman.
3. Proses Hafalan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo
Boyolali
Pondok Pesantren Nurul Quran menerapkan metode sorogan untuk
pelaksanaan hafalan al-Quran. Waktu pelaksanaan hafalan al-Quran
adalah setelah shalat maghrib dan shalat shubuh yang dibagi menjadi
enam kelompok sesuai dengan kemampuan masing-masing santri.
Bagi semua santri mempunyai kewajiban untuk menghafal juz 30 dan
surat-surat pilihan yang sudah ditentukan pondok pesantren. Dan untuk
yang menghafal al-Quran 30 juz hanya untuk santri-santri yang
memang menurut Ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah mampu atau
sudah mendapat izin dari Ibu Nyai terlebih dahulu.
Menghafal al-Quran adalah suatu pekerjaan yang mulia di sisi
Allah SWT., karena orang yang selalu membaca al-Quran dan
84
mengmalkan isi kandungannya adalah orang-orang yang mempunyai
keutamaan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT (Sa‟dullah,
2008: 25).
Realita pelaksanaan hafalan al-Quran di Pondok Pesantren
Nurul Quran ini diampu oleh para pengasuh dan pengajar yang sudah
Hafizd/Hafidzoh seperti jadwal sorogan dan hafalan di atas. Kelompok
putra dibagi menjadi empat kelompok dan putri dua kelompok. Catatan
penting dalam pelaksanaan hafalan Quran di Pondok Pesantren Nurul
Quran ini adalah masalah waktu dan penyimak setoran. Untuk hafalan
wajib, yaitu juz „amma dan surat pilihan distorkan kepada pengampu
kelompok masing-masing setelah sholat maghrib dan subuh,
sedangkan untuk santri yang menghafal 30 juz, deresan-nya distorkan
kepada pengampu masing-masing setelah sholat maghrib dan
undakan-nya distorkan langsung ke Ibu Nyai Hj. Siti Aminatun al-
Hafidzah setelah shubuh. Bagi santri penghafal 30 juz yang sekolah,
maka santri tersebut biasanya menyetorkan undakan-nya setelah
madrasah diniyah malam kepada Ibu Nyai.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali
Pondok Pesantren Nurul Quran menggunakan sistem terpadu, yaitu
menggabungkan sistem salaf dan sistem khalaf. Karena sistem
tradisional yang masih digunakan dan dilestarikan seperti metode
sorogan dan wetonan serta nuansa-nuansa kesederhanaan masih sangat
melekat di pondok pesantren ini dan dipadukan dengan sistem khalaf
dengan yang diterapkan di RA, SDIT dan Madrasah Tsanawiyah
sesuai tingkatan kelasnya.
2. Metode Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter
Simo Boyolali
Metode Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ini
menerapkan tiga metode, yaitu (1) sorogan, yaitu metode dimana
setiap satu per satu santri menyetorkan bacaan al-Qurannya kepada
kyai atau pengajar, (2) bandongan, adalah metode yang diterapkan
Pondok Pesantren Nurul Quran untuk kegiatan kajian kitab tentang al-
Quran, (3) hafalan, yaitu metode dimana setiap santri menyetorkan
hafalan al-Qurannya kepada kyai atau pengajar.
86
3. Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Implementasi program Hamalatil Quran di Pondok Pesantren
Nurul Quran sudah berjalan dengan baik sesuai dengan teknis
pembelajaran. Program Hamalatil Quran ini adalah salah satu cara dari
pihak pondok pesantren untuk menghormati al-Quran dengan cara
memperbaiki bacaan al-Quran melalui ilmu tajwid, mengkaji al-Quran
melalui kitab-kitab yang membahas tentang ilmu-ilmu al-Quran, dan
proses menghafal al-Quran.
a. Pembelajaran Ilmu Tajwid
Pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran
dilaksanakan pada kegiatan madrasah diniyah sore dan malam
dengan menggunakan kitab Syifaul Jinnan, Tuhfathul Athfal,
Mustholah Tajwid dan Fathul Mannan. Pelaksanaannya meliputi:
Pengajar masuk kemudian mengucapkan salam dan membuka
pembelajaran dengan membaca al-Fatihah. Pengajar mengulangi
inti pembelajaran sebelumnya dengan cara menadzamkan syair
(jika kitabnya Syifaul Jinan) yang sudah dihafal dan menanyakan
hal yang belum jelas. Jika semua santri sudah jelas dan bisa
mempraktekkan materi sebelumnya kedalam bacaan al-Quran,
kemudian pengajar tersebut melanjutkan materi tajwid selanjutnya,
menuliskannya di papan tulis, menadzamkan syair-syair dalam
kitab dan memberikan contoh sehingga santri bisa memahami
87
dengan baik. Santri dengan cermat dan baik mendengarkan
pengajar dan mencatat apa yang disampaikan pengajar. Pengajar
kemudian menyuruh santri untuk menadzamkan syair-syair dengan
berjamaah dan mempraktekkan materi tersebut. Pengajar
selanjutnya menanyakan mengenai materi tajwid yang belum
dipahami santri. Jika santri sudah paham semua, pengajar kembali
memimpin santri untuk menadzamkan syair-syair yang sudah
dipelajari dan menggabungkan dengan materi sayir sebelumnya.
Jika jadwal pada pertemuan itu adalah pelajaran selain tajwid,
maka pengajar melanjutkan materi kitab sesuai jadwal, apabila
jadwalnya adalah tajwid, maka pengajar bisa mengakhiri dengan
lantunan doa dan sholawat, kemudian ditutup dengan salam.
b. Kegiatan Kajian Kitab
Kegiatan kajian kitab di Pondok Pesantren Nurul Quran
dilaksanakan pada tiga waktu, yaitu (1) madrasah diniyah (setelah
pembelajaran ilmu tajwid), (2) ngaji Kilatan pada Bulan
Ramadhan, (3) mauidhoh hasanah pada peringatan hari besar
Islam.
c. Hafalan al-Quran
Pondok Pesantren Nurul Quran menerapkan metode sorogan untuk
pelaksanaan hafalan al-Quran. Waktu pelaksanaan hafalan al-
Quran adalah setelah shalat maghrib dan shalat shubuh yang dibagi
menjadi enam kelompok sesuai dengan kemampuan masing-
88
masing santri. Bagi semua santri mempunyai kewajiban untuk
menghafal juz 30 dan surat-surat pilihan yaitu Al-Mulk, Ar-
Rahman, Waqi‟ah, As-Sajdah, Yassin, dan Ad-Dukhon. Dan untuk
yang menghafal al-Quran hanya untuk santri-santri yang memang
menurut ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah mampu atau
sudah mendapat izi dari ibu Nyai terlebih dahulu.
B. Saran
Dari penelitian tentang implementasi program Hamalatil Quran
pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ini, ada
beberapa saran yang bisa kami berikan sebagai berikut:
1. Untuk Pengurus
a. Membuat buku absensi hafalan untuk santri agar santri dapat
terkontrol dengan baik.
b. Diusahakan untuk memperbanyak tenaga pengajar khususnya
bagian pengampu hafalan, karena semakin bertambahnya santri.
2. Untuk Asatidz
a. Meningkatkan khasanah keilmuan agar santri tidak bosan ketika
pemebelajaran madrasah diniyah.
b. Menejemen waktu yang baik ketika madrasah diniyah sehingga
pembelajaran ilmu tajwid dan kajian kitab berjalan dengan optimal.
3. Untuk Santri
a. Santri hendaknya selalu mengulang-ulang pelajaran mengenai ilmu
tajwid sehingga akan membantu proses sorogan dan hafalan.
89
b. Santri tidak perlu segan untuk bertanya kepada kyai atau pengurus
apalagi tentang kajian kitab mengenai ilmu-ilmu al-Quran.
c. Santri hendaknya bisa mengatur waktu dengan sebaik-baiknya
khususnya untuk menghafal al-Quran.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Alam, Tombak. 1995. Ilmu Tajwid Populer 17 Kali Pandai. Jakarta: Bumi
Aksara.
Al-Bani, Muhammad Nasiruddin. Tanpa Tahun. Ringkasan Shohih Muslim Jilid
2. Terjemahan oleh Subhan dan Imran Rosadi. 2012. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Al-Hasani, Muhhammad bin Alawi Al Maliki. 1999. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-
Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi. Tanpa tahun. Kamus Kontemporer Arab Indonesia.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Al-Qaththan, Syaikh Manna. Tanpa tahun. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran.
Terjemahan oleh Ainur Rafiq. 2006. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qurthubi, Imam Muhammad bin Ahmad. Tanpa tahun. The Secret of Al-
Quran. Terjemahan oleh M. Syafii Masykur. 2013. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
An-Nuri, Ahmad. 2014. Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Pembahasan
Ilmu Tajwid. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Ash-Shaabuuniy. 1991. Studi Ilmu Al-Quran. Terjemahan oleh Aminuddin. 1998.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Askar. 2010. Kamus Arab Indonesia. Jakarta Selatan: Senayan Publishing.
91
Asy-Sya‟di, Abdurrahman. Tanpa tahun. Bacalah Al-Quran Seolah Ia Diturunkan
Kepadamu. Terjemahan oleh Abdurrahim. 2008. Jakarta: PT. Mizan
Publika.
Az-Zarnuji. Terjemah Ta‟lim Muta‟alim. Terjemahan oleh Abdul Qadir Aljufri.
2009. Surabaya: Mutiara Ilmu.
Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Quran.
Yogyakarta: Diva Press.
Bisri, Adib dan Munawwir. 1999. Kamus Al-Bisri Indonesia Arab – Arab
Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif.
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Quran. Yogyakarta: Lokus Grup.
Chaer, Abdul. 2012. Al-Quran dan Ilmu Tajwid. Jakarta: Rineka Cipta.
Darajat, Zakiah. 2001. Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Depag RI.
Dep. Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Nur. 2014. Studi Al-Quran Memahami Wahyu Allah Secara Lebih Luas
dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA. Bandung: Sinar Baru Albensindo.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
92
Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UIN-
Malang Press.
Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semaarang:
Rasail Media Grup.
Lajnah Pentashehan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat. 2007. Pedoman
Tajwid Transliterasi Al-Quran (PTTQ). Jakarta: Depag RI.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Munir dan Sudarso. 1994. Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Quran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Quran 10 Bulan Khatam (Kiat-Kiat
Sukses Menghafal Al-Quran). Yogyakarta: IDEA Press.
Nata, Abuddin. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
Nawawi, Imam. Tanpa Tahun. At-Tibyan Fii Adaabi Hamalatil Quran. Jakarta:
Daarul Hikmah.
____________. Tanpa Tahun. Menjaga Kemuliaan Al-Quran. Terjemahan oleh
Tarmana Ahmad Qosim. 1996. Bandung: Al-Bayan.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusta Bahasa.
Qardhawi, Yusuf. 1991. Berinteraksi Dengan Al-Quran. Terjemahan oleh Abdul
Hayyie Al-Kattani. 2001. Jakarta: Gema Insani Press.
Qomar, Mujammil. 2010. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Institusi. Jakarta: Eirlangga.
Rohmah, Noer. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
93
Sa‟dullah. 2008. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran. Jakarta: Gema Insani.
Saroso, Samiaji. 2012. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Indeks.
Shihab, Quraish. 2008. Lentera Al-Quran Kisah dan Hikmah Kehidupan. Jakarta:
PT. Mizan Pustaka.
Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Thoifuri. 2007. Menjadi Guru Inisiatif. Semarang: Rasail.
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
Zuhairi, dkk. 1983. Metodik Pendidikan Agama. Solo: Ramadhan.
Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: Karya Abditanan.
(http://blitarq-doel.blogspot.co.id/2012/10/proposal-penelitian-
implementasi.html?=1, diakses pukul 13.30, hari Selasa 26 Juli 2016).
(http://ma-maha.blogspot.co.id/2016/04/metode-hafalan-dan-prestasi-
belajar.html?m=1, diakses pukul 09.00, hari Kamis 4 Agustus 2016).
(www.nu.or.id/post/read/63536/dari-tpa-hingga-dirikan-madrasah-tanpa-bebani-
santri-dan-wali-murid, diunduh pukul 10.00, hari Selasa 2 agustus
2016).
94
LAMPIRAN 1
PROGRAM KEGIATAN PONDOK PESANTREN
NURUL QURAN 2016/2017
No Program Harian Mingguan Bulanan Semester Tahunan 3 Tahunan
1 Madrasah Diniyah √
2 Latihan Khitobah √
3 Latihab Hadroh √
4
Diba'an Dan
Maulid √
5 Istighosah √
6
Pengajian Rutinan
Minggu Wage √
7 Manaqib √
8
Ujian Madrasah
Diniyah √
9 Kenaikan Kelas √
10
Kilatan Kitab
Ramadhan √
11 Khotmil Kutub √
12 Khotmil Qur,An √
Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
95
LAMPIRAN 2
PERATURAN PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUL QURAN
TETER SIMO BOYOLALI
No SIE. BIDANG POIN LARANGAN SANKSI
1.
PENDIDIKAN
Kewajiban
Sholat Fardhu
Tidak Mengikuti
Jamaah 3x Sehari
Membersihkan
Tempat Wudhu
dan Kamar
Mandi dan Got
Sholat Malam
Sorogan/Ngaji
al-Quran
Tidak Mengikuti Tergantung
Yang Mengajar
Madrasah
Diniyah
Tidak Mengikuti
Madrasah Diniyah
Tanpa Keterangan
Membersihkan
Sampah dan
Got
2. KEBERSIHAN Ro‟an Harian Tidak Menjalankan
Ro‟an Yang Telah
Ditentukan
Piket 1 Minggu
3. KEAMANAN Keluar Pondok Tanpa Ijin Membersihkan
Kamar Mandi
Masjid
Melampau Batas Membersihkan
Mushola
Perpulangan Tanpa Ijin Gundul dan
Siram Air Got
Melampaui Waktu *Kurang Dari
10 Hari
96
Membantu
Piket Selama 1
Minggu
*Lebih Dari 10
Hari Digundul
dan Sowan
Dalem
Barang Bawaan
Elektronik (HP,
MP3)
Disita Untuk
Kemaslahatan
Pondok
Motor Hanya Untuk
Yang Mendapat
Ijin
Merokok Diarea
Pondok
Gundul dan
Mengunyah
Rokok
Mencuri
*Pertama
Teguran
*Kedua Sanksi
*Pemanggilan
Wali dan
Keluarkan
Hubungan
Lawan Jenis
*Sidang
Didepan Umum
*Gundul
Kerapian
Pakaian (Seragam
Sekolah Tidak
Standar)
Disobek
Rambut Tidak Rapi
(Untuk Yang
Sekolah)
Gundul
PS dan Internet *Denda 5x
97
Lipat
*Piket 1
Minggu
Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
98
LAMPIRAN 3
JADWAL PELAJARAN MADIN NURUL QURAN
TAHUN AJARAN 2016 – 2017
HARI
WAKTU
KELAS
1 A 1 B 2 3 4 5 6
SENIN Sore Ngudi
Susilo
W
Maulid
Dhiba‟
T
B. Arab
C
Mabadi‟
Fiqiyah 3
AA
Safinatun
Najah
X
Sorof
J
-
Malam Maulid
Dhiba‟
T
Fasolata
n
Y
Hadist
V
Tuhfatul
Athfal
P
Mushtolah
Tajwid
Q
Ta‟lim Muta‟alim
F
SELASA Sore - - - Arbain
Nawawi
S
Lubabul
Hadits
P
Fathul
Manan
D
Malam Tahsin
I
Ngudi
Susilo
AB
Mabadi‟
Fiqiyah
Q
Mabadi‟
Fiqiyah 3
AA
Durotun Nasihin
D
RABU Sore Pegon
AC
Kaligrafi
T
Aqidatul
Awam
R
Tuhfatul
Athfal
P
Aqoid
Diniyah 2
AA
Nahwu
AD
Bulugul
Marom
H
Malam Fasholat
an
Y
Tarikh
Z
Nurul
Yaqin 1
AC
Taisirul
Kholaq
G
Amtsilah
Tasrifiyah
M
Tafsir Jalalain
B
KAMIS Sore - - - Nahwu
Jawan
X
Sorof
J
At-Tibyan Fi Ulumil
Quran
T
Malam Maulid Diba‟ dan Khitobah
JUMAT Sore Kaligrafi
T
Pegon
AC
Al-„Arobi
2
V
Pegon
O
Safinatun
Najah
AD
At Tibyan fi Adabi
Hamalatil Quran
E
99
Malam Tarikh
L
Tahsin
I
Ala La
Q
„Aqoid
Diniyah
P
Wasoya
Aba‟ Lil
Abna
G
Tafsir jalalain
B
SABTU Sore - - - Nurul
Yaqin 2
K
Aqoid
Diniyah 2
AA
Amtsilah
Tasrifiyah
AD
Fathul
Manan
D
Malam Syifaul
Jinan
W
Syifaul
Jinan
AB
Syifaul
Jinan
V
Tuhfatul
Athfal
P
Mustholah
Tajwid
Q
At-Tibyan Fi Ulumil
Quran
T
AHAD Malam Al-
„Arobi 1
A
Al-
„Arobi 1
A
Akhlaq
N
Qiro‟ah
Fathul
Qorib
U
-
Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
Kode Asatidz Madin:
A. Ust. Ali K. Ust. Karim U. Ust. Fahmi
B. Ust. Bisri L. Ust. Lahmuddin V. Ust. Agus S
C. Ust. Bahran M. Ust. Muslim W. Ust. Bahruddin
D. Ust. Abdul W N. Ust. Triyanto X. Ustd. Dani
Jablawi
E. Ust. Siroj O. Ust. Badrus Y. Ustd. Wiwik
F. Ust. Fadhil P. Ust. Sahal Z. Ustd.
Mutmainah
G. Ust. M. Rofiq Q. Ust. Asrori AA. Ustd. Ulfa
H. Ust. Huri R. Ust. Rusmanto AB. Ustd. Dina
I. Ust. Ihsan S. Ust. Subhan AC. Ustd. Itha
J. Ust. T. Jablawi T. Ust. Sofyan AD. Ustd. Maya
Keterangan:
1. Untuk kelas 1-3, sebelum memulai pelajaran diwajibkan
menadzomkan kitab syifaul jinan yang dipimpin dan diajarkan oleh
pengajar.
2. Setelah itu mempelajari kitab-kitab sesuai dengan jadwal masing-
masing kelas.
100
LAMPIRAN 4
DAFTAR USTADZ
PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH NURUL QURAN
TETER SIMO BOYOLALI TAHUN 2016/2017
NO ASATIDZ STATUS
LUAR DALAM
1 Ust. Bisri Mustofa √
2 Ust. Muslim √
3 Ust. Tri Jablawi √
4 Ust. Agus Bahran √
5 Ust. Huri √
6 Ust. Siroj √
7 Ust. Fahmi √
8 Ust. Ma Karim √
9 Ust. Ali √
10 Ust. Ihksan √
11 Ust. Triyanto √
12 Ust. Lahmudin √
13 Ust. Rofiq
√
14 Ust. Sahal
√
15 Ust. Sofyan
√
16 Ust. Asrori
√
17 Ust. Agus
√
18 Ust. Subhan
√
19 Ust. Badruddin
√
20 Ust. Badrus
√
21 Ust. Abul W √
22 Ust. Fadhil
√
23 Ust. Rusmanto √
24 Ustz. Dani Jablawi
√
101
Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
25 Ustz. Wiwik
√
26 Ustz. Mutmainah
√
27 Ustd. Ulfa
√
28 Ustz. Dina
√
29 Ustd. Itha
√
30 Ustd. Maya
√
102
LAMPIRAN 5.a
Pedoman Wawancara
I. Untuk pedoman wawancara pengasuh Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali.
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Tempat :
B. Sasaran Wawancara
1. Pelaksanaan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran.
2. Penerapan metode pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran.
3. Pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran.
C. Butir-Butir Pertanyaan
1. Bagaimana sistem pendidikan yang digunakan di Pondok
Pesantren Nurul Quran?
2. Apa tujuan pendidikan di Pondok Pesantren nurul Quran?
3. Apa harapan dan cita-cita pengasuh pada santri yang masih belajar
di Pondok Pesantren Nurul Quran?
4. Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di Pondok Pesantren
Nurul Quran?
103
5. Bagaimana pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di
Pondok Pesantren Nurul Quran?
104
LAMPIRAN 5.b
Pedoman Wawancara
II. Untuk pedoman wawancara pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali.
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Tempat :
B. Sasaran Wawancara
1. Pelaksanaan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran.
2. Penerapan metode pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran.
3. Pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran.
C. Butir-Butir Pertanyaan
1. Bagaimana sistem pendidikan yang digunakan di Pondok
Pesantren Nurul Quran?
2. Apa tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
3. Apa harapan dan cita-cita pengurus pada santri yang masih belajar
di Pondok Pesantren Nurul Quran?
4. Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di Pondok Pesantren
Nurul Quran?
105
6. Bagaimana pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di
Pondok Pesantren Nurul Quran?
106
LAMPIRAN 5.c
Pedoman Wawancara
III. Untuk pedoman wawancara santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter
Simo Boyolali.
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Tempat :
B. Sistem Wawancara
1. Pelaksanaan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran.
2. Penerapan metode pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran.
3. Pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok
Pesantren Nurul Quran.
C. Butir-Butir Pertanyaan
1. Apa tujuan santri menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul
Quran?
2. Apakah harapan santri setelah lulus pendidikan di Pondok
Pesantren Nurul Quran?
3. Apa sajakah kegiatan pendidikan yang ada di Pondok Pesantren
Nurul Quran?
107
4. Bagaimana persiapan yang dilakukan santri sebelum melaksanakan
kegiatan Hamalatil Quran?
5. Apakah santri senang dengan kegiatan Hamalatil Quran di Pondok
Pesantren Nurul Quran?
108
LAMPIRAN 6.a
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : KH. Subur Aditama, S.Pd.I
Tanggal : 01 Agustus 2016
Jam : 18.30
Tempat : PP. Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Peneliti : Assalamualaikum , abah perkenalkan nama saya
Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin
bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul
Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul
Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri
di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber : Waalaikumsalam, iya dek, data apa saja yang
kamu butuhkan untuk penelitian ini?
Peneliti : Iya abah, untuk sistemnya, pondok pesantren ini
menerapkan sistem pendidikan apa bah?
Narasumber : Sini menggunakan sistem salaf dek. Sistem
pendidikan yang biasa juga diterapkan oleh pondok-
pondok pesantren yang lama. Sistem yang kami
gunakan seperti sorogan, bandongan, dan semaan
itu masih kami lestarikan dan untuk menghormati
guru-guru kami dengan harapan mendapat
kemudahan dan barokah para kyai.
Peneliti : Tujuan santri-santri mondok di sini apa abah?
Narasumber : Tujuan yang paling penting adalah agar anak
mempunyai akhlaq yang baik, serta bisa membaca
al-Quran dengan baik.
Peneliti : Harapan dan cita-cita abah untuk santri yang masih
menuntut ilmu di pondok pesantren ini apa bah?
109
Narasumber : Untuk yang masih menuntut ilmu di sini
diharapkan untuk selalu istiqomah, rajin, dan sabar
agar supaya nanti ketika sudah terjun di masyarakat
bisa berbagi ilmu kepada sesama.
Peneliti : Metode apa saja yang diterapkan di pondok ini
bah?
Narasumber : Kami menerapkan metode sorogan, bandongan
dan hafalan dek.
Penelti : Mengapa metode sorogan, bandongan dan hafalan
ya bah?
Narasumber : Saat abah dan ibu mondok dulu, para guru kami
menggunakan metode-metode ini untuk mengajar
anak-anak, jadi kami lestarikan, dan ke-tiga metode
ini memang harus ada dalam pondok pesantren yang
berbasis al-Quran.
Peneliti : Bagaimana proses penerapan metode-metode
tersebut pada santri di pondok pesantren ini abah?
Narasumber : Begini, kalau untuk sorogan dan hafalan, santri
dibagi menjadi beberapa kelompok dan diampu oleh
pengajar yang memang sudah mempunyai
kompetensi baik dalam bidang al-Quran ini. Para
santri menyetorkan bacaan al-Qurannya setiap ba‟da
Maghrib dan Subuh dan wajib atas santri untuk bisa
menghafal juz „amma dan surat-surat pilihan,
sedangkan bagi yang menghafal al-Quran harus
disetorkan kepada Ibu Nyai. Kalau untuk
bandongan biasanya kami laksanakan di kelas
madrasah dan kegiatan-kegiatan tertentu seperti
kajian Ramadhan.
Peneliti : Biasanya apa kegiatan santri yang mendukung
metode-metode tersebut abah?
110
Narasumber : Tidak banyak dek, akan tetapi setiap hari kami
menghimbau kepada para santri untuk selalu deres
al-Quran baik yang menghafal ataupun yang tidak.
Dan anak-anak diajarkan dzikir-dzikir yang
dilakukan secara bersama-sama guna
mempermudah hajat anak-anak, seperti asmaul
husna setiap setelah shalat berjamaah dan lain-lain.
Peneliti : Abah sekiranya sudah cukup, terimakasih atas
informasinya, assalamualaikum abah.
Narasumber : Waalaikum salam dek.
111
LAMPIRAN 6.b
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Ustadz Darmaji, M.Pd.I
Tanggal : 01 Agustus 2016
Jam : 15.30
Tempat : PP. Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Peneliti : Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya
Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin
bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul
Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul
Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri
di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber : Waalaikumsalam, iya mas silahkan apa yang bisa
saya bantu dan apa yang ingin ditanyakan?
Peneliti : Sistem pendidikan apa yang diterapkan di pondok
ini ya pak?
Narasumber : Sistem Pondok Pesantren Nurul Quran ini
menggunakan sistem pendidikan salaf dan kholaf.
Dikatakan salaf karena model sorogan, bandongan
dan kegiatan-kegiatan seperti dzikir bersama,
mujahadah, istigosah, manakib dan amaliyah-
amaliyah warisan para wali masih kental di pondok
ini. Dan dikatakan kholaf karena di pondok ini juga
mempunyai sekolah formal, yaitu RA, SDIT dan
Madrasah Tsanawiyah, akan teteapi kami lebih
mengedepankan pendidikan dengan sistem salaf.
Peneliti : Apa tujuan dari Pondok Pesantren Nurul Quran itu
sendiri pak?
112
Narasumber : Tujuannya ya mengakrapkan anak-anak dengan al-
Quran, karena kita tahu di zaman modern seperti ini
kalau anak tidak dan jarang berinteraksi dengan al-
Quran, biasanya mudah terpengaruh dengan
pergaulan bebas.
Peneliti : Apa harapan mbak sebagai pengurus terhadap
santri-santri yang ada di pondok sini pak?
Narasumber : Harapannya yang terpenting anak-anak berakhlaq
yang baik, menjadi anak-anak yang bermanfaat, bisa
menjaga shalat dan deres Qurannya mas.
Peneliti : Metode apa yang digunakan di pondok pesantren
ini pak?
Narasumber : Metodenya kami memakai sorogan, bandongan
dan hafalan mas. Dan metode-metode tersebut
sangat menunjang pengetahuan anak tentang al-
Quran.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di Pondok
Pesantren Nurul Quran pak?
Narasumber : Pelaksanaan pemebalajaran di pondok ini
dilaksanakan setiap setelah asar, maghrib, isya‟ dan
shubuh mas. Untuk madrasah diniyah dilaksanakan
setiap sore dan malam, yaitu jam 16.00 – 17.00 dan
malamnya jam 20.00 – 21.15. untuk madrasah
diniyah dibagi menjadi enam kelas dan jadwal
pembelajaran masing-masing. Untuk sorogan juga
dibagi menjadi enam kelompok dengan kelas sesuai
kemampuan santri.
Peneliti : Bagaimana sikap santri ketika proses pembelajaran
pak?
Narasumber : Kalau madrasah sore dan malam, biasanya anak-
anak sudah menghafal nadzoman-nadzoman di
113
kamar masing-masing, karena sebelum memulai
pembelajaran diwajibkan untuk mengumandangkan
syair-sayir, seperti syair dalam kitab Syifaul Jinan
itu. Jika waktu masih memungkinkan, maka akan
dilanjutkan dengan kajian kita sesuai jadwal kelas
masing-masing.
Peneliti : Saya kira cukup pak, terimakasih atas
informasinya, wassalamualikum.
Narasumber : Terimakasih kembali mas, waalaikumsalam.
114
LAMPIRAN 6.c
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Ustadz Sahal Masykur
Tanggal : 24 Juli 2016
Jam : 20.00
Tempat : Masjid al-Mannan Pondok Pesantren Nurul Quran
Teter Simo Boyolali
Peneliti : Assalamualaikum mas, perkenalkan nama saya
Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin
bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul
Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul
Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri
di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber : Waalaikumsalam mas. Apa yang mas mau
tanyakan dan bisa saya bantu?
Peneliti : Sistem pendidikan apa yang diterapkan di pondok
ini mas?
Narasumber : Sistemnya memakai sistem salaf mas, akan tetapi
juga tidak meninggalkan sistem yang baru atau
kholaf. Ya tradisi yang ada di pondok ini masih
sangat tradisional, mulai dari kegiatan keseharian di
pondok dan dalam proses pembelajaran di pondok.
Sedangkan sistem kholaf diterapkan di sekolah
formal kami.
Peneliti : Tujuan Pondok Pesantren Nurul Quran apa mas?
Narasumber : Tujuannya untuk menjadikan santri-santri ini
menjadi generasi yang Islami dan Qurani mas. Yang
mondok disini tidak harus menghafal mas, akan
tetapi lebih diutamakan bacaan al-Qurannya. Dan
115
yang paling penting lagi setelah lulus dari pondok,
bisa bermanfaat untuk orang lain.
Peneliti : Sebagai pengurus, apa harapan mas terhadap para
santri?
Narasumber : Harapannya ya semoga anak-anak tetep
bersemangat dalam belajar, tidak mudah
terpengaruh dengan pergaulan di luar sana, dan
tentu selalu istiqomah dalam deres Quran.
Peneliti : Apa metode dan bagaimana pelaksanaan
pembelajaran yang diterapkan di pondok ini mas?
Narasumber : Kita menerapkan sorogan, bandongan dan hafalan
mas. Untuk sorogan ada dua, yaitu bin nadzar dan
bil ghoib, untuk bandongan sesuai jadwal kelas
masing-masing, dan untuk hafalan wajib yaitu juz
amma dan surat-surat pilihan yang distorkan kepada
pengajar/pengampu kelompok masing-masing.
Untuk hafalan al-Quran 30 juz, distorkan kepada
Ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah.
Peneliti : Sudah cukup mas, terimakasih atas informasinya,
wassalamualikum.
Narasumber : Terimakasih kembali mas, waalaikumsalam.
116
LAMPIRAN 6.d
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Mulyadi
Tanggal : 01 Agustus 2016
Jam : 20.30
Tempat : Kamar Santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter
Simo Boyolali
Peneliti : Assalamualaikum mas, perkenalkan nama saya
Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin
bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul
Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul
Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri
di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber : Waalaikumsalam mas, iya mas, apa yang ingin
ditanyakan?
Peneliti : Apa tujuan mas menuntut ilmu dan ikut ngaji di
Pondok Pesantren Nurul Quran ini?
Narasumber : Tujuan saya belajar untuk belajar agama mas, dan
tentunya bisa membaca al-Quran dengan baik sesuai
kaidah ilmu tajwid mas.
Peneliti : Apa harapan mas setelah belajar dari sini?
Narasumber : Dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan keluarga
besar saya mas, lebih-lebih untuk masyarakat saya
nanti.
Peneliti : Apa kegiatan yang ada di pondok pesantren ini
dek?
Narasumber : Ada banyak mas, ada sorogan al-Quran, madrasah
diniyah sore dan malam, dan hafalan Quran mas.
Selain kegiatan pendidikan, ada kegiatan wajib
117
harian lainnya mas, seperti sholat berjamaah, dzikir-
dzikir dan sholawat bersama, dan deres Quran. Ada
juga roan atau kerja bakti membersihkan
lingkungan setiap minggu pagi mas.
Peneliti : Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum
kegiatan Hamalatil Quran?
Narasumber : Sebelum sorogan, biasanya di Masjid atau di
kamar masing-masing kami deres dan
mempersiapkan terlebih dahulu serta meneliti ilmu
tajwid yang sudah diajarkan. Untuk hafalan
tentunya kami persiapkan terlebih dahulu
mengulang-ulang. Dan untuk pembelajaran
madrosah, biasanya kami mempersiapkan
nadzoman tentang pelajaran yang sudah diajarkan
pertemuan yang lalu.
Peneliti : Apakah anda senang belajar tentang al-Quran?
Narasumber : Senang sekali mas, karena para pengajar dan
pengasuh sangat jelas dalam menerangkan.
Peneliti : Apa yang anda dapatkan setelah mempelajari
ilmu-ilmu al-Quran?
Narasumber : Dengan mengikuti kegiatan Hamalatil Quran ini,
saya mendapatkan ilmu pengetahuan yang sangat
banyak mengenai al-Quran, mulai dari cara
membaca yang benar, pengetahuan tentang ulumul
Quran, dan hafalan al-Quran. Makanya setelah itu
biasanya lebih semangat lagi untuk deres Quran
lagi.
Peneliti : Oh begitu ya mas, kalau begitu sekian dulu mas,
terimakasih atas informasinya mas,
wassalamualikum.
Narasumber : Terimakasih kembali mas, waalaikumsalam.
118
DOKUMENTASI
Foto Depan Pondok Pesantren Nurul Quran
Gerbang Masuk Pondok Pesantren Nurul Quran
119
Rumah Abah KH. Subur Aditama, S.Pd.I
Masjid Al-Mannan Pondok Pesantren Nurul Quran
120
Tempat Madrasah Diniyyah Nurul Quran
Tempat Jemuran Santri Putra Nurul Quran
121
Kamar Santri Putra Pondok Pesantren Nurul Quran
Kegiatan Deres Quran di kamar Santri
122
Gedung MTs Nurul Quran
Gedung SDIT Nurul Quran
123
Masjid SDIT dan Paud Nurul Quran
Kegiatan Pembelajaran Santri Mts Nurul Quran
124
Kegiatan Pembelajaran Madrasah Diniyyah Sore Pondok Pesantren Nurul Quran
Kegiatan Piket Harian Santri
125
Kegiatan Pembelajaran Madrasah Diniyyah Malam Pondok Pesantren Nurul
Quran
Kegiatan Sorogan/Hafalan Setelah Shubuh
126
Wawancara Bersama Ustadz Sahal Al-Hafidz
Wawancara Bersama Abah KH. Subur Aditama,S.Pd.I
127
Wawancara Bersama Santri PP. Nurul Quran
Kegiatan Santri di Dapur Pondok
128
Wawancara Bersama Ustadz Darmaji, M.Pd.I
129
130