pada pengembangan sensor getaran berbasis mems ...repository.ub.ac.id/5172/1/purwantho, ahmad bayyin...

133
vii ABSTRAK Pada pengembangan sensor getaran berbasis MEMS Accelerometer terdapat beberapa permasalahan, salah satunya adalah permasalahan noise. Pada penelitian ini telah dikembangkan teknik reduksi noise pada sensor MEMS Acceleromoter MMA7361L dengan cara mengimplementasikan prinsip pengurangan LSB. Pengurangan LSB sendiri merupakan metode pengolahan data ADC dengan cara mengurangi nilai ADC di bagian bit rendahnya. Pengurangan LSB dilakukan sebesar 16 level LSB, 64 level LSB, dan 32 level LSB pada sensor MEMS Accelerometer yang dikuatakn 10 kali, 100 kali, dan 1000 kali. Dalam implementasinya, metode penguatan sensor dibuat dengan dua cara, pertama dikuatkan 10 kali kemudian diabaca oleh ADC dan konversi ke bentuk analog lagi dengan DAC dan dikuatkan lagi sebesar 10 kali atau 100 kali. Sehingga total penguatanya adalah 100 kali atau 1000 kali. Cara kedua, sensor langsung dikuatkan 100 kali atau 1000. Hasil pengujian menunjukan bahwa teknik reduksi noise dengan metode yang ditawarkan terbukti mampu mereduksi noise dengan sangat signifikan pada sinyal getaran. Untuk penguatan 100 kali, hasil yang paling baik adalah kombinasi pengurangan LSB 32 level dengan penguatan langsung dari MEMS tanpa menggunakan penguatan setelah DAC. Untuk penguatan 1000 kali hasil yang paling baik adalah kombinasi pengurangan LSB 64 level menggunakan konfigurasi penguatan awal 100 kali, dan penguatan 10 kali setelah DAC. Berdasarkan data yang ada, teknik reduksi noise ini memiliki sedikit kekurangan yaitu timbulnya cacat penyeberangan, sehingga perlu untuk dipikirkan cara perbaikanya. Kata kunci: Reduksi noise, LSB, MEMS Accelerometer, ADC,DAC

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • vii

    ABSTRAK

    Pada pengembangan sensor getaran berbasis MEMS

    Accelerometer terdapat beberapa permasalahan, salah satunya adalah

    permasalahan noise. Pada penelitian ini telah dikembangkan teknik

    reduksi noise pada sensor MEMS Acceleromoter MMA7361L dengan

    cara mengimplementasikan prinsip pengurangan LSB. Pengurangan

    LSB sendiri merupakan metode pengolahan data ADC dengan cara

    mengurangi nilai ADC di bagian bit rendahnya. Pengurangan LSB

    dilakukan sebesar 16 level LSB, 64 level LSB, dan 32 level LSB pada

    sensor MEMS Accelerometer yang dikuatakn 10 kali, 100 kali, dan

    1000 kali. Dalam implementasinya, metode penguatan sensor dibuat

    dengan dua cara, pertama dikuatkan 10 kali kemudian diabaca oleh

    ADC dan konversi ke bentuk analog lagi dengan DAC dan dikuatkan

    lagi sebesar 10 kali atau 100 kali. Sehingga total penguatanya adalah

    100 kali atau 1000 kali. Cara kedua, sensor langsung dikuatkan 100

    kali atau 1000. Hasil pengujian menunjukan bahwa teknik reduksi

    noise dengan metode yang ditawarkan terbukti mampu mereduksi

    noise dengan sangat signifikan pada sinyal getaran. Untuk penguatan

    100 kali, hasil yang paling baik adalah kombinasi pengurangan LSB

    32 level dengan penguatan langsung dari MEMS tanpa menggunakan

    penguatan setelah DAC. Untuk penguatan 1000 kali hasil yang paling

    baik adalah kombinasi pengurangan LSB 64 level menggunakan

    konfigurasi penguatan awal 100 kali, dan penguatan 10 kali setelah

    DAC. Berdasarkan data yang ada, teknik reduksi noise ini memiliki

    sedikit kekurangan yaitu timbulnya cacat penyeberangan, sehingga

    perlu untuk dipikirkan cara perbaikanya.

    Kata kunci: Reduksi noise, LSB, MEMS Accelerometer,

    ADC,DAC

  • viii

  • ix

    NOISE REDUCTION TECHNIQUE ON THE MEMS

    ACCELEROMETER SENSOR MMA7361L BY USING

    PRINCIPLES OF LSB LEVELS EXCISION

    ABSTRACT

    In the development of vibration sensor based on MEMS Accelerometer there are some problems, one of them is noise problem.

    In this research has been developed noise reduction techniques on

    MEMS Acceleromer MMA7361L sensor by implementing LSB

    excision principle. LSB excision itself is an ADC data processing

    method by reducing the ADC value in the low bit part. LSB reductions

    were performed at 16 LSB levels, 32 LSB levels, and 64 LSB levels

    on the MEMS Accelerometer sensor that were gained by 10 times, 100

    times and 1000 times. In the implementation, the sensor amplification

    method is made in two ways, first amplified 10 times then red by ADC

    and conversion to analog form again with DAC and amplified 10 times

    or 100 times. So the total of amplification is 100 times or 1000 times.

    The second way, sensor amplified 100 times or 1000 times directly.

    Result of the test show that offered method of noise reduction

    techniques proved capable to reduce noise with a very significant on

    the vibration signal. For 100 times reinforcement, the best result is a

    32 level LSB excision combination with direct amplification of

    MEMS without using amplification after DAC. For a gain of 1000

    times the best result is a 64-level LSB reduction combination using

    the initial gain configuration 100 times, and a gain of 10 times after

    the DAC. Based on the existing data, this noise reduction technique

    has a slight deficiency that is defect of crossover distortion, so it is

    necessary to think about how to fix it.

    Keywords: noise reduction, LSB, MEMS Accelerometer,

    ADC,DAC

  • x

  • TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    SKRIPSI

    Oleh

    AMRY PRISWANTO

    135090807111001

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • i

    TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    SKRIPSI

    Oleh

    AMRY PRISWANTO

    135090807111001

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • ii

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................... Error! Bookmark not defined.

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Error! Bookmark not defined.

    LEMBAR PERNYATAAN................ Error! Bookmark not defined.

    ABSTRAK .......................................... Error! Bookmark not defined.

    ABSTRACT ......................................... Error! Bookmark not defined.

    KATA PENGANTAR ........................ Error! Bookmark not defined.

    PENGHARGAAN .............................. Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR ISI .................................................................................... 1

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................... 5

    DAFTAR TABEL ............................................................................ 9

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. 11

    BAB I PENDAHULUAN ................... Error! Bookmark not defined.

    1.1 Latar Belakang ....................... Error! Bookmark not defined.

    1.2 Rumusan Masalah .................. Error! Bookmark not defined.

    1.3 Batasan Masalah ..................... Error! Bookmark not defined.

    1.4 Tujuan Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.

    1.5 Manfaat Penelitian .................. Error! Bookmark not defined.

    _Toc489213175BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. Error! Bookmark

    not defined.

    2.1 Sensor Getaran ....................... Error! Bookmark not defined.

    2.2 Micro Electro-Mechanical System (MEMS) Error! Bookmark not defined.

    2.3 MEMS Accelerometer MMA7361L ..... Error! Bookmark not defined.

    2.4 Operational Amplifier ............ Error! Bookmark not defined.

    2.5 Penguat Instrumentasi ............ Error! Bookmark not defined.

    2.6 Buffer Amplifier ...................... Error! Bookmark not defined.

    2.7 Band Pass Filter ..................... Error! Bookmark not defined.

  • 2

    2.8 Analog to Digital Converter (ADC) ..... Error! Bookmark not defined.

    2.9 Least Significant Bit (LSB) ..... Error! Bookmark not defined.

    2.10 Noise ..................................... Error! Bookmark not defined.

    2.11 Mikrokontroler PIC16F873A Error! Bookmark not defined.

    2.12 Digital to Analog Converter (DAC) ... Error! Bookmark not

    defined.

    2.13 Delphi ................................... Error! Bookmark not defined.

    BAB III METODE PENELITIAN .... Error! Bookmark not defined.

    3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......... Error! Bookmark not defined.

    3.2. Metode Pengurangan LSB ..... Error! Bookmark not defined.

    3.2.1 Desain Sistem Keseluruhan ........... Error! Bookmark not

    defined.

    3.2.2 Desain Sistem Hardware . Error! Bookmark not defined.

    3.2.3 Desain dan Pembuatan Software .... Error! Bookmark not

    defined.

    3.2.4 Pengujian Alat ................. Error! Bookmark not defined.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......... Error! Bookmark not

    defined.

    4.1 Hasil Desain Hardware dan Software ... Error! Bookmark not

    defined.

    4.1.1 Pengondisi Sinyal ............ Error! Bookmark not defined.

    4.1.2 Pemroses Sinyal............... Error! Bookmark not defined.

    4.1.3 Software Penampil Data .. Error! Bookmark not defined.

    4.2 Hasil Pengujian Alat ............... Error! Bookmark not defined.

    4.2.1 Pengujian Respon Filter ... Error! Bookmark not defined.

    4.2.2 Hasil Pengujian Rangkaian Penguat Instrumentasi .. Error!

    Bookmark not defined.

  • 3

    4.2.3 Hasil Pengujian Program Mikrokontroler dan Software

    Akuisisi Data ............................ Error! Bookmark not defined.

    4.2.4 Hasil Pengujian Sistem Secara Keseluruhan ............ Error!

    Bookmark not defined.

    4.3 Analisa Hasil .......................... Error! Bookmark not defined.

    BAB V PENUTUP .............................. Error! Bookmark not defined.

    5.1 Kesimpulan ............................ Error! Bookmark not defined.

    5.2 Saran ...................................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA ......................... Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 1 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 2 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 3 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 4 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 5 .............................. Error! Bookmark not defined.

  • 4

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 5

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Sensor getaran HS-420Error! Bookmark not defined. Gambar 2.2. Sensor Geophone. ...... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.3. Seismometer ............... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.4. Modul Sensor MMA 7361L. .... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 2.5. Simbol OP-AM .......... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.6. Equivalent Penguat Instrumentasi. .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.7. Rangkain Penguat Instrumentasi ..... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.8. Konfigurasi Rangkaian Buffer Amplifier ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 2.9. Spektrum frekuensi Band Pass filter Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.10. Proses konversi pada ADC ..... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 2.11. Konversi dari biner ke decimal. ..... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.12. Gelombang Sinus Asli (a), Gelombang Sinus Karena

    Pengaruh Noise (b) ........................... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.13. Susunan Mikrokontroller (Sholihul, 2008). ...... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 2.14. Mikrokontroller PIC 16F87X DIP. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.15. Komponen Comport di Delphi. ..... Error! Bookmark

    not defined.

    Gambar 3.1. Contoh Sinyal Ideal MEMS Ketika Diam .......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.2. Contoh Sinyal Real MEMS Ketika Diam ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.3. Bagian Sinyal yang Akan dikurangi level LSB .. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.4. Hasil Pengurangan Level LSB . Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.5. Bagian sinyal yang akan ditambahakn level LSB

    ......................................................... Error! Bookmark not defined.

  • 6

    Gambar 3.6. Hasil Penambahan Level LSB .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.7. Hasil Pengurangan dan Penambahan Level LSB Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.8. Diagram Alir Tahapan Penelitian .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3.9. Desain Sistem Keseluruhan ...... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.10. Diagram Blok Pengondisi Sinyal 1 Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3.11. Desain Pengondisi Sinyal Untuk Sensor MMA 7361L

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.12. Diagram Blok Pengondisi Sinyal 2 Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3.13. Desain Pengondisi Sinyal 2 .... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.14. Desain Pemroses Sinyal ......... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.15. Flowchart Program Mikrokontroller ................ Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.16. Flowchart Program Pengurangan LSB bagian 1

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.17. Flowchart Program Pengurangan LSB bagian 2

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.18. Flowchart Program Akuisis Data .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.1. Foto Hasil Desain Hardaware ... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.2. Foto Rangkaian Pengondisi Sinyal 1 .................. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.3. Foto Rangkaian Pengondisi Sinyal 2 .................. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.4. Foto Bagian Pemroses Sinyal ... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.5. Software Akuisisi Data ............. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.6. Plot respon frekuensi Band Pass filter di bagian

    freuensi rendah ................................. Error! Bookmark not defined.

  • 7

    Gambar 4.7. Sinyal keluaran pada osiloskop setelah melewati

    pengondisi sinyal dengan frekuensi cut-off 0.1Hz . Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.8. sinyal keluaran pada osiloskop setelah melewati

    pengondisi sinyal dengan cut-off frekuensi 23 Hz . Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.9. Plot respon frekuensi Band Pass filter di bagian

    frekuensi tinggi ................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4.10. Foto penguatan 1 kali pada osciloskop ............. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.11. Foto penguatan 10 kali pada osciloskop ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.12. Foto penguatan 100 kali pada osciloskop ......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.13. Foto penguatan 100 kali pada osciloskop ......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.14. Respon Mikrokontroller Ketika diKirim Karakter

    Sinkron yaitu Karakter S .................. Error! Bookmark not defined. Gambar 4.15. Hasil pengujian pembacaan ADC .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.16. Setting Komunikasi Dengan Mikrokontroller ... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.17. PC Setelah dihubungkan dengan Mikrokontroler

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.18. Hasil pengujian akuisisi data .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.19. Konfigurasi sistem DAQ ........ Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.20. Hasil Pengujian Sistem ........... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.21. Sebelum dilakukan pengurangan level LSB, (a)

    penguatan 1 kali, (b) penguatan 10 kali, (c) penguatan 100 kali, (d)

    penguatan 1000 kali. ........................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4.22. Penguatan 100 kali setelah dilakukan pengurangan

    level LSB , (a) 16 LSB, (b) 32 LSB, (c) 64 LSB. .. Error! Bookmark

    not defined.

  • 8

    Gambar 4.23. Penguatan 1000 kali setelah dilakukan pengurangan

    level LSB , (a) 16 LSB, (b) 32 LSB, (c) 64 LSB. .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.24. (a) Penguatan 1 kali, (b) Penguatan 10 kali, (c)

    Penguatan 100 kali, (d) penguatan 1000 kali .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.25. Penguatan 100 kali, (a) Pengurangan 16 LSB, (b)

    Pengurangan 32 LSB, (c) Pengurangan 64 LSB .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.26. Penguatan 1000 kali, (a) Pengurangan 16 LSB, (b)

    Pengurangan 32 LSB, (c) Pengurangan 64 LSB .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.27. Penguatan 1000 kali, (a) Pengurangan 16 LSB, (b)

    Pengurangan 32 LSB, (c) Pengurangan 64 LSB .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.28. Penguatan 100 kali tanpa pengurangan LSB .... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.29. Penguatan 100 kali denagn pengurangan level 32

    LSB .................................................. Error! Bookmark not defined. Gambar 4.30. Cacat persilangan akibat pemotongan sinyal .... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.31. Bagian sinyal yang terpotong . Error! Bookmark not

    defined.

  • 9

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 10

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1. Hasil Pengujian Pengurangan LSB Error! Bookmark not

    defined. Tabel 4.2. Hasil Pengujian Pengurangan LSB Error! Bookmark not

    defined.

  • 11

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 12

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 2 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 3 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 4 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 5 .............................. Error! Bookmark not defined.

  • 13

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

    laporan Tugas Akhir (TA) serta sholawat serta salam penulis haturkan

    kepada nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan.

    Laporan Tugas Akhir penulis susun guna untuk memberikan

    informasi mengenai penelitian yang akan dilaksanakan dengan judul

    “Teknik Reduksi Noise Pada Sensor MEMS Accelerometer

    MMA7361L Menggunakan Prinsip Pengurangan level LSB”.

    Selama menyelesaikan laporan Tugas Akhir, penulis telah banyak

    mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenannya pada

    kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa syukur kepada Allah

    SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta

    memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penelitian ini dengan tepat waktu dan ucapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Ibu serta semua keluarga yang telah memberikan

    semangat dan doanya selama ini.

    2. Bapak Prof.Dr. Muhammad Nurhuda, Rer.Nat selaku Ketua

    Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan IPA Universitas

    Brawijaya Malang

    3. Bapak Dr.Eng. Didik Rahadi Santoso, M.Si selaku Dosen

    Pembimbing pertama

    4. Bapak Sukir Maryanto, S.Si.,M.Si.,Ph.D selaku Dosen

    Pembimbing kedua

    5. Teman spesial Bella Pitaloka

    6. Mbak Amalia Cemara S.Si , Siti Aminah, Titah Ika Nurjanah,

    Ryan Nalendra, dan Irwan Syah Erlangga selaku bimbingan

    Pak Didik serta teman-teman Fisika Angkatan 2013 atas

    dukungan yang telah diberikan.

    7. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

  • xii

    Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Tugas Akhir ini

    banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat

    berterimakasih atas segala masukan, kritik dan saran yang

    membangun dari pembaca agar laporan Tugas Akhir ini nantinya

    menjadi lebih baik. Demikian laporan Tugas Akhir penulis buat,

    semoga laporanl Tugas Akhir ini dapat memberikan Gambaran atas

    maksud dan tujuan penulis khususnya, dan bagi pembaca sekalian.

    Malang, 10 Agustus 2017

    Penulis,

    Amry Priswanto

    NIM. 135090807111001

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    Oleh:

    Amry Priswanto

    135090807111001

    Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji

    Pada tanggal……………………

    Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains dalam bidang fisika

    Pembimbing I

    Dr.Eng. Didik Rahadi Santoso,M.Si

    NIP. 19690610 199402 1 001

    Pembimbing II

    Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D.

    NIP.197106211998021001

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Brawijaya

    Prof. Dr. Rer.Nat. Muhammad Nurhuda

    NIP. 196409101990021001

  • ii

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Amry Priswanto

    NIM : 135090807111001

    Jurusan : FISIKA

    Penulisan Skripsi berjudul:

    TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    Dengan ini menyatakan bahwa:

    1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri dan

    tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang

    termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka dan Tugas Akhir ini.

    2. Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis terbukti

    hasil jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung resiko yang

    akan saya terima.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

    Malang, 10 Agustus 2017

    Yang menyatakan

    (AMRY PRISWANTO)

    NIM. 135090807111001

  • vi

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    Oleh:

    Amry Priswanto

    135090807111001

    Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji

    Pada tanggal……………………

    Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains dalam bidang fisika

    Pembimbing I

    Dr.Eng. Didik Rahadi Santoso,M.Si

    NIP. 19690610 199402 1 001

    Pembimbing II

    Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D.

    NIP.197106211998021001

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Brawijaya

    Prof. Dr. Rer.Nat. Muhammad Nurhuda

    NIP. 196409101990021001

  • iv

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Amry Priswanto

    NIM : 135090807111001

    Jurusan : FISIKA

    Penulisan Skripsi berjudul:

    TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    Dengan ini menyatakan bahwa:

    1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri dan

    tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang

    termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka dan Tugas Akhir ini.

    2. Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis terbukti

    hasil jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung resiko yang

    akan saya terima.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

    Malang, 10 Agustus 2017

    Yang menyatakan

    (AMRY PRISWANTO)

    NIM. 135090807111001

  • vi

  • vii

    TEKNIK REDUKSI NOISE PADA SENSOR MEMS

    ACCELEROMETER MMA7361L MENGGUNAKAN PRINSIP

    PENGURANGAN LEVEL LSB

    ABSTRAK

    Pada pengembangan sensor getaran berbasis MEMS

    Accelerometer terdapat beberapa permasalahan, salah satunya adalah

    permasalahan noise. Pada penelitian ini telah dikembangkan teknik

    reduksi noise pada sensor MEMS Acceleromoter MMA7361L dengan

    cara mengimplementasikan prinsip pengurangan LSB. Pengurangan

    LSB sendiri merupakan metode pengolahan data ADC dengan cara

    mengurangi nilai ADC di bagian bit rendahnya. Pengurangan LSB

    dilakukan sebesar 16 level LSB, 64 level LSB, dan 32 level LSB pada

    sensor MEMS Accelerometer yang dikuatakn 10 kali, 100 kali, dan

    1000 kali. Dalam implementasinya, metode penguatan sensor dibuat

    dengan dua cara, pertama dikuatkan 10 kali kemudian diabaca oleh

    ADC dan konversi ke bentuk analog lagi dengan DAC dan dikuatkan

    lagi sebesar 10 kali atau 100 kali. Sehingga total penguatanya adalah

    100 kali atau 1000 kali. Cara kedua, sensor langsung dikuatkan 100

    kali atau 1000. Hasil pengujian menunjukan bahwa teknik reduksi

    noise dengan metode yang ditawarkan terbukti mampu mereduksi

    noise dengan sangat signifikan pada sinyal getaran. Untuk penguatan

    100 kali, hasil yang paling baik adalah kombinasi pengurangan LSB

    32 level dengan penguatan langsung dari MEMS tanpa menggunakan

    penguatan setelah DAC. Untuk penguatan 1000 kali hasil yang paling

    baik adalah kombinasi pengurangan LSB 64 level menggunakan

    konfigurasi penguatan awal 100 kali, dan penguatan 10 kali setelah

    DAC. Berdasarkan data yang ada, teknik reduksi noise ini memiliki

    sedikit kekurangan yaitu timbulnya cacat penyeberangan, sehingga

    perlu untuk dipikirkan cara perbaikanya.

    Kata kunci: Reduksi noise, LSB, MEMS Accelerometer,

    ADC,DAC

  • viii

  • ix

    NOISE REDUCTION TECHNIQUE ON THE MEMS

    ACCELEROMETER SENSOR MMA7361L BY USING

    PRINCIPLES OF LSB LEVELS EXCISION

    ABSTRACT

    In the development of vibration sensor based on MEMS Accelerometer there are some problems, one of them is noise problem.

    In this research has been developed noise reduction techniques on

    MEMS Acceleromer MMA7361L sensor by implementing LSB

    excision principle. LSB excision itself is an ADC data processing

    method by reducing the ADC value in the low bit part. LSB reductions

    were performed at 16 LSB levels, 32 LSB levels, and 64 LSB levels

    on the MEMS Accelerometer sensor that were gained by 10 times, 100

    times and 1000 times. In the implementation, the sensor amplification

    method is made in two ways, first amplified 10 times then red by ADC

    and conversion to analog form again with DAC and amplified 10 times

    or 100 times. So the total of amplification is 100 times or 1000 times.

    The second way, sensor amplified 100 times or 1000 times directly.

    Result of the test show that offered method of noise reduction

    techniques proved capable to reduce noise with a very significant on

    the vibration signal. For 100 times reinforcement, the best result is a

    32 level LSB excision combination with direct amplification of

    MEMS without using amplification after DAC. For a gain of 1000

    times the best result is a 64-level LSB reduction combination using

    the initial gain configuration 100 times, and a gain of 10 times after

    the DAC. Based on the existing data, this noise reduction technique

    has a slight deficiency that is defect of crossover distortion, so it is

    necessary to think about how to fix it.

    Keywords: noise reduction, LSB, MEMS Accelerometer,

    ADC,DAC

  • x

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

    laporan Tugas Akhir (TA) serta sholawat serta salam penulis haturkan

    kepada nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan.

    Laporan Tugas Akhir penulis susun guna untuk memberikan

    informasi mengenai penelitian yang akan dilaksanakan dengan judul

    “Teknik Reduksi Noise Pada Sensor MEMS Accelerometer

    MMA7361L Menggunakan Prinsip Pengurangan level LSB”.

    Selama menyelesaikan laporan Tugas Akhir, penulis telah banyak

    mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenannya pada

    kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa syukur kepada Allah

    SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta

    memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penelitian ini dengan tepat waktu dan ucapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Ibu serta semua keluarga yang telah memberikan

    semangat dan doanya selama ini.

    2. Bapak Prof.Dr. Muhammad Nurhuda, Rer.Nat selaku Ketua

    Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan IPA Universitas

    Brawijaya Malang

    3. Bapak Dr.Eng. Didik Rahadi Santoso, M.Si selaku Dosen

    Pembimbing pertama

    4. Bapak Sukir Maryanto, S.Si.,M.Si.,Ph.D selaku Dosen

    Pembimbing kedua

    5. Teman spesial Bella Pitaloka

    6. Mbak Amalia Cemara S.Si , Siti Aminah, Titah Ika Nurjanah,

    Ryan Nalendra, dan Irwan Syah Erlangga selaku bimbingan

    Pak Didik serta teman-teman Fisika Angkatan 2013 atas

    dukungan yang telah diberikan.

    7. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

  • xii

    Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Tugas Akhir ini

    banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat

    berterimakasih atas segala masukan, kritik dan saran yang

    membangun dari pembaca agar laporan Tugas Akhir ini nantinya

    menjadi lebih baik. Demikian laporan Tugas Akhir penulis buat,

    semoga laporanl Tugas Akhir ini dapat memberikan Gambaran atas

    maksud dan tujuan penulis khususnya, dan bagi pembaca sekalian.

    Malang, 10 Agustus 2017

    Penulis,

    Amry Priswanto

    NIM. 135090807111001

  • xiii

    PENGHARGAAN

    Penelitian ini dibiayai oleh PHK-USAID

    Pengembangan Sistem Multikomponen Terintegrasi Untuk

    Eksplorasi & Monitoring Daerah Volcano Geothermal Arjuno

    Welirang

    a.n. Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D. dkk.

    2016/2017

  • xiv

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................... iii

    LEMBAR PERNYATAAN............................................................. v

    ABSTRAK ..................................................................................... vii

    ABSTRACT ..................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................... xi

    PENGHARGAAN ........................................................................ xiii

    DAFTAR ISI .................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................... xix

    DAFTAR TABEL ....................................................................... xxiii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xxv

    BAB I PENDAHULUAN ................... Error! Bookmark not defined.

    1.1 Latar Belakang ....................... Error! Bookmark not defined.

    1.2 Rumusan Masalah .................. Error! Bookmark not defined.

    1.3 Batasan Masalah ..................... Error! Bookmark not defined.

    1.4 Tujuan Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.

    1.5 Manfaat Penelitian .................. Error! Bookmark not defined.

    _Toc489213175BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. Error! Bookmark

    not defined.

    2.1 Sensor Getaran ....................... Error! Bookmark not defined.

    2.2 Micro Electro-Mechanical System (MEMS) Error! Bookmark not defined.

    2.3 MEMS Accelerometer MMA7361L ..... Error! Bookmark not defined.

    2.4 Operational Amplifier ............ Error! Bookmark not defined.

    2.5 Penguat Instrumentasi ............ Error! Bookmark not defined.

    2.6 Buffer Amplifier ...................... Error! Bookmark not defined.

  • xvi

    2.7 Band Pass Filter ..................... Error! Bookmark not defined.

    2.8 Analog to Digital Converter (ADC) ..... Error! Bookmark not defined.

    2.9 Least Significant Bit (LSB) ..... Error! Bookmark not defined.

    2.10 Noise ..................................... Error! Bookmark not defined.

    2.11 Mikrokontroler PIC16F873A Error! Bookmark not defined.

    2.12 Digital to Analog Converter (DAC) ... Error! Bookmark not

    defined.

    2.13 Delphi ................................... Error! Bookmark not defined.

    BAB III METODE PENELITIAN .... Error! Bookmark not defined.

    3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......... Error! Bookmark not defined.

    3.2. Metode Pengurangan LSB ..... Error! Bookmark not defined.

    3.2.1 Desain Sistem Keseluruhan ........... Error! Bookmark not

    defined.

    3.2.2 Desain Sistem Hardware . Error! Bookmark not defined.

    3.2.3 Desain dan Pembuatan Software .... Error! Bookmark not

    defined.

    3.2.4 Pengujian Alat ................. Error! Bookmark not defined.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......... Error! Bookmark not

    defined.

    4.1 Hasil Desain Hardware dan Software ... Error! Bookmark not

    defined.

    4.1.1 Pengondisi Sinyal ............ Error! Bookmark not defined.

    4.1.2 Pemroses Sinyal............... Error! Bookmark not defined.

    4.1.3 Software Penampil Data .. Error! Bookmark not defined.

    4.2 Hasil Pengujian Alat ............... Error! Bookmark not defined.

    4.2.1 Pengujian Respon Filter ... Error! Bookmark not defined.

    4.2.2 Hasil Pengujian Rangkaian Penguat Instrumentasi .. Error!

    Bookmark not defined.

  • xvii

    4.2.3 Hasil Pengujian Program Mikrokontroler dan Software

    Akuisisi Data ............................ Error! Bookmark not defined.

    4.2.4 Hasil Pengujian Sistem Secara Keseluruhan ............ Error!

    Bookmark not defined.

    4.3 Analisa Hasil .......................... Error! Bookmark not defined.

    BAB V PENUTUP .............................. Error! Bookmark not defined.

    5.1 Kesimpulan ............................ Error! Bookmark not defined.

    5.2 Saran ...................................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA ......................... Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 1 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 2 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 3 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 4 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 5 .............................. Error! Bookmark not defined.

  • xviii

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Sensor getaran HS-420Error! Bookmark not defined. Gambar 2.2. Sensor Geophone. ...... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.3. Seismometer ............... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.4. Modul Sensor MMA 7361L. .... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 2.5. Simbol OP-AM .......... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.6. Equivalent Penguat Instrumentasi. .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.7. Rangkain Penguat Instrumentasi ..... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.8. Konfigurasi Rangkaian Buffer Amplifier ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 2.9. Spektrum frekuensi Band Pass filter Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.10. Proses konversi pada ADC ..... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 2.11. Konversi dari biner ke decimal. ..... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.12. Gelombang Sinus Asli (a), Gelombang Sinus Karena

    Pengaruh Noise (b) ........................... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.13. Susunan Mikrokontroller (Sholihul, 2008). ...... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 2.14. Mikrokontroller PIC 16F87X DIP. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 2.15. Komponen Comport di Delphi. ..... Error! Bookmark

    not defined.

    Gambar 3.1. Contoh Sinyal Ideal MEMS Ketika Diam .......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.2. Contoh Sinyal Real MEMS Ketika Diam ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.3. Bagian Sinyal yang Akan dikurangi level LSB .. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.4. Hasil Pengurangan Level LSB . Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.5. Bagian sinyal yang akan ditambahakn level LSB

    ......................................................... Error! Bookmark not defined.

  • xx

    Gambar 3.6. Hasil Penambahan Level LSB .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.7. Hasil Pengurangan dan Penambahan Level LSB Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.8. Diagram Alir Tahapan Penelitian .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3.9. Desain Sistem Keseluruhan ...... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.10. Diagram Blok Pengondisi Sinyal 1 Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3.11. Desain Pengondisi Sinyal Untuk Sensor MMA 7361L

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.12. Diagram Blok Pengondisi Sinyal 2 Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3.13. Desain Pengondisi Sinyal 2 .... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.14. Desain Pemroses Sinyal ......... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3.15. Flowchart Program Mikrokontroller ................ Error!

    Bookmark not defined. Gambar 3.16. Flowchart Program Pengurangan LSB bagian 1

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.17. Flowchart Program Pengurangan LSB bagian 2

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.18. Flowchart Program Akuisis Data .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.1. Foto Hasil Desain Hardaware ... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.2. Foto Rangkaian Pengondisi Sinyal 1 .................. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.3. Foto Rangkaian Pengondisi Sinyal 2 .................. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.4. Foto Bagian Pemroses Sinyal ... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.5. Software Akuisisi Data ............. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.6. Plot respon frekuensi Band Pass filter di bagian

    freuensi rendah ................................. Error! Bookmark not defined.

  • xxi

    Gambar 4.7. Sinyal keluaran pada osiloskop setelah melewati

    pengondisi sinyal dengan frekuensi cut-off 0.1Hz . Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.8. sinyal keluaran pada osiloskop setelah melewati

    pengondisi sinyal dengan cut-off frekuensi 23 Hz . Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.9. Plot respon frekuensi Band Pass filter di bagian

    frekuensi tinggi ................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4.10. Foto penguatan 1 kali pada osciloskop ............. Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.11. Foto penguatan 10 kali pada osciloskop ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.12. Foto penguatan 100 kali pada osciloskop ......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.13. Foto penguatan 100 kali pada osciloskop ......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.14. Respon Mikrokontroller Ketika diKirim Karakter

    Sinkron yaitu Karakter S .................. Error! Bookmark not defined. Gambar 4.15. Hasil pengujian pembacaan ADC .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.16. Setting Komunikasi Dengan Mikrokontroller ... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.17. PC Setelah dihubungkan dengan Mikrokontroler

    ......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.18. Hasil pengujian akuisisi data .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.19. Konfigurasi sistem DAQ ........ Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.20. Hasil Pengujian Sistem ........... Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.21. Sebelum dilakukan pengurangan level LSB, (a)

    penguatan 1 kali, (b) penguatan 10 kali, (c) penguatan 100 kali, (d)

    penguatan 1000 kali. ........................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4.22. Penguatan 100 kali setelah dilakukan pengurangan

    level LSB , (a) 16 LSB, (b) 32 LSB, (c) 64 LSB. .. Error! Bookmark

    not defined.

  • xxii

    Gambar 4.23. Penguatan 1000 kali setelah dilakukan pengurangan

    level LSB , (a) 16 LSB, (b) 32 LSB, (c) 64 LSB. .. Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.24. (a) Penguatan 1 kali, (b) Penguatan 10 kali, (c)

    Penguatan 100 kali, (d) penguatan 1000 kali .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4.25. Penguatan 100 kali, (a) Pengurangan 16 LSB, (b)

    Pengurangan 32 LSB, (c) Pengurangan 64 LSB .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.26. Penguatan 1000 kali, (a) Pengurangan 16 LSB, (b)

    Pengurangan 32 LSB, (c) Pengurangan 64 LSB .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.27. Penguatan 1000 kali, (a) Pengurangan 16 LSB, (b)

    Pengurangan 32 LSB, (c) Pengurangan 64 LSB .... Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4.28. Penguatan 100 kali tanpa pengurangan LSB .... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.29. Penguatan 100 kali denagn pengurangan level 32

    LSB .................................................. Error! Bookmark not defined. Gambar 4.30. Cacat persilangan akibat pemotongan sinyal .... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4.31. Bagian sinyal yang terpotong . Error! Bookmark not

    defined.

  • xxiii

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xxiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1. Hasil Pengujian Pengurangan LSB Error! Bookmark not

    defined. Tabel 4.2. Hasil Pengujian Pengurangan LSB Error! Bookmark not

    defined.

  • xxv

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xxvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 2 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 3 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 4 .............................. Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 5 .............................. Error! Bookmark not defined.

  • xxvii

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Getaran dapat dianggap sebagai suatu gerak yang berulang

    setelah selang waktu, atau dengan kata lain dapat mendefinisikan

    getaran sebagai osilasi dari sistem pada posisi kesetimbangan (Wisnu,

    2011). Untuk mendeteksi getaran suatu objek, diperlukan sensor yang

    dapat mendeteksi adanya getaran. Saat ini terdapat banyak jenis sensor

    yang dapat digunakan untuk mendeteksi getaran, salah satunya adalah

    dengan menggunakan micro electro-mechanical system (MEMS)

    Accelerometer. MEMS Accelerometer mempunyai ukuran yang lebih

    kecil dan sensitif terhadap variasi masukan, konsumsi daya rendah

    serta harga yang murah.

    Didalam pengembangan MEMS Accelerometer sebagai sensor

    getaran terdapat beberapa kendala salah satunya adalah permasalahan

    noise. Noise merupakan gelombang atau sinyal yang tidak

    dikehendaki dalam sebuah pengukuran. Noise pada MEMS

    Accelerometer banyak sekali jenisnya, salah satunya adalah noise

    mekanis. Noise mekanis merupakan noise yang bersumber dari

    getaran internal sensor. Pada penelitian sebelumnya, noise mekanis ini

    terlihat ketika melakukan pengukuran dengan gain diatas 100 kali

    (Prasetyo, 2016). Pentingnya reduksi noise pada sensor MEMS

    Accelerometer sebagai sensor getaran adalah untuk memudahkan

    pengamat dalam melakukan analisa data terutama dalam membedakan

    mana data dan yang mana noise. Reduksi noise yang biasa digunakan

    adalah dengan menerapkan filter untuk meredam sinyal dengan

    frekuensi tertentu yang dianggap noise. Akan tetapi metode ini belum

    begitu efektif dalam mereduksi noise. Karena noise mekanis pada

    sensor MEMS frekuensinya sama dengan frekuensi sinyal yang

    dideteksi. Oleh sebab itu diperlukan teknik reduksi noise yang lebih

    baik supaya data hasil pengukuran yang di dapat minim dari noise

    guna diolah untuk keperluan selanjutnya.

  • 2

    1.2 Rumusan Masalah

    Beradasarkan Latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan

    masalah yang diangkat dalam penilitian ini adalah :

    a. Bagaimana menerapkan teknik reduksi noise menggunakan prinsip pengurangan level LSB pada sensor MEMS

    Accelerometer ?

    b. Bagaimana memilih tingkat reduksi noise paling efektif ?

    1.3 Batasan Masalah

    Pada penelitian ini, pengurangan LSB yang diterapkan dibatasi

    pada level 16, 32, dan 64 serta penguatan sebesar 1 kali, 10 kali, 100

    kali, dan 1000 kali.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    a. Mengembangkan sistem (hardware dan software) yang berfungsi untuk mereduksi noise mekanis dari sensor MEMS

    Accelerometer

    b. Memilih tingkat reduksi noise paling optimal dengan pengurangan level LSB.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

    pengembangan sensor seismik yang memiliki sensitivitas tinggi dan

    rendah noise. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

    referensi pada penelitian selanjutnya.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sensor Getaran

    Getaran dapat dianggap sebagai suatu gerak yang berulang

    setelah selang waktu, atau dengan kata lain dapat mendefinisikan

    getaran sebagai osilasi dari sistem pada posisi kesetimbangan. Contoh

    dari gerak getaran adalah pendulum yang mengayun, gerakan saat

    memetik gitar, gerak tidal, flapping pada pesawat saat terjadi

    turbulensi dan sebagainya. Parameter penting dalam mendeskripsikan

    getaran adalah amplitudo, periode, dan frekuensi. Amplitudo dari

    getaran adalah pergeseran partikel yang bergetar tersebut dari titik

    keseimbangannya, dan ini tergantung pada energi yang dipakai.

    Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus

    gerakan. Frekuensi adalah banyaknya siklus per satuan waktu atau

    satu per periode (Wisnu, 2011).

    Sensor untuk mendeteksi adanya getaran mempunyai banyak

    varian. Dari banyaknya varian ini juga berbeda – beda prinsip kerjanya

    untuk mendeteksi getaran, beberapa sensor untuk mendeteksi getaran

    adalah Sensor HS-420 (lihat Gambar 2.1) merupakan salah satu jenis

    sensor getaran yang menggunakan prinsip kerja dari accelerometer,

    artinya sensor ini mengukur percepatan yang diterima oleh sensor

    tersebut. Sensor ini memiliki kelebihan yaitu mampu dihubungkan

    langsung dengan PLC sehingga mudah digunakan di Industri (Wisnu,

    2011).

    Gambar 2.1. Sensor getaran HS-420 (Wisnu, 2011).

  • 4

    Geophone adalah sebuah transduser yang sangat sensitif.

    Sebuah geophone (lihat Gambar 2.2) mengubah energi seismik, atau

    vibrasi menjadi tegangan listrik yang dapat diukur secara akurat.

    Ketika terjadi vibrasi yang menyebabkan geophone atau magnet yang

    berada di dalam geophone bergerak, lilitan akan tetap diam karena

    kelembamannya. Pergerakan magnet relative terhadap lilitan ini

    menimbulkan tegangan listrik yang proporsional terhadap kecepatan

    relatif lilitan terhadap magnet (Pulungan, 2012).

    Gambar 2.2. Sensor Geophone (Pulungan, 2012).

    Seismometer adalah alat yang digunakan untuk merespon

    gerakan tanah akibat gempa bumi. Seismograf adalah gabungan antara

    seismometer dengan alat perekm. Seismogram adalah hasil rekaman

    seismograf. Gambar 2.3 merupakan salah satu contoh seismometer

    (Susilawati, 2008).

    Gambar 2.3. Seismometer (Susilawati, 2008)

  • 3

    2.2 Micro Electro-Mechanical System (MEMS)

    Sistem micro-electromechanical (MEMS) adalah teknologi

    yang digunakan untuk membuat minimalis perangkat atau sistem

    terpadu yang menggabungkan komponen mekanik dan listrik. Mereka

    dibuat dengan menggunakan teknik pemrosesan sirkuit terpadu (IC)

    dan dapat berkisar dari beberapa mikrometer sampai milimeter.

    Perangkat (atau sistem) ini memiliki kemampuan untuk merasakan,

    kontrol dan penggerak pada skala mikro, dan menghasilkan efek pada

    skala makro (Faraday, 2002).

    Micro Electro-Mechanical Syctem (MEMS) dikategorikan

    menjadi 3 kategori yaitu sebagai sensor, aktuator dan struktur pasif.

    Sensor adalah transduser yang merubah nilai mekanik, suhu atau

    bentuk energi fisika lain menjadi energi listrik/besaran listrik,

    sedangkan aktuator adalah sebaliknya, yaitu, merubah bersaran

    elektrik menjadi energi fisik lain misal nilai mekanik, suhu dsb.

    Struktur pasif adalah keadaan dimana tidak terjadi pengubahan baik

    sebagai sensor ataupun sebagai aktuator (Maluf & Williams, 2004)

    2.3 MEMS Accelerometer MMA7361L

    Sensor MEMS accelerometer adalah salah satu sensor getaran

    yang memiliki kelebihan harga lebih murah, ukuran lebih kecil, daya

    yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan sensor getaran

    konvensional yang ada. Prinsip dasar dari sensor MEMS adalah

    capasitive sensor. Dimana dengan percepatan getaran tertentu akan

    mengakibatkan perubahan kapasitansi dan pada akhirnya akan

    mengakibatkan perubahan tegangan output dari sensor MEMS

    (Risandriya, 2011)

    Bertambahnya suatu kecepatan dalam rentang waktu tertentu

    disebut juga percepatan (acceleration). Sensor accelerometer adalah

    sebuah perangkat yang mampu mengukur kekuatan akselerasi.

    Kekuatan ini dapat bersifat statis (diam) seperti halnya kekuatan

    konstan dari gravitasi bumi, atau bersifat dinamis karena gerakan atau

    getaran dari sebuah benda. Sebagai contoh, sensor accelerometer

    dapat digunakan untuk mengukur getaran pada kendaraan, bangunan,

    mesin, jarak yang dinamis hingga kecepatan dengan ataupun tanpa

    pengaruh gravitasi bumi. Sensor accelerometer yang diletakkan di

    permukaan bumi dapat mendeteksi percepatan 1g (ukuran gravitasi

    bumi) pada titik vertikalnya. Untuk percepatan yang dikarenakan oleh

  • 6

    pergerakan horizontal maka sensor akan mengukur percepatan secara

    langsung ketika bergerak secara horizontal.

    Saat ini teknologi sensor accelerometer yang berkembang

    mayoritas berjenis Micro-Electro-Mechnical-Sensor (MEMS).

    Prinsip dasar operasi balik MEMS accelerometer adalah perpindahan

    kecil dari massa yang terukir di permukaan silikon dari sirkuit

    terintegrasi dan ditangguhkan oleh balok kecil. Dengan mengukur

    akselerasi statis dari gravitasi, dapat ditentukan kemiringan sudut

    suatu obyek terhadap bumi dengan mengukur akselerasi dinamis dan

    menganalisa bagaimana sebuah massa berpindah atau bergerak.

    Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan sensor accelerometer,

    yaitu (Hartono,2011):

    1. Dapat mengukur gerakan linear dan gravitasi secara bersamaan.

    2. Harga lebih murah dibandingkan sensor gyroscope. 3. Tidak mengukur gerak rotasi manusia. 4. Tidak dapat mengukur orientasi secara langsung. 5. Dipengaruhi oleh gravitasi

    Akselerometer MMA7361L adalah sensor percepatan 3 sumbu

    yangserta mempunyai 2 tingkat sensitivitas yaitu 800 mV/g dan 206

    mV/g. Sensor MMA7361L dapat bekerja pada kisaran tegangan antara

    2,2 V dan 3,6 V dengan konsumsi arus sebesar 400 μA dan dilengkapi

    dengan mode sleep dengan konsumsi arus sebesar 3 μA. Pada saat

    tidak ada percepatan, tegangan keluaran sensor sebesar setengah dari

    tegangan catu dan disebut sebagai tegangan offset. Pada saat pin g-

    select diberi logika rendah, maka sensor mempunyai percepatan

    maksimal 1,5 g, pada saat pin g-select diberi logika tinggi, maka

    sensor mempunyai percepatan maksimal 6 g. Pada penggunaannya,

    sensor membutuhkan tegangan catu daya yang stabil, karena tegangan

    offset dan sensitivitasnya sangat dipengaruhi oleh tegangan catu daya

    (Wahyudi, 2016).

    Prinsip kerja dari tranduser MMA7361L berdasarkan hokum

    fisika bahwa apabila suatu konduktor digerakkan melalui suatu medan

    magnet, atau jika suatu medan magnet digerakkan melalui suatu

    konduktor, maka akan timbul suatu tegangan induksi pada konduktor

    tersebut (Wafi, 2012).

  • 3

    Gambar 2.4. Modul Sensor MMA 7361L (Wafi, 2012).

    2.4 Operational Amplifier

    Operational Amplifier (Op-Amp) atau penguat operasional

    merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan dalam

    berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Menurut pengertiannya

    penguat operasional (Op-amp) adalah suatu blok penguat yang

    mempunyai dua masukan dan satu keluaran, dimana tegangan

    outputnya adalah proporsional terhadap perbedaan tegangan antara

    kedua input-nya. Op-amp sering digunakan sebagai penguat sinyal-

    sinyal, baik yang linier maupun yang nonlinier terutama dalam sistem-

    sistem pengaturan dan pengendalian, instrumentasi, dan komputasi

    analog. Opamp yang biasa terdapat di pasaran berupa rangkaian

    terpadu (integrated circuit - IC). Aplikasi Op-amp yang paling sering

    dibuat antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator

    dan differensiator. Op-amp dinamakan juga dengan penguat

    differensial dengan impedansi input tinggi dan output impedansi

    rendah. Gambar 2.5 adalah simbol yang digunakan untuk

    menggambarkan OP-AMP. Opamp di dalamnya terdiri dari beberapa

    bagian, yang pertama adalah penguat differensial, lalu ada tahap

    penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian penggeser level (level

    shifter) dan kemudian penguat akhir (Narasiang, 2009).

  • 8

    Gambar 2.5. Simbol OP-AM (Narasiang, 2009).

    2.5 Penguat Instrumentasi

    Penguat instrumentasi adalah suatu penguat loop tertutup

    (closed loop) dengan masukan difrensial, dan penguatannya dapat

    diatur tanpa mempengaruhi nisbah penolakan modus bersama

    (Common Mode Rejection Ratio –CMRR). Fungsi utama penguat

    instrumentasi adalah untuk memperkuat tegangan yang tepat berasal

    dari suatu sensor atau transducer secara akurat. Rangkaian ekuivalen

    penguat instrumentasi adalah seperti Gambar 2.6

    Gambar 2.6. Equivalent Penguat Instrumentasi (Kustija, 2014).

    Penguat instrumentasi dapat dibuat dengan menggunakan op-

    amp. Mutu penguat ini bergantung pada mutu op-amp yang digunakan

    yang menyangkut offset masukan., impedansi masukan, drift pada

    tegangan keluaran, CMRR, PSRR dan sebagainya. Disamping itu

    CMRR dan ketepatan penguatan op-amp amat bergantung kepada

    presisi dari komponen pasif yang digunakan . marilah kita bahas dua

    rangkaian penguat instrumentasi menggunakan op-amp. Rangkaian

    yang lazim digunakan orang untuk membuat panguat instrumentasi

    dengan op-amp adalah seperti pada Gambar 2.7 (Kustija, 2014).

  • 3

    Gambar 2.7. Rangkain Penguat Instrumentasi

    Bagian belakang rangkaian tersebut adalah defferential

    amplifier, sehingga output rangkaian dapat dinyatakan dalam: Vout=(

    𝑅4

    𝑅3) (𝑉𝑏 − 𝑉𝑎)

    (2.1)

    Sedangkan

    Vb=(𝑅2

    0.5𝑅1+ 1) 𝑉2 = (

    2𝑅2

    𝑅1+ 1) 𝑉2

    (2.2)

    Va=(𝑅2

    0.5𝑅1+ 1) 𝑉1 = (

    2𝑅2

    𝑅1+ 1) 𝑉1

    (2.3)

    Sehingga

    Vout=(𝑅4

    𝑅3) (

    2𝑅2

    𝑅1+ 1) (𝑉2 − 𝑉1)

    (2.4)

    Keterangan :

    Vout = Teganagn Output (Volt)

    Va = Vb = Input (Volt)

    R2 = R1 = R3 = R4 = Resistor (Ω)

  • 10

    2.6 Buffer Amplifier

    Rangkaian buffer adalah rangkaian yang menghasilkan

    tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Dalam hal ini seperti

    rangkaian common colektor yaitu berpenguatan = 1. Fungsi dari

    rangkaian buffer pada peralatan elektronika adalah sebagai

    penyangga, dimana prinsip dasarnya adalah penguat arus tanpa terjadi

    penguatan tegangan. Dengan menghubungkan jalur input inverting ke

    jalur output operasional amplifier (op-amp) maka rangkaian buffer

    pada Gambar diatas akan memberikan kemampuan mengalirkan arus

    secara maksimal sesuai kemampuan maksimal operasional amplifier

    (op-amp) mengalirkan arus output. Konfigurasi rangkaian buffer dapat

    dilihat pada Gambar 2.8 (Arief, 2017).

    Gambar 2.8. Konfigurasi Rangkaian Buffer Amplifier (Arief, 2017).

    2.7 Band Pass Filter

    Filter adalah suatu subsistem yang dapat menekan (idealnya.

    menghilangkan) pita frekuensi tertentu dalam suatu spektrum.

    Berdasarkan pita frekuensinya. ada 4 jenis filter. yaitu: Low Pass

    Filter, High Pass Filter, Band Pass Filter dan Band Reject Filter

    (Suwardi, 2007).

    Dalam proses pengambilan data dari suatu sensor dengan

    keluaran besaran listrik sering terjadi sinyal yang diperoleh bercampur

    dengan sinyal yang tidak diinginkan atau sinyal pengganggu (noise).

    Noise biasanya berupa sinyal dengan frekuensi yang tidak sesuai

    dengan frekuensi sinyal keluaran sensor. Untuk menghilangkan sinyal

    noise tersebut biasanya digunakan suatu filter (Siwindarto, 2013).

  • 3

    Filter bekerja sebagai penyaring frekuensi. Filter akan

    meloloskan sinyal yang diinginkan dan melemahkan intensitas sinyal

    yang tidak diinginkan. Konsep pemilihan sinyal filter adalah

    berdasarkan frekuensi sinyal yang difilter. Untuk memisahkan antara

    sinyal yang lolos dan sinyal yang tidak dapat lolos, maka suatu filter

    memiliki batas frekuensi (frekuensi cutoff). Bandpass filter

    merupakan gabungan dari lowpass filter dan highpass filter. Bandpass

    filter memiliki dua batas frekuensi yakni batas lowpass dan batas

    highpass. Grafik respon frekuensi dari Band Pass filter tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.9. Nilai batas lowpass harus lebih tinggi

    daripada batas highpass, sehingga sinyal yang dapat lolos hanya sinyal

    yang berada diantara batas highpass dan batas lowpass. Frekuensi

    dengan nilai di luar rentang tersebut akan dilemahkan. (Windler,

    2002).

    Gambar 2.9. Spektrum frekuensi Band Pass filter (Windler, 2002).

    2.8 Analog to Digital Converter (ADC)

    ADC (Analog to Digital Converter) adalah sebuah rangkaian

    elektronika yang dapat mengubah besaran analog menjadi besaran

    digital. Pada setiap sensor yang berbasis mikrokontroler (sebagai

    pusat pengolah data) diperlukan adanya rangkaian ADC (Analog to

    Digital Converter) untuk mengubah sinyal yang diterima oleh sensor

    untuk menjadi besaran digital supaya sinyal tersebut bisa

    diterjemahkan atau dibaca mikrokontroler (Amalia, 2013).

    Proses pengubahan data dari data analog menjadi data digital

    dilakukan melalui sampling data dan kuantisasi. Dengan mengatur

  • 12

    kecepatan sampling, kemudian ditentukan jumlah sample per detik.

    Kuantisasi menentukan resolusi bit yang digunakan. Proses pertama

    yang dilakukan untuk memproses data analog menjadi data digital

    adalah mengubah sinyal analog menjadi suatu deret angka yang

    mempunyai nilai presisi yang terbatas atau disebut dengan bilangan

    biner. Sebuah sinyal mengandung informasi tentang amplitudo,

    frekuensi dan sudut fase. Informasi-informasi tersebut bisa didapatkan

    dari perangkat analog, namun dengan hasil yang kurang akurat. Maka

    dari itu, untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dilakukan

    pengolahan data secara digital. Untuk mendapatkan data yang akurat

    serta agar data bisa dikembalikan lagi ke sinyal analog maka harus

    jumlah sampling dan besar angka tiap samplingnya (Pelgrom, 2012).

    Konversi pada ADC, sinyal analog yang didapat masuk ke

    bagan S/H (sampler/hold), sinyal analog akan diubah menjadi sinyal

    digital yang bersifat diskrit. Kemudian data akan masuk ke bagian

    compare dan akan dikeluarkan menjadi keluaran. Proses seperti tadi

    disebut Flash Converter atau Parallel Search. Ada proses lain dimana

    hasil dari sampler/hold dicompare dengan nilai samplre/hold

    sebelumnya dengan referensi clock. Proses ini dinilai lebih akurat dan

    masih berkecepatan tinggi sehingga sering dipakai. Blok alur konversi

    ADC dapat dilihat pada Gambar 2.10 (Pelgrom, 2012)

    Gambar 2.10. Proses konversi pada ADC (Pelgrom, 2012)

    2.9 Least Significant Bit (LSB)

    Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit

    yang paling berarti (most significant bit atau MSB) dan bit yang paling

    kurang berarti (least significant bit atau LSB). Bit yang cocok untuk

    diganti adalah bit LSB, sebab perubahan tersebut hanya mengubah

    nilai byte satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai sebelumnya

  • 3

    Misalkan byte tersebut menyatakan warna merah, maka perubahan

    satu bit LSB tidak mengubah warna merah tersebut secara berarti.

    Lagi pula, mata manusia tidak dapat membedakan perubahan yang

    kecil. Sebagai contoh, urutan bit berikut ini menggambarkan 3 piksel

    pada coverimage 24-bit (Amrullah, 2008).

    (00100111 11101001 11001000)

    (00100111 11001000 11101001)

    (11001000 00100111 11101001)

    Pesan yang akan disisipkan adalah karakter “A”, yang nilai

    biner-nya adalah 10000011, maka akan dihasilkan nilai biner dengan

    urutan bit sebagai berikut (Amrullah, 2008) :

    (00100111 11101000 11001000)

    (00100110 11001000 11101000)

    (11001001 00100111 11101001)

    Least significant bit adalah bagian dari barisan data biner (basis

    dua) yang mempunyai nilai paling tidak berarti/paling kecil. Letaknya

    adalah paling kanan dari barisan bit. Sedangkan most significant bit

    adalah sebaliknya, yaitu angka yang paling berarti/paling besar dan

    letaknya disebelah paling kiri. Contohnya adalah bilangan biner dari

    255 adalah 11111111 (kadang-kadang diberi huruf b pada akhir

    bilangan menjadi 1111 1111b). Proses konversi dapat dilihat pada

    Gambar 2.11 (Amrullah, 2008).

    Gambar 2.11. Konversi dari biner ke decimal (Amrullah, 2008).

    Dari barisan angka 1 di atas, angka 1 paling kanan bernilai 1,

    dan itu adalah yang paling kecil. Bagian tersebut disebut dengan least

    significant bit (bit yang paling tidak berarti), sedangkan bagian paling

    kiri bernilai 128 dan disebut dengan most significant bit (bit yang

    paling berarti). Least significant bit sering kali digunakan untuk

    kepentingan penyisipan data ke dalam suatu media digital lain.Salah

  • 14

    satu manfaat least significant bit sebagai metode penyembunyian

    adalah steganografi audio dan gambar (Amrullah, 2008).

    2.10 Noise

    Noise (derau) merupakan sinyal lain yang tidak diharapkan

    dalam sistem telekomunikasi karena bersifat mengganggu terhadap

    sinyal asli serta kehadirannya tidak bisa ditentukan (acak). Banyaknya

    noise tidak dapat ditentukan secara pasti, hanya dapat dirumuskan

    probabilitas ataupun kisaran nilai (range) nya saja.

    Gangguan yang diakibatkan oleh noise dapat mengubah sinyal

    informasi, yang menyebabkan gelombang sinus mempunyai sinyal

    derau yang kecil yang bergabung didalam nya. Sehingga penerima

    tidak dapat membedakan sinyal informasi yang sebenarnya dari derau

    yang ditambahkan seperti terlihat pada Gambar 2.12 (Prakoso, 2012).

    Gambar 2.12. Gelombang Sinus Asli (a), Gelombang Sinus Karena

    Pengaruh Noise (b) (Prakoso, 2012).

    2.11 Mikrokontroler PIC16F873A

    Mikrokontroler merupakan suatu IC yang di dalamnya berisi

    CPU, ROM, RAM, dan I/O. Dengan adanya CPU tersebut maka

    mikrokontroler dapat melakukan proses berfikir berdasarkan program

    yang telah diberikan kepadanya. Mikrokontroler banyak terdapat pada

    peralatan elektronik yang serba otomatis, mesin fax, dan peralatan

    elektronik lainnya. Mikrokontroler dapat disebut pula sebagai

    komputer yang berukuran kecil yang berdaya rendah sehingga sebuah

    baterai dapat memberikan daya. Mikrokontroler terdiri dari beberapa

    bagian seperti yang terlihat pada Gambar 2.13 (Sholihul, 2008).

  • 3

    Gambar 2.13. Susunan Mikrokontroller (Sholihul, 2008).

    PIC16f87x adalah salah satu keluarga mikrokontroler dari

    Microchip yang sering digunakan dalam untuk kepentingan industri,

    otomotif, alat rumah tangga dan aplikasi lainnya (Microchip, 2001).

    Fitur peripheral dari PIC16f873:

    1. Timer0

    2. Timer1

    3. Timer2

    4. 10-bit multi-channel Analog-to-Digital Converter (ADC).

    5. Synchronous Serial Port (SSP) dengan SPI (Master Mode) dan I2C (Master/Slave).

    6. Universal Synchronous Asynchronous Receiver Trasmitter (USART/SCI) dengan 9-bit address detection.

    7. Parallel Slave Port (PSP) 8-bit wide, dengan kontrol eksternal RD,

    WR, dan CS (hanya untuk jenis 40/44-pin).

  • 16

    Gambar 2.14. Mikrokontroller PIC 16F87X DIP (Microchip, 2001).

    2.12 Digital to Analog Converter (DAC)

    DAC adalah suatu rangkaian pengubah informasi dari data

    digital menjadi data analog. Rangkaian ini diperlukan pada saat suatu

    rangkaian digital digunakan sebagai alat kontrol pada suatu sistem

    rangkaian yang mengoperasikan parameter tegangan atau arus dalam

    analog. DAC akan mengubah setiap konfigurasi logika pada input-

    inputnya ke dalam tegangan analog pada outputnya dengan

    perbandingan tertentu. Konverter D/A dapat mengonversi sebuah

    word digital ke dalam sebuah tegangan analog dengan memberikan

    skala output analog berharga nol ketika semua bit adalah nol dan level

    nilai maksimum ketika semua bit adalah satu. Angka biner sebagai

    angka pecahan.Aplikasi DAC banyak digunakan sebagai rangkaian

    pengendali (driver) yang membutuhkan input analog seperti motor AC

    maupun DC, tingkat kecerahan pada lampu, pemanas (Heater) dan

    sebagainya. Umumnya DAC digunakan untuk mengendalikan

    peralatan komputer (Tohari, 2011).

    2.13 Delphi

    Delphi adalah salah satu bahasa pemrograman berbasis visual

    yang digunakan untuk membuat program aplikasi pada komputer

    (seperti Visual basic). Bahasa pemrograman yang digunakan oleh

    Delphi sebenarnya merupakan turunan dari bahasa pemrograman

    pascal, yang dahulu pada Delphi dikenal sebagai objek pascal. Bagi

  • 3

    Anda yang telah mengenal bahasa pemrograman pascal, maka

    mungkin Anda tidak akan terlalu kesulitan dalam mempelajari Delphi.

    Delphi relatif lebih mudah dipahami dibandingkan dengan

    bahasa pemrograman lainnya, disamping itu banyak referensi

    terutama dalam bentuk buku yang membahas tentang bahasa

    pemrograman ini. Delphi telah terbukti mampu menghasilkan

    software-software yang berkualitas, baik yang berskala besar maupun

    kecil, teknologi yang digunakan pada Delphi pun cukup up to date.

    Sampai saat ini, Borland sebagai perusahaan pembuat Delphi,

    terus menyempurnakan Delphi mengikuti perkembangan teknologi

    yang begitu pesat. Hal ini menjadikan Delphi sebagai salah satu

    pilihan utama yang cukup banyak digunakan oleh para programmer di

    Indonesia khususnya, sebagai tools dalam proyek pengembangan

    software.

    Untuk menghubungkan sebuah device dengan Borland

    dibutuhkan sebuah penghubung berupa interface digital. Pada

    software Delphi 7 ini diperlukan sebuah serial package yang bernama

    CportLib yang telebih dahulu harus diinstall. Tab CportLib ini berisi

    tool – tool yang digunakan untuk komunikasi serial, komponen pada

    Cport dapat dilihat pada Gambar 2.15 (Mukhalisisn, 2011).

    Gambar 2.15. Komponen Comport di Delphi (Mukhalisisn, 2011).

  • 18

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 3

  • 19

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 hingga Juli

    2017 yang bertempat di Laboratorium Measurement Circuit and

    System (MCS) Gedung Biomol Lantai 3 Universitas Brawijaya.

    3.2. Metode Pengurangan LSB

    Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit

    yang paling berarti (most significant bit atau MSB) dan bit yang paling

    kurang berarti (least significant bit atau LSB). Least significant bit

    adalah bagian dari barisan data biner (basis dua) yang mempunyai

    nilai paling tidak berarti/paling kecil. Letaknya adalah paling kanan

    dari barisan bit.

    Gambar 3.1 merupakan contoh sinyal dari MEMS

    accelerometer MMA7361L ketika dianggap tidak ada getaran

    disekitarnya. Garis merah merupakan sinyal dengan amplitudo sebesar

    2.5 Volt.

    Gambar 3.1. Contoh Sinyal Ideal MEMS Ketika Diam

  • 20

    Data ke lima dari sinyal tersebut kemudian disampling oleh

    ADC mikrokntroler PIC16F873A, dan didapatkan nilai hasil sampling

    ADC yang direpresentasikan dalam angka biner seperti berikut ini :

    0 0 0 0 0 0 1 0

    Nilai diatas apabila didesimalkan akan menjadi sebesar 512.

    Karena PIC16F873A merupakan mikrokontroler 8 bit dan ADC dari

    mikrokontroler tersebut memiliki resolusi 10 bit. Sehingga hasil

    pembacaan ADCnya akan disimpan pada 2 register memory yaitu

    ADRESH dan ADRESL. ADRESH merupakan register untuk nilai

    tinggi atau High Value dari ADC dan ADRESL merupakan register

    untuk nilai kecil atau Low Value dari ADC. Least significant bit yang

    akan dikurangi berada di register ADRESL. Gambar 3.2 merupakan

    contoh dari noise mekanis yang ada pada MEMS MMA7361L. Data

    ke lima dari sinyal tersebut akan disampling oleh ADC dan dikurangin

    dengan sejunlah LSB.

    Gambar 3.2. Contoh Sinyal Real MEMS Ketika Diam

    0 0 0 0 0 0 0 0

    High Value Low Value

  • 21

    Gambar 3.3. Bagian Sinyal yang Akan dikurangi level LSB

    Hasil sampling ADC dari data ke lima dari contoh sinyal pada

    Gambar 3.3. adalah sebesar 525 ADC, dalam bentuk binernya seperti

    berikut ini :

    Bagian Low Value akan dikurangi level 16 LSB, operasi

    penguranganya adalah sebagai berikut :

    Carry =0

    0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1

    0 0 0 0 1 1 0 1

    0 0 0 1 0 0 0 0

    1 1 1 1 1 1 0 1

    High Value Low Value

    -

  • 22

    Hasil dari pengurangan level 16 LSB pada bagian Low Value

    menghasilkan nilai negatif yaitu ditandai dengan nilai borrow sama

    dengan 1. Artinya data ke 5 pada sinyal diatas nilainya kurang dari

    512+16LSB atau kurang dari 528, sehingga data kelima akan dianggap

    bagian dari noise dan nilainya akan dijadikan 512 ADC atau 2.5Volt.

    Dan bentuk sinyalnya setelah dikurangi 16 LSB ditunjukan pada

    Gambar 3.4.

    Gambar 3.4. Hasil Pengurangan Level LSB

    Hasil pengurangan level LSB mengakibatkan sinyal menjadi

    terpotong, hal ini karena jumlah LSB yang akan dikurangkan juga

    menjadi batas minimum suatu sinyal yang dianggap bukan noise.

    Selanjutnya apabila sinyal yang disampling nilainya kurang dari 512,

    maka akan dikurangakan dengan level minus LSB. Akan tetapi karena

    ADC tidak mengenal nilai negatif, maka prosesnya akan diubah

    menjadi penambahan level LSB. Pada Gambar 3.5 ditunjukan bagian

    sinyal yang akan ditambah level LSB.

  • 23

    Gambar 3.5. Bagian sinyal yang akan ditambahakn level LSB

    Hasil sampling ADC dari data ke lima dari contoh sinyal

    pada Gambar 3.5 adalah sebesar 500 ADC, dalam bentuk binernya

    seperti berikut ini :

    Bagian Low Value akan ditambahkan level 16 LSB, operasi

    penjumlahanya adalah sebagai berikut :

    Carry =1

    Hasil dari penambahan level 16 LSB pada bagian Low Value

    menghasilkan nilai lebih yaitu ditandai dengan nilai carry sama

    dengan 1. Artinya data ke 20 pada sinyal diatas nilainya lebih besar

    dari 512-16LSB atau lebih dari 496, sehingga data ke 20 akan

    dianggap bagian dari noise dan nilainya akan dijadikan 512 ADC atau

    0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0

    1 1 1 1 0 1 0 0

    0 0 0 1 0 0 0 0

    0 0 0 0 0 1 0 0

    High Value Low Value

    +

  • 24

    2.5Volt. Dan bentuk sinyalnya setelah dikurangi 16 LSB ditunjukan

    pada Gambar 3.6.

    Gambar 3.6. Hasil Penambahan Level LSB

    Hasil kombinasi pengurangan dan penambahan level LSB akan

    menhasilkan bentuk sinyal seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.7.

    Gambar 3.7. Hasil Pengurangan dan Penambahan Level LSB

  • 25

    Agar metode pengurangan LSB diatas dapat berjalan dengan

    baik, maka diperlukan beberapa tahapan yang harus dikerjakan.

    Tahapan penelitian ini dapat diGambarkan oleh diagram alir pada

    Gambar 3.8.

    Gambar 3.8. Diagram Alir Tahapan Penelitian

    3.2.1 Desain Sistem Keseluruhan

    Desain sistem terdiri dari enam bagian utama yaitu elemen

    sensor, kemudian pengondisi sinyal 1, pemroses sinyal, modul DAC,

    pengondisi sinyal 2, serta terakhir software akuisisi data. Semua

    elemen tersebut yang akan mendukung proses reduksi noise dengan

    menggunakan metode pengurangan level LSB.

    Secara keseluruhan desain sistem yang dibuat dapat dilihat

    pada Gambar 3.9.

    Desain Sistem Keseluruhan

    Desain dan Pembuatan Hardware

    Desain dan Pembuatan Software

    Pengujian Alat

  • 26

    Gambar 3.9. Desain Sistem Keseluruhan

    3.2.2 Desain Sistem Hardware

    Desain sistem hardware ini terdiri dari desain pengondisi sinyal

    1, desain pengondisi sinyal 2, dan desain pemroses sinyal.

    A. Desain Pengondisi Sinyal 1

    Gambar 3.10. Diagram Blok Pengondisi Sinyal 1

    Gambar 3.10 merupakan blok diagram pengondisi sinyal 1.

    Sensor MEMS Accelerometer merupakan sensor analog dengan

    keluaran berupa tegangan, untuk memproses keluarannya di perlukan

    rangkaian pengondisi, rangkaian pengondisi pertama yang digunakan

    yaitu filter Band Pass. Filter Band Pass digunakan untuk zeroing, dan

    memfilter noise berupa sinyal dengan frekwensi tinggi, karena sinyal

    gempa sendiri memiliki frekwensi rendah. Filter Band Pass tersusun

    atas dua filter, yaitu filter Low Pass dan filter High Pass. Untuk filter

    Low Pass digunakan jenis filter pasif yang tersusun atas komponen R

    dan C. Rangkaian filter Low Pass didesain untuk menghasilkan

    frekuensi cut-off sebesar 20Hz. Sinyal yang memiliki frekuensi lebih

    dari 20Hz akan dilemahkan intensitasnya dan sinyal dengan frekuensi

    dibawah nilai tersebut akan diloloskan. Untuk frekuensi cut-off filter

  • 27

    diatas ditentukan dari perhitungan menggunakan persamaan berikut :

    fC =1

    2𝜋𝑅1𝐶1 (3.1)

    Keterangan :

    fC = Frekuensi Cut-Off Lowpass

    (Hz)

    R1 = Nilai Resistor 1 (Ω)

    C1 = Nilai Kapasitor 2 (F)

    Dengan nilai R1= 56kΩ dan C1= 120nF maka didapatkan nilai

    cut-off sebesar 23 Hz. Untuk filter highpass juga digunakan filter jenis

    filter pasif yang tersusun atas komponen R dan C. Rangkaian filter

    highpass didesain untuk menghasilkan frekuensi cut-off sebesar

    0.1Hz. Sinyal yang memiliki frekuensi kurang dari 0.1Hz akan

    dilemahkan intensitasnya dan sinyal dengan frekuensi diatas nilai

    tersebut akan diloloskan. Untuk frekuensi cut-off filter diatas

    ditentukan dari perhitungan menggunakan persamaan berikut :

    fC =1

    2𝜋𝑅2𝐶2 (3.2)

    Keterangan :

    fC = Frekuensi Cut-Off Highpass (Hz)

    R2 = Nilai Resistor 2 (Ω)

    C2 = Nilai Kapasitor 2 (F)

    Dengan nilai R1= 100kΩ dan C1= 10nF maka didapatkan nilai

    cut-off sebesar 0.15Hz. Karena filter highpass melemahkan sinyal

    dengan frekuensi di bawah frekuensi cut-off maka jika tidak ada

    perubahan input yang terjadi maka sinyal akan dinolkan (zeroing),

    dengan kata lain dengan filter highpass offset sinyal yang sebelumnya

    berada pada 1,65 V (saat mendeteksi 1G) akan berubah offset nya ke

    0 V. Karena pemroses sinyal tidak bisa memproses sinyal dengan

    tegangan negatif, semisal 0,85 V(saat -1G) akan menjadi -800 mV,

    serta penguat didesain single supply maka offset sinyal harus diubah.

  • 28

    Untuk mengubah offset dilakukan dengan menggantikan rangkaian

    ground pada resistor R2 menjadi tegangan referensi 2,5 V.

    Setelah sinyal dari sensor melewati rangkaian filter, maka perlu

    dikuatkan. Nilai amplifikasi (gain tegangan) tergantung pada kekuatan

    getaran mekanis yang dideteksi oleh MMA7361L. Desain penguat

    yang dibuat yaitu penguat Instrumentasi menggunakan IC AD620.

    AD620 hanya membutuhkan satu eksternal Resistor untuk mengatur

    gain voltase (Av) dari 0 dB sampai 60 dB, bahkan lebih. Desain

    pengondisi sinyal secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.11.

    Gambar 3.11. Desain Pengondisi Sinyal Untuk Sensor MMA 7361L

    B. Desain Pengondisi Sinyal 2

    Gambar 3.12 merupakan blok diagram pengondisi sinyal 1.

    Gambar 3.12. Diagram Blok Pengondisi Sinyal 2

    Pengondisi sinyal 2 digunakan untuk memfilter serta

    menguatkan sinyal yang dikeluarkan oleh DAC setelah diproses oleh

    bagian pemroses sinyal. Pengondisi sinyal 2 terdiri atas rangkaian

    filter Low Pass pasif serta penguat Instrumentasi. Desain pengondisi

    sinyal 2 secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.13.

  • 29

    Gambar 3.13. Desain Pengondisi Sinyal 2

    Rangkaian filter lowpass diatas didesain untuk menghasilkan

    frekuensi cut-off sebesar 20Hz. Sinyal yang memiliki frekuensi lebih

    dari 20Hz akan dilemahkan intensitasnya dan sinyal dengan frekuensi

    di bawah nilai tersebut akan diloloskan. Untuk frekuensi cut-off filter

    di atas ditentukan dari perhitungan menggunakan persamaan berikut :

    fC =1

    2𝜋𝑅3𝐶3 (3.3)

    Keterangan :

    fC = Frekuensi Cut-Off Lowpass (Hz)

    R3 = Nilai Resistor 3 (Ω)

    C3 = Nilai Kapasitor 3 (F)

    Dengan nilai R1= 56kΩ dan C1= 120nF maka didapatkan nilai

    cut-off sebesar 23 Hz.

    C. Desain Pemroses Sinyal

    Setelah sinyal keluar dari pengondisi sinyal 1 selanjutnya akan

    diproses pada bagian pemroses sinyal. Sinyal akan disampling oleh

    ADC Mikrokontroler supaya sinyal yang awalnya dalam bentuk

    analog berupa tegangan akan diubah menjadi digital untuk keperluan

    pemrosesan data. Bagian pemroses sinyal terdiri dari Mikrokontroler,

    Internal ADC Mikrokontroler, serta Digital to Analog Converter

    (DAC). Desain pemroses sinyal secara umum dapat dilihat pada

    Gambar 3.14.

  • 30

    Gambar 3.14. Desain Pemroses Sinyal

    3.2.3 Desain dan Pembuatan Software

    Desain software terdiri atas dua bagian, yaitu software pada

    bagian mikrokontroler dan software akuisisi data pada bagian display.

    A. Desain Software Mikrokontroler

    Pada bagian software mikrokontroler PIC16F873A, software

    didesain untuk melakukan 2 tugas utama yaitu memproses sinyal dari

    pengondisi sinyal 1 dan 2 serta melakukan proses pengurangan LSB.

    Gambar 3.15 menunjukan flowchart program mikrokontroler.

  • 31

    Gambar 3.15. Flowchart Program Mikrokontroller

    Start

    Menunggu

    Karakter

    Start

    Ada Karakter Start

    Tidak

    Ya

    Mulai Konversi ADC

    Data diSimpan di Register

    Ada Karakter pemilihan penguranagan LSB

    Pengurangan LSB

    A. 64 LSB

    B. 32 LSB

    C. 16 LSB

    D. 0 LSB

    Kirim ke DAC

    Ya

    Tidak

    Kirim Data ke PC

    Ada Karakter Stop

    A

    A

    Ya

    Tidak

    End

  • 32

    B. Desain Pemrograman Prinsip Pengurangan LSB

    Pengurangan LSB pada sinyal yang telah diproses oleh ADC

    mikrokontroler dilakukan secara pemrograman serta program ditanam

    pada mikrokontroler. Sehingga nanti proses akuisisi data yang

    dilakukan masih termasuk dalam akuisisi data secara online dan

    realtime. Flowchart program pengurangan LSB dapat dilihat pada

    Gambar 3.16 dan 3.17.

    Gambar 3.16. Flowchart Program Pengurangan LSB bagian 1

    Ambil Nilai ADC di Regsiter

    Ada Karakter pemilihan penguranagan LSB

    Kurangi

    16 LSB

    Pengurangan LSB Bit ke 0 High Value = 1

    Low Value hasilnya negatif ?

    Paksa ADC=512

    Kurangi

    32 LSB

    Kirim Nilai

    ADC

    Low Value hasilnya negatif ?

    Lanjutkan

    Proses

    Pengurangan

    Paksa ADC=512

    Kurangi

    64 LSB

    Low Value hasilnya negatif ?

    Paksa ADC=512

    B

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Ya

    Ya

    Ya

    Ya

  • 33

    Gambar 3.17. Flowchart Program Pengurangan LSB bagian 2

    C. Desain Software Akuisisi Data

    Untuk menampilkan data yang dikirim oleh mikrokontroler ke

    PC, dibangun sebuah software akuisisi data. Software dikembangkan

    dengan menggunkan delphy 7. Selain untuk menapilkan data, software

    juga dibuat untuk memilih besarnya pengurangan LSB dan juga untuk

    membca data yang disimpan setelah melakukan proses pengukuran.

    Alur program akuisisi data dapat dilihat pada Gambar 3.18.

    Tambah

    16 LSB

    Nilai ADC lebih dari 512

    Tambah

    32 LSB

    Tambah

    64 LSB

    Nilai ADC lebih dari 512

    Nilai ADC lebih dari 512

    Paksa ADC=512

    Paksa ADC=512

    Paksa ADC=512

    Lanjutkan

    Proses

    Penambahan

    B

  • 34

    Gambar 3.18. Flowchart Program Akuisis Data

    Start

    Setting Comport

    Kirim Karakter

    Sinkronisasi

    Menerima String OKE

    Memilih pengurangan LSB

    Mengirim Karakter

    pengurangan LSB ke

    mikrokontroller

    Baca data dari comport

    Data disimpan di buffer

    Data di tampilkan

    Tidak

    Tidak

    Ya

    Ya

  • 35

    3.2.4 Pengujian Alat

    Pada pengujian alat dilakukan beberapa tahapan yaitu pengujian

    pengondisi sinyal diantaranya pengujian filter sinyal, dan pengujian

    penguat instrumentasi. Selanjutnya pengujian pemroses sinyal dan

    program mikrokontroler yang terdiri atas pengujian pembacaan ADC,

    pengujian DAC, dan pengujian pengurangan LSB. Dan yang terakhir

    pengujian sistem secara keseluruhan.

    A. Pengujian Pengondisi Sinyal

    Pengujian pengondisi sinyal dilakukan menjadi dua tahapan.

    Tahapan pertama, pengujian filter Band Pass untuk MEMS dan Low

    Pass filter untuk DAC. Pengujian filter ini dilakukan dengan

    menggunakan signal generator dan osciloskop. Pertama signal

    generator diatur frekuensi dan amplitudonya. Kemudian output dari

    signal generator dimasukam ke inpiut filter Band Pass, setelah itu

    output dari filter Band Pass akan diukur menggunakan osiloskop.

    Untuk filter Low Pass DAC prosedurnya juga sama. Pengujian filter

    dilakukan untuk mengetahui apakah respon filter yang telah di buat

    sesuai dengan yang diharapkan serta seberapa bagus kinerja filter yang

    telah dibuat tersebut. Untuk mengetahu respon frekunsi Band Pass

    filter yang telah dibuat, maka signal generator frekuensinya diatur

    misalkan diatas frekuensi cut-off Band Pass filter di bagian Low Pass

    nya atau High Pass nya, setelah itu dilihat pada osiloskop bagaimana

    hasilnya dan begitu juga untuk filter Low Pass DAC juga dilakukan

    hal yang sama.

    Tahapan kedua pada pengujian alat yaitu pengujian rangkaian

    penguat instrumentasi. Prosedur pengujian yang dilakukan adalah

    dengan memberikan sinyal masukan untuk penguat instrumentasi

    yang berasal dari sensor yang masuk ke bagian filter, kemudian output

    dari filter dihubungkan ke input rangkain penguat instrumentasi.

    Setelah itu dipilih besarnya penguatan pada rangkaian penguat

    instrumentasi. Kemudian output dari penguat instrumentasi

    dihubungkan dengan osiloskop untuk diukur dan dilihat hasil

    penguatan yang dilakukan oleh rangkaian penguat instrumentasi.

  • 36

    B. Pengujian Pemroses Sinyal

    Pengujian pemoroses sinyal terdiri dari beberapa tahap, yang

    pertama yaitu pengujian pembacaan ADC. Prosedur pada tahapan ini

    yaitu input pin ADC pada mikrokontroler diberikan sinyal masukan

    berupa tegangan. Setelah itu dengan menggunakan bantuan aplikasi

    Hercules dilihat nilai ADC yang dibaca oleh mikrokontroler apakah

    sama dengan nilai tegangan masukan yang diberikan pada input ADC.

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program ADC yang

    ditanamkan pada mikrokontroler bekerja dengan baik.

    Tahapan kedua yaitu pengujian DAC. Prosedur pengujian DAC

    yang dilakukan adalah pertama kita memberikan sebuah nilai digital

    untuk input DAC melalui program, kemudian DAC akan mengeluaran

    tegangan pada outputnya. Nilai tegangan output pada DAC akan

    diukur menggunakan bantuan multimeter untuk memastikan apakah

    nilainya sesuai dengan nilai yang telah diberikan. Pengujian ini

    berguan untuk mengetahui apakah program DAC serta modul DAC

    yang digunakan berjalan dengan baik dan kinerjanya sesuai dengan

    yang diharapkan.

    Selanjutnya pengujian yang ketiga adalah pengujian program

    pengurangan LSB pada mikrokontroler. Prosedur pengujian ini yaitu

    input pin ADC pada mikrokontroler diberikan masukan tegangan

    selanjutnya mikrokontroler akan memproses pembacaan ADC serta

    melakukan proses pengurangan LSB. Dengan bantuan software

    Hercules dilihat hasil proses pengurangn LSB yang dilakukan oleh

    mikrokontroler. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa

    program pengurangan LSB berjalan sesuai dengan harapan.

    C. Pengujian Sistem dan Implementasi Prinsip Pengurangan

    LSB

    Pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan dengan

    menyatukan semua bagian mulai dari sensor sampai dengan pemroses

    sinyal menjadi satu modul kemudian dilakukan pengambilan data.

    Pengujian dan pengambilan data yang pertama di lakukan dalam

    labarotarium. Prosedur pengujian di bagi menjadi 2 tahap yaitu tanpa

    mengaktifkan DAC pada bagian pemroses sinyal dan dengan

    mengaktifkan DAC pada bagian pemroses sinyal. Tahap pertama

    dengan tanpa mengaktifkan DAC yaitu sensor diletakkan di atas meja,

    diatur penguatan pada rangkain penguat untuk sensor, kemudian

  • 37

    dipilih pengurangan 0 LSB, kemudian meja digetarkan. Selanjutnya

    dilakukan proses akuisisi data dengan menggunakan software akuisis

    data. Untuk pengurangan sampai dengan 64 LSB dilakukan hal yang

    sama seperti sebelumnya.

    Tahap kedua yaitu dengan mengaktifkan DAC pada pada

    bagian pemroses sinyal. Sensor diletakkan diatas meja. Diatur

    penguatan pada rangkain penguat instrumentasi dan diatur juga

    penguatan untuk output DAC pada rangakaina penguat instrumentasi.

    Dipilih pengurangan LSB muali dari 0 LSB, kemudian meja

    digetarkan dan dilakukan proses akuisisi data. Untuk pengurangan

    sampai 64 LSB dilakukan hal yang sama.

    Pengujian d