prawiraputrabrahmanda.files.wordpress.com file · web viewbab i. pendahuluan. 1.1 latar belakang....
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan dan pengembangan
kurikulum. Sementara itu, mutu pendidikan bergantung pada mutu guru dan
pemahamannya tentang seluk-beluk kurikulum. Kemampuan membina dan
mengembangkan kurikulum merupakan tuntutan professional guru. Sebab tugas
guru adalah mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan. Upaya dalam
mencapai tujuan itu memerlukan alat, dan alat yang digunakan adalah kurikulum.
Peran dan tugas guru dalam mengembangkan kurikulum berkaitan dengan level
mana kurikulum dimaksudkan. Kurikulum pada level Nasional,
pengembangannya dilakukan oleh suatu tim ahli di tingkat pusat. Sedangkan tugas
guru disekolah pada umumnya hanya tinggal mengembangkan kurikulum pada
tngkat pengajaran agar implementasi kurikulum berjalan secara efektif.
Namun sebagai orang yang bertugas mewujudkan kurikulum resmi dalam praktik
pendidikan disekolah, guru diharapkan dapat memberikan umpan balik (feed
back).
Untuk itu pemahaman terhadap konsep dan teori pengembangan kurikulun perlu
dimiliki sehingga berbagai keunggulan maupun kelemahan kurikulum resmi dapat
diketahui.
Pembinaan kurikulum disekolah ditujukan untuk menjaga, mempertahankan dan
mengupayakan agar kurikulum yang telah disusun dan diberlakukan berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan tingkat
dan jenisnya dapat dicapai oleh para siswa. Oleh sebab itu para kepala sekolah
dan guru tidak hanya dituntut menguasai kurikulum dengan segala perangkatnya
tetapi juga perlu memiliki wawasan sikap dan kemampuan dalam membina dan
mengembangkannya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka saya selaku penulis ingin
mengangkat sebuah rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum yang bagaimanakah yang dianggap mampu mewujudkan
maupun memajukan pendidikan..?
2. Bagaimana kita menyikapi setiap perubahan kurikulum yang terjadi agar
benar-benar bermanfaat bagi peserta didik..?
3. Langkah apa yang seharusnya kita lakukan sebagai seorang guru untuk
memajukan pendidikan berdasarkan kurikulum yang telah di tetapkan..?
4. Tujuan apa yang hendak di capai..?
5. Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari Kurikulum tersebut..?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan umum yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan
makalah ini adalah:
1. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
2. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
3. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat penulis sampaikan dalam pembuatan makalah
saat ini tiada lain sebagai berikut:
2
1. Pembaca dapat menemukan kelemahan maupun keunggulan dari setiap
perubahan kurikulum, serta pembaca mampu membandingkan setiap
perubahan kurikulum yang terjadi.
2. Pembaca dapat memahami situasi serta kondisi dari pendidikan yang
berjalan di negara kita sendiri.
3. Selain manfaat di atas, pembaca di berikan gambaran terhadap beberapa
pengertian dari kurikulum, serta beberapa macam kurikulum yang pernah
di terapkan di negara kita ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa
ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah
kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat
ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan
di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan.
Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada
hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang
tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis
dan logis. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada
siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program 4
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu
para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan
lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa
direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum
lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih
menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah
satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan yakni Curriculum is interpreted
to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils
have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine,
1945,h. 14). Pengertian ini menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum.
5
2.2 Perkembangan Kurikulum
Kurikulum dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju
arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh. Adapun beberapa jenis perubahan maupun pergantian kurikulum
yang telah terlaksana di Indonesia yang di mulai dari tahun 1947 s/d sekarang,
namun kali ini penulis akan membahas perkembangan kurikulum mulai dari tahun
1968 – 2004. Adapun perubahan maupun pergantian yang dimaksudkan yaitu:
2.2.1 Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 ini bersifat politis, dan Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dimana Kurikulum ini mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya adalah
pada pembentukan manusia Pancasila sejati, Kurikulum 1968 ini lebih
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran dengan kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pada masa itu Kurikulum
1968 ini berperan sebagai kurikulum bulat yang hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja, dimana Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Selain itu Kurikulum ini juga merupakan perubahan struktur pendiddikan dari
pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Pembelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
2.2.2 Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 merupakan pengganti dari Kurikulum 1968, dimana
Kurikulum ini lebih menekankan pada tujuan, dalam artian agar pendidikan lebih
efisien dan efektif. Adapun yang melatarbelakangi penekanan ini adalah pengaruh
konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective). Dalam
6
bagian ini metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Pada zaman ini kurikulum lebih
dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.
Dimana setiap satuan pelajaran dirinci lagi menjadi petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Namun Kurikulum 1975 ini banyak mendapat dikritik
karena Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran tersebut. Selain itu Kurikulum 1968 menggunakan
pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut.
Berorientasi pada tujuan,
Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang
lebih integratif.
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
7
2.2.3 Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di
antaranya adalah sebagai berikut.
Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah
Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik
Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara
kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap
pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu
diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau
revisi terhadap kurikulum 1975.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
8
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian
diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga
sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret,
semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-
contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana
menuju ke kompleks.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.
2.2.4 Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 ini bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
9
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi
tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut:
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
10
Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan
materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994.
Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum
tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen
kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang
tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa,
dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran
substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan
siswa.
Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait,
seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana
termasuk buku pelajaran.
11
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran
dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat
kurikulum. Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum.
Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan
struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK
diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai
berikut:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupu klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
12
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk
implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini
memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar
kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar
sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
(7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan
bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
13
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004
dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh
dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar
yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum,
beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya.
2.2.5 Kurikulum 2004
Munculnya Kurikulum 2004 (KBK) adalah sejalan dengan makna arus
pembaharuan pendidikan dan pembelajaran yang selalu dilaksanakan dari
waktu ke waktu dan tak pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis
kompetensi merupakan contoh hasil perubahan dimaksud dengan tujuan untuk
meningkatkan kulitas pendidikan dan pembelajaran. Masa depan kita ditandai
dan dibanjiri oleh informasi tehnologi dan juga perubahan yang amat cepat
(massif). Hal ini dikarenakan masyarakat dunia telah terjangkiti oleh revolusi di
bidang ilmu, teknologi dan seni, serta arus globalisasi, sehingga menuntut
kesiapan semua pihak untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Artinya
kita harus mampu menghadapi masyarakat yang sangat kompleks dan global.
Dalam konteks inilah pembaharuan dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tak pernah henti
(never ending process). Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi
merupakan contoh hasil perubahan dimaksud dengan tujuan untuk
meningkatkan kulitas pendidikan dan pembelajaran.
14
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang
harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering
disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum
harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah
"pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan
yang dapat diamati dan diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan
modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi
adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena. itu, penerapan
pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang
mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis
kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan
kompetensi.
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum,
pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai
dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada
siswa/mahasiswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan
pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan
sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai
siswa/mahasiswa dapat dilihat pada kemampuan siswa/mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan staniar prosedur
tertentu.
15
3.1 Prinsip Pengembangan Kurikulum
3.1.1 Adapun Prinsip Pengembangan Kurikulum Secara Umum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya
mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah
langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat
keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan
digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut
juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke
dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,
dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur
masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum
pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu
kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip
yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan
sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di
suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip
yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya,
sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam
suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata
(1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke
dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan
dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan
16
pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002)
mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di
antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan
evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen
tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
(relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi
psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi
sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar
yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar
yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang
di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang
pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang
ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Maka dari itu, dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih
terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum .
Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi
prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
17
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kurikulum pada hakikatnya adalah suatu rencana yang menjadi panduan
dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Tanpa adanya kurikulum,
suatu pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Dalam pembuatan
kurikulum, harus ada komponen-komponen kurikulum serta fungsi dari
kurikulum itu sendiri. Komponen-komponen kurikulum yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum adalah
: tujuan, materi/isi, strategi dan media pembelajaran, organisasi dan
metode, serta evaluasi.
2. Menurut pengamat saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan telah
menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun
hal itu tidak dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki.
Hal ini terbukti dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan
masih kalah jauh dengan negara tetangga yang notabene secara geografis
negara kita lebih luas. Logikanya semakin luas, jumlah pendudukpun
semakin banyak, otomatis bannyak bakat-bakat yang terdapat dalam setiap
individu-individu bangsa Indonesia. Berdasarkan dalam laporan Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United
Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO),
yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia
dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di
dunia. Mau tidak mau, itu menggambarkan bahwa kualitas pendidikan kita
pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian
melorot.
18
4.2 Saran
Agar tercapai tujuan pendidikan di Indonesia secara merata dan supaya
mutu pendidikan di negara kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya sekiranya
perlu diadakan pembenahan beberapa hal antara lain :
1. Ditinjau kembali isi dan tujuan dari kurikulum yang saat ini digunakan di
dunia pendidikan.
2. Ditingkatkan lagi ketrampilan dalam menyajikan materi, serta dalam
penguasaan kurikulum yang sedang berlaku saat ini.
3. Lebih ditingkatkan peran aktif dan tanggung jawab pemerhati sekolah
disetiap lembaga pendidikan.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka mutu pendidikan di Indonesia
bisa bersaing dengan negara-negara lain.
19