p web viewpenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari...

23
Rangkuman disusun dalam rangka memenuhi sebagian tugas mata kuliah TEORI MORAL Oleh : 1. FAISAL RIZKI I.R (124254030) 2. PUTRI KARTIKA S. (124254052) 3. MUSTIKA DAMARESTI (124254220) 4. DODIK DWI C. (124254225) Angkatan 2012 kelas B PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN MORAL PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Upload: vanque

Post on 14-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

Rangkuman disusun dalam rangka memenuhi sebagian

tugas mata kuliah TEORI MORAL

Oleh :

1. FAISAL RIZKI I.R (124254030)

2. PUTRI KARTIKA S. (124254052)

3. MUSTIKA DAMARESTI (124254220)

4. DODIK DWI C. (124254225)

Angkatan 2012 kelas B

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN PENDIDIKAN MORAL PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

Moralitas, Makna Sosial, dan Retorika: Konteks Sosial dari Penalaran

Moral

A. RANGKUMAN

Bab ini hendak menguji berbagai asumsi yang beraneka perkembangan

model penalaran moral seperti yang di ajukkan teori Kohlberg serta pendekatan

secara psikologi social dan secara sosiologi terhadap penalaran moral dan social

serta hendak menyingkap sejauh mana berbagai pendekatan itu dapat

dipertemukan. Adapun asumsi yang digunakan dalam bab ini :

1. Menguji berbagai asumsi “perkembangan modal penalaran moral” karya

KOHLBERG

a. Penalaran moral serta perilaku dan cara kerja dalam

memepertimbangkan moral yang dilakukan seorang individu

tergantung dari teori social yang secara implicit didapat dan

dianutnya.

b. Sebagian besar penalaran tentang masalah-masalah moral, social,

dan politik bersifat retorik.

Pada umumnya kita hanya sewaktu-waktu saja merasakan kebutuhan dan

upaya aktual untuk mengambil keputusan mengenai tindakan akan keputusan

moral yang praktis itu, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita selalu terlibat

dengan mempertimbangkan tingkah orang lain, mengenakan sanksi terhadap

sesama kita dan rekan sepergaulan, serta memberikan pula berbagai respon

terhadap aneka peristiwa kemasyarakatan dengan cara menghargai ataupun

mencelanya.

2. Pendekatan secara psikologis social dan pendekatan secara sosiologis

melihat penalaran moral dan social.

a. Hanya memuaskan hendaknya mengintegrasikan berbagai factor social

dan individual, baik dalam teorinya maupun dalam penelitian, yaitu

pada bentuk-bentuk ekspresif, evaluative, dan linguistic dari perilaku

1

Page 3: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

moral. Ada dua cara yang secara substansial berbeda untuk

menjelaskan yaitu : Sebagai individu kita memberi komentar secara

deskriptif maupun secara preskriptif mengenai perilaku kita ataupun

orang lain.

b. Pendekatan diatas menjelaskan bahwa tindakakn moral serta ekspresi

seorang individu itu merupakan suatu respons yang pertama-tama

ditentukan oleh tuntutan situasi social.

3. Kemudian sejauh mana berbagai pendekatan itu dapat dipertemukan.

a. Arena pangkal serta pengoperasionalan permasalahan pemaknaan

moral itu menjadi tiga persoalan, yaitu :

System pemaknaan sosiokultural

System pemaknaan interpersonal

System pemaknaan intrapersonal

b. Arena makna intrapersonal lah yang akhir-akhir ini dijadikan fokus

dari pendekatan kognitif-developmental.

c. Meneliti ide retorika itu dalam tiga cara:

Bidang penalaran moral

Setiap kesimpulan moral atau perbuatan penalaran moral

Berbagai pengetahuan serta teori yang dijumpai dalam

khazanah kebudayaa.

ARENA KRITIK

Inti dari perdebatan antara pendekatan “individual ”dengan “sosial” . ada tiga

pokok utama yang menjadi penolakan “sosial” tersebut antara lain :

1. Metode penelitiannya merupakan suatu situasi social

2

Page 4: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

2. Seluruh kegiatan latihan itu, secara cultural, bersifat praduga (bias)

3. Metode dan teori tersebut tidak memperhatikan karya psikologi-sosial

mengenai peranan interaksi dalam kelompok kecil.

Beberapa karakteristik yang menarik perhatian untuk mengumpulkan data

mengenai penalaran moral :

1. Situasi sosial

2. Hipotesis

3. Reaksi responden

Kelompok- kelompok Penolakkan dari kritik-kritik social terhadap masalah

peranan dari factor social dan factor budaya dalam merumuskan tentang apa yang

dimakusd dengan respons yang “memadai menurut ukuran moral”, yaitu :

1. Penalaran dan pelaksanaannya ditentukan secara situasional

2. Berpandangan bahwa model tersebut mengandung praduga(bias) cultural.

3. Mennyangkut persoalan peranan kelompok kecil, interaksi antara dua

pihak yang berpasangan dan interaksi antar sebaya dalam rangka

perkembangan moralitas.

BERBAGAI MODEL MAKNA DAN RETORIKA

Asumsi yang dipegang bersama adalahI system makna itu mengandung

berbagai teori mengenai hakikat dan fungsi moralitas, serta peranannya dalam

system social maupun kehidupan individual.sistem makna social dapat dipandang

sebagai perbendaharaan makna yang memungkinkan orang memberikan

penjelasan mengenai dunia social dan dunia fisik.dimuka bumi ada tiga wilayah

asl mula serta cara beroperasinnya system makna tersebut yaitu:

3

Page 5: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

1. Bersifat sosiokultural

2. Bersifat interpersonal, dan

3. Bersifat intapersonal

Menurut Durkheim dan Mauss (1963) mengidentifikasi dua fungsi sitem

kepercayaan yaitu :

1. Fungsi spekulatif

2. Fungsi penjelasan atau eksplanasi

Unsure-unsur system kepercayaan yang bersifat deskriptif, mauun bersifat

preskriptif,fakta dan nilai, yaitu:

1. Asertoris

2. Komukasi beraneka.nikasi

Dalam bahasan di muka itu ada dua dimensi yang terpisah yang telah saya

coba ketengahkan : pertama, berkenaan dengan variasi dari system makna yang

tercangkup dalam retorika serta system makna yang dijadikan pegangan suatu

teori system makna yang terdapat dalam suatu buaday tertentu; dan kedua,

berkenaan dengan cara yang dapat digunakan retorika atau teori yang manapun

dalam berbagai tahapan kompleksitas. Contoh-contoh yang saya ajukan diatas itu

yang menggambarkan betapa berbagai institusi dan individu secar intuitif

menyesuaikan diri, baik dengan kontennya, maupun dengan struktur dari pesan

yang ingin disampaikannya itu, dengan baik dan maksud agar komunikasi yang

bersangkutan dapat berlangsung seefektif-efektifnya.

WILAYAH PERMAKNAAN : PERTAUTAN ANTARA INDIVIDU DENGAN

MASYARAKAT

Berbagai cara yang mungkin digunakan konsep retorika dalam menciptakan

pertautan antara berbagai system makna sosiakultural dan antar pribadi. Dalam

contoh mengenai perekrutan calon angkatan bersenjata seperti di pembahasan.

4

Page 6: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

1. Hubungan sosiokultural, system permaknaan sosiokultural mengajukan suatu

rentangan kemungkinan teori, penjelasan atau bahasa yang digunakan.

Kevektivan retorika dari setiap bentuk teori, penjelasan atau bahasa yang

digunakan dalam suatu komunikasi itu tergantung dari seberapa jauhkah

semua itu dianut bersama, baik oleh komunikasi maupun komunikatornya.

Yang dimaksud dengan “dianut bersama” itu ialah derajat kemampuan kedua

pihak saling memahami

2. hubungan antarpribadi , karakteristik :

a. tahapan kompleksitas seorang individu akan menyerdehanakan

penafsiran makna sosiokulturalnya.

Dalam suatu studi yang kami adakan baru-baru ini, kami meminta

beberapa orang pemuda untuk memberikan penjelasan tentang landasan tatanan

social; di bawah ini diajukan 3 buah contoh yang berlainan dari jawaban mereka

itu, yang mencerminkan adanya perbedaan tahapan kompleksitas penalaran

mereka (tanda-tanda yang diterangkan dalam kalimat sisipan mengacuh pada

tahapan penalaran moral seperti yang digunakan secara umum untuk menandai

para respoden yang diikut sertakan dalam pengukuran ala Kohlberg mengenai

pertimbangan moral), (Weinreich Haste, Duff, dan Cotgrove, catatan 1 )

b. Pengalamn pribadi seorang individu akan menyebabkan yang

berbeda pada berbagai teori dan retorika yang beraneka.

INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL

Situasi-situasi imajiner dapat dipandang sebagai contoh dari hubungan

anatara wilayah makna interpersonal (antarpribadi) dan intrapersonal.ada dua cara

hubungan antara interpersonal serta intrapersonal yaitu: andanya interaksi yang

konstan anatara individu dengan penataan makna secara social,anatar organisasi

kognitif antar pribadi (interpersonal) dari individu dengan penjabaran makna dan

kerangka kerja serta negosiasi dari kelompok , dan penafsiran makna kelompok

oleh individu tersebut.

5

Page 7: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

SOSIOKULTURAL dan INTERPERSONAL

Kelompok yang berada dalam suatu lingkungan kebudayaan tertentu, yang

mengadakan kategorisasi dalam permaknaan; setiap kelompok dihalangi dan

dibatasi oleh hal-hal tertentu yang dimungkinkan oleh kebudayaan yang

bersangkutan. Penelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan

rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok

dalam suatu kebudayaan, yang masing-masing dapat digunakan untuk

memantapkan status “kelompok dalam”dan “kelompok luar” dari masing

individu-individu.

6

Page 8: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

B. PEMBAHASAN

Menguji berbagai asumsi “perkembangan modal penalaran moral” karya

KOHLBERG Penalaran moral serta perilaku dan cara kerja dalam

memepertimbangkan moral yang dilakukan seorang individu tergantung dari teori

social yang secara implicit didapat dan dianutnya. Yang dimaksud adalah bahwa

kesadaran akal loyalitas pada tugas tanggung jawab yang berasal dari dalam

kepribadian individu-individu. Sebagian besar penalaran tentang masalah-masalah

moral, social, dan politik bersifat retorik. Yang artinya semuanya sebenarnya lebih

merupakan suatu tindakan atau tanggung jawab komunikatif persuasive yang

diterapkan sebagai sebuah prinsip yang kemudian diterapkan diantar teori social.

Pendekatan secara psikologis social dan pendekatan secara sosiologis

melihat penalaran moral dan social. Hanya memuaskan hendaknya

mengintegrasikan berbagai factor social dan individual, baik dalam teorinya

maupun dalam penelitian, yaitu pada bentuk-bentuk ekspresif, evaluative, dan

linguistic dari perilaku moral. Ada dua cara yang secara substansial berbeda untuk

menjelaskan yaitu : Sebagai individu kita memberi komentar secara deskriptif

maupun secara preskriptif mengenai perilaku kita ataupun orang lain.

Kadang kita hanya sewaktu-waktu saja merasakan kebutuhan dan upaya

nyata untuk mengambil keputusan tentang tindakan dan keputusan moral yang

serba cepat tanpa tau akan konsekwensi yang nantinya ada dibalik perilaku moral

tersebut, tapi dalam kehidupan sehari-hari kita juga terlibat dalam menilai dan

memperhatikan tingkah laku orang lain yang berada disekitar kita, kita juga

memebrikan sangksi, respon terhadap kejadian yang terjadi di dalam masyarakat

dengan cara memuji atau malah mengkritik(celaan). Dalam melakukan tindakan

moral kita selalu mencerminkan keyakinan apa yang menentukan tindakan yang

kita sukai, hal ini mencerminkan teori yang kita anut dalam berinteraksi dan

menerapkan nilai-nilai, kaidah serta pendapat-pendapat budaya dari masyarakat

atau daerah kita berasal baik secara individual maupun social.

Pendekatan ini menjelaskan bahwa tindakakn moral serta ekspresi seorang

individu itu merupakan suatu respons yang pertama-tama ditentukan oleh tuntutan

7

Page 9: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

situasi social. Orientasi utama dari pendekatan ini adalah situasi social sebagai

suatu kancah yang mengandung berbagai makna yang bersifat khas dan terpau

pada sekarang.yang kedua, situasi social tersebut menyiratkan ekspresi pandangan

moral serta kesimpulan moral yang dianut seorang individu mencerminkan system

social dan ideology cultural yang dominan pada saat ini. Dimana jika ada minat

pada proses social tersebut maka kita kan mencurahkan perhatian baik dalam

bentuk bahasa, lambing, dalam generasi berikutnya dalam pemaknaan social dan

menggunakan perannya.

Kemudian sejauh mana berbagai pendekatan itu dapat dipertemukan.

1. Arena pangkal serta pengoperasionalan permasalahan pemaknaan moral

itu menjadi tiga persoalan, yaitu :

a. System pemaknaan sosiokultural, merujuk pada kepada

pembatasan mengenai apa yang dapat diketahui individu

dan apa yang harus ia gunakan dalam rangka menyatakan

atau berkomunikasi terhadap orang lain tentang

pengetahuannya kepercayaan yang dia miliki.

b. System pemaknaan interpersonal, ialah bersifat dua arah

dan yang berbentuk interaksi dalam kelompok kecil. Yang

merupakan situasi pengalaman komunikasi yang paling

sederhana.

c. System pemaknaan intrapersonal, Arena makna

intrapersonal lah yang akhir-akhir ini dijadikan focus dari

pendekatan kognitif-developmental. Karena merupakan

wilayah keorganisasi kognisi individual dan melahirkan

suatu teori kepribadian yang koheren dan bermakna yang

diambil dari pengetahuan dan pengalaman.

2. Meneliti ide retorika itu dalam tiga cara:

a. Bidang penalaran moral dimana terjadi pembauran antara fakta nilai

atau kenyataan yang tidak bisa dihindari lagi.

8

Page 10: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

b. Setiap kesimpulan moral atau perbuatan penalaran moral, walaupun

bersifat pribadi masih tetap memiliki nilai didaktis dan komunikatif.

Contohnya: saya suka akan jurnalistik setiap ada seminar dan

sebagainnya yang berhubungan dengan hal tersebut selalu saya ikuti,

kemudian timbulah dalam diri saya untuk mengajak teman-teman yang

lain dalam jurnalistik tersebut.

c. Berbagai pengetahuan serta teori yang dijumpai dalam khazanah

kebudayaan tidak pernah bersifat netral karena ortodiksi kultur dari

masyarakat umum pun membaurkan antara fakta dan nilai.dimana

tidak muncul persaingan tapi memunculkan pada tiap individu

pemebelaan, kebenaran dan sifatnya yang universal.

ARENA KRITIK

Inti dari perdebatan antara pendekatan “individual ”dengan “sosial” . ada tiga

pokok utama yang menjadi penolakan “sosial” tersebut antara lain :

1. Metode penelitiannya merupakan suatu situasi social, karena telah

menuntut karakteristik tertentu yang menyulitkan penalaran dan

penafsiran individu.

2. Seluruh kegiatan latihan itu, secara cultural, bersifat praduga (bias),

karena mengikuti suatu konsep yang menurut kritik itu pada dasarnya

merupakan konsep orang-orang barat.

3. Metode dan teori tersebut tidak memperhatikan karya psikologi-

sosial mengenai peranan interaksi dalam kelompok kecil. Karena hanya

membicarakan mengenai makna dan peranan bahasa serta berbagai

bentuk ekspresi yang membuat individu yang bersangkutan tetap

bertahan

Beberapa karakteristik yang menarik perhatian untuk mengumpulkan data

mengenai penalaran moral :

9

Page 11: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

a. Situasi social, merupakan suatu interaksi antara peneliti dengan si

perespon.

b. Hipotesis merupakanapa yang terjadi itu buka laporan tentang suatu

kegiatan, bukan pula merupakan perkiraan mengenai suatu perbuatan.

c. Reaksi responden.

Kelompok- kelompok Penolakkan dari kritik-kritik social terhadap

masalah peranan dari factor social dan factor budaya dalam merumuskan tentang

apa yang dimakusd dengan respons yang “memadai menurut ukuran moral”, yaitu

:

1. Penalaran dan pelaksanaannya ditentukan secara situasional menyebabkan

munculnya versi menegnai penolakkan, yaitu bersifat positivistic dan

bersiafat perspektif pascastrukturalis.

2. Berpandangan bahwa model tersebut mengandung praduga(bias) cultural.

Bahw apenolakkan ditunjukkan pada definisi keadilan dari Kohlberg,

yang dianggap sebagai inti dari persoalan perkembangan moralitas.

3. Menyangkut persoalan peranan kelompok kecil, interaksi antara dua pihak

yang berpasangan dan interaksi antar sebaya dalam rangka perkembangan

moralitas. Dimana terdapat penggalian makna serta penafsiran individu

tentang peristiwa social.

BERBAGAI MODEL MAKNADAN RETORIKA

Asumsi yang dipegang bersama adalahI system makna itu mengandung

berbagai teori mengenai hakikat dan fungsi moralitas, serta peranannya dalam

system social maupun kehidupan individual.sistem makna social dapat dipandang

sebagai perbendaharaan makna yang memungkinkan orang memberikan

penjelasan mengenai dunia social dan dunia fisik.dimuka bumi ada tiga wilayah

asl mula serta cara beroperasinnya system makna tersebut yaitu:

10

Page 12: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

1. Bersifat sosiokultural

2. Bersifat interpersonal, dan

3. Bersifat intrapersonal

Menurut Durkheim dan Mauss (1963) mengidentifikasi dua fungsi sitem

kepercayaan yaitu :

1. Fungsi spekulatif yaitu usaha untuk mengupayakan agar agar

permaslahn dapt dipahami.

2. Fungsi penjelasan atau eksplanasi yaitu fungsi moral dengan maksud

untuk mengatur perilaku manusia, atau suatu system kepercayaan yang

mengandung baik Unsure-unsur system kepercayaan yang bersifat

deskriptif, mauun bersifat preskriptif,fakta dan nilai, yaitu:

3. Asertoris yaitu berlakunya predikat pada subjek yang bersangkutan

hanya dipandang sebagai kenyataan belakang, contoh: X harus benar,

ini berarti bahwa Y juga harus benar”

4. Komukasi yaitu interaksi antara individu-individu, individu-

kelompok dan kelompok-kelompok yang memiliki atau tidak kontak

social baik secara langsung atau tidak langsung.

Asumsi yang di pegang bersama adalah sistem makna itu mengandung

berbagai teori mengenai hakikat dan fungsi moralitas, serta peranannya dalam

sistem sosial maupun kehidupan individual. Yang dimaksud dengan sistem makna

ini ialah konteks simbol yang memungkinkan lahirnya perilaku yang ekspresif,

tindakan kominikatif dan penafsiran perilaku orang lain. Sistem makna itu

mencerminkan pula penjelasan mengenai tatanan budaya, bahkan juga tatanan

alam semesta (kosmologis). Adapun mengenai asal mula sistem makna serta

cara sistem makna itu beroperasi dalam konteks sosial, kedua orientasi yang telah

dikemukakan mempunyai asumsi yang berbeda dengan mengajukan rujukan

kepada konsep retorika, salah satu alasan saya bahwa dalam sebagian besar

penalaran mengenai persoalan moral, sosial dan politis, orang sering membaurkan

11

Page 13: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

antara fakta dengan nilai, antara “apa adanya” dengan “apa seharusnya”, antara

yang bersifat deskriptif dengan yang bersifat preskriptif.

Durkheim dan Mauss (1963) mengidentifikasikan dua fungsi sistem

kepercayaan. Yang pertama ialah fungsi spekulatif, yaitu usaha untuk

mengupayakan agar permasalahan dapat di pahami. Dan fungsi kedua ialah fungsi

penjelasan atau eksplanasi. Fungsi yang kedua ini merupakan fungsi moral

dengan maksud untuk mengatur perilaku manusia. Dengan kata lain, suatu sistem

kepercayaan mengandung baik unsur-unsur yang bersifat deskriptif, maupun

unsur-unsur yang bersifat preskriptif, fakta dan nilai. Durkheim dan Mauss secara

khusus mencurahkan perhatiannya pada sistem kepercayaan yang bersifat religius-

semu, akan tetapi mungkin pula dengan maksud untuk mengadakan suatu

generalisasi da menyadari, seberapa jauhkah sistem makna itu, secara tidak

terelakan lagi merupakan campuran dari penjelasan atau eksplanasi dengan

preskripsi.

WILAYAH PERMAKNAAN : PERTAUTAN ANTARA INDIVIDU DENGAN

MASYARAKAT

1. Hubungan sosiokultural menentukan suatu jumlah tertentu yang mungkin

digunakan bagi pemaknaan intrapersonal dan juga suatu jumlah tertentu

bagi pemaknaan interpersonal.

2. hubungan antarpribadi , karakteristik :

a. tahapan kompleksitas seorang individu akan menyerdehanakan

penafsiran makna sosiokulturalnya.

b. Pengalamn pribadi seorang individu akan menyebabkan yang

berbeda pada berbagai teori dan retorika yang

INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL

Situasi-situasi imajiner dapat dipandang sebagai contoh dari hubungan

anatara wilayah makna interpersonal (antarpribadi) dan intrapersonal.ada dua cara

hubungan antara interpersonal serta intrapersonal yaitu: andanya interaksi yang

12

Page 14: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

konstan anatara individu dengan penataan makna secara social,anatar organisasi

kognitif antar pribadi (interpersonal) dari individu dengan penjabaran makna dan

kerangka kerja serta negosiasi dari kelompok , dan penafsiran makna kelompok

oleh individu tersebut. Akan tetapi ada berbagai hal dari teori moral dan retorika

moral yang sama-sama dapat diterima kultur.

SOSIOKULTURAL dan INTERPERSONAL

Kelompok yang berada dalam suatu lingkungan kebudayaan tertentu, yang

mengadakan kategorisasi dalam permaknaan; setiap kelompok dihalangi dan

dibatasi oleh hal-hal tertentu yang dimungkinkan oleh kebudayaan yang

bersangkutan. Penelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan

rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok

dalam suatu kebudayaan, yang masing-masing dapat digunakan untuk

memantapkan status “kelompok dalam”dan “kelompok luar” dari masing

individu-individu. Hubungan sosiokultural menentukan suatu jumlah tertentu

yang mungkin digunakan bagi pemaknaan intrapersonal dan juga suatu jumlah

tertentu bagi pemaknaan interpersonal. Kelompok-kelompok yang berkuasa ,

tidaklah bisa menurunkan retorika(penjelasan dan definisi yang baru) yang

mungkin termasuk dalam system makna cultural yan g lebih luas, pembahasan

interpersonal berkenaan dengan persoalan seksisme, sebagian bahasan tersebut

dilaksanakan dalam bentuh mengguah kesadaran kelompok.

13

Page 15: p   Web viewPenelitian dalam bidang hubungan antar kelompok memperlihatkan rentangan yang luas dari retorika yang mungkin didapatoleh berbagai kelompok dalam suatu kebudayaan,

C. KESIMPULAN

Secara dikotomis mengenai strukturalisme individual, yang memusatkan

perhatian kita pada proses kontruksi atau pembangunan individu serta

perkembangan pengertian masing-masing individu, dan pada strukturalisme

social, yang memandang makna individu itu semata-mata sebagai pencerminan

fungsional dari bahasa masyarakat secara umum, sebagai tolak ukur budaya atau

sebuah perwujudan diri dari bagian masyarakat di sekitar kita, dan penalaran

moral dan penjelasan tersusun melalui berbagai proses interaksi social yang telah

mengkomunikasihkannya kepada pihak lainnya.situasi yang nyata dan biasa dapat

mudah diperoleh oleh tiap individu karena melalui pengalaman budaya dan

pengalaman antarpribadi (interpersonal). Proses memperbincangkan penentuan

diri seseorang mengenai dirinya sendiri serta mengenai duniannya berlangsung

dalam kelompok-kelompok kecil dan hubungan berpasangan, dimana kita dapat

belajar untuk berunding tentang berbagai makna dengan orang lainnya dan untuk

kepentingan pribadi: kedua proses itupun berkaitan secara integrasi. Masing-

masing tidak dapat berada tanpa disertai yang lainnya.

14