bab vii - kementerian ppn/bappenas :: home · web viewpenelitian tanaman buah antara lain telah...

85
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KELAUTAN, DAN KEDIRGANTARAAN

Upload: vankiet

Post on 20-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI,KELAUTAN, DAN KEDIRGANTARAAN

BAB VII

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI,KELAUTAN, DAN KEDIRGANTARAAN

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat, dengan menerapkan nilai-nilai iptek, mendorong pemanfaatan, pengem- bangan, dan penguasaan iptek secara seksama dan bertanggung jawab, dengan senantiasa memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai-nilai iptek disebarluaskan melalui upaya pengembangan iptek dalam mengatasi masalah dan tantangan pembangunan, menciptakan sistem dan produk baru yang inovatif dan kompetitif, serta mengembangkan budaya iptek sebagai bagian dari budaya bangsa. Upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan pene- litian dan pengembangan, serta pemasyarakatan iptek yang didukung oleh peningkatan kemampuan dalam sarana dan prasarana serta kelembagaan iptek dalam proses transformasi teknologi dan industri

VII/3

secara bertahap. Upaya tersebut dilaksanakan melalui program teknik produksi, teknologi, ilmu pengetahuan terapan, ilmu pengetahuan dasar, dan program pengembangan kelembagaan iptek.

Pembangunan kelautan diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut nasio- nal, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif yang ditujukan untuk mening- katkan kesejahteraan rakyat serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Guna menunjang program pemanfaatan sumber daya kelautan yang optimal dan lestari, data dan informasi tentang kelautan terus digali dan disempurnakan melalui program inventarisasi dan evaluasi potensi laut. Pembangunan kelautan juga dilaksanakan untuk mendukung dan memperkuat tegaknya kedaulatan dan yurisdiksi nasional.

Pelaksanaan pembangunan kelautan pada tahun 1996/97 antara lain menghasilkan data potensi sumber daya kelautan yang meliputi flora dan fauna di beberapa perairan Indonesia, dan pengembangan teknik budidaya biota laut. Selain itu melalui Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia telah dihasilkan kerangka dasar pembangunan kelautan sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara, dan telah pula diselesaikan peta batimetri wilayah laut terluar di Selatan Jawa Barat dan verifikasi titik-titik pangkal Selatan Pulau Jawa, Barat Pulau Sumatera, dan Selat Malaka dalam rangka pene- tapan batas laut nasional.

Pembangunan kedirgantaraan ditujukan pada upaya memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah dirgantara nasional dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Kemampuan peman- faatan wilayah dan sumber daya dirgantara terus dikembangkan melalui penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

VII/4

dalam penggunaan sumber daya yang terdapat di udara untuk keper- luan energi, pertanian dan industri, pembangunan industri dirgantara, serta pemanfaatan udara sebagai media transportasi. Selain itu peman- faatan kawasan antariksa untuk penempatan satelit, penyediaan jasa kedirgantaraan, penginderaan jarak jauh, survei dan pemetaan udara, serta prakiraan iklim dan cuaca terus dilakukan.

Pelaksanaan pembangunan kedirgantaraan tahun 1996/97 antara lain menghasilkan pengakuan internasional atas kinerja pesawat terbang N250 buatan Indonesia melalui berbagai uji coba baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pengetahuan tentang peman- faatan teknologi inderaja seperti untuk pembuatan peta rupa bumi berbagai skala, peta citra, dan peta digital untuk kebutuhan peren- canaan dengan menggunakan sistem informasi geografis. Di samping itu juga telah diperoleh kemajuan atas upaya kita memperjuangkan hak memanfaatkan wilayah dirgantara nasional melalui partisipasi dalam berbagai pertemuan di tingkat regional maupun internasional.

B. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan iptek dalam Repelita VI adalah meningkat- kan kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek yang dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemam- puan alih teknologi melalui perubahan dan pembaruan teknologi yang didukung oleh pengembangan kemampuan sumber daya manusia, prasarana dan sarana yang memadai, serta peningkatan mutu pendi- dikan sehingga mampu mendukung upaya penguatan, pendalaman, dan perluasan industri dalam rangka menunjang industrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, unggul, dan sejahtera.

VII/5

Sasaran pengembangan iptek adalah terciptanya kelembagaan iptek yang mampu mendukung berkembangnya kemitraan riset, kemampuan iptek di bidang pertanian, industri, dan dunia usaha serta pendidikan iptek yang diharapkan makin tertata dan mampu mengefek- tifkan kebijaksanaan dan program pengembangan iptek serta mengefi- sienkan penggunaan sumber dana yang tersedia sesuai dengan perkem- bangan dan tuntutan pembangunan.

Sehubungan dengan itu, pokok kebijaksanaan dalam pembangun- an bidang iptek di dalam Repelita VI adalah mengembangkan nilai-nilai iptek dan membentuk budaya iptek di masyarakat, mendorong kemitraan riset, mempercepat upaya manufaktur progresif, meningkat- kan mutu produk dan proses produksi, produktivitas, efisiensi, dan inovasi dalam penguasaan iptek, meningkatkan kualitas, kuantitas, dan komposisi sumber daya manusia iptek, dan mengembangkan penataan dan pengelolaan kelembagaan iptek.

Atas dasar sasaran dan kebijaksanaan pembangunan iptek seperti dikemukakan di atas, disusun serangkaian program-pogram pemba- ngunan sebagai berikut: (1) teknik produksi, (2) teknologi, (3) ilmu pengetahuan terapan, (4) ilmu pengetahuan dasar, dan (5) pengem- bangan kelembagaan iptek.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun KetigaRepelita VI

Pelaksanaan program-program iptek dalam Repelita VI ditujukan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk menyelesaikan berbagai masalah pembangunan seperti peme- nuhan kebutuhan dasar manusia, disamping untuk pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Hasil-hasil pelaksanaan program iptek untuk

VII/6

tahun ketiga Repelita Vl (1996/97) pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

a. Program Teknik Produksi

Program ini ditujukan untuk meningkatkan penguasaan proses produksi dan mutu produk yang lebih efisien dan efektif dalam mendayagunakan teknologi bagi peningkatan proses pertambahan nilai dalam menghasilkan barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pendayagunaan sumber daya alam dan energi, serta pengembangan industri.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman pangan, terus dilaksanakan penelitian untuk menemukan varietas-varietas unggul baru. Pada tahun 1996/97 telah berhasil dilepas tambahan 8 varietas baru tanaman pangan, yaitu 4 varietas padi sawah dataran rendah yang dinamakan Batang Anai, Maros, Digul, dan Cilosari serta 4 varietas unggul jagung yang dinamakan P6, P7, P8 dan P9. Varietas-varietas baru padi sawah ini memiliki produktivitas 7 ton/hektare, lebih tinggi dari varietas sebelumnya sebesar 6,4 ton/ hektare, rasa enak, serta tahan terhadap wereng coklat dan hama daun. Sedangkan sifat unggul dari varietas-varietas baru jagung tersebut antara lain adalah produktivitasnya lebih tinggi yaitu 9 ton/ hektare dibandingkan dengan varietas-varietas sebelumnya yang hanya mencapai maksimal 6,8 ton/hektare, dan tahan terhadap penyakit bulai dan karat. Dengan demikian sampai dengan tahun 1996/97 secara kumulatif telah berhasil dilepas sebanyak 214 varietas tanaman pangan yang terdiri dari 47 padi sawah dataran rendah, 6 (enam) padi sawah dataran tinggi, 9 (sembilan) varietas padi sawah pasang surut, 19 varietas padi gogo, 24 varietas padi introduksi, 31 varietas jagung, 2 (dua) varietas terigu, 9 (sembilan) varietas sorgum, 26 varietas kedelai, 15 varietas kacang tanah, 11 varietas kacang hijau, 1 (satu)

VII/7

varietas kacang gude/hiris, 4 (empat) varietas kacang tunggak, 5 (lima) varietas ubi kayu dan 5 (lima) varietas ubi jalar. Informasi ringkas tentang jumlah varietas baru tanaman pangan yang dilepas disajikan pada Tabel VII-1.

Di samping tanaman pangan, juga terus diupayakan menemukan varietas-varietas unggul tanaman lain seperti sayuran, tanaman hias, buah-buahan, tanaman industri, dan tanaman perkebunan. Hasil yang dicapai pada tahun 1996/97 adalah ditemukannya viarietas-varietas harapan bagi tanaman sayur seperti kentang 8 (delapan) varietas, bawang merah 5 (lima) varietas, cabai merah 5 (lima) varietas, tomat 7 (tujuh) varietas, kacang panjang 5 (lima) varietas, dan buncis rambat 3 (tiga) varietas. Selanjutnya telah berhasil ditemukan klon-klon unggulan untuk tanaman hias yang mencakup 2 (dua) nomor galur untuk mawar bunga potong, 8 (delapan) nomor galur untuk mawar taman, dan 1 (satu) nomor galur untuk gladiol. Penelitian tanaman buah antara lain telah berhasil mengembangkan secara komersil 5 (lima) varietas kelompok jeruk keprok dan 9 (sembilan) varietas kelompok jeruk manis. Untuk tanaman industri telah dilepas lada unggul sebanyak 4 (empat) varietas dan kapas unggul sebanyak 6 (enam) varietas; telah ditemukan galur harapan jambu mete sebanyak 11 varietas dan serat sebanyak 3 (tiga) galur harapan. Sedangkan penelitian tanaman perkebunan antara lain telah menghasilkan 6 (enam) klon karet; 5 (lima) klon kopi arabika, serta 5 (lima) klon teh.

Penerapan teknik iradiasi dalam upaya penemuan varietas-varietas baru terus dilaksanakan, dan pada tahun 1996/97 telah berhasil dilepas satu varietas unggul padi yang dinamakan varietas Cilosari yang tahan terhadap wereng coklat biotipe-1 dan biotipe-2 (WCK 1,2) dan tahan terhadap hawar daun biru (HDB). Penerapan teknik iradiasi yang lain dilaksanakan dalam rangka pengembangan vaksin Haemonchiasis fascioliasis dan antigen Trypanosomiasis, dan

VII/8

telah menghasilkan inokulasi parasit pada domba ekor gemuk dan telah berhasil diperbanyak secara terus menerus. Teknik iradiasi juga telah berhasil diterapkan untuk memandulkan serangga Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella yang bermanfaat untuk pengendalian hama pada kubis.

Pemanfaatan teknik iradiasi juga telah dikuasai untuk penguraian insektisida Pirimifos Metil, Feritrotion, dan Malation menjadi senyawa yang tidak beracun; pembuatan bahan biologis buatan yaitu Amnion Chorion untuk penyembuhan luka bakar; diperoleh hasil ujiklinis tulang sapi liofiliosis iradiasi pada pasien orthopedi di beberapa rumah sakit; diperoleh hasil ujicoba penggunaan makanan olahan dengan iradiasi gamma, dan diketahui kelayakan teknis dan ekonomis teknologi iradiasi bahan-bahan karet yaitu produk kondom dan sarung tangan dari lateks iradiasi.

Sejalan dengan peningkatan penggunaan teknologi iradiasi di masyarakat seperti untuk industri dan pelayanan kesehatan, kebutuhan akan bahan-bahan isotop juga meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini, dilanjutkan upaya peningkatan penguasaan teknik produksi bahan-bahan isoptop terutama dalam hal jenis, dan kualitas bahan yang akan diproduksi di dalam negeri. Pada tahun 1996/97 telah dapat diproduksi 10 jenis radioisotop antara lain Mo-99, I-131, Ir-192, dan Zn-65 serta 11 jenis bahan radiofarmaka antara lain hippuran, larutan NaI-131, dan kit MDP. Di samping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahan-bahan ini juga telah diekspor antara lain ke Kanada, Cina, dan Malaysia.

Dalam rangka mendukung upaya diversifikasi dan konservasi energi telah dilaksanakan berbagai penelitian tentang pemanfaatan batubara, energi matahari, energi gelombang, energi panas bumi, dan energi nuklir. Penelitian pemanfaatan batubara terutama diarahkan

VII/9

pada batubara berkualitas rendah yang cadangannya sangat besar di Indonesia. Pada tahun 1996/97 antara lain telah diperoleh data-data kinerja teknologi Integrated Gas Coal Combined Cycle (IGCC) untuk pencairan batubara muda yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik; serta data-data kinerja pemanfaatan batubara untuk industri kertas. Pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik untuk kebutuhan keluarga telah sampai pada tahap pemasangan 20.000 unit photovoltaic di desa terpencil yang diperkirakan tidak ter- jangkau oleh jaringan listrik PLN. Selanjutnya juga telah diperoleh data-data kinerja teknologi binary cycle dalam pemanfaatan energi panas bumi entalpi sedang (medium enthalphy geothermal) di Lahendong Sulawesi Utara yang akan digunakan dalam kajian tekno-ekonomi.

Di bidang energi nuklir kegiatan penelitian terutama diarahkan pada upaya swasembada bahan bakar reaktor daya maupun reaktor penelitian mulai dari eksplorasi dan penambangan uranium hingga pembuatan pelet-pelet bahan bakar reaktor lengkap dengan selongsong- nya. Pada tahun 1996/97 dari kegiatan eksplorasi Propinsi Aceh telah diperoleh data-data geologi, radiometri, geokimia lumpur, dan mine- ral berat yang akan digunakan untuk menentukan daerah paling pros- pektif. Sedangkan kegiatan di Rirang Kalimantan Barat telah sampai pada tahap penelitian ekstraksi Uranium dari bijihnya, dan telah diketahui kondisi optimal proses pemisahan Uranium dari zat-zat logam tanah jarang yang juga dikandung bahan galian tersebut. Pengembangan elemen bakar reaktor riset telah menghasilkan elemen bakar EB U3O8-Al sebanyak 49 rakitan dan EB U3Si-Al sebanyak 15 rakitan. Jumlah produksi ini telah dapat memenuhi semua kebutuhan bahan bakar reaktor penelitian yang ada di Indonesia. Sedangkan pengembangan elemen bakar nuklir untuk reaktor daya telah berhasil membuat prototipe pelet UO2 lengkap dengan selongsong dan pin

VII/10

elemen bakar untuk reaktor jenis PWR serta perangkat lunak proses pabrikasinya.

Penguasaan teknik produksi untuk barang-barang logam terus ditingkatkan seperti proses tempa, proses permesinan berketelitian tinggi, proses serbuk logam, proses perlakuan panas, proses penuang- an tekanan tinggi, proses penuangan gravitasi, dan proses penuangan sentrifugal yang diterapkan pada pembuatan komponen-komponen utama mesin satu silinder 100 cc dua tak. Pada tahun 1996/97 antara lain telah berhasil dibuat prototipe dies untuk komponen connecting rod dan crankshaft dengan proses tempa; satu set rodagigi dengan proses permesinan berketelitian tinggi; prototipe bushing rod dan dies roda gigi dengan proses serbuk logam; peningkatan mampu beban dies, roda gigi, dan poros engkol dengan proses perlakuan panas; prototipe dies crank case, blok silinder, dan silinder liner melalui proses penuangan.

Upaya penguasaan teknik produksi material maju diarahkan pada proses pembuatan paduan logam aluminium, paduan logam berdaya ingat, keramik maju, dan pengolahan laterit. Penelitian paduan alumi- nium pada tahun 1996/97 dilaksanakan untuk membuat biang paduan (master alloy) aluminium-silikon, aluminium-boron, aluminium-titan, dan aluminium-zirkon. Walau masih perlu ditingkatkan lagi, peneli- tian ini telah berhasil membuat biang paduan tersebut dalam skala laboratorium.

Logam paduan berdayaingat (shape memory alloy) banyak digunakan dalam barang-barang berteknologi tinggi seperti sensor panas, karena sifat dan bentuk masing-masing logam yang dipadukan dapat muncul kembali pada temperatur (kondisi) tertentu. Pada tahun 1996/97 penelitian tentang logam paduan berdayaingat dikonsentrasi- kan pada paduan tembaga-seng-aluminium dan hasil yang diperoleh

VII/11

antara lain pemahaman tentang pengaruh temperatur, komposisi, proses laku panas, dan pengaruh unsur pemadu pada pembuatan paduan Cu-Zn-Al; dan penguasaan bentuk-bentuk aktuator yang dapat dibuat dari paduan tersebut.

Dari penelitian keramik antara lain telah diperoleh contoh serbuk keramik PSZ (Partial Stabilized Zirkon) yaitu serbuk keramik berpori untuk bahan sensor gas, dan karakterisasi keramik alumina zirkonia untuk bahan refraktori. Penelitian pengolahan laterit telah menghasil- kan data efisiensi pemakaian pelarut dalam pengolahan laterit alumina (bauksit) menjadi aluminium hidroksida, dan karakteristik reduksi bijih besi laterit.

Teknik produksi juga diterapkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di desa tertinggal antara lain dilakukan melalui pening- katan kemampuan berproduksi. Pemasyarakatan teknologi di daerah Tiom - Irian Jaya diarahkan pada teknologi budidaya kopi organik dengan tanaman lokal Kasuarina (Kasuarina oligodon) sebagai tanaman pelindung sekaligus sebagai sumber pupuk alami yang telah mencapai 1.758 hektar. Peningkatan kemampuan teknologi masya- rakat perdesaan Wamena - Irian Jaya dilaksanakan melalui pemben- tukan kelompok-kelompok tani, pelatihan logam dasar seperti membuat gerobak dan alat-alat pertanian sederhana, dan pelatihan kader pandai besi dan montir di pusat pelatihan teknologi tepat guna di Subang - Jawa Barat. Sedangkan di Flores - Nusa Tenggara Timur telah dimasyarakatkan teknologi pertanian pada kondisi lingkungan yang ketersediaan airnya terbatas untuk budidaya cabe dan mentimun dengan memanfaatkan embung-embung yang sudah ada.

Upaya penyusunan tata ruang di berbagai wilayah memerlukan dukungan ketersediaan peta-peta dasar. Untuk itu, dalam bidang pemetaan dasar hingga tahun 1996/97 telah berhasil disediakan 1.465

VII/12

buah stasiun jaring kontrol horizontal, 5.775 buah stasiun dan 23.107 km lari jaring kontrol sipat datar, 5.447 buah stasiun dan 22.830 km lari jaring kontrol gaya berat, 184 tugu batas untuk penegasan perba- tasan, 367 buah stasiun survei geodinamika, dan 3.884 nomor lembar peta digital. Bila dibandingkan dengan tahun 1996/97, maka pelak- sanaan kegiatan ini telah menghasilkan tambahan 20 buah stasiun jaring kontrol horizontal, 222 buah stasiun dan 624 km lari jaring kontrol sipat datar, 80 buah stasiun dan 500 km lari jaring kontrol gaya berat, 10 buah tugu batas, 2 (dua) buah stasiun survei geo- dinamika, serta 69 nomor lembar peta digital (Tabel VII-2).

b. Program Teknologi

Program teknologi ditujukan pada usaha mengkaji, menerapkan, dan mengembangkan cara, metoda, teknik, dan piranti rekayasa baru yang lebih efisien dan efektif untuk menyempurnakan produk barang dan jasa yang telah ada maupun membangun yang baru.

Dalam rangka pengembangan teknologi pengolahan hasil pertain- an khususnya teknologi pengeringan hortikultura, pada tahun 1996/97 telah berhasil dikembangkan teknologi puffing dengan gas CO2 untuk bahan baku makanan instan yang lengkap dengan prototipenya. Teknologi ini sedang diajukan untuk mendapat paten. Di samping itu telah dikembangkan alat tanam benih langsung, alat tanam padi gogo, alat panen padi, pengering kakao dan biji-bijian, serta grader jeruk.

Dalam rangka mencari alternatif proses pembuatan bubur kertas (pulp) yang bersih lingkungan, dilaksanakan penelitian untuk mengem- bangkan teknologi proses biopulping dan bioleaching. Untuk itu, pada tahun 1996/97 telah ditemukan beberapa isolat fungi pelapuk putih asli dari alam Indonesia dan telah digunakan dalam proses bio- delignifikasi serta proses pemutihan pulp.

VII/13

Kondisi geografi Indonesia menuntut penguasaan teknologi pem- bangkit listrik berskala kecil. Untuk itu, dilaksanakan penelitian pengembangan pembangkit listrik tenaga uap berskala kecil (PLTU Mini) dan pembangkit listrik mikrohidro (PLTM). Pada tahun 1996/97 telah selesai dibuat turbin uap dari PLTU Mini berkapasitas 250 - 500 KVA hasil rancangan tahun sebelumnya dan akan diuji pada tahun yang akan datang; dan telah dibuat prototip turbin air untuk PLTM berkapasitas 25 kVA lengkap dengan buku pedoman pem- buatannya baik dari segi mekanikal, elektro, sipil, dan ekonominya.

Pengembangan teknologi nuklir dilaksanakan untuk menguasai teknologi instrumen berbasis radiasi nuklir untuk industri, kedokteran, dan reaktor. Hingga tahun 1996/97 secara kumulatif instrumen nuklir yang telah berhasil dikembangkan telah mencapai 25 jenis untuk berbagai keperluan. Pada tahun 1996/97 telah berhasil dibuat 2 (dua) buah prototipe instrumen kendali yaitu pada industri baja dan industri batubara, 3 (tiga) buah prototipe instrumen kedokteran yaitu pengolah koreksi citra, telemeter surveymeter, dan sistem kontrol mekanik perangkat sinar-X yang semuanya merupakan komponen dari kamera gamma, 2 (dua) buah prototipe instrumen reaktor yaitu simulator sistem informasi pintar dan sensor berkecepatan tinggi. Di samping itu, telah berhasil diujicobakan renograf hasil pengembangan sebelumnya di beberapa rumah sakit sebagai sarana diagnostik kelainan fungsi ginjal.

Upaya penguasaan teknologi informatik dan otomasi juga terus ditingkatkan antara lain melalui kegiatan pembuatan simulator dan multimedia, pembuatan pemroses sinyal digital untuk kontrol industri, dan pembuatan stepping motor. Pada tahun 1996/97 kegiatan pembuat- an simulator dan multi media telah menguasai pembuatan program aplikasi grafik berdimensi tiga yang mampu memvisualisasi ling- kungan menjadi sebuah dunia semu (virtual world) dan sebuah

VII/14

prototipe sistem antarmuka. Kegiatan pembuatan pemroses sinyal digital telah menghasilkan rancangan suatu sistem programming logic controller (PLC) untuk kontrol industri. Stepping motor adalah salah satu teknologi inti dari sistem otomasi produksi karena jumlah putaran per menitnya dapat diprogram sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan pe- ngembangan stepping motor telah berhasil menguasai teknologi kom- ponen-komponen utamanya seperti stator, rotor, poros, dan rumah.

Di bidang rancang bangun antara lain telah berhasil dirancang dan dibuat prototipe alat pantau struktur jalan raya dengan teknik tanpa merusak dan tanpa menghentikan lalu lintas yang dapat diguna- kan secara cepat. Di samping itu juga telah dilaksanakan evaluasi tata cara perencanaan struktur bangunan gedung di Indonesia. Hasilnya adalah rekomendasi untuk memperbaiki penyimpangan tata perenca- naan bangunan yang telah diterapkan selama ini.

Dalam pengembangan model-model berskala besar dalam peran- cangan sistem transportasi perkotaan dan sistem transportasi antar- pulau, pada tahun 1996/97 telah diselesaikan antara lain persiapan penerapan sistem angkutan umum massal Jakarta (Saumaja) yang mencakup juga rancangan sistem angkutan bawah tanah (subway); serta data tentang angkutan perkotaan untuk Surabaya, Semarang, dan Medan. Sedang untuk sistem transportasi antarpulau telah dihasilkan antara lain rancangan jembatan penghubung antara Jawa dan Madura; dan data pendahuluan transportasi penghubung Jawa - Sumatera yang akan digunakan untuk merancang jembatan atau terowongan penyeberangan.

c. Program Ilmu Pengetahuan Terapan

Program ilmu pengetahuan terapan ditujukan pada usaha penerapan, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan

VII/15

dasar yang merupakan unsur dalam suatu sistem yang berfungsi sebagai cara baru bagi pelaksanaan teknologi.

Penerapan ilmu-ilmu kedokteran dan bioteknologi antara lain adalah untuk penanggulangan penyakit infeksi nosokomial dan demam berdarah. Infeksi nosokomial yang sering menyebabkan kematian disebabkan oleh kuman Pseudomonas aeruginosa yang mudah dijum- pai dalam bak cuci, sistem distilasi air, cairan desinfektans, cairan tetes mata maupun dehumidifiers di rumah-rumah sakit. Dalam rangka mencari sumber utama kuman ini, profil plasmid kuman diidentifikasi kemudian kuman-kuman tersebut dikelompokkan ber- dasarkan profil plasmidnya. Untuk itu pada tahun 1996/97 telah dikuasai metoda pemotongan fragmen-fragmen DNA dari isolat genom Pseudomonas aeruginosa yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui profil plasmid yang dimaksud.

Dalam rangka upaya penyakit demam berdarah, antara lain telah dilakukan penelitian produksi antibodi monoklonal virus dengue serotipe-3. Dari penelitian tahun 1996/97 antara lain telah diperoleh antibodi monoklonal dengue-3 dalam sediaan supernatan kultur sebanyak 17 klon dan sediaan cairan asiter sebanyak 10 klon; telah diperoleh antigen virus Dengue-1 berkadar 149,9 mikrogram/ml, virus Dengue-2 berkadar 471,8 mikrogram/ml, virus Dengue-3 berkadar 645,2 mikrogram/ml, virus Dengue-4 berkadar 676,1 mikrogram/ml, virus JE berkadar 108,6 mikrogram/ml, dan virus Chikungnya berkadar 284,0 mikrogram/ml; serta telah diperoleh 10 klon antibodi monoklonal in vitro dan 10 antibodi monoklonal in vivo bereaksi silang dengan virus tersebut di atas. Hasil ini merupakan langkah utama dalam upaya pengembangan produksi antibodi tersebut.

Penerapan berbagai bidang ilmu yang mendukung pembangunan kesehatan terus ditingkatkan terutama di bidang-bidang pelayanan

VII/16

kesehatan, penyakit menular, ekologi kesehatan, dan bidang farmasi yang diharapkan dapat memberi masukan bagi perumusan langkah-langkah yang diperlukan dalam pembangunan kesehatan.

Dalam rangka pengembangan model pembinaan pelayanan kesehatan khususnya reproduksi, pada tahun 1996/97 telah dihasilkan modul panduan pelayanan kesehatan reproduksi remaja, ibu hamil dan neonatus, serta panduan kesehatan reproduksi bagi pasangan usia subur/wanita usia subur. Hasil penelitian tahun 1996/97 tentang perilaku merokok di masyarakat menunjukkan bahwa untuk penduduk berusia 10 tahun keatas, prevalensi perokok laki-laki tiap hari adalah 45%, kadang-kadang 6,3%, dan mantan 3%. Juga diketahui bahwa angka prevalensi meningkat seiring dengan meningkatnya umur, terutama pada umur muda. Umur mulai merokok sebagian terjadi pada umur 10 sampai dengan 14 tahun, dan terbanyak pada umur 20 tahun.

Di bidang penyakit menular telah dilaksanakan penelitian berbagai aspek tentang penyakit malaria, penyakit polio, penyakit diare, dan tentang imunisasi. Pada tahun 1996/97 hasil yang diperoleh antara lain pengetahuan tentang reaksi seluler dan humoral penduduk daerah endemik malaria tropika terhadap peptida kandidat vaksin; status imun tetanus wanita usia subur di daerah endemik malaria, reaksi kekebalan tubuh humoral pada penderita malaria Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang diobati dengan halofantrin dan klorokuin, status antibodi anak setelah imunisasi, serta virus polio liar di daerah yang melaporkan nol kasus polio selama 3 tahun berturut-turut.

Di bidang ekologi kesehatan antara lain dilaksanakan penelitian tentang bioremediasi, pencemaran udara, pencemaran bakteri pada sarana air bersih, predator dan parasit nyamuk, dan tentang insek-

VII/17

tisida. Hasil yang diperoleh pada tahun 1996/97 adalah pengetahuan tentang efektivitas saringan bioremediasi tumbuhan herba dalam menurunkan kadar ion krom dan ion timbal dalam air limbah; standar pengukuran dan pencemaran udara; bobot risiko pencemaran bakterio- logi sarana air bersih; dan pengembangan predator dan parasit nyamuk serta penggunaannya dalam pemberantasan vektor penyakit.

Di bidang farmasi telah dilaksanakan antara lain penelitian ber- bagai aspek tanaman obat, dan obat tradisional. Pada tahun 1996/97 telah dihasilkan antara lain pengetahuan tentang khasiat tanaman johar sebagai obat malaria; budidaya pulasari yaitu tanaman obat tradisional yang sudah langka dengan pembiakan melalui kultur jaringan; budi daya Artamesia annua L yaitu bahan obat malaria tradisional dari Wamena Irian Jaya; serta pengetahuan tentang struktur anatomi mikroskopik bahan obat dari tanaman berkhasiat.

Penerapan berbagai ilmu dalam menguasai pembuatan material maju terus dilanjutkan antara lain untuk pembuatan plastik yang dapat lapuk (biodegradable plastic), magnet permanen, logam/bahan murni, serta bahan semikonduktor. Dalam rangka penelitian pembuatan biodegradable plastic dari pati pada tahun 1996/97 telah berhasil dila- kukan pembuatan monomer plastik yang diinginkan dalam laborato- rium dari bahan tapioka, pati jagung, dan bahan monomer Methyl Acrylate (MA) dengan inisiator Ceric Ammonium Nitrate (CAN).

Magnet permanen merupakan bahan yang penting dalam tekno- logi modern. Untuk itu dilaksanakan penelitian, pengembangan tekno- logi pembuatan magnet permanen yang merupakan paduan logam-logam tanah jarang, besi, boron atau nitrogen. Pada tahun 1996/97 hasil yang diperoleh adalah telah dapat dibuat dan diketahuinya karakteristik mikroskopik paduan dengan intensitas kemagnetan yang

VII/18

tinggi. Walau masih diperlukan tahap penelitian lanjutan, keberhasilan ini cukup berarti sebagai tahap awal.

Logam murni merupakan bahan yang penting dalam piranti-piranti elektronik modern seperti bahan super konduktor dan semi- konduktor. Untuk itu telah dilakukan penelitian pembuatan logam-logam murni. Pada tahun 1996/97 telah dapat dibuat bahan teknis indium dan aluminium yaitu dengan kadar 3N (99,9%). Walau masih belum dapat diperoleh bahan murni dengan kadar 6N (99,9999%) namun teknik pemurnian yang telah dikuasai dapat digunakan untuk pemurnian selanjutnya.

Penguasaan teknologi pembuatan bahan semikonduktor akan semakin penting seiring dengan perkembangan teknologi mikroelek- tronika. Untuk itu terus dilanjutkan berbagai penelitian pembuatan bahan semikonduktor antara lain senyawa tiga unsur CuInSe2, dan senyawa dua unsur GaSb. Pada tahun 1996/97 telah dapat dilak- sanakan penumbuhan dan karakterisasi monokristal CuInSe2 dan GaSb termasuk pembuatan tungku statik tempat penumbuhan mono- kristal tersebut.

Penelitian penerapan iptek nuklir antara lain mencakup pengem- bangan material baru, penelitian fisika nuklir, penelitian keselamatan reaktor nuklir, dan pengembangan ilmu kedokteran nuklir. Penelitian material dengan teknik nuklir pada tahun 1996/97 menghasilkan pengetahuan bagaimana menggunakan berkas neutron untuk mengukur pengaruh komposisi dan perlakuan panas terhadap kekerasan paduan logam aluminium. Hasil penelitian fisika nuklir antara lain berupa pengetahuan tentang penyuntikan ion untuk perbaikan sifat-sifat fisis bahan, metode penentuan dampak radiologik, dan pengaruh radiasi netron dengan kekuatan 14 MeV. Dari penelitian keselamatan reaktor nuklir antara lain telah diperoleh pengetahuan tentang kecelakaan

VII/19

reaktivitas akibat kehilangan aliran pendingin, kecelakaan daya akibat kegagalan sistem sekunder, dan metoda analisis tegangan mekanik pipa-pipa reaktor. Penelitian di bidang ilmu kedokteran nuklir antara lain telah menghasilkan pengetahuan tentang metode diagnosis dan terapi kanker thyroid, metoda dekontaminasi lengkap dengan waktu dan dosis pemberian dekontaminan, serta tingkat kerusakan kromosom akibat penyiraman sinar gamma.

Pengkajian dan penerapan ilmu bioteknologi khususnya di bidang pertanian terus dilanjutkan yang ditujukan antara lain untuk membuat bioinsektisida, biofertilizer, serta pembiakan tanaman melalui kultur jaringan. Pada tahun 1996/97 antara lain telah berhasil diterapkan teknik fermentasi kultur terendam untuk membiakkan bakteri Bacillus thuringiensis (B.t.) yang bersifat toksin terhadap hama Lepidoptera pada kubis dan sawi, serta hama Heliothis pada tembakau dan tomat. Penelitian biofertilizer telah berhasil mengetahui pemanfaatan cen- dawan Vesicular arbuscular mycorrhiza (VAM) untuk lahan marjinal dan lahan bekas pertambangan. Selanjutnya telah diketahui pula strain-strain cendawan yang efektif menyuburkan beberapa tanaman penting seperti kedelai, dan cokelat. Penerapan teknik kultur jaringan untuk pembiakan tanaman telah berhasil diterapkan untuk tanaman vanili, pisang, dan bunga anggrek.

Dalam rangka pemanfaatan sumber daya hayati Indonesia dilanjutkan penelitian penerapan ilmu-ilmu biologi dan bioteknologi untuk budidaya mimi dan budidaya rotan. Mimi atau belangkas yang sudah sangat langka di Indonesia, dan zat dari darahnya "Lysate" dapat digunakan untuk mendiagnosa maningitis dan gonorchae serta mendeteksi endotoksin dalam darah. Dari penelitian tahun 1996/97 diketahui komposisi pakan yang tepat untuk pematangan telur dan sperma biota ini; serta derajat pembuahan dari pemijahan mencapai 72,5% dengan derajat penetasan mencapai 12%, selain itu telah

VII/20

diketahui kondisi fisik lingkungan yang memberi hasil optimal bagi budidaya biota ini.

Penelitian budi daya rotan jenis manau pada tahun 1996/97 telah menghasilkan tambahan persemaian seluas 572,5 m2 dengan penambahan biji bibit sebanyak 48.000 buah. Hasil ini dilengkapi dengan panduan pengenalan jenis rotan khususnya dua marga rotan yang ada di Jawa, serta penjajakan kerja sama penerapannya dengan pihak swasta dan BUMN.

Penerapan ilmu kimia dan proses antara lain dilaksanakan untuk pemanfaatan zeolit, proses pembuatan kertas alkali, senyawa-senyawa kimia bernilai tinggi dari tumbuhan, dan asam lemak bebas dari minyak kelapa sawit. Dalam rangka pemanfaatan zeolit sebagai pengolah limbah telah diperoleh jenis zeolit yang mempunyai sifat penukar ion yang bermutu tinggi. Penelitian meningkatkan retensi bahan dalam proses pembuatan kertas alkali, telah berhasil menemu- kan kondisi proses yang optimal dalam skala laboratorium dan telah berhasil dialihkan dari proses asam ke proses alkali dalam skala pabrik. Upaya penemuan senyawa-senyawa kimia yang bernilai tinggi dari tumbuhan famili Moraceae telah berhasil menemukan 7 (tujuh) jenis senyawa dari tumbuhan andalas termasuk asam betulinat yang bersifat anti virus HIV dan 4 (empat) jenis senyawa dari tumbuhan cempedak. Penelitian pemanfaatan asam lemak bebas minyak kelapa sawit telah berhasil mengubah zat ini dalam skala laboratorium menjadi azelat yaitu bahan dasar pembuatan nilon.

d. Program Ilmu Pengetahuan Dasar

Program ilmu pengetahuan dasar ditujukan pada usaha mendapat- kan pengetahuan baru yang berorientasi pada usaha pengembangan ilmu pengetahuan terapan dan teknologi.

VII/21

Di bidang ilmu geologi terus dilaksanakan upaya penemuan fakta dan fenomena geologi Indonesia. Dalam rangka penyusunan model komprehensif geodinamik di 5 (lima) daerah tektonik prospektif, pada tahun 1996/97 telah diperoleh data lanjutan tentang geodinamik sesar Sumatera, subduksi dan kompleks akresi Seram basement continental Indonesia Timur, perubahan global Pulau Seribu, dan Pegunungan Jayawijaya. Di samping itu telah selesai disusun satu paket data pri- mer kebumian yang telah diharmonisasi untuk daerah Garut, Banjar, dan Ciamis di Jawa Barat dan daerah Mamberamo di Irian Jaya.

Dalam rangka pelestarian kekayaan flora Indonesia terus dilan- jutkan kegiatan pelestarian dan pengembangan koleksi flora dataran rendah basah, flora dataran tinggi basah, flora dataran rendah kering, flora dataran tinggi kering, dan flora berpotensi obat. Pada tahun 1996/97 telah berhasil ditambah 330 nomor koleksi tumbuhan dataran rendah basah, 92 nomor koleksi tumbuhan dataran tinggi basah, 80 nomor koleksi tumbuhan dataran rendah kering, 80 nomor koleksi tumbuhan dataran tinggi kering, serta data penyebaran 490 nomor tumbuhan berpotensi obat. Penambahan koleksi ini dilengkapi pula dengan data-data ekologi masing-masing tumbuhan guna pengembangan metoda pelestariannya.

Dalam rangka menemukan fenomena-fenomena dinamika masya- rakat, dilaksanakan penelitian masalah-masalah strategis di bidang politik dan sosial budaya, studi kependudukan dan ketenagakerjaan, serta pengkajian dinamika sosial budaya dan proses industrialisasi. Pada tahun 1996/97 hasil yang dicapai antara lain data-data persepsi tentang demokratisasi ekonomi dan politik serta persepsi tentang keadilan sosial dari para pengusaha yang bermukim di Yogyakarta, Padang, dan Surabaya; data tentang visi dan persepsi aparat birokrasi di tingkat pedesaan terhadap kebijakan massa mengambang khususnya

VII/22

di daerah Manado, Maluku Tengah, dan Dili; data tentang perilaku seksual kelompok penduduk berisiko tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS; data mengenai hubungan antara televisi dengan integrasi nasional diukur dengan primordialisme, gaya hidup materialisme, serta kecenderungan perilaku menyimpang khususnya di daerah Medan, Surabaya, dan Ujung Pandang; data mengenai cara orang muda terutama pelajar SMU memanfaatkan waktu senggangnya guna mengetahui kesiapan generasi ini menghadapi proses industrialisasi; dan diketahui bahwa di samping masalah permodalan, pengusaha kecil juga mengalami lemahnya jaringan kerja sebagaimana ditunjukkan penelitian di Semarang, Surabaya, Samarinda, dan Pontianak.

e. Pengembangan Kelembagaan Iptek

1) Pengembangan Sumber Daya Manusia Iptek

Untuk memacu pembangunan iptek terus diupayakan penam- bahan jumlah SDM yang bermutu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan terutama dalam bidang-bidang yang sangat diperlukan bagi pembangunan. Di samping melalui pendidikan dan pelatihan, upaya pengembangan sumber daya manusia iptek juga dilaksanakan melalui pengembangan paket penelitian kompetitif dan pembinaan peneliti pemula.

Sampai dengan tahun 1996/97, jumlah tenaga peneliti dari Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) Ristek yang dididik di dalam negeri untuk jenjang S3 dan S2 secara kumulatif telah mencapai 316 orang doktor, 980 orang magister, atau masing-masing meningkat dengan 28 orang doktor dan 89 orang magister dibanding dengan tahun 1995/96. Untuk jenjang S3 dan S2 yang dididik di luar negeri secara kumulatif tercatat sebanyak 314 orang doktor dan 1.582 orang magister, atau meningkat sebanyak 4 (empat) orang doktor dan 27

VII/23

orang magister dibanding dengan tahun 1995/96. Sementara itu, untuk tahun 1996/97 tenaga peneliti di semua lembaga dan departemen tercatat sebanyak 4.163 orang doktor, serta 52.329 orang magister dan sarjana, atau meningkat sebanyak 134 orang doktor serta 254 orang magister dan sarjana (Tabel VII-3).

Kegiatan pendidikan teknisi nuklir yang dilaksanakan atas kerjasama dengan PTN dimaksudkan untuk menyediakan tenaga siap pakai baik sebagai operator instalasi-instalasi nuklir maupun sebagai teknisi laboratorium nuklir. Pada tahun 1996/97 pendidikan ahli teknik nuklir telah menghasilkan 1 (satu) orang diploma I, 1 (satu) orang diploma II, dan 43 orang diploma III yang tersebar di bidang teknofisika dan teknokimia.

Pengembangan dan pemeliharaan kemampuan sumber daya manusia iptek khususnya peneliti dilaksanakan antara lain melalui penyelenggaraan paket-paket penelitian kompetitif yaitu hibah bersaing (HB), riset unggulan terpadu (RUT), dan riset unggulan kemitraan (RUK). Hingga tahun 1996/97 jumlah proposal penelitian yang lolos seleksi melalui program HB mencapai 550 judul, melalui program RUT mencapai 500 judul, dan melalui program RUK mencapai 24 judul. Jumlah proposal yang lolos seleksi pada tahun 1996/97 adalah 151 judul dalam HB, 107 judul dalam RUT, dan 11 judul dalam RUK. (Tabel VII-4).

Pembinaan peneliti pemula baik dari perguruan tinggi negeri (PTN) maupun dari perguruan tinggi swasta (PTS) telah dilaksanakan melalui 1.000 judul penelitian dari berbagai bidang ilmu. Khusus di bidang ilmu kedokteran telah berhasil dibina sekitar 200 orang peneliti dan teknisi yang berasal dari 17 fakultas kedokteran PTN seluruh Indonesia melalui 67 judul penelitian.

VII/24

2) Pembangunan Prasarana Penelitian

Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kegiatan peneli- tian dan pengembangan iptek terus ditingkatkan kualitas prasarana dan sarana iptek secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan. Pada tahun 1996/97 antara lain telah mulai beroperasi mesin berkas elektron electron beam machine, (EBM) berkekuatan 300 kilo elektronVolt untuk mendukung berbagai penelitian iradiasi; dan laboratorium kul- tur sel darah dan laboratorium pencitraan guna mendukung penelitian iptek kedokteran nuklir. Juga telah dilanjutkan pembangunan laborato- rium yang berlokasi di Puspiptek Serpong antara lain laboratorium fisika terapan, kimia terapan, polimer, motor bakar, dan laboratorium metalurgi. Kelengkapan peralatan laboratorium juga telah ditingkatkan antara lain untuk laboratorium kalibrasi instrumentasi dan metrologi, laboratorium sumber daya energi, laboratorium aerogasdinamika dan getaran semuanya berlokasi di Puspiptek Serpong.

Penguasaan ilmu kehidupan akan menjadi salah satu unggulan di masa yang akan datang. Untuk itu, sejak tahun 1996/97 telah dilan- jutkan pembangunan kompleks laboratorium ilmu kehidupan di Cibinong - Jawa Barat. Laboratorium yang telah dimulai pembangun- annya adalah laboratorium bioteknologi, laboratorium limnologi, laboratorium biologi, serta sarana fisik jaringan keanekaragaman hayati. Prasarana laboratorium bioteknologi industri yang berlokasi di Puspiptek Serpong telah mulai beroperasi penuh sejak tahun 1996/97. Sarana ini antara lain mencakup fasilitas produksi skala laboratorium untuk eritromisin dengan volume fermentasi 2000 liter, penisilin dengan volume fermentasi 400 liter, tetrasiklin dengan volume fermentasi 400 liter, dan sefalosforin dengan volume fermentasi 50 liter. Di samping itu, telah dilanjutkan pembangunan fisik dan kelengkapan peralatan laboratorium biologi molekuler Eijkman yang berlokasi RSCM - Jakarta. Karena kelengkapan peralatan dan prestasi

VII/25

ilmiah tenaga ahlinya, laboratorium ini telah berhasil menjadi salah satu simpul jaringan penelitian biomolekuler dunia khususnya di bidang malaria, tuberculosis dan penyakit demam berdarah. Laboratorium ini juga telah tergabung dalam salah satu jaringan penelitian genetik manusia seluruh dunia (Human Genome Project).

3) Penyebaran dan Pemasyarakatan Iptek

Upaya penyebaran dan pemasyarakatan iptek dilaksanakan antara lain melalui pusat peragaan iptek, penyelenggaraan lomba karya ilmiah remaja, dan pelaksanaan pameran iptek.

Sebagai sarana pemasyarakatan dan pembudayaan iptek, pusat peragaan iptek di Taman Mini Indonesia Indah ternyata mampu menarik minat masyarakat. Pada tahun 1996/97 jumlah pengunjung mencapai 119.109 orang, sehingga jumlah pengunjung sejak dioperasi- kan pada tahun 1991/92 telah mencapai 286.646 orang, dan sekitar 80% di antaranya adalah pelajar.

Untuk meningkatkan kesadaran ilmiah dan menumbuhkan rasa ingin tahu di kalangan remaja maka dilanjutkan kegiatan lomba karya ilmiah remaja yang mencakup bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan (IPSK), bidang ilmu pengetahuan alam (IPA), dan bidang teknologi. Penyelenggaraan kegiatan ini pada tahun 1996/97 berhasil menarik minat 395 remaja dengan 169 orang diantaranya adalah perempuan. Penyelenggaraan kegiatan ini menunjukkan terjadinya peningkatan kualitas keilmuan karya-karya ilmiah yang diperlombakan yang ditunjukkan oleh pemilihan topik penelitian serta kedalaman analisis ilmiahnya.

Penyebarluasan informasi tentang hasil-hasil penelitian serta perkembangan iptek dilaksanakan antara lain melalui pameran iptek.

VII/26

Pada tahun 1996/97 hasil-hasil penelitian telah pula dipamerkan di Museum Kebangkitan Nasional, dan pameran riset dan teknologi yang bertempat di Arena Pekan Raya Jakarta.

C. KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Pembangunan kelautan dalam Repelita VI dititikberatkan pada penguasaan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri kelautan ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam Repelita VI produksi penangkapan dan budi daya perikanan laut diproyeksikan mencapai 3,4 juta ton per tahun atau rata-rata pertumbuhannya sebesar 5,2 persen per tahun. Industri perkapalan, diupayakan dapat membangun dan merawat kapal sampai dengan ukuran 100 ribu dead weight ton (DWT). Industri bangunan lepas pantai diharapkan mampu memproduksi konstruksi bangunan lepas pantai sampai sedalam 300 meter. Selain itu, juga akan ditetapkan batas wilayah perairan di Zone Ekonomi Eksklusif.

Berkenaan dengan sasaran tersebut, pokok kebijaksanaan pemba- ngunan kelautan dalam Repelita VI adalah menegakkan kedaulatan dan yurisdiksi nasional; mendayagunakan potensi laut dan dasar laut; meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan; mengembangkan potensi berbagai industri kelautan nasional dan penyebarannya di seluruh wilayah tanah air; memenuhi kebutuhan data dan informasi kelautan serta memadukan dan mengembangkannya dalam suatu jaringan sistem informasi geografis kelautan; dan mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan hidup laut.

Sasaran pembangunan kedirgantaraan pada Repelita VI dalam rangka penegakan kedaulatan adalah terwujudnya penyempurnaan

VII/27

kelembagaan kedirgantaraan nasional, tersusunnya peraturan perun- dang-undangan kedirgantaraan nasional, berhasilnya perjuangan dalam forum internasional tentang geo stationery orbit (GSO), dan ratifikasi berbagai konvensi internasional.

Selanjutnya, sasaran pengembangan teknologi kedirgantaraan pada Repelita VI adalah meningkatkan penguasaan teknologi kedir- gantaraan, berkembangnya rekayasa dan produksi konfigurasi pesawat terbang dengan kapasitas 50 - 80 orang dengan kecepatan transonik, terwujudnya pelayanan informasi inderaja nasional, tersedianya peta dasar rupa bumi yang mampu memenuhi kebutuhan, serta meningkat- nya kemampuan nasional untuk mendukung sistem navigasi. Juga diharapkan dapat memenuhi peta angin dan peta insolasi, terciptanya industri yang membuat perangkat keras dan lunak bagi pengembangan energi angin dan surya, meningkatnya kemampuan dalam prakiraan iklim dan cuaca, serta telah dirumuskannya pola pemanfaatan ruang dirgantara nasional.

Berkenaan dengan sasaran tersebut, kebijaksanaan pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI pada pokoknya adalah menegakkan kedaulatan atas wilayah dirgantara nasional; mengembangkan potensi industri dirgantara; mencukupi kebutuhan transportasi udara dan men- jamin keselamatan penerbangan; serta menjamin kelestarian fungsi lingkungan dirgantara.

Atas dasar sasaran dan kebijaksanaan seperti yang dikemukakan di atas, maka program pembangunan kelautan dalam Repelita VI terdiri atas: (1) inventarisasi dan evaluasi potensi laut; dan (2) pengem- bangan kemampuan pemanfaatan kelautan. Selanjutnya program ke- dirgantaraan terdiri atas: (1) penyediaan jasa kedirgantaraan; (2) pe- manfaatan teknologi dirgantara; dan (3) pembinaan kedirgantaraan.

VII/28

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

a. Kelautan

1) Program Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut

Program inventarisasi dan evaluasi ditujukan untuk memperoleh data dasar kelautan, pembuatan peta laut nasional, penentuan jumlah cadangan potensi sumber daya alam, serta evaluasi kemampuan daya dukung lingkungan laut.

Dalam upaya mengungkapkan potensi kekayaan sumber daya hayati laut dan kepulauan Nusantara, dalam tahun 1996/97 telah dilaksanakan ekspedisi kelautan di kawasan Laut Cina Selatan dan Laut Natuna sebagai data dasar untuk pembangunan anjungan lepas pantai di kawasan tersebut, serta survei massa air untuk mengkaji produktivitas di perairan Pasifik Barat. Demikian pula telah dilakukan penelitian kualitas dan sifat-sifat oseanologi yang meliputi fauna, flora serta kualitas air laut termasuk kondisi lingkungannya di perairan pulau Enggano, Bengkulu, serta Pulau Toroa dan Uhiwa, Tual, Maluku untuk pengembangan potensi wisata bahari.

Dalam bidang pelestarian fungsi lingkungan dan penataan ruang laut, dalam tahun 1996/97 telah dilakukan berbagai upaya untuk melanjutkan pengelolaan, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut dan pantai. Untuk itu, telah dilaksanakan Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia dalam rangka mengaktualisasi- kan Wawasan Nusantara. Selain itu, telah diteliti bioindikator untuk mengukur tingkat pencemaran di perairan pesisir dan laut. Dalam upaya menanggulangi erosi dan abrasi pantai telah diteliti proses serta prediksi dinamika pantai dari Mempawah hingga Pemangkat,

VII/29

Kalimantan Barat, dan dibuat model simulasi perubahan garis pantai di Pekalongan, Jawa Tengah. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pencemaran laut yang berasal dari muara sungai telah diteliti kualitas air muara sungai Porong dan Mas, Jawa Timur, ditinjau dari kadar pestisida dalam sedimen. Selain itu juga telah dilakukan penelitian pencemaran air yang disebabkan oleh senyawa nitrogen di muara sungai di perairan Ujung Kulon dan teluk Jakarta.

Dalam upaya penetapan batas wilayah perairan Indonesia dan ZEE untuk diserahkan ke PBB sebagai acuan penegakan kedaulatan dan yurisdiksi nasional untuk pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, dilanjutkan pembuatan peta garis pangkal, peta ZEE, dan peta landas kontinen. Pada tahun 1996/97 kegiatan ini telah berhasil menyelesaikan survei batimetri untuk wilayah laut terluar Selatan Jawa Barat; pemutakhiran titik-titik pangkal di selatan Pulau Jawa, barat Pulau Sumatera, dan Selat Malaka yang akan digunakan sebagai dasar penetapan garis pangkal. Untuk menunjang kegiatan ini telah selesai dibangun 6 stasiun pasang surut berlokasi di Lhoksemawe - Aceh, Sekupang - Riau, Bengkulu, Pelabuhan Ratu - Jawa Barat, Kalianget - Jawa Timur, dan Pentoloan Sulawesi Tengah; serta telah beroperasi 6 stasiun Digital Global Positioning Systems (DGPS) yaitu di Medan, Jakarta, Denpasar, Menado, Kupang, dan Biak. Selanjut- nya, telah dimulai pemetaan digital Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) wilayah Barat yang mencakup Selat Sunda, dan sebagian Laut Cina Selatan.

Dalam rangka pengendalian pencemaran laut dan pantai wisata, dalam tahun 1996/97 telah dievaluasi kualitas perairan wilayah pesisir utara Jawa Barat, perairan sekitar Tual, Maluku, delta Mahakam, Kalimantan Timur, serta perairan Teluk Waworada, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

VII/30

Dalam upaya untuk mengidentifikasi dampak pemanasan global wilayah pesisir telah dilaksanakan studi interaksi antara gelombang dengan arus dan gerakan sedimen di perairan utara pulau Jawa. Selain itu, dalam tahun 1996/97 telah diterbitkan Atlas Oseanologi Laut Cina Selatan yang berisi informasi tentang kondisi oseanografi, data oseanologi, sebaran suhu, salinitas dan zat hara, sebaran khlorofil dan volume plankton, komposisi dan jenis sebaran lamun, mangrove dan terumbu karang, fauna moluska, serta potensi ikan niaga di Laut Cina Selatan. Selanjutnya, telah diterbitkan pula buku tentang Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Pesisir dan Laut Secara Terpadu yang berisi informasi tentang status, nilai ekonomi, permasalahan serta saran kebijaksanaan dalam pengelolaan habitat-habitat mangrove, terumbu karang, lamun, lahan basah, estuarine, perikanan, serta habitat pen- ting lainnya di Indonesia.

2) Program Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan

Program pemanfaatan sumber daya kelautan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam mendayagunaan dan memanfaatkan potensi kekayaan laut Nusantara.

Dalam rangka peningkatan kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek kelautan telah dilakukan berbagai upaya untuk mendayagunakan potensi kelautan, khususnya mengetahui manfaat dari potensi biota laut. Dalam tahun 1996/97, antara lain dilaksanakan penelitian teknik budidaya rajungan, teknik pemeliharaan anak kerang mutiara serta jenis-jenis kerang bernilai ekonomis penting penghuni muara sungai, pemeliharaan ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus suillus), reproduksi dan pembenihan teripang secara alamiah, prospek perikanan Sidat (Anguilla sp), serta budidaya algae bersel tunggal. Selain itu, telah diteliti fenomena mikroalgae beracun serta kisaran baku kelimpahan, komposisi dan sebaran

VII/31

plankton di perairan Teluk Piru, Seram Barat, dan perairan Morotai bagian selatan di Maluku dan perairan pesisir Jayapura di Irian Jaya.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan energi melalui pemanfaatan energi gelombang laut, dalam tahun 1996/97 telah dimulai penelitian rancang bangun konversi tenaga gelombang dalam bentuk energi kinetik menjadi energi potensial dalam proses pembangkitan listrik di pantai Gunung Kidul, Yogyakarta.

b. Kedirgantaraan

1) Program Pengembangan Industri Dirgantara

Program pengembangan industri dirgantara terdiri dari pengem- bangan industri dan pengembangan kemampuan kedirgantaraan. Kegiatan industri dirgantara ini merupakan bagian dari kegiatan industri pada umumnya, sehingga pembangunan industri dirgantara juga dilaksanakan sesuai dengan arahan pembangunan industri pada umumnya. Pembangunan industri dirgantara dilakukan sekaligus sebagai wahana pembangunan sumber daya manusia dan pemba- ngunan iptek dirgantara, yaitu melalui 4 (empat) tahapan penguasaan: pengenalan teknologi, integrasi teknologi, pengembangan teknologi, serta penelitian dasar dalam skala yang luas.

Pada tahap pengenalan teknologi, sampai dengan tahun 1996/97 telah diproduksi pesawat sekelas 19-24 tempat duduk, helikopter sekelas 5, 15, 23 tempat duduk, komponen struktur pesawat berbadan besar dan pesawat militer. Pada tahap integrasi teknologi telah dapat dihasilkan rancang bangun pesawat sekelas 33-34 tempat duduk (CN-235). Pada tahap pengembangan teknologi, sampai dengan tahun 1996/97 telah berhasil dikembangkan pesawat high-subsonic berka- pasitas 50-70 tempat duduk dengan teknologi pengendalian Fly-by-

VII/32

Wire (N-250). Saat ini pesawat tersebut sedang dalam tahap uji terbang dan sertifikasi serta tahap produksi seri.

Peran serta swasta terus didorong untuk meningkatkan investasi- nya dalam industri teknologi informasi. Hal tersebut terutama dilaku- kan melalui peningkatan berbagai kegiatan litbang dalam bidang industri teknologi informasi. Dalam industri manufaktur telekomuni- kasi, sampai dengan tahun 1996/97 telah mampu diproduksi peralatan untuk stasiun bumi kecil, stasiun bumi mikro untuk transmisi gelombang mikro digital, sistem TVRO (television receive only) dengan antena parabola, serta berbagai komponen elektronika dan alat instrumentasi.

2) Program Penyediaan Jasa Kedirgantaraan

Program penyediaan jasa kedirgantaraan ditujukan untuk men- dorong, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan industri jasa kedirgantaraan dalam menghasilkan berbagai produk jasa kedir- gantaraan. Penyediaan jasa kedirgantaraan tersebut mencakup jasa penerbangan, jasa telekomunikasi satelit, jasa inderaja, informasi geografi, survei dan pemetaan, jasa informasi prakiraan iklim dan cuaca, jasa hujan buatan serta jasa navigasi dan geodesi.

Industri jasa penerbangan mencakup antara lain jasa angkutan udara, jasa bandara, jasa navigasi udara, dan jasa penunjang, seperti jasa pelayanan keselamatan penerbangan, pemeliharaan pesawat, bandar udara dan sebagainya. Dalam rangka penyediaan jasa peme- liharaan pesawat terbang, sampai dengan tahun 1996/97 telah dimiliki "Garuda Maintenance Facility (GMF)" untuk perbaikan pesawat berbadan lebar, "Universal Maintenance Centre (UMC)" untuk mesin pesawat, "Aircraft Services (ACS)" untuk kerangka dan struktur pesawat, dan "Batam Aircraft Maintenance (BAM)" yang mempunyai

VII/33

kemampuan full overhaul. Sementara itu jasa angkutan udara sampai dengan tahun 1996/97 telah menjangkau berbagai negara dan berbagai kota dan daerah di Indonesia.

Jasa telekomunikasi sampai dengan tahun 1996/97 telah meman- faatkan satelit komunikasi domestik serta sistem komunikasi satelit internasional untuk keperluan siaran, komunikasi tetap maupun komunikasi bergerak di darat, di udara, dan di laut. Selain itu juga telah dimanfaatkan jasa telekomunikasi bergerak tanpa kabel berupa telepon selular dan radio panggil. Dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi siaran telah dioperasikan berbagai stasiun penyiaran radio dan televisi, unit pemancar radio dan televisi, dan jaringan siaran satelit terintegrasi (ISBN). Juga telah dimanfaatkan jasa jaringan informasi digital berupa "gate way" untuk dapat mengakses ke basis data di dalam maupun di luar negeri melalui baik Ipteknet, maupun penyedia jasa internet lainnya.

Dalam penyediaan jasa penginderaan jauh (inderaja) sampai dengan tahun 1996/97 telah dimanfaatkan berbagai satelit inderaja resolusi rendah serta satelit inderaja resolusi tinggi. Untuk peman- faatan teknologi inderaja tersebut, telah dioperasikan sistem stasiun bumi yang dapat menerima secara langsung data dari inderaja resolusi tinggi maupun rendah yang berada di Parepare (Sulawesi Selatan), Pekayon (Jakarta), serta Biak (Irian Jaya). Dari hasil pemanfaatan teknologi inderaja tersebut, sampai tahun 1996/97 telah dihasilkan peta rupa bumi berbagai skala, termasuk peta rupa bumi digital, serta peta citra yang meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia. Di samping itu telah dilakukan pemetaan tematik meliputi peta sistem lahan dan kesesuaian lahan, pemetaan tanah, pemetaan hutan dan pemetaan lahan basah. Juga telah diproduksi sejumlah peta geologi bersistem, peta potensi sumber daya mineral, peta potensi batu bara dan gambut, peta geologi dasar laut, peta daerah bahaya gunung api,

VII/34

peta geologi teknik, dan peta hidrogeologi. Data-data tersebut telah dimanfaatkan untuk inventarisasi, evaluasi dan pemantauan serta eksploitasi sumber daya alam.

Selain itu teknologi inderaja juga telah dimanfaatkan dalam pemantauan kekeringan, perkiraan datangnya musim hujan, peman- tauan kebakaran hutan, pemantauan daerah rawan bencana banjir dan letusan gunung berapi, serta penyediaan informasi daerah penang- kapan ikan laut. Pemanfaatan data inderaja pada tahun 19966/97 dengan metoda Normalized Defference Vegetation Index (NDVI) telah memberikan informasi tentang luas perkiraan produksi padi berdasarkan umur tanaman padi dan konsentrasi air pada tanaman di daerah Kerawang dan Sukamandi, Jawa Barat. Dalam pemanfaatan inderaja untuk bidang kelautan pada tahun 1996/97 telah dapat dihasilkan informasi pertumbuhan terumbu karang, parameter fisis air laut, dan lahan pantai, informasi suhu permukaan laut di perairan Selat Sunda - Jawa Barat. Selain itu dalam pemanfaatan bidang matra darat telah dihasilkan informasi perubahan tata guna lahan untuk keperluan pemutakhiran peta serta pemantauan tingkat kehijauan di Pulau Jawa yang dapat memberikan informasi daerah yang mengalami kekeringan khususnya pada musim kemarau. Sedangkan di bidang pemanfaatan lingkungan pada tahun 1996/97 telah dilakukan pemantauan awan di atas udara Indonesia yang menghasilkan informasi tentang prakiraan awal dan akhir musim kemarau di Indonesia.

3) Pemanfaatan Teknologi Dirgantara

Program pemanfaatan teknologi dirgantara bertujuan untuk dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat di perdesaan dan daerah terpencil dengan menggunakan teknologi dirgantara yang dapat dirasakan, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan yang telah

VII/35

dilakukan sampai dengan tahun 1996/97 meliputi pemanfaatan energi angin dan surya, jasa inderaja, iklim dan cuaca, serta pemanfaatan hujan buatan.

Dalam rangka pemanfaatan energi angin sebagai salah satu energi alternatif, terus dikembangkan berbagai prototipe kincir angin dan turbin angin baik untuk keperluan pembangkit listrik maupun pemompaan air di daerah perdesaan yang belum terjangkau aliran listrik. Sampai dengan tahun 1996/97 telah dibangun desa angin percontohan di Jepara, Jawa Tengah dan Desa Selayar di Pulau Lombok yang dapat menghasilkan daya 45 Kw yang telah dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebanyak 257 kepala keluarga. Dalam rangka membuat peta potensi energi angin telah dilakukan pengukuran pada 75 lokasi serta survei dan monitor data angin di 15 lokasi baru, termasuk pengadaan peralatan ukur di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Irian Jaya dan Kalimantan Selatan. Selain itu juga telah dilakukan pengembangan sistem basis data desa angin percontohan Jepara serta kaji ekonomis produksi lokal generator dan komponen sistem energi angin. Dari hasil pemetaan potensi energi angin tersebut, terdapat 36 lokasi yang potensial untuk dikembangkan, antara lain Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Karimun Jawa, Madura, dan Jepara.

Sementara itu dalam pemanfaatan dan pengembangan energi surya pada tahun 1996/97 telah dikembangkan dan dipasang perbagai photovoltaic (pembangkit listrik tenaga surya/PLTS) untuk pembang- kit listrik di wilayah terpencil atau perdesaan yang tidak terjangkau oleh aliran listrik PLN untuk keperluan penerangan dan keperluan rumah tangga lainnya. Di samping untuk kebutuhan rumah tangga, penggunaan PLTS ini juga sangat efektif untuk instalasi air bersih, catu daya televisi repeater, dan instalasi pelayanan kesehatan masya- rakat seperti penyimpan vaksin, serta keperluan radio komunikasi

VII/36

untuk daerah terpencil. Untuk mengefektifkan pemanfaatan PLTS dan pemanfaatan sumber daya energi setempat, telah dikembangkan sistem gabungan pembangkit listrik tenaga hibrid, yaitu penggabungan antara PLTS, PLT diesel dan PLT angin di wilayah Nusa Penida Bali yang merupakan model untuk penerapan di daerah lain.

Dalam jasa informasi prakiraan iklim dan cuaca, terus dilakukan pengamatan kondisi lingkungan atmosfer baik dengan memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang meliputi sistem perolehan data berbasis bumi maupun melalui data satelit. Juga telah dimanfaatkan roket sonda serta balun stratosfer serta berbagai pos-pos pengamatan hujan, iklim dan cuaca untuk mendukung kemampuan dalam pra- kiraan iklim dan cuaca. Untuk meningkatkan pelayanan jasa meteo- rologi, saat ini sedang dibangun stasiun atmosfer global di Bukit Tinggi - Sumatera Barat.

Dari hasil kegiatan penelitian iklim pada tahun 1996/97, didapat- kan hasil bahwa pertumbuhan awan di Indonesia banyak terjadi di daerah pertemuan antara masa udara dingin laut dengan masa panas dari daratan. Sedangkan dalam kegiatan prakiraan rata-rata hujan telah dibuat model sirkulasi laut di lautan Pasifik dan lautan Hindia serta perangkat lunak untuk membuat model parameter hujan yang dapat menghasilkan pola hujan harian. Di samping itu juga telah dilakukan pembuatan model suhu udara di Indonesia untuk daerah Serang, Bogor, Bandung dan Cirebon.

Untuk mendukung informasi kondisi lingkungan atmosfer, pada tahun 1996/97 telah dilakukan pengukuran kualitas udara di beberapa kota besar dan daerah industri antara lain di Jakarta, Bandung, Padalarang, Bekasi dan Cirebon. Sebagai pembanding, juga telah dilakukan pemantauan kualitas udara bersih di atas udara Lembang.

VII/37

Hasil pemantauan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pencemaran udara di beberapa lokasi tersebut masih di bawah ambang batas.

Pada tahun 1996/97 juga dilanjutkan kegiatan penyedian hujan buatan terutama di saat musim kemarau baik untuk mempertahankan kesinambungan produksi listrik tenaga air maupun untuk kepentingan pertanian dan perkebunan. Kegiatan tersebut didukung dengan ber- bagai sarana dan prasarana termasuk laboratorium hujan buatan di PUSPIPTEK Serpong.

4) Pembinaan Kedirgantaraan

Program pembinaan kedirgantaraan ditujukan untuk meningkat- kan produktivitas, efisiensi, dan peran serta masyarakat melalui peningkatan keterpaduan pelaksanaan dan peningkatan pemanfaatan kawasan dirgantara.

Dalam upaya pembinaan kelembagaan tentang tatanan organisasi kedirgantaraan, pada tahun 1996/97 telah teridentifikasi kerangka menyeluruh sebagai konsep awal pengorganisasian unsur-unsur kedirgantaraan nasional. Organisasi dan kelembagaan kedirgantaraan tersebut terus disempurnakan menuju terwujudnya sistem pengelolaan yang terpadu, serasi, efektif dan efisien dalam koordinasi dan pengendalian pemerintah agar sektor kedirgantaraan mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi berbagai kegiatan ekonomi.

Dalam rangka menegakkan kedaulatan atas wilayah dirgantara telah dihasilkan konsepsi kedirgantaraan nasional. Konsepsi tersebut merupakan pengejawantahan Wawasan Nusantara dalam pendaya- gunaan dirgantara, memuat rumusan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya dan lingkungan dirgantara yang merupakan wilayah kedaulatan atau kawasan kepentingan nasional sebagai suatu

VII/38

kesatuan utuh. Selain itu dalam upaya memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah antariksa dan penguasaan iptek dirgantara dalam rangka pendayagunaan keunggulan komparatif wilayah antariksa, dalam tahun 1996/97 Indonesia telah ikut berperan serta dalam berbagai pertemuan internasional. Di wilayah Asia-Pasifik Indonesia telah berpartisipasi dalam program aplikasi antariksa regional untuk pembangunan berkelanjutan di Asia-Pasifik serta pengembangan pusat pendidikan regional di bidang ilmu dan teknologi antariksa. Pusat pendidikan tersebut terutama ditujukan untuk menye- lenggarakan pendidikan dan latihan bagi para pendidik dan ilmuwan di bidang aplikasi teknologi antariksa seperti penginderaan jauh, ling- kungan dan atmosfer, serta komunikasi.

Indonesia juga berperan aktif dalam pengembangan jaringan tentang penelitian perubahan lingkungan global yang merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian lingkungan global melalui kerjasama negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Dalam rangka penegakan kedaulatan dirgantara, terus diupayakan pembi- caraan di berbagai forum bilateral, multilateral, regional, dan inter- nasional sebagai langkah perjuangan, pengawasan dan pengendalian seluruh wilayah udara nasional.

Dalam upaya menciptakan pelaksanaan pembangunan kedirgan- taraan secara terpadu efektif dan efisien, pada tahun 1996/97 telah dikembangkan pusat dokumentasi dan informasi teknik kedirgan- taraan. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan melalui komputerisasi informasi kedirgantaraan serta pembangunan internet sehingga diharap- kan pelayanan data dan informasi kedirgantaraan kepada pengguna dapat dilakukan lebih terpadu, efektif dan efisien serta dapat mendu- kung penyebarluasan dan pemasyarakatan informasi iptek kedirgantaraan.

VII/39

Selain itu untuk menciptakan sumber daya manusia yang mema- dai serta mampu meningkatkan produktivitas di bidang iptek kedirgan- taraan, dilanjutkan peningkatan dan pengembangan kemampuan sumber daya manusia melalui pendidikan di dalam dan luar negeri serta pelatihan penjenjangan teknis dan fungsional. Pada tahun 1996/97 kegiatan ini antara lain menghasilkan tambahan 4 (empat) orang doktor dan 9 (sembilan) orang magister.

VII/40

TABEL VII – 1VARIETAS UNGGUL TANAMAN PANGAN YANG DILEPAS 1)

1993, 1994 – 1996(varietas)

1) Angka kumulatif Mulai Tahun 1989

VII/41

TABEL VII – 2HASIL PELAKSANAAN PROGRAM PEMETAAN DASAR 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka kumulatif2) Angka sementara

VII/42

TABEL VII – 3TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA PENELITI 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(orang)

1) Angka Kumulatif2) Angka Sementara3) Dihentikan

VII/43

TABEL VII – 4PROPOSAL PENELITIAN YANG LOLOS SELEKSI

DALAM PAKET PENELITIAN KOMPETITIF 1)1993/94, 1994/95 – 1996/97

(judul)

1) Angka kumulatif

VII/44