p e n d a h u l u a n · web viewdalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis...
TRANSCRIPT
P E N D A H U L U A N
Penulisan suatu sejarah adalah suatu hal yang penting karena melalui penulisan sejarah
ini, generasi yang ada pada saat ini, dapat mengetahui tentang keadaan pada masa lalu.
Selanjutnya pula penulisan sejarah pada saat ini sangat berguna bagi generasi yang akan
datang.
Gereja Masehi Injili di Minahasa yang saat ini memasuki usia yang ke-50, merasakan
akan pentingnya sejarah pertumbuhan jemaat dan sekaligus tentang Pekabaran Injil di seluruh
jemaat. Untuk memenuhi penulisan sejarah di tiap jemaat ini, maka Panitia Yubelium GMIM
tahun 1984 mencantumkan salah satu kegiatan Panitia adalah penulisan sejarah.
Untuk penulisan sejarah Jemaat Winangun Bawah harus dihubungkan dengan sejarah
terbentuknya Desa Winangun karena:
1. Jemaat Winangun Bawah berkedudukan di Desa Winangun.
2. Proses pembentukan Desa dan Jemaat terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu
Desa Winangun tahun 1965, sedangkan Jemaat Winangun Bawah tahun 1968.
Adapun penulisan sejarah ini oleh penyusun telah ditulis dengan sistimatika sebagai
berikut:
PENDAHULUAN
BAB I TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN DESA WINANGUN DAN
JEMAAT WINANGUN BAWAH
A. Sejarah Terbentuknya Desa Winangun
B. Sejarah Terbentuknya Jemaat Winangun Bawah
C. Sejarah Pembangunan Tempat-tempat Ibadah
BAB II PERTUMBUHAN JEMAAT WINANGUN BAWAH
A. Statistik
B. Peristiwa-peristiwa Penting
C. Susunan Majelis Jemaat dan perangkan Jemaat lain periode
1970 – 1985
BAB III PELAYANAN JEMAAT WINANGUN BAWAH
A. Persekutuan
B. Kesaksian
C. Diakonia
BAB IV PENUTUP
1
BAB ITINJAUAN TENTANG PEMBENTUKKAN DESA WINANGUN DAN
JEMAAT WINANGUN BAWAH
A. SEJARAH TERBENTUKNYA DESA WINANGUNDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang
terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di depan Hotel Ricardo menurut
keadaan sekarang, telah bermukim 5 rumah tangga sebagai penduduk pertama di tempat
tersebut. Keluarga-keluarga tersebut ialah keluarga Andries-Karundeng, keluarga Keintjem-
Kalengkongan, keluarga Londa-Frederik, Keluarga Ruru-Simbawa dan keluarga Mahoro-
Lumimbe.
Tempat pemukiman di sekitar batu tersebut kemudian dikenal dengan Paal Empat.
Dalam tahun 1915 batu itu telah dihancurkan dengan dinamit, karena pada waktu itu
diadakan perbaikan/pelebaran jalan.
Penduduk pertama Paal Empat berasal adri pedalaman Kabupaten Minahasa,
seperti dari Kali, Leilem, Sonder dan hanya satu keluarga yang berasal dari Kabupaten
Sangihe dan Talaud.
Adapun mata pencaharian penduduk tersebut ialah sebagai petani dan di samping itu
mereka bekerja pada kebun-kebun kelapa milik Said Al Mansur, Liem Tjae Tjie, Lao Tae
Kang, dan lain-lain.
Paal Tiga dan Kolo Tujuh, yang masing-masing terletak kira-kira 1 km dari Paal
Empat, bersama Paal Empat sejak zaman pemerintah Hindia Belanda hingga zaman
Pemerintah Republik Indonesia, secara administratif, terhisap dalam wilayah Kampung/Desa
Pineleng.
Sewaktu Wolter V. Korinus menjabat sebagai Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng,
maka Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh termasuk satu Jaga ialah Jaga IV Desa
Pineleng dengan Kepala Jaga: Dul Lalawi dan Meweteng: Nathan Salindeho, kemudian
mulai tahun 1963, Paal Tiga dan Paal Empat menjadi satu jaga ialah Jaga V Desa Pineleng
dengan Kepala Jaga: Richard William Gosal dan Meweteng: Jan Nangkoda, sedangkan Kilo
Tujuh tetap Jaga IV.
Bermacam-macam peristiwa telah dialami oleh penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan
Kilo Tujuh.
Sewaktu pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, penduduk Paal Empat dan Kilo
Tujuh seringkali secara paksa harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diperintahkan
oleh Pemerintah Jepang seperti melakukan pekerjaan-pekerjaan di Mapanget dan di
tempat-tempat lain.
Ada pergolakan PRRI/Permesta sebagian penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo
Tujuh menyingkir ke Pakowa/Ranotana dan tempat-tempat lain. Dalam tahun1960 mereka
secara berangsur-angsur mulai kembali dari tempat penyingkirannya.
2
Dari tahun ke tahun Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh beserta penduduknya
berkembang dengan pesat.
Pada tanggal 8 Februari 1962 telah dibuka Sekolah Dasar Negeri di Paal Empat,
yang pada waktu itu masih merupakan cabang dari Sekolah Dasar Negeri Pineleng. Sekolah
tersebut berdiri sendiri dalam tahun 1964
Selain satu Sekolah Dasar Negeri di Paal Empat yang berfungsi juga sebagai tempat
Ibadat GMIM, maka Paal Tiga dalam tahun 1964, terdapat pula satu Sekolah Dasar R.K.
bersubsidi, sedang di Kilo Tujuh terdapat satu gedung gereja. Demikian pula pada tahun
1952 telah terdapat pekuburan di Paal Empat sesuai Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Kabupaten Minahasa No.: E 6/I/16/52
Selanjutnya penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuah dalam tahun 1964
telah berjumlah kira-kira 280 jiwa dengan 72 keluarga.
Berhubung dengan perkembangan-perkembangan tersebut, timbul keinginan di
kalangan penduduk Paal Empat supaya Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh dijadikan
sebuah desa yang terpisah dari Desa Pineleng, yang letaknya kira-kira 3½ Km dari Paal
Empat.
Untuk dapat memperjuangkan keinginan tersebut kepada yang berwajib, maka
beberapa tokoh masyarakat Paa Empat, pada tanggal 14 April 1964 telah membentuk
Panitia Pembangunan Winangun, yang disebut ”Panitia 8” karena personalianya terdiri dari
8 orang ialah:
Ketua : Musa Eduard AwuyWakil Ketua : Agustinus RantungSekretaris : Amelius WahiuBendahara : Semuel Rewur Koordinator : Benyamin LabelahaAnggota : Richard William GosalAnggota : Itow Oleng RuruAnggota : Martinus Nicolaas Gosal
dan sebagai pelindung ialah Wolter V. Korinus, Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng.
Kecuali Agustinus Rantung yang beragama R.K. semua anggota-anggota Panitia
tersebut pada waktu itu adalah anggota GMIM.
Tugas Panitia tersebut antara lain memperjuangkan kepada yang berwajib supaya
Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh, sesuai dengan perkembangannya, dijadikan sebuah
desa yang berdiri sendiri yaitu terpisah dari Desa Pineleng.
Selain mengadakan pembicaraan-pembicaraan tentang tugas dan pelaksanaannya,
Panitia 8 membicarakan pula tentang pencalonan Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa untuk
Desa yang akan dibentuk.
Mula-mula tidak seorangpun di antara anggota Panitia 8 yang bersedia dicalonkan,
tetapi setelah dirundingkan akhirnya telah disepakati bahwa yang telah mendapat suara
terbanyak dalam pemungutan suara untuk pencalonan jabatan Hukum Tua/Kepala Desa,
ialah Semual Rewur.
3
Panitia 8 dengan suratnya tanggal 16 April 1964 kepada Hukum Kedua/Camat
Pineleng, telah mengajukan permohonan kiranya sudi merestui pembetnukan Panitia
tersebut.
Setelah direstui oleh Hukum Kedua/Camat Pineleng tersebut, Panitia 8 kemudian
membuat surat permohonan yang ditujukan kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten
Minahasa melalui Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng dan Hukum Kedua/Camat Pineleng,
yang isinya permohonan supaya Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh dapat disatukan
menjadi sebuah Desa yang berdiri sendiri, yang terpisah dari Desa Pineleng.
Surat Permohonan yang ditanda tangani oleh anggota-anggota Panitia 8, disertai
juga lampiran yang ditanda tangani oleh 15 orang lain sebagai tokoh-tokoh masyarakat Paal
Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh.
Dalam surat permohonan tersebut disertai dengan peta tentang Desa yang diusulkan
yaitu meliputi wilayah Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh. Untuk nama Desa yang
diusulkan dibentuk akan diberi nama Winangun.
Sengaja telah dipilih nama tersebut, yang berasal dari nama gedung gereja GMIM di
Kilo Tujuh, dengan pertimbangan dan pengharapan, bahwa penduduk Kilo Tujuh juga akan
menjadi penduduk desa yang akan dibentuk, bersama-sama dengan penduduk Paal Tiga
dan Paal Empat, antara lain karena jalan Kilo Tujuh dengan Paal Tiga/Paal Empat adlaah
lebih dekat, bila dibandingkan dengan jarak Kilo Tujuh dengan Desa Pineleng.
Beberapa bulan kemudian seorang dari utusan Panitia 8 tersebut ialah Musa Eduard
Awuy untuk kedua kalinya menemui yang berwajib di Tondano. Dari Pemerintah Kabupaten
Minahasa diperoleh pejelasan pada prinsipnya tidak berkeberatan untuk membentuk lagi
sebuah desa yang akan menjadi Desa ke-14 dalam lingkungan Kecamatan Pineleng.
Untuk dapat mewujudkannya, maka dengan sendirinya perlu diadakan persiapan-
persiapan seperlunya serta pula diadakan penyelidikan, apakah Paal Tiga, Paal Empat dan
Kilo Tujuh sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menjadi sebuah desa yang
berdiri sendiri.
Dalam hubungan ini, maka Hukum Besar/Wedana Tomohon pada permulaan tahun
1965, telah membentuk Panitia kemungkinan berdirinya Desa Winangun, yang disebut juga
”Panitia 9”, dengan susunan sebagai berikut:
Ketua I : Alexander Abraham Pattymahu, Pejabat Hukum Kedua/Camat Pineleng.
Ketua II : Welly Taliwongso, ButerpraSekretaris : Musa Akuba, Guru.Anggota : J. Wolah, Dansek.Anggota : Wolter V. Korinus, Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng.Anggota : Tumbel, Hukum Tua/Kepala Desa Koha.Anggota : M.N. Pokatong, Hukum Tua/Kepala Desa Malalayang.Anggota : Ny. Walujan-Wullur, unsur Kesehatan.Anggota : Seorang dari unsur Fronas.
Panitia tersebut selain mengadakan penyelidikan seperlunya, memberikan pula
penerangan dan penjelasan secara teratur kepada penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan
Kilo Tujuh tentang rencana pembentukkan Desa Winangun.
4
Pada waktu Pejabat Hukum Kedua/Camat Pineleng Alexander Abraham Pattymahu,
dengan disertai Wolter V. Korinus Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng dan Musa Eduard
Awul, Ketua Panitia 8 mengadakan peninjauan tentang batas-batas desa yang akan
dibentuk, maka setelah tiba di Kilo Tujuh, mereka menerima secara lisan suatu pernyataan
dari penduduk Kilo Tujuh ialah bawah penduduk tersebut ingin tetap bergabung saja dengan
Desa Pineleng.
Berhubung dengan pernyataan tersebut, maka dalam peta wilayah Desa Winangun
yang sudah dibuat, telah diadakan perobahan seperlunya yaitu wilayah Kilo Tujuh
dikeluarkan dari peta tersebut.
Setelah selesai mengadakan penyelidikan, maka Panitia 9 berkesimpulan bahwa
Paal Tiga dan Paal Empat telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi
sebuah desa yang berdiri sendiri.
Hasil penyelidikan tersebut telah disampaikan oleh Panitia 9 kepada Panitia 8 dan
masyarakat Paal Tiga dan Paal Empat pada tanggal 11 Juni 1965 bertempat di tempat
Ibadah GMIM yang berfungsi juga sebagai gedung sekolah di Paal Empat.
Pada waktu itu Tripitada Kecamatan Pineleng mencalonkan seorang Pamong Desa
ialah Kepala Desa Jaga V Desa Pineleng untuk jabatan Hukum Tua/Kepala Desa
Winangun, tetapi yang bersangkutan tidak bersedia dicalonkan, antara lain karena ia
sebagai anggota Panitia 8, menghormati keputusan yang telah diambil oleh Panitia tersebut
tentang pencalonan Hukum Tua/Kepala Desa Winangun.
Sesuai usul Panitia 8 yang diperkuat lagi oleh Eduard Lumoindong, Alexander
Manoppo dan Ibu Merry Tamon, yang ketiganya dianggap mewakili tokoj-tokoh masyarakat
Paal Tiga dan Paal Empat, maka Semuel Rewur pada tanggal itu juga, yakni 11 Juni 1965
telah ditunjuk sebagai Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa Winangun, dengan perintah supaya
mulai menjalankan tugas pada tanggal tersebut dan dalam hubungan ini, maka Pamong
Desa Jaga V Desa Pineleng, telah diperintahkan pula supaya segera mengadakan serah
terima dengan Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa Winangun.
Karena pada waktu itu masih berlaku larangan Pemerintahan tentang Pemekaran
Desa, maka Surat Keputusan tentang Pembentukkan Desa Winangun belum dapat
dikeluarkan oleh yang berwajib.
Walaupun demikian, dengan penunjukkan seorang Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa
Winangun pada tanggal 11 Juni 1965, dapatlah dianggap bahwa Paal Tiga dan Paal Empat
secara ”de facto” telah menjadi Desa Winangun sejak tanggal tesebut, yaitu telah terpisah
dari Desa Pineleng, walaupun masih dengan status sebagai ”Anak-Desa Pineleng”, ialah
sebagai Desa Percobaan.
Sebagai Pamong Desa pertama Desa Winangun, yang terdiri dari Jaga I dan Jaga II,
telah ditunjuk:
Juru Tulis : Musa Eduard AwuyKepala Jaga Am. : Richard William GosalKepala Jaga Polisi : Alexander WalujanKepala Jaga Pengukur : Amelius Wahiu Kepala Jaga I : Sam Poli
5
Meweteng Jaga I : Engelbert LolowangKepala Jaga II : Anton BranMeweteng Jaga II : Anton NemanMantri Air : Jan NangkodaTukang Plakat. : Thomas Suawa
Sesuai dengan perkembangan-perkembangan kemudian, maka Desa Winangun
ternyata mulai tahun 1969 telah menerima uang bantuan desa dari pemerintah. Ini berarti
bahwa sehak tahun tersebut secara resmi Winangun telah menjadi desa yang berdiri sendiri.
B. SEJARAH TERBENTUKNYA JEMAAT WINANGUN BAWAHPenduduk pertama Paal Empat, yang dalam tahun 1914 terdiri dari 5 rumah tangga,
semuanya menganut agama Kristen Protestan.
Demikian pula halnya dengan penduduk pertama, yang telah bermukim antara tahun
1906 dan tahun 1915 di sekitar tanda petunjuk jarak di tepi jalan Manado-Tomohon, tepat 7
Km dari Manado seperti keluarga Salenda-Elias, keluarga Lumoindong-Noo, keluarga
Walewangko Salenda, keluarga Zakarias-Matiti, Keluarga Tamaka-Rimbing, keluarga
Salindeho-Zakarias dan Philip Brael.
Tempat pemukiman tersebut yang letaknya kira-kira 1 Km dari Paal Empat, kemudian
dikenal dengan Kilo Tujuh.
Sebelum berdirinya GMIM pada tahun 1934, maka pengaturan tentang Jemaat-
jemaat Kristen Protestan di Minahasa, dimuat dalam ”Reglement van de Protestantse Kerk
in de Minahasa”, yang antara lain menyatakan bahwa di Minahasa terdapat Jemaat-jemaat
Melayu Protestan yang dilayani/dipimpin oleh seorang Penolong/Inlands Leeraar atau
seorang Guru Jemaat, sedangkan satu-satunya jemaat Protestan berbahasa Belanda hanya
terdapat di Kota Manado, yang dilayani’dipimpin oleh seorang Predikant dan yang
membawahi juga Jemaat-jemaat Melayu Protestan di Kota Manado.
Jemaat-jemaat Melayu Protestan di Minahasa, kecuali yang terdapat di Kota Manado,
terhisab dalam Resort yang dikepalai oleh seorang Hulpprediker (tamatan Oegstfeest) dan
yang bersama-sama dengan Predikant di Kota Manado berada di bawah seorang Predikant-
Voorzitter yang mengepalai Jemaat Protestan di Minahasa.
Jemaat Kristen Protestan baik di Kilo Tujuh maupun di Paal Empat, pada waktu itu
secara organisasi pelayanan, terhisab dalam Jemaat Melayu Protestan Pineleng, yang
termasuk Resort Manado-Maumbi.
Dalam tahun 1928, Jemaat Kristen Protestan di Kilo Tujuh dan Paal Empat menjadi
Jemaat Melayu Protestan Kilo Tujuh/Paal Empat, yang terpisah dari Jemaat Melayu
Protestan Pineleng dan langsung termasuk Resort Manado-Maumbi, kemudian menjadi
Jemaat GMIM Winangun dengan berdirinya GMIM pada tanggal 30 September 1934.
Selanjutnya Jemaat GMIM Winangun mulai tahun 1934 sampai tanggal 1 Januari
1951 termasuk Klasis Manado-Maumbi, kemudian dengan Surat Keputusan Badan Pekerja
Sinode GMIM tanggal 4 Desember 1951 no. 86 (salinan Surat Keputusan tersebut dimuat
dalam Lampiran III) terhitung mulai tanggal 1 Januari 1951 termasuk Jemaat GMIM Manado
6
(Lingkaran Jemaat Manado) dan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM
tanggal 27 November 1962 no. 35 (salinan Surat Keputusan tersebut dimuat dalam lampiran
IV) terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1962 termasuk Wilayah Ranotana-Bahu.
Tokoh-tokoh yang pernah melayani/memimpin Jemaat Kristen Protestan di Kilo Tujuh dan
Paal Empat sewaktu masih terhisab dalam Jemaat Melalui Protestan Pineleng, kemudian pernah
melayani/memimpin berturut-turut Jemaat Melayu Protestan Kilo Tujuh/Paal Empat dan Jemaat
GMIM Winangun sejak tahun 1914 sampai terbentuknya Jemaat Winangun Bawah, ialah:
No Nama Tokoh-Tokoh Periode Nama Jemaat
Nama Resort/Klasis/
Lingkaran/Wilayah
1
Petrus Walewangko, pensiunan guru (Anggota Majelis Jemaat Melayu Protestan Pineleng.
1914 – 1921 Jemaat Melayu Protestan Pineleng
Resort Manado - Maumbi
2
Hendrik Tamaka, bekas boomklerk, (Anggota Majelis Jemaat Melayu Protestan Pineleng).
1921 - 1928 Jemaat Melayu Protestan Pineleng
Resort Manado - Maumbi
3 Hendrik Tamaka, bekas boomklerk. 1928 – 1934
Jemaat Melayu Protestan Kilo
Tujuh/Paal Empat
Resort Manado - Maumbi
4
Hendrik Tamaka, bekas boomklerk (Guru Jemaat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Benyamin Salindeho, Pnt. Gustaaf Lahutung, Sym. Israel Walewangko, Pnt. Parmenas Salindeho di Paal Empat dan Sym. Julius Labelaha di Paal Empat.
1934 – 1945 Jemaat GMIM Winangun
Klasis Manado-Maumbi
5
Benyamin Salindeho (Guru Jemaat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Armensius Wahiu, Sym. Ny. Salindeho-Saul, Pnt. Parmenas Salindeho di Paal Empat dan Julius Labelaha di Paal Empat.
1945 - 1951 Jemaat GMIM Winangun
Klasis Manado-Maumbi
6
Benyamin Salindeho (Guru Jemaat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Armensius Wahiu, Sym. Ny. Salindeho-Saul, Sym. Julius Labelaha di Paal Empat dan Pnt. Berturut-turut Parmenas Salindeho, Junius Oleng Ruru dan Ny. Costantina Korban-Salindeho.
1 Januari 1951
Sampai1 Oktober
1962
Jemaat GMIM Winangun
Jemaat GMIM
Manado (Lingkaran
Jemaat Manado)
7 Benyamin Salindeho (Guru Jemat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Armensius Wahiu,
1 Oktober 1962 - 1968
7
Pnt. Jafet Damping, Sym. Ny. Salindeho-Saul, Sym. Jeremias Mamahit, Pnt. Di Paal Empat beturut-turut: Junius Oleng Ruru dan Ny. Costantina Korban-Salindeho.
Salah satu faktor yang mendorong Jemaat GMIM Di Paal Empat untuk membentuk
Jemaat yang terpisah dari Jemaat GMIM Winangun ialah kenyataan bahwa Paal Tiga dan
Paal Empat yang sejak Pemerintahan Hindia Belanda secara administratif termasuk
Kampung/Desa Pineleng pada 11 Juni 1965 dapatlah dianggap telah terpisah dari Desa
Pineleng, walaupun masih dalam Status ”Anak Desa Pineleng” yaitu sebagai Desa
Percobaan, berhubung dengan penunjukkan seorang Pejabat Kepala Desa Winangun pada
tanggal tersebut sebagai langkah pertama menuju ke pembentukkan Desa Winangun yang
berdiri sendiri.
Selain dari pada itu Jemaat GMIM di Desa Winangun telah memiliki sebuah tempat
ibadah dan pada permulaan tahun 1968 telah terdiri dari 59 rumah tangga dengan kira-kira
374 jiwa. Berhubung dengan faktor-faktor tersebut, maka Jemaat GMIM di Desa Winangun,
sangat menginginkan supaya mereka dapat disatukan dalam satu Jemaat GMIM tersendiri,
yang terpisah dari Jemaat GMIM Winangun.
Setelah beberapa kali diadakan musyawarah antara lain antara Pendeta W.E.H. Siby,
Ketua Wilayah Ranotana-Bahu dengan Benyamin Salindeho, Ketua Jemaat GMIM
Winangun beserta tokoh-tokoh Jemaat GMIM di Desa Winangun, akhirnya permulaan tahun
1968 telah dimufakati bahwa untuk kelancaran pelayanan dan sementara menunggu
perkembangan lebih lanjut, maka ke dalam dianggap seolah-olah Jemaat GMIM Winangun
telah terbagi dua menjadi Jemaat Winangun Atas di Kilo Tujuh dan Jemaat Winangun
Bawah di Desa Winangun, akan tetapi keluar masih tetap hanya ada satu Jemaat GMIM
Winangun.
Dalam hubungan ini maka pada tanggal 28 Maret 1968, telah dilakukan pemilihan
anggota-anggota Majelis Jemaat khusus untuk Jemaat Winangun Bawah dan yang terpilih
ialah:
Ketua (Penatua) : Junius Oleh RuruWakil Ketua (Penatua) : Ny. Costantina Korban-SalindehoPanitera (Syamas) : Musa Eduard AwuyWakil Panitera (Penatua) : Herman LumempouwBendahara (Syamas) : Louisa Margaretha KandouwKetua Kaum Bapa (Penatua) : Amelius WahiuPenatua : Parmenas Salindeho Penatua : Jonahis KeintjemSyamas : Ponania Wulan Lena Lumintang
Anggota-anggota Majelis Jemaat tersebut pada tanggal 12 April 1968 diteguhkan
oleh Pendeta W.E.H. Siby , Ketua Wilayah Ranotana-Bahu dalam satu kebaktian yang
diadakan di tempat ibadat yang berfungsi juga sebagai sekolah di Desa Winangun.
8
Pada waktu itu Jemaat Winangun Bawah belum terbagi dalam Kolom-kolom dan baru
dalam bulan November 1969 dibentuk 2 Kolom, tetapi pada kenyataannya masih tetap ada
satu wilayah pelayanan.
Selanjutnya ditunjuk sebagai Pimpinan Kaum Bapa, Kaum Ibu dan Pemuda ialah:
Kaum Bapa:
Ketua : Amelius WahiuSekretaris : Frans SarayarBendahara : Richard William Gosal
Kaum Ibu:
Ketua Kaum Ibu Jemaat Winangun Atas/Bawah : Ibu Costantina Korban-SalindehoKetua : Ibu Luisa PangkongSekretaris : Ibu Nontje RuruBendahara : Ibu Louisa Margaretha Kandou
Pemuda:
Ketua I : Anneke Eva SaroinsongKetua II : Adrian RuruSekretaris I : Frans Hendrik RuntuwarouwSekretaris II : Deetje LolowangBendara : Mieke Gosal
Guru Sekolah Minggu : Anekke Eva Saroinsong
Yang ditunjuk sebagai Kostor ialah Djon Tambuwun.
Perlu dikemukakan bahwa karena kesehatan Ketua Jemaat Junius Oleng Ruru
terganggu, maka dalam rapat Majelis Jemaat besama Pendeta W.E.H. Siby tanggal 19
Agustus 1969, Penatua Johanis Keintjem ditunjuk sebagai Pejabat Ketua Jemaat, terhitung
mulai tanggal tersebut sampai masa pelayanan Majelis Jemaat berakhir yakni Desember
1969.
Kemudian sesuai dengan perkembangan dalam organisasi pelayanan GMIM, maka
pembentukkan Jemaat Baru, dengan berlakunya Tata Gereja GMIM 1970, terhitung mulai
tahun 1970, harus ditetapkan dengan suatu Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM.
Setelah diadakan penyelidikan di kantor Sinode GMIM, ternyata bahwa tidak dapat
ditemukan suatu Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tentang pembentukkan
Jemaat Winangun Atas dan Jemaat Winangun Bawah. Baru dalam rangka peninjauan
batas-batas wilayah di seluruh GMIM, untuk pertama kali muncul Jemaat Winangun Atas
dan Jemaat Winangun Bawah yaitu dimuat dalam Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode
GMIM tanggal 31 Maret 1970 no. 22 (salinan Surat Keputusan tersebut dimuat dalam
lampiran V) yang antara lain menetapkan bahwa wilayah Manado Selatan terdiri dari
himpunan dan persekutuan Jemaat Winangun Atas, Jemaat Winangun Bawah, dan jemaat-
jemaat lain terhitung mulai tanggal 1 April 1970.
Berdasarkan Surat Keputusan Tersebut, dapatlah dianggap bahwa Jemaat GMIM
Winangun pada tanggal 1 April 1970 telah dimekarkan menjadi Jemaat Winangun Atas di
Kilo Tujuh dan Jemaat Winangun Bawah di Desa Winangun dan dengan demikian maka
Jemaat Winangun Atas dan Jemaat Winangun Bawah secara resmi telah dibentuk oleh
yang berwenang pada tanggal tersebut.
9
Jadi boleh dikatakan bahwa Jemaat Winangun Bawah secara ”de facto” telah
terbentuk pada tanggal 12 April 1968 dengan diteguhkannya Majelis Jemaat Winangun
Bawah yang pertama pada tanggal tersebut, dan secara ”de jure” telah terbentuk pada
tanggal 1 April 1970 berdasarkan Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tanggal 31 Maret
1970 no. 22
B. SEJARAH TERBENTUKNYA JEMAAT WINANGUN BAWAHSebelum gedung gereja ”SION” Jemaat Winangun Bawah di Desa Winangun
sekarang, maka tempat-tempat Ibadah Jemaat Kristen Protestan/Jemaat GMIM di Paal
Empat/Desa Winangun berkali-kali berpindah tempat.
Menarik sekali apabila dalam sejarah Jemaat Winangun Bawah, dapat dimuat pula
sekilas pandang tentang sejarah pembangunan tempat-tempat ibadah sebelum dan
sesudah terbentuknya Jemaat Winangun Bawah. Sektsa tentang letaknya tempat-tempat
Ibadah di Paal Empat/Desa Winangun sejak tahun 1927 hingga sekarang dimuat dalam
lampriran I.
Penduduk pertama Paal Empat yang semuanya menganut agama Kristen Protestan,
karena belum memiliki tempat ibadah, mula-mula beribadah bersama-sama dengan Jemaat
Kilo Tujuh, yang dalam tahun 1921 telah dapat membangun sebuah tempat ibadah darurat
di Kilo Tujuh yang dibuat dari bambu dengan atap rumbia.
Demi kepentingan bersama maka dalam tahun 1925, Jemaat Paal Empat dan Jemaat
Kilo Tujuh, yang masing-masing terdiri dari 7 rumah tangga pada waktu itu telah
membangun secara gotong royong sebuah gedung gereja di Kilo Tujuh dengan lantai beton
dan mendapat sumbangan berupa bahan-bahan bangunan antara lain semen dari Petrus
Makasutji, Penolong/Inlands Leeraar Jemaat Melayu Protestan Pineleng.
Gedung gereja tersebut yang terletak di pekarangan milik keluarga Zakatias-Matatiti
yaitu di sebelah Barat tempat ibadah darurat yang dibangun dalam tahun 1921, sesuai usul
Napoleon Sompotan, seorang anggota Majelis Jemaat Melayu Protestan Pineleng, diberi
nama ”Winangun”, yang berarti ”diperindah”.
Nama ”Winangun” berasal dari kata ”Wangun” dalam bahasa Toumbulu, salah satu
bahasa daerah Kabupaten Minahasa, yang berarti ”bagus/indah”.
Demikianlah, maka jemaat Paal Empat mulai tahun 1925 beribadah bersama-sama
dengan Jemaat Kilo Tujuh di gedung gereja Winangun di Kilo Tujuh, yang kemudian dalam
tahun 1929 telah terbentuk semi permanen antara lain berkat bantuan seng dari keluarga
Nayoan-Lasedu di Pineleng.
Baru dalam tahun 1927, Jemaat Paal Empat yang pada waktu itu masih terdiri dari 7
keluarga, secara gotong royong membangun sebuah tempat beribadah darurat di Paal
Empat, dibuat dari bambu dengan atap rumbia dan yang terletak di atas tanah milik keluarga
Wakkary, di dekat jalan raya Manado-Tomohon yaitu di sebelah kanan jalan bila menuju ke
Tomohon, tidak jauh dari tempat di mana pernah ada batu dengan kata/angka Paal Empat
tertulis di atasnya.
10
Dalam tahun 1934 tempat ibadah tersebut telah dipindahkan ke sebelah timur,
sehingga terletak di tepi jalan raya.
Sewaktu pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, Jemaat GMIM di Paal Empat,
praktis tidak sempat lagi beribadah, karena mereka seringkali secara paksa harus
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diperintahkan oleh Pemerintah Jepang.
Berhubung dengan hal tersebut, maka tempat Ibadah di Paal Empat tidak terpelihara
lagi dan dalam tahun 1942 menjadi rusak lalu roboh. Karena tidak ada tempat ibadah lagi,
Jemaat Paal Empat kemudian beribadah kembali di gedung gereja ”Winangun” bersama-
sama dengan Jemaat Kilo Tujuh.
Sewaktu pergolakan PRRI/PERMESTA sebahagian penduduk Paal Empat
menyingkir ke Ranotana/Pakowa dan ke tempat-tempat lain dan baru dalam tahun 1960
secara berangsur-angsur mereka kembali dari tempat penyingkirannya.
Pada tanggal 24 Desember 1961 kira-kira 10 rumah tangga di Paal Empat telah
merayakan Natal/Pohon Terang di rumah keluarga Ruru-Pangkong yang terletak di tanah
milik keluarga Wakkary di tepi jalan raya, karena pada waktu itu tidak ada lagi tempat ibadah
sebab sudah rusak.
Sejak tanggal tersebut maka rumah keluarga Ruru-Pangkong digunakan sebagai
tempat ibadat.
Untuk kepentingan pendidikan anak-anak di Paal Empat, yang sejak pergolakan
PRRI/PERMESTA tidak dapat lagi bersekolah dengan teratur di Pineleng, maka dalam
permulaan tahun 1962, pada waktu itu anak-anak di atas 6 twhun di Paal Empat berjumlah
14 orang, berkat usaha Junius Oleng Ruru telahd apat disetujui oleh Karel Sondakh, Kepala
Sekolah Dasar Negeri Pineleng, untuk mendirikan sebuh Sekolah Dasar Negeri di Paal
Empat, asal dapat disediakan tempat untuk sekolah tesebut.
Setelah yang bersangkutan dihubungi oleh Junius Oleh Ruru dan Benyamin
Labelaha, maka sebagai tempat sekolah telah ditunjuk rumah Pamenas Salindeho, yang
terletak di atas tanah milik keluarga Kandou yaitu di sebelah kiri jalan raya yang menuju ke
Tomohon dari Manado, berhadapan miring dengan rumah keluarga Ruru-Pangkong.
Setelah mendapatkan bantuan alat-alat perlengkapan seperti bangku dan meja dari
Kepala Sekolah Dasar Negeri Pineleng, maka pada tanggal 8 Februari 1962 sekolah
tersebut masing merupakan cabang dari Sekolah Dasar Negeri Pineleng, telah dibuka oleh
Kepala Sekolah Dasar Negeri Pineleng dan yang bekerja sebagai guru-guru pertama ialah
Boy Tamon dan Nona Legi.
Sekolah tersebut kemudian tanggal 1 Agustus 1964 telah berdiri sendiri berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Minahasa tanggal 20 April 1965 No.:
PKK.2/3/16/65.
Rumah Parmenas Salindeho yang digunakan sebagai sekolah ternyata tidak dapat
menampung lagi semua murid yang terus meningkat jumlahnya, karena makin banyak
keluarga yang telah kembali dari tempat penyingkirannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam bulan Maret 1962 telah dibangun
secara gotong royong oleh Jemaat GMIM di Paal Empat, sebuah pondok di depan rumah
11
Parmenas Salindeho tersebut dengan mendapat bantuan uang sebesar Rp. 450,- dari Kas
Jemaat GMIM di Paal Empat, sebab sekolah tersebut kemudian digunakan juga sebagai
tempat ibadah Jemaat GMIM di Paal Empat (Kanisah).
Dalam satu kebaktian di Kanisa tersebut yakni pada tanggal 6 Mei 1962, Pdt. J.A.
Pontororing dari Jemaat GMIM Manado (lingkaran Jemaat Manado), telah meneguhkan
Junius Oleng Ruru dan Ny. Costantina Korban-Salindeho, masing-masing sebagai Penatua
Jemaat GMIM Winangun.
Ternyata kemudian, bahwa Kanisah tersebut tidak dapat lagi memuat seluruh Jemaat
yang beribadah sebab sudah lebih banyak penduduk Paal Empat yang kembali dari tempat
penyingkirannya.
Berhubungan dengan hal tersebut, maka Kanisah tersebut telah diperluas dan
dipindahkan ke sebelah kiri rumah Parmenas Salindeho yaitu dalam tahun 1963. Dalam
tahun ini juga Kanisah tersebut telah dipindahkan ke sebelah kanan rumah Parmenas
Salindeho, sebab keluarga Parmenas Salindeho yang telah kembali ke tempat
penyingkirannya merasa agak terganggu karena Kanisah tersebut letaknya sangat
berdekatan dengan rumah mereka.
Kemudian Kanisah yang berfungsi juga sebagai sekolah, dalam permulaan tahun
1964, telah dipindahkan ke tanah negara (bekas Erfp.Verp.158) di sebelah Barat jalan
Manado-Tomohon, tidak jauh dari rumah keluarga Ruru-Pangkong yaitu dibuat dari bambu
dengan atap rumbia dan dengan tiang-tiang batang kelapa.
Karena Kanisah tersebut dianggap kurang luas, maka beberapa bulan kemudian
dibangun sebuah Kanisah baru, yang berfungsi juga sebagai sekolah, kira-kira 5 M ke
sebelah timur yaitu menghadap ke Selatan, sedang Kanisah yang lama tidak/belum
dibongkar lagi sewaktu Kanisah yang baru mengalami kerusakan akibat amukan angin.
Setelah diperbaiki, maka bertempat di Kanisah tersebut berlaku suatu peristiwa
penting, sewaktu Pendeta W.E.H. Siby, Ketua Wilayah Ranotana-Bahu pada tanggal 12
April 1968.
12
BAB IIPERTUMBUHAN JEMAAT WINANGUN BAWAH
1. Sejarah Jemaat Winangun Bawah memberi kesaksian betapa agung, bersemarak
dan ajaibnya perbuatan-perbuatan Tuhan Allah yang telah dilakukanNya, mula-mula di Paal
Empat dan kemudian di Desa Winangun. Jemaat Kristen Protestan di Paal Empat, telah
mengalami perkembangan dalam organisasi pelayanan berturut-turut melalui Jemaat
Melayu Protestan Pineleng, Jemaat Melayu Protestan Kilo Tujuh/Paal Empat, Jemaat
Winangun, Jemaat Winangun Bawah dan terakhir Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.
Pada Tanggal 27 Mei 1984, warga Jemaat Winangun Bawah menyaksikan lagi bukti
nyata pekerjaan Tuhan dengan Pentahbisan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah oleh
Badan Pekerja Sinode GMIM sebagai Jemaat GMIM yang ke-561. jemaat baru ini berlokasi
di Desa Winangun, di sebelah Barat Laut Jemaat Winangun Bawah, terdiri dari 5 kolom
dengan kira-kira 157 jiwa dan wilayahnya adalah bekas kolom IX dan X Jemaat Winangun
Bawah.
2. Sebagai Jemaat yang masih muda, keesaan dan keutuhannya pernah mengalami
goncangan dan rongrongan hebat, terutama dalam kurun waktu 2 masa pelayanan Majelis
Jemaat, yaitu: tahun 1970 - tahun 1973 dan tahun 1974 – tahun 1977.
Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengertian di kalangan para pelayana
tentang arti Gereja dan Jemaat, dan kurangnya pengetahuan tentang Tata Gereja.
Sejak Jemaat Winangun Bawah dibentuk secara ”de facto” pada tanggal 12 April
1968, seringkali terjadi penggantian pelayan dan selama 16 tahun berjemaat, tidak kurang
dari 10 Ketua Jemat yang telah melayani/memimpin Jemaat Winangun Bawah
Syukurlah, bahwa berkat pembinaan-pembinaan dari Wilayah dan Sinode, antara lain
melalui Latihan Pembinaan Pelayan-Pelayan Gereja (Latihan Bilang), pula dengan
bertambahnya anggota-anggota jemaat yang mempunyai pandangan menyeluruh serta
pengetahuan luas, goncangan-goncangan di dalam jemaat berangsur-angsur telah dapat
digumuli dan diatasi.
Sejak tahun 1978 keadaan Jemaat mulai berkembang dan memungkinkan
pelaksanaan pelayanan yang penuh dengan kasih dan kedamaian.
3. Untuk dapat melaksanakan pelayanan dengan baik, Jemaat perlu bekerja
berdasarkan suatu program, lengkap dengan anggarannya.
Sejak terbentuknya pada tanggal 12 April 1968, Jemaat Winangun Bawah baru mulai
tahun anggaran 1974/1975 dapat menyusun program dan anggaran Jemaat, tetapi hal ini
hanya berlaku sampai dengan tahun anggaran 1979/1980 dan kemudian baru mulai lagi
tahun anggaran 1984/1984 Jemaat berhasil menyusun program dan anggaran.
Karena ketatalayanan merupakan faktor penunjang program dan anggaran Jemaat,
maka ketatalayanan adalah sangat penting dalam kehidupan berjemaat. Untuk
meningkatkan pelaksanaan ketatalayanan, Majelis Jemaat telah membentuk Komisi
13
Ketatalayanan dan Komisi Verifikasi, yang kemudian berobah menjadi ”Badan
Pengendalian Pelaksanaan Anggaran Jemaat” untuk masa pelayanan 1982/1985.
Sesuai program Jemaat 1982/1983, di tiap kolom telah dibentuk Kelompok Pelayanan
Diakonia, yang selain membantu Penatua dan Syamas Kolom dalam pelayanan diakonia
kolom, terutama membantu pula Syamas dalam ketatalayanan.
Tiap tahun, pendapatan sesuai anggaran Jemaat tidak/belum dapat direalisasikan
seperti diharapkan. Oleh karena itu maka kegiatan Komisi Ketatalayanan dalam rangka
pengolahan sumber-sumber keuangan, perlu ditingkatkan. Di samping itu masih perlu
diusahakan supaya di tiap kolom dapat dibentuk Kelompok Pelayanan Diakonia, karena
ternyata bahwa kolom telah membentuk kelompok tersebut dan telah dapat menyusun
program dan anggaran kolom, dengan berpedoman kepada Program dan Anggaran Jemaat.
Selanjutnya kelompok tersebut, sesuai tugasnya yang telah digariskan, melalui
perkunjungan ke rumah-rumah tangga, antara lain dapat menjelaskan kepada warga
Jemaat satu segi tentang ketatalayanan, ialah tentang persembahan, termasuk
persembahan persepuluhan sebagai partisipasi dalam pelayanan Jemaat.
Akhirnya, untuk lancarnya dan tertibnya penyelenggaraan administrasi, pengendalian
dan pengelolahan keuangan Jemaat/Kolom, Badan Pengendalian Pelaksanaan Anggaran
Jemaat yang ternyata belum berfungsi dengan baik, secara teratur perlu mengadakan
pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan, yang berhubungan dengan pengurusan
keuangan oleh petugas-petugas keuangan Jemaat/Kolom.
A. STATISTIK1. Jumlah penduduk Desa Winangun berdasarkan statistik smpai dengan bulan Mei
1984 adalah 3733 jiwa seperti nyata dalam tabel berikut yang disusun menurut
penggolongan agama dan jumlah penganutnya:
Tabel 1Penggolongan agama dan jumlah penganutnya di Desa Winangun
NomorUrut
GolonganAgama
Jumlah Anggota Keterangan
1 GMIM 1598 Ada 1 Gedung Gereja, 1 Kanisa dan 1 TKK.
2Katolik 876 Ada 1 Gedung Gereja, 1 TKK, 1 SD, 1
Sekolah Pertukangan, 1 Panti Asuhan dan 1 Balai Pertemuan.
3 Pantekosta 712 Ada 1 Gedung Gereja4 Islam 147 -5 Advent 74 Ada 1 Gedung Gereja6 KGBI - -7 Budha 16 -8 Hindu 1 -9 Lain-lain 273 -
Jumlah 3733(Sumber: Kantor Kepala Desa Winangun)
Penduduk Desa Winangun yang dalam tahun 1914 terdiri dari 5 keluarga (+ 25
jiwa) kemudian sewaktu mulai diperjuangkan tentang pembentukkan Desa Winangun dalam
14
tahun 1964 terdiri dari 72 keluarga dengankira-kira 280 jiwa, dengan jumlah jiwa 3733 dalam
tahun 1984, benar-benar telah berkembang dengan pesat sekali.
Demikian pula halnya dengan Jemaat di Desa Winangun yang dalam tahun 1914
terdiri dari 5 keluarga (25 jiwa), kemudian sewaktu Jemaat Winangun Bawah Terbentuk
secara ”de facto” dalam tahun 1968 terdiri dari 59 rumah tangga dengan kira-kira 374 jiwa
dan dalam tahun 1984 terdiri dari 1598 jiwa. Jadi selama kurun waktu 70 tahun (1914 –
1984) jumlah anggota Jemaat Kristen Protestan telah meningkat kirang-kira 64 kali lipat atau
mendapat pertambahan sekitar 22 jiwa setiap tahun (88%/tahun).
Jemaat Winangun Bawah dalam survey terakhir (1 Juli 1984) terdiri dari 396 keluarga
dengan 1672 jiwa atau kira-kira 44% dari penduduk Desa Winangun.
2. Jumlah anggota Jemaat GMIM Winangun Bawah di Desa Winangun menurut
keadaan pada tanggal 1 Juli 1984 adalah 1672 jiwa.
Berikut ini disusun dalam tabel menurut penggolongan mata pencaharian, serta
jumlah sarjana anggota Jemaat di tiap Kolom.
Tabel 2 Jumlah Anggota Jemaat GMIM Winangun Bawah di tiap Kolom
Menurut Keadaan Pada Tanggal 1 Juli 1984
No
Ko-lom
JumlahKeluarga
JumlahJiwa
Buruh/Tani
Tukang/Sopir
Pengu-saha
PegawaiTidak
BekerjaABRI/
Pensiunan/Sipil
Sarjana
1 I 36 147 3 2 6 29 8 992 II 33 140 - 1 1 45 10 833 III 26 100 - 4 1 16 5 744 IV 31 131 4 1 1 34 1 905 V 19 94 - 3 2 14 6 696 VI 33 152 14 5 1 18 - 1147 VII 37 149 30 10 2 11 - 968 VIII 42 175 10 13 2 11 2 1379 IX 44 162 26 12 1 10 1 112
10 X 38 172 50 1 - 22 5 9411 XI 32 148 5 1 3 17 2 12012 XII 25 102 3 4 3 23 1 68
Jumlah 396 1672 145 57 23 250 41 1156*
Keterangan:1. Data-data tersebut di atas dikutip dari laporan terakhir para Penatua/Syamas Kolom-
kolom.2. Tanda * = 1156 adalah jumlah dari golongan-golongan yang jumlahnya belum sempat
diperinci, golongan-golongan tersebut ialah:1. Dari bayi sampai umur 7 tahun2. Anak-anak sekolah (dari SD sampai dengan Universitas dan yang putus sekolah)3. Dewasa: pengangguran/tunakarya, usia lanjut bukan pensiun. Orang dewasa bukan pencari nafkah.4. Pekerja musiman.
Dalam tabel tersebut di atas nyata bahwa kondis/keadaan serta potensi Kolom-kolom
di Jemaat Winangun Bawah berbeda-beda, hal mana dengan sendirinya membawa
pengaruh juga dalam pelaksanaan program Jemaat/Kolom di kolom yang bersangkutan.
3. Jumlah pelayan-pelayan khusu menurut keadaan pada tanggal 1 Juli 1984:
Pendeta (pendeta wilayah) : 1 orangKetua Jemaat (penatua) : 1 orang
15
Guru Agama : 1 orangPenatua : 16 orangSyamas : 12 orang
4. Gedung-gedung milik GMIM Jemaat Winangun Bawah.
Selain sebuah gedung gereja permanen, Jemaat GMIM Winangun Bawah telah
melakukan pembelian (kontrak sewa-beli) sebuah rumah dan tanah yang terletak di
kompleks perumahan “Lembah Sari” di Dusun I Winangun.
Rumah tersebut dimaksudkan untuk Pastori GMIM Jemaat Winangun Bawah. Harga
pembelian rumah dan tanah tersebut sebesar Rp. 4.000.000,- dengan syarat bahwa panjar
pertama sebesar Rp. 1.000.000,- dan sisanya Rp. 3.000.000,- diangsur dalam waktu lima
tahun, yaitu tiap bulan Rp. 50.000,- ditambah bunga 1% dari sisa angsuran. Uang panjar
pertama sebesar Rp. 1.000.000,- telah dibayar oleh BPMJ Winangun Bawah pada tanggal
19 Mei 1984 dan kemudian disusul dengan pembayaran angsuran untuk bulan Juni dan Juli
1984 sebesar RP. 100.000,- belum termasuk bunga, yang dibayarkan pada tanggal 16 Juni
1984.
Sebelum ditempati oleh Pendeta dan keluarganya, rumah etrsebut diadakan
penambahan ruangan seperlunyal.
B. PERISTIWA-PERISTIWA PENTING1. Sejarah Pembangunan Tempat-tempat Ibadah Sesudah Terbentuknya Jemaat
Winangun BawahDalam Bab I (C) telah diuraikan bahwa sejak bulan Maret 1962 tempat ibadah Jemaat
GMIM di Paal Empat yang kemudian menjadi tempat ibadah Jemaat GMIM di Paal Empat
yang kemudian menjadi Desa Winangun, berfungsi juga sebagai sekolah (SD). Karena
makin banyak anggota Jemaat GMIM di Desa Winangun yang mengikuti ibadah, apalagi
setelah diteguhkannya Majelis Jemaat pertama Jemaat Winangun Bawah pada tanggal 12
April 1968 dan makin banyak pula anak-anak yang bersekolah, maka timbul keinginan di
kalangan Jemaat tersebut untuk mendirikan sebuah tempat ibadah yang terpisah dari
gedung sekolah.
Dalam hubungan ini maka pada permulaan tahun 1968, tokoh-tokoh
Jemaat/Masyarakat di Desa Winangun telah membentuk Panitia Pembangunan Gedung
Gereja dan Gedung Sekolah, yang diketuai oleh Alexander Manoppo.
Sesuai dengan perkembangan maka pada tanggal 15 Juli 1968 telah dibentuk Panitia
khusus untuk pembangunan gedung sekolah, yang diketuai oleh Agustinus Rantung,
demikian pulah khusus untuk pembangunan gedung gereja telah dibentuk panitiannya yang
terdiri:
Ketua : Alexander ManoppoPanitera : Amelius WahiuKepala Bas : Julius LabelahaPembantu Bas : Lodewijk Kalalo
16
Sedang Alexander Manoppo, Junius Oleng Ruru dan Agustinus Mandagi ditunjuk pula untuk
mengatur halaman gedung gereja. Panitia Pembangunan Gedung Gereja tersebut dengan
dibantu secara gotong royong oleh seluruh Jemaat GMIM di Desa Winangun, telah dapat
membangun sebuah tempat ibadah darurat (Kanisah) dalam bulah Juli 1968, dengan ukuran
9x6m dibuat dari bambu dengan atap rumbia, yaitu terletak di sebelah kanan gedung yang
digunakan sebagai sekolah.
Sesuai dengan usul seorang anggota Jemaat yaitu Semuel Ruru, maka Majelis
Jemaat dapat menyetujui nama ”SION” untuk gedung gereja/kanisah yang baru dibangun
itu.
Sebelum acara pentahbisan gedung gereja/kanisah tesebut dimulai yang dipimpin
oleh Pendeta J. Sumual dari Wilayah Ranotana-Bahu pada hari Minggu tanggal 30 Juli
1968, maka papan nama gedung gereja/kanisah ”SION” Jemaat Winangun Bawah telah
ditangutng bersama-sama oleh Semuel Ruru, Alexander Manoppo (Ketua Panitia), Julius
Labelaha (Kepala Bas), Lodewijk Kalalo (Pembantu Bas), Junius Oleng Ruru (Ketua
Jemaat) dan dengan disaksikan oleh Jemaat yang hadir.
Berhubung dengan sura permohonan tanggal 1 Agustus 1968 yang dibuat oleh
Majelis Jemaat yang terdiri dari Alexander Manoppo, Junius Oleh Ruru dan Agustinus
Mandala, sewaktu menghadap yang berwajib di kantor Gubernur untuk memperoleh
sebidang tanah guna keperluan pembangunan gedung gereja yang permanen, maka
pemerintah telah memberikan sebidang tanah seluas 30x30m, yang terletak di depan
gedung gereja ”SION”. Tanah tersebut telah diukur oleh kantor Kadaster pada tanggal 2
Agustus 1968 dengan biaya sebesar Rp. 1.500,-
Karena ternyata bahwa di atas tanah tersebut akan dibangun Sekolah Dasar Negeri
Winangun, maka gedung gereja ”SION” dipindahkan ke lokasi lain. Tapi ternyata juga lokasi
itu tepat terletak di jalur jalan yang akan direncanakan oleh Yayasan Pembangunan
Perumahan Rakyat untuk dibangun perumahan rakyat, maka pada tanggal 13 Juli 1970
gedung gersebut diangkat secara gotong royong oleh Jemaat GMIM untuk dipindahkan ke
sebelah Barat yaitu ke suatu tempat yang telah disediakan.
Gedung gereja ”SION” yang dipindahkan adalah berukuran 12x12m, yang dibiayai
dengan uang Jemaat yang tersedia sebesar Rp. 21.000,- untuk pembelian bahan-bahan
seperti bambu, atap rumbia, paku tali, dan lain-lain. Dan pada tanggal 19 Juli 1970 untuk
pertama kali telah diadakan ibadah di gedung gereja tersebut yang dipimpin oleh Ketua
Jemaat Albert Rewur.
Kemudian ternyata bahwa gedung gereja tersebut harus dipindahkan lagi ke tempat
lain karena tanah di mana diletakkan/dibangun gedung gereja tersebut sudah diberikan oleh
yang berwajib kepada pihak lain untuk dibangun rumah.
Sebagai hasil usaha utusan Majelis Jemaat yang menghadap kepada yang berwajib
di kantor Gubernur dalam bulan November 1970, maka kantor Agraria pada waktu itu juga
seduai perintah yang berwajib telah mengadakan pengukuran tanah seluas 60x40m, yaitu
tanah negara bekas Erfp.Verp. 158, untuk keperluan pembangunan gedung gereja yang
permanen.
17
Pada permulaan tahun 1971 tugas Panitia Pembangunan Gedung Gereja Jemaat
Winangun Bawah, yang diketuai oleh Alexander illia Gosal, yaitu yang dibentuk pada
tanggal 26 November 1969, sewaktu Johanis Keintjem menjabar sebagai Ketua Jemaat,
telah diambil alih oleh Badan Pekerja Majelis Jemaat pada tanggal 11 Februari 1971 untuk
pertama kali telah mengadakan kerja bakti meratakan halaman yang telah diberikan oleh
pemerintah.
Kemudian Badan Pekerja Majelis Jemaat telah membuat gambar gedung gereja semi
permanen dengan ukuran 14x9m dengan anggaran sebesar Rp. 1.400.000,-. Dari anggaran
tersebut ternyata hanya separuh yang dapati disetujui oleh Majelis Jemaat. Uang Jemaat
yang tersedia pada waktu itu sebesar Rp. 47.000,- telah digunakan untuk pembelian 100
lembar seng dan untuk penggergajian 4m3 kayu.
Pada tanggal 21 Mei 1972 telah diadakan upacara peletakkan batu penjuru yang
dipimpin oleh Pedt. F.S.L. Kamagi, STh, Ketua Wilayah Manado Selatan dan pada waktu itu
golongan Katolik di Desa Winangun, melalui Chritofel Andries, Ketua Lingkungan II Paroki
”Hati Kudus” Paal Tiga, telah meyumbang 4 sak semen.
Kemudian dengan bantuan Pemerintah Desa PPPMD (Panitia Pelaksana
Pembangunan Masyarakat Desa) rakyat desa Winangun telah diturutsertakan dalam
kegiatan-kegiatan pemerataan halaman gedung gereja, penyusunan batu telah dan lain
sebagainya.
Walaupun belum rampung seluruhnya, namun demikian gedung gereja ”SION”
tersebut pada tanggal 5 Juli 1972 telah mulai dipergunakan untuk acara kebaktian-
kebaktian.
Untuk kelanjutan pembangunan gedung gereja tersebut, maka semasa pelayanan
Majelis Jemaat yang bersangkutan telah membentuk Komisi Pembangunan Gedung Gereja,
yang berturut-turut diketuai oleh Sungka Marunduh, Alexander Maukar, Zeth Zimry Rapar,
Drs. J.P.H. Lowing dan Maxmilian Everhard Tampi, dan hasil dari usaha-usaha Komisi-
Komisi tersebut, ialah gedung gereja ”SION” Jemaat Winangun Bawah yang sudah 90%
selesai.
2. Beberapa Peristiwa dalam Pertumbuhan Jemaat Winangun Bawah 12 April 1968 Peneguhan anggota-anggota Majelis Jemaat pertama Jemaat
Winangun Bawah oleh Pdt. W.E.H. Siby, Ketua Wilayah
Ranotana-Bahu; pada tanggal tersebut Jemaat Winangun
Bawah dianggap telah terbentuk secara ”de facto”.
30 Juli 1968 Pentahbisan gedung gereja/kanisah (darurat), dengan diberi
nama ”SION”, oleh Pdt. J. Sumual, Ketua Wilayah Ranotana-
Bahu.
November 1969 Pembagian dalam 2 Kolom, yaitu Kolom I dan Kolom II.
1 April 1970 Jemaat Winangun Bawah dihimpul dalam Wilayah Manado
Selatan sesuai SK BP Sinode GMIM tanggal 31 Maret 1970
18
No. 22, sehingga pada tanggal tersebut Jemaat Winangun
Bawah telah terbentuk secara ”de jure”.
Tahun 1970 Dilaksanakan perkawinan secara massal pada 29 rumah
tangga. Peneguhannya oleh Pdt. Ny. L. Pantow-Nigi.
22 November 1970 Pembagian dalam tinga Kolom, yaitu Kolom I, Kolom II dan
Kolom III.
21 Mei 1970 Peletakkan batu penjuru gedung gereja ”SION” (permanen)
oleh Pdt. F.S.L. Kamagi, STh, Ketua Wilayah Manado Selatan.
5 juli 1972 Mulai diadakan Kebaktian di gedung gereja ”SION”.
Agustus 1972 – Januari 1973 Masa Pelayanan John Wardi sebagai calon Pendeta/ Vikaris.
21 Oktober 1973 Pengresmian berdirinya Kolom V oleh Pdt. Ny. L. Pantouw-Nigi
atas nama BP Wilayah Manado Selatan.
23 Mei 1976 Keputusan Majelis Jemaat tentang pemberhentian anggota-
anggota Majelis Jemaat secara keseluruhan.
27 Juni 1976 Pembaharuan/pelantikan anggota-anggota Majelis Jemaat,
Kompelsus dan Komisi-komisi Pembantu Majelis Jemaat untuk
meneruskan masa pelayanan sampai dengan Desember 1977.
Tahun 1976 Pelaksanaan perkawinan secara massal pada 11 rumah
tangga. Peneguhan Nikah oleh Pdt. Ny. L. Pantow-Nigi.
Februari 1978 – Januari 1983 Masa Pelayanan Hendrik Estefanus Legi sebagai Guru
Agama.
Agustus 1978 Ny. S.E Regar-Lumingkewas mulai melayani Jemaat sebagai
Guru Agama sampai sekarang.
16 Oktober 1981 Pembagian dalam 12 Kolom, yakni Kolom I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, XI, XII.
1 September 1981 Jemaat Winangun Bawah dihimpul dalam Wilayah Manado
Selatan II sesuai SK BP Sinode GMIM tanggal 6 Agustus 1982
No. 87 yang salinannya dimuat dalam lampiran VI.
7 Januari 1983 Pdt. G.E.W. Kumaat, STh mulai melayani sebagai Ketua
Wilayah Manado Selatan II dan berkedudukan di Jemaat
Winangun Bawah.
Maret 1984 Pembagian dalam 14 Kolom, yakni Kolom I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV.
9 Maret 1984 Keputusan Majelis Jemaat untuk membeli sebuah rumah yang
akan digunakan sebagai pastori dengan harga Rp. 4.000.000,-
dengan panjar pertama sebesar Rp. 1.000.000,- telah dibayar
pada tanggal 19 Mei 1984.
10 April 1984 Penataan kembali wilayah Kolom I dan II, yaitu disesuaikan
dengan jumlah keluarga/rumah tangga yang tidak seimbang
19
banyaknya dan dalam hubungan ini 13 keluarga Kolom II
didaftarkan sebagai anggota Jemaat Kolom I.
27 Mei 1984 Pembentukkan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah yang
meliputi wilayah Kolom IX dan Kolom X Jemaat Winangun
Bawah sesuai SK BP Sinode GMIM tanggal 7 Mei 1984 No. 18
yang salinannya dimuat dalam lampiran VII.
20 Juli 1984 Keputusan Rapat Majelis Jemaat tentang perobahan nomor
Kolom VIIA,. VIIB dan VIIC menjadi masing-masing Kolom VII,
Kolom IX dan Kolom X.
B. SUSUNAN MAJELIS JEMAAT DAN PERANGKAT JEMAAT LAIN PERIODE TAHUN 1970 - 1985
1. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1970 - 1973 Susunan Badan Pekerja Majelis Jemaat:Ketua : Albert Rewur, 1 Januari 1970 – Juli 1972.
Zeth Samuel Pelleng, Juli 1972 – Juli 1973 sebagai Pejabat Ketua,
kemudian sampai dengan Desember 1973 sebagai Ketua.
Sekretaris : Johanis Keintjem, 1 Januari 1970 – Juli 1970
Zeth Samuel Pelleng, Juli 1970 – Juli 1972.
Martin Luther Sorongan, Juli 1972 – Juli 1973.
Frans Hendrik Runtuwarouw, Juli 1973 – Desember 1973.
Bendahara : Alexander Manoppo, 1 Januari 1970 – Desember 1973.
Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Herman Lumempouw
Syamas Kolom I : Albert Rewur/Zeth Samuel Pelleng
Penatua Kolom II : Alexander Manoppo
Syamas Kolom II : Bonifasius Pesik
Penatua Kolom III : Marthin Luther Sorongan
Syamas Kolom III : Cornelius Hans Walalangi
Penatua Kolom IV : Sungka Marunduh
Syamas Kolom IV : Richard Engelbert Tuwo
Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Johanis Keintjem
Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho
Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Anneke Eva Saroinsong.
Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Frans Hendrik Runtuwarouw
Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa
pelayanan 1970 – 1973 dimuat dalam lampiran IX.
20
2. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1974 - 1977Susunan Badan Pekerja Majelis Jemaat 1 Januari 1974 – 26 Juni 1976:Ketua : Wiliam Watuseke, 1 Januari 1974 – Desember 1974.
Frans Nender, Desember 1974 – Juli 1975.
Pdt. Ny. L. Pantow-Nigi, Juli 1975 – 26 Juni 1976.
Wakil Ketua : Maximiliam Everhard Tampi, 1 Januari 1974 – Juli 1975.
Frans Nender, Juli 1975 – 26 Juni 1976.
Sekretaris : Paulus Nicolaas Pangemanan, 1 Januari 1974 – 18 Maret 1974.
Maximiliam Everhard Tampi, 19 Maret 1974 – 18 April 1974.
Sungka Marunduh, 19 April 1974 – 6 Oktober 1974.
Richard Engelbert Tuwo, 7 Oktober 1074 – 10 Januari 1975.
Freddy Taroreh, 10 Januari 1975 – 26 Juni 1976.
Bendahara : Marthin Luther Sorongan, 1 Januari 1974 – 26 Juni 1976.
Anggota : Frans Nender, 1 Januari 1974 – Desember 1974.
Maximiliam Everhard Tampi, Juli 1975 – 26 Juni 1976.
Susunan Majelis Jemaat 1 Januari 1974 – 26 Juni 1976:Penatua Kolom I : Herman Lumempouw
Syamas Kolom I : Frans Nender/William Watuseke
Penatua Kolom II : Paulus Nicholas Pangemanan/
Johanis Keintjem.
Syamas Kolom II : Maximiliam Everhard Tampi
Penatua Kolom III : Marthin Luther Sorongan
Syamas Kolom III : Ny. Lientje Constansi Sorongan-Meray
Penatua Kolom IV : Sungka Marunduh
Syamas Kolom IV : Zeth Samuel Pelleng/Johan Lodewijk Tene
Penatua Kolom V : Willem Najoan
Syamas Kolom V : Freddy Taroreh
Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : William Watuseke/
Richard Engelbert Tuwo
Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho
Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Nontje Kasenda/Adrian Ruru
Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Frans Hendrik Runtuwarouw/
Ny. L. Legi-Manoppo.
Pembaharuan Majelis Jemaat untuk meneruskan masa pelayanan 26 Juni 1976 – Desember 1977Susunan Badan Pekerja Majelis: Ketua : Ny. E.G. Logor-Roeroe
Wakil Ketua : Sungka Marunduh
Sekretaris : Frans Hendrik Runtuwarouw
Bendahara : Marthin Luther Sorongan Lumunon
Anggota : Maximiliam Everhard Tampi
21
Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Marthin Luther Lumunon
Syamas Kolom I : Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho
Penatua Kolom II : Frans Hendrik Runtuwarouw
Syamas Kolom II : Maximiliam Tampi
Penatua Kolom III : Marthin Luther Sorongan
Syamas Kolom III : Ny. Lientje Constansi Sorongan-Meray
Penatua Kolom IV : Sungka Marunduh
Syamas Kolom IV : Johan Lodewijk Tene
Penatua Kolom V : Freddy Taroreh/Alexander Maukar
Syamas Kolom V : B.L.H. Wokas/Cornelis Hans Walalangi
Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Zeth Simry Rapar
Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Mien Betsy Tuwo-Putong
Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Adrian Ruru
Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Ny. E.G. Logor-Roeroe
Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa
pelayanan 1974 – 1977 dimuat dalam lampiran X.
3. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1978 - 1981Susunan Badan Pekerja Majelis: Ketua : Robert Albert Rewah
Wakil Ketua : Zeth Simry Rapar
Sekretaris : Ratty R.S. Supit/Frans Hendrik Runtuwarouw
Bendahara : Alexander Maukar
Anggota : Maximiliam Everhard Tampi
Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Robert Albert Rewah
Syamas Kolom I : Ratty R.S. Supit
Penatua Kolom II : Zeth Samuel Pelleng
Syamas Kolom II : Frans Albert Manoppo
Penatua Kolom III : Maximiliam Everhard Tampi
Syamas Kolom III : Frans Hendrik Runtuwarouw
Penatua Kolom IV : Marthin Luther Sorongan
Syamas Kolom IV : Zeth Simry Rapar
Penatua Kolom V : Alexander Maukar
Syamas Kolom V : Cornelis Hans Walalangi
Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Eddy Engelbert Maindoka
Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Adelaide Maukar-Wuisang
Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Decky Rewur
Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Ny. E.G. Logor-Roeroe
22
Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa
pelayanan 1978 – 1981 dimuat dalam lampiran XI.
4. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1981 - 1982Susunan Badan Pekerja Majelis: Ketua : Philep Morse Regar
Wakil Ketua : Robert Albert Rewah
Sekretaris : Frans Hendrik Runtuwarouw
Bendahara : Alexander Maukar
Anggota : Max Jantje Pelle
Anggota : Jacob Tengkel1 x)
Anggota : Ny. Laurina Sumampouw-Balla
Anggota : Hendrik Estefanus Legi
Anggota : Ny. Corry Bolung-Laloan
Anggota : Fontje G.J. Kaligis x)/Jimmy Daud Robert Sorongan
Anggota : Nouke Ruhulesin/Benyamin Patang
Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Ny. E.G. Logor-Roeroe
Syamas Kolom I : Ny. Mien Siwi-Wuwungan.
Penatua Kolom II : Thobias Ipu Mamesah
Syamas Kolom II : Eman Benny Linuh
Penatua Kolom III : Philep Morse Regar/
Ny. Mieke Tungka-Gosal
Syamas Kolom III : Robert Albert Rewah
Penatua Kolom IV : Ny. Laurina Sumampouw-Bala
Syamas Kolom IV : Wongko Tyterlinoel Marunduh
Penatua Kolom V : Boy Leopold F. Warouw.
Syamas Kolom V : Max Jantje Pelle
Penatua Kolom VI : Maximilam Everhard Tampi
Syamas Kolom VI : Frans Hendrik Runtuwarouw
Penatua Kolom VII/VII-A2/VII3 : Zeth Simry Rapar
Syamas Kolom VII/VII-A/VII : Niklas F. Posumah
1 Mulai tanggal 27 Mei 1984, seluruh anggota Jemaat GMIM yang berdiam di Kolom IX dan X, termasuk para Penatua dan Syamas di kedua kolom itu, menjadi anggota Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah (yang diresmikan berdirinya pada hari itu. Dengan demikian angka/nomor IX dan X tidak dipAkay lagi.
2 Sejak permulaan masa pelayanan (Januari 1982) terdapat anggota-anggota GMIM yang menghuni suatu lembah di sebelah barat dan berdekatan dengan Desa Winangun dan khususnya berdekatan dengan kolom VII Jemaat Winangun Bawah. Karena mereka perlu dilayani, maka tugas ini untuk sementara waktu dipercayakan kepada Penatua dan Syamas Kolom VII. Namun perpindahan keluarga-keluarga untuk tinggal menetap di Lembah Jambore itu sangat pesat, sehingga sampai bulan Mei 1984, anggota-anggota GMIM saja sudah lebih dari cukup untuk membentuk 2 kolom baru, sehingga pada tanggal 10 Juni 1984, di lokasi yang bernama Jambore itu, BPMJ meresmikan berdirinya 2 kolom baru, yaitu Kolom VII-B dan Kolom VIIC, sedangkan kolom BII menjadi Kolom VIIA, agar supaya masih dapat meneruskan bimbingannya kepada 2 kolom baru ini.
3 Karena sejak tanggal 27 Mei 1984 dipergunakan 3 jenis penomoran kolom yakni pertama angka romawi tanpa embel-embel (I,II,III, dst.), kedua angka romawi dengan tanpa embel-embel huruf latin (VII-A, VII-B, VII-C) dan ketiga, angka romawi IX dan X tidak digunakan lagi, maka pada tanggal 20 Juli 1984 rapat Majelis Jemaat memutuskan untuk merobah nama/penomoran Kolom VII-A menjadi Kolom VII (seperti semula), Kolom VII- B menjadi Kolom IX, dan Kolom VII-C menjadi Kolom X, sehingga dengan demikian penomoran kolom menjadi nomor lagi.
23
Penatua Kolom VII/VII-B4/IX5 : Petrus Rumagit
Syamas Kolom VII/VII-B/IX : Freddy Wawoh
Penatua Kolom VII/VII-C6/X7 : R.J.T. Walangare
Syamas Kolom VII/VII-C/X : F.S. Lumentut
Penatua Kolom VIII : Rein Rompas
Syamas Kolom VIII : Heldat Solemas Danes
Penatua Kolom IX : Jacob Tengkel8
Syamas Kolom IX : Willem Terok9
Penatua Kolom X : Eddy Engelber Maindoka10
Syamas Kolom X : Max Jacob11
Penatua Kolom XI : Alexander Maukar
Syamas Kolom XI : Cornelis Hans Walalangi
Penatua Kolom XII : Henny Fredrik Philep Gosal
Syamas Kolom XII : Ny. Selvia Rahel Gosal-Mokorimban
Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Hendrik Estefanus Legi
Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Corry Bolung-Laloan
Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Fontje G.J. Kaligis/
Jimmy Daud Robert
Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Nouke Ruhulesin/Benyamin Patang
Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa
pelayanan 1982 – 1985 dimuat dalam lampiran XI.
4 Sama dengan catatan kaki no. 2.5 Sama dengan catatan kaki no. 3.6 Sama dengan catatan kaki no. 2.7 Sama dengan catatan kaki no. 3.8 Sama dengan catatan kaki nomor 1.9 Sama dengan catatan kaki nomor 1.10 Sama dengan catatan kaki nomor 1.11 Sama dengan catatan kaki nomor 1.
24
BAB IIIPELAYANAN JEMAAT WINANGUN BAWAH
Pelayanan Jemaat berdasar atas pelayanan Kristus dan pelayanan itu dipercayakan
oleh Kristus bukan saja kepada Jemaat, akan tetapi dipercayakan kepada setiap anggota
Jemaat.
Pelayanan di Jemaat Winangun Bawah dijalankan di bawah pengawasan dan
tanggung jawab Majelis Jemaat dan Komisi-komisi termasuk Kompelsus BIPA. Tanggung
jawab Majelis Jemaat bukan hanya terdiri dari pengawasan saja, tetapi meliputi juga hal-hal
lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan itu, misalnya pendidikan/latihan
para pelayan, pengadaan dana dan alat perlengkapan untuk keperluan pelayanan.
Tugas panggilan Jemaat meliputi 3 aspek yang penting yaitu aspek persekutuan,
aspek kesaksian dan aspek diakonia.
A. PERSEKUTUANDefinisi tentang persekutuan antara lain terdapat dalam Roma 1:11-12, yang
memuat suatu pernyataan dari Paulus: walaupun ia seorang rasul, ia masih
membutuhkan kekuatan dan dorongan rohani dari orang lain. Dan sebaliknya orang itu
membutuhkan apa yang dapat ia berikan dari imannya.
Paulus mengharap adanya suatu pertukaran: apa yang dapat ia berikan kepada
orang lain dan apa yang akan ia terima dari orang itu.
Jemat hidup di dalam dunia sebagai suatu persekutuan: persekutuan antara
Kristus dan anggota-anggota Jemaat dan antara anggota yang satu dengan anggota
yang lain.
Dalam persekutuan iau Jemaat mendapat bagian dalam keselamtan yang
diberikan oleh Tuhan dalam anakNya Yesus Kristus kepada Jemaat.
Karena keselamatan diperuntukkan juga bagi semua bangsa, jemaat ditugaskan
untuk membagi-bagikan/meneruskan keselamatan tersebut dan tugas ini menentukan
sifat jemaat ialah dinamis dan terbuka.
Jemaat selalu bergerak ke dua jurusan ialah ke dalam dan ke luar. Dan dalam
hubungan dengan ini maka mengenai persekutuan yang dijalankan oleh Jemaat
Winangun Bawah, akan diuraikan berturut-turut tentang persekutuan di dalam Jemaat,
kemudian tentang persekutuan ke luar jemaat.
1. Persekutuan di dalam Jemaat.
Jemaat Winangun Bawah yang terbagi atas 12 kolom mengadakan
persekutuan melalui ibadat-ibadat baik tingkat Jemaat, maupun tingkat kolom.
Persekutuan tingkat Jemaat diatur oleh Majelis Jemaat dan Kompelsus
BIPA, yaitu Majelis Jemaat mengatur persekutuan bagi seluruh Jemaat, bertempat
di gedung gereja pada setiap hari Minggu atau pada hari raya gerejani lainnya,
25
juga pada hari raya nasional dan pada hari-hari lainnya yang ditentukan oleh
Badan Pekerja Sinode GMIM atau Majelis Jemaat. Sedangkan Kompelsus BIPA
mengatur persekutuan bagi anggota-anggota Kompelsus BIPA yang
bersangkutan sekali sebulan, bertempat di salah satu Kolom secara bergilir,
kecuali Kompelsus Anak-Anak yang mengadakan persekutuan (Sekolah Minggu)
di gedung gereja.
Persekutuan di tingkat Kolom diatur oleh Penatua dan Syamas bagi seluruh
Jemaat di Kolom sekali dalam seminggu bertempat di rumah seorang anggota
Jemaat Kolom secara bergilir, atau sesuai permintaan, bertempat di rumah
keluarga yang mengalami kedukaan atau yang mengadakan pengucapan syukur
seperti merayakan Hari Ulang Tahun Nikah atau Kelahiran, dan sebagainya.
Selanjutnya persekutuan tingkat Kolom diatur pula oleh para Koordinator
Kompelsus BIPA Kolom bagi anggota-anggota Kolom Kompelsus BIPA yang
bersangkutan sekali seminggu di rumah seorang anggota Kompelsus secara
bergilir dengan catatan bahwa para Koordinator Kompelsus Anak-Anak di Kolom-
Kolom yang letaknya berdekatan dengan gedung gereja, mengadakan
persekutuan (Sekolah Minggu) di gedung gereja.
Kini timbul pertanyaan apakah persekutuan di Jemaat Winangun Bawah
sudah bertumbuh dan berkembang dengan baik, dengan cara/bentuk pesekutuan
yang sekarang ini dijalankan?
Pertanyaan ini rasanya hanya dapat dijawab oleh setiap anggota jemaat
secara pribadi; hanya nampaknya bhwa keharusan untuk hidup dalam
persekutuan umat Tuhan yaitu berkumpul, berdoa, menyanyi bersama-sama,
untuk saling menguatkan dan mendorong dalam iman, tidak/belum dirasakan oleh
sebahagian besar jemaat, karena yang hadir dalam ibadat-ibadat baik tingkat
Jemaat maupun tingkat Kolom pada umumnya hanya anggota-anggota yang
biasanya mengikuti ibadat-ibadat tersebut.
Keadaan ini merupakan suatu tantangan bagi para pelayan jemaat untuk
ditanggulangi dan hal ini barangkali dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatnkan perkunjungan ke rumah tangga-rumah tangga yang tidak pernah
atau jarang sekali mengikuti ibadat-ibadat.
Selain dari pada itu rasanya perlu dipikirkan pula bagaimana memberikan
persekutuan kepada jemaat, bukan hanya sejam seminggu selama ibadat di
gedung gereja atau di kolom tetapi terus-menerus yaitu suatau persekutuan yang
di dalamnya anggota yang satu solider dan bertanggung jawab atas anggota yang
lain.
2. Persekutuan ke luar Jemaat.
Persektuuan ini dapat dibagi dalam persekutuan dengan golongan Kristen
lain dan persekutuan dengan jemaat-jemaat lain di dalam dan di luar lingkungan
GMIM.
26
2.1. Persekutuan dengan golongan Kristen lain.
Di dalam wilayah pelayanan Jemaat Winangun Bawah terdapat beberapa
golongan Kristen lain yakni Katolik, Pantekosta, Advent, KGBI, dan lain-lain. Dan
golongan GMIM-lah yang merupakan mayoritas di antara golongan Kristen
tersebut.
Suatu persekutuan yang diadakan secara teratur oleh Jemaat GMIM
melalui Majelis Jemaat dengan golongan lain tersebut, tidak/belum ada. Hanya
dalam hal ini dapat dicatat suatu persekutuan Oikumene yang dilayani oleh satu
keluarga dari golongan GMIM yakni keluarga Pijoh-Mamesah, yang pada hari-hari
tertentu mengadakan pelayanan doa dan ibadat Oikumene.
Sebagai golonga kristen yang mayoritas, sudah sewajarlah bila Jemaat
GMIM melalui Majelis Jemaat dapat memprakarsai diadakannya pertemuan-
pertemuan tetap dengan golongan Kristen lain, misalnya berbagai kegiatan-
kegiatan Oikumene, bukan saja oikumene dalam hal perayaan-perayaan Natal,
Hari Doa Sedunia, tetapi juga Oikumene dalam pekerjaan-pekerjaan sosial
misalnya mengunjungi penjara, rumah sakit, dan sebagainya.
Pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan bersama tersebut akan
banyak sekali membantu dalam usaha mendekatkan sesama umat Kristen.
Selanjutnya sebagai warga desa, maka Jemaat GMIM sellau aktif turut
dalam melaksanakan program serta kegiatan-kegiatan pemerintah desa dan aktif
turu dalam berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan seperti Dharma Wanita,
PKK, Peserta KB, Arisan, Rukun keluarga, dan lain-lain.
2.1. Persekutuan dengan Jemaat-Jemaat lain di dalam dan di luar lingkungan
GMIM.
Persekutuan dengan Jemaat-Jemaat GMIM, yang dihimpun dalam
lingkungan pelayanan Wilayah Manado Selatan Dua ialah Jemaat-jemaat:
Winangun Atas, Pineleng, Kali, Warembungan, Sea dan Bukit Moria Winangun
Bawah, dilakukan melalui Wilayah Manado Selatan Dua seperti kerjasama antar
Jemaat dan bantuan antar Jemaat.
Faktor utama yang sangat menghambat pelaksanaan persekutuan ini ialah
faktor komunikasi dan transportasi, sehingga baru Kompelsus Wanita/Kaum Ibu
yang secara teratur ialah setiap bulan dapat mengadakan persekutuan dengan
Wanita/Kaum Ibu di Jemaat-Jemaat lain yaitu diatur oleh tingkat Wilayah dan
diadakan di salah satu Jemaat secara bergilir.
Selanjutnya persekutuan dengan Jemaat-Jemaat lain, baik di dalam
maupun di luar lingkungan GMIM, dapat saja dilakukan oleh Majelis Jemaat atau
melalui Badan Pekerja Sinode GMIM; persekutuan ini praktis hanya dilakukan
secara tidak langsung yaitu melalui partisipasi Jemaat kepada Sinode.
Dalam hubungan ini, rasanya perlu lagi ditanamkan/disadarkan tiap warga
Jemaat untuk memiliki pandangan dan visi yang menyeluruh, supaya ia dapat
melihat tugasnya dari pandangan menyeluruh itu sehingga dalam pemikiran dan
27
bertindak, warga Jemaat selalu memperhatikan juga keperluan dan kepentingan
Jemaat-jemaat lain di dalam dan di luar lingkungan GMIM.
B. KESAKSIANSebagaimana telah diungkapkan dalam Bab I, Jemaat Winangun Bawah mula-
mula adalah Jemaat yang bermukim di Paal Empat yang dalam kesatuan bersama
Jemaat yang bermukim di Kilo Tujuh, merupakan bagian dari Jemaat Melayu Protestan
di Pineleng. Untuk mengetahui pelayanan Jemat Winangun Bawah seutuhnya
khususnya pelayanan kesaksian, tentu saja kita harus mulai dari awal pelayanan
Jemaat bagi penduduk Paal Empat dan Kilo Tujuh pada sekitar 75 tahun yang lalu.
Pelayanan pemberitaan Injil di Jemaat Winangun Bawah telah dimulai jauh
sebelum berdirinya Jemat GMIM Winangun Bawah dan berdirinya desa Winangun.
Tepatnya sudah dimulai sejak tahun 1914, bahkan pelayanan pemberitaan Injil bagi
penduduk Kilo Tujuh sudah dilaksanakan sejak tahun 1906 dalam tahun mana telah
terdiri ”bedol desa” (perpindahan desa) yakni desa Lotak dipindahkan ke desa Pineleng
sekarang, pada tanggal 6 Juni 1906/
Pemberitaan Injil bagi masyarakat pada waktu itu, dilaksanakan oleh anggota-
anggota Majelis Gereja Melayu Protestan Pineleng. Peranan pemuka agama pada
waktu itu sangat menentukan dalam pembinaan mental spiritual bagi penduduk yang
pada masa itu semuanya memeluk agama Kristen Protestan, juga penduduk Kilo Tujuh.
Pola pelaksanaan kesaksian pemberitaan Injil dilaksanakan dengan melakukan
perkunjungan dari rumah ke rumah secara bergilirian selama kurang lebih 10 tahun,
yaitu sampai dengan tahun 1921 di mana Jemaat Paal Empat dan Kilo Tujuh telah
berhasil mendirikan tempat ibadah darurat yang berlokasi di Kilo Tujuh. Usaha-usaha
pemuka-pemuka agama yang pada waktu itu dalam merintis kesaksian pemberitaan
Injil yang turut melibarkan diri pada usaha-usaha sosial lainnya dalam masyarakat,
merupakan pekerjaan yang mulai yang tentu saja telah digerakkan oleh kuasa Allah.
Jiwa kepeloporan dari pemuka-pemuka agama pada waktu itu dalam memberitakan
Injil, sekaligus membina masyarakat dalam meningkatkan cara dan tingkah laku
masyarakat untuk mengisi kehidupannya patut dihargai dan dicontohi.
Nama-nama pelayan yang sejak tahun 1914 sampai terbentuknya Jemaat
Winangun Bawah dalam tahun 1968 pernah melayani/memimpin Jemaat Kristen
Protestan Kilo Tujuh, telah diungkapkan dalam Bab I, yaitu berturut-turut Petrus
Walewangko, Hendrik Tamaka dan Benyamin Salindeho.
Karena sukar sekali diperoleh data-datanya maka pelayanan termasuk pelayanan
kesaksian yang telah dijalankan oleh tokoh-tokoh agama tersebut selama kurun waktu
1914 – 1945. , tidak banyak yang dapat diungkapkan.
Tentang pelayanan Benyamin Salindeho yang sejak tahun 1945 – 1970
melayani/memimpin Jemaat GMIM Winangun sebaga Guru Jemaat/Ketua Jemaat,
dapat dicatat bahwa dia dapat menggerakkan Jemaat sehingga menonjol dalam
pelayanan kesaksian melalui paduan suara Jemaat, hal mana menandakan adanya
28
suatu persekutuan erat dalam Jemaat GMIM yang bermukim di Kilo Tujuh dan di Paal
Empat.
Kesaksian Jemaat yang dijalankan melalui pelayan-pelayan dan warga Jemaat,
bukan saja di bidang gerejani tetapi meliputi pula pembangunan desa dan masyarakat
desa.
Dalam Bab I telah diungkapkan bagaimana peranan Jemaat Protestan di Paal
Empat sejak Protestan Melayu sampai saat ini yang selain telah membangun gedung
sekolah dan aktif turut mengambil bagian dalam pembentukkan Desa Winangun.
Untuk menjalankan pelayanan kesaksian Jemaat Winangun Bawah, maka sejak
tahun 1972 telah dibentuk Komisi Pekabaran Injil oleh Majelis Jemaat dan selanjutnya,
selain menjalankan pelayanan penggembalaan dalam lingkungannya masing-masing,
Kompelsus BIPA sesuai ketentuan dalam Tata Gereja dipercayakan juga untuk
melakukan pelayanan kesaksian.
Secara teratur Komisi Pekabaran Injil menyelenggarakan kebangunan rohani di
dalam Jemaat, bertempat di gedung gereja, di gedung sekolah atau di lapangan
terbuka, yang dipimpin oleh para Evangelis seperti almarhum Drs. L. Bella, Tamaka,
Mananora, dan lain-lain.
Komisi Pekabaran Injil pernah juga melayani ke luar Jemaat, yaitu bersama-sama
dengan Komisi Diakonia dalam rangka mewujudkan arti Pekabaran Injil dalam Diakonia
dan Diakonia dalam Pekabaran Injil.
Tentang pelayanan kesaksian oleh Kompelsus BIPA, dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Umum.
Organisasi BIPA berkembang dalam arus kepelayanan GMIM sejak GMIM berdiri
sendiri dalam tahun 1934.
Masing-masing bidang Pelayanan Khusus dalam kekhususan pelayanannya,
bertolak dari Tata Gereja GMIM itu sendiri. Sebagai contoh: Pelayanan Khusus
Kaum Bapa secara formil dibentuk tahun 1962 dengan nama PKBKM (Pergerakan
Kaum Bapa Kristen Minahasa) dan begitu juga Kaum Ibu dengan PKIKM
(Pergerakan Kaum Ibu Kristen Minahasa), Pemuda dengan PPKM (Pergerakan
Pemuda Kristen Minahasa) dan Sekolah Minggu secara formil membentuk wadah
organisasinya.
Sejak berlakunya Tata Gereja GMIM 1970 tanggal 1 Januari 1970, maka PKBPM
menjadi Komisi Pelayanan Khusus Pria/Kaum Bapa GMIM, PKIKM menjadi
Komisi Pelayanan Khusus Wanita/Kaum Ibu GMIM, PPKM menjadi Komisi
Pelayanan Khusus Remaja/Pemuda GMIM, Sekolah Minggu menjadi Komisi
Pelayanan Khusus Anak-anak GMIM.
Ketua-ketua Bidang Pelayanan Khusus tersebut di atas, diangkat menjadi
Penatua dan dalam perobahan Tata Gereja GMIM 1981 ditetapkan bahwa
Penatua-penatua Kompelsus secara langsung diangkat menjadi Anggota Badan
Pekerja Majelis Jemaat.
29
2. Pelayanan BIPA mengalami pasang surut yang dimulai sejak sekitar tahun 1962.
2.1. Dalam tahun 1962 – 1966 tugas Pelayanan Khusus BIPA diarahkan pada
menghimpun anggota-anggota Jemaat dan dipersatukan dalam alam
peribadatan, terutama karena anggota-anggota Jemaat pada saat itu
tinggal/berumah agak berjauhan. Perlu dicatat bahwa pada waktu itu,
banyak keluarga yang (baru atau sudah lama), tinggal bersama (dan sudah
mempunyai keturunan) tetapi belum dinikahkan secara sah (baku piara).
Banyak di antara anggota-anggota Jemaat yang gemar main judi dengan
kartu.
2.2. Dalam tahun 1967 – 1972, kegiatan Kompelsus mulai nampak dalam
bidangnya masing-masing, namun yang sangat menonjol ialah kegiatan
Sekolah Minggu dan kegiatan Pemuda Remaja. Kegiatan seperti Lokakarya
Pemuda Gereja, Pembinaan Guru-Guru Sekolah Minggu, pelayanan
kesaksian dalam bentuk drama rohani, ditampilkan oleh Pemuda dan
Remaja GMIM di Jemaat ini.
Pelayanan Wanita/Kaum Ibu GMIM dari tahun 1962 – 1970 tetap stabil di
bawah asuhan Ketuanya Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho.
Perlu dicatat di sini bahwa dalam periode sekitar tahun 1967 – 1972 banyak
anggota-anggota Jemaat dari luar Desa Winangun ini, yang memberikan
pemikiran-pemikiran yang lebih maju dalam cara hidup berjemaat. Pada
waktu inilah dilangsungkan perkawinan-perkawinan massal dalam gereja.
Penyelesaian perkawinan-perkawinan di luar nikah ini, dipelopori oleh
pemerintah desa dan dilaksanakan oleh para Hukum Tua/Kepala Desa
dengan tekun sehingga diperoleh hasil yang baik. Demikian juga permainan
judi dengan kartu dan sabung ayam, lambat laun dapat dikurangi. Dalam
tahun 1969 – 1972, terjadi beberapa kali perobahan pimpinan Kompelsus
Pemuda Remaja, karena di antara para pemimpin pemuda ada yang sudah
kawin/berumah tangga. Ada beberapa kelompok Pemuda yang membentuk
sejenis ”geng” yang menyebabkan kadang-kadang terjadi bentrokkan
fisik/perkelahian, namun dapat diatasi dengan mengadakan kumpulan hari
ulang tahun.
Di tahun-tahun ini pemuda gereja mulai dipengaruhi oleh suasana
keramaian kota Manado, yang kemudian di sekitar tahun 1976 – 1979 ada
yang terpengaruh oleh penyalahgunaan obat terlarang (ganja, narkotik dan
mabuk-mabukkan).
Untuk mengatasi hal-hal ini gereja merasa berkewajiban mencegah
perkembangan-perkembangan negatif seperti ganja, mabuk-mabukkan, dan
lain-lain. Dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban ini dalam khotbah-
khotbah banyak ditekantan tentang pembinaan generasi muda..
Pada periode ini Kompelsus Pria/Kaum Bapa hanya menjalankan kegiatan
persekutuan yang diisi dengan ibadat dan arisan.
30
2.3. Periode tahun 1974 – 1977.
Dalam periode ini semua Kompelsus (BIPA) diarahkan melaksanakan
pelayanan yang sungguh-sungguh bertolak dari Tata Gereja GMIM 1970.
organisasinya pun sudah jelas sehingga dari tahun ke tahun menuju
peningkatan. Naum disadari bahwa bagaimanapun juga hasil-hasil yang
dicapai belum mencapai tingkat yang diharapkan. Dalam hal ini ada
gambaran perkembangan tentang masing-masing Kompelsus di Jemaat,
apabila Kompelsus tingkat Wilayah aktif, maka tergeraklah semangat
Kompelsus tingkat Jemaat. Sebagai contoh: pada periode ini Kompelsus
Wanita/Kaum Ibu Wilayah Manado Selatan bergerak secara aktif ”turun” ke
Jemaat-Jemaat. Maka Kompelsus tingkat Jemaat turut terangsang dan
dengan semangat yang berkobar-kobar bertanggung jawab atas segala
kegiatan Kompelsusnya.
Sedangkan dalam periode ini Kompelsus PKB Wilayah sama sekali tidak
melakukan kegiatan apa-apa. Namun demikian ada juga kegiatan/usaha dari
Kompelsus di tingkat Jemaat akan tetapi dapat dikembangkan dan hanya
berorientasi di Jemaat sendiri. Usaha Kompelsus PKB Tingkat Jemaat
Winangun Bawah diarahkan pada pemahaman Tata Gereja 1970 dan
pelayanan Diakonia, termasuk di dalamnya ketatalayanan gereja.
Kegiatan Kompelsus Pemuda Remaja dalam periode ini, mengalami
kemunduran, akibat dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, yaitu
keterlibatan beberapa pemuda pada pemAkayan narkotik, ganja dan mabuk-
mabukkan.
Kompelsus Anak-Anak GMIM dalam periode ini cukup baik sehingga
kegiatan-kegiatan ke wilayah dan sinode dapat dilaksanakan. Pada periode
ini ada tenaga guru agama (Katekheet) yang diangkat oleh BPS dan
ditempatkan di Jemaat Winangun Bawah. Dengan demikian Kompelsus
Anak-anak GMIM ketambahan tenaga seorang pembina.
2.4. Periode Tahun 1978 – 1981.
Dalam periode tahun 1978 – 1981 kegiatan pelayana Kompelsus berjalan
seperti pada periode sebelumnya, hanya ada usaha untuk peningkatan
pelayanan Pemuda Remaja GMIM dalam bentuk konsolidasi organisasi dan
pemupukan rasa tanggung jawab Pemuda Gereja bagi Jemaat dan
masyarakat.
Pada periodi ini pun kegiatan Kompelsus PKB mengalami kemunduran.
Hanya di tahun-tahun pertama periode pelayanan yang kelihatan ada
kegiatan dan ditahun berikutnya tidak dapat lagi bergerak/berbuat seperti
pada programnya.
Namun ada beberapa Kolom yang tetap melaksanakan pelayanan khusus
kepada anggota-anggota PKB di Kolomnya, dengan mengumpulkan dana
diakonia dan pelayanan serta dana pembangunan.
31
Kompelsus Anak-anak dan WKI GMIM tetap melaksanakan tugas seperti
pada periode sebelumnya.
2.5. Periode tahun 1982 – 1985.
Kegiatan Kompelsus pada periode ini menunjukkan peningkatan
pelayanannya. Dalam periode ini terjadi beberapa perobahan dalam bidang
organisasi.
Penyusunan program Kompelsus pada periode ini diharapkan tercermin
dalam program umum Jemaat, atau sering disebut sinkronisasi program. Hal
ini disebabkan dengan ditetapkannya penggunaan Tata Gereja GMIM yang
baru yang diberi nama Tata Gereja GMIM 1981 di mana Ketua Kompelsus
yang menjadi Penatua, diangkat menjadi anggota Badan Pekerja Majelis
Jemaat, sehingga segala tugas pelayanan dalam Jemaat setiap saat
diketahui oleh semua Kompelsus melalui Ketuanya.
Kompelsus BIPA sampai Juli 1984 ini dapat dikatakan stabil. Namun terlihat
beberapa perobahan pimpinan Kolom/Penatua, karena dimekarkannya
Wilayah Manado Selatan menjadi 2 Wilayah yaitu Wilayah Manado Selatan I
dan Wilayah Manado Selatan II.
Setelah pemekaran Wilayah, Jemaat Winangun Bawah menjadi dua Jemaat,
yaitu Jemaat Winangun Bawah dan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.
Segera sesudah itu Kolom VII Winangun Bawah karena pertambahan
penduduk yang pesat, dimekarkan lagi menjadi tiga kolom baru, yakni Kolom
VII-A, Kolom VII-B, dan Kolom VII-C yang kemudian dalam Rapat Majelis
Jemaat tanggal 20 Juli 1984 merobah Kolom VII-A menjadi Kolom VII,
Kolom VII-B menjadi Kolom IX, dan Kolom VII-C menjadi Kolom X.
Secara khusus dicatat di sini tentang Kompelsus PKB GMIM Jemaat
Winangun Bawah.
Kompelsus PKB dalam periode ini mengalami beraneka ragam kegiatan
yang di pihak lain terlihat sesuatu yang sangat menonjol dan di lain pihak
terjadi kemunduran.
Pada permulaan periode ini sempat menghimpun anggotanya dengan
berbagai kegiatan baik dalam kegiatan peribadatan maupun dalam
pembangunan dan diakonia.
Tanggung jawab organisasi PKB sering dihambat oleh kesempatan yang
sangat kurang bagi anggota-anggota PKB. Ini disebabkan karena sebagian
besar penguru PKB adalah pengawai yang kebanyakan melaksanakan
tugasnya sampai malam hari. Pelayanan PKB dalam bentuk ibadah
persekutuan tingkat Jemaat tidak dapat berjalan dengan semestinya.
Kegiatan PKB yang menonjol yaitu dalam keikutsertaan pada acara PKB
Sinode GMIM dalam bentuk festival kesenian yang dilaksanakan setiap
bulan Oktober. Selain itu Kolom V pada tahun 1983 mengadakan kebaktian
bersama dengan Jemaat Ponompian Bolaang Mongondow (GMIBM).
32
Ada pun sasaran Kolom V ke Bolaang Mongondow yaitu mengunjungi dan
berbakti bersama-sama dengan saudara-saudara seiman, karena umat
Kristen di sana masih sedikit.
Pada bulan Januari 1982 Kompelsus PKB GMIM Winangun Bawah telah
menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama buletin ”SANGKAKALA”.
Buletin ini dimaksdukan untuk ikut menunjang usaha-usaha peningkatan
PERSEKUTUAN, KESAKSIAN dan PELAYANAN di samping sebagai
INFORMASI dan KOMUNIKASI dari dan untuk jemaat.
Sayang media ini yang sebenarnya bukan saja milik Kompelsus PKB tetapi
juga milik Jemaat Winangun Bawah sendiri, kurang dimengerti oleh Jemaat
sehingga media SANGKAKALA ini tidak mendapat dukungan sepenuhnya
dari seluruh Jemaat GMIM Winangun Bawah. Media SANGKAKALA ini
hanya terbit empat bulan saja untuk kemudian harus meninggalkan kebun
anggurnya yaitu Jemaat sendiri.
Pada bulan Februari 1982 juga oleh Kompelsus PKB telah berhasil dibuat
sebuah lorong yang panjangnya 50m menuju Gedung Gereja GMIM
Winangun Bawah. Loroang tersebut lebarnya 1m dibuat dengan konstruksi
beton, dan menyerap biaya Rp. 200.000,-
Tanggal 12 Juli 1982 juga oleh Kompelsus PKB GMIM Winangun Bawah
telah mengirimkan sumbangan via Badan Pekerja Sinode GMIM di Tomohon
untuk Badan Pekerja Majelis Jemaat Gereja Protestan Indonesia Gorontalo,
yaitu 20 buah Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (10 pasang)
dalam rangka meningkatkan Diakonia dalam PI dan PI dalam Diakonia
antara Jemaat.
Tahun 1982 di Jemaat GMIM Winangun Bawah telah dilaksanakan lomba
Paduan Suara PKB antar Jemaat se-Wilayah Manado Selatan, di mana PKB
Winangun Bawah berhasil keluar sebagai pemenang dan berhak mewakili
Wilayah Manado Selatan ke festifal Kesenian tingkat Sinode tersebut,
tanggal 16 Oktober 1982, dan PKB Winangun Bawah keluar sebagai Juara
III, kemudian pada tahun berikutnya 1983 menjadi Juara II seri A Satu.
Ada kerinduan dari pimpinan PKB yaitu agar tanggung jawab pelayanan
Kompelsus adalah tanggung jawab bersama anara Majelis Jemaat dan
pimpinan Kompelsus. Oleh karena itu sangat penting diadakan pemahaman
kembali tentang Isi Tata Gereja GMIM 1981 untuk menghilangkan
perbedaan tanggung jawab pelayanan.
C. DIAKONIAPelayanan diakonia dalam Bidang Diakonia Karitatif mula-mula hanya dilakukan
secara insidentil, seperti melalui pemberian bingkisan-bingkisan ke luar Jemaat antara
lain kepada Wale Ne Oki dan panti Asuhan Nazaret di Tomohon, Rumah Sakit Kusta di
33
Malalayang dan lain-lain. Kemudian pada tahun 1980 pelayanan ini diaktifkan dalam
Kolom-Kolom dan Jemat seperti pada hari Natal dan Tahun Baru.
Untuk dapat menjalankan pelayanan diakonia dengan sebaik-baiknya, maka
Majelis Jemaat mulai dari tahun 1974 sampai sekarang, telah membentuk Komisi-
komisi Pembantu Majelis Jemaat di bidang Diakonia seperti Komisi Pendidikan/PWG,
Komisi Kesehatan dan Komisi Diakonia.
Komisi-komisi tersebut ternyata tidak/belum dapat menjalankan tugasnya seperti
yang diharapkan, karena akhir-akhir ini nampaknya seolah-olah ada kelesuhan
melaksanakan tugas pelayanannya di kalangan para pelayan yang telah ditunjuk, apa
lagi karena Komisi-Komisi tersebut kurang sekali atau tidak pernah mendapat
bimbingan dari Majelis Jemaat cq Badan Pekerja Majelis Jemaat.
Sesuai dengan kemampuan maka dalam bidang Diakonia Pendidikan, Jemaat
Winangun Bawah telah mengusahakan Taman Kanak-Kanak yang diasuh oleh
Kompelsus Wanita/Kaum Ibu.
TKK tersebut didirikan pada tanggal 1 Maret 1976 dan diresmikan oleh Kepala
Dinas Pendidikan dan Persekolahan GMIM pada tanggal 13 Maret 1976 dengan nama
TKK ”SION” GMIM Jemaat Winangun Bawah. Pada waktu itu Kompelsus Wanita/Kaum
Ibu menunjuk Ny. E.G. Logor-Roeroe sebagai pengasuh TKK, sedang guru/Kepala TKK
pertama ialah Ny. Anneke E. Runtuwarouw-Saroinsong, seorang guru SDN Winangun
yang diperbantukan dengan seizin Kepala Dinas PDK Wilayah Pineleng. TKK tersebut
mulai dengan satu kelas (Kelas C) dengan 25 orang murid, mula-mula bertempat di
gedung gereja, kemudian sejak Agustus 1979, dengan bantuan/seizin Pemerintah
Desa, bertempat di Balai Desa dan mulai bulan Juli 1984 kembali bertempat di gedung
gereja.
Pada tanggal 1 Juli 1984 TKK tersebut terdiri dari satu kelas (Kelas C) dengan 28
murid dan 3 orang guru yakni 1 guru honor dan 2 guru SDN Winangun yang
diperbantukan dengan seizin yang berwenang.
Permasalahan utama yang sedang dihadapi TKK ialah belum ada gedung serta
kurangnya alat-alat permainan/peragaan.
Dalam bidang pelayanan diakonia kesehatan belum banyak yang dilakukan, yang
ada hanya pelayanan secara insidentil seperti dilakukan di beberapa kolom antara lain
melalui apotik kolom, yang menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan, serta obat-obatan untuk penyakit ringan seperti sakit kepala, pilek, luka-
luka dan lain sebagainya, dan diberikan dengan cuma-cuma kepada warga kolom yang
bersangkutan, baik golongan GIM maupun golongan lain.
Selanjutnya warga Jemaat yang menjadi sasaran pelayanan diakonia,
berada/berdiam di kolom, maka pelaksanaan pelayanan diakonia, baik karitatif maupun
sosial, adalah oleh kolom dan berpusat di kolom, yang diatur oleh Penatua dan Syamas
dengan dibantu oleh kelompok-kelompok diakonia.
34
Pembiayaan diakonia di kolom yang tidak disediakan dana dalam anggaran
Jemaat, diusahakan dengan jalan mengadakan aksi-aksi dalam usaha-usaha kolom
yaitu yang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam GMIM.
Untuk berbagai usaha ketrampilan yang diadakan di beberapa kolom seperti
pangkas rambut, pembuatan batako, pembibitan cengkih, telah disediakan anggran
dalam anggaran Jemaat tahun 1983/1984 dan tahun 1984/1985, yaitu sebagai
pendorong bagi usaha-usaha tersebut di kolom-kolom ddengan pengharapan supaaya
kolom-kolom lain juga mengusahakan bentuk-bentuk diakonia yang cocok dengan
keadaan/kondisi kolom yang bersangkutan.
Tentang usaha ketrampilan pembuatan batako dapat lagi dikemukakan hal-hal
sebagai berikut:
Lokasinya ialah Kolom II dan alat pembuatan batako yang ada, atas usaha
Penatua/Syamas Kolom II, telah dipinjamkan oleh Soeratmin Adisoemarto (alm.) bekas
Kakanwil Dep. Sosial Propinsi Sulawesi Utara, dengan syarat bahwa akan ditarik
kembali apabila tidak dimanfaatkan. Sebaliknya alat tersebut akan ditambah, bila
ternyata ada perkembangan dalam usaha pembuatan batako, malahan akan diberikan
bimbingan oleh petugas-petugas sosial dan perindustrian untuk meningkatkan mutu
batako yang dihasilkan.
Usaha pembuatan batako tersebut sudah berproduksi sejak bulan Desember 1982 dan
permasalahan utama yang dihadapi ialah pemasaran.
Karena kurangnya lahan yang dapat dikerjakan, maka telah diusahakan untuk
memanfaatkan halaman-halaman yang koson dalam wilayah Jemaat seperti yang telah
dilakukan oleh Kolom VII. Di sebidang tanah seluas 15x10m dengan seizin pemiliknya
ialah keluarga Palit, mulai bulan September 1982 telah dilakukan pembibitan cengkih
Zanzibar sebanyak kira-kira 2000 biji oleh warga Kolom VII (Penatua/Syamas serta
Pria/Kaum Bapa, Wanita/Kaum Ibu dan Pemuda/Remaja Kolom VII). Bibit tersebut telah
berusia lebih dari 1½ tahun dan berjumlah kira-kira 1.500 pohon, dijual dengan harga
Rp. 750,- per pohon.
Selanjutnya mulai September 1983 telah dimanfaatkan pula sebidang tanah
seluas 60x20m dengan ditanami jagung oleh warga Kolom VII dan usaha ini sudah
dilakukan kedua kali.
Demikianlah beberapa catatan tentang pelayanan diakonia Jemaat Winangun
Bawah.
35
BAB IP E N U T U P
1. Demikianlah sejarah Jemaat Winangun Bawah yang sempat disusun sampai dengan akhir
Juli 1984. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan-kekurangannya karena sebagian
besar data-data, didasarkan atas data lisan yang masih dapat diperoleh.
Namun demikian penyusun mengharapkan kiranya maksud penyusunan sejarah
ini antara lain untuk dijadikan bahwa pewarisan sejarah bagi Gereja Masehi Injili di
Minahasa, belum berakhir dan masih akan berjalan terus sehingga Pena Sejarah pun akan
setia mendampingi GMIM dan Jemaat-jemaatnya sebagai pelaksana-pelaksana misi Kristus.
”Ia yang memulaikan pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai
pada akhirnya pada hari Yesus Kristus” (Fil 1:6).
2. Himbauan.
2.1 Penyusun memperoleh kesan bahwa ”arsip” di Jemaat dan Wilayah belum tersusun
sebagaimana diharapkan semestinya, sehingga sukar memperoleh data-data dari
arsip Jemaat/Wilayah tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun yang
silam. Itulah sebabnya sehingga sebagian besar data-data yang digunakan dalam
penyusunan Sejarah Jemaat Winangun bawah ini, berasal dari data-data lisan melalui
tanya jawab dengan para pelaku sejarah yang masih hidup, dan pula sumber-sumber
lain yang dapat dipercaya.
Berdasarkan pengalaman ini, penyusun menghimbau Badan Pekerja Sinode
GMIM untuk mengadakan Ketentuan/peraturan tentang dokumentasi dan pengarsipan,
teruatama dalam hal penyusunan, pemeliharaan dan penyimpanan
surat-surat/dokumen-dokumen di tiap Jemaat dan Wilayah yang senantiasa dikerjakan
dengan baik, rapi dan seragam untuk seluruh GMIM.
Pengarsipan surat-surat dan dokumen-dokumen yang lengkap dan rapi sangat
bermanfaat, bukan saja bagi Jemaat/Wilayah dan anggota-anggotanya sendiri, tetapi
juga untuk Badan Pekerja Sinode GMIM. Pengarsipan surat dapa digunakan untuk
penyusunan laporan-laporan untuk Sidang Sinode, pemberian data-data pada tamu-
tamu Gereja dari dalam dan luar negeri, penelitian-penelitian dan tentunya sangat
berguna pula untuk penyusunan sejarah Jemaat/Wilayah GMIM pada Yubilium II
GMIM, tahun 2034 nanti.
2.2. Dalam sejarah Jemaat Winangun Bawah yang telah disusun, kita menemukan
sederetan nama, yaitu nama dari mereka yang dengan aktif telah turut berperan dalam
pembentukkan, pertumbuhan dan pelayanan Jemaat Winangun Bawah.
Karena sejarah Jemaat Winangun Bawah masih akan tetap berjalan terus, maka
penyusun ingin menghimbau kepada setiap anggota Jemaat, supaya bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas pelayanan dan kesaksian terhadap dunia, yaitu
36
supaya bukan saja melakukan pelayanan di dalam Jemaat, akan tetapi juga siap untuk
melayani masyarakat, nusa dan bangsa.
Dengan berbuat pada saat ini pasti akan dikenang generasi mendatang.
37
Lampiran I:Sketsa tentang letaknya tempat-tempat Ibadah Jemaat Kristen Protestan/ GMIM di Paal Empat/Desa Winangun sejak tahun 1927.
KETERANGAN:
I Hotel RichardoII Pompa Bensin Mangimbali III Gedung Gereja Pantekosta1. Tempat Ibadat: 1927 – 1934 2. Tempat Ibadat: 1934 - 19423. Gedung Gereja ”Winangun” di Kilo Tujuh:
1942 - 19614. Tempat Ibadat: (rumah Kel. Ruru-Pangkong)
Desember 1961 – Maret 19625. Tempat Ibadat/Sekolah (rumah Kel. Parmenas-
Salindeho): Maret 1962 - 19636. Tempat Ibadat/sekolah: 19637. Tempat Ibadat/sekolah: 1963 – 1964 8. Tempat Ibadat/sekolah: 19649. Tempat Ibadat/sekolah: 1964 – 30 Juli 196810. Gedung Gereja ”SION”: 30 Juli 1968 – 13 Juli 197011. Gedung Gereja ”SION”: 19 Juli 1960 – 5 Juli 197212. Gedung Gereja ”SION”: 19 Juli 1972 – sekarang
38
Lampiran III:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 4 Desember 1951 no. 86.
S a l i n a n
Angka : 86 Tomohon, 4 Desember 1951
Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili di Minahasa
Mengingat : Keputusan Sidang Synode Geredja Masehi Indjili Minahasa pada 6 dan 7 Februari 1951.
Mendengar : Pembitjaraan2 dan putusan Sidang Synode Geredja Masehi Indjili Minahasa pada 26 Djuni 1951.
Memperhatikan : Peraturan-peraturan Geredja Masehi Indjili Minahasa Bab I Pasal 1 dan 2.
Menetapkan : Djumat Geredja Masehi Indjili MinahasaManado:
Tikala, Titiwungen, Singkil, Malalajang, Kalasey, Kiain, Winangun, Pineleng, Warembungan, Aspal, Kairagi, Bailang, Molas.
Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili Minahasa
Ketua, Panitera,
t t d t t d
(M. Sondakh) (R.M. Luntungan)
Tembusan surat inidikirim kepada :1. Madjelis Geredja Djumat Manado2. Hukum Tua2 yang bersangkutan3. Kepala Daerah Minahasa di Manado
Sesuai dengan aslinya
J.H. Supit
39
Lampiran IV:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 27 November 1962 no. 35
S a l i n a n
Tomohon 27 NopemberNo. 35 Tomohon, 27 Nopember 1962
Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili di Minahasa
Membatja : Surat B. Pekerdja Madj. Gereja Manado tgl 15 September 1962 no. 244/B.P./III dan surat B. Pekerdja Madj. Geredja Wori tgl 15 Pebruari 1962.
Mengingat : Surat Keputusan B. Pekerdja Synode tgl 4 Desember 1951 no: 62 dan tgl 4 Desember 1951 no: 86.
Mendengar : Pembitjaraan Sidang Synode tgl 8 Oktober 1962.Memperhatikan : Peraturan Geredja Masehi Indjili Minahasa Bab I Pasal 1 dan 2.Memutuskan : Menetapkan perobahan Djumat Geredja Masehi Indjili Minahasa
Manado, Wilayah dan bagian2nya:Wilayah Sentrum, terdiri dari Djumat bagian: Sentrum, Malalajang, Kiaing, Kolongan dan Kalasei.Wilayah Tikala, terdiri dari Djumat2 bagian: Tikala, Tikala Baru, Dendengan, Ranomut, Paldua, Kairagi dan Kaiwatu.Wilayah Singkil/Sindulang, terdiri dari Djumat2 bahagian: Singkil/Sindulang, Tuna dan Kombos.Wilayah Titiwungen Wenang, terdiri dari Djumat bahagian: Titiwungen/Wenang, Sario A, Wanea dan Teling.Wilayah Ranotana/Bahu, terdiri dari Djumat2 bahagian: Ranotana, Bahu, Sario Tumpaan, Kota Baru, Pakowa, Winangun, Pineleng, Warembungan dan Sea.Wilayah Tuminting, terdiri dari Djumat2 bahagian: Tuminting, Tumumpa, Bailang, Molas, Buha, Bengkol, Pandu I, Pandu II, Wori, Tiwoho, Tongkaina, Meras, Darunu, Talawaan-Bantik, Bulo, Budo.Keputusan ini mulai berlaku 1 Oktober 1962.
Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili Minahasa
Ketua, Panitera,t t d t t d
(Ds. A.Z.R. Wenas) (Ds. P.W. Sambouw)
Tembusan kepada :1. Kepala Kantor Urusan Agama Dati II Minahasa/Manado2. Kepala Daerah Tikt II Kotapradja Manado dan Minahasa3. Kepala Distrik I Tomohon4. Kepala Distirk II Manado luar Kota – Selatan dan Utara5. Hukum Tua2 yang bersangkutan Tjabutan kepada B. Pekerdja Madj. Geredja Manado dan Wori.
Sesuai dengan aslinya,
J.H. Supit
40
Lampiran V:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 31 Maret 1970 no. 22
S a l i n a n
No. 22 Tomohon, 31 Maret 1970
Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili di Minahasa
Mengingat : Pembitjaraan2 Sidang Synode tgl 2 s/d 10 Desember 1969 tentang Tata Geredja dan Peraturan2 Geredja Masehi Indjili Minahasa.
Menimbang : Perlunya penindjauan batas2 Wilajah Geredja Masehi Indjili Minahasa .Mendengar : Pembitjaraan Rapat utusan2 Wilajah2 GMIM tgl 20 Djanuari 1970.Mendengar lagi : Pembitjaraan Sidang2 Badan Pekerja Synode tgl 11 Pebruari 1970, 11
dan 25 Maret 1970.Memperhatikan :
- Tata Geredja GMIM 1970.- Peraturan tentang Geredja Bab I Pasal 1 dan 2.- Peraturan tentang Djemaat Bab I Pasal 1 ajat 1 dan 2; Bab III Pasal
10 ajat 2.Memutuskan : Menetapkan:
I. Penindjauan batas2 Wilajah di seluruh Geredja Masehi Indjli di Minahasa.
II. d.l.l.; 15a. Wilajah Manado Selatan: yang terdiri dari himpunan dan
persekutuan Djemaat 2: Kali, Pakowa, Pineleng, Ranotana, Sario Selatan, Sea, Winangun Atas, Winangun Bawah, Warembungan. b. Kantor Wilajah Manado Selatan di Ranotana.16a. d.l.l.;
Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal 1 April 1970.
Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili Minahasa
Ketua, Sekretaris,t t d t t d
Pdt. R.M. Luntungan Pdt. W.A. Roeroe, STh.
Tembusan kepada :1. Semua Hukum Tua yang bersangkutan2. Kepala Ketjamatan bersangkutan3. Kepala Daerah Kabupaten/Walikota4. Kepala Kantor Urusan Agama Daerah Kab. Minahasa/Manado5. Bahagian Keuangan Synode Tjabutan kepada semua Madjelis Djemaat dan Badan Pekerdja Wilayah bersangkutan.
Sesuai dengan aslinya,
J.H. Supit
41
Lampiran VI:Surat Keputusan BP Sinode GMIM tanggal 6 Agustus 1982 No. 87
S a l i n a nKutipan dari daftar beslit-beslit Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa
G E R E J A M A S E H I I N J I L I M I N A H A S A No. 87 Tomohon, 6 Agustus 1982
BADAN PEKERJAGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA
MENIMBANG : Bahwa untuk kepentingan Pelayanan dirasa perlu meninjau kembali pembagian Wilayah-wilayah Gereja Masehi Injili Minahasa.
MENDENGAR : - Konsultasi Badan Pekerja Sinode dengan KSB Wilayah tanggal 14 Oktober 1980;
- Keputusan Sidang Sinode GMIM ke-58 tahun 1981 di Likupang;- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 20 Pebruari 1982.- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 24 Juli 1982;- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 28 Juli 1982.- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 31 Maret 1970
MENGINGAT : Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tgl 31 Maret 1970.MEMPERHATIKAN : Tata Gereja GMIM 1981:
- Peraturan tentang Gereja Bab I Pasal 1 dan 2;- Peraturan tentang Jemaat Bab I Pasal 1 ajat 1 dan 2; - Peraturan Tentang Wilayah Bab I Pasal 1 ayat 1, 2 dan Bab III Pasal 10
ayat 2;MEMUTUSKAN : MENETAPKAN:
1. Meninjau kembali dan tidak berlaku lagi Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tgl 31 Maret 1970 nomor 22 titik 15 tentang Wilayah Manado Selatan dan Kantor Wilayah Manado Selatan.
2. a. Wilayah MANADO SELATAN II yang terdiri dari himpunan dan persekutuan Jemaat-jemaat: Winangun Bawah, Winangun Atas, Pineleng, Kali, Warembungan, Sea.
b. Kantor Wilayah Manado Selatan II di Winangun Bawah.Keputusan ini terhitung mulai tanggal 1 September 1982.
BADAN PEKERJA SINODEGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA
Ketua, Sekretaris,t t d t t d
Pendeta Dr. W.A. Roeroe Pendeta K.H. Rondo, S.Th
Tembusan kepada :1. Bupati KDH Tkt II Minahasa di Tondano.2. Kepala Seksi BIMAS Kristen Protestan Kantor Dep. Agama Kotamadya Manado.3. Camat Pineleng.4. Hukum Tua Winangun Bawah.5. Semua Departemen/Komisi/Lembaga tkt Sinode.6. Bahagian Personalia Sinode GMIM.7. Bahagian Keuangan Sinode GMIM.8. A r s i p- KUTIPAN kepada Majelis Jemaat dan Badan Pekerja Wilayah bersangkutan untuk diketahui dan
perlunya.
Setuju dengan bunyi daftar beslit tersebutWakil Sekretaris Umum Sinode GMIM
ttd
Pendeta W.W. Tampemawa, Sm.Th.
Sesuai dengan aslinya,
J.H. Supit
42
Lampiran VII:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 7 Mei 1984 No. 18.
S a l i n a nKutipan dari daftar beslit-beslit Badan Pekerja Sinode
Gereja Masehi Injili Minahasa.
G E R E J A M A S E H I I N J I L I M I N A H A S A No. 18. Tomohon, 7 Mei 1984
BADAN PEKERJAGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA
Membaca : Surat Majelis Jemaat Winangun Bawah Wilayah Manado Selatan II tgl 17 April 1984 yang disetujui oleh Badan Pekerja Wilayah Manado Selatan II tentang permohonan mengesahkan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.
Mengingat : Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tgl 6 Agustus 1982 no. 87 tentang himpunan Jemaat-jemaat di Wilayah Manado Selatan II.
Mendengar : Pembicaraan Rapat Badan Pekerja Sinode tgl 2 Mei 1984.Memperhatikan : Tata Gereja GMIM 1981:
- Peraturan tentang Jemaat Bab VIII Pasal 35- Peraturan Tentang Sinode Bab II Pasal 12.
Memutuskan : Menetapkan:JEMAAT BUKIT MORIA WINANGUN BAWAH
menjadi salah satu Jemaat Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) dan dimasukkan dalam lingkungan pelayanan Wilayah Manado Selatan II.
BADAN PEKERJA SINODEGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA
Ketua, Sekretaris,t t d t t d
Pendeta Dr. W.A. Roeroe Pendeta K.H. Rondo, S.Th
Tembusan kepada :1. Majelis Jemaat Winangun Bawah.2. Badah Pekerja Wilayah Manado Selatan II.3. Badan Pekerja Antar Wilayah Manado.4. Bupati KDH Tkt II Minahasa.5. Kepala seksi Bimas Kristen Protestan Kantor Dep. Agama Kabupaten Mainahasa.6. Camat Pineleng.7. Hukum Tua Winangun Bawah.8. DEPARTEMEN IPAIT Sinode GMIM.9. DEPARTEMEN P.I. Sinode GMIM.10. DEPARTEMEN DIAKONIA Sinode GMIM.11. DEPARTEMEN PELAYAN KHUSUS Sinode GMIM.12. Semua Komisi Pelayanan Khusus Sinode GMIM.13. PWG Sinode GMIM.14. Biro Personalia Penetapan dan Dokumentasi Sinode GMIM.15. Biro Perbendaharaan dan Keuangan Sinode GMIM.16. Arsip.
- KUTIPAN kepada Majelis Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah untuk untuk diketahui dan perlunya.
Setuju dengan bunyi daftar beslit tersebutWakil Sekretaris Umum Sinode GMIM
ttd
Pendeta W.W. Tampemawa, Sm.Th.
Sesuai dengan aslinya,
J.H. Supit
43
LAMPIRAN IX:Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat periode 1970 – 1973.
Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : Johanis KeintjemWakil Ketua : S. RuruSekretaris : Agustinus MandalaPenyimpan uang : Richard William Gosal
Susunan Wanita Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. Costantina Korban-SalindehoWakil Ketua : Ny. L. Ruru-PangkongSekretaris : Ny. Wokas-WatungWakil Sekretaris : Ny. Wahiu-LumintangPenyimpan uang : Ny. Gosal-Kandouw
Susunan Kompelsus Remaja/PemudaPenatua/Ketua : Ny. Anneke Eva SaroinsongWakil Ketua : Adrian Ruru Sekretaris : Frans Hendrik RuntuwarouwWakil Sekretaris : Jootje O. Mongi Penyimpan uang : Johny Lolowang
Susunan Kompelsus Anak-anakPenatua/Ketua : Frans Hendrik RunuwarouwWakil Ketua : Ny. Wokas-Watung Sekretaris : Jootje O. MongiWakil Sekretaris : Johny LolowangPenyimpan uang : Siltje Pesik
Susunan Komisi-KomisiKomisi Pembangunan diketuai oleh Sungka Marundu Komisi Pekabaran Injil diketuai oleh Thobias I. MaameahKomisi Verifikasi terdiri dari Zeth Samuel Pelleng dan Jootje O. Mongi
44
LAMPIRAN X:Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat periode 1974 – 1977.
Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : Richard Engelbert TuwoWakil Ketua : Johanis KeintjemSekretaris : Jefta MuajaSekretaris II : Zeth Simry RapatPenyimpan uang : Corneles H. WalalangiPenyimpan uang II : E. WokasAnggota : Johan Herman Supit
Martinus Nicolaas Gosal
Perubahan susunan Kompelsus Pria/Kaum Bapa (keadaan 1 April 1976)Penatua/Ketua : Richard Engelbert TuwoSekretaris : Jefta MuajaSekretaris II : B.H.L. WokasPenyimpan uang : Zeth Simry RapatAnggota : Arie Suwu
Lexie KarundengJ. SayouwJ. Raintung E. RakianJohan Herman Supit
Perubahan susunan Kompelsus Pria/Kaum Bapa (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Zeth Simry RapatWakil Ketua : Richard Engelbert TuwoSekretaris : Johan Herman SupitPenyimpan uang : H.S. RimbingPembantu : Arie SuwuKoordinator Kolom I : Frans Manoppo dan Arie SuwuKoordinator Kolom II : E.J. Akay dan Zeth Simry RapatKoordinator Kolom III : H.S. Rimbing Arie LampusKoordinator Kolom IV : Richard Engelber Tuwo dan Johan Herman SupitKoordinator Kolom V : W.M. Bolung dan J Tangkulung
Susunan Wanita Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. Costantina Korban-SalindehoWakil Ketua : Ny. Mien Siwi-WuwunganSekretaris : Ny. Tampi-MeraySekretaris II : Ny. Lampus-TandajuPenyimpan uang : Ny. Nender KotambunanPenyimpan uang II : Ny. Mien Betsy Tuwo-PutongAnggota : Ny. Keintjem-Saroinsong
Ny. Muaja-Ruauw
Perubahan susunan Kompelsus Wanita/Kaum Ibu (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Ny. Mien Betsy Tuwo-Putong Wakil Ketua : Ny. L. Taroreh-ManoppoSekretaris : Ny. A.E. Runtuwarouw-SaroinsongPenyimpan uang : Ny. L. Tampi-MerayAnggota : Ny. E. Tangkulung-SendukKoordinator Kolom I : Ny. Nender-Kotambunan dan Ny. Suwu WoworKoordinator Kolom II : Ny. A.E. Runtuwarouw-Saroinsong dan Ny. L. Tampi-MerayKoordinator Kolom III : Ny. Lampus-Tandaju dan Ny. Rimbing-DodokambeyKoordinator Kolom IV : Ny. M.B. Tuwo-Putong dan Ny. Muaja-LumentutKoordinator Kolom V : Ny. L. Taroreh-Manoppo dan Ny. F. Tangkulung-Senduk
45
Susunan Kompelsus Remaja/PemudaPenatua/Ketua : Nontje Kasenda/Adrian RuruWakil Ketua : Adrian Ruru Sekretaris : J.O. Mongi/J. Lolowang Penyimpan uang : E. Sorongan
Susunan Kompelsus Pemuda/Remaja (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Adrian RuruWakil Ketua : Frieda S. SoronganSekretaris : Christian I. TuwoPenyimpan uang : Eva NenderAnggota : Jenny Rewur
Susunan Kompelsus Anak-anakPenatua/Ketua : Frans Hendrik Runtuwarouw/Ny. L. Legi-ManoppoSekretaris : J.O. MongiPenyimpan uang : Ny. Wokas-Watung Anggota : Ny. A. Runtuwarouw-Saroinsong,
Na. F. Sorongan, Na. Nontje Kasenda.
Pembaharuan Kompelsus Anak-anak (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Ny. E.G. Logor-RoeroeWakil Ketua : Eva NenderSekretaris : Tonny AkayPenyimpan uang : Jenny RewurAnggota : Christian I. Tuwo
Frieda Sorongan Meity Tuela
SUSUNAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAATKomisi Pekabaran Injil Ketua : Th. I. MaameahWakil Ketua : Ny. Keloay-RSekretaris : J.O. MongiWakil Sekretaris : B. WokasPenyimpan uang : Ny. Mahoro-KorbanAnggota : J. Mamesah dan Na. E. Kasenda
Komisi KetatalayananKetua : Bendahara Jemaat Wakil Ketua : A. MuajaSekretaris : Ny. Nender-KotambunanWakil Sekretaris : J.O. MongiAnggota : Corneles H. Walalangi
E. SoronganNy. Keintjem-SaroinsongNy. Lampus-TandajuNy. Gosal-KandouwNy. Watuseke-MokorimbanNy. Marunduh-Dotulong
Komisi DiakoniaKetua : Maximiliam Everhard TampiWakil Ketua : F. NenderSekretaris : Z.S. PellengWakil Sekretaris : Ny. Mandala-RPenyimpan uang : Ny. Sorongan-MerayAnggota : A. Manoppo, Ny. Legi-Manoppo, Ny. Tuwo-Putong
46
Komisi PendidikanKetua : Drs. A.B.J. SupitWakil Ketua : S. MarunduhSekretaris : P.N. Pangemanan Sekretaris II : S. SumarauwPenyimpan uang : Ny. Sarajar-KasendaAnggota : Ny. Wulur-Pontoh
H.E. LegiTh. I. Maameah
Komisi PembangunanKetua : Sungkah MarunduhWakil Ketua : Th. I. MaameahSekretaris : R.E. TuwoWakil Sekretaris : J.O. MongiPenasehat-penasehat : Ketua Jemaat, J.O. Ruru dan A.W. Gosal, Pelindung Hukum
Tua
Seksi-seksiSeksi Pelaksana:Ketua : Th. I. MaameahWakil Ketua : M.L. Lumunon
Seksi Usaha Keuangan:Ketua : F. NenderWakil Ketua : M.E. Tampi Sekretaris : Z.S. PellengAnggota : C.H. Walalangi
S. RewurA. ManoppoWallem GosalNy. Wahiu-LumintangNy. Korban-SalindehoHans Pelealu
Penyimpan uang : A. MuajaPembantu : F.H. Runtuwarouw
Seksi Dokumentasi:Ketua : J.H. SupitWakil Ketua/Sekretaris : M.E. AwuyAnggota : F. Sarajar dan Ny. Wulur-Pontoh
Sub-Seksi Pengawasan : Komisi Verifikasi tingkat Jemaat
Sub-Seksi Pelaksana : J. Muaja, J.L. Tene, J. Labelaha, J. Mamesah, dan A. Rewur
Sub-Seksi Perlengkapan : D.H. Mansanaris, E. Wokas, V.B. Pesik
Sub-Seksi Pengerahan Tenaga:W. Watuseke, F. Nender, J. Keintjem
Komisi VerifikasiKetua : R.E. TuwoWakil Ketua : J. MuajaSekretaris : A. Rewur
PEMBAHARUAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAAT (mulai 27 Juni 1976)Komisi Pekabaran InjilKetua : A. Rewur Wakil Ketua : Z.S. PellengAnggota : Ny. Koloay-Rengku
47
Komisi Pendidikan dan PWGKetua Guru Agama : H.E. LegiSekretaris : P.N. PangemananAnggota : Drs. A.B.J. Supit
Ny. Sarajar-KasendaR.A. Rewah S. Marunduh
Komisi PembangunanKetua : A. MaukarWakil Ketua : S.H. WonokhSekretaris : R.A. Rewah Penyimpan uang : A. MuajaAnggota : A. Manoppo
Komisi Ketatalayanan dan DiakoniaKetua : Bendahara Majelis Jemaat, M.L. LumunonWakil Ketua : M.E. TampiSekretaris : B. WokasAnggota : J.L. Tene
Ny. C. Korban-SalindehoNy. S. Sorongan-MerayH.S. RimbingNy. Tampi-MerayNa. E. Nender Na. J. Rewur
Komisi VerifikasiKetua : R.E. TuwoSekretaris : J.H. SupitAnggota : E.B. Linuh
48
Lampiran XI:Susunan Kompelsus BIPA dan Susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat Periode 1978 – 1981
Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : E. MaindokaSekretaris : A.J. AkayPenyimpan uang : J. PoliiKoordinator Kolom I : R.E. Ruwo dan M.M. MawaKoordinator Kolom II : Arie Suwu dan H.L. LumunonKoordinator Kolom III : A.J. Akay & J. LombanKoordinator Kolom IV : J. Polii dan Ade TogasKoordinator Kolom V : W.M. Bolung dan J. Tangkulung
Susunan Kompelsus Wanita/Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. A. Maukar-WuysangWakil Ketua : Ny. C. Bolung-LaloanSekretaris : Ny. L. Tampi-MerayWakil Sekretaris : Ny. A. Palit-WoworPenyimpan uang : Ny. L. Sumampouw-BalaKoordinator Kolom I : Ny. S. Rewah-Kaawoan dan Ny. M.B. Tuwo-PutongKoordinator Kolom II : Ny. Suwu-Wowor dan Ny. Nender-KotambunanKoordinator Kolom III : Ny. L. Tampi-Meray dan Ny. A.E. Runtuwarouw-SaroinsongKoordinator Kolom IV : Ny. A. Palit-Wowor dan Ny. L. Sumampouw-BalaKoordinator Kolom V : Ny. A. Maukar-Wuysang dan Ny. C. Bolung-Laloan
Susunan Kompelsus Pemuda/RemajaPenatua/Ketua : Decky RewurWakil Ketua : Ricky GosalSekretaris : Frieda SoronganWakil Sekretaris : Harlen J.N. MawaPenyimpan uang : Fenny MaukarAnggota : Refly Rewah, Detty Marunduh dan Buang Rambing.
Susunan Kompelsus Anak-anakPembina : Guru Agama Ny. S.E. Regar-LumingkewasKetua/Penatua : Ny. E.G. Logor-RoeroeWakil Ketua : Ventje BolungSekretaris : Jenny KoloayWakil Sekretaris : Haryadi PrabowoPenyimpan uang : Thresye BalaAnggota-anggota : Fenny Maukar
Syeni RuntuwarouwJenny WajongkereSherly WalalangiFiske LumunonTommy MaukarVentje PangauJerry Rapar
SUSUNAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAAT
Komisi KetatalayananKetua : Bendahara JemaatSekretaris : S. Marunduh Anggota : Semua Syamas Kolom
Semua penyimpan uang Kompelsus BIPA
49
Komisi DiakoniaKetua : Ny. R. Kansil-MohedeSekretaris : Wongko MarunduhAnggota : M.L. Lumunon
J.O. RuruJ. RaparW. TerokE. Wahani.
Komisi KesaksianKetua : Ny. W. Koloay-RengkuSekretaris : A. RewurAnggota : Ny. Warouw-Karouwan
H. LumempouwP.N. PangemananNy. L. Sumampouw-BalaW.M. Bolung
Komisi PembangunanKetua : Wakil Ketua BPMJSekretaris : J.P.H. LowingAnggota-anggota : S. Marunduh
M.L. LumunonG.S. AwuyA. PongohJ. Muaja
Komisi VerifikasiKetua : R.E. TuwoSekretaris : A. MuajaAnggota : E.B. Linuh
50
Lampiran XII:Susunan Kompelsus BIPA dan Susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat Periode 1982 – 1985
Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : Hendrik Estefanus LegiWakil Ketua : Rudolf J. PogalinSekretaris : George A. AwuyWakil Sekretaris : Arnes Jan AkayPenyimpan uang : Martin Luther LumunonAnggota : Alex Jonie Umboh
Dantje SigarNicolaas SumampouwDrs. Raden PardanusJunus KowirengWellem M. BolungTommy UtomoFentje Jantje Monareh
Koordinator Kompelsus Pria/Kaum BapaKolom I : H.S. Rimbing, W. Kamuh, G. Logor.Kolom II : Drs. A.B.J. Supit, D. Pangauw, E. Londa, Max Lensun,
A. Frans R. Unsulangi, J. Sumanti.Kolom III : W. Gosal, Herry Pepah. W. Kumendong.Kolom IV : M.L. Lumunon, N. Sumampouw, Drs. R. Pardanus, A. Apouw,
H. Lumempouw.Kolom V : A.J. Umboh, Alex Rira, D. Sigar, J. Pongantung,
F.J. Monareh.Kolom VI : G.S. Awuy, J.O. Ruru, J. Sayouw, F. Palit.Kolom VII : E.J. Akay, F. Wawoh, B. Raranta, L. Kalalo.Kolom VIII : Drs. H. Teterego, Hengky Palar.Kolom IX : J. Tangkulung, Drs. Ha. Tangkau, Drs. J. Mamole, H. Rawis.Kolom X : R.P.J. Pogalin, E. Londa, J. Kowureng, H. Paendong.Kolom XI : W.M. Bolung, Sambouw, Kapoh.Kolom XII : Frans Siwu, Jobby Mamesah, Nicolas Rau.
Susunan Kompelsus Wanita/Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. Corry Bolung-LaloanWakil Ketua : Ny. Anneke D. Runtuwarouw-SaroinsongSekretaris : Ny. Luisa Tampi-MerayWakil Sekretaris : Ny. Linneke Legi-ManoppoPenyimpan uang : Ny. Marie Pelle-LendoAnggota : Ny. Mieke Tungka-Gosal
Ny. Elisabeth Pardanus-PontohNy. K. Supit-PondaagNy. Juliana Pitta-OttayNy. Jeane Rira-LatunNy. Martha Doortje Pelleng-LeongNy. C. Pogalin-TambotoNy. Sientje Rewah-KaawoanNy. Linuh-SurentuNy. A. Palit Wowor
Koordinator Kompelsus Wanita/Kaum IbuKolom I : Ny. E. Suoth-Kansil, Ny. Lumanauw-Tendean,
Ny. Wowor-Tinangon.Kolom II : Ny. K. Supit-Pondaag, Ny. J.A. Linuh-Surentu,
Ny. E. Karundeng-Wahiu, Ny. A. Sumanti-Saumana,Ny. Togas-Polakitan, Ny. H. Soumana-Lowing.
Kolom III : Ny. Kumendong-Kasenda, Ny. R. Turangan-Wuwungan,Ny. W. Liando-Musa.
Kolom IV : Ny. Nender-Kotambunan, Ny. Pardanus-Pontoh, 51
Ny. Marunduh-Rewur.Kolom V : Ny. J. Rira-Latun, Ny. M. Pelleh-Lendo, Ny. Rewur-Pattyranie,
Ny. Umboh-Nainggolan.Kolom VI : Ny. A.E. Runtuwarouw-Saroinsong, Ny. L. Tampi-Meray,
Ny. Keintjem-Saroinsong, Ny. Palit-Wowor, Ny. Awuy-Warnosudarmo.
Kolom VII : Ny. Legi-Manoppo, Ny. Rapar-Sampouw, Ny. Akay-Loho,Ny. Posumah-Sasikome, Ny. Manoppo-Ruru, Ny. Kumajas-Telew.
Kolom VIII : Ny. Rondonuwu-Manajang, Ny. Maringka-Mamahit, Ny. Tangon-Poluan.
Kolom IX : Ny. Kaligis-Kolibu, Ny. Utomo-Muaja, Ny. Mamahit-Pogalin,Ny. Tangkulung-Senduk, Ny. Mamole-Tumurang, Ny. Tangkau-Rumambi.
Kolom X : Ny. Jacob-Rumagit, Ny. Pogalin-Tamboto, Ny. Maindoka-Makalew.
Kolom XI : Ny. Bolung-Laloan, Ny. Pitta-Ottay, Ny. Sambouw-Mandolang.
Kolom XII : Ny. Gosal-Sumesey, Ny. Bawiag-Kandouw, Ny. Salam-Engelon
Susunan Kompelsus Pemuda/RemajaPenatua/Ketua : Fontje Georis Judri Kaligis/Jemmy Daud SoronganWakil Ketua : Tommy MaukarSekretaris : Junus Mokodongan/Teddy BolungWakil Sekretaris : Robby BalaPenyimpan uang : Fieske LumunonAnggota : Judith Nainggolan
Benyamin TeneNoldy PangauwJeane Saerang/Joice PuahSieltje Londa/Denny HermanusFenny MaukarJenny LumempouwOlga Pepah
Koordinator Kompelsus Pemuda/RemajaKolom I : Denny Walukow, Marito Logor, Konda Rimbing.Kolom II : Benyamin Tene, A. Frieda M. Muaja, Tineke Maameah
Jeane Sumanti.Kolom III : Olga Pepah, Vonny Gosal, Niklas Mokalu, Debby Gosal.Kolom IV : Jenny Lumempouw, Robby Bala, Fieske Lumenon.Kolom V : Fabian Warouw, Noldy Pangau.Kolom VI : Anneke Runtuwarouw, Joly Sajouw.Kolom VII : Jerry Rapar, Ferry Terok. Kolom VIII : Tommy Bella, Ansye Tangon, Pieter Tatengkeng.Kolom IX : Fontje G.J. Kaligis, Martje Langitas.Kolom X : Junus Mokodongan, Chris Kawureng.Kolom XI : Nouke Ruhulesin, Tommy Maukar.Kolom XII : Dedi Gosal, Joice Gosal.
Susunan Kompelsus Anak-AnakPenatua/Ketua : Nouke Ruhulesin/Benyamin PatangWakil Ketua : Vontje Pangauw/James RamaSekretaris : Benyamin Patang/J.D. SoronganWakil Sekretaris : Fenny Maukar/Joice HermanusPenyimpan uang : Deetje PurukanAnggota : Judith Nainggolan
Sieltje LondaMary MokodonganJeane Saerang
52
Fontje G.J. KaligisJunus MokodonganMelky KaligisNoldy Pangauw
SUSUNAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAAT Komisi KetatalayananKetua : Bendahara Jemaat, A. MaukarWakil Ketua : R.A. Rewah Sekretaris : Sungka MarunduhAnggota : M.L. Lumunon, Ny. M. Pelle-Lendo, Na. D. Purukan,
Na. Fieske Lumunon, Drs. B. Tangkau dan semua Syamas.
Komisi PembangunanKetua : F. WonokhWakil Ketua : M.E. TampiSekretaris : R.P.J. PogalinAnggota : J. Polii
F. NenderZ.S. RaparM. JacobAlex RiraN. MondigirH.F.P. GosalNy. K. Supit-PondaagNy. L. Tampi-MerayF. ManoppoC.H. WalalangiH. Tungka, Ventje PangauJunus Mokodongan.
Komisi Pekabaran InjilKetua : Th. I MaameahWakil Ketua : W.M. BolungSekretaris : Dantje SigarAnggota : Ny. F. Pijoh-Mamesah
M.L. SoronganP.N. PangemananH.E. LegiR. RompasW. SaerangJ. KapohSumantiTommy Maukar
Komisi DiakoniaKetua : E.B. LinuhWakil Ketua : J.H. SupitSekretaris : H.S. Danes Anggota : E. Maindoka
Ny. A.E. Runtuwarouw-Saroinsong E.J. AkayB.L.F. Warouw W.T. MarunduhNy. L. Sumampouw-BalaNy. M. Tungka-GosalNy. S.R. Gosal-MokorimbanN. PosumahNy. L. Legi-Manoppo
53
Komisi KesehatanKetua : P.H.J. PijohWakil Ketua : G. LogorSekretaris : W. TerokAnggota : Ny. E. Pardanus-Pontoh
Ny. Liouw-SudartiJ. Tengkel Ny. M. Siwi-WuwunganG.S. AwuyNa. Stien Runtunuwu
Komisi Pendidikan dan Pembinaan Warga Gereja (PWG)Ketua : Drs. A. B. J. SupitWakil Ketua : Dra. E.G. Logor-RoeroeSekretaris : Drs. Max J. PelleAnggota : Drs. Philep Morse Regar
F.G.J. KaligisNy. C. Bolung-LaloanN. RuhulesinDrs. H. TeteregoDrs. J. MamoleFerdy WinerunganNy. S.E. Regar-LumingkewasNy. A.M. Sarajar KasendaDrs. H. SaumanaNy. Tangkulung-KasendaG. S. AwuyB. Patang
Badan Pengendalian dan Pelaksanan AnggaranKetua : Drs. R. PardanusWakil Ketua : A. ApouwSekretaris : N. SumampouwAnggota : A. Frans
R.E. TuwoMax LensunNy. E. Suoth-Kansil
Catatan:
Karena Wilayah Kolom IX dan Kolom X Jemaat Winangun Bawah, dengan terbentuknya Bukit Moria Winangun Bawah pada tanggal 27 Mei 1984, sejak tanggal tersebut telah terhisap wilayah Jemaat Winangun Bawah, maka dengan sendirinya anggota-anggota jemaat termasuk pelayan-pelayan yang berasal dari Kolom IX dan Kolom X tersebut sejak tanggal 27 Mei 1984 telah menjadi warga jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.
54