p e n d a h u l u a n  · web viewdalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis...

77
P E N D A H U L U A N Penulisan suatu sejarah adalah suatu hal yang penting karena melalui penulisan sejarah ini, generasi yang ada pada saat ini, dapat mengetahui tentang keadaan pada masa lalu. Selanjutnya pula penulisan sejarah pada saat ini sangat berguna bagi generasi yang akan datang. Gereja Masehi Injili di Minahasa yang saat ini memasuki usia yang ke-50, merasakan akan pentingnya sejarah pertumbuhan jemaat dan sekaligus tentang Pekabaran Injil di seluruh jemaat. Untuk memenuhi penulisan sejarah di tiap jemaat ini, maka Panitia Yubelium GMIM tahun 1984 mencantumkan salah satu kegiatan Panitia adalah penulisan sejarah. Untuk penulisan sejarah Jemaat Winangun Bawah harus dihubungkan dengan sejarah terbentuknya Desa Winangun karena: 1. Jemaat Winangun Bawah berkedudukan di Desa Winangun. 2. Proses pembentukan Desa dan Jemaat terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu Desa Winangun tahun 1965, sedangkan Jemaat Winangun Bawah tahun 1968. Adapun penulisan sejarah ini oleh penyusun telah ditulis dengan sistimatika sebagai berikut: PENDAHULUAN BAB I TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN DESA WINANGUN DAN JEMAAT WINANGUN BAWAH A. Sejarah Terbentuknya Desa Winangun B. Sejarah Terbentuknya Jemaat Winangun Bawah C. Sejarah Pembangunan Tempat-tempat Ibadah BAB II PERTUMBUHAN JEMAAT WINANGUN BAWAH A. Statistik B. Peristiwa-peristiwa Penting C. Susunan Majelis Jemaat dan perangkan Jemaat lain periode 1970 – 1985 BAB III PELAYANAN JEMAAT WINANGUN BAWAH A. Persekutuan 1

Upload: vanlien

Post on 20-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

P E N D A H U L U A N

Penulisan suatu sejarah adalah suatu hal yang penting karena melalui penulisan sejarah

ini, generasi yang ada pada saat ini, dapat mengetahui tentang keadaan pada masa lalu.

Selanjutnya pula penulisan sejarah pada saat ini sangat berguna bagi generasi yang akan

datang.

Gereja Masehi Injili di Minahasa yang saat ini memasuki usia yang ke-50, merasakan

akan pentingnya sejarah pertumbuhan jemaat dan sekaligus tentang Pekabaran Injil di seluruh

jemaat. Untuk memenuhi penulisan sejarah di tiap jemaat ini, maka Panitia Yubelium GMIM

tahun 1984 mencantumkan salah satu kegiatan Panitia adalah penulisan sejarah.

Untuk penulisan sejarah Jemaat Winangun Bawah harus dihubungkan dengan sejarah

terbentuknya Desa Winangun karena:

1. Jemaat Winangun Bawah berkedudukan di Desa Winangun.

2. Proses pembentukan Desa dan Jemaat terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu

Desa Winangun tahun 1965, sedangkan Jemaat Winangun Bawah tahun 1968.

Adapun penulisan sejarah ini oleh penyusun telah ditulis dengan sistimatika sebagai

berikut:

PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN DESA WINANGUN DAN

JEMAAT WINANGUN BAWAH

A. Sejarah Terbentuknya Desa Winangun

B. Sejarah Terbentuknya Jemaat Winangun Bawah

C. Sejarah Pembangunan Tempat-tempat Ibadah

BAB II PERTUMBUHAN JEMAAT WINANGUN BAWAH

A. Statistik

B. Peristiwa-peristiwa Penting

C. Susunan Majelis Jemaat dan perangkan Jemaat lain periode

1970 – 1985

BAB III PELAYANAN JEMAAT WINANGUN BAWAH

A. Persekutuan

B. Kesaksian

C. Diakonia

BAB IV PENUTUP

1

Page 2: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

BAB ITINJAUAN TENTANG PEMBENTUKKAN DESA WINANGUN DAN

JEMAAT WINANGUN BAWAH

A. SEJARAH TERBENTUKNYA DESA WINANGUNDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang

terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di depan Hotel Ricardo menurut

keadaan sekarang, telah bermukim 5 rumah tangga sebagai penduduk pertama di tempat

tersebut. Keluarga-keluarga tersebut ialah keluarga Andries-Karundeng, keluarga Keintjem-

Kalengkongan, keluarga Londa-Frederik, Keluarga Ruru-Simbawa dan keluarga Mahoro-

Lumimbe.

Tempat pemukiman di sekitar batu tersebut kemudian dikenal dengan Paal Empat.

Dalam tahun 1915 batu itu telah dihancurkan dengan dinamit, karena pada waktu itu

diadakan perbaikan/pelebaran jalan.

Penduduk pertama Paal Empat berasal adri pedalaman Kabupaten Minahasa,

seperti dari Kali, Leilem, Sonder dan hanya satu keluarga yang berasal dari Kabupaten

Sangihe dan Talaud.

Adapun mata pencaharian penduduk tersebut ialah sebagai petani dan di samping itu

mereka bekerja pada kebun-kebun kelapa milik Said Al Mansur, Liem Tjae Tjie, Lao Tae

Kang, dan lain-lain.

Paal Tiga dan Kolo Tujuh, yang masing-masing terletak kira-kira 1 km dari Paal

Empat, bersama Paal Empat sejak zaman pemerintah Hindia Belanda hingga zaman

Pemerintah Republik Indonesia, secara administratif, terhisap dalam wilayah Kampung/Desa

Pineleng.

Sewaktu Wolter V. Korinus menjabat sebagai Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng,

maka Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh termasuk satu Jaga ialah Jaga IV Desa

Pineleng dengan Kepala Jaga: Dul Lalawi dan Meweteng: Nathan Salindeho, kemudian

mulai tahun 1963, Paal Tiga dan Paal Empat menjadi satu jaga ialah Jaga V Desa Pineleng

dengan Kepala Jaga: Richard William Gosal dan Meweteng: Jan Nangkoda, sedangkan Kilo

Tujuh tetap Jaga IV.

Bermacam-macam peristiwa telah dialami oleh penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan

Kilo Tujuh.

Sewaktu pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, penduduk Paal Empat dan Kilo

Tujuh seringkali secara paksa harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diperintahkan

oleh Pemerintah Jepang seperti melakukan pekerjaan-pekerjaan di Mapanget dan di

tempat-tempat lain.

Ada pergolakan PRRI/Permesta sebagian penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo

Tujuh menyingkir ke Pakowa/Ranotana dan tempat-tempat lain. Dalam tahun1960 mereka

secara berangsur-angsur mulai kembali dari tempat penyingkirannya.

2

Page 3: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Dari tahun ke tahun Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh beserta penduduknya

berkembang dengan pesat.

Pada tanggal 8 Februari 1962 telah dibuka Sekolah Dasar Negeri di Paal Empat,

yang pada waktu itu masih merupakan cabang dari Sekolah Dasar Negeri Pineleng. Sekolah

tersebut berdiri sendiri dalam tahun 1964

Selain satu Sekolah Dasar Negeri di Paal Empat yang berfungsi juga sebagai tempat

Ibadat GMIM, maka Paal Tiga dalam tahun 1964, terdapat pula satu Sekolah Dasar R.K.

bersubsidi, sedang di Kilo Tujuh terdapat satu gedung gereja. Demikian pula pada tahun

1952 telah terdapat pekuburan di Paal Empat sesuai Surat Keputusan Bupati Kepala

Daerah Kabupaten Minahasa No.: E 6/I/16/52

Selanjutnya penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuah dalam tahun 1964

telah berjumlah kira-kira 280 jiwa dengan 72 keluarga.

Berhubung dengan perkembangan-perkembangan tersebut, timbul keinginan di

kalangan penduduk Paal Empat supaya Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh dijadikan

sebuah desa yang terpisah dari Desa Pineleng, yang letaknya kira-kira 3½ Km dari Paal

Empat.

Untuk dapat memperjuangkan keinginan tersebut kepada yang berwajib, maka

beberapa tokoh masyarakat Paa Empat, pada tanggal 14 April 1964 telah membentuk

Panitia Pembangunan Winangun, yang disebut ”Panitia 8” karena personalianya terdiri dari

8 orang ialah:

Ketua : Musa Eduard AwuyWakil Ketua : Agustinus RantungSekretaris : Amelius WahiuBendahara : Semuel Rewur Koordinator : Benyamin LabelahaAnggota : Richard William GosalAnggota : Itow Oleng RuruAnggota : Martinus Nicolaas Gosal

dan sebagai pelindung ialah Wolter V. Korinus, Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng.

Kecuali Agustinus Rantung yang beragama R.K. semua anggota-anggota Panitia

tersebut pada waktu itu adalah anggota GMIM.

Tugas Panitia tersebut antara lain memperjuangkan kepada yang berwajib supaya

Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh, sesuai dengan perkembangannya, dijadikan sebuah

desa yang berdiri sendiri yaitu terpisah dari Desa Pineleng.

Selain mengadakan pembicaraan-pembicaraan tentang tugas dan pelaksanaannya,

Panitia 8 membicarakan pula tentang pencalonan Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa untuk

Desa yang akan dibentuk.

Mula-mula tidak seorangpun di antara anggota Panitia 8 yang bersedia dicalonkan,

tetapi setelah dirundingkan akhirnya telah disepakati bahwa yang telah mendapat suara

terbanyak dalam pemungutan suara untuk pencalonan jabatan Hukum Tua/Kepala Desa,

ialah Semual Rewur.

3

Page 4: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Panitia 8 dengan suratnya tanggal 16 April 1964 kepada Hukum Kedua/Camat

Pineleng, telah mengajukan permohonan kiranya sudi merestui pembetnukan Panitia

tersebut.

Setelah direstui oleh Hukum Kedua/Camat Pineleng tersebut, Panitia 8 kemudian

membuat surat permohonan yang ditujukan kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten

Minahasa melalui Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng dan Hukum Kedua/Camat Pineleng,

yang isinya permohonan supaya Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh dapat disatukan

menjadi sebuah Desa yang berdiri sendiri, yang terpisah dari Desa Pineleng.

Surat Permohonan yang ditanda tangani oleh anggota-anggota Panitia 8, disertai

juga lampiran yang ditanda tangani oleh 15 orang lain sebagai tokoh-tokoh masyarakat Paal

Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh.

Dalam surat permohonan tersebut disertai dengan peta tentang Desa yang diusulkan

yaitu meliputi wilayah Paal Tiga, Paal Empat dan Kilo Tujuh. Untuk nama Desa yang

diusulkan dibentuk akan diberi nama Winangun.

Sengaja telah dipilih nama tersebut, yang berasal dari nama gedung gereja GMIM di

Kilo Tujuh, dengan pertimbangan dan pengharapan, bahwa penduduk Kilo Tujuh juga akan

menjadi penduduk desa yang akan dibentuk, bersama-sama dengan penduduk Paal Tiga

dan Paal Empat, antara lain karena jalan Kilo Tujuh dengan Paal Tiga/Paal Empat adlaah

lebih dekat, bila dibandingkan dengan jarak Kilo Tujuh dengan Desa Pineleng.

Beberapa bulan kemudian seorang dari utusan Panitia 8 tersebut ialah Musa Eduard

Awuy untuk kedua kalinya menemui yang berwajib di Tondano. Dari Pemerintah Kabupaten

Minahasa diperoleh pejelasan pada prinsipnya tidak berkeberatan untuk membentuk lagi

sebuah desa yang akan menjadi Desa ke-14 dalam lingkungan Kecamatan Pineleng.

Untuk dapat mewujudkannya, maka dengan sendirinya perlu diadakan persiapan-

persiapan seperlunya serta pula diadakan penyelidikan, apakah Paal Tiga, Paal Empat dan

Kilo Tujuh sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menjadi sebuah desa yang

berdiri sendiri.

Dalam hubungan ini, maka Hukum Besar/Wedana Tomohon pada permulaan tahun

1965, telah membentuk Panitia kemungkinan berdirinya Desa Winangun, yang disebut juga

”Panitia 9”, dengan susunan sebagai berikut:

Ketua I : Alexander Abraham Pattymahu, Pejabat Hukum Kedua/Camat Pineleng.

Ketua II : Welly Taliwongso, ButerpraSekretaris : Musa Akuba, Guru.Anggota : J. Wolah, Dansek.Anggota : Wolter V. Korinus, Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng.Anggota : Tumbel, Hukum Tua/Kepala Desa Koha.Anggota : M.N. Pokatong, Hukum Tua/Kepala Desa Malalayang.Anggota : Ny. Walujan-Wullur, unsur Kesehatan.Anggota : Seorang dari unsur Fronas.

Panitia tersebut selain mengadakan penyelidikan seperlunya, memberikan pula

penerangan dan penjelasan secara teratur kepada penduduk Paal Tiga, Paal Empat dan

Kilo Tujuh tentang rencana pembentukkan Desa Winangun.

4

Page 5: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Pada waktu Pejabat Hukum Kedua/Camat Pineleng Alexander Abraham Pattymahu,

dengan disertai Wolter V. Korinus Hukum Tua/Kepala Desa Pineleng dan Musa Eduard

Awul, Ketua Panitia 8 mengadakan peninjauan tentang batas-batas desa yang akan

dibentuk, maka setelah tiba di Kilo Tujuh, mereka menerima secara lisan suatu pernyataan

dari penduduk Kilo Tujuh ialah bawah penduduk tersebut ingin tetap bergabung saja dengan

Desa Pineleng.

Berhubung dengan pernyataan tersebut, maka dalam peta wilayah Desa Winangun

yang sudah dibuat, telah diadakan perobahan seperlunya yaitu wilayah Kilo Tujuh

dikeluarkan dari peta tersebut.

Setelah selesai mengadakan penyelidikan, maka Panitia 9 berkesimpulan bahwa

Paal Tiga dan Paal Empat telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi

sebuah desa yang berdiri sendiri.

Hasil penyelidikan tersebut telah disampaikan oleh Panitia 9 kepada Panitia 8 dan

masyarakat Paal Tiga dan Paal Empat pada tanggal 11 Juni 1965 bertempat di tempat

Ibadah GMIM yang berfungsi juga sebagai gedung sekolah di Paal Empat.

Pada waktu itu Tripitada Kecamatan Pineleng mencalonkan seorang Pamong Desa

ialah Kepala Desa Jaga V Desa Pineleng untuk jabatan Hukum Tua/Kepala Desa

Winangun, tetapi yang bersangkutan tidak bersedia dicalonkan, antara lain karena ia

sebagai anggota Panitia 8, menghormati keputusan yang telah diambil oleh Panitia tersebut

tentang pencalonan Hukum Tua/Kepala Desa Winangun.

Sesuai usul Panitia 8 yang diperkuat lagi oleh Eduard Lumoindong, Alexander

Manoppo dan Ibu Merry Tamon, yang ketiganya dianggap mewakili tokoj-tokoh masyarakat

Paal Tiga dan Paal Empat, maka Semuel Rewur pada tanggal itu juga, yakni 11 Juni 1965

telah ditunjuk sebagai Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa Winangun, dengan perintah supaya

mulai menjalankan tugas pada tanggal tersebut dan dalam hubungan ini, maka Pamong

Desa Jaga V Desa Pineleng, telah diperintahkan pula supaya segera mengadakan serah

terima dengan Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa Winangun.

Karena pada waktu itu masih berlaku larangan Pemerintahan tentang Pemekaran

Desa, maka Surat Keputusan tentang Pembentukkan Desa Winangun belum dapat

dikeluarkan oleh yang berwajib.

Walaupun demikian, dengan penunjukkan seorang Pejabat Hukum Tua/Kepala Desa

Winangun pada tanggal 11 Juni 1965, dapatlah dianggap bahwa Paal Tiga dan Paal Empat

secara ”de facto” telah menjadi Desa Winangun sejak tanggal tesebut, yaitu telah terpisah

dari Desa Pineleng, walaupun masih dengan status sebagai ”Anak-Desa Pineleng”, ialah

sebagai Desa Percobaan.

Sebagai Pamong Desa pertama Desa Winangun, yang terdiri dari Jaga I dan Jaga II,

telah ditunjuk:

Juru Tulis : Musa Eduard AwuyKepala Jaga Am. : Richard William GosalKepala Jaga Polisi : Alexander WalujanKepala Jaga Pengukur : Amelius Wahiu Kepala Jaga I : Sam Poli

5

Page 6: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Meweteng Jaga I : Engelbert LolowangKepala Jaga II : Anton BranMeweteng Jaga II : Anton NemanMantri Air : Jan NangkodaTukang Plakat. : Thomas Suawa

Sesuai dengan perkembangan-perkembangan kemudian, maka Desa Winangun

ternyata mulai tahun 1969 telah menerima uang bantuan desa dari pemerintah. Ini berarti

bahwa sehak tahun tersebut secara resmi Winangun telah menjadi desa yang berdiri sendiri.

B. SEJARAH TERBENTUKNYA JEMAAT WINANGUN BAWAHPenduduk pertama Paal Empat, yang dalam tahun 1914 terdiri dari 5 rumah tangga,

semuanya menganut agama Kristen Protestan.

Demikian pula halnya dengan penduduk pertama, yang telah bermukim antara tahun

1906 dan tahun 1915 di sekitar tanda petunjuk jarak di tepi jalan Manado-Tomohon, tepat 7

Km dari Manado seperti keluarga Salenda-Elias, keluarga Lumoindong-Noo, keluarga

Walewangko Salenda, keluarga Zakarias-Matiti, Keluarga Tamaka-Rimbing, keluarga

Salindeho-Zakarias dan Philip Brael.

Tempat pemukiman tersebut yang letaknya kira-kira 1 Km dari Paal Empat, kemudian

dikenal dengan Kilo Tujuh.

Sebelum berdirinya GMIM pada tahun 1934, maka pengaturan tentang Jemaat-

jemaat Kristen Protestan di Minahasa, dimuat dalam ”Reglement van de Protestantse Kerk

in de Minahasa”, yang antara lain menyatakan bahwa di Minahasa terdapat Jemaat-jemaat

Melayu Protestan yang dilayani/dipimpin oleh seorang Penolong/Inlands Leeraar atau

seorang Guru Jemaat, sedangkan satu-satunya jemaat Protestan berbahasa Belanda hanya

terdapat di Kota Manado, yang dilayani’dipimpin oleh seorang Predikant dan yang

membawahi juga Jemaat-jemaat Melayu Protestan di Kota Manado.

Jemaat-jemaat Melayu Protestan di Minahasa, kecuali yang terdapat di Kota Manado,

terhisab dalam Resort yang dikepalai oleh seorang Hulpprediker (tamatan Oegstfeest) dan

yang bersama-sama dengan Predikant di Kota Manado berada di bawah seorang Predikant-

Voorzitter yang mengepalai Jemaat Protestan di Minahasa.

Jemaat Kristen Protestan baik di Kilo Tujuh maupun di Paal Empat, pada waktu itu

secara organisasi pelayanan, terhisab dalam Jemaat Melayu Protestan Pineleng, yang

termasuk Resort Manado-Maumbi.

Dalam tahun 1928, Jemaat Kristen Protestan di Kilo Tujuh dan Paal Empat menjadi

Jemaat Melayu Protestan Kilo Tujuh/Paal Empat, yang terpisah dari Jemaat Melayu

Protestan Pineleng dan langsung termasuk Resort Manado-Maumbi, kemudian menjadi

Jemaat GMIM Winangun dengan berdirinya GMIM pada tanggal 30 September 1934.

Selanjutnya Jemaat GMIM Winangun mulai tahun 1934 sampai tanggal 1 Januari

1951 termasuk Klasis Manado-Maumbi, kemudian dengan Surat Keputusan Badan Pekerja

Sinode GMIM tanggal 4 Desember 1951 no. 86 (salinan Surat Keputusan tersebut dimuat

dalam Lampiran III) terhitung mulai tanggal 1 Januari 1951 termasuk Jemaat GMIM Manado

6

Page 7: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

(Lingkaran Jemaat Manado) dan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM

tanggal 27 November 1962 no. 35 (salinan Surat Keputusan tersebut dimuat dalam lampiran

IV) terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1962 termasuk Wilayah Ranotana-Bahu.

Tokoh-tokoh yang pernah melayani/memimpin Jemaat Kristen Protestan di Kilo Tujuh dan

Paal Empat sewaktu masih terhisab dalam Jemaat Melalui Protestan Pineleng, kemudian pernah

melayani/memimpin berturut-turut Jemaat Melayu Protestan Kilo Tujuh/Paal Empat dan Jemaat

GMIM Winangun sejak tahun 1914 sampai terbentuknya Jemaat Winangun Bawah, ialah:

No Nama Tokoh-Tokoh Periode Nama Jemaat

Nama Resort/Klasis/

Lingkaran/Wilayah

1

Petrus Walewangko, pensiunan guru (Anggota Majelis Jemaat Melayu Protestan Pineleng.

1914 – 1921 Jemaat Melayu Protestan Pineleng

Resort Manado - Maumbi

2

Hendrik Tamaka, bekas boomklerk, (Anggota Majelis Jemaat Melayu Protestan Pineleng).

1921 - 1928 Jemaat Melayu Protestan Pineleng

Resort Manado - Maumbi

3 Hendrik Tamaka, bekas boomklerk. 1928 – 1934

Jemaat Melayu Protestan Kilo

Tujuh/Paal Empat

Resort Manado - Maumbi

4

Hendrik Tamaka, bekas boomklerk (Guru Jemaat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Benyamin Salindeho, Pnt. Gustaaf Lahutung, Sym. Israel Walewangko, Pnt. Parmenas Salindeho di Paal Empat dan Sym. Julius Labelaha di Paal Empat.

1934 – 1945 Jemaat GMIM Winangun

Klasis Manado-Maumbi

5

Benyamin Salindeho (Guru Jemaat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Armensius Wahiu, Sym. Ny. Salindeho-Saul, Pnt. Parmenas Salindeho di Paal Empat dan Julius Labelaha di Paal Empat.

1945 - 1951 Jemaat GMIM Winangun

Klasis Manado-Maumbi

6

Benyamin Salindeho (Guru Jemaat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Armensius Wahiu, Sym. Ny. Salindeho-Saul, Sym. Julius Labelaha di Paal Empat dan Pnt. Berturut-turut Parmenas Salindeho, Junius Oleng Ruru dan Ny. Costantina Korban-Salindeho.

1 Januari 1951

Sampai1 Oktober

1962

Jemaat GMIM Winangun

Jemaat GMIM

Manado (Lingkaran

Jemaat Manado)

7 Benyamin Salindeho (Guru Jemat/Ketua Jemaat) dengan dibantu: Pnt. Armensius Wahiu,

1 Oktober 1962 - 1968

7

Page 8: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Pnt. Jafet Damping, Sym. Ny. Salindeho-Saul, Sym. Jeremias Mamahit, Pnt. Di Paal Empat beturut-turut: Junius Oleng Ruru dan Ny. Costantina Korban-Salindeho.

Salah satu faktor yang mendorong Jemaat GMIM Di Paal Empat untuk membentuk

Jemaat yang terpisah dari Jemaat GMIM Winangun ialah kenyataan bahwa Paal Tiga dan

Paal Empat yang sejak Pemerintahan Hindia Belanda secara administratif termasuk

Kampung/Desa Pineleng pada 11 Juni 1965 dapatlah dianggap telah terpisah dari Desa

Pineleng, walaupun masih dalam Status ”Anak Desa Pineleng” yaitu sebagai Desa

Percobaan, berhubung dengan penunjukkan seorang Pejabat Kepala Desa Winangun pada

tanggal tersebut sebagai langkah pertama menuju ke pembentukkan Desa Winangun yang

berdiri sendiri.

Selain dari pada itu Jemaat GMIM di Desa Winangun telah memiliki sebuah tempat

ibadah dan pada permulaan tahun 1968 telah terdiri dari 59 rumah tangga dengan kira-kira

374 jiwa. Berhubung dengan faktor-faktor tersebut, maka Jemaat GMIM di Desa Winangun,

sangat menginginkan supaya mereka dapat disatukan dalam satu Jemaat GMIM tersendiri,

yang terpisah dari Jemaat GMIM Winangun.

Setelah beberapa kali diadakan musyawarah antara lain antara Pendeta W.E.H. Siby,

Ketua Wilayah Ranotana-Bahu dengan Benyamin Salindeho, Ketua Jemaat GMIM

Winangun beserta tokoh-tokoh Jemaat GMIM di Desa Winangun, akhirnya permulaan tahun

1968 telah dimufakati bahwa untuk kelancaran pelayanan dan sementara menunggu

perkembangan lebih lanjut, maka ke dalam dianggap seolah-olah Jemaat GMIM Winangun

telah terbagi dua menjadi Jemaat Winangun Atas di Kilo Tujuh dan Jemaat Winangun

Bawah di Desa Winangun, akan tetapi keluar masih tetap hanya ada satu Jemaat GMIM

Winangun.

Dalam hubungan ini maka pada tanggal 28 Maret 1968, telah dilakukan pemilihan

anggota-anggota Majelis Jemaat khusus untuk Jemaat Winangun Bawah dan yang terpilih

ialah:

Ketua (Penatua) : Junius Oleh RuruWakil Ketua (Penatua) : Ny. Costantina Korban-SalindehoPanitera (Syamas) : Musa Eduard AwuyWakil Panitera (Penatua) : Herman LumempouwBendahara (Syamas) : Louisa Margaretha KandouwKetua Kaum Bapa (Penatua) : Amelius WahiuPenatua : Parmenas Salindeho Penatua : Jonahis KeintjemSyamas : Ponania Wulan Lena Lumintang

Anggota-anggota Majelis Jemaat tersebut pada tanggal 12 April 1968 diteguhkan

oleh Pendeta W.E.H. Siby , Ketua Wilayah Ranotana-Bahu dalam satu kebaktian yang

diadakan di tempat ibadat yang berfungsi juga sebagai sekolah di Desa Winangun.

8

Page 9: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Pada waktu itu Jemaat Winangun Bawah belum terbagi dalam Kolom-kolom dan baru

dalam bulan November 1969 dibentuk 2 Kolom, tetapi pada kenyataannya masih tetap ada

satu wilayah pelayanan.

Selanjutnya ditunjuk sebagai Pimpinan Kaum Bapa, Kaum Ibu dan Pemuda ialah:

Kaum Bapa:

Ketua : Amelius WahiuSekretaris : Frans SarayarBendahara : Richard William Gosal

Kaum Ibu:

Ketua Kaum Ibu Jemaat Winangun Atas/Bawah : Ibu Costantina Korban-SalindehoKetua : Ibu Luisa PangkongSekretaris : Ibu Nontje RuruBendahara : Ibu Louisa Margaretha Kandou

Pemuda:

Ketua I : Anneke Eva SaroinsongKetua II : Adrian RuruSekretaris I : Frans Hendrik RuntuwarouwSekretaris II : Deetje LolowangBendara : Mieke Gosal

Guru Sekolah Minggu : Anekke Eva Saroinsong

Yang ditunjuk sebagai Kostor ialah Djon Tambuwun.

Perlu dikemukakan bahwa karena kesehatan Ketua Jemaat Junius Oleng Ruru

terganggu, maka dalam rapat Majelis Jemaat besama Pendeta W.E.H. Siby tanggal 19

Agustus 1969, Penatua Johanis Keintjem ditunjuk sebagai Pejabat Ketua Jemaat, terhitung

mulai tanggal tersebut sampai masa pelayanan Majelis Jemaat berakhir yakni Desember

1969.

Kemudian sesuai dengan perkembangan dalam organisasi pelayanan GMIM, maka

pembentukkan Jemaat Baru, dengan berlakunya Tata Gereja GMIM 1970, terhitung mulai

tahun 1970, harus ditetapkan dengan suatu Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM.

Setelah diadakan penyelidikan di kantor Sinode GMIM, ternyata bahwa tidak dapat

ditemukan suatu Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tentang pembentukkan

Jemaat Winangun Atas dan Jemaat Winangun Bawah. Baru dalam rangka peninjauan

batas-batas wilayah di seluruh GMIM, untuk pertama kali muncul Jemaat Winangun Atas

dan Jemaat Winangun Bawah yaitu dimuat dalam Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode

GMIM tanggal 31 Maret 1970 no. 22 (salinan Surat Keputusan tersebut dimuat dalam

lampiran V) yang antara lain menetapkan bahwa wilayah Manado Selatan terdiri dari

himpunan dan persekutuan Jemaat Winangun Atas, Jemaat Winangun Bawah, dan jemaat-

jemaat lain terhitung mulai tanggal 1 April 1970.

Berdasarkan Surat Keputusan Tersebut, dapatlah dianggap bahwa Jemaat GMIM

Winangun pada tanggal 1 April 1970 telah dimekarkan menjadi Jemaat Winangun Atas di

Kilo Tujuh dan Jemaat Winangun Bawah di Desa Winangun dan dengan demikian maka

Jemaat Winangun Atas dan Jemaat Winangun Bawah secara resmi telah dibentuk oleh

yang berwenang pada tanggal tersebut.

9

Page 10: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Jadi boleh dikatakan bahwa Jemaat Winangun Bawah secara ”de facto” telah

terbentuk pada tanggal 12 April 1968 dengan diteguhkannya Majelis Jemaat Winangun

Bawah yang pertama pada tanggal tersebut, dan secara ”de jure” telah terbentuk pada

tanggal 1 April 1970 berdasarkan Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tanggal 31 Maret

1970 no. 22

B. SEJARAH TERBENTUKNYA JEMAAT WINANGUN BAWAHSebelum gedung gereja ”SION” Jemaat Winangun Bawah di Desa Winangun

sekarang, maka tempat-tempat Ibadah Jemaat Kristen Protestan/Jemaat GMIM di Paal

Empat/Desa Winangun berkali-kali berpindah tempat.

Menarik sekali apabila dalam sejarah Jemaat Winangun Bawah, dapat dimuat pula

sekilas pandang tentang sejarah pembangunan tempat-tempat ibadah sebelum dan

sesudah terbentuknya Jemaat Winangun Bawah. Sektsa tentang letaknya tempat-tempat

Ibadah di Paal Empat/Desa Winangun sejak tahun 1927 hingga sekarang dimuat dalam

lampriran I.

Penduduk pertama Paal Empat yang semuanya menganut agama Kristen Protestan,

karena belum memiliki tempat ibadah, mula-mula beribadah bersama-sama dengan Jemaat

Kilo Tujuh, yang dalam tahun 1921 telah dapat membangun sebuah tempat ibadah darurat

di Kilo Tujuh yang dibuat dari bambu dengan atap rumbia.

Demi kepentingan bersama maka dalam tahun 1925, Jemaat Paal Empat dan Jemaat

Kilo Tujuh, yang masing-masing terdiri dari 7 rumah tangga pada waktu itu telah

membangun secara gotong royong sebuah gedung gereja di Kilo Tujuh dengan lantai beton

dan mendapat sumbangan berupa bahan-bahan bangunan antara lain semen dari Petrus

Makasutji, Penolong/Inlands Leeraar Jemaat Melayu Protestan Pineleng.

Gedung gereja tersebut yang terletak di pekarangan milik keluarga Zakatias-Matatiti

yaitu di sebelah Barat tempat ibadah darurat yang dibangun dalam tahun 1921, sesuai usul

Napoleon Sompotan, seorang anggota Majelis Jemaat Melayu Protestan Pineleng, diberi

nama ”Winangun”, yang berarti ”diperindah”.

Nama ”Winangun” berasal dari kata ”Wangun” dalam bahasa Toumbulu, salah satu

bahasa daerah Kabupaten Minahasa, yang berarti ”bagus/indah”.

Demikianlah, maka jemaat Paal Empat mulai tahun 1925 beribadah bersama-sama

dengan Jemaat Kilo Tujuh di gedung gereja Winangun di Kilo Tujuh, yang kemudian dalam

tahun 1929 telah terbentuk semi permanen antara lain berkat bantuan seng dari keluarga

Nayoan-Lasedu di Pineleng.

Baru dalam tahun 1927, Jemaat Paal Empat yang pada waktu itu masih terdiri dari 7

keluarga, secara gotong royong membangun sebuah tempat beribadah darurat di Paal

Empat, dibuat dari bambu dengan atap rumbia dan yang terletak di atas tanah milik keluarga

Wakkary, di dekat jalan raya Manado-Tomohon yaitu di sebelah kanan jalan bila menuju ke

Tomohon, tidak jauh dari tempat di mana pernah ada batu dengan kata/angka Paal Empat

tertulis di atasnya.

10

Page 11: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Dalam tahun 1934 tempat ibadah tersebut telah dipindahkan ke sebelah timur,

sehingga terletak di tepi jalan raya.

Sewaktu pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, Jemaat GMIM di Paal Empat,

praktis tidak sempat lagi beribadah, karena mereka seringkali secara paksa harus

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diperintahkan oleh Pemerintah Jepang.

Berhubung dengan hal tersebut, maka tempat Ibadah di Paal Empat tidak terpelihara

lagi dan dalam tahun 1942 menjadi rusak lalu roboh. Karena tidak ada tempat ibadah lagi,

Jemaat Paal Empat kemudian beribadah kembali di gedung gereja ”Winangun” bersama-

sama dengan Jemaat Kilo Tujuh.

Sewaktu pergolakan PRRI/PERMESTA sebahagian penduduk Paal Empat

menyingkir ke Ranotana/Pakowa dan ke tempat-tempat lain dan baru dalam tahun 1960

secara berangsur-angsur mereka kembali dari tempat penyingkirannya.

Pada tanggal 24 Desember 1961 kira-kira 10 rumah tangga di Paal Empat telah

merayakan Natal/Pohon Terang di rumah keluarga Ruru-Pangkong yang terletak di tanah

milik keluarga Wakkary di tepi jalan raya, karena pada waktu itu tidak ada lagi tempat ibadah

sebab sudah rusak.

Sejak tanggal tersebut maka rumah keluarga Ruru-Pangkong digunakan sebagai

tempat ibadat.

Untuk kepentingan pendidikan anak-anak di Paal Empat, yang sejak pergolakan

PRRI/PERMESTA tidak dapat lagi bersekolah dengan teratur di Pineleng, maka dalam

permulaan tahun 1962, pada waktu itu anak-anak di atas 6 twhun di Paal Empat berjumlah

14 orang, berkat usaha Junius Oleng Ruru telahd apat disetujui oleh Karel Sondakh, Kepala

Sekolah Dasar Negeri Pineleng, untuk mendirikan sebuh Sekolah Dasar Negeri di Paal

Empat, asal dapat disediakan tempat untuk sekolah tesebut.

Setelah yang bersangkutan dihubungi oleh Junius Oleh Ruru dan Benyamin

Labelaha, maka sebagai tempat sekolah telah ditunjuk rumah Pamenas Salindeho, yang

terletak di atas tanah milik keluarga Kandou yaitu di sebelah kiri jalan raya yang menuju ke

Tomohon dari Manado, berhadapan miring dengan rumah keluarga Ruru-Pangkong.

Setelah mendapatkan bantuan alat-alat perlengkapan seperti bangku dan meja dari

Kepala Sekolah Dasar Negeri Pineleng, maka pada tanggal 8 Februari 1962 sekolah

tersebut masing merupakan cabang dari Sekolah Dasar Negeri Pineleng, telah dibuka oleh

Kepala Sekolah Dasar Negeri Pineleng dan yang bekerja sebagai guru-guru pertama ialah

Boy Tamon dan Nona Legi.

Sekolah tersebut kemudian tanggal 1 Agustus 1964 telah berdiri sendiri berdasarkan

Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Minahasa tanggal 20 April 1965 No.:

PKK.2/3/16/65.

Rumah Parmenas Salindeho yang digunakan sebagai sekolah ternyata tidak dapat

menampung lagi semua murid yang terus meningkat jumlahnya, karena makin banyak

keluarga yang telah kembali dari tempat penyingkirannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam bulan Maret 1962 telah dibangun

secara gotong royong oleh Jemaat GMIM di Paal Empat, sebuah pondok di depan rumah

11

Page 12: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Parmenas Salindeho tersebut dengan mendapat bantuan uang sebesar Rp. 450,- dari Kas

Jemaat GMIM di Paal Empat, sebab sekolah tersebut kemudian digunakan juga sebagai

tempat ibadah Jemaat GMIM di Paal Empat (Kanisah).

Dalam satu kebaktian di Kanisa tersebut yakni pada tanggal 6 Mei 1962, Pdt. J.A.

Pontororing dari Jemaat GMIM Manado (lingkaran Jemaat Manado), telah meneguhkan

Junius Oleng Ruru dan Ny. Costantina Korban-Salindeho, masing-masing sebagai Penatua

Jemaat GMIM Winangun.

Ternyata kemudian, bahwa Kanisah tersebut tidak dapat lagi memuat seluruh Jemaat

yang beribadah sebab sudah lebih banyak penduduk Paal Empat yang kembali dari tempat

penyingkirannya.

Berhubungan dengan hal tersebut, maka Kanisah tersebut telah diperluas dan

dipindahkan ke sebelah kiri rumah Parmenas Salindeho yaitu dalam tahun 1963. Dalam

tahun ini juga Kanisah tersebut telah dipindahkan ke sebelah kanan rumah Parmenas

Salindeho, sebab keluarga Parmenas Salindeho yang telah kembali ke tempat

penyingkirannya merasa agak terganggu karena Kanisah tersebut letaknya sangat

berdekatan dengan rumah mereka.

Kemudian Kanisah yang berfungsi juga sebagai sekolah, dalam permulaan tahun

1964, telah dipindahkan ke tanah negara (bekas Erfp.Verp.158) di sebelah Barat jalan

Manado-Tomohon, tidak jauh dari rumah keluarga Ruru-Pangkong yaitu dibuat dari bambu

dengan atap rumbia dan dengan tiang-tiang batang kelapa.

Karena Kanisah tersebut dianggap kurang luas, maka beberapa bulan kemudian

dibangun sebuah Kanisah baru, yang berfungsi juga sebagai sekolah, kira-kira 5 M ke

sebelah timur yaitu menghadap ke Selatan, sedang Kanisah yang lama tidak/belum

dibongkar lagi sewaktu Kanisah yang baru mengalami kerusakan akibat amukan angin.

Setelah diperbaiki, maka bertempat di Kanisah tersebut berlaku suatu peristiwa

penting, sewaktu Pendeta W.E.H. Siby, Ketua Wilayah Ranotana-Bahu pada tanggal 12

April 1968.

12

Page 13: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

BAB IIPERTUMBUHAN JEMAAT WINANGUN BAWAH

1. Sejarah Jemaat Winangun Bawah memberi kesaksian betapa agung, bersemarak

dan ajaibnya perbuatan-perbuatan Tuhan Allah yang telah dilakukanNya, mula-mula di Paal

Empat dan kemudian di Desa Winangun. Jemaat Kristen Protestan di Paal Empat, telah

mengalami perkembangan dalam organisasi pelayanan berturut-turut melalui Jemaat

Melayu Protestan Pineleng, Jemaat Melayu Protestan Kilo Tujuh/Paal Empat, Jemaat

Winangun, Jemaat Winangun Bawah dan terakhir Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.

Pada Tanggal 27 Mei 1984, warga Jemaat Winangun Bawah menyaksikan lagi bukti

nyata pekerjaan Tuhan dengan Pentahbisan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah oleh

Badan Pekerja Sinode GMIM sebagai Jemaat GMIM yang ke-561. jemaat baru ini berlokasi

di Desa Winangun, di sebelah Barat Laut Jemaat Winangun Bawah, terdiri dari 5 kolom

dengan kira-kira 157 jiwa dan wilayahnya adalah bekas kolom IX dan X Jemaat Winangun

Bawah.

2. Sebagai Jemaat yang masih muda, keesaan dan keutuhannya pernah mengalami

goncangan dan rongrongan hebat, terutama dalam kurun waktu 2 masa pelayanan Majelis

Jemaat, yaitu: tahun 1970 - tahun 1973 dan tahun 1974 – tahun 1977.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengertian di kalangan para pelayana

tentang arti Gereja dan Jemaat, dan kurangnya pengetahuan tentang Tata Gereja.

Sejak Jemaat Winangun Bawah dibentuk secara ”de facto” pada tanggal 12 April

1968, seringkali terjadi penggantian pelayan dan selama 16 tahun berjemaat, tidak kurang

dari 10 Ketua Jemat yang telah melayani/memimpin Jemaat Winangun Bawah

Syukurlah, bahwa berkat pembinaan-pembinaan dari Wilayah dan Sinode, antara lain

melalui Latihan Pembinaan Pelayan-Pelayan Gereja (Latihan Bilang), pula dengan

bertambahnya anggota-anggota jemaat yang mempunyai pandangan menyeluruh serta

pengetahuan luas, goncangan-goncangan di dalam jemaat berangsur-angsur telah dapat

digumuli dan diatasi.

Sejak tahun 1978 keadaan Jemaat mulai berkembang dan memungkinkan

pelaksanaan pelayanan yang penuh dengan kasih dan kedamaian.

3. Untuk dapat melaksanakan pelayanan dengan baik, Jemaat perlu bekerja

berdasarkan suatu program, lengkap dengan anggarannya.

Sejak terbentuknya pada tanggal 12 April 1968, Jemaat Winangun Bawah baru mulai

tahun anggaran 1974/1975 dapat menyusun program dan anggaran Jemaat, tetapi hal ini

hanya berlaku sampai dengan tahun anggaran 1979/1980 dan kemudian baru mulai lagi

tahun anggaran 1984/1984 Jemaat berhasil menyusun program dan anggaran.

Karena ketatalayanan merupakan faktor penunjang program dan anggaran Jemaat,

maka ketatalayanan adalah sangat penting dalam kehidupan berjemaat. Untuk

meningkatkan pelaksanaan ketatalayanan, Majelis Jemaat telah membentuk Komisi

13

Page 14: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Ketatalayanan dan Komisi Verifikasi, yang kemudian berobah menjadi ”Badan

Pengendalian Pelaksanaan Anggaran Jemaat” untuk masa pelayanan 1982/1985.

Sesuai program Jemaat 1982/1983, di tiap kolom telah dibentuk Kelompok Pelayanan

Diakonia, yang selain membantu Penatua dan Syamas Kolom dalam pelayanan diakonia

kolom, terutama membantu pula Syamas dalam ketatalayanan.

Tiap tahun, pendapatan sesuai anggaran Jemaat tidak/belum dapat direalisasikan

seperti diharapkan. Oleh karena itu maka kegiatan Komisi Ketatalayanan dalam rangka

pengolahan sumber-sumber keuangan, perlu ditingkatkan. Di samping itu masih perlu

diusahakan supaya di tiap kolom dapat dibentuk Kelompok Pelayanan Diakonia, karena

ternyata bahwa kolom telah membentuk kelompok tersebut dan telah dapat menyusun

program dan anggaran kolom, dengan berpedoman kepada Program dan Anggaran Jemaat.

Selanjutnya kelompok tersebut, sesuai tugasnya yang telah digariskan, melalui

perkunjungan ke rumah-rumah tangga, antara lain dapat menjelaskan kepada warga

Jemaat satu segi tentang ketatalayanan, ialah tentang persembahan, termasuk

persembahan persepuluhan sebagai partisipasi dalam pelayanan Jemaat.

Akhirnya, untuk lancarnya dan tertibnya penyelenggaraan administrasi, pengendalian

dan pengelolahan keuangan Jemaat/Kolom, Badan Pengendalian Pelaksanaan Anggaran

Jemaat yang ternyata belum berfungsi dengan baik, secara teratur perlu mengadakan

pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan, yang berhubungan dengan pengurusan

keuangan oleh petugas-petugas keuangan Jemaat/Kolom.

A. STATISTIK1. Jumlah penduduk Desa Winangun berdasarkan statistik smpai dengan bulan Mei

1984 adalah 3733 jiwa seperti nyata dalam tabel berikut yang disusun menurut

penggolongan agama dan jumlah penganutnya:

Tabel 1Penggolongan agama dan jumlah penganutnya di Desa Winangun

NomorUrut

GolonganAgama

Jumlah Anggota Keterangan

1 GMIM 1598 Ada 1 Gedung Gereja, 1 Kanisa dan 1 TKK.

2Katolik 876 Ada 1 Gedung Gereja, 1 TKK, 1 SD, 1

Sekolah Pertukangan, 1 Panti Asuhan dan 1 Balai Pertemuan.

3 Pantekosta 712 Ada 1 Gedung Gereja4 Islam 147 -5 Advent 74 Ada 1 Gedung Gereja6 KGBI - -7 Budha 16 -8 Hindu 1 -9 Lain-lain 273 -

Jumlah 3733(Sumber: Kantor Kepala Desa Winangun)

Penduduk Desa Winangun yang dalam tahun 1914 terdiri dari 5 keluarga (+ 25

jiwa) kemudian sewaktu mulai diperjuangkan tentang pembentukkan Desa Winangun dalam

14

Page 15: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

tahun 1964 terdiri dari 72 keluarga dengankira-kira 280 jiwa, dengan jumlah jiwa 3733 dalam

tahun 1984, benar-benar telah berkembang dengan pesat sekali.

Demikian pula halnya dengan Jemaat di Desa Winangun yang dalam tahun 1914

terdiri dari 5 keluarga (25 jiwa), kemudian sewaktu Jemaat Winangun Bawah Terbentuk

secara ”de facto” dalam tahun 1968 terdiri dari 59 rumah tangga dengan kira-kira 374 jiwa

dan dalam tahun 1984 terdiri dari 1598 jiwa. Jadi selama kurun waktu 70 tahun (1914 –

1984) jumlah anggota Jemaat Kristen Protestan telah meningkat kirang-kira 64 kali lipat atau

mendapat pertambahan sekitar 22 jiwa setiap tahun (88%/tahun).

Jemaat Winangun Bawah dalam survey terakhir (1 Juli 1984) terdiri dari 396 keluarga

dengan 1672 jiwa atau kira-kira 44% dari penduduk Desa Winangun.

2. Jumlah anggota Jemaat GMIM Winangun Bawah di Desa Winangun menurut

keadaan pada tanggal 1 Juli 1984 adalah 1672 jiwa.

Berikut ini disusun dalam tabel menurut penggolongan mata pencaharian, serta

jumlah sarjana anggota Jemaat di tiap Kolom.

Tabel 2 Jumlah Anggota Jemaat GMIM Winangun Bawah di tiap Kolom

Menurut Keadaan Pada Tanggal 1 Juli 1984

No

Ko-lom

JumlahKeluarga

JumlahJiwa

Buruh/Tani

Tukang/Sopir

Pengu-saha

PegawaiTidak

BekerjaABRI/

Pensiunan/Sipil

Sarjana

1 I 36 147 3 2 6 29 8 992 II 33 140 - 1 1 45 10 833 III 26 100 - 4 1 16 5 744 IV 31 131 4 1 1 34 1 905 V 19 94 - 3 2 14 6 696 VI 33 152 14 5 1 18 - 1147 VII 37 149 30 10 2 11 - 968 VIII 42 175 10 13 2 11 2 1379 IX 44 162 26 12 1 10 1 112

10 X 38 172 50 1 - 22 5 9411 XI 32 148 5 1 3 17 2 12012 XII 25 102 3 4 3 23 1 68

Jumlah 396 1672 145 57 23 250 41 1156*

Keterangan:1. Data-data tersebut di atas dikutip dari laporan terakhir para Penatua/Syamas Kolom-

kolom.2. Tanda * = 1156 adalah jumlah dari golongan-golongan yang jumlahnya belum sempat

diperinci, golongan-golongan tersebut ialah:1. Dari bayi sampai umur 7 tahun2. Anak-anak sekolah (dari SD sampai dengan Universitas dan yang putus sekolah)3. Dewasa: pengangguran/tunakarya, usia lanjut bukan pensiun. Orang dewasa bukan pencari nafkah.4. Pekerja musiman.

Dalam tabel tersebut di atas nyata bahwa kondis/keadaan serta potensi Kolom-kolom

di Jemaat Winangun Bawah berbeda-beda, hal mana dengan sendirinya membawa

pengaruh juga dalam pelaksanaan program Jemaat/Kolom di kolom yang bersangkutan.

3. Jumlah pelayan-pelayan khusu menurut keadaan pada tanggal 1 Juli 1984:

Pendeta (pendeta wilayah) : 1 orangKetua Jemaat (penatua) : 1 orang

15

Page 16: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Guru Agama : 1 orangPenatua : 16 orangSyamas : 12 orang

4. Gedung-gedung milik GMIM Jemaat Winangun Bawah.

Selain sebuah gedung gereja permanen, Jemaat GMIM Winangun Bawah telah

melakukan pembelian (kontrak sewa-beli) sebuah rumah dan tanah yang terletak di

kompleks perumahan “Lembah Sari” di Dusun I Winangun.

Rumah tersebut dimaksudkan untuk Pastori GMIM Jemaat Winangun Bawah. Harga

pembelian rumah dan tanah tersebut sebesar Rp. 4.000.000,- dengan syarat bahwa panjar

pertama sebesar Rp. 1.000.000,- dan sisanya Rp. 3.000.000,- diangsur dalam waktu lima

tahun, yaitu tiap bulan Rp. 50.000,- ditambah bunga 1% dari sisa angsuran. Uang panjar

pertama sebesar Rp. 1.000.000,- telah dibayar oleh BPMJ Winangun Bawah pada tanggal

19 Mei 1984 dan kemudian disusul dengan pembayaran angsuran untuk bulan Juni dan Juli

1984 sebesar RP. 100.000,- belum termasuk bunga, yang dibayarkan pada tanggal 16 Juni

1984.

Sebelum ditempati oleh Pendeta dan keluarganya, rumah etrsebut diadakan

penambahan ruangan seperlunyal.

B. PERISTIWA-PERISTIWA PENTING1. Sejarah Pembangunan Tempat-tempat Ibadah Sesudah Terbentuknya Jemaat

Winangun BawahDalam Bab I (C) telah diuraikan bahwa sejak bulan Maret 1962 tempat ibadah Jemaat

GMIM di Paal Empat yang kemudian menjadi tempat ibadah Jemaat GMIM di Paal Empat

yang kemudian menjadi Desa Winangun, berfungsi juga sebagai sekolah (SD). Karena

makin banyak anggota Jemaat GMIM di Desa Winangun yang mengikuti ibadah, apalagi

setelah diteguhkannya Majelis Jemaat pertama Jemaat Winangun Bawah pada tanggal 12

April 1968 dan makin banyak pula anak-anak yang bersekolah, maka timbul keinginan di

kalangan Jemaat tersebut untuk mendirikan sebuah tempat ibadah yang terpisah dari

gedung sekolah.

Dalam hubungan ini maka pada permulaan tahun 1968, tokoh-tokoh

Jemaat/Masyarakat di Desa Winangun telah membentuk Panitia Pembangunan Gedung

Gereja dan Gedung Sekolah, yang diketuai oleh Alexander Manoppo.

Sesuai dengan perkembangan maka pada tanggal 15 Juli 1968 telah dibentuk Panitia

khusus untuk pembangunan gedung sekolah, yang diketuai oleh Agustinus Rantung,

demikian pulah khusus untuk pembangunan gedung gereja telah dibentuk panitiannya yang

terdiri:

Ketua : Alexander ManoppoPanitera : Amelius WahiuKepala Bas : Julius LabelahaPembantu Bas : Lodewijk Kalalo

16

Page 17: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Sedang Alexander Manoppo, Junius Oleng Ruru dan Agustinus Mandagi ditunjuk pula untuk

mengatur halaman gedung gereja. Panitia Pembangunan Gedung Gereja tersebut dengan

dibantu secara gotong royong oleh seluruh Jemaat GMIM di Desa Winangun, telah dapat

membangun sebuah tempat ibadah darurat (Kanisah) dalam bulah Juli 1968, dengan ukuran

9x6m dibuat dari bambu dengan atap rumbia, yaitu terletak di sebelah kanan gedung yang

digunakan sebagai sekolah.

Sesuai dengan usul seorang anggota Jemaat yaitu Semuel Ruru, maka Majelis

Jemaat dapat menyetujui nama ”SION” untuk gedung gereja/kanisah yang baru dibangun

itu.

Sebelum acara pentahbisan gedung gereja/kanisah tesebut dimulai yang dipimpin

oleh Pendeta J. Sumual dari Wilayah Ranotana-Bahu pada hari Minggu tanggal 30 Juli

1968, maka papan nama gedung gereja/kanisah ”SION” Jemaat Winangun Bawah telah

ditangutng bersama-sama oleh Semuel Ruru, Alexander Manoppo (Ketua Panitia), Julius

Labelaha (Kepala Bas), Lodewijk Kalalo (Pembantu Bas), Junius Oleng Ruru (Ketua

Jemaat) dan dengan disaksikan oleh Jemaat yang hadir.

Berhubung dengan sura permohonan tanggal 1 Agustus 1968 yang dibuat oleh

Majelis Jemaat yang terdiri dari Alexander Manoppo, Junius Oleh Ruru dan Agustinus

Mandala, sewaktu menghadap yang berwajib di kantor Gubernur untuk memperoleh

sebidang tanah guna keperluan pembangunan gedung gereja yang permanen, maka

pemerintah telah memberikan sebidang tanah seluas 30x30m, yang terletak di depan

gedung gereja ”SION”. Tanah tersebut telah diukur oleh kantor Kadaster pada tanggal 2

Agustus 1968 dengan biaya sebesar Rp. 1.500,-

Karena ternyata bahwa di atas tanah tersebut akan dibangun Sekolah Dasar Negeri

Winangun, maka gedung gereja ”SION” dipindahkan ke lokasi lain. Tapi ternyata juga lokasi

itu tepat terletak di jalur jalan yang akan direncanakan oleh Yayasan Pembangunan

Perumahan Rakyat untuk dibangun perumahan rakyat, maka pada tanggal 13 Juli 1970

gedung gersebut diangkat secara gotong royong oleh Jemaat GMIM untuk dipindahkan ke

sebelah Barat yaitu ke suatu tempat yang telah disediakan.

Gedung gereja ”SION” yang dipindahkan adalah berukuran 12x12m, yang dibiayai

dengan uang Jemaat yang tersedia sebesar Rp. 21.000,- untuk pembelian bahan-bahan

seperti bambu, atap rumbia, paku tali, dan lain-lain. Dan pada tanggal 19 Juli 1970 untuk

pertama kali telah diadakan ibadah di gedung gereja tersebut yang dipimpin oleh Ketua

Jemaat Albert Rewur.

Kemudian ternyata bahwa gedung gereja tersebut harus dipindahkan lagi ke tempat

lain karena tanah di mana diletakkan/dibangun gedung gereja tersebut sudah diberikan oleh

yang berwajib kepada pihak lain untuk dibangun rumah.

Sebagai hasil usaha utusan Majelis Jemaat yang menghadap kepada yang berwajib

di kantor Gubernur dalam bulan November 1970, maka kantor Agraria pada waktu itu juga

seduai perintah yang berwajib telah mengadakan pengukuran tanah seluas 60x40m, yaitu

tanah negara bekas Erfp.Verp. 158, untuk keperluan pembangunan gedung gereja yang

permanen.

17

Page 18: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Pada permulaan tahun 1971 tugas Panitia Pembangunan Gedung Gereja Jemaat

Winangun Bawah, yang diketuai oleh Alexander illia Gosal, yaitu yang dibentuk pada

tanggal 26 November 1969, sewaktu Johanis Keintjem menjabar sebagai Ketua Jemaat,

telah diambil alih oleh Badan Pekerja Majelis Jemaat pada tanggal 11 Februari 1971 untuk

pertama kali telah mengadakan kerja bakti meratakan halaman yang telah diberikan oleh

pemerintah.

Kemudian Badan Pekerja Majelis Jemaat telah membuat gambar gedung gereja semi

permanen dengan ukuran 14x9m dengan anggaran sebesar Rp. 1.400.000,-. Dari anggaran

tersebut ternyata hanya separuh yang dapati disetujui oleh Majelis Jemaat. Uang Jemaat

yang tersedia pada waktu itu sebesar Rp. 47.000,- telah digunakan untuk pembelian 100

lembar seng dan untuk penggergajian 4m3 kayu.

Pada tanggal 21 Mei 1972 telah diadakan upacara peletakkan batu penjuru yang

dipimpin oleh Pedt. F.S.L. Kamagi, STh, Ketua Wilayah Manado Selatan dan pada waktu itu

golongan Katolik di Desa Winangun, melalui Chritofel Andries, Ketua Lingkungan II Paroki

”Hati Kudus” Paal Tiga, telah meyumbang 4 sak semen.

Kemudian dengan bantuan Pemerintah Desa PPPMD (Panitia Pelaksana

Pembangunan Masyarakat Desa) rakyat desa Winangun telah diturutsertakan dalam

kegiatan-kegiatan pemerataan halaman gedung gereja, penyusunan batu telah dan lain

sebagainya.

Walaupun belum rampung seluruhnya, namun demikian gedung gereja ”SION”

tersebut pada tanggal 5 Juli 1972 telah mulai dipergunakan untuk acara kebaktian-

kebaktian.

Untuk kelanjutan pembangunan gedung gereja tersebut, maka semasa pelayanan

Majelis Jemaat yang bersangkutan telah membentuk Komisi Pembangunan Gedung Gereja,

yang berturut-turut diketuai oleh Sungka Marunduh, Alexander Maukar, Zeth Zimry Rapar,

Drs. J.P.H. Lowing dan Maxmilian Everhard Tampi, dan hasil dari usaha-usaha Komisi-

Komisi tersebut, ialah gedung gereja ”SION” Jemaat Winangun Bawah yang sudah 90%

selesai.

2. Beberapa Peristiwa dalam Pertumbuhan Jemaat Winangun Bawah 12 April 1968 Peneguhan anggota-anggota Majelis Jemaat pertama Jemaat

Winangun Bawah oleh Pdt. W.E.H. Siby, Ketua Wilayah

Ranotana-Bahu; pada tanggal tersebut Jemaat Winangun

Bawah dianggap telah terbentuk secara ”de facto”.

30 Juli 1968 Pentahbisan gedung gereja/kanisah (darurat), dengan diberi

nama ”SION”, oleh Pdt. J. Sumual, Ketua Wilayah Ranotana-

Bahu.

November 1969 Pembagian dalam 2 Kolom, yaitu Kolom I dan Kolom II.

1 April 1970 Jemaat Winangun Bawah dihimpul dalam Wilayah Manado

Selatan sesuai SK BP Sinode GMIM tanggal 31 Maret 1970

18

Page 19: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

No. 22, sehingga pada tanggal tersebut Jemaat Winangun

Bawah telah terbentuk secara ”de jure”.

Tahun 1970 Dilaksanakan perkawinan secara massal pada 29 rumah

tangga. Peneguhannya oleh Pdt. Ny. L. Pantow-Nigi.

22 November 1970 Pembagian dalam tinga Kolom, yaitu Kolom I, Kolom II dan

Kolom III.

21 Mei 1970 Peletakkan batu penjuru gedung gereja ”SION” (permanen)

oleh Pdt. F.S.L. Kamagi, STh, Ketua Wilayah Manado Selatan.

5 juli 1972 Mulai diadakan Kebaktian di gedung gereja ”SION”.

Agustus 1972 – Januari 1973 Masa Pelayanan John Wardi sebagai calon Pendeta/ Vikaris.

21 Oktober 1973 Pengresmian berdirinya Kolom V oleh Pdt. Ny. L. Pantouw-Nigi

atas nama BP Wilayah Manado Selatan.

23 Mei 1976 Keputusan Majelis Jemaat tentang pemberhentian anggota-

anggota Majelis Jemaat secara keseluruhan.

27 Juni 1976 Pembaharuan/pelantikan anggota-anggota Majelis Jemaat,

Kompelsus dan Komisi-komisi Pembantu Majelis Jemaat untuk

meneruskan masa pelayanan sampai dengan Desember 1977.

Tahun 1976 Pelaksanaan perkawinan secara massal pada 11 rumah

tangga. Peneguhan Nikah oleh Pdt. Ny. L. Pantow-Nigi.

Februari 1978 – Januari 1983 Masa Pelayanan Hendrik Estefanus Legi sebagai Guru

Agama.

Agustus 1978 Ny. S.E Regar-Lumingkewas mulai melayani Jemaat sebagai

Guru Agama sampai sekarang.

16 Oktober 1981 Pembagian dalam 12 Kolom, yakni Kolom I, II, III, IV, V, VI, VII,

VIII, IX, X, XI, XII.

1 September 1981 Jemaat Winangun Bawah dihimpul dalam Wilayah Manado

Selatan II sesuai SK BP Sinode GMIM tanggal 6 Agustus 1982

No. 87 yang salinannya dimuat dalam lampiran VI.

7 Januari 1983 Pdt. G.E.W. Kumaat, STh mulai melayani sebagai Ketua

Wilayah Manado Selatan II dan berkedudukan di Jemaat

Winangun Bawah.

Maret 1984 Pembagian dalam 14 Kolom, yakni Kolom I, II, III, IV, V, VI, VII,

VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV.

9 Maret 1984 Keputusan Majelis Jemaat untuk membeli sebuah rumah yang

akan digunakan sebagai pastori dengan harga Rp. 4.000.000,-

dengan panjar pertama sebesar Rp. 1.000.000,- telah dibayar

pada tanggal 19 Mei 1984.

10 April 1984 Penataan kembali wilayah Kolom I dan II, yaitu disesuaikan

dengan jumlah keluarga/rumah tangga yang tidak seimbang

19

Page 20: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

banyaknya dan dalam hubungan ini 13 keluarga Kolom II

didaftarkan sebagai anggota Jemaat Kolom I.

27 Mei 1984 Pembentukkan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah yang

meliputi wilayah Kolom IX dan Kolom X Jemaat Winangun

Bawah sesuai SK BP Sinode GMIM tanggal 7 Mei 1984 No. 18

yang salinannya dimuat dalam lampiran VII.

20 Juli 1984 Keputusan Rapat Majelis Jemaat tentang perobahan nomor

Kolom VIIA,. VIIB dan VIIC menjadi masing-masing Kolom VII,

Kolom IX dan Kolom X.

B. SUSUNAN MAJELIS JEMAAT DAN PERANGKAT JEMAAT LAIN PERIODE TAHUN 1970 - 1985

1. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1970 - 1973 Susunan Badan Pekerja Majelis Jemaat:Ketua : Albert Rewur, 1 Januari 1970 – Juli 1972.

Zeth Samuel Pelleng, Juli 1972 – Juli 1973 sebagai Pejabat Ketua,

kemudian sampai dengan Desember 1973 sebagai Ketua.

Sekretaris : Johanis Keintjem, 1 Januari 1970 – Juli 1970

Zeth Samuel Pelleng, Juli 1970 – Juli 1972.

Martin Luther Sorongan, Juli 1972 – Juli 1973.

Frans Hendrik Runtuwarouw, Juli 1973 – Desember 1973.

Bendahara : Alexander Manoppo, 1 Januari 1970 – Desember 1973.

Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Herman Lumempouw

Syamas Kolom I : Albert Rewur/Zeth Samuel Pelleng

Penatua Kolom II : Alexander Manoppo

Syamas Kolom II : Bonifasius Pesik

Penatua Kolom III : Marthin Luther Sorongan

Syamas Kolom III : Cornelius Hans Walalangi

Penatua Kolom IV : Sungka Marunduh

Syamas Kolom IV : Richard Engelbert Tuwo

Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Johanis Keintjem

Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho

Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Anneke Eva Saroinsong.

Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Frans Hendrik Runtuwarouw

Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa

pelayanan 1970 – 1973 dimuat dalam lampiran IX.

20

Page 21: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

2. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1974 - 1977Susunan Badan Pekerja Majelis Jemaat 1 Januari 1974 – 26 Juni 1976:Ketua : Wiliam Watuseke, 1 Januari 1974 – Desember 1974.

Frans Nender, Desember 1974 – Juli 1975.

Pdt. Ny. L. Pantow-Nigi, Juli 1975 – 26 Juni 1976.

Wakil Ketua : Maximiliam Everhard Tampi, 1 Januari 1974 – Juli 1975.

Frans Nender, Juli 1975 – 26 Juni 1976.

Sekretaris : Paulus Nicolaas Pangemanan, 1 Januari 1974 – 18 Maret 1974.

Maximiliam Everhard Tampi, 19 Maret 1974 – 18 April 1974.

Sungka Marunduh, 19 April 1974 – 6 Oktober 1974.

Richard Engelbert Tuwo, 7 Oktober 1074 – 10 Januari 1975.

Freddy Taroreh, 10 Januari 1975 – 26 Juni 1976.

Bendahara : Marthin Luther Sorongan, 1 Januari 1974 – 26 Juni 1976.

Anggota : Frans Nender, 1 Januari 1974 – Desember 1974.

Maximiliam Everhard Tampi, Juli 1975 – 26 Juni 1976.

Susunan Majelis Jemaat 1 Januari 1974 – 26 Juni 1976:Penatua Kolom I : Herman Lumempouw

Syamas Kolom I : Frans Nender/William Watuseke

Penatua Kolom II : Paulus Nicholas Pangemanan/

Johanis Keintjem.

Syamas Kolom II : Maximiliam Everhard Tampi

Penatua Kolom III : Marthin Luther Sorongan

Syamas Kolom III : Ny. Lientje Constansi Sorongan-Meray

Penatua Kolom IV : Sungka Marunduh

Syamas Kolom IV : Zeth Samuel Pelleng/Johan Lodewijk Tene

Penatua Kolom V : Willem Najoan

Syamas Kolom V : Freddy Taroreh

Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : William Watuseke/

Richard Engelbert Tuwo

Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho

Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Nontje Kasenda/Adrian Ruru

Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Frans Hendrik Runtuwarouw/

Ny. L. Legi-Manoppo.

Pembaharuan Majelis Jemaat untuk meneruskan masa pelayanan 26 Juni 1976 – Desember 1977Susunan Badan Pekerja Majelis: Ketua : Ny. E.G. Logor-Roeroe

Wakil Ketua : Sungka Marunduh

Sekretaris : Frans Hendrik Runtuwarouw

Bendahara : Marthin Luther Sorongan Lumunon

Anggota : Maximiliam Everhard Tampi

21

Page 22: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Marthin Luther Lumunon

Syamas Kolom I : Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho

Penatua Kolom II : Frans Hendrik Runtuwarouw

Syamas Kolom II : Maximiliam Tampi

Penatua Kolom III : Marthin Luther Sorongan

Syamas Kolom III : Ny. Lientje Constansi Sorongan-Meray

Penatua Kolom IV : Sungka Marunduh

Syamas Kolom IV : Johan Lodewijk Tene

Penatua Kolom V : Freddy Taroreh/Alexander Maukar

Syamas Kolom V : B.L.H. Wokas/Cornelis Hans Walalangi

Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Zeth Simry Rapar

Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Mien Betsy Tuwo-Putong

Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Adrian Ruru

Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Ny. E.G. Logor-Roeroe

Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa

pelayanan 1974 – 1977 dimuat dalam lampiran X.

3. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1978 - 1981Susunan Badan Pekerja Majelis: Ketua : Robert Albert Rewah

Wakil Ketua : Zeth Simry Rapar

Sekretaris : Ratty R.S. Supit/Frans Hendrik Runtuwarouw

Bendahara : Alexander Maukar

Anggota : Maximiliam Everhard Tampi

Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Robert Albert Rewah

Syamas Kolom I : Ratty R.S. Supit

Penatua Kolom II : Zeth Samuel Pelleng

Syamas Kolom II : Frans Albert Manoppo

Penatua Kolom III : Maximiliam Everhard Tampi

Syamas Kolom III : Frans Hendrik Runtuwarouw

Penatua Kolom IV : Marthin Luther Sorongan

Syamas Kolom IV : Zeth Simry Rapar

Penatua Kolom V : Alexander Maukar

Syamas Kolom V : Cornelis Hans Walalangi

Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Eddy Engelbert Maindoka

Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Adelaide Maukar-Wuisang

Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Decky Rewur

Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Ny. E.G. Logor-Roeroe

22

Page 23: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa

pelayanan 1978 – 1981 dimuat dalam lampiran XI.

4. Masa Pelayanan Majelis Jemaat 1981 - 1982Susunan Badan Pekerja Majelis: Ketua : Philep Morse Regar

Wakil Ketua : Robert Albert Rewah

Sekretaris : Frans Hendrik Runtuwarouw

Bendahara : Alexander Maukar

Anggota : Max Jantje Pelle

Anggota : Jacob Tengkel1 x)

Anggota : Ny. Laurina Sumampouw-Balla

Anggota : Hendrik Estefanus Legi

Anggota : Ny. Corry Bolung-Laloan

Anggota : Fontje G.J. Kaligis x)/Jimmy Daud Robert Sorongan

Anggota : Nouke Ruhulesin/Benyamin Patang

Susunan Majelis Jemaat:Penatua Kolom I : Ny. E.G. Logor-Roeroe

Syamas Kolom I : Ny. Mien Siwi-Wuwungan.

Penatua Kolom II : Thobias Ipu Mamesah

Syamas Kolom II : Eman Benny Linuh

Penatua Kolom III : Philep Morse Regar/

Ny. Mieke Tungka-Gosal

Syamas Kolom III : Robert Albert Rewah

Penatua Kolom IV : Ny. Laurina Sumampouw-Bala

Syamas Kolom IV : Wongko Tyterlinoel Marunduh

Penatua Kolom V : Boy Leopold F. Warouw.

Syamas Kolom V : Max Jantje Pelle

Penatua Kolom VI : Maximilam Everhard Tampi

Syamas Kolom VI : Frans Hendrik Runtuwarouw

Penatua Kolom VII/VII-A2/VII3 : Zeth Simry Rapar

Syamas Kolom VII/VII-A/VII : Niklas F. Posumah

1 Mulai tanggal 27 Mei 1984, seluruh anggota Jemaat GMIM yang berdiam di Kolom IX dan X, termasuk para Penatua dan Syamas di kedua kolom itu, menjadi anggota Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah (yang diresmikan berdirinya pada hari itu. Dengan demikian angka/nomor IX dan X tidak dipAkay lagi.

2 Sejak permulaan masa pelayanan (Januari 1982) terdapat anggota-anggota GMIM yang menghuni suatu lembah di sebelah barat dan berdekatan dengan Desa Winangun dan khususnya berdekatan dengan kolom VII Jemaat Winangun Bawah. Karena mereka perlu dilayani, maka tugas ini untuk sementara waktu dipercayakan kepada Penatua dan Syamas Kolom VII. Namun perpindahan keluarga-keluarga untuk tinggal menetap di Lembah Jambore itu sangat pesat, sehingga sampai bulan Mei 1984, anggota-anggota GMIM saja sudah lebih dari cukup untuk membentuk 2 kolom baru, sehingga pada tanggal 10 Juni 1984, di lokasi yang bernama Jambore itu, BPMJ meresmikan berdirinya 2 kolom baru, yaitu Kolom VII-B dan Kolom VIIC, sedangkan kolom BII menjadi Kolom VIIA, agar supaya masih dapat meneruskan bimbingannya kepada 2 kolom baru ini.

3 Karena sejak tanggal 27 Mei 1984 dipergunakan 3 jenis penomoran kolom yakni pertama angka romawi tanpa embel-embel (I,II,III, dst.), kedua angka romawi dengan tanpa embel-embel huruf latin (VII-A, VII-B, VII-C) dan ketiga, angka romawi IX dan X tidak digunakan lagi, maka pada tanggal 20 Juli 1984 rapat Majelis Jemaat memutuskan untuk merobah nama/penomoran Kolom VII-A menjadi Kolom VII (seperti semula), Kolom VII- B menjadi Kolom IX, dan Kolom VII-C menjadi Kolom X, sehingga dengan demikian penomoran kolom menjadi nomor lagi.

23

Page 24: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Penatua Kolom VII/VII-B4/IX5 : Petrus Rumagit

Syamas Kolom VII/VII-B/IX : Freddy Wawoh

Penatua Kolom VII/VII-C6/X7 : R.J.T. Walangare

Syamas Kolom VII/VII-C/X : F.S. Lumentut

Penatua Kolom VIII : Rein Rompas

Syamas Kolom VIII : Heldat Solemas Danes

Penatua Kolom IX : Jacob Tengkel8

Syamas Kolom IX : Willem Terok9

Penatua Kolom X : Eddy Engelber Maindoka10

Syamas Kolom X : Max Jacob11

Penatua Kolom XI : Alexander Maukar

Syamas Kolom XI : Cornelis Hans Walalangi

Penatua Kolom XII : Henny Fredrik Philep Gosal

Syamas Kolom XII : Ny. Selvia Rahel Gosal-Mokorimban

Penatua/Ketua Komp. Pria/Kaum Bapa : Hendrik Estefanus Legi

Penatua/Ketua Komp. Wanita Kaum Ibu : Ny. Corry Bolung-Laloan

Penatua/Ketua Komp. Remaja/Pemuda : Fontje G.J. Kaligis/

Jimmy Daud Robert

Penatua/Ketua Komp. Anak-anak : Nouke Ruhulesin/Benyamin Patang

Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat masa

pelayanan 1982 – 1985 dimuat dalam lampiran XI.

4 Sama dengan catatan kaki no. 2.5 Sama dengan catatan kaki no. 3.6 Sama dengan catatan kaki no. 2.7 Sama dengan catatan kaki no. 3.8 Sama dengan catatan kaki nomor 1.9 Sama dengan catatan kaki nomor 1.10 Sama dengan catatan kaki nomor 1.11 Sama dengan catatan kaki nomor 1.

24

Page 25: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

BAB IIIPELAYANAN JEMAAT WINANGUN BAWAH

Pelayanan Jemaat berdasar atas pelayanan Kristus dan pelayanan itu dipercayakan

oleh Kristus bukan saja kepada Jemaat, akan tetapi dipercayakan kepada setiap anggota

Jemaat.

Pelayanan di Jemaat Winangun Bawah dijalankan di bawah pengawasan dan

tanggung jawab Majelis Jemaat dan Komisi-komisi termasuk Kompelsus BIPA. Tanggung

jawab Majelis Jemaat bukan hanya terdiri dari pengawasan saja, tetapi meliputi juga hal-hal

lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan itu, misalnya pendidikan/latihan

para pelayan, pengadaan dana dan alat perlengkapan untuk keperluan pelayanan.

Tugas panggilan Jemaat meliputi 3 aspek yang penting yaitu aspek persekutuan,

aspek kesaksian dan aspek diakonia.

A. PERSEKUTUANDefinisi tentang persekutuan antara lain terdapat dalam Roma 1:11-12, yang

memuat suatu pernyataan dari Paulus: walaupun ia seorang rasul, ia masih

membutuhkan kekuatan dan dorongan rohani dari orang lain. Dan sebaliknya orang itu

membutuhkan apa yang dapat ia berikan dari imannya.

Paulus mengharap adanya suatu pertukaran: apa yang dapat ia berikan kepada

orang lain dan apa yang akan ia terima dari orang itu.

Jemat hidup di dalam dunia sebagai suatu persekutuan: persekutuan antara

Kristus dan anggota-anggota Jemaat dan antara anggota yang satu dengan anggota

yang lain.

Dalam persekutuan iau Jemaat mendapat bagian dalam keselamtan yang

diberikan oleh Tuhan dalam anakNya Yesus Kristus kepada Jemaat.

Karena keselamatan diperuntukkan juga bagi semua bangsa, jemaat ditugaskan

untuk membagi-bagikan/meneruskan keselamatan tersebut dan tugas ini menentukan

sifat jemaat ialah dinamis dan terbuka.

Jemaat selalu bergerak ke dua jurusan ialah ke dalam dan ke luar. Dan dalam

hubungan dengan ini maka mengenai persekutuan yang dijalankan oleh Jemaat

Winangun Bawah, akan diuraikan berturut-turut tentang persekutuan di dalam Jemaat,

kemudian tentang persekutuan ke luar jemaat.

1. Persekutuan di dalam Jemaat.

Jemaat Winangun Bawah yang terbagi atas 12 kolom mengadakan

persekutuan melalui ibadat-ibadat baik tingkat Jemaat, maupun tingkat kolom.

Persekutuan tingkat Jemaat diatur oleh Majelis Jemaat dan Kompelsus

BIPA, yaitu Majelis Jemaat mengatur persekutuan bagi seluruh Jemaat, bertempat

di gedung gereja pada setiap hari Minggu atau pada hari raya gerejani lainnya,

25

Page 26: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

juga pada hari raya nasional dan pada hari-hari lainnya yang ditentukan oleh

Badan Pekerja Sinode GMIM atau Majelis Jemaat. Sedangkan Kompelsus BIPA

mengatur persekutuan bagi anggota-anggota Kompelsus BIPA yang

bersangkutan sekali sebulan, bertempat di salah satu Kolom secara bergilir,

kecuali Kompelsus Anak-Anak yang mengadakan persekutuan (Sekolah Minggu)

di gedung gereja.

Persekutuan di tingkat Kolom diatur oleh Penatua dan Syamas bagi seluruh

Jemaat di Kolom sekali dalam seminggu bertempat di rumah seorang anggota

Jemaat Kolom secara bergilir, atau sesuai permintaan, bertempat di rumah

keluarga yang mengalami kedukaan atau yang mengadakan pengucapan syukur

seperti merayakan Hari Ulang Tahun Nikah atau Kelahiran, dan sebagainya.

Selanjutnya persekutuan tingkat Kolom diatur pula oleh para Koordinator

Kompelsus BIPA Kolom bagi anggota-anggota Kolom Kompelsus BIPA yang

bersangkutan sekali seminggu di rumah seorang anggota Kompelsus secara

bergilir dengan catatan bahwa para Koordinator Kompelsus Anak-Anak di Kolom-

Kolom yang letaknya berdekatan dengan gedung gereja, mengadakan

persekutuan (Sekolah Minggu) di gedung gereja.

Kini timbul pertanyaan apakah persekutuan di Jemaat Winangun Bawah

sudah bertumbuh dan berkembang dengan baik, dengan cara/bentuk pesekutuan

yang sekarang ini dijalankan?

Pertanyaan ini rasanya hanya dapat dijawab oleh setiap anggota jemaat

secara pribadi; hanya nampaknya bhwa keharusan untuk hidup dalam

persekutuan umat Tuhan yaitu berkumpul, berdoa, menyanyi bersama-sama,

untuk saling menguatkan dan mendorong dalam iman, tidak/belum dirasakan oleh

sebahagian besar jemaat, karena yang hadir dalam ibadat-ibadat baik tingkat

Jemaat maupun tingkat Kolom pada umumnya hanya anggota-anggota yang

biasanya mengikuti ibadat-ibadat tersebut.

Keadaan ini merupakan suatu tantangan bagi para pelayan jemaat untuk

ditanggulangi dan hal ini barangkali dapat dilakukan antara lain dengan

meningkatnkan perkunjungan ke rumah tangga-rumah tangga yang tidak pernah

atau jarang sekali mengikuti ibadat-ibadat.

Selain dari pada itu rasanya perlu dipikirkan pula bagaimana memberikan

persekutuan kepada jemaat, bukan hanya sejam seminggu selama ibadat di

gedung gereja atau di kolom tetapi terus-menerus yaitu suatau persekutuan yang

di dalamnya anggota yang satu solider dan bertanggung jawab atas anggota yang

lain.

2. Persekutuan ke luar Jemaat.

Persektuuan ini dapat dibagi dalam persekutuan dengan golongan Kristen

lain dan persekutuan dengan jemaat-jemaat lain di dalam dan di luar lingkungan

GMIM.

26

Page 27: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

2.1. Persekutuan dengan golongan Kristen lain.

Di dalam wilayah pelayanan Jemaat Winangun Bawah terdapat beberapa

golongan Kristen lain yakni Katolik, Pantekosta, Advent, KGBI, dan lain-lain. Dan

golongan GMIM-lah yang merupakan mayoritas di antara golongan Kristen

tersebut.

Suatu persekutuan yang diadakan secara teratur oleh Jemaat GMIM

melalui Majelis Jemaat dengan golongan lain tersebut, tidak/belum ada. Hanya

dalam hal ini dapat dicatat suatu persekutuan Oikumene yang dilayani oleh satu

keluarga dari golongan GMIM yakni keluarga Pijoh-Mamesah, yang pada hari-hari

tertentu mengadakan pelayanan doa dan ibadat Oikumene.

Sebagai golonga kristen yang mayoritas, sudah sewajarlah bila Jemaat

GMIM melalui Majelis Jemaat dapat memprakarsai diadakannya pertemuan-

pertemuan tetap dengan golongan Kristen lain, misalnya berbagai kegiatan-

kegiatan Oikumene, bukan saja oikumene dalam hal perayaan-perayaan Natal,

Hari Doa Sedunia, tetapi juga Oikumene dalam pekerjaan-pekerjaan sosial

misalnya mengunjungi penjara, rumah sakit, dan sebagainya.

Pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan bersama tersebut akan

banyak sekali membantu dalam usaha mendekatkan sesama umat Kristen.

Selanjutnya sebagai warga desa, maka Jemaat GMIM sellau aktif turut

dalam melaksanakan program serta kegiatan-kegiatan pemerintah desa dan aktif

turu dalam berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan seperti Dharma Wanita,

PKK, Peserta KB, Arisan, Rukun keluarga, dan lain-lain.

2.1. Persekutuan dengan Jemaat-Jemaat lain di dalam dan di luar lingkungan

GMIM.

Persekutuan dengan Jemaat-Jemaat GMIM, yang dihimpun dalam

lingkungan pelayanan Wilayah Manado Selatan Dua ialah Jemaat-jemaat:

Winangun Atas, Pineleng, Kali, Warembungan, Sea dan Bukit Moria Winangun

Bawah, dilakukan melalui Wilayah Manado Selatan Dua seperti kerjasama antar

Jemaat dan bantuan antar Jemaat.

Faktor utama yang sangat menghambat pelaksanaan persekutuan ini ialah

faktor komunikasi dan transportasi, sehingga baru Kompelsus Wanita/Kaum Ibu

yang secara teratur ialah setiap bulan dapat mengadakan persekutuan dengan

Wanita/Kaum Ibu di Jemaat-Jemaat lain yaitu diatur oleh tingkat Wilayah dan

diadakan di salah satu Jemaat secara bergilir.

Selanjutnya persekutuan dengan Jemaat-Jemaat lain, baik di dalam

maupun di luar lingkungan GMIM, dapat saja dilakukan oleh Majelis Jemaat atau

melalui Badan Pekerja Sinode GMIM; persekutuan ini praktis hanya dilakukan

secara tidak langsung yaitu melalui partisipasi Jemaat kepada Sinode.

Dalam hubungan ini, rasanya perlu lagi ditanamkan/disadarkan tiap warga

Jemaat untuk memiliki pandangan dan visi yang menyeluruh, supaya ia dapat

melihat tugasnya dari pandangan menyeluruh itu sehingga dalam pemikiran dan

27

Page 28: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

bertindak, warga Jemaat selalu memperhatikan juga keperluan dan kepentingan

Jemaat-jemaat lain di dalam dan di luar lingkungan GMIM.

B. KESAKSIANSebagaimana telah diungkapkan dalam Bab I, Jemaat Winangun Bawah mula-

mula adalah Jemaat yang bermukim di Paal Empat yang dalam kesatuan bersama

Jemaat yang bermukim di Kilo Tujuh, merupakan bagian dari Jemaat Melayu Protestan

di Pineleng. Untuk mengetahui pelayanan Jemat Winangun Bawah seutuhnya

khususnya pelayanan kesaksian, tentu saja kita harus mulai dari awal pelayanan

Jemaat bagi penduduk Paal Empat dan Kilo Tujuh pada sekitar 75 tahun yang lalu.

Pelayanan pemberitaan Injil di Jemaat Winangun Bawah telah dimulai jauh

sebelum berdirinya Jemat GMIM Winangun Bawah dan berdirinya desa Winangun.

Tepatnya sudah dimulai sejak tahun 1914, bahkan pelayanan pemberitaan Injil bagi

penduduk Kilo Tujuh sudah dilaksanakan sejak tahun 1906 dalam tahun mana telah

terdiri ”bedol desa” (perpindahan desa) yakni desa Lotak dipindahkan ke desa Pineleng

sekarang, pada tanggal 6 Juni 1906/

Pemberitaan Injil bagi masyarakat pada waktu itu, dilaksanakan oleh anggota-

anggota Majelis Gereja Melayu Protestan Pineleng. Peranan pemuka agama pada

waktu itu sangat menentukan dalam pembinaan mental spiritual bagi penduduk yang

pada masa itu semuanya memeluk agama Kristen Protestan, juga penduduk Kilo Tujuh.

Pola pelaksanaan kesaksian pemberitaan Injil dilaksanakan dengan melakukan

perkunjungan dari rumah ke rumah secara bergilirian selama kurang lebih 10 tahun,

yaitu sampai dengan tahun 1921 di mana Jemaat Paal Empat dan Kilo Tujuh telah

berhasil mendirikan tempat ibadah darurat yang berlokasi di Kilo Tujuh. Usaha-usaha

pemuka-pemuka agama yang pada waktu itu dalam merintis kesaksian pemberitaan

Injil yang turut melibarkan diri pada usaha-usaha sosial lainnya dalam masyarakat,

merupakan pekerjaan yang mulai yang tentu saja telah digerakkan oleh kuasa Allah.

Jiwa kepeloporan dari pemuka-pemuka agama pada waktu itu dalam memberitakan

Injil, sekaligus membina masyarakat dalam meningkatkan cara dan tingkah laku

masyarakat untuk mengisi kehidupannya patut dihargai dan dicontohi.

Nama-nama pelayan yang sejak tahun 1914 sampai terbentuknya Jemaat

Winangun Bawah dalam tahun 1968 pernah melayani/memimpin Jemaat Kristen

Protestan Kilo Tujuh, telah diungkapkan dalam Bab I, yaitu berturut-turut Petrus

Walewangko, Hendrik Tamaka dan Benyamin Salindeho.

Karena sukar sekali diperoleh data-datanya maka pelayanan termasuk pelayanan

kesaksian yang telah dijalankan oleh tokoh-tokoh agama tersebut selama kurun waktu

1914 – 1945. , tidak banyak yang dapat diungkapkan.

Tentang pelayanan Benyamin Salindeho yang sejak tahun 1945 – 1970

melayani/memimpin Jemaat GMIM Winangun sebaga Guru Jemaat/Ketua Jemaat,

dapat dicatat bahwa dia dapat menggerakkan Jemaat sehingga menonjol dalam

pelayanan kesaksian melalui paduan suara Jemaat, hal mana menandakan adanya

28

Page 29: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

suatu persekutuan erat dalam Jemaat GMIM yang bermukim di Kilo Tujuh dan di Paal

Empat.

Kesaksian Jemaat yang dijalankan melalui pelayan-pelayan dan warga Jemaat,

bukan saja di bidang gerejani tetapi meliputi pula pembangunan desa dan masyarakat

desa.

Dalam Bab I telah diungkapkan bagaimana peranan Jemaat Protestan di Paal

Empat sejak Protestan Melayu sampai saat ini yang selain telah membangun gedung

sekolah dan aktif turut mengambil bagian dalam pembentukkan Desa Winangun.

Untuk menjalankan pelayanan kesaksian Jemaat Winangun Bawah, maka sejak

tahun 1972 telah dibentuk Komisi Pekabaran Injil oleh Majelis Jemaat dan selanjutnya,

selain menjalankan pelayanan penggembalaan dalam lingkungannya masing-masing,

Kompelsus BIPA sesuai ketentuan dalam Tata Gereja dipercayakan juga untuk

melakukan pelayanan kesaksian.

Secara teratur Komisi Pekabaran Injil menyelenggarakan kebangunan rohani di

dalam Jemaat, bertempat di gedung gereja, di gedung sekolah atau di lapangan

terbuka, yang dipimpin oleh para Evangelis seperti almarhum Drs. L. Bella, Tamaka,

Mananora, dan lain-lain.

Komisi Pekabaran Injil pernah juga melayani ke luar Jemaat, yaitu bersama-sama

dengan Komisi Diakonia dalam rangka mewujudkan arti Pekabaran Injil dalam Diakonia

dan Diakonia dalam Pekabaran Injil.

Tentang pelayanan kesaksian oleh Kompelsus BIPA, dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1. Umum.

Organisasi BIPA berkembang dalam arus kepelayanan GMIM sejak GMIM berdiri

sendiri dalam tahun 1934.

Masing-masing bidang Pelayanan Khusus dalam kekhususan pelayanannya,

bertolak dari Tata Gereja GMIM itu sendiri. Sebagai contoh: Pelayanan Khusus

Kaum Bapa secara formil dibentuk tahun 1962 dengan nama PKBKM (Pergerakan

Kaum Bapa Kristen Minahasa) dan begitu juga Kaum Ibu dengan PKIKM

(Pergerakan Kaum Ibu Kristen Minahasa), Pemuda dengan PPKM (Pergerakan

Pemuda Kristen Minahasa) dan Sekolah Minggu secara formil membentuk wadah

organisasinya.

Sejak berlakunya Tata Gereja GMIM 1970 tanggal 1 Januari 1970, maka PKBPM

menjadi Komisi Pelayanan Khusus Pria/Kaum Bapa GMIM, PKIKM menjadi

Komisi Pelayanan Khusus Wanita/Kaum Ibu GMIM, PPKM menjadi Komisi

Pelayanan Khusus Remaja/Pemuda GMIM, Sekolah Minggu menjadi Komisi

Pelayanan Khusus Anak-anak GMIM.

Ketua-ketua Bidang Pelayanan Khusus tersebut di atas, diangkat menjadi

Penatua dan dalam perobahan Tata Gereja GMIM 1981 ditetapkan bahwa

Penatua-penatua Kompelsus secara langsung diangkat menjadi Anggota Badan

Pekerja Majelis Jemaat.

29

Page 30: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

2. Pelayanan BIPA mengalami pasang surut yang dimulai sejak sekitar tahun 1962.

2.1. Dalam tahun 1962 – 1966 tugas Pelayanan Khusus BIPA diarahkan pada

menghimpun anggota-anggota Jemaat dan dipersatukan dalam alam

peribadatan, terutama karena anggota-anggota Jemaat pada saat itu

tinggal/berumah agak berjauhan. Perlu dicatat bahwa pada waktu itu,

banyak keluarga yang (baru atau sudah lama), tinggal bersama (dan sudah

mempunyai keturunan) tetapi belum dinikahkan secara sah (baku piara).

Banyak di antara anggota-anggota Jemaat yang gemar main judi dengan

kartu.

2.2. Dalam tahun 1967 – 1972, kegiatan Kompelsus mulai nampak dalam

bidangnya masing-masing, namun yang sangat menonjol ialah kegiatan

Sekolah Minggu dan kegiatan Pemuda Remaja. Kegiatan seperti Lokakarya

Pemuda Gereja, Pembinaan Guru-Guru Sekolah Minggu, pelayanan

kesaksian dalam bentuk drama rohani, ditampilkan oleh Pemuda dan

Remaja GMIM di Jemaat ini.

Pelayanan Wanita/Kaum Ibu GMIM dari tahun 1962 – 1970 tetap stabil di

bawah asuhan Ketuanya Ny. Jd. Costantina Korban-Salindeho.

Perlu dicatat di sini bahwa dalam periode sekitar tahun 1967 – 1972 banyak

anggota-anggota Jemaat dari luar Desa Winangun ini, yang memberikan

pemikiran-pemikiran yang lebih maju dalam cara hidup berjemaat. Pada

waktu inilah dilangsungkan perkawinan-perkawinan massal dalam gereja.

Penyelesaian perkawinan-perkawinan di luar nikah ini, dipelopori oleh

pemerintah desa dan dilaksanakan oleh para Hukum Tua/Kepala Desa

dengan tekun sehingga diperoleh hasil yang baik. Demikian juga permainan

judi dengan kartu dan sabung ayam, lambat laun dapat dikurangi. Dalam

tahun 1969 – 1972, terjadi beberapa kali perobahan pimpinan Kompelsus

Pemuda Remaja, karena di antara para pemimpin pemuda ada yang sudah

kawin/berumah tangga. Ada beberapa kelompok Pemuda yang membentuk

sejenis ”geng” yang menyebabkan kadang-kadang terjadi bentrokkan

fisik/perkelahian, namun dapat diatasi dengan mengadakan kumpulan hari

ulang tahun.

Di tahun-tahun ini pemuda gereja mulai dipengaruhi oleh suasana

keramaian kota Manado, yang kemudian di sekitar tahun 1976 – 1979 ada

yang terpengaruh oleh penyalahgunaan obat terlarang (ganja, narkotik dan

mabuk-mabukkan).

Untuk mengatasi hal-hal ini gereja merasa berkewajiban mencegah

perkembangan-perkembangan negatif seperti ganja, mabuk-mabukkan, dan

lain-lain. Dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban ini dalam khotbah-

khotbah banyak ditekantan tentang pembinaan generasi muda..

Pada periode ini Kompelsus Pria/Kaum Bapa hanya menjalankan kegiatan

persekutuan yang diisi dengan ibadat dan arisan.

30

Page 31: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

2.3. Periode tahun 1974 – 1977.

Dalam periode ini semua Kompelsus (BIPA) diarahkan melaksanakan

pelayanan yang sungguh-sungguh bertolak dari Tata Gereja GMIM 1970.

organisasinya pun sudah jelas sehingga dari tahun ke tahun menuju

peningkatan. Naum disadari bahwa bagaimanapun juga hasil-hasil yang

dicapai belum mencapai tingkat yang diharapkan. Dalam hal ini ada

gambaran perkembangan tentang masing-masing Kompelsus di Jemaat,

apabila Kompelsus tingkat Wilayah aktif, maka tergeraklah semangat

Kompelsus tingkat Jemaat. Sebagai contoh: pada periode ini Kompelsus

Wanita/Kaum Ibu Wilayah Manado Selatan bergerak secara aktif ”turun” ke

Jemaat-Jemaat. Maka Kompelsus tingkat Jemaat turut terangsang dan

dengan semangat yang berkobar-kobar bertanggung jawab atas segala

kegiatan Kompelsusnya.

Sedangkan dalam periode ini Kompelsus PKB Wilayah sama sekali tidak

melakukan kegiatan apa-apa. Namun demikian ada juga kegiatan/usaha dari

Kompelsus di tingkat Jemaat akan tetapi dapat dikembangkan dan hanya

berorientasi di Jemaat sendiri. Usaha Kompelsus PKB Tingkat Jemaat

Winangun Bawah diarahkan pada pemahaman Tata Gereja 1970 dan

pelayanan Diakonia, termasuk di dalamnya ketatalayanan gereja.

Kegiatan Kompelsus Pemuda Remaja dalam periode ini, mengalami

kemunduran, akibat dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, yaitu

keterlibatan beberapa pemuda pada pemAkayan narkotik, ganja dan mabuk-

mabukkan.

Kompelsus Anak-Anak GMIM dalam periode ini cukup baik sehingga

kegiatan-kegiatan ke wilayah dan sinode dapat dilaksanakan. Pada periode

ini ada tenaga guru agama (Katekheet) yang diangkat oleh BPS dan

ditempatkan di Jemaat Winangun Bawah. Dengan demikian Kompelsus

Anak-anak GMIM ketambahan tenaga seorang pembina.

2.4. Periode Tahun 1978 – 1981.

Dalam periode tahun 1978 – 1981 kegiatan pelayana Kompelsus berjalan

seperti pada periode sebelumnya, hanya ada usaha untuk peningkatan

pelayanan Pemuda Remaja GMIM dalam bentuk konsolidasi organisasi dan

pemupukan rasa tanggung jawab Pemuda Gereja bagi Jemaat dan

masyarakat.

Pada periodi ini pun kegiatan Kompelsus PKB mengalami kemunduran.

Hanya di tahun-tahun pertama periode pelayanan yang kelihatan ada

kegiatan dan ditahun berikutnya tidak dapat lagi bergerak/berbuat seperti

pada programnya.

Namun ada beberapa Kolom yang tetap melaksanakan pelayanan khusus

kepada anggota-anggota PKB di Kolomnya, dengan mengumpulkan dana

diakonia dan pelayanan serta dana pembangunan.

31

Page 32: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Kompelsus Anak-anak dan WKI GMIM tetap melaksanakan tugas seperti

pada periode sebelumnya.

2.5. Periode tahun 1982 – 1985.

Kegiatan Kompelsus pada periode ini menunjukkan peningkatan

pelayanannya. Dalam periode ini terjadi beberapa perobahan dalam bidang

organisasi.

Penyusunan program Kompelsus pada periode ini diharapkan tercermin

dalam program umum Jemaat, atau sering disebut sinkronisasi program. Hal

ini disebabkan dengan ditetapkannya penggunaan Tata Gereja GMIM yang

baru yang diberi nama Tata Gereja GMIM 1981 di mana Ketua Kompelsus

yang menjadi Penatua, diangkat menjadi anggota Badan Pekerja Majelis

Jemaat, sehingga segala tugas pelayanan dalam Jemaat setiap saat

diketahui oleh semua Kompelsus melalui Ketuanya.

Kompelsus BIPA sampai Juli 1984 ini dapat dikatakan stabil. Namun terlihat

beberapa perobahan pimpinan Kolom/Penatua, karena dimekarkannya

Wilayah Manado Selatan menjadi 2 Wilayah yaitu Wilayah Manado Selatan I

dan Wilayah Manado Selatan II.

Setelah pemekaran Wilayah, Jemaat Winangun Bawah menjadi dua Jemaat,

yaitu Jemaat Winangun Bawah dan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.

Segera sesudah itu Kolom VII Winangun Bawah karena pertambahan

penduduk yang pesat, dimekarkan lagi menjadi tiga kolom baru, yakni Kolom

VII-A, Kolom VII-B, dan Kolom VII-C yang kemudian dalam Rapat Majelis

Jemaat tanggal 20 Juli 1984 merobah Kolom VII-A menjadi Kolom VII,

Kolom VII-B menjadi Kolom IX, dan Kolom VII-C menjadi Kolom X.

Secara khusus dicatat di sini tentang Kompelsus PKB GMIM Jemaat

Winangun Bawah.

Kompelsus PKB dalam periode ini mengalami beraneka ragam kegiatan

yang di pihak lain terlihat sesuatu yang sangat menonjol dan di lain pihak

terjadi kemunduran.

Pada permulaan periode ini sempat menghimpun anggotanya dengan

berbagai kegiatan baik dalam kegiatan peribadatan maupun dalam

pembangunan dan diakonia.

Tanggung jawab organisasi PKB sering dihambat oleh kesempatan yang

sangat kurang bagi anggota-anggota PKB. Ini disebabkan karena sebagian

besar penguru PKB adalah pengawai yang kebanyakan melaksanakan

tugasnya sampai malam hari. Pelayanan PKB dalam bentuk ibadah

persekutuan tingkat Jemaat tidak dapat berjalan dengan semestinya.

Kegiatan PKB yang menonjol yaitu dalam keikutsertaan pada acara PKB

Sinode GMIM dalam bentuk festival kesenian yang dilaksanakan setiap

bulan Oktober. Selain itu Kolom V pada tahun 1983 mengadakan kebaktian

bersama dengan Jemaat Ponompian Bolaang Mongondow (GMIBM).

32

Page 33: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Ada pun sasaran Kolom V ke Bolaang Mongondow yaitu mengunjungi dan

berbakti bersama-sama dengan saudara-saudara seiman, karena umat

Kristen di sana masih sedikit.

Pada bulan Januari 1982 Kompelsus PKB GMIM Winangun Bawah telah

menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama buletin ”SANGKAKALA”.

Buletin ini dimaksdukan untuk ikut menunjang usaha-usaha peningkatan

PERSEKUTUAN, KESAKSIAN dan PELAYANAN di samping sebagai

INFORMASI dan KOMUNIKASI dari dan untuk jemaat.

Sayang media ini yang sebenarnya bukan saja milik Kompelsus PKB tetapi

juga milik Jemaat Winangun Bawah sendiri, kurang dimengerti oleh Jemaat

sehingga media SANGKAKALA ini tidak mendapat dukungan sepenuhnya

dari seluruh Jemaat GMIM Winangun Bawah. Media SANGKAKALA ini

hanya terbit empat bulan saja untuk kemudian harus meninggalkan kebun

anggurnya yaitu Jemaat sendiri.

Pada bulan Februari 1982 juga oleh Kompelsus PKB telah berhasil dibuat

sebuah lorong yang panjangnya 50m menuju Gedung Gereja GMIM

Winangun Bawah. Loroang tersebut lebarnya 1m dibuat dengan konstruksi

beton, dan menyerap biaya Rp. 200.000,-

Tanggal 12 Juli 1982 juga oleh Kompelsus PKB GMIM Winangun Bawah

telah mengirimkan sumbangan via Badan Pekerja Sinode GMIM di Tomohon

untuk Badan Pekerja Majelis Jemaat Gereja Protestan Indonesia Gorontalo,

yaitu 20 buah Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (10 pasang)

dalam rangka meningkatkan Diakonia dalam PI dan PI dalam Diakonia

antara Jemaat.

Tahun 1982 di Jemaat GMIM Winangun Bawah telah dilaksanakan lomba

Paduan Suara PKB antar Jemaat se-Wilayah Manado Selatan, di mana PKB

Winangun Bawah berhasil keluar sebagai pemenang dan berhak mewakili

Wilayah Manado Selatan ke festifal Kesenian tingkat Sinode tersebut,

tanggal 16 Oktober 1982, dan PKB Winangun Bawah keluar sebagai Juara

III, kemudian pada tahun berikutnya 1983 menjadi Juara II seri A Satu.

Ada kerinduan dari pimpinan PKB yaitu agar tanggung jawab pelayanan

Kompelsus adalah tanggung jawab bersama anara Majelis Jemaat dan

pimpinan Kompelsus. Oleh karena itu sangat penting diadakan pemahaman

kembali tentang Isi Tata Gereja GMIM 1981 untuk menghilangkan

perbedaan tanggung jawab pelayanan.

C. DIAKONIAPelayanan diakonia dalam Bidang Diakonia Karitatif mula-mula hanya dilakukan

secara insidentil, seperti melalui pemberian bingkisan-bingkisan ke luar Jemaat antara

lain kepada Wale Ne Oki dan panti Asuhan Nazaret di Tomohon, Rumah Sakit Kusta di

33

Page 34: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Malalayang dan lain-lain. Kemudian pada tahun 1980 pelayanan ini diaktifkan dalam

Kolom-Kolom dan Jemat seperti pada hari Natal dan Tahun Baru.

Untuk dapat menjalankan pelayanan diakonia dengan sebaik-baiknya, maka

Majelis Jemaat mulai dari tahun 1974 sampai sekarang, telah membentuk Komisi-

komisi Pembantu Majelis Jemaat di bidang Diakonia seperti Komisi Pendidikan/PWG,

Komisi Kesehatan dan Komisi Diakonia.

Komisi-komisi tersebut ternyata tidak/belum dapat menjalankan tugasnya seperti

yang diharapkan, karena akhir-akhir ini nampaknya seolah-olah ada kelesuhan

melaksanakan tugas pelayanannya di kalangan para pelayan yang telah ditunjuk, apa

lagi karena Komisi-Komisi tersebut kurang sekali atau tidak pernah mendapat

bimbingan dari Majelis Jemaat cq Badan Pekerja Majelis Jemaat.

Sesuai dengan kemampuan maka dalam bidang Diakonia Pendidikan, Jemaat

Winangun Bawah telah mengusahakan Taman Kanak-Kanak yang diasuh oleh

Kompelsus Wanita/Kaum Ibu.

TKK tersebut didirikan pada tanggal 1 Maret 1976 dan diresmikan oleh Kepala

Dinas Pendidikan dan Persekolahan GMIM pada tanggal 13 Maret 1976 dengan nama

TKK ”SION” GMIM Jemaat Winangun Bawah. Pada waktu itu Kompelsus Wanita/Kaum

Ibu menunjuk Ny. E.G. Logor-Roeroe sebagai pengasuh TKK, sedang guru/Kepala TKK

pertama ialah Ny. Anneke E. Runtuwarouw-Saroinsong, seorang guru SDN Winangun

yang diperbantukan dengan seizin Kepala Dinas PDK Wilayah Pineleng. TKK tersebut

mulai dengan satu kelas (Kelas C) dengan 25 orang murid, mula-mula bertempat di

gedung gereja, kemudian sejak Agustus 1979, dengan bantuan/seizin Pemerintah

Desa, bertempat di Balai Desa dan mulai bulan Juli 1984 kembali bertempat di gedung

gereja.

Pada tanggal 1 Juli 1984 TKK tersebut terdiri dari satu kelas (Kelas C) dengan 28

murid dan 3 orang guru yakni 1 guru honor dan 2 guru SDN Winangun yang

diperbantukan dengan seizin yang berwenang.

Permasalahan utama yang sedang dihadapi TKK ialah belum ada gedung serta

kurangnya alat-alat permainan/peragaan.

Dalam bidang pelayanan diakonia kesehatan belum banyak yang dilakukan, yang

ada hanya pelayanan secara insidentil seperti dilakukan di beberapa kolom antara lain

melalui apotik kolom, yang menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada

kecelakaan, serta obat-obatan untuk penyakit ringan seperti sakit kepala, pilek, luka-

luka dan lain sebagainya, dan diberikan dengan cuma-cuma kepada warga kolom yang

bersangkutan, baik golongan GIM maupun golongan lain.

Selanjutnya warga Jemaat yang menjadi sasaran pelayanan diakonia,

berada/berdiam di kolom, maka pelaksanaan pelayanan diakonia, baik karitatif maupun

sosial, adalah oleh kolom dan berpusat di kolom, yang diatur oleh Penatua dan Syamas

dengan dibantu oleh kelompok-kelompok diakonia.

34

Page 35: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Pembiayaan diakonia di kolom yang tidak disediakan dana dalam anggaran

Jemaat, diusahakan dengan jalan mengadakan aksi-aksi dalam usaha-usaha kolom

yaitu yang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam GMIM.

Untuk berbagai usaha ketrampilan yang diadakan di beberapa kolom seperti

pangkas rambut, pembuatan batako, pembibitan cengkih, telah disediakan anggran

dalam anggaran Jemaat tahun 1983/1984 dan tahun 1984/1985, yaitu sebagai

pendorong bagi usaha-usaha tersebut di kolom-kolom ddengan pengharapan supaaya

kolom-kolom lain juga mengusahakan bentuk-bentuk diakonia yang cocok dengan

keadaan/kondisi kolom yang bersangkutan.

Tentang usaha ketrampilan pembuatan batako dapat lagi dikemukakan hal-hal

sebagai berikut:

Lokasinya ialah Kolom II dan alat pembuatan batako yang ada, atas usaha

Penatua/Syamas Kolom II, telah dipinjamkan oleh Soeratmin Adisoemarto (alm.) bekas

Kakanwil Dep. Sosial Propinsi Sulawesi Utara, dengan syarat bahwa akan ditarik

kembali apabila tidak dimanfaatkan. Sebaliknya alat tersebut akan ditambah, bila

ternyata ada perkembangan dalam usaha pembuatan batako, malahan akan diberikan

bimbingan oleh petugas-petugas sosial dan perindustrian untuk meningkatkan mutu

batako yang dihasilkan.

Usaha pembuatan batako tersebut sudah berproduksi sejak bulan Desember 1982 dan

permasalahan utama yang dihadapi ialah pemasaran.

Karena kurangnya lahan yang dapat dikerjakan, maka telah diusahakan untuk

memanfaatkan halaman-halaman yang koson dalam wilayah Jemaat seperti yang telah

dilakukan oleh Kolom VII. Di sebidang tanah seluas 15x10m dengan seizin pemiliknya

ialah keluarga Palit, mulai bulan September 1982 telah dilakukan pembibitan cengkih

Zanzibar sebanyak kira-kira 2000 biji oleh warga Kolom VII (Penatua/Syamas serta

Pria/Kaum Bapa, Wanita/Kaum Ibu dan Pemuda/Remaja Kolom VII). Bibit tersebut telah

berusia lebih dari 1½ tahun dan berjumlah kira-kira 1.500 pohon, dijual dengan harga

Rp. 750,- per pohon.

Selanjutnya mulai September 1983 telah dimanfaatkan pula sebidang tanah

seluas 60x20m dengan ditanami jagung oleh warga Kolom VII dan usaha ini sudah

dilakukan kedua kali.

Demikianlah beberapa catatan tentang pelayanan diakonia Jemaat Winangun

Bawah.

35

Page 36: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

BAB IP E N U T U P

1. Demikianlah sejarah Jemaat Winangun Bawah yang sempat disusun sampai dengan akhir

Juli 1984. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan-kekurangannya karena sebagian

besar data-data, didasarkan atas data lisan yang masih dapat diperoleh.

Namun demikian penyusun mengharapkan kiranya maksud penyusunan sejarah

ini antara lain untuk dijadikan bahwa pewarisan sejarah bagi Gereja Masehi Injili di

Minahasa, belum berakhir dan masih akan berjalan terus sehingga Pena Sejarah pun akan

setia mendampingi GMIM dan Jemaat-jemaatnya sebagai pelaksana-pelaksana misi Kristus.

”Ia yang memulaikan pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai

pada akhirnya pada hari Yesus Kristus” (Fil 1:6).

2. Himbauan.

2.1 Penyusun memperoleh kesan bahwa ”arsip” di Jemaat dan Wilayah belum tersusun

sebagaimana diharapkan semestinya, sehingga sukar memperoleh data-data dari

arsip Jemaat/Wilayah tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun yang

silam. Itulah sebabnya sehingga sebagian besar data-data yang digunakan dalam

penyusunan Sejarah Jemaat Winangun bawah ini, berasal dari data-data lisan melalui

tanya jawab dengan para pelaku sejarah yang masih hidup, dan pula sumber-sumber

lain yang dapat dipercaya.

Berdasarkan pengalaman ini, penyusun menghimbau Badan Pekerja Sinode

GMIM untuk mengadakan Ketentuan/peraturan tentang dokumentasi dan pengarsipan,

teruatama dalam hal penyusunan, pemeliharaan dan penyimpanan

surat-surat/dokumen-dokumen di tiap Jemaat dan Wilayah yang senantiasa dikerjakan

dengan baik, rapi dan seragam untuk seluruh GMIM.

Pengarsipan surat-surat dan dokumen-dokumen yang lengkap dan rapi sangat

bermanfaat, bukan saja bagi Jemaat/Wilayah dan anggota-anggotanya sendiri, tetapi

juga untuk Badan Pekerja Sinode GMIM. Pengarsipan surat dapa digunakan untuk

penyusunan laporan-laporan untuk Sidang Sinode, pemberian data-data pada tamu-

tamu Gereja dari dalam dan luar negeri, penelitian-penelitian dan tentunya sangat

berguna pula untuk penyusunan sejarah Jemaat/Wilayah GMIM pada Yubilium II

GMIM, tahun 2034 nanti.

2.2. Dalam sejarah Jemaat Winangun Bawah yang telah disusun, kita menemukan

sederetan nama, yaitu nama dari mereka yang dengan aktif telah turut berperan dalam

pembentukkan, pertumbuhan dan pelayanan Jemaat Winangun Bawah.

Karena sejarah Jemaat Winangun Bawah masih akan tetap berjalan terus, maka

penyusun ingin menghimbau kepada setiap anggota Jemaat, supaya bertanggung

jawab dalam melaksanakan tugas pelayanan dan kesaksian terhadap dunia, yaitu

36

Page 37: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

supaya bukan saja melakukan pelayanan di dalam Jemaat, akan tetapi juga siap untuk

melayani masyarakat, nusa dan bangsa.

Dengan berbuat pada saat ini pasti akan dikenang generasi mendatang.

37

Page 38: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran I:Sketsa tentang letaknya tempat-tempat Ibadah Jemaat Kristen Protestan/ GMIM di Paal Empat/Desa Winangun sejak tahun 1927.

KETERANGAN:

I Hotel RichardoII Pompa Bensin Mangimbali III Gedung Gereja Pantekosta1. Tempat Ibadat: 1927 – 1934 2. Tempat Ibadat: 1934 - 19423. Gedung Gereja ”Winangun” di Kilo Tujuh:

1942 - 19614. Tempat Ibadat: (rumah Kel. Ruru-Pangkong)

Desember 1961 – Maret 19625. Tempat Ibadat/Sekolah (rumah Kel. Parmenas-

Salindeho): Maret 1962 - 19636. Tempat Ibadat/sekolah: 19637. Tempat Ibadat/sekolah: 1963 – 1964 8. Tempat Ibadat/sekolah: 19649. Tempat Ibadat/sekolah: 1964 – 30 Juli 196810. Gedung Gereja ”SION”: 30 Juli 1968 – 13 Juli 197011. Gedung Gereja ”SION”: 19 Juli 1960 – 5 Juli 197212. Gedung Gereja ”SION”: 19 Juli 1972 – sekarang

38

Page 39: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran III:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 4 Desember 1951 no. 86.

S a l i n a n

Angka : 86 Tomohon, 4 Desember 1951

Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili di Minahasa

Mengingat : Keputusan Sidang Synode Geredja Masehi Indjili Minahasa pada 6 dan 7 Februari 1951.

Mendengar : Pembitjaraan2 dan putusan Sidang Synode Geredja Masehi Indjili Minahasa pada 26 Djuni 1951.

Memperhatikan : Peraturan-peraturan Geredja Masehi Indjili Minahasa Bab I Pasal 1 dan 2.

Menetapkan : Djumat Geredja Masehi Indjili MinahasaManado:

Tikala, Titiwungen, Singkil, Malalajang, Kalasey, Kiain, Winangun, Pineleng, Warembungan, Aspal, Kairagi, Bailang, Molas.

Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili Minahasa

Ketua, Panitera,

t t d t t d

(M. Sondakh) (R.M. Luntungan)

Tembusan surat inidikirim kepada :1. Madjelis Geredja Djumat Manado2. Hukum Tua2 yang bersangkutan3. Kepala Daerah Minahasa di Manado

Sesuai dengan aslinya

J.H. Supit

39

Page 40: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran IV:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 27 November 1962 no. 35

S a l i n a n

Tomohon 27 NopemberNo. 35 Tomohon, 27 Nopember 1962

Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili di Minahasa

Membatja : Surat B. Pekerdja Madj. Gereja Manado tgl 15 September 1962 no. 244/B.P./III dan surat B. Pekerdja Madj. Geredja Wori tgl 15 Pebruari 1962.

Mengingat : Surat Keputusan B. Pekerdja Synode tgl 4 Desember 1951 no: 62 dan tgl 4 Desember 1951 no: 86.

Mendengar : Pembitjaraan Sidang Synode tgl 8 Oktober 1962.Memperhatikan : Peraturan Geredja Masehi Indjili Minahasa Bab I Pasal 1 dan 2.Memutuskan : Menetapkan perobahan Djumat Geredja Masehi Indjili Minahasa

Manado, Wilayah dan bagian2nya:Wilayah Sentrum, terdiri dari Djumat bagian: Sentrum, Malalajang, Kiaing, Kolongan dan Kalasei.Wilayah Tikala, terdiri dari Djumat2 bagian: Tikala, Tikala Baru, Dendengan, Ranomut, Paldua, Kairagi dan Kaiwatu.Wilayah Singkil/Sindulang, terdiri dari Djumat2 bahagian: Singkil/Sindulang, Tuna dan Kombos.Wilayah Titiwungen Wenang, terdiri dari Djumat bahagian: Titiwungen/Wenang, Sario A, Wanea dan Teling.Wilayah Ranotana/Bahu, terdiri dari Djumat2 bahagian: Ranotana, Bahu, Sario Tumpaan, Kota Baru, Pakowa, Winangun, Pineleng, Warembungan dan Sea.Wilayah Tuminting, terdiri dari Djumat2 bahagian: Tuminting, Tumumpa, Bailang, Molas, Buha, Bengkol, Pandu I, Pandu II, Wori, Tiwoho, Tongkaina, Meras, Darunu, Talawaan-Bantik, Bulo, Budo.Keputusan ini mulai berlaku 1 Oktober 1962.

Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili Minahasa

Ketua, Panitera,t t d t t d

(Ds. A.Z.R. Wenas) (Ds. P.W. Sambouw)

Tembusan kepada :1. Kepala Kantor Urusan Agama Dati II Minahasa/Manado2. Kepala Daerah Tikt II Kotapradja Manado dan Minahasa3. Kepala Distrik I Tomohon4. Kepala Distirk II Manado luar Kota – Selatan dan Utara5. Hukum Tua2 yang bersangkutan Tjabutan kepada B. Pekerdja Madj. Geredja Manado dan Wori.

Sesuai dengan aslinya,

J.H. Supit

40

Page 41: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran V:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 31 Maret 1970 no. 22

S a l i n a n

No. 22 Tomohon, 31 Maret 1970

Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili di Minahasa

Mengingat : Pembitjaraan2 Sidang Synode tgl 2 s/d 10 Desember 1969 tentang Tata Geredja dan Peraturan2 Geredja Masehi Indjili Minahasa.

Menimbang : Perlunya penindjauan batas2 Wilajah Geredja Masehi Indjili Minahasa .Mendengar : Pembitjaraan Rapat utusan2 Wilajah2 GMIM tgl 20 Djanuari 1970.Mendengar lagi : Pembitjaraan Sidang2 Badan Pekerja Synode tgl 11 Pebruari 1970, 11

dan 25 Maret 1970.Memperhatikan :

- Tata Geredja GMIM 1970.- Peraturan tentang Geredja Bab I Pasal 1 dan 2.- Peraturan tentang Djemaat Bab I Pasal 1 ajat 1 dan 2; Bab III Pasal

10 ajat 2.Memutuskan : Menetapkan:

I. Penindjauan batas2 Wilajah di seluruh Geredja Masehi Indjli di Minahasa.

II. d.l.l.; 15a. Wilajah Manado Selatan: yang terdiri dari himpunan dan

persekutuan Djemaat 2: Kali, Pakowa, Pineleng, Ranotana, Sario Selatan, Sea, Winangun Atas, Winangun Bawah, Warembungan. b. Kantor Wilajah Manado Selatan di Ranotana.16a. d.l.l.;

Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal 1 April 1970.

Badan Pekerdja SynodeGeredja Masehi Indjili Minahasa

Ketua, Sekretaris,t t d t t d

Pdt. R.M. Luntungan Pdt. W.A. Roeroe, STh.

Tembusan kepada :1. Semua Hukum Tua yang bersangkutan2. Kepala Ketjamatan bersangkutan3. Kepala Daerah Kabupaten/Walikota4. Kepala Kantor Urusan Agama Daerah Kab. Minahasa/Manado5. Bahagian Keuangan Synode Tjabutan kepada semua Madjelis Djemaat dan Badan Pekerdja Wilayah bersangkutan.

Sesuai dengan aslinya,

J.H. Supit

41

Page 42: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran VI:Surat Keputusan BP Sinode GMIM tanggal 6 Agustus 1982 No. 87

S a l i n a nKutipan dari daftar beslit-beslit Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa

G E R E J A M A S E H I I N J I L I M I N A H A S A No. 87 Tomohon, 6 Agustus 1982

BADAN PEKERJAGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA

MENIMBANG : Bahwa untuk kepentingan Pelayanan dirasa perlu meninjau kembali pembagian Wilayah-wilayah Gereja Masehi Injili Minahasa.

MENDENGAR : - Konsultasi Badan Pekerja Sinode dengan KSB Wilayah tanggal 14 Oktober 1980;

- Keputusan Sidang Sinode GMIM ke-58 tahun 1981 di Likupang;- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 20 Pebruari 1982.- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 24 Juli 1982;- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 28 Juli 1982.- Pembicaraan rapat Badan Pekerja Sinode tgl 31 Maret 1970

MENGINGAT : Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tgl 31 Maret 1970.MEMPERHATIKAN : Tata Gereja GMIM 1981:

- Peraturan tentang Gereja Bab I Pasal 1 dan 2;- Peraturan tentang Jemaat Bab I Pasal 1 ajat 1 dan 2; - Peraturan Tentang Wilayah Bab I Pasal 1 ayat 1, 2 dan Bab III Pasal 10

ayat 2;MEMUTUSKAN : MENETAPKAN:

1. Meninjau kembali dan tidak berlaku lagi Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tgl 31 Maret 1970 nomor 22 titik 15 tentang Wilayah Manado Selatan dan Kantor Wilayah Manado Selatan.

2. a. Wilayah MANADO SELATAN II yang terdiri dari himpunan dan persekutuan Jemaat-jemaat: Winangun Bawah, Winangun Atas, Pineleng, Kali, Warembungan, Sea.

b. Kantor Wilayah Manado Selatan II di Winangun Bawah.Keputusan ini terhitung mulai tanggal 1 September 1982.

BADAN PEKERJA SINODEGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA

Ketua, Sekretaris,t t d t t d

Pendeta Dr. W.A. Roeroe Pendeta K.H. Rondo, S.Th

Tembusan kepada :1. Bupati KDH Tkt II Minahasa di Tondano.2. Kepala Seksi BIMAS Kristen Protestan Kantor Dep. Agama Kotamadya Manado.3. Camat Pineleng.4. Hukum Tua Winangun Bawah.5. Semua Departemen/Komisi/Lembaga tkt Sinode.6. Bahagian Personalia Sinode GMIM.7. Bahagian Keuangan Sinode GMIM.8. A r s i p- KUTIPAN kepada Majelis Jemaat dan Badan Pekerja Wilayah bersangkutan untuk diketahui dan

perlunya.

Setuju dengan bunyi daftar beslit tersebutWakil Sekretaris Umum Sinode GMIM

ttd

Pendeta W.W. Tampemawa, Sm.Th.

Sesuai dengan aslinya,

J.H. Supit

42

Page 43: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran VII:Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode GMIM tanggal 7 Mei 1984 No. 18.

S a l i n a nKutipan dari daftar beslit-beslit Badan Pekerja Sinode

Gereja Masehi Injili Minahasa.

G E R E J A M A S E H I I N J I L I M I N A H A S A No. 18. Tomohon, 7 Mei 1984

BADAN PEKERJAGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA

Membaca : Surat Majelis Jemaat Winangun Bawah Wilayah Manado Selatan II tgl 17 April 1984 yang disetujui oleh Badan Pekerja Wilayah Manado Selatan II tentang permohonan mengesahkan Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.

Mengingat : Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode tgl 6 Agustus 1982 no. 87 tentang himpunan Jemaat-jemaat di Wilayah Manado Selatan II.

Mendengar : Pembicaraan Rapat Badan Pekerja Sinode tgl 2 Mei 1984.Memperhatikan : Tata Gereja GMIM 1981:

- Peraturan tentang Jemaat Bab VIII Pasal 35- Peraturan Tentang Sinode Bab II Pasal 12.

Memutuskan : Menetapkan:JEMAAT BUKIT MORIA WINANGUN BAWAH

menjadi salah satu Jemaat Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) dan dimasukkan dalam lingkungan pelayanan Wilayah Manado Selatan II.

BADAN PEKERJA SINODEGEREJA MASEHI INJILI MINAHASA

Ketua, Sekretaris,t t d t t d

Pendeta Dr. W.A. Roeroe Pendeta K.H. Rondo, S.Th

Tembusan kepada :1. Majelis Jemaat Winangun Bawah.2. Badah Pekerja Wilayah Manado Selatan II.3. Badan Pekerja Antar Wilayah Manado.4. Bupati KDH Tkt II Minahasa.5. Kepala seksi Bimas Kristen Protestan Kantor Dep. Agama Kabupaten Mainahasa.6. Camat Pineleng.7. Hukum Tua Winangun Bawah.8. DEPARTEMEN IPAIT Sinode GMIM.9. DEPARTEMEN P.I. Sinode GMIM.10. DEPARTEMEN DIAKONIA Sinode GMIM.11. DEPARTEMEN PELAYAN KHUSUS Sinode GMIM.12. Semua Komisi Pelayanan Khusus Sinode GMIM.13. PWG Sinode GMIM.14. Biro Personalia Penetapan dan Dokumentasi Sinode GMIM.15. Biro Perbendaharaan dan Keuangan Sinode GMIM.16. Arsip.

- KUTIPAN kepada Majelis Jemaat Bukit Moria Winangun Bawah untuk untuk diketahui dan perlunya.

Setuju dengan bunyi daftar beslit tersebutWakil Sekretaris Umum Sinode GMIM

ttd

Pendeta W.W. Tampemawa, Sm.Th.

Sesuai dengan aslinya,

J.H. Supit

43

Page 44: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

LAMPIRAN IX:Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat periode 1970 – 1973.

Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : Johanis KeintjemWakil Ketua : S. RuruSekretaris : Agustinus MandalaPenyimpan uang : Richard William Gosal

Susunan Wanita Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. Costantina Korban-SalindehoWakil Ketua : Ny. L. Ruru-PangkongSekretaris : Ny. Wokas-WatungWakil Sekretaris : Ny. Wahiu-LumintangPenyimpan uang : Ny. Gosal-Kandouw

Susunan Kompelsus Remaja/PemudaPenatua/Ketua : Ny. Anneke Eva SaroinsongWakil Ketua : Adrian Ruru Sekretaris : Frans Hendrik RuntuwarouwWakil Sekretaris : Jootje O. Mongi Penyimpan uang : Johny Lolowang

Susunan Kompelsus Anak-anakPenatua/Ketua : Frans Hendrik RunuwarouwWakil Ketua : Ny. Wokas-Watung Sekretaris : Jootje O. MongiWakil Sekretaris : Johny LolowangPenyimpan uang : Siltje Pesik

Susunan Komisi-KomisiKomisi Pembangunan diketuai oleh Sungka Marundu Komisi Pekabaran Injil diketuai oleh Thobias I. MaameahKomisi Verifikasi terdiri dari Zeth Samuel Pelleng dan Jootje O. Mongi

44

Page 45: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

LAMPIRAN X:Susunan Kompelsus BIPA dan susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat periode 1974 – 1977.

Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : Richard Engelbert TuwoWakil Ketua : Johanis KeintjemSekretaris : Jefta MuajaSekretaris II : Zeth Simry RapatPenyimpan uang : Corneles H. WalalangiPenyimpan uang II : E. WokasAnggota : Johan Herman Supit

Martinus Nicolaas Gosal

Perubahan susunan Kompelsus Pria/Kaum Bapa (keadaan 1 April 1976)Penatua/Ketua : Richard Engelbert TuwoSekretaris : Jefta MuajaSekretaris II : B.H.L. WokasPenyimpan uang : Zeth Simry RapatAnggota : Arie Suwu

Lexie KarundengJ. SayouwJ. Raintung E. RakianJohan Herman Supit

Perubahan susunan Kompelsus Pria/Kaum Bapa (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Zeth Simry RapatWakil Ketua : Richard Engelbert TuwoSekretaris : Johan Herman SupitPenyimpan uang : H.S. RimbingPembantu : Arie SuwuKoordinator Kolom I : Frans Manoppo dan Arie SuwuKoordinator Kolom II : E.J. Akay dan Zeth Simry RapatKoordinator Kolom III : H.S. Rimbing Arie LampusKoordinator Kolom IV : Richard Engelber Tuwo dan Johan Herman SupitKoordinator Kolom V : W.M. Bolung dan J Tangkulung

Susunan Wanita Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. Costantina Korban-SalindehoWakil Ketua : Ny. Mien Siwi-WuwunganSekretaris : Ny. Tampi-MeraySekretaris II : Ny. Lampus-TandajuPenyimpan uang : Ny. Nender KotambunanPenyimpan uang II : Ny. Mien Betsy Tuwo-PutongAnggota : Ny. Keintjem-Saroinsong

Ny. Muaja-Ruauw

Perubahan susunan Kompelsus Wanita/Kaum Ibu (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Ny. Mien Betsy Tuwo-Putong Wakil Ketua : Ny. L. Taroreh-ManoppoSekretaris : Ny. A.E. Runtuwarouw-SaroinsongPenyimpan uang : Ny. L. Tampi-MerayAnggota : Ny. E. Tangkulung-SendukKoordinator Kolom I : Ny. Nender-Kotambunan dan Ny. Suwu WoworKoordinator Kolom II : Ny. A.E. Runtuwarouw-Saroinsong dan Ny. L. Tampi-MerayKoordinator Kolom III : Ny. Lampus-Tandaju dan Ny. Rimbing-DodokambeyKoordinator Kolom IV : Ny. M.B. Tuwo-Putong dan Ny. Muaja-LumentutKoordinator Kolom V : Ny. L. Taroreh-Manoppo dan Ny. F. Tangkulung-Senduk

45

Page 46: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Susunan Kompelsus Remaja/PemudaPenatua/Ketua : Nontje Kasenda/Adrian RuruWakil Ketua : Adrian Ruru Sekretaris : J.O. Mongi/J. Lolowang Penyimpan uang : E. Sorongan

Susunan Kompelsus Pemuda/Remaja (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Adrian RuruWakil Ketua : Frieda S. SoronganSekretaris : Christian I. TuwoPenyimpan uang : Eva NenderAnggota : Jenny Rewur

Susunan Kompelsus Anak-anakPenatua/Ketua : Frans Hendrik Runtuwarouw/Ny. L. Legi-ManoppoSekretaris : J.O. MongiPenyimpan uang : Ny. Wokas-Watung Anggota : Ny. A. Runtuwarouw-Saroinsong,

Na. F. Sorongan, Na. Nontje Kasenda.

Pembaharuan Kompelsus Anak-anak (mulai 27 Juni 1976)Penatua/Ketua : Ny. E.G. Logor-RoeroeWakil Ketua : Eva NenderSekretaris : Tonny AkayPenyimpan uang : Jenny RewurAnggota : Christian I. Tuwo

Frieda Sorongan Meity Tuela

SUSUNAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAATKomisi Pekabaran Injil Ketua : Th. I. MaameahWakil Ketua : Ny. Keloay-RSekretaris : J.O. MongiWakil Sekretaris : B. WokasPenyimpan uang : Ny. Mahoro-KorbanAnggota : J. Mamesah dan Na. E. Kasenda

Komisi KetatalayananKetua : Bendahara Jemaat Wakil Ketua : A. MuajaSekretaris : Ny. Nender-KotambunanWakil Sekretaris : J.O. MongiAnggota : Corneles H. Walalangi

E. SoronganNy. Keintjem-SaroinsongNy. Lampus-TandajuNy. Gosal-KandouwNy. Watuseke-MokorimbanNy. Marunduh-Dotulong

Komisi DiakoniaKetua : Maximiliam Everhard TampiWakil Ketua : F. NenderSekretaris : Z.S. PellengWakil Sekretaris : Ny. Mandala-RPenyimpan uang : Ny. Sorongan-MerayAnggota : A. Manoppo, Ny. Legi-Manoppo, Ny. Tuwo-Putong

46

Page 47: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Komisi PendidikanKetua : Drs. A.B.J. SupitWakil Ketua : S. MarunduhSekretaris : P.N. Pangemanan Sekretaris II : S. SumarauwPenyimpan uang : Ny. Sarajar-KasendaAnggota : Ny. Wulur-Pontoh

H.E. LegiTh. I. Maameah

Komisi PembangunanKetua : Sungkah MarunduhWakil Ketua : Th. I. MaameahSekretaris : R.E. TuwoWakil Sekretaris : J.O. MongiPenasehat-penasehat : Ketua Jemaat, J.O. Ruru dan A.W. Gosal, Pelindung Hukum

Tua

Seksi-seksiSeksi Pelaksana:Ketua : Th. I. MaameahWakil Ketua : M.L. Lumunon

Seksi Usaha Keuangan:Ketua : F. NenderWakil Ketua : M.E. Tampi Sekretaris : Z.S. PellengAnggota : C.H. Walalangi

S. RewurA. ManoppoWallem GosalNy. Wahiu-LumintangNy. Korban-SalindehoHans Pelealu

Penyimpan uang : A. MuajaPembantu : F.H. Runtuwarouw

Seksi Dokumentasi:Ketua : J.H. SupitWakil Ketua/Sekretaris : M.E. AwuyAnggota : F. Sarajar dan Ny. Wulur-Pontoh

Sub-Seksi Pengawasan : Komisi Verifikasi tingkat Jemaat

Sub-Seksi Pelaksana : J. Muaja, J.L. Tene, J. Labelaha, J. Mamesah, dan A. Rewur

Sub-Seksi Perlengkapan : D.H. Mansanaris, E. Wokas, V.B. Pesik

Sub-Seksi Pengerahan Tenaga:W. Watuseke, F. Nender, J. Keintjem

Komisi VerifikasiKetua : R.E. TuwoWakil Ketua : J. MuajaSekretaris : A. Rewur

PEMBAHARUAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAAT (mulai 27 Juni 1976)Komisi Pekabaran InjilKetua : A. Rewur Wakil Ketua : Z.S. PellengAnggota : Ny. Koloay-Rengku

47

Page 48: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Komisi Pendidikan dan PWGKetua Guru Agama : H.E. LegiSekretaris : P.N. PangemananAnggota : Drs. A.B.J. Supit

Ny. Sarajar-KasendaR.A. Rewah S. Marunduh

Komisi PembangunanKetua : A. MaukarWakil Ketua : S.H. WonokhSekretaris : R.A. Rewah Penyimpan uang : A. MuajaAnggota : A. Manoppo

Komisi Ketatalayanan dan DiakoniaKetua : Bendahara Majelis Jemaat, M.L. LumunonWakil Ketua : M.E. TampiSekretaris : B. WokasAnggota : J.L. Tene

Ny. C. Korban-SalindehoNy. S. Sorongan-MerayH.S. RimbingNy. Tampi-MerayNa. E. Nender Na. J. Rewur

Komisi VerifikasiKetua : R.E. TuwoSekretaris : J.H. SupitAnggota : E.B. Linuh

48

Page 49: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran XI:Susunan Kompelsus BIPA dan Susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat Periode 1978 – 1981

Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : E. MaindokaSekretaris : A.J. AkayPenyimpan uang : J. PoliiKoordinator Kolom I : R.E. Ruwo dan M.M. MawaKoordinator Kolom II : Arie Suwu dan H.L. LumunonKoordinator Kolom III : A.J. Akay & J. LombanKoordinator Kolom IV : J. Polii dan Ade TogasKoordinator Kolom V : W.M. Bolung dan J. Tangkulung

Susunan Kompelsus Wanita/Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. A. Maukar-WuysangWakil Ketua : Ny. C. Bolung-LaloanSekretaris : Ny. L. Tampi-MerayWakil Sekretaris : Ny. A. Palit-WoworPenyimpan uang : Ny. L. Sumampouw-BalaKoordinator Kolom I : Ny. S. Rewah-Kaawoan dan Ny. M.B. Tuwo-PutongKoordinator Kolom II : Ny. Suwu-Wowor dan Ny. Nender-KotambunanKoordinator Kolom III : Ny. L. Tampi-Meray dan Ny. A.E. Runtuwarouw-SaroinsongKoordinator Kolom IV : Ny. A. Palit-Wowor dan Ny. L. Sumampouw-BalaKoordinator Kolom V : Ny. A. Maukar-Wuysang dan Ny. C. Bolung-Laloan

Susunan Kompelsus Pemuda/RemajaPenatua/Ketua : Decky RewurWakil Ketua : Ricky GosalSekretaris : Frieda SoronganWakil Sekretaris : Harlen J.N. MawaPenyimpan uang : Fenny MaukarAnggota : Refly Rewah, Detty Marunduh dan Buang Rambing.

Susunan Kompelsus Anak-anakPembina : Guru Agama Ny. S.E. Regar-LumingkewasKetua/Penatua : Ny. E.G. Logor-RoeroeWakil Ketua : Ventje BolungSekretaris : Jenny KoloayWakil Sekretaris : Haryadi PrabowoPenyimpan uang : Thresye BalaAnggota-anggota : Fenny Maukar

Syeni RuntuwarouwJenny WajongkereSherly WalalangiFiske LumunonTommy MaukarVentje PangauJerry Rapar

SUSUNAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAAT

Komisi KetatalayananKetua : Bendahara JemaatSekretaris : S. Marunduh Anggota : Semua Syamas Kolom

Semua penyimpan uang Kompelsus BIPA

49

Page 50: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Komisi DiakoniaKetua : Ny. R. Kansil-MohedeSekretaris : Wongko MarunduhAnggota : M.L. Lumunon

J.O. RuruJ. RaparW. TerokE. Wahani.

Komisi KesaksianKetua : Ny. W. Koloay-RengkuSekretaris : A. RewurAnggota : Ny. Warouw-Karouwan

H. LumempouwP.N. PangemananNy. L. Sumampouw-BalaW.M. Bolung

Komisi PembangunanKetua : Wakil Ketua BPMJSekretaris : J.P.H. LowingAnggota-anggota : S. Marunduh

M.L. LumunonG.S. AwuyA. PongohJ. Muaja

Komisi VerifikasiKetua : R.E. TuwoSekretaris : A. MuajaAnggota : E.B. Linuh

50

Page 51: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Lampiran XII:Susunan Kompelsus BIPA dan Susunan Komisi-Komisi Pembantu Majelis Jemaat Periode 1982 – 1985

Susunan Kompelsus Pria/Kaum BapaPenatua/Ketua : Hendrik Estefanus LegiWakil Ketua : Rudolf J. PogalinSekretaris : George A. AwuyWakil Sekretaris : Arnes Jan AkayPenyimpan uang : Martin Luther LumunonAnggota : Alex Jonie Umboh

Dantje SigarNicolaas SumampouwDrs. Raden PardanusJunus KowirengWellem M. BolungTommy UtomoFentje Jantje Monareh

Koordinator Kompelsus Pria/Kaum BapaKolom I : H.S. Rimbing, W. Kamuh, G. Logor.Kolom II : Drs. A.B.J. Supit, D. Pangauw, E. Londa, Max Lensun,

A. Frans R. Unsulangi, J. Sumanti.Kolom III : W. Gosal, Herry Pepah. W. Kumendong.Kolom IV : M.L. Lumunon, N. Sumampouw, Drs. R. Pardanus, A. Apouw,

H. Lumempouw.Kolom V : A.J. Umboh, Alex Rira, D. Sigar, J. Pongantung,

F.J. Monareh.Kolom VI : G.S. Awuy, J.O. Ruru, J. Sayouw, F. Palit.Kolom VII : E.J. Akay, F. Wawoh, B. Raranta, L. Kalalo.Kolom VIII : Drs. H. Teterego, Hengky Palar.Kolom IX : J. Tangkulung, Drs. Ha. Tangkau, Drs. J. Mamole, H. Rawis.Kolom X : R.P.J. Pogalin, E. Londa, J. Kowureng, H. Paendong.Kolom XI : W.M. Bolung, Sambouw, Kapoh.Kolom XII : Frans Siwu, Jobby Mamesah, Nicolas Rau.

Susunan Kompelsus Wanita/Kaum IbuPenatua/Ketua : Ny. Corry Bolung-LaloanWakil Ketua : Ny. Anneke D. Runtuwarouw-SaroinsongSekretaris : Ny. Luisa Tampi-MerayWakil Sekretaris : Ny. Linneke Legi-ManoppoPenyimpan uang : Ny. Marie Pelle-LendoAnggota : Ny. Mieke Tungka-Gosal

Ny. Elisabeth Pardanus-PontohNy. K. Supit-PondaagNy. Juliana Pitta-OttayNy. Jeane Rira-LatunNy. Martha Doortje Pelleng-LeongNy. C. Pogalin-TambotoNy. Sientje Rewah-KaawoanNy. Linuh-SurentuNy. A. Palit Wowor

Koordinator Kompelsus Wanita/Kaum IbuKolom I : Ny. E. Suoth-Kansil, Ny. Lumanauw-Tendean,

Ny. Wowor-Tinangon.Kolom II : Ny. K. Supit-Pondaag, Ny. J.A. Linuh-Surentu,

Ny. E. Karundeng-Wahiu, Ny. A. Sumanti-Saumana,Ny. Togas-Polakitan, Ny. H. Soumana-Lowing.

Kolom III : Ny. Kumendong-Kasenda, Ny. R. Turangan-Wuwungan,Ny. W. Liando-Musa.

Kolom IV : Ny. Nender-Kotambunan, Ny. Pardanus-Pontoh, 51

Page 52: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Ny. Marunduh-Rewur.Kolom V : Ny. J. Rira-Latun, Ny. M. Pelleh-Lendo, Ny. Rewur-Pattyranie,

Ny. Umboh-Nainggolan.Kolom VI : Ny. A.E. Runtuwarouw-Saroinsong, Ny. L. Tampi-Meray,

Ny. Keintjem-Saroinsong, Ny. Palit-Wowor, Ny. Awuy-Warnosudarmo.

Kolom VII : Ny. Legi-Manoppo, Ny. Rapar-Sampouw, Ny. Akay-Loho,Ny. Posumah-Sasikome, Ny. Manoppo-Ruru, Ny. Kumajas-Telew.

Kolom VIII : Ny. Rondonuwu-Manajang, Ny. Maringka-Mamahit, Ny. Tangon-Poluan.

Kolom IX : Ny. Kaligis-Kolibu, Ny. Utomo-Muaja, Ny. Mamahit-Pogalin,Ny. Tangkulung-Senduk, Ny. Mamole-Tumurang, Ny. Tangkau-Rumambi.

Kolom X : Ny. Jacob-Rumagit, Ny. Pogalin-Tamboto, Ny. Maindoka-Makalew.

Kolom XI : Ny. Bolung-Laloan, Ny. Pitta-Ottay, Ny. Sambouw-Mandolang.

Kolom XII : Ny. Gosal-Sumesey, Ny. Bawiag-Kandouw, Ny. Salam-Engelon

Susunan Kompelsus Pemuda/RemajaPenatua/Ketua : Fontje Georis Judri Kaligis/Jemmy Daud SoronganWakil Ketua : Tommy MaukarSekretaris : Junus Mokodongan/Teddy BolungWakil Sekretaris : Robby BalaPenyimpan uang : Fieske LumunonAnggota : Judith Nainggolan

Benyamin TeneNoldy PangauwJeane Saerang/Joice PuahSieltje Londa/Denny HermanusFenny MaukarJenny LumempouwOlga Pepah

Koordinator Kompelsus Pemuda/RemajaKolom I : Denny Walukow, Marito Logor, Konda Rimbing.Kolom II : Benyamin Tene, A. Frieda M. Muaja, Tineke Maameah

Jeane Sumanti.Kolom III : Olga Pepah, Vonny Gosal, Niklas Mokalu, Debby Gosal.Kolom IV : Jenny Lumempouw, Robby Bala, Fieske Lumenon.Kolom V : Fabian Warouw, Noldy Pangau.Kolom VI : Anneke Runtuwarouw, Joly Sajouw.Kolom VII : Jerry Rapar, Ferry Terok. Kolom VIII : Tommy Bella, Ansye Tangon, Pieter Tatengkeng.Kolom IX : Fontje G.J. Kaligis, Martje Langitas.Kolom X : Junus Mokodongan, Chris Kawureng.Kolom XI : Nouke Ruhulesin, Tommy Maukar.Kolom XII : Dedi Gosal, Joice Gosal.

Susunan Kompelsus Anak-AnakPenatua/Ketua : Nouke Ruhulesin/Benyamin PatangWakil Ketua : Vontje Pangauw/James RamaSekretaris : Benyamin Patang/J.D. SoronganWakil Sekretaris : Fenny Maukar/Joice HermanusPenyimpan uang : Deetje PurukanAnggota : Judith Nainggolan

Sieltje LondaMary MokodonganJeane Saerang

52

Page 53: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Fontje G.J. KaligisJunus MokodonganMelky KaligisNoldy Pangauw

SUSUNAN KOMISI-KOMISI PEMBANTU MAJELIS JEMAAT Komisi KetatalayananKetua : Bendahara Jemaat, A. MaukarWakil Ketua : R.A. Rewah Sekretaris : Sungka MarunduhAnggota : M.L. Lumunon, Ny. M. Pelle-Lendo, Na. D. Purukan,

Na. Fieske Lumunon, Drs. B. Tangkau dan semua Syamas.

Komisi PembangunanKetua : F. WonokhWakil Ketua : M.E. TampiSekretaris : R.P.J. PogalinAnggota : J. Polii

F. NenderZ.S. RaparM. JacobAlex RiraN. MondigirH.F.P. GosalNy. K. Supit-PondaagNy. L. Tampi-MerayF. ManoppoC.H. WalalangiH. Tungka, Ventje PangauJunus Mokodongan.

Komisi Pekabaran InjilKetua : Th. I MaameahWakil Ketua : W.M. BolungSekretaris : Dantje SigarAnggota : Ny. F. Pijoh-Mamesah

M.L. SoronganP.N. PangemananH.E. LegiR. RompasW. SaerangJ. KapohSumantiTommy Maukar

Komisi DiakoniaKetua : E.B. LinuhWakil Ketua : J.H. SupitSekretaris : H.S. Danes Anggota : E. Maindoka

Ny. A.E. Runtuwarouw-Saroinsong E.J. AkayB.L.F. Warouw W.T. MarunduhNy. L. Sumampouw-BalaNy. M. Tungka-GosalNy. S.R. Gosal-MokorimbanN. PosumahNy. L. Legi-Manoppo

53

Page 54: P E N D A H U L U A N  · Web viewDalam tahun 1914, di sekitar sebuah batu, di mana tertulis kata/angka paal 4, yang terletak di sebelah kiri jalan raya Manado-Tomohon, yaitu di

Komisi KesehatanKetua : P.H.J. PijohWakil Ketua : G. LogorSekretaris : W. TerokAnggota : Ny. E. Pardanus-Pontoh

Ny. Liouw-SudartiJ. Tengkel Ny. M. Siwi-WuwunganG.S. AwuyNa. Stien Runtunuwu

Komisi Pendidikan dan Pembinaan Warga Gereja (PWG)Ketua : Drs. A. B. J. SupitWakil Ketua : Dra. E.G. Logor-RoeroeSekretaris : Drs. Max J. PelleAnggota : Drs. Philep Morse Regar

F.G.J. KaligisNy. C. Bolung-LaloanN. RuhulesinDrs. H. TeteregoDrs. J. MamoleFerdy WinerunganNy. S.E. Regar-LumingkewasNy. A.M. Sarajar KasendaDrs. H. SaumanaNy. Tangkulung-KasendaG. S. AwuyB. Patang

Badan Pengendalian dan Pelaksanan AnggaranKetua : Drs. R. PardanusWakil Ketua : A. ApouwSekretaris : N. SumampouwAnggota : A. Frans

R.E. TuwoMax LensunNy. E. Suoth-Kansil

Catatan:

Karena Wilayah Kolom IX dan Kolom X Jemaat Winangun Bawah, dengan terbentuknya Bukit Moria Winangun Bawah pada tanggal 27 Mei 1984, sejak tanggal tersebut telah terhisap wilayah Jemaat Winangun Bawah, maka dengan sendirinya anggota-anggota jemaat termasuk pelayan-pelayan yang berasal dari Kolom IX dan Kolom X tersebut sejak tanggal 27 Mei 1984 telah menjadi warga jemaat Bukit Moria Winangun Bawah.

54