otonomi daerah dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia[1]

24
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7 1. Wafa Arif 2. Bintang Ramadhan 3. Triyani 4. Yuliana Astrid 5. Jesica Elsi 6. 7. 8. 9. i

Upload: ariwafa

Post on 26-Dec-2015

1.149 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

otonomi daerah dalam kerangka negara republik indonesia sebagai pedoman masyarakat indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1. Wafa Arif

2. Bintang Ramadhan

3. Triyani

4. Yuliana Astrid

5. Jesica Elsi

6.

7.

8.

9.

FAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS TANJUNGPURA

TAHUN 2014

i

Page 2: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, Karena berkat

rahmat serta hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah yang judul " Otonomi

Daerah dalam Kerangka NKRI". Adapun Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata

kuliah Pendidikan Kewarganearaan.

Tak lupa penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis yakin Makalah ini masih jauh dari nilai kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan makalah ini

bisa lebih baik lagi.

Semoga makalah "Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI" memberikan informasi yang

berguna bagi masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan

ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pontianak, 30 April 2014

Penyusun

ii

Page 3: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ iii

BAB I......................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1

Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................................................3

ISI...........................................................................................................................................................3

Hakikat Otonomi Daerah...................................................................................................................3

Visi Otonomi Daerah..........................................................................................................................4

Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia...............................................................................................5

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah...................................................................................6

Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah.................................................................6

Pemilihan, Penetapan, dan Kewenanangan Kepala Daerah..............................................................7

Kesalahpahaman terhadap Otonomi Daerah....................................................................................8

Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah.....................................................................................9

Otonomi Daerah dan Pilkada Langsung...........................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................12

KESIMPULAN.................................................................................................................................12

SARAN............................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

iii

Page 4: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

iv

Page 5: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

K e b i j a k a n o t o n o m i d a e r a h l a h i r d i t e n g a h g e j o l a k t u n t u t a n b e r b a g a i

d a e r a h t e r h a d a p b e r b a g a i k e w e n a n g a n s e l a m a 2 0 t a h u n p e m e r i n a t a h n

O r d e B a r u menjalankan mesin sentralistiknya. UU No. 5 tahun 1974 tentang

pemerintahan daerah yang kemudian disusul dengan UU No. 5 tahun 1979 tentang

pemerintahan desa menjaditiang utama tegaknya sentralisasi kekuasaan OB. Semua

mesin partisipasi dan prakarsa yang sebelumnya tumbuh sebelum OB berkuasa,

secara perlahan dilumpuhkan dibawah kontrol kekuasaan. Stabilitas politik demi

kelangsungan investasi ekonomi (pertumbuhan) menjadi alasan pertama bagi OB untuk

mematahkan setiap gerak prakarsa yang tumbuh dari rakyat.

Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi yang

s a n g a t k u a t d i m a s a o r d e b a r u . B e r p u l u h t a h u n s e n t r a l i s a s i p a d a o r d e

b a r u t i d a k membawa perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah

maupun masyarakat daerah.

K e t e r g a n t u n g a n p e m e r i n t a h d a e r a h k e p a d a p e m e r i n t a h p u s a t

s a n g a t t i n g g i sehingga sama sekali tidak ada kemandirian perencanaan

pemerintah daerah saat itu. Dimasa orde baru semuanya bergantung ke Jakarta dan

diharuskan semua meminta uang ke Jakarta. Tidak ada perencanaan murni dari daerah karena

Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencukupi.

K e t i k a I n d o n e s i a d i h a n t a m k r i s i s e k o n o m i t a h u n 1 9 9 7 d a n t i d a k

b i s a c e p a t  bangkit, menunjukan sistem pemerintahan nasional Indonesia gagal dalam

mengatasi berbagai persoalan yang ada. Ini dikarenakan aparat pemerintah pusat semua sibuk

m e n g u r u s i d a e r a h s e c a r a b e r l e b i h - l e b i h a n . S e m u a p e j a b a t J a k a r t a s i b u k

m e l a k u k a n  perjalanan dan mengurusi proyek di daerah.

Dari proyek yang ada ketika itu, ada arus balik antara 10 sampai 20 persen uang

kembali ke Jakarta dalam bentuk komisi, sogokan, penanganan proyek yang keuntungan itu

dinikmati ke Jakarta lagi. Terjadi penggerogotan uang ke dalam dan diikuti

dengan kebijakan untuk mengambil hutang secara terus menerus. Akibat

1

Page 6: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

perilaku buruk aparat  pemerintah pusat ini, disinyalir terjadi kebocoran 20 sampai 30

persen dari APBN.

Ak i ba t l eb ih j auh da r i t e r l a l u s i buk mengur us i p roy ek d i dae r ah ,

membua t  pejabat di pemerintahan nasional tidak ada waktu untuk belajar tentang situasi

global, tentang international relation, international economy dan international

finance. Merekat e r l a l u s i buk menggunaka n wak t u dan ene rg i nya un t uk

men gur us mas a l a h -masa l ah domestik yang seharusnya bisa diurus pemerintah

daerah. Akibatnya mereka tidak bisa mengatasi masalah ketika krisis ekonomi datang

dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Sentralisasi yang sangat kuat telah berdampak pada ketiadaan kreativitas daerah

karena ketiadaan kewenangan dan uang yang cukup. Semua dipusatkan di

Jakarta untuk diurus. Kebijakan ini telah mematikan kemampuan prakarsa dan daya

kreativitas daerah, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Akibat lebih lanjut, adalah

adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang sangat besar.

B i s a d ika t a kan s en t r a l i s a s i i s ab s o lu t e ly bad . Dan o tonomi dae rah

ada l ah  jawaban terhadap persoalan sentralisasi yang terlalu kuat di masa orde baru. Caranya

ada l ah men ga l i hka n kewe nan gan ke dae rah . I n i be r da s a rkan pa rad igma ,

hak i ka t nya daerah sudah ada sebelum Republik Indonesia (RI) berdiri. Jadi ketika RI

dibentuk tidak ada kevakuman pemerintah daerah.

Ka r ena i t u , ke t i ka RI d iu mumkan d i J ak a r t a , dae r ah -d ae r ah

men gum umkan  persetujuan dan dukungannya. Misalnya pemerintahan di Jakarta,

sulawesi, sumatera dan Ka l ima n t a n men dukung . I t u men j ad i buk t i bah wa

pemer i n t a han dae rah sudah ada sebelumnya. Prinsipnya, daerah itu bukan

bentukan pemerintah pusat, tapi sudah ada sebelum RI berdiri.

2

Page 7: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

BAB IIISI

Hakikat Otonomi Daerah

Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti “keputusan

sendiri” (self ruling).Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya

sendiri.Sedangkan Desentralisasi adalah pelimbahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah.

Ada beberapa alasan mengapaIndonesia perlu desentralisasi. Pertama, kehidupan

berbangsa dan bernegara hanya terpusat di Jakarta. Kedua, pembagian kekayaan tidak

merata dan tidak adil. Ketiga, Kesenjangan sosial antar satu daerah dengan daerah lain sangat

mencolok.

Pelaksanaan desentralisasi haruslah dilandasi argumentasi yang kuat. Di antara

argumentasi dalam memilih desentralisasi-otonomi daerah adalah :

a. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan

Untuk terciptanya pemerintahan yang efisien dan efektif, pemerintah memiliki

beberapa fungsi,diantaranya adalah pertama, fungsi distributif yaitu fungsi distributif,

pemerintah mengelola dimensi kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial,politik,dll.

Kedua, fungsi regulatif menyangkut penyediaan barang dan jasa.Ketiga, fungsi

ekstraktif yaitu memobilisasi sumber daya keuangan. Keempat, fungsi universal,

menjaga keutuhan negara-bangsa, mempertahankan diri dari serangan lain.

b. Sebagai Sarana pendidikan politik

Pemerintah daerah merupakan kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi

dalam sebuah negara. Menurut Filsuf Alexis de Tocqueville, pemda merupakan

tempat kebebasan, dan tempat orang diajari bagaimana kebebasan digunakan serta

bagaimana menikmatinya. Menurut John Stuart Mill, pemda memberikan kesempatan

masyarakat untuk berpartisipasi politik, baik dalam rangka dipilih maupun memilih

dalam suatu jabatan politik.

3

Page 8: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

c. Pemerintah daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.

Pemerintah daerah merupakan wahana pnggodokan calon-calon pemimpin

nasional, setelah melalui karir di daerahnya.Proses kaderasi para pemimpin nasional

berlangsung secara akuntabel dan rasional sehingga masyarakat luas dapat

mendudukijabatan baik di pemerintah maupun lembaga perwakilan dan juga dapat

menghapus bahkan menghilangkan tradisi politik yang bertumpu pada garis

keturunan.

d. Stabilitas politik

Menurut Sharpe, stabilitas nasional mestinya berawal dari stabilitas nasional

pada tingkat lokal. Beberapa peristiwa karena ketidakstabilan politik diantaranya, di

Indonesia terjadi pergolakan daerah seperti PRRI dan PERMESTA karena kekuasaan

pemerintah Jakarta lebih dominan. Di Filipina dan Thailand, minoritas muslim

berjuang melepaskan diri dari ketidakadilan ekonomi yang berakibat lahirnya gejolak

disintegrasi yang dilakukan pemerintah pusat di Manila dan Bangkok.

e. Kesetaraan politik

Kesetaraan yang baik akibat kebijakan desentralisasi-otonomi daerah yang baik.

Melalui desentralisasi, akan tercipta kesetaraan politik antara daerah dan pusat.

f. Akuntabilitas politik

Melalui penyelenggaraan pemerintah di daerahakan lebih akuntabel dan

profesional, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam politik.

Jadi, Hakikat Otonomi adalah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah

untuk kreatif dan inovatif dalam rangka memperkuat NKRI dengan berlandaskan norma

kepatutan dan kewajaran dalam tata kehidupan bernegara.

Visi Otonomi Daerah

Visi otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu politik,

ekonomi, sosial dan budaya. Di bidang politik, untuk melahirkan pemerintah daerah yang

dipilih secara demokrasi, penyelenggaraan pemerintah yang yang responsif terhadap

4

Page 9: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

masyarakat luas, dan lain-lain. Di bidang ekonomi, menjamin lancarnya pelaksanaan

ekonomi nasional di daerah, pemerintah daerah dapat mengembangkan kebijakan lokal

kedaerahan untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya, lahirnya

prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi,memudahkan perizinan

usah dan lain-lain. Di bidang sosial dan budaya, memelihara dan mengembangkan nilai,

tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa, dan karya sastra lokal untuk merespon positif

dinamika kehidupan disekitarnya dan kehidupan global.

Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

Peraturan perundang-undangan pertama yang mengatur pemerintahan daearh pasca

proklamasi kemerdekaan adalah UU No. 1 tahun 1945. Undang-undang ini menekankan

aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan  Badan Perwakilan Rakyat

Daerah. Dalam undang-undang ini ditetapkan tiga daerah otonom yaitu karesidenan,

kabupaten dan kota. UU ini kemudian diganti dengan UU No. 22 tahun 1948.

UU ini mengatur tentang susunan pemerintah daerah yang demokratis. Dalam UU ini

ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu daerah otonomi biasa dan daearh istimewa, serata

tiga tingkatan daearh otonom, yaitu provinsi, kabupaten, dan kota.Pasca UU ini, muncul

beberapa UU tentang pemerintah daerah, yaitu UU No 1 tahun 1957, UU No 18 Tahun 1965

dan UU No. 5 Tahun 1974 prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi kepada daerah

adalah nyata dan bertanggung jawab. UU ini paling lama, yaitu 25 tahun, dan baru diganti

dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999.

Kehadiran UU No.22 Tahun 1999 pada masa lengsernya orde baru dan munculnya

kehendak rakyat  untuk melakukan reformasi dalam segala aspek kehidupan. Berdasarkan

kehendak reformasi itu, ditetapkan Ketetapan MPR No. XV / MPR / 1998 tentang

penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya

nasional, yang  berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dalam

kerangka NKRI. Tiga tahun setelah implementasi UU No.22 Tahun 1999, dilakukan

peninjauan dan revisi terhadap UU yang berakhir pada lahirnya UU No.32 Tahun 2004 juga

mengatur tentang pemerintah daerah.

5

Page 10: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah

Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang dijadikan penyelenggaraan

pemerintahan daerah adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan aspek demokrasi, keadilan pemerataan, serta potensi dan

keanekaragaman budaya

2. Didasarkan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

3. Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada kabupaten dan kota, pada provinsi

merupakan otonomi terbatas.

4. Harus sesuai dengan konstitusi Negara.

5. Harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom.

6. Harus meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah ( fungsi anggaran,

pengawasan dan legislasi ).

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi untuk melaksanaan

kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada

daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa.

Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah

Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara

kesatuan tetapi dengan semangat federalisme.Otonomi daerah bersifat luas, nyata, dan

bertanggung jawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah

pusat, disebut  nyata karena kewenangan yang diselenggarakn itu menyangkut yang

diperlukan, tumbuh dan hidup dan berkembang di daerah. Disebut bertanggung jawab karena

kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi

darah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan

hubungan yang serasi antar pusatdan derah dan antar daerah.

Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam rangka

desentralisasi mencakup :

6

Page 11: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

a. Kewenangan yang besifat lintas-kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam bidang

pekerjaan umum,perhubungan , kehutanan dan perkebunan.

b. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro, pelatihan bidang

alokasi sumber daya manusia potensial, penelitian yang mencakup wilayah provinsi,

pengelolaan pelabuhan regional, pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan

budaya, penanganan penyakit menular, dan penataan tata ruang provinsi.

c. Kewenangan kelautan.

d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota

diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau kota

tersebut.

Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengawasi daerah otonom, tetapi pengawasan

ini diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar atau sebaliknya, sehingga

terjadi keseimbangan kekuasaan.Keseimbangan yang dimaksud adalah pengawasan tidak lagi

dilakukan secara struktural, yaitu bupati dan gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah

pusat sekaligus kepala daerah otonom, dan tidak lagi secara preventif perundang-undangan,

yaitu setiap perda memerlukan persetujuan pusat untuk dapat berlaku.

Pemilihan, Penetapan, dan Kewenanangan Kepala Daerah

Menurut UU No. 22 Thun 1999, Bupati dan Wali kotadipilih dan diberhentikan oleh

DPRD, tetapi secara administratif di lakukan oleh presiden. Sedangkan UU No. 32 Tahun

2004, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pilkada langsung.

Pengawasan pemerintah pusat terhadap daerah otonom menurut UU baru ini dilakukan

berdasarkan supremasi hukum.Artinya, setiap perda yang dibuat DPRD dan Kepala Daerah

langsung dapat berlaku tanpa persetujuan pemerintah pusat.Tetapi pemerintah pusat bisa

menunda atau membatalkannya bila perda dinilai bertentangan dengan konstitusi, UU, dan

kepentingan umum. Sebelas kewenangan wajib diserahkan kepada daerah otonom kabupaten

dan daerah otonom kota, yaitu : pertanahan, pertanian, pendidikan dan kebudayaan, tenaga

kerja, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, perhubungan, perdagangan dan

industri, penanaman modal, dan koperasi.

7

Page 12: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

Kewenangan yang dapat diselenggarakan oleh daerah otonom kabupaten dan kota yaitu

diberi kewenangan kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi 12 mil.Kewenangan

pilihan, yaitu kewenangan yang tidak di tangani pusat dan provinsi.

Penyerahan kesebelas kewenagan ini kepada daerah otonom kabupaten dan   kota

dilandasi pertimbangan sebagai berikut : pertama,makin dekat produsen dan distributor

pelayanan publik dengan warga masyarakat yang dilayani, semakin cepat sasaran, merata,

berkualitas dan terjangkau. Kedua, penyerahan 11 jenis kewenangan itu kepada daerah

otonom kabupaten dan kota akan membuka kesempatan bagi aktor politik lokal dan sumber

daya manusia yang berkualitas di daerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan

melakukan inovasi. Hal ini berarti unsur-unsur budaya lokal berupa pengetahuan, keahlian

dan kearifan lokal akan dapat didayagunakan secara maksimal. Ketiga, karena distribusi

SDM yang berkualitas tidak merata.Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi

masalah yang tidak saja hanya ditanggung kepada pemerintah pusat semata.

Kesalahpahaman terhadap Otonomi Daerah

Otonomi daerah diharapkan dapat mencegah desintegrasi nasional. Otonomi daerah

dilakukan untuk memperkuat ikatan semangat kebangsaan, serta persatuan dan kesatuan antar

warga negara, mengembalikan harkat dan martabat masyarakat di daerah, memberikan

pendidikan politik untuk meningkatkan kualitas demokrasi di daerah, meningkatkan efisiensi

pelayanan publik di daerah, mempercepat pembangunan daearh,dan pada akhirnya

diharapkan mampu menciptakan cara pemerintahan yang baik. Namun dalam praktiknya

kebijakan otda banyak menimbulkan kesalahpahaman dari berbagai kelompok masyarakat,

diantaranya :

Pertama, otonomi dikaitkan semata-mata dengan uang.Otonomi diguanakan untuk

memenuhi dan mencakupi kehidupannya sendiri.

Kedua, daerah belum siap dan belum mampu.Hal ini keliru, karena pemerintah daerah

sudah terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam waktu yang sudah sangat lama

dan berpengalaman dalam administrasi pemerintahan.

Ketiga, Pemerintah pusat akan melepaskan tanggung jawabnya untuk membantu dan

membina daerah. Pendapat ini salah, pemerintah pusat tetap bertanggung jawab memberi

dukungan dan bantuan kepada daerah, baik dukungan keuangan maupun penyelenggaraan

8

Page 13: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

pemerintah. Setiap pemberian kewenangan dari pusat ke daerah harus diserati dana yang jelas

dan cukup,apakah berbentuk Dana Alokasi Umum atau Dana Alokasi Khusus. 

Keempat, Daerah dapat melakukan apa saja. Daerah dapat menempuh segala bentuk

kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan UU yang berlaku

secara nasional.Disamping itu, kepentingan masyarakat merupakan landasan paling utama

dalam mengambil kebijakan. 

Kelima, Otonomi daerahakan menciptakan raja-raja kecil di daerah dan memindahkan

korupsi kedaerah.Hal ini benar, jika pemerintah daerah menempatkan diri dalam kerangka

sistem politik orde baru. Untuk menghindari hal tersebut, pilar-pilar penegakan demokrasi

dan masyarakat madani.

Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah

Otonomi daerah diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan dan pembangunan

daerah.Kebijakan sentralisasi pada masa lalu dampaknya sudah diketahui, yaitu adanya

ketimpangan antar daerah.

Terdapat faktor-faktor prakondisi yang  diharapkan pemerintah daerah, antara lain :

1. Fasilitas

Pemerintah berfungsi memfasilitasi segala kegiatan di daerah terutama dalam

bidang perekonomian.Segala bentuk perizinan sebaiknya dipermudah dan fasilitas

perpajakan yang merangsang penanaman modal.Hal ini merupakan langkah tepat

untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran dapat berkurang.

2. Pemda harus kreatif

Kreatif disini salah satunya mencari sumber dana ( dari DAU atau dari

Pendapatan Asli Daerah ) dan mengalokasikannya secara cepat, adil dan profesional.

Menciptakan keunggulan komparatif bagi daerahnya, sehingga pemilik modal tertarik

untuk menanamkan modalnya. Menarik DAK dari pemerintah pusat .

3. Politik lokal yang stabil

Untuk menciptakan ini harus melalui transparansi dalam pembuatan kebijakan

publik dan akuntabel dalam pelaksanaannya.

4. Pemda harus menjamin kesinambungan berusaha

9

Page 14: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

Kalangan pengusaha asing dan domestik sering kali terganggu dengan sikap

kalangan politisi dan birokrasi daerah yang mencoba mengubah apa yang sudah

disepakati sebelumnya. Hal itu berdampak dunia usaha merasa tidak

terlindungi  dalam kesinambungan usahanya.

5. Pemda harus komunikatif dengan LSM / NGO, terutama dalam bidang

perburuhan dan lingkungan hidup

Pemda dituntut memahami semua aspirasi yang berkembang di kalangan

perburuhan. Pemda hendaknya menjadi jembatan antar kepentingan dunia usaha

dengan aspirasi  buruh.Pemda juga harus sensitif dengan isu-isu lingkungan hidup.

Otonomi Daerah dan Pilkada Langsung

Pilkada yaitu pemilihan kepala daerah dan wakilnya yaitu pemilihan Gubernur dan

wakilnya maupun pemilihan Bupati dan wakilnya yang merupakan perwujudan

pengembalian hak-hak rakyat dalam memilih pemimpin di daerah.Pilkada langsung

merupakan  instrumen politik dari rakyat dalam kerangka kepemimpinan kepala daerah.

Legistimasi adalah komitmen untuk mewujudkan  nilai-nilai dan norma-norma yang

berdimensi hukum, moral, dan sosial. Seorang kepala daerah yang memiliki legitimasi adalah

kepala daerah yang terpilihdengan prosedur yang sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan serta melalui proses kampanye dan pemilihan yang demokratis dan sesuai dengan

norma-norma sosial dan didukung suara terbanyak.

Penyelenggara pilkada harus memenuhi beberapa kriteria :

1. Langsung

Rakyat mempunyai hak memberikan suaranya secara langsung dengan hati

nuraninya, tanpa perantara.

2. Umum

Pemilihan berlaku bagi semua warga negara, tanpa deskriminasi suku, ras,

agama, golongan,kedaerahan,pekerjaan,dll

3. Bebas

Warga negara bebas menentukan pilihannnya tanpa tekanan dari siapapun.

4. Rahasia

10

Page 15: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui

orang lain dengan cara apapun.

5. Jujur

Setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah,calon / peserta

pilkada,pengawas, pemantau, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap

dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Adil

Setiap pemilih dan peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas

dari kecurangan pihak manapun.

Dari beberapa penilitian ditemukan hubungan antara prakondisi demokrasi dan

efektivitas pemilihan langsung yang terbentuk tidak bersifat linear melainkan hubungan

timbal balik.Jika prakondisi demokrasi buruk, pemilihan langsung kepala daerah kurang

efektifdalam peningkatan demokrasi, begitu juga sebaliknya.

11

Page 16: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga sekarang system pemerintahan daera hyang berlaku di Negara RI mengalami beberapa kali perubahan karena Undang-Undang yang mengaturnya itu berbeda-beda dan bersumber pada Undang-Undang Dasar tidak m e n g a n u t a z a s y a n g s a m a . S e l a i n i t u j u g a s y s t e m p e m e r i n t a h a n d a e r a h s e b e l u m  proklamasi kemerdekaan sudah dikenal orang pada zaman penjajahan Hindia-Belandadan Jepang.Arti penting Otonomi Daerah.

1. Untuk terciptanya efisiensi-efektifitas penyelenggraan pemerinntahan2. Sebagai sarana pendidikan politik3. Pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan4. Stabilitas politik5. Kesetaraan politik 6. Akuntabilitas publik.

 

SARAN

Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok Negara, dan dalam membina kestabilan politik serta kesatuan bangsa maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah atas dasar keutuhan Otonomi Daerah yang nyata dan ber tanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan  pembangunan daerah dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi.

12

Page 17: Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia[1]

DAFTAR PUSTAKA

Google:http//www.otonomidaerah.com. “latar belakang munculnya otonomi daerah.”

Google: http//www.otonomidaerah.com. “senralisasi dan desentralisasi dalam otonomi

daerah.”

Rozak A, Ubaedillah A. 2008. “Demokerasi, & Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani:

Edisi Ke-3. ICCE UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

13