skripsi - connecting repositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah...

103
SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NUNUKAN MULIATI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 26-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

MULIATI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2014

Page 2: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

ii

SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

MULIATI

A31108963

kepada

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2014

Page 3: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

iii

SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

disusun dan diajukan oleh

MULIATI

A31108963

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 23 Oktober 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Haerial, M.Si, Ak.,CA Drs. M. Christian Mangiwa, M.Si, Ak.,CA NIP 196310051991031002 NIP 195811101987101001

Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA. NIP 19650925 199002 2 001

Page 4: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

iv

SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

disusun dan diajukan oleh

MULIATI

A31108963

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 27 November 2014 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,

Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda tangan

1. Drs. Haerial, M.Si., Ak., CA Ketua 1. …………...

2. Drs. M. Christian Mangiwa, M.Si., Ak., CA Sekretaris 2. …………...

3. Dr. Yohanis Rura, SE., M.SA., Ak., CA Anggota 3. …………...

4. Drs. Muh Nur Azis, MM Anggota 4. …………...

Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA NIP 19650925 199002 2 001

Page 5: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Muliati

NIM : A31108963

jurusan/program studi : Akuntansi

dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam

naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam

sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan

terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, Desember 2014

Yang membuat pernyataan,

Muliati

Page 6: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

vi

PRAKATA

Tak ada kata yang patut terucap selain puji syukur kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

Makassar.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu

dengan segenap kerendahan hati, peneliti menyampaikan terima kasih yang tak

terhingga, kepada yang terhormat:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda (Alm) H. Abd. Karim Lauli dan Ibunda

Hj.Halimah, saudaraku Abd. Rahman, Mursalim dan seluruh keluarga besarku

yang senantiasa memberikan doa, nasehat, dukungan, dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Drs. Haerial, M.Si., Ak., CA dan Bapak Drs. M. Christian Mangiwa,

M.Si., Ak., CA selaku pembimbing satu dan pembimbing dua.

3. Bapak Dr. Yohanis Rura, SE., M.SA., Ak., CA., Bapak Drs. Muh. Nur Azis, MM

dan Bapak Drs. Deng Siraja, M.Si., Ak., CA., selaku tim penguji tidak hanya

menguji tetapi juga memberikan arahan khususnya dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syarifuddin Rasyid, M.Si., Ak., CA., selaku penasihat akademik

peneliti.

5. Ibu Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA selaku ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Hasanuddin Makassar.

Page 7: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

vii

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi dalam lingkungan Universitas

Hasanuddin Makassar, khususnya pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang tidak dapat peneliti sebutkan satu

persatu yang telah memberikan bekal pengetahuan dan pelayanan selama

perkuliahan.

7. Pimpinan dan seluruh staf Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Nunukan yang telah menerima peneliti dengan

senang hati untuk mengadakan penelitian dan memberikan data-data yang

dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.

8. Sahabatku Niver’s Marwati Amd.Keb, Imrayani S.Kep, Desi Maghfirah Heriani

S.Kep, Syukriani S.Km, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

9. Seluruh teman-teman 08stacle Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Hasanuddin.

Akhir kata, peneliti mohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini

terdapat kekurangan dan kekhilafan yang kurang berkenan dihati pembaca yang

budiman. Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan

dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini

sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan.

Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini.

Makassar, Desember 2014

Peneliti

Page 8: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

viii

ABSTRAK

Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nunukan

Analysis of The Contributions Tax on Hotel Againts Regional Renenue Nunukan District

Muliati

Haerial M. Christian Mangiwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah, mengetahui sistem pengawasan, dan potensi yang ada untuk meningkatkan pajak hotel, mengetahui sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel yang ada untuk meningkatkan pajak hotel, mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak hotel di Kab. Nunukan telah sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009, dan Perda Nunukan No.11 Tahun 2011. Data penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem pengawasan pajak hotel belum memadai karena belum berjalannya pengawasan langsung. Sistem pemungutan pajak menggunakan sistem Self Assesment, dan prosedur pemungutan pajak dilakukan secara bertahap. Pelaksanaan pemungutan pajak hotel telah sesuai dalam setiap aspek dengan UU No. 28 Tahun 2009 dan Perda Nunukan No. 11 Tahun 2011, kecuali dalam hal penyelenggaraan pembukuan oleh wajib pajak.

Kata kunci: Kontribusi, Pajak Hotel, Sistem Pengawasan dan Potensi, Sistem dan Prosedur Pemungutan, Pelaksanaan Pemungutan Pajak.

This research aims to know how much the contribution tax on hotel tax revenue, knowing the extent of supervision systems and the potential exists to increase the tax on hotel, knowing how the tax collection system and procedures of existing hotels to increase the tax on hotel, knowing whether the implementation of tax collection in hotel District Nunukan has been in accordance with Law of The Republic Of Indonesia No. 28 Year 2009 and Nunukan area regulations No.11 Year 2011. Data used in this research are interviews, observation, and documentation. The analysis showed the tax control system has not been adequate hotels, which have not the passage of direct supervision. System of taxation at using system Self Assesment, and tax collection procedure is conducted systematically. The implementation of tax hotel collections have been appropriate in every aspect of the Law of The Republic of Indonesia No. 28 Year 2009 and Nunukan area regulatios No. 11 Year 2011, expect in terms of organizing books by taxpayer.

Keyword: Contribution, Hotel Tax, Supervision systems and Potential, Collection and Procedures system, the Implementation of Tax Collection.

Page 9: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i

HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ v

PRAKATA ............................................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8

1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................... 8

1.4.1 Kegunaan Teoretis ................................................... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ..................................................... 8

1.5 Sistematika Penulisan ........................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11

2.1 Dasar-dasar Perpajakan ...................................................... 11

2.1.1 Pengertian Pajak ...................................................... 11

2.1.2 Fungsi Pajak............................................................. 12

2.1.3 Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak ................. 13

2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak .................................. 16

2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak ....................................... 18

2.2 Pajak Daerah ....................................................................... 19

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah.......................................... 19

2.2.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah ................ 20

2.2.3 Obyek Pajak Daerah ................................................ 21

Page 10: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

x

2.2.4 Subyek Pajak Daerah ............................................... 21

2.2.5 Jenis Pajak Daerah .................................................. 22

2.2.6 Potensi Pajak Daerah ............................................... 23

2.3 Pajak Hotel .......................................................................... 24

2.3.1 Pengertian Pajak Hotel ............................................. 24

2.3.2 Dasar Hukum Pajak Hotel ........................................ 26

2.3.3 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhiungan

Pajak Hotel ............................................................... 27

2.3.4 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang, dan

Wilayah Pemungutan Pajak Hotel ............................ 28

2.3.5 Penetapan Pajak Hotel ............................................. 30

2.3.6 Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel ................. 31

2.4 Pngertian Pengawasan ......................................................... 35

2.5 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ..................................... 36

2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................. 37

2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 41

3.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 41

3.2 Lokasi Penelitian .................................................................. 41

3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 42

3.5 Metode Analisis Data ........................................................... 43

3.6 Unit Analisis dan Unit Observasi .......................................... 43

3.7 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Nunukan ........................ 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 45

4.1 Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan ........................ 45

4.2 Perbandingan Hasil Pajak Hotel dan Pajak Daerah

lainnya terhadap PAD Kabupaten Nunukan ......................... 46

4.3 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD Kabupaten

Nunukan ............................................................................. 48

4.4 Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Hotel

di Kabupaten Nunukan ....................................................... 49

4.4.1 Sistem Pemungutan Pajak Hotel di

Page 11: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

xi

Kabupaten Nunukan ................................................ 49

4.4.2 Prosedur Pemungutan Pajak Hotel di

Kabupaten Nunukan ................................................ 50

4.5 Ketentuan Penetapan Undang-Undangan Tentang

Pajak Hotel Kabupaten Nunukan ........................................ 58

4.6 Sistem Pengawasan Pajak Hotel ......................................... 60

4.6.1 Pengawasan Langsung ........................................... 61

4.6.2 Pengawasan Tidak Langsung .................................. 62

4.6.3 Mekanisme Pengawasan Pajak Hotel ...................... 65

4.7 Kuantitas dan Kualitas Pegawai Pajak DPPKAD ................. 65

4.8 Kendala-Kendala Pemungutan Pajak Hotel dan

Upaya Peningkatan Kontribusi Pajak Hotel ......................... 67

4.8.1 Kendala-Kendala Pemungutan Pajak Hotel ............. 67

4.8.2 Upaya Peningkatan Kontribusi Pajak Hotel ............. 68

BAB V PENUTUP ............................................................................... 71

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 71

5.2 Saran ................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75

LAMPIRAN ......................................................................................... 77

Page 12: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan Tahun 2010-2012 ........ 6

4.1 Daftar Data Hotel Kabupaten Nunukan ....................................... 46

4.2 Tabel Perbandingan Pajak Hotel dengan Pajak Daerah

Lainnya ....................................................................................... 47

4.3 Total Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan

Tahun 2010-2012 ....................................................................... 48

4.4 Daftar Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nunukan ...................... 66

4.5 Daftar Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nunukan .. 66

Page 13: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ............................................................................... 40

4.1 Bagan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah ................................. 57

Page 14: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Biodata .............................................................................. 77

2 Rekapan Realisasi Pendapatan ......................................... 78

3 Laporan Realisasi Pendapatan .......................................... 79

4 Surat Ketetapan Pajak Daerah .......................................... 87

5 Tanda Bukti Penerimaan ................................................... 88

Page 15: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara

berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pada hakekatnya Perpajakan di Indonesia di tetapkan berdasarkan

Undang-undang, hal ini terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23

ayat 2 yang berbunyi: “Segala Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang

demi kepetingan negara dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat”. Keberhasilan

atas Undang-Undang tersebut ditentukan oleh pemanfaatan Sumber Daya

Manusia dan Sumber Daya Alam secara baik dengan dana yang cukup besar.

Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai subsistem pemerintah negara

dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintah dan pelayanan masyarakat.

Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung

jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip

keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggung jawaban kepada

masyarakat. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

ditulis Undang-undang Pemerintah Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan

daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai

Page 16: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

2

dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam

kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

Mengingat luasnya kewenangan daerah dalam pemerintahan, maka pada

masa yang akan datang, daerah dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih

besar dari kemampuan yang dimiliki saat ini. Kemampuan tersebut mencakup

kemampuan dari berbagai bidang pemerintahan termasuk bidang kelembagaan,

personil, keuangan, peralatan dan sebagainya. Oleh karena itu, yang seharusnya

dilakukan Pemerintah Daerah adalah meningkatkan kualitas kelembagaan agar

mampu melaksanakan perannya dengan maksimal, efektif, dan efisien.

Pajak daerah adalah sebagai salah satu komponen pendapatan asli daerah

memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Oleh sebab itu pajak

daerah harus dikelolah secara professional dan transparan dalam rangka

optimalisasi dan usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran

pendapatan dan belanja daerah. Pembiayaan pemerintah daerah dalam

melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan

sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan

oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu

mulai tanggal 1 Januari 2001. Otonomi daerah memacu setiap daerah untuk

dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang mampu mendukung

pembiayaan pengeluaran daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang–Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan

dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan

pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam

kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah pusat tidak

Page 17: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

3

lagi mendominasi pemerintah daerah. Peran pemerintah pusat dalam konteks

desentralisasi adalah melakukan supervisi, memantau, mengawasi dan

mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah sehingga pemerintah daerah

memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.

Dalam rangka merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber

pelaksanaan otonomi daerah sangat bergantung pada peranan Pendapatan Asli

Daerah. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi penyangga utama dalam

membiayai kegiatan pembangunan di daerah tersebut. Oleh karena itu,

pemerintah daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang

berasal dari daerah sendiri sehingga memperbesar tersedianya keuangan

daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan dan

memperbesar keleluasaan daerah mengarahkan penggunaan keuangan daerah

sesuai dengan rencana, skala prioritas dan kebutuhan daerah yang

bersangkutan.

Sumber-sumber penerimaan daerah diperlukan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta

melaksanakan pembangunan daerah. Adapun sumber-sumber penerimaan

daerah berasal dari bantuan pemerintah dan sumbangan pemerintah pusat serta

penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Namun, setiap daerah memiliki

kekayaan alam yang berbeda-beda yang akan mendorong terjadinya perbedaan

yang mencolok dalam pengembangan daerah. Daerah yang kaya akan potensi

alam yang dimiliki akan semakin maju dan daerah yang kurang akan potensi

alam tidak berkembang bahkan semakin terpuruk sehingga diperlukannya peran

pemerintah agar seluruh daerah yang ada di Indonesia berkembang secara

merata.

Page 18: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

4

Penggalian dan pengelolaan keuangan daerah dengan segala sumber

daya yang merupakan salah satu unsur pemegang peranan penting dan sangat

menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah,

sehingga perlu diusahakan bagaimana mengolah sistem keuangan daerah agar

dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu mendukung kelancaran

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional. Terbatasnya dana yang dapat

dihimpun dari sumber Pendapatan Asli Daerah akan mendorong pemerintah

untuk melakukan upaya meningkatkan pengelolaan keuangan daerah.

Kabupaten Nunukan mempunyai banyak potensi pajak daerah yang masih

harus digali oleh pemerintah setempat. Untuk dapat meningkatkan penerimaan

pajak dan retribusi daerah, pemerintah daerah harus mengetahui potensi pajak

dan retribusi daerah dan menggunakan sistem dan prosedur koleksi pajak dan

retribusi daerah yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi daerahnya.

Penerimaan pajak dan retribusi daerah adalah dua hal yang berbeda. Potensi

dan realisasi penerimaan pajak dan retribusi dihubungkan oleh sistem dan

prosedur pendapatan daerah. Sebaik apapun sistem dan prosedur pendapatan

daerah, apabila potensi tidak ditentukan dengan sebenarnya, maka realisasi

penerimaan juga akan rendah.

Berikut adalah Rekapan Laporan Realisasi Pendapatan Kabupaten

Nunukan:

Page 19: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

5

TARGET RELISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

PENDAPATAN DAERAH 818,217,252,518.37 916,405,866,814.98 1,110,905,238,338.51 1,357,200,132,973.93 1,351,692,764,498.51 1,549,997,314,377.28

1 Pendapatan Asli Daerah 40,437,218,769.09 34,871,929,348.98 44,097,441,075.00 44,892,410,248.93 42,900,820,972.07 64,383,003,030.28

1 1 Hasil Pajak Daerah 1,845,136,048.17 1,876,767,964.00 2,989,184,654.00 4,080,750,475.81 4,632,993,088.00 4,394,670,473.96

1 1 1 Pajak Hotel 177,945,192.00 190,083,656.00 177,945,192.00 177,772,340.00 177,945,192.00 274,658,000.00

1 1 2 Pajak Restoran 81,535,200.00 187,571,503.00 564,345,600.00 1,142,361,933.31 864,345,600.00 1,861,235,622.96

1 1 3 Pajak Hiburan 105,299,000.00 131,338,500.00 103,306,000.00 111,348,250.00 86,171,500.00 78,469,250.00

1 1 4 Pajak Reklame 165,854,527.00 219,258,717.00 166,154,527.00 165,833,551.00 85,630,350.00 127,924,285.00

1 1 5 Pajak Penerangan Jalan 1,179,660,892.17 1,064,985,264.00 1,759,592,098.00 1,843,980,756.00 3,081,059,209.00 1,736,165,924.00

1 1 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 134,841,237.00 83,082,324.00 134,841,237.00 365,586,933.00 134,841,237.00 39,850,000.00

1 1 7 Pajak Parkir 180,000.00

1 1 8 Pajak Air Bawah Tanah

1 1 9 Pajak Sarang Burung Walet 400,000.00 3,000,000.00 3,000,000.00 3,000,000.00

1 1 10 Pajak Lingkungan

1 1 11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 80,000,000.00 270,886,712.00 200,000,000.00 276,367,392.00

1 2 Hasil Retribusi Daerah 7,465,234,990.00 8,241,648,389.00 2,859,002,384.00 3,893,508,480.00 1,985,365,500.00 2,334,793,299.00

1 2 1 Retribusi Jasa Umum 4,777,698,856.00 6,361,659,194.00 1,206,045,400.00 2,712,757,498.00 1,144,400,000.00 1,468,442,900.00

1 2 2 Retribusi Jasa Usaha 1,169114,078.00 295,257,400.00 1,010,596,928.00 333,300,150.00 112,500,000.00 56,204,000.00

1 2 3 Retribusi Perizinan Tertentu 1,518,422,056.00 1,584,731,795.00 624,360,056.00 847,450,823.00 728,465,500.00 810,146,399.00

1 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5,750,376,954.92 4,138,869,801.80 5,750,376,954.00 4,533,946,756.34 2,961,814,223.07 3,344,673,436.96

1 3 1 Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD 5,750,376,954.92 4,138,869,801.00 5,750,376,954.00 4,533,946,756.34 2,961,814,223.07 3,344,673,436.96

1 3 2 Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Pemerintah/BUMN

1 3 3 Bagian Laba atas Penyertaan modal pada Perusahaan Milik Swasta

1 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 25,376,470,776.00 20,614,643,230.18 32,498.877,083.00 32,384,204,536.78 33,320,648,161.00 54,308,865,820.36

1 4 1 Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 13,243,034,289.00 10,584,834,000.00 2,370,000.00

1 4 2 Penerimaan Jasa Giro 1,325,646,761.00 1,169,155,963.25 1,325,646,761.00 886,375,086.00 1,169,155,963.00 590,581,138.63

1 4 3 Pendapatan Bunga Deposito 6,500,000,000.00 8,475,202,836.93 12,000,000,000.00 20,545,962,932.83 23,500,000,000.00 43,467,297,905.38

1 4 4 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

1 4 5 Komisi, Potongan dan Selisih Nilai Tukar Rupiah

1 4 6 Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 117,720,607.00 356,871,792.00 177,720,607.00 347,630,712.00 117,720,607.00 178,075,275.00

1 4 7 Pendapatan Denda Pajak 684,442.00 3,695,722.00

1 4 8 Pendapatan Denda Retribusi 2,541,696.00 139,447,662.00 253,300,000.00

1 4 9 Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 130,519,900.00 130,519,900.00

1 4 10 Pendapatan dari Pengembalian 4,059,549,219.00 25,352,500.00 4,059,549,219.00 950,452,303.03 213,771,591.00 934,296,906.62

1 4 11 Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

1 4 12 Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

1 4 13 Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Rumah

Sumber: Data Laporan Realisasi Pendapatan DPPKAD Kab. Nunukan 2013 (Data Diolah)

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

REKAPAN REALISASI PENDAPATAN NUNUKAN

KODE REKENING2010 2011 2012

JENIS PENERIMAAN

Page 20: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

6

Berikut adalah gambaran kontribusi penerimaan pajak hotel terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Tabel 1.1 Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan 2010-2012

Tahun

Anggaran

Target Pajak

Hotel (Rp)

Realisasi Pajak

Hotel

(Rp)

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

(Rp)

Kontribusi Pajak

Hotel Terhadap

PAD (%)

2010 177.945.192,00 190.083.656,00 34.871.929.384,98 5,45

2011 177.945.192,00 177.772.340,00 44.892.410.248,93 3,96

2012 177.945.192,00 274.658.000,00 64.383.003.030,00 4,27

Sumber: Data Laporan Realisasi Pendapatan DPPKAD Kab. Nunukan 2013 (Data Diolah)

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa Kontribusi penerimaan pajak hotel masih

sangat minim. Ini dapat dilihat dari tiga tahun terakhir persentase kontribusi pajak

hotel rata-rata hanya dibawa 10%. Pada tahun 2010, kontribusi pajak hotel

sebesar 5,45% dari total penerimaan PAD yang berjumlah Rp34.871.929.384,98.

Pada tahun 2011, kontribusi pajak hotel mengalami penurunan sebesar 1,49%

menjadi 3,96% dari total penerimaan PAD yang berjumlah Rp44.892.410.248,93.

Tetapi pada tahun 2012 kontribusi pajak hotel mengalami peningkatan sebesar

0,31% menjadi 4,27% dari total penerimaan PAD yang berjumlah

Rp64.383.003.030,00

Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa pada tahun 2010 dan

2012 pajak hotel meningkat tapi dalam kontribusinya ke PAD tidak selalu

meningkat. Padahal jika dilihat dari jumlah hotel/penginapan yang sebanyak 19

buah terdiri dari (a) Hotel Melati Tiga (b) Hotel Melati Satu (c) Losmen/Rumah

Penginapan/Pesanggraha/Hostel/Rumah Kos yang terdapat di Kabupaten

Nunukan pada dasarnya cukup memberi kontribusi terhadap pendapatan dan

Page 21: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

7

penerimaan pajak daerah. Di Kabupaten Nunukan terdapat perda yang mengatur

pajak yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan No. 11 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah Nunukan.

Adapun sumber-sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

kabupaten Nunukan yang berasal dari pajak daerah diantaranya adalah: (a)

Pajak Hotel (b) Pajak Restoran (c) Pajak Hiburan (d) Pajak Reklame (e) Pajak

Penerangan Jalan (f) Pajak Parkir (g) Pajak Air Tanah (h) Pajak Sarang Burung

Walet. Sehubungan dengan itu Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan perlu

memikirkan secara serius masalah-masalah yang erat hubungannya dengan

pajak hotel, dan berusaha melakukan upaya demi meningkatkan penerimaan

pajak sehingga pajak hotel dapat memberi kontribusi yang besar dalam

meningkatkan Pajak Daerah secara Khusus dan pendapatan asli daerah secara

umum.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk membuat

skripsi dengan judul “Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Nunukan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan terlebih dahulu,

maka peneliti mengemukakan pokok permasalahan sebagai berikut.

1. Seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah

tahun anggaran 2010 – 2012?

2. Sejauh mana sistem pengawasan dan potensi yang ada untuk

meningkatkan pajak hotel di Kab. Nunukan tahun anggaran 2010 – 2012?

Page 22: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

8

3. Bagaimana sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel yang ada untuk

meningkatkan pajak hotel di Kab. Nunukan tahun anggaran 2010 – 2012

4. Apakah pelaksanaan pemungutan pajak hotel di Kab. Nunukan telah

sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009, dan Perda Nunukan No. 11 tahun

2011?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah tahun anggaran 2010 – 2012

2. Untuk mengetahui sejauh mana sistem pengawasan dan potensi yang ada

untuk meningkatkan pajak hotel di Kab. Nunukan tahun anggaran 2010-

2012

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem dan prosedur pemungutan pajak

hotel yang ada untuk meningkatkan pajak hotel di Kab. Nunukan tahun

anggaran 2010 – 2012

4. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pemungutan pajak hotel di Kab.

Nunukan telah sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009, dan Perda Nunukan

No. 11 tahun 2011.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoretis

Dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana mengoptimalisasikan

pajak daerah secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan

pendapatan asli daerah.

Page 23: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

9

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran kepada aparat

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD Kab.

Nunukan untuk meningkatkan pemungutan serta pengelolahan pajak

daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

kegunaan penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan kajian pustaka yang berkaitan dengan pengertian kontribusi,

pengertian pajak, pajak daerah, potensi pajak daerah, pajak hotel, pengertian

pengawasan, dan pengertian pendapatan asli daerah.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Berisikan mengenai lokasi dan waktu penelitian, populasi penelitian, metode

pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis data dan unit

analisis dan unit observasi.

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Berisikan mengenai potensi pajak hotel di Kab. Nunukan, Kontribusi pajak

hotel terhadap pendapatan asli daerah Kab. Nunukan, sistem dan prosedur

pemungutan pajak hotel di Kab. Nunukan, ketentuan penetapan perundang –

undangan tentang pajak hotel di Kab. Nunukan dan pelaksanaannya, sistem

pengawasan pajak hotel, kuantitas dan kualitas pegawai pajak DPPKAD, dan

kendala-kendala pemungutan pajak hotel dan upaya peningkatan kontribusi

pajak hotel.

Page 24: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

10

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan yang diperoleh dari proses merangkum hasil penelitian,

saran yang memperihatkan hubungan antara permasalahan yang ditulis

dengan hasil atau simpulan itu sendiri baik secara praktis, teoretis dan

metodologis, serta keterbatasan penelitian.

Page 25: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-Dasar Perpajakan

2.1.1 Pengertian Pajak

Pembangunan daerah merupakan kegiatan yang dilakukan terus

menerus dan berkesinambungan dalam mewujudkan masyarakat adil dan

makmur secara materiil dan spritual. Maka dalam pelaksanaan pembangunan

daerah diperlukan sumber dana untuk pembiayaan dalam urusan Pemerintahan

Daerah. Untuk merealisasikan hal tersebut dapat diperoleh dengan menggali

potensi daerah yang salah satunya berasal dari pajak.

Menurut Undang-Undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang No.28 tahun 2007 (selanjutnya disebut Undang-Undang KUP)

pasal 1 ayat 1, yang berbunyi:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Definisi pajak menurut Sumitro dalam Suandy (2011:1) adalah:

“Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Definisi tersebut, kemudian disempurnakan sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk “public saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Page 26: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

12

Definisi lain yang dikemukakan oleh Djajadiningrat dalam Muljono (2010:1)

adalah sebagai berikut:

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum”.

Definisi pajak menurut Adriani dalam Agung (2007:1) Pajak adalah:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

2.1.2 Fungsi Pajak

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaranya.

2. Fungsi Regulerend (mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk

Indonesia di pasaran dunia.

Page 27: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

13

2.1.3 Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak

Terdapat berbagai macam jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi

3, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifatnya, dan menurut

lembaga pemungutnya. (Waluyo, 2008:12).

1. Menurut Golongan

Menurut golongan, pajak dikelompokan menjadi dua yaitu pajak

langsung dan pajak tidak langsung.

a. Pajak Langsung

Dalam pengertian ekonomi pajak langsung adalah pajak yang harus

dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa

dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak

harus menjadi beban sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.

Dalam pengertian administratif, pajak langsung adalah pajak yang

dipungut secara berkala.

Contoh: Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan dibayar atau ditanggung

oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

b. Pajak Tidak Langsung

Dalam pengertian ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak yang

pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain

atau pihak ketiga. Sedangkan dalam pengertian administratif, pajak tidak

langsung terjadi jika terjadi suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang

menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadi penyerahan barang atau

jasa.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai, Bea Materai, Bea Balik Nama.

Page 28: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

14

2. Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif.

a. Pajak Subyektif

Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan pertama-tama

keadaan pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya harus

ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan

keadaan materialnya, yaitu yang disebut gaya pikul.

Contoh: Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif

Pajak Objektif pertama-tama melihat kepada objeknya baik itu berupa

benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah

dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan

langsung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini

berdomisili di Indonesia ataupun tidak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Barang Mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungut

Menurut lembaga pemungutnya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak

negara (pajak pusat) dan pajak daerah.

a. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak Negara atau Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh

departemen keuangan dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara.

Page 29: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

15

1) Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak

a) Pajak Penghasilan

b) PPN (penyerahan lokal)

c) Pajak Bumi dan Bangunan

d) Bea Materai

e) Bea Lelang

2) Pajak yang dipungut Bea Cukai (Dirjen Bea Cukai)

b. Pajak Daerah

Pajak Daerah yaitu pajak-pajak yang dipungut oleh daerah seperti

propinsi, kabupaten maupun kota berdasarkan peraturan daerah

masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah

tangga daerah masing-masing. Pajak Daerah terdiri dari:

1) Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi)

Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air

Permukaan, dan Pajak Rokok.

2) Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota)

Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,

Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,

Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan, dan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Page 30: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

16

2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:6-8) tata cara pemungutan pajak dibagi menjadi

tiga, yaitu stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan

pajak.

a. Stelsel Pajak

1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Penggenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama

dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah

dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak

berjalan.

3. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu

anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan

dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut

kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka Wajib

Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat

diminta kembali.

Page 31: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

17

b. Asas Pemungutan Pajak

1. Asas Domisili (Asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh pengahasilan Wajib

Pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang

berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib

Pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

c. Sistem Pemungutan Pajak

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

2. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Page 32: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

18

Ciri - cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,

maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat.

a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang

dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta

disesuaiakan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam

pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk

mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan

banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

Di indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara

maupun warganya.

Page 33: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

19

c. Tidak menggangu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi

maupunperdagangan,sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

2.2 Pajak Daerah

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Pada prinsipnya pajak daerah sama seperti pajak pusat apabila ditinjau

dari subyek dan obyeknya, sedangkan perbedaan dari kebudayaan adalah

aparat pemungut dan pengguna pajak. Pajak tersebut termasuk pajak pusat,

apabila aparat pemungut dan pengguna pajak tersebut adalah pemerintah pusat,

sedangkan pajak daerah, aparat pemungut dan penggunanya adalah pemerintah

daerah.

Jadi pengertian pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang

dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Undang-undang yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah.

Page 34: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

20

Dari pengertian tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat diketahui

bahwa pajak daerah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah

sebagai Pajak Daerah.

2. Penyerahan pengolahan pajak tersebut berdasarkan Undang-undang

dan peraturan daerah.

3. Pajak daerah yang dipungut berdasarkan peraturan kekuatan Undang-

undang dan peraturan hukum lainnya.

4. Hasil pemungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai

pengeluaran kegiatan rumah tangga daerah atau membiayai

pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

2.2.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah

Setiap kegiatan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan

penerimaan Pendapatan Asli Daerah harus dilandaskan pada dasar hukum yang

telah ada. Landasan hukum tersebut merupakan dasar dari kebijaksanaan

daerah.Dasar hukum sebagai landasan untuk memungut Pajak Daerah adalah:

a. Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

b. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

c. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1997 tentang pajak daerah.

d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 tentang sistem

dan prosedur Administrasi Pajak Daerah dan Penerimaan Pendapatan

Lain-lain.

Page 35: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

21

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 170 Tahun 1997 tentang

pedoman tata cara pemungutan pajak daerah.

2.2.3 Obyek Pajak Daerah

Berdasarkan undang-undang RI No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa “Obyek pajak daerah adalah

kepemilikan, penguasaan, pegambilan, pemanfaatan, penerimaan penggunaan

barang dan jasa yang dapat dikenakan pajak daerah”. Potensi daerah dapat

dijadikan obyek pajak daerah apabila:

1. Terletak pada wilayah suatu daerah, serta melayani masyarakat dalam

wilayah tersebut.

2. Objek Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) tersebut tidak

bertentangan dengan kepentingan umum.

3. Bukan merupakan objek pajak provinsi dan objek pajak pusat.

4. Bersifat pajak dan bukan retribusi.

5. Berpotensi tidak memberikan dampak negatif, memperhatikan aspek

keadilan dan kemampuan masyarakat dan menjaga kelestarian

lingkungan.

2.2.4 Subyek Pajak Daerah

Berdasarkan undang-undang RI No. 28 Tahun 2009 Pasal 2 Ayat (1)

menjelaskan “Subyek pajak adalah orang pribadi/badan yang memiliki,

menguasai, mengambil, memanfaatkan, menerima penyerahan dan menikmati

obyek pajak daerah”. Pasal 2 Ayat (2) menjelaskan “Wajib pajak adalah orang

pribadi atau badan yang menurut undang-undang perpajakan daerah diwajbkan

Page 36: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

22

untuk melakukan pembayaran pajak terhutang termasuk pemungutan atau

pemotong pajak”.

2.2.5 Jenis Pajak Daerah

Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dapat tidak memungut salah

satu atau beberapa jenis pajak yang telah di tetapkan, apabila potensi pajak

daerah tersebut dipandang kurang memadai. Secara garis besar pajak daerah

dibagi menjadi:

a) Pajak Daerah Tingkat I, terdiri dari:

1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air 5% (lima

persen)

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air

10% (sepuluh persen)

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen)

4. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 20% (dua

puluh persen)

b) Pajak Daerah Tingkat II, terdiri atas:

1. Pajak Hotel 10% (sepuluh persen)

2. Pajak Restoran 10% (sepuluh persen)

3. Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen)

4. Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen)

5. Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen)

6. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C

20% (dua puluh persen)

7. Pajak Parkir 20% (dua puluh persen)

8. Pajak Sarang Burung Walet.

Page 37: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

23

2.2.6 Potensi Pajak Daerah

Menurut Alwi (1989:42) potensi adalah merumuskan kemampuan

melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang memuaskan baik berupa

barang atau jasa yang merupakan kebutuhan masyarakat.

Jika dikaitkan dengan pendapatan asli daerah maka potensi adalah suatu

kesanggupan pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaran

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan kegiatan kemasyarakatan di

daerah dalam pencapaian tujuan negara. Kesanggupan yang dimaksudkan yaitu

kemampuan sumber daya yang dimiliki oleh daerah, atau dapat pula diartikan

sebagai kemampuan sumber daya yang dimiliki oleh setiap daerah. Serta dapat

pula diartikan sebagai kemampuan atau kesanggupan daerah untuk

menghasilkan dana dalam keadaan seratus persen berdasarkan sumber daya

yang ada. Dimana potensi diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang

berguna bagi daerah yang ditujukan untuk peningkatan kemajuan pembangunan

daerah.

Dalam hubungannya dengan optimalisasi penerimaan pajak daerah yaitu

bagaimana mengoptimalisasikan sasaran pemasukan Pajak Daerah, didasarkan

pada potensi pajak tersebut sebagai sumber penerimaan daerah untuk

membangun dan mengembangkan daerah menjadi sebuah daerah yang maju.

2.3 Pajak Hotel

2.3.1 Pengertian Pajak Hotel

Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 65 tahun 2001 pengertian pajak

hotel adalah:

“Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan fasilitas lainnya dengan

Page 38: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

24

dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran”.

Berdasarkan Perda Kabupaten Nunukan No. 11 tahun 2011 tentang pajak

hotel dijelaskan mengenai nama, objek, dan subjek pajak hotel.

1. Setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran

termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya

memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas

olahragadan hiburan dipungut pajak dengan nama Pajak Hotel.

2. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan

pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang

sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas

olahraga dan hiburan.

3. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan

hotel.

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel di sini

termasuk juga rumah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan

pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di

Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu

jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu

daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menertibkan

peraturan daerah tentang pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan

hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak

hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan (Siahaan, 2005,h.245).

Page 39: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

25

Dalam pemungutan pajak hotel terdapat beberapa terminologi yang perlu

diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005,h.245).

1. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya

dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,

dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan

perkantoran.

2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi

apa pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan

disewakan untuk umum.

3. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa

pun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan

usaha di bidang jasa penginapan.

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima

sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan sebagai

pembayaran kepada pemilik hotel.

5. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran yang sekaligus sebagai

bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat

mengajukan pembayaran atas jasa pemakaian kamar atau tempat

penginapan beserta fasilitas penunjang lainnya kepada subjek pajak.

2.3.2 Dasar Hukum Pajak Hotel

Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar

hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak

terkait. Adapun dasar hukum tentang pajak hotel antara lain :

Page 40: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

26

a. Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

daerah

b. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

c. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah

d. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak hotel.

e. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang pajak hotel sebagai

aturan pelaksanaan peraturan pemerintah daerah tentang pajak hotel

pada kabupaten/kota dimaksud.

Dalam melakukan pungutan atas pajak hotel, terdapat subjek pajak, wajib

pajak dan objek pajak hotel. Pada pajak hotel, yang menjadi wajib pajak adalah

orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel.

Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati

dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara itu,

yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau

badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan perusahaan atau

pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan. Sedangkan yang

termasuk objek pajak hotel antara lain:

1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Dalam

pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah

kamar sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah

penginapan. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek

antara lain: gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata,

pesanggrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan.

2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau

tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan

dan kenyamanan. Pelayanan penunjang antara lain telepon, faksimile,

Page 41: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

27

teleks, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan

lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu

hotel, bukan umum. Fasilitas hotel dan hiburan antara lain pusat

kebugaran (fitness centre), kolam renang, tenis, golf, pub, diskotik, yang

disediakan atau dikelola hotel.

4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

2.3.3 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel

Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan

kepada hotel. Jika pembayaran di penggaruhi oleh hubungan istimewa, harga

jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat

pemakaian jasa hotel. Contoh hubungan istimewa adalah orang pribadi atau

badan yang menggunakan jasa hotel dengan pengusaha hotel, baik langsung

atau tidak langsung, berada dibawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi

atau badan yang sama.

Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak

kepada wajib pajak untuk harga jual jumlah uang yang dibayarkan maupun

penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas

pemakaian jasa tempat penginapan dan fasilitas penunjang termasuk pula

semua tambahan dengan nama apapun juga dilakukan berkaitan dengan usaha

hotel.

Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan

ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini

dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota

untuk menetapkan tarif pajak yang di pandang sesuai dengan kondisi masing-

Page 42: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

28

masing daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten/kota

diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin

berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak lebih dari sepuluh persen.

Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungn

pajak hotel adalah dengan rumus sebagai berikut:

2.3.4 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak dan Wilayah

Pemungutan Pajak Hotel

Pada pajak hotel, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya

sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan

keputusan bupati/walikota. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan

dihitung satu bulan penuh. Tahun pajak adalah jangka waktu lamanya satu tahun

takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan

tahun takwim.

Pajak yang terutang merupakan pajak hotel yang harus dibayar oleh wajib

pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut

ketentuan dan peraturan daerah tentang pajak hotel yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota setempat. Saat pajak terutang dalam masa

pajak ditentukan menurut keadaan, yaitu pada saat terjadi pembayaran atau

pelayanan jasa penginapan di hotel.

Pajak terutang = Tarif pajak X Dasar pengenaan pajak

=Tarif pajak X Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel sebelum dikenakan pajak

Page 43: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

29

Pajak hotel yang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota tempat hotel

berlokasi. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang

hanya terbatas atas setiap hotel yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup

wilayah administrasinya.

Setiap pengusaha hotel yang menjadi wajib pajak dalam memungut

pembayaran pajak hotel dari konsumen yang menggunakan jasa hotel harus

menggunakan bon penjualan atau nota pesanan (bill), kecuali ditetapkan lain

oleh bupati/walikota. Termasuk pengertian penggunaan bon penjualan adalah

penggunaan mesin cash register sebagai bukti pembayaran. Dalam bon

penjualan sekurang-kurangnya harus mencantumkan catatan tentang jenis

kamar yang ditempati, lama menginap dan fasilitas hotel yang digunakan. Bon

penjualan harus mencantumkan nama dan alamat usaha, dicetak dengan diberi

nomor seri dan digunakan sesuai dengan nomor urut.

Bon penjualan harus diserahkan kepada subjek pajak sebagai bukti

pemungutan pajak pada saat wajib pajak mengajukan jumlah yang harus dibayar

oleh subjek pajak. Kewajiban wajib pajak untuk menerbitkan dan menyerahkan

bon penjualan kepada subjek pajak selain untuk kepentingan pengawasan

terhadap peredaran usaha wajib pajak juga dimaksudkan sebagai bagian untuk

memasyarakatkan kesadaran tentang pajak hotel kepada masyarakat selaku

subjek pajak. Salinan nota pesanan yang sudah digunakan harus disimpan oleh

wajib pajak dalam jangka waktu tertentu sesuai peraturan daerah atau keputusan

bupati/walikota, misalnya dalam waktu setahun, sebagai bukti dalam pembuatan

surat pemberitahuan pajak daerah.

Wajib pajak yang wajib menggunakan bon penjualan, tetapi tidak

menggunakan penjualan dikenakan sanksi aministrasi berupa denda sebesar

dua persen per bulan dari dasar pengenaan pajak.Bon penjualan baru dapat

Page 44: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

30

digunakan setelah diporporasi oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk.

Wajib pajak wajib melegalisasi bon penjualan kepada Dinas Pendapatan Daerah

kabupaten/kota, kecuali ditetapkan lain oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah.

Wajib pajak yang wajib melegalisasi bon penjualan, tetapi menggunakan yang

tidak dilegalisasi dikenakan sanks administrasi, umumnya berupa denda sebesar

dua persen perbulan dari dasar pengenaan pajak.

2.3.5 Penetapan Pajak Hotel

Setiap pengusaha hotel (yang menjadi wajib pajak) wajib menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak hotel yang terutang

dengan menggunakan SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah). Ketentuan

ini menunjukkan sistem pemungutan pajak hotel pada dasarnya merupakan

sistem self assesment, yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang

terutang. Dengan pelaksanaan sistem pemungutan ini petugas Dinas

Pendapatan Daerah kabupaten/kota yang ditunjukkan bupati/walikota menjadi

fiskus hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban pajak

oleh wajib pajak.

Pada beberapa daerah, penepatan pajak tidak diserahkan sepenuhnya

pada wajib pajak tetapi ditetapkan oleh kepala daerah. Terhadap wajib pajak

yang pajaknya ditetepkan oleh bupati/walikota, jumlah pajak terutang ditetapkan

dengan menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah). Wajib pajak tetap

memasukkan SPTPD, tetapi tanpa perhitungan pajak. Umumnya SPTPD

dimasukkan bersamaan dengan pndataan yang dilakukan oleh petugas Dinas

Pendapatan Daerah kabupaten/kota.

Page 45: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

31

Dalam jangka waktu lima tahun sesudah terutangnya pajak, bupati/walikota

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan

Surat Pajak Daerah Nihil (SKPDN). Surat ketetapan pajak diterbitkan

berdasarkan pemeriksaan atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak.

Penerbitan surat ketetapan pajak ini untuk memberikan kepastian hukum apakah

perhitungan dan pembayaran pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam

SPTPD telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan pajak daerah

atau tidak. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepada wajib tertentu

yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena

ditentukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.

2.3.6 Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel

a. Pembayaran Pajak Hotel

Pajak hotel terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan

dalam peraturan daerah, misalnya selambat-lambatnya pada tanggal 15

bulan berikutnya dari masa pajak yang terutang setelah berakhirnya masa

pajak. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak

hotel ditetapkan oleh bupati / walikota. Apabila kepada wajib pajak

diterbitkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan,

Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan

jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, pajak hotel harus dilunasi

paling lambat satu bulan sejak tanggal diterbitkan.

Pembayaran pajak hotel yang terutang dilakukan ke kas daerah,

bank, atau tempat lain yg ditunjukkan oleh bupati/walikota sesuai waktu

yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Apabila

pembayan pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan

Page 46: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

32

pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam

waktu yang ditentukan oleh bupati/walikota. Apabila tanggal jatuh tempo

pembayaran pada hari libur, pembayaran dilakukan pada hari kerja

berikutnya.

Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran

Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau

lunas. Kepada wajib pajak yang melalukan pembayaran pajak diberikan

tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal

ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak dan dicatat

dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat

pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan

pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan mudah terpantau oleh

petugas. Dinas Pendapatan Daerah. Bentuk, isi,ukuran buku penerimaan,

dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan pajak ditetapkan dengan

keputusan bupati/walikota.

Dalam keadaan tertentu, bupati/walikota atau pejabat yang

ditunjukkan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk

mengangsur pembayaran pajak hotel terutang dalam kurun waktu tertentu

setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pemberian persetujuan

untuk mengangsur pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan

secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar dua

persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Selain

memberikan persetujuan mengangsur pembayaran pajak, bupati/walikota

atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib

pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang dalam kurun waktu

tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pemberian

Page 47: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

33

persetujuan untuk menunda pembayaran pajak diberikan atas

permohonan wajib pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan

dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Persyaratan untuk

dapat mengangsur atau menunda pembayaran pajak serta tata cara

pembayaran angsuran ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

b. Penagihan Pajak Hotel

Apabila pajak hotel yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo

pembayaran, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan

tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak

terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan

pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran atau

surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan

penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan 7 hari

sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh pejabat

yang ditunjuk oleh bupati/walikota.Dalam jangka waktu tujuh hari sejak

surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterima,

wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.

Selanjutnya, bila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar

tidak dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran

atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis akan ditagih dengan

Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat

dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelelangan, pencegahan, dan

penyanderaan jika wajib pajak tetap tidak mau melunasi utang pajaknya

sebagaimana mestinya.

Page 48: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

34

Terakhir, apabila dilakukan penyitaan dan pelelangan barang milik

wajib pajak yang disita, pemerintah kabupaten/kota diberi hak mendahulu

untuk tagihan pajak atau barang-barang milik wajib pajak atau

penanggung pajak. Ketentuan hak mendahulu meliputi pokok pajak,

sanksi administasi berupa kenaikan, bunga, denda, dan biaya penagihan

pajak. Adanya ketentuan tentang hak mendahulu ini untuk memberikan

jaminan kepada daerah pelunasan utang pajak daerah bila pada saat

yang bersamaan wajib pajak memiliki utang pajak dan juga

utang/kewajiban perdata kepada kreditur lainnya, sementara wajib pajak

tidak mampu melunasi semua utangnya sehingga dinyatakan pailit.

Selain itu, dalam kondisi tertentu bupati/walikota dapat melakukan

penagihan pajak tanpa menunggu batas waktu pembayaran pajak hotel

yang ditetapkan oleh bupati/walikota berakhir. Hal ini dikenal sebagai

penagihan pajak seketika dan sekaligus. Tindakan penagihan pajak

dengan Surat Paksa dan penagihan pajak seketika dan sekaligus dalam

pemungutan Pajak Hotel dilakukan sesuai dengan Ketentuan Umum

Pajak Daerah.

2.4 Pengertian Pengawasan

Hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya

penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan

dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin supaya semua pekerjaan yang dilakukan

berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1970:107)

Page 49: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

35

Dari definisi tersebut jeles terlihat bahwa terdapat hubungan yang

sangat erat antara perecanaan dan pengawasan, sedemikian eratnya hubungan

tersebut sehingga oleh H. Koontz dan CO. Donnell disebutkan bahwa antara

perencanaan dan pengawasan ini ibaratnya seperti kedua sisi dari mata uang

yang sama (Siagian, 1970:107).

Menurut Sarwoto, definisi tentang pengawasan sebagai berikut: “pengawasan

adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan

terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang

dikehendaki” (Sarwoto, 1983 : 34)

Dalam suatu negera terlebih-lebih negara yang sedang berkembang

atau membangun, maka kontrol atau pengawasan itu sangat urgen (beragam)

atau penting baik pengawasan secara vertikal, horisontal, eksternal, internal,

preventif maupun represif agar maksud dan tujuan yang telah ditetapkan

tercapai. Dalam pelaksanaan optimalisasi peningkatan penerimaan Pajak Daerah

di Kabupaten Nunukan diperlukan pengawasan langsung dan tidak langsung

secara intensif dan teratur supaya tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dan

KKN antara aparat petugas pemungut Pajak yang terhitung.

1. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara

pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti,

memeriksa, mengecek sendiri secara langsung pula dari pelaksana. Ha

ini dilakukan dengan inspeksi.

2. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung dilaksanakan dengan mempelajari laporan-

laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis,

Page 50: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

36

mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa

pengawasan on the spot.

Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam

pengambilan keputusan, hal ini bertujuan:

1. Menghasilkan atau meniadakan kesalahan, penyimpanan,

penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.

2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpanan,

penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.

3. Mencari-cari lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai

tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.

2.5 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar bagi Pemerintah

Daerah untuk membiayai pembangunan dan penyelenggaran pembangunan

daerah sebagai wujud terlaksananya otonomi daerah yang nyata dan

bertanggung jawab.

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pengertian Pendapatan

Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh di daerah dari sumber-sumber

dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka pendapatan asli daerah

adalah pendapatan daerah yang sumber-sumber pendapatannya berasal dari

penggalian atau pungutan daerah, keintensifan aparat pemungut pajaknya dan

faktor-faktor yang mendukungnya.Pendapatan daerah terdiri dari:

1. Hasil Pajak Daerah

2. Hasil Retribusi Daerah

Page 51: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

37

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan

4. Lain-lain pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

2.6 Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan

pajak hotel terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Hasil penelitian Rahmanto (2007) mengkaji tentang efektivitas pajak hotel

dan kontribusinya terhadap pajak daerah di Kabupaten Semarang tahun 2000–

2004. Efektifitas yang meningkat akan dibarengi dengan pengoptimalan potensi

yang ada sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan asli

daerah.Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektifitas pengelolaan pajak hotel di Kabupaten Semarang tahun 2000-

2004 nilainya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

2. Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah sebesar 10,9% sisanya

dipengaruhi oleh unsur pajak daerah yang lain.

Hasil penelitian Fentika (2006) menjelaskan tentang intensifikasi pajak

hotel dengan berdasar pada analisis efektifitas, efisiensi dan potensi guna

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).Adapun hasil dari penelitian

tersebut adalah potensi riil dari pajak hotel di Kota Tanjungpinang sangat tinggi,

lebih dari 200% dari target yang ingin dicapai. Namun demikian kondisi

pemenuhanya hanyalah sebesar 85% dari target pendapatan.

Page 52: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

38

Penelitian yang dilakukan oleh Randa M. Devander (2012) bertujuan untuk:

1. Mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap

pendapatan asi daerah tahun anggaran 2007-2011

2. Mengetahui sejauh mana sistem pengawasan dan potensi yang ada untuk

meningkatkan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja tahun

anggaran 2007 – 2011

3. Mengetahui bagaimana sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel dan

restoran yang ada untuk meningkatkan pajak hotel dan restoran di Kab.

Tana Toraja tahun anggaran 2007–2011

4. Mengetahui apakah pelaksanaan pemungutan pajak hotel dan restoran di

Kab. Tana Toraja telah sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 dan Perda

Tana Toraja No. 3 Tahun 2011.

Penelitian lain dilakukan oleh Randy J.R.Walakandou (2012) mengkaji

tentang analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah di Kota

Manado tahun 2007–2011. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi pajak terhadap PAD di Kota Manado. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data target dan realisasi

penerimaan pendapatan daerah Kota Manado dari tahun 2007–2011.

Penerimaan PAD Kota Manado selalu tidak dapat mencapai target disetiap

tahunnya. Penerimaan pajak hotel Kota Manado selama tahun 2007–2011 terus

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

2.7 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan judul penelitian dalam skripsi ini yaitu: Analisis Kontribusi

Pajak Daerah khususnya pajak hotel di Kabupaten Nunukan maka yang

dimaksud dengan kontribusi pemungutan pajak hotel adalah pencapaian

Page 53: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

39

penerimaan pajak daerah sesuai yang diharapkan yang berdampak pada

peningkatan pendapatan asli daerah.

Dalam rangka peningkatan kontribusi pajak hotel aspek yang sangat

penting untuk diteliti sebagai suatu pendekatan dalam memahami kontribusi

pajak daerah terdiri dari potensi pajak daerah, yang merupakan suatu kondisi

yang menggambarkan kekuatan/ kemampuan dari pajak hotel di Kabupaten

Nunukan, pelaksanaan pemungutan pajak hotel yang dilakukan melalui analisis

yang mendalam terhadap sistem dan prosedur, petugas pemungut pajak, serta

sarana dan prasarana yang diguanakan untuk pelaksanaan pemungutan pajak

Daerah, dan yang terutama adalah Pengawasan yang baik berupa pengawasan

langsung maupun tidak langsung, yang dilakukan terhadap pemungutan Pajak

Daerah di Kabupaten Nunukan. Pelaksanaan pemungutan pajak juga harus

sesuai dengan Perda Nunukan yaitu Perda No. 11 Tahun 2011 Tentang Pajak

Daerah Nunukan, agar optimalisasi pemungutan pajak hotel dapat terlaksana

dengan baik dalam prakteknya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan dalam bentuk

kerangka pemikiran sebagai berikut:

Page 54: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

40

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Potensi Jumlah Hotel

Pemungutan

a) Sistem & prosedur

b) Jumlah petugas

c) Sarana & prasarana

Pengawasan

a) Pengawasan

langsung

b) Pengawasan tidak

langsung

Peningkatan

Pendapatan

Asli Daerah

Kabupaten

Nunukan

Kontribusi pajak

hotel

Kabupaten

Nunukan

Page 55: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Data yang digunakan berupa data laporan realisasi pendapatan dan peraturan

daerah mengenai Pajak Hotel.

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dengan penelitian

ini sebagai bahan atau materi untuk keperluan pembahasan, maka teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data-data yang

mendukung penulisan ini secara langsung dari lapangan, di kantor Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nunukan.

3.2 Lokasi Penelitian

Kabupaten Nunukan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan

Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Nunukan. Kabupaten ini

memiliki luas wilayah 14.493 km² dan berpenduduk sebanyak 109.527 jiwa

(2004).

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD dengan pertimbangan bahwa baik data

maupun informasi yang dibutuhkan mudah diperoleh serta relevan dengan pokok

permasalahan yang menjadi objek pokok penelitian.

Page 56: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

42

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

A. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yakni

data yang berbentuk angka-angka mengenai laporan realisasi pendapatan asli

daerah Kabupaten Nunukan.

B. Sumber Data

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung pada

lokasi penelitian, khususnya pada Kantor DPPKAD Kabupaten Nunukan

dan melakukan wawancara langsung dengan staf Kantor DPPKAD

Kabupaten Nunukan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber di luar

objek penelitian berupa buku-buku dan literatur yang berkaitan erat dengan

masalah yang dibahas.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data diperlukan dalam penelitian ini, maka metode

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut.

1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sistem

dan prosedur pemungutan pajak hotel, kendala, potensi (jumlah hotel di Kab.

Nunukan), upaya peningkatan kontribusi pajak hotel, dan sistem pengawasan

pemungutan pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Nunukan dan pelaksanaan pemungutan Pajak Hotel di Nunukan.

Page 57: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

43

2. Interview yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap

respoden yang dalam hal ini pimpinan dan beberapa pegawai Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Nunukan.

3. Dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan data-data, laporan

tertulis, dan semua peristiwa yang berhubungan dengan Kontribusi

Penerimaan Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi

informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu

penelitian.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yakni menggambarkan

perbandingan antara sistem pemungutan pajak hotel dengan perda Nunukan

yang mengatur Pajak Hotel, membandingkan penetapan pajak daerah Nunukan

dengan realita yang tejadi di lapangan saat pemungutan pajak, dan

perbandingan sistem pengawasan dan potensi pajak terhadap kontribusi pajak

hotel.

3.6 Unit Analisis dan Unit Observasi

Unit Analisis dalam penelitian ini adalah Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Nunukan. Sedangkan Unit Observasi dalam Penelitian ini adalah

sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel, sistem pengawasan, dan pegawai

pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nunukan.

Page 58: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

44

3.7 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Nunukan

Kabupaten Nunukan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten

Bulungan, yang terbentuk berdasarkan pertimbangan luas wilyah, peningkatan

pembangunan, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Pemekaran

Kabupaten bulungan ini di pelopori oleh RA Besing yang pada saat itu menjabat

sebagai Bupati Bulungan.

Pada tahun 1999, pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah

dengan didasari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah, dengan dasar inilah dilakukan pemekaran pada Kabupaten Bulungan

menjadi 2 kabupaten baru lainnya yaitu Kabupaten Nunukan dan Kabupaten

Malinau.

Pemekaran Kabupaten ini secara hukum diatur dalam UU Nomor 47 Tahun

1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau,

Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Bontang pada tanggal

4 Oktober 1999. Dan dengan dasar UU Nomor 47 tahun 1999 tersebut Nunukan

Resmi menjadi Kabupaten dengan dibantu 5 wilayah administratif yakni

Kecamatan Lumbis, Sembakung, Nunukan, Sebatik dan Krayan.

Pemekaran kabupaten pada tanggal 17 Juli 2007, dalam Sidang Paripurna

DPR RI telah disetujui pembentukan kabupaten baru yaitu Kabupaten Tana

Tidung, yang merupakan pemekaran dari wilayah Nunukan dan Bulungan. Dari

Nunukan, Kecamatan Sembakung dipindahkan menjadi wilayah kabupaten baru

tersebut, sedangkan dari Bulungan, dipindahkan tiga kecamatan, yaitu Sesayap,

Sesayap Hilir dan Tanah Lia.

Page 59: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan tentang

analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten

Nunukan maka hasil dan pembahasan berikut melingkupi: Potensi pajak,

kontribusi pajak terhadap PAD, sistem dan prosedur pemungutan pajak,

ketentuan penetapan perundang-undangan tentang pajak hotel Kabupaten

Nunukan dan pelaksanaannya, sistem pengawasan, kuantitas dan kualitas

pegawai pajak DPPKAD, dan kendala-kendala serta kiat-kiat pengoptimalan

pajak hotel.

4.1 Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Potensi Pajak Hotel di

Kabupaten Nunukan diukur dengan menggunakan indikator jumlah hotel. Berikut

ini adalah data jumlah hotel di Kabupaten Nunukan.

Page 60: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

46

Tabel 4.1 Daftar Data Hotel Kabupaten Nunukan

No. Nama Usaha Kelas Alamat

1. Hotel Laura Melati Tiga Jln. Ahmad Yani

2. Hotel Firdaus Melati Tiga Jln. P. Antasari

3. Hotel New Fortuna Melati Tiga Jln. Ahmad Yani

4. Hotel Marami Melati Tiga Jln. Radio

5. Hotel Marvell Melati Tiga Jln. Yos Sudarso

6. Hotel Melati Indah Melati Tiga Jln. Pelabuhan Baru

7. Hotel New Lenfin Melati Tiga Jln. Tvri

8. Hotel Delima Melati Satu Jln. Bhayangkara

9. Hotel Sumber Mulya Melati Satu Jln. Ahmad Yani

10. Hotel Gita Melati Satu Jln. Pelabuhan Baru

11. Hotel Yus Melati Satu Jln. Pelabuhan Baru

12. Penginapan Sabar Menanti Losmen/Penginapan Jln. Yos Sudarso

13. Penginapan Nunukan Losmen/Penginapan Jln. Ahmad Yani

14. Penginapan Arena Losmen/Penginapan Jln. Ahmad Yani

15. Penginapan Fajar Losmen/Penginapan Jln. Yamaker

16. Hj. Sukinah Rumah Kost Jln. Borneo

17. Hj. Timmi Rumah Kost Jln. Borneo

18. H. Solong Rumah Kost Jln. Patimura

19. H. Basrul Rumah Kost Jln. Ahmad Yani

Sumber: Dokumen Data Pemungutan Pajak Hotel DPPKAD Kabupaten Nunukan (Tahun 2013)

Berdasarkan data sekunder yang diamati jika dilihat dari jumlah

hotel/penginapan yang sebanyak 19 buah yang terdapat di Kabupaten Nunukan

pada dasarnya cukup memberi kontribusi terhadap pendapatan dan penerimaan

pajak daerah.

4.2 Perbandingan Pendapatan Hasil Pajak Hotel dan Pajak Daerah lainnya

terhadap PAD Kabupaten Nunukan

Perbandingan pendapatan pajak daerah lainnya terhadap PAD

Kabupaten Nunukan disajikan dalam tabel dibawah ini.

Page 61: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

47

Tabel 4.2 Tabel Perbandingan Pajak Hotel dengan Pajak Daerah Lainnya Tahun 2010-2012

No Jenis Pajak Tahun

2010 2011 2012

1 Pajak Hotel Rp 190.083.656,00 Rp 177.772.340,00 Rp 274.658.000,00

2 Pajak Restoran Rp 187.571.503,00 Rp 1.142.361.933,31 Rp 1.861.235.622,96

3 Pajak Reklame Rp 219.256.717,00 Rp 165.833.551,00 Rp 127.924.285,00

4 Pajak Penerangan Jalan Rp 1,064.985.264,00 Rp 1.834.980.756,00 Rp 1.736.165.924,00

5 Pajak Hiburan Rp 131.388.500,00 Rp 111.348.250,00 Rp 78.469.250,00

6 Pajak Pengambilan Bahan Tambang Galian C

Rp 83.082.324,00 Rp 365.586.933,00 Rp 39.850.000,00

7 Pajak Parkir - - -

8 Pajak Air Bawah Tanah - - -

9 Pajak Sarang Burung Walet Rp 400.000,00 Rp 3.000.000,00 -

10 Pajak Lingkungan - - -

11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

- Rp 270.888.712,50 Rp 276.367.392,00

Sumber: Data SKPD DPPKAD Kab. Nunukan 2013 (Data diolah)

Dari data tebel 4.2 dapat dikatakan bahwa pajak daerah Kabupaten

Nunukan ada sebelas jenis, diantaranya adalah pajak hotel dan pajak restoran.

Khusus pada tahun 2010 pajak hotel memberi kontribusi sebesar

Rp190,083,656.00 terhadap pendapatan daerah. Kontribusi pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah masih signifikan karena berada pada posisi ketiga

dibawah pajak penerangan jalan dan pajak reklame. Pada tahun 2011 kontribusi

pajak hotel mengalami penurunan sebesar Rp12,311,316.00 menjadi

Rp177,772,340.00. Tetapi pada tahun 2012 kontribusi pajak hotel mengalami

peningkatan sebesar Rp 96,885,660.00 menjadi Rp 274,658,000.00 kenaikan ini

cukup signifikan. Kontribusi terbesar pajak hotel terjadi pada tahun 2012

sedangkan kontribusi terendah pajak hotel terjadi pada tahun 2011.

Page 62: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

48

4.3 Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kabupaten Nunukan

DPPKAD Kabupaten Nunukan untuk mencapai target pendapatan dari

sektor pajak hotel masih relatif rendah. Untuk mengetahui tentang seberapa

besar kontribusi penerimaan pajak hotel terhadap penerimaan pajak daerah bagi

Kabupaten Nunukan maka disajikan beberapa data tentang perkembangan

Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan.

Tabel 4.3 Total Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan tahun 2010 – 2012

Tahun Anggaran

Target Pajak Hotel (Rp)

Realisasi Pajak Hotel (Rp)

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(Rp)

Kontribusi Pajak Hotel Terhadap

PAD (%)

2010 177.945.192,00 190.083.656,00 34.871.929.384,98 5,45

2011 177.945.192,00 177.772.340,00 44.892.410.248,93 3,96

2012 177.945.192,00 274.658.000,00 64.383.003.030,00 4,27

Sumber: Data Laporan Realisasi Pendapatan DPPKAD Kab. Nunukan 2013 (Data Diolah)

Dari pengamatan data sekunder yaitu dengan mengamati SKPD

Kabupaten Nunukan dari tahun 2010 hingga 2012 yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah masih relatif

rendah bila dibandingkan dengan potensi pajak hotel yang sebenarnya sangat

potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah. Dengan kata lain apabila

Pemerintah Kabupaten Nunukan dapat mengopimalkan penerimaan pajak hotel

berdasarkan potensi yang ada dan bisa dikembangkan, maka persentase pajak

hotel terhadap pajak daerah akan meningkat.

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa Kontribusi penerimaan pajak hotel masih

sangat minim. Ini dapat dilihat dari tiga tahun terakhir persentase kontribusi pajak

hotel rata-rata hanya dibawa 10%. Pada tahun 2010, kontribusi pajak hotel

Page 63: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

49

sebesar 5,45% dari total penerimaan PAD yang berjumlah Rp34.871.929.384,98.

Pada tahun 2011, kontribusi pajak hotel mengalami penurunan sebesar 1,49%

menjadi 3,96% dari total penerimaan PAD yang berjumlah Rp44.892.410.248,93.

Tetapi pada tahun 2012 kontribusi pajak hotel mengalami peningkatan sebesar

0,31% menjadi 4,27% dari total penerimaan PAD yang berjumlah

Rp64.383.003.030,00. Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa pada tahun

2010 dan 2012 pajak hotel meningkat tapi dalam kontribusinya ke PAD tidak

selalu meningkat.

4.4 Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan

4.4.1 Sistem Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan

Pajak hotel dilihat dari segi lembaga pemungutannya termasuk sebagai

pajak daerah, hal ini disebutkan dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, selanjutnya berdasarkan golongan

maka pajak hotel digolongkan sebagai pajak tidak langsung, dimana pajak hotel

dipungut secara insidentil serta beban pajaknya dapat dialihkan dari wajib pajak

kepada pihak lain, dalam hal ini yaitu pelanggan yang menikmati pelayanan atas

jasa hotel yang dibayarkan lewat bon (bill) pembayaran.

Pemungutan pajak hotel di DPPKAD Kabupaten Nunukan dilakukan

dengan menggunakan stesel campuran, dimana stelsel ini merupakan kombinasi

antara stelsel riil dan fiktif. Pajak hotel dihitung berdasarkan anggapan pada awal

tahun pajak yang didasarkan pada pajak hotel tahun pajak yang lalu, selanjutnya

pajak pada akhir tahun akan disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya, jika

terjadi kelebihan pembayaran maka wajib pajak dapat memintanya kembali

sedangkan jika terjadi kekurangan dalam pembayarannya maka wajib pajak

harus melunasi kekurangannya.

Page 64: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

50

Sistem pemungutan pajak di DPPKAD Kabupaten Nunukan menggunakan

sistem Self Assesment wewenang untuk menentukan basarnya pajak yang

terhutang oleh wajib pajak berada pada dua pihak yaitu pembayar pajak (wajib

pajak) dan aparatur daerah. Dari wawancara dengan Kepala Seksi Penetapan

dan Penagihan Syahrullah,

“pemungutan dilakukan dengan cara self assesment wajib pajak dan petugas pajak diberi wewenang untuk menetukan besarnya pajak yang terhitung setelah adanya kesepakatan dari dua belah pihak. Sistem ini kami lakukan untuk wajib pajak yang aktif melaporkan besaran pendapatannya setiap bulan”. (Wawancara 11 Agustus 2014). Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak

hotel DPPKAD Nunukan masih sepenuhnya di tetapkan oleh fiskus dalam hal

penentuan besaran pajak yang harus dibayar wajib pajak. Pada DPPKAD

Nunukan penetapan pajak dilakukan dengan lebih dulu menerbitkan SPTPD

(Surat Pemberitahuan Pajak Daerah) dan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah)

yang diterbitkan oleh Dispenda Nunukan lalu diterbitkan ke masing-masing wajib

pajak (pemilik hotel). Pembayaran pajak hotel di Nunukan dilakukan di DPPKAD

Nunukan yang menerima ialah Bendahara Penerimaan Pajak. Pembayaran

dilakukan dengan menggunakan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah).

Penagihan pajak dilakukan oleh bagian penagihan jika utang pajak belum

dibayar atau terjadi kurang bayar.

4.4.2 Prosedur Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan

Dari hasil wawancara dengan narasumber Kepala Penagihan Syahrullah di

ketahui bahwa prosedur pemungutan pajak hotel di DPPKAD Nunukan yaitu:

“ Dimulai dari pendataan yang dilakukan oleh seksi pendapatan setelah itu masuk ke kepala seksi perhitungan untuk dihitung seberapa banyak persentase pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, setelah itu dilanjutkan oleh seksi penetapan untuk ditetapkan, setelah ditetapkan dilimpahkan kepada bidang penagihan untuk ditagih kepada bidang

Page 65: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

51

penagihan untuk ditagih kemudian disetor ke kas Daerah sebagai PAD. Jadi dilakukan dalam suatu sistem”. (Wawancara 11 Agustus 2014).

Dari hasil wawancara dan data sekunder yang ada diketahui bahwa

prosedur pemungutan pajak hotel di Nunukan dimulai dengan 3 tahapan yaitu:

1. Proses pendaftaran wajib pajak hotel baru.

2. Pendaftaran, pendataan dan perhitungan/penetapan pajak hotel.

3. Proses pembayaran dan proses penagihan pajak hotel.

Berikut akan diuraikan dengan detail satu persatu:

1. Proses Pendaftaran Wajib Pajak Hotel Baru

Prosedur pemungutan pajak di Nunukan dimulai dengan proses

pendaftaran wajib pajak hote yang baru bermukim di Nunukan proses

pendaftaran wajib pajak yaitu:

a. Wajib Pajak menerima formulir pendaftaran dari petugas Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD).

b. Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dan melengkapi syarat-syarat

yang ditentukan.

c. Wajib Pajak mengembalikan formulir pendaftaran tersebut dalam jangka

waktu yang ditentukan.

d. Wajib Pajak menerima tanda terima.

e. Wajib Pajak menerima Surat Pengukuhan dan Nomor Pokok Wajib Pajak

Daerah (NPWPD).

2. Pendaftaran, Pendataan, dan Penetapan Pajak Hotel

a. Pelaksanaan Pendaftaran Pajak Hotel

Pelaksanaan pendaftaran ini dilaksanakan oleh seksi Pendaftaran dan

Pendataan dengan tujuan untuk menyaring setiap wajib pajak yang

berdomisili di Kabupaten Nunukan dan mempunyai objek pajak hotel

Page 66: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

52

diwilayah Kabupaten Nunukan. Untuk menjaring secara optimal wajib pajak

yang memiiki kewajiban pajak maka perlu adanya pendaftaran yang dilakukan

secara serentak pada hari yang telah ditentukan. Selanjutnya untuk

menghadapi kemungkinan belum seluruh wajib pajak terjaring dalam

pendaftaran, maka perlu ada usaha lebih lanjut yang dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam

penyelenggaran perpajakan daerah.

b. Pelaksanaan Pendataan Pajak Hotel

Kegiatan pendataan dimaksudkan untuk memperoleh data perpajakan

dari wajib pajak hotel. Data tersebut bermanfaat sebagai dasar untuk

menetapkan besarnya jumlah pajak hotel yang akan dikenakan pada wajib

pajak yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan oleh Sub Seksi Pendataan

yang melibatkan beberapa pelaksana lainnya dari Sub Seksi Tata Usaha,

Pendftaran dan Pendataan.

Data perpajakan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan

besarnya jumlah pajak hiburan dapat diperoleh dengan cara:

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) kepada

wajib pajak yang telah terdaftar dan dimiliki NPWPD pada setiap awal

tahun atau periode perpajakan.

2. Melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan Rencana

Pemeriksaan yang telah disusun sebelumnya.

3. Memanfaatkan data yang telah tercantum dalam Daftar Realisasi

Setoran Masa.

4. Memanfaatkan data yang telah tercantum dalam Daftar Surat Teguran

sebagai hasil pemantaun pembayaran pajak sesuai dengan batas

Page 67: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

53

waktu pembayaran yang telah ditentukan dalam Surat Ketetapan

Pajak Daerah (SKPD).

SPTPD yang disampaikan kepada wajib pajak berisi pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab oleh wajib pajak untuk diisi dengan jelas,

benar dn lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan

dilengkapi dengan lampiran yang diperlukan. Untuk kelancaran pelaksanaan

penetapan maka SPTPD yang disampaikan kepada wajib pajak mempunyai

batas waktu dalam pengembalian SPTPD ke DPPKAD ialah 15 hari.

Selanjutnya data yang diperoleh dari kegiatan pendataan, dihimpun dan

dicatat atau dituangkan dalam Kartu Data yang telah disediakan oleh petugas

yang berwenang. Kartu Data merupakan hasil akhir yang akan dijadikan dasar

bagi petugas bagian seksi penetapan dalam menghitung besarnya jumlah

pajak yang akan dikenakan dan wajib dibayar oleh wajib pajak.

c. Pelaksanaan Perhitungan/Penetapan Pajak Hotel

Kegiatan penetapan dilakukan oleh seksi penetapan. Sumber utama

untuk menetapkan besarnya pajak yang akan dikenakan kepada wajib pajak

adalah dengan Kartu Data yang diterima dari seksi pendaftaran dan

pendataan sebelumnya. Data-data yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan

penetapan telah tersedia secara lengkap pada kartu data yang dibuat oleh

sub seksi pendataan sebelumnya. Seksi penetapan menghitung besarnya

pajak yang dikenakan berdasarkan data yang ada didalam Kartu Data dengan

menggunakan Nota Perhitungan Pajak.

Penetapan tarif pajak yang dikenakan untuk hotel ialah 10%. Besaran

pajak terutang dihitung oleh seksi perhitungan dengan rumus berikut:

Page 68: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

54

Untuk Pajak Hotel

Contoh kasus:

Bapak fadlan mengginap di hotel laura yang terletak di jalan ahmad yani

Kab. Nunukan selama 5 hari. Jenis kamar yang di sewa adalah superior room.

Tarif kamar satu malam Rp 300.000,00. Hitunglah jumlah uang yang harus

dibayar oleh Bapak Yusran kepada pengusaha hotel atas pelayanan tersebut.

Penyelesaian:

Sewa kamar selama 5 hari = Rp 300.00,00*5 = Rp 1.500.000,00

Pajak hotel = Rp 10% * Rp 1.500.000,00 = Rp 150.000,00 +

Total yang dibayarkan Rp 1.650.000,00

Dalam kasus ini jumlah yang harus disetor ke DPPKAD Nunukan atas

kejadian diatas ialah Rp 150.000,00.

Bagi wajib pajak dalam memungut pembayaran pajak hotel harus

mempergunakan nota pesanan/ bon (bill). Nota pesanan ini harus diberi

nomor seri dan dipergunakan sesuai nomor urut. Nota pesanan ini digunakan

setelah diporporasi oleh DPPKAD Nunukan. Salinan Nota pesanan/bill yang

sudah dipergunakan harus disimpan oleh wajib pajak dalam waktu setahun

sebagai bukti dalam pembuatan surat pemberitahuan Pajak Daerah.

3. Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel

a. Pelaksanaan Pembayaran Pajak Hotel

Tata cara pembayaran yang dilakukan oleh DPPKAD Nunukan ialah

sebagai berikut:

Pajak terutang = Tarif pajak X Dasar pengenaan pajak

= 10% X Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel

Page 69: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

55

1. Pembayaran pajak dilakukan di Dispenda Nunukan yang ditunjuk oleh

kepala daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

2. Pembayaran pajak tersebut dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran

Pajak Daerah (SSPD).

3. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.

4. Kepala daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk

mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah diteliti

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

5. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-

turut dengan dikenakan bunga 2% sebuan dari jumlah pajak yang belum

atau kurang bayar.

6. Kepala daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk

menunda pembayaran pajak sampai batas batas waktu yang ditentukan

dengan dikenakan bunga 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau

kurang bayar.

7. Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat

dalam buku penerimaan.

Selanjutnya pendapatan pajak hotel yang diterima oleh bagian

Bendahara Penerimaan Pajak dan langsung disetor ke kas daerah sebagai

Pendapatan Asli Daerah. Lalu Bendahara Penerimaan Pajak membuat

laporan realisasi penerimaan uang sebagai tugas rutin pada setiap akhir

bulan. Lalu laporan ini disampaikan ke kepala DPPKAD Nunukan sebagai

bentuk pertanggungjawaban.

Page 70: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

56

b. Pelaksanaan Penagihan Pajak Hotel

Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus

dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu

memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis

sebagai awal tindakan penagihan pajak. Pelaksanaan penagihan adalah

bagian penagihan DPPKAD Nunukan, yang mana sebelum melakukan

penagiahan kepada wajib pajak seksi ini terlebih dahulu membuat Kartu

Kendali, yang dibuat berdasarkan daftar wajib pajak yang menunggak yang

telah dikonfirmasikan dengan Bendahara Penerimaan Pajak.

Surat penagihan dikeluarkan 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran pajak

hotel bagi wajib pajak yang melunasi utang pajaknya. Jika wajib pajak dalam 7

hari sejak dikeluarkannya surat peringatan belum melunasi hutang pajaknya

maka DPPKAD akan mengeluarkan surat teguran dengan jangka waktu paling

lama 7 hari. Jika dalam 7 hari surat teguran belum ditanggapi maka DPPKAD

Nunukan akan mengeluarkan Surat Paksa dengan jangka waktu paling lama

21 hari dan jika dalam jangka waktu tersebut wajib pajak belum juga

membayar pajaknya maka dilakukan penyitaan dan wajib pajak diberi

kesempatan selama 10 hari untuk memenuhi kewajibannya jika tidak juga

memenuhi kewajibannya maka dilakukan lelang. Berikut ialah Bagan

Mekanisme Prosedur Pemungutan Pajak Daerah.

Page 71: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

57

Gambar 4.1 Bagan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah

Mengisi dan menyampaikan SPTPD atau SKPD yaitu surat yang

digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan

pembayaran pajak yang terutang.

Wajib

Pajak

P

e

t

u

g

a

s

D

P

P

K

A

D

1. Pendaftaran Pajak Hotel

Menyaring setiapa pajak yang berdomisili di Kabupaten Nunukan

dan mempunyai objek pajak hotel di Kabupaten Nunukan

2. Pendataan Pajak Hotel

Memperoleh SPTPD atau SKPD dari wajib pajak yang dimana

data tersebut bermanfaat sebagai dasar untuk menetapkan

besarnya jumlah pajak hotel yang akan dikenakan pada wajib

pajak yang bersangkutan

3. Perhitungan dan Penetapan Pajak Hotel

Menetapkan besarnya pajak yang akan dikenakan kepada wajib

pajak adalah dengan kartu data yang diterima dari seksi

pendaftaran dan seksi pendataan sebelumnya

4. Pembayaran atau Penagihan Pajak Hotel

Pembayaran pajak hotel dilakukan oleh wajib pajak sesuai waktu

SPTPD/SKPD, pembayaran mengunakan SSP dan harus dilunasi.

Seluruh pendapatan pajak daerah diterima oleh bendahara

penerimaan DPPKAD lalu kemudian disetor ke kas daerah.

Petugas DPPKAD juga membuat laporan tentang pemungutan

pajak dan penetapan pajak ke Kepala Dinas.

P

E

N

G

A

W

A

S

A

N

Untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah terjadinya

penyimpangan maka DPPKAD, BAWASDA, BPK dan DPRD

mengadakan pemeriksaan minimum 1 kali setahun melalui laporan

keuangan kepala dinas dapat mengawasi dan mengetahui tingkat

pendapatan daerah tiap bulan dan tiap tahun.

Page 72: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

58

4.5 Ketentuan Penetapan Undang-Undangan Tentang Pajak Hotel

Kabupaten Nunukan dan Pelaksanaannya

Pelaksanaan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah yang dilakukan dengan memberikan kewenangan yang

seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban

menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan

pemerintahan negara, pemerintah pusat tidak lagi mendominasi pemerintah

daerah. Hal ini telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai

pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi

pemerintah maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah yang dikenal dengan era otonomi daerah.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

melaksakan otonomi daerah, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

perpajakan daearah diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang No. 28

tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian kewanangan

dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah, diharapkan dapat lebih mendorong

pemerintah daerah terus berupaya untuk mengumpulkan PAD, khususnya yang

berasal dari pajak dan retribusi daerah. Undang-undang tersebut didukung

dengan dikeluarkanya PP No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Dalam melaksanakan PP No. 65 tahun 2001, pemerintah Kabupaten

Nunukan diberi wewenang untuk membuat satu peraturan daerah dalam rangka

menggali sumber pemasukan daerah. Salah satu dengan mengeluarkam Perda

No. 11 tahun 2011 tentang Pajak Hotel.

Dalam pelaksanaannya DPPKAD mengacu pada Perda No. 11 tahun 2011

dalam pemungutan pajak. Pajak hotel ditetapkan oleh DPPKAD dikarenakan

wajib pajak tidak datang melaporkan jumlah pendapatannya sehingga DPPKAD

Page 73: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

59

dengan personilnya berjumlah 4-5 orang terjun kelapangan untuk mendata

penerimaan wajib pajak lalu kemudian ditetapkan besaran jumlah utang

pajaknya. Bagi wajib pajak yang melaporkan pendapatannya maka besaran

utang pajak ditentukan oleh wajib pajak dan fiskus. Sehingga sistem pemungutan

pajak di DPPKAD Nunukan menggunakan sistem Self Assesment. Di dalam

Perda No. 11 tahun 2011 sistem pemungutan ini masih sesuai dengan aturan

Undang-Undang No. 28 tahun 2009 pasal 96 ayat 2 tentang Tata Cara

Pemungutan Pajak.

Jika terjadi kelebihan pembayaran pajak maka prosedur pengembalian

kelebihan pembayaran dapat dianggap dikabulkan oleh wajib pajak jika dalam

jangka waktu paling lama 12 bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian

Kepala Daerah/Pejabat yang berwenang memberikan Surat keterangan

disetujinya pengajuan dari wajib pajak selanjutnya dalam jangka waktu paling

lama 1` bulan Kepala Daerah menerbitkan Surat Keterangan Pajak Daerah Lebih

Bayar (SKPDLB). Pengembalian kelebihan pembayaran tersebut harus dilakukan

paling lama 2 bulan sejak tanggal dikeluarkannya SKPDLB dengan menerbitkan

Surat Perintah membayar kelebihan pajak hotel. Hal ini telah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni dalam Perda No. 11 tahun

2011 Pasal 3 dan UU No. 28 tahun 2009 pasal 106.

Dan apabila wajib pajak kurang dalam membayar pajaknya, maka akan

dikenakan pajak terutang yang berdasarkan SKPD. Jika pajak terutang tersebut

tidak dibayar oleh wajib pajak setelah kurun waktu paling lama 1 bulan sejak

SKPD diterima maka wajib pajak akan dikenakan saknsi administratif berupa

denda 2% per bulan dari hutang pajak, dan penagihannya dengan menerbitkan

Surat Teguran Pajak Daerah. Hal ini telah sesuai dengan peraturan perundang-

Page 74: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

60

undangan yang berlaku yakni dalam Perda No. 11 Tahun 2011 pasal 3 dan UU

No. 28 Tahun 2009 Pasal 97.

Apabila terjadi pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan

penghapusan pengurangan sanksi administratif, DPPKAD dapat membetulkan

SKPD, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB jika terdapat kesalahan

tulis kesalahan perhitungan besaran pajak. Hal ini telah sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku yaitu Perda No. 11 Tahun 2011 Pasal 3 dan

UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 107.

4.6 Sistem Pengawasan Pajak Hotel

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat

penting. Pengawasan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai

dengan peencanaan dan berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta tidak terjadi penyimpangan ataupun

penyalahgunaan.

Tanpa pengawasan maka jalannya pengawasan suatu organisasi tidak

dapat dinilai, apakah sesuai dengan rencana organisasi atau telah menyimpang

dari arah yang telah ditetapkan. Untuk itu pengawasan perlu untuk dilakukan

setiap tahapan pelaksanaan suatu kegiatan.

Dalam penelitan ini pelaksanaan pemungutan Pajak Hotel adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam hal ini adalah Kepala

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Nunukan, dalam hal memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas

pemungutan pajak hotel dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan

ketentuan yang berlaku atau standar yang telah ditetapkan.

Page 75: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

61

Terkait dengan pelaksanaan pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten

Nunukan pengawasan dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan langsung

yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadap kegiatan pemungutan Pajak

Hotel dan pengwasan tidak langsung oleh pimpinan dengan mempelajari atau

menilai laporan-laporan pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak yang diterima

baik berbentuk tertulis atau lisan.

4.6.1 Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi

oleh pimpinan organisasi atau pengawasan yang dijalankan baik dengan

mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara “on the spot” ditempat

pemungutan pajak hotel dan menerima laporan-laporan secara langsung pula

dari pelaksana, hal ini dilakukan dengan inspeksi. Pengawasan langsung dapat

pula dilakukan kepala dinas ke sub-sub seksi di DPPKAD, sistem pengawasan

langsung pada administrasi pajak daerah dilakukan pada bagian pendaftaraan

dan pendataan, bagian penetapan, bendahara khusus penerima, bagian

pembukuan dan pelaporan, bagian penagihan, kemudian melakukan evaluasi

atas pelaksanaan pengawasan langsung tersebut yang dilakukan oleh Kadis

DPPKAD Nunukan setelah seluruh proses/tahapan pengawasan dan

pemeriksaan seesai dikerjakan.

Akan tetapi karena banyak dan kompleksnya tugas-tugas seorang

pemimpin terutama dalam organisasi yang besar, seorang pemimpin tidak

mungkin dapat selalu menjalankan pengawasan langsung. Karena itu sering pula

harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung. Dari hasil

wawancara dengan pegawai DPPKAD tentang pengawasan beliau berkata:

Page 76: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

62

“dalam pemungutan jarang ada pengawasan yang dilakukan oleh petugas

pajak atau pimpinan” (Wawancara 12 Agustus 2014)

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan langsung

masih kurang dilakukan oleh pimpinan, bahkan belum ada pengawasan yang

dilakukan dalam pemungutan pajak. Petugas pajak melakukan tugasnya saja

tanpa ada pengawasan langsung dari pimpinan. Ini tentu saja dapat

menimbulkan penyimpangan dalam pemungutan. Kurangnya pengawasan ini

memungkinkan akan terjadi penyalahgunaan tugas atau pun dari pihak wajib

pajak sendiri. Dari pihak wajib pajak jika tidak diawasi dapat mendaftarkan tiket

dalam jumlah fiktif, maksudnya jumlah tiket yang dijual lebih banyak dari pada

yang diporporasi.

Namun belum terselenggaranya pengawasan langsung secara optimal

terhadap kegiatan pemungutan pajak hotel di Kabupaten Nunukan disinyalir oleh

kesibukan dan kompleksnya tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab Kepala

Dinas.

4.6.2 Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung dalam kaitannya dengan pelaksanaan

pemugutan pajak hotel di Kabupaten Nunukan adalah berupa kegiatan

pemerikasaan atau pengecekan kegiatan pemungutan Pajak Hotel yang

dilakukan oleh petugas pemungutan pajak melalui laporan tertulis atau lisan.

Pengawasan ini diadakan atau dilakukan dengan mempelajari atau melalui

laporan-laporan yang diterima dari pelaksana/bawahan baik berbentuk laporan

lisan maupun tertulis. Kelemahan pengawasan ini bahwa sering para bawahan

hanya melaporkan hal-hal yang positif saja. Dengan maksud untuk

Page 77: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

63

menyenangkan pimpinan saja, sehigga pimpinan tidak mengetahui keadaan

yang sesungguhnya. Akibatnya ia akan mengambil kesimpulan yang salah.

Kesimpulan ialah bahwa pengawasan tidak akan dapat berjalan dengan

baik apabila hanya tergantung pada laporan saja. Oleh karena itu pengawasan

langsung dan tidak langsung harus digabungkan dengan atau dalaam melakukan

fungsi pengawasan.

Saya pun melakukan wawancara untuk mengetahui informasi tentang

pengawasan tidak langsung. Wawancara dilakukan ke Kepala Bidang

Pendapatan Wilson, beliau mengatakan

“pengawasan dilakukan oleh kepala pimpinan setiap bulannya untuk mengetahui proses pemungutan yang dilakukan oleh petugas pajak. Selain dari pimpinan pengawasan juga dilakukan oleh DPRD, namun dari DPRD pengawasannya tidak menentu, kadang pengawasannya persemester. Pengawasan juga dilakukan dari Inspektorat Kabupaten Nunukan, pengawasan ini merupakan pengawasan melekat.” (Wawancara 13 Agustus 2014). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

proses pemungutan pajak hotel sudah ada pengawasan yang dilakukan

walaupun belum maksimal. Karena telah diturunkan staf-staf khusus untuk

melakukan pengawasan terhadap pemungutan pajak hotel di Kabupaten

Nunukan.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh Pimpinan Dinas, pengawasan

eksternal juga dilakukan oleh DPRD Kabupaten Nunukan. Pengawasan ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam proses

pemungutan dan proses pengelolaan pajak hotel di Kabupaten Nunukan. Hal ini

juga terkait dengan banyaknya kasus-kasus pajak yang terjadi di Indonesia

sekarang ini. Selain pengawasan eksternal dari DPRD Kabupaten Nunukan,

pengawasan juga dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Nunukan (Bawasda).

Page 78: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

64

Mekanisme pengawasan dari DPRD Kabupaten Nunukan dan Inspektorat

Kabupaten Nunukan (Bawasda) yaitu:

A. DPRD

Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh DPRD mencakup:

1. Memeriksa keuangan dan ketaatan perundang-undangan dalam hal ini

mengawasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah apakah sudah

sesuai dengan peraturan yang ada.

2. Penilaian tentang daya guna dan kehematan dalam penggunaan sarana

yang didapatkan dari pendapatan daerah.

3. Menilai hasil guna dan manfaat yang direncanakan mengenai

pemanfaatan dari hasil pajak dan retribusi daerah.

B. Inspektorat Kabupaten Nunukan (Bawasda)

Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten

Nunukan (Bawasda) mencakup:

1. Mengawasi jalannya pemungutan pajak beserta petugas pengawas

pemungutan pajak yang ditugaskan oleh Dispenda.

2. Memeriksa keuangan pendapatan daerah melalui laporan rutin yang di

dapat dari DPPKAD Kabupaten Nunukan.

3. Membantu mengawasi terhadap obyek dan subyek pajak yang bermasalah

dan membantu memecahkan masalah tersebut.

4. Membuat laporan dan penilaian kinerja petugas pemungutan pajak dan

pengawas pemungutan pajak.

Pengawasan dari dinas inspektorat merupakan pengawasan melekat.

Dengan pengawasan ini diharapkan dapat menghindari penyelewengan

Page 79: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

65

pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung

jawab. Pengawasan juga dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

dengan mengaudit DPPKAD. Pemeriksaan dilakukan sekali dalam setahun

yaitu pada bulan empat. Pemeriksaan bertujuan mengecek kepatuhan,

kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi, dan mengecek

sumber-sumber penerimaan pajak.

4.6.3 Mekanisme Pengawasan Pajak Hotel

Mekanisme pengawasan pajak hotel oleh DPPKAD Kabupaten Nunukan

mengadakan pemeriksaan dengan cara Self Assesment. Pemeriksaan dengan

cara Self Assesment dimana wajib pajak menghitung sendiri dan melaporkan

besarnya pajak dan berlaku sampai diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak

Daerah (SKPD) dan pemeriksaan dilakukan secara periodik atau berskala

selama 3 bulan sekali, dari pemeriksaan itu dilakukan pengawasan berapa

besarnya pajak yang dilapor ke kantor DPPKAD Kabupaten Nunukan, yang

dapat dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan dari hasil

pemeriksaan tersebut dapat dilihat berapa besarnya pajak yang disetor ke kantor

DPPKAD dan apabila ada selisih kurang bayar maka akan di terbitkan (SKPKB)

7 hari setelah pembayaran pajak dilakukan oleh wajib pajak. LHP itu juga ada

pada pihak DPPKAD selaku pemeriksa dan bagi wajib pajak sebagai yang

diperiksa.

4.7 Kuantitas dan Kualitas Pegawai Pajak DPPKAD

Pegawai pajak merupakan pelaksana, pelaku kegiatan dan optimalisasi

pemungutan pajak hotel. Sehingga pegawai pajak mempunyai peranan yang

sangat penting dalam menetukan besar kecilnya penerimaan pajak hotel.

Page 80: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

66

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nunukan

Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum DPPKAD Tahun 2013

Jumlah pegawai pajak juga merupakan hal yang mendukung dalam usaha

peningkatan dan penerimaan pajak. Petugas pemungutan pajak dalam hal ini

adalah orang-orang yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan pejabat yang

berwenang untuk melakukan penagihan/pemungutan terhadap Pajak Daerah di

Kabupaten Nunukan. Dari segi kualitas pegawai pajak dapat dilihat dari tingkat

pendidikan. Berikut ialah daftar tingkat pendidikan pegawai pajak:

Tabel 4.5 Daftar Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nunukan

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah

1 Strata 3/Doktor -

2 Strata 2/Magister -

3 Strata 1/Sarjana Lengkap 32

4 Diploma 3/Sarjana Muda 9

Total 41

Sumber: Data Sekunder Diolah

No. Jabatan Jumlah

1 Kepala 1

2 Sekertaris 1

3 Kepala Bidang 4

4 Kasubag/Kasubig 14

5 Staf 75

Total Pegawai 95

Page 81: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

67

Dari data tabel terlihat bahwa jumlah dan kualitas pegawai sudah cukup

memadai dalam mengoptimalkan penerimaan PAD dari pajak dan retribusi

daerah. Akan tetapi keadaan di lapangan dimana petugas masih lamban dalam

hal penetapan, penagihan, dan pengawasan pajak khususnya pajak hotel. Dalam

pemungutan Pajak Hotel jumlah pegawai yang turun ke lapangan hanya 4-5

orang yang melakukan penagihan maka ini belum cukup optimal. Jumlah hotel

yang cukup banyak tentu saja membutuhkan petugas pemungutan yang cukup.

Agar dalam pemungutan dapat berjalan lancar dan tepat waktu.

Aspek yang perlu dikaji dalam hal ini menyangkut pemungutan pajak,

kemampuan dan motivasi petugas pajak dalam hal melakukan kegiatan

pemungutan pajak, berdasarkan sistem dan prosedur yang ditetapkan di

Kabupaten Nunukan. Disini sangat diperlukan penambahan jumlah aparat

petugas pemungut pajak. Selain itu dalam pengembangan indikator ini perlu

ditingkatkan motivasi serta pengetahuan dan kemampuan petugas pemungut

pajak agar tugas yang dibebankan mampu dilaksanakan dengan baik dan

berhasil.

4.8 Kendala-Kendala Pemungutan Pajak Hotel dan Upaya Peningkatan Kotribusi Pajak Hotel

4.8.1 Kendala-Kendala Pemungutan Pajak Hotel

Kendala yang seringkali dihadapi oleh petugas pemungut pajak hotel di

Kabupaten Nunukan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi

Penagihan dan Penerimaan Syahrullah adalah sebagai berikut:

a. “belum adanya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Padahal pajak sudah diatur dalam perundang-undangan. Namun masyarakat akan dikenakan sanksi apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajibanya dalam membayar pajak.”(Wawancara 14 Agustus 2014)

b. “kadang saat melakukan pemungutan, wajib pajak atau orang yang berkepentingan tidak ada ditempat atau lokasi pemungutan, selain itu

Page 82: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

68

pengaruh kurangnya pemasukan dari hotel atau penginapan yaitu yang ada merupakan kendala dari kurangnya kontribusi dari pajak hotel. Ini disebabkan kurangnya pengunjung yang datang.(Wawancara 14 Agustus 2014)

c. Sarana dan prasarana yang ada masih kurang. Namun dalam pemungutan sudah menggunakan kendaran operasional yang disediakan (motor). (Wawancara 15 Agustus 2014)

d. “dalam pemungutan sama sekali belum ada pengawasan yang dilakukan oleh petugas pajak atau pimpinan.(Wawancara 15 Agustus 2014)

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala dari

pemungutan pajak hotel dipengaruhi oleh tingkat kesadaran wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban pajaknya yang masih kurang. Wajib pajak enggan

bahkan lari dari kewajiban pajaknya. Kendala-kendala juga muncul pada

DPPKAD Nunukan dimana kurangnya sarana-prasarana dalam pemungutan

pajak (kendaraan), kurangnya pengawasan langsung oleh DPPKAD, dan

minimnya petugas/pegawai pajak yang terjun menagih pajak ke lapangan.

Kendala-kendala inilah yang membuat penerimaan pajak hotel dan restoran

belum signifikan dan membuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum maksimal.

4.8.2. Upaya Peningkatan Kontribusi Pajak Hotel

Pajak hotel jika dikelolah dengan baik akan memberikan kontribusi yang

cukup besar bagi penerimaan pajak daerah. Namun persentase kenaikan pajak

hotel di tahun 2013 belum seimbang dengan jumlah hotel di Kabupaten Nunukan

yang jika dimaksimalkan penerimaan pajaknya akan memberikan hasil yang

signifikan. Sehingga dibutuhkan upaya-upaya dari pihak DPPKAD untuk

mengoptimalkan pelaksanaan pemungutan pajak hotel.

Upaya yang dilakukan oleh DPPKAD Kabupaten Nunukan berdasarkan

hasil wawancara dengan Seksi Penetapan Syahrullah, antara lain ditempuh

dengan:

Page 83: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

69

a. Memperluas Basis Penerimaan

Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat

dipungut oleh daerah, yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial,

antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah

pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian,

menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

b. Meningkatkan pengawasan

Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan

secara tiba-tiba dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan

sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta

meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah.

c. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan

Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain mempebaiki prosedur

administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan

efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.

d. Menggali objek-objek pajak yang belum sesuai dengan peraturan dalam

pemungutannya maksudnya pemungutan pajak hotel dilakukan sesuai

dengan tarif yang ditentukan.

e. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi pajak

Sosialisasi berupa bertatap muka langsung dengan wajib pajak lalu

berbincang-bincang tentang pajak hotel, alasan tidak taat pajak, kendala

dalam membayar pajak dan solusinya serta membuat papan himbauan,

spanduk, melalui media cetak maupun elektronik kepada wajib pajak agar taat

pajak.

Page 84: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

70

f. Menambah sarana prasarana pemungutan pajak seperti pengadaan motor

tambahan atau mobil khusus untuk menagih pajak dan kualitas SDM yang

dalam hal ini pegawai DPPKAD.

Page 85: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

71

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah

sebagai berikut.

1. Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Nunukan masih tergolong rendah dalam

memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan daerah selama tahun

2010-2012 dengan jumlah hotel 19 buah.

2. Kontribusi Pajak Hotel masih relatif rendah yaitu hanya 4,27% terhadap

penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012. Selama tahun 2010-2012

kontribusi masing-masing Pajak Hotel dibawah 10%. Pajak Hotel menempati

urutan ketiga dibawah Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame dalam hal

kontribusi Pajak Daerah terhadap Penerimaan Asli Daerah.

3. Sistem pengawasan DPPKAD Nunukan masih belum maksimal, hal ini terlihat

dari belum berjalannya pengawasan langsung yang dilakukan oleh DPPKAD.

Kurangnya pengawasan ini memungkinkan akan terjadinya penyalagunaan

tugas ataupun dari pihak wajib pajak sendiri yang melakukan kecurangan

dilapangan. Pengawasan tidak langsung adalah berupa kegiatan pemeriksaan

atau pengecekan kegiatan pemungutan Pajak Hotel yang dilakukan oleh

petugas pemungutan pajak melalui laporan tertulis atau lisan telah dilakukan

oleh DPPKAD namun memiliki kekurangan yang dimana sering para bawahan

hanya melaporkan hal-hal yang positif saja dengan maksud untuk

menyenangkan pimpinan saja, sehingga pimpinan tidak mengetahui keadaan

Page 86: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

72

yang sesungguhnya. Akibanya ia akan mengambil kesimpulan yang salah.

Pengawasan juga dilakukan DPRD Nunukan dan Inspektorat Nunukan.

4. Sistem pemungutan Pajak Hotel di DPPKAD Nunukan menggunakan sistem

Self Assesment. Pemungutan pajak hotel juga menggunakan stelsel

campuran .

5. Prosedur pemungutan pajak di DPPKAD Nunukan dimulai dengan proses

pendaftaran wajib pajak hotel baru, lalu disusul oleh pendataan, dan

perhitungan pajak hotel, dan yang terakhir ialah proses pembayaran dan

penagihan pajak hotel.

6. DPPKAD Nunukan dalam melakukan tata cara penetapan dan pemungutan

pajak, sistem pemungutan, prosedur pengembalian kekurangan dan kelebihan

pajak, proses banding, proses pemberian sanksi administratif, proses

pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan

pengurangan sanksi administratif telah sesuai dengan Perda Nunukan No. 11

tahun 2011 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Proses pembukuan dan

pencatatan yang dilakukan di DPPKAD Nunukan belum sesuai dengan Perda

Nunukan No. 11 tahun 2011 hal ini belum terdapat dalam Undang-Undang

No. 28 tahun 2009.

7. Pengawai pemungutan pajak dalam segi jumlah telah memadai dalam hal

peningkatan pajak daerah. Dari segi kualitas belum memadai karena

walaupun pendidikan telah tinggi kenyataannya hal ini berbanding terbalik

dengan keadaan dilapangan di mana petugas masih lamban dalam hal

penetapan, penagihan, dan pengawasan pajak khususnya pajak hotel.

8. Kendala-kendala dalam pemungutan pajak timbul dari wajib pajak yang masih

belum sadar tentang pentingnya membayar pajak sehingga enggan bahkan

lari dari tanggung jawab pajak dan DPPKAD yaitu kurangnya pengawasan,

Page 87: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

73

kurangnya sarana-prasarana, dan minimnya petugas/pegawai pajak yang

terjun menagih pajak ke lapangan.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian di DPPKAD, maka peneliti memberikan

saran yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kontribusi pajak hotel di

Kabupaten Nunukan.

1. Perlu dilakukan pemutakhiran data atau informasi yang berkaitan dengan

masalah pajak hotel sebagai salah satu input dalam perumusan perhitungan

nilai potensi pajak hotel dan berusaha menerapkannya sehingga penerimaan

pajak yang diharapkan dapat mendekati nilai potensi tersebut.

2. Terkait dengan pemungutan pajak hotel, perlu dilakukan upaya peningkatan

pelaksanaan sistem dan prosedur yang seharusnya didasarkan pada

ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan tarif yang

telah ditetapkan. Kuantitas dalam hal ini jumlah petugas pemungutan pajak

yang dikerahkan masih kurang sehingga perlu ditambah untuk optimalisasi

pemungutan pajak. Dan kualitas dalam hal ini pengetahuan tingkat

pengetahuan ditingkatkan bagi berlangsungnya sistem dan prosedur

pemungutan yang mampu memberikan hasil yang optimal. Begitu pula

pengadaan sarana dan prasarana perlu diperhatikan dan diberikan kepada

petugas pemungutan pajak demi kelancaran pemungutan pajak di Kabupaten

Nunukan. Selain itu motivasi kerja juga sangat perlu diberikan kepada petugas

pajak dalam melaksanakan tugas.

3. Perlu adanya intensitas kualitas pengawasan untuk menjamin konsistensi

penyelenggaraan sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku baik secara langsung maupun

Page 88: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

74

tidak langsung. Intensitas pengawasan ini untuk menghindari terjadinya

penyelewengan dan kolusi antara wajib pajak dengan petugas pemungutan

pajak oleh pejabat yang berwenang atau yang mewakili pimpinan organisasi

dalam hal ini Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Nunukan.

Page 89: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

75

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Hamdan, 1985. Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Azwar, Saifudin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Budaya.

Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis. 2009. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Djajadiningrat, S.I. 2008. Sistem Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Fentika, Armida. 2005. Intensifikasi Pajak Hotel melalui Pengembangan Pariwisata di Kota Tanjung Pinang. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Gie, The Liang. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

Hasibuan, Melayu S.P. 1996. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Bandung: Bina Aksara.

J.R. Walakandou, Randy. 2013. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Manado. Skripsi. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi Revisi Tahun 2011. Yogyakarta: Andi

Siahaan, P. Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Siagian, P. Sondang. 1970. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi.

Jakarta: Gunung Agung.

Soedargo. 1964. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Soemitro, Rochmat. 1991. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung: NV Eresco.

Syamsi, Ibnu S.U. 1994. Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Jakarta: Rineka Cipta.

Tjahjono, Achmad, M. Fakhri. 2005. Perpajakan Edisi 3. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Page 90: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

76

Tjiptono, Fandy. 1998. Prinsip-Prinsip Total Service. Yogyakarta: Andi.

Pajak Daerah. http://www.pajak-daerah.blogspot.com

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan No. 27 Tahun 2001 Tentang Pajak Hotel.

Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan No. 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.

Rahmanto, Agus. 2007. Efektivitas Pajak Hotel dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang Tahun 2000 – 2004. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Randa M., Devander. 2012. Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran Kabupaten Tana Toraja. Skripsi. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 tentang Otonomi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang No. 28 tahun 2009 pasal 96 ayat 2 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 97 dan 107.

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Winardi, J. 1996. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Page 91: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan
Page 92: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

77

LAMPIRAN 1

BIODATA

Identitas Diri

Nama : Muliati

Tempat, Tanggal Lahir : Nunukan, 19 Agustus 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jln. Perintis Kemerdekaan Perum. Puri

Asri Raya No. 5

Telpon Rumah dan Hp : 085346999623

Alamat E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

- Pendidikan Formal :

TK ABA Muhammadiyah 1996

SDN 001 Muhammadiyah Nunukan 1996-2002

SMP Negeri 1 Nunukan 2002-2005

SMK Negeri 1 Nunukan 2005-2008

S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin Makassar 2008-2014

Pengalaman

- Organisasi :

Anggota Himpunan Pelajar Mahasiswa Nunukan Kalimantan Timur (HPMN-KT)

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.

Makassar, Desember 2014

Muliati

Page 93: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

78

LAMPIRAN 2

Page 94: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

79

LAMPIRAN 3

Page 95: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

80

Page 96: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

81

Page 97: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

82

Page 98: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

83

Page 99: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

84

Page 100: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

85

Page 101: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

86

Page 102: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

87

LAMPIRAN 4

Page 103: SKRIPSI - COnnecting REpositoriesdengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Mengingat luasnya kewenangan

88

LAMPIRAN 5