otalgia kita

37
Disusun Oleh : Ahmad Fauzi Alphonsus Mitio Catur Bagus Windu Saputra Chandra Frayoga Dini Rahma Fitria Rizki Febiyanti Utamy Jamiaturidha Muhammad Ridwan Melinda Eka Pratiwi Nikmatul Maulia Rahayuningtyas Saputri Ratna Sari Ririn Endah Vivi Ramadhini Penguji : Rohman Azzam

Upload: ebiycutez

Post on 19-Jun-2015

6.002 views

Category:

Health & Medicine


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Otalgia kita

Disusun Oleh :

Ahmad Fauzi

Alphonsus Mitio

Catur Bagus Windu Saputra

Chandra Frayoga

Dini Rahma Fitria Rizki

Febiyanti Utamy

Jamiaturidha

Muhammad Ridwan

Melinda Eka Pratiwi

Nikmatul Maulia

Rahayuningtyas Saputri

Ratna Sari

Ririn Endah

Vivi Ramadhini

Penguji : Rohman Azzam

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2011

Page 2: Otalgia kita

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan paling bermakna, kecuali Puji dan

syukur kami kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah

diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kelainan

struktur sistem Sensori Persepsi.

Rasa terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang

telah bersedia membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada

Bapak Rohman Azzam yang telah membimbing kami dengan sepenuh hati,

kepada Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan moril kepada kami,

dan kepada teman-teman yang dengan ikhlas memberi support kepada kami.

Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan,

oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk

memperbaiki kesalahan kami di masa yang akan datang.

Semoga laporan ini dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu

Kelainan strukturs sistem Sensori Persepsi.

Jakarta, 3 November 2011

Penyusun

Page 3: Otalgia kita

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera

pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan

pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui

bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis

akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu

diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,

pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.

Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit , nyeri pada

telinga disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga .

karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, dan

X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga ), maka kulit di tempat ini

menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal

karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan

faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi

temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh

Otalgia tidak ditemukan penyakit telinganya.

Page 4: Otalgia kita

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai “sakit telinga”.

Otalgia utama ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, otalgia

dimaksud adalah nyeri yang berasal luar telinga. Ketika otalgia muncul,

pemeriksaan telinga biasanya menunjukkan beberapa kelainan pada telinga

luar atau tengah. Otalgia mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan

gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran.

Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi

oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang

saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat

sensitif. (Brunner & Suddarth, 1997).

Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga

oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat

suatu penyakit di daerah lain  di luar telinga dengan karakteristik yang

sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang. 

Page 5: Otalgia kita

B. Etiologi

Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :

1. Otalgia primer

a. Otitis Externa

Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna

yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya

penyakit ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya

intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa

disebut sebagai “telinga perenang”( Bluest D, 1996 ).

Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang

sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau

penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi

pada otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering

nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga

berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan

yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang

minimum (Petrus, 1986).

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa

ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran

timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).

b. Polikondritis

Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-

struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula

menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai

aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan

atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali

dalam sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung

dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).

c. Otitis Media

Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya

didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri

Page 6: Otalgia kita

telinga sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri

dicelah telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab

meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas

influenzae. Nyeri telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media

supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi

traktus respi ratorius atas.  Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya

adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan 

gangguan pendengaran, dapat juga  timbul tinnitus dan demam (Petrus,

1986).

d. Barotrauma

Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi

trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan

tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat

terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan

pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya

dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus,

1986).

e. Mastoiditis Supuratif akut

Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media

supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-

kadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis

karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari

otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan

mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga

menunjukkan banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani

dan “sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus

eksternus (Petrus, 1986).

f. Miringitis bulosa

Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik

dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit

ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering

Page 7: Otalgia kita

dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat

purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).

2. Otalgia sekunder

  a.  Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)

1. Penyakit Gigi

Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi,

penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi

subperiosteal rahang atas dan bawah.

2. Iritasi Sinus Paranasal

Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada

sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan

nyeri alih pada telinga.

3.  Lesi di rongga mulut

4.  Glandula salivatori

Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari

submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat

menimbulkan otalgia

5. Iritasi Durameter

Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah

atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.

b.  Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis

Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi

ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang

terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada

lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid.

Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s

palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan

herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat

mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel

sepanjang konka dan liang posterior.

Page 8: Otalgia kita

 c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)

Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah

penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien

biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.

 d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)

Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa

laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada

setiap bagian ini dialihkan ke telinga.

           Laringitis

Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih

otalgia. Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring

dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.

        e. Nervus cervical

Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah

limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan

limfe di oksipital dan mastoid.

C. Klasifikasi

Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas

penyebabnya adalah sebagai berikut :

1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada

di telinga.

Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, 

Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.  

2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.

Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga

mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy,

Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes

peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.

Page 9: Otalgia kita

D. Gejala Klinis

Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan,

biasanya disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai

penyebab.

Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-

garuk telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga

biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat

disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering

timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang

timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-

kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh

batuk dan pilek.

Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang

agak besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah

adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran,

pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau

demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah

mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai

dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering

disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.

E. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: adanya kemerahan di liang telinga, klien mengeluhkan rasa sakit

yang amat sangat menggangu di telinganya.

Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.

Page 10: Otalgia kita

F. Patofisiologi Otalgia

(http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm)

Page 11: Otalgia kita

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan

beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul.

Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek

telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk

mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi

rasa sakit tersebut. 

Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau

endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk

memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes

Toynbee/Valsava  yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi

Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan

pemeriksaan Radiologi.

Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :

A. Tes fungsi

Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui

masih tidaknya fungsi eusthacius

B. Tes pendengaran

Tujuan dari tes pendengaran adalah :

1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau

tidak.

2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.

3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2

C. Tes Suara

Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 –

15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat

melakukan tes Bisik :

Page 12: Otalgia kita

1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien

tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.

2. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada

tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah

agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga

itu.

3. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan

diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata

dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l,

d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j,

v, z ).

4. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.

5. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata

atau 4 dari 5 kata.

6. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf

desis → tuli persepsi.

7. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf

lunak → tuli konduksi

Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik,

tetapi tes ini menggunakan percakan biasa.

            D. Tes Garpu Tala.

Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan

penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa.

Syarat melakukan tes Schwabach :

1. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.

2. Getarkan garpu tala.

3. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid

pemeriksa.

Page 13: Otalgia kita

4. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera

garpu tala diletakkan pada planum mastoid

penderita.

5. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih

dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga

pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan

kanan.

6. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar

suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak

dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.

7. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat

mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita

masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang

).

8. Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat

mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita

sudah tidak dapat mendengar lagi.

Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan

penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada

penderita. Syarat melakukan tes Rinne :

1. Garpu tala digetarkan.

2. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid

penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).

3. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan

garpu tala tegak lurus di depan meatus akustikus

eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).

4. Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes

Rinne (+).

5. Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes

Rinne (–).

Page 14: Otalgia kita

6. Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes

Rinne ragu – ragu.

Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan

penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri

penderita. Syarat melakukan tes Weber :

1. Garpu tala digetarkan.

2. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala

penderita, mis : dahi, ubun – ubun, rahang,

kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.

3. Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.

4. Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras

terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada

gangguan pendengaran yang jenisnya sama.

5. Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga

kanan atau kiri < telinga kanan.

6. Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli

konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada

tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari

yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri,

keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi

lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli

persepsi, kanan tuli konduksi.

Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari

berbagai macam cara untuk mengetahui fungsi pendengaran

seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa

seseorang mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain

selain yang dipaparkan diatas.

Page 15: Otalgia kita

C. Pemeriksaan Keseimbangan

1. Berdiri normal

2. Berdiri kaki rapat

3. Berdiri tandem

4. Berdiri satu kaki

5. Berbagai posisi lengan pada tes di atas

6. Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas

7. Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk

8. Berdiri side fleksi

9. Berjalan memposisikan kaki tandem

10. Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu

11. Berjalan ke samping, berjalan mundur

12. Berjalan di tempat

13. Berjalan dgn berbagai kecepatan

14. Berjalan dan berhenti dengan mendadak

15. Berjalan membentuk lingkaran

16. Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki

17. Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)

D. Terapi

Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai

dengan penyakit primer yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi

yang diberikan dapat berupa : Jika terdapat kotoran yang keras atau

benda asing akan dibersihkan dengan alkohol, asam salisilat. Pada

kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau anti

jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan.

Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.

Page 16: Otalgia kita

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian  Primer (Primery Survey)

1). Airway

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau

adanya  penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi

klien tidak mengalami :

a. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci,

gargling, dll

b. Retensi lendir/sputum di tenggorokan

c. Suara serak

d. tidak Batuk berdahak atau kering

2). Breathing

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau

adanya  penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi

klien mengalami :

a. Batuk

b. Sesak napas

c. Adanya penggunaan otot bantu napas

d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 – 24

x/mnt.

3). Circulation

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau

adanya  penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi

klien :

a. TD  meningkat

b. capillary refill normal

c. Demam

Page 17: Otalgia kita

d. Disability / Neurological

e. Terdapat nyeri pada daerah telinga.

f. Kemampuan pendengaran menurun.

b. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)

1)   Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah klien pernah menderita :

Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, 

Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos dan penyakit

telinga lainnya. Juga beberapa penyakit diluar telinga

seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di

rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s

palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis

atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.

2)   Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

Aktivitas menurun

Adanya perubahan pola tidur

Lebih sering istirahat

Data obyektif :

Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran

Tidak terjadi Perubahan tonus otot  ( flasid atau

spastic),  paraliysis ( hemiplegia )

Terlihat kelemahan umum.

gangguan pendengaran

Page 18: Otalgia kita

          b. Sirkulasi

Data Subyektif:

Demam, akral hangat

Data obyektif:

Suhu tubuh diatas 37,5oC

Kadar WBC meningkat

c. Eliminasi

Data Subyektif:

Tidak mengalami gangguan eleminasi

Data obyektif

Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )

d. Makan/ minum

Data Subyektif:

Kemungkinan nafsu makan menurun

Data obyektif:

Makanan tersisa lebih dari setengah

Hanya mampu makan ¼ porsi

e. Sensori neural

Data Subyektif:

Kelemahan

Pendengaran berkurang

Data obyektif:

Status mental baik

Menurunnya kemampuan mendengar

Page 19: Otalgia kita

f.  Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh

penyakit primer dari otalgia

Data obyektif:

Tingkah laku yang tidak stabil

Gelisah

Ketegangan otot

g. Respirasi

Data Subyektif :

Sesak nafas

Batuk kering

Flu

Data obyektif:

Frekuensi pernafasan menurun

Batuk tidak berdahak

Adanya suara nafas tambahan

Menggunakan otot bantu pernafasan

h. Keamanan

Data Subyektif :

Cemas

Data obyektif:

Motorik/sensorik : masalah dengan pendengaran

Perubahan persepsi terhadap tubuh

Penurunan pendengaran

Page 20: Otalgia kita

i. Interaksi sosial

Data Subyektif:

Pendengaran menurun

Data obyektif:

Penurunan komunikasi.

( Doengoes edisi 3, 2000 )

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik karena penyakit

lain ditandai dengan adanya nyeri secara verbal, adanya gerakan

untuk melindungi bagian tubuh yang nyeri dan terlihat meringis,

tekanan darah meningkat, dan nadi meningkat.

2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai

dengan kulit diraba hangat, peningkatan suhu tubuh di atas rentang

normal takhikardi dan kulit nampak merah.

3. Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi :  nyeri  yang ditandai

dengan peningkatan saliva dan melaporkan adanya mual.

4. Gangguan sensori persepsi : pendengaran yang berhubungan

dengan perubahan sensori persepsi pendengaran yang ditandai

dengan distorsi pendengaran, perubahan pola komunikasi dan

gelisah.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

informasi yang ditandai dengan mengungkapkan adanya masalah.

Page 21: Otalgia kita

3.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

cedera fisik

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24

jam nyeri akut yang klien

rasakan dapat terkontrol,

dengan Kriteria hasil :

- tidak melaporkan

adanya nyeri secara

verbal

- tekanan darah normal,

dan nadi normal

MANDIRI

- Kaji tingkat nyeri yang

dirasakan baik intesitas,

karakterisk maupun

beratnya (skala 1-10)

- Berikan lingkungan yg

tenang sesuai indikasi.

- Berikan kompres hangat

pada lokasi nyeri.

- Berikan posisi yang

nyaman pada klien sesuai

indikasi.

KOLABORASI :

- Berikan analgetik, seperti

asetaminofen

MANDIRI

- Sebagai indikator

keefektifan intervensi

yang diberikan dan

perubahan karakteristik

nyeri.

- Menurunkan reaksi

terhadap stimulasi dari

luar atau sensivitas pada

suara-suara bising dan

meningkatkan

istirahat/relaksasi.

- Mampu meningkatkan

rasa nyaman dan

mengurangi rasa nyeri.

- Menurunkan gerakan

yang dapat

meningkatkan nyeri.

KOLABORASI

- Mungkin diperlukan

untuk menghilangkan

nyeri yang berat serta

meningkatkan

kenyamanan dan

istirahat.

2. Hipertermia

berhubungan

Setelah diberikan askep

selama 3 x 24 jam, pada

MANDIRI :

- Pantau suhu klien

MANDIRI :

- Untuk menentukan

Page 22: Otalgia kita

dengan penyakit

atau trauma.

klien tidak terjadi

hipertermi, dengan kriteria

hasil :

a. - Suhu dalam rentang

normal.

b. - Kulit tidak hangat

c. - Kulit di daerah telinga

luar tidak terlihat

kemerahan.

setiap 8 jam

- Anjurkan klien

untuk

menggunakan

kompres hangat

- Anjurkan klien

pentingnya

mempertahankan

asupan cairan yang

adekuat

- Jelaskan perlunya

menggunakan

pakaian yang

kendur dan tipis

serta menyerap

keringat

KOLABORASI :

- Anjurkan

pemberian

antipiretik paraceta

mo

intervensi selanjutnya

- membantu untuk

menurunkan suhu badan

klien

- Mencegah dehidrasi

- Untuk pengeluaran

panas lebih efektif

KOLABORASI :

- Pemberian

antipiretik dapat

menurunkan panas

badan klien

3. Nausea

berhubungan

dengan faktor

fisiologi

Setelah diberikan askep

selama 2 x 24 jam

diharapkan tanda-tanda

nausea berkurang atau tidak

ada lagi, dengan Kriteria

hasil :

a.   - Tidak mengalami

peningkatan saliva

MANDIRI :

- Dorong pasien untuk

makan sedikit, tapi sering

dan untuk makan dengan

perlahan. Makanan

sebaiknya jenis lembut

cair dan dingin

- Singkirkan

pemandangan  bau yang

MANDIRI :

- Makanan yang

cair lembut dan

dingin biasanya

ditoleransi dengan

baik

- Bau yang tidak

sedap dapat

Page 23: Otalgia kita

tidak sedap dari area

makanan

- Dorong klien untuk

istirahat pada posisi semi

fowler setelah makan dan

mengganti posisi dengan

perlahan

- Batasi minum bersama

makan, hindari bau

makanan dan stimulus

yang tidak mengenakkan.

memicu mual.

- Dapat mencegah

aspirasinya

makanan dan

dapat mengurangi

rasa mual.

- Teknik untuk

mengurangi mual.

4. Gangguan

sensori

persepsi :

pendengaran

yang

berhubungan

dengan

perubahan

sensori persepsi

pendengaran

yang ditandai

dengan distorsi

pendengaran,

perubahan pola

komunikasi dan

gelisah.

Setelah diberikan askep

selama 4 x24 jam,

diharapkan gangguan

sensori

persepsi :pendengaran

berkurang, dengan

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi distorsi

pendengaran

- Komunikasi yang

dilakukan dapat

diterima

MANDIRI :

- Orientasi dengan

kenyataan

- Memberikan

dukungan secara

emosional

- Ajarkan klien

perawatan telinga

yang sesuai

indikasi

- Memperbaiki cara

komunikasi dengan

bicara pelan di

dekat klien dan

tidak berteriak-

teriak

- Berikan posisi yang

MANDIRI :

- Menimbulkan mental

klien yang positif

- Meyakinkan klien

bahwa dia tidak sendiri

dan ada yang

memperhatikan dirinya

- Agar tidak

memperparah penurunan

pendengaran yang terjadi

pada klien

- Dengan berteriak-teriak

dapat memperparah

kondisi telinga klien

-Agar telinga klien tidak

Page 24: Otalgia kita

nyaman dan tidak

bising

tambah sakit karena

kebisingan dapat

menjadi faktor pencetus

nyeri telinga dan

penurunan pendengaran

5. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

keterbatasan

paparan

informasi

Setelah diberikan askep

selama 1 x 30 menit

diharapkan kurang

pengetahuan klien dapat

diatasi, dengan kriteria

hasil :

- Mengungkapkan

masalah berkurang

- Klien mampu

menyebutkan

penyebab dari

otalgia

- Klien mampu

mampu

menyebutkan hal

yang dapat

memperburuk

penyakitnya

- Klien mampu

menyebutkan

upaya-upaya untuk

mencegah

menderita otalgia

kembali

MANDIRI :

- Kaji tingkat

pengetahuan klien.

- Berikan

kesempatan pada

klien untuk

menanyakan hal-

hal mengenai

penyakitnya

- Informasikan pada

klien mengenai

penyakit.

- Berikan

kesempatan pada

klien untuk

mengulangi

kembali informasi

yang telah

disampaikan.

MANDIRI :.

- Mengetahui

kemampuan

kognitif agar dapat

memilih intervensi

yang tepat

- Memberikan

kesempatan untuk

menggali

keingintahuan

klien mengenai

penyakitnya

- Membantu agar

klien dapat

mengerti dan

paham dengan

penyakitnya

- Mengevaluasi

intervensi yang

telah dilakukan

pada klien

Page 25: Otalgia kita

Daftar Pustaka

Rowland,Aled.Miliford Chris.1999.Share Care For ENT. Oxford:ISIS Medical

Media

Black, M Joyce. Hawk, Jane Hokansen. 2001. Medical Surgical Nursing. USA.

ELSEVIER.

Suddarth & Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi

8.Jakarta:EGC.

http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm.