osteomielitis
TRANSCRIPT
REFERAT OSTEOMIELITIS
PENDAHULUAN
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular
(tipe I kolagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Sel-sel pada tulang adalah :
Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan
dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris
pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting
dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.
Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian
yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan
sel monosit makrofag.
Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast
selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang. Tulang
membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel
sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan
homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan
padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan
pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain:Tulang memiliki system
kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah
untuk nutrisi sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler
tulang selalu mengalami pengapuran.
REFERAT OSTEOMIELITIS
STRUKTUR MAKROSKOPIK
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur: Substantia spongiosa (berongga)
Substantia compacta (padat) Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa
dindingnya merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang
berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling
berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.
Gambar 1. Struktur makroskopik tulang
REFERAT OSTEOMIELITIS
JENIS JARINGAN TULANG
Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :
Tulang muda/tulang primer
Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut
kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.
Jaringan Tulang Primer
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang
yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya
akan diganti dengan tulang sekunder. Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut
sebagai woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak
teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat
seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan
tulang baru akibat keadaan patologis. Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat
ciri lain untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga
mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan
jaringan tulang sekunder. Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi
tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang
orang dewasa yang sehat itu hanya terdapat lamella saja.
Jaringan Tulang Sekunder
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone karena
jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-
lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae(lapisan)
setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang
dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf
dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema
Haversi atau osteon. Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau
kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan
sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam
REFERAT OSTEOMIELITIS
lamellae di dekatnya arahnya menyilang. Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat
substansi amorf yang merupakan bahan perekat. Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai
pola sebagai berikut: Tersusun konsentris membentuk osteon. Lamellae yang tidak tersusun
konsentris membentuk systema interstitialis. Lamellae yang malingkari pada permukaan luar
membentuk lamellae circumferentialis externa. Lamellae yang melingkari pada permukaan
dalam membentuk lamellae circumferentialis interna.
PERIOSTEUM
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang
mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan
bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke
dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena
memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam
proses penyembuhan tulang.
Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena : pembuluh-pembuluh darah yang masuk
ke dalam tulang. terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum tulang
dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis Haversi
dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang
berubah potensinya menjadi osteogenik.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Gambar 2. Struktur tulang
KOMPONEN JARINGAN TULANG
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-
unsur: sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh,
seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan
pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti
terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak
basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis
protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis
protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa
bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini
dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya
dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak
jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-
ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal
ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang
berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor
yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti
sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun
1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang.
Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan
jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas
terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled
border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat
mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses
persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan
tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik
berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan
tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis
darah jangka panjang.
Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas
merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang osteosit yang terlepas
akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak
REFERAT OSTEOMIELITIS
ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan
terjadinya penghancuran jaringan tulang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik. Sel-sel
tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga
endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel
osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari
jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan
osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas
yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses
penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh lingkungannya,
apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak
ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat pula penelitian yang
menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih
pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Gambar 3. Komponen mikroskopik jaringan tulang
MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ± 70%
garam anorganik dan 30% matriks organic. 95% komponen organic dibentuk dari kolagen,
sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang
tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang
adalah kurang lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen
pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga
dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih kecil
dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic.
Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat dalam
pengaturan pembentukan fiber kolagen. Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla
protein) yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang
REFERAT OSTEOMIELITIS
berfungsi sebagai jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam
salisilat) dan beberapa protein. Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar
terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal
tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat,
magnesium, natrium, dan potassium. Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik
dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya
serabut kolagen.
MEKANISME KALSIFIKASI DAN RESORPSI TULANG
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti, namun disini akan dibahas
garis besarnya. Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium dan
fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas
berperan dalam mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan
jaringan mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2
apabila terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut diperoleh dari
pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh
hormone parathyreoid dan pemberian vitamin D atau pengaruh makanan yang mengandung
garam kalsium tinggi. Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi
yang agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena
CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium
yang lebih tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang
dapat larut. Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit
hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa organik
yang ada di sekitarnya. Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti
pengendapan, sehingga kristal-kristal kalsium akan tersusun sepanjang serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena tulang akan dapat tumbuh
membesar dengan cara menambah jaringan tulang baru dari permukaan luarnya yang dibarengi
dengan pengikisan tulang dari permukaan dalamnya. Resorpsi tulang yang sangat erat
hubungannya dengan sel-sel osteoklas, mencakup pembersihan garam mineral dan matriks
organic yang kebanyakan merupakan kolagen. Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut
terdapat 3 kemungkinan: osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang
REFERAT OSTEOMIELITIS
disusul dengan depolimerisasi molekul-molekul organic, osteoklas menyebabkan depolimerisasi
mukopolisakarida dan glikoprotein sehingga garam mineral yang melekat menjadi bebas, sel
osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen. Rupanya, cara yang paling mudah untuk
osteoklas dalam membersihkan garam mineral yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang
cukup asam pada permukaan kasarnya. Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam belum
dapat dijelaskan. Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma osteoklas yang
pernah dibuktikan.
PERTUMBUHAN TULANG
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu osteogenesis desmalis dan
osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive
diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan
tulang. Hasil kedua proses osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang selanjutnya akan
mengalami remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk tulang dewasa yang
tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi pada rasio yang jauh
lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena fungsi dan untuk
mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini diatur oleh hormone
pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.
Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa, karena terjadinya dalam
membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang
mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak. Mula-mula jaringan mesenkhim
mengalami kondensasi menjadi lembaran jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh
darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolannya. Dalam substansi
interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen halus yang terpendam dalam substansi dasar
yang sangat padat. Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang yaitu
matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang berdekatan. Oleh karena di
daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh darah, maka
matriks yang terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan
Pusat penulangan primer. Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi
REFERAT OSTEOMIELITIS
osteoblas yang memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga
berbentuk lempeng-lempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi
molekul-molekul tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul oleh proses pengendapan garam
kalsium fosfat pada sebagian dari matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis tipis matriks
osteoid sekeliling osteoblas. Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam
dalam matriks yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara sel-sel tersebut
masih terdapat hubungan melalui tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam kanalikuli.
Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit akan diganti kedudukannya oleh sel-sel jaringan
pengikat di sekitarnya. Dengan berlanjutnya perubahan osteoblas menjadi osteosit maka
trabekulae makin menebal, sehingga jaringan pengikat yang memisahkan makin menipis. Pada
bagian yang nantinya akan menjadi tulang padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat
sempit, sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang berongga, jaingan pengikat
yang masih ada akan berubah menjadi sumsum tulang yang akan menghasilkan sel-sel darah.
Sementara itu, sel-sel osteoprogenitor pada permukaan Pusat penulangan mengalami mitosis
untuk memproduksi osteoblas lebih lanjut.
Osteogenesis Enchondralis
Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran khondrosit di tengah-tengah
diaphysis yang dinamakan sebagai pusat penulangan primer. Sel – sel khondrosit di daerah pusat
penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago akan terdesak mejadi
sekat – sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada saat ini
matriks kartilago siap menerima pengendapan garam – garam kalsium yang pada gilirannya akan
membawa kemunduran sel – sel kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya.
Kemunduran sel – sel tersebut akan berakhir dengan kematian., sehingga rongga – rongga yang
saling berhubungan sebagai sisa – sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan
kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada saat yang
bersamaan, perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga
di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan tulang ini melalui penulangan
desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa
REFERAT OSTEOMIELITIS
yang mengelilingi pusat penulangan yang masih berongga – rongga sehingga bertindeak sebagai
penopang agar model bentuk kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan
pipa periosteal. Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh – pembuluh darah dari
perikhondrium,yang sekarang dapat dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus masuk
kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago yang mengalami klasifikasi.
Darah membawa sel – sel yang diletakan pada dinding matriks. Sel – sel tersebut memiliki
potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan pada matriks kartilago akan
bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan
pada matriks kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh matriks
kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran pula sehingga
akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih mengandung matriks
kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat penulangan primer yang terjadi dalam
diaphysis akan disusun oleh pusat penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung
model kerangka kartilago.
PERTUMBUHAN MEMANJANG TULANG PIPA
Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di daerah epiphysis, maka
teradapatlah sisa – sisa sel khondrosit diantara epiphysis dan diaphysis. Sel – sel tersebut
tersusun bederet –deret memanjang sejajar sumbu panjang tulang. Masing – masing deretan sel
kartilago dipisahkan oleh matriks tebal kartilago, sedangkan sel –sel kartilago dalam masing –
masing deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang memisahkan epiphysis dan
diaphysis berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan Discus epiphysealis.
Sel –sel dalam masing – masing deretan tidak sama penampilannya. Hal ini disebabkan karena
ke arah diaphysis sel – sel kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan – perubahan
yang terjadi pada pusat penulangan. Karena perubahan sel –sel dalam setiap deret seirama, maka
discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah – daerah perkembangan.
Daerah – daerah perkembangan :
Zona Proliferasi: sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel – sel gepeng.
Zona Maturasi: sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah besar.
Zona hypertrophy: sel –sel membesar dan bervakuola.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Zona kalsifikasi: matriks cartílago mengalami kalsifikasi.
Zona degenerasi : sel – sel cartílago berdegenerasi diikuti oleh terbukanya lacuna
sehingga terbentuk trabekula.
Gambar 4. Daerah pertumbuhan tulang
REFERAT OSTEOMIELITIS
Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di daerah ke arah diaphysis
diletakan sel –sel yang akan berubah menjadi osteoblas yang selanjutnya akan melanjutkan
penulangan.
Dalam proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis, sehingga akhirnya pada
orang yang telah berhenti pertumbuhan memanjangnya sudah tidak deketemukan lagi.
PEMBESARAN DIAMETER TULANG PIPA
Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus epiphysealis juga mengalami
pertambahan diameter dengan cara pertambahan jeringan tulang melalui penulangan oleh
periosteum lapisan dalam yang dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang dari permukaan
dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun diameter tulang bertambah
namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena tanpa pengikisan,berat tulang
akan bertambah terus sehingga mengganggu fungsinya.
PERUBAHAN STRUKTUR JARINGAN TULANG
Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk semacam sistem harvers yang tidak
teratur polanya yang dinamakan sistem Havers primitif. Untuk membentuk sistem Havers
dengan pola teratur, perlulah sistem Havers primitif mengalami perubahan sehingga terjadilah
tulang sekunder. Perubahan dimulai pada beberapa tempat yang terletak tersebar dalam bentuk
rongga – rongga yang disebabkan erosi tulang oleh sel-sel osteoklas. Rongga – rongga tersebut
meluas sehingga terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh masuknya pembuluh darah
bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga – rongga tersebut. Apabila rongga sudah
cukup besar, erosi akan berhenti dalm mulailah pembentukn tulang oleh osteoblas yang diletakan
oleh darah pada dinding rongga. Pembentukan tulang berlangsung sebagai lembaran – lembaran
yang dimulai dari dinding rongga yang makin lama makin mengecilkan rongga sehingga
akhirnya pembuluh darah dikelilingi penuh oleh lembaran – lembaran tulang. Dengan demikian
terbentuklah sistem harvers dengan pembuluh darah di tengahnya. Pada perbatasan luar setiap
sistem harvers terdapat substansi perekat yang merupakan sisa matriks tulang.
Pembentukan sistem Havers tidak berhenti estela proses di atas, namun akan terjadi pula erosi
lagi yang diikuti pembentukan sistem harvers baru seperti semula. Proses tersebut terjadi
REFERAT OSTEOMIELITIS
berulang-ulang sehingga pada potongan melintang tulang pipa akan dapat dibedakan beberapa
struktur:
Sistem Havers yang lama
Sistem Havers yang sedang dibentuk
Ruang-ruang karena erosi
Sisa – sisa sistem harvers sebagai lamela intersitiil.
Gambar 5. Perubahan struktur jaringan tulang (Humerus)
PEMBAHASAN
REFERAT OSTEOMIELITIS
Osteomielitis masih merupakan masalah di bidang ortopedi, terutama pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh masih tingginya insidens dan
banyaknya kasu-kasus yang terabaikan. Disamping itu, osteomielitis dapat menimbulkan
berbagai komplikasi antara lain berupa patah tulang patologis, gangguan pertumbuhan,
penyebaran infeksi dan timbulnya amiloidosis. Sebelum era antibiotika, osteomielitis bahkan
merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi pada anak-anak. Dengan pemakaian
antibiotika, angka kematian tersebut dapat ditekan. Walaupun demikian angka morbiditas masih
tetap tinggi.
Keberhasilan pengobatan terhadap osteomielitis ditentukan oleh factor-faktor diagnosis
yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotika atau tindakan
pembedahan.
Keterlambatan diagnosa tidak terlalu berpengaruh pada kelainan musculoskletal, tetapi
hal ini tidak berlaku pada infeksi tulang dan sendi. Kenyataannya, bahkan keterlambatan 24 – 48
jam dalam mendapatkan penanganan yang sesuai pada infeksi tulang dan sendi, dapat
meningkatkan resiko kecacatan yang permanen.
Osteomielitis adalah proses infeksi yang melibatkan tulang besarta kavitas medulla.
Bakteri penyebab infeksi dapat sampai ke tulang melalui tiga cara, yaitu :
1. Secara hematogen
2. Secara inokulasi akibat trauma (misalnya fraktur terbuka, operasi)
3. Per kontinuatum
Cara penyebaran ini merupakan factor yang penting dalam presentasi penatalaksanaan pasien.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Gambar 6. Penyebab infeksi tulang
DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi akut atau kronik pada tulang dan medulla tulang, baik karena infeksi
piogenik atau non-piogenik (misalnya Mycobacterium tuberculosa).2
Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering femur diikuti oleh tibia,
humerus, radius, ulna, dan fibula. Bagian tulang yang sering terkena adalah metafisis dan
penyebab terseringnya adalah Staphylococcus aureus.
ETIOLOGI
REFERAT OSTEOMIELITIS
Mikroorganisme penyebab osteomielitis :
1. Staphylococcus aureus (tersering 70 – 80%)
2. Streptococcus pyogenes
3. Haemophilus influenza
4. Escherichia coli
5. Pseudomonas aeroginosa
6. Proteus
KLASIFIKASI
Osteomielitis dibagi menjadi Osteomielitis primer (hematogenik) dan Osteomielitis sekunder.
1. Osteomielitis primer (hematogen)
Disebabkan oleh karena adanya penyebaran secara hematogen dari fokus lain. Osteomielitis
primer dapat dibagi atas :
a. Osteomielitis Hematogen Akut
b. Osteomielitis Hematogen Subakut
c. Osteomielitis Kronis
2. Osteomielitis Sekunder
Osteomielitis Sekunder atau osteomielitis perkontinuitatum yang disebabkan penyebaran kuman
dari sekitarnya, seperti bisul atau luka
INFEKSI BAKTERI PIOGENIK
Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro-organisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang
pada orang dewasa. Diagnosis ini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari
pengobatan yang tepat dan segera.
Etiologi
REFERAT OSTEOMIELITIS
Factor predisposisi osteomielitis hematogen akut adalah :
Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak.
Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 4:1
Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomielitis akut.
Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi di daerah metafisis karena daerah ini
merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang.
Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya focus infeksi sebelumnya
(seperti bisul, tonsillitis) merupakan predisposisi osteomielitis hmatogen akut.
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh :
Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
Streptococcus hemolitikus.
Haemophilus influenza (55%) pada anak umur di bawah 4 tahun.
Organisme lain seperti B. coli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumokokus, Salmonella
typhosa, Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobic yaitu
bakteroides fragilis.
Patologi dan pathogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :
1. Penyebaran umum
Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septicemia
Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifocal pada daerah-
daerah lain.
2. Penyebaran lokal
Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periosteum.
Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit.
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septik.
Penyebaran ke medulla tulang sekitarnya sehingga system sirkulasi dalam tulang
terganggu. Hal ini meyebabkan kematian tulang local dengan terbentuknya tulang
mati yang disebut Sequestrum.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu :
Teori vaskuler (Trueta)
Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan membentuk sinus-sinus
sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat. Aliran darah yang lambat pada
daerah ini memudahkan bakteri berkembang biak.
Teori fagositosis
Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan system retikulo-endotelial. Bila terjadi
infeksi, bakteri akan difagosit oleh sel-sel fagosit matur di tempat ini. Meskipun
demikian, di daerah ini terdapat juga sel-sel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit
bakteri sehingga beberapa bakteri tidak difagosit dan berkembang biak di daerah ini.
Teori trauma
Bila trauma artificial dilakukan pada binatang percobaan maka akan terjadi hematoma
pada daerah lempeng epifisis. Dengan penyuntikan bakteri secara intravena, akan terjadi
infeksi pada daerah hematoma tersebut.
Gambar 7. Teori Vaskuler
REFERAT OSTEOMIELITIS
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada umur, daya tahan
penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari focus
tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat menimbulkan septicemia. Embolus
infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses
selanjutnya terjadi hiperemi dan edema di daerah metafisis disertai pembentukan
pus.terbentuknya pus dalam tulang dimana jaringan tulang tidak dapat berekspansi akan
menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan
terganggunya sirkulasi dan timbul thrombosis pada pembuluh darah tulang yang akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang. Disamping proses yang disebutkan diatas, pembentukan tulang
baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis (terutama pada
anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mayat yang disebut
involucrum dengan jaringan sequestrum di dalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu
kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus (discharge) dari involucrum
yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah
tulang kanselosa, infeksi terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses
tulang kronik yang disebut abses Brodie.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Gambar 8. Skematis perjalanan penyakit osteomielitis
Gambaran Klinis
Gambaran klinis osteomielitis hematogen tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit.
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada awal penyakit,
gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise menonjol sedangkan gejala local seperti
pembengkakan atau selulitis belu tampak. Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai
demam tifoid.3
Nyeri spontan local yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta
kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Nyeri tekan
Gangguan pergerakkan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spame local. Gangguan pergerakkan sendi juga dapat
disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (arthritis septik)
REFERAT OSTEOMIELITIS
Pada orang dewasa lokalisasi infeksi biasanya pada daerah vertebrae thoraco-lumbal yang terjadi
akibat torakosentesis atau akibat prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat kencing
manis, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan imunosupresi, oleh karena itu
riwayat hal-hal yang tersebut diatas perlu ditanyakan.
Gambar 9. Gambaran klinis osteomyelitis akut
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah
o Sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai peningkatan laju endap darah
o Pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus
o Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan jenis bakterinya (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas. Juga harus diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit
yang merupakan jenis osteomielitis yang jarang.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteriSalmonella
Pemeriksaan biopsi
Dilakukan pada tempat yang dicurigai
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak detemukan kelainan radiologik
yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran
destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2 minggu) berupa rarefaksi tulang yang
REFERAT OSTEOMIELITIS
bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang
terangkat. Pemeriksaan radioisotope dengan 99mtechnetium akan memperlihatkan
penangkapan isotop pada daerah lesi. Dengan menggunakan teknik label leukosit dilakukan
scanning dengan 87mgallium yang mempunyai afinitas terhadap leukosit dimana 111mindium
menjadi positif.
Gambar 10. Foto rontgen osteomyelitis akut
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut adalah:
Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotic yang memadai, kematian akibat septicemia
padasaat ini jarang ditemukan.
Infeksi yang bersifat metastatik
REFERAT OSTEOMIELITIS
Infeksi dapat bermetastasis ke tulang/sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat
multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status gizi yang jelek.
Artritis supuratif
Artritis supuratif dapat terjadi pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang
bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada
osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya
pada sendi panggul) atau melalui infeksi metastatik.
Gangguan pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga yang terkena akan menjadi lebih
pendek.
Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan
Stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih cepat dan
menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
Osteomielitis kronis
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan
berlanjut menjadi osteomielitis kronis.
Diagnosis banding
1. Selulitis
2. Artritis supuratif akut
3. Demam reumatik
4. Krisis sel sabit
5. Penyakit Gaucher
6. Tumor Ewing
Pengobatan
1. Istirahat dan pemberian analgesic untuk menghilangkan nyeri.
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu transfuse darah.
3. Istirahat local dengan bidai atau traksi.
4. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utamanya yaitu Staphylococcus
aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotic diberikan selama 3-6 minggu
REFERAT OSTEOMIELITIS
dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah penderita. Antibiotik tetap
diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap darah normal.
5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal
(tidak ada perbaikan keadaah umum), maka dapat dipertimbangkan drainase bedah
(chirurgis). Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan
intra-osteus kemudian dilakukan pemeriksaan biakan kuman. Drainase dilakukan selama
beberapa hari dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 % dan dengan antibiotic.
Osteomielitis hematogen subakut
Kelainan ini dapat ditemukan di beberapa Negara dengan insiden yang hampir sama dengan
osteomielitis akut. Gejala osteomielitis subakut lebih ringan oleh karena organism penyebabnya
kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis hematogen subakut biasanya
disebabkan oleh Staphtlococcus aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur dan
proksimal tibia.
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dang mengandung cairan
seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel-sel inflamasi akut dan
kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Gambar 11. Foto rontgen osteomyelitis subakut
Gambaran klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri local, sedikit pembengkakan dan
dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa
minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh penderita biasanya normal.
Pemeriksaan laboratorium
Lekosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat.
REFERAT OSTEOMIELITIS
Diagnosis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama pada daerah
metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang panjang.
Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan berupa pemberian antibiotic yang adekuat selama 6 minggu. Apabila
diagnosis ragu-ragu, maka dapat dilakukan biopsi dan kuretase.
Osteomielitis sklerosing
Osteomielitis sklerosing atau osteomielitis Garre adalah suatu osteomielitis subakut dan
terdapat kavitas yang dikelilingi oleh jaringan sklerotik pada daerah metafisis dan diafisis tulang
panjang. Penderita biasanya remaja dan orang dewasa, terdapat rasa nyeri dan mungkin sedikit
pembengkakan pada tulang.
Pemeriksaan radiologis
Pada foto roentgen terlihat adanya kavitas yang difus dan dikelilingi oleh jaringan tulang yang
sklerotik.
Gambar 12. Osteomyelitis kronis
REFERAT OSTEOMIELITIS
Pengobatan
Pengobatan osteomielitis sklerosing berupa eksisi dan kuretase lesi.
Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak
terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis dapat juga terjadi setelah fraktur
terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Stafilokokus aureus (75%), atau E.
colli, Proteus atau Pseudomonas. Stafilokokus epidermidis merupakan penyebab utama
osteomielitis kronik pada operasi-operasi ortopedi yang menggunakan implan.
Patologi dan patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya resolusi
dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing
bagi tulang dan merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka
(pada tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat
keluar/dobersihkan dari medulla tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya
terjadi destruksi dan sclerosis tulang yang terlihat pada foto rontgen.
Gambaran klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah operasi, yang
bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di
daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau
sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol
keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada penderita
REFERAT OSTEOMIELITIS
Gambar 13. Gambaran klinis kronis
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan laju endap darah, leukositosis serta
peningkatan titer antibody anti-stafilokokus. Pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas diperlukan
untuk menentukan organisma penyebabnya.
Pemeriksaan radiologis
1. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan sclerosis tulang,
penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
2. Radioisotop scanning
Radioisotop scanning dapat membantu menegakkan diagnosis osteomielitis kronis
dengan memkai 99mTCHDP.
3. CT dan MRI
REFERAT OSTEOMIELITIS
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk melihat
sejauh mana kerusakan tulang yang terjadi.
Pengobatan
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas:
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata.
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya
Mengontrol eksaserbasi akut
2. Tindakan operatif
Tidakan operatif dilakukan bilafase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan
pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan untuk:
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan
tulang (sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan
drainase dan dilanjutkan irigasi secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya
diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang infeksi.
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran
dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
Komplikasi
1. Kontraktur sendi
2. Penyakit amiloid
3. Fraktur patologis
4. Perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis (karsinoma epidermoid, ulkus
Marjolin)
5. Kerusakan epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan.
REFERAT OSTEOMIELITIS
OSTEOMIELITIS AKIBAT FRAKTUR TERBUKA DAN OPERASI
Osteomielitis akibat fraktur terbuka
Osteomielitis akibat fraktur terbuka merupakan osteomielitis yang paling sering
ditemukan pada orang dewasa. Pada suatu fraktur terbuka dapat ditemukan kerusakan jaringan,
kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma dan hubungan antara fraktur dengan dunia luar
sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi.
Osteomielitis akibat fraktur terutama disebabkan oleh Stafilokokus aureus, B. coli,
Pseudomonas dan kadang-kadang oleh bakteri anaerobic seperti Clostridium, Streptokokus
anaerobic atau Bakteroides.
Pada fraktur terbuka perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman guna menentukan
organism penyebabnya.
Gambaran klinis
Gambaran klinis pada osteomielitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri,
pembengkakan pada daerah fraktur dan sekresi pus pada luka. Pada pemeriksaan darah
ditemukan leukositosis dan peningkatan laju endap darah.
Pengobatan
Prinsip penanganan pada kelainan ini sama dengan osteomielitis lainnya. Pada fraktur terbuka
sebaiknya dilakukan pencegahan infeksi melalui pembersihan dan debrideman luka. Luka
dibiarkan terbuka dan diberikan antibiotic yang adekuat.
Osteomielitis pasca operasi
Osteomielitis jenis ini terjadi setelah suatu operasi tulang (terutama pada operasi yang
menggunakan implant), yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada pembedahan. Gejala
infeksi dapat timbul segera setelah operasi atau beberapa bulan kemudian.
Osteomielitis pasca operasi yang paling ditakuti adalah osteomielitis setelah suatu operasi
atroplasti. Pada keadaan ini pencegahan osteomielitis lebih penting dari pada pengobatan.
REFERAT OSTEOMIELITIS
TUBERKULOSIS TULANG DAN SENDI
Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk
tulang dan sendi. Lesi pada tulang dan sendi hampir selalu disebabkan penyebaran hematogen
dari kompleks primer pada bagian tubuh lain. Biasanya terjadi 6-36 bulan setelah infeksi primer,
tetapi dapat saja timbul bertahun-tahun kemudian.
INSIDENS
Sering mengenai vertebra 40-50%, panggul 30% dan sendi lutut dan sendi-sendi lainnya.
Biasanya sering pada anak-anak (antara 1-10 tahun 70%) dengan rasio perbandingan laki-laki
dan wanita 3:1. Dapat disertai dengan adanya tuberkulosis paru-paru.
PATOGENESIS
Penyebaran tuberkulosis biasanya terjadi karena penyebaran basil tuberculosis melalui darah.
Penyebaran terjadi karena kelenjar hillus yang mengiju memecah ke dalam peredaran darah.
Penyebaran terjadi pada sinovium dan jaringan subchondral. Pada proses tuberculosis tidak sama
dengan proses infeksi piogenik.
Sifat-sifat basil tuberculosis:
1. Menghambat proses fibrinolitik
2. Tidak menghasilkan plasminogen activator
Akibat timbul fibrosis dan granulasi tuberculosis, timbul panus pada permukaan sendi.
GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis merupakan gejala klinis tuberkulosis umumnya yaitu adanya malaise, badan hangat,
kurus dan keringat malam. Pada daerah sendi yang terkena tampak adanya pembengkakan, rasa
sakit dan terbatasnya gerak sendi, spasme otot. Kelenjar getah bening regional membesar dan
nyeri.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan darah tepi laju endap darah meninggi, Hb rendah, uji tuberculin dapat
membantu menegakkan diagnosa.
REFERAT OSTEOMIELITIS
ASPIRASI
Diagnose pasti suatu arthritis tuberkulosa bila dapat diisolasi basil tuberculosis dari cairan sendi
GAMBARAN RADIOLOGIS
Pada pemeriksaan radiologist ditemukan adanya peninggian densitas dari jaringan ikat sekitar
sendi, adanya pembengkakan sendi, dan osteoporotik. Pada kasus-kasus yang lebih lanjut timbul
penyempitan dari sendi. Gambaran yang spesifik dari tuberkulosa adalah tidak ditemukan adanya
reaksi pembentukan tulang baru.
PENATALAKSANAAN
Pemberian istirahat dan makanan tinggi kalori dan tinggi protein perlu, disamping pengobatan
lainnya. Pada daerah yang terkena dilakukan pembidaian atau traksi untuk mengurangi spasme
dari otot-otot. Dilakukan pemberian tuberkulostatika yang sesuai. Terdapat beberapa regimen
kemoterapi, tetapi yang dianjurkan adalah:
1. Rifampicin: 10 mg/kg berat badan – maksimum dosis 600 mg per hari.
2. INH: 20 mg/kg berat badan
3. Ethambutal:25 mg/kg berat badan
Kombinasi dari Rifampicin, INH dan Ethambutal diberikan selama 3 bulan dan dilanjutkan
dengan kombinasi Rifampicin dan INH selama 18 bulan
OPERASI
Operasi dilakukan setelah 3 minggu pemberian kemoterapi. Pada pembedahan dilakukan
pembersihan jaringan synovial yang terkena, jaringan granulasi dan jaringan nekrotik dan
pembersihan sendi-sendi sampai tampak tulang yang normal. Pengakuan sendi secara primer
tidak dilakukan pada anak-anak.
REFERAT OSTEOMIELITIS
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien
Pasien AB, umur 13 th, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, alamat Jl. Imam bonjol Bagan Batu, suku Mandailing, masuk RSUD AA tanggal 11 Maret 2008.
Keluhan Utama
Luka di kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh
Riwayat penyakit sekarang
Lima bulan yang lalu os mengalami kecelakaan lalu lintas motor >< motor, ditabrak dari depan, posisi jatuh tidak jelas, tidak menggunakan helm, muntah (-), perdarahan hidung dan telinga (-/-), penurunan kesaradaran (-). Kecelakaan tersebut mengakibatkan patah dan luka pada kaki kanan. Os telah menjalani 2 kali operasi dan selama hanya kontrol di mantri untuk mengganti perban, tapi luka di kaki os tidak juga sembuh sampai saat ini. Luka mengeluarkan darah dan nanah. Demam (+).
Riwayat penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit asma sebelumnya.
Tidak pernah menderita penyakit ginjal sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
PF umum
REFERAT OSTEOMIELITIS
Kesadaran : komposmentis
Kesan umum : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital
HR : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6oC
BB 21 kg
TB 140 cm
Status gizi menurut NCHS persentil 50
BB/TB= 21/36 x 100 % = 75,7 % (gizi kurang)
BB/U = 27/46 x 100 % = 58 % (gizi buruk)
TB/U = 140/155 x 100 % = 90 % (gizi normal)
PF Khusus
Kepala dan leher : dalam batas normal
Torak : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstrimitas : status lokalis
Status lokalis (region cruris dextra)
Look : Swelling (+)
Skin lose
Pus (+), darah (+)
Jaringan granulasi (+)
REFERAT OSTEOMIELITIS
Feel : Nyeri tekan (+)
Move : Terbatas ok nyeri
NVD : Akral hangat
Pulsasi A. Dorsalis pedis (+)
Refilling kapiler baik
ALL dan TLL sulit dinilai karena kaki nyeri bila diluruskan.
Diagnosa kerja
Osteomielitis kronik + Gizi buruk
Pemeriksaan anjuran
Cek Hb, Leukosit, dan LED
Kultur pus
Rontgen cruris dextra AP/L
Hasil pemeriksaan
Darah (26 maret 2008)
Hb : 11,7 gr%
Leukosit : 6400/m3
Hasil kultur
Penyebab : proteus
Sensitive : Ciprofloxacime
Ceftazidin
Maropenem
Sulbactam sefoterazen
REFERAT OSTEOMIELITIS
Diagnosa : Osteomielitis kronik + Gizi buruk
Terapi anjuran
Debrideman
Inj ciprofloxacime 2x500 mg
Inj ketorolac 2x3 mg
Diet TKTP
REFERAT OSTEOMIELITIS
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar FK UI. Ilmu Bedah. Osteomielitis. Penerbit Bina Rupa
Aksara. Jakarta. 1995
Rasjad, Chaerudin. Ilmu Bedah Ortopedi. Infeksi dan inflamasi.
Osteomielits. Penerbit Bintang Lamumpatue. Makasar.2003
Sjamsuhidayat, de jong, Wim. Buku ajar Ilmu Bedah. Sistem
musculoskeletal. Osteomielits. Penerbit EGC. Jakarta: 1997
Netter , Frank H. Netter, MD. Netter’s Orthopaedic. Osteomyelitis and
septhic arthritis. Saunders. 2006.