orif
TRANSCRIPT
akibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan
dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya
infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur
yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami
kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri
yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
4. Klasifikasi Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen
tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,
dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi
adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union,
non-union, dan infeksi tulang
5. Manifestasi Klinis Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat
di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
6. Pemeriksaan PenunjangRadiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
7. Komplikasi Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di
dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia
70 sam pai 80 fraktur tahun.
Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal
bila terjadi pada bedah ortopedil
Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,
perubahan tropik dan vasomotor instability.
8. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar
immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah
trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas
atau tongkat pada anggota gerak bawah.
Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of
paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini
digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses
penyembuhan.
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan
gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum
dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan
gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai
dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire
(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).
Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur,
kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang
yang patah
Tujuan:
Imobilisasi sampai tahap remodeling
Melihat secara langsung area fraktur
Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )
Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:
1. Sekrup kompresi antar fragmen
2. Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah
3. Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar
4. Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia
5. Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur
\\\
PASANG PEN SEBAIKNYA DI BUKA ???
Posted on 10. Dec, 2010 by muki partono in BERITA
Pada tulisan ini kami ingin melaporkan tentang kasus dimana pen yang terpasang terlalu lama dan tidak dilepas dapat menyebabkan masalah. Pemasangan pen pada kasus patah tulang umum dilakukan oleh dokter bedah tulang. Banyak orang yang belum tahu apa sih “PEN”. Sebenarnya istilah “PEN” kami dapat dari obrolan 2 dimasyarakat yang dimaksud adalah implant yang dipasang pada tulang dengan maksud untuk mempertahankan kedudukan tulang dalam posisi yang benar (anatomis) sampai proses penulangan terjadi . Tujuan pemasangan pen agar penderita lebih cepat melakukan aktifitas sehabis operasi dengan bantuan atau tanpa bantuan alat bantu. Banyak jenis pen yang dipakai di bidang Orthopedi, tergantung dari jenis tulang dan jenis patahan tulangnya, oleh sebab itu pada kasus yang berbeda sudah pasti jenis pen yang dipasang berbeda. Di pasaran yang ada saat ini pen terbuat dari stainless steel atau titanium, sudah terbukti bahwa titanium lebih bagus dari stainless steel , karena reaksi penolakan tubuh hampir tidak ada dibanding stainless , lebih ringan dan lebih kuat, daya adhesi terhadap kuman lebih rendah dibanding stainless,sehingga memang Titanium lebih baik dari pada stainless, cuma saja harganya cukup mahal, dan stock di pasaran sedikit sehingga harus di pesan dulu, sehingga untuk kasus emergensi agak sulit kita lakukan. Kalau untuk kasus patah jari tangan dan kaki memang di pasaran sudah banyak digunakan
Di bawah ini contoh jenis pen yang di pasang pada operasi tulang
Pada pen yang seperti contoh pada gambar umumnya terbuat dari stainless, dimana sifat reaksi penolakan tubuh lebih banding titanium dan daya adhesi kuman pada permukaan lebih tinggi,sehingga di anjurkan bila tulang sudah menyambung pen di lepas saja. Keuntungan pelepasan pen adalah : membuat daya elastis tulang yang terpasang pen kembali seperti semula, tulang lbh kuat,mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap pen. Pada gambar ini kami laporkan contoh kasus rekasi penolakan setelah dipasang pen 17 tahun , dimana terjadi infeksi pada kulit di daerah sekitar pen yang dipasang.(pada kasus patah tulang kering)
Jadi kesimpulan sebaiknya pen dilepas setelah tulang menyambung (rata2 1 tahun),apalagi pada anak2 harus dilepas segera karena dapat mengganggu pertumbuhan tulang , khusus pada orang lanjut usia bila tidak ada keluhan tidak perlu, tapi lebih baik di lepas bila ada keluhan.
FRAKTUR
A. Konsep Dasar.
1. Pengertian
a. Fraktur adalah pemisahan / terputusnya / hilangnya kontiunitas dari pada struktur
tulang.
b. ORIF adalah metode penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi
terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur,
fraktur diperiksa dan diteliti, Hematoma fraktur dan fragmen – fragmen yang telah
mati diiringi dari luka. Fraktur direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi
yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen-fragmen tulang dipertahankan
dengan alat – alat ortopedi berupa pin, pelat, srew, paku.
2. Anatomi fisiologis
Tibia adalah tulang kaki yang lebih rendah, lebih besar yang membantu
menyokong berat badan. Fibula adalah tulang yang lebih kurus tau lebih kecil
membantu mengontrol pergerakan dari pergelangan kaki.Tibia dan Fibula merupakan
tulang pipa yang terbesar sesudah paha yang membentuk persendian lutut dengan
femur. Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut os. Maleolus lateralis
atau mata kaki luar. Tibia lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada fibula. Pada
bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju
yang disebut os. Maleolus medialis. Humerus (tulang pangkal lengan) berupa tulang
panjang seperti tongkat, bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu, bentuknya
bundar membentuk kepala sendi yang disebut caput humeri. Pada caput humeri ini
terdapat tonjolan yang disebut tuberkel mayor minor, disebelah bawah caput humeri
terdapat lekukan yang disebut columna humeri.
3. Penyebab Patah Tulang
Penyebab patah tulang dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
a. Kekerasan Langsung.
Kekerasan secara langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bamper moil, maka tulang akan patah
tepat di tempat terjadi benturan tersebut.
b. Kekerasan tidak langsung.Kekerasan tidak langsung menyebabkan tulang patah di tempat yang jauh dari
tempat terjadinya kecelakaan atau kekerasan, dan biasanya yang patah adalah bagian
yang lemah dalam jalur hantaman vektor kekerasan, contoh apabila seseorang jatuh
dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih dahulu, maka yang patah
selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia, fibula, femur dan kemungkinan juga
patah tulang verfebra.
c. Kekerasan Akibat Tarikan OtotPatah tulang oleh karena tarikan otot jarang terjadi, contoh pada patah tulang
ini adalah fraktur pahela dikarenakan otot lecep dan otot tricep berkontraksi secara
mendadak.
4. Sedangkan faktor yang mempegaruhi terjadinya patah tulang, yaitu :
a. Faktor ekstrinsik adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang serta tergantung
dari besarnya, waktu atau lamanya dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah
tulang.
b. Faktor instrensik adalah beberapa sifat penting dari tulang yang menentukan daya
tahan timbulnya fraktur, yaitu kapasitas absorbsi dari sendi, daya elastisitas, daya
terhadap kelelahan dan aktivitas atau kepadatan.
5. Patofisiologi
Adanya daya atau tekanan pada tulang menyebabkan terjadinya fraktur.
Adanya fraktur dapat merusak jaringan lunak, pembuluh darah, serabut saraf dan
sum-sum tulang, periotium dan kortek tulang. Pada kerusakkan jaringan lunak dapat
terjadi luka, menyebabkan port de entry yang akan terjadi infeksi dan non infeksi,
pada infeksi bisa terjadi delayed union dan malunion, pada non infeksi terjadi union.
Pada kerusakan pembuluh darah dapat terjadi perdarahan dan akan mengakibatkan
hematoma dan hipovolemik. Pada hematoma terjadi vasodilatasi eksudasi plasma
migrasi leukosit yang akan menyebabkan inflamasi, bengkak, terjadi penekanan saraf
dan timbul nyeri. Pada hipovolemik dapat terjadi hipotensi akan menyebabkan suplai
darah ke otak menurun, kesadaran menurun dan dapat terjadi syok hipovolemik. Pada
kerusakan serabut saraf dan sum-sum tulang dapat menyebabkan hilangnya sensasi
dan terjadi anesthesia, dapat juga merusak reseptor nyeri dan terjadi nyeri. Pada
kerusakkan periostium dan kortek tulang dapat terjadi deformitas, krepitasi dan
pemendekan extremitas.
6. Klasifikasi Fraktur
a. Incomplet adalah fraktur hanya melibatkan bagian petunjuk menyilang tulang, salah
satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkak (greenstick).
b. Complet adalah fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat.
c. Tertutup (simple) adalah fraktur titik meluas melewati kulit.
7. Proses Penyembuhan TulangTahap-tahap Penyembuhan Tulang
a. Tahap Pembentukan
Dalam 24 jam mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur,
setelah 24 jam terbentuk karena suplai darah meningkat, berkembang menjadi
Grawlasi
b. Tahap Prolifelasi Seluler sampai hari XII
Pada area Fraktur, menyuplai sel yang sudah berubah menjadi Fibri dan jaringan
penunjang Fisura.
c. Tahap pra kallus 6-10 hari setelah cedera granulasi berubah menjadi pra kallus,
ukuran maksimal 14-21 hari.
d. Tahap osifikasi kalkus sampai minggu ke XII
Membentuk Osifikasi kallus external minggu 3-10 kalus menyerupai tulang.
e. Tahap Konsulidasi 6-8 bulan dan remodeling 6-12 bulan
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklas kallus mengalami pembentukan tulang
sesuai dengan aslinya.
8. Prinsip Penanganan Fraktur
Ada empat dasar yang harus di pertimbangkan pada waktu menangani
fraktur :
Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan
dan kemudian di rumah sakit. Reduksi adalah reposisi fragmen - fragmen fraktur
sedekat mungkin dengan letak normalnya. Retensi menyatukan metode - metode yang
dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen - fragmen tersebut selama
penyembuhan. Rencana rehabilitasi harus segera dimulai dan dilaksanakan bersama
dengan pengobatan fraktur.
9. Dampak Masalah.
Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan
cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai
mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau
dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga
akan berpegaruh terhadap keluarga klien.
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Bahwa biasanya klien multipel fraktur mempunyai harapan dan alasan masuk
Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan
tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
b. Pola Nutrisi dan Metabolis
Pola nutrisi dan metabolik pada klain multipel fraktur jarang mengalami
gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang
dapat menyebabkan klien antreksia.
c. Pola aktifitas dan Latihan
Pada klien multipel fraktur setelah dilakukan orif akan mempengaruhi gerak
dan pola. Aktivitasnya, oleh itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari,
klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk
dilakukan latihan rontag gerak baik positif / aktif.
d. Pola Tidur dan istirahat
Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien post orif dengan
multipel fraktur biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan daerah operasi juga di
sebabkan adanya plat dan screw.
e. Pola Perseptual dan Kognitif
Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan luka dan
pembentukan kalis atau penyambungan tulang kembali yang memerlukan proses dan
waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata penata laksanaan yang
kompraktif.
f. Pola Elimasi Defekasi dan Iniksi
Klian kadang – kadang masih dalam perawatan dirumah sakit membatasi
makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immabilisasi pasca operasi orif yang
mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas
sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).
g. Pola Seksual dan Repraduksi
Klien post operasi orif dengan multipel fraktur jelas akan mempengaruhi pola
kebutuhan seksualitas, disamping klien harus menjaga agar daerah operasinya
seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien
untuk melakukan aktifitas seksualnya.
h. Pola Hubungan Peran
Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang
kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang yang mencari nafkah bagi
keluarganya.
i. Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang di timbulkan adalah rasa khawatir terhadap
kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak
mampu beraktifitas seperti biasa.
j. Imobilisasi
Untuk memungkinkan kesemubuhan fregmen yang dipersatukan.
1. Fiksisasi Eksterns, tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar multipel
fraktur di imabilisasi dengan menggunakan bidai atau gif.
2. Fiksasi interns, cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang
disatukan dan di fiksasi pada operasi, misalnya dengan pen, plat dan screw, wire.
k. Fisioterapi dan Mobilisasi.
Sejak awal harus dilakukan latihan tentang gerak untuk mempraktekkan otot yang
dapat mengecil secara cepat jika tidak dipergunakan, estitasi fraktur cukup sembuh,
mobilisasi sendi dapat dimulai sampai Entruntas gatal – gatal telah kembali normal.
10. Komplikasi Fraktur
Shok, infeksi, nekrosis vaskuler, cedera vaskuler dan saraf, malunion, nonunion,
delayed union,iskemik.
B. Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1). Anamnese
a) Indentitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.
b) Keluhan Utama Klien.
Pada aamnese ini yang perlu dikaji adalah apa yang diperlukan pada saat itu seperti
nyeri, bengkak, kelainan bentuk, hilangnya fungsi dan krepitasi serta pada daerah
mana fraktur terjadi.
c) Riwayat Penyakit Sekarang.
Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya terutama apakah dikarenakan
kecelakaan, terjatuh atau terjadi benturan langsung dengan vektor kekerasan dan sifat
pertolongan yang pernah diberikan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan meliputi riwayat yang berhubungan dengan
trauma pada tulang, apakah klain mempunyai penyakit tulang seperti osteomylitis,
ostroporasis dan apakah klien pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya.
2). Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum Klien
Klien multiple fraktur dengan post orif biasanya terbaring total dengan
seminimal mungkin melaksanakan aktifitas gerak ini disebabkan karena adanya
imabilisasi dan rasa nyeri akibat tindakan perbedaan, sehingga klien takut untuk
bergerak, keadaan umum klien biasanya baik tetapi dapat menimbulkan dampak
seperti gangguan eliminasi inikasi dan defikasi, integritas kulit dan gangguan aktifitas
lain yang menunjang kehidupan sehari – hari.
b) Gejala klinis Patah Tulang
Gejala klinis dari Patah Tulang dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Tanda – tanda pasti
(a). Gerakan abnormal pada tempat terjadinya patah tulang menjadi sendi palsu sehingga
terjadi gerakan yang abnormal.
(b). Krepitasi, yaitu di karenakan gesekan kedua ujung fragmen tulang yag patah
sehingga terasa bunyi gemeretak ketika ujung tulang yang patah bergesekan.
(c). Kalainan bentuk (deformitas), dikarenakan adanya kerusakan pada jaringan disekitar
fraktur mengakibatkan pendarahan dan pembengkakan.
(2) Tanda – tanda tidak pasti
(a). Rasa nyeri, bengkak dan berubah warna (membiru) dikarenakan terjadi pendarahan di
sekitar bagian fraktur, rasa nyeri hebat terutama apabila dilakukan pergerakan atau
aktifitas.
(b). Kelainan bentuk (deformitas), hal ini disebabkan oleh karena adanya perdarahan dan
pembengkakan.
(c). Hilangnya fungsi (fungtiolaesa), disebabkan oleh rasa nyeri serta terpotongnya
kontinuitas jaringan tulang sehingga tidak mampu melakukan pergerakan.
c) Pemeriksaan penunjang atau tambahan.
Pemeriksaan Laboratorium
(1). Pemeriksaan labortorium darah lengkap seperti hemoglobin, trombosit, leukosit,
glukosa sewaktu.
(2). Pemeriksaan faal hemostasis meliputi waktu pendarahan, waktu pembekuan.
(3). Pemeriksaan kimia klinik rutin yaitu, sikap darah puasa, sgot, sgpt.
(4). Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi di gunakan untuk menguatkan diagnosa patah tulang yang
dapat mengambarkan kerusakan tulang, ketidak lurusan tulang dan kesalahan bentuk
dari tulang itu sendiri.
b. Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis sebagai
berikut, untuk pengelompokkan data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data
subyektif dan data obyektif.
Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan, klien
sendiri atau keluarga dan data obyektif yaitu data yang didapat dari suatu
pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan.
Data tersebut dikumpulkan berdasarkan perannya untuk menunjang suatu
masalah, dimana masalah berfokus pada klien dan respon klien.
c. Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data kemudian dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berikut
ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien post
operasi orif dengan multipel fraktur antara lain:
1). Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak
2). Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan immobilisasi.
3). Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan orif pemasangan plat dan
srew.
4). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
5). Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan / krisis.
6). Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
penatalaksanaan perencanaan di rumah.
d. Perencanaan
Pada prinsipnya dalam penanganan atau pengobatan pada klien multiple
fraktur ada empat tahap, adapun tujuan pemasangan plat dan screw yaitu
mempertahankan reduksi extremitas yang mengalami fraktur tulang yang patah
(immobilisasi), memudahkan perawatan (rehabilitasi) dalam masa perawatan
(rehabilitasi) terjadi proses penyambungan tulang yang terdiri dari beberapa proses
yaitu granulasi pembentukan kalus dan remodeling sehingga terbentuklah tulang
seperti semula, adapun tahap perencanaan meliputi penentuan tujuan dan kreteria
hasil, merumuskan rencana tindakan.
Diagnosa Keperawatan nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak
(interpretasi operasi).
Tujuan : Mengatakan nyeri hilang
Kriteria hasil : klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang, klien tidak gelisah,
klien menunjukan tindakan santai, mampu beradaptasi dengan aktifitas / tidak /
istirahat.
Rencana tindakan :
1. Kaji lokasi, tipe dan intensitas nyeri dengan menggunakan skala (1 – 10).
2. Ukur Tanda - tanda vital
3. Jelaskan penyebab nyeri
4. Anjurkan mempergunakan teknik alternatif penghilang nyeri dengan napas dalam.
Diagnosa Keperawatan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan
immobilisasi.
Tujuan : Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi
yang mungkin.
Krateria Hasil : mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan / fungsi
yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukan teknik yang merupakan
melakukan aktivitas.
Rencana aktivitas :
1) Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oleh pengobatan dan perkalian persepsi
pasien terhadap immobilisasi.
2) Instruksikan pasien untuk melakukan latihan rom pasif dan aktif pada extremitas
yang sakit dan tidak sakit sesuai toleransi.
3) Bantu klien dalam perawatan diri kebersihan.
4) Ubah posisi periodik dan dorong untuk latihan napas dalam
5) Auskultasi bising usus, awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi
rutin.
6) Kolaborasi dengan rehabilitsi dalam terapi fisik/okupasi.
Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan bedah perbaikan (orif) pemasangan
plat dan screw.
Tujuan : menyatakan ketidak nyamanan hilang
Kreteria hasil : menunjukan prilaku / unig untuk mencegah kerusakan kulit /
memudahkan menyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai
waktu.
Rencana Tindakan :
1). Kaji keadaan kulit, kemerahan, pendarahan, perubahan warna dan rasa nyeri.
2). Ubah posisi sesering mungkin
3). Rawat luka operasi secara aseptik
4). Observasi untuk potensial ares yang tertahan, khususnya pad akhir dan bawah
babatan.
Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kreteria hasil : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen
atau eritema dan udema.
Rencana Tindakan :
1). Inspeksi kulit adanya tanda – tanda infeksi
2). Ukur tanda – tanda vital
3). Rawat luka secara aseptik
4). Kolaborasi dalam pemeriksaan Lab. dan memberikan antibiotik
Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan/krisis situasi.
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : mengungkapkan perasaan lebih santai, memperagakan teknik reaksasi
dengan tepat.
Rencana Tindakan :
1). Pantau tingkat ansietas klien
2). Berikan penekanan penjelasan dokter mengenai pengobatan dan tujuan, klarifikasi
kesalahan konsep.
3). Berikan dan luangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan.
4). Ajarkan dan bantu dalam teknik pelaksanaan stress.
5). Berikan dorongan untuk berinteraksi dengan orang terdekat dengan teman serta
saudara.
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
Tujuan : Kurang pengetahuan dapat teratasi
Krateria hasil : Mengungkapkan pengertian tentang prognosis, pengobatan dan
program rehabilitasi, mengeksperikan tentang gejala, potensial komplikasi.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
b. Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi aktifitas, istirahat dan latihan.
c. Diskusikan tanda dan gejala untuk dilaporkan pada dokter: nyeri hebat, perubahan
suhu tubuh.
d. Jelaskan tentang plat dan screw sesuai indikasi.
e. Berikan dorongan untuk melalukan kunjungan tidak lanjut pada dokter
e. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan oleh perawat dan klien. Merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar,
1999).
Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu
dikerjakan, antara lain :
1). Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada dalam rencana.
2). Mengisi format asuhan keperawatan.
f. Evaluasi
Fase akhir dari proses keerawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian tujuan serta ketepatan
intervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan
pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah
ditentukan terlebih dahulu.