orang kuat dalam dinamika politik lokal studi...

316
ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI KASUS: KEKUASAAN POLITIK FUAD AMIN DI BANGKALAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Ahmad Nurcholis 1111112000006 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2016

Upload: ngonhi

Post on 22-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL

STUDI KASUS: KEKUASAAN POLITIK FUAD AMIN DI

BANGKALAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Ahmad Nurcholis

1111112000006

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

2016

Page 2: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca
Page 3: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca
Page 4: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca
Page 5: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca
Page 6: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

v

ABSTRAK

Nama : Ahmad Nurcholis

Prodi : Ilmu Politik

Judul : Orang Kuat Dalam Dinamika Politik Lokal Studi Kasus: Kekuasaan

Politik Fuad Amin Di Bangkalan

Penelitian ini menitikberatkan pada analisa monopoli kekuasaan politik

sebagai impak keberadaan orang kuat lokal, bos lokal, dan oligark lokal.

Monopoli kekuasaan politik ini setidaknya melahirkan berbagai bentuk

penyimpangan, yang juga melahirkan bentuk pemerintahan model dinasti yang

merupakan upaya elit untuk menempatkan beberapa kroni dan keluarganya di

beberapa pos strategis pemerintahan (Leo Agustino). Model pemerintahan dengan

kekuasaan yang absolut serta dinasti seperti ini kerapkali mengarah pada

perampokan sistemik anggaran negara dan monopoli berbagai sumber ekonomi

strategis. Dalam kasus Fuad Amin, penulis juga menemukan relevansi antara

aspek orang kuat lokal dengan pondasi awal lahirnya kekuasaan politik yang

berdampak pada konstruksi pemerintahan dinasti. Lahirnya dominasi serta

kekuasaan politik Fuad Amin, pertama-tama diuntungkan dengan posisinya yang

mewarisi modal kultural sebagai elit keturunan kiai terkemuka di satu sisi, serta

kedekatannya dengan dunia blater di sisi lain. Selain itu, Fuad juga diuntungkan

karena posisinya sebagai pengusaha/oligark lokal dengan kepemilikan harta yang

melimpah. Tiga modal kekuatan awal ini tak pelak mempermudah dirinya untuk

melenggang maju ke sektor politik formal. Keberhasilan ini juga ditopang oleh

kultur masyarakat yang masih memegang teguh budaya patrimornial, sehingga

ketergantungan masyarakat kepada kekuatan patron (Fuad Amin) masih sangat

kental.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah dengan metode kualitatif

melalui wawancara mendalam dan telaah tambahan pada beberapa literatur yang

penulis anggap penting. Hasilnya adalah bahwa kekuasaan politik Fuad Amin

menjadi dominan karena tidak adanya lembaga hukum setempat yang independen,

yang berani menindak segala penyimpangan yang dilakukan Fuad. Adanya

laporan penyelewengan yang dilakukan oleh Fuad Amin, semisal kasus kekerasan

terhadap para aktivis dan berbagai kasus korupsi, selalu mentah di meja polisi dan

kejaksaan setempat. Kekuasaan politik Fuad semakin bertambah tatkala dirinya

berhasil menjadi bupati Bangkalan pada tahun 2003 dan tahun 2008. Dengan

mengenyam dua kekuatan, baik formal maupun informal, tampuk dominasi Fuad

semakin tak terbendung. Fuad Amin bak raja yang bebas berbuat sekehendak hati

dan tanpa kontrol yang tak terbatas. Gambaran ini tercermin dari kekuatan

politiknya yang bukan sebatas ada di jejaring internal pemerintahan dan partai

politik, tetapi menyebar ke setiap penjuru ormas, institusi pendidikan, dan

kelompok-kelompok informal.

Kata Kunci: Orang Kuat Lokal, Bos Lokal, Oligark Lokal, Kekuasaan

Politik, Fuad Amin.

Page 7: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

vi

KATA PENGANTAR

Proses penyusunan skripsi yang memakan waktu berbulan-bulan ini

penulis akui adalah berkat bantuan yang diberikan oleh banyak pihak. Baik

bantuan berupa saran maupun materil. Untuk itu, penulis patut mengucapkan rasa

terima kasihnya pertama-tama kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fisip UIN Jakarta.

2. Dr. Iding R. Hasan M.si selaku kepala jurusan Ilmu politik.

3. Dr. Chaider S. Bamualim M.A selaku dosen pembimbing.

4. Orang tua yang selalu memotivasi penulis untuk sesegera mungkin

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Seluruh jajaran dosen ilmu politik FISIP UIN Jakarta.

6. Ela, Ima, Ali, Ikbal, Ilham, kawan-kawan angkatan, kawan-kawan

kampung, kawan-kawan pondok, kawan-kawan PMII, dan kawan-

kawan diskusi, yang namanya tidak bisa penulis sebut satu persatu.

Terima kasih banyak atas motivasinya, mengutip puisi Sutan Takdir:

“segala kulihat segala membayang, segala kupegang segala

mengenang,” kalian merupakan bagian sejarah kenangan yang tak

terlupakan.

7. Lembaga TII (Transparancy International Indonesia) yang karenanya

penulis mendapatkan beasiswa penelitian dan masukan berharga di

beberapa panel diskusi yang diadakan.

Page 8: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

vii

8. Dan terakhir, rasa terima kasih ini khususnya penulis tujukan kepada

seluruh narasumber di Bangkalan. Yang demi keselamatan mereka

tidak bisa penulis sebutkan namanya dengan terang. Narasumber amat

terbuka memberikan informasinya atas data-data yang penulis perlukan

selama berlangsungnya wawancara. Seanjang menetap di Bangkalan,

banyak sekali pengalaman berharga yang penulis dapatkan.

Pengalaman itu kiranya akan selalu penulis ingat dan menjadi

pelajaran bagi perjuangan hidup ke depan. Semoga segala pengorbanan

demi mewujudkan Bangkalan menuju arah yang lebih baik tidak

berakhir sia-sia. Terima kasih untuk semuanya.

Depok, 26 Maret 2016

Ahmad Nurcholis

Page 9: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Peta Madura................................................................................ 58

Gambar III.2 Peta Bangkalan ........................................................................... 65

Page 10: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan IV.1 Bangunan Dinasti Politik Fuad Amin Periode 2003-2008 ......... 100

Bagan IV.2 Bangunan Dinasti Politik Fuad Amin Periode 2008-2013 ......... 101

Bagan IV.3 Garis Keturunan Syaikhona Kholil ............................................. 146

Bagan IV.4 Stratifikasi Sosial Kiai Di Bangkalan ......................................... 210

Page 11: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 14

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 14

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 15

F. Metodelogi Penelitian ..................................................................... 22

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 23

H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 23

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Local Strongmen/Orang Kuat Lokal..................................... 25

B. Teori Local Boss/Bos Lokal ........................................................... 35

C. Teori Oligarki ................................................................................. 45

BAB III PROFIL BANGKALAN

A. Geografi dan Demografi Pulau Madura ......................................... 57

B. Tinjauan Singkat Kabupaten Bangkalan ........................................ 64

C. Islamisasi dan Simbol Kiai dalam Perspektif Masyarakat

Madura .......................................................................................... 67

D. Blater Sebagai Orang Kuat Lokal Madura ..................................... 80

BAB IV DINAMIKA KEKUASAAN POLITIK FUAD AMIN DI

BANGKALAN

A. Terbentuknya Kekuasaan Politik Fuad Amin................................. 89

B. Fuad Amin dan Lanskap Orang Kuat Lokal di Bangkalan .......... 107

C. Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan ............ 129

Page 12: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

xi

D. Friksi Bani Kholil ......................................................................... 143

E. Kondisi Civil Society Selama Kepemimpinan Fuad Amin .......... 148

F. Kemenangan Fuad Amin di Pilbup 2003 ..................................... 175

G. Kemenangan Fuad Amin di Pilbup 2008 ..................................... 190

H. Jaringan Kiai Fuad Amin.............................................................. 209

I. Pencalonan Putranya, Makmun Ibnu Fuad ................................... 218

J. Penjegalan Imam Bukhori Kholil ................................................. 223

K. Oligark Lokal................................................................................ 243

L. Stagnasi Demokratisasi Parpol di Bangkalan ............................... 248

M. Intimidasi dan Strategi Ketergantungan Kepala Desa .................. 259

N. Modus Korupsi Fuad Amin .......................................................... 270

O. Sumber Kekuasaan Fuad Amin .................................................... 277

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 283

B. Saran ............................................................................................. 288

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 290

LAMPIRAN ........................................................................................................ 297

Page 13: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1998 merupakan tonggak awal proses perubahan sistem politik di Indonesia.

Jika di tahun sebelumnya Indonesia mengalami depolitisasi, maka di tahun

tersebut Indonesia mengalami masa transisi menuju reformasi. Reformasi, dalam

Kamus Merriam Webster didefinisikan sebagai “the act or process of

improving something or someone by removing or correcting faults,

problems, etc.” (Sebuah tindakan atau proses untuk meningkatkan

sesuatu/seseorang dengan menghapus atau memperbaiki kesalahan, masalah, dll).1

Secara kontekstual, perubahan dan perbaikan yang dituntutkan saat itu

adalah terkait dua isu penting, pertama menyangkut soal ekonomi, kedua

menyangkut soal politik. Dalam ekonomi, masyarakat mengharapkan adanya

perbaikan perekonomian; turunnya harga barang pokok, berkurangnya

pengangguran, dan adanya peningkatan kualitas standar hidup mereka. Sedangkan

dalam politik masyarakat mengharapkan Soeharto turun dari jabatannya sebagai

presiden.

Pada dasarnya, reformasi sedikitnya telah membawa angin segar bagi

kerangka kehidupan baru masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Harapan-

harapan akan adanya Indonesia yang lebih baik dan lebih terbuka serta anggapan

bahwa reformasi merupakan simbol era pencerahan, setidaknya telah memberikan

1 Merriam-Webster, “Simple Definition of Reformation,” artikel diakses pada tanggal 23

Februari 2016 dari http://www.merriam-webster.com/dictionary/reformation

Page 14: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

2

sinyal optimisme dan dianggap akan mampu membawa banyak dampak

perubahan. Dua diantara beberapa perubahan yang paling fundamental dari

implikasi lahirnya reformasi ini adalah mulai terbukanya ruang ekspresi publik,

dan tuntutan daerah untuk andil bagian dalam pengelolaan wilayahnya sendiri.

Ikhwal terakhir ini, kita biasa menyebutnya dengan istilah desentralisasi, atau

pelimpahan wewenang dari pusat ke daerah.

Desentralisasi, di era reformasi, tentu merupakan wacana dan terobosan

baru bagi sistem politik kita. Sekalipun undang-undang yang mengatur jalannya

pemerintahan daerah sebetulnya juga pernah mewarnai lanskap perjalanan sejarah

bangsa Indonesia sejak jaman penjajahan. Terhitung semenjak kolonialisme

sampai berakhirnya rezim orba, setidaknya ada 7 undang-undang yang mengatur

tentang pemerintahan daerah di dalamnya: Decentralisatiewet 1903, Wet op de

Bestuurshervorning (stb 1922/216), Osamuseirei No. 27 tahun 1942, UU No.

1/1945, UU No. 22/1948, UU No. 1/1957, UU No. 18/1965, UU No. 5/1974.2

Namun, undang-undang tentang pemerintahan daerah yang terbit pada era

reformasi, lewat implementasi desentralisasi dan otonomi daerah, memiliki esensi

yang berbeda dari era-era sebelumnya tersebut. Apalagi bila dibandingkan dengan

undang-undang pemerintah daerah pada era Orde Baru (1966-1998), yang

dicitrakan sebagai rezim diktatorial yang sentralistis yang keberadaannya justru

mengkooptasi ruang kebebasan bagi masyarakat untuk turut serta mengelola

negara.3

2 Wasisto Raharjo Jati, “Inkonsistensi Paradigma Otonomi Daerah di Indonesia: Dilema

Sentralisasi atau Desentralisasi,” Jurnal Konstitusi, Volume 9 Nomor 4, (Desember 2012).

3 Tim Lipi, Membangun Format Baru Otonomi Daerah (Jakarta: LIPI Press, 2006), h. 5.

Page 15: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

3

Kehadiran desentralisasi pasca meletusnya gelombang aksi dan demonstrasi,

merupakan fakta penting yang mesti tidak ditunda lagi saat itu. Setidaknya ia telah

menjadi salah satu kebutuhan mendesak yang amat urgen. Hal ini mengingat

banyaknya daerah yang mengancam untuk keluar dari barisan NKRI jika hak-hak

politiknya tidak terpenuhi. Sebab, selama berpuluh-puluh tahun, daerah

termarjinalkan. Mereka hanya menjadi penonton bagi kekayaannya sendiri yang

dirampas, dikeruk, dan dieksploitasi oleh pusat. Artinya, pola sentralistik adalah

paradigma satu-satunya yang membingkai hubungan pusat-daerah yang

diaplikasikan secara otoritatif oleh pemerintahan era Soeharto waktu itu.

Di tengah gejolak tuntutan itu, akhirnya UUD No. 22 tahun 1999 mengenai

pemerintahan daerah dirumuskan dan disetujui oleh eksekutif dan legislatif di

bawah kendali pemerintahan Habibie. Hal ini sedikitnya mampu meredam

instabilitas disintegrasi bangsa kala itu. Di antara beberapa daerah yang menuntut

memisahkan diri waktu itu antara lain: Aceh, Papua, Timor Timur dan Riau –

sekadar menyebutkan.4

Di samping melahirkan konsep desentralisasi – sebagai media antisipasi

gejolak yang terjadi di daerah, reformasi juga telah mencetuskan apa yang kita

kenal dengan kebijakan pemekaran daerah (redistricting)5 dan juga melahirkan

sistem turunannya berupa pilkada langsung. Sekalipun kemunculan sistem pilkada

langsung ini datang agak belakangan.

4 Ibid, h. 7.

5 Istilah redistricting digunakan oleh Leo Agustino untuk membedakan pemahaman terhadap

“pemekeran wilayah” dalam arti yang sebenarnya. Pemekaran wilayah secara denotasi adalah

bertambah luasnya suatu wilayah, tetapi maksud yang dituju bukanlah itu. Yang dimaksudkan

adalah bertambahnya jumlah wilayah baru. Maka untuk meminimalisir kerancuan tersebut, Leo

menggunakan istilah redistricting yang artinya pemekaran jabatan.

Page 16: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

4

Menurut Leo Agustino, kebijakan redistricting merupakan sebuah upaya

dan usaha dari pemerintah untuk menciptakan tranformasi pelayanan publik yang

lebih komperehensif di masyarakat, agar keberadaan negara benar-benar dirasakan

dan sampai menyentuh masyarakat lapisan bawah – yakni sampai kepada

masyarakat di pelosok daerah terpencil sekalipun. Intinya adalah agar distribusi

kesejahteraan merata. Tidak hanya sebatas dirasakan oleh masyarakat kota.6

Sedangkan adanya mekanisme pilkada langsung merupakan sebuah manifestasi

yang menggambarkan terwujudnya masyarakat merdeka. Masyarakat yang bebas

menentukan siapa saja pemimpin yang pantas bagi mereka.7 Upaya ini dilakukan

dan ada sebagai wahana pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan urusan-

urusan negara, pembalikan logika orde baru yang bertubi-tubi mengalienasi

masyarakat dari negara.

Secara diametral, tambah Leo, ada dua faktor; dampak positif dan negatif

yang saling berhadap-hadapan sewaktu munculnya konsep otonomi daerah

(desentraliasasi) di satu sisi dan redistricting (pemekaran jabatan ke daerah) di sisi

lain.8 Dan penulis yakin, bahwa konsep turunannya, seperti lahirnya pilkada

langsung - yang juga tidak disertai pendidikan politik yang memadai - juga

menambah daftar kompleksitas serta kesemrawutan di dalam kehidupan politik

kita era reformasi ini. Selain faktor positif yang telah disebutkan di awal tulisan,

seperti hadirnya kebebasan, keadilan yang merata, dan efisiensi pelayanan publik,

konsep sistem politik baru pasca reformasi seperti ini juga setidaknya menyimpan

6 Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah: Sisi Gelap Desentralisasi di Indonesia

Berbanding Era Sentralisasi (Widya Padjadjaran, 2011), h. 31.

7 Ibid, h. 31.

8 Ibid, h. 51.

Page 17: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

5

banyak cacat, ambivalen secara bersamaan.9 Maraknya praktik KKN dan

tumbuhnya pemerintahan model dinasti merupakan contoh kecil dari berbagai

dampak negatif yang dihasilkan sistem desentralisasi. Ekses negatif yang paling

menonjol dari proses transisi ini adalah meruaknya praktek oligarki yang

menggurita ke tingkatan lokal. Reformasi nyatanya telah melahirkan “Soeharto”

baru dalam alam yang berbeda. Hal ini terlihat paradoks, karena di satu sisi

reformasi menumbuhkan harapan, tapi di sisi lain ternyata reformasi adalah

bagian penerusan warisan praktek oligarki yang tak kunjung selesai. Tetapi harus

digarisbawahi, bahwa kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, menurut

Syarif Hidayat, tidak melulu merupakan faktor utama maraknya penyelewengan

kekuasaan di tingkat lokal, perubahan paradigma relasi state-society di jaman orba

dan reformasi, juga turut berperan sebagai unsur penyumbang berkembangnya

kekuatan-kekuatan dominan yang menghambat laju perkembangan sosial,

ekonomi, politik, di masyarakat lokal.10

“...............bahwa secara substansial, tidak semua permasalahan sosial,

ekonomi, dan politik yang terjadi di daerah saat ini merupakan implikasi

langsung dari implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

Tetapi lebih sebagai akibat dari adanya pergeseran pola interaksi antara state

dan society pada periode pemerintahan pasca Soeharto”11

Hal ini juga sepadan dengan komentar Rahadi T Wiratama dalam

catatannya selaku editor dalam buku Vedi R Hadiz, Dinamika Kekuasaan:

Ekonomi Politik Indonesia Pasca Soeharto, menurutnya, Vedi R Hadiz telah

berhasil memberikan gambaran umum bahwa demokrasi pasca Soeharto

9 Ibid, h. 51.

10

Syarif Hidayat, “Shadow State...? Bisnis dan Politik di Provinsi Banten,” dalam Henk

Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, ed., Politik Lokal di Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia dan KITLV, 2014), h. 302.

11

Ibid, h. 302.

Page 18: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

6

merupakan era di mana para oligark (kolega, kerabat pewaris orba) beradaptasi

dengan mekanisme prosedural formal baru – dengan memanfaatkan instrumen

politik yang tersedia, seperti partai politik, pemilu, parlemen, dan desentralisasi.12

Jadi, tumbangnya Soeharto bukan berarti menghilangkan tradisi oligarki yang

kadung mewabah di masa itu, melainkan meneruskan jenjang serta melahirkan

sistem oligarki dengan jenis yang baru.

Menggeliatnya sepak terjang para oligark yang bermain di wilayah lokal

pasca reformasi secara rasional memang terkesan wajar, karena hal itu menjadi

kesempatan langka bagi mereka (orang kuat lokal) untuk dapat menancapkan

cakarnya lebih dalam ke pusat arus kuasa lokal. Yang tidak mungkin mereka

lakukan saat Soeharto masih eksis berkuasa. Lantaran di zamannya, Soeharto

tidak memberikan celah sedikitpun bagi keberadaan para penentang dan

pesaingnya untuk berkembang. Di mana ia selalu berupaya mencengkeram

eksistensi mereka di berbagai sudut dimensi kehidupan ekonomi-politik. Maka tak

heran bila dalam hal ini Winters kemudian menyebut Soeharto sebagai oligarki

sultanistik.13

Kategoristik yang Winters sematkan kepada jenis kepemimpinan

Soeharto ini tidak terhindar dari eksistensi Soeharto yang menjadi satu-satunya

kekuatan tunggal dari pada oligark yang dominan.

12 Vedi R. Hadiz, Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Pasca-Soeharto, (Jakarta: LP3ES,

2005), h. xxii.

13

Jeffrey A. Winters, “Oligarki dan Demokrasi di Indonesia,” Majalah Prisma, Vol. 33

(2014): h. 15.

Page 19: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

7

Dalam diskursus politik lokal, para oligark aras lokal ini sering diketemukan

dalam bentuknya sebagai “orang kuat lokal” (local strongmen)14

atau para “bos

lokal” (local bosses).15

Bertambah kuatnya eksistensi orang kuat lokal (local

strongmen, istilah Migdal) - karena pusat tak lagi mengontrol keberadaan mereka,

atau mengguritanya para bosisme (bossism, format baru local strongmen versi

Sidel) merupakan reduksi atas nilai-nilai demokrasi di sektor bawah tersebut. Dan

tak jarang, bahkan kebanyakan, antara “local strongmen, bangsawan, serta

birokrat/politisi lokal”16

pasca Soeharto, melakukan persekongkolan untuk

menghisap proyek-proyek negara yang dulu banyak dikerjakan oleh pusat.

Kendatipun untuk beberapa kasus, mereka pun acapkali terlibat sengit dalam

persaingan.17

Hanya saja, persaingan atau kerjasama yang mereka lakukan, tetap

dan tidak terlepas dari kepentingannya untuk mengumpulkan sebanyak-

banyaknya harta kekayaan bagi kemakmuran mereka sendiri, dari pada untuk

kepentingan rakyat.

Dengan bahasa yang lebih sederhana, desentralisasi, redistricting dan

pilkada langsung merupakan wahana peralihan paradigma dari stationary bandits

ke roving bandits.18

Penjelasan tentang stationary bandits dan roving bandits

14 Melvin Perjuangan Hutabarat. “Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia Era

Desentralisasi Studi Kasus Tentang Dinamika Kekuasaan Zulkifli Nurdin Di Jambi,” (Tesis S2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 17.

15

Ibid, h. 20.

16

Klasifikasi kekuatan politik di tingkat lokal menurut Leo Agustino dibagi ke dalam tiga arus

utama: pertama adalah para birokrat yang berasal dari bangsawan, kedua birokrat yang berasal dari

masyarakat awam, ketiga adalah para orang kuat lokal (Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah,

2011, h. 64).

17

Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 61-67.

18

Pembacaan penulis terhadap stationary bandits dan roving bandits merujuk pada bab yang

ditulis khusus oleh Leo soal Local Strongmen dan Roving Bandits. Stationary bandits merupakan

bandit kelas kakap yang memiliki bawahan orang-orang kuat lokal yang tersebar di seluruh

pelosok wilayah, dan mereka bertanggung jawab terhadapnya. Sedang roving bandits merupakan

Page 20: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

8

seperti diungkapkan oleh McGuire dan Olson yang penulis kutip dari Leo

Agustino adalah sebagai berikut::

“Stationary Bandits are rulers without a long lasting base....., they also want

to maximize their own incomes. Sedangkan Roving Bandits are rulers

without a realm of their own who use their armies to maximize their own

incomes. In doing so, roving bandits are perpetually moving around, leaving

a place after is plundered. In this respect they are very similar to nomads.

The form of organization that result from this behavior is called anarchy

(McGuire & Olson 1996:63).”19

“Bandit Menetap adalah penguasa tanpa basis yang tahan lama ....., mereka

ingin memaksimalkan pendapatan mereka sendiri. Sedangkan Bandit

Pengembara adalah penguasa tanpa ranah yang menggunakan tentara untuk

memaksimalkan pendapatan mereka. Dalam praktiknya, Bandit

Pengembara- terus menerus bergerak, meninggalkan tempat setelah

menjarahnya. Dalam hal ini mereka sangat mirip dengan kaum nomaden.

Bentuk organisasi yang dihasilkan dari perilaku ini disebut anarki (McGuire

& Olson 1996:63).” (Terjemahan dari penulis)

Dari sudut pandang historis, keberadaan orang kuat lokal atau local strongmen 20

dan bosisme atau bossism21

di jaman orde baru dapat dikategorikan ke dalam dua

posisi yang berbeda. Jika bukan kepanjangan tangan orde baru, mereka adalah

kaum oposisi yang kontra terhadap orde baru. Selepas orba runtuh, dan reformasi

diaplikasikan dalam bentuk mekanisme otonomi daerah serta pilkada langsung,

kedua kelompok ini akhirnya berebut ambisi; saling berkompetisi untuk

bagaimana menguasai daerah yang tidak lagi dikontrol oleh pusat. Peralihan dari

sentralisme ke polisentrisme faktanya telah dijadikan ladang perebutan kekuasaan

oleh mereka. Kembalinya kaum oposisi yang selama zaman orba dibungkam dan

ditindas ke gelanggang politik lokal, memberikan dimensi ketegangan baru

orang kuat lokal, bawahan stionary bandits yang menancapkan pengaruhnya sebagai raja lokal

ketika stationary bandits runtuh (Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, 2011, h. 33).

19

Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 33.

20

Melvin Perjuangan Hutabarat. “Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia Era

Desentralisasi Studi Kasus Tentang Dinamika Kekuasaan Zulkifli Nurdin Di Jambi,” (Tesis S2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 17.

21

Ibid, h. 20.

Page 21: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

9

dengan kelompok yang dulu menyokong orba di ranah politik lokal. Bahkan

kelompok-kelompok tersebut, baik yang pro maupun yang kontra terhadap orba,

menggunakan berbagai cara untuk menghantarkannya menjadi raja lokal

kedaerahan.22

Seluruh potensi sumber daya kekuasaan dipraktikkan, termasuk

suap dan kekerasan (koersif).

Fenomena bos ekonomi (bossism) dan orang kuat lokal (local strongmen)

dalam mobilitas sosial, ekonomi, dan politik di struktur lokal memberikan

sinyalemen kepada kita bahwa tidak selamanya reformasi selalu membawa

dampak yang baik. Bukti di lapangan menunjukan, tradisi orde baru yang sarat

dengan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) pun marak terjadi di daerah pasca

reformasi diimplementasikan. Para bosism dan local strongmen, pasca mereka

mencapai tampuk kekuasaan, dengan kewenangan yang mereka miliki, juga

melakukan hal yang serupa; represif, koruptif, kolutif, dan nepotistik. Sama seperti

yang dulu pernah dipraktikkan ketika Soeharto berkuasa. Adanya desentralisasi,

seolah-olah hanya mempolarisasikan praktek tersebut. Impaknya, kini KKN tidak

lagi terpusat, melainkan menyebar ke segala penjuru daerah. Bahkan mendagri di

kabinet Presiden SBY, Gamawan Fauji, mengatakan bahwa lebih 115 dari 524

kepala daerah menjalani proses hukum dan kebanyakan terjerat kasus korupsi.23

Kasus-kasus tersebut sampai sekarang masih banyak yang ditangani oleh KPK

dan selebihnya sudah mendekam dalam penjara.

22 Mohammad Agus Yusoff dan Leo Agustino, “Daripada Orde Baru Ke Orde Reformasi:

Politik Lokal di Indonesia Pasca Orde Baru,” Jebat: Malaysian Journal of History, Politics &

Strategic Studies, Vol. 39 (July 2012): h. 86.

23

Fitriyah, “Kekerasan, Korupsi dan Pemilukada,” artikel diakses pada tanggal 11 Maret 2015

dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/view/3152/2829

Page 22: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

10

Kinerja para kepala daerah, dalam pusara perubahan menjadi semacam

parasit di tengah asa yang baru pulih. Pengkorupsian aset dan sumber daya daerah

secara besar-besaran, jika bukan rampok, apalagi bahasa yang pantas untuk

mereka? Canggihnya, mereka melakukan berbagai penyimpangan itu melalui

mekanisme lain yang lebih ekslusif, yaitu melalui pembentukan sistem kerja

pemerintahan „dinasti politik‟, - sebuah konsep dan metode “KKN” yang

dilakukan secara sistemik dan tertutup. Lahirnya pemerintahan dinasti seperti itu

tidak terhindar dari kokohnya dominasi sang elit.

Larangan politik dinasti memang tidak tertuang dalam peraturan perundang-

undangan, sebab masing-masing warga negara memiliki hak yang setara dan

egaliter, untuk atau tidak berpolitik; untuk mencalonkan atau dicalonkan.

Kebebasan egaliter ini nyatanya telah dijamin dalam konstitusi kita. Di sinilah

dinasti politik menjadi semacam problem dilematis bangsa. Karena di satu sisi,

model pemerintahan dinasti lahir sebagai pengejewantahan hak politik bagi warga

negara. Tapi di sisi lain, model pemerintahan dinasti politik - dengan kewenangan

yang besar, dan dominasi yang tersebar - rentan menciptakan dan terjadinya

penyelewengan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Lord Acton: “power tends to

corrupt and absolute power corrupts absolutelly.”24

Secara definitif, pengertian dinasti politik seperti yang penulis sadur dari

Leo Agustino adalah suatu “kerajaan politik di mana elit menempatkan

keluarganya, saudaranya, dan kerabatnya di beberapa pos penting pemerintahan

24 Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 129.

Page 23: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

11

baik lokal ataupun nasional.”25

Singkatnya, dengan dinasti politik, elit membentuk

strategi semacam jaringan kerajaan yang terstruktur dan sistematis, supaya

penyelewengan berbagai anggaran pemerintahan dapat diakal-akali secara efektif

dan terselubung. Pada prosesnya, dibutuhkan konsep matang untuk membangun

sebuah dinasti. Praktek kedinastian bukanlah usaha instan. Usaha ini memerlukan

strategi canggih dan konsep jitu. Penempatan satu persatu keluarga dan para

kerabat di berbagai pos jabatan penting bukanlah perkara mudah. Agar tidak

menuai protes dan kecaman, tak mungkin dilakukan tanpa melewati

penghegemonian dan dominasi di segala dimensi: baik sosial, ekonomi maupun

politik. Praksisnya, keterbentukannya dipersiapkan matang-matang agar permanen

dan kontinuistik.

Salah satu dinasti politik yang saat ini mendapatkan sorotan khusus di

antaranya adalah dinasti Fuad Amin di Bangkalan. Fuad adalah mantan Bupati

Bangkalan yang selama dua periode berturut-turut memenangkan kontestasi

pilkada. Setelah dua periode memimpin Bangkalan, di tahun berikutnya ia

mencalonkan diri sebagai anggota DPRD, dan terpilih. Kemudian Fuad Amin

didaulat untuk menjadi ketua DPRD Bangkalan. Anaknya, di periode yang sama,

berhasil pula menjadi Bupati Bangkalan, meneruskan estafet kepemimpinannya.

Dalam satu periode tersebut, anak dan ayah sama-sama menguasai dua sektor

paling krusial, yakni eksekutif dan legislatif.

Bangkalan merupakan wilayah administratif (kabupaten) yang masuk ke

dalam bagian Provinsi Jawa Timur. Bangkalan bukanlah wilayah redistricting

25 Ibid, h. 130.

Page 24: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

12

sebagaimana Banten dan beberapa daerah baru lainnya yang lahir pasca orde baru.

Dan sama halnya dengan beberapa daerah lainnya di Indonesia, sewaktu otonomi

daerah digulirkan, seluruh kekuatan sosial di Bangkalan berebut untuk saling adu

kuasa. Sejalan dengan apa yang Huntington katakan bahwa proses transisi yang

tanpa diikuti pranata politik yang mapan hanya akan menyebabkan perebutan

kekuasaan yang tidak sehat di antara kelompok-kelompok sosial masyarakat.26

Kondisi seperti ini lazim di negeri yang baru pertama mengalami demokratisasi,

sehingga mobilisasi lebih mungkin terjadi ketimbang partisipasi.

Asumsi awal terbentuknya dinasti politik di bawah kepemimpinan Fuad

Amin bisa dilihat dari beragam faktor, pertama dimungkinkan karena alam

reformasi tidak diimbangi oleh pranata hukum yang siap, baik dari segi yuridis

maupun manusianya. Artinya suprastruktur dan infrastruktur hukum belum teguh,

tegak, dan mapan. Kedua, civil society masih lemah, tidak terintegrasi dalam satu

kekuatan dominan. Ketiga, karena Fuad Amin merupakan salah satu cicit Kyai

Kholil Bangkalan yang merupakan ulama besar NU kharismatik yang banyak

dijadikan rujukan ilmu kegamaan. Di tengah masyarakat religius, penghormatan

khidmat kepada para kyai dan keturunannya merupakan sebuah tradisi lahiriah

yang wajib, ditambah, agama merupakan faktor pemersatu identitas masyarakat

Madura.27

Penghormatan masyarakat Bangkalan terhadap Fuad Amin salah

satunya bersumber dari faktor tersebut. Keempat, karena posisi Fuad sebagai

blater (baca: jawara), yang memudahkan dirinya menghegemoni kekuatan-

26 J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang

Berkembang (Jakarta: PT. Gramedia, 1981), h. 186.

27

Mutmainnah, “Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura,” dalam Jamil Gunawan, Sutoro Eko Yunanto, Anton Birowo, dan Bambang Purwanto,

ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal (Jakarta: LP3ES, 2004), h. 216.

Page 25: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

13

kekuatan sosial di Bangkalan. Menurut Abdur Rozaki, sebagaimana penulis kutip

langsung dari wawancaranya dengan majalah detik, ia mengatakan:

“Kelihaian bermain di dua basis masyarakat, blater dan pesantren, menurut

Abdur, melanggengkan kekuasaan Fuad. Mayoritas kepala desa (klebun) di

Bangkalan yang menjadi tangan kanan Fuad adalah blater itu. Supaya loyal,

para klebun itu disuruh membuat perusahaan lalu diberi proyek.”28

Bukti yang menggambarkan amat berpengaruhnya sepak terjang Fuad Amin di

Bangkalan adalah terlihat dalam sebuah pemberitaan yang dirilis oleh majalah

detik, bahwa menurut majalah tersebut, Fuad Amin digelari “Kanjeng atau Tuhan

Kedua” oleh sebagian masyarakatnya.29

Praktek kedinastian atau kekerabatan yang terjadi di Bangkalan, penulis rasa

sudah menembus batas etis dan moral. Dengan memanfaatkan wibawa dan nama

besar “Kyai Kholil Bangkalan” sebagai legitimasi atas kontrolnya pada

masyarakat, tentu ada sebuah pembodohan masif pada masyarakat yang mesti

segera dicerkaskan, agar masyarakat mulai rasional menanggapi dimensi

keagamaan dan politik praktis secara berbeda. Supaya eksistensi politik dinasti

bukan lagi dianggap sebagai hal mafhum dan wajar oleh sebagian masyarakat

awam, melainkan pengejewantahan oligarki baru era reformasi. Sebab itulah

dinasti politik di Bangkalan sebagai impak dari adanya dominasi yang kuat sangat

penting untuk diteliti, untuk melihat faktor-faktor penunjang keajegan dan

kekokohannya dalam masyarakat yang demokratis.

28 “Dinasti Tuhan Kedua di Bangkalan,” Majalah Detik, edisi 161 (29 Desember 2014 - 4

Januari 2015).

29

“Dinasti Tuhan Kedua di Bangkalan,” Majalah Detik, edisi 161 (29 Desember 2014 - 4

Januari 2015).

Page 26: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

14

B. Pertanyaan Penelitian

Dalam merumuskan masalah pada penelitian ini, penulis mencoba

membatasinya dengan dua pertanyaan, yakni:

1. Bagaimana proses terbentuknya kekuasaan politik Fuad Amin di

Bangkalan?

2. Bagaimana dinamika kekuasaan politik Fuad Amin?

3. Bagaimana kondisi civil society selama kepemimpinan Fuad Amin?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah tersebut diatas, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pola terbentuknya kekuasaan politik

Fuad Amin di Bangkalan.

2. Untuk mengetahui dinamika politik Fuad Amin di Bangkalan.

3. Untuk mendalami kondisi civil society selama kepemimpinan Fuad Amin

di Bangkalan.

D. Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah penelitian yang berorientasi atas asas manfaat, peneliti

membagi manfaat penelitian kedalam tiga aspek manfaat.

1. Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur tambahan,

referensi tambahan dan informasi bagi para peneliti yang tertarik pada isu-isu

politik lokal – sebagai bentuk ijtihad bagi kemajuan ilmu politik. Selain itu, hasil

penelitian pun dapat dijadikan bahan rekomendasi bagi masyarakat setempat

untuk membangun civil society yang kuat – yang sadar bahwa dominasi yang

Page 27: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

15

berlebihan adalah buruk bagi masa depan demokrasi. Orientasi akademis lain dari

penelitian ini setidaknya memberikan gambaran bagaimana terciptanya Good

Governance di lingkungan pemerintahan lokal.

2. Manfaat Praktis

Hakikatnya, penelitian ini dilakukan atas dasar kegelisahan pribadi dalam

melihat fenomena mandegnya pembangunan di daerah-daerah yang memiliki pola

pemerintahan dominasi tunggal. Karena penulis sendiri merasakan betapa civil

society tidak berkembang sama sekali di daerah-daerah tersebut. Sekalipun ada itu

pun hanya suara-suara kecil saja. Karena kegelisahan tersebut akhirnya penulis

harapkan penelitian ini bukan hanya dijadikan sebagai hasil penelitian secara

tertulis, tetapi lebih dari itu dapat dijadikan solusi sekaligus aksiologi - mampu

diimplementasikan dalam kehidupan nyata.

E. Tinjauan Pustaka

Term dominasi dan munculnya dinasti politik di berbagai daerah pasca

reformasi khususnya, menjadi wacana serta diskursus menarik dalam kajian

politik kontemporer masa kini. Permasalahan utama kedinastian yang merebak

dan melanda beberapa segmentasi kehidupan politik di tanah air ditengarai telah

memunculkan rasa ketidakadilan dari segelintir elit yang turun temurun

mempertahankan status quo mereka. Apalagi kinerja elit yang duduk di jabatan

publik tidak mampu bekerja dengan maksimal, bahkan kinerja mereka terkesan

asal-asalan. Maindset yang tertanam dalam diri para birokrat kita bukan untuk

melayani, melainkan mencari keuntungan sebesar-besarnya dari posisi yang

mereka duduki. Mereka lebih mengedepankan ego sektoral ketimbang murni

Page 28: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

16

mengurus rakyatnya sendiri. Tak ayal akhirnya rakyat kecewa dengan praktek

dominasi dan dinasti seperti ini.

Pemerintahan dengan model dinasti politik yang terjadi di alam demokrasi

memang tidak terlepas dan bersumber dari keterpilihan masing-masing individu

dalam setiap pemilihan, baik pileg, pilbup, pilgub, maupun pilpres. Pendeknya

dinasti politik adalah hak, dan demokrasi membuka ruang sebebas-bebasnya

kepada rakyat, kepada siapapun, untuk memilih atau tidak memilih, untuk

mencalonkan atau tidak mencalonkan, sesuai preferensi masing-masing. Hanya

saja, reformasi yang baru berlangsung, tidak secepat kilat memberikan pendidikan

politik kepada masyarakat, sehingga mobilisasi massa lebih menonjol ketimbang

partisipasi murni. Praktik patronase politik menjadi wacana substantif dalam

mobilisasi tersebut. Padahal syarat berkembangnya pembangunan politik

sebagaimana yang dikemukakan oleh Lucian Pye, bertalian erat dengan masalah

mobilisasi dan partisipasi seperti ini.30

Partisipasi bersumber dari kesadaran

masyarakat atas politik, sedangkan mobilisasi muncul lantaran masyarakat belum

mengerti arti penting politik dalam marwah kehidupan mereka sehari-hari.

Terbentuknya dinasti politik merupakan faktor dari latar belakang dan problem

seperti itu.

Karenanya, tema yang menyangkut dinasti politik banyak diminati. Di

antara mereka adalah Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusof (2012):

Daripada Orde Baru Ke Orde Reformasi: Politik Lokal Di Indonesia Pasca Orde

Baru. Di dalam artikel yang diterbitkan oleh Malaysian Journal of History,

30 Lucian Pye, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h.

22.

Page 29: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

17

Politics & Strategic Studies, Leo dan Yusof menitikberatkan penelitian mereka

pada politik lokal di Indonesia setelah 1998 dan sebelum tahun tersebut. Dari

penelitiannya didapatkan bahwa gelombang demokratisasi tidak selamanya

berakhir dengan hasil yang sempurna. Negara-negara seperti India, Brazil,

Filipina, Thailand, Nigeria dan Peru mengalami nasib yang kurang baik,

berkebalikan dari esensi demokrasi yang diharapkan pada umumnya. Fakta lain

pasca demokratisasi dikumandangkan malah memicu terbentuknya sistem

otokratik semi pada politik lokal di negara-negara tersebut. Kemunculan para

orang kuat lokal serta bos ekonomi di kancah politik lokal merupakan bukti

betapa demokratisasi pun nyatanya dapat lahir dengan wajah lain.31

Esensi demokratisasi sebenarnya adalah untuk membebaskan masyarakat

dari belenggu otoritarian, sebuah transformasi nilai dari masyarakat tertutup

kepada masyarakat yang lebih terbuka, sehingga masyarakat mendapatkan hak

politiknya secara proporsional, terbentuknya civil society yang mapan, dan adanya

check and balance yang konstruktif. Tapi di tengah proses pendemokratisasi-an

tersebut, nyatanya demokratisasi juga telah ditunggangi oleh para free rider yang

kurang lebih memanfaatkan momen untuk adu kuasa baru. Setelah bertahun-tahun

dibungkam hak politiknya oleh rezim otoriter, hasrat untuk menjadi raja kecil di

daerah mewabahi segenap elemen masyarakat di spektrum lokal. Begitupun

dengan demokratisasi di Indonesia, yang tak luput dari keberadaan para pembajak

demokrasi tersebut. Saat demokratisasi berlangsung, banyak di antara mereka,

khususnya para pemain politik lokal yang juga memanfaatkan momen reformasi

31 Mohammad Agus Yusoff dan Leo Agustino, “Daripada Orde Baru Ke Orde Reformasi:

Politik Lokal di Indonesia Pasca Orde Baru,” Jebat: Malaysian Journal of History, Politics &

Strategic Studies, Vol. 39 (July 2012): h. 78-82.

Page 30: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

18

sebagai wadah arena persaingan untuk berkuasa. Mereka umumnya para elit lokal

yang dulu saat zaman orba adalah para penyokong, maupun kalangan yang

beroposisi terhadap Soeharto.

Padahal gambaran politik lokal sebelum orde reformasi lahir, berada dalam

posisi yang sangat monoton, sebab daerah tidak memiliki wewenang untuk

mengurus daerahnya secara mandiri. Daerah seolah-olah hanyalah wayang, dan

pusat adalah sebenar-benarnya dalang. Seluruh kebijakan serta wewenang daerah

dikendalikan oleh pusat sepenuhnya. Begitu kuatnya pusat, daerah seakan-akan

sekadar dijadikan sebagai lumbung kekayaan pusat semata; yang dikeruk

kekayaannya namun tidak diperhatikan keberadaannya.32

Tetapi setelah reformasi

1998 meletus, daerah seperti mendapatkan angin segar untuk bangkit. Hiruk pikuk

kehidupan politik yang pelik di masa orde baru seolah-olah sirna dengan

datangnya zaman reformasi. Harapan baru demi terwujudnya demokrasi yang

utuh-penuh, hinggap pada segenap masyarakat di daerah. Karena jika selama

masa orde baru mereka tidak bisa mendapatkan hak politiknya, maka di era

reformasi harapan akan mendapatkan hak politiknya datang kembali.

Tetapi, hasil penelitian Leo dan Yusof mendapatkan fakta lain. Politik lokal

mengalami “bulan madunya” (istilah Leo dan Yusof) sebagai daerah yang

didamba hanya beberapa tahun saja. Setelahnya, lanskap politik lokal di daerah

kembali ke wajah bopeng seperti zaman orba sedia kala. Kehidupan atau dinamika

politik yang berlangsung beberapa masa selanjutnya hampir serupa dengan zaman

32 Ibid, h. 82.

Page 31: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

19

Soeharto.33

Tumpuan permasalahan dari ketidakberubahan politik lokal pasca

reformasi menurut mereka ada pada eksistensi “orang kuat lokal”. Orang kuat

lokal ini terbagi menjadi dua. Pertama adalah penyokong orba, dimana ketika

Soeharto masih berkuasa, Soeharto tempatkan orang-orangnya di daerah. Tugas

mereka di daerah adalah untuk menjaga stabilitas daerah dari berbagai macam

bentuk protes dan aksi. Orang-orang peliharaan ini merupakan orang kuat yang

disegani – jika bukan karena yang ditakuti. Dan yang kedua adalah orang-orang

yang kontra terhadap Soeharto. Dua kelompok inilah yang nantinya kebanyakan

saling berebut kuasa di arena politik lokal sewaktu pilkada langsung

diimplementasikan. Dan saat reformasi memberikan nuansa baru dengan harapan

adanya kemajuan daerah yang lebih konstruktif, lagi-lagi yang hadir malah

reduksi dari nilai tersebut. Daerah malah lahir dengan raja-raja kecil di dalamnya.

Mereka mulai membangun model dinasti politik yang hampir mirip dengan apa

yang telah dilakukan oleh Soeharto dulu. Transisi orba ke reformasi nyatanya

tidak serta merta membawa dampak perubahan ke daerah-daerah, malah zaman

reformasi seolah-olah merupakan pembabakan baru neo-Soehartois. Karena

sebagian penduduk masyarakat yang tergambarkan sebagai “orang kuat” di

kedaerahan masih banyak yang mengutamakan ego nepotistik dibandingkan

semangat kebersamaan untuk pembangunan.34

Selain tulisan Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusof (2012) soal:

Daripada Orde Baru Ke Orde Reformasi: Politik Lokal Di Indonesia Pasca Orde

Baru. Ada juga hasil analisa Wasisto Raharjo Djati yang penulis jadikan rujukan

33 Ibid, h. 86.

34

Ibid, h. 90-91.

Page 32: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

20

tinjauan pustaka. Tulisan tersebut diterbitkan oleh jurnal sosiologi masyarakat,

Pusat Kajian Sosiologi (Labsosio FISIP-UI), dengan judul Revivalisme Kekuatan

Familisme dalam Demokrasi: Dinasti Politik di Aras Lokal. Dalam tulisan

tersebut, Wasisto melihat pembentukan dinasti politik dari sudut pandang berbeda

pada umumnya. Jika kebanyakan ilmuwan melihat Dinasti Politik sebagai akibat

adanya campur tangan “elit yang membajak demokrasi,” Wasisto lebih

melihatnya dari proses internal familisme. Bahwa adanya elit kuat lokal hanyalah

merupakan bagian dari faktor eksternal pembentukan dinasti politik saja, tetapi di

sisi lain ada juga faktor internal yang melatarbelakanginya yakni bagaimana

keluarga saling memberikan pengaruh terhadap preferensi pembentukan “dinasti

politik”.

Dalam penelitiannya, disebutkan ada 3 unsur utama mengapa akhirnya

Dinasti Politik lahir. Pertama, karena kegagalan partai lokal melakukan

regenerasi politik. Kedua, biaya demokrasi partisipasi yang tinggi. Ketiga, adanya

kekuatan antar elit yang tidak seimbang.35

Dari ketiga unsur tersebut, Wasisto

melihat bahwa perumusan terbentuknya dinasti politik tidak hanya dapat

dilakukan melalui pendekatan Neopatrimornialisme sebagaimana Haris (2007)

dan Zuhro (2010), serta pendekatan Klan Politik sebagaimana Kreuzer (2005) dan

Cesar (2013), dan pendekatan Poltik Predator sebagaimana Asako (2010) dan Mc

Coy (1994) yang bertumpu pada tesis Migdal (1988) dan Sidel (2005), tetapi lebih

dari itu juga dapat dilihat dari perspektif familisme.36

35 Wasisto Raharjo Djati, “Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti

Politik di Aras Lokal,” Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol 18 No. 2 (Juli 2013: 203-231): h. 203.

36

Ibid, h. 204-206.

Page 33: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

21

Perspektif familisme sebagaimana yang dikutip langsung dari penelitian

Wasisto memberikan gambaran semacam ini:

“Pertama, analisis dinasti politik tidak boleh terpaku pada hubungan

patronase keluarga secara umum, tetapi lebih terspesialisasikan menurut

preferensi politik keluarga yang terbagi dalam tiga hal, yakni familisme,

quasifamilisme, dan ego familisme. Kedua, pembentukan dinasti politik

dipahami dalam dua nalar besar yakni by design yang mengarah achieved

status atau by design yang mengarah pada by accident. Kedua nalar itu

penting untuk membantu kita agar tidak terjebak pada pemikiran elit. Ketiga,

sumber dinasti politik tidak hanya relasi keluarga intim atau demokrasi

pasutri yang selama ini selalu menjadi diskursus dominan, namun terdapat

empat aspek, seperti tribalisme, feodalisme, jaringan maupun populisme.”37

Dari pembacaan penulis terhadap analisis penelitian Wasisto, setidaknya dia

hendak mengemukakan bahwa pembentukan dinasti politik tidak hanya dapat

dilihat dari perspektif elit yang sudah menjadi semacam kaca mata umum bagi

para ilmuwan politik. Padahal melalui pendekatan familisme kita akan

mengetahui bagaimana proses pembentukan dinasti politik itu terjadi. Familisme

sendiri tidak terdeterminasi pada dorongan keluarga untuk membentuk atau tidak

membentuk kekuasaan secara dinasti, tetapi juga dilihatnya berdasarkan pada

dukungan dan dorongan dari masyarakat.38

Dengan penelitian yang sudah ada, seperti Leo Agustino dan Mohammad

Agus Yusof serta Wasisto Raharjo Djati, yang telah mengupas tuntas apa saja

faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya dinasti politik serta karakteristik

lingkungan sosio politiknya. Sekalipun penelitian di atas tidak terkait dengan tema

besar dominasi dan dinasti politik di Bangkalan, setidaknya penulis sudah

mendapatkan gambaran umum tentang bagaimana perkembangan dinamika

dinasti politik dari tahun ke tahun, baik itu sebelum era reformasi maupun

37 Ibid, h. 228-229.

38

Ibid, h. 229.

Page 34: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

22

setelahnya. Ditambah referensi dari kedua tulisan tersebut setidaknya telah

memberikan masukan berarti bagi penggunaan teori serta pendekatan metodologi

sebagai “pisau analisis” pada tema yang akan penulis angkat. Karena penulis

sendiri sadari, bahwa topik dinasti politik di Bangkalan masih baru, sehingga

memerlukan literatur pendukung dari penelitian sejenis.

F. Metodelogi Penelitian

Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri merupakan sebuah metodelogi penelitian

dengan ketajaman dan kedalaman peneliti atas konteks dan fenomena objek

penelitian. Bahwa objek penelitian memiliki makna yang mesti dipahami secara

mendalam, karena sifatnya interpretatif, maka peneliti mesti memahami dan

mendalami makna dari beragam pemahaman yang berbeda-beda tersebut.39

Penelitian yang akan dilakukan merupakan kajian secara mendalam mengenai

impak lahirnya dominasi Fuad Amin pada pembentukan dinasti politik. Mengapa

dinasti politik muncul, dan bagaimana ia muncul, merupakan dua pertanyaan

utama yang harus peneliti jawab. Selain itu, peneliti pun hendak mengkaji ulang

apakah betul bahwa praktek intimidatif di lingkungan pemerintahan lokal masih

berlangsung sehingga mobilisasi massa sangat mungkin dilakukan. Atau apakah

legitimasi masyarakat pada pemerintahan dinasti bukan bersumber dari praktik

intimidatif yang sebetulnya sudah terlalu kuno dipraktikkan, melainkan berasal

dari budaya irasionalitas yang masih mengungkungi kesadaran masyarakat. Untuk

itu, peneliti mesti menganalisa pola struktural masyarakat, baik itu dari

39 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h. 7-10.

Page 35: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

23

peninggalan-peninggalan sejarah berupa karya tekstual, dokumen resmi, maupun

interaksi langsung dengan para ahli sejarah dan masyarakat Bangkalan.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

prosesi tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan

atau pendapatnya mengenai suatu hal.40

Karenanya, tekhnik wawancara ini sangat

berguna untuk megelaborasi data serta pemantapan konteks mengenai wacana

yang akan didiskusikan. Oleh karenanya, proses wawancara atas kasus yang

hendak digarap akan dipusatkan terhadap beberapa nara sumber yang diantaranya

adalah para keluarga Bani Kholil, Madura Corruption Watch (MCW), masyarakat

dan pihak-pihak terkait.

2. Studi/Telaah Dokumentasi

Yang peneliti maksud dengan studi/telaah dokumentasi adalah pencarian

literatur yang berkaitan erat dengan topik penelitian. Studi/telaah dokumentasi

tersebut dapat berupa: artikel, jurnal, buku, catatan sejarah, koran, majalah, blog,

dll.41

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang komperehensif dan saling

berkorelasi antara bab yang satu dengan bab lainnya, maka penulis merunut topik

penelitian masing-masing ke dalam 5 bab. Bab pertama menerangkan latar

belakang penelitian, mengapa topik dominasi dan dinasti politik pada ranah

40 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1127.

41

Samiaji, Penelitian Kualitatif, h. 61.

Page 36: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

24

politik lokal dianggap muhim sehingga dipilih menjadi tema yang akan diteliti.

Bab kedua menjelaskan teori yang secara khusus digunakan sebagai pisau analisis

membedah tema yang diteliti, yang dalam hal ini penulis akan memaparkan apa

itu local strongmen dan apa itu bosisme dan apa itu oligarki, dan bagaimana

ketiga teori ini kompatibel untuk menerangkan munculnya dominasi dan dinasti

politik. Bab ketiga merupakan deskripsi wilayah yang hendak diteliti. Dalam bab

ini penulis menggambarkan bagaimana Bangkalan secara kultural, politik,

ekonomi dan agama. Selanjutnya adalah bab keempat, pada bagian ini penulis

menganalisa fenomena munculnya dominasi dan dinasti politik Fuad Amin di

Bangkalan melalui kaca mata teori yang sudah disediakan tadi. Apakah teori-teori

tersebut masih relevan untuk menjelaskan kedua fenomena itu atau tidak. Dan

kelima adalah penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan ini

membicarakan uraian singkat dari penyebab munculnya dominasi dan dinasti di

Bangkalan.

Page 37: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

25

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Local Strongmen/Orang Kuat Lokal

Perubahan sosial politik yang terjadi dan merubah warna masyarakat dunia

pada saat ini, dinilai sebagai dampak pergerakan negara-negara di dunia dan

masyarakat di masa lalu. Atau dalam terminologi Marx, dikenal dengan diskursus

materialisme histroris1. Di mana globalisasi, kolonialisasi, dan industrialisasi

melahirkan pengaruhnya yang begitu primer. Huntington menjelaskan, bahwa

perubahan yang terjadi atas negara dan masyarakat di dunia hingga memunculkan

dualisme potret antara negara kuat dan negara lemah bukanlah disebabkan karena

macam-macam jenis pemerintahan yang dianut, tetapi lebih pada efektifitas

kinerja sebuah pemerintahan itu berjalan.2

Negara, dalam masa tertentu, pernah menjadi simbol tunggal dalam

dinamika kehidupan masyarakat karena kapabilitas dan koersinya yang begitu

besar. Segala garis kebijakan tersentralisasi pada wujud negara sebagai satu-

satunya pemilik kekuatan otonom. Negara menjadi pusat kuasa yang tak

terbendung. Pengalaman ini dapat kita lihat semasa perang dunia I, II, perang

dingin, di masa kolonialisme global, dan sewaktu gelombang industrialisasi

mendera dunia modern. Sedangkan pasca itu, semua kritik, peran sentral dan

1 Materialisme Historis merupakan sebuah konsep dari filsafat Karl Marx yang berarti seluruh

peradaban manusia berasal dari kontinuum sejarah yang tak putus-putus. Pip Jone, Pengantar

Teori-Teori Sosial (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 78.

2 Joel S. Migdal, State in Society: Studying How States And Societies Transform And

Constitute One Another (Cambridge, UK: The Press Syndicate of The University of Cambridge),

h. 59.

Page 38: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

26

pengaruh negara lamat-lamat ditinggalkan oleh para pengkaji/ilmuwan sosial-

politik.3

Pasca kolonialisasi berakhir, kita pun disuguhkan dengan fenomena-

fenomena baru daripada dasawarsa sebelumnya, yakni munculnya beberapa

negara lemah, yang gagal menancapkan pengaruhnya di masyarakat, kesulitan

melakukan kontrol terhadap warganya, dan bersusah payah memaksakan aturan

konstitusi di wilayah teritorial mereka. Negara tidak dapat melakukan berbagai

inisiasi kebijakan di dalam perkembangan kehidupan sosial masyarakat

sebagaimana umumnya. Pada kasus ini, Joel S. Migdal mencoba menjelaskannya

dengan membawa kita pada pemahaman bahwa negara adalah bagian yang

terintegrasi dengan masyarakat. Sifat yang dimiliki negara tidak terlepas dari basis

sifat masyarakat di dalamnya.4 Migdal mendefinisikan negara sebagai organisasi

besar yang hidup berdampingan dengan organisasi-organisasi lainnya di luar

dirinya.5 Secara lengkapnya Joel S. Migdal mengatakan:

“The state is a sprawling organization within society that coexists with many

other formal and informal social organizations, from families to tribes to

large industrial enterprises. What distinguishes the state, at least in the

modern era, is that state officials seek predominance over those myriad

other organizations. That is, they aim for the state to make the binding rules

guiding people‟s behavior or, at the very least, to authorize particular other

organizations to make those rules in certain realms. By “rules” I mean the

laws, regulations, decrees, and the like that state officials indicate they are

willing to enforce through the coercive means at their disposal. Rules

include everything from living up to contractual commitments to driving on

the right side of the road to paying alimony on time. They involve the entire

3 Ibid, h. 58.

4 GSDRC (Governance and Social Development Resource Center) , “Document

Library, Summary: Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State

Capabilities in the Third World – Summary,” artikel ini diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 dari

http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=3554

5 Joel S. Migdal, State in Society, h. 63.

Page 39: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

27

array of property rights and any of the other countless definitions of the

boundaries delineating acceptable behavior for people.”6

“Negara adalah organisasi yang luas di dalam masyarakat yang

berdampingan dengan banyak organisasi sosial formal dan informal lainnya,

dari keluarga, suku, perusahaan industri besar. Yang membedakan negara, di

era modern setidaknya, adalah bahwa pejabat negara mencari dominasi atas

segudang organisasi lainnya. Artinya, tujuan mereka untuk negara adalah

untuk membuat aturan yang mengikat yang membimbing perilaku

masyarakat atau, setidaknya, untuk mengotorisasi/menguasai organisasi lain

khususnya untuk membuat aturan-aturan pada aspek tertentu. Dengan

"aturan" saya mengartikannya hukum, peraturan, keputusan, dan seperti

pejabat negara yang menunjukan kesediaan mereka untuk menegakkan

melalui pemaksaan yang mereka tetapkan. Aturan mencakup segala sesuatu

dari hidup, komitmen kontrak, mengemudi di sisi kanan jalan, membayar

tunjangan tepat waktu. Mereka melibatkan seluruh peranti hak milik dan

salah satu definisi yang tak terhitung lainnya dari batas-batas yang

menggambarkan perilaku yang dapat diterima oleh orang-orang.”

(Terjemahan dari penulis)

Eksistensi organisasi-organisasi di luar negara pada akhirnya menimbulkan

berbagai persoalan yang dapat mengurangi kapabilitas negara sebagai satu-

satunya alat pengontrol yang sah. Etnisitas, klan, bahkan kelompok-kelompok

macam sekte agama adalah macam-macam kekuatan yang bisa saja mengganggu

bahkan menghalang-halangi jalannya berbagai aturan serta rambu-rambu

pembangunan yang telah ditetapkan oleh negara. Hal seperti ini banyak kita

temukan pada kasus dan pengalaman negara-negara di dunia ketiga.

Di negara-negara yang baru merdeka, modernisasi aturan hukum bisa jadi

masih sering bertolak belakang dengan aturan-aturan tradisional yang secara

kultur masih kuat tertanam dalam kehidupan masyarakat. Hal ini diperparah lagi

dengan kompetisi antar kelompok kepentingan di antara mereka – untuk

mengambil alih kekuasaan yang diwariskan pasca bangsa penjajah hengkang.7

Maka akan terlihat maklum bila kondisi negara di dunia ketiga terbilang lemah.

6 Ibid, h. 63.

7 Ibid, h. 64.

Page 40: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

28

Sebab infrastruktur negara, baik yang berupa sumber daya manusia maupun

fundamentalisme hukum, masih berada dalam tahap perkembangan. Sehingga

kontrol sosial sangat sulit diimplementasikan. Beda halnya pada kasus negara-

negara di eropa misalnya, di mana tentara, sistem peradilan hukum, dan

mekanisme penarikan pajak terorganisir secara baik, dan telah menjadi instrumen

pokok dalam wacana strategi dominasi kontrol negara terhadap masyarakat.8

Sedang pada kasus negara-negara baru di dunia ketiga, ikhwal itu belum tercipta

secara sempurna.

Beragam teori yang ada, seperti teori modernisasi, teori marxis, dan teori

ketergantungan, menurut Migdal, tidak mampu menjelaskan apa-apa terhadap

ketidakmampuan negara itu dalam mencapai legitimasi kontrol sosial mereka di

masyarakat. Teori modernisasi terlalu mengenyampingkan konflik yang lahir

dalam tubuh negara, teori marxis seringkali menjurus dan terlalu fokus pada

konflik antar kelas, dan teori ketergantungan, banyak mengabaikan peran

masyarakat. Ketiganya memiliki kelemahan saat dihadapkan pada pertanyaan:

mengapa negara A kuat sedang negara B lemah.9

Untuk itu, Migdal menyodorkan apa yang ia namakan dengan pendekatan

state in society, “yang menggambarkan masyarakat sebagai arena jejaring

organisasi-organisasi sosial daripada sebagai pendikotomian struktur.”10

“The model I am suggesting, what I call state-in-society, depicts society as a

mélange of social organizations rather than a dichotomous structure.

8 GSDRC (Governance and Social Development Resource Center) , “Document

Library, Summary: Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State

Capabilities in the Third World – Summary,” artikel ini diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 dari

http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=3554

9 Joel S. Migdal, State in Society, h. 65.

10

Ibid, h. 49.

Page 41: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

29

Various formations, including the idea of the state as well as many others

(which may or may not include parts of the state) singly or in tandem offer

individuals strategies of personal survival and, for some, strategies of

upward mobility. Individual choice among strategies is based on the

material incentives and coercion organizations can bring to bear and on the

organizations‟ use of symbols and values concerning how social life should

be ordered. These symbols and values either reinforce the forms of social

control in the society or propose new forms of social life. Indeed, this

struggle is ongoing in every society. Societies are not static formations but

are constantly becoming as a result of these struggles over social control.”11

“Model yang saya sarankan, apa yang saya sebut state-in-society, yang

menggambarkan masyarakat sebagai campuran berbagai macam organisasi

sosial daripada sekedar struktur dikotomis. Berbagai formasi, termasuk

gagasan negara serta banyak lagi yang lainnya (yang mungkin atau yang

tidak mungkin termasuk bagian dari negara) secara tunggal atau tandem

menawarkan individu-individu strategi bertahan hidup bagi pribadi dan,

untuk beberapa, strategi mobilitas ke atas. Pilihan individu di antara

beberapa strategi didasarkan pada insentif material dan lembaga paksaan

yang dapat membawa, menanggung dan atas penggunaan simbol dan nilai

organisasi tentang bagaimana kehidupan sosial harus diwujudkan. Simbol

dan nilai-nilai ini baik yang memperkuat bentuk kontrol sosial dalam

masyarakat atau yang mengusulkan bentuk-bentuk baru dari kehidupan

sosial. Memang, perjuangan ini sedang berlangsung di setiap masyarakat.

Masyarakat bukan merupakan bentuk statis tetapi terus menerus mecari

bentuk dari hasil lewat perjuangan kontrol sosial ini.” (Terjemahan dari

penulis)

“To be sure, in some instances, the idea-state may make and enforce many

rules in the society or may choose to delegate some of that authority to other

mechanisms, such as the church or market. There are other societies,

however, where social organizations actively vie with one another in

offering strategies and in proposing different rules of the game. Here, the

mélange of social organizations is marked by an environment of conflict, an

active struggle for social control of the population. The state is part of the

environment of conflict in which its own parts struggle with one another. The

battles may be with families over the rules of education and socialization;

they may be with ethnic groups over territoriality; they may be with religious

organizations over daily habits.”12

“Yang pasti, dalam beberapa kasus, gagasan-negara dapat membuat dan

menegakkan banyak aturan dalam masyarakat atau mungkin memilih

mendelegasikan beberapa kewenangan ke mekanisme yang lain, seperti

gereja atau pasar. Masih ada masyarakat lainnya, yang bagaimanapun, di

mana organisasi-organisasi sosial secara aktif bersaing satu sama lain dalam

menawarkan strategi dan mengusulkan aturan main yang berbeda. Di sini,

campuran dari berbagai macam organisasi sosial ditandai oleh lingkungan

11 Ibid, h. 49-50.

12

Ibid, h. 50.

Page 42: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

30

konflik, perjuangan aktif bagi kontrol sosial penduduk. Negara adalah bagian

dari lingkungan konflik di mana negara merupakan bagian tersendiri yang

juga berjuang dengan yang lainnya. Pertempuran mungkin saja terjadi

dengan keluarga mengenai aturan pendidikan dan sosialisasi; mungkin

dengan kelompok etnis mengenai kewilayahan; mungkin dengan organisasi

keagamaan mengenai kebiasaan sehari-hari.” (Terjemahan dari penulis)

Dari paparan Migdal itu, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan penting, selain

gambaran soal negara sebagai wahana konflik berbagai kepentingan organisasi

sosial yang saling berebut mendapatkan pencapaian mereka terhadap kontrol sosial

di masyarakat, namun juga soal kemunculan negara lemah (weak state) sebagai

impak kekalahan negara oleh kekuatan-kekuatan informal di luar institusi resmi.

Setidaknya, konsep Migdal mengenai negara lemah telah merejuvinasi kembali

asumsi-asumsi Weber yang terlalu idealistik dalam mendefinisikan negara sebagai

satu-satunya asosiasi politik dengan berbagai kekayaan haknya untuk memonopoli

kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat.13

“Migdal percaya bahwa negara bukanlah satu-satunya organisasi yang hidup

berdampingan dengan masyarakat. Di luar negara, bahkan lebih banyak lagi

dari macam-macam organisasi yang ada, yang juga mencoba untuk

memberikan dan menanamkan dominasi serta pengaruhnya seperti yang

dilakukan oleh negara. Cara mereka melakukan itu semua, selain dengan

memberikan insentif berupa bantuan dan keamanan, juga dengan

memberikan sanksi sosial kepada siapa saja yang tidak mematuhinya.

Sanksi sosial ini dapat berupa adanya tindakan kekerasan dan pengucilan.

Dengan banyaknya organisasi yang menjamur di luar negara, maka

masyarakat dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit untuk memilih satu di

antara mereka, mana saja yang benar-benar memanifestasikan diri sebagai

kelompok yang mampu menstimulus konstruksi „strategi bertahan hidup‟

bagi mereka. Masyarakat, dalam hal ini, bukan berarti hidup dalam

kebebasan tanpa adanya aturan yang mengikat dan mengatur mereka, tapi

faktanya mereka tetap hidup dalam aturan aturan, tetapi dalam alokasi yang

tidak terpusat. Karena berbagai sistem aturan dan peradilan mengatur

mereka dalam waktu dan secara bersamaan. Berhasil tidaknya sebuah

organisasi untuk melakukan kontrol sosial terhadap anggotanya tidak saja

13 Daniel Lambach, “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.” Paper for

presentation at the conference “Political Concepts Beyond the Nation State: Cosmopolitanism,

territoriality, democracy”, Danish Political Theory Network Conference, University of

Copenhagen, Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

Page 43: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

31

terlihat saat mereka mematuhi segala aspek dan aturan yang berlaku di

dalam organisasi tersebut, tetapi saat mereka juga meyakini dan sadar bahwa

nilai legitimasi yang mereka berikan adalah baik dan benar.”14

Harus digarisbawahi, bahwa kontrol sosial, dominasi, dan hegemoni merupakan

alat politik paling ampuh yang mesti dimiliki negara dalam rangka mengatur,

mengarahkan, memaksakan dan membatasi segala tindakan yang dilakukan oleh

masyarakat. Tanpa memegang kendali dominasi dan kontrol atas masyarakat,

negara akan menjadi lemah, dan masyarakat akan berpaling untuk mengikuti

aturan dan arahan yang berasal dari organisasi informal di luar negara. Sehingga

perebutan kontrol sosial di masyarakat mutlak menjadi penting sebab upaya

mobilisasi masyarakat hanya akan terjadi apabila tiga komponen ini terpenuhi:

partisipasi, kepatuhan, dan legitimasi.15

Kontrol sosial sendiri singkatnya diartikan

sebagai:

“The state‟s capacity to mobilise society rests on social control, defined as

the ability to make the operative rules of the game for people in society. The

major struggles in many societies are over who has the right and ability to

make the rules that guide people‟s social behaviour (the state or other

organisations).”16

“Kapasitas negara untuk memobilisasi masyarakat bertumpu pada kontrol

sosial, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat aturan

operasi dari aturan main untuk orang-orang dalam masyarakat. Perjuangan

utama di banyak masyarakat adalah lebih kepada siapa yang benar dan

mampu membuat aturan yang membimbing perilaku masyarakat sosial

(negara atau organisasi lain).” (Terjemahan dari penulis)

14 Hasil terjemahan penulis dalam bagian tertentu pada artikel yang ditulis oleh Daniel

Lambach, “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.” Paper for presentation at

the conference “Political Concepts Beyond the Nation State: Cosmopolitanism, territoriality,

democracy”, Danish Political Theory Network Conference, University of Copenhagen,

Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

15

GSDRC (Governance and Social Development Resource Center) , “Document

Library, Summary: Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State

Capabilities in the Third World – Summary,” artikel ini diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 dari

http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=3554

16

GSDRC (Governance and Social Development Resource Center) , “Document

Library, Summary: Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State

Capabilities in the Third World – Summary,” artikel ini diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 dari

http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=3554

Page 44: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

32

Ada banyak usaha yang dilakukan oleh negara maupun organisasi informal dalam

memaksakan aturan dan kehendak mereka. Ikhwal paling penting adalah dengan

adanya “proses pemberian sanksi dan hadiah lewat beragam bentuk: insentif

material, paksaan, dan manipulasi simbolik kehidupan sosial.”17

Adanya kelompok ataupun institusi informal di luar negara yang mengurangi

efektifitas dan kapabilitas negara, oleh Migdal ditengarai disebabkan oleh

kehadiran local strongmen (orang kuat lokal). Orang kuat lokal, secara konsep,

jelasnya didefinisikan sebagai kekuatan informal, baik yang berupa “tuan tanah,

tengkulak, pengusaha, kepala suku, panglima perang, bos, petani kaya, pemimpin

klan, .....dan sebagainya, yang berusaha memonopoli kontrol atas masyarakat

dalam cakupan wilayah tertentu lewat kerjasama jejaring yang mereka bangun.”18

Di banyak kasus, orang kuat lokal sering ditemukan di negara-negara Asia-Afrika.

Mereka umumnya adalah negara-negara yang baru merdeka dengan modal

infrastruktur hukum dan keinstitusian yang masih sedikit pengalaman. Infiltrasi

yang dilakukan oleh para orang kuat lokal di dalam negara, setidaknya

menghasilkan instabilitas politik yang mau tidak mau telah meningkatkan

eksistensi mereka di mata para politisi maupun implementors (sebutan Migdal

untuk para pelaksana tugas pemerintah pusat di daerah)19

untuk dijadikan partner

17 GSDRC (Governance and Social Development Resource Center) , “Document

Library, Summary: Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State

Capabilities in the Third World – Summary,” artikel ini diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 dari

http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=3554

18

Melvin Perjuangan Hutabarat. “Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia Era

Desentralisasi Studi Kasus Tentang Dinamika Kekuasaan Zulkifli Nurdin Di Jambi,” (Tesis S2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 17.

19

Daniel Lambach, “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.” Paper for

presentation at the conference “Political Concepts Beyond the Nation State: Cosmopolitanism,

Page 45: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

33

maupun jaringan patronase – atau agen kepentingan mereka dalam momen-momen

pemilu. Imbalnya, para orang kuat ini mendapatkan akses langsung pada

perolehan sumber daya ekonomi yang diberikan politisi atau para implementors

kepada mereka. Bahkan tak jarang, orang kuat ini berhasil melakukan lobi untuk

menaruh beberapa keluarganya di pos-pos pemerintahan supaya dapat memastikan

bahwa sumber proyek ekonomi yang diberikan tidak jatuh ke tangan pihak lain.

Persekongkolan antara pihak birokrat, politisi, dan orang kuat lokal ini biasa

disebut dengan istilah segitiga akomodasi.20

Kontan dengan adanya

persekongkolan antara para implementors dengan orang kuat lokal ini telah

menjadikan alokasi kepentingan pusat yang terangkum dalam segala kebijakan di

berbagai aspek yang sejatinya akan diterapkan untuk daerah menjadi terganggu.21

“Mereka berhasil menempatkan diri atau menaruh anggota keluarga mereka

pada sejumlah jabatan penting demi menjamin alokasi sumber-sumber daya

berjalan sesuai dengan aturan mereka sendiri ketimbang menurut aturan-

aturan yang dilontarkan dalam retorika resmi, pernyataan kebijakan, dan

peraturan perundang-undangan yang dibuat di ibukota atau dikeluarkan oleh

pelaksana peraturan yang kuat (Migdal 1988:256).”22

Dalam dinamika politik lokal di Indonesia, eksistensi orang kuat lokal bisa

ditelusuri lewat beragam kultur dan budaya setempat. Penisbatan orang kuat lokal

di masing-masing wilayah mempunyai istilah yang beragam. Di Banten misalnya,

manifestasi orang kuat lokal digambarkan melalui julukan Jawara. Sedang istilah

territoriality, democracy”, Danish Political Theory Network Conference, University of

Copenhagen, Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

20

Melvin. “Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia.” Ibid, h. 17-18.

21

Daniel Lambach, “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.” Paper for

presentation at the conference “Political Concepts Beyond the Nation State: Cosmopolitanism,

territoriality, democracy”, Danish Political Theory Network Conference, University of

Copenhagen, Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

22

Menurut Migdal seperti dikutip John T. Sidel, “Bosisme dan Demokrasi di Filipina,

Thailand, dan Indonesia,” dalam John Harris, Kristian Stokke, dan Olle Tornquist. Ed., Politisasi

Demokrasi Politik Lokal Baru (Jakarta: Demos, 2005), h. 73.

Page 46: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

34

orang kuat lokal di Madura dikenal dengan sebutan Blater. Keberadaan dan posisi

mereka, bila dilihat dari aspek sejarah, merupakan aktor yang tumbuh dan

berkembang di dalam adat dan budaya masyarakat sejak era pra kolonial dan masa

kolonial. Mereka lahir dengan berbagai pengalaman kekerasan di sekeliling

mereka. Sikap, tindakan, serta cara pandang yang berlaku di masyarakat

merupakan benih internalisasi budaya kekerasan yang melekat dalam diri orang

kuat lokal. Bahkan rupa mereka di masa lalu tak jarang adalah para pemberontak,

pembela rakyat, penolong kaum papa – yang dengan kekuatan serta keberanian

yang dimiliki, bersama-sama melakukan perlawanan terhadap kesemena-menaan

para elit, baik elit penjajah maupun elit feodal lokal. Cerita rakyat ini turun

temurun diwariskan dalam beberapa kisah heroik semisal Ken Arok, Samin, dan

Pitung.23

Eksistensi mereka bila merunut pada kesimpulan Migdal, adalah imbas dari

pola adat yang sudah mengakar dalam kultur di masyarakat. Dan yang tak kalah

penting, keberadaan orang kuat lokal merupakan kiamat bagi jalannya efektifitas

dan dominasi negara atas masyarakat – sebab negara otomatis menjadi lemah dan

gagal untuk melakukan kontrol. Atau dengan bahasa yang lebih halus, akan sulit

untuk melakukan berbagai perubahan melalui program serta kebijakan yang

tengah dicanangkan.24

Faktor munculnya orang kuat lokal dan sepak terjang

mereka oleh migdal dijelaskan sebagai berikut.

“Pertama, local strongmen tumbuh subur dalam masyarakat yang mirip

dengan jejaringan. Berkat struktur yang mirip jejaringan inilah, para orang

kual lokal memperoleh pengaruh signifikan yang jauh melampaui pengaruh

23 Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah: Sisi Gelap Desentralisasi di Indonesia

Berbanding Era Sentralisasi (Widya Padjadjaran, 2011), h. 57.

24

John T. Sidel, “Bosisme dan Demokrasi,” h. 73-74.

Page 47: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

35

para pemimpin dan para birokrat lokal formal. Kedua, orang kuat lokal

melakukan kontrol sosial dengan memanfaatkan komponen penting yang

diyakini masyarakat sebagai „strategi bertahan hidup‟. Logika bertahan

hidup, memberikan kesempatan bagi local strongmen bukan saja bagi

membangun legitimasinya di mata rakyat yang mengharapkan ibanya untuk

memenuhi kebutuhan pokok mereka, tetapi juga memperluas kekuasaannya.

Personalisme orang kuat lokal menempatkan mereka sebagai patron yang

memberi kebaikan personal bagi kliennya (baca:pengikutnya) yang (serba)

kekurangan – di daerah kekuasaan mereka. Ketiga, local strongmen secara

langsung ataupun tidak telah berhasil membatasi kapasitas lembaga dan

aparatur negara sehingga menyebabkan pemerintah lemah.”25

Merujuk pada kesimpulan akhir bahwa orang kuat lokal merupakan penghambat

laju pembangunan di negara dunia ketiga sebab keberadaannya telah membatasi

kapasitas negara, begitu menarik bila dianalisis ulang. Benarkah eksistensi mereka

adalah parasit yang selamanya mengganggu proyek pembangunan? Apakah orang

kuat lokal tidak dapat tumbuh di negara yang kuat? Pertanyaan-pertanyaan seperti

ini akan dibahas di kerangka teori lainnya oleh John T. Sidel. Dia menawarkan

kerangka teori alternatif bagi frame analisis orang kuat lokal yang

bertolakbelakang dengan tesis Migdal. Teorinya dikenal dengan istilah local

boss/bos lokal.

B. Teori Bos Lokal/Local Boss

Bagi siapapun yang memiliki minat pada pembahasan dinamika politik lokal

di dunia ketiga, tentu sulit untuk melepaskan diri dari konsep local strongmen

yang diilhami dari beberapa temuan Joel S. Migdal soal kapabilitas negara-negara

dunia ketiga dalam rangka mengontrol dan mengatur jalannya biro pemerintahan

di masyarakat. Dalam temuannya, Migdal membuat hipotesa penyelidikan pada

unsur-unsur penopang mengapa negara-negara di dunia ketiga praksis cenderung

25 Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 56-57.

Page 48: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

36

menjadi negara yang lemah.26

Negara lemah adalah negara yang tidak mampu

menguasai dominasi dan kontrol atas masyarakatnya, sebab hal ini disebabkan

adanya tarikan kekuatan di luar negara yang lebih besar.

Pokok inti dari risetnya adalah bahwa negara bukanlah satu-satunya

organisasi yang memaksakan, mengatur, dan mendominasi kontrol sosial di dalam

masyarakat sebagaimana tercermin dalam pandangan Weber. Kendati keabsahan

tunggal mutlak hanya dimiliki negara, tetapi di luar negara, ternyata terdapat

banyak kekuatan informal dan aktor lainnya yang juga memiliki pengaruh dan

upaya yang sama besar dengan negara demi mendapatkan legitimasi kontrol sosial

tersebut. Secara hukum, dalam perspektif negara, mereka - para (kelompok

informal), bisa jadi adalah kelompok-kelompok yang inkonstitusional, karena sifat

dan eksistennya telah mengurangi legitimasi serta kepatuhan masyarakat kepada

negara. Bentuk rupa ini salah satunya tergambarkan lewat para jago atau orang

kuat yang secara simbolik memiliki modal kekuatan dan kekuasaan yang lebih

besar dalam lingkup kehidupan masyarakat sehari-hari, - hal inilah yang

membedakan mereka dengan masyarakat biasa.

Secara ringkas, keberhasilan local strongmen atau orang kuat lokal dalam

mencapai distribusi dan pengakuan kontrol sosial mereka di masyarakat menurut

Migdal, didasari atas tiga faktor utama. Pertama, karena sifat masyarakat yang

berbentuk jejaring, dimana klientisme tumbuh sumbur dan berkembang. Sehingga

kontrol sosial terfragmentasi pada kekuatan-kekuatan yang ada – karena tidak

mampu dimonopoli oleh negara. Kedua, karena proses akulturasi mitos “strategi

26 John T. Sidel, “Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia,” dalam John

Harris, Kristian Stokke, dan Olle Tornquist. Ed., Politisasi Demokrasi Politik Lokal Baru (Jakarta:

Demos, 2005), h. 72-73.

Page 49: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

37

bertahan hidup” yang ada dalam diri orang kuat lokal di masyarakat, dan sudah

menjadi simbol tersendiri di antara mereka. Di mana orang kuat menjadi satu-

satunya tumpuan hidup masyarakat. Dan ketiga, kemampuan orang kuat lokal

mengintervensi, menembus, dan menangkap lembaga-lembaga negara sehingga

menjadikan negara menjadi lemah – yakni melalui semacam gangguan lewat

berbagai tindakan koersif yang ditujukan pada birokrat-birokrat pemerintah.27

Selain Joel S. Migdal dengan teorinya soal local strongmen/orang kuat

lokal, teori tentang kebangkitan kekuatan informal di luar negara lainnya

ditengadahkan juga oleh John T. Sidel. Dalam teorinya Sidel memilih diksi yang

sedikit berbeda dari pendahulunya tersebut. Dia menyebut teorinya dengan istilah

local boss/bos lokal atau bossism/teori bosisme. Sebagaimana yang diakui oleh

John T. Sidel sendiri, teori ini merupakan kerangka analisis alternatif guna

menjelaskan fenomena orang kuat lokal akan kondisi yang lebih akurat serta

komperehensif saat dihadapkan pada kasus-kasus negara dunia ketiga di Asia

Tenggara. Teori ini merupakan pemutarbalikan fakta atas temuan-temuan Migdal

di negara dunia ketiga atau sebagai pelengkap dari kelemahan teori yang telah

ada. Bila dalam perspektif Migdal kemunculan orang kuat lokal diproduksi di luar

negara dan merupakan penyebab negara menjadi lemah, Sidel berpendapat

sebaliknya, bahwa bos lokal merupakan hasil dari perkawinan silang negara

dengan sistem pasar. Artinya, negara setidaknya memiliki peran dalam

mereproduksi, mengandung, serta melahirkan para bos lokal dalam dimensi

kehidupan sosial mereka. Sehingga argumen Migdal yang menyatakan bahwa

27 Ibid, h. 72-75.

Page 50: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

38

orang kuat lokal hanyalah penghambat sistem kapital dan arus modal,

terbantahkan sama sekali. Faktanya, orang kuat lokal dengan globalisasi dan arus

modal internasional, mampu beradaptasi bahkan meraup untung dengan ikut serta

menjadi salah satu agen pemain di dalam sistem pasar tersebut.28

Mereka melihat

berbagai proyek pembangunan di negara-negara dunia ketiga sebagai peluang

untuk memperkaya diri dan menjaga jejaring mereka (melalui pemberian insentif),

dengan menguasai segala bentuk sumber daya ekonomi yang banyak dicairkan

oleh negara.

Perbedaan mencolok lainnya, di antara local strongmen dan local boss

terletak pada asumsi masing-masing teorisi mengenai historisitas dan impak dari

lahirnya kekuatan informal ini. Bila Joel S. Migdal datang dengan asumsi bahwa

kemunculan orang kuat lokal lebih disebabkan karena ketidakmampuan negara

dalam menguasai kontrol sosial di masyarakat – dalam artian negara telah menjadi

lemah akibat dampak aktivisme orang kuat lokal terlebih dulu. Sidel sebaliknya,

bahwa orang kuat/bos lokal hadir dari proses strukturasi yang sengaja digunakan

negara untuk meminimalisir kontradiksi program-program mereka di masyarakat

pada tingkat bawah, serta sengaja dipelihara untuk menopang kepentingan oknum

yang bersemayam dalam negara.29

Hal ini tercermin dalam bentuk negara

kapitalistik di kawasan Asia Tenggara, dimana arus modal banyak mewarnai

jalannya pembangunan pasca kolonialisme dan orang kuat lokal hidup harmonis

di dalam era baru tersebut.

28 Ibid, h. 74-75.

29

Melvin Perjuangan Hutabarat. “Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia Era

Desentralisasi Studi Kasus Tentang Dinamika Kekuasaan Zulkifli Nurdin Di Jambi,” (Tesis S2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 21.

Page 51: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

39

Dengan demikian, gambaran Migdal mengenai kemunculan orang kuat yang

disebabkan karena kapabilitas negara yang tidak mampu menjadi satu-satunya

kekuatan tunggal pengontrol kehidupan sosial di masyarakat menjadi sedikit

terganggu. Dalam hal ini nyatanya negara telah dijadikan kendaraan yang

ditumpangi dan dibajak untuk meraup sebesar-besarnya keuntungan dan

kekayaan bagi para elit – termasuk pimpinannya sendiri. Alih-alih berupaya untuk

mensejahterakan rakyat, mereka terang-terangan menggunakan jargon rakyat

hanya sebagai kepentingan mereka sesaat. Kampanye dengan menggunakan

simbol rakyat merupakan bias paradoks demokrasi prosedural.

Mereka membentuk jejaring yang mengakar sampai tingkat regional paling

rendah. Mereka juga melakukan berbagai macam penyelewengan terhadap

kekuasaan yang mereka pegang: intimidasi, KKN, dan kekerasan fisik. Bila

pemimpin negara adalah simbol negara itu sendiri, maka hipotesis negara lemah

sebagai latar belakang munculnya orang kuat yang diutarakan Migdal tidak

relevan dalam kasus-kasus di negara tertentu. Sebab pemimpin negara telah

menjadi bagian yang terintegrasi dari jaringan patronase dan penyelewengan yang

mereka kerap pelihara.30

Pasca gelombang demokratisasi melanda negara-negara di dunia ketiga,

alih-alih menghasilkan demokrasi substansial ke arah kemakmuran masyarakat

sebagaimana pengalaman di barat, demokrasi di dunia ketiga nyatanya hanya

berhasil melaksanakan prasyarat negeri demokrasi prosedural versi

Schumpetarian. Demokrasi di lapangan realitanya banyak dimanfaatkan oleh

30 Ibid, h. 21.

Page 52: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

40

sebagian kalangan untuk kepentingan personal. Monopoli kekuasaan menjadi ciri

transisi demokratisasi di negara-negara dunia ketiga. Hal ini tercermin dalam

beberapa lembaga pemerintahan yang banyak diisi dan dijadikan ajang rebut

kekuasaan antara pengusaha dan para preman, baik lokal maupun nasional.

Maka karena beragam alasan dan kondisi yang ada, khususnya fenomea

orang kuat lokal di Asia Tenggara, Sidel merevisi kembali definisi orang kuat

lokal yang diutarakan Migdal dalam perkembangan negara modern di dunia

ketiga. Menurutnya, orang kuat adalah para bos lokal yang berhasil memelihara

jejaring politik mereka dan mendapatkan akses terhadap monopoli kontrol sosial

di masyarakat melalui penguasaan pada sumber-sumber ekonomi dan penguasaan

pada tindak kekerasan dalam yurisdiksi teritori mereka.31

Atau jelasnya Sidel

mengatakan:

“The term “bosses” refers to predatory power brokers who achieve

monopolistic control over both coersive and economic resources within

given territorial jurisdictions or bailiwicks”32

“Istilah" bos "mengacu pada pialang kekuasaan predator yang mencapai

kontrol monopoli melalui pemaksaan dan sumber ekonomi dalam yurisdiksi

teritorial tertentu atau daerah kekuasaan” (Terjemahan dari penulis)

Para bos lokal ini, dalam fungsi dan praksisnya saling berkelindan satu sama lain.

saling bekerja sama, membentuk kelompok patronase yang saling memberi

keuntungan satu sama lain. Keberadaan mereka sangat dinamis di segala

tingkatan. Mereka adalah jejaring yang saling menempati posisi-posisi tertentu

mulai dari tingkatan kabupaten/kota, provinsi, dan sampai ke pusat.33

31 Ibid, h. 20.

32

John T. Sidel, Capital, Coercion, and Crime: Bossisme in the Phillipines (California:

Stanford University Pers, 1999), h. 19.

33

Ibid, h. 21.

Page 53: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

41

Dengan memilih negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia, Filipina, dan

Thailand, Sidel hendak berusaha memperkuat argumennya bahwa orang kuat

lokal di negara-negara yang dimaksud bukan hanya berasal dari proses panjang

tradisional yang kuat mengakar melalui feodalisme dan kolonialisme, melainkan

ditopang pula oleh sifat negara di tengah keterbukaan kapitalisme pasar global - di

samping differensiasi varian orang kuat lokal di setiap negara adalah sangat

mencolok.34

Dalam kasus orang kuat lokal di Filipina misalnya, Sidel dengan tegas

menerangkan bahwa kemunculan orang kuat lokal di negara itu tidak hanya

berasal dari monopoli pemilikan tuan tanah atas tanah besar dan kekuatan patron-

klien yang menggurita. Kekekalan orang kuat lokal di Filipina lebih disebabkan

oleh subordinasi negara dan akumulasi primitif yang bermula semenjak era

penjajahan. Subordinasi yang dilakukan semenjak Spanyol berkuasa melalui

pemilihan aparatur negara di tiap tingkatan dengan mekanisme pengawalan yang

sangat ketat dengan melibatkan institusi gereja sebagai lembaga seleksi, berubah

drastis tatkala Amerika memegang alih kekuasaannya di Filipina. Subordinasi

negara tetap berjalan tetapi melalui mekanisme yang lebih independen – tidak

mengikutsertakan gereja dalam pemilihan. Pemilihan secara independen ini terjadi

pada tahun 1901. Akibatnya, penguasaan kontrol sosial terbuka bagi pihak swasta

di mana mereka tetap menggunakan diskresi politik mereka semasa penjajah

Spanyol, guna mendapatkan kekuatan penuh terhadap aturan-aturan yang

dikehendaki. Sampai Filipina merdeka pada tahun 1946, dan konstitusi

34 Sidel, “Bosisme dan Demokrasi,” h. 75.

Page 54: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

42

direjuvinasi, para orang kuat lokal ini sudah terlanjur kuat mencengkeram alam

sadar masyarakat.35

Adapun pola variasi bos lokal dalam masyarakat Filipina,

digambarkan oleh Sidel sebagai berikut.

“Pertama, bos lokal berhasil berurat-akar bila dan di mana “puncak

komando” (commanding height) dari politik ekonomi lokal memberi kontrol

monopolistis, utamanya terhadap berbagai kegiatan ilegal, simpul

perniagaan/kemacetan transportasi, tanah-tanah pemerintah, pengaturan ketat

tanaman dagang dan industri. Kedua, dimana kontrol monopolistis terhadap

perekonomian lokal bergantung pada kekuasaan derivatif dan diskresi yang

didasarkan pada negara, maka satu generasi bos-bos dengan gaya preman

terpaksa harus bersandar pada pialang kekuasaan superordinat yang

dukungannya menjadi landasan kemunculan, berurat-akar, dan bertahan

hidupnya mereka. Mengambil sikap bermusuhan berarti kehancuran atau

kematian mereka. Ketiga, sebaliknya, dimana kontrol monopolistis terhadap

perekonomian lokal bersandar pada pembangunan basis kokoh pemilik

kekayaan di luar bidang campur tangan negara, para bos terpaksa melawan

kasak-kusuk permusuhan pialang-pialang kekuasaan superordinat dan

berhasil mewariskan daerah kekuasaan mereka kepada generasi penerus

dengan model dinasti klasik.”36

Kasus bos lokal di Filipina, dengan para bos memiliki jejaring patron mereka di

tingkat politik nasional dan memiliki klien jejaring mereka di struktur bawah,

menandaskan bahwa patron-klien sistem sangat terasa dalam praktek per-bos-an

di Filipina. Kompetisi yang mewarnai pemilu di Filipina biasanya dipertentangkan

oleh dualisme kekuatan bosisme. Mulai dari pemilihan walikota pada tingkat

daerah, sampai pemilihan presiden di tingkat nasional. Koalisi antar kekuatan para

bos ini sangatlah dinamis dari waktu ke waktu. Mereka dalam kurun waktu

tertentu bisa berpindah haluan dari jejaring mereka di tiap tingkatan dan afiliasi

mereka di tiap partai politik.37

Karena mereka tidak terikat oleh ideologi atau

prinsip tertentu. Mereka hanya terikat dalam jalinan pragmatik temporal.

35 Ibid, h. 75-80.

36

Ibid, h. 78-79.

37

Melvin, Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia Era Desentralisasi, h. 21.

Page 55: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

43

Guna melanggengkan eksistensinya, para bos lokal ini melakukan berbagai

upaya, di antaranya:

“Melakukan intimidasi dan kekerasan politik, menempatkan kerabat dan

kroni di pos-pos pemerintahan, mengatur penempatan pejabat daerah,

mengatur pinjaman bank daerah, membangun mesin politik, mengatur

proyek pemerintah, mengatur peraturan daerah, mengatur keringanan pajak,

memberikan konsesi dan kontrak pertambangan, kehutanan, dan perkebunan,

menggunakan cara-cara radikal guna menghalau serikat buruh dan mengatasi

konflik tanah.”38

Adapun kasus bosisme yang terjadi di Thailand, hampir sama beriringan dengan

terjadinya reformasi birokrasi dan sistem modal yang marak mewarnai negara

tersebut pada era 1970-an. Reformasi yang dimaksud adalah tranfromasi birokrasi

yang menggabungkan dua kekuatan inti birokrasi sekaligus, yakni militer dan

sipil.39

Masalah yang muncul sewaktu digulirkannya reformasi birokratik adalah

persoalan kelembagaan yang masih kurang siap menghadapi perubahan yang

disertai ekonomi pasar yang lebih terbuka. “Korupsi Pasar,” sebagaimana yang

dikatakan oleh James C. Scott menggejala dengan para agen lokal yang perlahan-

lahan mulai mengakumulasi modal dari sistem kapitalisme. Gejolak bosisme

semakin melaju ketika pada tahun 1980-1990 para bos lokal atau para chao po ikut

serta dan menguasai setengah mayoritas jumlah anggota parlemen. Kendatipun

kekuasaan militer masih dominan.40

Ketenaran para chao po juga meningkat

karena dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka bukan hanya berlaga

sebagai broker ekonomi yang menguasai pasar, tetapi mereka juga bertindak

sebagai broker politik yang seringkali mengirim para pemilih untuk patron mereka

38 Ibid, h. 22.

39

Ghifary, Zikry Auliya, “Local Bossism: Indonesia dan Thailand dalam Perspektif

Komparatif,” artikel diakses pada 10 Maret 2015 https://www.academia.edu/2612170/

40

Sidel, “Bosisme dan Demokrasi,” h. 81-83.

Page 56: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

44

di tingkat kota, provinsi, pusat atau untuk diri mereka sendiri. Hal ini mereka

lakukan melaui tindakan-tindakan koersif, manipulasi, dan pembelian suara.41

Perbedaan antara bosisme di Filipina dan Thailand menurut Sidel, terletak

pada dua hal. Pertama transisi pelimpahan wewenang kontrol sosial untuk kasus

Thailand dari pusat ke daerah yang berbarengan dengan pertumbuhan kapitalisme

cenderung lambat, kedua pola komunikasi antara pemerintahan pusat dan

parlemen dibalut melalui koalisi sistem multipartai yang didasarkan jaringan

patronase antar mereka.42

Lain halnya dengan Filipina dan Thailand, format bosisme lokal di Indonesia

lebih longgar dan tidak seketat dengan fenomena bosisme di dua negara tersebut.

Pertama, karena Indonesia selama kurun waktu 1966-1998 dijalankan dengan

skema pemerintahan otoritarianisme, dimana kekuatan di luar negara diberangus.

Diksresi dan segala keputusan apapun hanya berdasarkan instruksi pusat termasuk

di dalamnya penempatan dan rotasi pimpinan wilayah (walikota/bupati/gubernur),

wakil-wakil rakyat di parlemen, menteri, panglima TNI, dan ketua-ketua

organisasi maupun partai politik. Celah masuknya kekuatan informal untuk

mendikte kontrol sosial hampir tidak terlihat sama sekali. Soeharto menjadi satu-

satunya momok dengan kekuatan dan kekuasaan terbesar yang tersebar di berbagai

pelosok wilayah negara. Kedua, pasca Soeharto rampung dari jabatannya dan

desentralisasi diterapkan dalam arti yang sebenarnya-benarnya, sekalipun

kesempatan para elit lokal terdahulu memiliki peluang yang lebih besar untuk

tetap atau memperluas kuasanya ketimbang di waktu Soeharto berkuasa, tetap saja

41 Ibid, h. 83.

42

Ibid, h. 84.

Page 57: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

45

mereka harus berlomba dan bersaing dengan kekuatan lainnya di parlemen – yang

juga memiliki kuasa untuk merancang konstitusi. Sebagaimana dikatakan oleh

Sidel, mereka kerap “dirintangi oleh kendala-kendala institusional.”43

Akan tetapi hal ini tidakah semata-mata penghambat laju ambisi para bos,

sebab sistem pemilihan secara langsung pada saat berlangsungnya pilkada menurut

Sidel bisa jadi merupakan jalan alternatif menuju pencapaian bosisme lokal dalam

membangun, memperluas, menjaga, dan memelihara kuasa mereka di aras lokal.44

Dengan pilkada langsung, mereka dapat memobilisasi rakyat dengan beragam

cara: intimidasi, suap, dan pengucilan. Inilah yang masih menjadi kelemahan

sistem demokrasi di negara dunia ketiga. Demokrasi masih dipahami sebagai ajang

prosedural semata – dan tidak substansial. Sehingga kebebasan partisipatif rentan

memuat praktek-praktek amoral yang berseberangan dengan nilai-nilai humanisme

dan emansipatoris warga. Kekerasan dan praktek uang masih menjadi gejala

umum praktek demokrasi di Indonesia dan negara dunia ketiga umumnya.45

C. Teori Oligarki

Penjelasan Aristoteles mengenai varian dan tipe pemerintahan berdasarkan

jumlah orang yang memerintah, dan motif elit yang duduk di struktur pemerintah,

yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat Yunani, merupakan salah satu

penjelasan awal yang membahas asal muasal pengetahuan pada terma oligarki, -

di samping penjelasan Aristoteles lainnya yang mengkaji soal demokrasi.

Perbedaan oligarki dan demokrasi menurut Aristoteles bertumpu pada dialektika

aktor dengan berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki oleh masing-masing

43 Ibid, h. 99.

44

Ibid, h. 99.

45

Ibid, h. 71.

Page 58: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

46

pihak, dan juga dengan motif politik yang dibawakan berdasarkan preferensi

masing-masing. Bila oligarki kental dengan aroma kekuasaan pada segelintir

minoritas kaya dengan motif untuk mempertahankannya, sedang demokrasi

merupakan kekuasaan oleh – kalangan marjinal46

– yang menyimpan motif untuk

bisa mensejajarkan diri bersama-sama secara egaliter, baik antara kalangan kaya

maupun miskin, baik keluarga sultan maupun rakyat biasa, baik masyarakat kota

maupun masyarakat pedalaman. Agar seluruhnya turut serta menggenggam hak-

hak politik, kebebasan berserikat, berpendapat, memilih dan dipilih, serta

mengajukan aspirasi perundang-undangan.

Sejarah oligarki merupakan sejarah yang identik dengan dua hal, pertama

oligarki menandaskan superioritas orang berpunya, kedua oligarki identik dengan

bagaimana sepak terjang mereka di dunia politik dalam posisinya sebagai elit.

Dalam perkembangannya, teorisasi soal oligarki dalam kacamata ekonomi politik

perlahan-lahan mulai bias dan bercampur aduk dengan teori elit yang banyak

diilhami lewat karya-karya Mosca, Pareto, Michels47

– sekadar menyebutkan.

Sulit untuk menspesifikasi elit dan oligark sekaligus. Padahal terdapat jurang

pembeda yang begitu ekstrem antara terma elit di satu sisi, dan oligarki di sisi

lain. Pembeda yang menggarisbawahi kedua bentuk pola – yang sama-sama

mengambil inti “segelintir orang memerintah yang banyak, atau minoritas

mendominasi mayoritas” – ini terletak pada basis sumber daya kekuasaan yang

menopang keduanya. Selama beberapa kurun masa, terjadi kesimpangsiuran serta

kerancuan antara kerangka konseptual yang melekat pada elit dan oligark.

46 Jeffrey A. Winters, Oligarki (Jakarta: Gramedia Pustakan Utama, 2011), h. 40.

47

Ibid, h. 39.

Page 59: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

47

Permasalahannya tak lain ditimbulkan oleh definisi yang banyak digunakan oleh

kedua term ini. Seringkali posisi elit memiliki makna dan arti ganda yang serupa

sebagaimana oligark. Padahal, dengan melihat asal mula sumber daya kekuasaan

yang diperoleh dan digunakan oleh masing-masing pihak, sangat kentara apa

pembeda di antara keduanya.

Barulah beberapa tahun kemudian, para ilmuwan politik berusaha dengan

keras untuk memodernisasi dan memisahkan garis pembatas yang jelas mengenai

pengertian apa itu elit, siapa itu elit, dan berlaku pula hal sebaliknya: apa itu

oligarki dan siapa itu oligark. Hal ini melaju berbarengan seiring pencapaian

kemajuan bentuk negara modern yang secara komposisi menyembunyikan

berbagai modus yang sarat kepentingan dari pihak-pihak tertentu. Hak milik

pribadi dan klaim harta menggema menjadi salah satu isu substansial yang tidak

hanya diatur oleh ketentuan ekonomi dan hukum, melainkan mengarah masuk

menjadi salah satu motif fundamental bagi sebagian kalangan – yang terselubung

dalam politik. Dan elit sebagai kerangka teoritis, tidak mampu membedah

fenomena ekonomi-politik secara lebih dalam.

Bila merunut pada pengertian awal oligarki, di mana para ilmuwan politik

bersandar pada definisi Aristoteles, ada poin-poin yang terabaikan saat mereka

memahami sekuel oligarki yang dimaksudkan oleh filsuf tersebut. Bagi Winters,

para ilmuwan politik hanya terfokus pada pengertian kuantitas aktor yang

berperan memerintah saja: “satu orang, sedikit orang, atau banyak orang.”48

“Tak ada maknanya mengecap tiap kelompok kecil orang yang berpengaruh

tak proporsional sebagai oligarki. Minoritas mendominasi mayoritas di

48 Ibid, h. 3.

Page 60: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

48

banyak konteks. Yang penting adalah bagaimana minoritas melakukannya

dan melalui sumber daya kekuasaan apa.”49

“Oligarki tidak merujuk pada sistem kekuasaan oleh sekumpulan pelaku

tertentu. Oligarki menjabarkan proses dan tatanan politik terkait sejumlah

kecil individu kaya yang bukan hanya berkuasa karena sumber daya

material, melainkan juga terpisah karena berseteru dengan sebagian besar

komunitas (termasuk dengan sesamanya). Oligarki berpusat pada tantangan

politik pertahanan konsentrasi kekayaan. Oligarki yang telah ada sejak fajar

sejarah manusia menetap dan terus ada sampai sekarang berbeda-beda

bentuknya, tergantung bagaimana cara menghadapi tantangan politik itu

(Winters, oligarchy, h. 39).”50

Ikhwal ini selaras dengan inti konsep oligarki yang diterangkan Aristoteles,

bahwa tak lain dan tak bukan juga menyimpan kepentingan lain dari sekadar

kampanye formal sang aktor di masyarakat. Ibarat sistem demokrasi yang berisi

tumpah ruah segala retorika kalangan marjinal (terpingirkan) untuk dapat

mencapai universalitas hak dan emansipasi - sebab segala apapun jenis

pemerintahannya, manusia hidup dengan berbagai kepentingan.51

Maka

berdasarkan sejarah manusia dari masa ke masa, dan dari transformasi hak milik

dan klaim harta yang lebih canggih, oligarki merupakan sebuah usaha di mana

orang-orang kaya mengupayakan agar hak milik mereka tetap lestari dan

terlindungi dari pihak-pihak luar yang mencoba mengganggunya, dan klaim harta

mereka tetap sama besarnya atau jika bisa, dapat bertambah dan meningkat.52

Dari jalur inilah akhirnya Winters memulai kerangka konseptual oligarki

yang lebih rinci. Poin pokok lain dari kesimpulan kepemilikan material atas hak

milik adalah bahwa ketidaksetaraan material berdampak pada ketidaksetaraan

politik. Hal ini sepadan dengan apa yang dikatakan oleh De Laveleye: “para filsuf

49 Ibid, h. 4.

50

Jeffrey A. Winters, “Oligarki dan Demokrasi di Indonesia,” Majalah Prisma, Vol. 33

(2014): h. 15.

51

Jeffrey A. Winters, Oligarki, h. 41.

52

Ibid, h. 58.

Page 61: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

49

dan pembuat hukum zaman dulu tahu benar, berdasarkan pengalaman, bahwa

kemerdekaan dan kesetaraan politik hanya bisa ada ketika didukung kesetaraan

kondisi”.53

Orang-orang kaya dengan harta yang melimpah bisa melakukan

apapun demi terwujudnya cita-cita dan tujuan politik mereka. Dengan bekal

material yang lebih besar dibandingkan yang lain, selain mendapatkan kedudukan

eksklusif di mata masyarakat, mereka pun memiliki wewenang yang besar karena

posisinya. Sulit untuk membayangkan bahwa orang-orang tidak menaruh hormat

pada macam orang jenis ini.54

Hal yang membedakan elit dan oligark berasal dari stimulus sumber daya

kekuasaan yang mereka miliki. Sumber daya kekuasaan sebagaimana yang

diklasifikasikan oleh Winters, memiliki relevansi kuat pada corak aktor yang

menggunakannya. Sumber daya kekuasaan ini terbagi ke dalam lima jenis.

Pertama adalah hak politik formal, kedua, jabatan resmi, ketiga adalah kekuasaan

koersi (pemaksaan), keempat adalah kekuasaan mobilisasi, dan terakhir adalah

basis kekuatan material. Empat sumber daya kekuasaan yang disebutkan di awal

merupakan kombinasi akumulasi yang membentuk kekuatan elit. Sedangkan

sumber yang terakhir merupakan basis terpenting eksistensi oligark.55

Hak politik formal dalam sejarahnya merupakan sumber daya kekuasaan

yang eksklusif. Tidak sembarang orang mendapatkan hak istimewa agar dapat

berpartisipasi; dipilih atau memilih. Sejarah bangsa Athena misalnya, melukiskan

bagaimana para budak dan perempuan menjadi kaum marjinal dalam urusan-

urusan politik. Atau orang kulit hitam dalam sejarah bangsa Amerika mengalami

53 Ibid, h. 7.

54

Ibid, h. 7.

55

Ibid, h. 17-19.

Page 62: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

50

hal serupa. Usaha untuk mendapatkan hak politik formal tidak mudah oleh

sebagian kalangan. Dengan demikian, hak politik merupakan satu dari beberapa

sumber kekuasaan yang penting.56

Sama halnya dengan jabatan resmi, dengan

predikat sebagai seorang pejabat di dinas-dinas/lembaga tertentu, seseorang

mampu mengerahkan segala kekuasaannya berdasarkan kehendak yang

diingingkan. Rasa patuh dari bawahan, atau loyalitas orang-orang yang berada di

sekelilingnya, jika bukan karena simbol jabatan yang dipegang, maka sangat sulit

untuk mendapatkannya.57

Adapun kekuasaan pemaksaan, hal ini didasarkan pada keabsahan negara

dalam mensubordinasikan instrumen pemaksaannya terhadap warga negara.

Sebagai elemen resmi, negara sebagaimana perspektif Weber, memiliki hak dan

wewenang untuk memaksakan segala ketentuan hukum dan aturan kendatipun

menggunakan cara-cara fisik.58

Sedang kekuasaan mobilisasi muncul dari dalam

kharisma seseorang yang disandarkan pada “keberanian, status, gagasan, atau

kelihaian retorika, penulis, agitator, cendekia, dan lain-lain,”59

jika bukan karena

jabatan resmi yang dipegang.60

Sedangkan kekuasaan material/kekayaan sangat berbeda dari sumber daya

kekuasaan lainnya. Sumber daya kekuasaan terakhir hanya dimiliki oleh orang-

orang tertentu dengan kapasitas yang dinamis. Maklumlah bila kemudian oligark

berdiri lebih tinggi di atas semua golongan. Karena kapanpun, dengan modal yang

besar, sewaktu-waktu para oligark bisa merenkarnasikan diri atau mengenyam dua

56 Ibid, h. 19-20.

57

Ibid, h. 20-22.

58

Ibid, h. 22-23.

59

Ibid, h. 23.

60

Ibid, h. 23.

Page 63: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

51

status sosial sekaligus, baik sebagai elit maupun oligark. Kendatipun kondisi

sebaliknya bisa saja terjadi.61

Dengan kekayaan material melimpah, ketimpangan politik sangat terasa.

Apalagi bila praktek ini dilihat di negara-negara yang belum mapan secara

demokrasi, di mana demokrasi masih berjalan dalam batasan-batasan prosedural

seperti yang dikatakan oleh Schumpeter. Ditambah penegakan hukum yang hanya

berupa semboyan semata. Maka sangat kentara sekali jurang pemisahnya. Oligark

– melaui arus finansial mereka – mampu membayar aparat hukum, menyewa

milisi, menyewa massa, memanipulasi hasil pemilu, dan menyuap masyarakat

untuk memilih mereka.62

Maka satu-satunya jalan menghilangkan ketimpangan

politik yang disebabkan oleh ketidaksetaraan material bagi Winters adalah dengan

melakukan pola redistribusi kekayaan atau dengan menghilangkan sekat

ketidakmerataan material.63

Keberadaan oligark begitu fleksibel dari zaman ke zaman. Dari beragam

sejarah sistem pemerintahan, mereka mampu beradaptasi dan memposisikan diri.

Mereka bukan hanya tumbuh dalam satu sistem tertentu, melainkan bisa

menerobos masuk ke semua sistem; termasuk demokrasi. Hal ini sedikit

mengejutkan memang, orang-orang yang menaruh harapan pada demokrasi

pluralis sekalipun,64

mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa faktanya

ketidakadilan material adalah momok menakutkan yang juga dapat tumbuh subur

61 Jeffrey A. Winters, “Oligarki dan Demokrasi di Indonesia,” Majalah Prisma, Vol. 33

(2014): h. 15.

62

Jeffrey A. Winters, Oligarki, h. 28.

63

Dicky Dwi Ananta, “Oligarki: Tatanan Ekonomi Politik Kontemporer,” artikel ini diakses

pada tanggal 23 Agustus 2015 dari http://indoprogress.com/2014/11/oligarki-tatanan-ekonomi-

politik-indonesia-kontemporer/

64

Jeffrey A. Winters, Oligarki, h. 2.

Page 64: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

52

dalam sistem demokrasi. Di mana para oligark, dengan posisi politik yang dia

duduki, mencoba me-reka ulang aturan yang menguntungkannya secara ekonomi.

Atau berusaha untuk menghindari pajak yang banyak membebani klaim harta

mereka. Masalah ini relevan dengan konteks pengertian oligarki per definisi.

Diambil dari pengertian oligarki menurut Winters, ia adalah “pelaku yang

menguasai dan mengendalikan konsentrasi besar sumber daya material yang bisa

digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi

sosial eksklusifnya.”65

Singkatnya, oligarki “merujuk kepada politik pertahanan

kekayaan oleh pelaku yang memiliki kekayaan material.”66

“Jika kekayaan pribadi ekstrem mustahil dimiliki atau tidak ada, maka

oligark juga tidak ada. Tiga perkara langsung bersangkut paut. Pertama,

kekayaan adalah bentuk kekuasaan material yang beda dari segala sumber

daya kekuasaan lain yang bisa terkonsentrasi di tangan minoritas. Kedua,

yang penting adalah bahwa penguasaan dan pengendalian sumber daya itu

dilakukan untuk kepentingan pribadi, bukan lembaga. Oligark selalu

individu, tak pernah berupa perusahaan atau kelompok lainnya. Ketiga,

definisi oligark tetap konstan di berbagai zaman dan kasus. Faktor-faktor

itulah yang membedakan mereka dengan elit, dan memisahkan oligark dari

bentuk dominasi minoritas lain.”67

Dengan adanya gambaran yang komperehensif tentang oligarki dan bagaimana

sepak terjang mereka dalam diskursus ekonomi-sosial ini, berarti kita bisa

mengetahui motif apa yang melatarbelakangi oligark saat terjun ke dunia politik.

Ancaman terhadap kekayaan material yang mereka timbun, akan semakin besar

tatkala jumlah kekayaan yang tersimpan juga sama besarnya. Atau semakin besar

harta seseorang, semakin besar pula ancaman yang akan dihadapi. Bila ketentuan

hak milik sudah diatur oleh undang-undang dalam konstitusi negara modern,

65 Ibid, h. 8.

66

Ibid, h. 10.

67

Ibid, h. 9.

Page 65: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

53

sehingga seseorang tidak bisa secara sembarang melakukan tindakan kriminal

dengan mengambil hak milik orang lain, justeru kini yang dihindari oleh para

oligark adalah ketentuan-ketentuan pajak yang berasal dari negara itu sendiri.

Mereka berusaha untuk mengelak dari pajak negara semampu yang mereka bisa.

Dengan masuknya oligark ke dunia politik, maka dengan mudah mereka membuat

diskresi terhadap aturan yang mereka kehendaki.

Ada empat jenis oligarki berdasarkan tipologi yang dikeluarkan Winters,

mereka adalah: oligarki panglima, oligarki sultanistik, oligarki penguasa koletif,

oligarki sipil.68

Pembagian tipologi oligarki ini seperti yang Winters ungkapkan

ada pada:

“Kadar keterlibatan langsung oligark dalam melakukan pemaksaan yang

menyokong klaim atau hak milik atas harta kekayaan; keterlibatan oligark

dalam kekuasaan atau pemerintahan; sifat keterlibatan dalam pemaksan dan

kekuasaan itu; terpecah atau kolektif; dan terakhir apakah oligark bersifat

liar atau jinak (di mana penjinakan oleh pihak luar lebih umum serta lebih

stabil daripada penjinakan diri sendiri).”69

Oligarki panglima merupakan jenis paling ekstrem dibandingkan dengan yang

lain. Oligarki jenis ini menuntut keikutsertaan langsung oligark untuk terjun dan

berseteru melalui ragam persengketaan dengan para oligark lainnya dalam rangka

perjuangan mempertahankan sumber daya kekayaan/penghasilan.70

Oligarki

penguasa kolektif lebih bersifat kelembagaan,71

di mana para oligark berkumpul

sebagai “komisi mafia.”72

Adapun oligarki sultanistik lebih dekat kepada

pengertian dipegangnya kekuasaan oleh satu orang oligark saja. Untuk jenis ini

68 Ibid, h. 48-54.

69

Ibid, h. 48.

70

Ibid, h. 52.

71

Ibid, h. 52.

72

Istilah lain yang dinisbatkan oleh Winters untuk menyebut aktivitas oligarki model

penguasa kolektif.

Page 66: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

54

bisa dilihat pengalaman Indonesia di bawah Soeharto.73

Dan oligarki sipil

cenderung diartikan sebagai usaha oligark untuk menjauhi bahkan jika bisa

menghindar ketentuan-ketentuan pajak negara. Atau seperti yang Winters

kemukakan: “upaya mengelak dari jangkauan tangan negara yang hendak

melakukan redistribusi kekayaan.”74

Di samping Winters, ilmuwan politik yang juga menaruh minat pada

persoalan oligarki lainnya adalah Vedi dan Robinson. Lokalitas penelitian Vedi

dan Robinson pada praktek dan historisitas kelahiran oligark di Indonesia,

setidaknya telah memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana mereka

tumbuh dan tetap bertahan kendati demokrasi semu ala Soeharto telah berakhir.

Ikhwal penting dari sejarah oligarki di Indonesia terbentang semenjak kapitalisme

pasar dibuka sampai ketika Indonesia mengalami boom oil di era 1970-1980. Ini

merupakan masa-masa pembenihan sekaligus cikal bakal kemunculan oligarki dan

membenamkan pengaruhnya pada sistem ekonomi-politik nasional di belakang

bayang-bayang Soeharto. Dengan berada di belakang Soeharto, negara bukan

hanya telah menjadi salah satu aspek pelindung, bahkan penyuplai penting segala

bantuan, kredit pinjaman, kolusi tender, dan sebagainya, hingga mereka tetap bisa

survive sampai saat ini.

Kebijakan-kebijakan ekonomi yang dulu dilakukan Soekarno dengan jargon

kemandirian dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan aset kolonial, mau tidak

mau dirubah haluannya oleh Soeharto dengan mengikuti model pasar global, di

mana saat itu laju inflasi telah mencapai “600 persen dengan kemampuan

73 Ibid, h. 53.

74

Ibid, h. 54.

Page 67: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

55

produksi yang kecil (Chalmers,1997)”.75

Dengan dibukanya pasar dan arus

investasi modal, pada titik inilah korupsi kolusi nepotisme mengalir deras

berkesinambungan dengan penguasaan proyek-proyek negara dan pemberian

lisensi yang ditetapkan pada orang-orang pilihan. Apalagi geopolitik global di

tahun 1974 telah memaksa harga minyak naik drastis sebab perseteruan Arab-

Israel, yang memberi keuntungan tersendiri terhadap rezim borjuis kapitalis.

Mereka meraup banyak pemasukan dari penjualan minyak yang tengah meroket.

Namun kondisi ini tidak berlangsung lama karena harga minyak kembali normal

di pertengahan tahun 1980-an dan pada 1986 harga minyak kembali ke harga

sebelum tahun 1973. Kepanikan ini berdampak pada kebijakan deregulasi sektor-

sektor ekonomi. Namun faktanya liberalisasi pasar yang diambil tidak serta merta

merubah sifat korporatis predatoris yang lebih egaliter dan sehat. Kondisi ini

bahkan tetap mengekalkan praktek-praktek KKN yang sudah berakar-urat.76

Begitupun dengan kondisi saat terjadinya letusan demonstrasi besar-besaran di

tahun 1998, reformasi umumnya hanya menjadi jargon semata, nyatanya

kekuatan-kekuatan predator yang dulu dipelihara orba tetap eksis dan mampu

beradaptasi dengan sistem yang baru. Desentralisme merupakan bahasa lain dari

devolusi aktivitas KKN yang semakin terpolarisasi.

Dengan titik tolak persepektif neo-marxis,77

Vedi mengasumsikan

kemunculan oligarki sebagai dampak bangunan korporatisme negara, di mana

75 Menurut Chalmers seperti dikutip Vedi R Hadiz, Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik

Pasca-Soeharto, (Jakarta: LP3ES, 2005), h. 180.

76

Ibid, h. 177-190.

77

Dicky Dwi Ananta, “Oligarki: Tatanan Ekonomi Politik Kontemporer,” artikel ini diakses

pada tanggal 23 Agustus 2015 dari http://indoprogress.com/2014/11/oligarki-tatanan-ekonomi-

politik-indonesia-kontemporer/

Page 68: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

56

negara merupakan akumulasi para pemburu rente demi tercapainya kepentingan

personal.

“Saat oligarki ini terkonsolidasikan di pertengahan dan akir 1980-an –

dengan dasar patronase negara dan akses ke sumber daya negara – ia dengan

perlahan merampas kekuasaan negara itu sendiri dan mengubah aparatur

negara menjadi suatu „komite‟ yang mengelola perlindungan terhadap

berbagai kepentingannya. Berbeda dari negara-negara industri maju

sekarang ini, kecenderungan di Indonesia dewasa ini telah menggemakan

kembali rumusan Marx dan Engels yang terkenal tentang „eksekutif negara

modern‟ yang bertindak sebagai suatu „komite yang mengelola urusan

bersama‟ kaum borjuis (Marx dan Engels dalam Panitch dan Leys, 1998).

Dengan memanfaatkan kekuasaan dan lembaga-lembaga negara untuk

tujuan-tujuan mereka sendiri, keluarga birokratis dan korporatis yang

memiliki posisi kuat mampu mengendalikan kebijakan ekonomi, bahkan saat

Indonesia secara international dipuji karena suatu reorientasi ke arah

serangkaian kebijakan propasar.”78

Singkatnya negara menjadi arena yang melegalkan aktivitas borjuasi yang

berusaha memperkaya diri mereka sendiri melalui pelemahan-pelemahan

kelompok penentang, disorganisasi civil society dan kalangan buruh

revolusioner.79

Relasi yang terjalin antara negara dengan kekuatan-kekuatan sosial

lainnya mutlak mendudukan negara pada koersifitas kontrol yang tinggi. Di

samping lahirnya organisasi-organisasi bayangan pro pemerintah yang menambah

beban perjuangan kalangan-kalangan kontra untuk protes dan melawan

pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh Vedi “kekuasaan atas negara dapat secara

instrumental – bukan hanya secara struktural – dapat dikendalikan oleh kekuatan-

kekuatan sosial yang dominan.”80

78 Vedi, Dinamika Kekuasaan, h. 170.

79

Ibid, h. 193-202.

80

Ibid, h. 172-173.

Page 69: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

57

BAB III

PROFIL BANGKALAN

A. Geografi dan Demografi Pulau Madura

Madura merupakan salah satu pulau yang terletak di salah satu titik laut

Jawa. Keberadaannya dengan Jawa hanya dipisahkan oleh sebuah selat yang

dikenal dengan Selat Madura. Selat Madura, selain sebagai pemisah antara Pulau

Jawa dan Madura, juga merupakan penghubung pertemuan antara Laut Jawa dan

Laut Bali. Luas pulau ini adalah 5.304 km2.1 Menurut Mardiwarsito, nama

Madura berasal dari bahasa sanskerta yang artinya permai, indah, molek, cantik,

jelita, manis, ramah tamah, dan lembut. Nama pulau ini mirip dengan nama

sebuah prefektur di India selatan.2 Di ujung timur pulau ini, ada kepulauan

Kangean dan Sapudi yang terdiri dari 50 pulau, baik yang berpenghuni maupun

tidak berpenghuni.3

Dalam struktur geografis, Madura berada pada posisi 7 derajat selatan

khatulistiwa, dan 112 derajat serta 114 derajat bujur timur.4 Letaknya tepat

berdekatan dengan kota Surabaya di sebelah timur pulau Jawa. Kota Surabaya

sendiri banyak dihuni oleh orang-orang Madura. Tak heran di kota ini kemudian

lahir suporter ultras klub Persebaya yang dijuluki Bonek Mania (bocah nekat)

yang identik dengan kultur kekerasan carok di Madura.

1 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi, dan

Islam (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h. 3-5.

2 Muh. Syamsudin, ―Agama, Migrasi dan Orang Madura,‖ Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-

Ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 (Desember 2007:150-182): h. 151.

3 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 5.

4 Ibid, h. 3.

Page 70: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

58

Gambar III.1. Peta Madura

Sumber Gambar: Google Map 2016

Bila diperhatikan dengan seksama, secara geologis, Madura adalah bagian

dari embel-embel utara Jawa yang merupakan terusan dari pegunungan kapur

yang terletak di sebelah utara dan selatan lembah Solo. Bedanya bukit kapur di

Madura lebih rendah dan kasar ketimbang di Jawa. Begitu pun dengan beberapa

gunung di Madura, tinggi puncaknya relatif rendah bila dibandingkan dengan

gunung-gunung di Pulau Jawa. Bahkan gunung di Madura terkesan lebih tepat

jika disebut bukit. Gunung-gunung tertinggi di Madura antara lain: Gunung Gadu

341 m, Gunung Merangan 398 m, dan Gunung Tembuku 471 m.5

Secara administratif pulau ini masuk ke dalam wilayah politik provinsi Jawa

Timur yang terdiri atas 4 kabupaten di dalamnya, yaitu Bangkalan, Sampang,

Pamekasan, dan Sumenep.6 Pulau Madura, sebagaimana telah dijelaskan, adalah

5 Ibid, h. 5- 6.

6 Mutmainnah, ―Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura,‖ dalam Jamil Gunawan, Sutoro Eko Yunanto, Anton Birowo, dan Bambang Purwanto,

ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal (Jakarta: LP3ES, 2004), h. 214.

Page 71: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

59

lanjutan ekologis tekstur Jawa. Hanya saja sayangnya, Madura secara genealogis

didominasi oleh tanah regusol, grumusol, aluvial, dan tanah mediteran merah

kuning yang kurang baik dijadikan sebagai lahan pertanian. Iklim di pulau

Madura terbagi atas dua macam musim, musim pertama adalah musim hujan

dengan jumlah curah hujan yang sangat minim, musim kedua adalah musim

kemarau dengan suhu rata-rata tinggi.7

Sungai utama di pulau ini di antaranya adalah Sungai Bangkalan, Sungai

Balega, Sungai Sampang, dan Sungai Saroka.8 Dari beberapa sungai yang

disebutkan, hanya Sungai Sampang yang terhitung dapat diandalkan sebagai jalur

transportasi air yang dapat membawa perahu sampai ke pedalaman.9 Sepanjang

musim kemarau, masyarakat Madura mengandalkan kebutuhan airnya dari galian

di pinggiran palung-palung sungai tersebut. Selain diwarnai dengan geografis

sungai, Madura sebelum modernisasi merebak, sebetulnya juga banyak memiliki

hutan.10

Namun pasca modernisasi, hutan-hutan mulai tereduksi jumlahnya dan

kini luas areal hutan di Madura tidak lebih berkisar antara 47.487.30 Ha.11

Walau mata pencaharian masyarakat Madura mayoritas adalah masyarakat

agraris, tapi tidak sedikit pula dari mereka yang memilih profesi sebagai nelayan,

pedagang, dan peternak. Intensitas cuaca yang selalu tinggi antara 32-33 derajat

celcius, dengan curah hujan yang terbatas 1000-2000 mm, mengakibatkan tanah

di Madura kurang subur dan tidak cocok untuk bertanam padi. Alternatifnya,

7 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 8.

8 Ibid, h. 9.

9 Ibid, h. 9.

10

Ibid, h. 9.

11

BPS Provinsi Jawa Timur, ―Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi,‖ data ini diakses pada

tanggal 16 Februari 2016 dari http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/80

Page 72: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

60

masyarakat menggunakannya sebagai lahan tegal yang banyak ditanami umbi-

umbian seperti singkong dan jagung.12

Simbol tegal inilah yang membedakannya

dengan kultur Jawa yang khas dengan persawahan dan sistem irigasi yang

terintegrasi.13

Tapi dengan segala tingkat rendah kesuburan tanahnya, Madura

tetap merupakan pemasok garam penting bagi kebutuhan garam nasional.14

Tingkat kepadatan penduduk di Madura sangat tinggi. Paling kentara,

kepadatan penduduk di Madura terpaku di sekitar daerah aliran sungai dengan

daerah Bangkalan dan Pamekasan sebagai wilayah terpadat dibandingkan dua

daerah lainnya yakni Sampang dan Sumenep.15

Kebanyakan masyarakat Madura

tinggal di daerah-daerah terpencar dengan pola pemukiman yang unik. Hal ini

dikarenakan lahan tegalan yang ditanami Jagung, Singkong, dan beberapa umbi-

umbian lainnya tidak memungkinkan terjadinya konsentrasi penduduk di suatu

wilayah tertentu dalam skala besar. Beda halnya dengan pola pemukiman

masyarakat Jawa yang serentak yang banyak dipengaruhi oleh keberadaan sawah,

dengan penduduk terkonsentrasi dalam satu kesatuan wilayah dengan jumlah yang

tinggi.16

Pemukiman masyarakat Madura yang terpencar yang dipengaruhi oleh

ekologi tegal ini telah memberikan lanskap kultur tersendiri pada pola dan bentuk

kampung di wilayah Madura. Pola pemukiman tegal di Madura, biasa dinamakan

‗tanean lanjang‘ untuk daerah Sumenep, dan ‗kampong meji‘ di daerah

12 Ibid, h. 8.

13

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 215.

14

Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 8.

15

Ibid, h. 23.

16

Ibid, h. 11-23.

Page 73: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

61

Pamekasan. Unit sosial berdasarkan kelompok tegal ini biasanya hanya berlaku

atas dasar ikatan keluarga saja. Gambaran mengenai bentuk pemukiman ini adalah

deretan pemukiman yang memanjang dari barat ke timur dimulai berurutan dari

keluarga tertua sampai keluarga termuda dengan posisi rumah sama-sama

menghadap ke selatan dengan masing-masing rumah memiliki dapur sendiri.

Yang khas dari pola pemukiman seperti ini adalah bahwa musala, sumur, dan

lumbung padi dikelola secara bersama-sama. Menurut Kuntowijoyo, secara

filosofi hal tersebut menandakan bahwa masyarakat Madura mandiri secara

ekonomi namun tidak menafikan satu kesatuan dengan keluarga luas.17

Secara sosial, masyarakat Madura lebih individualistik ketimbang

masyarakat Jawa. Menurut Kuntowijoyo dan Abdurahman, hal ini merupakan

dampak ekologi Madura terhadap demografi masyarakatnya.18

Solidaritas antar

masyarakat di Madura hanya terjadi antar unit kelompok tegalan secara internal.

Berbeda dengan solidaritas desa di Jawa yang tumbuh karena maraknya gotong

royong semisal saat pembagian air untuk sawah, kerja bakti, ronda dan lain

sebagainya. Solidaritas desa di Madura tidak terbentuk dalam kerangka ekonomi,

melainkan agama. Agama menjadi satu-satunya simbol yang berperan menjaga

dan melestarikan solidaritas antar masyarakat. Ritual agama, upacara, dan ormas-

ormas agama memiliki kekuatan dalam mobilitas sosial. Sedang administrasi desa

hanya dianggap sebagai beban yang memberatkan, karena berkaitan dengan pajak

dan pemilu.19

17 Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 215.

18

Ibid, h. 215.

19

Ibid, h. 216.

Page 74: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

62

Pemerintahan desa di masyarakat Madura kurang diperhatikan,

kehadirannya tidak sekuat dan seoptimal dewan-dewan desa di Jawa. Bahkan

sebagai basis kekuatan formal, pamor desa dikesampingkan. Perkumpulan desa

secara administratif yang umumnya membicarakan kepentingan bersama hampir

tiada. Misalnya saja rapat-rapat mengenai lahan pertanian atau perkebunan yang

dikelola secara komunal seperti yang terjadi di desa-desa di pulau Jawa. Sebab

sebagian besar tanah produktif di Madura dikelola perorangan.20

Selain ekologi tegal yang sudah dijelaskan, ekologi masyarakat Madura juga

sedikit-banyak dipengaruhi oleh kelangkaan pangan, sekalipun sebagian besar

petani di Madura menanam Jagung dan Padi, tetapi hasilnya tetap tidak

mencukupi bagi kebutuhan masyarakat Madura secara keseluruhan.21

Menurut

Kuntowijoyo,22

ada dua musabab mengapa kelangkaan pangan mempengaruhi

faktor ekologi masyarakat. Pertama kelangkaan pangan berpengaruh pada

ketergantungan ekonomi masyarakat Madura, kedua, kelangkaan pangan pada

akhirnya menggerakan mobilitas sosial masyarakat itu sendiri.

Untuk mengatasi kelangkaan pangan, Madura mendatangkan bahan-bahan

pokok makanannya dari Bali dan beberapa kota di Jawa Timur. Ekspansi

mobilitas sosial pada masyarakat Madura biasanya terjadi ketika musim kemarau

melanda. Minimnya air dan lahan garapan, membuat masyarakat mau tidak mau

memilih untuk meninggalkan kampungnya dan mendatangi kota-kota lainnya di

Indonesia. Urbanisasi masyarakat Madura mayoritas didominasi oleh kaum pria.

20 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 17-18.

21

Ibid, h. 38.

22

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 216.

Page 75: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

63

Mereka bermigrasi ke daerah-daerah sepanjang pantai utara timur jawa yang

searah dengan letak kabupaten mereka. Penduduk Bangkalan bermigrasi ke

daerah-daerah Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Bojonegoro. Penduduk

Sampang bermigrasi ke Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Penduduk

Sumenep dan Pamekasan ke arah Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi.23

Kultur agama masyarakat Madura pada umumnya mirip dengan kultur yang

berlaku di kalangan masyarakat Jawa, penghayatan serta penghormatan pada Kyai

ditempatkan pada urutan paling tinggi. Di samping kepercayaan pada klenik,

mitos, serta adatisme agama masih menghiasi wajah dan corak religiusitas

masyarakat setempat. Hal ini terbilang wajar, mengingat dulu Madura merupakan

bekas teritorial kerajaan-kerajaan Hindu dan Islam Jawa.24

Sinkretisme Jawa merupakan akulturasi Hindu dan Islam. Soal ini mendapat

perhatian khusus dari banyak peneliti luar yang salah satunya adalah Snouck

Hurgonje, seorang sarjana Islam Belanda yang mengungkapkan bahwa islam

hanyalah formalitas agama dalam subkultur masyarakat Jawa.25

Selain Hurgonje,

antropolog besar yang berkontribusi dalam mendalami teologi Jawa adalah

Cliford Geertz dengan risetnya tentang islamisasi Jawa. Ia menemukan bahwa

islam dalam masyarakat Jawa terbagi kedalam beberapa subkelompok yang

dibedakan berdasarkan tingkat pemahaman dan penghayatan mereka terhadap

23 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 24.

24

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 216-217.

25

H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 18.

Page 76: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

64

islam sebagai agama. Subkelompok tersebut adalah Santri, Abangan,26

dan

Priyayi.27

Dari uraian di atas, bila dilakukan komparasi kultur antara Jawa dan

Madura, signifikansi pokok pembeda hanya terletak di persoalan demografi.

Persamaan dimensi keagamaan lebih mencolok, karena berdasarkan historisitas,

Madura adalah bagian dari kerajaan-kerajaan Jawa. Walau sebelum tahun 1800

dan sebelum menjadi bagian dari teritori Hindia-Belanda, di Madura banyak

berdiri kerajaan-kerajaan kecil, akan tetapi mereka terlalu sibuk dengan pertikaian

sehingga sulit untuk melakukan konsolidasi di antara mereka. Bahkan ketika VOC

muncul dan mulai melakukan eksplorasi perdagangan di seluruh wilayah

nusantara, Madura banyak bergantung pada kerajaan-kerajaan di Jawa. Kerajaan-

kerajaan di Madura antara lain pernah berada di bawah Kerajaan Hindu, Kerajaan

Islam Demak dan Surabaya, dan Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. 28

B. Tinjauan Singkat Kabupaten Bangkalan

Bangkalan adalah kabupaten paling barat pulau Madura dan merupakan

salah satu wilayah ekonomi khusus di provinsi Jawa Timur. Bangkalan masuk ke

dalam 7 wilayah prioritas pengembangan pembangunan beserta beberapa kota

lainnya yang biasa disebut dengan istilah ‗Gerbangkertosusilo‘ yang mencakup

Gresik, Bangkalan, Kediri, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan dengan

26 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka Jaya,

1983), h. 172-173.

27

Ibid, h. 341-315.

28

Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 44.

Page 77: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

65

Surabaya sebagai pusat pembangunan.29

Letak Bangkalan sangat strategis karena

menjadi gerbang masuk pulau Madura. Menurut Kuntowijoyo, dilihat dari segi

arsitektur bangunan di dalamnya, semenjak dulu Bangkalan memiliki hubungan

erat dengan morfologi kota-kota di Jawa. Hal ini dapat ditelusuri melalui beragam

bangunan seperti istana, alun-alun, masjid, dan kampung Cina yang menghiasi

wajah Kabupaten Bangkalan. 30

Gambar III.2. Peta Bangkalan

Sumber Gambar: Google Map 2016

Di Kabupaten Bangkalan terdapat jembatan Suramadu yang merupakan

akronim Surabaya-Madura yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura dengan

panjang jembatan mencapai 5,4 KM.31

Sebelum suramadu terbentuk, inter-relasi

antara Jawa dan Madura terhubung dengan menggunakan transportasi laut melalui

pelabuhan Ujung-Kamal. Tetapi setelah suramadu diresmikan, perlahan-lahan

29 Hari Poerwanto, Profile Bangkalan Dan Dinamika Komunitas Perkotaan Dalam Kaitannya

Dengan Pengembangan Kawasan Gerbangkertosusilo (Laporan Penelitian Fakultas Sastra

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1992/1993), h 4-5.

30

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 224.

31

Tempo.co, ―Pukul 00.00 Jembatan Suramadu Tersambung,‖ artikel diakses pada 25 Agustus

2015 dari http://nasional.tempo.co/read/news/2009/04/01/058167605/

Page 78: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

66

orang-orang berpindah haluan dari yang sebelumnya menggunakan kapal Ferry,

kini menyeberang menggunakan transportasi darat melewati jembatan Suramadu.

Secara ekonomi, Jembatan Suramadu merupakan marwah perekonomian Madura,

karena barang dari dalam dan luar Madura dapat keluar-masuk lebih mudah pasca

suramadu dibangun ketimbang menggunakan transportasi air di Selat Madura.

Mobilitas sosial antar pulau pun meningkat pesat, terutama penduduk Bangkalan

yang mengambil banyak keuntungan dengan adanya jembatan ini.

Secara geografis, luas wilayah Bangkalan adalah sekitar 1.264, 05 km

persegi. Curah hujan yang terjadi di wilayah ini berkisar antara 1.347 mm – 2.175

mm. Bila dilihat dari ketinggiannya di atas permukaan laut, Bangkalan berada

pada ketinggian 0-250 meter. Struktur tanah di Bangkalan terdiri dari komposisi

batuan alluvium, plistosen, fasies sedimen, pliosen fasies batu gamping dan

miosen fasies sedimen.32

Jumlah kecamatan di Kabupaten Bangkalan adalah 18 kecamatan dengan 8

kelurahan dan 273 desa. Adapun wilayah-wilayah yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Bangkalan adalah Kabupaten Sampang di sebelah timur, laut

jawa sebelah utara, dan selat madura di sebelah selatan dan sebelah barat. Dari

beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan, 10 di antaranya

merupakan daerah pesisir pantai yaitu: Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah,

Kamal, Blega, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, dan Tanjung Bumi.

Sedangkan 8 kecamatan lainnya adalah daerah-daerah berbukit, yaitu: Kecamatan

32 Hari Poerwanto, Profile Bangkalan Dan Dinamika Komunitas Perkotaan, h. 51.

Page 79: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

67

Bumeh, Geger, Kokop, Tragah, Tanah Merah, Blega, Labang, Konang, dan

Galis.33

Berdasarkan data yang penulis himpun dari badan pusat statistik nasional,

kepadatan penduduk Bangkalan pada tahun 2013 mencapai 715,65 per kilo meter

persegi. Dengan dua kecamatan berpenduduk terbanyak yaitu Kecamatan Galis

dan Kecamatan Bangkalan. Jumlah ini masih berada jauh di bawah Kabupaten

Pamekasan yang rata-rata kepadatan penduduknya pada tahun yang sama

mencapai 1.031, 68 per kilo meter persegi.34

Rata-rata mata pencaharian

masyarakat Bangkalan ada pada sektor pertanian, yang lainnya di sektor

perdagangan dan jasa. Data ini dapat dilihat dari PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) Kabupaten Bangkalan yang hampir sepertiganya berasal dari

sektor pertanian dengan capaian 28,90 persen, perdagangan 27,62 persen, dan jasa

15,66 persen.35

C. Islamisasi dan Simbol Kiai dalam Perspektif Masyarakat Madura

Pengislaman Jawa menjalar pada pengislaman daerah-daerah lainnya di

nusantara. Fenomena islamisasi daerah-daerah di nusantara merupakan impak dari

adanya hubungan dagang yang saling terkait antara daerah satu dengan daerah

lainnya. Perdagangan dapat dikatakan sebagai pola ‗islamisasi nusantara‘ yang

berbeda bila dibandingkan pengislaman yang terjadi di antara kabilah-kabilah

33 Bappeda Jawa Timur, ―Kabupaten Bangkalan,‖ data ini diunduh pada tanggal 17 Juni 2015

dari http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-2013/kab-

bangkalan-2013.pdf

34

BPS Provinsi Jawa Timur, ―Kepadatan Penduduk Pertengahan Tahun Menurut

Kabupaten/Kota 2010-2013,‖ data ini diakses pada tanggal 18 juni 2015 dari

http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/19

35

Biro Humas Dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, ―Gubernur Minta

Bupati Baru Prioritaskan Sektor Pertanian,‖ data ini diakses pada tanggal 18 Juni 2015 dari

http://birohumas.jatimprov.go.id/index.php?mod=watch&id=1868

Page 80: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

68

timur tengah. Islamisasi di nusantara lebih permisif, sedangkan islamisasi di timur

tengah terkesan represif dan radikal karena melaui berbagai ekspansi dan agresi.

Tak terkecuali proses pengislaman Pulau Madura yang merupakan bagian

dari islamisasi lanjutan dari pengislaman Jawa oleh para pedagang luar. Beragam

teori tentang kedatangan islam di Jawa termasuk di Madura sangat bermacam-

macam. Adapun para ilmuwan yang meneliti teori soal kedatangan Islam di

nusantara antara lain: Pijnappel, Snouck Hurgonje, Moquette, Fatimi, Kern,

Winstedt, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke, dan Hall.36

Menurut Azzumardi

Azra, ada tiga aspek utama penyebaran islam yang hingga kini masih mengalami

perdebatan: tempat asal kedatangan islam, para pembawa, dan waktu

kedatangannya.37

Walau perdebatan teori soal kedatangan islam di nusantara masih menjadi

hidangan akademik, rasanya banyak ilmuwan setuju bahwa islamisasi jawa awal,

bermula dari proses perdagangan. Interaksi para pedagang luar dengan penduduk

setempat kemudian berubah menjadi hubungan sosio kultural yang lebih melekat

melalui proses silang perkawinan. Pada tahap inilah kemudian islam menjadi

bagian penting dari sejarah pembentukan budaya di nusantara. Adanya akulturasi

dan asimilasi budaya antara budaya lokal dan pendatang telah menempatkan islam

sebagai corak identitas baru dalam dimensi kehidupan masyarakat nusantara.

Islamisasi Madura bila mengacu pada sumber-sumber sejarah terjadi di

penghujung abad ke-16, beberapa tahun setelah Kerajaan Majapahit runtuh.

Setelah Majapahit runtuh, tepatnya pada tahun 1527, Madura menjadi rebutan

36 Azzumardi Azra, Jaringan Ulama (Bandung: Mizan, 1994), h. 24-25.

37

Ibid, h. 24.

Page 81: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

69

kerajaan-kerajaan kecil Islam di Jawa. Demak, Banten, Cirebon, Tuban, Gresik

dan Jepara berusaha untuk menancapkan kuasanya di pulau tersebut.38

Menurut

Tjiptoatmodjo,39

Jawa bagian timur merupakan sentral penyebaran agama islam di

Jawa. Para pedagang dari Gujarat, India, dan Arab banyak berlabuh di daerah-

daerah Gresik dan Surabaya. Kota Gresik dan Surabaya adalah kota tertua bagi

pusat penyebaran islam di nusantara. Hal ini dikarenakan letaknya yang strategis

dalam jalur perdagangan internasional dan menjadi epicentrum hilir-mudik kapal-

kapal dagang dunia. Dari dua kota tersebut, ditambah dengan kota Jepara dan

Demak di Jawa Tengah, islam mula-mula mengalir ke jantung kota di sepanjang

pantai utara Jawa; Tuban, Probolinggo, Sedayu, Besuki, Pasuruan, lalu masuk ke

daerah-daerah pesisir di Madura. Proses penyebaran islam di Madura

digambarkan dengan teliti oleh De Jonge yang mengutip beberapa sumber sebagai

berikut:

―Penduduk pantai Sumenep mungkin sekali pada paroh kedua abad ke-15

mulai berkenalan dengan agama Islam. Keyakinan akan kepercayaan baru

mula-mula disebarluaskan di tempat-tempat seperti Parindu, tempat

perdagangan yang mempunyai hubungan dengan daerah-daerah seberang.

Penyebaran agama Islam berlangsung sejalan dengan perluasan

perdagangan. Penyebar yang petama ialah pedagang Islam dari India

(Gujarat), Malaka, dan Sumatra (Palembang) (Schrieke 1955-1957, II: 230-

232). Mereka disusul dengan pengikut Sunan Ampel dan Sunan Giri, para

wali suci Islam yang berkedudukan di dekat kerajaan-kerajaan dagang kecil

Surabaya dan Gresik (De Graaf dan Pigeaud 1974: 137-155 dan 159-160).

Menurut cerita turun temurun, seorang anak lelaki dari saudaranya Ampel

menetap di desa Pasudan dekat ibukota Sumenep (Abdurrachman 1971: 16-

17). Pengislaman penduduk Madura meluas lebih lanjut setelah raja-raja,

mungkin pada pertengahan abad ke-16, memeluk agama itu dan mendorong

penyebaran agama Nabi Mohammad. Terutama Sumenep, kawasan dengan

perdagangan paling ramai, tumbuh menjadi daerah Islam yang penting. Pada

pertengahan abad yang lalu, di Sumenep terdapat 2.130 ―Ulama Islam‖,

38 Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 217.

39

Ibid, h. 217.

Page 82: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

70

lebih banyak daripada Madura Barat dan Pamekasan (Hageman Czn 1858:

335 dan 351).‖40

Dari penjelasan di atas, dapat diuraikan bahwa Madura mengalami islamisasi

lewat 3 jalur. Pertama, melalui para pedagang sebagaimana dijelaskan oeh

Schrieke, kedua, lewat para wali, sebagaimana penjelasan De Graaf dan Pigeaud,

dan ketiga, dengan perantara para raja seperti yang diterangkan Hageman.

Sebagaimana De Jonge, banyak pula orang yang meyakini bahwa islam di

Madura pertama kali disebarkan di daerah Madura Timur (Sumenep). Ada dua

sebab mengapa Sumenep menjadi basis Islam di Madura, pertama karena

Sumenep merupakan penghasil garam terbesar di pulau tersebut yang

memungkinkan terjadinya interaksi perdagangan yang sangat ramai, kedua,

Sumenep dulu merupakan vasal dari Kerajaan Majapahit saat Joko Tole (1415M)

berkuasa. Sedangkan Madura Barat baru diislamkan setelah anak perempuan

Lembu Peteng, penguasa Madura Barat kala itu, dinikahkan dengan anak laki-laki

Maulana Ishak. Lembu Peteng sendiri merupakan anak Raja Majapahit terakhir,

hasil pernikahan antara Brawijaya dan Putri Campa. Lembu Peteng masuk islam

setelah pergi berguru ke Sunan Ampel.41

Pada abad ke-17, kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan

Agung memiliki misi besar yaitu keinginan untuk menyatukan seluruh kerajaan-

kerajaan yang ada di Jawa dan Madura dalam wilayah kekuasaan Raja Mataram.

Hal ini diambil untuk dapat menahan dan menghentikan segala agresi dan

ekspansi yang kerap dilakukan oleh VOC. Dan berturut-turt pada tahun 1614

40 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 240-241.

41

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 217-218.

Page 83: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

71

kemudian tagun 1624, Mataram akhirnya dapat menguasai dan menaklukan

Surabaya serta Madura. Setelah Madura resmi ditaklukan, Raden Praseno (putra

mahkota Bangkalan, cucu Raden Pratanu, Raja Bangkalan Islam Pertama),

diambil mantu oleh Sultan Agung untuk dinikahkan dengan putrinya di Mataram.

Melalui pernikahan ini, secara aklamasi Raden Praseno diangkat menjadi Raja

Madura Barat dengan gelar ‗Cakraningrat I‘. Dari sini secara yuridis, Madura

menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram. Turun temurun raja-

raja di Madura Barat diperintah oleh para keturunan Cakraningrat. Sepeninggal

Cakraningrat I, tahta Madura Barat turun kepada anaknya Cakraningrat II yang

merupakan anak dari hasil pernikahannya dengan Syarifah Ambami, putri Sunan

Giri.42

Di sisi lain, Madura Timur pada tahun 1671 dikuasai oleh raja nan arif dan

bijaksana, Yudanegara namanya. Konon ia merupakan keturunan Cakranegara,

Raja Madura Timur sebelum mereka ditaklukan oleh Sultan Agung. Menurut

beberapa kabar yang didapat, Yudanegara adalah seorang sahabat Trunojoyo

sewaktu mereka menyantri kepada Sunan Giri. Sepeninggal Yudanegara, suksesi

raja di Madura Timur jatuh ke tangan para menantunya lantaran tak satu pun dari

garis keturunannya dikaruniai anak laki-laki. Silsilah Dinasti Yudanegara berakhir

ketika kekuasaan kerajaan dipimpin oleh Pangeran Adikara III. Pangeran Adikara

III akhirnya dikudeta oleh Ki Lesap karena ia bersekongkol dengan VOC.

Seterusnya kerajaan dipegang oleh Raden Ayu Tirtanegara dengan Bindara Saod

sebagai suaminya. Bindara Saod sendiri merupakan putra dari Bindara Bungso

42 Ibid, h. 218-219.

Page 84: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

72

yang masyhur dengan ilmu agamanya. Ia adalah seorang kyai terkenal di Batu

Ampar Sumenep.43

Madura masuk menjadi bagian teritori Hindia-Belanda setelah VOC bubar

pada tahun 1799. Selama mengawasi Madura, Hindia-Belanda menerapkan sistem

pemerintahan tidak langsung.44

Kondisi penduduk Madura selama berada

langsung di bawah kekuasaan Hindia-Belanda maupun VOC hampir serupa

dengan keadaan penduduk Indonesia pada umumnya, mereka berada dalam

kondisi yang mengenaskan. Kelaparan dan kemiskinan adalah fenomena yang

lumrah. Hanya sebagian saja di antara mereka yang turut serta menikmati hasil

jerih payah para petani dan penduduk setempat. Mereka adalah terutama para raja,

penguasa dan orang-orang pilihan bangsa kolonial.45

Tindak pidana kriminal di Madura, dari hari ke hari, selama kolonialisasi

berlanjut, selalu semakin bertambah jumlahnya. Fakta di lapangan menunjukan

bahwa kasus tindakan kriminal di Madura lebih banyak ketimbang di Jawa.

Banyak di antara para penduduk yang mati terbunuh sia-sia. Satu kasus

pembunuhan pada tahun 1871 pernah terjadi di daerah Sumenep. Sebanyak 2.342

penduduk meninggal dunia.46

Penyebab utama maraknya tindakan kriminal ini

disebabkan oleh berbagai macam pajak dan kewajiban yang dibebankan kepada

penduduk. Selain kriminalitas, wabah penyakit, telah menambah kesengsaraan

43 Ibid, h. 219-220.

44

Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 54-55.

45

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 221.

46

Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 76-77.

Page 85: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

73

penduduk semakin menjadi-jadi. Suatu waktu di daerah Pamekasan pernah terjadi

wabah penyakit yang sangat ganas.47

―Banyak penderita berbulan-bulan lamanya tidak makan nasi dan hidup

dengan memakan kulit katjang dan djagoeng, kulit-kulit kayu, akar-akaran,

dan bedogol makanan lunak, seperti bedogol pisang. Pencurian tanaman

tegalan yang ‗dimakan mentah‘ adalah begitu banyak, sehingga keadaan itu

dianggap normal, (Nota 1904:57).‖48

Kelaparan, kesengsaraan, penindasan, serta ketimpangan yang terjadi di

masyarakat inilah yang pada akhirnya menciptakan ketidakpercayaan penduduk

kepada para penguasa setempat.

―Dalam masa hampir dua abad penjajahan Belanda di Madura, terdapat

beberapa realitas sosial sebagai akibat kolonialisasi itu. Pertama, Madura

menjadi terisolasi dari dunia luar karena hubungan dari dan keluar Madura

diatur dengan sangat ketat. Kedua, Madura mengalami defisit. Kemiskinan

massal yang berujung pada pencurian pangan dan ternak serta migrasi besar-

besaran adalah fenomena yang amat mudah dijumpai. Ketiga, terjadi

kemunduran kaum ningrat. Mereka miskin dan terpuruk dalam utang piutang

serta terlibat dalam kejahatan. Mereka menjadi lemah dan bergantung pada

Belanda. Sebagai akibatnya, rakyat tak lagi memercayai mereka dan mencari

sosok pemimpin lain yang dinilai lebih mampu mewakili aspirasinya.

Fenomena ketiga inilah yang pada akhirnya memicu munculnya golongan

lain untuk tampil sebagai pemimpin masyarakat Madura: kyai.‖ 49

Dengan demikian, satu-satunya tumpuan masyarakat waktu itu persis berada di

bawah bimbingan para kyai. Kyai adalah aktor moral sekaligus sosial. Ia

merupakan stimulus bagi asa para penduduk yang hampir pupus. Kharisma

keilmuan agama yang besar yang dimiliki oleh peran kyai mencitrakan bahwa

―merekalah‖ agen pembaharu satu-satunya yang dapat dipercaya.

Dalam strata sosial masyarakat Madura, posisi kyai ditempatkan pada posisi

yang tinggi. Fakta ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kondisi yang ada di

47 Ibid, h. 76.

48

Menurut Nota dalam Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman, h. 76.

49

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 222.

Page 86: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

74

berbagai wilayah lain di Indonesia pada umumnya. Kyai adalah aktor penting

dalam sejarah pergerakan nasional, sehingga secara otomatis keberadaannya dalam

hirarki sosial begitu tinggi. Kyai merupakan salah satu aktor penggerak basis

massa. Perannya di masa awal pra-kemerdekaan telah membuktikan hal tersebut.

Keikutsertaan kyai dalam pelbagai perlawanan memperjuangkan kemerdekaan,

dan keikutsertaan mereka memimpin pemberontakan kepada para penguasa yang

lalim, tidak sulit untuk menjadikan para kyai sebagai panutan rakyat yang sangat

dihormati. Rakyat dari zaman ke zaman, menganggap kyai adalah guru mereka

sekaligus orang tua mereka. Segala perkataan dan nasihatnya dianggap karomah

dan berkah yang wajib diamini.

Munculnya berbagai organisasi pergerakan nasional pun, faktanya, juga

tidak terlepas dari campur tangan para kyai. Sebagai salah satu agen sosial, kyai

adalah orang-orang terdidik yang hidup bersama keluh kesah dan berbaur

langsung dengan rakyat. Inilah yang membedakan kyai dengan agen sosial lainnya

yang terkesan menjaga jarak dan jauh dengan rakyat. Tidak sulit kiranya bagi

mereka menaruh tempat di hati rakyat.

Sejarah perjuangan bangsa indonesia, yang terfragmentasi semenjak

kolonialisasi, mampu diintegrasikan atas inisiatif para kyai - selain oleh orang-

orang terdidik (kaum intelektual) lainnya. Berdirinya Sarekat Islam,

Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, tidak lain merupakan inisiasi para kyai.

Nama-nama seperti KH. Samanhoedhi, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim

Asy‘ari, mereka adalah agen tonggak permulaan berkembangnya suatu identitas

Page 87: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

75

kebangsaan.50

Identitas berdasarkan keagamaan ini kemudian membentuk

semacam ikatan kebersamaan yang termanifestasikan lewat ragam aksi perjuangan

dan perlawanan. Maka wajar jika akhirnya kyai menempati posisi struktur dan

peran penting dalam diskursus sosial kemasyarakatan di Indonesia.

Sepang terjang kyai dalam hubungannya dengan fungsi sosial di masyarakat,

tidak hanya terjadi saat indonesia dijajah, setelah indonesia mengalami

kemerdekaan sekalipun, kyai tetap dianggap sebagai aktor utama penggerak umat.

Berbeda dengan pemimpin formal pada umumnya yang mendapatkan legitimasi

formal dari rakyat, kyai mendapatkan otoritasnya di masyarakat sebagai pemimpin

informal melalui legitimasi sosio-kultural.51

Pada kasus Madura, dengan mayoritas penduduknya beragama islam,

sebagaimana telah digambarkan secara ringkas di atas, kyai memiliki fungsi sosial

strategis dalam kehidupan di dalamnya. Mereka sering dimintai pendapat untuk

berbagai macam persoalan. Bukan saja persoalan yang berkaitan dengan aspek

agama, bahkan untuk masalah-masalah remeh temeh sekalipun, kyai tidak absen

dimintai masukan. Saat musim pemilu tiba misalnya, banyak orang-orang dari elit

pemerintah yang datang untuk sekadar mohon restu dan minta didoakan supaya

menang dalam pemilihan. Atau para pedagang yang mohon dimudahkan mencari

rezeki saat berdagang. Sebenarnya masih banyak tradisi umum lainnya, yang bisa

dibilang kurang afdol tanpa melibatkan kyai.

50 Untuk lebih jelasnya mengenai sejarah gerakan modern islam bisa dilihat dalam buku Deliar

Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1980).

51

Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 223.

Page 88: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

76

Image yang tertanam dalam benak masyarakat tentang kyai, menyimpan

keutamaan penting bahwa ia adalah pusat pemecah setiap masalah. Saluran bagi

tercapainya setiap cita dan impian mereka. Kontribusi kyai yang besar dalam

bidang pendidikan agama, etika moral, dan peran sosial di dalam masyarakat

Madura, pada akhirnya sulit untuk tidak melibatkan kyai di berbagai sudut

dimensi kehidupan mereka. Sebagaima dikatakan oleh Muhammad Kosim dalam

sebuah tulisannya di Jurnal Karsa:

―Pengaruh kyai melampaui batas pengaruh institusi-institusi kepemimpinan

lainnya. Dalam berbagai urusan umat, kyai menjadi tempat mengadu. Seperti

urusan agama, pengobatan, rizki, jodoh, membangun rumah, bercocok

tanam, konflik sosial, karier, politik, dan sejumlah problema hidup lainnya.

Belum mantap rasanya apabila segala urusan tidak dikonsultasikan kepada

kyai dan belum mendapat restu darinya. Kyai melayani kebutuhan umat

dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, umatpun merasa puas. Dan

sebagai ―imbalannya‖ umat akan patuh, tunduk, dan siap mengabdi kepada

kyai. Hubungan antara kyai dan umatnya— sebagaimana digam-barkan di

atas—dikenal dengan pola hubungan paternalisme, di mana hubungan antara

pemimpin dan yang dipimpin (atasan-bawahan) seperti hubungan antara

ayah dan anak.‖52

Hubungan yang terjalin antara masyarakat dengan kyai di Madura menyiratkan

adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme)

di antara mereka . Di satu sisi masyarakat mendapatkan kepuasan batin dengan

wejangan, nasihat, yang diberikan oleh kyai, di sisi lain kyai meneguhkan

fungsinya sebagai aktor penting di masyarakat. Rasa hormat, manut, dan loyalitas

kepada kyai disajikan oleh masyarakat dalam bentuk penghormatan yang sama

besarnya dengan apa yang mereka lakukan kepada para pemimpin mereka. Malah

sebagian di antara mereka lebih menghormati kyai dibandingkan pejabat

52 Muhammad Kosim, ―Kyai Dan Blater: Elit Lokal Dalam Masyarakat Madura,‖ Jurnal

Karsa, Vol. XII No. 2 (Oktober, 2007): h. 162.

Page 89: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

77

pemerintahan. Saking besarnya peran kyai dalam masyarakat, sampai-sampai ada

peribahasa lokal di Madura yang terkenal “buppa’-babu’guruh-ratoh.”53

Menurut Kuntowijoyo seperti yang penulis kutip dari Muhammad Kosim,

Madura adalah ‗pulau seribu pesantren‘.54

Beragam model kyai, hidup dan

berkembang sesuai vak serta bidangnya masing-masing. Mulai dari kyai langgar,

kyai pesantren, kyai tarekat, dan kyai dukun, menghiasai bentuk-bentuk profesi

kyai dalam masyarakat Madura.55

Otoritas kyai yang besar dilihat dari sudut

pandang kehidupan masyarakat Madura, membentuk citra tersendiri bahwa kyai

adalah manusia yang berbeda dari manusia pada umumnya. Persepsi masyarakat

yang memercayai bahwa kyai jauh dari tindak tanduk profan, telah mempertebal

perannya sebagai sebuah institusi baru di masyarakat. Dan sebagai cikal bakal

sebuah institusi, kyai sepertinya memiliki imunitas sosial moral di masyarakat.

Secara eksplisit, masyarakat yakin, barang siapa yang melawan kyai maka orang

itu akan mendatangkan bencana bagi dirinya sendiri (kualat).56

Peranan kyai dan otoritasnya yang besar dalam kaca mata orang Madura,

dapat ditelusuri dengan menggunakan dua parameter.57

Parameter pertama

menyangkut islamisasi yang terjadi di Madura, dan kedua, faktor ekologis Madura.

Penyebaran Islam di Madura secara historis salah satunya dilakukan oleh wali

songo. Pembauran wali songo dengan masyarakat sekitar, dalam hal ini Sunan

53 Peribahasa ini konon mempertegas posisi kyai/guru dengan peranan Bapak, Ibu, dan Pejabat

Pemerintah. Dalam keluarga, orang Madura menghormati Bapak-Ibu, dan dalam unit sosial di

masyarakat, orang Madura menghormati Kyai dulu baru Pemerintah. (Muhammad Kosim dalam

Jurnal Karsa. Kyai dan Blater: Elit Lokal Dalam Masyarakat Madura, h. 162).

54

Kosim, Kyai Dan Blater, h. 162.

55

Ibid, h. 162.

56

Ibid, h. 162-163.

57

Ibid, h. 163-164.

Page 90: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

78

Ampel dan Sunan Giri, menandaskan kontribusi besar kyai sepanjang sejarah

islam di Madura. Mereka dalam hitungan matematis jumlah penganut islam di

Madura, telah berhasil menyebarkan agama ini di bumi Madura. Bahkan di banyak

kesempatan, para wali ini turut dalam berbagai pemberontakan bersama para

penduduk. Mereka adalah mobilitator perjuangan melawan kolonialisme. Maka

tak heran, jika saat ini banyak pesantren bermunculan di tanah Madura. Itu adalah

bukti kontinuitas sejarah yang berkelindan dari masa ke masa. Pesantren

merupakan lembaga pendidikan formal pertama dalam sejarah bangsa Indonesia.58

Sedangkan faktor lain, penguat peran kyai di Madura, adalah bersumber dari

dimensi ekologi. Ekologi yang dimaksud di sini adalah ekologi tegalan.

Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa ekologi tegalan

merupakan impak dari tanah di Madura yang tidak cocok untuk ditanami padi.

Curah hujan yang kurang, iklim yang gersang, dan tanah yang kurang subur

menyebabkan masyarakat harus mencari alternatif tanaman lain yang cocok

dengan tipologi tanah di Madura. Adapun tanaman alternatif tersebut yakni jagung

dan singkong. Ekologi tegalan pada akhirnya berpengaruh pada pola pemukiman

dengan rata-rata banyak rumah yang minimun di setiap desa. Hal ini membawa

spirit yang terbangun antar warga bukan berasal dari unsur gotong royong serta

kebersamaan sebagaimana desa-desa di Jawa pada umumnya. Solidaritas warga di

perkampungan di Madura diikat oleh ritual-ritual agama dengan masjid sebagai

pusat pertemuan dan kyai sebagai pusat panutan (central of man). Agama menjadi

satu-satunya perekat silaturahmi antar warga sekaligus pembentuk rasa

58 Ibid, h. 163-164.

Page 91: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

79

kepemilikan bersama.59

Tak heran bila agama dan orang Madura menjadi identitas

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama adalah bagian dari harga diri

orang Madura. Menghina agama berarti sama saja merendahkan harga diri dan

martabat orang Madura. Beberapa kasus konflik agama yang terjadi di Madura

kurang lebih muncul karena paradigma tersebut.60

Dari waktu ke waktu, dengan semakin besarnya pengaruh dan peran kyai di

Madura, banyak di antara mereka, untuk kemudian hari terjun ke dunia politik.

Keterlibatan para kyai dalam politik prosedural ini, adalah sarana memanfaatkan

modal sosial yang sudah mereka miliki. Kepercayaan dan rasa hormat masyarakat

yang sudah mereka genggam, digunakan sebaik-baiknya oleh para kyai dalam

melihat peluang mereka yang sangat strategis untuk menjadi pemimpin formal.

Transformasi kyai, dari pemimpin informal menjadi pemimpin formal, setidaknya

telah mengkristalkan kekuatan dan kekuasaan mereka menjadi semakin luas.

Karena kekuasaan legal-formal yang mereka dapat dari panggung demokrasi

prosedural, ditambah kharisma yang mereka miliki di mata masyarakat, yang

didapat melalui perannya sebagai agen sosio kultural, menjadikan kekuatan para

kyai berlipat-lipat besarnya. Kini mereka bukan hanya dinisbatkan sebagai

pemimpin informal saja, melainkan sebagai pemimpin formal sekaligus. Untuk itu,

sisi negatif dari keikutsertaan kyai dalam persoalan politis adalah melemahnya

civil society dalam rangka mengawasi peran serta kinerja pemerintah. Ada rasa

tidak enak yang menjangkiti masyarakat untuk melakukan protes tatkala mereka

(para kyai) melakukan kesewenang-wenangan dalam tugas mereka sebagai

59 Ibid, h. 163-164.

60

Abdur Rozaki, ―Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,‖ Kyoto Review of

Southeast Asia Issue 11 (December 2009): h. 2.

Page 92: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

80

pemimpin formal baru. Sehingga situasi seperti ini mirip dengan sejarah eropa

zaman pertengahan, dimana agama memainkan peran sebagai otoritas absolut

yang jauh dari kritikan.

D. Blater Sebagai Orang Kuat Lokal Madura

Kekerasan tidak luput dalam dinamika sosial kehidupan manusia. Sebab

kekerasan merupakan bagian dari dalam diri manusia yang secara psikologi

diliputi perasaan dan emosi. Peperangan yang mewarnai perjalanan sejarah umat

manusia, adalah ekspresi dari nilai-nilai kekerasan yang dimilikinya. Sepanjang

umat manusia masih mendiami bumi, selama itu pula internalisasi kekerasan

menjadi hal yang akan menemani perjalanan kita sepanjang masa. Sebagaimana

kalimat satir yang dikatakan oleh George Orwel: ―perang ialah damai, kebebasan

ialah perbudakan, kebodohan ialah kekuatan.”61

Dalam studi yang dilakukan oleh Johan Galtung, pada prakteknya,

kekerasan dapat dikategorikan menjadi tiga divertifikasi, pertama adalalah

kekerasan secara fisik, kedua, kekerasan struktural, dan ketiga adalah kekerasan

kultural. Pada jenis yang pertama, kekerasan fisik digambarkan dengan adanya

proses konflik/interaksi yang dilakukan secara langsung, misalkan melalui

pemukulan, tamparan ataupun yang memungkinkan terjadinya kontak langsung

secara fisik. Sedangkan kekerasan jenis kedua, yakni kekerasan struktural,

merupakan jenis kekerasan yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan dan

aturan-aturan yang memberatkan. Sehingga munculnya objek sebagai korban

yang dirugikan. Salah satu contoh kekerasan yang termasuk kategori ini adalah

61 George Orwel, 1984 (Yogyakarta: Bentang, 2014), h. 19.

Page 93: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

81

praktek korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) di lingkungan pemerintahan.

Adapun kekerasan jenis terakhir, kekerasan kultural, adalah jenis kekerasan yang

dilakukan melalui propaganda dan kampanye melalui berbagai produk

kebudayaan. Misalnya, propaganda yang dipraktekkan rezim Soeharto dengan

memasifkan kampanye anti-PKI lewat pemutaran film G-30-S-PKI setiap

tahunnya.62

Melalui kaca mata kekerasan yang diuraikan Johan Galtung, kita dapat

melihat bagaimana fenomena Blater (orang kuat lokal di Madura) didefinisikan.

Blater adalah gambaran praktek kekerasan yang terjadi di tingkat lokal – dalam

hal ini terjadi di Madura. Kondisi ini sama halnya dengan fenomena jawara yang

terjadi di Banten. Baik blater maupun jawara, merupakan lokalitas praktek

kekerasan yang marak terjadi di belahan wilayah Indonesia. Ragam kekerasan

yang mewarnai dinamika sosial masyarakat daerah, identik dengan eksistensi

preman lokal. Kewenangan yang mereka punyai kurang lebih berasal dari

berbagai intimidasi, pemalakan, kerusuhan, dan pembunuhan yang kerapkali

mereka lakukan.

Dalam diskursus orang kuat lokal Madura, Blater merupakan salah satu elit

yang memiliki strata sosial yang prestisius yang serupa dengan kyai. Bila kyai

dihormati karena kedudukan ilmu agamanya yang tinggi, Blater disegani karena

kekuatan dalam dirinya yang besar. Dalam ruang lingkup kehidupan masyarakat

Madura, Blater dideskripsikan sebagai orang yang suka membunuh dan membuat

62 Wijaya Herlambang, Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi

Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film (Serpong: Marjin Kiri, 2013), h. 35-57.

Page 94: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

82

onar. Kehadirannya adalah bagian yang tak terpisahkan dari budaya carok yang

terkenal di masyarakat setempat.

Penisbatan Blater pada diri seseorang dinilai dari seberapa berani ia

melakukan upaya carok. Meskipun carok bukanlah satu-satunya arena legitimasi

keblateran bisa didapatkan. Ada arena-arena lainnya dimana pelegitimasian

keblateran muncul seperti: ―kedekatan seseorang dengan tradisi kerapan sapi,

sabung ayam, jaringan kriminalitas dan remoh blater.‖63

Tetapi tetap budaya carok

merupakan budaya yang menyangkut erat soal harga diri dan prinsip orang

Madura. Sedikit saja harga diri orang Madura ternodai, maka tak segan orang-

orang ini untuk melakukan upaya carok. Bahkan tendensi adanya paradigma

semacam ini tergambar jelas dalam peribahasa setempat yang penulis kutip

langsung dari Abdur Rozaki: ―ango‘an pote tolang etembang pote matah, artinya

lebih baik putih tulang dibandingkan putih mata. ‗Hidup itu tidak ada maknanya

kalau kehilangan harga diri‘.‖64

Ada banyak kasus yang seringkali menimbulkan praktek carok di

masyarakat. Prinsip masyarakat lokal yang teguh soal harga diri, dan merasa

maloh65

bila harga diri mereka dinjak-injak, seringkali menimbulkan resistensi

antar warga. Pertikaian-pertikain antar warga, bahkan antar sekte agama semisal

kasus Syiah di Sampang, beberapa kali mencuat menjadi pemberitaan nasional.

Kasus pertikaian dan perkelahian antar warga, menurut Wijayata, yang penulis

kutip langsung dari Abdur Rozaki, adalah bisa disebabkan sebagai berikut:

63 Abdur Rozaki, ―Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,‖ h. 2.

64

Ibid, h. 1.

65

Maloh adalah perasaan malu

Page 95: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

83

―Pertama, gangguan atas istri. Orang Madura akan mudah terpancing dan

melakukan pembelaan dalam bentuk carok kalau istrinya diganggu. Begitu

juga dengan adanya sikap cemburu, kalau kemudian terjadi perselingkuhan

sang istri dengan orang lain. Lelaki yang berselingkuh dengan istri orang

itulah yang akan menjadi sasaran dari sang suami. Kedua, balas dendam.

Upaya melakukan pembalasan bila terdapat diantara salah satu anggota

keluaraga yang terbunuh. Ketiga, mempertahankan martabat dan keempat,

mempertahankan harta warisan. (Wiyata, 2002; 89-159).‖66

Pengidentikan Blater hanya dengan kekerasan di satu titik tidak selamanya

menjadi dominasi wacana orang kuat lokal di Madura. Kultur Madura yang

agamis, nyatanya juga telah menuntut reproduksi Blater dengan ciri khas tertentu.

Adanya hubungan yang saling mengisi antara kekerasan di satu sisi, dan

religiusitas di sisi yang lain.67

Maka, dalam kasus Madura, Blater dapat tumbuh

dan muncul dari segala aspek strata sosial, baik dari kalangan masyarakat sipil

biasa maupun santri.68

Sebuah diametral yang saling berbeda tentunya, tapi dalam

realita sosial di lapangan, tak jarang peristiwa ini terjadi: jiwa blater dan santri

hadir pada diri seseorang sekaligus. Dan tak jarang antara Blater dan Kyai terjalin

relasi ekonomi-politik bersama yang saling menguntungkan satu sama lain.69

Sebagaimana yang ditulis oleh Abdur Rozaki:

―Kedua aktor ini dalam praktek sosialnya, terkadang saling berseberangan

paham dan visi. Namun dalam konteks tertentu tak jarang pula saling

menjalin relasi kultural, ekonomi dan politik kuasa. (Rozaki; 2004). Dalam

konteks inilah citra simbolik kekerasan dan religiusitas saling berkelindan

dan berdialektika dalam ruang-ruang sosial masyarakat Madura.‖70

Berdasarkan pengamatan penulis, faktor kemunculan Blater di Madura

dapat ditelusuri lewat 3 jalur utama. Pertama, dari sudut pandang kesejarahan,

kedua, dari sudut pandang sosiologis-ekologis, dan ketiga dari perspektif

66 Abdur Rozaki, ―Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,‖ h. 1.

67

Ibid, h. 1.

68

Ibid, h. 2.

69

Ibid, h. 3.

70

Ibid, h. 3.

Page 96: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

84

institusi.71

Secara historis, sepak terjang dunia Blater yang mewarnai kehidupan

masyarakat Madura, tidak terlepas dari eksistensi mereka di masa lalu.

Kemunculan mereka di masa lalu merupakan buah dari ragam kompleksitas hidup

semasa jaman kerajaan dan kolonialisme. Di saat era kerajaan berlangsung, selain

yang menjadi raja adalah orang-orang istimewa yang memiliki nasab kerajaan,

tidak sedikit dari para raja adalah mereka yang berasal dari para jagoan desa.

Mereka mempunyai pengikut yang banyak dan memiliki ilmu bela diri yang

hebat. Cerita-cerita rakyat yang berseliweran mengisahkan bahwa para jago ini

tidak mempan ditembak, anti-bacok, dan sulit ditangkap. Maka tak heran,

sebagian dari mereka mampu mengambil alih kekuasaan dari para raja dan duduk

sebagai raja baru. Cerita ini dapat ditemukan pada kisah Ki Lesap dan Ken Arok

Dedes misalnya. Berbagai pemberontakan dan perlawanan yang dilakukan para

jago desa ini umumnya karena merasa gerah dan muak dengan sikap dan perilaku

raja yang sewenang-wenang.

Begitupun saat bercokolnya negara kolonial, ada banyak ceritera tentang

jago desa yang ikut terlibat dalam beragam perlawanan. Dalam konteks Madura,

ada cerita tentang Kutil, yang terkenal dalam peritiwa tiga daerah. Sebuah revolusi

yang terjadi di sekitar daerah Pekalongan. Nama asli Kutil adalah Sakhyani. Ia

merupakan seorang keturunan Madura yang hidup di Dukuh Pesayangan, daerah

Talang. Selama masa revolusi di daerah tersebut, ia mendirikan sebuah organisasi,

AMRI namanya, dengan pengikut yang beragam, mulai dari pedagang, penjahit,

71 Ibid, h. 3-7.

Page 97: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

85

petani miskin, tukang besi, dan tukang jamu.72

Tugas dan misi berdirinya

organisasi ini adalah untuk menumpas keberadaan sisa-sisa NICA dan orang-

orang yang disinyalir bersekongkol dengan NICA.73

Lain lagi cerita soal Sakera, seorang Madura yang melakukan perlawanan di

salah satu daerah tapal kuda, Pasuruan. Ia adalah seorang jago yang anti-

penjajahan. Kelihaiannya melakukan manuver pemberontakan membuat negara

kolonial Belanda hampir kehilangan akal untuk menghabisinya. Sakera

merupakan sosok jago yang terkenal di kalangan rakyat bukan saja karena

keberaniannya melakukan perlawanan semata, tetapi juga karena kemampuan

tubuhnya yang anti ditembaki beberapa selongsong peluru. Ia konon memiliki

ilmu kebal sehingga sulit untuk dimatikan. Ringkas cerita, akhirnya Belanda

melakukan upaya muslihat dalam sebuah pentas seni yang bernama Sadur. Dalam

pentas itu, Sakera diperbolehkan menari dengan perempuan asalkan seluruh jimat

yang dia pakai dilepas saat menari. Sewaktu Sakera menari, Belanda

menembakinya dan dia pun mati terkapar.74

Tetapi, di samping banyaknya para jago yang melawan ketidakadilan dari

para raja, dan penindasan yang dilakukan oleh bangsa penjajah, ada pula dari

mereka yang dimanfaatkan oleh dua elemen tersebut. Dalam internal kerajaan,

para jago diangkat dan dipekerjakan sebagai pelindung tahta dan keselamatan raja

dari marabahaya. Tugasnya tak lain adalah untuk menjaga status quo eksistensi

para raja. Sedangkan dalam konteks kolonialisme, para jago direkrut oleh para

72 Anton E. Lukas, Peristiwa Tiga Daerah: Revolusi Dalam Revolusi (Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti, 1989), h. 146-147.

73

Ibid, h. 147-148.

74

Abdur Rozaki, ―Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,‖ h. 4.

Page 98: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

86

Gubernur Jenderal untuk menumpas beragam pemberontakan yang terjadi di

sekitar wilayah kekuasaan mereka. Para jago ini mendapatkan keuntungan yang

sesuai dengan kesepakan bersama di antara mereka. Secara tidak langsung, bangsa

penjajah melakukan strategi devide at impera antara rakyat yang mau berkhianat

dengan rakyat yang teguh untuk melawan.75

Pada konteks masyarakat Madura,

pemanfaatan rakyat sebagai pasukan penyokong negara kolonial dapat dilihat dari

sejarah berdirinya organisasi militer Barisan. Oranisasi militer ini merupakan

kesepakatan bersama antara pihak Belanda dengan kerajaan-kerajaan Madura

yang saat itu tengah berusaha untuk melepaskan diri dari hegemoni kerajaan

Mataram. Dengan melindungi kerajaan Madura dari penguasaan kerajaan

Mataram, Belanda mendapatkan privelse untuk mendapatkan jasa militer dari para

penduduk Madura yang bebas mereka gunakan untuk berbagai kepentingan

kolonialisme.76

Dari sudut pandang sosiologis, kemunculan Blater merupakan imbas dari

faktor ekologis Madura - yang disebabkan karena tipologi geografis wilayah yang

tidak memungkinkan terjadinya penggarapan tanah secara intensif. Impak dari

ketidaksuburan tanah ini kemudian menjalar pada problem unsur kesejahteraan

rakyat yang sangat minimalis. Rakyat tidak mampu hidup dari segala keterbatasan

yang diakibatkan beragam persoalan fisikawi. Curah hujan yang kurang, iklim

yang gersang, dan laju pertumbuhan penduduk yang massif dari tahun ke tahun,

menambah perkara hidup menjadi semakin kompleks. Migrasi faktanya bukan

merupakan satu-satunya solusi yang dijalankan oleh rata-rata penduduk Madura

75 Ibid, h. 3-6.

76

Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940

(Jogjakarta: Mata Bangsa, 2002), h. 145-146.

Page 99: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

87

dalam menjauhi segala permasalahan hidupnya. Menjadi Blater, nyatanya menjadi

cara lain guna mengatasi segala problema hidup. Paradigma seperti ini lambat

laun mengalami ideologisasi di masyarakat.77

Walau cara menuju keblateran

penuh resiko bahkan bisa berujung pada kematian. Tetapi dengan menjadi Blater,

mereka memiliki posisi untuk melakukan daya tawar dalam hal apapun, dia akan

merasa disegani dan dihormati. Sehingga kekuasaan Blater dalam personalisasi

diri, mengukuhkan karakteristiknya sebagai orang kuat lokal.78

Faktor lain yang memicu kelahiran Blater di Madura adalah masalah

institusi/kelembagaan. Faktor kelembagaan merupakan hal penting dalam wacana

negara modern. Institusi adalah arena legal-formal dimana setiap kepentingan

diagregasi, dan setiap konflik dipecahkan melalui mekanisme prosedural.

Sehingga adanya institusi dimaksudkan untuk dapat menghilangkan perilaku dan

sikap main hakim sendiri. Tetapi dalam kasus Madura, cara kerja ini belum

sepenuhnya berhasil. Begitupun di banyak wilayah di Indonesia yang lain.

Intoleransi dan aksi-aksi kekerasan yang mewarnai gerak-gerik masyarakat yang

disebabkan oleh tidak adanya institusi yang kuat, adalah celah bagi terbentuknya

premanisme. Kekacauan yang menimpa lembaga/institusi, khsususnya dalam

kasus Madura, dapat ditarik jauh ke alur sejarah perjalanan bangsa Madura.

Secara historis, bangsa Madura selalu berada di bawah hegemoni kerajaan-

kerajaan Jawa dan negara kolonial, hal ini mengakibatkan tidak adanya upaya

untuk melakukan intensifitas dan signifikansi institusi di kalangan masyarakat

77 Abdur Rozaki, ―Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,‖ h. 5.

78

Ibid, h. 5.

Page 100: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

88

Madura. Negara tidak hadir di tengah-tengah mereka.79

Masyarakat tidak dilatih

untuk melakukan pemecahan masalah secara institusionalis. Mereka dibiarkan

begitu saja untuk mengelola persoalannya sendiri-sendiri. Institusi hukum absen

dalam kehidupan mereka. Hal ini menurut Abdur Rozaki berimbas pada strategi

pemecahan masalah di antara mereka (problem solving), kekerasan menjadi

pilihan utama masyarakat dalam rangka membela diri mereka.80

79 Ibid, h. 6.

80

Ibid, h. 6.

Page 101: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

89

BAB IV

DINAMIKA KEKUASAAN POLITIK FUAD AMIN DI BANGKALAN

A. Terbentuknya Kekuasaan Politik Fuad Amin

Sebagaimana telah penulis uraikan di bab-bab sebelumnya, bahwa terdapat

dua entitas kelas masyarakat yang memiliki peranan penting dalam lanskap sosio

kultur politik di Madura. Yang pertama adalah kiai, dan yang kedua blater. Kedua

entitas informal ini faktanya memiliki pengaruh yang kurang lebih sama, bahkan

kadangkala melebihi segala bentuk legitimasi atas kontrol yang dimiliki oleh

negara pada masyarakat. Keberadaan kiai dan blater sebagai kekuatan informal di

Madura, kerapkali menjadi simbol yang dalam bahasa Migdal disebut sebagai

“Strategies of Survival”.1 Simbol ini kelak telah menghantarkan keduanya ke

tempat istimewa di antara kalangan orang-orang berpengaruh dan terhormat.

Kehadiran mereka di antara masyarakat Madura, jika ditilik kembali ke

sejarah masa silam, sangat begitu besar impresinya. Mereka bukan hanya tinggal

dan menetap sebagaimana masyarakat biasa, lebih dari itu, keberadaan mereka

ditujukan pula untuk turut serta dalam membina dan mengintervensi masyarakat

di berbagai aspek: baik agama, sosial maupun politik. Keterlibatan ini telah

membentuk ikatan emosi yang kuat, yang mengikis batas impersonal masyarakat

dengan kelompok-kelompok informal.

1 Strategies of Survival merupakan strategi bertahan hidup dengan mendekatkan diri kepada

kekuatan patron, yang dalam hal ini adalah para jago yang berkuasa pada teritori tertentu, Daniel

Lambach, “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.” Paper for presentation at

the conference “Political Concepts Beyond the Nation State: Cosmopolitanism, territoriality,

democracy”, Danish Political Theory Network Conference, University of Copenhagen,

Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

Page 102: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

90

Munculnya kiai sebagai orang lokal berpengaruh, dalam penjelasan

Kuntowijoyo,2 tidak terlepas dari konsekuensi logis yang diakibatkan oleh faktor

ekologi tegalan. Madura yang didominasi oleh ekologi tegal sebagai impak dari

iklim yang kering dan dengan curah hujan yang begitu minim, (pada akhirnya

memberikan dampak lain pada kehidupan bercocok tanam masyarakat). Mereka

tidak sama dengan masyarakat jawa yang umumnya berococok tanam dengan

menanam padi di sawah. Mereka, masyarakat Madura, harus berjibaku dengan

cuaca ekstrem yang tidak cocok untuk menanam tanaman sejenis. Karenanya,

mereka lebih banyak menanam umbi-umbian yang memerlukan pasokan air lebih

sedikit. Tegal menjadi pilihan corak bercocok tanam masyarakat.

Kondisi ekologi yang seperti ini pada akhirnya mau tidak mau juga

berpengaruh besar pada konsepsi pemukiman penduduk di sekitarnya. Masyarakat

Madura memiliki model pemukiman yang lebih terpencar-pencar dari pada jenis

pemukiman di pulau Jawa yang rapat dan terintegrasi di satu desa.3 Makanya

hidup masyarakat Jawa cenderung berkelompok, karena dalam sistem tani yang

menjadi ciri khas masyarakat Jawa, teknis irigasi perlu diatur sesuai dan biasanya

terjadi atas asas gotong royong. Dengan demikian, wajar bila solidaritas antar

masyarakat Jawa terbentuk dalam kerangka ekonomi.

Sedang corak ekologi tegalan dengan pemukiman penduduk terpencar-

pencar yang dominan pada masyarakat Madura, juga akhirnya berpengaruh pada

minimnya solidaritas antar mereka. Hal ini belakangan tergambarkan melalui

2 Lihat Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940

(Jogjakarta: Mata Bangsa, 2002).

3 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940 (Jogjakarta:

Mata Bangsa, 2002), h. 60.

Page 103: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

91

sikap individualistik masyarakat Madura. Mereka tidak terikat dengan rasa

tanggung jawab dengan sesama dan antar masyarakat desa sebagaimana yang

terjadi pada masyarakat Jawa dan Sumatra. Tanggung jawab yang menonjol di

dalam kultur Madura lebih bersifat eksklusif antar keluarga saja.4 Adapun satu-

satunya simbol pengerat solidaritas atau yang oleh Durkheim disebut dengan

„jaringan sentimen kolektif‟ di antara masyarakat Madura adalah melalui ritus-

ritus agama.5 Dengan menunaikan ritual ibadah, dan upacara-upacara keagamaan

secara bersama-sama, lambat laun rasa solidaritas ini muncul dan terpupuk ke

permukaan. Kiai menjadi entitas penting dalam simbol solidaritas tersebut.6

Sama halnya dengan kiai, eksistensi dan munculnya pengaruh blater juga

tidak bisa terlepaskan dari faktor ekologi tegalan yang tidak mampu memberikan

pasokan kebutuhan secara maksimal, sehingga keadaan masyarakat menjadi serba

kekurangan.7 Walaupun, kemunculannya sebagai orang kuat lokal juga

merupakan buntut dari beragam penindasan yang seringkali dilakukan oleh elit

semasa raja-raja dulu berkuasa dan semasa penjajahan, serta sebagai impak

hadirnya institusi Barisan di bawah kendali kolonialisme Hindia-Belanda.8

Hasil cocok tanam tegalan yang masyarakat Madura kerjakan, faktanya

tidak banyak membantu dan memberikan keuntungan bagi kebutuhan hidup

4 Mutmainnah, “Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura,” dalam Jamil Gunawan, Sutoro Eko Yunanto, Anton Birowo, dan Bambang Purwanto,

ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal (Jakarta: LP3ES, 2004), h. 215.

5 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial, h. 450.

6 Muthmainnah, Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura, h. 216.

7 Abdur Rozaki, “Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,” Kyoto Review of

Southeast Asia Issue 11 (December 2009).

8 Barisan merupakan satuan korps militer yang beranggotakan para sipil dan digunakan untuk

kepentingan Belanda. A. Latief Wiyata, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 68.

Page 104: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

92

mereka sehari-hari. Bahkan untuk memenuhi pasokan kebutuhan yang serba

kekurangan tersebut, masyarakat Madura mesti mendatangkan sebagian

logistiknya dari Pulau Jawa. Hal tersebut cukup untuk menjadi alasan mengapa

akhirnya banyak di antara masyarakat Madura yang lebih memilih hidup

bermigrasi ke Jawa atau ke beberapa tempat lainnya di Indonesia ketimbang tetap

menetap di daerah. Atau, meskipun menetap, sebagian di antara mereka lebih

memilih hidup untuk menjadi bandit-bandit desa (blater).9 Berprofesi sebagai

bandit desa atau blater setidaknya telah memberikan jaminan bagi kepastian hidup

mereka sehari-hari. Corak hidup blater yang lekat dengan alam kekerasan,

menjadikan mereka sebagai aktor yang ditakuti. Mereka kerap terlibat dalam

perampokan serta pencurian.10

Sikap ini telah meningkatkan daya tawarnya selaku

kelompok penting pada strata sosial di masyarakat. Namun harus digarisbawahi,

bahwa tidak selamanya keberadaan para blater di Madura hanya sebatas

diilustrasikan sebagai para bandit atau kriminil lokal. Sebab tak jarang dari

mereka pun turut serta, malah menjadi bagian dari garda terdepan masyarakat

dalam rangka melawan kolonialisme dan despotisme para raja.

Dengan sejarah sosial yang berpengaruh di masyarakat, maka tak aneh bila

kemudian, di era-era selanjutnya, dua kelompok ini memegang peranan penting,

bukan saja dalam konteks kehidupan sosial, melainkan juga dalam wacana politik

lokal di Bangkalan. Penjelasan mengenai lahirnya kekuasaan politik Fuad Amin

era kontemporer saat ini, tidak bisa dilepas begitu saja dari sejarah panjang

9 Abdur Rozaki, “Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,” Kyoto Review of

Southeast Asia Issue 11 (December 2009).

10

Abdur Rozaki, “Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,” Kyoto Review of

Southeast Asia Issue 11 (December 2009).

Page 105: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

93

eksistensi blater dan kiai di masa lalu. Fuad Amin merupakan manifestasi

kalangan kiai-blater yang tetap bertahan meskipun di era demokrasi yang lebih

modern. Sebagai elit yang mewakili tahta waris trah kiai di satu sisi, dan

keterlibatannya secara langsung dengan alam pergaulan blater di pihak lain, telah

tampak menegaskan eksistensi Fuad Amin sebagai satu-satunya orang kuat lokal

berpengaruh yang paling disegani, dihormati, sekaligus ditakuti oleh masyarakat.

Dengan bersandar pada argumen Joe S. Migdal bahwa orang kuat lokal

merupakan ‘melange’ yang berada di luar organisasi negara yang keberadaannya

terbentuk karena relasi sosial masyarakat yang masih bersifat patron-klien,11

benar-benar merupakan realita empirik bila merujuk pada kasus lokalitas Fuad

Amin di Bangkalan. Kemunculan orang kuat lokal yang tergambarkan lewat

pribadi Fuad Amin di aras Bangkalan tidak dapat dihindari dan juga merupakan

akibat langsung dari kondisi umum pola jejaring yang terwarisi turun temurun

yang menginternalisasi corak masyarakat Bangkalan yang hingga sekarang tetap

lestari memegang teguh budaya patrimornialistik. Dimana kiai dan blater kokoh

berada di strata paling atas sebagai patron dalam relasi kelas sosial setempat.

Apalagi keberadaannya telah menstimulus pandangan masyarakat bahwa mereka

adalah satu-dua aktor yang sanggup menawarkan „strategi bertahan hidup‟.

Masyarakat menjadi ketergantungan pada dua kelompok ini. Menjauhi keduanya

sama saja menolak aspek penghidupan yang ditawarkan oleh dua kelompok

informal ini, lebih-lebih menentang atau melawan keberadaannya.

11 John T. Sidel, “Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia,” dalam John

Harris, Kristian Stokke, dan Olle Tornquist. Ed., Politisasi Demokrasi Politik Lokal Baru (Jakarta:

Demos, 2005), h. 73.

Page 106: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

94

Terbentang sejak pra kolonialisme sampai era demokrasi liberal, kiai dan

blater terbilang masih menjadi aktor yang mendominasi unsur kekuatan sosial

politik masyarakat Bangkalan. Terkecuali di era orde baru, dimana kekuatan dan

dominasinya sedikit mengecil lantaran represifitas Soeharto. Memang harus

diakui, bahwa ketidakhadiran kekuatan dominan baik dalam bentuk orang kuat

lokal, elit lokal, maupun oligark skala lokal saat Soeharto masih berkuasa dengan

kondisi sekarang tentu berbeda. Jika di masa-masa sebelumnya, semasa rezim

Soeharto berkuasa, kekuatan-kekuatan informal relatif bisa diredam dengan segala

bentuk pengekangan lewat klaim legalitas konstitusional mengatasnamakan

pancasila, beda halnya Indonesia pasca Soeharto, dimana negara lebih membuka

ruang bagi munculnya kekuatan civil yang lebih masif. Termasuk mulai

terlibatnya orang kuat lokal dan aktor-aktor lainnya dalam politik praktis.

Menjamurnya oligark dan orang kuat lokal dalam politik praktis era

reformasi, tidak terhindar dari adanya implementasi desentralisasi serta

keterbukaan civil yang minus proses transisi ideal yang mengabaikan logika

penataan serta penguatan lembaga hukum untuk menciptakan asas-asas keadilan

dan kesejahteraan pada masyarakat. Asumsi yang terburu-buru lewat proses

strukturasi dengan seolah-olah menganggap bahwa bila desentralisasi dan

demokrasi di tingkat lokal diterapkan maka kemakmuran masyarakat dengan

sendirinya akan terwujudkan,12

tidak sepenuhnya benar. Padahal pasca reformasi

meletus, praktik penegakan hukum di Indonesia masih kacau balau.13

Distorsi

lembaga hukum di Indonesia pasca reformasi tentu telah menjadikan kesempatan

12 Tim Lipi, Membangun Format Baru Otonomi Daerah (Jakarta: LIPI Press, 2006), h. 11-12.

13

Jeffrey A. Winters, Oligarki (Jakarta: Gramedia Pustakan Utama, 2011), h. 267.

Page 107: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

95

ini hanya menjadi arena adu kepentingan semata oleh para oligark, orang kuat

lokal, dan para elit politisi, baik lokal maupun nasional sebagai ajang pengerukan

dan penghisapan sumber-sumber ekonomi penting yang jarang bahkan tidak

mungkin mereka lakukan saat Soeharto masih bertahan. Dan perlu diketahui,

bahwa reorganisasi administratif pada masa transisi ini hanya memerlukan waktu

selama 18 bulan.14

Padahal, ada seribu peraturan yang kurang lebih mesti

direstrukturisasi (Amzulian Rifai, 2002:23).15

Bahkan karena alasan tanggung

jawab yang terlampau besar ini, Ryaas Rashid, selaku pengemban tanggung jawab

tersebut, akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai

menteri negara.16

Pasca Soeharto tumbang, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh banyak

kelompok kepentingan itu untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang

ditinggalkan oleh rezim. Seluruh elemen sosial turut larut dalam perlombaan.

Mereka berupaya sekuat tenaga untuk menjadi raja-raja baru penerus estafet

kekuasaan orba. Praktik suap, jual beli suara, dan unsur kekerasan, menjadi isu

penting yang mewarnai momen-momen politik era reformasi. Secara garis besar,

kelompok kepentingan yang memperebutkan kekuasaan di segala tingkatan dan

ranah, terbelah menjadi dua. Kelompok pertama diwakili oleh mantan gerbong

pengikut orba, dan kelompok lainnya diwakili oleh kelompok pembaharu yang

tidak terkait dengan orba. Namun motif logika kekuasaannya tetap sama: mereka

14 Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, “Pendahuluan,” dalam Henk Schulte

Nordholt dan Gerry van Klinken, ed., Politik Lokal di Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia dan KITLV, 2014), h.17.

15

Menurut Amzulian Rifai seperti dikutip Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, ed.,

Politik Lokal di Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV, 2014), h. 17.

16

Ibid, h. 17.

Page 108: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

96

hanya berlomba-lomba untuk menguasai aset-aset ekonomi yang ditinggalkan

Soeharto. Berakhirnya kapitalisme semu ala Soeharto (meminjam istilah

Yoshihara Kunio)17

, telah merubah peta persaingan ekonomi-politik para elit

menjadi semakin sengit. Era reformasi telah menjamin setiap warga negara untuk

turut berkompetisi secara aktif baik dalam ekonomi maupun politik.

Dinamika politik lokal di Bangkalan era reformasi juga tidak jauh berbeda

dengan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia. Bangkalan menjadi salah satu

contoh tempat kebermunculan kelompok-kelompok kepentingan yang dulu

dikekang oleh orba. Reformasi, jika divisualisasikan, adalah pondasi awal

konsolidasi kekuatan-kekuatan lama. Fuad Amin yang direpresentasikan sebagai

bagian yang tak terpisah dari golongan kiai, dianggap sebagai mesin awal bagi

perubahan menuju Bangkalan ke arah yang lebih baik. Fuad adalah tumpuan

masyarakat kebanyakan yang mendamba adanya perbaikan di segala sektor.

Apalagi posisinya yang dianggap kiai, telah menambah rasa percaya diri

masyarakat, bahwa mereka sudah berada di trek yang benar dengan pemimpin

yang ideal. Tapi apa nyana, impian serta harapan tersebut pupus tidak lama

setelah Fuad Amin sah menjadi pemimpin. Berbagai tindakan inkonstitusional,

korupsi, serta tindakan kriminal menghiasi seluk beluk kepemimpinan Fuad.

Anggapan bahwa Fuadlah sang pemimpin ideal ternyata bertolakbelakang 100

persen dengan realita yang belakangan baru saja terjadi. Fuad Amin justru

menjadi pesakitan di tangan KPK.

17 wacanakiri-blogspot, “Memahami Erzat Kapitalisme bersama Yoshihara Kunio,” artikel

diakses pada tanggal 12 Maret 2016 dari http://wacanakiri.blogspot.co.id/2011/07/memahami-

erzat-kapitalisme-bersama.html

Page 109: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

97

Hal lainnya, yang harus digarisbawahi, bahwa kemunculan orang kuat lokal

yang terkejewantahkan pada diri Fuad Amin yang dimulai semenjak liberalisasi

ekonomi-politik diterapkan, termasuk di Bangkalan, sekaligus juga mengandaskan

logika Migdal yang berpandangan bahwa keberadaannya hanya menjadi faktor

penghalang bagi kapitalisme serta pembangunan di daerah - lewat gangguan yang

kerapkali ditujukan terhadap para implementors (wakil pusat di daerah) untuk

menguasai dan menghalang-halangi berbagai kebijakan yang akan dialokasikan

untuk beragam kepentingan masyarakat di tingkat lokal.18

Alih-alih menghalangi

jalannya kapitalisme pasar serta mengganggu berbagai proyek pembangunan di

Bangkalan, Fuad Amin justru meraup banyak keuntungan dari sistem globalisme

pasar seperti ini. Sistem kapitalisme terbuka malah merupakan sumber basis bagi

ladang kekayaan yang Fuad pupuk dan didistribusikan untuk kepentingan

pribadinya semata. Iklim investasi dimonopoli, yang seakan-akan menjadi mainan

pribadinya yang Fuad kelola berdasarkan aturan serta kehendak yang Fuad

inginkan. Praktik ini hampir mirip dengan kondisi orba di masa lalu.

Sebetulnya impak kemunculan orang kuat lokal yang mengarah pada

penghambatan ataukah merupakan bagian elemen pendukung sistem kapitalisme

pasar mendapat respon balik dan kembali diperdebatkan oleh John T. Sidel. Sidel

lebih percaya, bahwa keberadaan orang kuat lokal malah membantu sekaligus

memanfaatkan jalannya kapitalisme tersebut. Terakhir, Sidel menyebut orang kuat

lokal sebagai bos lokal. Kondisi ini salah satunya Sidel gambarkan dalam

fenomena transformasi bos lokal di Provinsi Cavite dan Cebu di Filipina, yang

18 John T. Sidel, “Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia,” dalam John

Harris, Kristian Stokke, dan Olle Tornquist. Ed., Politisasi Demokrasi Politik Lokal Baru (Jakarta:

Demos, 2005), h.73-74

Page 110: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

98

tumbuh menjadi kawasan metropolis berkat keterlibatan bos lokal. Di mana para

bos lokal menjadi fasilitator yang mengundang sekaligus meyakinkan para

pemodal untuk berinvestasi di kawasan tersebut, dengan menikmati manfaat dari

keterlibatannya itu.19

Persoalan menghambat atau tidak menghambat jalannya pembangunan

lewat perlakuan orang kuat lokal terbilang masih relatif apabila merujuk ke

beberapa kasus. Bolehlah dikatakan bahwa keberadaan orang kuat lokal di daerah

bermanfaat dalam menjaga stabilitas politik di aras bawah. Gejolak dari berbagai

kelompok kepentingan yang terfragmentasi relatif bisa dilembagakan melalui

eksistensi orang kuat lokal selaku penguasa utama pada teritorial di dalamnya,

sehingga logika pembangunan yang mengutamakan stabilitas politik, dapat

direalisasikan. Atau para orang kuat lokal kerap menjadi bagian marketing dari

beragam modal investasi yang ditujukan pada para investor. Tapi persoalannya,

keberadaan mereka tetap saja mereduksi benefit ekonomi negara dari berbagai

praktik suap, ilegalitas hukum, koersifitas yang mereka lakukan, dan rongrongan

pengkorupsian aset belanja negara di sektor kapital pembangunan.

Pada kasus Fuad Amin, penjelasan soal ini rincinya lebih disebabkan karena

posisi Fuad Amin sendiri merupakan bagian yang tak terpisah dari keadaan dan

status dirinya sebagai implementors atau wakil pusat yang bercokol di daerah.

Pada konteks ini adalah dalam kapasitasnya selaku bupati, sehingga

rasionalisasinya adalah bahwa tidak mungkin Fuad Amin secara pribadi

mengganggu jalannya pemerintahan yang sedang Fuad lakukan, atau bahkan,

19 Ibid, h. 79-80.

Page 111: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

99

tidak mungkin bagi dirinya membiarkan adanya kelompok penentang lain dari

para seterunya (orang kuat lokal di luar dirinya) yang mencoba mengusik

pemerintahan yang sedang berjalan.

Harus diketahui, bahwa Fuad Amin merupakan satu-satunya raja lokal

dengan kekuatan besar yang nyaris tidak satupun aktor lokal yang berani untuk

melakukan konfrontasi terhadap kekuasaannya. Modal sosial selaku orang kuat

lokal yang terlebih dulu Fuad pegang, yang kemudian Fuad manfaatkan sebesar-

besarnya untuk masuk ke arena politik formal, telah membangun aspek kekuatan

politiknya semakin berlipat-lipat.

Dengan demikian, dengan kepemilikan lewat dua kekuatan ganda, baik

formal maupun informal, kontan telah memberikan peluang dan kesempatan bagi

dirinya untuk memperluas dominasinya di masyarakat, di samping upaya yang

sama yang juga Fuad lakukan untuk memperkecil kesempatan politik kepada

pihak lain di luar dirinya. Setelah akumulasi dari modal kekuatan politik Fuad

Amin semakin mantap, meluap di segala sektor, baik yang berasal dari elemen-

elemen kultural di satu sisi, maupun elemen struktural formal di sisi lain, tentu

bukanlah hal yang sulit bagi Fuad untuk membangun otoritas serta dominasinya

ke dalam segala bentuk formula yang menyangkut bagi-bagi posisi struktural

politik lokal di Bangkalan. Politik seakan-akan menjadi arena monopolistik

kekuasaan yang bisa dibentuk sesuka hatinya.

Fuad Amin dikelilingi oleh orang-orang loyal, sekaligus ditakuti oleh para

kelompok penentang. Tak jarang unsur-unsur kekerasan, intimidasi, praktik suap,

dan sabotase politik mewarnai jalannya pemerintahan selama kepemimpinannya.

Page 112: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

100

Ketakutan kolektif telah menjadi gejala umum masyarakat Bangkalan. Kondisi

tersebut telah mempermudah Fuad Amin dalam membangun serta membentuk

dinastinya tanpa hambatan yang komplesk. Keajegan dinasti politik Fuad Amin

yang hingga saat ini masih terlihat jelas di arena politik lokal Bangkalan, tidak

bisa dilepaskan begitu saja dari manajerial bangunan praktik-praktik kriminal

yang Fuad lakukan. Permasalahan inti ini bukan hanya tiadanya kelompok oposisi

yang setara yang mampu mengimbangi segala bentuk kapasitasnya menguasai

kelompok-kelompok civil yang ada, melainkan juga disebabkan tiadanya lembaga

hukum independen yang berani mengusik sikap-sikap inkonstitusional yang kerap

dilakukan oleh Fuad. Semenjak pertama kali Fuad Amin menjabat sebagai bupati,

para kroni dan keluarga yang berjasa kepada proses pemenangannya, perlahan-

lahan Fuad masukan ke dalam struktur pemerintahan. Sebagian yang lainnya Fuad

bantu dalam penguasaaan ormas-ormas di Bangkalan. Gambaran dinasti politik

Fuad dapat dilihat seperti dalam bagan IV.1 dan bagan IV.2.

Bagan IV.1. Bangunan Dinasti Politik Fuad Amin Periode 2003-2008

Sumber Gambar: Diolah dari hasil wawancara

Fuad Amin (Bupati)

Syafii Rofii (Ketua DPRD, Sepupu Fuad)

Imam Bukhori Kholil (DPR RI, Keponakan Fuad)

Page 113: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

101

Bagan IV.2. Bangunan Dinasti Politik Fuad Amin Periode 2008-2013

Sumber Gambar: Diolah dari hasil wawancara

Wacana serta diskursus local strongmen Migdal memang dibungkus dalam

kerangka kausalitas antara reduksifitas peran negara dengan dampak keberadaan

kelompok-kelompok informal. Memang tak jarang dari para pemimpin negara

atau implementors yang ditemukan di negara-negara dunia ketiga pada akhirnya

lebih memilih bekerjasama dengan menempatkan orang kuat lokal sebagai klien

mereka di tingkat daerah ketimbang melakukan perlawanan terhadapnya,20

masalahnya tetap saja bahwa orang kuat lokal, memiliki daya tawar yang tinggi

untuk menukar kepentingan pusat di daerahnya dengan berbagai macam

pertukaran, misalnya saja lewat penempatan orang-orang mereka di institusi resmi

pemerintahan, atau lewat monopoli proyek yang akan digulirkan oleh negara.

Dengan demikian, logika dan premis yang diajukan oleh Migdal bahwa orang

20 Daniel Lambach, “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.” Paper for

presentation at the conference “Political Concepts Beyond the Nation State: Cosmopolitanism,

territoriality, democracy”, Danish Political Theory Network Conference, University of

Copenhagen, Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

Fuad Amin (Bupati)

Syafii Rofii (Wakil Bupati, Sepupu Fuad)

Ali Wahdin (Ketua DPRD, Kroni Fuad)

Page 114: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

102

kuat lokal merupakan pembatas kapasitas negara yang menyebabkannya menjadi

lemah, tidak sepenuhnya salah atau menjadi benar adanya jika dirujuk pada

beberapa kasus tertentu. Tetapi jika hal ini kembali dihadapkan pada kasus Fuad

Amin di Bangkalan, dengan menjadikan negara sebagai subyek yang seolah-olah

dikorbankan atas implikasi kemunculan orang kuat lokal, patut kembali

dipertanyakan: Benarkah negara melemah akibat kemunculan orang kuat lokal?

Apakah strukturisasi yang diinisiasi oleh negara tidak memiliki kontribusi sama

sekali dalam mengangkat eksistensi Fuad Amin ke permukaan politik lokal di

Bangkalan? Bukankah orang kuat lokal menangkap era keterbukaan sebagai

peluang bagi penggapaian dominasi dan kekuasaan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, temuan penulis di

lapangan justru mengarah linear dengan ide-ide John T. Sidel mengenai

reproduksi orang kuat lokal di alam demokrasi. Artinya keberadaan Fuad Amin

sebagai orang kuat lokal di Bangkalan faktanya tidak dapat dilepaskan dari

hadirnya kelonggaran kekuasaan sehingga menyemai pembibitan dan reproduksi

kekuatan-kekuatan informal lama ke alam yang lebih baru. Orang kuat lokal

bukan hanya muncul dari dalam masyarakat, tetapi juga dari dalam negara secara

bersamaan. Demokrasi memberi peluang bagi siapapun untuk dipilih dan

memilih, sehinggga peran negara dalam mengkonstruk serta

menumbuhkembangkan kelompok-kelompok lain di luar dirinya, termasuk Fuad

Amin tidak bisa dielakkan.

Histrorisitas munculnya Fuad Amin sebagai orang kuat lokal di Bangkalan

faktanya lagi-lagi bersumber dari diskursus politik yang berasal dari beberapa

Page 115: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

103

produk restrukturisasi yang terjadi di Indonesia pasca 1998. Khususnya peraturan

perundang-undangan yang menitikberatkan polisentrisme ke jenjang

pemerintahan lokal. Fakta ini bukan maksud mengarahkan bahwa demokrasi

seakan-akan hanya menjadi biang dari kemunculan rezim predator baru pasca

Soeharto. Hanya saja masalahnya, transisi demokrasi yang terjadi di Indonesia

tidak berjalan seiringan dengan penguatan lembaga hukum independen. Lembaga

hukum dan peradilan di Indonesia era reformasi tetap memburuk akibat intervensi

yang terlanjur mendalam yang kerap dimanfaatkan Soeharto di masa lalu, bahkan

temuan Daniel S. Lev dan Pompe, kekacauan lembaga hukum ini lebih jauh lagi

sudah terjadi di masa sebelum orba, yakni ketika Indonesia menerapkan sistem

demokrasi terpimpin era Soekarno.21

Fenomena Fuad Amin di Bangkalan, juga sekaligus memperlengkap

argumen Sidel yang yakin bahwa kapitalisme pasar yang terjadi pada masa-masa

orba telah sedikit membantu pembibitan orang kuat lokal untuk menjadi bos lokal

yang dulu ditempatkan oleh Soeharto di berbagai daerah lewat berbagai

keuntungan dari diskresi aturan dan proyek yang mereka dapatkan.22

Mereka ada

dalam berbagai bentuk, bisa purnawiran militer, bupati, sekda, dan anggota

DPRD. Banyak di antaranya yang memiliki perkebunan, konsesi kehutanan,

pabrik semen, bank swasta, perusahaan konstruksi, hotel, dan lain sebagainya

(Ichlasul Amal 1992:179).23

Sehingga sewaktu Soeharto tumbang, mereka

21 Winters, Oligarki, h. 227-229.

22

John T. Sidel, “Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia,” dalam John

Harris, Kristian Stokke, dan Olle Tornquist. Ed., Politisasi Demokrasi Politik Lokal Baru (Jakarta:

Demos, 2005), h. 89-90.

23

Menurut Ichlasul Amal seperti dikutip oleh Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah: Sisi

Gelap Desentralisasi di Indonesia Berbanding Era Sentralisasi (Widya Padjadjaran, 2011), h. 60.

Page 116: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

104

memiliki modal sosial-politik awal sebagai orang berpengaruh untuk dapat

menjadi penguasa lokal. Untuk kasus tersebut, bisa dilihat dari beberapa

pengalaman dinasti politik seperti dinasti Atut di Banten.

Namun, kemunculan Fuad Amin sebagai bos lokal tidak berasal dari modal

eksistensinya sebagai kaki tangan orba melalui berbagai keuntungan dari

kapitalisme pasar waktu itu, malah di masa orba, ayah Fuad Amin, Amin Imron,

merupakan elit lokal yang memilih untuk berlawanan dengan pihak penguasa

ketimbang melakukan kerja sama, sehingga kemunculan Fuad Amin sebagai

kekuatan politik di era demokrasi sekarang ini tentu bukan dikarenakan posisinya

yang lebih dulu diuntungkan lewat hubungan dekatnya dengan lingkaran Soeharto

dari beragam privelse ekonomi dan politik, sampai memudahkannya untuk turut

menguasai jalannya politik pasca Soeharto tumbang. Melainkan lebih disebabkan

karena basis sosial kekiaian dan keblateran yang masih menjadi elemen penting

nan berharga di sekitar masyarakat Bangkalan. Meskipun, walau tak terhitung

besar, Fuad Amin juga sedikit mencicipi manfaat stabilitas ekonomi di masa orba

dengan menjadi pengusaha lokal yang bergerak di bidang pelayanan haji dan

sebagai penyalur tenaga TKI.

Masalahnya, sekalipun Fuad Amin tidak berasal dari kekuatan lama yang

dipelihara oleh Soeharto yang meraup banyak keuntungan dari kebijakan pasar

yang sudah mulai terasa di zamannya, terutama setelah fenomena boom oil yang

terjadi sekitar tahun 70-an, yang tak sedikit dari para kaki tangan orba, khususnya

mereka-mereka yang berasal dari kalangan militer, pengusaha, politisi Golkar, dan

Page 117: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

105

beragam afiliasi Soeharto di berbagai gerakan ormas24

di daerah yang akhirnya

berevolusi menjadi bos lokal dengan modal besar untuk menguasai politik lokal

pasca lengsernya Soeharto, tapi tetap saja, kekuatan besar Fuad Amin muncul

berkat restrukturisasi negara lewat implementasi pemilihan umum ke daerah-

daerah. Setidaknya hal ini menggambarkan bahwa kemunculan orang kuat lokal

bukanlah sesuatu yang terpisah dari campur tangan negara dan

mensimplifikasikan ketidakterkaitan negara sebagai pemegang otoritas resmi yang

sah. Adanya alokasi berbagai kebijakan, khususnya yang berpretensi pada

persoalan ekonomi politik ke daerah-daerah bukan malah mengkooptasi peran bos

lokal di masyarakat, melainkan berkontribusi dalam membangun kekuatan tiran

menjadi semakin besar, sehingga kontrol sosial masyarakat atas negara menjadi

semakin sempit. Kapitalisme pasar yang lebih terbuka dengan banyaknya program

dan proyek pembangunan, dimanfatkan sebesar-besarnya untuk menambah pundi-

pundi modal untuk berbagai kepentingan yang menyangkut eksploitasi sumber-

sumber ekonomi strategis dan pemeliharaan berbagai basis massa sosial

pendukung kekuasaan.

Yang terpenting, selain dari dua sumber kekuatan modal politik Fuad Amin

yang telah dipaparkan, adalah basis kekayaan Fuad Amin yang memang telah

terlebih dulu terjamin sebelum keterlibatan dirinya di ranah politik praktis.

Sebagaimana dikatakan Winters, bahwa ketidaksetaraan material berpengaruh

penting kepada ketidaksetaraan politik. Premis ini sekiranya ingin

menggambarkan bahwa upaya gerakan penyadaran akan pentingnya partisipasi

24

Lihat Vedi R. Hadiz, Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Pasca-Soeharto, (Jakarta:

LP3ES, 2005).

Page 118: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

106

politik bagi setiap warga negara saja tidak cukup untuk menghilangkan realisme

ketidakadilan politik di masyarakat.25

Orang-orang kaya dengan harta melimpah

cenderung memiliki kesempatan lebih besar menguasai politik kekuasan

dibandingkan orang-orang miskin yang tidak memiliki harta sama sekali,

meskipun kedua kelompok ini sama-sama berpartisipasi.

Sehingga dengan memakai logika oligarki seperti ini, wajar bila Fuad Amin

berhasil menduduki posisi strategis politik di aras lokal. Bahkan jika beranjak

lebih jauh ke teori sumber daya kekuasaan, yang mendiversifikasi modal kekuatan

politik ke dalam lima bentuk penting: hak politik formal, jabatan resmi, kekuatan

pemaksaan, kekuataan mobilisasi, dan material kekayaan,26

seluruh kelima

sumber daya kekuasaan tersebut dimiliki oleh Fuad Amin sepenuhnya. Maka

memasukan Fuad Amin ke dalam bagian oligark-oligark kecil yang ada di

Indonesia pasca reformasi bukan merupakan sesuatu yang melenceng jika ditinjau

dari beragam sudut teoritis. Oligark menurut Winters, secara definisi diartikan

sebagai:

“pelaku yang menguasai dan mengendalikan konsentrasi besar sumber daya

material yang biasa digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan

kekayaan pribadi dan posisi sosial ekslusifnya.”27

Pokok praktik oligarki adalah adanya upaya dari individu tertentu untuk

mempertahankan atau menambah basis kekayaan materialnya. Mengacu pada

pemahaman ini, indikasi yang mengkategorikan Fuad Amin sebagai oligark lokal

25 Winters, Oligarki, h. xv-xvii dalam sebuah kata pengantar.

26

Kelima sumber daya kekuasaan ini merupakan garis pembeda yang menegasikan konsep elit

di satu sisi, dan oligark di sisi lain. Sumber daya kekuasaan elit terdiri dari: hak politik formal,

jabatan resmi, kekuatan pemaksa, dan kekuatan mobilisasi. Sedang sumber daya kekuasaan para

oligark yakni basis material kekayaan yang terkonsentrasi. Lihat Jeffrey A. Winters, Oligarki

(Jakarta: Gramedia Pustakan Utama, 2011), h. 18-19.

27

Winters, Oligarki, h. 8.

Page 119: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

107

terbilang lebih dari cukup. Apalagi semasa kepemimpinannya, Fuad Amin selalu

berusaha menumpuk harta kekayaannya lewat beragam praktik korupsi,

pemerasan, dan kontrol terhadap badan usaha daerah. Fakta ini searah dengan

pemikiran Winters yang secara eksplisit mengatakan:

“Namun, jika pejabat itu korup dan mengumpulkan kekayaan pribadi (dengan

cara apa pun), maka kiranya dia menjadi elit pemerintahan sekaligus oligark

yang mampu melibatkan diri dalam politik pertahanan kekayaan”28

B. Fuad Amin dan Lanskap Orang Kuat Lokal di Bangkalan

Kekuasaan yang dipegang oleh mantan bupati Bangkalan, Fuad Amin,

selama dua periode berturut-turut amat begitu besar dan tak terbendung. Apalagi

karir politiknya tidak hanya berhenti sebagai bupati saja, melainkan terus

berlanjut hingga sukses menjabat sebagai ketua dewan DPRD Bangkalan dari

fraksi partai Gerindra. Maka tak aneh jika kemudian masyarakat Bangkalan

menjuluki Fuad Amin dengan gelar kanjeng. Gelar ini secara tidak langsung

menyiratkan bahwa Fuad Amin bukanlah orang sembarangan.

Antara Fuad Amin, kekiaian, dan keblateran di Bangkalan, merupakan tiga

rupa yang tak terpisahkan. Lahir dari seorang ayah keturunan kiai besar, Fuad

Amin dididik dalam lingkungan keluarga yang religius. Norma-norma agama

menjadi sesuatu yang sublim dalam praktik hidup Fuad semasa kecil. Bahkan

dalam masa-masa tertentu, sebagaimana keluarga kiai khususnya, dan kultur

masyarakat Bangkalan pada umumnya, pesantren menjadi pelabuhan terakhir bagi

pendidikan Fuad kelak. Sekalipun masa belajarnya di dunia pesantren itu tidak

28 Ibid, h. 14.

Page 120: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

108

berlangsung lama.29

Menurut penuturan IMM, salah satu keponakannya, Fuad

Amin sempat belajar di Pondok Pesantren Sidogiri selama kurun waktu 3 bulan.30

Secara genealogi, Fuad Amin memang tidak mewarisi darah keturunan

seorang blater. Bapaknya, Ki Amin, selain sebagai seorang Kiai, Ki Amin pun

aktif sebagai politisi. Kiai Amin merupakan elit PPP yang paling lantang di

Bangkalan.31

Begitu juga dengan keluarga besar Fuad lainnya. Mereka adalah

orang-orang yang mewarisi darah keturunan seorang wali, khususnya yang berasal

dari Kiai Khos almarhum Syaikhona Kholil. Kedekatan Fuad Amin dengan dunia

blater, tentu menjadi sebuah pertanyaan besar: bukankah dunia blater adalah

bagian yang sama sekali bertolakbelakang dengan alam kekiaian.

Berawal dari pertanyaan tersebut, penulis akan berusaha untuk menjelaskan

ketiga aspek penting di Bangkalan tersebut pada sub-bab ini. Pertama soal Fuad

Amin, kedua Kiai, dan terakhir, Blater. Aspek ini merupakan kata kunci bagi

fenomena politik lokal di Bangkalan yang nantinya akan membawa kita pada

pemahaman bersama bahwa konsep Migdal dan Sidel mengenai orang kuat lokal

dan bos lokal benar-benar menjadi realita empirik sosial politik yang khas, dan

terjadi di negara dunia ketiga, termasuk di Indonesia.

Secara sosiologis, seperti yang telah penulis jelaskan di muka, di Bangkalan

terdapat dua kelompok yang dominan. Pertama kalangan kiai dan yang kedua

kalangan blater. Demikian juga halnya dalam dunia politik. Kedua kelompok ini

menjadi kelompok penentu dan elit penting dalam mengarahkan arus politik yang

29

Wawancara Pribadi dengan AAR, Bangkalan, 22 September 2015.

30

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM, Bangkalan, 23 September 2015.

31

Wawancara Pribadi dengan FHR, Bangkalan, 18 September 2015.

Page 121: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

109

terjadi di Bangkalan.32

Sejarah masuknya blater ke lingkaran kuasa politik lokal di

Bangkalan dapat dilihat dari dua periodisasi waktu yang berbeda. Pertama adalah

periode raja-raja jaman dulu saat masih berkuasa. Dan periode kedua yaitu saat

terbentuknya institusi “Barisan” di bawah kendali bangsa kolonial. Paparan detail

mengenai sejarah blater telah penulis terangkan di bab-bab sebelumnya.

Dalam dinamika sosial di Bangkalan, keberadaan kalangan kiai dan blater

nyatanya telah membentuk semacam kohesi sosial di antara keduanya. Maka tidak

sedikit bila di kemudian hari, dari anak-anak keturunan kiai, yang juga menjalin

hubungan yang erat dengan kalangan blater, khususnya mereka-mereka yang tidak

mendapatkan pendidikan langsung di dunia pesantren.33

Keadaan serupa juga terjadi dan sangat relevan dengan kondisi Fuad Amin.

Fuad adalah salah satu keluarga kiai yang dekat dengan kalangan blater. Hal ini

sesuai juga dengan kondisi masa pendidikannya di pesantren yang terhitung

sangat begitu singkat. Fuad Amin tidak pernah menyelesaikan pendidikannya di

pesantren sampai jenjang yang utuh. Maka tak aneh bila hubungannya dengan

kalangan blater terbilang bukan hanya sekadar dekat, tapi juga menginternalisasi

perilaku serta bahkan menjiwai sikap-sikap blater tersebut.34

“.............Nah, seorang Blater sehebat apapun itu pasti dekat dengan kiai dan

tunduk sama kiai. Itu sejarah dari awalnya ya selalu begitu. Tidak ada

seorang blater itu berani sama kiai. Nah, karena kedekatan-kedekatan seperti

ini, anak-anak kiai ini ada juga yang pergaulannya dengan blater. Khususnya

yang tidak mondok di pesantren. Sehingga kedekatan-kedekatan dengan

blater ini, itu tentu menjadi sebuah sikap keseharian, dari, walaupun itu

keluarga pesantren tapi karena kedekatannya dengan blater, jiwanya itu

paham gitu. Bahkan tidak hanya jiwanya yang paham, sikapnya juga lebih

dari sikap blater yang dominan. Nah, Fuad Amin ini masuk yang kelompok

32 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM, Bangkalan, 23 September 2015.

33

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

34

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 122: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

110

itu. Salah satunya dari keluarga pesantren yang dekat dengan blater.

Sebenarnya kalau urusan blater di Bangkalan ini kita tidak perlu dekat atau

punya jiwa blater juga. Karena walaupun bagaimana, kalau sama keluarga

kiai, blater itu tidak akan berani. Tidak akan berani. Seperti misalnya,

perseteruan saya dengan fuad amin, si fuad amin inikan dekat sekali dengan

blater di Bangkalan. Tapi untuk hal-hal politik, ketika berseberangan dengan

saya, blater ini pun juga mundur enggak berani berhadapan dengan saya.

Misalnya, untuk melakukan kekerasan, kalau blater itukan ya itu memang

dunianya hitam. Jadi kalau jika berhadapan dengan saya, mereka mundur,

ndak berani. Karena saya masih keluarga dalam juga. Demikian juga blater-

blater yang dukung saya, ketika awalnya pun saya suruh perintahkan

gimanapun, enggak akan berani untuk melawan si Fuad. Ya itu sudah,

trahnya blater begitu. Nah, Fuad masuk dalam kelompok yang dekat sekali

dengan blater”.35

Persepsi soal dunia keblateran di Bangkalan memang terbelah menjadi dua.

Pada konteks ini, blater mempunyai dua makna stereotip sekaligus, yakni makna

positif di satu sisi, dan makna negatif di sisi lain. Di satu pihak ada yang

beranggapan bahwa blater adalah para jago yang selalu ada di belakang rakyat.

Tapi di pihak lain ada juga yang berangapan bahwa blater merupakan dunia yang

hitam kelam nan profan. Pembelahan ini merupakan buntut dari sejarah eksistensi

mereka di masa lalu. Dari berbagai literatur yeng membahas soal blater, memang

alam keblateran tidak bisa dilepaskan dari dua sudut pandang ini.

Dalam sejarah pra-kemerdekaan misalnya, diceritakan, bahwa kaum blater

adalah kalangan para jago yang turut terlibat dalam berbagai usaha-usaha

kemerdekaan. Mereka seringkali terlibat perlawanan dengan para raja lalim dan

bangsa kolonial. Tapi di sisi lain, keberadaan para blater juga tidak terpisahkan

dari berbagai praktek kriminal yang terjadi di masa itu. Dengan kondisi sosial-

ekonomi-politik yang tidak menentu, dan dengan keadaan serba kekurangan dan

kemelaratan yang banyak menimpa masyarakat, orang kuat lokal lebih memilih

35 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 123: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

111

jalan pintas sebagai para kriminil lokal untuk dapat tetap hidup, atau dengan

bersekongkol menjadi kaki tangan para raja dan bangsa kolonial untuk melayani

berbagai kepentingan mereka dengan mendapatkan imbalan tertentu.

Pada masa rezim Soeharto masih berkuasa, para blater dan kiai tidak

memiliki hak politik yang luas lagi leluasa. Keberadaan mereka sebagai tokoh

sentral yang hidup berdampingan dengan rakyat - yang dapat dilihat dari

pengalaman sepak terjangnya dalam sejarah silam - telah dulu dikebiri dari pentas

politik lokal akibat cengkeraman rezim yang nyatanya sudah semakin mengakar

sampai ke tingkat bawah. Pada masa-masa orba, blater dan kiai hanya sebatas

tinggal di pinggiran, mereka hidup di desa-desa, dengan tidak ikut andil bagian

dalam berbagai proses dan urusan politik apapun yang terjadi di Bangkalan.36

Sekalipun perlawanan-perlawanan terhadap kebijakan orba yang dianggap

merugikan pernah terjadi atas inisiasi para kiai, tetapi hal itu tidak lantas

kemudian menjadi sinyalemen keberadaan partisipasi politik yang lebih massif di

masa orba, sebab perlawanan tersebut masih bersifat temporal dan tidak

memberikan dampak reduktif atas dominasi struktural politik orba di masyarakat.

Perlawanan-perlawanan itu dapat dilihat dari protes-protes yang kerap dilancarkan

oleh para kiai yang tergabung dalam BASRA (Badan Silaturahmi Ulama Madura).

Saat itu mereka menolak wacana pembangunan dan industrialisasi yang

diprakarsai orba di kawasan Madura.37

36 Wawancara Pribadi dengan AHS, Bangkalan, 20 September 2015.

37

Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki

Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” (Disertasi Program Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h. 99-100.

Page 124: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

112

Mengenai konstruk dan tipologi blater sewaktu Soeharto masih berkuasa

adalah terbangunnya ketundukan dan kepatuhan yang mereka tunjukan kepada

rezim. Ketika Soeharto masih berkuasa, Bangkalan berada di bawah

kepemimpinan Mohammad Fatah. Fatah sendiri berasal dari unsur TNI dari matra

angkatan laut.38

Fatah merupakan kaki tangan orba di Bangkalan. Konstruksi

blater di Bangkalan kala itu yakni akan merasa ciut serta takut apabila berhadapan

langsung dengan unsur pemerintahan, termasuk kepada pemerintahan Fatah yang

merupakan kepanjangan tangan bagi pusat di Bangkalan. Bahkan sampai ada

istilah populer yang terkenal di kalangan blater setempat waktu itu: deki keteme

beki ke negere (nanti dikasih ke negara).39

“............Seblater-blaternya orang Madura, kalau berhadapan dengan orang

yang berbaju dinas atau negara, dia takut. Itu blater Madura. Jadi kalau pak

Fatah waktu itu, ya iya, wong orde baru. Blater itu pasti tunduk. Tapi model

bagaimana pak Fatah mengkoordinir dan mengendalikan blater, saya gak

tahu. Bagaimananya saya gak tahu. Tapi tipologi blater Madura kalau sudah

berhadapan dengan negara dia takut. Ini anunya mas, apa namanya, apa

namanya, kalau dibikin guyonan orang blater: (deki keteme beki ke negere),

nanti dikasih ke negara, kalau begini mas, blater. Jadi dia takut”.40

Masuknya blater dan kiai ke dalam urusan politik praktis di Bangkalan, paling

tidak dimulai semenjak era Fuad Amin menjabat sebagai Bupati. Masa-masa

kepemimpinan Fuad Amin ini merupakan awal eskalasi besar-besaran yang

menandai masuknya kedua elemen masyarakat itu ke ranah politik lokal di

Bangkalan.41

Masuknya dua elemen masyarakat ini, ke pusaran politik lokal di

Bangkalan, tidak terhindar karena sosok Fuad Amin yang merepresentasikan diri

sebagai kiai dan blater sekaligus. Gambaran Fuad sebagai kiai tidak terlepas dari

38 Wawancara Pribadi dengan MH, Bangkalan, 18 September 2015.

39

Wawancara Pribadi dengan AHS.

40

Wawancara Pribadi dengan AHS.

41

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 125: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

113

garis keturunannya dan basis darah yang diwarisinya. Sedang gambaran Fuad

sebagai sosok blater juga tidak terhindar dari pergaulannya yang erat dengan alam

serta dunia blater di Bangkalan. Hubungan ini sudah dirajutnya semenjak Fuad

masih muda.42

“Mulai dari muda. Jadi beliau itu kan sudah saya bilang pergaulannya

memang dengan para blater, mulai dari muda. Mulai dari masa kanak-kanak.

Sehingga tidak masuk di pergaulan pesantren memang beliau itu”.43

Ada banyak faktor yang menjadikan seseorang dapat dikatakan sebagai

blater, beberapa di antaranya adalah: pernah membunuh, pernah dipenjara,

menang dalam pertarungan, karena faktor kesaktian dan keilmuan, dan masih

banyak lagi faktor-faktor lainnya - yang mampu mengangkat derajat serta

martabat seseorang sampai dapat diakui sebagai bagian dari kelompok blater.

Pengakuan masyarakat terhadap keblateran seseoran pun dapat berbeda satu sama

lain. Kadang di desa A orang tersebut diakui sebagai blater, tapi di desa lain bisa

jadi tidak. Blater madura biasanya mengenakan peci dengan tinggi rata-rata di atas

10 cm.44

Meskipun praktik-praktik yang telah disebutkan tadi tidak secara terang-

terangan dilakukan oleh Fuad Amin, bukan berarti Fuad terbebas dari stigma serta

streotipnya sebagai bagian inheren dari alam blater. Karena faktanya, Fuad Amin

kerapkali merupakan aktor intelektual dari beberapa aksi kekerasan yang biasa

dilakukan oleh kalangan blater suruhannya yang sering Fuad tujukan terhadap

para aktivis lokal dan penentangnya.

42 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

43

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

44

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 126: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

114

Sebetulnya, setelah tahun 1990-an, sangat sedikit sekali blater yang

diidentikkan dengan praktik carok dan praktik-praktik kekerasan lainnya. Pasca

tahun tersebut, hanya terhitung ada dua hal yang masih melekat dalam tradisi

blater di Bangkalan, di antaranya adalah hanya sebatas Judi dan Sabung Ayam.45

Tapi dengan keberadaan dan munculnya kekuasaan dan dominasi Fuad, seolah-

olah telah menghidupkan kembali praktik-praktik usang dalam alam blater

tersebut.

Meskipun Fuad hidup dan besar di lingkungan kiai, namun hal tersebut

tidak simultan mewarisi sikap dan laku kiai yang ada di keluarganya. Bahkan,

perilaku keseharian Fuad terbilang jauh dari perilaku asketis para kiai pada

umumnya.46

Jika legitimasi yang merujuk pada sebutan „kiai‟ biasanya datang

dari masyarakat sebagai penghormatan atas sikap religius yang diteladankan.

Beda hal-nya dengan Fuad Amin. Satu-satunya alasan yang dapat menjelaskan

mengapa akhirnya Fuad disebut sebagai kiai hanyalah karena posisinya yang

diuntungkan lantaran memilki silsilah keturunan langsung dari keluarga para kiai.

Sedang, barometer yang menjadi alasan subtantif mengapa seseorang dapat

disebut sebagai kiai dengan ukuran paling minimalis saja, Fuad Amin tidak bisa

memenuhinya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh AHS, yang merupakan

salah satu mantan orang dekatnya:

“.........Salat jarang. Selama saya bersama beliau ya pernah saya lihat salat

tapi enggak aktif sebagaimana muslim taat yang lain.........”47

45 Wawancara Pribadi dengan MH.

46

Wawancara Pribadi dengan AAR.

47

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 127: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

115

Karenanya, meskipun Fuad Amin berada di lingkungan keluarga yang

mendidiknya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Fuad tidak menutup diri

untuk pula masuk terlibat ke alam pergaulan blater. Komunitas blater menjadi

dunia kesehariannya yang tak terbantahkan.48

Intensitas hubungan antara Fuad Amin dengan para blater dapat dilihat dari

pergaulannya yang acapkali mengikuti beberapa tradisi dalam alam blater.

Kendatipun hal tersebut tidak sepenuhnya Fuad ikuti, - karena untuk beberapa

tradisi yang erat hubungannya dengan dunia blater, seperti sabung ayam misalnya,

Fuad tidak turut serta, tapi segala bentuk tradisi dan kebiasaan blater lain pada

umumnya, Fuad Amin tidak pernah melarangnya.49

Bahkan, untuk tradisi-tradisi

tertentu, tidak jarang pula Fuad Amin ikut terlibat menceburkan diri bersama di

dalamnya. Hal inilah yang menjadikan Fuad Amin mudah diterima oleh kalangan

blater. Sebab kendatipun dunia blater berseberangan dengan dunia kiai yang

menjadi latar keluarga Fuad, tetapi Fuad Amin mampu beradaptasi dengan

kehidupan mereka. Sikap Fuad Amin yang supel adalah kunci keberhasilan dia

memasuki dunia ini.

Keterlibatan Fuad di dunia blater memang tidak mencolok. Di masyarakat

umum, kesan yang timbul saat seseorang disebut sebagai blater adalah mereka-

mereka yang lekat dengan dunia sabung ayam, judi, minum dan lain sebagainya.

Untuk hal-hal seperti itu memang Fuad terbilang menjaga jarak. Tetapi pergaulan

Fuad yang elastis dengan elit-elit blater adalah fakta yang tidak bisa dibantah.

Fuad pintar, dan dia tahu di mana titik-titik kelemahan para blater. Fuad tahu

48 Wawancara Pribadi dengan AHS.

49

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 128: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

116

bahwa kelemahan blater itu adalah uang. Maka bukan perkara yang sulit bagi

dirinya untuk menjadikan mereka sebagai kroni yang bisa dia kendalikan sesuka

hati, semaunya, dan untuk kepentingannya.50

Bukan cara yang sulit pula bila kemudian Fuad Amin mampu memobilisasi

dan memanfaatkan kalangan blater sebagai beking kekuatan di balik

kesuksesannya memonopoli dominasi dan hegemoni dalam segmentasi politik

lokal di Bangkalan. Selain karena keintiman hubungan tersebut, garis

keturunannya yang berasal dari keluarga kiai terpandang di Bangkalan pun turut

memberikan akses bagi dirinya untuk menjadi orang nomor satu dan terhormat

dalam strata kelas di kalangan blater yang lain. Sebab, sehebat dan sekuat apapun

kalangan blater, mereka akan tetap lekat, tunduk, dan menaruh rasa hormat serta

taat pada kalangan kiai.51

Faktor rasa hormat, khidmat, serta kepatuhan blater kepada kiai inilah yang

pada akhirnya menjawab mengapa kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh Fuad

Amin tidak terjadi pada seterunya, lawan politiknya, khususnya Imam Bukhori

Kholil. Di samping Imam Bukhori Kholil masih termasuk ke dalam salah satu

keponakannya sendiri, Imam Bukhori pun sama posisnya dengan Fuad, yang juga

turut mewarisi darah seorang kiai, sehingga penghormatan dan ketakdziman para

blater, mau tidak mau mesti mereka tunjukan juga kepada Imam Bukhori Kholil.52

Penghargaan blater kepada Fuad, juga tidak terlepas dari faktor silsilah

kekiaian ini. Dengan merepsentasikan anak dari keturunan seorang Kiai besar,

otomatis kepatuhan dan ketundukan yang ditujukan para blater, akan mereka

50 Wawancara Pribadi dengan MH.

51

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

52

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 129: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

117

nyatakan dengan kesiapannya untuk selalu berada di belakang barisan Fuad Amin.

Di bangkalan sendiri pernah ada sebuah yayasan yang menaungi kalangan blater.

Nama yayasan tersebut adalah Yayasan Blater Madura. Yang menjadi ketua dari

yayasan tersebut adalah orang dan kroni Fuad Amin. Tapi organisasi tersebut

tidak berjalan. Kemudian ada pula Dewan Adat Madura. Tetapi nasibnya sama

serupa dengan Yayasan Blater Madura, organisasi tersebut tidak berjalan juga.53

Adapun unsur lain yang juga menyebabkan Fuad pada akhirnya masuk ke

dunia blater, menurut AAR, salah satu keponakan Fuad, adalah karena dua faktor

penting lainnya: pertama kondisi masa kecil Fuad yang sudah mengalami broken

home, sebagaimana hal ini pernah diakui oleh Fuad sendiri dalam penuturannya di

persidangan, kedua, karena keberadaan keluarga inti Fuad yang jauh dari tempat

tinggal keluarga besar Syaikhona Kholil lainnya. Bila rata-rata keluarga besar

Syaikhona Kholil tinggal menetap di Bangkalan kota dengan kultur kepesantrenan

yang masih kuat, beda halnya dengan Fuad Amin yang tinggal di pedalaman

desa. Fuad tinggal di desa Cempu, Kecamatan Burneh, yang notabenenya

memiliki corak alam masyarakat blater yang masih kental.54

Bukti lain yang mengarah bahwa Fuad layak dimasukan ke dalam bagian

kelompok blater adalah kebiasannya mengikuti tradisi remoh.55

Di samping itu

Fuad juga pernah bergabung dengan kelompok musik tradisional Sandur Madura,

bahkan Fuad merupakan salah satu pemain di dalamnya.56

Dua tradisi ini

merupakan dua tradisi yang lekat dengan alam blater.

53 Wawancara Pribadi dengan MH.

54

Wawancara Pribadi dengan AAR.

55

Wawancara Pribadi dengan NNH, Bangkalan, 20 September 2015.

56

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 130: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

118

Selain itu, dalam pilkada 2012, Fuad juga pernah dengan secara lisan

menantang carok kepada siapa saja yang hendak menggagalkan suksesi

kepemimpinan anaknya. Carok adalah praktik yang identik dengan perilaku

blater. Peristiwa ini bermula saat loyalis Imam Bukhori Kholil melakukan protes

di KPU lantaran pencalonannya didiskualifikasi oleh pihak KPU. Menanggapi

banyaknya gelombang protes yang diarahkan kepada persoalan netralitas KPU

pada pilkada 2012, akhirnya sewaktu Fuad berkampanye untuk anaknya di alun-

alun, Fuad terang-terangan menantang carok bagi siapa saja yang berniat

menggagalkan pilkada 2012.57

Karena pada pilkada 2012, Fuad turut bertanggung

jawab bagi pemenangan anaknya sendiri, Makmun Ibnu Fuad, untuk meneruskan

estafet dinasti kepemimpinan politik di Bangkalan.

“Dia tidak pernah turun langsung kecuali kemarin. Pilkada 2012. Pilkada

tahun 2012 itu, karena itu habis kiai imam itu dicoret kiai imam itu, KPU

kan dikepung oleh kelompok masyarakat, unsurnya loyalisnya Ki Imam gitu

kan, sampai dikepung , kota-kota tidak bisa dikeluahin, dia turun langsung

menemui masyarakat itu begini begitu dan bahkan dia di kampanye pun,

saya enggak ngedengar langsung tapi di media ramai, itu mengatakan

nantang carok, siapa yang mau melawan saya carok dengan saya. Kalau

sampai menggagalkan pemilihan bupati, tahun 2012 itu, carok dengan saya,

lawannya saya, begitu.”58

Pendaulatan Fuad Amin sebagai raja dari pada kaum blater di Bangkalan

dapat ditelisik dari dua unsur pendukung. Yang pertama adalah karena

kepeduliannya yang amat besar terhadap kalangan ini, kedua adalah kesediannya

untuk menjadi bagian yang inheren sebagai penjaga alam tradisi budaya blater itu

sendiri. Sikap yang pertama tentu Fuad tunjukan dengan loyalitasnya untuk selalu

terlibat dalam acara-acara yang menyangkut tradisi keblateran, sedang sikap yang

57 Wawancara Pribadi dengan FHR

58

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 131: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

119

kedua Fuad tunjukan dengan menjadi orang yang paling dominan dan tersohor

dalam tradisi tersebut.59

Misalkan dalam alam budaya lokal Madura, dikenal

tradisi Remoh dan To‟oto. Perbedaan Remoh dan To‟-oto‟ terletak pada dua hal,

pertama jumlah tamu yang diundang, dan kedua jenis hiburan yang disajikan.

Acara remoh bertujuan untuk “menyelamati badan sekeluarga” atau “menyelamati

badan sendiri”. Dalam acara remoh, seluruh kalangan blater berkumpul untuk

menikmati jenis hiburan Sandur, semacam kesenian tradisional yang dimeriahkan

oleh penari (tanda) yang diiringi oleh gamelan. Satu hal yang tidak bisa

dihilangkan dari tradisi ini adalah adanya saweran, artinya para tamu yang

diundang diharuskan memberikan uang kepada pihak penyelenggara remoh, dan

sebaliknya, pihak penyelenggara pun mesti melakukan hal yang sama, saat para

tamu yang lainnya mengadakan acara remoh di kemudian hari.60

Saat menghadiri

acara To‟oto bukan hal yang sulit bagi Fuad yang kapasitasnya sebagai bupati

untuk terlibat dalam proses saweran dan memberikan uang dengan nominal paling

tinggi dibandingkan para blater lainnya.61

“Gini, sebetulnya untuk masuk ke dunia blater itu perlu paling tidak dua

modal ya menurut saya. Pertama, modal sok peduli, nah ini dia tunjukan

misalnya ketika blater-blater itu ngadakan acara apa atau apa, dia selalu

hadir. Bahkan dia sering jadi tuan rumah untuk kegiatan-kegiatan yang biasa

terjadi di dunia blater itu. Itu satu. Kemudian yang kedua, tentu kesediaan

dia untuk ikut menjaga apa yang menjadi budaya di dunia blater. Misalnya

kalau di Madura ini terkenal dengan To‟oto misalnya. To‟oto itu misalnya

saya mempunyai hajatan, itu semua yang ikut di rombongan itu harus

(semacam) arisan gitu, naruh uang, nanti kalau sampean punya acara

misalnya sampean dulu naruh berapa ke saya, naruh satu juta, nanti ketika

sampean punya acara, saya datang ke sampean, nah yang satu juta itu

sebagai mengembalikan nanti saya naruh lagi misalnya menjadi satu juta

setengah, yang setengahnya sebagai terus seperti itu. Nah semakin besar

59 Wawancara Pribadi dengan AAR.

60

A. Latief Wiyata, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura (Yogyakarta:

LkiS, 2002), h. 71-72.

61

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 132: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

120

yang ditaruh, itu semakin menunjukkan rasa keinginan dia untuk menjadi

keluarga besar di dunia blater itu. Nah tentu sebagai seorang bupati, hadir ke

tempat-tempat seperti itu dengan menaruh (buwuh misalnya, buwuh itu ya

menaruh tadi itu, to‟oto tadi itu) dengan nominal yang lebih besar dari yang

lain misalnya, kan bukan suatu yang sulit. Apalagi pada saat dia punya acara,

kan akan kembali juga uangnya itu.”62

Secara kultur, blater merupakan kalangan yang identik dengan praktik carok

serta tindakan kekerasan lainnya. Cara-cara yang Fuad lakukan saat memimpin

Bangkalan pun tidak lepas dari sikap dan sifatnya yang memang dekat dan

mencercap nilai-nilai yang berkembang pada alam blater. Image blater yang tidak

terlepas dari laku kekerasan pun menjadi pemandangan umum dalam setiap

peredaman gejolak serta protes yang terjadi di Bangkalan. Meskipun secara kasat

mata Fuad tidak terlihat dalam berbagai praktik kekerasan yang terjadi, tapi dasar

naluriah masyarakat, khusunya para aktivis Bangkalan, sudah barang pasti akan

tertuju pada dirinya. Mereka sadar, karena sebelum mereka melakukan

perlawanan, baik lewat demo dan media kritisasi lainnya, mereka tidak

mengalami macam-macam tindakan kekerasan. Tapi setelah gelombang protes

tersebut mereka lancarkan, barulah rentetan macam-macam kekerasan terjadi dan

menimpa mereka. Biasanya kekerasan yang Fuad Amin lakukan dimaksudkan

supaya menjadi pembelajaran berharga bagi para kelompok penentang lainnya.63

Supaya mereka tidak berani macam-macam dengan aksi dan protes yang hendak

mereka lancarkan. Dan umumnya Fuad melakukan hal tersebut dengan

mengerahkan orang-orang suruhannya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan

oleh NNH dan SYK:

62 Wawancara Pribadi dengan AAR.

63

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 133: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

121

“Orang awam pun juga tahu, tapi toh pembuktiannya ya wallahu a‟lam

kebenarannya. Kalau memang dia katakan: oh saya, bukan saya yang

melakukan. Bukan memang dia yang melakukan. Tapikan, tapikan suruhan

mas, suruhannya dia, benar”.64

“Ya tidak usah kasih contoh pun semua orang sudah tahu. Kalau saya secara

pribadi, saya secara pribadi inikan orang yang mau dibunuh. Saya secara

pribadi orang yang mau dibunuh, salah satu target. Ya saya sampaikan, kalau

siapa yang narget, yang narget ya itu lah. Kenapa saya punyai, saya juga

punya dasar, dasar kenapa saya harus kesana menetapkan itu, gitu”.65

“Oh dia enggak terjun, dia gak terjun sendiri tapi kan pake tangan orang lain.

Pake tangan orang lain. Setiap melakukan kekerasan kita tidak bisa

menuduh, setiap ada kekerasan kita tidak bisa menuduh itu Fuad Amin, tapi

dari para blater ini, rumor yang beredar, yah dialah aktornya, tapi pelakunya

orang lain”.66

Banyak cara yang dilakukan oleh Fuad Amin guna meredam gejolak serta

resistansi yang berkembang di masyarakat. Biasanya hal yang pertama yang akan

Fuad lakukan untuk meredam gejolak dan kritik yang datang adalah dengan

ancaman verbal, baik yang dilakukan oleh dirinya secara langsung maupun

melalui kroni-kroni yang berada di bawah kendalinya. Bila upaya ini gagal, maka

Fuad akan beranjak dengan melakukan upaya lobi lewat uang dengan

menyodorkan nominal tertentu. Dan apabila upaya ini pun sama nihilnya atau

tidak menuai hasil sama sekali, maka Fuad Amin tidak akan segan-segan untuk

kemudian melakukan upaya serta tindakan ke arah yang lebih ekstrem dan

repsresif.67

Maka bukan perkara yang mengejutkan bila realita demokrasi di Bangkalan

banyak diwarnai huru hara praktik kekerasan terhadap para aktivis. Lewat jalur

eksekusi yang lebih frontal bahkan, semisal lewat pembacokan dan penembakan,

64 Wawancara Pribadi dengan NNH.

65

Wawancara Pribadi dengan NNH.

66

Wawancara Pribadi dengan SYK, Bangkalan, 17 September 2015.

67

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 134: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

122

maka secara sadar maupun tidak, hal ini akan memberikan dampak psikologi yang

cukup dalam di benak masyarakat. Masyarakat akan merasa ketakutan, dan wabah

ini perlahan-lahan menjalar serta membentuk ketakutan kolektif di antara mereka.

Sehingga ragam gejolak dan kecaman yang mengarah pada segala kebijakan

pemerintah, diharapkan akan padam dengan sendirinya. Karena masyarakat tahu,

betapa resiko yang akan diambilnya amat begitu berbahaya jika berhadapan

langsung dengan pihak penguasa.68

Simbol keblateran Fuad Amin dengan beragam kekerasan yang dilakukan,

pada akhirnya lambat laun telah menstimulus bertahannya ketakutan kolektif di

masyarakat. Bahwa Fuad merupakan ulama, kiai, sakti, wali, dan blater menjadi

sebutan yang sepertinya melekat begitu saja di masyarakat. Apalagi hal ini

diperparah lagi dengan tidak adanya kekuatan penyeimbang yang mampu

mensejajarkan diri dengan kekuatan politik Fuad Amin. Sebab Fuad menyadari,

setiap kali muncul orang-orang yang berusaha menggoyang status quo-nya,

dengan sigap Fuad akan langsung menghabisinya,69

sehingga kekuatan politik lain

di luar dirinya tidak akan berkembang.

Salah satu kelebihan Fuad lain dalam meredam protes yang datang adalah

kemampuannya untuk menerka reaksi lawan.70

Hal ini sangat penting untuk

mengukur seberapa besar dan strategi counter apa yang hendak Fuad berikan. Bila

lawan yang Fuad hadapi melakukan perlawanan sengit, maka opsi-opsi yang telah

Fuad persiapkan dapat diujicobakan setahap demi setahap. Jika opsi pertama

gagal, maka Fuad akan langsung beranjak ke tahap berikutnya.

68 Wawancara Pribadi dengan AAR.

69

Wawancara Pribadi dengan FHR.

70

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 135: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

123

Pengalaman atas tindakan kekerasan yang seringkali Fuad lakukan

sebetulnya dapat ditelusuri saat awal-awal Fuad hidup di Jakarta. Saat itu Fuad

pernah memukul salah seorang supir taxi lantaran Fuad tidak mempunyai uang

untuk membayar argo. Akhirnya dicarilah alasan-alasan untuk dapat memarahi

supir tersebut hingga Fuad Amin dapat memukulnya. Dengan begitu, Fuad bisa

dengan leluasa tidak membayar ongkos argo taxi tersebut lantaran sang supir

terlanjur merasa ketakutan.71

Perihal lain yang membuat tindakan Fuad seringkali tak terbendung adalah

kemampuannya dalam mengelabui orang atau dalam bahasa aktivis Bangkalan –

kelihaian Fuad dalam melakukan teatrekalisasi. Kemampuan ini sering Fuad

perlihatkan saat dia berada dalam situasi yang betul-betul terjepit. Dari cerita-

cerita aktivis di Bangkalan, sewaktu Fuad Amin memanggil mereka untuk

membicarakan soal protes dan aksi yang mereka lakukan, Fuad akan berusaha

sekuat-kuatnya untuk melakukan diplomasi sampai berurai airmata kepada para

penentangnya tersebut. Fuad, selanjutnya, akan menceritakan keluh kesahnya

selama hidup. Dari perlakuan ini, Fuad sepertinya ingin menyentuh dimensi

kemanusiaan dari pihak yang Fuad hadapi. Fuad ingin pihak yang sedang dihadapi

berbalik berempati dan mengasihaninya, sehingga tidak sedikit dari perlakuan

Fuad Amin yang seperti ini menjadikan sebagian para aktivis Bangkalan terenyuh

lalu terseret masuk ke pusat lingkarannya. Ikhwal yang hampir serupa pun pernah

Fuad tunjukan pula sewaktu di persidangan. Dalam persidangan di tipikor, Fuad

Amin tidak enggan-enggan untuk menangis dan menceritakan masa kecilnya.

71 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 136: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

124

Sikap ini Fuad perlihatkan untuk mempengaruhi putusan hakim atas kasus korupsi

yang tengah Fuad hadapi.72

Teror serta tindakan brutal yang Fuad lakukan pada akhirnya melahirkan

semacam pola pikir yang hampir sejenis di masyarakat. Pola pikir ini yaitu

munculnya keantisipasian dari masyarakat untuk tidak ikut terlibat dalam gerakan

bersama kelompok-kelompok penentang. Masyarakat lebih memilih diam

ketimbang menjadi korban keganasan Fuad Amin dalam menjalankan praktik

dominasi yang dilakukannya. Akhirnya, dengan segala bentuk kekhawatirannya

tersebut, masyarakat menjadi merasa tidak memiliki tanggung jawab juga untuk

turut aktif menciptakan good governance, membuka ruang publik yang sehat,

menuntut hak-hak politik mereka yang tercerabut, dan penegakan sendi-sendi

keadilan di Bangkalan. Hal ini terbukti dengan sedikitnya partisipasi masyarakat

dalam rangka mendukung kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh LSM setempat

yang faktanya menaruh perhatian kepada masalah-masalah tersebut. 73

Karenanya, gerakan penentangan yang diinisiasi oleh kelompok LSM-LSM

lokal pun akhirnya tidak mendapat sambutan yang berarti dari masyarakat

Bangkalan. Terlebih LSM, sebagian kalangan kiai yang ikut dalam kelompok

perlawanan saja kerapkali hanya dianggap sebagai protes parsial ketimbang

merepresentasikan kepentingan masyarakat pada umumnya. Komentar nyinyir

masyarakat seringkali terdengar dan tentu mereka tujukan kepada para pegiat

aktivis di Bangkalan. Bagi AAR, kondisi serta gambaran yang terjadi pada

masyarakat Bangkalan itu lazimnya peristiwa lampau yang juga pernah menimpa

72 Wawancara Pribadi dengan AAR.

73

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 137: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

125

kaum Bani Israil - dimana mereka membiarkan Nabi Musa berjuang memerangi

dominasi status quo sendirian. Jangankan tergerak untuk melakukan protes

terhadap segala sesuatu yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan

kehidupan mereka, dengan adanya pemerasan yang dilakukan Fuad Amin kepada

para THL (Tenaga Harian Lepas) yang nyata-nyatanya bersentuhan langsung

dengan kepentingan mereka sendiri pun, masyarakat hanya diam.74

Berbagai macam teror yang Fuad lakukan itupun seringkali melibatkan

berbagai elemen pemerintahan sampai ke tingkat paling bawah, yang dalam hal

ini adalah camat dan kepala desa. Bahkan sampai institusi-institusi penegak

hukum yang independen sekalipun, seperti kepolisian dan kejaksaan, turut

memainkan perannya dalam persekutuannya di lingkaran kuasa Fuad Amin. Maka

tak aneh bila belakangan masyarakat menyebut kedua lembaga ini sebagai “dinas

kepolisian” dan “dinas kejaksaan”. Hal ini seolah-olah menggambarkan bahwa

mereka (polisi dan jaksa) berada di bawah koordinasi dan instruksi langsung Fuad

Amin.75

“...........Nah ada yang lebih aneh lagi, biasanya kan yang ikut itu hanya dari

jalur secara struktur pemerintahan ya, misalnya dari bupati, camat, klebun

misalnya, lah kalau di Bangkalan itu sampai ke aparat keamanannya ikut

terlibat di situ. Misalnya yang ikut nakut-nakuti itu polsek misalnya. Bahkan

kapolres. Sampai sekelas kapolres. Makanya di Bangkalan itu sampai

terkenal ada istilah kepala dinas kepolisian, kepala dinas kejaksaan, karena

begitu rupanya dua institusi penegak hukum ini seakan-akan ada di bawah

koordinasi eksekutif, bukan bergerak sendiri”.76

Kebanyakan kasus kekerasan yang kerapkali Fuad Amin lakukan bersama

kelompok blaternya terhadap para aktivis di Bangkalan terjadi di periode kedua

74 Wawancara Pribadi dengan AAR.

75

Wawancara Pribadi dengan AAR.

76

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 138: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

126

masa kepemimpinannya. Di periode ini, Fuad mulai arogan dan berani mengambil

tindakan-tindakan represif untuk menghentikan segala kritikan yang diarahkan

kepada dirinya.77

Sekalipun, pada masa-masa awal pencalonan Fuad sebagi bupati

Bangkalan, peran blater memang tidak bisa diabaikan begitu saja, walaupun

intensitasnya baru bisa terlihat di pencalonan Fuad yang kedua.

Pada masa-masa awal, Fuad Amin sebenarnya turut mempunyai baking

blater dan menjadi salah satu unsur kepercayaannya. Yang paling dekat di antara

mereka adalah Haji Ali yang berasal dari Kampung Ceddih, Kecamatan Socah.

Tapi menurut AAR, hubungan Fuad dengan Ali kemudian berakhir kandas.

Selanjutnya mereka bermusuhan. Tidak dijelaskan apa penyebab kandasnya

hubungan tersebut. Tapi yang pasti, perkara ini tidak terhindar dari kebiasaan

buruk Fuad yang suka menipu orang.78

“...........Haji Ali, rumahnya itu di Ceddih, Ceddih Kecamatan Socah sini. Itu

di antara dulu yang paling (katakan) blater yang paling – di antara yang

paling dekat. Tapi setelah itu ya musuhan untuk selanjutnya. Kan yang saya

katakan tadi itu, pak fuad ini hampir tidak ngumpul dengan orang kecuali

orang itu ditipu. Nah bagi orang yang sadar dia itu ditipu dan tidak ingin

ditipu untuk selanjutnya, baru dia akan lawan gitu. Tapi jarang yang sadar

kalau ditipu”.79

Di antara beberapa kalangan blater lainnya yang juga memiliki kedekatan

emosional lebih dengan Fuad Amin di antaranya adalah Modus (almarhum adalah

mantan kepala desa Taber), Hamdan, Haji Rawi, Haji Zaini, dan Bahar (penguasa

kapal di Jakarta, Tanjung Priok). Nama yang terakhir disebutkan konon pada

akhirnya seringkali berselisih pendapat juga dengan Fuad Amin. Rata-rata

kalangan blater yang masih berjejaring dengan Fuad adalah mereka yang

77 Wawancara Pribadi dengan MH.

78

Wawancara Pribadi dengan AAR.

79

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 139: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

127

diposisikan sebagai klebun (kepala desa). Mereka dipelihara dan ditempatkan di

berbagai desa di Bangkalan. Selain itu, banyak juga diantaranya adalah komplotan

orang-orang besi tua yang ada di Jakarta.80

“..........Bahar itu penguasa kapal di Jakarta. Tanjung Priok. Haji Rawi Haji

Zaini itu semuanya. Orang-orang besi tua di Jakarta itu semuanya itu

komplotannya Kiai Fuad itu”.81

Intensitas hubungan Fuad yang lebih gencar dengan para blater terjadi

menjelang tahun 2007. Sebab di tahun berikutnya, yakni pada tahun 2008,

Bangkalan akan menghadapi pemilihan kepala daerah melalui mekanisme yang

baru, yaitu pemilihan secara langsung untuk pertama kalinya. Hal ini tentu

menjadi pekerjaan tersendiri bagi Fuad Amin untuk bagaimana menggalang

kekuatan yang lebih massif dan besar dari masyarakat.82

Sebab di periode

sebelumnya, tepatnya pada tahun 2003, pemilihan kepala daerah masih dilakukan

melalui anggota dewan, sehingga domain pekerjaannya sedikit lebih mudah.

Sampai sekarang, belum ada kalangan blater yang berlawanan dengan Fuad

Amin.83

Sekalipun ada, itu hanya terjadi pada kalangan tertentu dan jumlahnya

sangat terbatas. Hal itu pun biasanya terjadi lantaran Fuad menipu mereka. Jadi

konflik ini sifatnya vertikal, hanya sebatas sikap dominan yang dilakukan oleh

Fuad Amin pada kroni-kroni blaternya. Tetapi pasca di tangkapnya Fuad oleh

KPK, hubungan Fuad dengan para blater atau klebun diperkirakan mulai regam.

Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan Ra Momon (Makmun Ibnu Fuad),

80 Wawancara Pribadi dengan AHS.

81

Wawancara Pribadi dengan AHS.

82

Wawancara Pribadi dengan AAR.

83

Wawancara Pribadi dengan BHR, Bangkalan, 17 September 2015.

Page 140: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

128

anaknya, dalam mengakumulasi kekuatan berbasis massa dari para blater

tersebut.84

Perilaku menyimpang Fuad, berdasarkan cerita-cerita keluarga, menurut

AAR, memang sudah muncul sejak masa-masa remaja. Hanya saja, setiap

pelanggaran yang dia lakukan, lebih banyak selamat ketimbang berakhir di meja

hukum. Desas desus mengenai tanah kuburan yang dijadikan agunan oleh Fuad,

dan uang pinjaman berkedok sapi yang dikumpulkan olehnya dari masyarakat saat

dia hidup di Kalimantan, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bagi sebagian

masyarakat. Bahkan menurut penuturan AAR, salah satu penyanyi fenomenal,

Elvi Sukaesih, pernah turut menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh Fuad.85

Selain itu, kebiasaan yang sering diketemukan pada diri Fuad adalah

kebiasaannya yang selalu tertawa terbahak-bahak selepas menipu orang.86

“.......dulu pernah mendatangkan (dia itukan pernah hidup di kalimantan

juga), mendatangkan penyanyi waktu itu sangat kesohor - Elvi Sukaesih, dia

sebagai panitianya, dia jual tiketnya segala macam, setelah uang terkumpul,

uangnya dibawa lari dan enggak tahu penyelesaiannya seperti apa, tapi yang

jelas uangnya itu dibawa lari dia”.87

Anehnya, dari track record Fuad yang penuh diwarnai berbagai tindak

tanduk pelanggaran hukum, tidak lantas menghalanginya untuk memperoleh

penghargaan sebagai salah satu seratus tokoh berpengaruh di Jawa Timur - lewat

prestasi yang telah dibuat. Terlebih lagi, Fuad pun mendapatkan penghargaan

“Akhlak Mulia Awards” yang diberikan kepada lima tokoh nasional lainnya

84 Wawancara Pribadi dengan BHR.

85

Wawancara Pribadi dengan AAR.

86

Wawancara Pribadi dengan MH.

87

Wawancaar Pribadi dengan AAR.

Page 141: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

129

secara bersamaan, dengan Soekarno, dan Hatta. Acara penghargaan ini

diselenggarakan oleh Irsyad Sudero.88

“.......... waktu itu ndak tahu apalah (latar belakangnya seperti apa) almarhum

bapak Irsyad Sudero itu ada semacam membikin lembaga memberi

penghargaan yang namanya itu kalau ndak salah “akhlak mulia awards”

kalau ndak salah. Akhlak mulia awards. Nah itu ada lima figur yang

kemudian mendapatkan akhlak mulia awards itu, Soekarno, kemudian kalau

ndak salah Bung Hatta atau siapa lagi, salah satunya pak fuad amin. Luar

biasa, jadi kalau saya gambarkan itu yang ditipu oleh dia itu bukan hanya

masyarakat Bangkalan, tapi orang sak-indonesia.”89

C. Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan

Sebelum Fuad Amin benar-benar terjun ke dalam pusaran politik praktis di

Bangkalan, Fuad merupakan salah seorang pengusaha yang bergerak di bidang

penyedia layanan umroh dan juga sebagai salah satu unit penyalur tenaga kerja ke

luar negeri. Keterlibatannya dalam politik praktis, praksis dimulai semenjak

dirinya pertama kali didaulat untuk menggantikan ayahnya, almarhum Kiai Amin

Imron sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai PPP. Keterlibatan ini terus

berlanjut sampai akhirnya Fuad kemudian terpilih kembali menjadi anggota DPR

RI dari Fraksi PKB untuk masa jabatan antara tahun 1999-2003. Bersama PKB,

Fuad Amin dipilih sebagai calon dewan DPR RI Dapil Madura dengan nomor urut

satu, karena memang sistematika nomor urut masih berlaku saat itu. Hal ini

dilakukan untuk mengangkat suara PKB di dapil Madura.90

Kepindahan Fuad Amin dari partai PPP ke partai PKB tersebut merupakan

fenomena umum yang juga banyak melanda kalangan kiai waktu itu. Terlebih,

Madura merupakan wilayah yang didominasi oleh kalangan kiai-kiai NU. Para

88 Wawancara Pribadi dengan AAR.

89

Wawancara Pribadi dengan AAR.

90 Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 142: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

130

kiai yang secara ideologi memiliki hubungan dekat dengan Nahdlatul Ulama akan

merasa bertanggung jawab untuk turut serta membesarkan dan mendukung

pendirian Partai PKB dengan cara ikut berbondong-bondong masuk ke

dalamnya.91

Magnet yang memicu ekspansi ini tidak lain adalah karena ketokohan

Gusdur yang sanggup merepresentasikan dirinya sebagai bagian yang tak

terpisahkan dari ruh NU itu sendiri.

Begitu pula halnya dengan Fuad Amin. Sebagai salah seorang keturunan

kiai besar NU, Fuad pun merasa memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan

partai yang baru terbentuk itu. Maka tak aneh bila akhirnya Fuad turut serta

berpindah partai, dari PPP ke PKB. Bermula dari partai PKB inilah kemudian

karir politik Fuad Amin terus menanjak sampai sukses menghantarkannya

menjadi Bupati Bangkalan selama dua periode berturut-turut, yaitu masa jabatan

tahun 2003-2008, dan masa jabatan tahun 2008-2013.

Sewaktu Fuad pertama kali memasuki arena politik lokal di Bangkalan,

kondisi dan keadaan politiknya hampir sama dengan daerah-daerah lainnya yang

ada di Indonesia. Masyarakat sedang gegap gempitanya merayakan euforia atas

runtuhnya rezim lama, orde baru. Sedang Fuad sendiri yang telah lama duduk di

kancah politik nasional, saat masuk ke arena politik lokal di Bangkalan, belum

banyak mendominasi elemen serta kekuatan politik yang ada di dalamnya.

Pengaruh waktu itu sepenuhnya masih dipegang oleh KH. Abdullah Schal, salah

satu sepupu Fuad Amin dari keluarga Bani Kholil.92

91 Wawancara Pribadi dengan AAR.

92

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 143: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

131

Memang sewaktu KH. Abdullah Schal masih hidup, Schal merupakan orang

tertua di antara keluarga Bani Kholil lainnya. Schal merupakan salah seorang kiai

besar yang juga berpengaruh. Bahkan untuk beberapa hal, KH. Abdullah Schal

selalu menjadi rujukan dalam berbagai persoalan masyarakat, baik yang

menyangkut persoalan-persoalan sosial maupun politik yang ada di Bangkalan.

Mohammad Fatah sendiri (mantan Bupati Bangkalan era orba) sejatinya masih

berada di bawah perlindungan Kiai Abdullah Sachal ini.93

Tapi hal ini tidak lantas

mengindikasikan bahwa KH. Abdullah Sachal termasuk ke dalam lingkaran orba.

Karena pasca Soeharto tumbang, Mohammad Fatah masih menjabat sebagai

Bupati Bangkalan. Kedekatan ini dapat diartikan hanya sebatas penghormatan

Mohammad Fatah kepada Kiai Abdullah Schal yang Fatah anggap sebagai guru

spiritualnya.94

Hampir mirip dengan pendapat yang dikemukakan MH, AAR

berpendapat bahwa:

“Dukungan KH. Abdullah Schal kepada Fatah tentu bukan karena K.

Abdullah bagian dari orba tapi salah satunya, 1). karena faktor menjaga

keharmonisan keluarga karena dengan mendukung Fatah maka ketiga orang

calon dari PKB yang kebetulan masih satu rumpun akan mudah diredam. 2).

Kepemimpinan Fatah masih dianggap bisa dikendalikan oleh kiai sehingga

meskipun dari Golkar tidak akan merugikan perjuangan PKB dalam

membangun Bangkalan. 3). Dukungan KH. Abdullah semakin besar kepada

Fatah mana kala yang memenangkan penjaringan adalah FA, mungkin

karena dalam pandangan kiai, FA tak akan bisa menjadikan Bangkalan lebih

baik”95

Dengan mulai diberlakukannya undang-undang otonomi daerah pada tahun

2001, otomatis wewenang dan kekuasaan daerah semakin besar. Berbeda halnya

sewaktu orde Soeharto masih berkuasa, dimana kewenangan dan otoritas

pemerintah lokal sangat begitu kecil. Bahkan, pemilihan kepala daerah di masa

93 Wawancara Pribadi dengan AHS.

94

Wawancara Pribadi dengan MH via telepon, 02 Maret 2016.

95

Wawancara Pribadi dengan AAR via SMS, 21 Maret 2016.

Page 144: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

132

orba, seringkali diliputi berbagai macam intervensi yang Soeharto lakukan.

Orang-orang bayangan pusat ini sengaja ditaruh sebagai calon yang nantinya

dapat menjaga kepentingan pusat di daerah.

Kondisi masyarakat yang menaruh anti-pati pada rezim orba semenjak orba

runtuh, juga mereka tujukan kepada orang-orang yang berada di lingkaran

pemerintahan lama. Yang dalam hal ini adalah pejabat-pejabat pemerintahan

daerah dulu yang masih memiliki jejaring dengan Soeharto. Mereka turut menjadi

sasaran luapan kekecewaan masyarakat yang bertahun-tahun terbengkalai hak

politiknya, dan dinafikan keberadaannya. Maka bukan perkara mudah bagi orang-

orangan orba, khususnya mereka yang berada di daerah, untuk kembali

memenangkan kontestasi pemilu di aras lokal pasca desentralisasi diterapkan.

Walaupun sebagian dari mereka tetap ada bahkan melestarikan dominasi

politiknya hingga saat ini. Gambaran politik lokal pasca Soeharto di atas, juga

mendeskripsikan pengalaman yang terjadi di Bangkalan saat itu. Fuad Amin yang

tidak memiliki korelasi dengan rezim pemerintahan Soeharto, mempunyai modal

besar untuk memenangkan pemilihan kepala daerah di Bangkalan.

Runtuhnya dominasi orba faktanya dimanfaatkan secara maksimal oleh elit

Bangkalan untuk mengkonsep kembali struktur bangunan kepemimpinan yang

ada di Bangkalan pasca reformasi. Karena itu, munculnya sosok kiai pasca

reformasi diimplementasikan, merupakan konsep yang lahir dari pemikiran elit

lokal, khususnya mereka-mereka yang memiliki perhatian khusus di dunia

Page 145: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

133

pesantren, bahwa peluang dari keruntuhan pemerintahan orba mesti dimanfaatkan

sebesar-besarnya.96

Pada pilkada 2003 di Bangkalan, sebenarnya ada dua pilihan kuat bakal

calon lainnya selain Fuad Amin. Bahkan kedua calon tersebut lebih kuat

ketimbang Fuad Amin itu sendiri. Kedua-duanya berasal dari keluarga yang sama:

yakni keluarga Bani Kholil. Pertama adalah Kiai Imam Bukhori Kholil, kedua

adalah Kiai Syafii Rofii. Kiai Imam Bukhori Kholil merupakan ketua PCNU

Bangkalan yang memprakarsai lahirnya PKB di Bangkalan. Sedangkan Kiai

Syafii Rofii merupakan ketua DPC PKB di Bangkalan. Terpilihnya Fuad Amin

dalam penjaringan di internal partai PKB tidak terlepas dari beberapa trik sabotase

yang Fuad Amin lakukan terhadap kedua pasangan ini.97

“Gini, karena waktu itukan kita sedang euforia ya, bagaimanapun

kesempatan pertama di era reformasi, dunia pesantrenlah paling tidak yang

sedang mengonsep parlemen ini, harus mengusung calonnya sendiri, nah

karena memang pak fuad ini secara trah itu nyambung dengan Kia Amin,

dimana sosok ki amin ini betul-betul menjadi sosok yang sangat kharismatik

pada masa hayatnya, jadi kemunculan pak fuad ini mudah diterima oleh

masyarakat walaupun sebetulnya pada saat itu kan yang paling kuat itu ada

pada dua figur yang lain, yaitu Kiai Imam Bukhori, sebagai ketua PCNU

waktu itu yang membidani lahirnya PKB di Bangkalan, kemudian yang

kedua Kiai Syafii Rofii sebagai ketua DPC waktu itu. DPC PKB. Tapi ya

semacam ada, ya biasalah ada semacam sabotase politik sehingga kemudian

kesempatan dari dua tokoh ini menjadi terpotong dan yang naik justeru pak

Fuad”.98

Awalnya, keikutsertaan Fuad Amin dalam pilkada di Bangkalan untuk

pertama kali banyak menuai penolakan dari sebagian keluarga besar Bani Kholil.

Sebagai keluarga kiai terkemuka seantero nusantara, mereka khawatir, apabila

nantinya Fuad Amin berhasil menduduki jabatan sebagai seorang bupati.

96 Wawancara Pribadi dengan AAR.

97

Wawancara Pribadi dengan AAR.

98

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 146: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

134

Kekhawatiran ini timbul karena dua faktor, pertama Fuad merupakan keturunan

paling sepuh di antara mereka sepeninggal KH. Abdullah Schal, kedua karena

Fuad adalah anggota keluarga yang dianggap memiliki intensitas hubungan yang

sangat intim dengan kalangan blater. Dengan dua alasan ini, sangat jelas apabila

kemudian Fuad dapat disimpulkan sebagai orang terkuat di antara Bani Kholil dan

juga orang terkuat di Bangkalan.99

Bahkan tak sedikit kemudian dari masyarakat

yang juga menyebutnya sebagai salah satu tokoh Kiai-Blater.

Tetapi kegelisahan akan besarnya dominasi yang nanti akan Fuad dapatkan

bila dia berhasil menjadi bupati bangkalan – sebagaimana yang juga dirasakan

oleh keluarga besar di masa-masa awal itu – pernah juga diutarakan oleh Ahmad

Ali Ridho selaku keponakan Fuad Amin kepada dirinya.100

Kekhawatiran ini tentu

tertuju pada satu hal: bagaimana cara mengontrol kekuasaan Fuad Amin nantinya.

Keberatan itu dia ceritakan dan dia pertanyakan kembali pada diri Fuad Amin

secara langsung. Tetapi tanggapan yang Fuad Amin berikan pada waktu itu hanya

sebatas bahwa pencalonan ini murni sebagai pengabdiannya terhadap masyarakat.

Di tengah usia yang semakin udzur, Fuad Amin ingin memberikan sesuatu yang

berarti di sisa hidupnya itu.

“.......Kenapa kemudian dari kami ini mendukung waktu itu ada pada

posisinya pak fuad ya, karena memang dari saya sendiri melihat bahwa

sosok pak fuad ini sosok yang bisa dibuat lokomotif pembaharuan. Nah saya

sendiri secara kepribadian kan tidak kenal pada dia ya, hanya kenal dari (apa

ya hanya dengar cerita-cerita sekilas saja) bahwa dia blater bahwa dia begini,

tapi tidak kenal sejauh mana sebetulnya pak fuad itu sendiri. Sehingga ketika

pak fuad mengajak saya untuk mendukung dia menuju jabatan bupati itu,

saya sendiri sebenarnya waktu itu nanya ke beliau: Man, apakah, apa

memang harus sampean? Apa tidak sebaiknya yang lain, saya sempat seperti

itu, kemudian, dianya bilang: loh, kalau bukan aku lalu siapa gitu? saya

99 Wawancara Pribadi dengan AAR.

100

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 147: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

135

bilang: man, untuk tokoh-tokoh, karena saya masih anak-anak, tentu lebih

kenal jenengan, kalau saya sendiri kan tidak tahu, siapa yang harus didukung

yang harus dimajukan, saya sendirikan kurang tahu, cuma kalau dalam

pemikiran saya, paman ini salah satu keluarga yang dituakan, kalau

kemudian paman ini nanti berhasil menjabat sebagai bupati, dan ternyata

misalnya paman itu melakukan kesalahan-kesalahan dalam memimpin, lalu

yang akan mengingatkan paman itu siapa, mengingat yang lain itu masih

bisa dikatakan semuanya di bawah pengaruh paman seperti itu. Akhirnya

beliau bilang gini ke saya: Mad, aku ini sekarang posisinya sudah menjadi

DPR RI, secara kedudukan, saya sudah punya jabatan, secara finansial

walaupun tidak kaya-kaya banget, tapi sudah bisa dikategorikan termasuk

yang terkaya di antara keluarga. Jadi saya ingin meraih jabatan bupati ini

bukan karena mengejar jabatan dan bukan karena mencari uang. Saya ingin

memulai pengabdian saya di tengah-tengah masyarakat Bangkalan. Karena

saya mulai dari kecil sampai muda, sampai sekarang saya ini selalu berada di

luar daerah. Nah, saya sekarang sudah tua, umur saya sudah menginjak 60,

ayolah bantu saya, bantu aku, untuk bisa jadi bupati, biar aku ini bisa

mengabdikan sisa hidupku untuk masyarakat. Makanya saya kemarin terus

terang terkejut, ketika dia di persidangan mengungkap (di tayangan metro tv

itu) dia sudah mengaku punya kekayaan yang ratusan miliar sebelum jadi

bupati. Itu saya bisa pastikan itu bohong besar itu. Karena waktu itu yang

diungkap (apa ya), yang saya tahu untuk biaya mencalonkan aja, dia itu

masih minta sana-sini”.101

Tetapi kekhawatiran keluarga terhadap kekuatan Fuad Amin yang berlebih itu

segera sirna setelah Fuad berhasil menduduki posisinya sebagai bupati. Respon

keluarga pun pada akhirnya berbalik arah, dari yang semula menolak, kini di

antara keluarga bani kholil, sebagian di antaranya bahkan serta merta melebur

menjadi unsur penunjang fondasi kekuatan dominasi Fuad Amin di Bangkalan.102

Walaupun memang sebagian yang lain tetap konsisten pada misi awal mereka

untuk tetap berupaya melakukan kontrol terhadap pemerintahan Fuad Amin.

“....... cuma sayangnya, ketika pak fuad ini sukses untuk meraih jabatan

bupati ini, lambat laun, sikap kritis dari keluarga terhadap Ra fuad ini

cenderung berkurang, dan bahkan akhirnya semuanya melebur menjadi satu

kekuatan untuk menopang kekuatan Pak Fuad itu sendiri”.103

101 Wawancara Pribadi dengan AAR.

102

Wawancara Pribadi dengan AAR.

103

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 148: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

136

Tapi halangan demi halangan silih berganti menerpa ambisi Fuad Amin

untuk menjadi bupati. Setelah sempat mendapatkan penolakan dari keluarga besar

di masa-masa awal pengusungannnya sebagai bupati, Fuad Amin kembali diterpa

masalah serius. Kendala Fuad Amin kali ini terkait dengan masalah ijazah palsu

yang ia pakai untuk melengkapi persyaratan dan ketentuan administrasi sebagai

kandidat calon bupati. Hal ini tentu inkonstitusional, bahkan kemungkinan KPU

mengeliminisir Fuad dari arena pilkada sangat besar. Untuk bisa lolos dari proses

verifikasi di KPU tersebut, pada akhirnya, dengan segala cara, Fuad Amin

mencari dukungan ke berbagai partai politik dan seluruh elemen masyarakat yang

ada di Bangkalan. Sebab dengan adanya dukungan solid yang diberikan oleh

partai politik serta masyarakat, maka bukan tidak mungkin hal ini secara tidak

langsung akan memberikan tekanan kepada pemerintah pusat, dengan seolah-olah

memberikan opini bahwa bila proses pencalonan ini gagal, apalagi setelah

pemilihan dan menang kemudian tidak dilantik, kemungkinan akan terjadinya

chaos serta kerusuhan di masyarakat akan sangat mungkin terjadi.104

Karena

faktanya, pada pemilihan yang masih dilakukan melalui voting di dewan tersebut,

Fuad Amin mampu meraih dukungan yang signifikan. Dari 45 anggota dewan,

Fuad Amin mampu meraih 42 suara.105

Setelah informasi tentang penggunaan ijazah palsu Fuad Amin ini merebak

ke ruang publik, banyak di antara dukungan kiai dan keluarga yang akhirnya

kembali antipati. Apalagi dukungan Kiai Abdullah Schal pada waktu itu

104 Wawancara Pribadi dengan AAR.

105

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 149: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

137

diarahkan kepada Mohammad Fatah, bupati incumbent sebelumnya,106

meskipun

pencalonan Fatah akhirnya telah terlebih dulu gagal sebelum dirinya benar-benar

turut dalam kompetisi.

Di masa-masa awal pencalonan Fuad Amin; Khozein Abdul Karim, Imron

Fatah, dan Ahmad Ali Ridho merupakan salah satu unsur dari kalangan keluarga

yang pertama-tama menunjukan sikap simpatinya atas pencalonan Fuad Amin.

Alasan yang terbesit yang menjadikannya mendukung pencalonan Fuad Amin

pada waktu itu menurut Ahmad Ali Ridho adalah bahwa Fuad Amin merupakan

sosok yang ideal bagi lokomotif pembaharuan di Bangkalan.107

Pada pilkada awal Bangkalan pasca reformasi itu, ada lima orang yang juga

terlibat menjadi tim inisiator awal pencalonan Fuad Amin di Bangkalan. Selain

Ahmad Ali Ridho dan Imron Fatah, mereka adalah: Aliman Haris, Syafiudin

Asmoro, dan Khosun Mizan. Salah satu pelecut semangat yang mendasari mereka

untuk terlibat aktivitas voluunter di lingkaran pencalonan Fuad Amin di masa

periode awal untuk pertama kalinya di Bangkalan itu adalah bagaimana agar

Bangkalan tidak lagi dikuasai oleh unsur-unsur rezim orde baru.108

Sebab salah

satu unsur orde baru yang ada di Bangkalan saat itu, yaitu Mohammad Fatah, pun

menunjukan niatannya untuk kembali bertarung dalam kontetasi di pilkada tahun

2003.109

Hal ini terekam dalam wawancara penulis kepada AHS, yang juga turut

menjadi salah satu inisiator di pencalonan Fuad. AHS mengungkapkan bahwa

keterlibatannya dalam tim sukses Fuad tidak bisa terlepaskan dari giroh untuk

106 Wawancara Pribadi dengan AAR.

107

Wawancara Pribadi dengan AAR.

108

Wawancara Pribadi dengan AHS.

109

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 150: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

138

merubah Bangkalan. Asumsi awalnya adalah bahwa dengan kalangan kiai yang

memimpin Bangkalan, bisa jadi Bangkalan akan menjadi lebih baik. Bahkan

semangat perubahan ini AHS tuangkan dalam buku yang membahas soal Fuad

Amin dan Civil Society di Bangkalan.

“.....karena saya menjadi bagian dari gerakan itu dulu. 98. Saya masuk

kampus 96-97, 98 itu gerakan, jadi ghiroh itu masih ada di saya untuk

merubah Bangkalan makanya kiai ini yang saya jadikan, karena kalau sudah

kiai insya allah akan lebih baik dari pada orde baru sebelumnya. Oh ternyata

bisa seperti sekarang ini ceritanya. Bahkan saya dulu sampai nulis buku itu,

gara-gara itu memang. Saya tuangkan harapan itu di situ, ada di sosok

beliau, memang lebay. Saya menulis narasinya lebay, mas. Kalau dibaca

sekarang ini, gimana gitu. Nyesal saya.”110

Kelima orang inilah yang terus menerus, secara berkala, mendorong agar Fuad

bersedia untuk dicalonkan sebagai kandidat bupati Bangkalan.111

Dari kelima tim

inisiator pencalonan Fuad Amin tersebut, Ahmad Ali Ridho merupakan orang

pertama yang pada akhirnya mendeklarasikan diri sebagai orang yang keluar dari

barisan Fuad. Hal ini diambilnya karena Ahmad Ali Ridho sudah merasa tidak

cocok lagi dengan lika-liku kepemimpinan Fuad Amin. Peristiwa itu terjadi pada

tahun 2005.112

Begitupun dengan tim sukses Fuad Amin lainnya. Satu persatu,

mereka mulai meninggalkan Fuad. AHS menurut pengakuannya sendiri keluar

dari barisan Fuad ketika tahun 2009, dan Imron sudah tidak harmonis lagi dengan

Fuad Amin di sekitar tahun 2007-2008.113

Mengenai Mohammad Fatah, mengapa kemudian gagal ikut dalam

kontestasi di pilkada Bangkalan tahun 2003, adalah lebih dikarenakan laporan

pertanggungjawabannya sebagai Bupati ditolak oleh anggota dewan. Alasan inilah

110 Wawancara Pribadi dengan AHS.

111

Wawancara Pribadi dengan AHS.

112

Wawancara Pribadi dengan AHS.

113

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 151: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

139

yang kemudian melandasi keengganannya untuk turun dalam kontestasi pilkada.

Sebab, dengan adanya penolakan LPJ, secara marwah konstitusi, hal ini akan

menjadi beban moril tersendiri bagi dirinya untuk melanggengkan kekuasaan. Di

samping hal ini pun mengindikasikan bahwa sudah tidak adanya kekuatan utuh

yang nantinya akan mendukungnya lewat pemilihan di dewan.114

Penolakan LPJ Fatah sebagai bupati Bangkalan sebenarnya tidak terlepas

dari permainan politik Fuad. Fuad Amin nyatanya mampu membangun emosi

keluarga fraksi PKB di Bangkalan untuk menolak LPJ yang Fatah ajukan.

Ditambah, afiliasi Fatah sendiri yang memang merupakan kepanjangan tangan

rezim orde baru, sehingga stigma sebagai orang-orangan orba kental melekat pada

dirinya. Menurut AAR, unsur bau politik orba Fatah inilah yang menjadi cikal

bakal badai penolakan yang Fuad Amin hembuskan, apalagi PKB yang secara

dominan menguasai dewan, sudah selayaknya mengusung calon sendiri.

Sedangkan kapasitas kepemimpinan dan segala pembangunan yang telah

dilakukan Fatah di Bangkalan tidak diperhitungkan.

“Ya kan gini, karena memang waktu itu antipati terhadap semua yang berbau

orde baru itu kan kental sekali. Itukan awal-awal reformasi ya. Nah Pak

Fatah ini kan kebetulan sosok yang secara afiliasi politiknya atau bau

politiknya itu lebih kental orde barunya lebih kental bau golkarnya seperti

itulah kasarannya. Sehingga PKB dan semua ulama waktu itu tidak melihat

Pak Fatah ini dari kapasitas yang lain, apakah kemampuan beliau dalam

memimpin, kemampuan beliau dalam memajukan Bangkalan misalnya itu

menjadi tidak dihitung. Yang dihitung adalah Pak Fatah bagian dari orde

baru. Karena Pak Fatah bagian dari orde baru dan waktu itu PKB ini menjadi

mayoritas di DPRD Bangkalan, maka sudah selayaknya PKB harus

mengusung calon sendiri. Nah, semangat seperti ini yang kemudian berhasil

dimasuki atau dimanfaatkan oleh Pak Fuad, bagaimana kemudian

mendorong PKB ini untuk menolak LPJ-nya pak fatah sebagai pintu masuk

bagi dia mulus untuk calon dan tidak ada tidak bertanding dengan Pak Fatah

seperti itu.”115

114 Wawancara Pribadi dengan AAR.

115

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 152: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

140

Menurut AHS, ada empat basis kekuatan yang menjadi modal penting Fuad dalam

pencalonannya pada masa itu. Selain karena keberadaannya yang tidak terkait

dengan rezim Soeharto, empat hal inilah yang kemudian mampu menunjang

keberhasilannya sebagai bupati. Pertama karena Fuad mewakili kharisma kiai –

dari keturunannya sebagai cucu Syaikhona Kholil, kedua, karena dirinya dikenal

sebagai salah satu tokoh blater, ketiga, karena kondisi finansial Fuad yang kaya,

dan keempat, karena Fuad termasuk ke dalam kalangan orang-orang terhormat.116

Keempat unsur inilah yang menjadi faktor kemenangan Fuad Amin dalam pilkada

2003. Di samping itu, dengan kebesaran PKB yang menguasai hampir setengah

dari jumlah kursi dewan di Bangkalan, dan solidnya kekuatan dukungan yang

diperlihatkan oleh keluarga besar bani kholil pada Fuad Amin, turut pula menjadi

faktor penentu kemenangan Fuad Amin di masa-masa awal pencalonannya itu.117

Mengenai penjelasan kronologi kemenangannya di periode pertama dan periode

kedua, akan penulis sajikan di sub-bab khusus tentang itu.

Adapun akumulasi modal yang diperuntukkan sebagai ongkos politik Fuad

waktu itu juga terbantu dari beberapa bantuan yang berasal dari santri Ki Amin,

(ayah Fuad), dan beberapa lainnya dari orang-orang yang pada waktu itu ingin

mendampingi Fuad sebagai calon wakilnya.118

Kenyataan bahwa demokrasi di Bangkalan yang dikuasai sepenuhnya oleh

Fuad memang tidak bisa ditampik. Setelah melenggang maju sebagai calon Bupati

dan menang, apa yang dikhawatirkan oleh pihak keluarga Bani Kholil benar-benar

116 Wawancara Pribadi dengan AHS.

117

Wawancara Pribadi dengan AAR.

118

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 153: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

141

menjadi kenyataan. Praktik penyimpangan birokratis mulai Fuad Amin tunjukan

pasca dua tahun kepemimpinannya.119

Menurut AAR, pelanggaran yang Fuad

lakukan sudah terasa setelah pertengahan tahun kedua di periode awal

kepemimpinannya menjabat sebagai bupati Bangkalan. Jadi hal tersebut tersebut

terjadi pada kurun waku di kisaran tahun 2004. Beberapa fakta yang mengarah

kepada hal tersebut salah satunya adalah saat Fuad meminta LSM-LSM setempat

untuk menyoroti kinerja instansi-instansi pemerintahan di Bangkalan. Tetapi

setelah hasil investigasi dan survei yang dilakukan oleh LSM-LSM itu dilaporkan

kepada Fuad Amin, Fuad malah justru tertawa. Seolah-olah hasil audit yang

dilakukan oleh LSM-LSM tersebut tidak penting dan tidak berarti apa-apa. Terus

selanjutnya adalah pemotongan-pemotongan terhadap anggaran pemerintah. Bila

di masa Fatah pemotongan anggaran hanya sekian persen, di masa kepemimpinan

Fuad jumlahnya semakin membengkak.120

“Yah banyak teman-teman gini ya, dari kan LSM-LSM itu waktu itu

banyak yang awalnya diminta oleh dia untuk (katakan) menyoroti instansi-

instansi ataupun kerja-kerja pemerintahan di bawah pak fuad ini yang tidak

menjalankan program sebagaimana mestinya, seperti itu. Tapi ketika

teman-teman LSM yang dia suruh ini menjalankan fungsinya seperti itu,

dan kemudian dilaporkan ke dia, dia justeru ketawa, kok wah kamu ini

kaya gitu aja diurus, misalnya seperti itu. Kamu kaya gitu aja diurus,

misalnya. Nah terus ya mulai kemudian pemotongan-pemotongan terhadap

anggaran-anggaran itu. Kalau di masa-masa pak fatah itu, ya mungkin

hanya antara, waktu itu antara 5 persenan kalau gak salahlah, itu sudah

mulai ada peningkatan”.121

Selain itu, setoran-setoran yang Fuad wajibkan pun merembet ke berbagai

program pemerintahan lainnya.122

119 Wawancara Pribadi dengan AAR.

120

Wawancara Pribadi dengan AAR.

121

Wawancara Pribadi dengan AAR.

122

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 154: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

142

“Oiya saya kira kalau untuk setoran seperti itu sudah menjadi hal yang

lumrah lah saya kira ya. Hanya kalau kemudian, nah terungkapkan di

persidangan itu bahwa sebetulnya pemotongan terhadap semua program itu,

itu terjadi sejak Pak fuad menjabat. Termasuk minta kepada rumah sakit, dan

lain-lain itu, dan SKPD juga seperti itu”.123

Penempatan kroni-kroni, keluarga dan orang-orang dekat Fuad di berbagai

pos penting dimulai sewaktu pertama Fuad memimpin. Setiap ada kesempatan,

Fuad akan menaruh orang-orang tersebut. Misalnya saja Fuad waktu itu

tempatkan Khosun dan Ya‟kub di dinas-dinas pemerintahan terkait.

“Ya saya kira sejak awal ya. Sejak awal. Ya mulai dari tahun pertama itu

setiap ada kesempatan untuk memasukan orang-orangnya itu ya dia

masukan”. 124

Tipikal yang erat dengan psikologi Fuad adalah sikapnya yang tidak mudah

percaya dengan orang. Makanya penempatan keluarga terdekatnya di beberapa

pos jabatan partai, ormas, dan lain sebagainya, sudah menjadi hal yang kaprah

mewarnai kehidupan politik Fuad Amin di masa-masa kepemimpinannya tersebut.

Pasalnya, kekuatan Fuad Amin di Bangkalan sudah terlalu amat mencengkeram,

jadi ketika Fuad menghendaki siapapun untuk duduk di posisi manapun, sekalipun

orang yang dimaksud secara kapabilitas tidak memiliki kriteria-kriteria yang

mumpuni, bila itu sudah kehendak Fuad, maka orang itu pasti berhasil

mendudukinya.125

“Ya Fuad Amin ini orangnya tidak percayaan sama orang, mas. Jadi kalau

tidak, ya pasti yang berhubungan dekat dengan keluarga lah. Pasti itu. Yang

masih dianggap famili-famili-famili-famili, naruh itu”.126

“Ya. Jadi Bangkalan ini begini, Bangkalan ini, sudah kamu harus jadi, kamu

harus jadi, kamu harus jadi sama Fuad, kamu harus jadi. Jadi meskipun dia

ini tidak punya basic apa-apa, mohon maaf, bacanya meskipun masih dieja,

123 Wawancara Pribadi dengan AAR.

124

Wawancara Pribadi dengan AAR

125

Wawancara Pribadi dengan NNH.

126

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 155: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

143

kalau kata fuad itu jadi, harus jadi itu. Jadi menganggap dirinya adalah raja,

tinggal kun fayakun saja, begitu”.127

Bahkan penempatan yang dilakukan oleh Fuad Amin bukan saja hanya berlaku di

pos struktur pemerintahan. Sampai ke seluruh internal partai politik dan organisasi

masyarakat yang ada di Bangkalan sekalipun, Fuad susupi. Intervensi Fuad ke

berbagai parpol dan ormas di Bangkalan ini dilakukan dengan cara terlibat

langsung dalam setiap momen-momen pemilihan ketua DPC atau pemilihan

ormas yang sedang dilangsungkan. Saking mengguritanya dominasi Fuad ke

tubuh parpol, maka di Bangkalan keluar istilah tidak ada partai kecuali PPP:

Partai Pendukung Pendopo

“Hampir semua partai, bahkan sampai waktu itu ada istilah di Bangkalan ini

enggak ada partai kecuali PPP, (partai pendukung pendopo). Hanya ada satu

yang enggak, yaitu PKNU waktu itu. Yang gak tersentuh, ya emang kan

PKNU dikontrol langsung oleh kiai imam kan seperti itu. Kalau yang lain-

lain itu ya PPP semua. Ya gimana enggak PPP, wong memang dari proses

pemilihannya sudah ditunggui seperti itu”.128

D. Friksi Bani Kholil

Pengaruh politik bani kholil di Bangkalan saat ini memang tidak terlepas

dari sejarah dan figur Kiai Syaikhona Kholil bin Abd‟ Latief itu sendiri. Nama

besarnya dan pengaruh kharismatik yang melekat pada diri Syaikhona Kholil di

masyarakat, tidak bisa ditinggalkan dari perannya yang besar dengan selalu turut

serta dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari masalah-masalah

keagamaaan, ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam kancah sosial politik, hal ini dapat dilihat dari kelahiran NU,

Nahdlatul Ulama, sebagai ormas islam tebesar di Indonesia, yang juga tidak

127 Wawancara Pribadi dengan NNH.

128

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 156: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

144

terhindarkan dari sentuhan tangan Syaikhona Kholil Bangkalan melalui muridnya

KH. Hasyim Asy‟ari. Termasuk lainnya dalam bidang ekonomi, Syaikhona Kholil

pun turut serta dalam aktivitas perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari sekali

pelayarannya ke Kalimantan menggunakan perahu miliknya yang bernama

Sarimuna. Selanjutnya perahu ini beliau hibahkan kepada masyarakat dengan

ketentuan bagi hasil. Keuntungannya kebanyakan beliau gunakan untuk

membangun masjid. Ini merupakan fakta nyata bahwa Syaikhona tidak sekadar

menaruh perhatiannya pada permasalahan-permasalahan agama saja, melainkan

juga menaruh perhatian yang besar kepada masalah-masalah sosial ekonomi dan

politik di masyarakat.129

Unsur ini, kelak, telah mewariskan satu dimensi kekuatan

modal sosial politik yang juga diturunkan pada keturunan-keturunannya.

Sehingga wajar bila sampai saat ini, penghormatan dan rasa takdzim

masyarakat kepada keluarga besar bani kholil tidak pernah ada habis-habisnya.

Masyarakat masih berpatron kepada keturunan-keturunan syaikhona kholil dalam

segala urusan. Maka tak heran bila di setiap momen pemilu yang ada di

Bangkalan, dominasi keluarga bani selalu mewarnai jalannya dinamika politik

yang berlangsung.

Secara genealogi, Syaikhona Kholil hanya memiliki dua orang anak. Satu

Kiai Imron dan satunya lagi Nyai Asma. Dari keturunan Kiai Imron ini banyak di

antara mereka yang terjun ke dunia politik. Sedangkan dari keturunan Nyai Asma,

mereka lebih terlibat di masalah-masalah kegamaaan, seperti pengajian, di masjid,

dan lain sebagainya. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa keturunan

129

Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki

Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” (Disertasi Program Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h. 89-90.

Page 157: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

145

Kiai Imron pun ikut terlibat dalam masalah-masalah agama, walau untuk urusan

politik mereka terbilang lebih dominan.130

Di antara keturunan Kiai Imron itu di antaranya adalah Kiai Amin dan Kiai

Ma‟mun. Keduanya merupakan anggota DPR RI dari partai PPP. Selain Kiai

Amin dan Kiai Ma‟mun, Kiai Imron juga memiliki putri yang bernama Nyai

Romlah. Dari keturunan Nyai Romlah kelak lahirlah seorang putra, Kiai Kholil

AG. Dia merupakan ketua DPR pada tahun 1971 dari Partai Nahdlatul Ulama,

pemenang partai di Bangkalan. Dan dari Kiai Imron pula lahir Nyai Arfiah,

dimana dia memiliki putra yang bernama Syafii Rofii, mantan wakil bupati

Bangkalan 2008-2012 dan Mundzir Rofii, wakil bupati Bangkalan 2012-2016.

Dari Kiai Amin lahir Fuad Amin, dan dari Kiai Kholil AG lahir Imam Bukhori

Kholil. Sedangkan dari garis keturunan Syaikhona Kholil ke Nyai Asma jarang

sekali dari keturunannya yang tampil dalam pentas politik baik itu di Bangkalan

maupun di nasional.131

130 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

131

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 158: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

146

Bagan IV.3. Garis Keturunan Syaikhona Kholil

Sumber Gambar: Diolah dari hasil wawancara

Wajar bila akhirnya Fuad Amin memegang kendali di antara keluarga Bani

Kholil lainnya. Karena sampai saat ini, Fuad Amin merupakan keturunan tertua di

antara pihak keluarga yang lain. Banyak dari para pengasuh pesantren di

Bangkalan, dan para kiai-kiai setempat, yang masih takdzim dan hormat pada

Fuad Amin. Selain karena posisinya yang dianggap sebagai kiai sepuh, gaya

kepemimpinan Fuad Amin yang arogan dan otoriter berkontribusi meningkatkan

daya tawanya selaku orang berpengaruh di Bangkalan.132

Memang dalam perjalanannya, dinamika serta friksi di antara keluarga bani

kholil tidak terhindarkan. Munculnya dua tokoh berpengaruh dalam satu keluarga

132 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Syaikhona Kholil Bin Abd’ Latief

Kiai Imron Nyai Asma

Kiai Amin

Kiai Ma’mun

Nyai Romlah

Nyai Arfiah

Fuad Amin

Kiai Kholil A.G

Mundzir Rofii Syafi Rofii

Page 159: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

147

bani, mau tidak mau mengharuskan kedua kubu ini untuk saling berhadap-

hadapan. Sekalipun dalam dinamikanya, Fuad Amin lebih mendominasi - dengan

berbagai bentuk dominasi dan hegemoni yang telah dia lakukan – ketimbang

keponakannya sendiri, Imam Bukhori Kholil.

Kemunculan kubu baru dalam hal ini adalah Imam Bukhori Kholil dari

keluarga besar, menurut pengakuan Imam Bukhori Kholil sendiri, dimaksudkan

agar masyarakat lebih menganggap bahwa urusan politik bukan urusan yang

sakral. Karena fenomena pengkultusan masyarakat terhadap kiai yang selama ini

sering tergambarkan dalam sikap masyarakat yang mempercayai fatwa-fatwa

politik kiai, tentu berbahaya bagi kelangsungan demokrasi yang menghendaki

adanya check and recheck antara pihak penguasa dengan rakyat (yang dikuasai).

Selama ini masyarakat Bangkalan terlihat enggan, bahkan takut, untuk mengkritisi

segala kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyimpang. Maka kehadiran kubu

Imam Bukhori Kholil menurutnya juga untuk memberikan pendidikan politik

seperti itu. Bahkan tambahnya, adanya banyak kubu yang muncul dari keluarga

bani kholil malah membuat persaingan semakin sehat. Masyarakat akan semakin

tahu mana pemimpin yang benar-benar merepresentasikan kepentingan mereka

dan mana yang justeru sebaliknya. Dan sejarah di masa yang akan datang dapat

membaca bahwa tidak seluruhnya pemimpin yang berasal dari keturunan trah bani

kholil sama seperti dengan Fuad Amin.133

Dalam perkembangannya, untuk urusan politik di Bangkalan, yang pada

mulanya kiai selalu dijadikan kiblat politik bagi masyarakat, lambat laun hal ini

133 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 160: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

148

semakin berkurang. Masyarakat kini semakin terbuka terhadap parta-partai

sekuler non-kiai. Hal ini dapat dilihat dari perolehan suara partai-partai non kiai.

Keterbukaan ini merupakan satu indikasi kecil bahwa masyarakat semakin sadar

bahwa politik adalah arena lain yang berbeda dengan persoalan-persoalan agama.

Politk adalah wilayah abu-abu yang dinamis sedangkan agama adalah arena yang

memiliki aturan-aturan serta hukum yang tetap.134

“......Nah, di Bangkalan saya melihatnya juga seperti itu, bahwa dulu trah kiai

menjadi patron yang sangat mutlak, sekarang masyarakat ini sudah mulai

juga berfikir, tidak semua apa yang menjadi fatwanya kiai dalam politik itu

menjadi diikuti secara buta. Terbukti banyak partai-partai lain di Bangkalan

juga memperoleh suara. Partai-partai non kiai tetap mempunyai suara. Nah

inikan memperlihatkan bahwa masyarakat sudah mulai berfikir logis atau

berfikir realis dalam urusan politik. Walaupun dalam urusan keagamaan dan

sosial masih belum tergoyahkan, trah kiai masih menjadi panutan

masyarakat.”135

Munculnya kelompok oposisi di internal keluarga bani Kholil yang diwakili

oleh Imam Bukhori, tidak lantas memutus hubungan silaturahmi antara dia

dengan paman-paman dan keluarga besar lainnya, yang banyak mengkubu ke

pihak Fuad Amin. Menurutnya, dia tetap datang di acara silaturahmi keluarga dan

menjalin hubungan tersebut. Sikap Imam yang berseberangan dengan pihak

keluarga, dan kritik yang selalu ia tujukan pada pemerintahan Fuad Amin,

menjadikannya di antara trah keluarga bani dikenal sebagai kelompok

pemberontak.136

E. Kondisi Civil Society Selama Kepemimpinan Fuad Amin

Civil society, sebagaimana didefinisikan oleh Muhamad AS Hikam yang

menyitir ide-ide de‟ Tocqueville, diartikan sebagai:

134 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

135

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

136

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 161: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

149

“wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara

lain: kesukarelaaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan

keswadayaan (self-supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan

negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang

diikuti oleh warganya.”137

Bertolak dari definisi tersebut, kondisi civil society di Bangkalan masih belum

tercapai secara maksimal. Artinya, indikator-indikator yang diajukan untuk

mengukur suatu lingkup pada tatanan masyarakat yang dapat dikatakan berjalan

atau tidaknya civil society di dalamnya lebih menunjukkan hasil negatif. Baik

sebelum ataupun sesudah demokrasi diterapkan. Kondisi civil society sebelum

Fuad Amin duduk di kursi bupati untuk pertama kali di Bangkalan sebetulnya

masih sama rupa dengan kondisi sosial yang berlaku pada era sebelumnya, yakni

adanya semacam dominasi terhadap masyarakat oleh kalangan kiai, atau

masyarakat berada di bawah kendali alim-kiai secara langsung. Namun dengan

tokoh sentralnya waktu itu adalah Kiai Abdullah Sachal, salah satu Ketua Dewan

Syuro PKB.138

Dan sebelum Fuad Amin menjabat sebagai bupati definitif pada tahun 2003,

bupati Bangkalan sebelumnya adalah Mohammad Fatah. Dia berasal dari unsur

TNI dari matra angkatan laut. Seperti kondisi wilayah-wilayah lainnya di

Indonesia, Fatah juga merupakan bagian yang terintegrasi dari unsur orde baru.139

Fenomena transisi demokrasi dalam lanskap politik lokal di Bangkalan pasca

Soeharto runtuh, yang memunculkan Fuad Amin sebagai pemimpin baru

menggantikan Fatah, pada realitanya tidak menghasilkan sebuah tatanan yang

lebih terbuka dan transparan, melainkan menghasilkan rezim yang kurang lebih

137

Muhamad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 3.

138

Wawancara Pribadi dengan AHS.

139

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 162: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

150

mirip dengan pemerintahan orba. Sepadan dengan ide yang diungkapkan oleh

O‟Donnell dan Schmitter bahwa proses transisi hakikatnya dapat menghasilkan

beberapa bentuk: jika bukan keberhasilan ditegakkannya demokrasi politik, maka

bisa jadi yang muncul adalah rejuvinasi kekuatan otoritarian lama atau bahkan

lebih kejam dari pada yang sudah-sudah, atau transisi bisa pula hanya sebatas

rotasi kekuasaan tanpa memberikan solusi pada penyelesaian masalah

kelembagaan.140

Hasil transisi kekuasaan politik di Bangkalan yang terjadi pasca

Soeharto tumbang, justru mengarah pada pengekalan praktik hegemoni, meskipun

aktor yang muncul merupakan pemain baru. Hal ini seperti diungkapkan oleh

NNH:

“......Tahu bedanya Fuad Amin sama Soeharto, kalau Soeharto ini bisa

mengkondisikan TNI, politiknya dia punya Golkar, kekuatan blaternya

maupun penjaga dirinya dia punya TNI, satu. Dan dia juga punya kekuatan

finansial yang sangat biasa. Bagi para pejabat yang ingin, dia juga punya

kekuatan struktur. Ini kekuatannya Soeharto, kalau kultur saya kira ndak

punya. Tapi kalau Fuad Amin, untuk kekuatan hukum, dia itu kejaksaan

sama kepolisian, dia keok....”141

Di masa-masa awal kepemimpinan Fuad Amin di Bangkalan, eksistensinya

sebagai bupati memang harus diakui cukup baik, karena Fuad mampu

memberikan rasa nyaman kepada masyarakat. Lewat kharisma yang dia miliki,

konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat relatif bisa diredam. Misal

salah satunya adalah konflik antar nelayan Koanyar dan Noreh yang terjadi akibat

perebutan tempat. Konflik yang mengarah pada kekerasan dan praktik saling

bunuh itu akhirnya bisa diselesaikan oleh Fuad. Contoh lainnya adalah saat akan

adanya pembakaran terhadap salah satu pondok di Serabi Barat oleh massa. Emosi

140 Vedi R Hadiz, Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Pasca-Soeharto, (Jakarta: LP3ES,

2005), h. 236.

141

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 163: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

151

massa bisa diredam setelah Fuad datang. Menurut AHS, aura dan kharisma Fuad

Amin itu betul-betul ada. Sehingga gejolak yang terjadi di masyarakat dapat

diselesaikan dengan begitu mudah oleh Fuad. Terlepas entah apa itu sekadar

kontruksi sosial atau kesaktian, tapi hal itu memang betul-betul terjadi.142

Untuk memahami kondisi civil society di Bangkalan, ada beberapa hal yang

sebelumnya mesti kita ketahui lebih dulu. Pertama, secara kultur Bangkalan

merupakan kota agamis. Masyarakat Bangkalan menaruh perhatian yang tinggi

pada permasalahan-permasalahan seputar agama. Perhatian yang tinggi pada

aspek keagamaan ini pada akhirnya membawa masyarakat Bangkalan untuk

menghormati segala simbol agama, termasuk penghormatan kepada para kiai.

Kedua, tertanamnya kultur blater di lingkungan Bangkalan yang cenderung

mempersembahkan penyelesaian masalah melalui unsur kekerasan. Dan kultur

keblateran mau tidak mau dampaknya sangat terasa dalam setiap persoalan yang

muncul dan menyangkut masyarakat.

E.1). Gambaran Umum Masyarakat Bangkalan

Gambaran umum yang melekat pada kehidupan orang-orang Bangkalan

adalah kehidupan mereka yang dekat dengan dunia pesantren. Kultur religi

menjadi ikhwal yang penting dan inheren, dan tidak terpisahkan dari kehidupan

mereka sehari-hari. Hal ini bisa dilihat dari maraknya pesantren-pesantren yang

bermunculan di Bangkalan. Bahkan Kuntowijoyo menyebut kota ini sebagai kota

„seribu pesantren‟ yang tentunya banyak didiami oleh para santri.

142 Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 164: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

152

Santri sebagaimana umumnya, adalah kalangan yang menaruh rasa hormat

dan takdzim yang besar kepada kiai mereka. Kiai adalah guru-guru mereka. Kiai

disimbolkan sebagai orang yang suci yang memiliki banyak mitos tentang

kekuatan gaib. Kiai mempunyai nilai baraqa yang hanya bisa didapatkan oleh

masyarakat melalui penghormatan kepadanya lewat ritual-ritual tertentu, misalnya

melalui mediasi cium tangan (salaman) atau dengan ziarah ke makam para leluhur

kiai yang telah dulu meninggal dunia. Kecintaan masyarakat yang besar kepada

para kiai secara tidak langsung, telah mengkontruksi sebuah tatanan masyarakat

yang memposisikan kiai di strata paling atas.143

Penghormatan masyarakat Bangkalan kepada kiai-kiai mereka, nyatanya

tetap terus berlanjut sampai kepada para keturunannya. Hal ini tidak terlepas dari

budaya masyarakat di Bangkalan yang mempercayai bahwa seorang anak kiai

sudah pasti akan menjadi kiai. Sebab sang anak mewarisi trah darah biru.144

Maka

tak aneh bila rata-rata keturunan keluarga besar Syaikhona Kholil menyandang

predikat sebagai kiai atau lora.145

Dengan kemuliaan yang dimiliki oleh

Syaikhona Kholil sebagai ulama besar dan guru bagi kebanyakan ulama di

nusantara, akhirnya, seluruh keturunannya ikut mewarisi kemuliaan beserta nama

besarnya.

“.....Kaya menjadi sebuah stigma positif bagi mereka bahwa anaknya kiai

pasti akan jadi kiai. Dan anaknya orang awam ndak bakalan jadi kiai. Kan

gitu. Karena ada trah darah biru itu, bahasa mereka.”146

143 Ahmad Nurcholis, “Mitos Kiai Suci,” artikel diakses pada tanggal 27 Maret 2016 dari

http://islamlib.com/gagasan/mitos-kiai-suci/

144

Wawancara Pribadi dengan MH.

145

Sebutan lora berlaku bagi anak keturunan kiai yang masih muda. Wawancara Pribadi

dengan NNH.

146

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 165: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

153

Sayangnya, penghormatan ini semakin bias tatkala kiai terjun ke dunia

politik. Dunia politik yang cenderung dipenuhi oleh segala macam siasat dan

perilaku koruptif para aktornya, menyulitkan pembelahan sosiologis kiai sebagai

alim, ulama, dan guru di satu sisi, dengan kiai sebagai politisi murni di sisi yang

lain. Kesulitan memisahkan dua elemen yang berlainan dalam satu tubuh kiai ini

kemudian berdampak pada absennya kontrol masyarakat terhadap para kiai yang

terlanjur terjun ke dunia politik. Karena budaya kekiaian yang hierarkis dan

keberlakuan budaya tanpa kritik di dalamnya, telah mengkonstruksi pribadi kiai

dan masyarakat untuk bagaimana bersikap. Di satu sisi kiai merasa paling

superior, di sisi lain masyarakat merasa tidak pantas untuk menasehati kiai lewat

kritik yang mereka sampaikan. Sebab, sekalipun kalangan kiai terjun ke dunia

politik, embel-embel kekiaiannya akan tetap melekat dan tak akan pernah hilang.

“......Rupanya Bangkalan ini memang agak susah gitu kan, ya karena SDM,

kepala desa dan pejabatnya juga, yang mereka ini istilahnya punya bupati

yang tipikal kiai agak susah, karena kiai ini kan tahunya nyuruh, gitu.

Enggak bisa mau dikritisi, enggak boleh dikritisi kalau kiai, nah itu bedanya

dengan bupati dengan kiai.....”147

Secara kelembagaan, gelar kiai yang disandang oleh seseorang tentu

mencerminkan dalamnya sikap-asketis bagi diri yang bersangkutan. Kesucian, dan

terjaga dari sikap-sikap tercela merupakan pantulan laku kiai di masyarakat.

Sehingga anggapan bahwa kiai tidak mungkin melakukan kesalahan dan terbebas

dari segala dosa menjadi kondisi umum yang terjadi di masyarakat. Apalagi

kepatuhan yang ditunjukan oleh masyarakat kepada kiai dengan sendirinya akan

membentuk perasaan takut dan khawatir tertimpa tulah/kwalat bila berhadapan

dan berani melawan kalangan kiai. Maka menjadi kaprah bila impak dari adanya

147 Wawancara Pribadi dengan SYK.

Page 166: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

154

anggapan ini adalah lahirnya rasa enggan untuk memberikan kritik terhadap para

kiai. Khususnya terhadap mereka-mereka yang menduduki jabatan publik.

Gambaran tersebut merupakan fenomena lumrah yang terjadi di Bangkalan

era reformasi. Representasi kiai yang terjun ke dunia politik era reformasi dapat

dilihat dari sepak terjang Fuad Amin. Fuad Amin yang mendapatkan gelar RKH

(Raden Kiai Haji) tidak terlepas dari posisinya sebagai keturunan Syaikhona

Kholil dan anak kandung Kiai Amin. Kharisma yang terpancar dari diri Fuad

Amin kurang lebih bersumber dari para leluhurnya ketimbang berasal dari

cerminan perilakunya. Faktanya, meskipun Fuad berasal dari latar keluarga kiai,

tidak mesti sikapnya mewarisi tindak-tanduk seorang alim kiai, bahkan

kenyataannya, perilakunya sangat jauh dari nilai-nilai substantif agama. Hal ini

dapat dilihat dari sepak terjangnya sebagai bupati yang dipenuhi oleh perilaku

KKN dan tindak kekerasan yang dia lakukan.

Meskipun kepemimpinan Fuad Amin banyak diwarnai penyimpangan dalam

berbagai sektor pemerintahan, faktanya tidak lantas menjadikannya sebagai objek

kritik masyarakat yang lebih masif. Masyarakat masih terbilang apatis. Kalaupun

ada, itupun hanya dilakukan oleh sebagian kalangan dan jumlahnya sangat begitu

kecil. Bahkan adanya kelompok penentang di Bangkalan, tidak sedikit yang

kemudian hanya menjadi bahan cibiran masyarakat. Pasalnya pola berpikir

masyarakat masih terkungkung dengan segala macam-macam mitos tadi: kwalat,

patrimornial dan budaya mengkritisi kiai belum begitu populer di masyarakat.

“.......pola pikir masyarakat yang masih terkontaminasi dengan patrialistik

ya. Jadi jangankan mendengar namanya fuad yang kita lawan, mau kita ajak

mereka untuk bergerak umpama, dengar kita ngotak-atik kekuasaannya fuad,

Page 167: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

155

kritik demo segala macam, mereka udah antipati dengan kita. Karena

dianggap ini seorang kiai gitu loh yang gak pantas dilawan, gitu.”148

Tapi semenjak Fuad Amin ditangkap oleh KPK, mulai meruak kabar bahwa

masyarakat saat ini mulai sadar dan mereka tidak akan lagi mencari bupati dari

silsilah kiai. Pengalaman Fuad Amin sebagai Kiai-Bupati dengan berbagai

penyimpangan-penyimpangan yang dia lakukan sampai harus ditangkap oleh

KPK, setidaknya telah mencoreng kalangan kiai secara keseluruhan. Wacana ini

keluar sebagai bukti bahwa masyarakat Bangkalan masih mencintai kalangan

kiai.149

“Sangat. Karena apa sekarang ini, setelah kita (ini bahasa masyarakat)

mereka saking cintanya kepada kiai, takut nama kiai itu tercoreng kembali,

nah masyarakat sekarang ini yang sekarang ini tidak mau lagi, kayaknya

tidak mau lagi jadi (bahasa-bahasa masyarakat di bawah) kalau mencari

bupati jangan cari kiai. Kalau mau jadi bupati jangan mencari kiai, dari kiai.

Ini masyarakat yang bicara, ini jangan diartikan kami tidak suka pada kiai,

saking cintanya masyarakat pada kiai, takut tercoreng seperti kondisi

sekarang, akhirnya masyarakat punya inisiatif jangan mencari kiai, mencari

orang biasa saja yang mampu untuk membangun Bangkalan ke depan, ya

kalau kita dengar-dengar di lapangan seperti itu.”150

E.2). Dinamika Aktivis Bangkalan

Di kalangan para aktivis Bangkalan, adalah menjadi sesuatu yang lumrah

apabila Fuad Amin melakukan cengkeraman dan dominasinya dengan berbagai

upaya yang melampaui hukum. Fenomena dan dinamika aktivis Bangkalan

selama berada di bawah kepemimpinan Fuad Amin, berjalan sangat tragis. Aktivis

kerapkali menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh Fuad Amin beserta para

kroninya. Ada banyak contoh kekerasan yang dilakukan oleh Fuad Amin lewat

tangan suruhannya itu. Meskipun Fuad tidak terjun secara langsung untuk

148 Wawancara Pribadi dengan MH.

149

Wawancara Pribadi dengan MMD, Bangkalan, 19 September 2015.

150

Wawancara Pribadi dengan MMD.

Page 168: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

156

melakukan kekerasan, tapi para aktivis di Bangkalan sangat mafhum bahwa otak

sebenarnya dari maraknya kasus kekerasan yang terjadi terhadap para aktivis

adalah Fuad Amin. Rasionalisasinya adalah karena kasus kekerasan yang

menimpa mereka biasanya terjadi setelah mereka melakukan aksi protes ataupun

melakukan kritik terhadap kepemimpinan Fuad Amin. Misalnya, pembacokan

yang menimpa saudara Fahrillah, peristiwa tersebut terjadi beberapa hari setelah

dia melakukan aksi protes mengenai perda kepala desa yang bermasalah, karena

wewenang Fuad Amin terkait perda ini begitu besar.

“Jadi begini, 1 minggu apa 10 hari kurang lebih begitu setelah saya

mengkritisi masalah perda itu. Dan saya memimpin beberapa demo di

Bangkalan. Akhirnya pada tanggal 6 hari sabtu, pada tanggal 6 hari sabtu,

november, tahun 2010 itu....”151

Atau seperti kasus yang menimpa Husni, yang dijebak oleh sabu-sabu oleh

orang-orangan Fuad, sehingga membuatnya sempat mendekam di penjara. Dan itu

terjadi beberapa hari setelah dia melakukan protes terhadap PPP yang waktu itu

dikekang oleh Fuad Amin untuk tidak mencalonkan Imam Bukhori Kholil

menjelang pencalonannya sebagai bupati. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun

2007.152

Hal yang sepadan juga diungkapkan oleh NNH, dia mengatakan bahwa

semua orang sudah mengerti betul bahwa aktor intelektual di balik peristiwa

kekerasan terhadap aktivis yang terjadi di Bangkalan adalah Fuad Amin.

“Ya tidak usah kasih contoh pun semua orang sudah tahu. Kalau saya secara

pribadi, saya secara pribadi inikan orang yang mau dibunuh. Saya secara

pribadi orang yang mau dibunuh, salah satu target. Ya saya sampaikan, kalau

siapa yang narget, yang narget ya itu lah. Kenapa saya punyai, saya juga

punya dasar, dasar kenapa saya harus kesana menetapkan itu, gitu.”153

151 Wawancara Pribadi dengan FHR.

152

Wawancara Pribadi dengan FHR.

153

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 169: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

157

Kasus kekerasan ini faktanya bukan hanya sekadar memberikan teror agar

menjadi pembelajaran bagi para penentang Fuad Amin yang lainnya: bahwa

orang-orang yang berlawanan dengan Fuad akan mengalami nasib yang serupa.

Tapi kasus kekerasan yang terjadi faktanya juga mengarah kepada pembunuhan

bagi target yang bersangkutan. Target „pembunuhan‟ pernah dialami oleh aktivis

CIDE, Mathur Khusairi. Dia adalah salah satu korban penembakan. Peristiwa itu

terjadi pada tanggal 20 Januari 2015. Mathur sendiri merupakan mantan asisten

pribadi Fuad Amin yang keluar dari lingkaran Fuad setelah mengetahui gelagat

sikap dan prilaku Fuad yang menyimpang. Peristiwa kekerasan terhadapnya

sebetulnya bukan kali itu saja, sebelumnya kaca jendela rumahnya pernah menjadi

objek pelemparan oknum Fuad, dan pada tahun 2011, mobilnya sempat dibakar.

Sebelumnya Mathur Husairi pernah beberapa kali melaporkan dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan oleh Fuad Amin pada proyek pembangunan

Pelabuhan Madura Industrial Seaport City di Kecamatan Socah dan proyek

pengaspalan Jalan Bujuk Sarah di Desa Martajesah kepada KPK. Selain itu

Mathur Husairi pun terlibat dalam protes aksi mengenai pungutan liar di dinas

pendidikan dan penyimpangan pada pengangkatan CPNS di Badan Kepegawaian

Daerah Bangkalan.154

Kasus kekerasan lainnya juga pernah menimpa beberapa aktivis Bangkalan.

Kebanyakan dari mereka rata-rata dibacok dan dijebak dengan sabu-sabu.

Sebagaimana diungkapkan oleh AHS, yang juga mantan orang dekat Fuad dan

pernah mengalami sendiri bagaimana dirinya diajak carok oleh Fuad Amin.

154 Tempo.co, “Polisi Usut Penembakan Aktivis di Bangkalan,” berita ini diakses pada tanggal

25 Februari 2016 dari http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/20/058636213/polisi-usut-

penembakan-aktivis-di-bangkalan

Page 170: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

158

Mereka antara lain: Fahrillah (dibacok), Husni (dijebak sabu-sabu), Muzakki

(dibacok), Nanang Hidayat (diancam dan menjadi salah satu target operasi Fuad),

Mahmudi (dibacok).

“Kalau fisik belum, tapi (oiya fisik ditelepon diajak carok saya, diajak

berantem) tahun 2010. Dia memang beda politik dengan saya. Mobil saya

dikepruk.”155

“Pokoknya awalnya saya ya, tapi saya itu kan tidak fisik. Tidak langsung

fisik saya, setelah itu Fahri, Fahrillah (dibacok), Muzakki (dibacok),

Mahmudi, Mathur (ditembak), Husni (dijebak narkoba), Nanang

(diancam).”156

Sebetulnya pasca reformasi digulirkan, keterbukaan untuk memberikan

kritik terhadap kinerja pemerintahan sangat terbuka lebar. Dan masyarakat

Bangkalan setidaknya juga sadar akan penyimpangan-penyimpang yang telah

Fuad Amin lakukan. Tapi lagi-lagi, dengan dominasi dan teror yang sering Fuad

lakukan, pada akhirnya hanya sedikit saja dari mereka yang masih tetap bertahan

untuk melakukan kontrol pada pemerintahan. Karena untuk menuangkan segala

kritikan tersebut, mereka takut. Kecuali mereka-mereka yang siap dengan segala

resiko yang akan mereka dihadapi.157

Kekerasan yang dilakukan oleh Fuad Amin tidak terlepas dari dominasinya

yang amat begitu besar di Bangkalan. Apalagi jaringan blater yang cenderung

lekat dengan dunia kekerasan dan carok, adalah jaringan yang juga dipelihara oleh

Fuad Amin. Segala krtitik yang mengarah pada Fuad Amin, akan dia redam

dengan banyak cara. Jika yang mengkritik adalah kalangan mahasiswa atau

pemuda, biasanya Fuad Amin akan memanggil orang-orang terdekat mereka

155 Wawancara Pribadi dengan AHS.

156

Wawancara Pribadi dengan AHS.

157

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 171: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

159

terlebih dulu, orang tua atau guru ngaji mereka. Dari orang dekat tersebut,

merekalah yang kemudian akan meneruskan pesan Fuad, agar mereka berhenti

melakukan aksi protes dan lain sebagainya.

Berbagai teror dan tindak kekerasan yang acapkali Fuad lakukan sangat

berpengaruh pada munculnya rasa takut dari masyarakat dan orang-orang yang

ada disekelilingnya. Ketakutan masyarakat kepada Fuad Amin juga terlihat dari

beberapa orang dekatnya yang lebih memilih untuk mengangkat telepon dari Fuad

Amin ketimbang menyelesaikan shalatnya lebih dulu. Peristiwa ini merupakan

fakta yang tidak bisa dipungkiri. Momok Fuad divisualisasikan sebagai orang kuat

tanpa batasan kekuasaan.

“.........Jadi orang-orangnya ini anak-anak ideologisnya ini, jadi seakan-akan

menuhankan, mas. Seandainya rukun iman itu bisa ditambah, ditambah satu

lagi itu. Iman kepada Fuad Amin. Bahkan mungkin pada urutan pertama itu.

Kenapa saya sampaikan seperti itu, karena adapun teman saya yang juga

senior saya pas lagi solat sudah baca fatihah pas ada telepon dari fuad amin,

salatnya dibatalin. Demi menerima telepon karena takut. Berartikan dia

lebih takut kepada Fuad Amin daripada kepada Allah. Jadi ini, rukun

imannya itu tujuh.”158

Selain itu, dominasi Fuad pun tidak terlepas dari dukungan para kepala desa

atau klebun yang ada di sekelilingnya. Keterlibatan mereka dibuktikan dengan

turut melakukan monitoring kepada warga yang kerap melancarkan aksi protes

terhadap pemerintahan Fuad. Sehingga tidak sulit bagi Fuad untuk melakukan

kontrol satu persatu terhadap masyarakat Bangkalan, lantaran jaringan kepala desa

pun sepenuhnya ada di bawah kendalinya.

“Yang kedua, cengkeraman blater itu tadi dan kepala desa. Ini akan ketahuan

siapa yang bergerak di desa itu akan ketahuan. Jadi kontrolnya di situ. Kalau

gak memang anak atau teman-teman ini yang benar-benar berani terhadap

resiko, gak mungkin akan bergerak bergabung dengan teman-teman di sini.

158 Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 172: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

160

Karena kontrol itu kuat. Ketahuan nanti oh ini anaknya ini gitukan, di desa

ini, tinggal kepala desanya yang dipanggil. Nanti sampean yang aktivis

umpama, saya kepala desa, orang tuanya yang dipanggil. Kalau enggak

sampean dulu pernah belajar di mana, pesantrennya umpama, kiainya yang

dilobi. Kalau sampean udah lobinya lewat kiainya, siapa yang masih mau

melawan.”159

Kontrol Fuad kepada para penentangnya biasanya Fuad lakukan dengan cara

persuasif terlebih dulu. Cara persuasif ini tidak lepas dari dua hal, pertama iming-

iming materil atau bantuan, kedua, kemampuan Fuad dalam berteatrekalisasi di

depan penentangnya. Kehebatan Fuad dalam melakukan akting ini diakui sendiri

oleh beberapa aktivis di Bangkalan. Hal seperti ini pernah dialami sendiri oleh

AHS.

“.......orang dalam saya awalnya kan. Tek keluar. Tuh maukan letupan-

letupan, karena memang saya yang mengawali, enggak ada yang berani mas.

Saya yang mengawali, Saya awalnya digituin juga lagi: ayo perlu apa Liman

gini gini tapi bukan orangnya langsung. Karena saya sering tidak kuat ketika

orangnya sendiri yang bicara. Dipanggil, ditelepon saya gak pernah mau,

kalau sudah berhadapan saya sering kalah. Sudah berkali-kalikan saya

itu.”160

Bahkan dalam teatrekalnya, Fuad Amin acapkali menitikan air mata saat

memohon dan meminta kepada para penentangnya agar menghentikan protes

yang mereka lakukan. Pengalaman ini sebagaimana yang juga dia lakukan saat di

persidangan Tipikor. Alasannya tentu agar rasa iba dan kasihan timbul dari para

penentangnya. Sehingga tidak sedikit dari para aktivis di Bangkalan yang

akhirnya luluh karena terbuai dengan drama yang Fuad lakukan, dan kemudian

berada di barisan Fuad Amin. Para aktivis yang memilih bergabung dengan Fuad

Amin dikenal dengan istilah LSM plat merah.

159 Wawancara Pribadi dengan MH.

160

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 173: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

161

“.....karena memang berkali-kali saya itu melawan itu saya berkali-kali.

Setelah ketemu orangnya, ngedown dan disapahpakan nangis. Makanya

yang kemarin nagis, itu jurus pamungkas itu”.161

“......Saya kan gak tega. Terus saya kan terenyuh dan segala macamnya,

masuk lagikan saya”.162

Dengan berbagai pengekangan dan ancaman tindak kekerasan yang diarahkan ke

berbagai kalangan aktivis lokal, faktanya tidak serta merta membuat usaha untuk

tetap mengontrol dan menciptakan pemerintahan yang transparan berhenti

diupayakan. Para aktivis lokal - akhirnya tetap mencari jalan lain agar upaya ke

arah tersebut tetap ada. Salah satu di antaranya yaitu dengan mengupayakan

kritik-kritik kepada pemerintah lewat media sosial seperti facebook atau menakut-

nakuti para kepala desa melalui sms.163

Kampanye lewat Facebook terbilang sangat efisien dan efektif, karena

selain mendapatkan informasi tanpa harus mengeluarkan biaya besar seperti

koran, jangkauannya pun luas. Sehingga dengan adanya informasi yang ditulis

lewat status dengan berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta, dan adanya proses

dialektis dengan saling silih balas pada ruang komentar, setidaknya hal ini dapat

memantik kesadaran masyarakat bahwa ada banyak penyimpangan-penyimpangan

yang telah dilakukan oleh pemerintahan Fuad. Pemanfaatan media sosial pun

kemudian terbantu dengan budaya verbal yang masih dominan di kalangan

masyarakat, yang akhirnya saling menyebar informasi dari satu orang ke orang

yang lain.164

161 Wawancara Pribadi dengan AHS.

162

Wawancara Pribadi dengan AHS.

163

Wawancara Pribadi dengan SYK.

164

Wawancara Pribadi dengan SYK

Page 174: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

162

“......facebook ini yang memiliki yang jelas orang yang bisa baca-tulis kan

gitu, sedangkan kalau koran orang tidak bisa baca tidak akan membeli kan.

Tapi kalau media sosial seperti Facebook, dia ngomong gitu loh

menyampaikan, karena dia bisa baca, gini loh aku baca di facebook. Habis

dilike katanyakan, ini istilahnya kaya MLM. Jadi dari mulut ke mulut. Dari

satu ke dua, dua dan seterusnya. Tapi kalau koran, orang gak mungkin baca

langsung disimpan. Akses untuk beli koran susah, nah jadi salah satu fungsi

media sosial itu, untuk itu sebenarnya.....” 165

Tapi kritik melalui media sosial sekalipun nyatanya juga tidak terlepas dari

monitoring yang Fuad Amin lakukan. Kontrol Fuad Amin terhadap masyarakat

juga dia lakukan melalui monitoring pada akun-akun di media sosial. Biasanya hal

ini dilakukan oleh orang-orangan Fuad dengan membuat akun palsu atau atas

nama perempuan dengan menyusup ke ruang-ruang komentar masyarakat

Bangkalan. Yang lebih menakjubkan dari sekadar adanya monitoring terhadap

akun medsos masyarakat setempat adalah yakni adanya monitoring yang

dilakukan oleh Fuad Amin terhadap dua tabulasi rekapitulasi suara setelah

pemilihan dalam momen politik usai dilaksanakan. Rekapitulasi resmi ada pada

KPU, dan rekapitulasi lainnya ada di pendopo. Dan di antara keduanya, hasil yang

dipakai adalah rekapitulasi pendopo.166

“Saya sendiri karena enggak terlalu aktif di medsos, kalau detailnya saya

enggak tahu, cuma jangankan seperti itu ya, wong sampai tabulasi

rekapitulasi suara ketika KPU melaksanakan rekapitulasi itu dua, yang

rekapitulasi resmi dilaksanakan di kantor KPU, sementara di pendopo itu ada

rekapitulasi sendiri. Dan yang berlaku itu yang rekapitulasi di pendopo.

Bukan yang.....”167

Hal lainnya yang seringkali diupayakan oleh kalangan aktivis, salah satunya

SYK, untuk meminimalisir kebiasaan Fuad Amin yang acapkali menggunakan

jaringan klebun untuk usaha-usaha pemenangan lewat manipulasi suara di saat

165 Wawancara Pribadi dengan SYK.

166

Wawancara Pribadi dengan AAR.

167

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 175: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

163

momem-momen politik adalah dengan menakut-nakuti para kepala desa yang ada

di bawah kendali Fuad Amin melalui pengiriman SMS bernada peringatan kepada

mereka. Karena seperti yang telah dijelaskan di muka, bahwa keberadaan kepala

desa di Bangkalan seringkali digunakan oleh Fuad Amin untuk memanipulasi

hasil perolehan suara melalui rekap yang dimainkan berdasarkan formulir C-1.

Dengan adanya peringatan sms yang dikirimkan, paling tidak para kepala desa

akan berpikir ribuan kali untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan - untuk

menuruti segala instruksi yang Fuad suruh kepadanya. Biasanya pengiriman sms

ini dilakukan di luar kota, misalnya Surabaya, agar sistem bts tidak mendeteksi

bahwa sang pengirim pesan berada di dalam kota Bangkalan.168

“Ada. 150-an. Lah ini wong sebelum pemilihan kita takut-takuti, ya kita

pura-pura dari Polda gitukan, kami sudah mengetahui bahwa akan ada

pencoblosan secara masal oleh kepala desa, besok kami dari Polda akan

turun ke setiap TPS. Lah dengan sms seperti itu kepala desa kan pasti

ketakutan. Setelah dua hari setelah itu baru kita buang kartunya. Dan cara

pengaktifannya pun enggak boleh kita di sini. Paling enggak di Surabaya

ataupun di luar”.169

Sedikitnya jumlah masyarakat yang melibatkan diri dalam gerakan-gerakan

oposisi dipahami betul oleh Imam Bukhori Kholil. Dominasi yang telah dilakukan

Fuad betul-betul terasa dalam segala bentuk kontrol kehidupan yang ada di

Bangkalan. Fuad tidak mau, ada riak-riak kecil yang mengganggu kekuasaanya.

Sehingga melaui kontrol yang dia lakukan terhadap berita-berita di media, atau

melalui jaringan kepala desa dan akun-akun di media sosial, dengan beberapa

ancaman bahkan tindak kekerasan, sangatlah wajar bila akhirnya masyarakat lebih

168 Wawancara Pribadi dengan SYK.

169

Wawancara Pribadi dengan SYK.

Page 176: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

164

memilih untuk tidak terang-terangan mendukung kelompok oposisi.170

Bahkan

setelah Fuad ditangkap oleh KPK sekalipun, rasa khawatir di masyarakat masih

tetap bertahan. Karena dominasi Fuad faktanya belum sepenuhnya hilang. Sisa-

sisa kekuatan Fuad, lewat keberadaan orang-orang dekatnya masih tetap eksis.

Untuk partai Gerindra sendiri misalnya, saat ini masih dipimpin oleh adik

kandungnya sendiri, Imron Amin.171

E.3). Lemahnya Penegakan Hukum

Banyaknya kasus kekerasan yang menimpa para aktivis di Bangkalan tidak

lantas membuat kepolisian tergerak untuk mengungkapnya secara tuntas. Rata-

rata kasus kekerasan yang masuk pada laporan kepolisian berhenti di tengah jalan

atau bahkan mungkin tidak disentuh sama sekali. Hal yang sama pun terjadi

dalam berbagai kasus korupsi yang Fuad Amin lakukan.

“......Mana ada polres itu ngungkap kasus korupsi Bangkalan, selama Fuad

Amin menjabat. Mana ada itu kejaksaan, gak ada. Semuanya tidur.”172

Ini merupakan sebuah fakta, karena sampai saat ini, baik kasus korupsi maupun

kasus kekerasan yang terjadi tidak pernah terungkap siapa saja pelakunya dan apa

motif di belakangnya. Terungkapnya kasus korupsi Fuad belakangan ini, lebih

diinisiasi karena kinerja KPK dari pada lembaga hukum setempat.

Ada dua indikasi yang mengarah pada kinerja kepolisian dan kejaksaan di

Bangkalan yang terkesan monoton. Pertama, bisa jadi mereka masuk ke dalam

gerbong Fuad Amin, kedua mereka merasa ciut jika berhadapan dengan Fuad

Amin. Rasa takut ini dapat bermacam-macam bentuknya, bisa saja rasa takut ini

170 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

171

Wawancara Pribadi dengan AHS.

172

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 177: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

165

muncul akan adanya mutasi atau dipindah-tugaskan atau turun pangkat yang dapat

dilakukan kapan saja oleh atasan mereka yang memiliki kedekatan dengan Fuad

Amin. Bahkan beredar rumor, mereka adalah orang-orang belian Fuad Amin.

“Cuma gini, ada juga rasa ketakutan kepolisian, sama aja dengan kapolres

iya kan, kalau kemudian menjabat ke sini ada yang juga bahasanya orang-

orang (rumor ini), ini dibeli gitukan, diminta untuk menjadi kapolres sini,

ada juga kalau dia macam-macam nanti bakal dimutasi, rasa ketakutan itu

kan ada setiap pejabat itukan. Nah, mungkin itu bagi mereka.”173

Padahal laporan atas adanya tindakan penyelewengan wewenang Fuad

Amin berkali-kali sempat dilaporkan oleh masyarakat. Tapi lagi-lagi laporan

tersebut hanya mentok di kepolisian dan kejaksaan.

“........Nah, di dalam periode kedua ini saya melihatnya lebih parah lagi dari

periode pertama, tidak hanya kebijakan yang tidak pro rakyat, tapi

korupsinya ini sudah sedemikian rupa menggurita. Dan itu sudah kita tahu,

data itu kita punya. Kita sudah coba masukan ke laporkan ke pihak aparat

penegak hukum, mulai dari kepolisian dan kejaksaan, tapi itu selalu mentok

dan tidak, tidak ada ruang pintu untuk masuk. Entah bagaimana

caranya....”174

“........akhirnya kita dapatkanlah data terkait pengungsi, pengungsi Sambas,

dengan korupsi ijazah palsu kita dapatkan waktu itu, dan termasuk korupsi-

korupsi APBD. Banyak kita melaporkan di polres maupun kejaksaan tapi ini

tidak bisa terungkap, ada apa di balik ini, gitukan, sebelasan kasus itu.”175

Dengan kinerja kepolisian dan kejaksaan yang monoton, tidak berfungsi,

dan tidak berani mengungkap segala kasus yang berkaitan dengan Fuad Amin,

akhirnya membuat kedua intsansi tersebut oleh masyarakat disebut sebagai dinas

kepolisian dan dinas kejaksaan. Label ini secara eksplisit menggambarkan bahwa

keberadaan lembaga kepolisian dan kejaksaan tidak lebih hanya sekadar sebagai

fasilitator bagi munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh

Fuad Amin menjadi semakin luas. Mereka seolah-olah tidak memiliki tanggung

173 Wawancara Pribadi dengan SYK.

174

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

175

Wawancara Pribadi dengan SYK.

Page 178: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

166

jawab atas penyimpangan yang dilakukan oleh Fuad, sehingga wajar bila ada

anggapan yang muncul di masyarakat seakan-akan mereka berada di bawah

koordinasi langsung Fuad Amin.176

Bukan malah sebaliknya, yang semestinya

mengontrol jalannya pemerintahan. Karena dengan tiadanya tindakan yang

dilakukan, segala bentuk laporan tersebut hanya sia-sia.

“.......Makanya di Bangkalan itu sampai terkenal ada istilah kepala dinas

kepolisian, kepala dinas kejaksaan, karena begitu rupanya dua institusi

penegak hukum ini seakan-akan ada di bawah koordinasi eksekutif, bukan

bergerak sendiri.”177

Bahkan suatu waktu Mathur Khusairi (korban penembakan) pernah

mengajukan usul kepada kasatreskim setempat agar segala kasus kekerasan yang

menimpa aktivis Bangkalan untuk di SP-3 kan saja. Tapi nyatanya hal tersebut

tetap urung dilakukan, karena menurut pihak kepolisian, bisa saja suatu hari

dominasi Fuad Amin akan hilang, dan mereka akhirnya dapat melakukan

tindakan.

“Semua kasus kekerasan terhadap aktivis di Bangkalan tak satupun yang

terungkap. Saya pernah ngomong ke kasatreskrim apa kasat intel ya dulu,

pak ini kasus kekerasan terhadap aktivis ini kenapa gak dihentikan saja di

sp-3kan saya bilang. Inikan menjadi tunggakan kepolisian, kalau di-sp3kan

kita juga, dan ini kami yang mohon gitu. Kenapa enggak di-sp3kan. Mereka

jawabnya: Gak bisa mas, siapa tahu nanti Fuad sudah gak ada, kita bisa

nindak lanjuti ini.”178

Tapi tidak semua penegak hukum di Bangkalan berpaling muka atas segala

tindakan penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan oleh Fuad. Menurut

pengakuan beberapa aktivis, pernah ada juga kapolres Bangkalan di masanya

Sulistyono yang sangat apresiat dan mendukung gerakan-gerakan yang dilakukan

oleh para akivis dalam melakukan kontrol terhadap pemerintahan Fuad. Perhatian

176 Wawancara Pribadi dengan AAR.

177

Wawancara Pribadi dengan AAR.

178

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 179: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

167

dia terhadap penanganan kasus korupsi pun begitu besar. Sayangnya, 4 bulan

setelah penangkapan Fuad oleh KPK, dia harus dipindahtugaskan ke Pasuruan.

“..........Kalau Pak Sulis inikan intens, kalau seminggu sekali, seminggu dua

kali, ngajak ketemu sama kita, ngajak bahas Bangkalan seperti apa. Jadi

keinginan untuk membongkar korupsi itu ada. Dan minimal punya rencana

gitulah.”179

E.4). Organisasi Keagamaan

Institusi-institusi keagamaan, baik yang berbentuk ormas maupun yang

berada di struktur pemerintahan juga menjadi ajang pemanfaatan Fuad untuk

menandaskan kekuasaannya di Bangkalan. Nahdlatul Ulama, Majelis Ulama

Indonesia dan Basra adalah 3 instansi yang seringkali dimanfaatkan oleh Fuad

Amin. Tiga institusi keagamaan ini menjadi unsur elementer yang Fuad gunakan

untuk segala kepentingan pribadinya. PCNU Bangkalan misalnya, sebagai orang

yang memiliki latar keluarga NU, bahkan sebagai keluarga yang menelurkan

embrio berdirinya NU, tentu menjadi hal yang penting bagi Fuad untuk menguasai

ormas ini. Apalagi secara kultur, NU di Bangkalan sangat begitu kuat. Sedangkan

organisasi masyarakat lainnya seperti Muhammadiyah dan Sarekat Islam secara

itung-itungan massa masih kalah jauh dari massa NU di Bangkalan, makanya

keberadaannya tidak menjadi prioritas dominasi Fuad Amin. Basis massa

Muhammadiyah hanya terpusat di kecamatan Burneh, sedangkan SI hanya dapat

dijumpai di kecamatan Kamal.180

NU telah menjadi kultur serta ideologi yang mendarah daging dengan

masyarakat lokal Bangkalan. Dengan menguasai NU Bangkalan, setidaknya Fuad

179 Wawancara Pribadi dengan SYK.

180

Mutmainnah, “Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura,” dalam Jamil Gunawan, Sutoro Eko Yunanto, Anton Birowo, dan Bambang Purwanto,

ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal (Jakarta: LP3ES, 2004), h. 227.

Page 180: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

168

telah berada di barisan paling depan untuk mendulang simpati dari masyarakat.

Melihat NU sebagai ormas potensial untuk segala kepentingannya, akhirnya Fuad

pun mengambil alih pucuk pimpinan PCNU Bangkalan yang sebelumnya diketuai

oleh Imam Bukhori Kholil, pesaingnya, - yang kemudian dia alihkan kepada

Fahrillah, yang kapasitasnya sebagai orang dekat sekaligus familinya.

Bahkan jauh-jauh hari sebelum Fuad Amin berkuasa, NU dan Bassra

merupakan dua organisasi masyarakat yang memang dalam realitanya banyak

didominasi oleh trah bani kholil. Pada periode 2001-2005, Ketua Syuriah NU

Bangkalan dijabat oleh KH. Abdullah Sachal dan Ketua Tanfidziyah NU

Bangkalan dijabat oleh Syafii Rofii. Sedang Ketua PCNU Bangkalan sendiri

dijabat oleh KH. Imam Bukhori Kholil. Adapun Bassra Bangkalan juga pernah di

bawah koordinator KH. Kholil A.G sebelum akhirnya beliau meninggal dunia

pada tahun 1995. Basra memiliki dua LSM , pertama LSM Madura Mandiri dan

kedua, LSM GMH (Gerakan Madura Hijau). Kedua LSM ini masing-masing

dipimpin dan dibina oleh KH. Mundzir Rofii dan KH. Imam Bukhori Kholil.181

Gambaran singkat tentang sejarah NU dan Basra yang memang sudah

semenjak dari dulu sudah didominasi oleh bani kholil setidaknya memberikan

penjelasan bahwa keeksistensian Fuad pada dua ormas tersebut terbilang tidak

mengejutkan, sebab Fuad sendiri merupakan orang tertua di antara pihak keluarga.

Sehingga kesanggupannya untuk menguasai dan menginfiltrasi kepentingan

pribadinya ke dalam kedua ormas bukan merupakan hal yang sulit Bahkan

banom-banom NU di Bangkalan pun tidak terlepas dari jeratan dominasi Fuad

181 Mutmainnah, “Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep,

Madura,” dalam Jamil Gunawan, Sutoro Eko Yunanto, Anton Birowo, dan Bambang Purwanto,

ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal (Jakarta: LP3ES, 2004), h. 226-228.

Page 181: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

169

Amin. Banom NU yang tidak menjadi prioritas Fuad dalam kendalinya hanya

IPNU dan IPPNU. Di luar itu, seluruh banom NU yang berada di struktur lebih

atas dari pada IPNU dan IPPNU terhitung menjadi ladang pengendalian Fuad

Amin.

Ormas NU menjadi basis kekuatan Fuad Amin karena banyak di antara para

keluarganya yang menduduki posisi-posisi strategis.182

Selain PCNU Bangkalan

yang kini diketuai oleh KH. Fahrillah Ashori, seorang pimpinan Pondok

Syaikhona Kholil yang sekaligus keponakannya sendiri dan merupakan putra dari

KH. Abdullah Sachal, ada juga beberapa banom NU lainnya yang juga diduduki

oleh para kroni dan keluarganya. Antara lain: Ketua anshor yang pernah dijabat

oleh Maksum Yani, Abdul Kadir Rofii, Mustahal Rasyid, dan saat ini dijabat oleh

Haji Hasani Zubair, yang kesemuanya merupakan bagian dari salah satu keluarga

dan kroni Fuad Amin.183

Sedang Muslimat NU dipegang oleh saudaranya KH.

Fahrillah Ashori sendiri.

“Kalau PCNU-nya dulu dua periode dipegang oleh Imam Bukhori, ini yang

kontra dengan fuad. Keluar dari Imam ini ke Fahrillah, Fahrillah ini yang

orang dia (keponakannya), sama dengan Imam juga keponakannya, cuma

yang satu ini relatif tidak punya kemampuan untuk mimpin sebuah

organisasi-organisasi besar di Bangkalan. Jadi, dan dia ternyata ditaruh oleh

Fuad. Kalau Muslimatnya saudaranya Fahri, Fuad juga yang milih.

Pokoknya kalau yang levelnya Ansor pun ya, ini masih Fuad yang main

kendali. Kalau sekelas IPNU, IPPNU ini sudah bisa dijamah oleh siapapun.

Kalau Ansor ke atas, Ansor levelnya fatayat, kemudian ya NU-nya ini udah

itu Fuad punya kontrol.”184

Adapun sikap Muhammadiyah terhadap kepemimpinan Fuad Amin terkesan

pasif. Sekalipun ada letupan-letupan yang dimunculkan oleh Haji Yasin Marseli,

182 Wawancara Pribadi dengan MH.

183

Wawancara Pribadi dengan BHR, Bangkalan, 17 September 2015.

184

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 182: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

170

selaku ketua Muhammadiyah Bangkalan, itu pun hanya sekadar perkara yang

sifatnya lebih privasi. Karena Fuad mencaplok tanahnya untuk keperluan

pembuatan jalan kembar ke arah makam.185

“Gak, enggak ada yang berani mas. Haji Yasin ini dulukan dia bisnis, dia

kan kontraktor developer gitu, selama itu sama-sama menguntungkan dia

gak akan berontak. Tapi ketika sudah aset pribadi diambil, nah baru dia

berontak itu. Kalau dulu aman-aman aja, ketika bisnis sama-sama bisa jalan,

is oke. Tapi kalau tanahnya yang dicaplok kemudian dibuat jalan umum ini,

ya dia ngamuk benar itu. Dia ngelawan benar, tapi gak pakai kekuatan

Muhammadiyahnya dia. Pribadi.”186

E.5). Gerakan LSM Bangkalan

Ada banyak LSM-LSM yang tumbuhkembang di Bangkalan sejak era

reformasi. Seperti Leksdam (lembaga kajian sosial demokrasi) yang diinisiasi oleh

Aliman Haris, CIDE (Crisis Islam of Democration) yang diinisiasi oleh Mathur

Khusairi.

Sama halnya dengan Leksdam yang fokus di kajian sosial dan demokrasi,

alasan dibentuknya CIDE tak lain juga sebagai wadah bagi kajian-kajian wacana

yang fokus di permasalahan pembangunan demokrasi di sekitar masyarakat

Bangkalan. Hal ini menurut pengakuan pendirinya, Mathur Khusairi, dilakukan

untuk membawa kesadaran masyarakat agar tidak terjebak dalam relasi sosial

yang cenderung patrimornial.187

Pada tahun 2009, CIDE pernah bekerjasama

dengan USAID untuk memberikan pendidikan bagi para pemilih (vooters

education) pada kelompok-kelompok marginal, perempuan, dan grup pengajian

yang ada di kampung dan juga melakukan penguatan komunitas dalam melakukan

upaya pendampingan terhadap kepala desa.

185 Wawancara Pribadi dengan MH.

186

Wawancara Pribadi dengan MH.

187

Wawancara Pribadi dengan MH via telepon, 02 Maret 2016.

Page 183: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

171

“........kita sempat kerjasama dengan USAID kalau gak salah dulu, jadi

panitia lokal setdes punyanya bu lili zakia munir. Inikan aktivis perempuan

yang dikirim Indonesia untuk PBB, dan dia selalu hadir di area pemilu di

beberapa negara yang bergabung dengan PBB. Pernah kerjasama dengan itu

di pemilu 2009. Jadi kita ngadakan kegiatan kaya vooters education gitu, di

kelompok-kelompok marginal, kelompok-kelompok perempuan, kelompok

pengajian di kampung-kampung itu, terus setelah itu ya kita di penguatan-

penguatan komunitas masyarakat pendampingan terkait kepala desa, itu yang

kita lakukan”.188

Selain CIDE dan Leksdam, ada juga MCW (Madura Corruption Watch).

MCW adalah evolusi dari BCW (Bangkalan Corruption Watch) yang merupakan

gabungan dari beberapa LSM wilayah Madura lainnya yang tergabung menjadi

satu dan bernaung di satu nama. Lahirnya BCW tidak terlepas dari keinginan para

aktivis lokal supaya ada sebuah lembaga yang fokus di permasalahan

pemberantasan korupsi.189

Adapun MCW sendiri diketuai oleh Syukur, Mathur

Husairi (Sekjen) dan Fahrillah (Wakil Ketua).

Empat bulan setelah BCW berdiri, BCW menjadi lembaga yang disegani,

bahkan satu tahun setelahnya, bahasa yang muncul di masyarakat tentang satu-

satunya LSM yang fokus dalam pemberantasan korupsi di Bangkalan itu adalah

“hati-hati di BCW-kan”.190

Ungkapan ini mengindikasikan bahwa BCW memiliki

kontrol atas perilaku koruptif para pejabat lokal. Karena secara historis, nama

BCW sendiri terinspirasi dari ICW yang telah lahir lebih dulu.191

Keberadaan BCW di Bangkalan, dalam perjalanannya sangat terbantu

dengan adanya undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik yang disahkan pada tahun 2010. Karena untuk mendapatkan data

seputar APBD dan data-data lainnya dapat diakses dengan mudah. Sehingga

188 Wawancara Pribadi dengan MH, Bangkalan, 18 September 2015.

189

Wawancara Pribadi dengan MH.

190

Wawancara Pribadi dengan SYK.

191

Wawancara Pribadi dengan SYK.

Page 184: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

172

BCW dapat melakukan perbandingan terhadap anggaran yang sekiranya menjadi

celah bagi terjadinya korupsi. Komisi informasi di Bangkalan sendiri dibentuk

pada tahun 2011. Dari situ akhirnya BCW banyak mendapatkan data terkait

pengungsi sambas, korupsi ijazah palsu, dan korupsi APBD. Sayangnya,

pelaporan terhadap kasus-kasus tersebut, hanya berhenti di meja kepolisian dan

kejasaan.192

Gerakan civil society lainnya yang ada di Bangkalan yaitu Formula, Forum

Pemuda Bangkalan. Forum ini lahir pada tahun 2010 sebagai wadah dan forum

bagi para pemuda Bangkalan untuk menuangkan ide dan gagasan kreatifnya

terhadap pembangunan di Bangkalan. Salah satu ketua dan insiator dari forum ini

adalah Nanang Hidayat. Kegiatan yang pernah dilakukan oleh formula salah

satunya adalah mencari figur pemimpin Bangkalan. Kegiatan ini diadakan saat

menjelang pilkada pada tahun 2012 agar masyarakat mengetahui calon pemimpin

mereka. Disamping itu, setelah tahu bahwa konstelasi politik Bangkalan tidak

terhindar dari jeratan Fuad Amin, merekapun membuat diskusi yang

menghasilkan sebuah petisi yang menolak partai politik di Bangkalan untuk

berpatron ke satu orang, dalam hal ini adalah Fuad Amin. Petisi tersebut keluar

pada saat menjelang pendaftaran di KPU, pada saat partai politik melakukan

penjaringan bakal calon. Petisi tersebut mereka serahkan kepada partai-partai

yang bersangkutan. Urusan akan diaplikasikannya rekomendasi petisi tersebut

atau tidak oleh partai politik, itu menjadi wewenang partai.193

E.6). Lembaga Pendidikan

192 Wawancara Pribadi dengan SYK.

193

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 185: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

173

Bahkan cengkeraman Fuad Amin sanggup menerobos masuk institusi-

institusi pendidikan. Kaum cendekia yang sepintas digambarkan sebagai para

intelek, kaum pembaharu, yang sadar akan hak-hak politiknya yang terbelenggu,

juga terkesan membiarkan penyimpangan-penyimpangan yang Fuad Amin

lakukan. Adanya lembaga pendidikan di Bangkalan tidak lebih sekadar

memapankan posisi status quo Fuad. Karena kontribusi nyata dari tri darma

pendidikan melalui aksiologinya di masyarakat hanya sebatas semboyan

belaka.194

“Saya pernah diundang oleh UTM dalam sebuah acara sarasehan mengenai

peran BPWS yang di situ evaluasi 7 tahun kinerja BPWS. Badan

pengembangan wilayah suramadu. Nah di situ saya sampaikan begini, saya

merasa berterima kasih kepada rektorat dan teman-teman panitia yang sudah

menyelenggarakan acara sarasehan dengan tema evaluasi kinerja BPWS, tapi

dalam pandangan saya, acara hari ini, ini adalah acara yang menggelitik dan

menggelikan. Mengapa seperti itu, karena begini, BPWS ini sebuah

terobosan badan atau lembaga yang dibuat sebagai terobosan untuk

memajukan madura. Tapi apapun yang namanya BPWS ini kan tetap

fungsinya hanya suplemen. Sementara makanan pokoknya adalah kebiijakan

pemerintah daerah. Nah yang kita ributkan mendorong suplemen. Sementara

makanan pokoknya tidak kita urus. Jadi untuk apa kita ini numpuk vitamin

berkardus-kardus, tapi makanan pokoknya tidak kita upayakan untuk

tersedia, tak gitukan. Salah satu contoh, ada dua contoh yang paling nyata

ada di depan kita, tak gitukan. Pertama, keberadaan ketua DPRD Bangkalan

yang sampai sekarang ini tidak upaya untuk pendefinitifan. Loh apakah ini

tidak merupakan sesuatu yang berpotensi terhadap kelancaran pembangunan,

tapi kenapa di wilayah kita hal seperti ini menjadi sesuatu yang haram untuk

dibicarakan, tak gitukan. Satu. Yang kedua, keberadaan bupati yang sering

ndak masuk kerja, diundang paripurna dewan pun sering ndak hadir, ini pak

kalau di kabupaten lain pak masalah serius pak, tak gitukan. Tapi di daerah

kita menjadi masalah ecek-ecek, yang enggak layak untuk dipermasalahkan.

Kita ini kok seakan-akan menjadi orang yang ingin berbuat baik tapi nunggu

setan taubat, tak gitukan. Loh wong setan kok ditunggu taubatnya kapan. Itu

ada pak rektor, ada dekan, ada pembantu rektor segala macam itu....”195

Bahkan adanya perlakuan berbeda dari pihak salah satu kampus di

Bangkalan kepada mahasiswanya yang menentang dominasi Fuad Amin seolah-

194 Wawancara Pribadi dengan AAR.

195

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 186: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

174

olah menggambarkan bahwa mereka benar berada dalam bagian yang inheren

dengan Status quo Fuad. Bagi AAR, terbangunnya dominasi Fuad Amin di

Bangkalan, tidak sepenuhnya menjadi kesalahan dunia pesantren yang menjadi

lanskap umum kehidupan sosial masyarakat di dalamnya. Bila orang-orang

terdidik yang mengenyam bangku kuliah saja tidak kritis dalam menghadapi

banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh Fuad Amin, apalagi dunia

pesantren yang dididik untuk sabar, berbaik sangka, takdzim kepada orang tua,

dan diajar untuk selalu mengalah.196

E.7). Gerakan Pendukung Fuad

Bahkan pembelaan yang dilakukan oleh masyarakat dan sebagian kiai yang

ada di bawah kendali Fuad terlihat jelas saat Fuad ditangkap oleh KPK. Aksi yang

membela Fuad massanya lebih besar daripada massa aksi perlawanan

terhadapnya. Front aksi pembela Fuad ketika dirinya diciduk oleh KPK tergambar

dalam kelompok aksi gempur: Gerakan Peduli Ra Fuad. Gerakan ini diketuai oleh

Kasmu ketua komisi A DPRD Bangkalan dari Fraksi Gerindra.197

Massa Gempur

diambil dari kalangan masyarakat lewat jaringan klebun dan kalangan pesantren.

Di samping gerakan pendukung Fuad, di sisi lain , ada juga front aksi penentang

Fuad, yang dapat dilihat dari kelompok aksi yang mengatasnamakan Gempar.

Kelompok ini adalah massa aksi tandingan bagi kelompok Gempur yang lahir

karena kegeraman mereka terhadap sikap masyarakat yang malah mendukung

koruptor. Massa Gempar kebanyakan dari kalangan mahasiswa.

196 Wawancara Pribadi dengan AAR.

197

Wawancara Pribadi dengan BHR.

Page 187: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

175

“......... Karena sebelumnya teman-temankan memang banyak yang geram

dengan adanya Gempur itu. Masa kok koruptor mau dibela gitu kan.

Sehingga teman-teman melakukan gerakan itu”.198

Pembelaan-pembelaan ini tidak terlepas dari mitos yang diciptakan oleh

loyalis Fuad Amin bahwa dia merupakan seorang wali dengan berbagai macam

kesaktian yang dimiliki. Maka tidak pantas bila seorang wali menjadi pesakitan di

kursi hukum. Satu sikap masyarakat yang percaya adanya kesaktian dan mitos

tentang kewalian Fuad misalnya tercermin sewaktu peristiwa penonaktifan

Abraham Samad sebagai pimpinan KPK beberapa waktu setelah Fuad ditangkap

tangan oleh KPK. Masyarakat menganggap hal ini sebagai tulah (kwalat) akibat

KPK berani menangkap Fuad.199

“Ini mas, ada orang yang gini ke saya: uh gimana setelah kiai fuad

ditangkap, wong kiai fuad kok ditangkap, kwalat, abraham samad langsung

non-aktif. Ada aja masalah. Masa masalah KTP bisa jadi masalah, wong itu

kesalahan banyak orang, katanya”.200

“Ya saya kira bukan tertanam sendiri ya, adalah kelompok-kelompok

tertentu yang memang berusaha bagaimana kemudian superioritas pak fuad

ini betul-betul masih eksis di pola pikir masyarakat. Ya saya ginikan aja: gini

pak, abraham samad itu oleh allah diangkat menjadi ketua KPK, tugas

utamanya itu satu, nangkap kiai fuad. Nah karena tugas utamanya sudah

dilakukan, ya ditarik lagi oleh allah dijadikan orang biasa. Jadi bukan

kwalat, karena tugas utamanya sudah selesai.”201

F. Kemenangan Fuad Amin di Pilbup 2003

Sama halnya dengan kondisi masyarakat di daerah lain di Indonesia yang

menyambut momentum kejatuhan Soeharto pada umumnya, masyarakat

Bangkalan pun turut larut dalam suka cita ini. Harus diakui bahwa lengsernya

Soeharto dari jabatannya sebagai presiden merupakan salah satu jalan pembuka

198 Wawancara Pribadi dengan BHR.

199

Wawancara Pribadi dengan AAR.

200

Wawancara Pribadi dengan AAR.

201

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 188: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

176

bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia untuk menyongsong kehidupan ke arah

yang lebih demokratis. Apalagi rongrongan terhadap implementasi undang-

undang otonomi daerah pasca Soeharto turun, menjadi wacana paling signifikan

yang terus-menerus mewabah di banyak daerah di Indonesia. Sehingga, dengan

alasan apapun, pemerintah pusat mau tak mau harus merealisasikan aspirasi yang

timbul dari bawah tersebut. Sebab, jika tidak, ancaman akan meluasnya

disintegrasi bangsa terlalu beresiko bila pemerintah pusat bersikap abai.

Maka untuk itu, selang beberapa waktu setelah Soeharto mengonfirmasi

pemunduran dirinya dari jabatannya selaku presiden, Habibie beserta elit

pemerintah lainnya mengambil inisiatif untuk sesegera mungkin memasukkan

undang-undang otonomi daerah sebagai program legislasi yang urgen supaya

dapat direalisasikan secepatnya. Barulah pada tahun 1999, undang-undang

mengenai otonomi daerah dapat disahkan. Ikhwal ini tercermin dalam mandat

konstitusi kita dalam undang-undang No.22 tahun1999.202

Meskipun di masa-masa awal pasca Soeharto turun sistematika pemilihan

kepala daerah masih berlangsung lewat mekanisme pemilihan di parlemen, tapi

ruh serta spirit membangun daerah untuk menjadi lebih baik banyak menjadi

latarbelakang pencalonan elit-elit lokal untuk maju ke gelanggang pemilihan, jika

tidak, justeru alasan yang muncul malah mengarah sebaliknya. Khusus di

Bangkalan, momen langka ini juga turut dimanfaatkan oleh para elit lokal dengan

sedikit demi sedikit membangun kekuatan politik guna mengambil alih sektor

202

Tim Lipi, Membangun Format Baru Otonomi Daerah (Jakarta: LIPI Press, 2006), h .7.

Page 189: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

177

pemerintahan Bangkalan yang banyak diisi oleh orang-orang lama yang berafiliasi

dengan pemerintahan rezim sebelumnya.

Untuk itu, selepas Soeharto menanggalkan kursi jabatannya sebagai

presiden, Bangkalan menjadi salah satu tempat yang subur bagi para elit lokal

untuk mencari peruntungan. Di bangkalan, pada masa yang sama, ada beberapa

kandidat yang turut ikut memeriahkan semarak pemilihan tersebut. Di antara para

calon itu, munculah nama-nama, diantaranya: Fuad Amin dan Sulaiman.

Sedangkan Muhammad Fatah, kandidat yang masih memiliki keterikatan emosi

dengan rezim orde sebelumnya, telah dulu gagal dalam pencalonan sebelum pluit

kontestasi ditiupkan.

Pada bagian ini, penulis akan mencoba menerangkan, faktor-faktor apa saja

yang kemudian memuluskan Fuad Amin untuk dapat menguasai kepemimpinan di

Bangkalan pada tahun 2003. Secara mekanisme pemilihan, pada tahun 2003

sistem pemilihan yang dipakai masih berlaku sistem pemilihan tidak langsung

atau pemilihan masih menggunakan jalur voting melalui dewan. Pada Pilkada

2003, lawan Fuad Amin dalam pemilihan adalah Ir. Sulaiman dengan

pasangannya, Sunarto. Sedangkan Fuad sendiri berpasangan dengan Muhamad

Dong.

F.1). Bukan Bagian Rezim Lama

Cap sebagai orang orba atau bukan orba turut menyumbang faktor penting

dalam kemenangan Fuad Amin di Bangkalan. Walaupun orang-orang orba banyak

yang masih bertahan sebagai kepala daerah dan pemimpin lokal di wilayah

lainnya di Indonesia, tapi tidak sedikit pula di antara mereka yang ikut tersingkir.

Page 190: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

178

Sentimen anti-orba yang merebak pasca reformasi adalah luapan kekecewaan

yang masih menghinggapi perasaan masyarakat walau bahkan setelah Soeharto

mundur dari jabatannya sebagai presiden. Bagian rezim dan bukan bagian rezim

ini adalah sebuah konsep dimana elit dikategorikan termasuk atau tidak termasuk

ke dalam lingkaran Soeharto.

Sebab penjelasan teoritis tentang diskursus orang kuat lokal (elit daerah)

pasca reformasi di Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian. Bagian

pertama adalah orang kuat lokal yang dirawat oleh pusat, dalam hal ini

pemerintahan Soeharto, dan yang lainnya adalah orang kuat lokal yang

berseberangan atau bahkan berlawanan dengan Soeharto. Banyaknya orang kuat

lokal yang menjamur di daerah sewaktu Soeharto masih berkuasa merupakan

salah satu strategi yang sengaja Soeharto gunakan untuk menjaga stabilitas politik

di tingkat bawah. Sedang sebaliknya, orang kuat lokal yang beroposisi dengan

Soeharto, sewaktu rezim masih memimpin, sama sekali tidak berani untuk

menunjukan eksistensinya ke gelanggang politik lokal. Maka adalah hal yang

kaprah apabila kemudian orang kuat lokal yang menempati posisi kepala daerah

di penjuru Indonesia, kebanyakan berasal dari unsur TNI. Atau jika tidak, mereka

adalah preman-preman lokal atau tokoh berpengaruh lokal yang dipelihara oleh

rezim.

Untuk kasus Bangkalan sendiri, Fuad Amin merupakan orang kuat lokal

yang murni dan tidak memiliki hubungan patronase dengan pemerintahan

Soeharto. Fuad Amin, bahkan secara familisme adalah berasal dari keluarga yang

menentang dominasi orde baru. Ayahnya, Kiai Haji Imron merupakan tokoh PPP

Page 191: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

179

yang paling lantang menyuarakan penentangan-penentangan terhadap sistem orba

yang otoriter. Dan KH. Kholil AG, keluarga besar Fuad dari bani kholil lainnya,

juga memiliki sejarah perlawanan kepada Soeharto, – dia menolak wilayah

Suramadu yang hendak dijadikan proyek pembangunan. Fuad sendiri ketika orde

Soeharto masih berkuasa, dia masih belum terjun ke dunia politik. Saat itu Fuad

masih menjalankan bisnisnya sebagai penyalur TKI dan pengusaha travel umroh.

Keterlibatannya ke dunia politik baru dimulai setelah almarhum ayahnya

meninggal, menggantikannya untuk menjadi dewan di DPR RI. Saat itu barulah

Fuad mulai perlahan-lahan meniti karirnya sebagai politisi.

Dengan tidak adanya keterkaitan antara Fuad dan orde baru, tentu

menambah nilai plus tersendiri bagi dirinya untuk dapat diterima oleh masyarakat.

Sebab, kebencian yang masih dirasakan oleh masyarakat atas depotisme Soeharto

dengan berbagai praktek pengerdilan terhadap hak-hak politik warga, masih

kental sehingga memberikan stereotip buruk ke setiap hal-hal yang berbau orba.

Maka tak aneh bila tokoh-tokoh lokal yang masih memiliki kohesi sosial politik

dengan orde baru cenderung dicap sebagai „orang-orangan‟ Soeharto oleh

masyarakat. Konotasi ini sedemikian buruk di masa itu. Hal ini pula yang berlaku

pada Mohammad Fatah, mantan bupati incumbent Bangkalan di masa orba.

Dukungan yang ditujukan kepadanya tidak seluas dan sebesar dukungan

masyarakat kepada Fuad. Bahkan LPJ selama kepemimpinannya saja ditolak oleh

dewan.

Karena itu ketidakterkaitan Fuad dengan masa lalu orde baru memiliki andil

dalam kemenangannya di pilkada 2003. Nama Fuad yang bersih dari dosa-dosa

Page 192: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

180

Soeharto dijadikan dasar bahwa Fuad merupakan sosok ideal yang akan

membawa angin perubahan bagi Bangkalan ke arah yang lebih baik. Apalagi di

masa-masa transisi dari pemerintahan Soeharto ke Habibie, Fuad seringkali

terlibat dalam berbagai penyelesaian sengketa konflik yang melibatkan etnik

Madura. Sehingga banyak masyarakat yang menaruh simpatik terhadapnya.

“.......... jadi Fuad ini dulukan selalu tampil menjadi pahlawan, dalam artian

ketika muncul meletus kerusuhan Sambas, dia tampil ibarat penolong, kaya

Robin Hood itu kan. Kemudian di kerusuhan Sampit dia juga tampil, karena

masih di era Gusdur, (Habibi-Gusdur) kan”203

F.2). Dominasi Partai PKB di Bangkalan

Faktor lainnya yang memperkuat kemenangan Fuad Amin di masa awal

pencalonannya ini adalah dominasi suara PKB di kursi parlemen DPRD

Bangkalan. Dari 45 kursi yang ada, 24 kursi di antaranya dikuasai oleh PKB.

Jumlah ini merupakan jumlah yang fantastis. Lantaran jika dipersentasikan, PKB

menguasasi sekitar hampir 50 persen lebih dari jumlah kursi yang tersedia. Tentu

secara itung-itungan politis, PKB memiliki peluang amat besar untuk mengusung

calon sendiri dan bahkan memenangkan kontestasi pilkada tahun 2003. Dengan

memegang suara mayoritas di dewan, dan dengan semangat perubahan serta

antipati terhadap orba yang masih kental, akhirnya PKB sepakat untuk

mengusung calon sendiri.

PKB Bangkalan sendiri merupakan partai yang banyak diisi oleh kalangan

kiai, khususnya kiai-kiai yang berasal dari keluarga bani kholil. Bahkan elit partai

PKB di Bangkalan banyak yang berasal dari trah keluarga tersebut. Fenomena ini

bisa dilihat dari penjaringan calon kandidat Bupati Bangkalan yang diadakan oleh

203 Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 193: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

181

partai PKB, dimana keseluruhan nama calon yang muncul semuanya berasal dari

keluarga yang sama, bani kholil. Nama-nama seperti Kiai Syafii Rofii, Kiai Imam

Bukhori, dan Kiai Fuad Amin adalah para kiai yang merepresentasikan kekuatan

bani kholil yang mengakar di PKB. Ketiganya masih memiliki hubungan darah

yang saling terkait.

Kemenangan Fuad sendiri dalam penjaringan di internal partai PKB tidak

terlepas dari kompromi politik yang ia lakukan. Padahal secara basis masa dan

nama, Fuad Amin masih kalah pamor dengan Kiai Imam Bukhori Kholil. Karena

posisi Imam Bukhori waktu itu diuntungkan dengan kedudukannnya sebagai

ketua PCNU Bangkalan sekaligus yang menginisiasi kelahiran PKB di Bangkalan.

Tapi setelah melakukan pendekatan kekeluargaan dan kesepakatan adanya rolling,

bahwa untuk tahun pertama Fuad Amin meminta untuk dipersilahkan lebih dulu

maju baru kemudian di periode berikutnya Imam Bukhori yang maju, akhirnya

kesepakatan tersebut pun terealisasi.

Alasannya: Fuad Amin ingin memulai pengabdiannya pada masyarakat

setelah bertahun-tahun hidup dalam perantauan di Kalimantan, dan apalagi kini

posisinya sebagai anggota DPR yang seakan-akan sengaja dibuat untuk

menjauhkan dirinya agar tidak memiliki kekuatan di basis masyarakat Bangkalan.

Dengan adanya dukungan dari PKB, maka bukan hal yang sulit bagi Fuad untuk

terus menggapai kursi bupati bangkalan. Friksi sempat terjadi karena saat itu

beredar isu bahwa Mohammad Fatah pun akan maju di pencalonan bupati

Bangkalan. Tapi hal ini segera dapat diatasi oleh Fuad Amin dengan

memprovokasi para anggota dewan, khususnya dewan dari PKB untuk menolak

Page 194: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

182

LPJ Mohammad Fatah sehingga secara moril Fatah tidak bisa mencalonkan

dirinya sebagai bupati Bangkalan. Dan seperti telah disinggung di awal,

Mohammad Fatah sendiri adalah mantan bupati masa orba, sehingga provokasi

untuk menolak LPJ Fatah berhasil direalisasikan. Pada Pilkada 2003, PKB

berkoalisi dengan PPP dan beberapa partai gabungan. Dari koalisi ini akhirnya

Fuad Amin memenangkan kontestasi di dewan dengan selisih suara yang

signifikan yakni 42-3.

F.3). Politik Uang

Kendatipun masih berada dalam semangat reformasi, pada realitanya,

politik uang masih menjadi hal yang dianggap lumrah dalam fenomena politik di

Indonesia pasca 1998. Kalaupun semangat perubahan itu ada, tapi kebiasaan lama

akan perilaku koruptif masa lalu masih menjadi bayang-bayang yang tak dapat

terhindarkan. Politik uang masih mewarnai segala bentuk suksesi politik di

Indonesia. Jumlah praktik politik uang dalam patronase politik, menurut beberapa

pihak, bahkan kondisinya semakin mewabah dalam pileg yang diadakan pada

tahun 2014.204

Patronase politik melalui politik uang seperti ini semakin populer

di kalangan para politisi yang kadangkala mereka peragakan dalam berbagai

bentuk: pembelian suara, pemberian-pemberian pribadi, pelayanan dan aktivitas,

club goods, dan pork barrel projects.205

Pada awal pilkada pasca desentralisasi, fenomena politik lokal di Bangkalan

pun tidak luput dari jual-beli suara di dewan. Dengan mekanisme pemilihan yang

204 Edward Aspinall dan Mada Sukmajati “Patronase dan Klientisme dalam politik Elektoral di

Indonesia,” dalam Edward Aspinall dan Mada Sukmajati, ed., Politik Uang Di Indonesia:

Patronase dan Klientisme pada Pemilu Legislatif 2014 (Yogyakarta: PolGov, 2015), h. 2.

205

Ibid, h. 24-33

Page 195: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

183

masih diadakan secara tertutup, maka elit lokal tidak segan-segan untuk

membayar anggota dewan supaya sanggup menghantarkannya menuju tampuk

kekuasaan. Karena memang, pada tahun 2003, sistem pemilihan di Indonesia

masih sepenuhnya dilakukan melalui sistem pemilihan tidak langsung. Sehingga

siklus uang masih menonjol dalam pesta demokrasi di parlemen.

Kemenangan Fuad Amin yang hampir mencapai 90 persen suara lebih dari

jumlah dewan pun menyajikan ilustrasi dari realita sesungguhnya adanya praktik

politik uang yang dia mainkan di masa transisi kepemimpinan di Bangkalan.

Karena nyatanya di balik supremasi suara yang diperoleh oleh Fuad Amin ini pun

terbantu dengan adanya deal-deal finansial yang dia sebarkan ke beberapa anggota

dewan. Dari penuturan mantan asisten pribadi Fuad Amin, dia mengatakan bahwa

saat itu Fuad Amin membagikan uang dengan batas maksimal 100 juta lewat deal-

deal politik dengan anggota dewan. Di antara mereka ada juga yang mendapat 35

juta atau 45 juta.

“PKB inikan sudah 24, sebenarnya dia ndak perlu nunggu banyak. Nah

waktu itu karena dia dengan partai lain ini sistemnya beli, jadi anggota

dewan ini deal dengan dia, mereka akan dikasih uang pesangon”.206

“Perorang. Ada yang dapat 35, ada yang 40, macam-macam. Hanya dealnya

ya itu aja. Karena waktu itu ada fraksi TNI-POLRI masih ada. Ada Golkar,

ada PPP, ada apalagi ya, di situkan masih belum banyak”.207

Sepertinya praktik suap merupakan hal lazim yang dapat diketemukan di

negara-negara yang baru mengalami transisi demokrasi, dimana uang menjadi

bagian elementer dari kehidupan politik di dalamnya. Penegakan hukum yang

masih lemah, dan pranata-pranata sosial politik yang amburadul, merupakan

206 Wawancara Pribadi dengan MH.

207

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 196: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

184

cerminan dari ketidaksiapan seluruh elemen masyarakat, khususnya masyarakat

negara dunia ketiga, dalam mengartikulasikan demokrasi secara substansial.

Demokrasi pada masa transisi di negara dunia ketiga masih terlalu prematur untuk

dikatakan sebagai demokrasi yang sesungguhnya. Karena faktanya demokrasi

yang digadang-gadang oleh para penganut aliran klasik yang mendasarkan

demokrasi sebagai smber kehendak rakyat dan tujuan terciptanya kebaikan

bersama terlalu utopis dan terkesan idealistis.208

Adanya praktik politik uang di

masa transisi demokrasi yang terjadi di Bangkalan, malah mengukuhkan

anggapan Schumpeter bahwa demokrasi hanyalah merupakan media prosedural

pemilihan semata. Yang dalam hal ini Schumpeter menyebutnya sebagai “metode

demokratis”.209

Singkatnya metode demokratis ala Schumpeter dimaknai sebagai

berikut:

“prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang di dalamnya

individu memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui

perjuangan kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat.”210

F.4). Berpatron ke Elit Nasional

Faktor kemenangan Fuad Amin lainnya yaitu adanya politik patronase ke

tingkat elit nasional. Sebab dengan berpatron kepada elit nasional maka akses

untuk mendapatkan kemudahan serta urusan dalam beberapa hal dapat

terwujudkan. Dalam kasus Fuad sendiri, konteks persoalan yang bisa saja

menghadang bahkan mengeliminasi Fuad dari gelanggang persaingan kepala

208 Samuel P. Huntington, Gelombang Demokratisasi Ketiga (Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,

1995), h. 4-5.

209

Ibid, h. 5.

210

Ibid, h. 5.

Page 197: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

185

daerah adalah dalam kaitannya dengan ijazah palsu yang ia gunakan untuk

melengkapi persyaratan administratif pencalonan.

Agar bisa lolos pemberkasan dan dinyatakan layak mengikuti kontestasi

pilkada di Bangkalan, akhirnya Fuad menggandeng Muhammad Dong untuk

menjadi wakilnya. Alasan ini penuh kepentingan politik, lantaran Muhamad Dong

sendiri merupakan politisi dari partai PDI, dimana PDI pada waktu itu merupakan

partai yang memegang kekuasaan di tingkat nasional. Dalam hal ini Presiden

Megawati. Rasionalisasinya jelas, bahwa dengan menggandeng calon dari PDI,

maka urusan administratif terkait soal ijazah palsu dapat terselesaikan melalui

bantuan dan campur tangan dari pusat. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya

kompensasi politik di dalamnya.

“Gini, waktu itu kan yang menjadi kendala utama bagi pak fuad itu kan

ijazah ya, sementara presidennya waktu itu adalah ibu mega, nah mungkin

kenapa kemudian pilih pak madong, karena kalau kemudian pak madong ini

menjadi wakil dari dia sementara kekuasaan waktu itu di pusat dipegang

PDI-P, urusan ijazah bisa kemudian diabaikan dengan kompensasi politik,

bisa dijadikan jalan untuk kebesaran PDIP di bangkalan, mungkin seperti

itu”.211

Tetapi setelah Fuad berhasil dan sukses di bangku bupati, beberapa tahun

kemudian terjadilah konflik antara dirinya dengan Muhammad Dong. Gelagat

bahwa Dong hanya dijadikan alat kompromi politik Fuad semakin terang. Sebab

peristiwa ketidakharmonisan Dong dengan Fuad dimulai ketika Megawati tidak

lagi menjabat sebagai Presiden RI. Ketidakharmoniasan yang ditengarai

disebabkan karena masalah wewenang tersebut diakui sendiri oleh Dong. Bahwa

selama dua tahun mendampingi Fuad Amin sebagai wakil Bupati, dirinya seolah-

211 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 198: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

186

olah diabaikan. Sebab dirinya tidak pernah diberikan tugas dan wewenang.212

Bahkan ketidakharmonisan ini mengarah akan adanya impeachment kepada

Muhammad Dong.

“..........ketika madong wakilnya mungkin menjadi kompromistis politik

karena di pusat itu adalah pak bu mega gitu kan, untuk stabilitas Bangkalan

dan lain sebagainya. Yang terjadi apa ketika itu, ketika bu mega itu tidak lagi

lagi menjadi presiden pada tahun 2004, iya kan, kan 2004 sudah tidak lagi

presiden”.213

“SBY kan. Tahun 2005 apa yang terjadi, Madong digoyang mati-matian

untuk dijatuhkan”.214

“.....Coba sampean bayangkan ya waktu pertama dengan Madong ya

misalnya, padahal madong ini secara kepartaian sangat berjasa untuk

penyelamatan pak fuad sehingga akhirnya dilantik. Karena ada jaringan PDI

di situ. Tapi apa yang diterima oleh pak madong, sampai gambarnya itu

seakan-akan haram ditaruh di kantor.”215

F.5). Genealogi Trah Kiai

Dalam kultur masyarakat Madura, penghormatan kepada kiai diposisikan

pada tempat yang tinggi setelah penghormatan mereka kepada orang tua. Budaya

ini tampak pada istilah setempat “Buppa Bappu Guru Ratoh”. Artinya, pertama-

tama hormat dan patuh kepada ibu, kemudian kepada kiai, baru terakhir kepada

para pemimpin pemerintahan. Di samping itu, kultur masyarakat Madura yang

kental lainnya adalah, akan menganggap setiap keturunan dari - anak-anak kiai –

sebagai orang yang mewarisi segala laku kekiai-an dari ayahnya. Kultur ini pada

akhirnya membentuk pola aura kharisma yang tidak pernah putus. Sebab

masyarakat yakin, setiap keturunan yang berasal dari kiai, guru mereka, juga

meneruskan bentuk rupa karomah serta berkah orang tuanya kepadanya.

212 tempointeraktif, “DPRD Pecat Wakil Bupati Bangkalan,” berita ini diakses pada tanggal 25

Februari 2016 dari http://tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2005/02/18/brk,20050218-45,id.html

213

Wawancara Pribadi dengan FHR.

214

Wawancara Pribadi dengan FHR.

215

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 199: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

187

“.......Kalau berguru kepada ini jangankan anaknya, ayamnya saja dianggap

guru, kan ada itu doktrin seperti itu, iya itu sangat tertanam sekali. Nah

dengan beberapa watak tadi itu tadi gak bisa kemudian mereka mau punya

nalar kritis apalagi mau bergerak, berpikir aja mereka dah gak berani

kritis.”216

Kharisma Fuad Amin sendiri tidak terlepas dari posisinya sebagai keturunan

kiai Besar. Fuad Amin adalah cucu dari Syaikhona Kholil dan anak dari Kiai

Amin Imron. Dengan modal Kharisma Syaikhona Kholil dan Kiai Amin (yang

merupakan elit penting di Bangkalan), juga dengan kultur masyarakat yang

hormat pada kiai serta keturunannya, maka sudah dipastikan bahwa hal tersebut

betul-betul dapat mempengaruhi kemenangan Fuad Amin dalam pilkada 2003.

Serta posisi Fuad yang sebelumnya duduk sebagai anggota DPR RI semakin

meningkatkan citra performanya di mata umum.

“Kekuatan politiknya kan waktu itu di dewan masih. 2003 itu di dewan,

DPRD. Jadi karena Fuad ini sudah kadung, apalagi dia sudah mantan DPR

RI ya, dia sudah mapan itu. Dalam artian mapan pengakuan orang-orang

terhadap dia sebagai Kiai-Blater itu sudah sangat kuatkan. Akhirnya anggota

DPR yang waktu itu mayoritas PKB, 24 kursi, dengan mudahnya

diambil”.217

Bahkan realitanya, keprofilan Fuad Amin adalah alasan utama bagi para

anggota dewan untuk memilihnya dibandingkan karena alasan partai yang ia

duduki. Secara sederhana, citra Fuad Amin sebagai Kiai-Blater mampu

mengesampingkan dominasi PKB yang sebetulnya sudah memiliki suara

mayoritas di parlemen. Seperti halnya yang diutarakan oleh Mahmudi, anggota

dewan yang menjadi saksi mata pada pemilihan di pilkada 2003.

“Di sini ini bukan ikatan politik itu, partai itu bisa – lebih ke orangnya, kalau

beliau itu mengatakan A, semuanya akan A, karena apa satu yang diamini

216 Wawancara Pribadi dengan MH.

217

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 200: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

188

oleh masyarakat Bangkalan itu kalau beliau ini menjadi cucunya syaikhona

kholil, gurunya orang-orang madura.”218

Apalagi hal ini terbantu juga dengan kesolidan yang ditunjukan oleh pihak

keluarga bani kholil dalam mengukuhkan Fuad Amin sebagai kandidat bupati

Bangkalan, walau memang sempat ada kekhawatiran dari sebagian pihak keluarga

karena kedekatannya dengan kalangan blater, tapi kekhawatiran ini hanya muncul

sementara waktu.

Hal ini sebagaimana diakui juga oleh AAR, saat dirinya hendak ikut terlibat

dalam proses pencalonan Fuad Amin yang kemudian ditolak oleh kalangan

keluarga. Alasannya sederhana, karena Fuad memiliki hubungan yang intim

dengan dunia blater. Mereka khawatir, bahwa dengan hubungan dekat tersebut,

dan Fuad menjadi bupati, Bangkalan akan menghadapi nasib yang tidak menentu.

Bahkan di awal keterlibatnnya di pengusungan Fuad Amin, AAR sempat

mengajukan pertanyaan terkait alasan kengototan Fuad untuk mencalonkan

dirinya sebagai bupati. Pertanyaan itu adalah refleksi atas kegelisahan keluarga

besar bani kholil pada umumnya.

“...............Sehingga ketika pak Fuad mengajak saya untuk mendukung dia

menuju jabatan bupati itu, saya sendiri sebenarnya waktu itu nanya ke

beliau: Man, apakah, apa memang harus sampean? Apa tidak sebaiknya

yang lain, saya sempat seperti itu, kemudian, dianya bilang: loh, kalau bukan

aku lalu siapa gitu? saya bilang: man, untuk tokoh-tokoh, karena saya masih

anak-anak, tentu lebih kenal jenengan, kalau saya sendiri kan tidak tahu,

siapa yang harus didukung yang harus dimajukan, saya sendirikan kurang

tahu, cuma kalau dalam pemikiran saya, paman ini salah satu keluarga yang

dituakan, kalau kemudian paman ini nanti berhasil menjabat sebagai bupati,

dan ternyata misalnya paman itu melakukan kesalahan-kesalahan dalam

memimpin, lalu yang akan mengingatkan paman itu siapa, mengingat yang

lain itu masih bisa dikatakan semuanya di bawah pengaruh paman seperti

itu. Akhirnya beliau bilang gini ke saya: Mad, aku ini sekarang posisinya

sudah menjadi DPR RI, secara kedudukan, saya sudah punya jabatan, secara

finansial walaupun tidak kaya-kaya banget, tapi sudah bisa dikategorikan

218 Wawancara Pribadi dengan MMD.

Page 201: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

189

termasuk yang terkaya di antara keluarga. Jadi saya ingin meraih jabatan

bupati ini bukan karena mengejar jabatan dan bukan karena mencari uang.

Saya ingin memulai pengabdian saya di tengah-tengah masyarakat

Bangkalan. Karena saya mulai dari kecil sampai muda, sampai sekarang

saya ini selalu berada di luar daerah. Nah, saya sekarang sudah tua, umur

saya sudah menginjak 60, ayolah bantu saya, bantu aku, untuk bisa jadi

bupati, biar aku ini bisa mengabdikan sisa hidupku untuk masyarakat.

Makanya saya kemarin terus terang terkejut, ketika dia di persidangan

mengungkap (di tayangan metro tv itu) dia sudah mengaku punya kekayaan

yang ratusan miliar sebelum jadi bupati. Itu saya bisa pastikan itu bohong

besar itu. Karena waktu itu yang diungkap (apa ya), yang saya tahu untuk

biaya mencalonkan aja, dia itu masih minta sana-sini”.219

F.6). Mobilisasi Jaringan Klebun dan Santri

Pemanfaatan jaringan klebun oleh Fuad Amin sudah dimulai sejak masa-

masa awal kepemimpinannya. Walau pada masa ini pemanfaatan klebun hanya

sebatas melakukan aksi dan demontrasi untuk mengamankan posisi Fuad yang

sudah menang dan sempat tertunda pelantikannya karena perkara ijazah palsu.

Tapi setidaknya kehadiran para blater melalui aksi kepada pemerintah ini, juga

ikut mempengaruhi keputusan pemerintah untuk sesegera mungkin melantik Fuad

Amin sebagai bupati definitif. Sebab selama satu bulan lamanya setelah

kemenangan Fuad Amin di dewan, Fuad tidak juga dilantik. Bahkan Hari

Sabarno, Menteri Dalam Negeri saat itu, malah mengangkat Achmad Ismail

sebagai pejabat sementara bupati.220

Dengan adanya aksi-aksi dari para klebun

simpatisan Fuad Amin, maksudnya adalah tak lain agar kesan yang diterima

pemerintah mengarah pada instabilitas dan chaos politik yang terlalu riskan jika

didiamkan atau bahkan diabaikan.

“Ya. Artinya kan gini, di tahun 2003 ini kan ada semacam penundaan yang

enggak jelas terhadap pelantikan pak fuad ini. nah ini jaringan klebun ini

219 Wawancara Pribadi dengan AAR.

220

Liputan 6, “Warga Bangkalan Menuntut Kembali Fuad Amin Dilantik,” berita ini diakses

pada tanggal 25 Februari 2016 dari http://news.liputan6.com/read/49745/warga-bangkalan-

menuntut-kembali-fuad-amin-dilantik

Page 202: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

190

digunakan sedemikian rupa seakan-akan klebun se-kabupaten Bangkalan ini

mendukung dan kalau pak fuad ini tidak dilantik, akan tejadi apalah seperti

itu. Jadi sudah digunakan sejak-sejak itu kalau yang namanya jaringan

klebun itu.”221

Selain memanfaatkan jaringan klebun, pada masa yang sama pula Fuad

mengerahkan ribuan santri untuk mendukungnya. Massa santri ini disinyalir

mencapai seribu orang yang berasal dari 15 pondok pesantren. Mereka tergabung

dalam massa aksi Forum Santri Bangkalan.222

G. Kemenangan Fuad Amin di Pilbup 2008

Pada pilkada 2008, Fuad Amin kembali mencalonkan dirinya sebagai

kandidat calon bupati di Bangkalan. Tapi kali ini dengan kekuasaan yang semakin

signifikan. Hal tersebut merupakan berkat kekuasaan yang dia pupuk di periode

pertama. Sebab pada masa awal kepemimpinannya, dominasi Fuad Amin telah

terpendam dan terpencar di segala sektor. Dominasi yang dimiliki oleh Fuad ini

akhirnya dia akumulasikan untuk menjadi investasi politik bagi kemenangannya

di pilkada 2008.

Pilkada 2008 di Bangkalan merupakan pilkada pertama kali yang

melibatkan seluruh partisipasi masyarakat setempat. Pilkada langsung ini adalah

hasil revisi UU pemerintahan daerah yang tertuang dalam Undang-undang nomor

32 tahun 2004.223

Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pemilihan, tentu

pilkada 2008 sedikit lebih berat dibandingkan pilkada-pilkada sebelumnya.

221 Wawancara Pribadi dengan AAR.

222

Liputan 6, “Warga Bangkalan Menuntut Kembali Fuad Amin Dilantik,” berita ini diakses

pada tanggal 25 Februari 2016 dari http://news.liputan6.com/read/49745/warga-bangkalan-

menuntut-kembali-fuad-amin-dilantik

223 Ferry Kurnia Rizkiyansyah, “Menguatkan Penyelenggaraan Pilkada Langsung,” artikel

diakses dari http://www.rumahpemilu.org/in/read/7448/function.array-key-exists pada tanggal 25

Februari 2016.

Page 203: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

191

Sebagai pengalaman pertama, maka keseriusan Fuad Amin dalam menghadapi

pilkada 2008 tampak dalam strategi yang lebih mapan dari pilkada sebelumnya di

tahun 2003 yang diadakan melalui dewan. Pilkada 2008 adalah barometer bagi

berhasil-tidaknya kinerja Fuad Amin menjalankan roda kepemimpinannya selama

satu periode terakhir.

Yang menjadi lawan Fuad Amin pada pilkada 2008 adalah mantan wakilnya

sendiri di periode awal, masa jabatan 2003-2008, Mohammad Dong. Majunya

Dong ke gelanggang kontestasi pilkada 2008 dan memilih bertarung dengan Fuad

Amin dibandingkan meneruskan hubungan yang pernah dia rajut sebelumnya,

tidak terlepas dari ketidakharmonisan yang menimpa jalannya kepemimpinan

mereka bedua. Ketidakharmonisan ini muncul karena persoalan wewenang yang

tidak seimbang. Bahkan oleh Fuad, Dong dianggap melakukan makar terhadap

kepemimpinannya.224

Padahal yang sebenarnya terjadi, Fuad masih merasa takut

dengan isu yang mengaitkan dirinya dengan ijazah palsu. Sehingga dia khawatir

karena bisa saja sewaktu-waktu, Dong yang juga memiliki basis masa yang

lumayan besar, akan menyingkirkannya dari kursi Bupati. Makanya selama

mendampingi Fuad Amin sebagai bupati, Dong tidak diberikan wewenang yang

cukup proporsional lazimnya wakil bupati.225

Dari beberapa strategi kemenangan yang Fuad lakukan di pilkada 2008,

sebagian di antaranya adalah model strategi pemenangan lama - yang pernah dia

lakukan di pilkada sebelumnya. Hanya saja, dengan model pemilihan yang baru,

224 Wawancara Pribadi dengan MH.

225

Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki

Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” (Disertasi Program Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h. 170.

Page 204: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

192

karena mengikutsertakan partisipasi masyarakat, strategi pemenangan Fuad Amin

pada pilkada 2008 tidak hanya sekadar mengandalkan modal kultural saja,

melainkan juga memanfaatkan modal struktural yang telah ia dominasi selama

kepemimpinannya satu periode.

Pada pilkada 2008, ada 3 pasangan calon yang akhirnya disahkan oleh

KPUD Bangkalan untuk turut dalam pemilihan: “nomor urut satu disematkan

pada pasangan calon dr. Abdul Hamid Nawawi dan H. Hosyan Muhammad,

mereka diusung Partai PPP, nomor urut dua adalah pasangan calon Ir. Muhamad

Dong dan KH. Razak Hadi, keduanya diusung oleh koalisi Partai Demokrat dan

PDI Perjuangan, sedang nomor urut tiga jatuh pada pasangan calon bupati

incumbent, KH. Fuad Amin dan KH Syafik Rofii, mereka diusung oleh partai

PKB.”226

G.1). Menggagalkan Pesaing Potensial

Sikap yang seringkali menegaskan pribadi seorang pemimpin otoriter adalah

ketidakterimaannya bila muncul orang lain yang memiliki potensi untuk dapat

menyejajarkan diri atau bahkan menyaingi kapasitasnya sebagai satu-satunya

pemimpin dominan. Mungkin sikap ini bisa jadi telah menakhlikkan ciri umum

yang melekat pada diri setiap pemimpin diktator lainnya di dunia. Pengalaman

seperti itu pernah terjadi saat Stalin masih berkuasa, dimana dia akhirnya

melumpuhkan potensi lawan politiknya, termasuk Trotsky, yang dianggap

berbahaya dan mampu menggoyang kursi kekuasaannya.

226 ANTARANEWS.COM, “675.420 Pemilih Salurkan Hak Suara di Pilkada Bangkalan,”

berita diakses pada tanggal 27 Maret 2016 dari http://www.antaranews.com/berita/91038/675420-

pemilih-salurkan-hak-suara-di-pilkada-bangkalan

Page 205: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

193

Begitupun dengan Fuad, Fuad menyadari bahwa kandidat terberat bagi

pesaing dirinya dalam pilkada 2008 adalah Imam Bukhori Kholil. Meskipun

masih memiliki ikatan keluarga dengan dirinya, tapi Imam Bukhori lebih memilih

untuk berseberangan ketimbang berada dalam lingkaran Fuad Amin. Impak dari

sikap Imam Bukhori yang tidak mau kooperatif maupun bekerjasama dan berada

di lingkaran Fuad ini tentu disadari oleh Fuad, bahwa Imam Bukhori tidak dapat

dia kendalikan. Hal ini menjadi alasan penting mengapa akhirnya Fuad Amin

lebih memilih untuk menghabisi kekuatan politik Imam Bukhori di masa-masa

awal. Karena dengan kehadiran Imam Bukhori yang sama-sama menyandang

predikat sebagai keturunan Syaikhona Kholil, tentu akan mengurangi tingkat

keterpilihan serta pamor Fuad di masyarakat. Apalagi sepak terjang Imam

Bukhori di panggung politik lokal terbilang setara dengan Fuad Amin.

Hal ini dapat dilihat dari sepak terjang Imam Bukhori yang pernah menjabat

sebagai ketua PCNU Bangkalan yang merupakan embrio bagi kelahiran Partai

PKB. Sehingga secara personal, nama Imam Bukhori sudah banyak dikenal oleh

masyarakat setempat. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka semenjak jauh-jauh

hari, sebelum pilkada 2008 meruak, kekuatan politik Imam Bukhori Kholil di

pentas politik lokal Bangkalan sedikit demi sedikit direduksi oleh Fuad Amin.

Pertama-tama posisi Imam Bukhori Kholil selaku kader partai PKB

disingkirkan oleh Fuad. Penyingkiran ini dilakukan oleh Fuad Amin dengan

menduduki langsung posisi ketua DPC PKB. Dengan menjadi ketua DPC, Fuad

Amin berhak dan memiliki otoritas yang besar dalam mengendalikan jalannya

Page 206: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

194

roda organisasi partai, termasuk untuk memecat dan mengeluarkan keanggotaan

Imam Bukhori Kholil dari PKB.227

Tidak hanya berhenti di pemecatan Imam Bukhori dari PKB saja. Modal

politik yang dimiliki oleh Imam Bukhori Kholil dalam kapasitasnya sebagai ketua

PCNU, akhirnya dipindahtangankan oleh Fuad Amin kepada orang lain melalui

siasat politiknya. Sewaktu PCNU mengadakan kongres pemilihan ketua baru,

Fuad Amin ikut mengatur jalannya arah politik. Dia mengintervensi dan menaruh

Ra Fahri sebagai kandidat pesaing Imam Bukhori Kholil dalam pemilihan. Dari

kongres tersebut akhirnya Imam Bukhori Kholil kalah. Campur tangan Fuad ini

dia lakukan dengan memanggil para pemilik hak suara kongres, dalam hal ini

MWC-MWC NU, agar pada saat pemilihan, memberikan hak suaranya untuk

memilih Ra Fahri. Tak aneh bila kemudian akhirnya Imam Bukhori Kholil kalah

dalam persaingan ini. Apalagi saat acara, Fuad Amin datang dan menyaksikan

sendiri secara langsung laju kontestasi di pemilihan. Hal ini dilakukan agar

kontrolnya terlaksanan sesuai rencana.228

Setelah kekuatan politik Imam Bukhori dari PKB dan PCNU dipereteli oleh

Fuad Amin. Peristiwa penjegalan ini terus berlanjut sampai mendekati deklarasi

dukungan politik kepada pencalonan Imam Bukhori sebagai bakal calon hampir

setengah terealisasi lewat beberapa partai. Partai PAN yang awalnya mendukung

pencalonan Imam Bukhori Kholil pada pilkada 2008, di tengah jalan ternyata

mendukung pasangan calon Bay Arifin dan Nurdin. Sehingga karena dualisme

dukungan PAN ini, pada akhirnya kedua pasangan kandidat yang diusung oleh

227 Wawancara Pribadi dengan AAR.

228

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 207: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

195

PAN didiskualifikasi oleh KPUD Bangkalan. Pada waktu itu yang menjadi ketua

komisioner KPUD Bangkalan adalah Kiai Haji Jazuli Nur.

“.....pak Fuad ini menguasasi segala lini dalam hal ini tokoh blater tokoh

masyarakat gitu kan, ulama sebagian gitu kan, dan yang paling terpenting

lagi pada waktu itu yang dikuasai adalah birokrasinya, KPU dan lain

sebagainya, dan yang lebih penting lagi pada waktu itu adalah partai dan

ketua partainya dikuasai oleh pak fuad. Bagaimana partai ini pada waktu itu

semuanya dipegang.”229

Dengan menyingkirkan Imam Bukhori dari kontestasi pilkada 2008, maka

hal ini memuluskan jalan Fuad untuk menguasai Bangkalan di periode untuk

yang kedua kalinya. Sebab di antara kandidat lain yang bersaing pada pilkada

2008, kontan tak ada satupun kandidat yang mampu menyaingi nama Fuad Amin

sebagai seorang pemimpin kharismatik dengan embel-embel modal kultural

selaku keturunan Syaikhona Kholil. Apalagi otoritas Fuad dalam mengelola para

aparat birokrat di bawah kendali bagi kepentingannya sudah semakin mapan dan

teruji.

G.2). Mengontrol Partai Politik

Faktor kemenangan Fuad Amin dalam pilkada 2008 lainnya adalah karena

kekuasaannya yang sudah mengakar di beberapa partai politik di Bangkalan.

Bahkan dominasi Fuad yang hampir menyentuh seluruh elemen partai politik

yang ada, sempat membuat Imam Bukhori Kholil ragu-ragu pada proses

pencalonan dirinya sebagai kandidat dalam pilkada 2008 saat masa-masa awal.

Hal ini terlihat dari komentar yang dia berikan saat Ahmad Ali Ridho datang

menemuinya.

“.........kak dengar-dengar jenengan dulu ada niatan untuk maju jadi bupati,

apakah sekarang niatan itu masih ada? Loh kalau niat si dek, ya ada, tapi

229 Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 208: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

196

gimana mau nyalon wong sekarang partainya sudah dipegang oleh man Fuad

semua. Masa seperti itu sih kak? Ya iya, mana sekarang ada partai yang

bisa.....”230

Pada pilkada 2008, memang hampir seluruh partai politik di Bangkalan

berkoalisi dengan Fuad Amin, terkecuali tiga partai. Dua partai yang telah

dikuasai oleh Imam Bukhori Kholil, PKNU dan PNUI. Dan satu partai lagi, PDI

yang dikuasai oleh Muhamad Dong.231

Walau begitu adanya, kendatipun pada

pilkada 2008 Fuad Amin berangkat dari partai PKB, tapi para kroninya ada di

banyak partai lainnya. Di PPP ada Kiai Zaenal Abidin, sedangkan di Demokrat

ada Razak Hadi dan Muzakki. Muzakki sendiri adalah ketua DPC Demokrat

Bangkalan pada tahun 2008, menggantikan posisi yang dulunya diisi oleh Razak

Hadi.232

“Gini mas, Kiai Fuad ini walaupun orangnya PKB, tapi orang-orang yang

megang PPP, yang Demokrat, itu orangnya semua”.233

Banyaknya partai politik yang memilih berkoalisi dengan Fuad Amin tidak

terlepas dari kekangan yang Fuad Amin lakukan dalam mengendalikan partai

politik di Bangkalan. Kontrol ini dia lakukan dengan turut mencampuri urusan

internal partai lain. Hal ini terlihat jelas dari beberapa kongres partai politik yang

pernah diadakan, dimana Fuad Amin akan datang pada kongres-kongres partai

tersebut apabila sekiranya calon titipan yang dia usung memiliki peluang

kemenangan yang kecil. Apalagi bila peluang menang sangat riskan untuk jatuh

230 Wawancara Pribadi dengan AAR.

231

Wawancara Pribadi dengan UF, Bangkalan, 21 September 2015.

232

Wawancara Pribadi dengan AHS.

233

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 209: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

197

kepada orang yang tidak mampu dia kontrol. Jika hal itu yang terjadi, Fuad Amin

tidak segan akan datang dan mengontrol langsung jalannya pemilihan.234

“............ semua partai politik dalam setiap proses pemilihannya itu di bawah

kontrol penuh pak fuad. Pemilihan ketua DPC-nya. Jadi di Bangkalan ini

ndak ada partai yang berdiri sendiri. Kalau saya ingat itu ada pengalaman

yang paling lucu itu, waktu pemilihan ketua DPC Hanura. Kan normalnya

yang namanya bupati itu hadir pada saat seremoni pembukaan ya.

Pembukaan kongresnyalah katakanlah seperti itu, setelah itu pulang. Lah ini

ndak, waktu acara seremoni pembukaan itu ndak hadir, waktu acara

pemilihan hadir”.235

“Heeuh, Yang kira... Pokoknya misalnya ada rivalitas waktu pemilihan itu

antara si A dengan si B, sementara yang diplooting oleh pak fuad itu si A.

Dan si B ini punya posisi kekuatan yang bisa mengalahkan, nah ini biasanya

ya langsung didatangi untuk membunuh peluang si B ini.”236

Bahkan keterlibatan Fuad Amin dalam mengintervensi partai politik di

Bangkalan dapat dilihat juga dengan biaya yang dia keluarkan sebagai ongkos

pencalonan bagi ketua DPC yang akan dia usung.237

“.....Tapi gini mas semua parpol itu termasuk Hanura itu orangnya semua.

Dia yang membiayai, yang untuk menjadi ketua. Jadi walaupun orangnya

PKB, dia mempunyai banyak parpol, gitu. Ada di mana-mana. Termasuk

saya dulukan dari PKPI. Ya kan orangnya dia saya dulu. Jadi dia itu

walaupun orangnya partai itu dia itu mau semuanya semua partai itu

dikuasai.”238

Saking besarnya kekuasaan yang dimilikinya, sampai kepindahan Fuad Amin dari

PKB ke Gerindra ternyata membawa pengaruh yang siginifikan dalam perolehan

kursi kedua partai di kemudian hari di dewan DPRD Bangkalan. PKB yang

ditinggalkan oleh Fuad Amin memperoleh penurunan kursi yang drastis

dibandingkan ketika Fuad Amin masih bertahan di dalamnya. Dari 15 kursi di

234 Wawancara Pribadi dengan AAR.

235

Wawancara Pribadi dengan AAR.

236

Wawancara Pribadi dengan AAR.

237

Wawancara Pribadi dengan AHS.

238

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 210: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

198

masa Fuad memimpin pada periode 2008-2013,239

menjadi 6 kursi saat Fuad

Amin pindah.240

Sedang suara Gerindra pada pileg 2014 justru menjadi semakin

meningkat setelah Fuad Amin bernaung di dalamnya. Pada pileg 2014 tersebut

Gerindra meraih 10 Kursi.241

Menguasai partai politik berarti juga menguasai kader partai di dalamnya,

beberapa anggota dewan yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Fuad

Amin, di antaranya: Ra Kholik (Partai PKB Komisi C, beliau adalah adik Fuad

tapi beda Ibu, menjadi anggota dewan saat periode kedua kepemimpinan Fuad

Amin). Sedangkan Abdul Latief (beliau adalah adik Fuad Amin sekaligus wakil

ketua DPRD Bangkalan saat ini), pada periode awal ada Ra Kadir (sepupu Fuad

duduk di partai PKB), Syafii Rofii (ketua DPRD periode kepemimpinan Fuad

yang pertama, dari partai PKB, posisinya adalah sebagai sepupu), Razak Hadi

(Demokrat, anggota dewan masa periode Fuad yang pertama), Muzakki

(Demokrat, anggota dewan masa periode Fuad yang kedua), Ra Momon (putra

sekaligus anggota dewan pada periode kedua Fuad, duduk di Partai PAN, dia

merupakan sekertaris komisi C), Imron Amin (Adik Fuad, Gerindra), Ra Latief

(Adik Fuad, PPP), sedang politisi-politisi lokal lainnya yang masih memiliki

ikatan darah tapi dalam kapasitasnya sebagai saudara jauh Fuad Amin antara lain:

Umar Farouq dari Hanura dan Muntofifi Kholil.242

Dan orang-orangan Fuad di

239 Wawancara Pribadi dengan UF.

240

Portal Kabupaten Bangkalan, “Partai Gerindra Raih Kursi Terbanyak di DPRD,” berita ini

diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari http://bangkalankab.go.id/index.php/80-template-

details/general/326-komposisi-anggotaan-dprd-hasil-pileg-2014-merata

241

Dody Wisnu Pribadi, “Cerita Miris dari Bangkalan,” artikel diakses pada 27 Maret 2016

dari http://regional.kompas.com/read/2014/08/02/08181631/Cerita.Miris.dari.Bangkalan

242

Wawancara Pribadi dengan UF

Page 211: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

199

partai Golkar adalah Abdul Mufid Sobar,243

serta partai PKB ada Ali Wahdin

(ketua DPRD Bangkalan di periode kepemimpinan Fuad kedua).244

Sedangkan

Saudara Fuad Amin yang secara garis politik berseberangan dengan dirinya

adalah Imam Bukhori Kholil dan Ra Birali (ketua Nasdem periode sekarang), dan

Ahmad Ali Ridho.

Dengan beredarnya para kroni Fuad di berbagai penjuru partai, maka bukan

hal yang sulit bagi dirinya untuk menyeting peran partai bagi kemenangannya di

pilkada 2008. Bahkan jauh-jauh hari sebelum pilkada dimulai, Fuad Amin sudah

mulai merancang kemenangannya dengan menggalang dukungan ke berbagai

partai tersebut. Dari partai-partai yang ada, Fuad sendiri yang mengatur partai

mana yang bertugas untuk mendukungnya, partai mana yang mesti mencalonkan

calon bayangan, serta partai mana yang diperintah untuk menginfiltrasi kekuatan

lawan.245

“Makanya setiap partai dari awal itu sudah dikondisikan sedemikian rupa.

Dari jauh-jauh hari. Bagaimana sudah harus mendukung dia dan yang lain

dipersiapkan untuk mendukung bayangan, mendukung dayang.....”246

Timbal balik dari loyalitas kroni Fuad di berbagai partai politik di Bangkalan,

Fuad tunjukan dengan bagi-bagi proyek kepada mereka.247

“.......Konon katanya bahwa seluruh anggota DPRD Bangkalan pada waktu

itu gitu kan, yang loyalis ke dia gitu, kan dikasih satu proyek, gitu kan, tapi

bukan dia yang ngerjakan karena tidak boleh gitu kan, tapi dia mendapatkan

fee, gitu kan, seperti itu. Ngatur-ngaturnya seperti itu.”248

243 Wawancara Pribadi dengan MH via telepon, 02 Maret 2016.

244

Wawancara Pribadi dengan MH via Whatsapp, 31 Maret – 02 April 2016.

245

Wawancara Pribadi dengan AAR.

246

Wawancara Pribadi dengan AAR.

247

Wawancara Pribadi dengan FHR.

248

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 212: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

200

Karenanya, dengan adanya kontrol penuh Fuad di berbagai partai politik

yang ada, sehingga membuat parpol tidak memiliki kekuatan untuk mejalankan

fungsi-fungsinya secara maksimal. Bahkan ruang kebebasan bagi pengusungan

kader-kader terbaik sekalipun tidak dapat terealisasi karena kekuataan parpol

mutlak telah terkooptasi oleh eksistensi Fuad sebagai orang kuat lokal. Rencana

dan strategi partai menjadi kuasa Fuad sepenuhnya.

G.3). Maraknya Proyek Pembangunan Infrastruktur

Unsur kemenangan Fuad lainnya juga tidak terlepas dari kinerjanya sebagai

bupati selama satu periode. Pada periode pertama, Fuad Amin banyak

mengerjakan proyek-proyek infrastruktur pembangunan. Jalan-jalan ke desa

banyak yang diaspal, pembangunan stadion, pembangunan GOR, adanya jalan

kembar, pemindahan pasar, dan lain sebagainya.249

Sekalipun unsur ini sangat kecil dalam memberikan sumbangan pada

kemenangan Fuad, tapi perkara pembangunan infrastruktur merupakan hal yang

akan pertama kali dilihat oleh masyarakat. Sehingga timbul kesan bahwa seolah-

olah pemerintah Fuad bekerja, walau di program lainnya banyak yang tidak

berjalan.250

Rata-rata pembangunan infrastruktur yang diadakan oleh pemerintah

daerah yang ada di Indoneisa, biasanya semakin massif terjadi di akhir masa

kepemimpinan para pejabat setempat. Alasannya tak lain agar dapat menjadi

modal kampanye politik untuk pencalonan berikutnya.

“.......Jadi dia galakkan prioritaskan sedemikian rupa yang namanya

infrastruktur itu, sehingga bangunan-bangunan jalan ke desa yang awalnya

tidak teraspal, banyak yang teraspal, seperti itu. Nah ini yang kemudian bagi

masyarakat: wah aku belum pernah ngalami bupati sebaik ini, seperti itu.

249 Wawancara Pribadi dengan UF.

250

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 213: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

201

Nah masyarakat ndak tahu bahwa sebetulnya fungsi pemerintah itu bukan

hanya itu....”251

“.........Nah baru setelah masyarakat ini terbius dengan namanya

infrastruktur ini yang sedemikian maju, nah di kesempatan jadi bupati kedua

kalinya ini wah sudah gila-gilaan itu. Artinya kalau dulu ke infrastruktur ini

masih perhatian ya. Nah di periode kedua ini sudah banyak berkurang. Dia

lebih berfokus kepada pembangunan perkotaan yang sesungguhnya menurut

saya ndak terkonsep bagaimana memajukan kesejahteraan masyarakat.”252

Baru setelah pembangunan infrastruktur di periode pertama berhasil

menghipnotis masyarakat, perhatian Fuad Amin ke pembangunan infrastruktur

semakin berkurang pada periode berikutnya. Bahkan di periode kepemimpinannya

yang kedua, konsep pembangunan Fuad Amin terkesan bias. Seperti contoh,

adanya pembangunan gedung Raitopu - yang secara fungsi tidak terkait dengan

relevansi program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Terus

adanya pembangunan pasar swalayan yang dibiayai oleh pemda sendiri – mulai

semenjak awal pengadaan tanahnya.253

“......Dan mungkin ini satu-satunya di indonesia ya, pemerintah daerah yang

membangun pasar swalayan dari anggaran pemda. Mulai dari pengadaan

tanahnya, sampai....”254

Di samping itu, kondisi investasi Bangkalan di bawah Fuad Amin pun tampak

statis. Para investor yang masuk seringkali menjadi korban pemalakan yang

dilakukan oleh Fuad Amin. Sehingga jarang sekali melihat para investor yang

betah untuk melakukan bisnisnya di Bangkalan.255

“...........Sulit, karena perijinan di sini ini sulit, sulit sulit gampang, mas.

Jadi kalau kita itu mau investor artinya kenapa pergi dari Bangkalan,

karena untuk dapatkan ijin ini, tidak usahlah pergi ke kantor perijinan,

langsung aja bawa duit ke FA, ditunggu satu jam selesai. Jadi kalau

251 Wawancara Pribadi dengan AAR.

252

Wawancara Pribadi dengan AAR.

253

Wawancara Pribadi dengan AAR.

254

Wawancara Pribadi dengan AAR.

255

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 214: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

202

pakai yang normatif ya, mungkin 3 tahun gak keluar itu, gak metu-

metu jereh wong jowo iki”.256

Sebab itu, pembangunan infrastruktur yang giat Fuad Amin lakukan di periode

awal, hanyalah pemantik untuk dapat mengambil hati rakyat dengan seolah-olah

memberikan kesan bahwa dia bekerja untuk kepentingan rakyat, sambil menutup-

nutupi segala praktek koruptif yang sebenarnya sudah tercium di pertengahan

kepemimpinannya pada periode pertama.

G.4). Memasang Calon Boneka dan Calon Titipan

Dengan kekuasaan dan kontrol penuh terhadap partai politik, Fuad akhirnya

dapat dengan leluasa untuk mengarahkan dan memainkan otoritasnya dalam

mengatur seluruh jalannya aktivitas politik, termasuk mengatur laju koalisi dan

strategi pemenangan dengan mengerahkan seluruh komponen kekuatan partai

yang berada di bawah naungannya. Banyaknya kader partai yang memiliki

hubungan famili dan kerabat dengan Fuad, tak ayal menambah peluang

kemenangan Fuad menjadi semakin besar. Keberadaan mereka yang tersebar di

berbagai partai, kerapkali dimanfaatkan oleh Fuad untuk menyeting orang per

orang di antara mereka agar mau dijadikan calon bayangan, dan lainnya dijadikan

agen titipan untuk menginfiltrasi kekuatan lawan. Dua strategi ini merupakan

kunci kemenangan Fuad pada pilkada di tahun 2008.

Pada pilkada 2008, akhirnya hanya ada 3 pasangan calon yang maju dalam

kompetisi, minus Imam Bukhori Kholil yang namanya terlanjur dicoret oleh KPU.

3 Pasangan calon ini adalah Fuad Amin-Syafii Rofii, Muhamad Dong-Razak

Hadi, dan Abdul Hamid Nawawi-Hosyan Muhammad. Di antara para kontestan

256 Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 215: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

203

tersebut, satu pasangan calon di antaranya adalah calon bayangan dan satu orang

lagi, calon titipan yang dipasangkan ke pihak lawan. Pasangan Hamid-Hosyan

merupakan pasangan calon bayangan Fuad, sedangkan Razak Hadi adalah calon

yang dititipkan oleh Fuad untuk menginfiltrasi kekuatan politik Dong.257

Memang satu-satunya lawan Fuad yang murni pada pilkada 2008 adalah

Mohammad Dong. Dong sendiri merupakan wakil Fuad Amin di periode

sebelumnya. Majunya Dong pada pilkada 2008 dengan mengambil posisi yang

berlawanan dengan Fuad tidak terlepas dari konflik yang pernah terjadi di antara

keduanya. Bahkan ketidakcocokan antara Fuad Amin dan Dong harus membuat

menteri dalam negeri pada waktu itu turun tangan. Sampai akhirnya menteri

dalam negeri memutuskan agar keduanya tetap menjabat sampai akhir masa

jabatannya habis.258

“Ndak terjadi karena saya di paripurna itu menolak menentang tidak boleh

ada impeachment, akhirnya sesuai dengan keputusan menteri dalam negeri

tidak boleh ada impeachment, dan mereka berdua ini harus menjalankan

sisa-sisa tugasnya itu sampai masa akhir jabatan.”259

Dengan adanya konflik tersebut, maka pertarungan pada pilkada 2008

merupakan arena adu gengsi bagi kedua mantan pasangan bupati dan wakil bupati

incumbent ini. Tapi kekuatan sepenuhnya masih berada di tangan Fuad. Karena

Fuad Amin sendiri merasa bahwa Muhamad Dong bukanlah lawan yang sepadan

dengan dirinya. Lebih beresiko melawan Imam Bukhori daripada melawan

mantan wakilnya sendiri, Muhamad Dong. Hal ini dapat dilihat pada saat

berlangsungnya proses penjaringan di tubuh partai demokrat. Saat dukungan

257 Wawancara Pribadi dengan AAR.

258

Wawancara Pribadi dengan MMD.

259

Wawancara Pribadi dengan MMD.

Page 216: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

204

partai politik yang mengarah kepada Fuad Amin sudah melebihi kapasitas dan

melampaui ambang batas persentase ketentuan pencalonan, hal ini tidak lantas

membuatnya berhenti untuk terus mencari dukungan dari partai-partai lainnya.

Sampai pada waktu Partai Demokrat mengadakan penjaringan bakal calon untuk

Bupati Bangkalan, Fuad Amin pun turut serta di dalamnya.

Dengan ikutnya Fuad Amin dalam penjaringan di Demokrat, maka ada 3

tokoh yang mendaftar dalam proses tersebut. Selain Fuad Amin, dua di antaranya

termasuk Muhamad Dong dan Imam Bukhori Kholil. Dari ketiga bakal calon

tersebut, Imam Bukhori menempati posisi pertama bakal calon potensial dari

Demokrat. Terus disusul oleh Muhamad Dong di peringkat kedua, dan Fuad di

peringkat terakhir. Menurut desas desus yang beredar, melihat peluang Imam

Bukhori Kholil yang begitu besar di partai demokrat, akhirnya Fuad Amin

melakukan lobi dengan petinggi partai agar bagaimana caranya tiket bakal calon

tidak menjadi hak milik Imam Bukhori. Kalaupun itu jatuh ke tangan Muhamad

Dong, maka hal itu tidak menjadi persoalan, asalkan jangan sampai jatuh kepada

Imam Bukhori Kholil.260

Sebab sekalipun keputusan pusat tidak memihak kepada

Fuad Amin, tapi kekuatan politik Demokrat di Bangkalan sudah sepenuhnya

berada dalam genggaman Fuad.

“.......Gini, orang yang di sini itu orangnya Yayi Fuad, tapi untuk

rekomendasi siapa calon itu pusat mas. Anunya, ini kalah, yang di pusat,

kalah dengan ..tok untuk rekomendasi.”261

Karena kekuatan Fuad di demokrat terwakilkan dengan adanya Razak Hadi.

Razak Hadi adalah ketua DPC Partai Demokrat yang juga merupakan famili Fuad

260 Wawancara Pribadi dengan AAR.

261

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 217: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

205

dan kroni dia di Demokrat.262

Makanya ketika keputusan demokrat memutuskan

untuk mengusung Muhamad Dong dan Razak Hadi tampil sebagai pasangan calon

bupati dan wakil bupati, tentu hal ini tampak lucu. Karena di satu sisi Muhamad

Dong serius untuk menggarap kemenangannya di pilkada, sedang di sisi lain

Razak Hadi bersikap sebaliknya.263

“Ya berpasangan dengan pak razak itu, karena pak razak itu waktu itu ketua

DPC demokrat kan seperti itu. Jadi mungkin komunikasinya dengan DPP itu

lobi-lobinya ya udahlah dikasih ke madong aja ketuanya nanti wakilnya dari

demokrat. Ya walaupun ndak menang tapi kan ada kompensasi, kan seperti

itu. Mungkin.”264

“..........Nah akhirnya yang si pak madongnya ini serius, dia benar-benar

kandidat dan serius menggarap dukungan, wakilnya ini dipasang dengan

orangnya pak fuad. Ra Razak. Pak kiai razak. Jadi yang calon bupatinya

kencang kampanye, ayo dukung aku, yang calon wakilnya jangan dukung

aku. Ya akhirnya wong gimana, misalkan ada karapan sapi, satunya ke

depan satunya ke belakang, gimana mau menang.”265

Di samping menginfiltrasi kekuatan politik Muhamad Dong lewat

penempatan Razak Hadi sebagai wakil pendampingnya dalam kontestasi pilkada

2008, Fuad pun memasang calon pasangan bupati - wakil bupati bayang-bayang

melalui pasangan calon Hamid dan Hosyan yang diusung oleh PPP. Sebab posisi

ketua DPC PPP waktu itu pun berada di bawah kendali kroni Fuad Amin yang

dalam hal ini adalah Zaenal Abidin. Seperti yng diungkapkan oleh NNH: “Loh

kalau dia nyalonnya sama boneka, tarungnya sama boneka”.266

Dengan dua siasat yang Fuad jalankan tersebut akhirnya bukan hal yang

sulit bagi dirinya untuk menang dalam kontestasi pilkada di 2008. Kekuatan

Muhamad Dong sendiri tidak sebesar kekuatan yang Fuad miliki. Hal ini terlihat

262 Wawancara Pribadi dengan UF.

263

Wawancara Pribadi dengan AAR.

264

Wawancara Pribadi dengan AAR.

265

Wawancara Pribadi dengan AAR.

266

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 218: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

206

dari hasil akhir perolehan suara pilkada dimana capaian suara Fuad Amin yang

hampir 90 persen,267

tepatnya yakni 80.79 persen.268

Sedangkan Dong-Razak

hanya memperoleh suara 15.49 persen, Hamid-Hosyan 3.72 persen.269

“Ya. Benar. Dan seorang Madong tidak cukup kuat untuk melawan itu,

kekuatan Fuad Amin yang sudah demikian mendominasi. Akhirnyakan dia

juga tidak seberapa perolehan suaranyakan. Hanya 10 persen Madong, si

Fuad 90 persen waktu itu”.270

Bahkan kekalahan Dong di pilkada 2008 tidak lantas membuat PDI menjadi

oposisi di parlemen. Karena perolehan kursinya pun sangat kecil, yaitu hanya dua

kursi. Bahkan PDI yang awalnya dikuasai oleh Muhamad Dong selaku ketua

DPC, di masa selanjutnya berhasil dikuasasi oleh Fuad Amin melalui kliennya

yang dalam hal ini adalah Faturahman.271

Faturahman adalah orang-orangan Fuad

Amin yang berhasil memenangkan pemilihan sebagai ketua DPC PDI-P. Sehingga

pada tahun 2009, Muhamad Dong akhirnya menggunakan partai PKNU sebagai

kendaraan politiknya untuk mencalonkan diri sebagai calon dewan pusat.272

Satu-satunya partai yang menjadi oposisi di parlemen setelah kemenangan

Fuad untuk yang kedua kalinya adalah PKNU. Dari beberapa pandangan fraksi

yang terjadi di parlemen, pada tahun 2009, PKNU adalah satu-satunya partai yang

sering melontarkan kritik pedas.273

“......Jadi ketika kita melihat bahwa pandangan-pandangan umum,

pandangan fraksi pada waktu itu gitu kan, pada tahun pasca 2009 itu,

hanyalah dari partai PKNU itu yang selalu melakukan kritisi pedas. Maka

267 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

268

Pelita, “Fuad-Syafik Menangi Pilbup Bangkalan,” berita diakses pada 02 April 2016 dari

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=43862

269

Pelita, “Fuad-Syafik Menangi Pilbup Bangkalan,” berita diakses pada 02 April 2016 dari

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=43862

270

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

271

Wawancara Pribadi dengan FHR.

272

Wawancara Pribadi dengan FHR.

273

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 219: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

207

kenapa akhirnya kita yang di luar parlemen ini yang lebih pedas mengkritisi

itu, gitu.”274

G.5). Memanfaatkan Jaringan Klebun

Di pilkada 2008, kekuatan Fuad Amin sudah semakin menggurita. Pada

periode tersebut, Fuad bukan hanya menguasai masyarakat melalui kekuatan-

kekuatan kultural lewat kharisma dan macam-macam mitos yang

mencerminkannya sebagai seorang jago, tetapi Fuad lebih jauh masuk ke dalam,

menguasai institusi-institusi politik dan birokrat pemerintahan. Termasuk di

antaranya menguasai para kepala desa (klebun).275

Bahkan penggunaan aparat

birokrasi, khususnya para kepala desa demi kepentingan politiknya ini tidak saja

dilakukan saat ada momen-momen pilkada yang menyangkut kepentingan dirinya,

tetapi seringkali juga Fuad pakai saat ada momen-momen pileg, dengan

memberikan prioritas pada kemenangan para kroninya di beberapa partai.

“Ya kalau pemilihan, pemilihan langsung kan 2008 jadi bupati gitu ya.

Pileg-pileg juga mulai sejak pileg-pilegkan juga memakai jaringan klebun

semua mas. Pokoknya setiap pemilihan itu ya jaringan klebun ini yang

dipakai.”276

Rasa hormat dan loyalitas yang ditunjukan oleh para kepala desa untuk turut

menjaga kepentingan politik Fuad ini didasarkan atas tiga faktor. Faktor pertama

karena intimidasi yang Fuad lakukan kepada mereka. Faktor kedua, karena insentif

materil lewat pengadaan dan proyek yang digelontorkan kepada para kepala desa,

dan faktor ketiga karena adanya SK perpanjangan masa PJS bagi mantan kepala

desa yang dikukuhkan lewat perda nomor 7 tahun 2006.

274 Wawancara Pribadi dengan FHR.

275

Wawancara Pribadi dengan MH.

276

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 220: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

208

Dari 281 kepala desa, 200-an di antaranya berada di bawah kendali Fuad

Amin. Pemanfaatan para kepala desa saat momen politik ini biasanya dilakukan

Fuad Amin dengan cara memanggil mereka untuk kemudian diarahkan agar turut

membantunya dalam proses suksesi politik. Pemanggilan ini biasanya diadakan 6

bulan sebelum waktu pemilihan dimulai. Mereka dikumpulkan di pendopo atau

tempat tertentu berdasarkan teritorial kecamatan masing-masing. Setelahnya,

pertiap bulan sekali akan diadakan pertemuan lanjutan. Pertemuan tersebut

memang sifatnya politis. Bila kedapatan ada satu pihak kepala desa yang memihak

ke pihak lain, maka Fuad Amin tidak segan-segan akan mencekal program-

program yang ditujukan kepada desa yang bersangkutan.277

Biasanya kepala desa dikerahkan untuk merekap hasil pemilihan lewat

formulir C-1 KPU. Mereka ditugaskan untuk memanipulasi hasil suara.

“Ya klebun inikan mainkan rekap aja. Jadi selesainya pemilu di Madura atau

di Bangkalan itu selesai direkap itu di C-1 itu.”278

“Kalau sistem pemilihan inikan pemilihkan pasti cerdas. Memilih si A,

memang karena memang dia visi dan misi. Kalau coblosan ini kartunya

diambil ataupun melalui siapa, ada pesanan suaralah, sengaja dicoblos

sendiri ataupun direkap saja sendiri.”279

Bahkan keberadaan panwas serta PPS meskipun ada, hanya sebagai bagian

formalitas prosedural pemilihan belaka, karena faktanya, mereka adalah orang-

orang yang diutus oleh Fuad Amin. PPS adalah orang-orang yang ditunjuk

langsung oleh para kepala desa berdasarkan instruksi tersirat dari Fuad Amin.

277 Wawancara Pribadi dengan FAU, Bangkalan, 21 September 2015.

278

Wawancara Pribadi dengan MH.

279

Wawancara Pribadi dengan NNH.

Page 221: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

209

“Ya PPS itu, kepanjangan tangan dari KPU-kan. Tapikan sudah terkondisi

dengan baik. Karena PPS itu dibentuk oleh kepala desa, dan kepala desa

itupun mendukung. Ya siapa mas.”280

“Panwaslu kalau orangnya yang dipakai yang ditaruh siapa yang mau buka.

Andainya saya umpama jadi panwaslu akan saya bongkar, tapi ketika orang-

orang yang dia simpan ini adalah orang ini, orangnya dia, atau orang yang

minta dijadikan panwaslu kan akan ditutupi.”281

Meskipun pemilihan di TPS tetap berlangsung, itupun jumlah partisipasi

masyarakatnya kurang lebih dari 60 persen, bahkan temuan yang dilakukan oleh

kawan-kawan aktivis di Bangkalan jumlahnya lebih drastis, yakni hanya sekitar

4o persen dari jumlah pemegang hak suara.

“Ada. Ada. Ada, cuma kemudian tidak se-vulgar apa yang terjadi. Artinya,

partisipasi pemilih ke TPS itu tidak kemudian mencapai 90 persen koma,

yang ada paling banter itu ya 60 maksimal. Kehadiran itu. Itu sangat

maksimal sekali, bahkan analisa teman-teman itu sekitar 40-an kok antusias

masyarakat. Termasuk yang terakhir kemarin pas anaknya yang jadi itu.”282

H. Jaringan Kiai Fuad Amin

Secara garis besar, stratifikasi sosial kalangan kiai di Bangkalan ditempati

oleh 3 kelompok utama. Pada urutan pertama diisi oleh para kiai pesantren yang

berasal dari trah bani kholil, urutan kedua diisi oleh kiai pesantren non bani kholil,

dan urutan ketiga diisi oleh kiai kampung atau biasa disebut bidhereh.283

Perhatikan bagan IV.4.

280 Wawancara Pribadi dengan NNH.

281

Wawancara Pribadi dengan MH.

282

Wawancara Pribadi dengan MH.

283

Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki

Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” (Disertasi Program Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h. 98.

Page 222: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

210

Bagan IV.4. Stratifikasi Sosial Kiai di Bangkalan

Sumber Gambar: Abdur Rozaki

Penempatan kalangan Kiai yang berasal dari trah bani Kholil di urutan

paling atas merupakan apresiasi yang diberikan oleh masyarakat kepada keluarga

Bani Kholil. Hal ini ditujukan untuk menghormati segala jasa leluhur Kiai Kholil

atas usahanya dalam mengajarkan ilmu agama dan segala ilmu lainnya di

masyarakat. Makanya keluarga besar bani kholil adalah keluarga terpandang

hingga saat ini. Segala upaya apapun yang berkaitan dengan dinamika kehidupan

masyarakat, baik itu kegiatan sosial maupun politik, pasti akan melibatkan

keluarga bani kholil di garda terdepan masyarakat.

Hal ini bukannya tanpa menimbulkan dampak negatif. Karena faktanya

dominasi keluarga bani kholil di Bangkalan sangat begitu besar. Sehingga benih-

benih fanatisme terhadap keluarga bani kholil dengan sendirinya muncul di

kalangan masyarakat. Fanatisme ini merupakan pangkal dari berbagai sikap apatis

yang pada akhirnya ditunjukan oleh masyarakat terhadap segala sesuatu yang

bersinggungan dengan dimensi sosial dan politik yang ada di Bangkalan. Karena

Kiai Pesantren Trah Bani

Kholil

Kiai Pesantren Non Bani Kholil

Kiai Bidhereh/Kiai Kampung

Page 223: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

211

apapun yang berkaitan dengan kehidupan di Bangkalan, seolah-olah sudah

menjadi kewajiban dan tanggungan bagi bani kholil seluruhnya.

Apatisme masyarakat Bangkalan yang terekam dalam segala sesuatu yang

berbau aspek sosial maupun politik, dengan menyerahkan segala urusan-urusan

tersebut terhadap keluarga bani kholil, sebenarnya memiliki dampak signifikan

pada kehidupan sosial politik mereka di Bangkalan. Menurut AAR, dampak ini

adalah pengaruh negatif yang pada akhirnya mesti dibebankan dan menjadi

tanggungan bersama-sama. Pertama, karena anggapan dan rasa hormat

masyarakat Bangkalan terhadap keluarga bani kholil terlalu berlebihan, sehingga

apapun yang berkaitan dengan jabatan publik dan persoalan-persoalan yang ada

mesti dilimpahkan kepada bani kholil seutuhnya. Pelimpahan jabatan ketua di

ormas, di partai, dan di segala dimensi kehidupan masyarakat yang lain.

Semuanya seakan-akan mesti diberikan kepada keluarga bani kholil. Pasalnya

citra keluarga bani kholil seolah-olah sanggup untuk menerima tanggung jawab

tersebut. Karena adanya pelimpahan wewenang yang membabi buta tersebut

sehingga timbul dampak lainnya, yakni hilangnya motivasi untuk memacu

kapasitas dan integritas personal dari para keluarga bani kholil. Sehingga,

anggapan bahwa tanpa memiliki kemampuan pun pasti akan dianggap oleh

masyarakat, menjadi wabah bagi lahirnya benih superioritas diri yang melanda

keluarga bani kholil. Yang dirugikan pun masyarakat, sebab keberadaan para

tokoh masyarakat yang memiliki potensi untuk mengemban tanggung jawab

tersebut kemudian tidak terangkat ke permukaan.284

Makanya tak heran jika

284 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 224: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

212

seluruh jabatan ormas, partai politik, dan jabatan publik di Bangkalan banyak

ditempati oleh keluarga Bani Kholil.

Bahkan penempatan keluarga Syaikhona Kholil bukan saja terjadi di

internal pemerintahan atau ormas dan partai yang telah didominasi oleh Fuad

Amin. Nyatanya, di bagian-bagian kelompok penyeimbang sekalipun, atau

kelompok oposisi di luar jeratan Fuad Amin, hal tersebut masih tetap saja berlaku.

Misalnya pengangkatan Ahmad Ali Ridho sebagai ketua Forsis (Forum

silaturahmi Stake Holder Se-Kabupaten Bangkalan) oleh teman-teman aktivis, hal

ini tidak terlepas dari figur kekiaiannya sebagai salah satu keturunan Syaikhona

Kholil dan satu-satunya kiai di Bangkalan selain Imam Bukhori Kholil yang

berani vokal terhadap keluarganya sendiri, Fuad Amin. Selain itu, sedikitnya

jumlah kiai atau kalangan pesantren yang berani untuk melakukan konfrontasi

dengan Fuad, merupakan alasan lain dari pengangkatan Ahmad Ali Ridho sebagai

ketua Forsis.285

Karena dialah satu-satunya orang dari internal keluarga bersama

Imam Bukhori yang berani menentang dominasi Fuad.

Bukan hanya masyarakat biasa yang menaruh rasa takdzim kepada keluarga

bani, bahkan para kiai yang berasal dari non trah bani kholil yang ada di

Bangkalan pun akan tunduk serta takdzim kepada mereka. Alasan inilah yang

menjadikan kekuatan sosial dan politik Fuad Amin semakin menjadi-jadi. Karena

seluruh lini kehidupan masyarakat Bangkalan mampu dia kuasai. Banyaknya

famili yang menduduki posisi-posisi strategis, dan kondisi masyarakat yang

menaruh simpati kepada keluarga bani kholil, termasuk para kiai yang berasal dari

285 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 225: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

213

non bani kholil, dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh Fuad untuk mengekalkan

kekuasaannya tersebut.

Jalinan hubungan kedekatan antara para kiai dengan Fuad tidak terbatas

hanya di antara keluarga saja. Di luar keluarga pun, Fuad menjalin hubungan yang

erat dengan para kiai lainnya. Di antara beberapa kiai yang memiliki hubungan

spesial dengan Fuad Amin di luar keluarga bani kholil antara lain: Kiai Nurdin

(Ketua Basra Bangkalan), Kiai Muhaimin (Pengasuh Pondok Pesantren As-

Shamadiyah), dan Kiai Sarifudin Damanhuri (Ketua MUI Bangkalan).286

Kalangan kiai faktanya tidak terbebas dari pemanfaatan yang dilakukan oleh

Fuad kepada mereka. Pemanfaatan kalangan kiai oleh Fuad Amin terlihat dalam

kasus keluarnya fatwa sesat pelatihan shalat khusyu oleh MUI. Cerita ini berawal

dari kegiatan pelatihan shalat khusyu yang diadakan oleh Imam Bukhori Kholil.

Pelatihan shalat khusyu yang diselenggrakan oleh Imam Bukhori ini bekerjasama

dengan Ustadz Abu Sangkan selaku mentor dalam kegiatan tersebut. Ketika

kegiatan pelatihan shalat khusyu yang pertama kali diadakan berjalan dengan

sukses, akhirnya Imam Bukhori berniat untuk kembali menyelenggarakan acara

serupa dengan tempat di Masjid Agung. Mengingat antusias masyarakat untuk

mengikuti kegiatan pelatihan shalat khusyu ini sangat begitu besar. Kabar ini

sampai juga kepada Fuad Amin. Mendengar bahwa yang mengadakan acara ini

adalah Imam Bukhori, Fuad Amin bergegas mencari cara untuk

menggagalkannya. Panitia kegiatan dipanggil dan dilakukan pembicaraan untuk

tidak menghubung-hubungkan acara tersebut dengan nama Imam Bukhori. Agar

286 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 226: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

214

klaim adanya kegiatan tersebut adalah murni dari bupati. Tapi cara ini gagal. Lalu

dicarilah cara lain untuk menggagalkannya, akhirnya munculah ide untuk

mengumpulkan para kiai di Bangkalan dengan menyertakan MUI setempat untuk

mencari celah adanya unsur kesesatan pada kegiatan tersebut. Dengan keluarnya

fatwa sesat MUI Bangkalan mengenai pelatihan shalat khusyu tersebut, otomatis

ijin kegiatan dari pemda tidak keluar. Dan pemda melarang diadakannya kegiatan

yang diinisiasi oleh Imam Bukhori bersama Ustadz Abu Sangkan itu.287

“........Karena kemudian ini ndak berhasil, maka beliau ngundang MUI dan

kiai-kiai yang ada di Bangkalan, dicari apa yang kira-kira dalam pelatihan

sahalat khusyu ini yang kira-kira bisa dipelesetkan sebagai sesuatu yang

sesat. Nah akhirnya kiai-kiai dengan difasilitasi MUI itu melakukan rapat

dan menyatakan bahwa pelatihan yang dilaksanakan Ustadz Abu Sangkan

ini adalah pelatihan yang mengandung unsur kesesatan dan menyesatkan.

Dengan karena ada surat dari MUI itu kemudian pemda melarang kegiatan

Ustadz Abu Sangkan itu. Padahal intinya bukan di pelatihan shalat

khusyunya itu, bukan di penyesatannya itu, tapi lebih kepada karena ini

faktor Fuad tadi itu.” 288

Loyalitas kiai Bangkalan terhadap Fuad Amin bukan hanya lahir dari

anggapan bahwa Fuad adalah cucu kiai besar yang patut dihormati, tetapi juga

lahir dari rasa takut bila nantinya kalau ada intimidasi terhadap mereka. Intimidasi

ini tidak mesti berupa ancaman fisik saja, karena dalam kenyataannya intimidasi

ini pun dapat berupa pemboikotan rekomendasi oleh Fuad Amin terhadap

program-program pemerintah yang diajukan oleh kalangan kiai, baik kepada

pemerintah provinsi maupun pusat.

“........ketika orang ini memerlukan rekomendasi ke bupati untuk terkucurnya

dana itu, itu ndak dikasih. Padahal secara lembaga dia butuh bantuan. Baik

itu bantuan dari pemerintah provinsi, bantuan dari pemerintah pusat

misalnya. Nah dari pada aku enggak dukung pak fuad nanti ini dipersulit.

Jadi pengkondisian seperti itu yang dilakukan....”289

287 Wawancara Pribadi dengan AAR.

288

Wawancara Pribadi dengan AAR.

289

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 227: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

215

Di samping itu, pemanfaatan kalangan kiai oleh Fuad Amin juga telihat saat

ada aksi-aksi dukungan terhadap dirinya. Pengerahan massa baik itu dari kalangan

kepala desa maupun kalangan kiai tak lain agar seolah-olah pemerintahannya

mendapat dukungan dari rakyat. Pengerahan massa seperti ini salah satunya

pernah dilakukan oleh Fuad Amin saat dirinya didera persoalan ijazah palsu dan

sewaktu dirinya ditangkap oleh KPK. Sehingga kesan yang timbul dari adanya

dukungan masif seperti itu adalah akan riskan terjadinya kegaduhan di tingkat

bawah bila pemerintahan Fuad diusik oleh aparat penegak hukum.

“..........Misalnya ya, salah satu contoh, setiap ada permasalahan-

permasalahan, contoh misalnya dulu kasus ijazah ya, ketika kasus ijazah ini

mau berlanjut, pak fuad ini kemudian meminta - ada puluhan kiailah, untuk

datang ke polda. Pak polda, saya minta kasus ini jangan dilanjut misalnya

seperti itu, karena begini begini begini begini, nah inikan dalam rangka

membangun opini ke tingkat penegak hukumlah paling enggak bahwa

soliditas dukungan di bawah ini betul-betul luar biasa, sehingga kalau ini

dilanjut kasusnya akan terjadi sesuatu yang gerakan destruktif dan lain

sebagainya.....”290

Sebetulnya secara implisit, dengan tidak adanya penegakan hukum terhadap

penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Fuad Amin, akhirnya,

masyarakat pun sama-sama tertipu. Karena dengan begitu, masyarakat merasa

bahwa semenyeleweng apapun pemerintahan Fuad, faktanya akan tetap mendapat

perlindungan dari para penegak hukum. Daripada memilih jalur konfrontasi

dengan Fuad Amin, maka lebih beruntung bila bersikap kooperatif terhadap

pemerintahannya, sehingga preseden buruk bagi demokrasi lokal Bangkalan

terlihat melalui pertukaran praktik yang saling menguntungkan atau adanya

290 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 228: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

216

simbiosis mutualisme antara Fuad dan para pendukungnya melalui manipulasi

suara dan pembagian proyek-proyek pemerintah.

“........Nah, di atas ketika permasalahan yang nyata seperti ijazah ini

kemudian tidak terungkap secara tuntas, inikan menyebabkan masyarakat di

bawah ini menjadi putus asa gitu. Wong kasus yang nyata seperti ini aja

ndak bisa, bagaimana dengan kasus yang lain. berarti kalau begini pak fuad

ini betul-betul sakti. Yah daripada aku ndak dapat apa-apa, mending ikut

dukunglah, walaupun..., seperti itu.”291

Di samping munculnya loyalitas kepada Fuad Amin karena adanya

intimidasi dan mistis seperti takut kwalat karena Fuad Amin adalah seorang kiai

dan cucu kiai besar, atau adanya prakttik-praktik kekerasan yang Fuad Amin

lakukan, ada juga unsur penopang loyalitas lainnya, yaitu melalui pemberian

bantuan-bantuan dan proyek-proyek yang Fuad berikan kepada orang-orangnya.

“.......Kalau tadi itu untuk jaringan formalnya itu dimudahkan untuk menjadi

eksekutor ya - pelaksana, sementara di jaringan informalnya ini dipermudah

untuk menjadi penerima. Misalnya: anu ini program ini taruh di situ, atau

kalau yang ngajukan itu orangku, yaudah kasih. Sementara nanti

pekerjaannya siapa – yang juga orang dia.”292

Sebetulnya tanpa adanya imbalan materiil yang diterima oleh para kalangan kiai

sekalipun, loyalitas mereka terhadap Fuad Amin tidak akan surut. Sebab, dalam

budaya para kiai di Bangkalan, mereka akan taat dan hormat pada kalangan kiai

yang lebih sepuh dari usia mereka. Fuad Amin termasuk ke dalam kalangan kiai

sepuh sepeninggal almarhum Kiai Abdullah Sachal. Terlebih Fuad berasal dari

strata sosial kalangan kiai keturunan Syaikhona Kholil.

“Gini, kalau urusan kiai-kiai itu beliau itu memang, pertama, ya kan ada dua

mas. Budaya yang ada di para kiai itu kalau kepada sesepuhnya yang lebih

sepuh itu sami‟na wa ato‟na. Itu kiai. Jadi sebetulnya tanpa harus dipelihara

pun gitukan, kiai-kiai itu sudah banyak yang tunduk. Karena kiai fuad ini

emang kalau setelah Kiai Abdullah almarhum, paling sepuh mas di

Bangkalan. Gitu. Terus yang kedua, memang tiada yang berani mas seperti

291 Wawancara Pribadi dengan AAR.

292

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 229: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

217

itu para kiai. Kalau ada kiai yang mau berbeda gitu ya, gak bisa berbeda kiai

dengan beliau.”293

“.....Kalau masalah kiai ini, kiai ini ada kompensasikah ada kontribusikah ke

pondok pesantrennya, mau pembangunan atau apa modelnya itu ada. Tidak

ada pun mereka tetap akan mendukung saudara fuad amin, karena dia itu ya

tadi seperti saya bilang tadi itu, kiai ini akan tunduk dan patuh kepada fuad

amin karena beliau adalah cucu dari syaikhona kholil.”294

Dengan dua baground yang melatarbelakangi fungsionalisme Fuad, sebagai bupati

dan sekaligus sebagai kiai, acapkali Fuad Amin menjadikannya sebagai alasan

untuk mengaburkan perilaku koruptif yang Fuad lakukan. Bahwa segala

sumbangan yang orang lain berikan kepada dirinya, ketika Fuad berada di

pendopo, itu dalam kapasitasnya sebagai kiai, bukan bupati. Sehingga uang yang

diberikan kepadanya adalah sebagai sodaqoh.

“Nah, apalagi yang ini, jadi pada waktu itu ada matin gitu kan, ada pondok

pesantren yang disumbang oleh partai politik, jadi pak fuad ini kalau urusan

keagamaan itu kan memang semua ini sumbangan gitu. Alasan-alasannya

apa yang disampaikan oleh dia, ini bukan uang korupsi ini bukan uang

negara, ini sodaqoh gitu kan. Kalau saya dikasih uang oleh orang di pendopo

itu kan saya bukan bupati, saya di rumah dinas, saya kiai, itu tempat saya.

Enggak ada orang yang ngasih uang itu ke kantor (pendo), kantor bupati itu

kan, yang datang enggak ada. Kan itu yang selalu disampaikan di media-

media di khalayak umum.”295

Kondisi yang menggambarkan adanya loyalitas mendalam yang ditunjukan oleh

kalangan kiai yang begitu dekat dengan Fuad Amin bahkan menjadi pertanyaan

besar bagi kelompok oposisi khususnya Imam Bukhori. Dia merasa heran dengan

sikap para loyalis Fuad Amin yang tetap membelanya meskipun nyata-nyata Fuad

telah melanggar aturan hukum negara, apalagi hukum agama. Jika Fuad Amin

masih menjadi penguasa, wajar jika loyalitas tersebut masih ada, karena mungkin

ada banyak kepentingan-kepentingan di dalamnya. Tapi setelah Fuad Amin tidak

293 Wawancara Pribadi dengan AHS.

294

Wawancara Pribadi dengan MMD.

295

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 230: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

218

berkuasa, ditambah hasil muktamar NU yang tegas menyatakan bahwa koruptor

tidak wajib dishalati dan dimandikan, nyatanya pembelaan tersebut masih tetap

bertahan.296

I. Pencalonan Putranya, Makmun Ibnu Fuad

Pasca kepemimpinan Fuad Amin selama dua periode, Fuad Amin tidak

lantas memberikan kursi Bupatinya kepada orang lain secara cuma-cuma. Fuad

Amin tetap menjaga kursi jabatannya untuk dapat diteruskan oleh putra

kandungnya sendiri, Makmun Ibnu Fuad. Fuad Amin menyadari bahwa dengan

menaruh anaknya di kursi bupati, maka dia masih tetap bisa mengendalikan roda

pemerintahan yang ada di Bangkalan. Awalnya di Bangkalan memang sempat

muncul rumor bahwa Fuad Amin akan mengusung istrinya. Tapi lantaran banyak

penolakan dari para kiai, akhirnya niatan ini diurungkan. Para kiai menolak

lantaran istrinya bukan berasal dari Madura. Maka pilihan alternatif lainnya jatuh

pada putranya. Meskipun usia anaknya masih relatif muda yakni 27 tahun dan

kapabilitas kepemimpinannya masih belum terlihat di masyarakat.

“Sebenarnya waktu anaknya mencalonkan diri itu, masyarakat sebenarnya

sudah tidak senang gitu kan - pencalonannya itu, karena anaknya ini tidak

punya kemampuan, dan orang-orang di Bangkalan ini tidak mengenal

anaknya ini, saudara momon ini, tidak mengenal. Ada rumor juga mau

mencalonkan istrinya, karena istrinya ini bukan orang Madura, sebagian kiai

menolak untuk dicalonkan istrinya. Akhirnya anaknya, walaupun tidak

punya kemampuan, akhirnya dengan terpaksa dicalonkanlah oleh Fuad

Amin, ya dengan cara menyingkirkan lawannya. Ya menyingkirkan

lawannya, bagaimana dia istilahnya membuat calon bupati bayangan. Yang

dari Imam Bukhori ini mencalonkan, momon juga mencalonkan, Fuad Amin

membuat satu batu - calon bayangan juga.”297

296 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

297 Wawancara Pribadi dengan SYK.

Page 231: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

219

Kesungguhan Fuad untuk menjadikan anaknya sebagai bupati bagi

penggantinya dan memenangkan putranya, tergambarkan saat dia beberapa kali

melobi Imam Bukhori Kholil untuk tidak ikut dalam pilkada 2012. Karena Imam

Bukhori Kholil merupakan kandidat lainnnya yang berpotensi untuk bisa menjadi

Bupati bangkalan dari trah bani kholil selepas jabatan bupati Fuad Amin berakhir.

Awalnya memang Fuad menawarkan dua opsi kepada Imam Bukhori. Opsi

pertama Imam Bukhori dicalonkan tapi dalam kapasitasnya sebagai calon wakil

bupati pendamping putranya, Ra Momon. Opsi kedua, Imam diberikan uang,

awalnya 12 Miliar belakangan naik menjadi 25 Miliar, tapi dengan syarat tidak

jadi mencalonkan dirinya sebagai calon bupati. Tapi kedua opsi ini ditolak oleh

Imam Bukhori.298

Dengan melihat keseriusan Imam Bukhori untuk tetap mencalonkan dirinya,

akhirnya Fuad Amin mencari cara lain yaitu dengan membelah dualisme di tubuh

partai pengusung Imam Bukhori. Akhirnya usaha Fuad pun berhasil. Imam

Bukhori akhirnya didiskualifikasi oleh KPUD Bangkalan menjelang 5 hari

sebelum pencoblosan. Karena PAN yang awalnya mengusung Imam Bukhori

Kholil, membelokan dukungannya untuk mengusung pencalonan Bay Arifin

dengan Ki Nurdin. Jadi alasan dualisme ini yang menjadi poin mengapa KPUD

akhirnya mencoret Imam dari kontestasi. Bahkan keseriusan Fuad Amin untuk

menjaga dominasi inipun dia tunjukan pula dengan turun langsung dalam

kampanye-kampanye putranya tersebut. Bukan hanya itu, selebaran-selebaran

yang mengarah pada riwayat silsilah keluarga, mulai dari Nabi terus sampai

298 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 232: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

220

Syaikhona Kholil dan Fuad Amin, turut mewarnai kampanye-kampanye Makmun

Ibnu Fuad.299

“Heeuh, saya juga pernah nerima kemarin itu. Ada. Kalau yang paling, yang

paling mencengangkan itu dari silsilahnya nabi juga.”300

Bahkan pernah suatu ketika Fuad Amin sampai menantang carok bagi siapa

saja yang hendak menggagalkan pencalonan anaknya, Ra Momon. Hal tersebut

terjadi ketika beberapa loyalis pendukung Kiai Imam Bukhori melakukan aksi

protes terhadap netralitas KPU, lantaran KPU mendiskualifikasi Imam dari

kompetisi pilkada 2012.

“Dia tidak pernah turun langsung kecuali kemarin. Pilkada 2012. Pilkada

tahun 2012 itu, karena itu habis Kiai Imam itu dicoret Kiai Imam itu, KPU

kan dikepung oleh kelompok masyarakat, unsurnya loyalisnya Ki Imam gitu

kan, sampai dikepung , kota-kota tidak bisa dikeluahin, dia turun langsung

menemui masyarakat itu begini begitu dan bahkan dia di kampanye pun,

saya enggak ngedengar langsung tapi di media ramai, itu mengatakan

nantang carok, siapa yang mau melawan saya carok dengan saya. Kalau

sampai menggagalkan pemilihan bupati, tahun 2012 itu, carok dengan saya,

lawannya saya, begitu.”301

Dengan keberhasilan Fuad Amin menjegal Imam Bukhori Kholil dalam pilkada

2012, otomatis peluang Makmun Ibnu Fuad untuk meneruskan estafet

kepemimpinan ayahnya begitu mulus. Karena Fuad Amin pun turut menyetting

calon bayangan lainnya yang ikut dalam kontestasi pilkada 2012. Di pilkada 2012

akhirnya hanya ada dua pasangan kandidat yang disahkan untuk turut dalam

kompetisi. Pertama pasangan Makmun Ibnu Fuad dan Mundzir Rofii, dan kedua,

pasangan kandidat Nizar Zahro dan Zulkifli. Pasangan Makmun Ibnu Fuad –

Mundzir Rofii diusung oleh partai PAN, PKB, GOLKAR, PDI-P, Gerindra, dan

299 Wawancara Pribadi dengan BHR.

300

Wawancara Pribadi dengan BHR.

301

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 233: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

221

PPP. Sedang Nizar Zahro dan Zulkifli diusung oleh PBR dan Partai

Republikan.302

Adapun pasangan Nizah Zahro - Zulkifli merupakan calon bayangan yang

sengaja Fuad pasang untuk memberikan gambaran kepada masyarakat umum

bahwa seolah-olah demokrasi di Bangkalan tetap berjalan normal. Padahal

sejarahnya, Nizar Zahro dan Zulkifli sendiri merupakan orang yang secara track

record adalah orang dekatnya Fuad Amin. Peristiwa ini merupakan pengulangan

sejarah seperti yang telah dilakukan pada pilkada sebelumnya, dimana pada tahun

2008 Fuad Amin menempatkan calon bayangan di kompetisi pilkada untuk

periode keduanya sebagai bupati.

“Nizar Zahro dan Kikil, zukifli kan. Nah nizar zahro dan Zulkifli ini lagi lagi

ini adalah track recordnya dari bawah ini adalah orang dekatnya Pak

Fuad.”303

Dengan demikian, sangat wajar bila akhirnya pasangan Makmun Ibnu Fuad dan

Mundzir Rofii memenangkan pilkada 2012. Setelah melalui berbagai upaya

penjegalan terhadap calon lainnya, Imam Bukhori Kholil, dan adanya calon

boneka yang dipasangkan, maka perolehan suara sebesar 93 persen lebih pemilih

merupakan sesuatu yang tak mengherankan.304

Karena pada realitanya demokrasi

dan pemilu yang diadakan di Bangkalan tidak lebih dari sebuah kebohongan besar.

Sendi-sendi demokrasi mulai dari partai politik, panitia penyelenggara sampai

birokasi pemerintahan sepenuhnya berada di bawah kendali Fuad. Kekuatan Fuad

Amin yang begitu besarnya saat pemilihan putranya di pilkada 2012, tidak terlepas

302 Wawancara Pribadi dengan MMD dan NNH.

303

Wawancara Pribadi dengan FHR.

304

detiknews, “Ricuh Pilkada di Madura, Hasil Suara Diadili di MK,” berita ini diakses pada

tanggal 25 Februari 2016 dari http://news.detik.com/berita/2133135/ricuh-pilkada-di-madura-

hasil-suara-diadili-di-mk

Page 234: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

222

dari basis kekuatan politik yang dia bangun lewat jejaringnya baik di institusi

formal maupun informal selama dia menjabat sebagai Bupati dua periode

sebelumnya.

Makmun Ibnu Fuad sendiri sebelum diproyeksikan sebagai kandidat calon

bupati Bangkalan, dia merupakan anggota dewan DPRD Bangkalan dari partai

PAN. Masuknya dia dalam bursa pemilihan calon bupati bangkalan dan

berpasangan dengan Mundzir Rofii memang memberikan pertanyaan besar

sekaligus mengamini indikasi yang mengarah bahwa Fuad Amin memang betul-

betul hendak meneruskan dominasi politiknya di Bangkalan. Yang aneh dari

pencalonan tersebut adalah soal porsi kursi partai di dewan. Biasanya besaran

perolehan kursi di dewan berpengaruh terhadap penempatan posisi seseorang

dalam melakukan bargain politik. Untuk kasus Makmun Ibnu Fuad, itu tidak

berlaku. PAN yang memiliki 3 kursi di dewan mampu mendudukan calonnya

sebagai Bupati dibandingakan PKB yang faktanya mendapatkan 15 kursi dan

hanya mampu mengusung Mundzir Rofii sebagai wakil.305

Sekalipun Mundzir Rofii masih memiliki ikatan keluarga dengan Makmun

Ibnu Fuad, karena wakil dari putra Fuad Amin sekarang adalah adik dari wakil

bupati sebelumnya, Syafii Rofii, tapi secara hitung-hitungan usia dan pengalaman,

Mundzir Rofii bisa dibilang lebih segala-galanya dibandingkan Makmun Ibnu

Fuad. Karena posisinya Mundzir Rofii adalah paman Makmun Ibnu Fuad

sendiri.306

Lagi-lagi memang hal ini tidak terhindar karena pengaruh Fuad yang

305 Wawancara Pribadi dengan AAR.

306

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 235: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

223

bukan hanya besar dan kuat di lingkungan masyarakat Bangkalan, melainkan juga

karena posisinya yang juga kuat di antara Bani Kholil yang lainnya.

Bahwa Makmun Ibnu Fuad hanyalah bayang-bayang Fuad di tataran

pemerintah terlihat jelas dari ramainya para tamu yang silih berdatangan ke rumah

dinas mantan Bupati ketimbang ke rumah dinas bupatinya sendiri. Dari gambaran

yang paling sederhana ini saja kita bisa melihat bahwa kontrol pemerintahan

memang tetap ada pada Fuad Amin ketimbang Bupati definitif. Dan pada masa

yang sama, selepas Fuad menanggalkan jabatannya sebagai bupati, Fuad Amin

tidak lalu benar-benar vakum sebagai politisi, di masa tersebut Fuad masih berada

di lingkaran politik Bangkalan sebagai ketua DPRD tingkat Kabupaten.

“Saya kira gini, pak fuad menaruh momon sebagai bupati itu sebetulnya dia

kan hanya ingin pinjam tangan, karena dia sendiri sudah tidak bisa maju lagi

menjadi bupati, sementara dari sisi fungsional dia tetap ingin sebagai bupati,

maka yang ditaruh anaknya. Walaupun semua kebijakan full di bawah

kontrol Fuad Amin. Bahkan dulu kan pernah, mungkin pernah ditayangkan

itu antara rumah dinas bupati dengan rumah dinas mantan bupati ini justeru

lebih ramai rumah dinas mantan bupati ini yang jadi dikerubungi oleh kepala

dinas – kepala dinas.”307

J. Penjegalan Imam Bukhori Kholil

Sebagaimana telah dijelaskan, pada akhirnya dalam keluarga Bani Kholil

sendiri ada dua kubu yang saling berseberangan. Kubu pertama diwakili oleh

Fuad Amin, kubu yang lain diwakili oleh Imam Bukhori Kholil. Pengkubuan ini

sebetulnya tidak muncul atas inisiatif pihak manapun. Perkara ini kemudian

akhirnya timbul karena dipicu oleh sikap dari Fuad Amin yang mengingkari

janjinya pada komitmen awal yang telah dia buat dengan Imam Bukhori

berdasarkan musyawarah keluarga mengenai persoalan adanya rolling

307 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 236: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

224

kepemimpinan atas posisi bupati. Apalagi hal ini kemudian diperparah dengan

penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan Fuad Amin saat memimpin

Bangkalan.

Memang di awal-awal pencalonannya sebagai bupati, Fuad sudah terlanjur

berjanji hanya akan menjadi bupati selama satu periode. Lalu memberikan

kesempatan tersebut kepada Imam Bukhori untuk periode selanjutnya. Tapi

faktanya perjanjian ini dikhianati oleh Fuad sendiri. Karena nyatanya di periode

kedua, Fuad Amin kembali mencalonkan dirinya untuk kontestasi pilkada

berikutnya di Bangkalan pada tahun 2008. Terus beranjak di tahun yang ketiga,

saat Fuad Amin tidak bisa mencalonkan diri lagi, sebab telah melampaui ambang

batas konstitusi – dimana jabatan eksekutif di berbagai tingkatan hanya dapat

dilakukan selama dua kali periode masa jabatan, lagi-lagi Fuad tidak

mengindahkan keberadan Imam Bukhori yang tetap kembali mencalonkan

dirinya. Karena di periode ketiga ini, Fuad Amin lebih memilih untuk menaikkan

anaknya, Makmun Ibnu Fuad (Ra Momon), dari pada mendukung Imam Bukhori

Kholil sebagai kandidat bagi penggantinya.

Dari segi usia, Fuad Amin memang lebih sepuh dibandingkan Imam

Bukhori. Dari aspek umur ini saja, dapat dijelaskan, bahwa secara sosiologis,

dalam tradisi keluarga kiai yang masih memegang norma kesopanan kepada orang

yang lebih tua, otomatis Fuad Amin memiliki dominasi yang kental di kalangan

keluarga. Tetapi hal ini tidak lantas menafikan kekuatan Imam Bukhori Kholil di

sisi lain. Sebab, Fuad Amin sendiri akan merasa ciut tatkala menghadapi

persaingannya dengan Imam Bukhori. Imam Bukhori merupakan Kiai yang juga

Page 237: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

225

memiliki kekuatan sosio-politik kultural yang mengakar di masyarakat. Sebab,

selain karena kedudukannya yang sebagai kiai, dia pun pernah duduk di posisi

dewan syuro PKB dan PCNU Bangkalan.

Satu kondisi yang selalu menjadi ciri khas Fuad saat akan menghadapi

persaingan politik adalah, dia akan melemahkan lawan politiknya terlebih dulu

sebelum lawannya benar-benar maju dalam kontestasi. Artinya, segala sendi

kekuatan politik lawan, akan Fuad cari peluang yang dapat menggagalkan

pencalonannya sebelum ketuk palu pengesahan atas kandidat yang hendak maju

diresmikan oleh KPU. Jadi pertarungan yang sebenarnya Fuad mainkan adalah

bukan sewaktu masa kampanye sampai hari H pemilihan, tetapi dilakukan jauh-

jauh hari sebelum KPU membuka pendaftaran.

Pengalaman serupa pernah juga Fuad lakukan pada Mohammad Fatah.

Sebelum Mohammad Fatah disahkan sebagai kandidat calon Bupati pada pilkada

2003, kekuatan politik serta mental bertarungnya telah dieliminisir Fuad terlebih

dulu, yaitu dengan menggembosi anggota dewan untuk menolak LPJ Fatah

selama menjabat Bupati Bangkalan. Penjegalan-penjegalan yang hampir serupa

pun juga Fuad lakukan pada sosok Imam Bukhori Kholil. Sepertinya Fuad

menyadari betul bahwa Imam Bukhori merupakan satu-satunya lawan yang

mampu merebut kekuasaannya. Dibandingkan calon-calon lainnya yang pernah

bertarung dengan Fuad Amin di setiap momen pilkada, Fuad tidak menampakkan

perlawanan yang lebih sengit ketimbang perlawanannya kepada Imam Bukhori

Kholil. Pada bagian ini, penulis akan paparkan tiga periodisasi dimana Fuad

melakukan upaya penjegalan-penjegalannya kepada sosok Imam Bukhori Kholil.

Page 238: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

226

J.1). Periode 2003

Pasca reformasi meletus, PKB merupakan partai dengan perolehan suara

paling signifikan di Bangkalan. Mayoritas suara PKB di dewan hampir menguasai

setengah dari jumlah kursi dewan yang ada di DPRD Kabupaten Bangkalan. Dari

45 kursi dewan yang ada, PKB menguasasi 24 kursi. Bahkan, dengan dominasi

kursi dewan tersebut, bukan tidak mungkin bagi PKB untuk mengusung calon

sendiri serta memenangkan kontestasi pilkada awal di Bangkalan pasca reformasi.

Dengan banyaknya keluarga bani kholil yang turut berada di tubuh PKB

waktu itu, tentu menambah kekuatan partai ini semakin besar di masyarakat.

Awalnya, dalam musyawarah yang dihelat oleh keluarga bani kholil, sosok yang

pantas untuk dicalonkan sebagai bupati tertuju pada diri Kiai Imam Bukhori

Kholil. Ia merupakan kandidat ideal yang diproyeksikan oleh keluarga untuk

menjadi pemimpin di Bangkalan. Karena posisinya yang juga menjabat sebagai

ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di Bangkalan. Sedangkan Fuad Amin

posisinya sudah terlanjur duduk sebagai anggota DPR RI.308

“.....Nah, dari keluarga sendiri itu awalnya menginginkan saya duduk di

posisi itu. Sebagai ketua NU saat itu, saya diproyeksi untuk jadi Bupati.

Sementara Pak Fuad Amin inikan sudah posisinya di DPR RI waktu itu, dari

PKB. Namun, Pak Fuad ini mempunyai keinginan bahwa dia mau jadi

Bupati, saya jadi DPR dulu, (di apa istilahnya), roling gitu loh, roling. Dan

dimusyawarahkan oleh keluarga saat itu, ok, yasudah, saya bilang: monggo

jenengan bupati, saya DPR RI. Beliau (FA) bilang waktu itu: baru nanti

setelah kamu pengalaman di DPR, kamu boleh di Bupati, gitu. Itu sudah

kesepakatan keluarga, ok, monggo. Akhirnya 2003; parlemen dengan PKB

yang 24 dari 45 kursi, itukan sangat dominan, akhirnya beliau terpilih

menjadi bupati.”309

308 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

309

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 239: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

227

Cerita yang serupa juga diceritakan oleh AAR, yang turut langsung

menyaksikan detik-detik terakhir sampai akhirnya Fuad Amin berhasil dicalonkan

sebagai salah satu Bupati. Menjelang pemilihan kepala daerah kabupaten

Bangkalan tahun 2003, PKB mengadakan kongres untuk menjaring kandidat-

kandidat yang akan dicalonkan sebagai Bupati Bangkalan. Ketiga kandidat

tersebut kesemuanya merupakan anggota keluarga Bani Kholil: Fuad Amin, Imam

Bukhori Kholil, dan Syafii Rofii. Dalam penyampaian visi misi, Fuad Amin tidak

membicarakan soal konsep pemerintahannya ke depan. Dia lebih banyak

membicarakan permasalahan pribadinya dengan mengungkit-ungkit posisinya

sebagai anggota dewan yang dia rasakan sebagai salah satu upaya dari pihak

keluarga dan PKB untuk menjauhkan dirinya dari masyarakat. Sehingga dia tidak

memiliki kekuatan yang mengakar sebagaimana calon lainnya.310

“.......Karena waktu itu dia bilangnya gini: saya selama ini ada di posisi DPR

RI, merasa itu sebagai sebuah penghormatan yang diberikan oleh keluarga

saya dan keluarga besar PKB yang ada di Bangkalan kepada saya. Tapi

setelah tak pikir-pikir, ini kok kayanya bukan seperti itu, ini adalah cara

secara tidak langsung yang ingin memisahkan saya dari masyarakat. Biar

saya ini tidak punya akarlah di bawah seperti itu. Sehingga saya dilempar

menjadi anggota DPR RI. Nah jadi sekarang kalau memang saudara-saudara

dan kiai-kiai ini tidak (apa, katakan) memang menghargai dan (apa) memang

menghargai saya, tolonglah beri kesempatan saya untuk mencalonkan diri

sebagai bupati. Karena dalam sambutannya kurang lebih seperti itu,

kemudian saya di forum itu nyanggah: mohon maaf saya mau bicara,

kayanya apa yang disampaikan kiai fuad ini kok hanya unek-unek ya, kata

saya, tidak menggambarkan visi dan misi sebagai seseorang yang akan

mencalonkan diri sebagai bupati. Kalau seperti inikan hanya unek-unek kata

saya, lebih kepada persoalan pribadi.”311

Alasan tersebut Fuad Amin utarakan untuk mengharap belas kasih dan

simpati dari pihak keluarga dan anggota PKB agar memberikan restu kepada

dirinya untuk dapat maju sebagai calon bupati di Bangkalan saat itu. Peristiwa ini

310 Wawancara Pribadi dengan AAR.

311

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 240: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

228

terus berlanjut sampai kemudian AAR mendatangi kediaman Fuad. Kedatangan

ini merupakan tindak lanjut atas undangan yang Fuad berikan kepada AAR.

Karena sebelumnya, saat ia berada bersama-sama Fuad Amin di pertemuan para

kiai, AAR sempat mempertanyakan visi misi Fuad yang baginya hanya

menggambarkan keluh kesah personal – ketimbang menggambarkan kapabilitas

Fuad sebagai calon pemimpin Bangkalan. Karena sebab inilah kemudian Fuad

memanggilnya.312

Kesempatan bertemu Fuad ini, dimanfaatkan oleh AAR sebagai ruang

dialog sekaligus diskusi dengan menceritakan keadaan PKB Bangkalan yang

sesungguhnya. AAR menceritakan bahwa aplikasi politik PKB Bangkalan jauh

dari semangat pesantren dan DPC PKB Bangkalan yang berada di bawah

kepemimpinan Syafii Rofii kurang aspiratif. Karena saat itu ketua DPC masih

dipegang oleh Syafii Rofii yang juga berasal dari keluarga bani kholil. Bahkan

terkadang suara-suara PAC PKB di tingkat bawah tidak mendapatkan respon yang

berarti dari DPC. Alasan ini pula yang akhirnya membuat AAR untuk sekalian

pamit untuk mengundurkan diri dari PKB, menimbang posisi Fuad yang juga

duduk sebagai dewan pengurus pusat PKB saat itu. Hal ini akhirnya ditolak oleh

Fuad, bahkan dia menawarkan diri untuk bersama-sama membenahi PKB di

Bangkalan.313

Dari diskusi tersebut, munculah ide untuk membentuk sebuah Forum bagi

PAC-PAC PKB yang ada se-kabupaten Bangkalan. Pembentukan forum

kerjasama PAC ini tidak terlalu sulit. Dengan kewenangan Fuad Amin yang besar

312 Wawancara Pribadi dengan AAR.

313

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 241: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

229

selaku pengurus di DPP, PAC-PAC PKB Bangkalan akhirnya dikumpulkan.

Pengumpulan PAC-PAC ini dibuat seolah-olah Fuad Amin sedang turun ke

daerah dan ingin mengetahui kondisi seluk beluk partai yang ada di bawah. Dan

peristiwa ini terjadi menjelang momen-momen penjaringan calon bupati yang

diadakan partai PKB pada bulan-bulan awal tahun 2002.314

Adapun undangan yang ditujukan kepada PAC, sifatnya tidak terbatas

hanya di sekertaris dan ketua saja. Siapapun yang terdaftar dalam kepengurusan

PAC berhak untuk hadir ke forum tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya,

banyak dari anggota-anggota PAC yang mempertanyakan maksud dari kegiatan

ini kepada AAR. Mereka takut bila nantinya suara mereka yang tadinya ditujukan

kepada Imam Bukhori lantas kemudian akan dibelokan ke Fuad Amin. Pertanyaan

ini dijawab oleh AAR dengan mengatakan bahwa baiknya kita memikirkan

bagaimana penyelamatan partai terlebih dulu, dengan suara yang dominan, sudah

saatnya kita mengusung calon sendiri, urusan calonnya siapa, yang terpenting kita

telah lebih dulu satu dan solid.315

Setelah Forum PAC diresmikan, AAR menjadi koordinator di dalamnya.

Awalnya pembentukan forum ini memang dimaksudkan agar suara PAC memiliki

kekuatan yang setara atau paling tidak mampu untuk mempengaruhi keputusan

DPC. Mengingat suara Imam Bukhori di antara para PAC Bangkalan hampir

mencapai 60 persen, dan suara Syafi Rofii di kisaran 20-30 persen, dan sisanya

baru ditujukan ke Fuad. Dari hitungan matematis ini akhirnya Fuad mulai

mendekati Imam Bukhori Kholil dan merajuk kepadanya agar mau untuk

314 Wawancara Pribadi dengan AAR.

315

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 242: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

230

mengalah terlebih dulu lewat sebuah perjanjian tertulis. Imam Bukhori akhirnya

menyetujui kemauan Fuad itu tapi dengan kompensasi dia yang akan maju di

periode berikutnya. Fuad menyadari, dengan suara PKB yang begitu dominan di

parlemen, sangat akan mudah untuk melenggang maju sebagai bupati.

“......Nah, dari perkembangan berikutnya, inikan sebetulnya suara dari PAC-

PAC inikan ke kiai imam ini luar biasa besar. Nah, salah satu strategi pak

fuad waktu itu untuk memotong kiai imam itu, kiai imam itu disodori

pernyataan. Jadi pak fuad ini datang ke Ra Imam: Mam, aku minta kesediaan

kamu untuk ngalah. Nanti posisi aku di DPR RI kamu yang ganti. Sekarang

aku dulu yang maju, kamu gak usah majulah, seperti itu. Akhirnya Pak

Imam, (dengan kompensasi dia tu hanya ingin maju jadi bupati sekali satu

periode, untuk selanjutnya nanti Ra imam yang akan dikondisikan untuk bisa

jadi bupati di selanjutnya). Nah itu Ra Imamkan tanda tangan waktu itu

dengan pernyataan seperti itu. Nah pernyataan seperti ini yang kemudian

salah satunya digunakan untuk menggembosi dukungan PAC kepada kiai

Imam, seperti itu.”316

Tawaran-tawaran yang diajukan oleh Fuad saat membujuk Imam sebetulnya

tidak terhindar dari gelagat akan munculnya sebuah dinasti yang didominasi oleh

keluarga besar bani kholil. Sebagaimana hal ini tercermin dari ungkapan Fuad saat

mengatakan soal formasi kepemimpinan politik Bangkalan kepada Imam Bukhori:

“...........Waktu itukan memang yang diprioritaskan oleh DPP itu kiai imam,

cuma waktu itu diginikan sama Pak Fuad itu ke Ra Imamnya ini: Mam,

kamu tuhkan masih muda. Yang harusnya jadi DPR ini yah urutlah aku dulu,

gitu. Nanti aku yang di DPR RI, nanti Iman-Syafii-nya yang jadi ketua

DPRD, nanti kalau ada pencalonan bupati, kamu yang jadi bupati, kan enak

Mam. Aku di DPR pusat, kamu yang jadi bupati. Tapi setelah ada

pencalonan bupati, dirayu lagi Pak Imamnya itu: Mam, kamu ganti aku dulu

jadi DPR, aku sekarang yang maju jadi bupati, nanti aku satu periode,

setelah itu baru kamu lanjutkan jadi bupati, seperti itu.”317

Pada periode ini sebetulnya belum terlalu pantas bila kegagalan Imam

Bukhori di pencalonan dimasukan dalam kategori penjegalan. Sebab kegagalan

Imam Bukhori pada periode ini merupakan buntut dari perjanjian yang telah ia

316 Wawancara Pribadi dengan AAR.

317

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 243: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

231

buat sendiri dengan Fuad Amin untuk mempersilahkannya maju dalam kontestasi

di pilkada 2003 dengan kompensasi Fuad akan memberikan kesempatan bagi

dirinya untuk menjabat sebagai bupati di periode selanjutnya. Maka dengan

adanya legitimasi dari Imam Bukhori terhadap pencalonan Fuad sendiri di periode

awal ini, lebih tepat apabila dikategorikan sebagai sebuah adanya konsensus

bersama.

J.2). Periode 2008

Di periode kedua, Fuad Amin dipaksa menelan ludahnya sendiri untuk

memberikan kesempatan kepada Imam Bukhori untuk dapat mencalonkan diri

sebagai bupati masa jabatan 2008-2013. Faktanya pada periode ini Fuad Amin

tetap bersikukuh untuk menetapkan dirinya sebagai kandidat bupati untuk masa

bakti yang kedua. Tapi dengan kondisi modal dukungan yang berbeda dari

sebelumnya. Karena di masa kedua, jejaring politik dan basis sosial Fuad Amin

sudah semakin mengakar ketimbang masa-masa awalnya di pencalonan.

Adapun bagi Imam Bukhori, dengan diabaikannya hasil kesepakan awal

antara dirinya dengan Fuad, serta ditambah lagi dengan kebijakan-kebijakan Fuad

yang tidak sesuai dengan konsep pemikirannya dalam membangun Bangkalan,

karena selama kepemimpinan Fuad, dia lebih terfokus dengan pembangunan

masyarakat kota, akhirnya Imam Bukhori dengan tegas menyatakan dirinya untuk

konsisten di pencalonan. Sekalipun hal ini nantinya akan membawa dirinya untuk

berhadapan langsung dengan Fuad Amin dalam kontestasi.

“........Nah, saat 2003 saya melihat bahwa komitmen-komitmen terhadap apa

yang beliau janjikan, untuk baik itu kerakyatan maupun dalam hal kebijakan-

kebijakan pemerintah daerah, itu saya melihatnya kok tidak pas dengan apa

yang menjadi visi saya. Dan apalagi masyarakat Bangkalan yang nota bene

adalah masyarakat pedesaan yang masih lemah. Beliau ini lebih berfokus

Page 244: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

232

pada di kota saja. Melupakan masyarakat yang di desa. Jadi kebijakan

pembangunannya itu lebih fokus pada perkotaan. Nah ini tentu berbeda

dengan saya yang tiap hari bergaulnya dengan masyarakat-masyarakat di

desa. Yang saya tahu bahwa mereka kebutuhan dasarnya aja masih belum

terpenuhi. Dan harusnya pemerintah daerah ini dengan kekuasaannya yang

mutlak, saya bilang mutlak kenapa ya, karena eksekutifnya PKB,

legislatifnya dikuasai PKB, kan ini mutlak harusnya. Sebesar-besar manfaat

harus untuk bagaimana masyarakat pedesaan itu bisa sejahtera. Paling tidak

ada upaya ke arah sana. Dan saya tidak melihat kebijakan itu. Sehingga saya

tegaskan, ya sudah kalau begitu untuk periode berikutnya saya harus masuk

di kontestasi.”318

Dengan melihat Imam Bukhori Kholil tetap maju di kontestasi, Fuad Amin

menyadari bahwa hal tersebut akan menjadi salah satu batu sandungannya untuk

sukses di periode itu. Makanya upaya-upaya penjegalan yang dilakukan oleh Fuad

terhadap Imam dipersiapkan semenjak jauh-jauh hari sebelum pemilihan

dilangsungkan. Karena ego yang melekat pada diri Fuad dan menjadi ciri khasnya

adalah bahwa dia tidak mau ada orang lain yang sejajar dengannya apalagi sampai

menyaingi dirinya. Dia akan menghabisi lawan-lawannya yang memiliki potensi

untuk mendapatkan hati dari masyarakat.319

Menyadari Imam sebagai pesaingnya,

Fuad akhirnya mengambil alih langsung kepengurusan ketua DPC PKB

Bangkalan. Dengan dirinya menakhodai PKB, maka ia memiliki kuasa untuk

memecat dan mengeluarkan Imam Bukhori dari keangotaan partai PKB. Karena

Imam telah dianggap akan mampu menghambat dirinya dalam pencalonan.

Hal itu pun tidak berhenti di pemecatan Imam dari PKB saja. Perkara

tersebut terus berlanjut sampai pergeseran kursi ketua PCNU dari Imam Bukhori

ke Ra Fahri, orang dekat Fuad dan masih keluarga besar bani kholil. Alasannya

tentu agar elemen NU bisa dikendalikan langsung oleh Fuad sendiri.320

Kesigapan

318 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

319

Wawancara Pribadi dengan AAR.

320

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 245: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

233

ini Fuad ambil guna mengantisipasi pilkada 2008 yang lebih terbuka. Sebab dalam

pemilihan di pilkada 2008, mekanisme yang diterapkan adalah melalui

mekanisme pemilihan secara langsung, berbeda dari pemilihan sebelumnya yang

berada di dewan.

Tentu dengan Imam Bukhori berada di PCNU, Fuad sadar, bahwa Imam

akan memiliki basis modal dan dukungan kuat di masyarakat.321

“......Nah, nampaknya si pak fuad ini melihat ancaman terbesar untuk lawan

politik itu memang dilihatnya saya yang dianggap ancaman terbesar. Karena

dengan polanya beliau yang sudah memiliki kekuasaan mutlak ini, semua

elemen-elemen masyarakat, beliau kuasai sedikit demi sedikit: ormas, seperti

NU yang asalnya posisi ketua itu saya, digeser pada yang lain. Yang bisa

beliau atur gitu, loh.”322

Upaya penjegalan Fuad terhadap Imam Bukhori di tubuh NU ini dimulai sedari

kongres yang dilakukan saat PCNU mengadakan pemilihan. Di bursa pemilihan

tersebut, Fuad taruh orang yang menjadi kroninya, Ra Fahri. Padahal saat itu Ra

Fahri sendiri merupakan ketua DPC FPI Bangkalan. Sebelum pemilihan dimulai,

Fuad telah lakukan pengkondisian terlebih dulu terhadap seluruh MWC-MWC

NU. Pengkondisian ini tidak lain untuk mengarahkan suara dari yang sebelumnya

kepada Imam Bukhori agar beralih ke Ra Fahri. Sampai di waktu pemilihan yang

telah ditentukan, Fuad pun datang dan menunggui jalannya pemilihan tersebut.

“Ya enggak tahulah caranya gimana kemudian Ra Fahri ini didorong dan

dimasukan ke dalam bursa PCNU dan suskses. Ya gimana enggak sukses

wong waktu pilihan itu di meja tempat pilihan, tempat pemungutan suara tu

ditunggu sendiri sama pak fuad gitu. Jadi siapa yang milih bukan dia (kan

dia sudah panggili semua ya MWC-MWC NU itu) dipanggili semua,

pokoknya harus milih ini, ya mungkin bisa aja dengan transportasinya segala

macam saya enggak tahu, cuma pengkondisian seperti itu tu ada.”323

321 Wawancara Pribadi dengan AAR.

322

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

323

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 246: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

234

Padahal saat berlangsungnya acara pemilihan, Imam Bukhori sendiri berada

di tempat kongres. Menurut AAR, mungkin Imam kepalang menaruh kepercayaan

pada anggota-anggota MWC NU yang pernah dinaunginya itu, bahwa sekalipun

Fuad mengintervensi mereka, ini tidak akan banyak mempengaruhi hasil. Sebab

mereka pasti akan ingat jasa-jasa Imam yang sudah banyak berbuat untuk NU di

Bangkalan. Tapi dugaan ini ternyata meleset. Nyatanya suara MWC berpaling dan

malah sejalan dengan instruksi Fuad. Dukungan yang diberikan MWC kepada Ra

Fahri ini tidak terlepas dari posisi Fuad yang selain menjabat sebagai bupati -

dengan nantinya akan ada anggaran-anggaran pemerintah untuk lembaga

pendidikan, juga posisi Fuad – yang memiliki status sebagai kiai. Sehingga rasa

berdosa mereka (MWC-MWC) untuk tidak memilih Imam Bukhori akan sedikit

terkurangi.324

“....... mungkin Ra Imam di satu sisi dia itu masih percaya, bahwa ranting-

ranting itu masih akan ingat kepada beliau bagaimana beliau membesarkan

NU artinya walaupun ditekan seperti apapun, aku masih bisa dapat suara

terbanyaklah, mungkin perasaannya seperti itu. Tapi kan karena pak fuad

sebagai bupati, yang otomatis semua pengurus-pengurus MWC ini di satu

sisi perlu program pemerintah dalam hal pengelolaan lembaga

pendidikannya ataupun lain-lain, sehingga mendukung orang yang memang

dititipkan oleh bupati, apalagi bupatinya dianggap kiailah seperti itu, itukan

lalu menjadi tidak merasa bersalah dengan Kiai Imam, kan seperti itu.

Apalagi kemudian ditunggoi (ditunggui) di tempat pemilihan itu.”325

Dengan berbagai pengkondisian yang telah Fuad lakukan di awal, yakni

dengan melucuti kekuatan politik Imam dari PKB dan PCNU, penjegalan

selanjutnya Fuad lakukan dengan sabotase di tubuh partai pendukung Imam

Bukhori Kholil. Karena kekuatan dan dominasi Fuad di periode pertama dia

manfaatkan sebesar-besarnya untuk mengelola jaringan kiai, klebun, dan tokoh-

324 Wawancara Pribadi dengan AAR.

325

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 247: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

235

tokoh politik setempat. Maka tak heran bila di masa-masa selanjutnya Fuad

dengan mudah untuk melakukan kontrol terhadap aspek civil society di

Bangkalan.

Setelah bertubu-tubi dilemahkan kekuatannya oleh Fuad, awalnya Imam

Bukhori merasa sangsi untuk terus maju sebagai bupati di periode 2008-2011.

Kesangsian ini lahir mengingat seluruh partai di Bangkalan telah dikuasai

sepenuhnya oleh Fuad Amin. Fuad Amin sudah sejak jauh-jauh hari telah

mengondisikan partai politik yang ada untuk masuk ke dalam bagian

pencalonannya, dan mengondisikan sebagian partai yang lainnya untuk

memunculkan calon bayangan yang ada di bawah kendalinya.326

“.......Makanya setiap partai dari awal itu sudah dikondisikan sedemikian

rupa. Dari jauh-jauh hari. Bagaimana sudah harus mendukung dia dan yang

lain dipersiapkan untuk mendukung bayangan, mendukung dayang....”327

Partai yang mendukung Imam Bukhori Kholil, hanyalah partai-partai kecil

yang persentase suaranya tidak mampu menembus batas minimal pencalonan.

Akhirnya, AAR yang di periode awal berpihak ke Fuad Amin, beralih pilihan

kepada Imam Bukhori untuk periode selanjutnya di 2008. AAR sendiri sudah

keluar dari barisan Fuad Amin semenjak tahun 2005. Dia hitung-hitung persentase

suara partai-partai yang ada di Bangkalan, lalu hasilnya dia sodorkan kepada

Imam Bukhori dengan kesimpulan bahwa dirinya (Imam Bukhori) tetap bisa

mencalonkan diri apabila tiga partai di Bangkalan, PBB, PAN dan PKS mau

diajak bergabung. Karena batas minimal pencalonan saat itu adalah 61 ribu suara

atau sebesar 15 persen dari suara partai. Setelah hubungan komunikasi dengan

326 Wawancara Pribadi dengan AAR.

327

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 248: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

236

partai-partai tersebut terjalin, mereka akhirnya sepakat untuk tergabung dalam

koalisi Imam Bukhori. Saat itu ketua DPC PBB dipimpin oleh Haji Husni, PAN

diketuai oleh Bay Arifin, dan PKS diketuai oleh Masduki. Adapun batas minimal

yang diperoleh dari koalisi Imam Bukhori dengan ketiga partai tersebut plus

partai-partai kecil lainnya seperti PMUI dan partai pelopor hampir mencapai

sekitar 65 ribuan suara. Dari jumlah suara ini, maka secara persyaratan KPU,

Imam Bukhori layak untuk mencalonkan diri.328

Penjegalan Imam Bukhori di periode ini terjadi tatkala PAN di bawah

naungan Bay Arifin disusupi oleh Fuad Amin. Ternyata Fuad Amin telah

menyiapkan Haji Nurdin, kerabat Fuad, aktivis Basra, untuk maju dalam

pencalonannya bersama PAN. Dengan posisinya sebagai calon wakil bupati yang

mendampingi Bay Arifin. Maka ketika berkas dukungan partai diajukan kepada

KPU, otomatis perkara ini menjadi semakin rancu. Karena ada dualisme

dukungan partai yang saling berlainan. Di satu sisi PAN ada di pihak Imam

Bukhori, di sisi lain PAN ada di pihak Haji Nurdin. Maka dengan alasan dualisme

ini, KPU di bawah kepemimpinan Jazuli Nur akhirnya menggugurkan pencalonan

kedua pasangan kandidat tersebut.329

“..........Nah begitu sepakat dukung kiai imam ini sudah mulai ini. sudah

mulai ketahuan bahwa kiai imam ini mau nyalon (mau, ada peluang punya

kendala untuk nyalon). Nah akhirnya dipecah sama pak fuad itu, dia minta

pak nurdin untuk maju dengan PAN yang awalnya ada di pihak Pak Imam

ini dirayu untuk bisa jadi calon wakilnya pak nurdin, gitu. Nah akhirnya

ketika daftar ke KPU, kita itukan ada di dualisme dukungan, itu yang

kemudian di permainkan. Dualisme dukungan dipermainkan, akhirnya gugur

Ra Imam.”330

328 Wawancara Pribadi dengan AAR.

329

Wawancara Pribadi dengan AAR.

330

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 249: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

237

Di samping itu, ada pula beberapa partai-partai lainnya yang juga menarik

dukungannya dari Imam Bukhori. Bahkan konon tim sukses Imam Bukhori yang

saat itu berpasangan dengan Saleh Farhat itu diberi imbalan oleh Fuad untuk

pergi umroh dengan imbalan sebesar 50 juta - yang membuatnya tidak hadir

dalam acara klarifikasi untuk memperjelas dukungan-dukungan partai politik

kepada pasangan calon Imam Bukhori dan Saleh Farhat.331

“..........Jadi pada waktu itu kurang lebihnya begini, KPU meminta kepada

timnya kiai haji imam bukhori kholil dengan saleh farhat pada waktu itu

meminta bahwa partai ini pendukung-nya ini ini ini ini ini ini untuk

memperjelas kembali karena ada begini begini, nah ketika itu diklarifikasi

lagi dia sudah tidak ada. Konon katanya dia pergi umroh dengan imbalan 50

juta gitu kan, sesumbarnya begitu, kita enggak tahu pasti. Jadi konon

dugaannya begitu sangat jelas. Lalu setelah itu saya pada waktu itu ada di

garda depan untuk memimpin demo-demo dengan Ki Imam juga tidak bisa,

karena apa yang terjadi, semua birokrasi pada waktu itu penggandeng KPU

pada waktu itu lebih condong lebih dekat ke pak fuad.”332

Usaha Fuad Amin dalam mengintervensi keputusan partai politik di

Bangkalan nyatanya bukan hanya dilakukan dalam pengertian intervensi yang

sempit – terbatas hanya di elit elit partai Bangkalan saja. Bahkan seringkali dia

juga melakukan berbagai upayanya untuk melobi DPW bahkan DPP partai yang

bersangkutan. Bahkan KPU sendiri pun tidak lepas dari dominasi dan permainan

Fuad Amin.333

J.3). Periode 2012

Penjegalan ataupun sabotase selanjutnya terjadi pada tahun 2012. Pada

periode ini Fuad tidak lagi maju sebagai kandidat calon Bupati Bangkalan. Hal

tersebut dikarenakan dirinya terbentur oleh undang-undang yang membatasi

331 Wawancara Pribadi dengan FHR.

332

Wawancara Pribadi dengan FHR.

333

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 250: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

238

seseorang hanya cukup menjabat sebagai Bupati selama dua periode. Peraturan ini

tertuang dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

pasal 58 huruf O.334

Sebab terkendala oleh peraturan itulah akhirnya Fuad mau

tidak mau mesti menyerahkan jabatan bupati kepada suksesor berikutnya.

Akhirnya pilihan siapa saja calon penggantinya tersebut dia limpahkan kepada

anak kandungnya sendiri, Makmun Ibnu Fuad (Ra Momon). Tentu alasan

pengangkatan anaknya sebagai calon kandidat yang hendak menggantikan kursi

kepemimpinannya itu dilandasi agar kontrol politik dan kekuasaan di Bangkalan

tetap masih berada di bawah kendalinya.

Dalam studi William Reno dikenal dengan istilah shadow state atau

pemerintah bayangan.335

Dimana kekuasaan politik mutlak sepenuhnya dipegang

oleh kekuatan informal di luar negara. Dalam hal ini, pemegang kontrol dan

segala kebijakan di Bangkalan tetap dimainkan oleh Fuad Amin. Sedang Bupati

definitif, Makmun Ibnu Fuad hanya sebagai wayang yang dipersekusi

kewenangannya oleh ayahnya sendiri. Selain faktor pengendalian kontrol agar

lebih mudah, pemilihan Makmun Ibnu Fuad pun tidak terlepas dari sikap Fuad

yang tidak mudah percaya kepada orang lain. Distrust personality Fuad sangat

tinggi.

Tetapi pencalonan Momon saat itu bukanlah perkara mudah. Selain

kapabilitas Momon yang belum teruji, dan banyaknya berita-berita miring yang

menimpa keluarga Fuad Amin sendiri, maka hal ini tentu membuat pekerjaan

334 Viva.co.id, “Larangan Jadi Bupati Tiga Periode Digugat,” berita ini diakses pada 25

Februari 2016 dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/89586-larangan-jadi-bupati-tiga-

periode-digugat

335

Syarif Hidayat, “Demokrasi Elitis? Relasi Kekuasaan Pasca Pilkada,” Masyarakat,

Kebudayaan dan Politik, Volume 23 No. 3 (Juli–September 2010).

Page 251: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

239

Fuad bertambah semakin berat. Apalagi, Imam Bukhori pun telah menyatakan

kesigapannya untuk kembali maju pada pilkada 2012. Pada pilkada tersebut,

Imam Bukhori Kholil berpasangan dengan Zaenal Alim.336

Dengan demikian, hal

ini mesti diantisipasi oleh Fuad Amin dengan berbagai cara. Dia sendiri yang

menjadi tim sukses langsung bagi pencalonan anaknya.

Pada masa-masa awal penjegalan Imam Bukhori di periode 2012, cara yang

pertama kali dilakukan oleh Fuad Amin yaitu dengan melakukan diplomasi. Fuad

melakukan negosiasi dengan pihak Imam Bukhori lewat utusannya yang dia

perintahkan untuk mendatangi dan menyampaikan maksud kedatangan mereka

kepada Imam Bukhori kholil, bahwa dia (Fuad) menawarkan ajuan proposal

pencalonan dengan opsi bagaimana bila Imam Bukhori disandingkan dengan

Makmun Ibnu Fuad tapi dalam posisi sebagai calon wakil bupati. Usulan yang

ditawarkan pihak Fuad ini akhirnya ditolak oleh Imam Bukhori. Bahkan Imam

Bukhori pun kemudian mengajukan tawaran sebaliknya, yakni untuk merubah

posisi, dia sebagai kandidat calon Bupati dan Makmun Ibnu Fuad sebagai wakil

calon bupati. Proses negosiasi ini kembali buntu. Pasalnya Fuad pun tidak mau

bila anaknya hanya dijadikan sebagai calon wakil bupati.

Proses kompromi ini terus berlanjut sampai tiba di penawaran nominal, kali

ini Fuad mengiming-imingi Imam Bukhori dengan uang sebesar 12 Miliar rupiah,

lagi-lagi usulan ini pun ditolak oleh Imam Bukhori, lantas tawaran semakin

membengkak menjadi 25 Miliar, dan lagi-lagi tawaran ini pun akhirnya ditolak

336 Tempo.co, “Hasil Pilkada Bangkalan Digugat ke Mahkamah Konstitusi,” berita ini diakses

pada 25 Februari 2016 dari http://nasional.tempo.co/read/news/2012/12/17/058448766/hasil-

pilkada-bangkalan-digugat-ke-mahkamah-konstitusi

Page 252: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

240

kembali oleh Imam Bukhori. Bahkan sampai Imam Bukhori sendiri memarahi

utusan Fuad tersebut.337

“.............Nah, Fuad ini sudah demikian luar biasanya menghadang saya ini,

mungkin karena dianggap tidak bisa awal-awalnya. Jadi ada beberapa utusan

dari beliau itu datang ke saya untuk mengajak kompromi. Saya bilang

komprominya sederhana gitu, sudah Momon yang masih adik saya ini jadi

wakil saya, saya bupatinya, nanti berikutnya, sudah Momon, bilang gitu. Itu

tawaran dari saya begitu. Tapi Fuadnya bilang: gak bisa, Momon harus

bupati, Imam wakil (saya suruh jadi wakil), atau kalau gak, gak usah maju,

ini ada uang 25 miliar gitu. Oh asalnya 12 miliar, asalnya 12, tawarannya 12

miliar. Saya bilang, waduh, saya bukan urusan uang maju ini jadi Bupati ini,

saya ingin bagaimana Bangkalan ke depan ini lebih baik, khususnya di

pedesaan, saya bilang gitu. Bilang ke Man Fuad (saya bilang paman waktu

itu), udah saya tetap maju kalau begini. Terus besoknya datang lagi utusan,

naik jadi 25 miliar. 25 miliar, tawarannya. Saya bilang, malah saya marahi

utusannya. Masih gak ngerti juga itu Man Fuad, saya bukan urusan uang,

kalau urusan uang apa itu anunya. Ini bukan itu urusannya. Sudah kalau

memang mau kompromi ayok, Momon jadi wakil saya, berikutnya nanti

Momon. Yah akhirnya tetap, gak bisa begitu, deadlock, yaudah kita

maju.”338

Dengan segala macam bentuk negosiasi dan kompromi yang gagal, akhirnya

Fuad mencari cara lain. Karena pada prosesnya Imam Bukhori tetap mengajukan

dirinya sebagai calon Bupati Bangkalan untuk masa jabatan 2013-2018. Dengan

mengantongi dukungan dari partai PKNU yang memiliki 5 kursi di dewan, Imam

Bukhori tinggal mencari dukungan dari partai lainnya untuk melengkapi syarat

dan ketentuan pencalonan. Pilihan kemudian dijatuhkan kepada Partai PPN (Partai

Pembangunan Nasional) saat itu PPN memiliki dua kursi di dewan. Salah satu elit

pusat di partai PPN ini adalah Oesman Sapta. Partai ini merupakan evolusi dari

partai PPD (Partai persatuan Daerah) yang kemudian akhirnya berganti nama

337 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

338

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 253: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

241

menjadi PPN. Jatuhnya pilihan Imam Bukhori atas partai PPN ini tidak bisa

dilepaskan dari kedekatan mertua Imam Bukhori kepada Oesman Sapta.339

“.......Kemudian ada partai PPN, punyanya Oesman Sapta Odang, yang

awalnya PPD itu, berubah nama menjadi PPN, kebetulan Bang Oesman ini,

Bang Oso ini dengan mertua saya yang di Pontianak kan akrab, jadi saya

akrab dengan Bang Oso. Bang Oso bilang udah ini PKNU dengn PPN yang

dua kursi cukup, udah. Ya monggo Bang, bismillah gitu. Ya ok, kita

deklarasi.”340

Melihat kondisi kepartaian yang ada di Bangkalan seluruhnya telah dikuasai

oleh kroni-kroni Fuad, termasuk PPN ini, yang salah satu orangnya adalah Haji

Fatonah,341

akhirnya dengan wewenang DPP, susunan kepengurusan DPC PPN di

Bangkalan ini dirombak. Alasannya satu, agar kebijakan DPP yang telah

menjatuhkan pilihannya kepada pihak Imam Bukhori dapat direalisasikan dan

tidak tembus intervensi Fuad. Dengan adanya perombakan ini, awal mulanya

KPU Bangkalan turut mempermasalahkan. KPU mempertanyakan keabsahan PPN

yang baru terbentuk dan berubah nama. Sehingga kemudian KPU Bangkalan pun

meminta masukan serta rekomendasi ke KPU Pusat terkait legalitas PPN sebagai

partai pengusung Imam Bukhori. Jawaban yang diberikan oleh KPU Pusat adalah

sah karena PPD secara nasional telah berubah nama menjadi PPN. Sejalan dengan

keputusan KPU Pusat, maka hal senada pun diambil oleh KPU Bangkalan dengan

menyatakan bahwa pencalonan Imam Bukhori adalah sah.342

Dengan adanya polemik soal peralihan PPD ke PPN ini, dan keabsahan

perombakan struktur DPC PPN Bangkalan yang baru terbentuk, akhirnya oleh

Fuad dijadikan peluang agar kepengurusan PPD yang lama untuk mengajukan

339 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

340

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

341

Wawancara Pribadi dengan FHR.

342

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 254: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

242

gugatan mereka ke PTUN. Dalam sidang gugatan yang dilakukan di PTUN

tersebut, dua kali Imam Bukhori diberikan hak untuk intervensi tapi Imam

memilih untuk tidak datang.343

Bagi Imam, hal ini aneh, karena partai yang legal

standingnya sudah tidak ada dalam depkumham, bagaimana bisa gugatannya

diterima oleh pihak PTUN. Terlebih Oesman Sapta sendiri telah memberikan

keterangan bahwa yang sah adalah kepengurusan PPN bukan PPD.344

Tapi nyatanya PTUN akhirnya memenangkan gugatan pihak penuntut,

bahkan memutuskan bahwa pencalonan pasangan Imam Bukhori Kholil-Zainal

Alim tidak sah. Anehnya lagi, KPU Bangkalan tidak melakukan banding atas

hasil tersebut, malah keputusan PTUN ini dijadikan landasan pendiskualifikasian

pencalonan Imam Bukhori Kholil sebagai kandidat calon bupati oleh KPU

Bangkalan masa periode 2013-2018. KPU Kabupaten Bangkalan yang saat itu

diketuai oleh Fauzan Djakfar beralasan bahwa ketiadaan banding dilakukan

berdasarkan asas kepastian hukum. Karena apabila banding dilakukan, waktu

akan kepastian hukumnya semakin kabur. Fauzan mengatakan: "kapan

keputusannya, terus kalau tidak menerima lagi, kasasi lagi, bahkan bisa

mengajukan peninjauan kembali. Dari sisi ini kami menganggap tidak adanya

kepastian hukum,"345

Untuk menyikapi hasil PTUN tersebut, akhirnya Imam Bukhori bersama tim

mengajukan gugatan ke MK yang waktu itu sidang atas gugatan tersebut dipimpin

oleh Akil Mochtar, tapi lagi-lagi MK menolak gugatan Imam Bukhori dengan

343 Wawancara Pribadi dengan AAR.

344

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

345

ANTARAJATIM.COM, “KPU Bangkalan Tolak Banding Demi Kepastian Hukum,” berita

diakses pada 12 Maret 2016 dari http://jatim.antaranews.com/berita/100429/kpu-bangkalan-tolak-

banding-demi-kepastian-hukum?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_campaign=news

Page 255: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

243

alasan karena Imam Bukhori Kholil bukan calon lagi.346

Bahkan upaya pelaporan

ini juga sebetulnya sudah Imam Bukhori lakukan ke beberapa instansi lainnya. Ke

DKPP dan ke KY (yang terkait hakim PTUN yang memutus perkara ini), tapi

hasilnya sama nihilnya.

“Sudah. Semua jalur upaya hukum kita tempuh. Dan ini semuanya mentok.

Luar biasa. Bahkan ke komisi yudisial, PTUN, hakimnya yang memutus

perkara kita itu, kita sudah masuk. KY, DKPP, MK, semuanya mentok.

Subhanallah. Demikian luar biasanya itu pengaruhnya si Fuad Amin ini

sebagai trah dari bani kholil ini. Pak Mahfudz MD kan orang Bangkalan,

KY itu Imam Anshori Soleh itukan orang PKB, terus DKPP-nya Jimlie

Ash-shidkie waktu iu, yang juga ya masih berbau-bau NU-lah paling tidak.

Semua takut itu pada Fuad Amin, semua takut.”347

K. Oligark Lokal

Uang menjadi ikon primer dalam proses demokrasi di berbagai daerah di

Indonesia pasca diimplementasikannya kebijakan desentralisasi. Desentralisasi

bukan hanya menjadi simbol pelimpahan wewenang yang dulu dikooptasi pusat

ke berbagai daerah. Melainkan sebuah konsep yang juga turut serta menyumbang

polarisasi politik uang menjadi semakin lebih luas. Segala suksesi kepemimpinan

yang kini marak diselenggarakan di berbagai wilayah di Indonesia era reformasi,

tidak urung menyecapkan jejak-jejak koruptif masa lalu. Korupsi menjadi gejala

umum yang kini kembali menggurita dan uang menjadi modal penting yang

mewarnai segala macam atribut demokrasi. Berbagai praktik KKN pun tak luput

mewarnai jalannya demokrasi di Bangkalan.

Sebagai orang yang dulu bergelut di bidang bisnis umroh dan

pemberangkatan TKW ke luar negeri, bukan hal yang sulit bagi Fuad untuk

346 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

347

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 256: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

244

membiayai ongkos politiknya secara mandiri. Termasuk ongkos politik melalui

praktik politik uang yang dia mainkan untuk membayar para anggota dewan saat

pemilihannya pertamakali di periode pertama. Walaupun dalam realitanya, dalam

hal ini Fuad Amin masih banyak terbantu oleh kalangan pengusaha, khususnya

para pengusaha besi tua yang masih memiliki ikatan emosi dengan keluarga Kiai

Amin, ayahnya Fuad.

Ada beberapa nama pengusaha yang berada di belakang pencalonan Fuad

Amin untuk pertama kali. Seperti misalnya, Haji Rawi, Haji Hayyi, dan lain

sebagainya. Kebanyakan di antara mereka adalah para pengusaha besi tua Madura

yang tinggal di Jakarta. Mereka adalah orang-orang yang dulu memiliki hubungan

dekat dengan ayah Fuad. Ki Amin merupakan orang yang dituakan oleh mereka,

yang mendidik dan memberikan nasihat moril sebagai orang Madura yang sedang

hidup dirantau. Jadi sewaktu Fuad Amin memiliki hajat untuk mencalonkan diri

sebagai Bupati dan memohon bantuan finansial dari mereka, otomatis mereka

akan ikut membantu.348

Dari beberapa narasumber, terdapat dua perspektif yang saling berlainan

pandangan tentang kekayaan yang dimiliki oleh Fuad Amin. Ada yang menolak

Fuad sebagai orang terkaya, ada juga yang menganggapnya sebagai orang terkaya

di Bangkalan. Untuk memfasilitasi kedua pendapat tersebut, akhirnya penulis

lebih memilih untuk berdiri di tengah-tengah di antara kedua pendapat tersebut:

bahwa Fuad Amin adalah orang kaya. Sehingga untuk memasukkannya ke dalam

kategori sebagai oligark lokal bukan sebuah perkara yang rumit, karena nyatanya

348

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 257: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

245

Fuad Amin sudah memiliki basis material sebelum dia terjun ke dunia politik.

Perdebatan soal kekayaan yang dimiliki oleh Fuad Amin terlihat dari komentar

yang diberikan oleh mantan asisten pribadi Fuad:

“Oh enggaklah. Kalau hanya hasil itu gak mungkin dia mau dibilang kaya.

Tapi kalau dia memang kaya, iya. Tapi kalau dengan hasil dia usaha mau

dibilang orang terkaya di Bangkalan atau se-Madura, itu hanya ngada-ngada.

Kalau dia kaya, iya. Dia punya lempengan itu sebelum jadi bupati iya.

Karena saya tahu sendiri. Tapi kalau dibilang dia terkaya ini karena

perusahaan dia, saya gak punya alasan untuk menerima itu.”349

Kepemilikan PT. Amondaraya sebelum Fuad Amin terjun ke dunia politik

merupakan sebuah fakta yang mengindikasikan bahwa Fuad memang memiliki

basis material sebagai calon oligark lokal. Meskipun dalam kenyataannya

perusahan tersebut ditinggalkannya setelah dia sukses merengkuh kursi Bupati,

tapi penumpukan hasil kekayaan tetap dia jalankan melalui praktik-praktik

oligarki. Bukti yang mengarah pada adanya praktik oligarki adalah banyaknya

penyelewengan yang dilakukan oleh Fuad dengan menggunakan BUMD pemda

Bangkalan sebagai ajang akumulasi harta kekayaannya.

Kendati banyaknya harta kekayaan yang Fuad Amin miliki dapat

memasukkannya ke dalam status orang-orang kaya. Tetapi bila disejajarkan

dengan konglomerat tingkat nasional hal tersebut masih sangatlah jauh.350

Sebagaimana yang diutarakan oleh AHS: “kalau sampai segitu seperti kayanya

Tomi dan segala macamnya, gak lah.”351

Tapi konsep Winters soal oligarki tidak

terbatas pada jumlah nominal yang dimiliki. Menurut Winters, seorang pengusaha

lokal tidak bisa disejajarkan dengan pengusaha di tingkat nasional atau bahkan

349 Wawancara Pribadi dengan MH.

350

Wawancara Pribadi dengan AHS.

351

Wawancara Pribadi dengan AHS.

Page 258: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

246

global.352

Dengan demikian, dengan basis kekayaan material yang cukup

mumpuni dalam kapasitasnya sebagai calon bupati lokal, maka konsep tentang

oligark lokal sudah pantas bila disandangkan kepada Fuad Amin. Bahkan alasan

finansial adalah alasan yang juga Fuad lontarkan untuk mendapatkan restu dari

pihak keluarga agar bisa maju di gelanggang pilkada untuk pertama kali-nya. Hal

ini dia ungkapkan kepada salah satu keluarganya, AAR. Dalam perbincangannya

dengan AAR, Fuad mengatakan, bahwa dibandingkan dengan keluarga bani kholil

lainnya, dia adalah orang yang paling kaya. Sehingga - dengan mental yang

menggambarkan bahwa demokrasi tidak luput dari keberadaan uang – dialah yang

paling pantas untuk didukung oleh pihak keluarga dibandingkan anggota keluarga

lainnya.

“....... Akhirnya beliau bilang gini ke saya: Mad, aku ini sekarang posisinya

sudah menjadi DPR RI, secara kedudukan, saya sudah punya jabatan, secara

finansial walaupun tidak kaya-kaya banget, tapi sudah bisa dikategorikan

termasuk yang terkaya di antara keluarga. Jadi saya ingin meraih jabatan

bupati ini bukan karena mengejar jabatan dan bukan karena mencari

uang....”353

Praktik oligarki Fuad lainnya tercermin saat Fuad Amin pindah dari PKB ke

Gerindra. Kepindahannya pun sebetulnya hanya sekadar alasan pragmatis semata

dari pada alasan ideologis. Alasan ini sebetulnya tidak dapat terhindari dari

ketokohan Prabowo dengan pundi harta kekayaan yang besar. Dengan menguasai

Gerindra, maka kucuran dana dari tingkat atas akan sayang bila tidak segera dia

352 Dalam sebuah diskusi dengan Jeffrey Winters di UI pada 10 Desember 2015. Setelah

menghadiri acara seminar Benedict Anderson “Anarkisme Dan Nasionalisme”

353

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 259: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

247

gapai.354

Atau, dengan kemenangan Prabowo sebagai Presiden misalnya, maka

hal ini dapat membantu mengamankan posisi Fuad di Bangkalan.355

“......Nah, ketika 2012 ini karena memang dianggapnya Gerindra ini luar

biasakan, Prabowonya ini luar biasa secara materi istilahnya, ya si Fuad ini

malah membuang PKB-nya, Gerindra dipegang. Dengan harapan Prabowo

bisa jadi presdiden. Jadi itu, tujuannya hanya untuk mengamankan posisinya

itu aja. Sangat pragmatis, dan itu kasat mata sekali.”356

“Ya karena dia melihat uangnya Prabowo banyak. Dia gak ada istilah mikir

partai itu. Yang mikir itu dia mikir pribadi. Jadi apa yang saya dapat dari

langkah saya, saya akan pergi.”357

Di samping itu, untuk memelihara jaringannya, Fuad tidak urung untuk

memberikan insentif material berupa proyek-proyek pembangunan dan lain

sebagainya. Pokoknya Fuad akan membagi-bagikan proyek kepada para orang

dekatnya supaya loyalitas mereka tetap terjaga. Anehnya, meskipun proyek-

proyek tersebut Fuad Amin berikan kepada para klien, kroni, dan kerabatnya, tapi

Fuad akan tetap memberlakukan pajak setoran atas proyek yang didapat. Jadi

sekalipun adanya insentif timbal balik yang sama-sama saling mereka berikan;

Fuad untuk kepentingan politiknya, dan kroninya mendapatkan imbalan materil,

tidak lantas menjadikan kroni Fuad menikmati jatah tersebut secara full, karena

mereka pun masih tetap harus membayar setoran dan potongan-potongan lainnya

yang diwajibkan oleh Fuad Amin kepada diri mereka.358

“Contoh misalnya ketika saya sebagai seorang dekat bupati, kalau di

kabupaten lain, mendapatkan proyek, mungkin seandainya harus ngasih

uang terimakasih kan ndak besar, kalau di sini, bisa berkali-kali. Sebelum

dapat dia sudah harus ngasih, setelah dapat proyek ngasih lagi, setelah

selesai masih dimintai lagi. Nah tapikan gini, untuk orang lain yang tidak

354 Wawancara Pribadi dengan AAR.

355

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

356

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

357

Wawancara Pribadi dengan MH.

358

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 260: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

248

terbangun koneksinya itu begitu sulitnya untuk mendapatkan itu, tapi untuk

yang lingkaran ini mudah untuk mendapatkan itu.”359

Selain itu, keserakahan Fuad dalam mengekploitasi segala sumber daya ekonomi

yang ada di Bangkalan tergambarkan lewat beragamnya setoran yang mesti ia

dapat. Salah satunya misalnya lewat pengerjaan proyek-proyek pembangunan dan

fee-fee dari hasi penjualan tanah di sekitaran Suramadu. Karena kebengisannya

itu, tak ayal jika FHR, aktivis di Bangkalan menyebutnya sebagai perampok darah

dingin.360

Bahkan berdasarkan JPU KPK, Pulung Rinandoro, harta kekayaan yang

dimiliki oleh Fuad Amin tidak sesuai dengan gaji dan penghasilan resmi yang

diterimanya selaku pejabat daerah, baik dalam kapasitasnya sebagai bupati mapun

ketua DPRD.361

Harta kekayaan Fuad tersebar dan disimpan dalam berbagai

bentuk, misalnya saja “harta kekayaannya di penyedia jasa keuangan yang

mencapai Rp 139,73 miliar dan 326,091 dollar AS, yang berupa pembayaran

asuransi sebesar Rp 4,23 miliar, pembelian kendaraan bermotor Rp 7,177 miliar,

dan pembelian tanah serta bangunan sebesar Rp 94,9 miliar.”362

L. Stagnasi Demokratisasi Parpol di Bangkalan

Impak yang timbul dari adanya kekuasaan tunggal Fuad Amin di Bangkalan

adalah hampir sama rupa dengan gambaran demokrasi di masa rezim orde baru.

Dengan tindakan-tindakan koersif yang dilakukan, serta rasa takut yang ditebar

359 Wawancara Pribadi dengan AAR.

360

Wawancara Pribadi dengan FHR.

361

Kompas.com, “Harta Kekayaan Fuad Amin Dianggap Tak Sebanding dengan

Penghasilannya,” berita ini diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/15511691/Harta.Kekayaan.Fuad.Amin.Dianggap.Tak

.Sebanding.dengan.Penghasilannya

362

Kompas.com, “Harta Kekayaan Fuad Amin Dianggap Tak Sebanding dengan

Penghasilannya,” berita ini diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/15511691/Harta.Kekayaan.Fuad.Amin.Dianggap.Tak

.Sebanding.dengan.Penghasilannya

Page 261: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

249

oleh Fuad Amin, demokrasi seolah-olah hanya menjadi simbolisme prosedural

belaka. Ketiadaannya jaminan kebebasan berpendapat, dan ancaman kekerasan

yang selalu membayangi masyarakat, mengisyarakatkan paradoks rezim yang

nyatanya lahir dari rahim demokrasi. Orde baru dan Fuad tentu berbeda, tapi

segala macam bentuk praktek yang terjadi di dalamnya, seperti tindakan

kekerasan, pembungkaman terhadap media, dan otoritas politik yang dimonopoli,

cukup mengilustrasikan bahwa Fuad Amin adalah bagian dari Soeharto-soeharto

baru di era yang juga baru. Pada masa kepemimpinannya di Bangkalan,

demokrasi bukan malah diaplikasikan sebagai arena kompetisi yang terbuka – di

mana setiap orang memiliki hak yang sama untuk memilih atau dipilih, dan

menjamin ruang publik yang sehat, tapi nyatanya demokrasi menjadi ajang

pembajakan elit yang diam-diam bersembunyi di balik jubah demokrasi itu

sendiri. Tak terbantahkan, salah satu pilar demokrasi, partai politik, juga turut

menjadi korban pembajakan serta desposifitas Fuad Amin beserta kroninya

Ada dua kondisi yang erat dengan eksistensi dan tipologi partai politik di

Bangkalan. pertama, partai politik mengarah semakin pragmatis, kedua partai

politik menjadi ladang dominasi Fuad Amin. Bagaimana tidak, partai-partai

politik yang ada di Bangkalan faktanya lamat-lamat disusupi dan akhirnya hanya

berpatron kepada Fuad Amin. Fuad Amin bak seorang raja dengan kekuasaan

yang tersebar di setiap partai politik. Tidak adanya kelompok oposisi dominan

yang mengontrol jalannya pemerintahan selama kepemimpinan Fuad Amin

selama dua periode berturut-turut, adalah bukti, fakta bahwa fungsi-fungsi partai

tidak berjalan.

Page 262: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

250

Penempatan orang-orang Fuad Amin di partai tertentu, dan sering

berpindahnya Fuad Amin dari satu partai ke partai lain tentu merupakan bajakisasi

atas nilai-nilai demokrasi yang semestinya ada pada tubuh partai politik di

Bangkalan. Apalagi dominasi keluarga bani kholil, keluarga Fuad, banyak

mendiami dan bahkan tak jarang, mereka adalah elit, para petinggi dari tubuh

partai politik yang bermacam-macam. Kontan hal ini telah menjadikan fungsi

partai sebagaimana yang disebut oleh Roy C. Macridis, seperti fungsi

“representasi, konversi dan agregasi, integrasi (partisipasi, sosialisasi, mobilisasi),

persuasi, represi, rekrutmen, pemilihan kebijaksanaan dan kontrol terhadap

pemerintah”363

tidak berjalan.

Dalam realitanya, perpindahan Fuad Amin ke beberapa partai politik telah

terjadi selama dua kali, atau dia pernah duduk di tiga partai politik yang berbeda-

beda. Adanya perpindahan-perpindahan itu juga tidak pernah menghentikannya

untuk selalu mendapatkan posisi tertinggi atau tempat paling istimewa di tubuh

partai yang bersangkutan, yakni dalam kapasitasnya sebagai ketua DPC. Partai-

partai tersebut di antaranya PPP, PKB, dan yang terakhir adalah partai Gerindra.

Perpindahan pertamanya dari PPP ke PKB masih dalam kerangka alasan yang

logis, karena embel-embel ideologi masih menjadi alasan yang melatarbelakangi

kepindahan tersebut. Dipilihnya PKB tidak terlepas dari spirit partai yang

merepresentasikan ideologi NU. Dan Fuad Amin merupakan orang yang juga

dibesarkan dalam keluarga yang secara kultur memegang tradisi ke-NU-an yang

amat kental.

363 Roy C. Maridis, “Sejarah, Fungsi, Dan Tipologi Partai Politik: Suatu Pengantar,” dalam

Ichlasul Amal, ed., Teori-teori Mutakhir Partai Politik (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012), h. 29.

Page 263: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

251

Perpindahan Fuad Amin dari PPP ke PKB sebetulnya tidak terhindar dari

kebijakan NU secara nasional. Karena partai NU yang dulu pernah eksis, sempat

menjadi korban kebijakan fusi partai yang diinisiasi oleh Soeharto. Partai NU dan

partai-partai politik lainnya yang secara garis kepartaian berasaskan ideologi

keislaman, digabung ke dalam PPP. Sedang partai-partai nasionalis digabung ke

dalam partai PDI. Setelah Soeharto tumbang, dan Habibie membuka kebijakan

bagi pendirian partai yang lebih terbuka, NU akhirnya menjadi embrio bagi

kelahiran partai-partai politik yang baru, salah satu yang paling dominan di

antaranya adalah PKB. Karena alasan inilah akhirnya Fuad Amin pun turut dalam

perpindahan ke PKB tersebut. Sebab sewaktu Fuad duduk sebagai anggota partai

PPP, posisi Fuad di dalam hanya sekadar menggantikan posisi ayahnya, Kiai

Imron, yang lebih dulu meninggal dunia.364

Sementara perpindahan Fuad Amin dari PKB ke Gerindra tidak lebih

dilatarbelakangi dua alasan pragmatisme semata. Pertama Fuad sudah merasa

yakin bahwa tanpa PKB, tanpa embel-embel partai yang membawa pengaruh

nama kiai sekalipun, Fuad sudah merasa mampu menguasai Bangkalan dan

mendulang simpati masyarakat. Apalagi dalam internal tubuh PKB Bangkalan

sendiri terdapat kader partai yang berasal dari satu keluarga bersama Fuad,

sehingga mudah bagi dirinya untuk mentransmisikan segala kepentingannya di

partai tersebut. Faktor yang kedua, adalah karena ketokohan Prabowo yang

terkenal sebagai oligark tingkat nasional, dengan kepemilikan dana yang

melimpah.

364 Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 264: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

252

“............. kan prabowo itu dari awal menjanjikan bahwa partai gerindra ini

partai dengan pendanaan yang sedemikian besar sehingga siapapun yang

mencalonkan akan dapat suplay dana sekian, sekian, sekian, nah dia dengar

uang yang sekian banyak itu loh ngunyah wah ini kalau enggak dijemput

kalau bukan aku ketuanya nanti malah lari ke yang lain. Wah ini kesempatan

ini, mungkin.”365

Fenomena pragmatisme partai politik di Bangkalan faktanya memang sudah

terjadi di masa-masa awal pasca reformasi. Kondisi ini tergambar jelas saat partai

PDI mengusung dua calon di pilkada tahun 2003. Saat itu PDI mendudukan dua

kadernya di kandidat pasangan yang saling berlawanan. Satu kadernya

disandingkan sebagai wakil Fuad Amin, Yakni Mohammad Dong, dan satu kader

lainnya dipasangkan dengan Ir. Sulaiman, yakni Sunarto.366

Selain pragmatisme

politik seperti yang dipaparkan sebelumnya, kondisi stagnasi demokratisasi parpol

di Bangkalan juga disebabkan karena dominasi Fuad yang terlanjur merangsek ke

setiap penjuru tubuh partai. Yang akhirnya menyebabkan kaderisasi tidak berjalan

dengan sehat. Sebab Fuad menjadi satu-satunya simbol kekuatan yang bebas

menentukan siapa saja orang-orang yang layak untuk dijadikan ketua partai.

Gambaran bahwa kaderisasi partai politik di Bangkalan menjadi stagnan terlihat

jelas dengan keterlibatan Fuad Amin dalam setiap momen pemilihan ketua DPC

Partai Politik. Fleksibilitas dan dinamika partai menjadi semakin restriktif.

Hal ini dapat dilihat dari keaktifan Fuad untuk mengawal jalannya kongres

di tiap-tiap partai. Kedatangan Fuad Amin ke beberapa acara kongres DPC partai

politik biasanya dilakukan apabila peluang bagi kemenangan klien politiknya di

tubuh partai yang dimaksud sangat resisten untuk jatuh ke tangan orang-orang

yang tidak bisa dia kendalikan. Karenanya, dia terjun langsung untuk ikut

365 Wawancara Pribadi dengan AAR.

366

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 265: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

253

mengontrol kelangsungan dinamika partai politik tersebut. Satu kasus ini pernah

terjadi saat DPC Hanura mengadakan kongres pemilihan bagi ketua DPC yang

baru. Idealnya seorang Bupati yang diundang untuk menghadiri kongres hanya

hadir untuk membuka jalannya acara, tapi Fuad Amin malah sebaliknya, dia justru

hadir di waktu berlangsungnya acara pemilihan.367

Dalam hal tersebut amat jelas,

bahwa Fuad Amin memiliki kepentingan untuk memenangkan dan menaruh

orang-orangnya agar berhasil di pencalonan ketua DPC.

“Heeuh, Yang kira... Pokoknya misalnya ada rivalitas waktu pemilihan itu

antara si A dengan si B, sementara yang diplooting oleh pak Fuad itu si A.

Dan si B ini punya posisi kekuatan yang bisa mengalahkan, nah ini biasanya

ya langsung didatangi untuk membunuh peluang si B ini.”368

Maka tak heran bila kebanyakan ketua DPC partai politik yang ada di

Bangkalan diketuai oleh orang-orang yang secara politik berafiliasi kepada Fuad

Amin. Sampai kemudian ada istilah yang menyebut bahwa seluruh partai politik

yang ada di Bangkalan adalah partai PPP, Partai Pendukung Pendopo. Yang

mengkonotasikan bahwa seluruh partai politik di Bangkalan sudah berada di

bawah genggamannya Fuad.369

Sistem patronase kepartaian di Bangkalan

faktanya memang ditujukan kepada sosok Fuad seorang. Dengan menguasai

seluruh partai politik yang ada di Bangkalan, hal ini pada akhirnya menjadikan

Fuad Amin sebagai broker politik berpengaruh di tingkat lokal. Pengaruh ini

setidaknya menstimulus para elit bahwa kesuksesan bagi kepentingan politik

apapun di Bangkalan, harus melewati dan mendapat restu dari Fuad Amin, selaku

pemegang otoritas tunggal di dalamnya. Maka tak heran bila kemudian banyak

367 Wawancara Pribadi dengan AAR.

368

Wawancara Pribadi dengan AAR.

369

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 266: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

254

dari para elit nasional atau provinsi yang memilih untuk merekatkan hubungannya

dengan Fuad Amin.

Dengan menjalin hubungan bersama Fuad Amin, mereka dapat menjaga

kepentingan politiknya di Bangkalan. Fakta bahwa Fuad Amin seringkali terlibat

sebagai broker politik tergambarkan dari keberadaan statusnya sebagai tim sukses

kemenangan bagi pasangan karsa di pilgub jatim dan pasangan presiden-wakil

presiden prabowo-hatta saat pilpres.370

Proses pemenangan yang dilakukan oleh

Fuad pada pilgub jatim dengan dukungan yang dia berikan kepada pasangan calon

Karsa (Soekarwo – Saifullah Yusuf) ataupun saat pilpres pada pasangan calon

Prabowo - Hatta pun faktanya tidak menghilangkan tindak tanduk kecurangan

yang sudah sering dia lakukan sebelumnya. Bahkan pada pilgub jatim yang

dihelat tahun 2008 itu mengharuskan diadakannya pencoblosan ulang di

Bangkalan karena diindikasikan banyak terjadi pelanggaran dan kecurangan.371

Kejadian yang lebih mengejutkan lagi mengenai campur tangan Fuad sebagai

broker politik lokal adalah saat pasangan Jokowi-JK, yang hanya mendapatakan

nol persen suara di 20 TPS yang ada di Bangkalan.372

Penggembosan suara ini

tidak terlepas dari jaringan kepala desa yang Fuad kerahkan untuk memenangkan

pasangan calon Prabowo-Hatta.373

Menurut AAR, yang lebih aneh lagi adalah

370 Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki

Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” (Disertasi Program Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h.163.

371

suaramerdeka.com, “Karsa Konsolidasi, Kaji Ubah Tim Sukses,” berita ini diakses dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/12/04/42211/Karsa-Konsolidasi-

Kaji-Ubah-Tim-Sukses pada tanggal 26 Februari 2016.

372

Tempo.co, “Nol Suara 20 TPS, Tjahjo Kumolo Turun ke Bangkalan,” berita diakses dari

https://www.tempo.co/read/news/2014/07/16/269593520/nol-suara-20-tps-tjahjo-kumolo-turun-

ke-bangkalan pada tanggal 26 Februari 2016.

373

Tribunnews.com, “Boni Hargens: Kepala Desa Diancam Bikin Suara Jokowi-JK di

Bangkalan Nol,” berita ini diakses dari http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/16/boni-

Page 267: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

255

keberadaan PDI sebagai partai pengusung pasangan Jokowi-JK yang ada di

Bangkalan, di mana mereka tidak mempersiapkan kegiatan apapun untuk

memenangkan calon yang diusung oleh partainya sendiri. Sehingga memberikan

kesan bahwa mereka ikut terlibat dalam penggelembungan suara pasangan

Prabowo-Hatta yang dilakukan oleh Fuad Amin.374

“Ada sekitar 20 TPS yang seperti itu. Ya jelaslah itu campur tangan. Karena

jangankan di Bangkalan ini (katakan) jokowi, itu diusung oleh PDIP, tapi

PDIP sendiri sama sekali tidak mempersiapkan acara apapun untuk

kemenangan jokowi di sini. Bahkan PDIP ini terkesan membantu

penggelembungan suara prabowo.”375

Nyatanya Fuad Amin adalah orang yang pandai untuk memberikan

pengaruhnya bukan saja kepada elit, tapi juga kepada masyarakat. Kepada elit,

Fuad Amin seolah-olah mengklaim bahwa seluruh masyarakat Bangkalan berada

di bawah dominasinya, sehingga apabila ada tindakan-tindakan Fuad Amin yang

dipermasalahkan oleh elit dan aparat hukum misalnya, hal ini tentu akan

berbahaya, karena akan memancing kemarahan serta emosi masyarakat yang

berada di bawah pengaruhnya. Begitu pun sebaliknya, kepada masyarakat, Fuad

Amin seolah-olah ingin menggambarkan bahwa dirinya adalah orang yang

memiliki jaringan elit yang luas, sehingga kesewenang-wenangan dan

penyimpangan apapun yang dia lakukan tidak akan pernah tersentuh hukum sama

sekali. Maka segala pelaporan tentang penyimpangan-penyimpangan yang dia

lakukan oleh masyarakat hanya akan berakhir sia-sia. Dengan tidak adanya aturan

hukum yang sanggup menghentikan tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh

hargens-kepala-desa-diancam-bikin-suara-jokowi-jk-di-bangkalan-nol pada tanggal 26 Februari

2016.

374

Wawancara Pribadi dengan AAR.

375

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 268: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

256

Fuad Amin, maka akhirnya berkembang mitos di masyarakat bahwa Fuad Amin

adalah orang yang sakti dan tidak sembarangan.376

Mitos-mitos ini kemudian

direproduksi secara massal dan menjadi hidangan mencekam di masyarakat.

Secara institusi, partai politik di Bangkalan kadung tidak berdaya dalam

menghadapi segala cengkeraman Fuad Amin. Partai dan kader di dalamnya

memang sudah berada dalam dominasi Fuad seluruhnya. Hal ini sebagaimana

diungkapkan oleh MMD yang mengatakan:

“Enggak ngerti itu. Dia itu langsung bisa nyetir begini begitu, partai ini bisa

disetir sama dia, orangya bisa disetir sama dia.”377

Cengkeraman inipun tidak terhindar dari rata-rata kader partai yang ada di

Bangkalan yang diisi oleh keluarga besar bani kholil dan Fuad Amin. Banyaknya

dari pihak keluarga yang terjun ke dunia politik, menurut Syukur, kira-kira

jumlahnya hampir mencapai 10 orang. Mereka duduk dan tersebar di beberapa

partai. Salah satu diantaranya ada di partai PAN (Makmun Ibnu Fuad), PKB

(Syafi Rofii dan Mundzir Rofii), Gerindra (Fuad Amin sendiri), PPP (Ra Latief),

adapun partai yang masih keluarga besar tapi bertentangan dengan Fuad Amin

adalah Nasdem (Imam Bukhori Kholil). Partai yang tidak memiliki ikatan

keluarga sama sekali dengan Fuad Amin adalah PDI-P.378

Tapi belakangan Partai

PDI pun disusupi oleh Fuad Amin lewat orangnya, yakni Faturahman.

Perjalanan geo politik di Bangkalan yang tidak terlepas dari pengaruh

keluarga bani kholil sudah dimulai pada tahun 2003. Dengan sosok awal yakni

Fuad Amin sendiri. Terus di pilkada kedua tahun 2008, lagi-lagi Fuad Amin, tapi

376 Wawancara Pribadi dengan AAR.

377

Wawancara Pribadi dengan MMD.

378

Wawancara Pribadi dengan SYK.

Page 269: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

257

kali ini dengan wakilnya Syafii Rofii yang juga berasal dari keluarga bani kholil.

Terus pada pilkada 2012, muncul Bupati baru Makmun ibnu Fuad, dia adalah

putra Fuad Amin, yang meneruskan jenjang kekuasaan ayahnya. Pada masa yang

sama pula, wakil dari Makmun Ibnu Fuad adalah Mundzir Rofii, yang juga masih

dari keluarga bani kholil. Dia dalah adik wakil bupati sebelumnya, Syafii Rofii.

Jadi, dari ketiga pilkada yang dihelat, kesemuanya dikuasai oleh keluarga

bani Kholil, dengan Fuad Amin sebagai corong utama. Bagaimana kemudian

partai akan melahirkan kader-kader potensial berintegritas tinggi jika seluruh

kekuasaan politik didominasi oleh satu penguasa tunggal dari keluarga yang sama.

Karena keputusan apapun yang menyangkut soal politik, ada di bawah kuasa dan

kendali Fuad Amin sepenuhnya. Tidak ada satu pun keputusan politik yang berada

di luar intervensinya. Sebab demokrasi sudah lebih dulu disusupi oleh praktik-

praktik KKN Fuad beserta para kroninya.

Dengan melihat sejarah kepartaian di Bangkalan selama 3 periode berturut-

turut kepemimpinan pasca desentralisasi, sebetulnya eksistensi partai penentang

dominasi Fuad pernah hadir pada tahun 2009 dan tahun 2014. Tapi itu pun

jumlahnya tidak banyak, karena seluruh partai memang dibuat tidak berkutik oleh

dominasi Fuad Amin. Adanya partai penentang tersebut pun tidak terlepas dari

keberadaan Imam Bukhori Kholil sebagai tokoh kunci di dalamnya, politisi yang

konsisten melawan dominasi Fuad mulai dari pertengahan kepemimpinan Fuad di

periode pertama sampai sekarang. Pada 2009, yang menjadi partai oposisi adalah

PKNU, sedangkan di tahun 2014 adalah Nasdem. Karena pada tahun 2014, Imam

Bukhori Kholil pindah dari PKNU ke Partai Nasdem.

Page 270: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

258

“........Ternyata pada tahun 2009 masih ada PKNU yang, yang lepas dari dia

gitu kan. Ada yang lepas yang dari dia. Dan ketika 2014 kemarin, ada yang

lepas dari dia itu suara suaranya partai nasdem gitu kan......”379

Selain itu, maraknya calon boneka dalam setiap pemilu yang dihelat di

Bangkalan, juga mendeskripsikan betapa ideologi partai politik memang sudah

sangat cair. Penuh kebohongan. Dan yang terpenting, loyalitas para kader partai

politik, nyatanya lebih besar kepada Fuad Amin, ketimbang kepada ideologi

partainya sendiri. Munculnya calon boneka ini sudah terendus pada pilkada 2008

dan pilkada 2012. Di pilkada 2008, bahkan ada dua calon boneka yang muncul.

Pertama pasangan Hamid-Hosyan, terus yang kedua, Razak Hadi. Razak Hadi

sendiri adalah calon wakil bupati yang dipasang dengan Muhamad Dong.

Meskipun Muhamad Dong bukan calon boneka, tapi pendamping bagi wakilnya

(Razak Hadi) adalah orang-orangan yang sekaligus keluarganya Fuad Amin dan

bayang-bayang yang sengaja ditaruh oleh Fuad Amin. Bahkan, anehnya,

kekalahan Muhamad Dong pada pilkada 2008, yang waktu itu didukung oleh PDI,

pun tidak serta merta lalu menjadikan PDI menjadi partai oposisi di parlemen.

Fenomena ini juga sedikit menggambarkan bahwa konsistensi kepartaian dalam

mendukung calon dan atau menjadi oposisi pemerintahan itu tidak terjadi. Bahkan

saat pencalonan Madong di pilkada 2008 ada indikasi yang mengarah pada

ketidaksolidan PDI sebagai partai pengusung untuk memenangkan saudara

Madong itu sendiri.380

379 Wawancara Pribadi dengan FHR.

380

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 271: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

259

M. Intimidasi dan Strategi Ketergantungan Kepala Desa

Blater dan kepala desa ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Mayoritas kepala desa yang ada di Bangkalan dijabat oleh orang-orang yang

berasal dari kalangan blater. Penjelasan ini sesuai dengan apa yang telah

diterangkan oleh Migdal, bahwa orang kuat lokal merupakan elemen kunci yang

memberikan kesan bahwa merekalah tumpuan hidup bagi masyarakat setempat.

Orang kuat lokal menjadi semacam ikon bagi keberlangsungan hidup masyarakat

yang sudah bertahun-tahun berada di bawah dominasinya. Karena terlanjur amat

mengakarnya kekuatan informal ini, pada akhirnya, setelah demokrasi pemilihan

secara terbuka dilangsungkan pada sektor desa sekalipun, mau tidak mau,

masyarakat akan lebih memilih mereka ketimbang calon-calon lainnya. Menurut

FHR, usaha untuk membawa calon alternatif dari kalangan intelektual terdidik ke

tingkat desa pun selalu gagal. Mereka selalu kandas di pemilihan, sebab basis

sosial para blater sudah begitu kuat di internal desa.381

Sumber kekuasaan yang Fuad Amin miliki, selaku kapasitasnya sebagai

kepala daerah, pada kenyataannya tidak hanya dijadikan alat untuk menguasai

sumber-sumber ekonomi strategis, tetapi kerapkali juga dia gunakan untuk segala

kepentingan-kepentingannya yang berbasis politik. Sebagai kepala daerah,

otomatis Fuad Amin memiliki wewenang dan otoritas dalam mengelola aparat

birokrasi di sekitarnya, seperti untuk melanggengkan kekuasaan politik misalnya,

baik untuk dirinya maupun kroni-kroni pilihannya, Fuad kerapkali melibatkan

jaringan kepala desa di lingkungannya untuk memonopoli dukungan bahkan

381

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 272: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

260

memainkan formulir C-1 KPU dalam setiap momen-momen politik di Bangkalan.

Dari 281 jumlah kepala desa yang ada, terhitung hanya 80 di antaranya yang

merupakan para kepala desa yang berani vokal kepada Fuad Amin

“.............Iya memang ya, setelah saya selidiki, memang iya itu, 80 cuma itu

aja yang memang yang bisa vokal dan bisa katakanlah bebas, gak mesti

punya beban kaya kita ini.”382

Loyalitas yang datang dari kepala desa ini muncul dengan dua cara

sekaligus. Cara pertama yaitu dengan adanya strategi bagi pelanggengan masa

jabatan kepala desa melalui SK PJS yang dikeluarkan, cara kedua yaitu dengan

mengintimidasi kepala desa itu sendiri.383

Mengenai cara pertama, yaitu dengan

melakukan perpanjangan-perpanjangan masa PJS kepala desa ini bahkan tertuang

dalam perda pemerintah daerah Bangkalan nomor 7 tahun 2006. Adapun inti dari

perda tahun 2006 ini adalah bahwa pengaturan bagi setiap proses pengangkatan,

pemberhentian, dan pemilihan kepala desa bukan berada di bawah naungan dan

tanggung jawab BPD, melainkan di bawah kendali Fuad Amin sepenuhnya.

Bahkan soal penentuan hari pemilihan dan pembukaan pendaftaran bagi

pencalonan kepala desa juga berada di bawah kontrol Fuad Amin.384

Otoritas Fuad Amin yang dominan dalam mengendalikan jalannya perda

tentu berdampak pada netralitasnya selaku seorang Bupati. Karena dengan

kekuasaan sepenuhnya di bawah kendali Fuad, maka bisa saja sewaktu-waktu

Fuad mengadakan pemilihan di desa tertentu apabila kepala desanya bukan bagian

dari klien yang mendukungnya. Atau dengan adanya kekuasaan penuh atas diri

382 Wawancara Pribadi dengan FAU.

383

Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki

Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” (Disertasi Program Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h. 153-156.

384

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 273: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

261

Fuad Amin tersebut, bisa saja kepala desa yang bersangkutan meminta untuk

selalu diperpanjang masa PJS-nya dengan kompensasi politik yang

menguntungkan bagi Fuad Amin. Sebab dalam peraturan yang mengatur

sistematika PJS, PJS masih belum diambil dari PNS, melainkan masih diambil

dari kepala desa lama.385

“.........Karena pada waktu itu masih belum ada aturan pjs itu pns. Ketika ini

adalah pjs, maka otomatis menjadi bahan gali dekat kira-kira seperti itu

dengan pak fuad atau sistem pemerintahan kabupaten Bangkalan, dan ini

menghadang dan melakukan lobi-lobi dan lain sebagainya dengan kepada

pak fuad. Dengan faktor x dan lain sebagainya, sehingga apa, proses

pelaksanaan pilkades ini akan sampai dua tahun tiga tahun tidak pernah

selesai.”386

Adanya perpanjangan masa PJS melalui SK bupati ini tak lain dimaksudkan

agar ketergantungan mantan kepala desa kepada bupati bersifat tetap dan akan

terus ada. Dalam perda ini, wewenang Fuad Amin sebagai bupati sangat besar.

BPD (Badan Permusyawaratan Desa) tidak memilik hak politik untuk mengatur

seluruh kebijakan terkait pemilihan kepala desa. Kewenangan BPD dan fungsinya

sebagai institusi pemerintah di tingkat bawah nyatanya telah dikooptasi

sedemikian rupa oleh Fuad Amin.

“........ Nah kalau perda yang nomor 7 ini adalah mengatur tentang proses

pengangkatan, pemberhentian dan pemilihan kepala desa. Di dalam perda itu

tentang pemilihan kepala desa ini pada waktu itu itu ya, wong yang

membentuk panitia itu adalah kan BPD, maka menjadi keharusan pula

bahwa yang memberikan SK tentang kepanitiaan pemilihan kepala desa itu

kan seharusnya BPD juga, kalau dalam hal ini bukan, malah yang

memberikan SK ke perda tentang panitia pemilihan kepala desa ini adalah

pak bupati pada waktu itu, dalam hal ini fuad amin gitu kan........”387

Sebagaimana yang diakui oleh Fahrillah, selaku ketua panitia pelaksana pemilihan

kepala desa di desa Sasad pada tahun 2008, pada dasarnya perda nomor 7 tahun

385 Wawancara Pribadi dengan FHR.

386

Wawancara Pribadi dengan FHR.

387

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 274: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

262

2006 sarat dengan kepentingan politik Fuad Amin. Karena seluruh kegiatan yang

berkaitan dengan pemilihan kepala desa telah dikooptasi sepenuhnya di bawah

kendali Fuad.

“.....Karena tahun 2008 kan saya euh..salah satu panitia pelaksana mas,

panitia, ketua panitia pelaksana pemilihan kepala desa di desa Sasad, jadi

saya tahu betul gitu loh prosesnya itu kaya apa bahwa di dalam perda itu ini

hanyalah memang dipasang pasalnya begini untuk kepentingan siapa, itu

saya tahu betul. Jadi pada tahun 2010 itu ya, iya 2010, ada high itu saya

mengatakan pada waktu itu ini perlu direvisi gitu kan. Ini yang perlu digini-

ginikan, ini kalau dipasang tetap ini maka euh..proses pelaksaan pilkada

tidak akan pernah lancar karena segala sesuatunya ini semuanya tergantung

pada pak fuad pada waktu itu selaku bupati.”388

Faktanya Fuad Amin tidak akan memberikan SK pemilihan untuk memilih

kepala desa baru di desa tertentu apabila kepala desa yang bersangkutan

menunjukan loyalitas kepada dirinya. Fuad Amin cukup mengeluarkan SK PJS

atas kepemimpinan kepala desa lama sampai batas waktu yang tidak menentu.

Tetapi apabila yang terjadi justru sebaliknya, loyalitas kepala desa lama kepada

Fuad Amin itu menurun atau bahkan hilang, maka Fuad Amin akan sesegera

mungkin mengeluarkan SK untuk diadakannya pemilihan kepala desa baru di desa

tersebut.

Dengan ketentuan waktu yang tidak terbatas, wajar bila masa jabatan kepala

desa bahkan ada yang sampai mencapai puluhan tahun. Karena jika di jaman

sebelum Fuad Amin menjabat dilakukan pemilihan kepala desa dengan batas

masa jabatan waktu per satu periode itu 8 tahun, otomatis masa jabatannya akan

menjadi 16 tahun jika dia terpilih kembali untuk periode selanjutnya. Tapi setelah

Fuad Amin membuat aturan tentang pemilihan kepala desa baru dengan adanya

388 Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 275: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

263

pemanfaatan kepala desa melalui mekanisme SK PJS yang tak menentu, maka

masa jabatan mereka akan terus bertambah sampai puluhan tahun.

“Dan juga selain itu apa namanya adalah ada di Bangkalan itu pemilihan ada

kepala desa yang menjabat berulang-ulang kali tapi tanpa pemilihan dalam

hal ini pjs, ada yang 30 tahun, ada yang 20 tahun, ada yang 50 tahun, kepala

desa-nya ya ya itu aja.”389

Karena aturan perpanjangan kepala desa yang tertera dalam perda adalah setiap

enam bulan sekali, maka SK-SK perpanjangan bagi masa kepemimpinan PJS akan

selalu diperbaharui dalam kurun waktu itu. Biasanya perpanjangan SK ini

dikoordinir oleh KASI Pemerintahan, dalam hal ini BAPEMAS, lewat

pemberitahuan terlebih dulu dari pihak kecamatan.390

Karena posisi PJS sendiri

dipegang oleh kepala desa sebelumnya, maka hal ini seringkali menjadi

kepentingan dari kepala desa yang bersangkutan. Sebagaimana sudah dijelaskan

sebelumnya, terkadang mereka sendiri yang menghadap kepada Fuad Amin,

meminta agar diperpanjang masa PJS-nya. Dengan imbalan kesiapannya untuk

menjadi klien bagi kepentingan politik Fuad Amin di tingkat desa.

Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu kepala desa di Bangkalan, FAU,

bahwa keberadaan PJS Kepala Desa itu sangat berpengaruh. Dan adanya PJ rata-

rata dipegang oleh kepala desa sendiri.

“PJ kalau di Bangkalan, saya bicara Bangkalan ya, saya bicara Bangkalan

memang sangat berpengaruh. Artinya begini, PJ kebanyakan dipegang oleh

kepala desa sendiri kebanyakan, yang sudah menuturkan menjadi kepala

desa tetap menjadi kepala desa, akhirnya dijabat oleh kepala desa itu sendiri,

kebanyakan seperti itu.”391

389 Wawancara Pribadi dengan FHR.

390

Wawancara Pribadi dengan FAU.

391

Wawancara Pribadi dengan FAU.

Page 276: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

264

Proses PJ dengan dipegang langsung oleh mantan kepala desa inipun memiliki

syarat-syarat tertentu, satu syarat yang terpenting adalah apbila keadaan di desa

yang bersangkutan itu kondusif. Kondusif sendiri memiliki pengertian yang luas.

Pengertiannya tidak hanya sebatas di permasalahan stabilitas keamanan dan

pembangunan, tetapi juga dapat diartikan sebagai konstannya stabilitas kepatuhan

yang ditunjukan oleh para kepala desa lama untuk mengikuti arul perintah Fuad

Amin.

“........kebanyakan PJ itu dipegang kepala desa sendiri. Tapi kalau di desa itu

kondusif, dengan catatan kalau di desa itu kondusif, kalau di desa itu tidak

kondusif, ya tetap PJ itu dipilih. Bukan ditentukan tapi dipilih oleh BPD,

BPP, perangkat desa, dan tokoh masyarakat. Jadi proses PJ itu, yang PJ-nya

tetap kepala desa itu kalau keadaan desa itu kondusif.”392

Menurut pengakuannya pula, seluruh kepala desa yang ada di Bangkalan

pasti akan tunduk dan patuh kepada Fuad Amin. Jika ada kepala desa yang tidak

patuh dan tidak tunduk dengan perintah Fuad, maka Fuad akan menggantinya

dengan mengadakan pemilihan kepala desa baru di desanya.

“...............Kepala desa itu kebanyakan kalau pas (masih) kepemimpinannya

Fuad Amin, memang (sedikotawu) jadi apa kata kanjeng gitukan seperti itu.

Jadi kalau kepala desa yang sampai melanggar atau tidak memenuhi aturan

yang ditentukan oleh kanjeng waktu itu, katakan saya bilang kanjeng ya, itu

kebanyakan ya (bukan dipermasalahkan) tapi kebanyakan diganti atau cepat

dipilih. Kalau memang kepala desa itu kondusif dan mengikuti (dalam artian

bukan saya mengikuti), cuma dilihat dari situasinya, kalau kondusif tidak

diapa-apain, tetaplah seperti itu, karena dia kondusif. Kalau tidak kondusif,

fifty-fifty, separuh ke dia separuh ke orang itu dipilih.”393

Kebanyakan keberadaan antar kepala desa di Bangkalan berasal dari satu keluarga

dekat. Dalam satu wilayah kecamatan misalnya, antar desa di dalamnya,

mayoritas diisi oleh para kepala desa yang masih memiliki satu ikatan keluarga.

392 Wawancara Pribadi dengan FAU.

393

Wawancara Pribadi dengan FAU.

Page 277: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

265

Dengan adanya ikatan famili di antara mereka, maka kondusifitas di banyak desa

dapat dengan mudah diwujudkan .

“Saya kira. Kalau di kecamatan saya rata-rata kondusif. Karena klebunnya

familiar memang, ada hubungan familiar. Maksudnya begini, di antara

kepala desa itu ada hubungan famili, baik yang satu dengan yang lain. kalau

tidak famili kadang besan seperti itu. Ya jadi kondusif. Kalau di desa lain di

tempat lain banyak itu seperti halnya di tanjung bumi, atau kecamatan yang

lain sepulu, klampes, kobonyar, tanean sebagainya itu pasti ada famili yang

kalau memang tidak kondusif dirasa tidak menguntungkan terhadap

kepemimpinan beliau, ya sudah.”394

Dengan demikian, kemunculan perda nomor 7 tahun 2006, merupakan ajang bagi-

bagi insentif baik untuk kepentingan politik Fuad Amin maupun untuk

kelanggengan masa jabatan PJS mantan kepala desa itu sendiri. Ketertarikan para

kepala desa untuk terus menerus menjabat sebagai PJS ini tentu tidak terhindar

dari imbalan materil melalui pengerjaan proyek-proyek pemerintahan di tingkat

desa.

“......... maka jika orang yang salah satu incumbent semisalnya, yang tidak

ingin kepala desanya, desanya dipilih dalam pilihan kepala desa, nah itu

satu, maka incumbent ini kan pada waktu itu sebagai pjs. Karena pada waktu

itu masih belum ada aturan pjs itu pns. Ketika ini adalah pjs, maka otomatis

menjadi bahan gali dekat kira-kira seperti itu dengan pak fuad atau sistem

pemerintahan kabupaten Bangkalan, dan ini menghadang dan melakukan

lobi-lobi dan lain sebagainya dengan kepada pak fuad. Dengan faktor x dan

lain sebagainya, sehingga apa, proses pelaksanaan pilkades ini akan sampai

dua tahun tiga tahun tidak pernah selesai.”395

Bahkan untuk mengkoordinir kepala desa di bawah kontrolnya, Fuad Amin

membentuk AKD (Aliansi Kepala Desa).

“Jadi pada waktu itu AKD ini kan memang dibangun kenapa ada AKD ini

kan memang dibangun untuk kepentingan fuad. Dibentuk fuad amin. Yang

dibentuk fuad amin gitu kan. Memang sengaja begitu......”396

394 Wawancara Pribadi dengan FAU.

395

Wawancara Pribadi dengan FHR.

396

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 278: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

266

Meski di jaman Fuad Amin dilakukan pemilihan kepala desa sebagaimana

umumnya, hanya saja hal itu tidak terlepas dari adanya intervensi yang dilakukan

oleh Fuad Amin itu sendiri. Fuad Amin akan melakukan pemilihan kepala desa di

desa tertentu apabila kepala desa di desa yang bersangkutan melakukan

konfrontasi dengannya, tetapi jika tidak, maka yang akan dilakukan oleh Fuad

Amin justru sebaliknya, Fuad Amin akan memberi reward dengan

memperpanjang masa jabatan kepala desa dengan SK PJS yang dia keluarkan.397

Bahkan sampai dengan adanya pemilihan para kepala desa secara serentak

di Bangkalan tahun 2015, yang pada gelombang pertama diadakan pada tanggal

15 Bulan Juni 2015, dari 120 sekian pemilihan kepala desa yang ada, 50 persen

pemilihannya hanya bersifat formalitas belaka.

“.......... Di gelombang pertama kemarin itu kan pada tanggal 15 bulan juni

gitu kan. Ada 120 sekian, lupa saya, di Bangkalan itu kan. Cuma itu pun dari

120 sekian ini kan tidak semuanya mas, maksudnya dari 120 sekian

pemilihan kepala desa ini yang benar-benar menjadi pertarungan pemilihan

kepala desa tidak lebih dari 50 persen, tapi yang 50 persen adalah hanya

formalitas saja bahwa di desa itu semisalnya tidak ada orang yang ingin,

yang ingin mencalonkan kepala desa gitu kan, hanya kepala desa lama. Jadi

untuk ininya –”398

Adanya perda nomor 6 tahun 2007 yang banyak menguntungkan Fuad Amin itu

bukan tidak menuai protes dari masyarakat. Penentangan-penentangan muncul

dari kalangan aktivis setempat. Tapi lagi-lagi, adanya massa aksi demo yang

menentang jalannya perda, dibalas oleh Fuad Amin dengan demo balasan yang

lebih masif. Sementara demonstran yang menentang perda hanya berjumlah

kurang lebih 30 orang, demo balasan Fuad Amin jumlahnya lebih besar. Hampir

setiap kepala desa diperintahkan oleh Fuad Amin untuk mengutus 50 orang

397 Wawancara Pribadi dengan FHR.

398

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 279: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

267

masyarakat sebagai aksi massa. Massa utusan Fuad Amin itu dimanfaatkan untuk

menghadang para demonstran penentang yang akan melakukan protes.

“........Yang 2010, akhirnya sampai, sampai melakukan demontrasi kan di

Bangkalan dengan teman-teman dan kita demontrasi hanya 30 orang sekian

gitukan, ternyata dari pihak pendopo pada waktu itu dengan kepala desa itu

diperintahkan oleh fuad ini untuk membawa masyarakat paling sedikit 50

orang dari tiap-tiap desa.”399

Bahkan adanya aksi yang menentang keberadaan perda itu sampai harus

memakan korban. Fahrillah selaku relawan aksi mengalami musibah pembacokan

beberapa hari setelah menjalankan aksi protes.

“........karena 10 hari atau bahkan 15 hari maksimal setelah itu, saya terjadi

musibah yang dibacok itu.”400

Lahirnya loyalitas kepala desa kepada Fuad Amin selain dengan adanya

ketergantungan SK PJS yang dia keluarkan, cara lainnya yaitu dengan

mengintimidasi para kepala desa. Cara ini pun tidak terbebas dari permasalahan

yang menyangkut pembagian proyek yang dikerjakan oleh Fuad Amin dan para

klebun tersebut. Dari pembagian-pembagian proyek, Fuad Amin akan mencari-

cari letak kesalahan yang pernah dilakukan oleh kepala desa melalui adanya

indikasi penyimpangan dan lain sebagainya. Dari kesalahan akan adanya

penyimpangan yang dilakukan oleh kepala desa tersebut, tentu Fuad Amin akan

menjadikannya sebagai pijakan untuk melakukan ancaman atas - tindakan

melanggar hukum yang – disinyalir telah dilakukan oleh kepala desa yang

bersangkutan. Karena Fuad Amin menyadari bahwa dengan menakut-nakuti dan

melakukan ancaman-ancaman seperti itu otomatis para kepala desa akan merasa

tak berkutik dan akan selalu melakukan apapun yang diperintahkan oleh Fuad.

399 Wawancara Pribadi dengan FHR.

400

Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 280: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

268

“Blaternya juga begitu, komunikasi dengan ini ini ini ini ini ini ini ini ini gitu

kan, begitu. Dan kepala desa itu begitu juga. Misal proyeknya sekian gitu

kan, euh SPJ-nya SPJ rapuh gitu kan, lah akhirnya dia digantung, kamu

macam-macam, sistemnya fuad gitu. Misalnya mas, ini adalah kepala desa

dikasih perhatian besar gitu kan, yang pertama dan yang kedua, kamu

macam-macam, benar pertama kedua dikasihkan benaran semua, dengan

prosedural. Tapi ketiga ke-empat sudah beda itu, kamu macam-macam, ini

pelanggaran kamu, jadi apa yang terjadi, karena digantung dengan

masalahnya sendiri akhirnya dia tunduk sama dia.”401

Dalam memanfaatkan jaringan kepala desa untuk kepentingan politiknya,

biasanya Fuad Amin telah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari. Fuad

Amin akan memanggil seluruh kepala desa enam bulan menjelang waktu

pemilihan tiba. Jumlahnya 277 desa dan 4 kelurahan. Pemanggilan tiap-tiap

kepala desa dilakukan dengan cara bergiliran berdasarkan teritorial kecamatan. Di

pertemuan tersebut para kepala desa didoktrin dan diarahkan untuk dapat

memenuhi segala ambisi politik Fuad Amin. Pertemuan biasanya dilakukan di

pendopo atau di tempat khusus. Selanjutnya, pertiap bulan sekali akan diadakan

pertemuan. Pertemuan tersebut memang sifatnya politis. Bila kedapatan ada satu

kepala desa yang memihak ke pihak lain, maka Fuad Amin tidak segan-segan

akan mencekal program-program yang ditujukan kepada desa yang

bersangkutan.402

“Begini, ya memang kalau waktu pemilihan itu kita kepala desa ini tidak

bohong. Karena ini maaf ya. Jadi kepala desa itu kaya memang seperti

didoktrinlah, harus. Jadi tidak boleh tidak. Sebelum pemilihan, enam bulan

sebelumnya sudah dipanggil. Per tiap bulan diadakan pertemuan. Pertemuan

itu ya sifatnya memang politis. Jadi kalau sampai ada satu kepala desa yang

ketahuan memihak ke yang lain itu atau apa itu memang dicekal. Bahasa

cekalnya itu ya programnya tidak dilancarkan atau ada program apa di sana

tidak dikasih, karena dia sudah dianggap mbalelo atau apa seperti apa gitu,

seperti itu.”403

401 Wawancara Pribadi dengan FHR.

402

Wawancara Pribadi dengan FAU.

403

Wawancara Pribadi dengan FAU.

Page 281: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

269

Selain untuk kepentingan dirinya, pemanfaatan para klebun biasanya Fuad

pergunakan juga untuk kepentingan para koleganya. Dalam memainkan formulir

C-1 KPU biasanya yang dikendalikan oleh para klebun adalah partai-partai

tertentu saja. Dalam hal ini adalah partai-partai oposisi yang berseberangan

dengan Fuad Amin. Tapi jumlah ini tidak terlalu banyak, karena partai politik

yang beroposisi dengan Fuad Amin persentasenya hanya sekitar 20 persen.

Sedang 80 persen partai politik lainnya telah sepenuhnya dikendalikan oleh Fuad

Amin. Dan manipulasi formulir C-1 yang dimainkan oleh Fuad Amin dengan

jaringannya hanya dilakukan di wilayah basis massa Fuad Amin, sedangkan di

luar wilayah basis massanya, biasanya Fuad Amin tidak bisa bergerak banyak.404

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Fuad Amin adalah kepintarannya

dalam merangkul kepala desa yang berseberangan dengannya. bila ada kepala

desa yang berseberangan dengan Fuad Amin, asalkan kondisi keamanan dan

pembangunan di dalamnya tetap berjalan, maka Fuad Amin tidak akan berani

untuk mengutak atik wilayah desa tersebut. Fuad Amin menyadari, dengan

memantik perselisihan dengan kepala desa yang bersangkutan, hal ini akan

berdampak pada pamor dan elektabilitas Fuad Amin di desa tersebut akan

menjadi menurun. Dari pada melahirkan konflik baru, Fuad Amin lebih memilih

untuk tidak mengintervensi sama sekali. Tetapi bila yang terjadi adalah hal yang

sebaliknya, yakni keamanannya tidak kondusif dan pembangunannya tidak

404 Wawancara Pribadi dengan FAU.

Page 282: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

270

berjalan, serta dia berkonfrontasi dengan Fuad Amin, dengan sendirinya Fuad

akan menggantikannya dengan calon yang lebih kuat.405

Terkait soal setoran SKPD 10 persen, (FAU) sendiri mengakuinya. Bahwa

hal itu memang betul-betul ada. Bahkan bukan hanya Fuad Amin, para camat,

puspika dan lain sebagainya, juga melakukan praktek yang sama. Sayangnya

ketika Fuad Amin ditangkap oleh penegak hukum terkait kasus setoran ini,

seluruh elemen pemerintahan di Bangkalan seolah-olah lempar tangan, bahwa

seluruh praktik setoran yang berlangsung di Bangkalan itu atas arahan dan

perintah Fuad Amin.406

N. Modus Korupsi Fuad Amin

Dominasi Fuad Amin yang tumbuh dan marak Fuad praktikan dalam lini

kehidupan politik di aras Bangkalan nyatanya bukan hanya memberikan rasa takut

kepada masyarakat biasa. Tetapi dampaknya pun terasa sampai mempengaruhi

para pejabat hukum yang berada di wilayah kekuasaannya. Minimnya penegakan

hukum terhadap segala pelanggaran yang dilakukan oleh Fuad Amin sangat

terlihat jelas dari tidak adanya penindakan-penindakan yang dilakukan oleh

penegak hukum di Bangkalan, meskipun bukti dan fakta atas pelanggaran tersebut

sudah banyak dilaporkan oleh para LSM setempat. Dengan kondisi seperti ini,

tentu Fuad Amin merasa nyaman dan tetap melanggengkan berbagai perilakunya

yang menyimpang. Ini bukan saja soal penindakan kriminalitas yang dilakukan

Fuad Amin lewat berbagai kekerasan terhadap para aktivis, melainkan juga soal

langgengnya praktik korupsi yang sudah beberapa kali dilakukan oleh dirinya.

405 Wawancara Pribadi dengan FAU.

406

Wawancara Pribadi dengan FAU.

Page 283: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

271

Pada praktiknya, kasus korupsi yang menimpa Fuad Amin bukan saja soal

kasus suap PT. MKS yang kaitannya dengan migas di Bangkalan. Lebih dari itu,

berbagai praktik pemalakan dan setoran-setoran ilegal mewarnai jalannya

pemerintahan selama Fuad Amin menjabat. Praktik-praktik KKN yang dilakukan

oleh Fuad Amin ini misalnya dapat dilihat dari adanya setoran 10 persen tiap

kepala dinas dari tiap anggaran di biro pemerintahannya kepada Fuad.407

Hebatnya, setoran-setoran yang diberikan kepala dinas kepada Fuad Amin

dilakukan tanpa adanya alat bukti apapun, semisal adanya kwitansi ataupun bukti

fisik lain sebagainya. Mekanisme setoran ini dikirimkan langsung secara cash

kepada Fuad Amin di kediamannya di pendopo.408

Selain itu, ada juga fee dari

pengerjaan tiap-tiap proyek yang mencapai 25 persen, dan ada juga permainan

mutasi pejabat SKPD yang dilakukan oleh Fuad Amin setiap hampir 3 bulan

sekali. Mutasi pejabat ini biayanya berkisar antara 150-200 juta, termasuk camat

100 juta. Hal ini Fuad berlakukan sampai tingkat kelurahan.409

Bahkan sampai urusan perpindahan guru untuk mengajar, Fuad Amin

mematok biaya sebesar 5 sampai 10 juta. Dan lainnya, biaya menjadi kepala

sekolah sebesar 15 sampai 25 juta. Bahkan adanya BPWS (Badan Pengembangan

Wilayah Suramadu) yang dibentuk di masa pemerintahan SBY turut dibebani

biaya 50 ribu permeter dari pembebasan tanah warga oleh Fuad.410

“.....Miris mas kalau dengar ceritanya bupati yang lain itu, bagaimana Fuad

ketika diajak bahas BPWS -(badan pengembangan wilayah suramadu) aja.

407

Wawancara Pribadi dengan MH.

408

Wawancara Pribadi dengan SYK.

409

Wawancara Pribadi dengan MH.

410

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 284: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

272

Dia kan gak mau diatur orang. Wong BPWS ini diminta 50 ribu permeter

dari pembebasan lahan warga. Rumus dari mana itu. Inikan uang negara.”411

Selain itu, ada juga biaya perekrutan THL sebesar 15-20 juta perorang. Semua

biaya ini dilakukan melalui sistem cash. Makanya untuk melakukan pendaftaran

calon pegawai negeri sipil misalnya, harus dilakukan semenjak jauh-jauh hari.

Karena jumlah kuota bagi penerimaan PNS baru, seyogianya sudah terisi oleh

para pendaftar tertentu yang sudah membayar uang pelicin kepada Fuad Amin.

Yang aneh, meskipun nama-nama PNS sudah diplot oleh Fuad Amin sejak jauh-

jauh hari, masyarakat masih tetap saja ada yang mau membayar mahal kepada

Fuad Amin ataupun lewat orang-orangnya dan mereka rela mengantri menunggu

giliran sambil berharap mereka adalah salah satu orang di dalamnya. Padahal

kuota PNS di Bangkalan jumlahnya sangat kecil.412

Banyaknya kasus korupsi Fuad Amin yang tidak pernah terungkap, menurut

AAR disebabkan karena banyak juga dari kalangan elit-elit nasional yang turut

memback-up di belakangnya. Akhirnya kemauan untuk membersihkan Bangkalan

dari berbagai praktek korupsi sejak jauh-jauh hari itu tidak pernah terwujud. Fuad

Amin seolah-olah menjadi magnet pemanfaatan elit-elit provinsi dan pusat untuk

menjaga kepentingan mereka di Bangkalan. Timbal balik yang didapat adalah

dengan melindungi berbagai pelanggaran hukum yang telah dilakukan oleh

dirinya.

“.......Artinya banyak kemudian dari elit-elit politik nasional ini yang merasa

bisa mempergunakan kenakalan pak fuad ini untuk kepentingan politik dia.

Nah ini yang saya kira menjadikan dia ini sebagai sosok yang sulit disentuh

secara hukum.”413

411 Wawancara Pribadi dengan MH.

412

Wawancara Pribadi dengan MH.

413

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 285: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

273

Fakta nyata di balik itu semua yaitu misalnya kasus kecurangannya saat pilgub

jatim antara Khofifah-Karwo pada tahun 2008 muncul ke permukaan. Di mana

terjadi penggelembungan suara dan berbagai kecurangan yang dilakukan terhadap

pasangan Khofifah Indar Prawansa – Mudjiono. Fuad Amin sendiri waktu itu

menjadi tim pemenangan Karwo. Dan itu tidak ada penindakan, bahkan seolah-

olah dibiarkan. Sampai Kapolda yang akan mengusut kasus itu pun, akhirnya

ditarik.414

“.........kasus kecurangan pilgub, pada saat khofifah dengan karwo ini suatu

fakta yang tidak bisa ditutupi oleh apapun, tapi kenapa kemudian itu di PTS-

kan *(peti-eskan), sampai kapoldanya waktu itu yang mau mengusut itu

kemudian langsung ditarik.”415

Jadi menurut AAR, absennya pemberantasan korupsi di Bangkalan sederhananya

hanya terkait persoalan „good will‟, mau atau tidaknya para penegak hukum untuk

menindak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Fuad Amin.

“Kalau saya, lebih kepada good will ya, artinya saya melihatnya sepertinya

pak fuad ini memang sebagai sosok yang dimanfaatkan oleh elit-elit politik

nasional dari sisi kenakalannya itu. Jadi karena dia itu dimanfaatkan dari

posisi kenakalannya, nakal seperti apapun masih ada aja yang memback-up.

Jadi bukan karena tidak ada - tidak terendus atau apa, tidak. Sebenarnya

terendus....”416

Sinyalemen adanya perilaku koruptif pada pemerintahan Fuad Amin sebetulnya

sudah terasa di tahun 2006-2007.417

Dan sementara kasus yang melibatkan antara

Fuad dan MKS sudah terjadi antara tahun tersebut. Tapi memang untuk periode

awal kepemimpinannya, Fuad Amin masih belum mengerti betul mengenai bisnis

perminyakan dan gas. Fuad Amin sadar bahwa itu adalah sebuah sumber ekonomi

414 Wawancara Pribadi dengan AAR.

415

Wawancara Pribadi dengan AAR.

416

Wawancara Pribadi dengan AAR.

417

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 286: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

274

strategis terjadi setelah ada masukan dari orang luar. Disinyalir ada juga

keterlibatan anggota DPRD Jawa Timur di belakangnya.418

Tetapi di periode

selanjutnya, di periode kedua dia menjabat sebagai Bupati, masyarakat bawah

sekalipun, sudah mengetahui bahwa korupsi yang dilakukan oleh Fuad Amin

sangat begitu sistemik. Faktor yang menyebabkan sulitnya untuk menangkap dan

menindak KKN yang Fuad Amin lakukan, selain soal tiadanya kemauan dari para

penegak hukum, adalah cengkeraman Fuad yang sudah menembus lini kehidupan

civil society masyarakat Bangkalan, termasuk kemampuannya menguasai media

massa. Di samping itu, cengkeraman ini tidak terlepas dari posisinya yang juga

sebagai pewaris trah bani kholil, oligark dengan tumpukan uang yang melimpah,

dan secara politik, Fuad menguasai seluruh jajaran eksekutif dan legislatif yang

ada di Bangkalan. Sehingga dengan kekuasaan Fuad Amin yang mutlak, ditambah

berbagai upaya lobi yang dia lakukan, segala bentuk laporan terkait

penyimpangan dirinya pun selalu kandas. Meskipun data-data penyimpangan

yang dilaporkan baik oleh LSM dan kelompok oposisi menyangkut persoalan

Fuad Amin sudah sangat kasat mata. Tapi usaha tersebut hanya berakhir sia-sia.

Karena pihak kepolisian dan kejaksaan tidak benar-benar menjalankan fungsi

sebagaimana mestinya. Bahkan lobi-lobi kepada para penegak hukum, seringkali

Fuad juga lakukan untuk menutup-nutupi bopeng atas tindak tanduknya.419

Bahkan menariknya, sampai penyidik KPK pun tidak luput menjadi sasaran lobi

Fuad Amin untuk bisa keluar dari jeratan hukum yang menimpanya. Peristiwa ini

terjadi setelah KPK melakukan operasi tangkap tangan terhadap Fuad Amin.

418 Wawancara Pribadi dengan MH.

419

Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.

Page 287: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

275

Sewaktu penyidik mengumpulkan barang bukti berupa uang di kediamannya,

Fuad Amin bertanya kepada penyidik: "Ini ada 'obatnya' enggak, Mas?”

Pertanyaan ini mengandung maksud, apakah kasus ini bisa diselesaikan dengan

uang.420

Sebetulnya kekuatan politik Fuad Amin bersama dengan kroni-kroninya itu

sudah terlihat melemah selepas Fuad Amin ditangkap oleh KPK. Hanya saja,

karena tidak adanya kekuatan politik lain yang muncul untuk memanfaatkan

peluang ini, lambat laun, kekuatan politik Fuad yang berada di tangan para

kroninya tersebut akhirnya bangkit kembali. Setoran setotran SKPD, dan

pungutan-pungutan tenaga honorer mulai berjalan kembali seperti biasanya.421

Bahkan ada kabar beredar bahwa meskipun Fuad Amin sudah mendekam dalam

penjara di Salemba, tetapi praktik setoran 10 persen kepala dinas kepadanya

masih langgas dimainkan oleh dirinya. Polanya yaitu dengan menakut-nakuti para

kepala dinas bahwa jika setoran itu berhenti, maka nama mereka akan ikut diseret

ke meja hukum. Hal ini wajar, karena dengan berbagai penyimpangan di tiap

dinas, sebetulnya hak penuh terhadap KPA (kuasa pengguna anggaran) berada

langsung di bawah tangung jawab mereka. Dengan begitu, otomatis

penyimpangan lewat setoran-setoran tersebut pun menjadi beban para kepala

dinas. Alasan ini menjadi semacam teror yang terus menerus menghantui para

kepala dinas untuk mengikat mereka agar tidak berhenti memberikan setoran-

420 Tempo.co, “Obat, Kode Fuad Amin Rayu Penyidik KPK,” berita ini diakses pada 27

Februari 2016 dari http://nasional.tempo.co/read/news/2014/12/22/063630182/obat-kode-fuad-

amin-rayu-penyidik-kpk

421

Wawancara Pribadi dengan AAR.

Page 288: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

276

setoran tersebut.422

Perilaku Fuad Amin ini sebetulnya diketahui juga oleh KPK,

dan KPK membiarkannya untuk dijadikan alat pembuktian tambahan yang

menguatkan bahwa Fuad Amin masih tetap mengontrol setoran-setoran yang

diberikan kepadanya.423

Modus korupsi yang dilakukan oleh Fuad Amin terbilang sistemik. Karena

dalam hal ini, Fuad turut mensertakan seluruh komponen kepala dinas yang ada di

bawah pemerintahannya. Bahkan KPA yang menjadi tanggungan masing-masing

kepala dinas, akhirnya seringkali dijadikan sebagai alasan oleh Fuad Amin bahwa

dirinya bukan pelaku dari korupsi di tiap-tiap dinas pemerintahan Bangkalan.

Alasan ini terlihat lucu, sebab, dalam realitanya, para kepala dinas diperintahkan

oleh Fuad Amin sendiri.424

Seperti yang diungkapkan oleh Nur Aida Rahmawati

selaku Kepala Dinas Kesehatan Bangkalan sebelum dirinya dilantik, bahwa Fuad

Amin menyuruh dirinya untuk mengikuti kewajiban setor yang pernah dilakukan

pada masa-masa sebelumnya. Padahal pada saat Fuad Amin menyuruh Nur Aida

Rahmawati untuk melakukan setoran wajib, dirinya tidak lagi menjabat sebagai

Bupati Bangkalan,425

karena sudah digantikan oleh anaknya, Makmun Ibnu Fuad.

Sehingga dengan kebiasaan yang terus menerus dilakukan, praktek ini seakan-

akan dianggap lumrah.

422 Wawancara Pribadi dengan MH.

423

Wawancara Pribadi dengan MH.

424

Wawancara Pribadi dengan FHR.

425

detiknews, “Tak Lagi Jabat Bupati Bangkalan, Fuad Amin Terima Duit Setoran Dinkes,”

berita ini diakses pada 04 Maret 2016 dari http://news.detik.com/berita/2981955/tak-lagi-jabat-

bupati-bangkalan-fuad-amin-terima-duit-setoran-dinkes

Page 289: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

277

O. Sumber Kekuasaan Fuad Amin

Paling tidak ada tiga sumber kekuasaan dan dominasi yang dimiliki oleh

Fuad Amin sehingga dapat dengan mudah dan leluasa memonopoli segala aspek

kehidupan, baik sosial, politik, maupun ekonomi masyarakat di Bangkalan.

Kekuasaan sendiri diartikan Weber sebagai “kemungkinan bahwa seorang pelaku

akan mampu untuk mewujudkan gagasan-gagasannya sekalipun ditentang oleh

orang-orang lain, dengan siapa dia berada dalam hubungan sosial.”426

Sedang

pengertian dominasi, lebih jauh lagi dari sebatas kekuasaan biasa, karena

mengikutsertakan unsur-unsur pemaksaan di dalamnya.427

Sumber kekuasaan

yang dimiliki oleh Fuad Amin, pertama adalah kemampuannya memonopoli

instrumen-instrumen keagamaan, baik yang sifatnya materi dan imateri, yakni

lewat institusi keagamaan maupun lewat reproduksi kharisma428

dari ketakdziman

dan mitos-mitos kesaktian yang ia miliki. Kedua, monopoli kekerasan lewat dua

jalur, baik formal maupun informal. Jalur formal adalah dalam kapasitasnya

sebagai Bupati, sedang jalur informal adalah dalam kapasitasnya sebagai kiai-

blater. Sedang sumber kekuasaannya yang ketiga, yakni dalam statusnya sebagai

oligark lokal dengan basis kekayaan yang terbilang mapan serta melimpah jika

diukur berdasarkan per/teritorial wilayah di Bangkalan.

Dalam kapasitasnya sebagai bagian dari trah dan keturunan kiai kholil,

kharisma yang terpancar pada diri Fuad Amin sebetulnya juga tidak terlepas dari

426

Anthony Giddens, Kapitalisme dan teori sosial modern: suatu analisis karya tulis Marx,

Durkehim, dan Max Weber (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 192.

427

Ibid, h. 192.

428

Oleh Weber, kharisma didefinisikan sebagai „suatu sifat tertentu dari suatu kepribadian

seorang individu berdasarkan mana orang itu dianggap luar biasa dan diperlakukan sebagai

seorang yang mempunyai sifat-sifat gaib sifat unggul atau paling sedikit dengan kekuatan-

kekuatan yang khas dan luar biasa.‟(Anthony Giddens, 1986, 197).

Page 290: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

278

budaya masyarakat setempat yang memegang teguh adat dan penghormatan

mereka kepada kalangan kiai. Bukan hanya itu, bahkan sepak terjang kiai di

masyarakat sekitar, juga selalu dianggap sebagai aktor yang memiliki banyak

kelebihan mistis. Kiai sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya,

merupakan elit lokal yang banyak memberikan kontribusi bagi kehidupan

masyarakat, bukan saja semenjak era reformasi bergulir, tetapi sudah jauh hari

ketika era kerajaan dan kolonialisme berlangsung. Dalam sejarahnya, Kiai

seringkali terlibat dalam gerakan-gerakan perlawanan terhadap elit, baik raja

maupun pejabat-pejabat kolonial yang acapkali menyengsarakan rakyat dengan

berbagai kewajiban membayar upeti dan kerjapaksa. Bahkan di masa orde baru,

perlawanan-perlawanan para kiai terhadap rezim masih terlihat jelas. Misalnya

dalam perlawanan yang diinisiasi oleh para kiai yang tergabung dalam BASSRA.

Selain itu, kiai merupakan satu-satunya simbol yang mampu memperat jalinan

kohesi sosial antar kelompok masyarakat lewat acara-acara ritual keagamaan.

Syaikhona Kholil, merupakan satu di antara kiai lainnya yang memiliki

pengaruh besar di masanya. Dia merupakan elit lokal Bangkalan dengan banyak

murid yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Kiai Hasyim Asy‟ari (pendiri

NU) pernah berguru ilmu agama kepadanya. Dengan tingkat kelimuan yang tinggi

dalam bidang agama, seluruh masyarakat Bangkalan menaruh rasa simpati dan

takdzim yang mendalam terhadap kepribadian Syaikhona Kholil. Juga kepada

keturunan-keturunannya kelak, termasuk Fuad Amin yang kini mewarisi simbol-

simbol penghormatan tersebut. Apalagi Fuad Amin merupakan keturunan tertua di

antara keluarga bani kholil yang lainnya. Kharisma yang dimiliki oleh Fuad Amin

Page 291: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

279

pada akhirnya menciptakan mitos-mitos tersendiri tentang kesaktian yang

dintrodusir terhadap dirinya, apalagi Fuad begitu luwes untuk bersosialisasi

dengan kalangan blater. Kalangan blater yang identik dengan dunia carok dan

kekerasan, faktanya telah meningkatkan pamor Fuad Amin di masyarakat. Isu-isu

yang berkembang terhadap pengkutusan pada diri Fuad Amin salah satunya

tercermin dalam komentar (MH), mantan aspri Fuad Amin, sebelum dirinya

menerima tawaran pekerjaan untuk menjadi stafnya:

“Saya waktu itu memang berdoa mudah-mudahan saya dipertemukan dengan

orang ini. karena selama ini apa yang saya dapat informasinya, Pak Fuad

inikan wali, kiai gitukan dan segala macamlah saktilah macam-macam, saya

tertarik untuk itu. Karena banyak mitos-mitos yang saya dengar waktu saya

di pesantren itu menggugah saya untuk ketemu orang ini. Dia sakti kalau di

penjara langsung bisa keluar, dengan ini segala macamlah.”429

Di samping itu, dengan posisi Fuad yang mapan, maka tak sulit pula bagi

dirinya untuk memelihara jaringan blater. Fuad Amin sadar, bahwa blater adalah

kalangan yang mudah ditaklukan dengan uang.430

Maka tak aneh jika kemudian di

antara masyarakat Bangkalan, Fuad Amin dikenal dengan istilah kiai-blater.

Karena di satu sisi dia besar di lingkungan kiai, sedang di sisi lain Fuad Amin

hidup dengan kalangan blater. Dua rupa kekuatan yang direproduksi pada diri

Fuad sekaligus ini dalam perjalanannya turut memudahkan dirinya untuk menjadi

orang yang dihormati dalam tatanan kelas sosial di masyarakat. Dengan statusnya

sebagai kiai, dia mendapatkan legitimasi masyarakat lewat pengakuan rasa

takdzim dan mitos etik yang sifatnya transendental, sedang dengan statusnya

sebagai blater, Fuad Amin mendapatkan legitimasi lewat monopoli kekerasan

yang kerap Fuad praktikan. Dengan karakteristik alam blater yang identik dengan

429 Wawancara Pribadi dengan MH.

430

Wawancara Pribadi dengan MH.

Page 292: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

280

tindakan-tindakan koersif tersebut, nyatanya telah mempolarisasikan internalisasi

ketakutan menjadi semakin mewabah di segenap masyarakat Bangkalan. Dua

modal tersebut, ditambah posisi Fuad yang mapan, menjadi elemen penting bagi

keberhasilan dirinya menduduki posisi jabatan struktural sebagai bupati

Bangkalan.

Setelah dirinya berhasil menduduki jabatan formal dalam struktur

pemerintahan, sumber kekuasaan Fuad Amin semakin bertambah. Dia bukan

hanya mengakumulasikan sumber kekuasaannya dari macam-macam otoritas

informalnya selaku kiai dan blater, tetapi juga otoritas legal-formalnya selaku

Bupati. Di masa kepemimpinannya sebagai Bupati, Fuad Amin perlahan-lahan

mulai membangun jaringannya, baik itu jaringan politik maupun jaringan sosial

kemasyarakatan. Dalam jaringan politik, Fuad Amin menguasai elit-elit birokrat

dan partai politik melalui cengkeramannya pada aparat kepala desa dan politisi-

politisi lokal. Kondisi ini dapat dilihat dengan begitu jelas dari loyalitas yang

ditunjukan oleh para kepala desa dengan seringnya mereka membantu Fuad Amin

dalam setiap proses seleksi politik di Bangkalan, dan banyaknya ketua partai

politik yang berafiliasi dengan Fuad Amin.

Dalam organisasi sosial, Fuad menguasai unsur-unsur ormas, terutama NU,

MUI dan BASSRA. Banyaknya para elit dan anggota ormas keagamaan yang

menunjukan loyalitas mereka kepada Fuad Amin timbul dari rasa solidaritas serta

anggapan bahwa Fuad Amin merupakan kiai sepuh. Kiai sepuh, dan lebih lagi

berasal dari trah bani kholil, tentu menjadi sumber legitimasi utama dan terpenting

Page 293: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

281

bagi personaliti Fuad untuk dapat disegani oleh kalangan kiai lainnya, terutama

para kiai yang berasal dari non bani kholil.

Kekuasaan yang demikian dominan yang Fuad Amin pegang telah

memberikan ruang cukup bebas bagi dirinya untuk bertindak semau hati.

Wewenang yang dimilikinya kerap dia gunakan untuk melakukan kontrol

terhadap masyarakat sipil yang mencoba-coba untuk mengusik kepemimpinanya.

Bahkan dengan otoritas yang tinggi, banyak sekali berbagai penyimpangan dan

pelanggaran hukum yang dia lakukan. Penggunaan ijazah palsu, manipulasi

perolehan suara dalam pemilihan, korupsi, dan berbagai tindakan kriminil lewat

aksi kekerasan terhadap para penentangnya, menjadi gambaran lumrah selama

periode eksistensi Fuad Amin dalam ruang lingkup politik Bangkalan. Sayangnya,

berbagai pelanggaran hukum yang dia lakukan tidak pernah sedikit pun tersentuh

oleh hukum. Maka dengan absennya sikap tegas dan profesionalitas dari para

penegak hukum setempat, perilaku Fuad Amin semakin menjadi-menjadi dalam

melakukan penyimpangan dan pelanggaran hukum lainnya. Sehingga ketiadaan

penindakan pada setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Fuad Amin, telah

mereproduksi mitos-mitos baru atau meneguhkan eksistensi Fuad Amin sebagai

simbol orang kuat lokal yang memang tidak bisa dilawan oleh dan dalam bentuk

apapun. Stigma seperti itu terus menerus diproduksi oleh masyarakat, seperti

bahwa tanpa memiliki ijazah sekalipun Fuad Amin masih bisa jadi bupati, atau

Fuad Amin adalah wali karena keturunan kiai, dan lain sebagainya.431

Anggapan-

431 Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 294: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

282

anggapan tersebut masuk dan melekat begitu saja di bawah alam sadar

masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan langsung oleh FHR:

“Jadi begini, konon ceritanya bahwa di masyarakat sana itu ya di

masyarakat.-------------. Konon ceritanya bahwa ada yang mengatakan pak

Fuad ini karena sering sekali walaupun sejajar setmata dia melakukan hal

pelanggaran hukum tapi tidak bisa tersentuh hukum. Konon ceritanya ada

yang mengatakan pak Fuad ini sakti, pak Fuad ini wali dan lain sebagainya.

Apalagi di kelompok-kelompok bawah itu. Cuma setelah kita analisa itu

bukan hal yang seperti itu yang sebenarnya, tapi karena di bawah itu ada

ketakutan dan tidak tahu, terkait apa yang sebenarnya terjadi gitu kan. Karena

di sisi lain pak fuad itu kepada DPR itu memberikan sesuatu gitu. Kepada

pesantrennya memberikan sumbangan bangunan memberikan ini gitu kan,

akhirnya dianggap bahwa pak Fuad ini baik gitu kan, gitu. Akhirnya ketika

pada waktu itu pak fuad tidak pernah tersandung kasus korupsi, kasus

hukum, mengatakan pak Fuad ini sakti dan lain sebagainya. Apalagi konon

ceritanya pak Fuad ini tidak pernah sekolah, tak tahu punya ijazah gitu kan.

Pak fuad itu kan selalu waktu di rapat-rapat surabaya itu kan pernah

mengatakan saya kalau ijazah saya asli maka saya jadi gubernur, gitu kan.

Kan bukan jadi bupati gitu kan. Akhirnya orang kan pada tahu gitu loh pak

fuad ini sakti, ndak punya ijazah jadi bupati gitu kan. Ini wali karena ke-anak

keturunan ini ini itu ini gitu, nah itu yang terjadi. Stigma-stigma yang

dibangun itu begitu gitu loh masyarakat, akhirnya banyak masyarakat yang

begitu dicoba lagi di kalangan Bangkalan ini kan orangnya sami‟na wa ato‟na

kepada kiai gitu kan, mm kiai-nya aja begitu, ya repot gitu kan. Hanya ada

sebagian orang kaum intelektual yang selalu menentang itu gitu mas,

menentang itu. akhirnya apa yang terjadi, kemarin pun, pak fuad ditanggeng

ditangkap pada tanggal 2 Desember itu, euh 2000 berapa...”432

432 Wawancara Pribadi dengan FHR.

Page 295: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

283

Page 296: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

284

Page 297: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

283

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Munculnya beragam tindak kekerasan, penyimpangan, dan pembiaran

hukum yang dilakukan oleh Fuad Amin merupakan impak dari kekuasaan serta

dominasi politiknya yang besar. Bahkan kekuasaan politik ini telah terinternalisasi

pada diri Fuad Amin jauh sebelum dirinya terjun ke dunia politik. Jauh sebelum

keterlibatannya dalam politik formal, Fuad Amin dikenal sebagai sosok kiai di

satu sisi, dan sebagai blater di sisi lain. Simbol kekiaian yang melekat pada Fuad,

tidak terlepas dari silsilah yang Fuad sandang, yakni selaku keturunan dari trah

bani kholil. Sedang identitas keblaterannya, muncul dari sepak terjangnya di alam

blater itu sendiri. Dua identitas informal yang tersemat pada diri Fuad Amin ini

faktanya telah memudahkan dirinya menjadi orang paling berpengaruh di

Bangkalan. Pengaruh ini kontan dimanfaatkan Fuad untuk masuk arena politik

formal di Bangkalan.

Peluang Fuad untuk ikut dalam kontestasi pemilihan umum kepala daerah di

Bangkalan adalah berkah dari tumbangnya pemerintahan Soeharto. Pada tahun

1998, Soeharto tidak lagi menjabat sebagai Presiden, hal ini terjadi lantaran

desakan dan tuntutan dari beragam elemen masyarakat yang menginginkan

Soeharto melepas jabatannya selaku kepala negara. Peristiwa ini lahir dari

rentetan instabilitas ekonomi yang melanda masyarakat. Ketiadaan Soeharto di

pucuk pimipinan negara telah merubah paradigma relasi antara pusat dan daerah

menjadi lebih longgar. Jika semasa Soeharto paradigma yang berlaku adalah

sentralisme politik, sedang di masa sesudahnya, paradigma yang berkembang

Page 298: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

284

adalah polisentrisme politik. Indikator kemunculan polisentrisme pasca Soeharto

adalah mulai diimplementasikannya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang

otonomi daerah atau desentralisasi.

Undang-undang desentralisasi yang kemudian terjewantahkan dalam

pemilihan kepala daerah secara mandiri, (karena tidak lagi diintervensi oleh pusat

sebagaimana terjadi di masa Soeharto), telah membuka kesempatan bagi orang

berpengaruh di tingkat lokal untuk memenangkan kontestasi yang diadakan di

wilayahnya masing-masing. Orang berpengaruh di tingkat lokal biasanya berasal

dari orang-orang yang dulu memiliki hubungan dengan orba, atau bisa juga

berasal dari orang-orang yang berseberangan dengan orba. Fuad Amin merupakan

elit lokal tipe kedua.

Ketidakterlibatan Fuad Amin dengan Soeharto justru merupakan salah satu

faktor yang membantunya menguasai hampir seluruh suara dewan pada pilkada

pertama yang diadakan di Bangkalan era reformasi pada tahun 2003. Selisih

suaranya sangat timpang. Fuad Amin memperoleh 42 suara dari 45 suara yang

diperebutkan. Hasil ini telah mengikrarkan Fuad Amin sebagai bupati baru

pertama Bangkalan era reformasi. Kemenangan ini banyak disambut oleh

masyarakat sebagai langkah awal menuju Bangkalan ke arah yang lebih baik.

Namun, harapan tersebut hanya bertahan beberapa tahun saja. Di

pertengahan masa kepemimpinannya, gelagat bahwa Fuad Amin sudah mulai

melenceng dari prinsip serta nilai-nilai yang diharapkan masyarakat sedikit

perlahan muncul ke permukaan. Kemunculan Fuad Amin yang awalnya didapuk

sebagai aktor perubahan, malah lebih mencerminkan neo-Soehartois di alam

demokrasi yang baru. Apalagi di periode kepemimpinan Fuad Amin yang kedua,

Page 299: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

285

segala penyimpangan dan pelanggaran hukum yang dilakukannya sudah menjadi

hidangan umum masyarakat. Kemenangan Fuad Amin di periode kedua, tidak

terlepas dari beberapa akumulasi modal kulturalnya selaku kiai dan blater, yang

ditambah dengan modal strukturalnya selaku kandidat incumbent bupati periode

sebelumnya.

Kekuatan politik Fuad sebagai bupati dua periode ini semakin memantapkan

posisinya sebagai raja lokal yang mengantongi unsur kekuasaan informal dan

formal sekaligus. Maka tak aneh jika akhirnya Fuad Amin begitu leluasa untuk

menaruh dan menempatkan para kroni dan keluarganya di berbagai struktur

pemerintahan dan ormas. Yang mesti digarisbawahi dari fenomena munculnya

kekuasaan tunggal yang berdampak pada lahirnya dinasti politik Fuad Amin di

Bangkalan jika didasarkan pada kerangka teoritis local strongmen Joe S. Migdal,

bossism John T. Sidel, dan Oligarki Jeffrey Winters adalah:

Pertama, kemunculan Fuad Amin sebagai orang kuat lokal tidak terlepas

dari sifat masyarakat yang patrimornial. Artinya, masyarakat masih

memegang teguh budaya lama yang menempatkan kiai dan blater pada

struktur atas kelas sosial masyarakat setempat, meskipun mereka telah

hidup di era demokrasi modern - yang menjamin hak warga negaranya

secara egaliter.

Kedua, kekuasaan tunggal Fuad Amin sebagai orang kuat lokal juga tidak

bisa dinafikkan dari stigma yang berkembang di masyarakat bahwa orang

kuat lokal merupakan elit lokal dengan pengaruh serta simbol ‘strategies

of survival’, sehingga wajar bila masyarakat menaruh rasa segan dan takut

kepada Fuad Amin.

Page 300: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

286

Ketiga, keyakinan Migdal yang menganggap bahwa orang kuat lokal

hanyalah penghambat laju pembangunan yang akan diinisiasi oleh negara

tidak relevan bila merujuk pada kasus Fuad Amin. Fuad Amin justru

sangat terbuka dengan maraknya pembangunan di Bangkalan, sambil

dirinya meraup banyak untung dari berbagai proyek yang dikerjakan.

Kondisi ini justru lebih sejalan dengan temuan Sidel pada kasus orang kuat

lokal di Asia Tenggara.

Keempat, alasan Sidel yang percaya bahwa kemunculan orang kuat lokal

bukan hanya disebabkan oleh sifat masyarakat, tetapi juga ditentukan oleh

proses strukturasi yang terjadi dalam negara, merupakan realita empirik

yang terjadi di Bangkalan. Bahwa peluang dan kemunculan Fuad Amin di

aras politik lokal tidak akan terjadi bila Soeharto tidak tumbang, dan

undang-undang desentralisasi tidak benar-benar diterapkan.

Kelima, argumen Migdal sedikitnya diperlengkap dengan dinamika

kekuasaan politik Fuad Amin, bahwa orang kuat lokal tidak hanya

menempatkan kroni dan keluarganya di struktur pemerintahan, melainkan

juga memposisikan dirinya sebagai elit yang terlibat untuk mengisi pos

posisi tertinggi pemerintahan.

Keenam, Fuad Amin dalam praktiknya juga merupakan seorang broker

politik tingkat lokal, yang banyak dimanfaatkan oleh elit pusat dan

provinsi. Sebagai broker politik bagi elit pusat, termanifestasikan dalam

kapasitasnya selaku pengusung dan tim sukses kemenangan Prabowo-

Hatta pada pilpres 2014, sedang dalam statusnya sebagai broker politik

bagi elit provinsi, dapat dilihat dalam kapasitasnya selaku timses pasangan

Page 301: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

287

Soekarwo-Syaifulah Yusuf. Artinya, fakta ini selaras dengan pemikiran

Sidel bahwa bos lokal adalah broker politik yang saling berjenjang di

semua tingkatan. Mereka memberikan keuntungan satu sama lain.

Ketujuh, proses tranformasi orang kuat lokal menjadi bos lokal untuk

beberapa kasus, terbantu oleh sistem kapitalisme. Misalnya saja dalam

kasus orang kuat lokal era Soeharto, di mana orang kuat lokal banyak

diuntungkan oleh dampak ledakan ekonomi yang terjadi di Indonesia pada

waktu boom oil tahun 70-an. Mereka menikmati berbagai privelse

ekonomi, hukum, dan politik atas kedekatannya dengan Soeharto. Basis

kekayaan mereka menjadi semakin besar, tersebar dalam berbagai bentuk

usaha. Adapun Fuad Amin sendiri tidak masuk dalam kategori ini, basis

kekayaan yang dimiliki oleh Fuad Amin, selain berasal dari keluarga

besarnya, juga berasal dari hasil usahanya sebagai pengusaha travel haji

dan umroh. Dan juga dalam kapasitasnya sebagai penyalur tenaga kerja

Indonesia ke luar negeri. Tapi meskipun Fuad Amin tidak menikmati

berbagai privelse dari Soeharto sebagaimana kroni dan orang kuat lokal

lainnya, tapi Fuad Amin setidaknya turut menikmati stabilitas politik di

masa Soeharto itu.

Kedelapan, Fuad Amin juga dapat dikatakan sebagai oligark lokal. Karena

sebelum Fuad masuk ke arena politik formal di Bangkalan, Fuad Amin

telah lebih dulu memiliki basis kekayaan yang lumayan besar dalam

kapasitasnya selaku pengusaha, sehingga pra-kondisi oligark yang

mengarah pada kepemilikan sumber basis material kekayaan, telah dulu

dipegang sebelumnya. Adapaun politik pertahanan kekayaan atau adanya

Page 302: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

288

upaya meningkatkan basis kekayaan yang menjadi karakter seorang

oligark, tercermin dalam sikap Fuad yang melakukan berbagai tindakan

korupsi, pemerasan, dan monopoli badan usaha milik daerah guna

kepentingan pribadinya semata.

Kesembilan, jika yang dimaksud orang kuat lokal oleh Migdal adalah

kelompok informal yang bisa berbentuk tuan tanah, tengkulak, pengusaha,

kepala suku, panglima perang, bos, petani kaya, pemimpin klan, za’im,

effendi, agha, cacique dan kulaks (Melvin, 2012, 17), sedang yang

dimaksud bos lokal oleh Sidel bisa berbentuk Walikota, Gubernur,

Anggota Kongres dan Anggota Senat (Melvin, 2012, 20), maka Fuad

Amin merupakan perpaduan dua unsur tersebut. Karena sebelum Fuad

Amin terjun ke dunia politik, Fuad merupakan salah satu bagian dari

kelompok informal berpengaruh.

B. Saran

Penelitian mengenai kekuasaan politik, terutama yang membahas soal

dinamika politik Fuad Amin di Bangkalan, memuat beberapa hal yang belum

terurai. Karena terbatasnya waktu, penulis hanya melihat aspek-aspek pendukung

kemunculan dan kebertahanan kekuasaan politik Fuad. Terhitung sejak tahun

2003, di mana Fuad pertama kali mencalonkan diri sebagai bupati, sampai tahun

2012, di mana Fuad mencoba sekuat tenaga membantu anaknya menjadi

suksesornya. Untuk itu, penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya

menjelaskan bagaimana Fuad Amin ikut mempengaruhi segala kebijakan

pemerintah Bangkalan di bawah kepemimpinan anaknya. Sebab, dalam tinjauan

Page 303: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

289

singkat penulis di Bangkalan, Fuad kerapkali ikut campur dalam urusan-urusan

pemerintah daerah yang kini dipimpin oleh anaknya.

Page 304: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

290

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Paper

Agus Yusoff, Mohammad dan Leo Agustino. “Daripada Orde Baru Ke Orde

Reformasi: Politik Lokal di Indonesia Pasca Orde Baru.” Jebat: Malaysian

Journal of History, Politics & Strategic Studies. Vol. 39.

Agustino, Leo dan Mohammad Agus Yusoff. “Politik Lokal di Indonesia:

dari Otokratik ke Reformasi Politik.” Jurnal Ilmu Politik, Edisi 21,

2010.

Agustino, Leo. Sisi Gelap Otonomi Daerah: Sisi Gelap Desentralisasi di

Indonesia Berbanding Era Sentralisasi. Widya Padjadjaran, 2011.

Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati, ed., Politik Uang Di Indonesia: Patronase

dan Klientisme pada Pemilu Legislatif 2014. Yogyakarta: PolGov, 2015.

Azra, Azzumardi. Jaringan Ulama. Bandung: Mizan, 1994.

de Jonge, Huub. Madura Dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan

Ekonomi, dan Islam. Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Djati, Wasisto Raharjo. “Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi:

Dinasti Politik di Aras Lokal.” Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol 18, No.

2, Juli 2013: 203-231.

Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:

Pustaka Jaya, 1983.

Giddens, Anthony. Kapitalisme dan teori sosial modern: suatu analisis karya tulis

Marx, Durkehim, dan Max Weber. Jakarta: UI-Press, 1986.

Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru

Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film. Serpong: Marjin

Kiri, 2013.

Hidayat, Syarif. “Demokrasi Elitis? Relasi Kekuasaan Pasca Pilkada,”

Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Volume 23 No. 3 (Juli–September

2010).

Hikam, Muhamad AS. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES, 1996.

Huntington, Samuel P. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta:Pustaka Utama

Grafiti, 1995.

Page 305: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

291

Hutabarat, Melvin Perjuangan. “Fenomena „Orang Kuat Lokal‟ Di Indonesia Era

Desentralisasi.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia 2012.

Jati, Wasisto Raharjo. “Inkonsistensi Paradigma Otonomi Daerah di Indonesia:

Dilema Sentralisasi atau Desentralisasi,” Jurnal Konstitusi, Volume 9

Nomor 4, (Desember 2012).

Jeffrey A Winters, “Oligarki dan Demokrasi di Indonesia,” Majalah Prisma, Vol.

33, 2014: 11-34.

Jone, Pip. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kosim, Muhammad. “Kyai Dan Blater: Elit Lokal Dalam Masyarakat Madura,”

Jurnal Karsa, Vol. XII No. 2 (Oktober, 2007): h. 162.

Kuntowijoyo. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940.

Jogjakarta: Mata Bangsa, 2002.

Lambach, Daniel. “State in Society: Joel Migdal and the limit of state authority.”

Paper for presentation at the conference “Political Concepts Beyond the

Nation State: Cosmopolitanism, territoriality, democracy”, Danish

Political Theory Network Conference, University of Copenhagen,

Department of Political Science Copenhagen, 27-30 October 2004.

Lukas, Anton E. Peristiwa Tiga Daerah: Revolusi Dalam Revolusi. Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 1989.

Maridis, Roy C. “Sejarah, Fungsi, Dan Tipologi Partai Politik: Suatu Pengantar,”

dalam Ichlasul Amal, ed., Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2012.

Migdal, Joel S. State in Society: Studying How States And Societies Transform

And Constitute One Another. Cambridge, UK: The Press Syndicate of The

University of Cambridge.

Mutmainnah, “Kiai dan Dinamika Politik Lokal di Kabupaten Bangkalan dan

Sumenep, Madura.” Dalam Jamil Gunawan, Sutoro Eko Yunanto, Anton

Birowo, dan Bambang Purwanto, ed. Desentralisasi Globalisasi dan

Demokrasi Lokal. Jakarta: LP3ES, 2004.

Noer, Deliar. Gerakan Moderen Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1980.

Nordholt, Henk Schulte dan Gerry van Klinken ed., Politik Lokal di Indonesia.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV, 2014.

Page 306: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

292

Orwel, George. 1984. Yogyakarta: Bentang, 2014.

Poerwanto, Hari. Profile Bangkalan Dan Dinamika Komunitas Perkotaan Dalam

Kaitannya Dengan Pengembangan Kawasan Gerbangkertosusilo. Laporan

Penelitian Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

1992/1993.

Pye, Lucian. Pembangunan Politik dan Perubahan Politik. Jakarta: PT. Gramedia,

1985.

R Hadiz, Vedi. Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Pasca-Soeharto. Jakarta:

LP3ES, 2005.

Rozaki, Abdur. “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan

Oligarki Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura.” Disertasi

Program Studi Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015.

Rozaki, Abdur. “Social Origin dan Politik Kuasa Blater di Madura,” Kyoto

Review of Southeast Asia Issue 11 (December 2009): h. 2.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT. Indeks, 2012.

Schoorl, J.W. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara

Sedang Berkembang. Jakarta: PT. Gramedia, 1981.

Sidel, John T. Capital, Coercion, and Crime: Bossisme in the Phillipines.

California: Stanford University Pers, 1999.

Suminto, H. Aqib. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES, 1985

Syamsudin, Muh. “Agama, Migrasi dan Orang Madura,” Aplikasia, Jurnal

Aplikasi llmu-Ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 (Desember 2007:150-182): h.

151.

Hidayat, Syarif. “Shadow State...? Bisnis dan Politik di Provinsi Banten,” dalam

Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, ed., Politik Lokal di

Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV, 2014.

Hidayat, Syarif. “Demokrasi Elitis? Relasi Kekuasaan Pasca Pilkada,”

Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Volume 23 No. 3 (Juli–September

2010).

T. Sidel, John, “Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia.”

Dalam John Harris, Kristian Stokke, dan Olle Tornquist. Ed., Politisasi

Demokrasi Politik Lokal Baru. Jakarta: Demos, 2005.

Tim Lipi. Membangun Format Baru Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Press, 2006.

Page 307: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

293

Wiyata, A. Latief. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura.

Yogyakarta: LkiS, 2002.

Surat Kabar dan Artikel Online

Ananta, Dicky Dwi. “Oligarki: Tatanan Ekonomi Politik Kontemporer.” Artikel

ini diakses pada tanggal 23 Agustus 2015 dari

http://indoprogress.com/2014/11/oligarki-tatanan-ekonomi-politik-

indonesia kontemporer/

Ahmad Nurcholis, “Mitos Kiai Suci,” artikel diakses pada tanggal 27 Maret 2016

dari http://islamlib.com/gagasan/mitos-kiai-suci/

ANTARANEWS.COM, “675.420 Pemilih Salurkan Hak Suara di Pilkada

Bangkalan,” berita diakses pada tanggal 27 Maret 2016 dari

http://www.antaranews.com/berita/91038/675420-pemilih-salurkan-hak-

suara-di-pilkada-bangkalan

Bappeda Jawa Timur, “Kabupaten Bangkalan,” data ini diunduh pada tanggal 17

Juni 2015 dari

http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-

kota-2013/kab-bangkalan-2013.pdf

Biro Humas Dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, “Gubernur

Minta Bupati Baru Prioritaskan Sektor Pertanian,” data ini diakses pada

tanggal 18 Juni 2015 dari

http://birohumas.jatimprov.go.id/index.php?mod=watch&id=1868

BPS Provinsi Jawa Timur, “Kepadatan Penduduk Pertengahan Tahun Menurut

Kabupaten/Kota 2010-2013,” data ini diakses pada tanggal 18 juni 2015

dari http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/19

BPS Provinsi Jawa Timur, “Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi,” data ini

diakses pada tanggal 16 Februari 2016

dari http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/80

detiknews, “Ricuh Pilkada di Madura, Hasil Suara Diadili di MK,” berita ini

diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://news.detik.com/berita/2133135/ricuh-pilkada-di-madura-hasil-suara-

diadili-di-mk

“Dinasti Tuhan Kedua di Bangkalan.” Majalah Detik Edisi 161, 29 Desember

2014 - 4 Januari 2015.

Page 308: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

294

Dody Wisnu Pribadi, “Cerita Miris dari Bangkalan,” artikel diakses pada 27

Maret 2016 dari

http://regional.kompas.com/read/2014/08/02/08181631/Cerita.Miris.dari.B

angkalan

Ferry Kurnia Rizkiyansyah, “Menguatkan Penyelenggaraan Pilkada Langsung,”

artikel diakses dari

http://www.rumahpemilu.org/in/read/7448/function.array-key-exists pada

tanggal 25 Februari 2016.

GSDRC (Governance and Social Development Resource Center) ,

“Document Library, Summary: Strong Societies and Weak States: State-

Society Relations and State Capabilities in the Third World – Summary,”

artikel ini diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 dari

http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=3554

Fitriyah.“Kekerasan, Korupsi dan Pemilukada.” Artikel diakses pada 11 Maret

2015 dari

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/view/3152/2829

Ghifary, Zikry Auliya. “Local Bossism : Indonesia dan Thailand dalam Perspektif

Komparatif.” Artikel diakses pada 10 Maret 2015 dari

https://www.academia.edu/2612170/Local_Bossism_Indonesia_dan_Thail

and_dalam_Perspektif_Komparatif

Kompas.com, “Harta Kekayaan Fuad Amin Dianggap Tak Sebanding dengan

Penghasilannya,” berita ini diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/15511691/Harta.Kekayaan.F

uad.Amin.Dianggap.Tak.Sebanding.dengan.Penghasilannya

Liputan 6, “Warga Bangkalan Menuntut Kembali Fuad Amin Dilantik,” berita ini

diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://news.liputan6.com/read/49745/warga-bangkalan-menuntut-kembali-

fuad-amin-dilantik

Merriam-Webster, “Simple Definition of Reformation,” artikel diakses pada

tanggal 23 Februari 2016 dari

http://www.merriam-webster.com/dictionary/reformation

Portal Kabupaten Bangkalan, “Partai Gerindra Raih Kursi Terbanyak di DPRD,”

berita ini diakses pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://bangkalankab.go.id/index.php/80-template-details/general/326-

komposisi-anggotaan-dprd-hasil-pileg-2014-merata

Page 309: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

295

suaramerdeka.com, “Karsa Konsolidasi, Kaji Ubah Tim Sukses,” berita ini

diakses dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/12/04/42211

/Karsa-Konsolidasi-Kaji-Ubah-Tim-Sukses pada tanggal 26 Februari

2016.

Tempo.co, “Nol Suara 20 TPS, Tjahjo Kumolo Turun ke Bangkalan,” berita

diakses dari https://www.tempo.co/read/news/2014/07/16/269593520/nol-

suara-20-tps-tjahjo-kumolo-turun-ke-bangkalan pada tanggal 26 Februari

2016.

Tempo.co, “Polisi Usut Penembakan Aktivis di Bangkalan,” berita ini diakses

pada tanggal 25 Februari 2016 dari

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/20/058636213/polisi-usut-

penembakan-aktivis-di-bangkalan

Tempo.co, “Pukul 00.00 Jembatan Suramadu Tersambung,” artikel diakses pada

25 Agustus 2015 dari

http://nasional.tempo.co/read/news/2009/04/01/058167605/

tempointeraktif, “DPRD Pecat Wakil Bupati Bangkalan,” berita ini diakses pada

tanggal 25 Februari 2016 dari

http://tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2005/02/18/brk,20050218-

45,id.html

Tribunnews.com, “Boni Hargens: Kepala Desa Diancam Bikin Suara Jokowi-JK

di Bangkalan Nol,” berita ini diakses dari

http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/16/boni-hargens-

kepala-desa-diancam-bikin-suara-jokowi-jk-di-bangkalan-nol pada tanggal

26 Februari 2016.

wacanakiri-blogspot, “Memahami Erzat Kapitalisme bersama Yoshihara Kunio,”

artikel diakses pada tanggal 12 Maret 2016 dari

http://wacanakiri.blogspot.co.id/2011/07/memahami-erzat-kapitalisme-

bersama.html

Wawancara

Wawancara dengan Syukur, Ketua MCW (Madura Corruption Watch),

Bangkalan, 17 September 2015.

Wawancara dengan Bahiruddin, Koordinator Gempar (Gelora Mahasiswa

Penyelamat Rakyat), Bangkalan, 17 September 2015.

Wawancara dengan Mathur Husairi, mantan asisten pribadi Fuad Amin, sekaligus

Ketua CIDE (Center Islam for Democration). Mathur adalah korban

penembakan Fuad Amin. Bangkalan, 18 September 2015.

Page 310: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

296

Wawancara dengan Fahrillah, Wakil Ketua MCW dan LIRA. Fahrillah adalah

korban pembacokan Fuad Amin. Bangkalan, 18 September 2015.

Wawancara dengan Mahmudi, Anggota Dewan DPRD Bangkalan Partai Hanura

Komisi A. Bangkalan, 19 September 2015.

Wawancara dengan Nanang Hidayat, Ketua Formula (Forum Pemuda Bangkalan).

Bangkalan, 20 September 2015.

Wawancara dengan Aliman Haris, salah satu tim inisiator pencalonan Fuad Amin

di Pilkada 2003, ketua Leksdam (Lembaga Kajian Sosial Demokrasi) dan

mantan anggota partai PKPI. Bangkalan 20 September 2015.

Wawancara dengan H. Umar Farouq Al-Komi, Ketua DPC Hanura Bangkalan.

Bangkalan, 21 September 2015.

Wawancara dengan Fauzi, Klebun/Kepala Desa Kokop, Bangkalan 21 September

2015.

Wawancara dengan Ahmad Ali Ridho, keponakan Fuad Amin, tim inisiator

pencalonan Fuad Amin pada pilkada 2003. Bangkalan, 22 September

2015.

Wawancara dengan Imam Bukhori Kholil, keponakan Fuad Amin. Pesaing

potensial Fuad. Mantan ketua PCNU Bangkalan. Partai PKNU

dan Nasdem. Bangkalan, 23 September 2015.

Diskusi dengan Jeffrey Winters di UI pada 10 Desember 2015. Setelah

menghadiri acara seminar Benedict Anderson “Anarkisme Dan

Nasionalisme”

Page 311: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

DAFTAR TERPILIH

JAWA TIMUR:

BANGKALAN

PROVINSI

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA

PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

:KABUPATEN

PARTAI POLITIK SUARA SAH

1 2 3 6

NONO.

URUT

DCT

4

NAMA CALON TERPILIH DAPIL

5

1 Partai Hati Nurani Rakyat 4,3861 H. UMAR FAROUQ ALKOMY, SH 02

2 Partai Hati Nurani Rakyat 4,0931 MUHAMMAD SYAHRUM DAHRIYADI 05

3 Partai Hati Nurani Rakyat 5,3691 H. SUMAMBRI, ST 06

4 Partai Gerakan Indonesia Raya 3,5011 IMRON ROSYADI, SE. Msi 02

5 Partai Keadilan Sejahtera 5,3742 MUJIBURAHMAN, SH 05

6 Partai Amanat Nasional 3,5643 H. MUHAMMAD SUDARMO, S.Th.1 01

7 Partai Amanat Nasional 8,0831 MOH. MAKMUN IBNU FUAD 05

8 Partai Amanat Nasional 5,3072 SOLIHIN, SE 06

9 Partai Persatuan Daerah 4,4051 ROKIB, SE 01

10 Partai Persatuan Daerah 5,9561 Hj. SITI FATHONAH RACHMANIYAH, ST 04

11 Partai Kebangkitan Bangsa 2,6871 HUMRON MAULA MUHAMMAD,S.HI. 01

12 Partai Kebangkitan Bangsa 3,5112 HOTIB MARZUKI, SE 02

13 Partai Kebangkitan Bangsa 7,6811 ABDUL KHALIK AMIN 03

14 Partai Kebangkitan Bangsa 11,3192 H. SYAFIUDDIN ASMORO 03

15 Partai Kebangkitan Bangsa 3,7867 AHSAN 03

16 Partai Kebangkitan Bangsa 4,6621 H. ALI WAHDIN 04

17 Partai Kebangkitan Bangsa 5,4102 HM. NASIR MUNIR ROWI 04

18 Partai Kebangkitan Bangsa 9,0213 MOHAMAD IMAM SUPARDI,S.Ag 05

19 Partai Kebangkitan Bangsa 6,3271 ABD. ROFIK 06

20 Partai Kebangkitan Bangsa 4,9305 AHMAD HARIYANTO, S.Sos 06

21 Partai Demokrasi Pembaruan 5,8061 NUR HASAN, S.Pd,M.Si 03

22 Partai Republika Nusantara 4,1981 R.H. ZULKIFLI, S.E. 01

23 Partai Republika Nusantara 3,8041 MAHMUDI 06

24 Partai Golongan Karya 1,8691 A. MUFID SOBAR 01

25 Partai Persatuan Pembangunan 3,4144 Drs.Ec. MUNAWAR CHOLIL 01

26 Partai Persatuan Pembangunan 3,4451 SYAIFULLAH, S.Ag. 02

27 Partai Persatuan Pembangunan 3,8414 MUSADDAT 04

28 Partai Persatuan Pembangunan 3,4892 H. MAHMUD , SE. 05

29 Partai Persatuan Pembangunan 3,3981 Drs. HOSYAN, SH. 06

30 Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia 6,4221 KH. MUKAFFI, SH.,Msi. 02

31 Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia 6,4371 SYAIFUL RIZAL FAKHAL, SH. 03

32 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 1,9731 MOHAMMAD IDRIS, SE 01

33 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 4,2151 FATKUR RAHMAN 06

34 Partai Bintang Reformasi 4,4941 H. MUKAFFI 02

35 Partai Bintang Reformasi 4,7281 Ir. H. EKA HADI PRIYANTO 04

36 Partai Bintang Reformasi 2,5041 AKHMAD SAFRUDIN 05

37 Partai Demokrat 2,6902 H.ISMAIL HASAN, BA 01

Page 312: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

PARTAI POLITIK SUARA SAH

1 2 3 6

NONO.

URUT

DCT

4

NAMA CALON TERPILIH DAPIL

5

38 Partai Demokrat 2,7085 MOCHDOR, S.Si 02

39 Partai Demokrat 4,5882 H.ABDURRAHMAN 03

40 Partai Demokrat 3,1091 Ir. RISKI 04

41 Partai Kebangkitan Nasional Ulama 1,6718 MATWAR, S.Pd 02

42 Partai Kebangkitan Nasional Ulama 2,7001 H. MUSAWWIR,SH 03

43 Partai Kebangkitan Nasional Ulama 2,5191 H. NURHASAN 04

44 Partai Kebangkitan Nasional Ulama 3,4471 SOFIULLOH SYARIP, S.PdI 05

45 Partai Kebangkitan Nasional Ulama 3,4325 USRO' UDIN, S.IP 06

Page 313: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca
Page 314: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca
Page 315: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

No.

Hasil Pemilu/

Pembaharuan

Jumlah/ Total Result of ABRI PPP Golkar PDI-P PAU PKB Demokrat P2N PKNU RPR

General Election

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1. Bangkalan 1982 8 23 11 3 - - - - - - - 45

2. Bangkalan 1987 9 17 18 1 - - - - - - - 45

3. Bangkalan 1992 9 13 22 1 - - - - - - - 45

4. Bangkalan 1997 9 15 21 - - - - - - - - 45

5. Bangkalan 1999 5 - 3 7 5 25 - - - - - 45

6. Bangkalan 2004 - 9 - - - 25 - 11 - - - 45

7. Revisi 2006 - 9 - - - 25 - 11 - - - 45

Page 316: ORANG KUAT DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32582/3/AHMAD... · Gambar III.1 Peta Madura ... konsep sistem politik baru pasca

8. Revisi 2007 - 9 - - - 25 - 11 - - - 45

9. Revisi 2008 - 9 - - - 25 - 11 - - - 45

10. Bangkalan 2009 - 5 - - - 15 4 - 7 5 9 45

Sumber Data : Sekretariat DPRD Kabupaten Bangkalan

Data Source : DPRD Secretariat of Bangkalan Regency