oral biologi 6 individu gabriela maretta 04121004063

19
ORAL BIOLOGI 6 PENGARUH STRES TERHADAP PERGERAKAN GIGI DALAM PERAWATAN ORTODONTIK DISUSUN OLEH: GABRIELA MARETTA 04121004063 DOSEN PEMBIMBING: drg. Shanty Chairani, M. Si drg. Tyas Hestiningsih

Upload: gabriela-maretta

Post on 01-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

oral biologi 6

TRANSCRIPT

ORAL BIOLOGI 6PENGARUH STRES TERHADAP PERGERAKAN GIGI DALAM PERAWATAN ORTODONTIK

DISUSUN OLEH:

GABRIELA MARETTA

04121004063

DOSEN PEMBIMBING:

drg. Shanty Chairani, M. Sidrg. Tyas HestiningsihPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015PENGARUH STRES TERHADAP PERGERAKAN GIGI DALAM PERAWATAN ORTODONTIKGabriela Maretta

Fakultas Kedokteran/Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sriwijaya

Abstract: When force is applied to a tooth during orthodontic tooth movement, mechanical stress is loaded on the alveolar bone. Alveolar bone and the periodontal ligament (PDL) are compressed on one side, while on the opposite side, the PDL is stretched. Mechanical stress on the stretched PDL induces alveolar bone modeling (surface apposition of bone), while mechanical compression gives rise to bone remodeling (the turnover of bone in small pockets. Orthodontic tooth movement is an inflammation-like process, in which inflammatory mediators play an important role. Psychological stress is one of the old warhorses of psychiatry. It has been regarded as a cause of major psychopathology and a contributor to considerable mental anguish. For centuries it has been observed that illness often follows stressful life events. The influence of psychological stress on the principal proinflammatory mediators involved in orthodontic tooth movement. psychological stress results in a decrease in IL-1 and

IL-8 levels in the wound site and reduces the number of osteoclasts at the site of tooth movement. Conclusion: The amount of orthodontic movement of teeth in rats decreased due to psychological stress.Keywords: stress; orthodontic; tooth movement; osteoclast; inflammatory mediator.PENDAHULUAN

Maloklusi merupakan suatu keadaan gigi geligi yang berada pada posisinya sedemikian rupa oleh karena adanya tekanan otot lidah, bibir, pipi dan tekanan kunyah. Jika maloklusi ini dirawat ortodontik, maka keseimbangan oklusi yang sudah ada bisa terganggu.1 Jika perawatan ortodontik tidak dilakukan hingga selesai, maka akan timbul tekanan oklusal yang tidak stabil dan akan menyebabkan kegagalan perawatan ortodontik atau relaps. Menurut sumber lain, maloklusi adalah bentuk oklusi gigi yang menyimpang dari normal. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi, tulang rahang terhadap tulang tengkorak dan otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga memberikan estetika yang baik.2Selain untuk tujuan estetis, susunan gigi yang teratur rapi juga dapat mencegah berbagai kelainan, seperti kelainan pergerakan mandibula, TMJ, kelainan sistem pengunyahan, penelanan, maupun bicara.1 Ortodontik kini secara formal didefinisikan sebagai bidang Kedokteran Gigi yang mengawasi, memandu, serta mengoreksi struktur dentofasial yang sedang tumbuh dan matang, termasuk keadaan yang memerlukan pergerakan gigi atau koreksi malrelasi dan malformasi dari struktur yang berkaitan.Gigi berjejal, tidak teratur dan gigi yang maju telah menjadi masalah bagi beberapa individu sejak zaman dahulu dan upaya untuk memperbaiki gangguan ini kembali setidaknya sampai 1000 SM. Selanjutnya seperti kedokteran gigi berkembang diabad 18 dan 19, sejumlah perangkat untuk pengaturan dari gigi digunakan oleh dokter gigi pada masa itu.3Tujuan perawatan ortodontik adalah mencapai keseimbangan yang baik antara hubungan oklusi gigi geligi, estetik wajah, stabilitas hasil perawatan dan mempertahankan hasil perawatan ortodontik dalam waktu lama. Tujuan terhadap estetika dan oklusal gigi geligi dapat tercapai, tetapi stabilitas hasil perawatan ortodontik sampai sekarang masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan.Keberhasilan dari suatu perawatan ortodontik khususnya dengan ortodontik lepasan tidak hanya bergantung dari keahlian diagnostik dari klinisi, salah satu diantaranya sangat bergantung pada pasien itu sendiri, oleh karena itu perlu sikap kooperatif dari pasien dalam menggunakan alat tersebut.1,2 Selain itu keadaan gigi geligi dari pasien, tingkat keparahan oklusi juga akan mempengaruhi hasil perawatan dan usia pun mempengaruhi keberhasilan perawatan ortodontik, seperti yang kita ketahui bahwa tulang rahang sudah terbentuk sempurna pada usia dewasa dan jika pemakaian ortodontik lepasan pada usia dewasa, mengakibatkan sulitnya terjadi perubahan yang efektif. Oleh karena itu kita perlu mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari suatu perawatan ortodontik, karena hal ini penting untuk dilakukan untuk menilai efektifitas dari perawatan tersebut. Faktor lain yaitu stres emosional yang dirasakan oleh pemakai alat ortodontik diduga memiliki pengaruh terhadap perawatan alat ortodonti seperti yang akan dilihat pengaruh stres terhadap pergerakan gigi dalam perawatan ortodontik yang dibahas dalam makalah ini.

1. PERGERAKAN GIGI

Pergerakan gigi dapat terjadi secara fisiologis dan patologis, dan kedua jenis pergerakan ini tidak diharapkan karena terjadinya pergerakan tersebut dapat diketahui bahwa keadaan gigi dan struktur jaringan pendukungnya mengalami perubahan, misalnya pada gigi yang terdapat diantara daerah diastema maka gigi tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong.3 Pergerakan gigi secara fisiologis dapat terjadi pada gigi-geligi dalam masa perkembangan yaitu bergerak ke mesial, distal, dan anterior, sebagai contoh pergerakan ke depan (anterior) dari gigi-geligi disebut migrasi mesial fisiologis. Pergerakan gigi fisiologis ini diperkirakan dapat berlangsung sepanjang hidup apabila ada kesempatan gigi-geligi untuk bergerak.

Pergerakan gigi patologis adalah berpindahnya posisi gigi akibat terganggunya keseimbangan antara faktor-faktor yang memelihara posisi gigi yang fisiologis oleh penyakit periodontal, misalnya mobiliti gigi yang menyebabkan posisi gigi berpindah dari posisi yang sebenarnya dan susunan gigi menjadi tidak teratur serta terjadinya maloklusi. Untuk mengembalikan posisi gigi agar mendapatkan oklusi yang normal maka diperlukan perawatan yang memerlukan pergerakan gigi yaitu dengan perawatan ortodonti.3,5Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik.4 Pergerakan gigi adalah basis dari perawatan ortodonti. Untuk dapat melakukan perawatan tersebut maka harus terjadi pergerakan gigi untuk mengembalikan posisi gigi yang menyimpang ke posisi yang baik sesuai dengan oklusinya, dan untuk dapat menggerakkan gigi tersebut diperlukan alat ortodonti, yang terdiri dari dua jenis yaitu alat lepasan dan alat cekat. Alat lepasan menghasilkan pergerakan gigi yang terbatas. Pada umumnya menghasilkan pergerakan tipping dari gigi, tetapi dapat juga menghasilkan pergerakan intrusi, ekstrusi dan rotasi dimana tidak seefektif dari alat cekat sedangkan pergerakan bodily atau torque sulit atau tidak mungkin dihasilkan.

Alat cekat mempunyai tiga komponen dasar yaitu bracket, archwire dan assesori. Interaksi dari ketiga komponen ini menentukan cara berfungsinya suatu alat. Faktorfaktor mekanis yang menentukan pilihan komponen alat cekat berhubungan dengan gerakan gigi yang dikehendaki. Kekuatan yang dipergunakan harus sesuai dengan kekuatan optimal yang sudah ditentukan untuk berbagai jenis pergerakan gigi.Beberapa jenis pergerakan gigi yang dapat dihasilkan dengan alat cekat antara lain:

a. Pergerakan tipping: pergerakan dimana gigi yang miring dapat digerakkan dan gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan oklusi yang harmonis sesuai dengan lengkung gigi.

b. Pergerakan rotasi: gerakan gigi berputar di sekeliling sumbu panjangnya. Gerakan ini membutuhkan aplikasi tekanan ganda.

c. Pergerakan Bodili: pergerakan translasi menyeluruh dari sebuah gigi ke posisi yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang setara.

d. Pergerakan Torque: pergerakan akar gigi dengan hanya sedikit pergerakan mahkota. Pergerakan ini mengakibatkan pada daerah tekanan akan terjadi resorpsi jaringan dan pada daerah tarikan terjadi aposisi yang menyebabkan gigi miring disekitar apeksnya.e. Pergerakan vertikal: terbagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan ekstrusi dan gerakan intrusi.72. MALOKLUSI Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi.42.1 Etiologi maloklusi

Etiologi dari maloklusi terbagi menjdi dua yaitu faktor lingkungan dan faktor lokal. Faktor lokal yang mempengaruhi terjadinya maloklusi antara lain yaitu:

1. Faktor keturunan (herediter), antara lain sebagai berikut:

Pengaruh herediter dapat bermanisfestasi dalam dua hal yaitu disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang dapat menjadi penyebab maloklusi berupa gigi berdesakan atau berupa maloklusi berupa diastema multipel.

2. Kelainan gigi

Kelainan gigi yang dapat menyebabkan maloklusi adalah kekurangan jumlah gigi, kelebihan jumlah gigi, dan kelainan bentuk atau ukuran gigi.3. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran gigi mempengaruhi panjang lengkung gigi. Laki-laki menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dalam hal lengkung gigi. Rata-rata lebar mesio distal gigi insisif anterior rahang atas dan rahang bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan. Ukuran gigi laki-laki lebih besar daripada ukuran gigi perempuan.4,5Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya maloklusi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Trauma

Terbagi menjadi trauma sebelum lahir, trauma saat dilahirkan, dan trauma sesudah lahir.

2. Gigi sulung tanggal prematur

Gigi sulung yang tanggal prematur dapat menyebabkan perubahan susunan pada gigi permanen yang nantinya akan tumbuh.

3. Persistensi gigi sulung

Persistensi gigi sulung adalah apabila gigi permanen penggati gigi sulung sudah tumbuh sedangkan gigi sulung belum tanggal padahal sudah waktunya gigi sulung untuk tanggal karena gigi penggantinya sudah tumbuh.

4. Kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi adalah kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, menghisap bibir, menggigit kuku, bernafas melalui mulut serta kebiasaan lainnya.5. Malnutrisi

Nutrisi yang baik adalah penting untuk memperoleh pertumbuhan oral yang baik. Pengambilan nutrisi atau energi yang kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan sehingga membatasi potensi pertumbuhan seseorang. 3. PENGERTIAN STRESStres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tresebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat stres tersebut.

a. Gejala Stres

Sakit kepala Susah tidur dimalam hari Cemas Sakit leher, belakang atau pundak Kelelahan yang berkelanjutan Keringat yang berlebihan Susah konsenterasi Gangguan koordinasi antara pikiran dan gerakb. Faktor Penyebab Stres

a. Faktor LingkunganMerupakan keadaan sekitar yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan tekanan dalam jangka waktu tertentu.

b. Faktor organisasiTekanan yang timbul dari pekerjaan, organisasi, maupun orang-orang disekitar yang berinteraksi dalam kehidupan sehari-sehari seseorang, dapat berupa tugas dari pekerjaan maupun masalah konflik sosial.6PENGARUH STRES TERHADAP PERGERAKAN GIGI DALAM PERAWATAN ORTODONTIK

Ketika tekanan diaplikasikan pada gigi selama pergerakan gigi dalam ortodontik merupakan tekanan mekanis yang diberikan pada tulang alveolar. Pada satu sisi tulang alveolar dan ligamen periodontal mengalami kompresi dan pada sisi yang berlawanan akan mengalami relaksasi.8 Tekanan mekanis pada ligamen periodontal yang relaksasi menginduksi modeling tulang alveolar (aposisi permukaan tulang), sementara kompresi mekanis menimbulkan remodeling tulang (penggantian dari tulang pada poket kecil).Pergerakan gigi pada perawatan ortodontik menyerupai reaksi inflamasi, dimana mediator inflamatori berperan penting. Ketika tekanan ortodontik diberikan pada gigi, sel dan pembuluh darah pada ligamen periodontal terpengaruh dan mediator kimiawi seperti prostaglandin E (PGE), interleukin 1-, oksida nitrat (NO) dan tumor necrosis factor (TNF) dilepaskan, mempengaruhi sel tulang (osteoblas dan osteoklas) lalu kemudian berkontribusi dalam pergerakan gigi ortodontik.8Berbagai macam faktor dan mediator mempengaruhi pergerakan gigi ortodontik dan berdasarkan pada beberapa tipe faktor tersebut mengakibatkan peningkatan atau penurunan tingkat pergerakan gigi. Perubahan aliran darah dalam ligamen periodontal akibat tekanan yang berkelanjutan, mengakibatkan gigi berubah posisi dalam ruang ligamen periodontal, kompresi pada beberapa daerah dalam ligamen sementara daerah lain berelaksasi. Aliran darah berkurang pada ligamen periodontal yang dirkompresi dan dalam beberapa menit utusan pertama, seperti sitokin dan prostaglandin dilepaskan, dan konsentrasi kedua yang dilepaskan adalah cAMP dan cGMP meningkat dalam 4 jam. Neuropeptida seperti substansi P, vasoaktif intestinap polipeptida (VIP), calsitonine gene-related peptide (CGRP) dan lainnya bertindak sebagai neurotransmitter pada ligamen periodontal dan membentuk hubungan antara stimulus fisik dan respon biomekanikal.

Proses inflamasi dimodulasi oleh endokrin dan mekanisme neurologis dan hormon pertumbuhan, androgens, parathormon (PTH), protein dan saraf CGRP-positif mempengaruhi mekanisme modeling dan remodeling.10 Stres psikologis merupakan salah satu dari bahasan dari psikiatri dan telah menjadi penyebab utama psikopatologi dan kontributor pada penderitaan mental yang cukup serius. Pada beberapa negara telah diobservasi bahwa penyakit ini sering diikuti oleh masa hidup yang stres.9,10 Pasien sering kali menyampaikan keluhan fungsional dan tingkat kegelisahan yang tinggi mengenai penampilan mereka selama perawatan ortodontik. Tingkat kegelisahan pasien dan orang tua yang akan memulai perawatan ortodontik terlihat tinggi. Studi penelitian menunjukkan keluhan yang paling disampaikan yaitu terganggunya berbicara, gangguan menelan, perasaan kendala lisan dan kurang percaya diri di hadapan publik. Bagaimanapun rasa sakit saat pergerakan gigi selama perawatan ortodontik, durasi perawatan dan masalah dalam masalah estetik saat pengaplikasian perawatan ortodontik lainnya yang membuat stres pasien. Terutama pada kasus gigi berjejal, maka pada awal perawatan ortodontik hubungan oklusi yang didapat belum baik (belum stabil) sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, dan juga rasa sakit dari kompresi mekanis yang diberikan pada gigi terasa sangat sakit mulai dari 24 jam hingga 2 atau 3 hari setelah pasien kontrol yang memicu stres psikologis.8,9 Stimulasi dari sistem hipotalamus-ptuitari-adernokortikal menyebabkan elaborasi dari kortikotropin (ACTH), endorphin dan glukokortikoid. Beberapa dari hormon ini telah dilaporkan memiliki efek imunopotensiasi, sedangkan yang lain terutama imunosupresif. Kortisol, salah satu glukokortikoid yang paling penting, merupakan hormon yang memproduksi korteks adrenal setelah terkena paparan oleh stres psikologis. Kortisol memiliki dampak yang besar pada metabolisme intermediari, menginduksi peningkatan konsentrasi gula darah dan mempengaruhi metabolisme lemak. Selain efek endokrinologi, kortisol memiliki sifat anti-inflamatori dan imunosupresif, menghambat pembentukan limfosit, menginduksi hiperplasia jaringan limfatik, menekan pertahanan kekebalan humoral dan mengurangi sintesis dari beberapa sitokin pro-inflamatori. Psikologis stres adalah imunosupresif yang utama. Sitokin terutama imunosupresif, menyebabkan deplesi leukosit dan perlambatan fungsinya (terutama limfosit T dan monosit) dan penurunan aktivitas sel natural killer (NK). Stres menurunkan kecepatan penyembuhan luka dengan mengganggu respon inflamatori dan mengurangi tingkat IL-1, IL-6, dan IL-8 pada daerah luka.9Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres emosional menekan respon imun dan menjadi faktor predisposisi dari penyakit periodontal. Gangguan ritme sirkadian yang disebabkan oleh stres psikologis, perjalanan atau pola tidur yang tidak teratur dapat mempengaruhi produksi osteoblas.10Karena tekanan dari ortodontik melibatkan keduanya yaitu saraf dan proses imun, dan mengenai peradangan seperti sifat pergerakan gigi dalam ortodontik, adalah mungkin bahwa stress psikologis mempengaruhi pergerakan gigi yang dirawat ortodontik.

Osteoklas ligamen periodontal berasal dari progenitor osteoklas dari sumsum tulang. Tingkat kortisol di dalam darah meningkat sebagai respon dari stres psikologis. Hormon ini mempengaruhi sistem inflamasi, mengurangi limfosit T dan jumlah monosit.8,9,10Dari penelitian terlihat bahwa stres psikologis mengakibatkan penurunan IL-1, IL-6 dan IL-8 pada daerah luka yang memperlambat penyembuhan luka. Stres psikologis juga menyebabkan penurunan jumlah osteoklas pada derah pergerakan gigi dibandinngkan dengan yang seharusnya.8Karena pergerakan gigi dalam perawatan ortodontik ini dikatakan proses seperti proses inflamasi maka dengan adanya penurunan jumlah osteoklas, IL-1, IL-6 dan IL-8 pada daerah gigi yang akan digerakkan proses modeling dan remodeling yang seharusnya terjadi agar perawatan ortodontik dapat berjalan dengan baik jadi terhambat. Hambatan ini dapat menyebabkan bertambahnya durasi perawatan ortodontik dikarenakan butuh waktu tambahan untuk mengoreksi maloklusi pasien yang dirawat ortodontik serta mengalami stres psikologis.KESIMPULANPerawatan ortodontik dapat berhasil dengan menggerakkan gigi yang akan dikoreksi agar mencapai oklusi yang baik. Pergerakkan gigi dalam perawatan ortodontik merupakan proses modeling dan remodeling, karena pada suatu daerah di ligamen periodontal mengalami kompresi sedangkan pada daerah lainnya mengalami relaksasi. Proses ini dapat tercapai melalui proses yang disebut seperti inflamasi karena yang berperan pada proses pergerakkan gigi adalah mediator inflamatori. Stres sikologis yang dialami oleh pasien ortodontik dapat dipicu oleh rasa tidak percaya diri atau malu ketika memakai pesawat ortodontik, ada pula yang mengeluh bahwa ortodontik menghambat berbicara, dan mengganggu pengunyahan. Rasa kegelisahan pasien ketika menjalani perawatan ortodontik lama kelamaan akan memicu stres psikologis pada pasien. Stres psikologis yang dirasakan pasien menyebabkan penurunan fungsi sel natural killer dan penurunan jumlah IL-1, IL-6, dan IL-8 pada daerah luka yang dapat menghambat proses pergerakan gigi. Proses inflamasi tidak dapat berjalan dengan baik, karena jumlah mediator inflamatori tidak mencukupi sehingga proses inflamasi akan lambat sembuh. Terhambatnya proses pergerakan gigi dalam perawatan ortodontik membuat pasien harus menambah durasi perawatannya agar mencapai oklusi yang baik dan mendapatkan hubungan gigi geligi yang baik. Maka dari itu sebaiknya pasien yang dirawat ortodontik tidak merasakan stres psikologis agar tidak menghambat pergerakan gigi dan dokter gigi diharapkan dapat membuat pesawat ortodontik yang baik agar tidak timbul keluhan dan rasa tidak nyaman ketika digunakan oleh pasien.DAFTAR PUSTAKA

1. Zakiah N. Bentuk dan Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG USU. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007.2. Hegner, Barbara R., 2003, Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta: EGC.3. Nelson SJ, Ash MM. Wheeler's Dental Anatomy, Physiology, And Occlusion. Missouri: Saunders, 20104. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Surabaya: Airlangga University Press; 2009, p. 8-16

5. Profit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. St Louis: Mosby Inc;2007.6. Siswanto. 2007. Buku Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta.7. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi. Ed:3. Jakarta: EGC.8. Mirzakouchaki, Behnam; Firoozi, Fazel; Shahrbaf, Shirin. Effect of psychological stress on orthodontic tooth movement in rats. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2011. Mar !;16 (2):e285-91.9. Vandevska, Vaska. Murison, Robert. Emotional stress and orthodontic tooth movement: effects on apical root resorption, tooth movement, and dental tissue expression of interleukin-1 alpha and calcitonin gene-related peptide immunoreactive nerve fibres in rats. European Journal of Orthodontics. 2010. 329-35.10. Yozgatian, Joseph. Zeredo, Jorge. Emotional Stress- and Pain-related Behaviors Evoked by experimental tooth movement. Angle Orthodontist. 2008. Vol 78. No. 3. 487-94.11