optimasi proses pengeringan simplisia kayu secang (sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak...

17
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) Tanaman secang tersebar hampir di seluruh Indonesia (Gambar 1) dan memiliki nama daerah yang berbeda-beda yaitu Seupeueng (Aceh), Sepang (Gayo dan Sasak), Sopang (Batak), Lacang (Minangkabau), Secang (Sunda, Jawa Tengah, Madura), Cang (Bali), Supa (Bima), Sepel (Timor), Hape (Sawu), Kayu Sema (Manado), Dolo (Bare), Sappang (Makassar) dan Sepang (Bugis), Sepen (Halmahera Selatan), Savala (Halmahera Utara), Sungiang (Ternate) dan Roro (Tidore) (Anonim, 2011b). Gambar 1 Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) Menurut Tjitrosoepomo (2004), taksonomi tanaman secang adalah sebagai berikut: Divisi : Spermathophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Sub class : Dialypetalae Ordo : Rosales Family : Caesalpinaceae Genus : Caesalpinia Species : Caesalpinia sappan Linn.

Upload: phamtu

Post on 03-Mar-2019

532 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.)

Tanaman secang tersebar hampir di seluruh Indonesia (Gambar 1) dan

memiliki nama daerah yang berbeda-beda yaitu Seupeueng (Aceh), Sepang

(Gayo dan Sasak), Sopang (Batak), Lacang (Minangkabau), Secang (Sunda, Jawa

Tengah, Madura), Cang (Bali), Supa (Bima), Sepel (Timor), Hape (Sawu),

Kayu Sema (Manado), Dolo (Bare), Sappang (Makassar) dan Sepang (Bugis),

Sepen (Halmahera Selatan), Savala (Halmahera Utara), Sungiang (Ternate) dan

Roro (Tidore) (Anonim, 2011b).

Gambar 1 Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.)

Menurut Tjitrosoepomo (2004), taksonomi tanaman secang adalah

sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub class : Dialypetalae

Ordo : Rosales

Family : Caesalpinaceae

Genus : Caesalpinia

Species : Caesalpinia sappan Linn.

Page 2: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

6

Tumbuhan ini berupa pohon kecil dengan tinggi 5-10 m. Permukaan batang

kasar, berduri tersebar. Daun majemuk menyirip, setiap sirip mempunyai 10-20

pasang anak daun yang berhadapan mempunyai daun penumpu. Perbungaan

tersusun tandan, bunga berwarna kuning terang. Buah polong warna hitam, berisi

3-4 biji. Banyak tumbuh di pekarangan daerah Jawa, juga dijumpai di pegunungan

berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat

alaminya, sebagian besar pohon kayu secang tumbuh pada tempat-tempat yang

berbukit dengan tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu, pada daerah dengan

ketinggian tempat rendah dan sedang. Pohon ini tidak toleran pada tanah-tanah

yang terlalu basah (Anonim, 2011a).

Pohon secang tumbuh pada lokasi-lokasi yang memiliki kisaran curah hujan

tahunan 700-4300 mm, rata-rata suhu udara tahunan adalah 24-27,5°C, dan

dengan kisaran pH tanah adalah 5-7,5. Tumbuhan ini banyak dijumpai pada

dataran rendah hingga ketinggian 1700 m dpl. Kayu secang dapat diperbanyak

menggunakan biji. Biasanya tumbuhan ini ditanam di bawah naungan di sekitar

tepi hutan. Hingga akhir abad ke 19, kayu secang telah dimanfaatkan sebagai

sumber pewarna merah utama. Namun saat ini, pemanfaatannya sebagai bahan

pewarna hanya berlangsung untuk skala kecil. Biji tumbuhan ini berfungsi sebagai

bahan sedatif, kayu dan batangnya dapat mengobati tuberkolosis, diare, dan

disentri, sedangkan daun-daunnya dapat dimanfaatkan untuk mempercepat

pematangan buah pepaya dan mangga. Tumbuhan ini memiliki daya adaptasi

terhadap lingkungan yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

penghijauan. Sedangkan di Sulawesi Selatan kayu secang (Gambar 2) dibuat

minuman seperti teh yang berkhasiat menguatkan lambung (Anonim, 2011a).

Gambar 2 Kayu Secang

Page 3: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

7

Kandungan Kimia Kayu Secang

Penyebaran metabolit sekunder pada tanaman sangat beragam baik dalam

berbagai spesies maupun organ, maka pengumpulan bahan simplisia yang tidak

teratur akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi kesehatan.

Simplisia yang berasal dari bahan liar akan mempunyai variasi yang sangat tinggi

dalam hal kandungan zat berkhasiatnya (Jokopriyambodo, 2003). Beberapa hasil

penelitian mengenai komponen bioaktif tanaman rempah dan obat, termasuk

secang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil-hasil penelitian dan pengembangan eksplorasi komponen bioaktif

tanaman rempah dan obat Jenis Tanaman Bentuk Produk Komponen Aktif Manfaat Kesehatan Jahe -

-

Ekstrak jahe

Ekstrak jahe

Gingerol, shogaol, gingeron

Gingerol, shogaol

-

-

Antioksidan

Anti-inflmasi, rematik,

artristis kronis

Antibakteri

Kekebalan tubuh

Kunyit/Temulawak - Kurkumin

Komp. Fenolik

Antihepatoksik,

antikolesterol,

Antikanker, antimutagenik

Lidah Buaya -

-

Gel lidah buaya

Gel lidah buaya

Aloin, aleat, emodin

Aloin

-

Vitamin, mineral, asam

amino

Antibiotik, penghilang

rasa sakit

Obat pencahar

Diabetes

Obat luka

Mengkudu Jus buah

Jus buah

-

Damnacantahl

-

Xeronin dan proxeronin

Antikanker

Imunomodulator,

antikanker

Aktivasi enzim,

membentuk protein

Kayu Secang -

Ekstrak secang

Ekstrak

kloroform

Brazilin

Brazilin

-

Antioksidan,

Antibakteri

Antidiare

Pala -

-

Ekstrak

kloroform

Miristicin

Eugenol

-

Hepatoprotektor

Antioksidan, aktivasi

enzim

Antidiare (Shigela,

E. coli)

* Sumber : Priatni dan Tatik (2007)

Kayu secang apabila diseduh dengan air panas menghasilkan warna merah

yang dinamakan sappanin. Batang dan daun secang mengandung alkohol, tannin,

saponin, fotosterol, asam tanat, gelatin, resin, resorsin, brazilin, brazilien, minyak

atsiri dan pigmen. Secara empiris kayu secang dapat digunakan untuk mengobati

Page 4: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

8

tuberkulosis, desentri, analgetik, penyakit kulit, desinfektan, tonikum dan rematik.

Pada umumnya penggunaan kayu secang sebagai obat dengan cara menyeduh,

sehingga kemungkinan bahan aktifnya dapat larut dalam air (Sundari et al. 1995).

Hasil penelitian Safitri (2000) dalam Priatni dan Tatik (2007) diketahui

bahwa bagian kayu secang memiliki daya peredaman radikal bebas superoksida

dan aktivitas antioksidan sebesar 100%. Studi juga mengungkapkan terdapat lima

senyawa aktif yaitu saponin, fitosterol, brazilin, tannin, flavonoid dan diantaranya

tidak hanya mampu meredam radikal superoksida, tetapi juga memberikan efek

peredaman yang sangat berarti terhadap radikal hidroksil yang lebih reaktif dan

berbahaya. Zat antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan ini bersifat labil bila

serbuk kayu secang diseduh dengan air panas, hasil seduhannya lama kelamaan

berubah warnanya menjadi semakin merah tua (Haryono, 1985).

Brazilin

Sanusi (1989) telah mengisolasi zat warna merah yang terkandung

dalam kayu secang yang dikenal sebagai senyawa golongan brazilin. Brazilin

merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur

kimianya. Berdasarkan aktivitas antioksidannya, brazilin diharapkan mempunyai

efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Selanjutnya

Lim et al. (1997) membuktikan bahwa indeks antioksidatif dari ekstrak kayu

secang lebih tinggi daripada antioksidan komersial. Penelitian lain

mengungkapkan bahwa brazilin diduga mempunyai efek anti-inflamasi

(Sukria, 1993 dalam Sundari et al. 1998).

Senyawa brazilin hanya terdapat pada tanaman brazilwood atau

Caesalpinia sp. Brazilin mempunyai aktivitas farmakologis seperti proteksi hati,

antikonvulsan, antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, antivirus,

ancomplementary, penghambat xantin oksidase, penghambat aldose reduktase,

proteksi otak (Zhao et al. 2008 dalam Hangoluan, 2011), dan yang terakhir diteliti

adalah sebagai anti jerawat. Senyawa ini merupakan komponen utama dan

merupakan senyawa penciri dari kayu secang (Batubara et al. 2010).

Brazilin (C16H14O5) merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi jika

teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah

kecoklatan dan dapat larut dalam air, dengan struktur kimia seperti yang tampak

Page 5: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

9

pada Gambar 3. Brazilin memiliki warna kuning sulfur jika dalam bentuk murni,

dapat dikristalkan, larut air, jernih mendekati tidak berwarna dan berasa manis.

Asam tidak berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi alkali dapat membuatnya

berwarna merah. Eter dan alkohol menimbulkan warna kuning pucat terhadap

larutan brazilin. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar

matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan oleh terbentuknya brazilein

(C6H12O5) (Kim et al. 1997 dalam Holinesti, 2007).

Gambar 3 Struktur kimia (a) brazilin dan (b) brazilein

(Sumber :http://edhisambada.wordpress.com)

Brazilin termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai isoflavonoid.

Pengujian terhadap ekstrak kayu secang untuk mengetahui keberadaan senyawa

flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan etanol 80% dan asam klorida

pekat dan ternyata memberikan hasil positif dengan munculnya warna kuning

kemerahan yang berarti ekstrak tersebut mengandung senyawa golongan

flavonoid (Suhartati, 1983).

Kayu secang telah digunakan sebagai komponen dalam ramuan untuk

pencegahan dan perawatan komplikasi diabetes dalam obat tradisional Korea

dan Cina. Kandungan brazilin dalam kayu secang diketahui merupakan salah

satu inhibitor dari aldose reduktase. Aldosa reduktase merupakan enzim

pertama dalam jalur Polyol yang mereduksi D-glukosa menjadi D-Sorbitol

dengan konversi NADPH dan NADP+ (Gambar 4). Jalur Polyol ini diduga

memiliki peran penting dalam perkembangan komplikasi degeneratif dari diabetes

(De La Fuente et al. 2003 dalam Wicaksono et al. 2008).

a b

Page 6: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

10

Glukosa Sorbitol Fruktosa

Gambar 4 Jalur Polyol

Telah dilaporkan juga bahwa Caesalpin P, sappanchalcone,

3-deoxysappanone, brazilin dan protosappanin yang merupakan konstituen

dari kayu secang, dapat berfungsi sebagai inhibitor aldose reduktase.

Senyawa-senyawa yang disebutkan di atas juga dilaporkan mampu memperbaiki

fungsi dari sel beta dari pulau-pulau Langerhans di pankreas yang berfungsi

dalam produksi insulin (Li WL et al. 2004 dalam Wicaksono et al. 2008).

Selain itu, brazilin yang memberikan warna merah ketika teroksidasi

(membentuk brazilein), merupakan salah satu komponen penting dari kayu

secang yang berguna untuk memperlancar peredaran darah, dan telah terbukti

secara in vitro dapat menginduksi vasorelaksasi (Hu DM et al. 2003 dalam

Wicaksono et al. 2008).

Brazilin memiliki banyak aktivitas, sehingga dapat dijadikan standar dalam

kontrol kualitas kayu secang. Untuk memenuhi kontrol kualitas kayu secang

berdasarkan senyawa penciri, digunakan brazilin (Hangoluan, 2011).

Pembuatan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum)

Simplisia sebagai bahan baku obat tradisional sangat berperan dalam

kaitannya dengan mutu suatu produk. Rendahnya kualitas simplisia tanaman

obat lebih banyak disebabkan pada saat penanganan pasca panen, proses

pengeringan bahan dan kondisi penyimpanan. Simplisia tanaman obat yang telah

terkontaminasi bakteri dan kapang dapat terbawa sampai pada produk olahannya

yang kemungkinan dapat menyebabkan rusaknya komponen kimia yang

berkhasiat dan dapat juga menghasilkan toksin yang sangat membahayakan

kesehatan (Chosdu et al. dalam Katno, 1999).

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut:

pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, sortasi kering,

pengepakan, penyimpanan, dan pemeriksaan mutu. Kadar senyawa aktif dalam

Aldose reduktase Sorbitol dehidrogenase

NADPH NADP+ NAD+ NADH

Page 7: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

11

suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada: bagian tanaman yang

digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, dan

lingkungan tempat tumbuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Panen

Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya

tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen

merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil

tanaman. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang

berbeda. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki

waktu panen yang berbeda meskipun jenis tanamannya sama. Pemanenan kayu

dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara

maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman

dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru

dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu

muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit

(Sembiring, 2007).

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Senyawa aktif terbentuk secara

maksimal di dalam bagian tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen

yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.

Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi

hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu

dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia

terhadap panas sinar matahari. Panen dapat dilakukan dengan tangan,

menggunakan alat atau menggunakan mesin. Alat atau mesin yang digunakan

untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya

tidak digunakan bila akan merusak senyawa aktif simplisia seperti fenol,

glikosida, dan sebagainya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 8: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

12

Tabel 2 Bagian tanaman, cara pengumpulan, kadar air simplisia No Bagian Tanaman Cara Pengumpulan Kadar Air Simplisia

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Kulit batang

Batang

Kayu

Daun

Bunga

Pucuk

Akar

Rimpang

Buah

Biji

Kulit buah

Bulbus

Dari batang utama dan cabang,

dikelupas dengan ukuran panjang

dan lebar tertentu; untuk kulit

batang mengandung minyak atsiri

atau golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan

logam.

Dari cabang, dipotong-potong

dengan panjang tertentu dan

diameter cabang tertentu.

Dari batang atau cabang, dipotong

kecil atau diserut (disugu) setelah

dikelupas kulitnya.

Tua atau muda (daerah pucuk),

dipetik dengan tangan satu persatu.

Kuncup atau bunga mekar atau

mahkota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan.

Pucuk berbunga; dipetik dengan

tangan (mengandung daun muda

dan bunga).

Dari bawah permukaan tanah,

dipotong-potong dengan ukuran

tertentu.

Dicabut, dibersihkan dari akar;

dipotong melintang dengan

ketebalan tertentu

Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.

Buah dipetik; dikupas kulit buahnya

dengan mengupas menggunakan

tangan, pisau, atau menggilas, biji

dikumpulkan dan dicuci.

Seperti biji, kulit buah dikumpulkan

dan dicuci.

Tanaman dicabut, bulbus dipisah

dari daun dan akar dengan

memotongnya, dicuci.

10 %

10 %

10 %

5 %

5 %

8 %

10 %

8 %

8 %

10 %

8 %

8 %

* Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985.

Pada waktu panen, peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan

bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Bahan yang rusak atau busuk harus

segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong,

karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk

dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan

tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan terjadinya proses

fermentasi/busuk. Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang,

tikus dan binatang peliharaan) (Sembiring, 2007).

Page 9: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

13

Pasca Panen

Beberapa proses pasca panen yang dilakukan dalam pembuatan

simplisia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1985) adalah

sebagai berikut:

1. Penyortiran Basah

Penyortiran basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang

terbuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,

rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya harus

dibuang. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan bahan organik asing tidak

lebih dari 2%.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang

melekat pada bahan simplisia menggunakan air bersih. Bahan simplisia yang

mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pada simplisia batang dapat pula

dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal

karena sebagian besar jumlah mikroba. Bahan yang telah dikupas tersebut tidak

memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan tepat dan bersih.

3. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan

bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan

dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi

dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari untuk mengurangi pewarnaan akibat

reaksi antara bahan dan logam pisau. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,

dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan

dengan ukuran yang dikehendaki seperti pada Gambar 5.

Page 10: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

14

Gambar 5 Berbagai bentuk simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

(Sumber: Materia Medika Indonesia, 1977)

Setelah dicuci, dibersihkan, dan dijemur, simplisia lalu dipotong-potong

kecil ukuran 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis

simplisia). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses pengeringan

kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap, perajangan tidak boleh

terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat aktif.

Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah

berjamur (Ritrum Center, 2011).

4. Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan

dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat

terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah

rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Dalam proses ini, kadar air dan

reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu

pengeringan perlu diperhatikan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara

40-600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang

mengandung kadar air 10%. Di samping menggunakan sinar matahari langsung,

penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu

40-500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu

sekitar 8 jam, dibandingkan dengan sinar matahari yang membutuhkan waktu

lebih dari 1 minggu (Sembiring, 2007).

Page 11: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

15

5. Penyortiran Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang

masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum

simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal,

sortasi di sini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Setelah penyortiran,

simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen

yang dilakukan (Sembiring, 2007).

6. Pengemasan

Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia

yang dapat mengakibatkan pemunduran mutu, sehingga simplisia bersangkutan

tidak lagi memenuhi syarat yang diperlukan atau yang ditentukan. Oleh karena itu

pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat

mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan

pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu,

serta cara pengawetannya. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia

harus dikeringkan dahulu sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi

dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan.

7. Penyimpanan

Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan

simplisia rusak karena dimakan kutu atau ngengat. Biasanya jenis serangga

tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Penyimpanan simplisia dapat

dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat

penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi

harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Jadi

sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhatikan adalah cara penanganan

yang tepat dan higienis.

Teori Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum)

Penanganan pasca panen merupakan suatu langkah yang sangat penting

guna mendapatkan simplisia yang baik. Salah satu langkah pasca panen yang

perlu diperhatikan pula ialah cara pengeringan. Pengeringan suatu hasil panen

Page 12: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

16

merupakan suatu langkah untuk mendapatkan bahan simplisia yang

penggunaannya masih ditangguhkan. Pengeringan dapat dilakukan secara alamiah

(sinar matahari dan diangin-anginkan pada ruangan terbuka) dan buatan

(dengan oven) (Sutjipto, 1995).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah

suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas

permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan

menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,

faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering

yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Suhu pengeringan

tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia

dapat dikeringkan pada suhu 30oC sampai 90

oC, tetapi suhu yang terbaik adalah

tidak melebihi 60oC (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Ada beberapa sifat kayu yang diduga mempunyai hubungan erat dengan

sifat pengeringannya. Pengeringan kayu terutama dipengaruhi oleh kerapatan,

ukuran dan frekuensi jari-jari kayu. Ada kecenderungan yang kuat bahwa kayu

yang berat atau berkerapatan tinggi akan mengering lebih lambat dan sehubungan

dengan cacat-cacat pengeringan lebih problematis dibanding dengan kayu

yang ringan. Karena itu pada pengeringan kayu yang berat digunakan bagan

pengeringan yang lunak (suhu dan gradient pengeringan yang rendah)

(Budiarso, 1997).

Hasil penelitian Sukaton (1999) pada pengukuran kadar air awal dari

beberapa jenis kayu menunjukkan bahwa kayu-kayu memiliki kadar air awal yang

bervariasi atau tidak seragam. Ketidakseragaman kadar air awal merupakan hal

yang wajar dan tidak dapat dihindarkan karena pengambilan sampel dilakukan

secara acak dari tumpukan kayu yang mungkin berasal dari pohon atau bagian

batang yang berlainan. Selain disebabkan oleh asal potongan kayu yang berbeda,

variasi kadar air awal kayu juga dapat disebabkan oleh perbedaan waktu tunggu

yaitu selang waktu antara proses penggergajian dan pelaksanaan pengeringan.

Kayu-kayu yang lebih dahulu digergaji mempunyai kadar air yang lebih rendah

dibandingkan kayu yang baru saja digergaji, karena kayu yang lebih dahulu

digergaji dan ditumpuk selama masa tunggu lebih banyak mengalami penurunan

Page 13: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

17

kadar air. Kayu yang terletak di pinggir tumpukan mempunyai kadar air yang

lebih rendah daripada kayu yang terletak di tengah tumpukan karena kayu-kayu

yang terletak di pinggir tumpukan relatif lebih mudah mengering akibat

berhubungan langsung dengan udara luar.

Gradient pengeringan (GP) adalah bilangan yang menyatakan tingkat

kekerasan dari suatu proses pengeringan dan merupakan perbandingan antara

kadar air kayu saat itu terhadap kadar air keseimbangan yang telah ditentukan

pada saat yang sama. Makin besar nilai GP makin keras proses pengeringan.

Setiap potong kayu baik dari jenis yang berbeda maupun dari jenis yang sama

mempunyai penurunan kadar air yang berbeda, artinya mempunyai kecepatan

pengeringan atau kemampuan yang berbeda untuk menyesuaikan dengan kadar air

keseimbangan yang diatur pada setiap tahapan proses pengeringan buatan. Ada

beberapa faktor menurut Sukaton (1999) yang menyebabkan hal tersebut terjadi

yaitu: (1) kayu berasal dari jenis kayu yang berbeda atau dari jenis yang sama dan

berasal dari pohon atau bagian batang yang berbeda, mempunyai perbedaan dalam

banyak hal seperti kerapatan, kandungan komponen kimia (misalnya kandungan

zat ekstraktif) dan struktur anatomi kayunya dan (2) kayu yang dikeringkan

kemungkinan mempunyai pola penggergajian yang berbeda.

Perbedaan nilai rataan kadar air akhir dan gradient kadar air juga tampak

pada jenis kayu yang sama dengan tebal berbeda. Hal ini karena pada kondisi

yang sama, air pada kayu yang tebal memerlukan waktu yang lebih lama untuk

bergerak dari dalam ke permukaan kayu daripada kayu yang lebih tipis. Sehingga

kayu yang tipis akan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi iklim (kadar air

keseimbangan), sementara pada saat yang sama kayu yang tebal kadar air

rataannya masih jauh di atas kadar keseimbangan (Sukaton, 1999).

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan suatu cara pengeringan yang

sangat ekonomis, namun untuk bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri bila

dikeringkan dengan sinar matahari dapat rusak dan bahan-bahan tersebut biasanya

dikeringkan dengan diangin-anginkan. Pengeringan suatu bahan dengan jalan

diangin-anginkan juga mengandung resiko karena ada bahan-bahan tertentu bila

dikeringkan dengan diangin-anginkan akan mudah rusak sebelum kering (busuk

atau berjamur) (Sutjipto, 1995).

Page 14: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

18

Pemutuan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum)

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau

pembeliannya dari pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus

berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum. Agar selalu diperoleh

simplisia dengan mutu yang baik, sebaiknya disediakan contoh untuk tiap-tiap

simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi persyaratan yang dapat

digunakan sebagai simplisia pembanding. Contoh simplisia pembanding tersebut

disimpan secara khusus agar mutunya terjaga, dan tiap jangka waktu tertentu

diperiksa kembali mutunya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Dalam perdagangan tidak selalu mungkin untuk memperoleh simplisia

yang murni; bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah yang sangat kecil

dalam simplisia atau yang ditambahkan/dicampurkan, pada umumnya

tidak merugikan. Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan

atau kotoran hewan; tidak boleh menyimpang bau dan warnanya; tidak boleh

mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda

pengotor lain; dan tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau

berbahaya (Materia Medika Indonesia, 1977).

Persyaratan mutu simplisia kayu secang (Sappan Lignum) yang telah

tercantum di buku Materia Medika Indonesia Jilid I terbitan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Standar mutu simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

Parameter Standar

Kadar air

Kadar abu

Kadar abu yang tidak larut dalam asam

Kadar sari yang larut dalam air

Kadar sari yang larut dalam etanol

Bahan organik asing

10-12%

< 2 %

< 0,5 %

> 2 %

> 1 %

< 2 %

* Sumber : Materia Medika Indonesia Jilid I, 1977.

Semua paparan yang tertera dalam persyaratan simplisia, kecuali tentang isi

dan penggunaan, merupakan syarat baku bagi simplisia yang bersangkutan. Suatu

simplisia tidak dapat dinyatakan bermutu Materia Medika Indonesia jika tidak

Page 15: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

19

memenuhi syarat baku tersebut. Syarat baku yang tertera dalam Materia Medika

Indonesia berlaku untuk simplisia yang akan dipergunakan untuk keperluan

pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang dipergunakan untuk keperluan

lain yang dijual dengan nama yang sama (Materia Medika Indonesia, 1977).

Response Surface Methods

Optimasi bertujuan meminimumkan usaha yang diperlukan atau biaya

operasional dan memaksimumkan hasil yang diinginkan. Jika usaha yang

diperlukan atau hasil yang diharapkan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari

sebuah keputusan, maka optimasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian

kondisi maksimum atau minimum dari fungsi tersebut. Optimasi pada salah satu

atau seluruh aspek produk adalah tujuan dalam pengembangan produk. Hasil

evaluasi sensori sering digunakan dalam menentukan apakah produk optimum

yang telah dikembangkan adalah benar (Ma’arif et al. 1989).

Design Expert 8.0®

merupakan piranti lunak yang menyediakan rancangan

percobaan (design of experiment) untuk melakukan optimasi rancangan produk

dan proses. Menurut Anonim (2006), program komputer ini memberikan beberapa

rancangan statistik yang digunakan di dalam proses optimasi seperti:

a. Factorial design, digunakan untuk mengidentifikasi faktor vital yang

mempengaruhi proses dan pembuatan produk di dalam percobaan sehingga

dapat memberikan peningkatan.

b. Response surface methods, digunakan untuk menentukan proses yang paling

optimal sehingga diperoleh hasil yang paling optimum.

c. Mixture design techniques, digunakan untuk menentukan formula yang optimal

di dalam formulasi produk.

d. Combined designs (combine process variables, mixture components, and

categorical factors) digunakan untuk penentuan optimasi proses dan formulasi

di dalam pembuatan produk.

Dalam penentuan model, modifikasi terhadap model dapat memberikan

hasil yang lebih baik. Modifikasi model dilakukan dengan cara menghilangkan

komponen atau hubungan antara komponen yang tidak diinginkan (reduksi

model). Komponen yang dihilangkan adalah komponen yang dianggap tidak

signifikan secara statistik terhadap respon. Untuk menentukan signifikansi model,

Page 16: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

20

ditentuan nilai αout yang menjadi pembatas. Jika komponen dianggap tidak

signifikan berdasarkan nilai αout yang telah ditentukan, maka komponen tersebut

akan dihilangkan dari model.

Reduksi model dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tiga tipe reduksi

model yang paling mendasar yaitu:

a. Step-wise regression: kombinasi dari forward dan backward regressions.

Komponen ditambahkan, dihilangkan, atau diganti dalam setiap langkah

reduksi model.

b. Backward elimination: komponen dihilangkan dalam setiap langkah

reduksi model.

c. Forward selection: komponen ditambahkan dalam setiap langkah

reduksi model.

Metode backward elimination dianggap sebagai pilihan yang terbaik dalam

melakukan reduksi model algortima karena semua komponen dalam model akan

diberikan kesempatan untuk diikutkan di dalam model. Metode step-wise dan

forward selection dilakukan dengan menggunakan model inti minimal sehingga

beberapa komponen tidak pernah diikutkan dalam model.

Secang Celup

Secara prinsip, proses produksi secang celup sama dengan proses produksi

teh celup sesuai dengan jenis teh yang diperlukan. Perbedaan hanya terletak

pada bentuk atau ukuran teh yang digunakan, dimana pembuatan teh celup

sebenarnya dilakukan dengan menggunakan proses pengepakan dari proses

produksi teh dasar. Dalam proses produksi teh celup, teh yang digunakan adalah

teh yang telah dipotong-potong dengan ukuran kecil dan halus yang berbeda

dengan apa yang disebut dengan Tea Dust. Tea Dust adalah teh yang berkualitas

rendah karena merupakan sisa-sisa dari teh remukan, sedangkan teh celup adalah

teh yang secara sengaja dipotong-potong hingga ukurannya halus. Proses

pengolahan teh celup secara umum sama dengan pengolahan daun teh pada

umumnya yaitu pelayuan, penggulungan, fermentasi dan pengeringan

(Kotscheven. 1975 dalam Sudarmadji, 1997)

Page 17: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon kayu

21

Teh celup ini biasanya dibuat dari pencampuan antara dua komponen yaitu

komponen pengisi dan komponen utama. Komponen utama merupakan teh

bermutu baik dari jenis peco fanning (daun pucuk ditambah 2 daun di bawahnya)

atau orange peco (daun pucuk ditambah satu daun di bawahnya). Mutu bahan

utama ini menentukan kekuatan seduhan yaitu warna coklat cerah khas teh,

sedangkan komponen pengisi berasal dari teh bermutu rendah seperti dust

(teh hitam yang dihasilkan dari daun teh yang tua dan mengandung hancuran

tangkai daun) yang berfungsi menentukan rasa dan warna seduhan teh. Setelah

melalui proses pencampuan bahan-bahan tersebut di atas, teh yang dihasilkan

kemudian dikemas. Pengemasan teh celup dilakukan dengan menggunakan bahan

pengemas primer dari kertas chronton, yang diberi benang dan dibungkus lagi

dengan kemasan sekunder dari bahan karton atau aluminium foil. Di perusahaan

besar, proses pengemasan ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan

mesin pengemas teh celup (Husman. 1995 dalam Slamet, 1997).