optimasi crude oil dan gross margin untuk meningkatkan produksi dengan metode linier...

66
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri diseluruh dunia yang semakin maju pesat dan tuntuan dunia industri yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi setiap perusahaan untuk tetap eksis serta berkembang sesuai dengan kebutuhan yang semakin beragam. Saat ini, memperdalami teoritis tidaklah cukup seiring dengan kemajuan dunia industri maka diperlukan pembelajaran secara aplikatif dan langsung terhadap perusahaan industri. Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) merupakan salah satu mata kuliah pilihan di Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang, sebagai sarana untuk latihan mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu dengan kerja praktik akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai masalah, Berdasarkan hal diatas maka dibutuhkan suatu instansi yang mampu menunjang kegiatan mahasiswa tersebut serta bersedia untuk memberikan bimbingan dalam pelaksanaan KKN-P. PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan salah satu kilang pengolahan minyak di Indonesia yang memiliki berbagai jenis proses pengolahan minyak dan system produksi yang berkaitan dengan penerapan ilmu di bidang Teknik Industri. Sehingga, PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam melakukan kegiatan KKN-P. PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memberikan kesempatan pada mahasiswwa untuk mengetahui proses-proses produksi yang dilakukan untuk mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi finished product yang siap untuk dijual. Dari kegiatan KKN-P di Pertamina (Persero) RU VI Balongan, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman berharga yang bisa digunakan untuk bekal dalam menghadapi dunia perkerjaan. 1.2 LINGKUP OBSERVASI Lingkup observasi pada kegiatan KKN-P adalah pada Divisi Refinery Planning & Optimization atau RPO dimana memiliki fungsi utama untuk melakukan pengelolaan, pengorganisasian serta pengendalian kegiatan perencanaan dan supply chain bahan baku dan produk Kilang RU VI Balongan secara efektif dan efisien sehingga Kilang mampu

Upload: mirawey

Post on 15-Apr-2016

316 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Studi Kasus pada PT. Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat

TRANSCRIPT

Page 1: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan industri diseluruh dunia yang semakin maju pesat dan tuntuan dunia

industri yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi setiap perusahaan untuk

tetap eksis serta berkembang sesuai dengan kebutuhan yang semakin beragam. Saat ini,

memperdalami teoritis tidaklah cukup seiring dengan kemajuan dunia industri maka

diperlukan pembelajaran secara aplikatif dan langsung terhadap perusahaan industri.

Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) merupakan salah satu mata kuliah pilihan di

Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang, sebagai sarana untuk latihan

mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.

Selain itu dengan kerja praktik akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal

yang berkaitan dengan berbagai masalah,

Berdasarkan hal diatas maka dibutuhkan suatu instansi yang mampu menunjang

kegiatan mahasiswa tersebut serta bersedia untuk memberikan bimbingan dalam

pelaksanaan KKN-P. PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan salah satu

kilang pengolahan minyak di Indonesia yang memiliki berbagai jenis proses pengolahan

minyak dan system produksi yang berkaitan dengan penerapan ilmu di bidang Teknik

Industri. Sehingga, PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan salah satu

pilihan yang tepat dalam melakukan kegiatan KKN-P. PT Pertamina (Persero) RU VI

Balongan memberikan kesempatan pada mahasiswwa untuk mengetahui proses-proses

produksi yang dilakukan untuk mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi finished

product yang siap untuk dijual. Dari kegiatan KKN-P di Pertamina (Persero) RU VI

Balongan, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman berharga yang bisa digunakan

untuk bekal dalam menghadapi dunia perkerjaan.

1.2 LINGKUP OBSERVASI

Lingkup observasi pada kegiatan KKN-P adalah pada Divisi Refinery Planning &

Optimization atau RPO dimana memiliki fungsi utama untuk melakukan pengelolaan,

pengorganisasian serta pengendalian kegiatan perencanaan dan supply chain bahan baku

dan produk Kilang RU VI Balongan secara efektif dan efisien sehingga Kilang mampu

Page 2: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

2

beroperasi utuk menghasilkan produk BBM, BBK, dan NBBM sesuai kuantitas dan

kualitas yang direncanakan dan memberikan Gross Margin yang optimum. RPO

membawahi tiga bagian yang mendukung kegitan produksi pada PT. Pertamina

Refinery Unit VI Balongan yaitu Refinery Planning, Supply Chain and Distribution,

Budget & Performance.

1.3 MANFAAT KULIAH KERJA NYATA-PRAKTEK

1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa

1 Mahasiswa dapat menerapkan ilmu teknik industri yang selama ini didapatkan pada

masa perkuliahan pada dunia kerja.

2 Menguji kemampuan penerapan ilmu teknik industri dan teknologi yang telah

diperoleh.

3 Memberikan informasi pada mahasiswa mengenai keadaan dunia kerja sebenarnya

untuk mempersiapkan diri.

4 Memahami etika dan profesionalisme dalam dunia kerja.

1.3.2 Manfaat bagi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

1. Hasil analisis dari peserta KKN-P dapat menjadi masukkan bagi perusahaan dalam

mengembangkan proses bisnis yang dimilikinya.

2. Menjembatani hubungan kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) RU VI

Balongan dengan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.

1.3.2 Manfaat bagi Universitas Brawijaya

1. Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan instansi atau lembaga yang

bersangkutan dalam bidang penelitian maupun ketenagakerjaan.

2. Sebagai evaluasi di bidang akademik untuk mengembangkan mutu pendidikan

seiring dengan perkembangan ilmu khususnya di bidang teknik industri.

Page 3: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

3

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 PT. PERTAMINA (PERSERO)

2.1.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero)

PT Pertamina (Persero) merupakan satu-satu perusahaan BUMN (Badan Usaha

Milik Negara) di Indonesia yang diberikan wewenang untuk mengelola sumber daya

minyak, gas, dan panas bumi yang terdapat di Indonesia. Kegiatannya sendiri meliputi

kegiatan eksploitasi, produksi, pengolahan, transportasi hingga proses pemasaran

produk jadi.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.

Eksploitasi Tambang Minyak Sumatra (PT. Emitsu) yang dipimpin oleh Kol. Dr. Ibnu

Sutowo sebagai Presiden Direktur. Pada tanggal 24 April 1958 perusahaan ini baru

disahkan oleh Menteri Kehakiman. Tujuan utama didirikan perusahaan ini adalah untuk

memenuhi aspirasi yang berkembang di masyarakat pasca berakhirnya pemerintahan

kolonialisme, yaitu perlindungan terhadap aset Negara Keasatuan Republik Indonesia

(NKRI) berupa kekayaan sumber daya alam yang ditambang dan intervensi asing yang

merugikan Negara. Namun, untuk memberikan keleluasaan yang lebih pada pihak

manajemen, maka lingkup kerja perusahaan diperluas hingga seluruh Indonesia.

Perusahaan lalu berganti nama menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas

Bumi Negara (Pertamina). Hingga pada tanggal 23 November 2011, pemerintah

menerbitkan ketentuan baru mengenai perminyakan, yaitu Undang-Undang Republik

Indonesia No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Negara (UU Migas).

Dengan keluarnya UU Migas, maka Pertamina dialihkan bentuknya menjadi PT

Pertamina (Persero) pada tanggal 18 Juni 2003 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara menjadi Perusahaan Terbatas

(Persero).

Tugas utama PT Pertamina (Persero) dalam mengelola kegiatan di bidang industri

perminyakan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan dan menjamin kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas di

seluruh Indonesia.

Page 4: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

4

2. Sebagai sumber devisa Negara.

3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus alih teknologi dan pengetahuan.

Dengan demikian untuk menjamin pengadaan dan penyaluran minyak dan gas

dalam jumlah yang memenuhi permintaan dengan kualitas yang sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan PT Pertamina (Persero) membangun beberapa unit

pengolahan minyak di beberapa daerah di Indonesia.

Unit pengolahan minyak (Refinery Unit) atau kilang yang dimiliki oleh PT

Pertamina (Persero) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Unit Pengolahan Minyak (Refinery Unit) atau kilang PT Pertamina (Persero)

No Nama Lokasi

Kapasitas BPSD

(barrel per stream

day)

Keterangan

1 RU I Pangkalan Brandan 5,000 Ditutup Januari 2007

2 RU II Dumai dan Sungai Pakning 170,000 Aktif

3 RU III Plaju dan Sungai Gerong 135,700 Aktif

4 RU IV Cilacap 348,000 Aktif

5 RU V Balikpapan 260,000 Aktif

6 RU VI Balongan 125,000 Aktif

7 RU VII Kasim-Sorong 10,000 Aktif

2.1.2 Visi, Misi, Slogan, dan Logo PT. Pertamina (Persero)

Dalam peranannya sebagai elemen penting dalam pemenuhan kebutuhan BBM di

Indonesia, PT. Pertamina (Persero) mempunyai visi dan misi, yaitu:

Visi :

โ€œMenjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.โ€

Misi :

โ€œMenjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara

terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.โ€

Pertamina juga memiliki slogan yaitu โ€œSemangat Terbarukanโ€. Slogan ini

diharapkan dapat mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap

entrepreneurship dan customer oriented yang terkait dengan persaingan yang sedang

dan akan dihadapi perusahaan.

Selama 37 tahun (20 Agustus 1968-1 Desember 2005) orang mengenal logo kuda

laut sebagai identitas PT. Pertamina. Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah

disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat

Page 5: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

5

pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo lama PT Pertamina

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Logo Lama PT. Pertamina

Logo baru Pertamina sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan

terhitung mulai tanggal 10 Desember 2005. Selama masa transisi, lambang/tanda

pengenal PT. Pertamina masih dapat dipergunakan. Logo baru PT Pertamina dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Logo Baru PT. Pertamina

Arti Logo :

1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi

bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif.

2. Warna โ€“ dinamis dimana:

a. Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan

b. Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan

c. Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

menghadapi berbagai macam kesulitan

2.2 PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN

2.2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Refinery Unit VI adalah salah satu unit operasi Kilang PT. Pertamina (Persero)

yang mengolah minyak dan gas bumi menjadi produk BBM (Bahan Bakar Minyak),

Page 6: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

6

Non BBM, dan Petrokimia. RU VI memiliki dua lokasi Kilang, yaitu Kilang Balongan

dan Kilang Produksi LPG Mundu (LPM) dengan wilayah operasi di Balongan, Mundu,

dan Salam Darma. RU VI Balongan digabung sejak tahun 1990 dan mulai beroperasi

tahun 1994 sampai dengan sekarang. Bahan baku yang diolah oleh Kilang PT.

Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan adalah minyak mentah (Crude oil) Duri

dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau. Keberadaan PT. Pertamina (Persero)

Refinery Unit VI Balongan sangat strategis bagi bisnis PERTAMINA maupun bagi

kepentingan nasional.

Start Up Kilang PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan dilaksanakan pada bulan

Oktober 1994, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995.

Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995)

dikarenakan unit Residue Catalytic Cracking (RCC) di kilang mengalami kerusakan.

Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang Pertamina RU-VI karena merupakan

unit yang merubah residu menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Kapasitas unit ini

merupakan yang terbesar didunia untuk saat ini. Kilang RU-VI Balongan memiliki

beberapa keunikan dan keunggulan, antara lain:

1. Dirancang dengan Engineering adecuacy yang memenuhi kebutuhan operasional

dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya

parameter operasional telah dicapai rata-rata berada di atas unjuk kerja yang

dirancang.

2. Merupakan unit RCC terbesar di dunia saat ini.

3. Fitur dari unit proses RCC baik berupa kemampuan peralatan untuk mendukung

pola operasi beyond design ataupun field product yang dihasilkan merupakan

produk konsep rekayasa dan rancang bangunnya optimal.

4. Fleksibilitas feed yang tinggi terutama Unit CDU, yaitu rata-rata rasio feed crude

pada saat ini Duri : Minas = 50 : 50 dibanding desain awal (80:20), sedangkan Unit

RCC yang menyesuaikan kapasitas rasio feed dapat dioperasikan, yaitu AR :

DMAR = 45 : 55 dibandingkan dengan desain awal35 : 65.

5. Peralatan utama Unit RCC, yaitu Main Air Blower dan Wet Gas Compressoryang

dioperasikan untuk menunjang operasi Unit RCC kapasitas 115%.Rancangan

konsep CO Boiler merupakan pertama di dunia yang memiliki tigafungsi, yaitu :

sebagai CO Boiler, auxiliaries boiler dan waste heat boiler.

Page 7: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

7

6. Kilang Langit Biru Balongan (KLBB) merupakan satu-satunya kilang di Indonesia

sebagai penghasil produk Migas dengan nilai oktan tinggi dan ramah lingkungan

yaitu HOMC (High Octan Mogas Component).

2.2.2 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Pabrik PT. Pertamina (Persero) RU-VI didirikan di Balongan, yang merupakan

salah satu daerah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Untuk penyiapan

lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut

yang diambil dari pulau Gosong Tengah. Pulau ini berjarak +70 km arah bujur timur

dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan ini dikerjakan dalam waktu empat bulan.

Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan

kapal yang selanjutnya di pompa ke kilang. Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU VI

Balongan dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224

buah sumur berhasil digali dan yang berhasil diproduksi adalah sumur Jatibarang,

Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai.

Sedangkan produksi migasnya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau

Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot

UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan

bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.

Area kilang terdiri dari :

Page 8: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

8

a. Sarana Kilang: 250 ha daerah kontruksi kilang dan 200 ha daerah penyangga

b. Sarana Perumahan: 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya

faktor pendukung, antara lain :

a. Bahan Baku

Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

adalah:

1. Minyak mentah Duri, Minas, Jatibarang, Tiung Biru, Amna, LSWR, Mudi,

Banyu Urip, Arjuna, Azeri, Nile Blend, Lalang, Sarir, Xijiang, Wenchang,

Bacho, dan Cinta.

2. Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard

Cubic Feet per Day (MMSCFD).

b. Air

Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih

65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi

dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.500 m3 serta

kecepatan maksimum 1.600 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat

exchangers (sebagai pendingin), air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam

pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem

wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini.

c. Transportasi

Lokasi kilang RU-VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepaspantai utara

yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil

produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah

fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan

produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan

jalur pipa minyak. Fasilitas untukpembongkaran peralatan dan produk (propylene)

maupun pemuatan propylenedan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan

jetty facilities.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipakai di PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan terdiri dari

dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang

Page 9: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

9

Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill sehingga meningkatkan taraf

hidup masyarakat sekitar. Sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk

proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. Pertamina (Persero) yang telah

berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.

2.2.3 Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Visi, moto dan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan telah dirumuskan dan

disahkan melalui Surat Keputusan General Manajer yang dijadikan acuan oleh seluruh

pegawai Pertamina Balongan.

a. Visi

โ€œMenjadi kilang terkemuka di Asia tahun 2025.โ€

Dengan penekanan pada kata kilang dan unggulan yang bermakna sebagai berikut :

Kilang bermakna mengolah bahan baku minyak bumi menjadi produk BBM dan

non BBM.

Terkemuka bermakna masuk dalam nominasi kelompok kilang terbaik di dunia,

unggul dalam segala aspek bisnis yaitu lebih aman, andal, efisien, professional,

maju, berdaya saing tinggi, bermutu internasional, berwawasan lingkungan dan

mampu menghasilkan laba sebesar-besarnya

b. Misi

1. Mengolah crude dan naphtha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu,

NBBM, dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu, dan berorientasi laba

serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,

andal, efisien serta berwawasan lingkungan.

3. Mengelola aset RU VI secara profesional yang didukung oleh sistem

manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan,

kepercayaan dan prinsip bisnis saling menguntungkan.

c. Motto

โ€œMeraih keunggulan komparatif dan kompetitif.โ€

1. Meraih, menunjukkan upaya maksimum yang penuh dengan ketekunan dan

keyakinan serta profesionalisme yang penuh dengan ketakunan dan keyakinan

serta profesionalisme untuk PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan.

Page 10: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

10

2. Keunggulan kompratif, keunnggulan dasar yang dimiliki PT Pertamina

(Persero) RU VI Balongan dibandingkan dengan kilang sejenis, yaitu lokasi

yang strategis karena dekat dengan pasar BBM dan non-BBM.

3. Keunggulan kompetitif, keunggulan daya saing terhadap kilang sejenis dalam

hal efisiensi, mutu, produk, dan harga.

d. Logo

Oleh karena ciri utama tersebut, RU-VI Balongan mengambil logo berbentuk

reactor dan regenerator. Logo PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat dilihat

pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan

Logo PT. Pertamina (Persero) RU-VI merupakan hasil lomba dan design original

oleh sdr. H.M.Thamrin, SA dengan Nomor Pekerja 284742, Pekerja bagian fasilitas

Engineering. Logo tersebut memiliki makna sebagai berikut:

1. Lingkaran: Mencerminkan PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan fokus ke

bisnis inti dan sinergi.

2. Gambar: Konstruksi regenerator dan reactor di unit RCC yang mendai ciri khas dari

PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan.

3. Warna:

a. Hijau: Berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup

b. Putih: Berarti bersih, profesional, inivatif, dan diamis dalam setiap tindakan

yang berdasarkan kebenaran.

c. Biru: Berarti loyal kepada visi PT. Pertamina (Persero) RU-VI.

d. Kuning: Berarti keagungan PT. Pertamina (Persero) RU-VI.

Page 11: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

11

2.2.4 Proyek dan Konstruksi

Proyek kilang Balongan semula dinamakan EXOR-I. Setelah beroperasi, namanya

berubah menjadi kilang BBM Pertamina Balongan dan merupakan unit pengolahan VI

yang dimiliki PT. Pertamina. Teknologi proses yang dipilih ditujukan untuk

memproduksi premium, kerosin, dan solar sebanyak 72% sedangkan sisanya berupa

propylene, LPG, IDF, fuel oil, dan decant oil Bahan pembantu proses yang berupa

bahan kimia dan katalis sebagian besar masih diimpor.

Pemilhan Balongan sebagai lokasi Proyek EXOR-I didasarkan atas bebagaihal,

yaitu:

1. Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa Barat.

2. Telah tersedianya sarana penunjang yaitu: Depot UMPS III, Terminal DOHJBB

(Jawa Bagian Barat), Conventional Buoy Mooring (CBM) dan Single Buoy

Mooring (SBM).

3. Dekat dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa.

4. Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang produktif.

5. Tersedianya sarana infrastruktur.

Kegiatan Engineering Procurement and Construction (EPC) dilakukan oleh

konsorsium yang terdiri dari JGC dan Foster Wheeler. Kegiatan EPC diatur dalam EPC

Agreement. Sebagai product offtaker (pembeli) adalah British Petroleum (BP). Jangka

waktu pelaksanaan adalah 51 bulan, yaitu sejak EPC Agreement ditandatangani pada

tanggal 1 September 1990 dan berakhir pada bulan November 1994.

Tabel 2.2 Unit Proses dan Licensor Kilang RU VI Balongan

Unit Proses Kode Kapasitas Licensor Kontraktor

Crude

Destilation

Unit (CDU)

11 125.000

BPSD

Foster

Wheeler

(FW)

FW

Atmospheric

Residue Hydro

Dematillization (ARHDM)

BPSD12

& 13

58.000

BPSD Chevron JGC

Gas Oil Hydro

Teater (GO

HTU)

14 32.000

BPSD UOB JGC

Residue

Catalytic Cracking

(RCC)

15 83.000

BPSD UOB FW

Page 12: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

12

Tabel 2.2 Unit Proses dan Licensor Kilang RU VI Balongan (lanjutan)

Unit Proses Kode Kapasitas Licensor Kontraktor

Unsaturated

Gas Concentration

16 UOB FW

LPG

Treatment Unit 17

22.500

BPSD MeriChem FW

Gasoline Treater Unit

18 47.500

BPSD MeriChem FW

Propylene

Recovery 19

7.000

BPSD UOB FW

Catalityc

Condensation 20

13.000

BPSD UOB FW

Light Cycle Oil 21 15.000

BPSD UOB JGC

Hydrogen

Plant 22

76

MMSCfHD FW FW

Amine Treater Plant

23 JGC JGC

Sour Water

Snipper 24 JGFC JGFC

Sulphur Water

Plant 25 27 MTD JGFC JGC

2.2.5 Unit Produksi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Secara umum, unit produksi di PT. Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Unit Proses Utama

2. Kilang Langit Biru Balongan/KLBB

3. Unit Proses Pendukung

Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga bagian unit tersebut:

1. Unit Proses Utama

a. CDU (Crude Distillation Unit)

Unit 11 yaitu CDU merupakan primary processing, yang didesain untuk

mengolah 125000 BSPD (Barrel Stream Per Day). Pada unit ini komposisi

desain crude untuk pengolahan adalah 80% Duri dan 20% Minas. Seiring

berjalannya waktu, kuantitas dari Minas dan Duri semakin menurun sehingga

harus disubtitusi dengan crude lainnya seperti Banyu Urip, Tiung Biru, Azeri,

dan lain sebagainya. Oleh karena itu, komposisi tersebut diubah menjadi 60%

Duri dan 40% gabungan crude pengganti Minas. CDU memisahkan minyak

mentah menjadi beberapa produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan

perbedaan titik didih dengan proses yang dikenal sebagai distilasi. Produk yang

Page 13: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

13

dihasilkan adalah Straight Run Naptha, Herosene, Gasoil, dan Atmospheric

Residue (AR).

b. ARHDM (AR Hydrometallization)

ARHDM merupakan unit untuk mengolah Atmospheric Residue (AR) dari

CDU yang mengandung metal (Ni,V) serta karbon (MCR) dalam jumlah yang

tinggi, enjadi DMAR mengandung metal (Ni,V) dan karbon (MCR) dalam

jumlah yang lebih kecil. ARHDM dirancang untuk mengolah AR keluaran dari

CDU sebesar 58.000 BPSD.

c. RCC (Residue Catalytic Cracker)

RCC merupakan secondary processing dengan kapasitas 83 BPSD (505.408

T/H) merupakan salah satu unit RCC yang terbesar di dunia. Unit ini didesain

untuk mengolah Treated Residue (DMAR) dari ARHDM dan Atmospheric

Residue (AR) dari CDU dengan bantuan katalis. Produk yang dihasilkan dari

unit RCC ini merupakan produk dengan nilai ekonomi yan tinggi seperti LPG,

Propylene, Polygasoline (mogas dengan RON 98), Naptha (RON 92), Light

Cycle Oil (LCO), serta Decant oil (DCO).

d. GO-HTU (Gas Oil Hydrotreater)

GO-HTU merupakan unit untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif

karena mengandung sulfur dan nitrogen menjadi gas oil yang memenuhi

ketentuan pasar, dengan bantuan katalis dan hidrogen. Kapasitas GO-HTU

yaitu 32.000 BPSD.

e. UGP (Unsaturated Gas Plant)

Unsaturated Gas Plant (UGP) berfungsi untuk memisahkan produk Overhead

Main Column RCC unit (15-C-101) menjadi Stabilized Gasoline, LPG, dan

Non Condensable Lean Gas.

f. LPG Treater

LPG Treater dirancang untuk membersihkan Mixed RCC LPG sebanyak

22.500 BPSD yang mengandung 30 ppm wt H2S dan 65 ppm wt merkaptan

sulfur.

g. PRU (Propylene Recovery Unit)

PRU berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari Unsaturated Gas

Plant (UGP) sebagai downstream RCC guna mendapatkan produk propylene

Page 14: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

14

dengan kemurnian tinggi, yang dapat dipakai sebagai Feed Polypropylene

Unit.

h. CCU (Catalytic Condensation Unit)

Catalytic Condensation Unit (CCU) didesain untuk mengolah mixed butanes

sebesar 13.000 BPSD dari RCC Complex, dengan dilengkapi 3 unit reaktor

yang dioperasikan secara paralel. Finished product CCU adalah polygasoline

beroktan tinggi serta butane.

i. LCO-HTU (Light Cycle Oil-Hydrotreater)

Light Cycle Oil-Hydrotreater (LCO-HTU) berfungsi untuk menghilangkan

sulfur dan nitrogen dari Untreated LCO tanpa perubahan biling range yang

berarti, agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan spesifikasi

pemasaran.

j. H2 (Hydrogen Plant)

Hydrogen Plant (H2) merupakan plant yang dirancang untuk memproduksi

hidrogen (H2) dengan kemurnian min 99.9% sejumlah 76 MMSCFD. Produk

H2 tersebut kemudian disuplai ke ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai

make-up H2 dalam proses hidrogenasi.

k. Amine Treater

Amine Treater dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk menghilangkan

kandungan H2S yang terikat dalam sour gas. Proses yang dipakai adalah

SHELL ADIP Process, yang menggunakan larutan MDEA (Methyl Di-Ethanol

Amine) sebagai larutan penyerap.

l. SWS (Sour Water Stripper)

Sour Water Stripper (SWS) mempunyai fungsi utama untuk membersihkan air

sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-gas yang ada (khususnya

NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses tersebut menjadi bersih (stripped water)

dan dapat dipakai kembali sebagai air proses.

m. Sulfur Plant

Sulfur Plant adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang dihasilkan

Amine Treater (#23) dan H2S Stripper Train no. 1 SWS (#24). Sulfur plant

terdiri dari suatu unit Claus untuk menghasilkan sulfur, lalu diikuti dengan

sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur padat.

Page 15: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

15

2. Kilang Langit Biru Balongan/KLBB

KLBB merupakan unit yang dibuat sebagai terobosan PT. Pertamina (PERSERO)

untuk mendukung program pemerintah menghapus penggunaan timbal (Pb) pada

bensin. Berikut ini adalah bagian-bagian dari KLBB:

a. NHT (Nahptha Hydrotreater)

NHT didesain untuk mengolah 52.000 BPSD (345m3/H) straight run naphtha

yang sebagian besar diimpor dari beberapa Kilang Pertamina (RU-III, RU-IV,

RU-V) dengan menggunakan kapal dari kilang sendiri (CDU 11).

b. Platformer

Platformer didesain untuk memproses heavy hydrotreated naphtha yang

diterima dari unit proses NHT. Tujuan unit proses platformer untuk

menghasilkan aromatik dari naphtha dan parafin untuk digunakan sebagai

bahan bakar kendaraan bermotor (motor fuel), dengan angka oktan yang tinggi

(ON minimal 98).

c. Penex

Unit penex merupakan unit yang bertujuan untuk melakukan proses catalytic

isomerization dari pentanes, hexanes, dan campuran dari CCR Regeneration

Process Unit.

3. Unit Proses Pendukung.

a. Utilities

Unit Utilities menyediakan beberapa kebutuhan utilities kilang seperti air,

listrik, steam, udara bertekanan, dan nitrogen. Unit ini dilengkapi dengan:

b. OM (Oil Movement)

Oil Movement merupakan unit yang melakukan proses akhir dari proses

pengolahan minyak sebelum dikirim ke bagian pemasaran dalam negeri (PDN).

Pada unit ini, semua minyak intermedia (setengah matang) yang berasal dari

unit HSC dan RCC. Selanjutkan dilakukan proses blending terhadap minyak

intermediate tersebut untuk mengatur angka oktan yang sesuai dengan

spesifikasi sehingga dapat menghasilkan produk yang dapat dikirim ke bagian

pemasaran untuk selanjutnya dipasarkan ke konsumen.

c. HSE (Health, Safety, and Environment)

Page 16: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

16

Aspek keselamatan kerja dan lingkungan merupakan aspek yang menjadi

prioritas utama di RU VI Balongan dalam menjalankan kegiatan inti bisnisnya.

HSE sebagai salah satu fungsi yang terdapat di RU VI Balongan menjalankan

semua program dan kegiatan untuk mencegah kerugian baik dari segi people,

asset, environment, maupun reputation. HSE dengan empat bagian di

bawahnya, yaitu Occupational Health, Safety, Environment, dan Fire and

Insurance melakukan sinergi dalam mempertahankan zero accident dan zero

pollution mengikuti standar dan sertifikasi dari OHSA 18001, ISO 14001, dan

Manajemen Keselamatan Proses.

d. OPI (Operating Performance Improvement)

OPI adalah program yang merupakan hasil Breakthrough Project (BTP)

Direktorat Pengolahan untuk meningkatkan kualitas seluruh aspek sistem

operasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan aspek

Technical System dan Non-Technical System yang terintegrasi.

e. Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat untuk menganalisa minyak mentah, minyak

intermediate (setengah jadi), ataupun minyak jadi. Analisa tersebut akan

dilakukan untuk mengetahui apakah minyak yang dihasilkan telah memenuhi

spesifikasi yang ditetapkan. Analisa yang dilakukan laboratorium ini bertujuan

untuk mengontrol bahan baku.

f. LPG Mundu

Unit ini didesain untuk memproses natural gas sebesar 1000KNm3/hari

menjadi produk LPG.

2.2.6 Produk PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Produk yang dihasilkan kilang PT Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan dibagi

menjadi 5 macam yaitu BBM, BBK, NBM, lain-lain dan RF (Refinery Fuel).

1. Bahan Bakar Minyak (BBM)

Produk bahan bakar minyak terdiri atas:

a. Premium, memiliki angka oktan minimal 88 yang biasanya digunakan sebagai

bensin untuk bahan bakar mesin.

b. Kerosene, merupakan cairan hidrokarbon.

Page 17: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

17

2. Bahan Bakar Khusus (BBK)

Produk bahan bakar khusus terdiri atas:

a. Pertamax, memiliki angka oktan minimal 92

b. Pertamax Plus, memiliki oktan minimal 95.

c. Pertamina DEX (Diesel Environment Extra), menghasilkan emisi gas buang

yang lebih bersih dan memiliki Catane Index 51 serta Sulphur Contain <= 300

ppm.

3. Non-Bahan Bakar Minyak (NBM)

Produk non-bahan bakar minyak terdiri atas:

a. Propylene, digunakan untuk bahan pembuat kosmetik, plastik (gelas/botol),

ban.

b. Liquefied Petroleum Gas (LPG), digunakan sebagai bahan bakar untuk

memasak, penerangan, water heater, gas stoves, dan rice cooker.

c. Minasol

4. Lain-lain

Produk lain-lain terdiri atas:

a. High Octan Mogas Component (HOMC), merupakan produk intermedia

(setengah jadi) yang digunakan kembali untuk melakukan proses produksi

produk lainnya.

b. Decant oil, digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler.

5. Refinery Fuel (RF)

Produk RF terdiri atas:

a. RF Oil

b. RF Gas

c. Lean Gas

Page 18: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

18

2.2.7 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Struktur organisasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

SENIOR VICE PRESIDENT

REFINING OPERATION

GM REFINERY UNIT VI

SECRETARY

IT AREA RU VI

BALONGAN

MANAGER

SENIOR MAN. OP &

MANUFACTURORY

ENGINEERING &

DEVELOPMENT

MANAGER

HR AREA/BP RU VI

MANAGER

REF. INTERNAL

AUDIT BALONGAN

MANAGER

REF. FINANCE OS

REG. V MANAGER

HOSPITAL

BALONGAN

DIRECTOR

MARINE REG III

MANAGER

RELIABILITY

MANAGER

PROCUREMENT

MANAGER

HSE MANAGER

OPI MANAGER

LEGAL MANAGER

PRODUCTION-I

MANAGER

PRODUCTION-II

MANAGER

REFINERY PLANNING &

OPTIMIZATION

MANAGER

MAINTENANCE

PLANNING AND

SUPPORT MANAGER

MAINTENANCE

EXECUTION

MANAGER

TURN / AROUND

MANAGER

GENERAL AFFAIRS

MANAGER

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Page 19: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

19

2.2.8 Divisi Refinery Planning & Optimization (RPO)

Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata โ€“ Praktik yang dilakukan berada dalam ruang

lingkup divisi Refinery Planning & Optimization (RP&O). Fungsi dari Divisi RP&O

adalah sebagai pengelolaan, pengorganisasian serta pengendalian kegiatan perencanaan

dan supply chain bahan baku dan produk yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero)

RU VI Balongan, yang secara efektif dan efisien sehingga kilang mampu beroperasi

untuk menghasilkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Khusus (BBK),

dan non-Bahan Bakar Minyak (NBM) sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang

direncanakan dan memberikan gross margin yang optimum. Tugas pokok dari divisi

RP&O adalah sebagai berikut:

1. Memimpin kegiatan perencanaan pengolahan dan produksi kilang RU VI, serta

penyiapan bahan baku minyak mentah, gas alam, maupun bahan intermedia (Low

Octan Mogas Component/High Octan Mogas Component) sampai dengan menjadi

produk BBM/BBK/NBM.

2. Memimpin kegiatan suppy chain produksi kilang RU VI, mulai dari penyiapan

kedatangan bahan baku minyak mentah, gas alam, maupun bahan intermedia

sampai dengan penyaluran BBM/BBK/NBM.

3. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menanggapi keluhan pelanggan

dan peningkatan kinerja RU VI untuk pemenuhan kebutuhan/kepuasan pelanggan.

4. Memimpin kegiatan optimasi perencanaan yang berdasarkan kandungan fraksi

hidrokarbon (yield) dalam bahan baku maupun kemampuan unit produksi dengan

menggunakan tools linear programming.

5. Mengorganisir dan mengendalikan data operasi kilang RU VI, kegiatan pelaporan

kinerja dan melakukan upaya peningkatan kinerja RU VI mengacu pada penerapan

system mutu (ISO:9001, PQA, dll) serta benchmarking dengan kilang terbaik

lainnya.

6. Memberikan advise/saran baik diminta atau tidak kepada unit produksi/kilang

berupa perspektif keekonomian kilang agar mengacu kepada efisiensi dan

produktivitas.

Struktur organisasi dari divisi Refinery Planning & Optimization dapat dilihat pada

Gambar 2.6

Page 20: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

20

REFINERY PLANNING &

OPTIMIZATION MANAGER

SECRETARY

REFINERY PLANNING

SECTION HEAD

SUPPLY CHAIN & DIST

SECTION HEAD

BUDGET &

PERFORMANCE

SECTION HEAD

Gambar 2.6 Struktur organisasi divisi Refinery Planning & Optimization

Divisi RP&O dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Refinery Planning, Budget, &

Performance, dan Supply Chain & Distribution.

1. Refinery Planning Section Head

Tugas pokok yang dimiliki oleh Refinery Planning Section adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pengolahan dan Produksi Tahunan (RK).

b. Rencana Pengolahan dan Produksi Bulanan (STS).

c. Evaluasi realisasi produksi.

d. Uji coba bahan baku alternatif.

2. Budget & Performance Section

Tugas pokok yang dimiliki oleh Budget & Performance Section adalah sebagai

berikut:

a. Mengawasi penggunaan anggaran biaya operasional.

b. Membuat laporan arus minyak berdasar MQAR.

c. Melaporkan pencapaian KPI (Key Performance Indicator) RU VI.

3. Suppy Chain & Distribution Section

Tugas pokok yang dimiliki oleh Supply Chain & Distribution Section adalah

sebagai berikut:

a. Rencana pengolahan dan produksi tahunan.

b. Membuat penjadwalan crude dan intermedia sesuai dengan STS.

c. Memonitor posisi stock di RU VI (feed dan produk) serta stock produk di

pelanggan.

d. Mengkoordinasikan kedatangan truck/kapal.

Page 21: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

21

e. Merencanakan operasional harian kegiatan proses produksi.

f. Membuat order

1) Instruksi Permintaan Penyaluran (IPP), merupakan order yang dibuat

untuk proses blending/re-blending, pengalihan produk/intermediate atau

managing stock. Dalam blending operation atau pemberian order blending

ke unit produksi ITP, dimana blending adalah mencampur 2 atau lebih

komponen intermediate product untuk menghasilkan suatu finished

product dengan memenuhi spesifikasi yang telah dibutuhkan. Beberapa hal

yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam proses blending antara

lain:

Kualitas dan ketersediaan intermediate product

Jenis blending atau intermediate product itu sendiri

Target spek yang ditentukan

Fasilitas blending (pompa, tanki, dll)

Kehandalan operasional tanki (ullage, kondisi insidensial)

Metode perhitungan

Skill operator saat operasional blending tersebut dilakukan

2) Surat Permintaan Penyaluran (SPP), merupakan order penyaluran finished

product:

Pertamax Plus, Pertamax, Premium, Solar-48, dan Kerosene ke Upms.

LPG Mix ke depot LPG Balongan dan Tank Car.

Propylene ke PT Polytama Propindo.

3) Loading Order (LO), merupakan order untuk penyaluran melalui kapal

Pertamax Plus, Pertamax, HOMC, Premium, dan Decant oil untuk

diekspor.

4) Discharge Order (DO), merupakan order untuk pembongkaran kargo

kapal ke tanki darat: Crude, Naphta, dan HOMC ex import (kebutuhan

pusat)

g. Customer relation

Page 22: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

22

H2 Plant

76 MMSCFD

Foster Wheeler

GOHTU

32.000

U O P

DURI

MINAS

Premium

Pertamax

Pertamax Plus

Kerosene

Gas Oil +

Pertadex

Propylene

L P G

D C O

LPG Trt

22.500

U O P

P R U

7.150

U O P

Gas

Alam

ARHDM

58.000

Chevron

R C C

83.000

U O P

CDU

125.000

Foster Wheeler

C C U

13.000

U O P

Gasoline Trt

47.500

U O P

KeroHTU

15.000

U O P

Naphtha

NHDT

52.000

U O P

Penex

23.000

U O P

Platformer

29.000

U O P

ROPP

ABB LUMMUS

HOMC

20.4 TPD

Supply chain menjadi pintu masuk customer terkait pendistribusian produk RU

VI Balongan. Customer RU VI terdiri dari: Upms III, Gas Domestik, dan PT

Polytama Propindo.

Kendala lifting product yang sering muncul antara lain:

Kualitas, terkait spesifikasi

Ketersediaan ullage di tanki penerima

Jumlah, terkait alat ukur

Kesiapan sarana dan fasilitas

Pelayanan, terkait sistem akuntansi di RU VI

Komplain dari customer akan selalu dicatat dan ditindaklanjuti karena

merupakan salah satu KPI RPO. Customer gathering merupakan salah satu

kegiatan dalam rangka membina dan menjaga hubungan baik dengan customer.

Kegiatan ini diadakan 2 kali/tahun.

2.3 PROSES UMUM PENGOLAHAN MINYAK

Sistem pengolahan minyak pada PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan terdiri

dari empat bagian utama, yaitu bagian Hydro Skimming Complex (HSC), Destillation

and Hydrotreating Complex (DHC), Residue Catalytic Cracking (RCC), dan Oil

Movement (OM).

Gambar 2.7 Proses Umum Pengolahan Minyak

Page 23: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

23

2.3.1 Hydro Skimming Complex (HSC)

Unit HSC terdiri dari dua bagian, yaitu proses pemisahan crude oil (minyak

mentah) secara destilasi di unit CDU (Crude Destillation Unit) dan treating terhadap

yang dihasilkan dari CDU di unit NPU (Naphtha Processing Unit). Bahan baku untuk

proses pengolahan minyak bumi adalah crude oil. Crude oil yang akan diproses terdiri

dari dua jenis, yaitu Duri (heavy oil) dan Minas (light oil). Crude oil ini diterima oleh

Single Buoy Morring (SBM), yang merupakan jenis dermaga lepas pantai yang berada

ditengah laut. Crude oil ini kemudian dialirkan ke unit CDU untuk memisahkan crude

oil berdasarkan titik didihnya menghasilkan produk atas dan produk residu. Produk atas

berupa gas, kerosene, dan gasoil. Sedangkan residu yang dihasilkan dikirim ke unit

ARHDM (Atmosphereic Residue Hydro Demetallizer) dan ke unit NPU untuk

menghilangkan impurities dan meningkatkan angka oktan. Sedangkan sebagian naphtha

lagi dikirim ke unit Oil Movement untuk diolah menjadi produk yang diinginkan.

1. DTU

a. Unit 11: CDU (Crude Destillation Unit)

CDU merupakan Athmospheric Distillation Tower yang didesain untuk

mengolah campuran crude oil dengan kapasitas maksimal 123 MB (metric

barel) per hari.

b. Unit 23: ATU (Amine Treating Unit)

Amine treater dirancang untuk mengolah sour gas untuk menghilangkan

kandungan H2S yang ada di dalam sour gas.

c. Unit 24: SWS (Sour Water Stripper)

Unit ini berfungsi untuk membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa

minyak dan gas-gas yang ada (khususnya NH3 dan H2) sehingga air sisa proses

tersebut menjadi bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali sebagai air

proses.

d. Unit 25: SP (Sulphur Plant)

Unit ini berfungsi untuk melakukan recovery sulphur dari acid gas yang

dihasilkan amine treater pada unit 23 dan H2S stripper train no. 1 SWS pada

unit 24.

Page 24: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

24

2. NPU (Naphtha Processing Unit)/KLBB (Kilang Langit Biru Balongan)

NPU dirancang untuk memproses bahan yang dihasilkan dari unit DTU sehingga

bilangan oktan dari minyak tersebut meningkat. Selain mendapat input dari CDU,

unit ini juga menampung naphtha yang berasal dari kilang Pertamina lainnya.

Kapasitas produksi NPU adalah sebesar 52,000 BPSD. Kilang ini terdiri dari 3

(tiga) unit proses, yaitu:

a. Naphtha Hydrotreater (NHT)

NHT mengolah naphta yang sebagian besar didatangkan dari beberapa kilang

Pertamina seperti RU III, RU IV, dan RU V dengan menggunakan kapal serta

dari CDU. Unit ini merupakan proses pemurnian katalistik dengan memakai

katalis dan menggunakan aliran gas H2 (hidrogen murni) untuk menghilangkan

kandungan sulphur (belerang), O2 (oksigen), serta N2 (nitrogen) yang terdapat

dalam fraksi hidrokarbon. Kapasitas unit ini adalah sebesar 52,000 BPSD

b. Platforming

Unit ini berfungsi untuk mengubah Naphtha yang memiliki oktan rendah

menjadi komponen blending motor gasoline (MOGAS) dengan bantuan

katalis. Kapasitas unit ini sebesar 29,000 BPSD

c. Penex

Unit ini berfungsi untuk menaikan angka oktan light naphta melalui proses

catalytic idomerization dari pentanes dan hexanes. Reaksi yang terjadi yaitun

menggunakan H2 pada tekanan tertentu dan berlangsung pada fixed bed katalis

yang dapat mengarahkan proses isomerasi dan meminimalkan proses

hydrocracking.

2.3.2 Distillation and Hdrotreating Complex

DHC terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu AHU dan unit MTU. Pada unit

AHU/ARHDM (Atmospheric Residue Hydrodemetallizer), 80% residu yang berasal dari

CDU diolah untuk menjadi feed bagi unit Residue Catalytic Cracking (RCC).

Pengolahan tersebut bertujuan untuk mengurangi komposisi metal dan MCR (Micro

Carbon Residue) sehingga dapat digunakan sebagai feed untuk unit RCC. Sedangkan

unit HTU (Hydro Treating Unit) mengolah natural gas menjadi hydrogen murni yang

akan dikirim ke AHU sebagai bahan bakar reformer dan sebagian lagi dikirim ke NPU

Page 25: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

25

untuk digunakan jika unit NPU ini akan start pabrik. Proses pengolahan hydrogen ini

bertujuan untuk menghilangkan impurities-impurities hydrogen impurities-impurities

hydrogen yang masih ada hingga dapat menghasilkan hidrogen murni 99%.

1. Unit 12 dan 13: ARHDM (Atmospheric Residue Hydro Demetallition Unit)

Unit ini mengurangi kandungan metal dan MCR pada AR (Atmospheric Residue)

yang berasal dari unit CDU sehingga dapat menjadi DMAR. Prosesnya

menggunakan katalis dan hidrogen pada temperature dan tekanan tinggi.

2. Hydrotreating Unit (HTU)

a. Unit 14: GP-HTU (Gas Oil Hydro Treating Unit)

Unit ini mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif menjadi gas oil yang

sesuai spesifikasi dengan bantuan katalis dan hydrogen.

b. Unit 21: LCO HTU (Light Cycle Oil Hydro Treating Unit)

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan sulphur dan nitrogen dari LCO yang

berasal dari RCC

c. Unit 22: H2 Plant (Hydrogen Plant)

Unit ini berfungsi untuk memproduksi hidrogen (H2) murni. Feed unit ini

berasal dari refinery offgas dan natural gas. Produk H2 ini kemudian disuplai

ke unit ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai make up H2 dalam proses

hidrogenasi.

2.3.3 Residue Catalytic Cracking (RCC)

Unit RCC ini mengolah residu (AR) yang berasalh dari CDU dan DMAR untuk

diproses hingga menghasilkan gas, naphtha, HCO (Heavy Cycle Oil), LCO (Light Cycle

Oil), dan DCO (Decant Cycle Oil). Sebagai LCO yang dihasilkan nantinya akan

digunakan sebagai material untuk pembersihan tanki. Sedangkan sebagian lagi akan

dikirim ke HTU untuk LCO treating hingga menjadi solar. HCO yang dihasilkan

digunakan sebagai sirkulasi pada pembersihan tanki. Naphtha yang dihasilkan akan

ditreating di LEU untuk diproses menjadi gas oil dan naphtha yang purities. Naphtha

yang telah treated/purities tersebut selanjutnya dikirim ke unit Oil Movement (OM).

DCO yang dhasilkan ditampung ke dalam tanki yang selanjutnya akan diekspor ke

Singapura.

1. Unit 15: RCU (Residue Cracker Unit)

Page 26: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

26

RCU berfungsi sebagai secondary process untuk mendapatkan nilai tambah dari

pengolahan residu yang dipasok dari unit CDU dan ARDHM dengan cara

perengkahan katalis.

2. LEU (Light Ends Unit)

a. Unit 16: Unsaturated Gas Plant

Unit ini berfungsi untuk pemisahan produk menjadi stabilizer gasoline, LPG,

dan noncondensable lean gas. Sebagian dari produk ini akan dipakai lift gas

sebelum diolah di unit amine sebagai off gas.

b. Unit 17: LPG Treating Unit

Unit ini berfungsi untuk membersihkan mixed RCC LPG sebanyak 32,5500

BPSD.

c. Unit 18: GTU (Gasoline Treating Unit)

Unit ini dirancang untuk mengekstraksi H2S dan mengoksidasi merkaptan

sulfur dalam untreated gasoline untuk menghasilkan LPG treater.

d. Unit 19: PRU (Propylene Recovery Plant)

Unit ini berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari unsaturated

gas plant untuk mendapatkan produk propylene dengan kemurnian tinggi.

e. Unit 20: Catalytic Condensation Unit

Unit ini berfungsi untuk mengolah campuran butane menjadi gasoline dengan

angka oktan tinggi.

2.3.4 Oil Movement (OM)

Unit ini merupakan bagian akhir dari proses pengolahan minyak sebelum dikirim

ke bagian pemasaran dalam negeri (PDN). Pada unit ini, semua minyak intermediate

(bahan setengah jadi) yang berasal dari berbagai unit HSC dan RCC. Selanjutnya

dilakukan proses blending terhadap minyak intermediate tersebut untuk mengatur angka

oktan yang sesuai dengan spesifikasi sehingga dapat menghasilkan produk yang siap

dikirim ke bagian pemasaran untuk kemudian dipasarkan ke konsumen. Kegiatan

blending pada bagian OM dan kegiatan transfer produk jadi ke PDN dilakukan sesuai

order dari bagian Supply Chain.

Page 27: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

27

2.4 FASILITAS TUNJANGAN PT. PERTAMINA (PERSEO) RU VI

BALONGAN

Fasilitas yang menunjang proses pengolahan di RU VI Balongan dijabarkan

sebagai berikut:

1. Storage Facilities/Storage Tank

Merupakan fasilitas berupa tanki yang digunakan untyuk proses penyimpanan

bahan baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.

a. Tanki bahan baku

Crude, menggunakan tanki 42-T-101 A/B/C/D, 102 A/B

Naphta KLBB, menggunakan Tanki 42-T-107 A/B/C/D

b. Tanki intermediate

Residue, menggunakan Tanki 42-T-104 A/B, 105 A/B

Untr. GO, menggunakan tanki 42-T-103 A/B

Naphta, menggunakan tanki 42-T-201 A/B

c. Tanki finished product

Gasoline, menggunakan tanki 42-T-301 A ---- H, 205 A/B, 202 A/B

Solar, menggunakan tanki 42-T- 303 A/B

Kerosene, menggunkan tanki 42-T-302 A/B

Decant, menggunakan tanki 42-T-304 A/B, 305 A/B

LPG, menggunakan tanki 42-T-403 A---D

Propylene, menggunakan tanki 402-T-404 A---D

2. Lifting Facilities

Merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengangkut atau menyalurkan bahan

baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.

a. Single Pipe Morring (SPM)

Crude dan LSWR Mix, menggunakan SPM 150,000 DWT (deadweight

tonnage)

Naphta, menggunakan SPM 35,000 DWT.

HOMC, Premium, Pertamax, Pertamax Plus, menggunakan SPM 17,500

DWT.

LPG dan Propylene, menggunakan jetty.

b. Truck, digunakan untuk mengangkut LPG, dan Pertadex (Pertamina DEX).

c. Pipeline, digunakan untuk menyalurkan produk BBM dan Propylene.

Page 28: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

28

BAB III

PELAKSANAAN KKN-P

3.1 WAKTU DAN TEMPAT KKN-P

Program Kuliah Kerja Nyata โ€“ Praktik (KKN-P) ini dilaksanakan di PT Pertamina

(Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan, yang beralamat di Jl. Raya Balongan KM.9,

Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 1 April 2015

sampai dengan 30 April 2015 dengan rentang waktu kurang lebih 4 minggu sesuai

dengan kebijakan dari pihak instansi. Jadwal kegiatan peserta kerja praktek setiap

harinya mengikuti jadwal jam kerja yang diberlakukan perusahaan. Jadwal jam kerja

untuk pekerja kantor di seluruh regional adalah sebagai berikut:

Hari Kerja : Senin-Jumat

Jam Kerja : Pukul 07.00-16.00 WIB

Istirahat : Pukul 11.30-13.00 WIB untuk hari Senin sampai Kamis

Pukul 11.30-13.30 WIB untuk hari Jumat

3.2 JURNAL KEGIATAN KKN-P

Daftar kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata โ€“ Praktik

di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Jurnal Kegiatan KKN-P

Hari ke- Tanggal Kegiatan

1 1 April 2015 Melapor pada Training Centre, pembuatan ID Card,

pengenalan pembimbing.

2 2 April 2015 Safety Induction

3 6 April 2015 Overview refinery planning & optimization

4 7 April 2015 Overview refinery planning & optimization

5 8 April 2015 Mencari referensi topik laporan KKN-P

6 9 April 2015 Orientasi pembelajaran mengenai refinery planning

7 10 April 2015 Orientasi pembelajaran mengenai refinery planning

8 13 April 2015 Orientasi pembelajaran mengenai refinery planning

9 14 April 2015 Pencarian topik KKN-P dan pengumpulan data

10 15 April 2015 Pencarian topik KKN-P dan pengumpulan data

11 16 April 2015 Pengolahan data

12 17 April 2015 Pengolahan data

13 20 April 2015 Pengolahan data

14 21 April 2015 Penyusunan laporan KKN-P

15 22 April 2015 Penyusunan laporan KKN-P

16 23 April 2015 Penyusunan laporan KKN-P

17 24 April 2015 Penyusunan laporan dan konsultasi

Page 29: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

29

Tabel 3.1 Jurnal Kegiatan KKN-P (lanjutan)

Hari ke- Tanggal Kegiatan

18 27 April 2015 Penyusunan laporan dan konsultasi

19 28 April 2015 Penyusunan laporan dan konsultasi

20 29 April 2015 Presentasi laporan KKN-P

21 30 April 2015 Pengumpulan laporan dan mengurus administrasi akhir

3.3 FLOWCHART

3.3.1 Flowchart Pelaksanaan KKN-P

Berikut merupakan diagram alir pelaksanaan KKN-P.

Studi Kasus

Diterima?

MULAI

Administrasi dan

Safety Induction

Penempatan di

RPO

Overview RPO

Pencarian Studi

Kasus

Pengumpulan

Data Studi Kasus

Penyusunan

Laporan KKN-P

Presentasi Hasil

Laporan KKN-P

SELESAI

Pengumpulan

Laporan KKN-P

YA

TIDAK

Gambar 3.1 Diagram Alir KKN-P

Page 30: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

30

3.3.2 Flowchart Studi Kasus

Berikut merupakan diagram alir dari studi kasus.

MULAI

Identifikasi

Masalah

Tinjauan

Pustaka

Pengumpulan

Data

INPUT DATA

Data Harga Beli Crude Oil

Data Yield Crude Oil

Data Kandungan Sulfur Crude Oil

Data Harga Jual Produk

Data Kapasitas Unit CDU,

ARDHM,RCC, KLBB

PENGOLAHAN DATA

Volume pengolahan crude oil

Kapasitas operasi unit CDU

Kapasitas operasi unit ARDHM

Kapasitas operasi unit RCC

Kapasitas operasi unit KLBB

Total biaya produksi (pengeluaran)

Total biaya revenue (pendapatan)

OUTPUT DATA

Volume Crude Oil

Gross Margin

Analisa dan

Pembahasan

Kesimpulan dan

Saran

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Alir Studi Kasus

Page 31: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

31

3.4 METODE PENELITIAN

Dalam melakukan KKN-P ini digunakan dua metode dalam pengumpulan data.

Adapun metode praktik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode penelitian kepustakaan (library research) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk mendapatkan data dan mempelajari teori dengan jalan studi

literature yang berhubungan dengan tema KKN-P.

2. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)

Metode ini digunakan dalam pengumpulan data, dimana mahasiswa secara

langsung terjun pada proyek penelitian. Pendekatan dalam field research ini adalah:

a. Interview, yatitu suatu metode yang digunakan dalam mendapatkan data

dengan jalan mengajukan pertanyaan secara langsung pada saat perusahaan

menjalankan suatu kegiatan.

b. Observasi, adalah suatu metode dalam memperoleh data dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan.

3. Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data dengan cara mencatat data-data

yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan keperluan pembahasan dalam

penulisan laporan ini, maupun pengambilan foto/gambar yang dapat diambil untuk

dokumentasi pelengkap data Kuliah Kerja Nyata โ€“ Praktik.

Page 32: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

32

BAB IV

OPTIMASI CRUDE OIL DAN GROSS MARGIN UNTUK

MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DENGAN METODE

LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat)

4.1 SITUASI MASALAH

Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang memegang peranan

penting dalam perkembangan suatu negara, karena dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Indonesia merupakan Negara yang mempunyai sumber daya alam, antara lain: minyak,

gas, dan panas bumi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya yang vital, karena

peranannya yang dominan dalam menunjang kebutuhan hidup masyarakat. Layaknya

seorang juru masak, PT. Pertamina (Persero) hanya bertugas mengelola crude oil yang

diterima hingga menjadi produk-produk yang dapat digunakan sesuai keinginan dan

permintaan masyarakat. Produk yang dihasilkan PT. Pertamina (Persero) RU VI

Balongan yaitu berupa Premium, Pertamax, Pertamax Plus, HOMC, Solar, Decant oil,

dan LPG.

PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan adalah satu dari enam kilang yang

dimiliki Pertamina di Indonesia dan memegang peranan yang sangat penting bagi suplai

BBM. Kebutuhan BBM di daerah DKI Jakarta dan sekitar Jawa Barat sepenuhnya

disuplai oleh PT Pertamina RU VI Balongan. Pertamina RU VI Balongan menerima

bahan baku awal berupa minyak mentah (crude oil) yang datang dari berbagai sumber

dan mengelolanya menjadi produk BBM, non-BBM, dan BBK.

Hasil produksi yang merupakan BBM, non-BBM, dan BBK dari PT. Pertamina

(Persero) merupakan suatu hal yang vital bagi kebutuhan masyarakat, tentunya hal yang

paling mempengaruhi adalah bahan baku dari hasil produksi tersebut. Ketersediaan

crude oil menjadi hal yang mendasari dalam memenuhi kebutuhan produksi pada PT.

Pertamina RU VI Balongan dan harus selalu dijaga agar tidak menyebabkan kekurangan

ketersediaan crude oil maupun kelebihan stok. Setelah mengetahui crude oil yang

optimal maka dapat ditentukan pula gross margin optimal yang akan didapat PT.

Pertamina RU VI Balongan ketika melakukan pengolahan produksi. Oleh karena itu,

mengoptimalkan kedatangan crude oil merupakan hal yang sangat penting karena crude

Page 33: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

33

oil adalah bahan baku awal yang digunakan dalam melakukan produksi dan juga dapat

menentukan nilai gross margin yang akan didapatkan PT. Pertamina RU VI Balongan .

4.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang terdapat pada penulisan ini adalah:

1. Bagaimana menentukan crude oil yang optimal dalam memaksimalkan produksi di

bulan Maret 2015?

2. Berapa jumlah finished product yang mampu didapatkan dari pengolahan crude oil

bulan Maret 2015?

3. Berapa nilai gross margin optimal yang mampu diperoleh PT. Pertamina RU VI

Balongan pada bulan Maret 2015?

4.3 TUJUAN

Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk menentukan jumlah crude oil yang optimal dalam memaksimalkan produksi

di bulan Maret 2015.

2. Untuk mengetahui jumlah finished products yang diperoleh dari pengolahan crude

oil di bulan Maret 2015.

3. Untuk mengetahui nilai gross margin optimal yang mampu diperoleh PT.

Pertamina RU VI Balongan pada bulan Maret 2015.

4.4 MANFAAT

Manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah crude oil yang optimal dalam produksi.

2. Mengetahui jumlah finished products yang diperoleh dari pengolahan crude oil di

bulan Maret 2015.

3. Mengetahui nilai gross margin optimal yang mampu diperoleh PT. Pertamina RU

VI Balongan pada bulan Maret 2015

4.5 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Page 34: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

34

1. Penelitian dilakukan dalam ruang lingkup PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan

pada divisi Refinery Planning & Optimization.

2. Data harga bahan baku dan harga jual produk menggunakan data STS Maret 2015.

3. Data yang digunakan merupakan data yield milik RU VI Balongan.

4. Data diolah menggunakan software Ms. Excel dengan tools addsโ€”on solver.

5. Kedatangan crude oil hanya berasal dari 9 sumber: Duri, Jatibarang, Azeri, Mudi,

Banyu Urip, Aseng, Qarun, Girasol, dan LSWR.

6. Finished product yang dihasilkan adalah decant oil, gasoil (solar), pertamax plus

(ON 95), Pertamax (ON 92), premium (ON 88), HOMC (High Octane Mogus

Component), propylene, dan LPG.

7. Unit penelitian yang digunakan hanya pada CDU, ARDHM, RCC, dan KLBB.

8. Proses yang terdapat dalam penelitian hanya proses distilasi dan pool blending.

4.6 ASUMSI

Asumsi dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dari perusahaan dianggap sudah valid dan cukup.

2. Proses produksi maupun keadaan produksi di semua RU berlangsung dalam

keadaan normal dan lancar.

3. Tidak terjadi perubahan kemampuan unit dalam menampung crude oil.

4. Nilai oktan diasumsikan tetap.

4.7 TINJAUAN PUSTAKA

4.7.1 Pengertian Minyak Bumi

Minyak Bumi adalah sumber daya alam yang diperoleh dari dasar bumi. Minyak

bumi yang didapatkan dari dasar bumi masih dalam bentuk mentah atau yang lebih

dikenal dengan crude oil. Untuk mendapatkan crude oil, maka diperlukan proses

pengeboran dengan membuat sumur bor sehingga crude oil yang terdapat di dasar bumi

dapat diambil. Melalui proses pengeboran tersebut, crude oil dialirkan melalui pipa-pipa

atau disalurkan ke dalam kapal tanker untuk didistribusikan ke kilang-kilang minyak.

Minyak mentah (crude oil) yang dihasilkan melalui proses pengeboran tidak dapat

langsung dipakai oleh manusia. Diperlukan proses yang lebih lanjut untuk mengolah

crude oil yang dihasilkan melalui pengeboran minyak sehingga menjadi produk-produk

Page 35: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

35

yang dapat digunakan oleh manusia seperti premium, pertamax, solar, dan LPG.

Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan atom C-1 hingga 50.

Titik didih hidrokarbon akam meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah atom C

didalam molekulnya. Jenis Crude yang diolah PT. PERTAMINA RU VI Balongan

sebagai berikut :

1. Crude Duri

2. Crude Minas / SLC

3. Crude Jatibarang / JMCO

4. Crude Nile Blend

5. Crude Mudi/B.Urip

6. LSWR (hasil olahan PERTAMINA RU IV Cilacap)

7. Crude Azeri

8. Crude AMNA

9. Crude Cinta

10. Crude Qarun

11. Crude Girasol

4.7.2 Pengolahan Crude oil

Proses pengolahan minyak dan gas bumi berdasarkan fungsinya di bagi menjadi 4

bagian, yaitu:

1. Proses Separasi

Proses ini disebut juga primary process atau pengolahan tingkat pertama, karena

tugasnya adalah memisahkan (separasi) komponen-komponen dalam crude oil

menjadi fraksi secara fisika, berdasarkan pada trayek didihnya (Boiling Range)

tanpa ada perubahan struktur kimia dan merupakan proses pengolahan dari crude

oil.

2. Proses Transformasi

Proses ini disebut juga chemical convertion process atau proses dimana terjadi

reaksi kimia, yang diperlukan sebagai proses lanjutan atau secondary process

(proses tingkat kedua). Untuk secondary process dilakukan di unit RCC dan

ARDHM. Proses lanjutan tersebut diperlukan untuk memperbaiki kualitas dari

Page 36: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

36

fraksi-fraksi yang dipisahkan dalam proses separasi, supaya memenuhi persyaratan

baik sebagai:

a) Produk akhir yang siap dipasarkan.

b) Feed proses berikutnya yang mempunyai persyaratan tertentu dalam prosesnya.

c) Usaha untuk menjadikan produk yang baik laku dipasaran menjadi produk yang

baik pemasarannya.

3. Proses Treating

Proses ini termasuk juga secondary process tetapi tugasnya khusus menghilangkan,

atau merubah impurities yang ada dalam produk hasil proses separasi maupun

proses transformasi, sehingga kualitasnya sesuai dengan persyaratan.

4. Proses Blending

Proses blending adalah pencampuran fisik dari sejumlah hydrocarbon untuk

menghasilkan produk sesuai karakteristik yang diharapkan. Pencampuran dapat

dilakukan melalui in-line blending atau batch blending dalam tangki. Untuk produk

tertentu kadang-kadang juga ditambahkan additif seperti octane booster, anti

oksidan, gum inhibitor dll. Sedangkan proses pengolahan minyak dan gas bumi

berdasarkan urutannya secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Fisis Process (Proses Fisika)

Proses pemisahan minyak mentah (crude oil) dan turunannya menjadi fraksi-

fraksinya secara fisika. Proses ini dibedakan menjadi beberapa proses

berdasarkan cara pemisahannya, yaitu :

Proses Distilasi

Proses pemisahan minyak menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan

titik didihnya, dan proses ini dapat dilakukan pada berbagai tekanan

operasi tergantung fraksi yang akan dipisahkan, untuk minyak mentah

proses distilasinya dilakukan pada tekanan atmosfir, untuk distilasi residu

dilakukan dengan tekanan hampa (vacum). Sedangkan untuk gas

dilakukan dengan cara distilasi bertekanan tinggi seperti pada proses LPG

Recovery.

Proses Ekstraksi

Proses pemisahan fraksi minyak berdasarkan perbedaan daya larutnya dan

proses ini dibantu oleh zat pelarut atau yang biasa disebut dengan solvent.

Page 37: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

37

Contohnya : Short Residu diekstrasikan dengan propan sebagai solvent

menjadi aspal.

Proses Absorbsi

Proses penyerapan kandungan senyawa yang tidak diinginkan yang terikut

kedalam fraksi-fraksi minyak yang berupa gas dimana pada proses ini

dibantu oleh zat penyerap yang berupa zat cair.

Proses Adsorbsi

Proses penyerapan senyawa yang tidak diinginkan yang terdapat pada

fraksi minyak yang berupa cairan dan pada proses ini dibantu oleh zat

penyerap yang berupa zat padat.

b) Convension Process (Proses Konversi)

Proses yang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fraksi-fraksi minyak yang

dihasilkan dari proses primer dan proses ini dilakukan secara chemis atau

kimia. Sehingga proses ini dilakukan di dalam reaktor dan untuk mempercepat

proses reaksinya dibantu dengan katalis, dan katalis yang digunakan

disesuaikan dengan minyak yang diproses dan spesifikasi produk yang

diinginkan. Proses ini terdiri dari:

Proses Cracking (Perengkahan)

Proses pemotongan rantai hidrokarbon pada fraksi minyak bumi. Proses ini

dapat dilakukan dengan cara catalityc cracking (perekahan yang dibantu

dengan katalis) maupun thermal cracking (perengkahan yang dilakukan

dengan pemanasan pada suhu tinggi).

Proses Reforming (Proses pembentukan/ perubahan senyawa)

Proses pembentukan senyawa hidrokarbon tertentu untuk mendapatkan

fraksi minyak yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

Proses Treating (Proses Pemurnian)

Proses untuk memurnikan fraksi-fraksi minyak bumi dari

impuritiesimpurities yang dapat mempengaruhi sifat minyak tersebut baik

dalam penggunaan maupun dalam penyimpanannya.

Proses Alkilasi (Pembentukan gugusan alkil)

Proses penggabungan ikatan rantai hidrokarbon yang pendek menjadi

ikatan rantai hidrokarbon yang lebih panjang dan bercabang (mempunyai

Page 38: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

38

gugusan alkil) sehingga menjadi fraksi minyak bumi yang baru dengan

spesifikasi sesuai yang diharapkan dan mempunyai nilai tambah.

4.7.3 Unit-Unit Produksi

PT Pertamina Refinery Unit VI di desain mendapatkan bahan baku berupa crude oil

yang berasal dari Duri dan Minas, dengan rasio pencampuran 80% minyak mentah dari

Duri dan 20% minyak mentah dari Minas. Proses pencampuran tersebut terjadi pada

unit Crude Distilation Unit (CDU) yang kemudian crude oil akan diolah dan

menghasilkan naphta, kerosene, gas oil dan atmospheric residu (AR). Jumlah Yield AR

yang dihasilkan dari CDU adalah sebesar 60%-65% dari jumlah input total minyak

mentah yang masuk ke dalam CDU. Yield adalah persentase jumlah produk dihasilkan.

AR yang dihasilkan oleh CDU kemudian akan menjadi feed bagi unit ARHDM

(Atmospheric Residu Hydro Demetalizer) dan unit RCC (Residue Catalitic Cracking).

Pada unit ARHDM ,AR merupakan feed untuk unit ARHDM akan diolah dan

menghasilkan naphta, kerosene, gas oil, dan DMAR (Demetalizer Atmospheric Residu)

. DMAR yang dihasilkan oleh unit ARHDM menjadi feed bagi unit RCC. Yield DMAR

yang dihasilkan dari unit ARHDM adalah sebesar 90.92%. Bahan baku yang menjadi

feed bagi unit RCC adalah AR yang berasal dari CDU dan DMAR yang berasal dari

unit ARHDM. Dari unit RCC ini akan dihasilkan berupa RCC naphta, propylene, LPG,

dan produk-produk lainnya. Yield RCC naphta yang dihasilkan oleh unit RCC adalah

sebesar 60.25%.

Page 39: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

39

Gambar 4.1 Bagan Unit Produksi

Berikut merupakan penjelasan tiap unit prosesnya:

1. CDU (Crude Distilation Unit)

CDU adalah unit yang mengolah minyak mentah (crude oil) yang datang ke PT

Pertamina RU VI dengan perbandingan komposisi minyak mentah heavy oil dan

light oil berdasarkan Rencana Kerja Harian. Kapasitas maksimal dari unit ini

adalah sebesar 125.000 BPSD (barrel per stream day). CDU memisahkan minyak

mentah berdasarkan titik didihnya menjadi fraksi-fraksi tertentu atau yang lebih

dikenal dengan distilasi. Pada unit CDU bahan baku yang masuk pada unit ini akan

diolah menjadi gas, naphta,dan kerosene. Residu yang dihasilkan pada CDU adalah

AR (Atmospheric Residu). AR yang dihasilkan oleh CDU akan diolah di unit

ARDHM (Atmospheric Residu Hydro Demetalizer) dan RCC (Residue Catalitic

Cracking).

2. ARDHM (Atmospheric Residue Hydro Demetalizer)

Residu yang dihasilkan oleh CDU yaitu berupa AR (Atmospheric Residue)

mengandung metal (Nikel, Vanadium) serta karbon (MCCR) dalam jumlah yang

tinggi. Sehingga AR tersebut butuh diolah lebih lanjut hingga kadar logam yang

terdapat di dalamnya berkurang. Residu yang keluar dari unit ARDHM adalah

Page 40: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

40

DMAR (Demetalized Atmospheric Residu). DMAR ini akan menjadi feed bagi unit

RCC.

3. RCC (Resideu Catalytic Crackker)

Unit RCC mengolah residu yang berasal dari unit ARDHM yaitu DMAR dan

residu yang berasal dari unit CDU yaitu AR. Proses pengolahan tersebut dilakukan

dengan cara perengkahan dengan menggunakan katalis. Produk-produk yang

dihasilkan oleh unit RCC antara lain adalah Propylene, Propane, Light Cycle Oil,

Polygasoline, RCC Naphta, Decant oil, dan Mixed C4

4.7.4 Angka Oktan Riset (Research Octane number)

Angka oktan merupakan suatu angka yang menunjukan ketahanan bahan bakar

mogas ketika menghasilkan ketukan yang dibandingkan dengan bahan bakar

pembanding standar (campuran isoktana dan n-heptana) bila diuji pada mesin

kendaraan. Angka oktan ditentukan dengan membandingkan tendensi ketukan dengan

campuran suatu bahan bakar pembanding yang diketahui angka oktannya pada suatu

kondisi optimum standar.

Adanya pembakaran bahan bakar yang tepat, yaitu pembakaran dari busi akan

merambat secara cepat keseluruh ruang pembakaran, bahan bakar tersebut tidak mudah

menimbulkan ketukan dalam mesin. Ketukan dalam mesin timbul karena terjadi

pembakaran abnormal. Secara umum mutu bahan bakar ini ditentukan oleh kebutuhan

angka oktan. Angka oktan riset bahan bakar bensin menunjukan mutu anti ketuk yang

dimiliki oleh bahan bakar tersebut. Terjadinya ketukan pada motor bensin tergantung

pada angka oktan dari bahan bakar yang digunakan. Bila bahan bakar yang digunakan

memenuhi kebutuhan angka oktan dari motor bensin, maka tidak akan terjadi ketukan.

Untuk membuat produk premium dari SR Naphta dan RCC Naphta masing-masing

oktan number nya harus diketahui dahulu. Setelah diketahui baru kita dapat menentukan

komposisi % volume SR Naphta dan RCC Naphta tersebut.Berdasarkan hasil analisis

menggunakan ASTM D2699 didapat angka oktan untuk SR Naphta sebesar 56.0 dan

untuk RCC Naphta angka oktan sebesar 93.0 berdasarkan data ini, menurut perhitungan

rumus blending didapatkan komposisi 83% volume untuk RCC Naphta dan 17 %

volume untuk SR Naphta. Didapatkan premium dengan angka oktan 88.3. padahal

menurut perhitungan rumus blending seharusnya oktan yang didapatkan 86.6 hal ini

Page 41: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

41

dikarenakan adanya faktor blending yang dapat mempengaruhi hasil oktan blending

sehingga hasil yang didapat tidak linier sama seperti perhitungan tetapi lebih besar

sedikit.

4.7.5 Proses Blending

Blending adalah proses pencampuran komponen-komponen produk yang memiliki

nilai spesifikasi yang berbeda-beda untuk mencapai produk dengan nilai spesifikasi

tertentu. Tujuan dari blending produk ini adalah untuk menghasilkan finished product

yang sesuai dengan spesifikasi (on spec) melalui alokasi komponen-komponen blending

yang diperlukan oleh suatu produk. Dalam perhitungan blending menggunakakn cara

perbandingan anatar oktan/RON dengan sejumlah volume yang sama. Berikut

merupakan merumusan dama menghitung komponen blending:

๐ป = ๐‘ฃ1. ๐‘œ1 + ๐‘ฃ2. ๐‘œ2 + โ‹ฏ + ๐‘ฃ๐‘›. ๐‘œ๐‘›

๐‘‰1 + ๐‘‰2 + โ‹ฏ + ๐‘‰๐‘›

Dimana:

H = Oktan Blend

V = Volume Komponen

O = Nilai Oktan Komponen

Komponen yang dihasilkan dari unit CDU, ARDHM, dan RCC untuk membuat

produk premium, dan pertamax dicampur sesuai dengan oktan yang dibutuhkan.

4.7.6 Yield di Setiap Pengolahan

Berdasarkan formulasinya, terdapat dua macam blending yaitu, blending linear dan

non linear. Blending linear dilihat dari proporsi volume masing-masing komponen

blending. Hasil produk-produk yang telah di blending kemudian diambil sample dari

produk tersebut kemudian di analisa di laboratorium untuk diuji ke absahannya. Proses

Blending ini dilakukan pada minyak mentah (crude oil), produk setengah jadi

(intermediete products) dan produk jadi (finished products). Pada skala laboratorium

proses blending dilakukan untuk menentukan proporsi yang harus diberikan pada pipa-

pipa di kilang. Pada skala kilang, blending dilakukan pada produk setengah jadi

(intermediete products) untuk menghasilkan produk jadi (finished products) sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

Page 42: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

42

Yield adalah jumlah produk yang dihasilkan pada suatu proses sintesis kimia atau

lebih dikenal dengan perolehan reaksi. Yield mengartikan jumlah perolehan hasil yang

didapatkan pada suatu proses berdasarkan bahan baku yang digunakan dalam proses

tersebut. Pada umumnya, perolehan reaksi tersebut dinyatakan dalam persentase.

Sebagai contoh adalah sebagai berikut.

Misalkan saja digunakan bahan baku berupa minyak mentah (crude oil) sebanyak

1000 liter. Dari crude oil tersebut terdapat yield 20% naphta, 30% gas dan 50% residu.

Maka dalam sekali mengolah crude oil dengan bahan baku sejumlah 1000 liter, akan

didapatkan naphta sebanyak 20% x 1000 liter yaitu sebesar 200 liter.

Pada PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, terdapat tiga unit utama

dalam proses pengolahan minyak mentah (crude oil). Ketiga unit tersebut antara lain

adalah CDU (Crude Distilation Unit), ARDHM (Atmospheric Residue

Hydrodemetalization), dan RCC (Residue Catalyic Cracking). Bahan baku yang

menjadi feed bagi CDU adalan minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Duri dan

Minas. Minyak mentah (crude oil) yang masuk pada unit CDU terdiri atas dua jeinis

yaitu heavy oil dan light oil dengan proporsi 60% heavy oil dan 40% Light oil. Residu

yang dihasilkan oleh CDU yaitu berupa AR menjadi bahan baku (feed) bagi unit

ARDHM dan unit RCC. Unit ARDHM akan menghasilkan residu berupa DMAR

(Demetalized Atmospheric Residue) yang menjadi bahan baku (feed) bagi unit RCC.

Gambar 4.2 Yield Unit CDU, ARDHM, RCC, KLBB

Page 43: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

43

4.7.7 Short Term Survey (STS)

Pada proses perencanaan produksi, perlu adanya integrasi dari semua aspek yang

dapat mempengaruhi perencanaan, perencanaan produksi 1 tahun dibut berdasarkan

hasil dari optimalisasi jumlah material yang harus tersedia maupun jumlah produk yang

harus diproduksi yang nanti akan dibreakdown menjadi perencanaan produksi bulanan /

Short Term Survey (STS), STS tersebut berupa perintah bagi Supply Chain &

Distribution untuk melakukan Break Down kembali untuk dijadikan Rencana

Pengolahan Harian (RPH). STS yang digunakan dalam penyusunan laporan ini

menggunakan STS bulan Maret 2015.

4.7.8 Teknik Optimasi

Optimasi merupakan aktivitas untuk mendapatkan hasil terbaik dari pilihan yang

tersedia. Tujuan dari setiap keputusan adalah untuk meminimumkan usaha yang

dilakukan atau memaksimumkan keuntungan yang diperoleh. Usaha atau keuntungan

tersebut secara praktek dinyatakan sebagai fungsi dengan variable keputusan yang akan

dicari nilai optimumnya. Metode untuk mencari nilai optimum tersebut dikenal sebagai

teknik program matematika (mathematical programming technique) yang merupakan

bagian dari ilmu Operations Research (Riset Operasi).

Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan program linier yang memiliki

variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyeleseikannya

dengan mudah digunakan aplikasi solver excel. Setelah masalah diidentifikasikan,

tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik yang meliputi

tiga tahap:

1. Menentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan menyatakan

dalam simbol matematik.

2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier

(bukan perkalian) dari variabel keputusan.

3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam

persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari

variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu.

Di dalam menyelesaikan persoalan optimasi dengan menggunakan aplikasi

solver excel, harus memenuhi kriteria-kriteria berikut :

Page 44: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

44

1) Seluruh pembatas berbentuk persamaan ( = ) Jika pembatas bertanda โ€œโ‰คโ€ atau โ€œโ‰ฅโ€

dapat dijadikan suatu persamaan yang bertanda โ€œ=โ€ dengan cara menambah atau

mengurangi dengan suatu variable (slack variable). Slack variable adalah variabel

tambahan yang mewakili tingkat pengangguran atau kapasitas yang merupakan

batasan.

2) Seluruh variabel merupakan variable non negative.

3) Fungsi tujuan berupa maksimum atau minimum. Meskipun begitu kadang-kadang

masih diperlukan perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya. (Taha, 1996)

Secara matematis, solusi yang diperoleh dari pengelolaan variabel tersebut disebut

sebagai solusi basis. Jika suatu solusi basis dapat memenuhi pembataspembatas non

negative, maka solusi ini disebut sebagai solusi basis fisibel. Variabel-variabel yang

dinolkan disebut sebagai variable non basis dan sisanya disebut variable basis. Dan

berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan tabel yang akan dioptimasi dengan

aplikasi solver excel:

1. Menentukan fungsi tujuan sesuai tujuan permasalahan. Istilah untuk

menggambarkan fungsi tujuan dari permasalahan adalah Z.

2. Menyusun persamaan-persamaan ke dalam tabel untuk dijadikan constraints

dengan variabel yang dilambangkan dengan X.

3. Menentukan batasan yang digunakan untuk membatasi nilai Constraint sesuai

kebutuhan permasalahan.

4.7.9 Metode Linier Programming

Programa Linier (Linear Programming) adalah suatu cara untuk menyelesaikan

persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang

bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Persoalan pengalokasian

ini akan muncul manakala seseorang harus memilih tingkat aktivitas-aktivitas tertentu

yang bersaing dalam hal penggunaan sumber daya langka yang dibutuhkan untuk

melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Beberapa contoh situasi dari uraian diatas

antara lain ialah persoalan pengalokasian sumber daya nasional untuk kebutuhan

domestik, penjadwalan produksi, solusi permainan (game), dan pemilihan pola

pengiriman (shipping). Satu hal yang menjadi ciri situasi di atas ialah adanya keharusan

untuk mengalokasikan sumber terhadap aktivitas.

Page 45: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

45

Programa linier ini menggunakan model matematis untuk menjelaskan persoalan

yang dihadapinya. Sifat โ€œlinierโ€ disini memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis

dalam model ini merupakan fungsi yang linier, sedangkan kata โ€œprogramaโ€merupakan

sinonim untuk perencanaan. Dengan demikian, programa linier adalah perencanaan

aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatuhasil yang optimum, yaitu suatu hasil yang

mencapai tujuan terbaik diantara seluruh aktivitas yang fisibel. Dalam membangun

model dari formulasi persoalan programa linier digunakan karakteristik-karakteristik

antara lain, yaitu:

a) Variabel keputusan

Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-

keputusan yang akan dibuatfungsi tujuan.

b) Fungsi tujuan

Fungsi tujuan merupakan fungsi dari dari variable keputusan yang akan dibuat

maksimum (untuk pendapatan atau keuntungan) atau dibuat minimum (untuk

ongkos).

c) Pembatas

Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan

harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien dari variabel

keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis, sedangkan bilangan yang

ada disisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas.

d) Pembatas tanda

Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya

diasumsikan hanya berharga nonnegatif atau variabel keputusan tersebut boleh

berharga positif, boleh juga negatif (tidak terbatas dalam tanda).

4.7.10 Fitur Solver Di Excel

Salah satu penggunaan computer sebagai alat bantu dalam proses pengambilan

keputusan adalah pengunaan berbagai jenis spreadsheet solver. Solver adalah sebuah

spreadsheet optimizer dan goals seeking yang merupakan program add-in dalam

software Ms. Excel.

Dalam solver terdapat beberapa tahap, yaitu:

Page 46: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

46

1. Goals seeking, pada tahap ini solver berfungsi untuk mendapatkan suatu nilai

dalam target cell yang harus sama dengan suatu nilai tertentu. Apliaksinya berupa

penyelesaian terhadap permasalahan dalam break--even analysis. Atau internal rate

of return atau persamaan simultan.

2. Unconstrained Optimization, pada tahap ini solver berfungsi untuk mendapatkan

suatu nilai dalam satu target cells. Untuk dimaksimalkan atau diminimalkan.

Aplikasinya berupa penyelesaian terhadap permasalahan dalam inventory problem.

3. Constrained Optimization, pada tahap ini solver memperbolehkan penetapan

beberapa constrain bersama-sama dengan satu target cell untuk dioptimumkan

nilainya.

Terdapat dua metode dalam solver untuk mendapatkan solusi, yaitu:

a. Gradient Search, metode ini bekerja dengan cara menelusuri nilai yang lebih

besar atau lebih kecil disekitar nilai awal. Berdasarkan atas batasan yang telah

ditentukan, jika semua arah perubahan nilai sudah tidak dapat memperbaiki

pencapaian objective function, maka prosedur perhitungan akan dihentikan.

Ahli matematik menyebutkan hasil dari metode ini dengan istilah local

optimum, suatu titik yang mempunyai nilai lebih optimum dibandingkan titik

yang lain disekitarnya. Hanya metode ini yang dapat dipergunakan pada

permasalahan non-linear.

b. Simplex Algorithm, metode ini merupakan suatu prosedur perhitungan yang

sangat cepat untuk permasalah linear dengan menggunakan Algoritma

Matematika yang memungkinkan solver untuk mencari solusi optimum hanya

dengan melihat beberapa kemungkinan. Metode ini hanya dapat dipergunakan

untuk permasalahan dengan constrain linear dan fungsi tujuan linear.

4.8 PENGOLAHAN DATA

Ketika data-data dari perusahaan sudah terkumpul dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan model linear programming untuk menentukan kedatangan

optimal volume crude oil dan mengetahui jumlah finished product sehingga didapatkan

nilai margin yang diperoleh PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Untuk

menggunakan metode linear programming maka dilakukan pemodelan matematis.

Page 47: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

47

4.8.1 Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan yang digunakan formula untuk mencari keuntungan yaitu profit

optimal. Dalam kasus ini revenue didapatkan dari hasil kali antara volume yang dijual

dengan harga jual per barrel kemudian diselisihkan dengan biaya produksi yaitu hasil

kali antara harga minyak mentah per barrel dengan volume minyak mentah yang dibeli

Max Z = {(โˆ‘ ๐‘ท๐’‹๐’ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‹๐’๐Ÿ—๐’=๐Ÿ ) โˆ’ (โˆ‘ ๐‘ท๐’ƒ๐’ ๐’™ ๐‘ฝ๐’ƒ๐’๐Ÿ–

๐’=๐Ÿ )}

Keterangan:

Z = Profit optimal dari RU VI Balongan

Pjn = Harga jual untuk setiap produk

Vjn = Volume produk

Pbn = Harga beli untuk setiap crude oil

Vbn = Volume crude oil

4.8.2 Variabel Keputusan

Variabel keputusan pada permasalahan ini adalah volume crude oil yang akan dibeli

oleh RU VI Balongan dengan mempertimbangkan harga yang sudah ditentukan.

4.8.3 Pembatas Masalah

Pembatasan masalah ini didasarkan dengan sumber daya yang ada di RU VI

Balongan. Pembatasan masalah tersebut dibagi menjadi dua bagian yang berbeda

dimana pembatas dari sisi pembelian minyak mentah dan pembatas yang ada di dapur

produksi yang meliputi:

1. Pembelian crude oil

a) Maksimum volume crude oil yang bisa diterima di RU VI Balongan

b) Presentasi maksimum kandungan sulfur yang terdapat pada crude oil.

2. Dapur Produksi

Tabel 4.1 Pembatas Masalah di Dapur Produksi

Unit Batasan

CDU

Kapasitas pada unit CDU

Batas AR yang terkandung dalam minyak untuk

unit CDU

ARDHM Kapasitas ARDHM

RCC Kapasitas RCC

Gasoil Pembatas Cetant index

Octan

Number

Pembatas Octane number untuk Premium, Pertamax, dan

Pertamax Plus.

Page 48: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

48

4.8.4 Variabel yang Terlibat

Berikut meurpakan variabel yang membatasi atau merepresentasikan sumber daya

yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan yaitu meliputi:

1. Harga Beli Crude oil

Tabel 4.2 Data Harga Beli Crude oil

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Harga beli crude oil Duri Hb1 $/barrel 52.04

Data

didapatkan dari

STS Maret

2015

2 Harga beli crude oil Jatibarang Hb2 $/barrel 52.31

3 Harga beli crude oil Azeri Hb3 $/barrel 59.37

4 Harga beli crude oil Mudi Hb4 $/barrel 51.06

5 Harga beli crude oil Banyu Urip Hb5 $/barrel 50.87

6 Harga beli crude oil Aseng Hb6 $/barrel 61.96

7 Harga beli crude oil Qarun Hb7 $/barrel 56.22

8 Harga beli crude oil Girasol Hb8 $/barrel 55.47

9 Harga beli crude oil LSWR Hb9 $/barrel 46.27

2. Harga Pengiriman Crude oil

Tabel 4.3 Data Harga Pengiriman Crude oil

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Harga pengiriman crude oil Duri HT1 $/barrel 2.01

Data didapatkan

dari STS Maret

2015

2 Harga pengiriman crude oil Jatibarang HT2 $/barrel 0.01

3 Harga beli crude oil Mudi HT4 $/barrel 0.99

4 Harga beli crude oil Banyu Urip HT5 $/barrel 0.96

5 Harga beli crude oil LSWR HT9 $/barrel 1.32

3. Kedatangan Volume Crude oil (Sebelum Optimasi)

Tabel 4.4 Data Volume Pengolahan Crude oil (Sebelum Optimasi)

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Volume crude oil Duri Vb1 Barrel 36.93

Data

didapatkan dari

STS Maret

2015

2 Volume crude oil Jatibarang Vb2 Barrel 3.23

3 Volume crude oil Azeri Vb3 Barrel 19.35

4 Volume crude oil Mudi Vb4 Barrel 4.03

5 Volume crude oil Banyu Urip Vb5 Barrel 6.32

6 Volume crude oil Aseng Vb6 Barrel -

7 Volume crude oil Qarun Vb7 Barrel 19.35

8 Volume crude oil Girasol Vb8 Barrel 19.35

9 Volume crude oil LSWR Vb9 Barrel 19.35

Page 49: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

49

4. Yield Crude Unit CDU

Tabel 4.5 Data Yield Crude Unit CDU

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Yield crude light end Duri YA1 % 0

Data didapatan

dari STS Maret

2015.

2 Yield crude naphtha Duri YA2 % 0.01

3 Yield crude kerosene Duri YA3 % 0.07

4 Yield crude gasoil Duri YA4 % 0.14

5 Yield crude residue Duri YA5 % 0.78

6 Yield crude light end Jatibarang YB1 % 0.22

7 Yield crude naphtha Jatibarang YB2 % 0.15

8 Yield crude kerosene Jatibarang YB3 % 021

9 Yield crude gasoil Jatibarang YB4 % 0.18

10 Yield crude residue Jatibarang YB5 % 0.24

11 Yield crude light end Azeri YC1 % 0.02

12 Yield crude naphtha Azeri YC2 % 0.18

13 Yield crude kerosene Azeri YC3 % 0.17

14 Yield crude gasoil Azeri YC4 % 0.28

15 Yield crude residue Azeri YC5 % 0.35

16 Yield crude light end Mudi YD1 % 0.01

17 Yield crude naphtha Mudi YD2 % 0.19

18 Yield crude kerosene Mudi YD3 % 0.21

19 Yield crude gasoil Mudi YD4 % 0.18

20 Yield crude residue Mudi YD5 % 0.41

21 Yield crude light end Banyu Urip YE1 % 0.0046

22 Yield crude naphtha Banyu Urip YE2 % 0.16

23 Yield crude kerosene Banyu Urip YE3 % 0.16

24 Yield crude gasoil Banyu Urip YE4 % 0.30

25 Yield crude residue Banyu Urip YE5 % 0.38

26 Yield crude light end Aseng YF1 % 0.01

27 Yield crude naphtha Aseng YF2 % 0.07

28 Yield crude kerosene Aseng YF3 % 0.13

29 Yield crude gasoil Aseng YF4 % 0.30

30 Yield crude residue Aseng YF5 % 0.52

31 Yield crude light end Qarun YF1 % 0.01

32 Yield crude naphtha Qarun YG2 % 0.09

33 Yield crude kerosene Qarun YG3 % 0.11

34 Yield crude gasoil Qarun YG4 % 0.25

35 Yield crude residue Qarun YG5 % 0.54

36 Yield crude light end Girasol YH1 % 0.01

37 Yield crude naphtha Girasol YH2 % 0.11

38 Yield crude kerosene Girasol YH3 % 0.13

39 Yield crude gasoil Girasol YH4 % 0.26

40 Yield crude residue Girasol YH5 % 0.49

41 Yield crude light end LSWR YH1 % 0

42 Yield crude naphtha LSWR YI2 % 0

43 Yield crude kerosene LSWR YI3 % 0.24

44 Yield crude gasoil LSWR YI4 % 0

45 Yield crude residue LSWR YI5 % 0.76

Page 50: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

50

5. Kandungan sulfur crude oil

Tabel 4.6 Data Kandungan Sulfur Crude oil

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Kandungan sulfur crude oil Duri S1 % 0.24

Data

didapatkan dari

data

kandungan

sulfur bulan

Maret 2015.

2 Kandungan sulfur crude oil Jatibarang S2 % 0.19

3 Kandungan sulfur crude oil Azeri S3 % 0.16

4 Kandungan sulfur crude oil Mudi S4 % 0.37

5 Kandungan sulfur crude oil Banyu Urip S5 % 0.37

6 Kandungan sulfur crude oil Aseng S6 % 0.25

7 Kandungan sulfur crude oil Qarun S7 % 0.2

8 Kandungan sulfur crude oil Girasol S8 % 0.34

9 Kandungan sulfur crude oil LSWR S9 % 0.2

6. Kapasitas Unit

Tabel 4.7 Data Kapasitas Unit

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Kapasitas CDU KCDU MB 125 Data

didapatkan dari

STS Maret

2015.

2 Kapasitas ARDHM KARDHM MB 58

3 Kapasitas RCC KRCC MB 83

4 Kapasitas KLBB KKLBB MB 52

7. Yield unit ARDHM

Tabel 4.8 Data Yield Unit ARDHM

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Yield offgas YOARDHM % Volume 2,18 Data

didapatkan

dari STS

Maret 2015.

2 Yield naphtha YNARDHM % Volume 2,29

3 Yield kerosene YKARDHM % Volume 0,37

4 Yield gasoil YGARDHM % Volume 12,75

5 Yield DMAR YDMARARDHM % Volume 89,25

8. Yield unit RCC

Tabel 4.9 Data Yield Unit RCC

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Yield gas YGRCC % Volume 0,09

Data

didapatkan

dari STS

Maret 2015.

2 Yield propylene YPRRCC % Volume 0,1

3 Yield polygasolie YPORCC % Volume 0,02

4 Yield LCO YLCORCC % Volume 0,08

5 Yield naphtha YNRCC % Volume 0,63

6 Yild decant oil YDRCC % Volume 0,09

7 Yield coke YCRCC % Volume 0,08

8 Yield LPG YLPGRCC % Volume 0,18

Page 51: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

51

9. Yield unit KLBB

Tabel 4.10 Data Yield Unit KLBB

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Yield HOMC YHOMCKLBB % Volume 0,88 Data didapatkan dari

STS Maret 2015.

10. Octane number dan cetant index

Tabel 4.11 Data Octane number/Cetant index

No Jenis Variabel Notasi Nominal Keterangan

1 Premium ON1 88 Data

didapatkan

dari STS

Maret 2015.

2 Pertamax ON2 92

3 Pertamax plus ON3 95

4 HOMC ON4 92

5 Solar CI 45

11. Harga jual finished product

Tabel 4.12 Data Harga Jual Finished Product

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Harga jual premium HJ1 $/barrel 67.78

Data

didapatkan dari

STS Maret

2015.

2 Harga jual pertamax HJ2 $/barrel 86.83

3 Harga jual pertamax plus HJ3 $/barrel 77.48

4 Harga jual HOMC HJ4 $/barrel 59.67

5 Harga jual gasoil (solar) HJ5 $/barrel 75.28

6 Harga jual propyelene HJ6 $/barrel 57.58

7 Harga jual decant oil HJ7 $/barrel 48.8

8 Harga jual LPG HJ8 $/barrel 49.5

12. Volume finished product (Sebelum Optimasi)

Tabel 4.13 Data Volume Jual Finished Product (Sebelum Optimasi)

No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan

1 Volume premium VJ2 Barrel 46.05

Data

didapatkan dari

STS Maret

2015.

2 Volume pertamax VJ3 Barrel 19.35

3 Volume pertamax plus VJ4 Barrel 1.29

4 Volume HOMC VJ5 Barrel 17.13

5 Volume gasoil (solar) VJ6 Barrel 42

6 Volume LPG VJ7 Barrel 10.42

7 Volume decant oil VJ8 Barrel 9.47

8 Volume propyelene VJ9 Barrel 7.23

Page 52: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

52

4.8.5 Pengolahan dengan Solver - Ms. Excel

Optimasi yang dilakukan menggunakan bantuan software Ms Excel dengan tools

solver add-ins. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan proses optimasi

adalah sebagai berikut:

1. Buka software Ms. Excel, pilih menu File โ€“ Options โ€“ Add Ins. Centang pada

bagian Solver.

2. Setelah itu pilih menu Data lalu pilih Solver.

a. Set Objective: Merupakan sel yang dijadikan target (dalam bentuk

formula/rumus). Pada kasus ini dipilih cell yang menunjukkan gross margin

hasil optimalisasi.

b. To: Merupakan tujuan yang dituju yaitu maksimal, minimal atau nilai tertentu

(value of). Pada kasus ini dipilih max karena bertujuan memaksimalkan gross

margin.

c. By changing cells: Merupakan sel target yang dapat diubah nilainya. Nilai yang

nantinya dirubah akan berpengaruh pada hasil optimalisasi. Pada kasus ini cell

yang dipilih adalah:

1) Jumlah Crude pada masing-masing sumber.

2) Jumlah stok akhir pada tiap crude.

3) Kapasitas operasi unit ARHDM.

4) Kapasitas operasi unit RCC.

5) Kapasitas operasi unit KLBB.

d. Subject to the constrain; Merupakan batasan-batasan yang digunakan dalam

perhitungan formula yang nantinya mempengaruhi pada hasil optimalisasi.

Pada kasus ini dimasukan batasan-batasan yang terdiri dari:

1) Kapasitas unit CDU memiliki batasan nilai maksimal 125 MB.

2) Jumlah stok akhir di unit CDU memiliki batasan nilai minimal (2200 MB)

dan maksimal (2600 MB) pada akhir bulan dan tidak memiliki nilai negatif

(โ‰ฅ0).

3) Kapasitas unit ARHDM memiliki batasan nilai minimal (46.5 MB) dan

maksimal (58 MB).

4) Nilai sulfur yang terkandung dalam Crude di CDU maksimal bernilai

0.23%.

Page 53: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

53

5) Rasio Crude Super Heavy yaitu Duri dan LSWR Mix minimal (60%)

maksimal (65%) dari total Crude yang diolah.

6) Rasio untuk AR yang diterima RCC dari CDU adalah 35%.

7) Kapasitas unit RCC memiliki batasan nilai minimal (63.8 MB) dan

maksimal (83 MB)

8) Kapasitas unit KLBB memiliki batasan nilai minimal (39 MB) dan

maksimal (52 MB)

9) Hasil pool blending sama dengan hasil pengolahan produk jadi (premium,

pertamax, pertamax plus, HOMC)

10) Nilai cetant index solar mempunyai batasan nilai 45

Objek, tujuan, variabel dan batasan untuk optimasi menggunakan solver dapat

dilihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Tampilan Input Dalam Optimasi Menggunakan Solver

3. Setelah semua parameter dalam solver dimasukkan, pilih Solve maka akan muncul

Solver Result dan pilih Oke. Jika hasil solver telah optimal maka akan muncul

seperti pada Gambar 4.2

Page 54: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

54

Gambar 4.4 Hasil Solver

4.8.6 Kapasitas Unit CDU

Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan optimasi volume pengolahan

per hari tiap crude oil yang datang dengan adanya batasan-batasan.

Tabel 4.14 Kapasitas Volume Crude oil

Crude oil Stok Awal Alokasi Pengolahan

Stok Akhir MBCD MB

Duri 1.237 1145 44,62 1,383,2 998,75

Jatibarang

100 1,38 42,7 57,26

Azeri 600 19,35 600,0 -

Mudi 33 125 5,10 158,0 -

Banyu Urip 66 196 8,45 262,0 -

Aseng 230 0,00 0,0 230,00

Qarun

600 12,50 387,6 212,37

Girasol 600 3,21 99,6 500,37

LSWR Mix 571 600 30,38 941,8 229,25

Total Feed CDU 2.137 3966 125 3.875,0 2,228

Komposisi SH Crude 64%

Batasan:

Kapasitas maksimal pengolahan per hari โ‰ค 125 MB

Komposisi super heavy crude dari Duri dan LSWR memiliki batas minimal

(60%) dan maksimal (65%) dari total pengolahan keseluruhan crude.

Jumlah stok akhir berada pada range 2200 โ‰ค stok akhir โ‰ค 2600

Stok akhir dari setiap crude oil tidak ada yang bernilai negatif โ‰ฅ 0

Page 55: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

55

Setelah menentukan volume crude oil, selanjutnya menghitung yield dan kandungan

sulfur dari tiap crude oil dengan mengkalikan yield dengan volume pengolahan crude

oil. Berikut merupakan data yield dan kandungan sulfur pada tiap crude oil.

Tabel 4.15 Yield Crude oil

% VOLUME

JENIS PRODUK Light End Naptha Kerosene Gasoil Residue Kandungan

Sulfur

Duri - 0,01 0,07 0,14 0,78 0,24

Jatibarang 0,22 0,15 0,21 0,18 0,24 0,19

Azeri 0,02 0,18 0,17 0,28 0,35 0,16

Mudi 0,01 0,19 0,21 0,18 0,41 0,37

Banyu Urip 0,00 0,16 0,16 0,30 0,38 0,37

Aseng 0,01 0,07 0,13 0,28 0,52 0,25

Qarun 0,01 0,09 0,11 0,25 0,54 0,2

Girasol 0,01 0,11 0,13 0,26 0,49 0,34

LSWR Mix - - 0,24 - 0,76 0,2

Total 0,2809 0,9534 1,4259 1865 4.4712 0,23

Dibawah ini adalah hasil perkalian antara volume pengolahan crude oil dengan

yield dari tiap crude.

Tabel 4.16 Kapasitas Yield dan Kandungan Sulfur Unit CDU

UNIT CDU

Crude oil Light

End Naphtha Kerosene Gas Oil Residue

Kandungan

Sulfur

Duri - 0,45 3,08 6,07 34,94 0,24

Jatibarang 0,30 0,21 0,29 0,25 0,33 0,19

Azeri 0,42 3,47 3,38 5,33 6,75 0,16

Mudi 0,05 0,95 1,06 0,93 2,11 0,37

Banyu Urip 0,04 1,31 1,36 2,53 3,21 0,37

Aseng 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25

Qarun 0,14 1,14 1,33 3,13 6,76 0,2

Girasol 0,03 0,36 0,42 0,83 1,56 0,34

LSWR Mix - - 7,29 - 23,09 0,2

Total Feed

CDU 0,97 7,88 18,21 19,06 78,75

kandungan

sulfur maks

Yield

Combine 1% 6% 15% 15% 63% 0,23

Contoh perhitungan mendapatkan nilai yield combine crude oil duri naphtha unit CDU:

๐‘‰๐‘1๐‘ฅ๐‘Œ๐ด2 = 44,62 ๐‘ฅ 0,01 = 0,45 Keterangan:

Vb1 = volume crude oil duri

YA2 = yield naphtha crude oil duri

Page 56: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

56

Contoh perhitungan mendapatkan nilai kandungan sulfur dengan spesifikasi pada CDU:

{(โˆ‘๐‘ฝ๐’ƒ๐’

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ ๐‘ฐ๐’๐’•๐’‚๐’Œ๐’†

๐Ÿ—๐’=๐Ÿ ๐’™ % ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’–๐’“)} < 23%

(๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,24) + (

๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,19) + (

๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ‘

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,16 ) + (

๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ’

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,37) +

(๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ“

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,37) + (

๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ”

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,25) + (

๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ•

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,2) + (

๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ–

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,34) +

(๐‘ฝ๐’ƒ๐Ÿ—

๐‘ป๐’๐’•๐’‚๐’ (๐‘ด๐‘ฉ) ๐’™ 0,2) < 23%

Keterangan:

Vb1 = Volume Crude oil Duri

Vb2 = Volume Crude oil Jatibarang

Vb3 = Volume Crude oil Tiung Azeri

Vb4 = Volume Crude oil Mudi

Vb5 = Volume Crude oil Banyu Urip

Vb6 = Volume Crude oil Aseng

Vb7 = Volume Crude oil Qarun

Vb8 = Volume Crude oil Girasol

Vb9 = Volume Crude oil LSWR Mix

X = Kandungan yield sulfur pada Unit

Batasan:

Total yield combine untuk residue memiliki range 60% โ‰ค residue CDU โ‰ค 63%

Kandungan sulfur maksimal bernilai 23%

4.8.7 Kapasitas Unit ARDHM, Unit RCC, dan Unit KLBB

Pada tahap ini, nilai yang dicari adalah kapasitas operasi dengan batasan minimal

dan maksimal dari setiap unit ARDHM, RCC, dan KLBB.

1. Unit ARDHM

Di unit ARDHM akan mengolah residu yang dihasilkan oleh CDU (Atmospheric

Residue) untuk mengurangi jumlah kadar logamnya.

Batasan:

Kapasitas operasi pada unit ARDHM berada pada range 46.5 MB โ‰ค KARDHM โ‰ค

58 MB.

Tabel 4.17 Kapasitas Unit ARDHM

UNIT ARDHM

Kapasitas Min Max

56,96 46,5 58

98% 80% 100%

Page 57: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

57

Tabel 4.17 Kapasitas Unit ARDHM (lanjutan)

UNIT ARDHM

YIELD % VOLUME VOLUME MBCD

Offgas 2,18 1,24

Naptha 2,29 1,30

Kerosene 0,37 0,21

Gasoil 12,75 7,26

DMAR 89,25 50,84

Contoh perhitungan mendapatkan nilai volume MBCD pada yield offgas

ARDHM:

KARDHM x Yoffgas = 56,96 ๐‘ฅ 2,18% = 124 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘’๐‘™ = 1,24 ๐‘€๐ต

Unit ARDHM memiliki kapasitas operasi 98% dan menghasilkan beberapa

produk diantaranya terdapat produk offgas sebanyak 1.24 MB/hari dengan yield

2.18% , produk naphtha sebanyak 1.3 MB/hari dengan yield 2.29%, produk

kerosene sebanyak 0.21MB/hari dengan yield 0.37%, produk gasoil sebanyak

7.26MB/hari, dan produk DMAR sebanyak 50.84MB/hari dengan yield 89.25%.

Semua produk berada pada kapasitas operasi sebesar 56.96%.

2. Unit RCC

Residu yang keluar dari unit ARDHM adalah DMAR (Demetalized Atmospheric

Residu). DMAR ini akan menjadi feed bagi unit RCC.

Batasan:

Kapasitas operasi unit RCC berada pada range 63.8 โ‰ค KRCC โ‰ค 83

Feed yang masuk RCC memiliki rasio perbandingan untuk DMAR/AR minimal

70%/30%.

Tabel 4.18 Kapasitas Unit RCC

UNIT RCC

Kapasitas Min Max

72,63 63,8 83

88% 77% 100%

Rasio Ratio Volume MBCD

Rasio AR 30% 21,79

Rasio DMAR 70% 50,84

Page 58: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

58

Tabel 4.18 Kapasitas Unit RCC

UNIT RCC

Yield RCC % VOLUME VOLUME MBCD

Gas 9% 6,31

Propylene 10% 6,94

Polygasoline 2% 1,45

LCO 8% 5,81

Naphtha 63% 45,75

Decant 9% 6,54

Coke 8% 5,81

LPG 18% 13,17

Contoh perhitungan mendapatkan nilai volume MBCD pada yield gas RCC:

KRCC x Ygas = 72,63 ๐‘ฅ 9% = 631 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘’๐‘™ = 6,31 ๐‘€๐ต

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa volume AR sebesar 21.79

MB/hari dan volume DMAR 50.84MB. produk yang dihasilkan dalam unit RCC

adalah sebagai berikut:

a. Produk offgas sebanyak 6.31 MB/hari dengan yield 9%

b. Produk propyelene sebanyak 6.94 MB/hari dengan yield 10%

c. Produk polygasoline sebanyak 1.45 MB/hari dengan yield 2%

d. Produk LCO sebanyak 5.81 MB/hari dengan yield 8%

e. Produk naphtha sebanyak 45.75 MB/hari dengan yield 63%

f. Produk decant sebanyak 6.54 MB/hari dengan yield 9%

g. Produk coke sebanyak 5.81 MB/hari dengan yield 8%

h. Produk LPG sebanyak 13.17 MB/hari dengan yield 9%

3. Unit KLBB

Unit KLBB yaitu mengolah naphtha yang masuk menjadi produk HOMC.

Batasan:

Kapasitas operasi unit KLBB berada pada range 39 โ‰ค KKLBB โ‰ค 52

Tabel 4.19 Kapasitas Unit KLBB

UNIT KLBB

Kapasitas Min Max

52 39 52

100% 75% 100%

Yield

KLBB % VOLUME VOLUME MBCD

HOMC 88 45,76

Contoh perhitungan mendapatkan nilai volume MBCD pada yield HOMC:

๐พ๐พ๐ฟ๐ต๐ต ๐‘ฅ ๐‘Œ๐ป๐‘‚๐‘€๐ถ = 52 ๐‘ฅ 88% = 45760 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘’๐‘™ = 45,76 ๐‘€๐ต

Page 59: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

59

Produk yang dihasilkan unit KLBB adalah produk HOMC sebanyak 45,76 MB/hari

dengan yield 88%.

4.8.8 Proses Pool Blending

Proses pool blending merupakan proses pencampuran antara naphtha CDU,

naphtha ARDHM, naptha HOMC yang akan diolah sehingga menghasilkan produk

premium, pertamax, serta pertamax plus, dan HOMC. Dalam proes ini, nilai yang dicari

adalah ON Barrel (Octane number Barrel) dimana akan menjadi batas maksimum dalam

penentuan volume total produk.

Batasan:

Volume total pool blending = Volume total produk

Tabel 4.20 Proses Pool Blending

POOL BLENDING

JENIS Volume ON ON Barrel

Naphtha CDU 7,88 67 527,65

Naphtha AHU 1,30 67 87,40

Naphtha RCC 45,75 93 4.255,19

Naphtha HOMC 45,76 91 4.164,16

Polygasoline 1,45 100 145,25

TOTAL 9.176,09

Produk Volume ON ON Barrel

Premium 64,8 88 5.700,55

Pertamax 19,4 92 1.780,65

Pertamax Plus 1,3 95 122,58

HOMC 17,1 92 1.575,87

TOTAL 9,179,09

Contoh perhitungan:

(๐‘‰๐‘๐‘Ž๐‘โ„Ž๐‘กโ„Ž๐‘Ž๐ถ๐ท๐‘ˆ ๐‘ฅ ๐‘‚๐‘1) + (๐‘‰๐‘๐‘Ž๐‘โ„Ž๐‘กโ„Ž๐‘Ž๐ด๐ป๐‘ˆ๐‘ฅ ๐‘‚๐‘2) + (๐‘‰๐‘๐‘Ž๐‘โ„Ž๐‘กโ„Ž๐‘Ž๐‘…๐ถ๐ถ๐‘ฅ๐‘‚๐‘3) +

(๐‘‰๐‘๐‘Ž๐‘โ„Ž๐‘กโ„Ž๐‘Ž๐ป๐‘‚๐‘€๐ถ๐‘ฅ ๐‘‚๐‘4) + (๐‘‰๐‘๐‘œ๐‘™๐‘ฆ๐‘”๐‘Ž๐‘ ๐‘œ๐‘™๐‘–๐‘›๐‘’ ๐‘ฅ ๐‘‚๐‘5) = (๐‘‰๐‘ƒ1 ๐‘ฅ ๐‘‚๐‘1) + (๐‘‰๐‘ƒ2๐‘ฅ๐‘‚๐‘1) +

(๐‘‰๐‘ƒ3๐‘ฅ๐‘‚๐‘3) + (๐‘‰๐‘ƒ4๐‘ฅ๐‘‚๐‘4)

(7,88 ๐‘ฅ 67) + (1,30๐‘ฅ 67) + (45,75 ๐‘ฅ 93) + (45,76 ๐‘ฅ 91) + (1,45 ๐‘ฅ 100)

= (64,8 ๐‘ฅ 88) + (19,4๐‘ฅ92) + (1,3๐‘ฅ95) + (17,1๐‘ฅ92)

Keterangan

ON1 = octane number premium

ON2 = octane number pertamax

ON3 = octane number pertamax plus

ON4 = octane number HOMC

Page 60: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

60

Produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

a. Premium sebanyak 64.8MB dengan octane number 88.

b. Pertamax sebanyak 19.4MB dengan octane number 92.

c. Pertamax plus sebanyak 1.3MB dengan octane number 95.

d. HOMC sebanyak 17.1MB dengan octane number 92.

4.8.9 Proses Distilasi

Proses distilasi dilakukan untuk mendapatkan gasoil atau solar yang merupakan

bahan bakar untuk kendaraan berjenis mesin diesel. Batasan cetant index untuk gasoil

maksimal adalah 45.

Tabel 4.21 Proses Distilasi

DISTILASI

JENIS Volume CI CI Barrel

Kerosene CDU 18,21 35,3 642,80

Kerosene ARDHM 0,21 35,3 7,44

Gas oil CDU 19,06 53,44 1.018,78

Gas oil ARDHM 7,26 53,44 388,12

LCO RCC 2,29 26 59,55

TOTAL 47,69 45 2.116,69

Cetant index Solar maks 45

Contoh perhitungan mendapatkan nilai cetant index untuk solar:

(๐‘‰๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘œ๐‘ ๐‘’๐‘›๐‘’๐ถ๐ท๐‘ˆ ๐‘ฅ ๐ถ๐ผ1) + (๐‘‰๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘œ๐‘ ๐‘’๐‘›๐‘’๐ด๐‘…๐ท๐ป๐‘€ ๐‘ฅ ๐ถ๐ผ2) + (๐‘‰๐บ๐‘Ž๐‘ ๐‘œ๐‘–๐‘™๐ถ๐ท๐‘ˆ ๐‘ฅ ๐ถ๐ผ3)

+ ( ๐‘‰๐บ๐‘Ž๐‘ ๐‘œ๐‘–๐‘™๐ด๐‘…๐ท๐ป๐‘€๐‘ฅ๐ถ๐ผ4) + (๐‘‰๐ฟ๐ถ๐‘‚ ๐‘…๐ถ๐ถ๐‘ฅ๐ถ๐ผ5) โ‰ค 45

Keterangan:

CI1 = cetant index kerosene CDU

CI2 = cetant index kerosene ARDHM

CI3 = cetant index gasoil CDU

CI4 = cetant index gasoil ARDHM

CI5 = cetant index LCO RCC

Dengan pencampuran antara kerosene CDU sebesar 18.21 MB/hari, kerosene

ARDHM sebesar 0.21 MB/hari, gasoil CDU sebesar 19.06 MB/hari, gasoil ARDHM

sebesar 7.26 MB/ hari kemudian LCO di RCC sebesar 2.29 Mb/ hari menghasilkan

solar sebanyak 47.69 MB/hari.

Page 61: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

61

4.8.10 Pengolahan NBBM

NBBM merupakan proses khusus yang menangani dan mengolah bahan bakar non

minyak dimana produk yang dihasilkan berupa gas. Tidak ada proses khusus untuk

mengolah NBBM ini. Propylene, LPG, decant oil seluruhnya didapatkan dari proses di

RCC yang berupa gas. Produk non BBM merupakan produk yang sama-sama akan

dijual dan menjadi pemasukan untuk PT. Pertamina

Tabel 4.22 Pengolahan NBBM

PENGOLAHAN NBBM

Jenis Volume

Propyelene 6.94

Decant 10.06

LPG 13.17

4.8.11 Finished product

Finished product adalah hasil akhir dari serangkaian pengolahan crude oil yang

merupakan produk jadi yang siap untuk dijual dan dipasarkan. Dalam penelitian ini

produk jadi dibatasi hanya 8 produk yang dihasilkan dalam pengolahan crude oil.

Berikut merupakan produk jadi dan volume produk per harinya berdasarkan hasil

pengolahan.

Tabel 4.23 Finished Product

FINISHED

PRODUCT

VOLUME

MBCD

FINISHED

PRODUCT

VOLUME

MBCD

Premium 64,78 Solar 47,04

Pertamax 19,4 Propyelen 6,94

Pertamax Plus 1,3 Decant 10,06

HOMC 17,1 LPG 13,17

Jumlah finished product yang paling besar adalah produk premium sebanyak 64,78

MB per hari nya. Hal tersebut dikarenakan permintaan akan premium yang tinggi di

kalangan masyarakat karena harganya yang relatif murah. Jumlah terkecil produksi

adalah pertamax plus dikarenakan walaupun memiliki kualitas paling baik diantara

premium dan pertamax, harganya jauh lebih mahal.

Page 62: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

62

4.9 ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.9.1 Optimasi Crude Oil

Crude oil merupakan bahan baku yang diperlukan dalam mengolah produk seperti

premium, pertamax, pertamax plus, solar, dan lainnya. Dalam mengolah crude oil

terdapat proposi antara super heavy crude dan heavy crude. Golongan super heavy

crude berasal dari Duri dan LSWR sebesar 60%. Sedangkan heavy crude didatangkan

dari Jatibarang, Azeri, Mudi, Banyu Urip, Aseng, Qarun, dan Girasol dengan proporsi

sebesar 40%.

Pertimbangan dalam menentukan volume crude oil adalah harga beli crude yang

ditentukan pasar dan harga pengiriman melalui pipa. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan software solver didapatkan hasil volume optimal untuk

memenuhi kebutuhan yang ada dan mengoptimalkan gross margin adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.24 Optimasi Volume Crude oil

CRUDE OIL VOLUME MBCD % VOLUME

Duri 44,62 36%

Jatibarang 1,38 1%

Azeri 9,35 15%

Mudi 5,10 4%

Banyu Urip 8,45 7%

Aseng 0,00 0%

Qarun 12,50 10%

Girasol 3,21 3%

LSWR Mix 30,38 24%

TOTAL 125 100%

Volume tersebut terhitung berdasarkan per hari dengan satuan MB (million

barrel). Persentase volume terbesar adalah crude oil Duri sebanyak 36% dan yang

terkecil adalah Aseng 0% sehingga dapat dikatakan bahwa crude oil Aseng tidak

diperlukan (karena kurang menguntungkan). Volume crude oil tersebut akan tercapai

jika unit CDU beroperasi dengan utilitas 100% atau dengan kapasitas maksimum yaitu

125 MB per harinya.

Page 63: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

63

4.9.2 Optimasi Gross Margin

Perhitungan gross margin dapat dilakukan ketika total pengeluaran biaya produksi

yang didapatkan dari volume crude yang optimal dan harga beli crude serta total

pendapatan yag didapatkan dari volume finished product dan harga jual produk sudah

diketahui. Gross margin adalah selisih dari total pendapatan dan total pengeluaran.

Berikut merupakan tabel rekapitulasi biaya produksi yang melibatkan crude oil

sebagai bahan baku sebagai input produksi.

Tabel 4.25 Total Pengeluaran Biaya Produksi

Total biaya produksi dengan crude yang optimal adalah sebesar US$

9.053.306/hari. Revenue didapatkan dari hasil penjualan finished product yang siap

jual. Setelah melakukan pengolahan data dan software solver yang terdapat pada

Microsoft Excel maka didapatkan hasil akhir yaitu finished product siap jual. Berikut

merupakan tabel pendapatan atau revenue yang didapatkan.

PENGELUARAN BIAYA PRODUKSI

CRUDE OIL VOLUME

(barrel/day)

PURCHASE

PRICE

US$/barrel

TRANSPORT

PRICE

US$/barrel

PRICE

US$/barrel

TOTAL

PRICE

US$/barrel

Duri 44.620,88 52,04 2,01 54,05 2.411,76

Jatibarang 1.378,87 52,31 0,01 52,32 72,14

Azeri 19.354,84 59,37 0 59,37 1.149,10

Mudi 5.096,77 51,06 0,99 51,05 265,29

Banyu Urip 8.451,61 50,87 0,96 51,83 438,05

Aseng 0 61,96 0 61,96 0,00

Qarun 12.504,19 56,22 0 56,22 702,99

Girasol 3.213,72 55,47 0 55,47 178,27

LSWR 30.379,12 46,27 1,32 47,59 1.445,74

Naphtha KLBB 45.760 50,29 1,94 52,23 2.389.981,82

TOTAL PRODUKSI US$ 9.053.306

Page 64: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

64

Tabel 4.26 Total Pendapatan Finished Product

PENDAPATAN FINISHED PRODUCTS

FINISHED

PRODUCT

VOLUME

(barrel/day)

PRICE

US$/barrel

TOTAL PRICE

US$/barrel

Premium 64.778,98 67,78 4.390.719

Pertamax 19,354,8 86,83 1.680.581

Pertamax Plus 1.290,3 77,48 999.74

HOMC 17.129,0 59,67 1.022.089

Solar 47.037,65 75,28 3.540.994

Propyelen 6.942,08 57,58 399.725

Decant 10.055,99 48,8 490.732

LPG 13.174,46 49,5 652.136

TOTAL PENDAPATAN US$ 12.276.950,62

Volume finished product terhitung berdasarkan per hari dalam satuan unit

barrel/hari Setelah diketahui hasil volume pengolahan finished product serta harga jual

produk maka dapat diketahui pendapatan finished product sebesar US$ 12.276.950,62

maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan gross margin dengan cara mengurangi

total pendapatan dan total pengeluaran.

Gross margin optimal yang bisa didapatkan PT. Pertamina (Persero) RU VI

Balongan pada bulan Maret 2015 adalah sebesar US$ 3.223.644,14 atau setara dengan

Rp 41.907.373.802,- per hari nya. Gross margin dapat tercapai jika semua kegiatan

produksi berada dalam kondisi ideal dan crude oil yang didatangkan sesuai dengan

perhitungan.

๐‘ฎ๐‘น๐‘ถ๐‘บ๐‘บ ๐‘ด๐‘จ๐‘น๐‘ฎ๐‘ฐ๐‘ต

= US$ 12.276.950,62 โˆ’ US$ 9.053.306

= ๐‘ˆ๐‘†$ 3.223.644,14

= ๐‘‡๐‘‚๐‘‡๐ด๐ฟ ๐‘ƒ๐ธ๐‘๐ท๐ด๐‘ƒ๐ด๐‘‡๐ด๐‘ โˆ’ ๐‘‡๐‘‚๐‘‡๐ด๐ฟ ๐‘ƒ๐ธ๐‘๐บ๐ธ๐ฟ๐‘ˆ๐ด๐‘…๐ด๐‘

Page 65: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

65

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan penulisan diatas adalah

sebagai berikut:

1. Optimasi crude oil dilakukan dengan melakukan perhitungan metode linier

programming menggunakan solver excel. Langkah-langkahnya adalah menentukan

fungsi tujuan yaitu gross margin, menentukan variabel keputusan yaitu volume beli

crude, menentukan batasan (constrain) yaitu biaya bahan baku crude oil, biaya

transportasi, kapasitas tiap unit CDU, ARDHM, RCC, dan KLBB, volume jual

produk dan harga jual produk, yang terakhir menjalankan solver. Kemudian

didapatkan hasil optimasi kebutuhan bahan baku kedatangan volume crude oil yang

optimal pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Volume Crude oil

Crude oil Volume MBCD % Volume

Duri 44.62 36%

Jatibarang 1.38 1%

Azeri 9.35 15%

Mudi 5.10 4%

Banyu Urip 8.45 7%

Aseng 0.00 0%

Qarun 12.50 10%

Girasol 3.21 3%

LSWR 30.38 24%

TOTAL 125 MB 100%

2. Finished product merupakan hasil akhir dari pengolahan crude oil. Jumlah inilah

yang nantinya dijual dan akan menjadi total pendapatan PT. Pertamina (Persero)

RU VI Balongan pada Bulan Maret 2015. Volume finished product yang sudah

diolah berdasarkan hasil perhitungan solver volume optimasi crude oil dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Volume Finished product

Finished

product

Volume

MBCD Finished product

Volume

MBCD

Premium 64.78 Solar 47.04

Pertamax 19.4 Propyelen 6.94

Pertamax Plus 1.3 Decant 10.06

HOMC 17.1 LPG 13.17

Page 66: Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier Programming_teknik Industri_univ.brawijaya

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015

66

3. Gross margin merupakan revenue yang didapatkan dari total pendapatan dikurangi

total pengeluaran. Berdasarkan penghitungan, dapat disimpulkan bahwa PT.

Pertamina RU VI Balongan akan mendapatkan gross margin idealnya sebesar US$

3.223.644,14 per harinya dalam Bulan Maret 2015. Apabila PT. Pertamina RU VI

mampu mendatangkan (mengoptimalkan) crude oil yang memiliki volume sesuai

dengan optimasi crude yang sudah dilakukan dan juga mampu memproduksi yang

menghasilkan volume finished product jual sesuai yang sudah dioptimasi

menggunakan linear programming.

5.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan dari studi kasus yang telah dilakukan berupa saran

untuk perusahaan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

5.2.1 Saran untuk Perusahaan

Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Pertamina RU VI Balongan adalah

sebagai berikut.

1. Tingkat produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen maka tidak

terjadinya kelebihan maupun kekurangan stock Bahan Bakar Minyak (BBM),

BBK maupun NBM.

2. Meningkatkan kapasitas pada tiap unit pengolahan agar produksi dapat

bertambah.

5.2.2 Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian selanjutnya adalah sebagai

berikut.

1. Sebaiknya dalam menentukan optimasi, mempertimbangkan biaya-biaya lainnya

seperti biaya inventory, biaya tenaga kerja yang terlibat, dan biaya lainnya agar

revenue yang didapatkan lebih detail diperhitungkan.

2. Sebaiknya menggunakan software linear programming lain yang lebih akurat

dan mendapatkan hasil yang optimal.