optimalisasi pengamanan parkir kawasan wisata guna menekan kasus pencurian kendaraan bermotor
TRANSCRIPT
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
DAYA SAING DAERAH DAN KEJAHATAN KONVENSIONAL
OPTIMALISASI PENGAMANAN PARKIR KAWASAN WISATA GUNA
MENEKAN KASUS PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
DALAM RANGKA HARKAMTIBMAS
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam melaksanakan tugasnya Polri bertujuan untuk mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak azasi manusia1. Untuk mewujudkan tercapainya tujuan
daripada pelaksanaan tugasnya, Polri diharapkan mampu mengaplikasikan
kegiatan nyata yang dapat dirasakan langsung masyarakat, salah satunya adalah
dengan melakukan upaya untuk menekan dan menanggulangi terus meningkatnya
berbagai jenis kejahatan konvensional.
Jenis kejahatan konvensional yang saat ini terus meningkat, baik secara
kwantitas maupun kwalitas diantaranya adalah kejahatan pencurian kendaraan
bermotor atau Curanmor. Berdasarkan data yang di himpun oleh Kepolisian,
secara statistik disalah satu wilayah Polres, rata-rata setiap hari bisa lebih dari
satu kendaraan bermotor lenyap disikat pelaku Curanmor, dengan pola MO
(modus operandi) , pola waktu dan pola TKP para pelaku Curanmor juga terus
berkembang. Salah satu lokasi yang rawan menjadi sasaran pelaku kejahatan
Curanmor adalah tempat yang ramai aktivitas masyarakat.
1 Pasal 4 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
1
Kawasan wisata merupakan tempat aktivitas masyarakat yang ramai
dikunjungi saat hari libur. Semakin ramainya aktivitas masyarakat dikawasan
wisata, selain berdampak terhadap kemajuan ekonomi masyarakat sekitarnya,
juga akan berimbas terhadap pendapatan asli daerah dimana kawasan wisata
tersebut berada. Untuk itu kondisi keamanan dikawasan wisata perlu dijaga agar
tetap kondusif, sehingga pengunjung merasa aman dan nyaman dalam melakukan
aktivitasnya dikawasan tersebut.
Untuk itulah, penulis tertarik untuk membuat tulisan naskah karya
perorangan (NKP) tentang OPTIMALISASI PENGAMANAN PARKIR
KAWASAN WISATA GUNA MENEKAN KASUS PENCURIAN
KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA HARKAMTIBMAS.
2. Permasalahan
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam tulisan ini adalah : " Dengan tingginya kwantitas kejahatan
Curanmor di kawasan wisata yang termasuk dalam wilayah polres X, diperlukan
upaya penanggulangan yang optimal dari Polri, agar terwujud rasa aman dan
tentram bagi para wisatawan yang berkunjung di kawasan tersebut".
3. Pokok persoalan
a. Kasus kejahatan Curanmor yang tinggi di kawasan wisata dapat
mempengaruhi rasa aman dan nyaman wisatawan, sehingga berpengaruh
terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung.
b. Belum optimalnya kegiatan pengamanan yang dilaksanakan di kawasan
wisata, sehingga belum mampu menekan kwantitas kejahatan Curanmor di
kawasan tersebut.
4. Ruang lingkup
Penulisan naskah karya perorangan (NKP) ini dibatasi pada upaya
mengoptimalkan kegiatan pengamanan yang dilaksanakan oleh Polres X di
kawasan wisata dalam wilayah hukumnya, sehingga mampu menekan kwantitas
kejahatan konvensional terutama jenis Curanmor dalam rangka mendukung
upaya Harkamtibmas.
2
II. PEMBAHASAN
5. Fakta – fakta
Wilayah hukum Polresta X secara geografis merupakan wilayah penyangga
ibukota Negara. Saat ini jumlah penduduk di wilayah Polresta X berjumlah
sekitar 944.066 jiwa, dengan jumlah Polisi sebanyak 1132 orang, sehingga
Police employee rate sebesar 1: 833. Secara historis di wilayah Polresta X
terdapat berbagai peninggalan sejarah yang cukup menarik. Selain itu dengan
iklim yang sejuk, disana terdapat juga berbagai Kawasan wisata yang menjadi
favorit bagi wisatawan domestik maupun asing, untuk dikunjungi saat akhir
pekan dan liburan.
Data kawasan wisata di wilayah Polresta X.
No Jenis Kawasan Wisata Jumlah Ket
1 Wisata keluarga 2 Rekreasi keluarga, hiburan
2 Wisata sejarah 7 Museum
3 Wisata alam 1 Kebun raya,outbond
5 Wisata belanja 21 Factory outlet dll
Jumlah 31
Sumber data : Lapsat Polresta X tahun 2011
Dengan kondisi diatas, selain dampak positif berupa peningkatan taraf
ekonomi masyarakat sekitar dan peningkatan pendapatan asli daerah, timbulnya
juga dampak negatif berupa meningkatnya angka kejahatan konvensional di
wilayah Polres X, terutama untuk kasus kejahatan Curanmor.
Data kejahatan konvensional jenis C3 (Curas, Curat dan Curanmor) selama 2
bulan terakhir tahun 2011 di wilayah Polresta X.
No Bulan Mei JuniTrend
CT CC CT CC1 Curat 10 10 12 6 CT + 20 %, CC -50%
2 Curas 3 2 5 2 CT + 66 %, CC -26%
3 Curanmor 15 1 17 5 CT + 11 %, CC + 28 .%
Jumlah 28 13 34 13 CT + 17 % CC -8 %
Sumber data : paparan Anev Guantibmas Polresta X bulan Mei dan Juni 2011.
3
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa dalam dua bulan terakhir terjadi
kenaikan angka kejahatan konvensional jenis C3 (Curas, Curat dan Curanmor) di
wilayah Polresta X. Untuk itu dari uraian singkat diatas, serta berkaitan dengan
judul, permasalahan dan pokok persoalan pada NKP ini, maka dibahas fakta yang
ada sebagai berikut :
a. Kasus kejahatan Curanmor yang tinggi di kawasan wisata dapat
mempengaruhi rasa aman dan nyaman wisatawan, sehingga berpengaruh
terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung.
1) Kejahatan Curanmor yang terjadi diwilayah Polresta X dua bulan
terakhir, mengalami kenaikan sebesar 11 %, dari 15 kasus menjadi 17
kasus. Akan tetapi jumlah kasus tersebut belum menunjukkan angka
yang sebenarnya, karena masih banyak kejadian Curanmor yang tidak
dilaporkan ke Polisi.
2) Pola waktu dan pola TKP kejahatan Curanmor dikawasan wisata,
banyak terjadi di kantong parkir kawasan wisata belanja, dan sebagian
besar terjadi antara jam. 14.00 WIB s/d 21.00 WIB.
3) Modus Operandi para pelaku Curamor dalam melaksanakan aksinya
dengan menggunakan kunci palsu ataupun membongkar kendaraan yang
sedang di parkir dengan menggunakan kunci letter ”T”. Selain itu ada
pelaku Curanmor yang mampu menjinakkan alarm kendaraan dan pelaku
juga dengan mudah mengelabuhi tukang parkir lantaran bisa
menunjukkan kartu parkir yang tertinggal di dalam kendaraan
4) Berdasarkan hasil investigasi dan identifikasi terhadap para pelaku
Curanmor yang sudah terungkap, para pelaku Curanmor masing –
masing mempunyai jaringan atau kelompok tersendiri. Kelompok dan
jaringan pelaku Curanmor yang ada diwilayah Polresta X, antara lain :
a) Kelompok lokal, merupakan jaringan pelaku Curanmor yang berasal
dari oknum masyarakat setempat. Biasanya kendaraan hasil
kejahatan Curanmor di jual setelah kendaraan tersebut di potong
(istilah pelaku) atau dipreteli untuk dijual dalam bentuk suku cadang
bekas kepada penadah lokal (penjual suku cadang bekas).
b) Kelompok luar daerah, merupakan jaringan pelaku Curanmor yang
4
berasal dari oknum masyarakat diluar wilayah Polresta X. Biasanya
kendaraan hasil kejahatan Curanmor dijual keluar daerah oleh
kelompoknya masing – masing.
c) Adanya jaringan pelaku Curanmor yang di bekingi oleh oknum
aparat dari unsur TNI maupun Polri serta pelaku bekerjasama dengan
oknum tukang Parkir di kawasan wisata.
d) Kelompok pelaku Curanmor juga bekerjasama dengan kelompok
pemalsu surat – surat kendaraan.
5) Faktor penyebab terjadinya aksi Curanmor, kadangkala disebabkan
karena kelalaian pemilik yang meninggalkan kendaraanya dalam
keadaan tidak terkunci atau kunci yang tertinggal di kendaraan..
b. Belum optimalnya kegiatan pengamanan yang dilaksanakan di kawasan
wisata, sehingga belum mampu menekan kwantitas kejahatan Curanmor di
kawasan tersebut.
1) Upaya pengamanan di kawasan wisata, dilakukan secara terbuka oleh
unit Polisi Pariwisata yang berada di bawah kendali satuan fungsi
Denpam Obvit. Jumlah anggota Denpam Obvit sebanyak 39 orang,
yang dibagi dalam beberapa penugasan, selain bertugas sebagai anggota
unit Polisi Pariwisata, juga bertugas menjaga objek vital yang ada di
wilayah Polresta X.
2) Unit Polisi Pariwisata bertugas pada akhir pekan dan dibantu unsur
Polwan secara bergantian serta terfokus pada kawasan wisata rekreasi
keluarga. Selain melaksanakan pengamanan Polisi Pariwisata, juga
memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian informasi dan
menerima laporan pengaduan pengunjung wisata.
3) Pola pengamanan tertutup belum di berdayakan secara maksimal,
anggota satuan Reskrim dan Intelkam, belum diberdayakan untuk
khusus pengamanan di kawasan wisata. Selama ini pemberdayaan
anggota satuan Reskrim dan Intelkam hanya sekedar untuk pengawasan
wilayah dalam bentuk Kring Reserse dan Kring Intelkam.
4) Kerjasama keamanan dengan pihak pengelola kawasan wisata, belum
dilaksanakan secara maksimal. Selama ini baru pihak Kepolisian yang
5
pro-aktif melakukan upaya pengamanan di kawasan wisata.
5) Sebagian anggota masyarakat masih belum peduli untuk membantu
Kepolisian melakukan upaya pengamanan. Adanya kelompok Ormas
yang terlibat dalam pengelolaan per-parkiran di kawasan wisata hanya
sekedar untuk meraup keuntungan materi.
6. Analisa fakta – fakta
Berdasarkan fakta – fakta diatas, maka analisa terhadap yang berkaitan
dengan pokok persoalan dalam NKP ini, sebagai berikut:
a. Kasus kejahatan Curanmor yang tinggi di kawasan wisata dapat
mempengaruhi rasa aman dan nyaman wisatawan, sehingga berpengaruh
terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung.
1) Angka kejahatan Curanmor yang meningkat, berdampak menimbulkan
keresahan masyarakat dan jika sering terjadi di kawasan wisata tertentu,
akan berimbas pada menurunnya minat masyarakat untuk berkunjung
ke kawasan wisata tersebut.
2) Pola waktu dan pola TKP Curanmor sering terjadi pada akhir pekan di
kawasan wisata belanja, menunjukkan kemampuan pelaku yang dapat
membaca situasi kapan mereka dapat melakukan aksinya dengan aman.
3) Modus operandi pelaku yang dengan mudah melakukan aksinya dengan
menggunakan kunci palsu atau kuci letter T, dikarenakan masih ada
masyarakat yang belum menyadari pentingnya menggunakan kunci
ganda dan adanya peningkatan kemampuan para pelaku untuk
menjinakkan alarm kendaraan serta kemampuan mengelabui petugas
Parkir.
4) Terbaginya para pelaku kejahatan Curanmor ke dalam beberapa jaringan
atau kelompok, menunjukkan bahwa kejahatan Curanmor sudah
merupakan kejahatan yang terorganisir dengan rapih, dimana para
pelaku tidak saja dari unsur oknum masyarakat, akan tetapi melibatkan
juga oknum aparat TNI/POLRI . Selain itu adanya kelompok pelaku dari
luar daerah juga menunjukan bahwa kejahatan tersebut merupakan
kejahatan lintas wilayah dan perlu penanganan yang terkoordinasi antar
kesatuan Kepolisian kewilayahan.
6
b. Belum optimalnya kegiatan pengamanan yang dilaksanakan di kawasan
wisata, sehingga belum mampu menekan kwantitas kejahatan Curanmor di
kawasan tersebut.
1) Banyaknya kawasan wisata yang ada belum sebanding dengan jumlah
Polisi Pariwisata yang bertugas, sehingga belum semua kawasan dapat
tercover oleh kegiatan pengamanan.
2) Pengamanan di kawasan wisata, yang hanya terfokus pada lokasi wisata
wisata rekreasi keluarga, menyebabkan kawasan wisata lain seperti
wisata belanja maupun kuliner yang notabene lebih ramai pada saat
tertentu, belum dilaksanakan pengamanan secara maksimal. Hal ini
merupakan peluang bagi para pelaku kejahatan Curanmor untuk
melakukan aksinya.
3) Pengamanan tertutup yang berdasarkan pembagian wilayah Kring
Reserse maupun Intelkam, belum secara maksimal membantu kegiatan
pengamanan, karena anggota Reskrim maupun Intelkam tidak terfokus
hanya pada pengamanan di lokasi wisata, tetapi juga melakukan
pengawasan di lokasi lain.
4) Kerjasama keamanan dengan pihak pengelola kawasan wisata, belum
dilaksanakan secara maksimal, sehingga pengelola kawasan wisata
belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab serta antisipasi
terhadap keamanan pengunjung.
5) Kurangnya kepedulian masyarakat menyebabkan Kepolisian dengan
keterbatasannya belum maksimal dalam melakukan upaya pengamanan.
Selain itu kelompok Ormas yang terlibat dalam pengelolaan per-parkiran
di kawasan wisata yang hanya sekedar untuk meraup keuntungan materi
belum diberdayakan maksimal untuk membantu pengamanan oleh Polri.
7. Upaya pemecahan masalah.
Sebelum penulis menguraikan bagaimana pemecahan masalah, dengan
adanya pokok persoalan dalam NKP ini, maka penulis akan menyampaikan
konsep maupun teori yang berkaitan dengan upaya pemecahan masalah yaitu
Konsep Sinergi. Konsep sinergi adalah kerja sama Win-Win. Menurut Stephen
Covey dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People, melakukan ilustrasi
7
sinergi adalah 1 + 1 = 3 atau lebih. Artinya, hasil keseluruhan dari penjumlahan
elemen-elemen yang terlibat, memberikan dampak dahsyat yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan hasil penjumlahan total dari masing-masing elemen yang
berdiri sendiri (The total is bigger than the sum of its parts).
Prinsip dasar konsep Sinergi mengadung prinsip dasar, agar siapapun yang
terlibat dalam sinergi dapat memberikan hasil yang optimal yaitu.
Kesediaan untuk saling berbagi. Dengan saling berbagi ide, pengetahuan,
keahlian, dan pengalaman, sinergi bisa dilakukan. Disinilah kekuatan dari sinergi
itu dapat ditemukan. Tanpa kesediaan untuk saling berbagi ini, sinergi tidak bisa
terlaksana.
Berdasarkan konsep diatas, , maka upaya pemecahan masalah sesuai pokok
persoalan NKP adalah, sebagai berikut :
a. Kasus kejahatan Curanmor yang tinggi di kawasan wisata dapat
mempengaruhi rasa aman dan nyaman wisatawan, sehingga berpengaruh
terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung.
1) Perlu upaya maksimal untuk menekan angka kejahatan kejahatan
Curanmor, dengan kegiatan operasi Kepolisian khusus, dengan sasaran
lokasi yang dikedepankan lokasi rawan kejahatan Curanmor seperti
kawasan wasata.
2) Melakukan analisa dan evaluasi bedasarkan pola waktu dan pola TKP
pelaku Curanmor, kemudian menempatkan anggota Polri dilokasi
maupun jam rawan kejahatan, didukung oleh kegiatan Patroli rutin.
Selain itu dapat dilakukan penjebakan pelaku dengan memasang GPS
pada kendaraan yang digunakan untuk memancing pelaku, sehingga
dapat dilacak keberadaan kendaraan maupun pelaku Curanmor.
3) Menghimbau kepada masyarakat untuk menggunakan kunci ganda,
himbauan dapat dilakukan dalam bentuk penyebaran spandu, brosur
maupun dengan mengoptimalkan peran Babinkamtibmas. Selain itu pada
saat Razia kendaraan bermotor petugas Kepolisian mengecek setiap
kendaraan apakah sudah menggunakan kunci ganda dan berikan arahan
kepada pemiliknya untuk memasang kunci ganda.
5) Jaringan pelaku Curanmor yang terorganisir dan lintas daerah, maka
8
perlu upaya optimalisasi koordinasi antara kesatuan kewilayahan Polri.
Selain itu pada saat pengurusan surat kendaraan baik itu Mutasi
kendaraan atau BBN perlu dilakukan cross cek secara detail melibatkan
satuan Reskrim, di unit pelayanan Samsat/BPKB.
c. Belum optimalnya kegiatan pengamanan yang dilaksanakan di kawasan
wisata, sehingga belum mampu menekan kwantitas kejahatan Curanmor di
kawasan tersebut.
1) Pengamanan oleh Polisi Pariwisata, juga dibantu oleh Polsek setempat
dengan meningkatkan peran Babinkamtibmas dan Baurpulbaket, serta
dibantu oleh kegiatan Patroli rutin.
2) Pada kawasan wisata yang belum tercover kegiatan pengamanan, peran
Pam Swakarsa dimaksimalkan untuk membantu Kepolisian, berikan
arahan dan pembinaan secara rutin kepada anggota Pam swakarsa.
3) Menempatkan pengamanan tertutup pada lokasi Parkir kawasan wisata
secara skala prioritas, untuk pemantauan dan pengawasan.
4) Mengundang dan membuat MOU dengan pengelola kawasan wisata,
untuk bekerjasama dalam memberikan pelayanan bidang keamanan
terhadap pengunjung kawasan wisata.
5) Memberdayakan program kemitraan dan kerjasama dengan masyarakat,
seperti FKPM. Peran instansi terkait, Ormas dan tokoh masyarakat
dilibatkan dalam upaya menanggulangi kejahatan Curanmor.
III. PENUTUP
8. Kesimpulan
a. Kejahatan Curanmor yang terus meningkat di kawasan wisata dapat
berdampak pada berkurangnya kunjungan wisatawan, disebabkan masyarakat
tidak merasa aman dan nyaman. Untuk itu perlu upaya penanganan kejahatan
Curanmor dengan kegiatan Kepolisian, baik berupa operasi Kepolisian
khusus, penempatan personel dilokasi rawan, himbauan untuk meningkatkan
kewaspadaan masyarakat maupun koordinasi antar kesatuan Kepolisian
untuk mengungkap jaringan pelaku.
9
b. Optimalisasi pengamanan di kawasan wisata dapat dilakukan dengan
peningkatan peran Polisi Pariwisata bersinergi dengan antar satuan fungsi
Kepolisian, peran Polsek maupun Babinkamtibmas, kerjasama dengan pihak
pengelola kawasan wisata serta memberdayakan program kemitraan antara
Polisi dan masyarakat.
9. Rekomendasi
a. Agar dilakukan cross check data antara database permohonan blokir dari
satuan Reskrim, dengan realisasi pemblokirannya di Samsat / Sat Lantas.
b. Perlunya dilaksanakan pencanangan program waspada Curanmor, yang
melibatkan seluruh unsur komponen masyarakat.
Lembang, Juli 2011
Penulis
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku/Bahan pelajaran
1. Anev situasi GKTM bulan Mei dan Juni.2011. Polresta X.
2. Lapsat.2011. Polresta X.
3. Hanjar. 2011. Daya saing daerah dan kejahatan konvensional. Dikreg-51
4. Website.2011. http://fkk.ummgl.ac.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=7
5. Website.2011.http://detiknews.com/
Peraturan dan Perundang-Undangan
6. UU nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI.
7. Perkap nomor 7 tahun 2008 tentang pedoman implementasi dan strategy Polmas.
8. Perkap nomor 24 tahun 2007 tentang sistem manajemean organisasi, peusahaan, dan
atau instansi/lembaga Pemerintah.
11