optimalisasi penerapan model pembelajaran · pdf filedrs. bambang wijanarko, ... karlina dwi...

104
OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010) Skripsi Oleh: Karlina Dwi Jayanti NIM. K.5605030 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: nguyenkhue

Post on 24-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR

CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari

Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010)

Skripsi

Oleh: Karlina Dwi Jayanti

NIM. K.5605030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

ii

OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR

CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari

Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010)

Oleh:

Karlina Dwi Jayanti NIM. K.5605030

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2009

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes. NIP. 19620518 198702 1 001 NIP. 19591229 198702 1 001

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd

Sekretaris : Drs. Agus Mukholid, M.Pd

Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes

Anggota II : Drs. H. M.Mariyanto, M.Kes

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001

v

ABSTRAK

Karlina Dwi Jayanti. OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2009.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat optimalisasi penerapan model pembelajaran PAIKEM dalam cabang olahraga lompat jauh gaya jongkok pada siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun 2009/2010. (2) Tingkat motivasi belajar siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 30 orang yang terdiri atas 14 siswa putri dan 16 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan kuisioner tertutup. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan (1) Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati kardus dan melompati teman sangat baik untuk kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 pembelajaran melompati kardus memiliki kategori Baik atau Nilai 4 (11.33%), pada siklus 2 pembelajaran melompati teman memiliki kategori Baik Sekali atau Nilai 5 (10%). (2) Motivasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dengan model PAIKEM meningkat. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 pembelajaran melompati kardus memiliki kategori Baik atau Nilai 4 (22.33%) dan siklus 2 pembelajaran melompati taman memiliki kategori Baik Sekali atau Nilai 5 (20.67%).

vi

MOTTO Barang siapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang

mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya dunia dan

akhirat.

(HR. Ibnu dari Abu Hurairah)

Kerjakanlah apa yang dapat dikerjakan hari ini, karena waktu terus berjalan

dan tidak akan pernah kembali lagi.

(Penulis)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan Ibu tercinta

Putra Nabuasa

Sahabat tersayang

Teman-teman Angkatan 2005

Adik-adik JPOK FKIP UNS

Almamater

viii

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes. sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Keyongan Boyolali yang telah memberikan

ijin penelitian.

7. Para siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali yang telah bersedia

menjadi sumber data dalam penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, September 2009

KDJ

ix

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ................................……………………………………………….

PENGAJUAN ...............................………………………………………….

PERSETUJUAN .........................…………………………………………..

PENGESAHAN ..............................………………………………………..

ABSTRAK .................………………………………………………………

MOTTO .....................………………………………………………………

PERSEMBAHAN .............................……………………………………….

KATA PENGANTAR ..................................………………………………

DAFTAR ISI ......................................………………………………………

DAFTAR TABEL…………………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….

B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………..

C. Pembatasan Masalah ...................……………………………..

D. Perumusan Masalah ......……………………………………….

E. Tujuan Penelitian .....……………………………………………

F. Manfaat Penelitian .....………………………………………….

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..

A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………..

1. Lompat Jauh………………………………………………….

a. Lompat Jauh Gaya Jongkok………………………………

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat

Jauh………………………………………………………

c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok……………………..

2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar……

a. Pengertian Model Pembelajaran…………………………

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

x

xii

xvi

1

1

5

5

6

6

6

7

7

7

7

8

8

14

14

x

b. Macam - Macam Model Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Sekolah Dasar………………………………….

c. Ciri-Ciri dalam Pembelajaran…………………………….

d. Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran…………………….

3. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan………………………………………………

a. Pengertian Pembelajaran………………………………….

b. Pengertian PAIKEM……………………………………..

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM………

d. PAIKEM dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Sekolah Dasar…………………………………………….

4. Motivasi Belajar……………………………………………..

a. Pengertian Motivasi……………………………………….

b. Sumber Motivasi………………………………………….

B. Kerangka Pemikiran .......………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………..

A. Setting Penelitian………………………………………………

B. Metode Penelitian……………………………………………..

C. Subjek Penelitian………………………………………………

D. Sumber Data…………………………………………………..

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…………………………..

F. Validasi Data………………………………………………….

G. Analisis Data…………………………………………………

H. Indikator Kinerja………………………………………………

I. Prosedur Penelitian……………………………………………

J. Proses Penelitian……………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………

A. Survei Awal……………………………………………………

B. Dekripsi Data………………………………………………….

C. Mencari Reliabilitas……………………………………………

D. Hasil Penelitian………………………………………………..

16

20

23

27

27

28

30

31

33

33

34

35

38

38

38

39

39

39

40

41

41

42

44

48

48

49

49

50

xi

E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………………………..

A. Simpulan………………………………………………………

B. Implikasi………………………………………………………

C. Saran………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………..

LAMPIRAN…………………………………………………………………

.

74

77

77

77

79

81

83

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui

aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan

aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui

pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.

Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi

juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.

Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki

peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik

dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat

dan bugar sepanjang hayat.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan

beberapa macam cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani.

Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik.

Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah

tingkat paling rendah (SD) bahkan Perguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan

Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa, “atletik

merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)”.

Seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembelajaran atletik, harus memperhatikan perkembangan anak,

karakteristik anak, kemampuan anak dan kesukaan anak serta tujuan yang harus di

xiii

capai. Cabang olahraga atletik didalamnya terdiri dari empat nomor utama yaitu

jalan, lari dan lempar. Dari setiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa

nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak

menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross

county. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,

lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing,

tolak peluru dan lontar martil.

Berkaitan dengan nomor-nomor atletik, penelitian ini akan mengkaji

dan meneliti nomor lompat khususnya lompat jauh gaya jongkok. Lompat jauh

gaya jongkok merupakan suatu rangkaian gerakan yang diawali dengan berlari,

menumpu untuk menolak, melayang di udara dengan sikap jongkok dan mendarat

sejauh-jauhnya. Upaya membelajarkan lompat jauh gaya jongkok pada siswa

sekolah perlu diterapkan cara mengajar yang baik dan tepat. Hal ini karena, para

siswa pada umumnya belum menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok, bahkan

para siswa kurang senang dengan pembelajaran atletik.

Anak tidak pada tempatnya bila mereka dilatih untuk mencapai

prestasi tinggi dalam olahraga tetapi sebaliknya mereka harus dibimbing sesuai

dengan kemampuannya. Dalam pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar

harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa baik ditinjau dari segi fisik

maupun ditinjau dari segi mental.

Berdasarkan observasi dibeberapa SD di kecamatan Nguntoronadi

kabupaten Wonogiri pada tahun 2008, dapat diketahui bahwa masih banyak guru

pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi di dalam pembelajaran atletik

cenderung pada penguasaan teknik dan prestasi, sehingga banyak siswa SD yang

tidak berminat atau tidak tertarik pada cabang olahraga atletik tersebut. Akibat

tidak berminat dan kurang tertarik banyak siswa enggan untuk mengikuti

tambahan atau ekstrakurikuler pada cabang ini.

Selanjutnya menurut Djumidar (2007: 11.31) “dunia anak lebih dekat

dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam pembelajaran disajikan

banyak variasi-variasi agar supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga

cepat bosan melaksanakan kegiatannya”.

xiv

Model pendekatan bermain, dimaksudkan untuk mengembangkan

aspek-aspek kemampuan motorik melalui aktivitas bermain yang variatif,

berjenjang tingkat kesulitannya. Permainan atletik merupakan kombinasi antara

kegembiraan gerak dan tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman

nyata. Dengan demikian guru dapat memanfaatkan pendekatan bermain ini untuk

memotivasi siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan memberikan

materi yang merangsang untuk bermain, yaitu menggunakan tali sebagai

rangsangan tinggi dan lingkaran sebagai rangsangan jarak.

Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan lingkaran

sebagai rangsangan tinggi dan jarak merupakan bentuk pembelajaran lompat jauh

yang bertujuan untuk merangsang siswa agar mampu melompat sejauh-jauhnya.

Namun dari kedua bentuk pembelajaran tersebut belum diketahui efektivitasnya,

karena masing-masing pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan,

sehingga belum diketahui pembelajaran mana yang lebih baik pengaruhnya

terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan

lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak bertujuan meningkatan

pencapaian lompatan yang sejauh-jauhnya. Di sisi lain juga bertujuan untuk

mengembangkan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok. Namun

demikian, lompatan dapat dicapai sejauh-jauhnya tidak hanya dipengaruhi

pembelajaran yang baik dan terprogram tetapi juga kecepatan merupakan unsur

penting dalam lompat jauh seperti yang diungkapkan Soedarminto (2004; 6.5)

“pada lompat jauh, kecepatan awalan meupakan faktor yang penting guna

mengembangkan daya pada waktu bertolak’’.

Permasalahan yang telah dikemukakan di atas melatarbelakangi judul

penelitian “Pengaruh Pembelajaran Lompat Jauh Dan Kecepatan Lari terhadap

Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas IV dan V SD

Negeri 1 Kedugrejo Nguntoronadi Wonogiri Tahun 2008/2009’’.

xv

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Masih banyak guru pendidikan jasmani kurang paham dan tidak mengetahui

pendekatan pembelajaran model bermain yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan keterampilan lompat jauh gaya jongkok.

2. Belum diterapkannya pendekatan model bermain didalam pembelajaran

pendidikan jasmani disekolah dasar.

3. Belum diketahui pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu

tali dan lingkaran karet (ban) sebagai rangsangan tinggi dan jarak terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

4. Belum diketahui hasil pembelajaran lompat jauh dengan alat bantu yang

dipengaruhi oleh kecepatan.

5. Perlu pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh

gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Kedungrejo

Nguntoronadi Wonogiri Tahun pelajaran 2008/2009.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi

agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam

penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan

lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak terhadap hasil belajar lompat

jauh gaya jongkok.

2. Pengaruh kecepatan tinggi dan rendah terhadap hasil belajar lompat jauh gaya

jongkok.

3. Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD

Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

xvi

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat

bantu tali dan lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak bertahap terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD

Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?

2. Adakah perbedaan pengaruh kecepatan tinggi dan rendah terhadap hasil

belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri

1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?

3. Adakah interaksi antara penggunaan alat bantu dan kecepatan lari terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD

Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian

ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali

dan lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak secara bertahap terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD

Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

2. Perbedaan pengaruh kecepatan tinggi dan rendah terhadap hasil belajar lompat

jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Kedungrejo

Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

3. Ada tidaknya interaksi antara penggunaan alat bantu dan kecepatan terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD

Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

xvii

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan

dapat memberi manfaat antara lain:

1. Dapat meningkatkan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok, sehingga

dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok bagi siswa

yang dijadikan obyek penelitian.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes SD

Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri pentingnya penggunaan alat

bantu dalam pembelajaran lompat jauh agar diperoleh hasil belajar yang

optimal.

3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih

pembelajaran yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar

lompat jauh gaya jongkok untuk siswanya.

xviii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pusataka

1. Lompat Jauh

a. Lompat Jauh Gaya Jongkok

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga

atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan

mendarat sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus

dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar

diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip

Syarifuddin (1992:90) menyatakan, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan

melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat

badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat

dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang

sejauh-jauhnya”. Pendapat lain dikemukakan Yudha M. Saputra (2001: 47)

bahwa, “Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke

tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin”.

Prinsip dari lompat jauh yaitu mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya.

Untuk mencapai jarak lomptan yang sejauh-jauhnya, maka seorang pelompat

dapat melakukannya dengan berbagai gaya salah satunya gaya jongkok. Lompat

jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air).

Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di

udara membentuk gerakan seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok

atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua

tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat

dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari

kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan.

xix

Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan

terutama bagi anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari

(Aip Syarifuddin, 1992:93). Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena

tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika

dibandingkan dengan gaya lainnya. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada

gaya jongkok terletak pada membungkukkan badan dan menekuk kedua lutut

serta menjulurkan kedua kaki ke depan dengan kedua lengan tetap ke depan untuk

mendarat.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

Mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah

berdasarkan peraturan yang berlaku adalah tujuan dari lompat jauh. Namun untuk

mencapai prestasi lompat jauh secara maksimal banyak faktor yang

mempengaruhinya. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan, “Unsur-unsur yang

berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh

meliputi daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan

keseimbangan”. Menurut Jonath U., Haag E. dan Krempel R. (1987:196)

persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: ”Faktor kondisi fisik yaitu,

kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama.

Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan

pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat di atas menunjukkan bahwa, untuk mencapai

prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik

melompat. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi

pencapaian prestasi lompat jauh antara lain daya ledak, kecepatan, kekuatan,

kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat

meliputi awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Untuk mencapai

prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka kedua faktor tersebut harus

dimiliki oleh seorang pelompat melalui latihan secara sistematis dan montinyu.

c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok

xx

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam

melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu

proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata

lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang

memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.

Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus

dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang

dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Menurut

Jonath U. Haag & Krempel R. (1987: 197) bahwa, "Lompat jauh dapat dibagi ke

dalam ancang-ancang, tumpuan, melayang dan mendarat". Sedangkan Soegito

(1992: 55) menyatakan, “Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai

prestasi lompat jauh adalah awalan, tumpuan, lompatan, saat melayang, dan

pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat jauh

terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Keempat

tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak

terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya

keempat teknik lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai

berikut:

1) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan

adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan

membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar

merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan

yang sejauh-jauhnya.

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum

salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Menurut Jes Jerver (2005: 34)

bahwa “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan

kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu

take of ”. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari

xxi

mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan

tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi

(1985: 95) menyatakan:

Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yang dalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35 m atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatif jauh baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh lagi sekitar 40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat

individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting dalam

mengambil jarak awalan yaitu pelompat dimungkinkan memperoleh kecepatan

yang maksimal. Kecepatan awalan harus sudah dicapai tiga atau empat langkah

sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum menumpu

tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan

kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah agar diperoleh ketepatan

bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 91) bahwa,

"Untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok,

atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua

buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan

dengan papan tolakan". Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi

pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai

berikut:

Bak Pasir Tanda Tanda pertama kedua Papan tolak

Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh

(Aip Syarifuddin, 1992:91)

xxii

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan perubahan gerak datar ke gerak tegak atau ke atas

yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya

pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya

pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di

udara. Tolakan dilakukan dengan menolakkan salah satu kaki untuk menumpu

tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas

yang besar. Jes Jerver (2005: 26) menyatakan, “Maksud dari take off adalah

merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak

lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin”.

Lompatan dilakukan dengan mencondongkan badan ke depan membuat sudut

lebih kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi

horisontal.

Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan

menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan

menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu (melewati balok

tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika

penempatan kaki tumpu berada jauh sebelum balok tumpuan akan sangat

merugikan terhadap pencapaian jarak lompatan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:

96) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat. 2) Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan

berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (sekitar 45.

3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan. 4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta diayunkan ke depan atas.

Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah). 5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi

lutut ditekuk Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai

berikut:

xxiii

Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh

(Soegito, 1992:38)

3) Melayang di Udara

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan

awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si

pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”.

Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat

badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada

pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus

melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan

kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan

yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan

melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih

jauh, karena kedua kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante)

yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu

diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh,

sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) menyatakan, “Pada

fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan

pendaratan”.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya

jongkok sebagai berikut:

xxiv

Gambar 3. Sikap Melayang di Udara

(Aip Syarifuddin, 1992:93)

4) Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.

Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan

sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh

pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan

merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat

memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian

atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992:

41) teknik pendaratan sebagai berikut:

Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut: a) Luruskan kedua kaki ke depan. b) Kedua kaki sejajar. c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan.

Pada saat jatuh di pasir atau mendarat : a) Usahakan jatuh pada ujung kaki sejajar. b) Segera lipat kedua lutut. c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah

belakang. Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok

sebagai berikut:

xxv

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh

(Soegito, 1992:42)

2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an

yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth

kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk

melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang

dikutip Suharno, Sukardi, Chotijah dan Suwalni S (1998: 25-26) bahwa, “Model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang

bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain. Menurut Nurulwati yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan

para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain

dikemukakan Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:

Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Berdasarkan pengertian model pembelajaran yang dikemukakan tiga ahli

tersebut menunjukkan bahwa, model pembelajaran merupakan suatu pola atau

perencaan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Dalam model

xxvi

pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan

pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung perangkat-

perangkan pembelajaran yang baik dan ideal, maka tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode atau prosedur. Dengan demikian, model pembelajaran

mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Nieveen (1999) yang dikutip Trianto (2007:

8) bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria yaitu,

“Sahih (valid), praktis dan efektif”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, model pembelajaran

yang baik memiliki ciri valid, praktis dan efektif. Namun untuk melihat tingkat

kelayakan model untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk

memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek

kepraktisan dan efektifitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk

melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan, sehingga untuk melihat

kedua aspek tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk

suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan.

Selain itu juga, perlu dikembangkan instrument penelitian yang sesuai dengan

tujuan yang diinginkan.

Pada dasarnya tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik. Setiap

model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Hal ini sesuai

pendapat Arends (2001: 24) yang dikutip Trianto (2007: 9) bahwa, “Tidak ada

satu model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-

masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk

mengajar materi tertentu”. Untuk mengetahui sejauh mana suatu model

pembelajaran baik atau tidak, maka perlu dilakukan seleksi. Dalam mengajarkan

suatu pokok pembahasan atau materi tertentu harus dipilih model pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih

model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan misalnya materi

pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, sarana atau fasilitas yang

tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

xxvii

b. Macam-Macam Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani

merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk

mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung

pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan

pendidikan jasmani yang tepat, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang

baik dan tepat. Menurut Siedentop (1984), Smith (1996), Seefeld (1996) dalam

Hartono (2000: 33-40) model pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa

sekolah dasar antara lain, “(1) Model eclectic, (2) Model movement

education/experinces, (3) Model pendidikan olahraga, (4) Model pendidikan

rekreasi dan (5) Model pendidikan kesegaran jasmani”. Untuk lebih jelasnya

model-model pembelajaran pendidikan jasmani sekolah dasar diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

1) Model Eclectic

Model pembelajaran eclectic merupakan suatu model pembelajaran yang

menekankan kepada penyediaan kesempatan kepada siswa (horisontal dan

vertikal) untuk dapat berpartisipasi aktif dalam sutau aktifitas sesuai dengan minat

dan kebutuhannya melalui penyediaan program/aktifitas yang bervariasi, baik

bentuk maupun macamnya, baik secara horisontal maupun vertikal (horisontal =

dalam kelompok itu sendiri, vertikal = sesuai dengan tingkat usia/jenjang kelas).

Sebaiknya, sifat kegiatannya maju berkelanjutan (sequential progresive,

horisontal and vertical) atau serial dan tingkat kesulitannya bergerak dari yang

rendah/pedia menuju ke arah lebih kompleks (ludus). Sedangkan macam

aktivitasnya, mulai dari gerak bebas dengan mulai menirukan gerak binatang,

aktivitas ini disebut “self testingactivities” atau “free activities”, sampai ke

bentuk-bentuk permainan sederhana, (low-organized-games/sport), lead-up

games/sport, dan modified games-sport.

xxviii

2) Model Movement Education/Experinces

Model pembelajaran ini lebih menekankan pada pemahaman konsep gerak

dan pengembangan konsep gerak, dan pengatasan masalah (self directed dan self

discovery). Pada model ini pembelajaran ini tertuntun yakni, bagaimana gerak itu

dilakukan dan pemahaman faktor-faktor/aspek-aspek yang memberikan dampak

kepada tubuh pada waktu gerak daripada masalah gerak itu sendiri, dalam

meningkatkan kemampuan siswa mengelola gerak (self directed dan self

discovery).

Sebagai konsekuensinya, siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya

untuk meraih keberhasilan tugasnya sesuai dengan tingkat keterampilan dan

tingkat usia kelasnya. Dengan demikan, model pembelajaran ini lebih berorientasi

kepada kebutuhan/kepentingan siswa (student oriented) daripada gerak itu sendiri.

Selanjutnya dengan hal tersebut, program aktivitasnya tidak dibenarkan

menghasilkan bintang olahraga dari kalangan siswa dan lebih menekankan pada

pengajaran terbuka (open skills instructions) dan prinsip-prinsip permainan

(principles of the games). Model pembelajaran ini juga mengembangkan

intelektual melalui gerak/aktivitas jasmani (perceptual motor skill development)

khususnya untuk kelompok kelas bawah (SD kelas 1,2,3) dan sampai pada tingkat

multilateral skills dan keterampilan terpadu (integrated skills). Sedangkan untuk

kelompok kelas atas (SD kelas 4,5,6) sampai mencapai tingkat sport skills

(spesifikasi unsur-unsur keterampilan olahraga permainan).

3) Model Pendidikan Olahraga

Pendidikan olahraga dalam konteks pendidikan jasmani di sekolah

termasuk Sekolah Dasar (SD) terutama kelompok kelas atas (4,5,6) dapat

berfungsi dan berperan lebih aktif, hanya dilaksanakan dalam bentuk modifikasi

(low-organized games sport, lead-up-games/sport dan modified games sport)

yang sesuai kebutuhan siswa dengan tidak mengabaikan nilai-nilai dan prinsip-

prinsip permainan/olahraga itu sendiri.

Fungsi dan peran utama model pendidikan olahraga dalam konteks

pendidikan jasmani ini semata-mata sebagai media sosialisasi keterampilan fisik

xxix

dan psikologis siswa (pemecahan masalah, bermasyarakat, pemimpin tim, pelatih

kelompoknya, pencacat nilai, ofisial, wasit, atau administrasi dan organisasi,

termasuk kegiatan-kegiatan sekolah yang sifatnya ekstrakurikuler dan

kemampuannya dalam mensosialiasikan nilai-nilai aktivitas jasmani itu sendiri

untuk meningkatkan tidak hanya performance skills (sport skills), tetapi juga

menyediakan peluang sebagai peserta yang sportif (agood sport participation).

Adapun yang dimaksud dengan performance skills (sport skills) dalam pendidikan

olahraga merupakan gambaran hasil interaksi antara efisiensi strategi yang

dilaksanakan dengan taktiknya, kemudian unsur-unsur keterampilan persepsi

motorik dan keterampilan jasmani yang spesifik sesuai dengan bentuk permainan

dan aktivitasnya.

Dengan keterampilan pada tingkat ini diharapkan siswa dapat

berpartisipasi dalam cabang-cabang olahraga yang diminati kemudian di

masyarakat luas. Untuk itu, maka program aktivitas dengan model ini lebih

diutamakan pada kelompok kelas atas (upper class) dan yang penting tidak ada

model coaching.

4) Model Pendidikan Rekreasi

Model pembelajaran ini memberikan suasana kelas atau proses belajar

mengajar lebih banyak memberikan suasana yang rileks dan kemerdekaan kepada

siswa untuk melakukan aktivitasnya. Dengan demikian siswa akan merasakan

kegembiraan, kebahagiaan, dan kepuasan selama dan sesudah mengikuti kegiatan.

Dukungan suasana yang demikian akan sangat membantu siswa memperoleh

kesegarannya hingga dapat mengikuti aktivita selanjutnya dengan rasa senang dan

segar sampai pelajaran kelas usai. Untuk jangka panjangnya siswa mampu

meningkatkan kesegaran jasmaninya secara bertahap. Dengan model

pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas program dan

proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah dan menjadi lebih

potensial dalam mengembangkan siswa.

Beberapa alasan dengan menggunakan model pembelajaran pendidikan

rekreasi yaitu: meminimalkan terjadinya pelanggaran, maksimal partisipasi dapat

xxx

dicapai dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Namun pada kenyataannya

guru pendidikan jasmani cendrung menyukai pendekatan deduktif dan pengajaran

tertutup (tradisional). Dengan pendekatan ini terkesan keengganan guru

memberdayakan daya kreasi baik pada diri guru maupun siswa. Pendekatan

tradisional cenderung berorientasi pada hasil pencapaian belajar melalui

penguasaan cabang olahraga melalui penguasaan teknik (pendekatan teknik) dan

kepentingan guru/sekolah cenderung diutamakan dan tidak memberi kesempatan

siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan dan keiingannya.

5) Model Pendidikan Kesegaran Jasmani

Pada dasarnya model pembelajaran pendidikan kesegaran jasmani

menekankan pentingnya bentuk kegiatan berupa suatu perpaduan antara bentuk-

bentuk aktivitas bebas (self testing activities) dan bentuk-bentuk permainan tim

(team games) yang kesemuanya itu selalu dimulai dari yang paling sederhana

(pedia) sampai ke tingkat yang lebih kompleks/sulit (ludus), baik horisontal

(dalam kelompok itu sendiri), maupun vertikal (jenjang kelompok/kelas) dan

materi aktivitasnya disusun dalam satu paket/kemasan.

Dengan perencanaan yang baik maka program pendidikan jasmani akan

menjadi lebih potensial dalam memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan

pada umumnya dan bagi kepentingan sekolah pada khususnya, terutama bagi

kepentingan dan kebutuhan siswa. Model pembelajaran ini pada dasarnya lebih

mengarah kepada usaha pengembangan budaya hidup sehat aktif kepada para

siswa melalui aktivitas jasmani dengan mengabaikan hasil pelaksanaan tugas

(prestasi). Di samping itu, model pendidikan kesegaran jasmani juga lebih

menekankan partisipasi maksimal, kesenangan (enjoy), fun, dan mengembangkan

daya kreasi. Oleh karena itu, karakteristik dan misi pendidikan jasmani sekolah

termasuk sekolah dasar model pembelajaran yang digunakan harus mengandung

unsur-unsur pendidikan rekreasi, pendidikan olahraga, pendidikan/pengalaman

gerak, kesegaran jasmani dan sifatnya harus serial (sequental progresive), baik

vertikal (sesuai dengan jenjang kelas/usianya) maupun horisontal (sesuai dengan

kondisi kelas yang heterogen).

xxxi

Selain beberapa model pembelajaran di atas, ada satu model pembelajaran

pendidikan jasmani yang disampaikan Cholik Mutohir dengan istilah pendekatan

modifikasi olahraga. Modifikasi olahraga dimaksudkan untuk mengganti model

pengajaran tradisional. Modifikasi dapat dilakukan pada alat, ukuran lapangan,

aturan permainan dan sebagainya. Seorang guru dikatakan berhasil apabila ia

dapat mencapai kepuasan profesional dan ia secara kreatif mampu menggunakan

berbagai keterampilan mengajar serta berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan pembelajaran. Guru harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada

secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi dimana anak

terangsang untuk senang belajar.

Konsep modifikasi olahraga pada dasarnya berpedoman pada DAP

(Developmentally Apropriate Practice) yang mengacu pada pembelajaran

individual (individualize instructional approach). Pembelajaran berpusat pada

anak didik dan berusaha disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis anak. Model

ini dirancang untuk membantu anak dalam mengembangkan suatu pengertian

yang lebih baik tentang diri dan lingkungannya serta hubungannya dengan

olahraga yang digemari dan media yang digunakan. Dalam program ini siswa

diminta untuk menjelaskan secara luas tentang masalah-masalah termasuk

konstruksi media kesegaran, tingkah laku sportif dan kesamaan hak dalam

pendidikan jasmani dan olahraga. Anak diajak untuk terlibat aktif dalam proses

pembuatan keputusan dalam kelas dan belajar melalui diskusi dan pemcahan

masalah. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa dalam

belajar.

c. Ciri-Ciri dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi

atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan

pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka

dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu.

Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru

mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan

xxxii

siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan

belajar dapat tercapai. Menurut H. J. Gino dkk, (1998: 36) menyatakan, “Ciri-ciri

pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar

siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4)

suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri pembelajaran

terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan

kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam

proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran dijelaskan sebagai

berikut:

1) Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat

melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan

sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas

ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar

tumbuh motivasi pada dirinya.

Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu

dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka

tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu

tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah

pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.

2) Bahan Belajar

Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi

belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan

karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.

xxxiii

Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip

dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan

yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang

daya cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri

siswa untuk menemukan atau memecahkannya masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran.

3) Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat

membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran

adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan

maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar

materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa.

Apabila pengajaran disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka

siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

4) Suasana Belajar

Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pencapaian

tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi

komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di samping itu juga, adanya

kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar akan berglangsung

dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

5) Kondisi Siswa yang Belajar

Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi

juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan

memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan

kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam

proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan

xxxiv

dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan

sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.

d. Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran

Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa

suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.

Gino dkk (1998: 51) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai

jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,

pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala

aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk

mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses

pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi

perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan,

tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran

meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau

berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan

individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip

pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan

benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

1) Perhatian dan Motivasi Belajar

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran

sesuai dengan kebutuhan siswa. H.J. Gino dkk. (1998: 52) menyatakan,

“Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar

dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih

terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan”.

xxxv

Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang

optimal. Apabila pelajaran yang diterima siswa dirasakan sebagai kebutuhan,

maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan

yang dimaksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) adalah,

“Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Dengan

motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar.

Belajar yang dilakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar

yang optimal.

2) Keaktifan Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan

belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk atif secara fisik, intelektual dan

emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar.

Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk. (1998: 52) bahwa, “Dari semua unsur

belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar

sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang

belajar”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya.

Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut S.

Nasution (1988:93) yang dikutip H.J. Gino dkk. (1998: 52-53) macam-macam

keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening

activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional

activities”.

Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak

terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung

keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat

dilakukan bermacam-macam keaktifan.

3) Keterlibatan Langsung Siswa

Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses

belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-

xxxvi

organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang

diperolehnya. Dapat dikatakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab

pengalaman-pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan kualitas

perubahan tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa.

Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar

adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman yang

didapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara

siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan

kondisi serta kemampuan setiap siswa.

4) Pengulangan Belajar

Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan

melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan

akan dikuasai dengan baik. Menurut Davies (1987:32) yang dikutip Dimyati dan

Mudjiono (2006: 52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah

memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah

pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan

Suharno HP. (1993: 22) berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan

unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus

melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara

kontinyu”.

Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat

penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka

gerakan keterampilan dapat dikuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan

yang dikuasai dengan baik, maka gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

5) Tantangan

Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran.

Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan

xxxvii

permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk

(1998: 54) bahwa, “Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat

merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak

masalah-masalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat

mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan”.

Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat

penting. Dengan adanya tantangan yang harus dihadapi atau dipecahkan siswa

dalam belajar, maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk

memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang

dipelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar

yang optimal.

6) Balikan dan Penguatan

Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa,

yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan

usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang

baik, diberi balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang

merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.

Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat

meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi

penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda

persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini

sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

7) Perbedaan Individu

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu

dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau

kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa

lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi

dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran

yang diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan

xxxviii

kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka

guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam

membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing

individu.

3. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

(PAIKEM)

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara guru dan

siswa. Guru bertugas sebagai pemberi pelajaran, sedangkan siswa sebagai

penerima pelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran H.J. Gino, Suwarni, Suripto,

Maryanto dan Sutijan. (1998: 32) menyatakan, “Pembelajaran atau

instruction/instruksional atau pengajaran merupakan usaha sadar dan disengaja

oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern

dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Menurut Sukintaka (2004:

55) bahwa, “Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru

mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi

peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi tiga kejadian

secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2)

pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik atau siswa dan, (3) tujuan yaitu

perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Adapun yang dimaksud dengan ketiga

komponen tersebut menurut H.J. Gino dkk., (1998: 30) sebagai berikut:

Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan

xxxix

perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.

Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, jika siswa dapat

berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah

diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program

pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar

dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu,

indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

dari setiap pokok mata pelajaran.

b. Pengertian PAIKEM

PAIKEM adalah kepanjangan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan. Model pembelajaran PAIKEM merupakan salah satu

usaha mendorong terus ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran di lapangan

yang benar-benar berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif

hasilnya. Adapun maksud dari masing-masing kata tersebut menurut Madya

Ekosusilo (2007: 2) yaitu:

1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gagasan.

2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan.

3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan.

5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengjar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada apa yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efketif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif

dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan

xl

fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan

setiap kesulitan yang dihadapi siswa memberi solusi atau jalan keluar. Lebih

lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) berpendapat:

1) PAIKEM dari segi guru yaitu: a) Aktif:

- Memantau kegiatan belajar siswa. - Memberi umpan balik. - Mengajukan pertanyaan yang menantang. - Mempertanyakan gagasan siswa

b) Inovatif: - Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru.

c) Kreatif: - Mengembangkan kegiatan yang beragam. - Membuat alat bantu belajar sederhana.

d) Efektif: - Mencapai tujuan pembelajaran.

e) Menyenangkan: - Tidak membuat anak:

- Takut salah - Takut ditertawakan - Takut dianggap sepele - Takut dimarahi dan lain sebagainya

2) PAIKEM dari siswa: a) Aktif:

- Bertanya - Mengemukakan pendapat - Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.

b) Inovatif: - Berusaha menemukan hal-hal yang baru.

c) Kreatif: - Merancang/membuat sesuatu. - Menulis/mengarang.

d) Efektif: - Menguasai keterampilan yang diperlukan.

e) Menyenangkan: - Membuat anak berani:

- Mencoba/berbuat - Bertanya - Mengemukakan pendapat/gagasan - Mempertanyakan gagasan orang lain.

xli

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, PAIKEM dilihat dari

guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan

mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin

koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa

selalu dipantau oleh guru.

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan

(PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Madyo

Ekosusilo (2007: 4) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PAIKEM

yaitu:

1) Memahami sifat yang dimiliki anak: Anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi-modal dasar perkembangannya sikap kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur untuk perkembangannya kedua sifat tersebut.

2) Mengenal anak secara perorangan: Anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan tercermin dalam pembelajaran.

3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar: Sebagai makhluk sosial suka berkelompok, tugas kelompok, bertukar pikiran dan berinteraksi.

4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan: Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, maka perlu kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sehingga melahirkan alternatif pemecahan masalah. Tugas guru mengembangkan dengan cara memberi tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka.

5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik: Hasil pekerjaan siswa perlu dipajang secara rapi untuk memberi motivasi bekerja lebih baik lagi. Pajangan dapat menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya dan dapat sebagai rujukan bagi guru.

6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar: Lingkungan (fisik, sosial, budaya) sebagai bahan ajar dan sumber belajar perlu dimanfaatkan oleh guru, sehingga anak menjadi lebih lebih senang, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,

xlii

mengklasifikasi, membuat tulisan, membuat gambar dan lain sebagainya.

7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan: Umpan balik merupakan bentuk interaksi guru-siswa, hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan dan perlu diberikan secara santun untuk menanamkan rasa percaya diri siswa. Guru harus konsisten memberikan hasil pekerjaan siswa.

8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental: Aktif mental harus diutamakan sehingga menimbulkan keberanian bagi siswa. Guru harus mampu menghilangkan penyebab rasa takut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu: memahami sifat anak,

mengenal secara peroarangan, memanfaatkan perilaku anak, mengembangkan

kemampuan berfikir kritis, kreatif, mengembangkan ruang kelas sebagai

lingkungan belajar yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

belajar, memberikan umpan balik dan membedakan antara aktif fisik dan aktif

mental. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka memberi peluang yang

besar pembelajaran akan berhasil. Adapun ciri-ciri keberhasilan PAIKEM

menurut Madyo Ekosusilo (2007: 5) yaitu: “Berfikir kritis, kreatif, produktif,

belajar mandiri, bertanggungjawab, bias bekerjasama, mencari dan memanfaatkan

informasi, memacahkan masalah dan siap menghadapi perubahan”.

d. PAIKEM dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar

PAIKEM merupakan model pembelajaran yang mempunyai peran penting

dalam pendidikan jasmani terutama pendidikan jasmani sekolah dasar. Hal ini

karena, dalam PAIKEM menuntut guru untuk aktif menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif, menciptakan kondisi pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan dan pertumbuhan siswa, menciptakan kegiatan belajar

mengajar yang bervariasi, berusaha tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

efektif dan pembelajaran harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.

Sedangkan PAIKEM bagi siswa yaitu menuntut siswa untuk aktif bertanya,

mengemukakan pendapat, inovatif yaitu berusaha menemukan hal yang baru,

kreatif membuat sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran, efektif yaitu

berusaha menguasai keterampilan yang dipelajari serta merasa senang dengan

xliii

pembelajaran yang diikutinya. Jika dikaitkan dengan pendidikan jasmani,

PAIKEM sangat membantu untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Adapun

tujuan pendidikan jasmani sekolah dasar, Agus Mahendra (2004: 18)

menggambarkan skema sebagai berikut:

Gambar 5. Skematis Tujuan Penjas Sekolah Dasar

(Agus Mahendra, 2004: 18)

Berdasarkan skema tujuan pendidikan jasmani sekolah dasar tersebut,

maka PAIKEM akan sangat membantu untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani

tersebut. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani tersebut, maka guru harus

aktif menciptakan suasana belajar yang baik, sehingga tujuan kognitif dapat

tercapai. Untuk mencapai tujuan psikomotorik seorang guru harus inovatif

menciptakan kondisi pembelajaran yang variatif agar siswa tidak merasa bosan

dengan pembelajaran yang diterimanya. Dan hal yang tak kalah pentingnya

bahwa, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan agar siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan

demikian tujuan pendidikan jasamni akan tercapai dengan efektif. Tercapainya

tujuan pendidikan jasmani akan sangat membantu pencapaian tujuan

pembelajaran secara keseluruhan.

4. Motivasi Belajar

PEMBELAJARAN PENJAS

KOGTITIF Konsep gerak Arti sehat Memacahkan

masalah Kritis, cerdas

PSIKOMOTOR Gerak dan

keterampilan Kemampuan fisik

dan motorik Perbaikan fungsi

organ tubuh

AFEKTIF Menyukai kegiatan

fisik Merasa nyaman

dengan diri sendiri.

Ingin terlibat dalam pergaulan sosial

xliv

a. Pengertian Motivasi

Dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

belajar mengajar sangat kompleks. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam

kegiatan belajar mengajar mencakup faktor siswa, faktor latihan, lingkungan,

faktor guru dan lain sebagainya. Dari faktor-faktor tersebut, faktor siswa

merupakan faktor penentu utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini

sesuai pendapat Sugiyanto (1998: 380) bahwa, “Faktor pelajar/siswa merupakan

faktor penentu utama dalam proses belajar gerak. Faktor pelajar meliputi

perhatian, persepsi, emosi, kepribadian, karakteristik fisik dan motivasi”.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa. Hal ini karena motivasi sebagai motor penggerak dalam proses

belajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara sungguh-sungguh agar

mencapai hasil yang maksimal. Berkaitan dengan motivasi Cratty (1983) yang

dikutip Harsono (1988: 250) menyatakan, “Secara umum motivasi mengacu

kepada faktor-faktor dan proses-proses yang bermaksud untuk mendorong orang

untuk bereaksi atau untuk tidak bereaksi dalam berbagai situasi”. Menurut Rusli

Lutan (1988: 357) bahwa, “Motivasi merupakan kondisi internal yang

menggerakan atau menggiatkan orang berbuat sesuatu dalam rangka memenuhi

keinginannya atau kebutuhannya baik berupa kebutuhan biologis, psikologis

maupun sosial”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto (1998: 380) bahwa,

“Motivasi merupakan mekanisme internal dan rangsangan ekternal yang timbul

dan mengatur perilaku siswa”.

Berdasarkan pendapat tiga ahli tersebut menunjukkan bahwa, motivasi

merupakan kondisi internal dari dalam maupun eksternal dari luar yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan atau

aktivitas sesuai keinginannya. Hal ini artinya, motivasi dapat mempengaruhi

perilaku seseorang baik sebagai pembangkit atau tindakan dan penggerak

perbuatan dan aktivitas seseorang. Sugiyanto (1998: 381) menggambarkan siklus

motivasi sebagai berikut:

xlv

Gambar 6. Siklus Pebuatan Termotivasi (Sugiyanto (1998: 381)

Berdasarkan siklus tersebut menunjukkan bahwa, ada tiga komponen

utama dari siklus motivasi yaitu: timbulnya motivasi, perbuatan yang termotivasi

dan kondisi terpuaskan. Dari ketiga komponen tersebut merupakan suatu proses

dari mulainya suatu kebutuhan atau dorongan, kemudian melakukan tindakan-

tindakan dan akhirnya tercapai sasaran atau tujuan yang dapat memuaskan

kebutuhan tersebut.

b. Sumber Motivasi

Motivasi yang dapat membangkikan kegiatan atau aktivitas seseorang

dapat datang dari dalam maupun dari luar. Hal ini artinya, sumber motivasi dapat

digolongkan menjadi dua yaitu: “(1) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

timbul karena adanya rangsangan dari luar atau bersifat eksternal dan (2)

Motiviasi instrinsik timbul dari dalam diri atlet atau bersifat internal (Sugiyanto,

1998: 383)”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sumber motivasi dikelompokkan

menjadi dua yaitu motivasi dari luar dan motivasi dari dalam. Motivasi dari luar

dikenal adanya bentuk hadian (reward) dan hukuman (punishment) sebagai

bentuk pembangkit motivasi. Dengan pemberian hadiah, maka seseorang akan

termotivasi untuk mendapatkan hadiah tersebut. Sedangkan hukuman yang

dimaksud yaitu, seseorang akan termotivasi melakukan kegiatan sebaik mungkin

agar tidak terjadi kesalahan. Apabila terjadi kesalahan maka akan mendapat

hukuman. Dengan demikian, adanya hadiah dan hukuman akan dapat memotivasi

seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas sebaik mungkin.

Perbuatan termotivasi

Timbulnya motivasi

Kondisi terpuaskan

xlvi

Sedangkan motivasi instrinsik berupa dorongan untuk berbuat yang timbul

atas kemauan dari diri sendiri. Motivasi instriksik meliputi dorongan aktualisasi

diri yang melibatkan ego misalnya, seseorang selalu berusaha untuk mendapatkan

nilai yang tinggi, ingin selalu berpenampilan bagus dan lain sebagainya.

Seseorang yang melakukan kegiatan-kegiatan tersebut bukan karena ingn

mendapatkan hadiah, pujian, sanjungan atau yang lainnya, tetapi ingin

memperoleh kepuasan dirinya.

Aktivitas dengan dorongan motivasi instrinsik cenderung dapat bertahan

lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, mejadi tugas

seorang guru untuk dapat menimbulkan motivasi, mengembangkan dan

meningkatkan motivasi instrinsik kepada siswanya dalam setiap kegiatan belajar.

Namun untuk menumbuhkan atau membangkitkan motivasi instrinsik tersebut

terkadang sangat sulit. Menyikapi hal tersebut, maka seorang guru harus berusaha

dengan cara yang lain atau memberikan dorongan untuk menumbuhkan motivasi

ekstrinsik kepada para siswanya.

B. Kerangka Pemikiran

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang tidak kalah

pentingnya dengan mata pelajaran lainnya seperti Matematika, IPA, IPS dan lain-

lain. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

peran penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan

jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan

olahraga, dimana pendidikan jasmani mempunyai maksud dan tujuan untuk

mendidikan siswa. Hal yang membedakan dengan mata pelajaran lainnya adalah

alat yang digunakan yaitu gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar.

Gerak tersebut dirancang secara sadar oleh gurunya untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik

dan tepat. Pendidikan jasmani merupakan program pendidikan melalui gerak atau

permainan dan olahraga yang di dalamnya terkandung bahwa gerakan, permainan

xlvii

atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Dalam

hal ini mendidik keterampilan fisik, motorik, keterampilan berfikir dan

keterampilan memecahkan masalah dan juga keterampilan emosional dan sosial.

Dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus diterapkan model

pembelajaran yang baik dan tepat. Banyaknya model pembelajaran menuntut

seorang guru pendidikan jasmani harus menguasai dan memahami model-model

pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan salah satu model pembelajaran yang

dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Model Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan

pembelajaran yang menuntut guru untuk aktif menciptakan suasana pembelajaran,

sehingga memicu siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Inovatif

menuntut seorang guru untuk menemukan hal-hal yang baru dalam pembelajaran

pendidikan jasmani. Kreatif menuntut seorang guru untuk menciptakan kegiatan

belajar mengajar yang beragam atau bervariasi, sehingga memenuhi berbagai

tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghendaki tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Sedangkan menyenangkan menuntut seorang guru mencitptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan, siswa tidak memiliki rasa takut, sehingga

perhatian siswa lebih terarah terhadap pelajaran yang diterimanya.

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

(PAIKEM) menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Siswa dituntut untuk akif mengemukakan pendapat atau bertanya atau

mempertanyakan gagasan orang lain. Siswa harus mampu menemukan hal-hal

baru dalam proses pembelajaran. Siswa harus kreatif merancang atau membuat

sesuatu. Dengan siswa terlibat aktif, maka tujuan pembelajaran akan tercapai

secara efektif. Dan hal yang terpenting siswa harus mempunyai keberanian

bertindak, bertanya atau mengemukakan pendapat. Keberhasilan dari

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)

yaitu siswa berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggungjawab,

bisa bekerjasama, mampu mencari dan memanfaatkan informasi, mampu

memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan. Untuk mencapai hasil

xlviii

belajar pendidikan jasmani yang optimal, maka menerapkan model pembelajaran

yang tepat sangat penting. Model pembelajaran PAIKEM merupakan model

pembelajaran yang baik untuk membelajarkan pendidikan jasmani. Dengan model

pembelajaran PAIKEM, maka motivasi belajar siswa akan menjadi meningkat

karena pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan

pertumbuhan siswa. Dengan motivasi belajar yang meningkat, maka akan

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan jasmani lebih optimal.

Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitiani ini, alur kerangka

pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut:

Kondisi awal

Guru: kurang kreatif & inovatif dalam mengajar pelajaran lompat jauh gaya jongkok

Siswa: - siswa kurang tertarik &

cepat bosan dengan model pembelajaran lompat jauh

- hasil belajar lompat jauh gaya jongkok rendah

xlix

Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir

B. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan hipotesis: melalui model

pembelajaran PAIKEM motivasi siswa kelas V SD Negeri I Keyongan

Nogosari Boyolali dapat meningkat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Tindakan

Meningkatkan motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok dengan model PAKIEM

Kondisi akhir

Siklus I: guru & peneliti menyusun bentuk gerakan & permainan melalui pembelajaran lompat jauh dengan melompati kardus dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa.

Siklus II: upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui model pembelajaran PAIKEM dapat berhasil meningkatkan motivasi siswa.

Melalui model PAIKEM motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat

l

Penelitian ini dilaksanakan setelah test Akhir Semester Genap yaitu selama 3

bulan, mulai bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2009. Untuk lebih

jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut:

Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

N

o

Kegiatan

Bulan

M

a

r

A

p

rl

M

ei

J

u

ni

J

ul

i

A

gs

t

S

e

pt

1 Persiapan survei awal sampai penyusunan proposal

xxxx

xxxx

2 Seleksi informan, penyiapan instrumen dan alat

xx--

3 Pengumpulan data dan treatment

--xx

xxxx

xxxx

xx--

4 Analisis data --xx

5 Penyusunan laporan xxxx

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali.

Alasan peneliti memilih tempat penelitian di SD Negeri 1 Keyongan Nogosari

Boyolali, karena hasil pembelajaran atletik khususnya nomor cabang lompat jauh

gaya jongkok di SD Negeri tersebut masih rendah sehingga perlu ditinggatkan

agar motivasi pembelajaranya dapat tercapai dengan baik melalui model

pembelajaran PAIKEM.

li

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 1

Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 30 .

Dengan rincian siswa putra terdiri atas 14 dan siswa putri 16 anak. Dan guru

olahraganya berjumlah 1.

D. Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primernya

adalah hasil anget motivasi siswa yang diberikan kepada siswa dan data

sekundernya kepuasan siswa, kreativitas guru, RPP, APP, Pelaksanaan

pembelajaran, semangat dan keaktivan siswa.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan Alat pengumpulan data meliputi teknik non tes dan tes

meliputi :

Tabel 2. Teknik/ Alat pengumpulan data non tes

Aspek yang diteliti Teknik/ Alat Pengumpulan Data Motivasi belajar penjas Angket yang diberikan sebelum diberi model

pembelajaran PAIKEM dan setelah diberi model pembelajaran tiap siklusnya.

Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran

Kartu Ceria, wawancara

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Studi simak (RPP yang dibuat peneliti dan diajarkan oleh guru )

Kreativitas guru dalam menciptakan permainan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat terutama pada cabang lompat jauh gaya jongkok.

Observasi dan pengamatan lapangan

Alat Bantu Pembelajaran - Studi simak: untuk melihat rancangan alat

lii

(APP) bantu yang akan digunakan. - Observasi lapangan: untuk melihat

ketersediaan dan pemanfaatan alat bantu yang sudah direncanakan digunakan

Pelaksanaan Pembelajaran Lembar Observasi Semangat dan keaktivan siswa pengamatan lapangan

Teknik pengumpulan data tes yaitu dengan menggunakan angket tertutup

(quisioner). Suharsimi Arikunto (1998: 140) menyatakan, “Kuisioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang diketahui.

Sedangkan kuisioner tertutup yaitu suatu pertanyaan yang sudah disediakan

jawabannya sehingga tinggal memilih”.

Untuk memperoleh nilai dari kuisioner, penilaian dalam penelitian ini

menggunakan skala sikap likert dari Nur Hasan (2001: 114) sebagai berikut:

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Tiada pendapat = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

Adapun skor pada setiap kategori pernyataan yang direspon oleh

responden disesuaikan dengan alternatif jawaban yaitu:

1) Untuk pernyataan yang positif, pemberian skor pada setiap alternatif yaitu 5, 4, 3, 2, 1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, tiada pendapat diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

2) Untuk pernyataan negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan jawaban dengan urutan1, 2, 3, 4, 5. Untuk alternatifpilihan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tiada pendapat diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4 dan sangat tidak setuju diberi skor 5 (Nur Hasan, 2001: 115).

F. Validasi Data

liii

Dalam penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka

validitas datanya dapat dilakukan dengan trianggulasi. Triangulasi data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah: dengan cara menggunakan berbagai sumber

dan metode serta observasi.

Sebelum angket diujicobakan terlebih dahulu dilakukan try out. Adapun

langkah-langkah dari validitas data dari try out angket yang disebar sebagai

berikut:

1. Uji Validitas

Uji vailiditas penelitian ini menggunakan rumus prodduct moment dari

Suharsimi Arikunto (1998: 256) sebagai berikut:

N. XY - X.Y

r XY = {N.X2 - (X)2} {N.Y2 - (Y)2} Keterangan :

N = Jumlah sampel

rXY = Korelasi antara X dan Y

X = Variabel prediktor

Y = Variabel kriterium

= Jumlah

2. Mencari Reliabilitas

Uji reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan koefisien

reliabilitas belah dua dari Mulyono B. (1997: 28) sebagai berikut:

N.Y1Y2 - (Y1) (Y2) rY1Y2 =

{N.Y12 - (Y1)2} {N. Y22 - (Y2)2

Hasil penghitungan korelasi di atas kemudian dimasukkan ke dalam rumus

reliabilita dari Sperman Brown sebagai berikut:

2. (rY1Y2) r` = 1 + rY1Y2

liv

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

komparatif yaitu Dengan membandingkan hasil jawaban angket skala sikap

sebelum diberi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dan

setelah mendapat pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model

PAIKEM pada siklus 1 dan siklus 2 untuk meningkatkan motivasi siswa.

H. Indikator Kinerja

Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM

diharapkan motivasi belajar siswa meningkat menjadi lebih baik dibandingkan

sebelumnya. Kemampuan yang diharapkan antara lain:

1. Dapat mengembangkan kebugaran jasmani.

2. Dapat mengembangkan kerjasama.

3. Dapat mengembangkan skill.

4. Dapat mengembangkan sikap kompettetif.

I. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

(1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan

interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus I Siklus II

Plan Revised Plan dst

Reflect Act Reflect Act

Observe Observe

lv

Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Kemmis & Taggart dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2006: 66)

Keterangan:

1. Plan (perencanaan tindakan): peneliti mengobservasi siswa yang dijadikan

subyek penelitian dan merencanakan bentuk-bentuk pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok dengan model PAIKEM.

2. Act (pelaksanaan tindakan) : melakukan kuisioner untuk mengetahui motivasi

siswa sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM dan setelah diberi model

pembelajaran PAIKEM. guru dan peneliti berkolaborasi menyusun bentuk

gerakan & permainan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa.

3. Observe (observasi dan interpretasi): mengamati proses penerapan model

PAIKEM apakah motivasinya meningkat dalam pembelajaran lompat jauh

atau belum.

4. Reflect (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

model pembelajaran PAIKEM yang telah dilakukan pada siklus 1 dan 2

Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian

ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Survei Awal

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:

Peneliti mengobservasi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dan

mengobservasi hasil lompat jauh dan motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok..

2. Tahap Seleksi Informan, Penyiapan Instrumen dan Alat

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:

a. Menentukan subjek penelitian

b. Menyiapkan alat dan instrumen penelitian dan evaluasi

lvi

3. Tahap Pengumpulan Data dan Treatment

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data tentang:

- Mengisi angket motivasi siswa terhadap pembelajaran lompat jauh dengan

menggunakan model pembelajaran PAIKEM.

- Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran

- Ketepatan Rencana Pelaksanaan Pebelajaran (RPP)

- Kreativitas guru dalam menciptakan permainan yang sesuai untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat khususnya cabang olahraga

lompat jauh gaya jongkok.

- Alat Bantu Pembelajaran (APP)

- Pelaksanaan Pembelajaran

- Semangat dan keaktivan siswa

4. Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan analisis data dari semua hasil

penelitian Untuk mengetahui motivasi belajar siswa, maka dari jawaban

frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan atau

dijumlahkan. Setelah hasil ditemukan peneliti dapat menjawab hipotesis yang

bertujuan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah

direncanakan.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan dari awal survei

sampai dengan menganalisis data yang dilakukan pada waktu penelitian.

J. Proses Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kesegaran

jasmani pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali melalui

model pembelajaran PAIKEM. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan

tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas

empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)

lvii

observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan

siklus berikutnya. Penelitian ini, direncanakan dalam 3 siklus.

a. Rancangan Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun:

(a) Skenario pembelajaran sebagai berikut:

- Guru bersama peneliti menyusun bentuk gerakan dan permainan

dengan model PAIKEM untuk meningkatkan motivasi siswa

- Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam

pembelajaran lompat khususnya pada cabang lompat jauh gaya

jongkok yaitu meliputi pembelajaran melompati kardus, melewati

teman, melompati ban dan melompat dari atas kotak/meja.Media

yang digunakan yaitu kardus, ban bekas, bilah, kotak/meja, dll.

(b) Instrumen untuk evaluasi yang berupa tes angket motivasi model

pembelajaran PAIKEM dan pengisian kartu ceria.

(c) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan sebagai berikut:

Tabel 7: Indikator Ketercapaian Belajar Siswa

Aspek

yang Diukur

Persentase Target Capaian

Cara mengukur Sebelum diberi

pembelajaran

model PAIKEM

Siklus 1

Siklus 2

Keaktivan siswa selama pembelajaran

30%

40%

50%

Diamati saat guru memberikan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM kepada siswa pada awal pembelajaran dan pada saat pembelajaran model PAIKEM.

lviii

Keaktivan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Siswa yang sudah mampu melakukan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok untuk meningkatkan motivasi siswa.

40%

40%

50%

45%

60% 50%

Diamati dari peningkatan hasil angket motivasi yang dberikan peneliti kepada siswa sebelum diberi pembelajaran model PAIKEM dan setelah diberi pembelajaran model PAIKEM tiap siklusnya. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan kesung-guhan dalam kegiatan belajar mengajar. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti.

Ketuntasan hasil belajar (hasil dari tes angket motivasi yang diberikan setelah pembelajaran model PAIKEM).dan hasil lompat jauhnya.

40% 50% 65% Dilihat dari tingkat peningkatan frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan dan dijumlahkan.

Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran

40% 55% 60% Diamati setelah pembelajaran dengan menggunakan kartu ceria.

2) Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan, Tahap ini dilakukan bersamaan

dengan observasi terhadap dampak tindakan.

lix

3) Tahap observasi dan interpretasi, dilakukan dengan mengamati dan

menginterpretasikan model pembelajaran PAIKEM maupun pada hasil

pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang

kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama.

4) Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan menganalisis hasil observasi

dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu

diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi

target.

b. Rancangan Siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah

dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut

dengan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sesuai dengan silabus

mata pelajaran pendidikan jasmani yang dibuat guru kemudian setelah

pembelajaran berlangsung siswa disuruh mengerjakan angket model

pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok dan Motivasi

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM. Dari itu bisa

dilihat apakah mengalami peningkatan atau tidak.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Survei Awal

lx

Untuk memulai pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih

dahulu dilakukan survei terhadap objek yang akan diteliti untuk mengetahui

kondisi atau keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil kegiatan survei awal

sebagai berikut:

1. Siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogorasi Boyolali yang mengikuti

pelajaran Penjas berjumlah 30 anak yang terdiri atas 14 siswa putra dan 16

siswa putri. Dilihat dari hasil penilaian harian siswa yang nilainya baik nomor

cabang olahraga lompat jauh gaya jongkok hanya berjumlah 10 siswa, dan

selebihnya nilainya dalam kategori cukup.

2. Siswa terlihat kurang memperhatikan dan motivasi belajar kurang saat

pelajaran pendidikan jasmani (Penjas) berlangsung. Kurangnya perhatian dan

motivasi siswa kurang disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya fasilitas

seperti peralatan olahraga yang tidak memadai dan pembelajaran dari guru

terlalu monoton.

3. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa

cenderung sulit diatur saat pembelajaran Penjas berlangsung. Hal ini dapat

dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan secara langsung di

lapangan. Saat mengikuti pelajaran Penjas, siswa menunjukkan sikap

seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak

memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya (sambil lalu), ada yang

berbicara dengan teman, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya.

4. Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas

Terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses

pembelajaran Penjas. Hal itu terbukti dengan minimnya peralatan olahraga

yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjas. Seperti bola sepak hanya

memiliki 1 buah, bola kasti diganti dengan bola tenis yang hanya memiliki 3

buah saja, tidak memiliki stopwatch, dan lain sebagainya.

5. Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran

Penjas. Hal tersebut dapat dilihat bahwa selama ini pembelajaran Penjas

kreativitas guru kurang maksimal dengan terbatasnya sarana. Guru jarang

lxi

sekali menggunakan alat-alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh seperti

kotak, kardus, tali, ban bekas dan lain sebagainya

6. Guru tidak pernah menerapkan model-model pembelajaran yang relevan

dengan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Model pembelajaran yang

monoton atau konvensional mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun,

sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

B. Deskripsi Data

Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap sampel

yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan dari hasil jawaban kuisioner yang

meliputi dua indikator yaitu: model-model pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok dan motivasi pembelajaran lompat jauh sebelum dan sesudah diberi

model pembelajaran PAIKEM. Namun sebelum alat ukur (kuisioner) diajukan dan

dijawab sampel penelitian, alat ukur diujicobakan (try out). Try out dimaksudkan

untuk mengetahui alat ukur yang digunakan valid atau tidak. Adapun deskripsi

data hasil try out dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Try Out Kuisioner Model Pembelajaran PAIKEM

terhadap Motivasi Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok N Jumlah

Soal

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

R tabel 5% Jumlah Soal

yang Valid

Jumlah Soal

yang Tidak

Valid

30 25 0.739 0.031 0.361 22 3

C. Mencari Reliabilitas

Sebelum kuisioner tersebut digunakan sebagai alat ukur perlu dilakukan uji

reliabilitas. Hasil uji reliabilitas data try out dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data

Bentuk Tes Reliabilitas Kategori

lxii

Kuisioner 0.7747 Cukup

Berdasarkan hasil uji reliabilitas try out yang dilakukan dalam penelitian

ini diperoleh nilai 0.7747. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat

reliabilitasnya cukup. Untuk mengkategorikan hasil uji reliabilitas tersebut

menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip

Mulyono B. (1992: 22) sebagai berikut:

Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas

Kategori Reliabilita

Tinggi Sekali 0,90 – 1,00

Tinggi 0,80 – 0,89

Cukup 0,60 – 0,79

Kurang 0,40 – 0,59

Tidak Signifikan 0,00 – 0,39

D. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini dipaparkan model-model pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok dan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali

tahun pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

sebelum dan sesudah mendapat model pembelajaran PAIKEM.

Untuk mengetahui model pembelajaran lompat jauh dan motivasi belajar

siswa, maka dari jawaban frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal

diakumulasikan atau dijumlahkan. Dari lima alternatif jawaban (sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) tersebut, disimpulkan dari

jumlah prosentase masing-masing jawaban. Jika prosentase jawaban lebih banyak

pada jawaban sangat setuju, maka simpulannya baik sekali, jika jawabannya

lebih banyak pada jawaban setuju maka simpulannya baik, jika jawabannya lebih

banyak ragu-ragu maka simpulannya cukup, jika jawabannya lebih banyak pada

jawaban tidak setuju maka simpulannya kurang dan jika jawabannya lebih

banyak pada jawaban sangat tidak setuju maka simpulannya kurang sekali.

lxiii

Berikut ini disajikan secara berturut-turut data penelitian sesuai dengan

permasalahan yang ada dalam penelitian sebagai berikut:

1) Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok sebelum Diberi

Model Pembelajaran PAIKEM

Kondisi awal pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V

SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 sebelum diberi

perlakuan model pembelajaran PAIKEM disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok sebelum Diberi Model Pembelajaran PAIKEM

No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS

1 0% 0% 23.33% 60% 16.67% 2 0% 3.33% 30% 40% 26.67% 3 0% 0% 23.33% 22.67% 50% 4 0% 0% 23.33% 43.33% 33.33% 5 0% 13.33% 10% 50% 26.67% 6 6.67% 16.67% 16.67% 43.33% 16.67% 7 0% 10% 16.67% 40% 33.33% Jumlah 6.67% 86.66% 143,33% 299.33% 203.34% Rata-Rata 0.22% 2.89% 4.78% 9.98% 6.78%

Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban

model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum diberi model

pembelajaran PAIKEM pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali

tahun pelajaran 2009/2010 adalah kurang dengan jumlah nilai 299.33% atau

9.98%.

2) Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lompat Jauh Gaya

Jongkok sebelum Diberi Model Pembelajaran PAIKEM

lxiv

Kondisi awal motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan

Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok sebelum diberi perlakuan model pembelajaran PAIKEM disajikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh

Gaya Jongkok sebelum Diberi Model Pembelajaran PAIKEM

No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS

8 3.33% 3.33% 3.33% 46.67% 43.33% 9 3.33% 3.33% 13.33% 56.67% 23.33% 10 3.33% 10% 13.33% 56.67% 16.67% 11 0% 6.67% 10% 40% 43.33% 12 10% 20% 16.67% 20% 33.33% 13 10% 3.33% 3.33% 36.67% 46.67% 14 0% 6.67% 10% 40% 43.33% 15 6.67% 3.33% 20% 43.33% 26.67% 16 3.33% 20% 10% 56.67% 10% 17 3.33% 13.33% 13.33% 50% 20% 18 3.33% 3.33% 16.67% 46.67% 30% 19 3.33% 6.67% 6.67% 60% 23.33% 20 3.33% 6.67% 20% 56.67% 16.67% 21 10% 26.67% 10% 30% 23.33% 22 3.33% 13.33% 20% 50% 13.33% Jumlah 66.64% 146.66% 186.66% 690.02% 413.32% Rata-rata 2.22% 4.89% 4.44% 23% 13.78%

Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban

motivasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum diberi model

pembelajaran PAIKEM pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali

tahun pelajaran 2009/2010 adalah kurang dengan jumlah nilai 690.02% atau

23%.

Berdasarkan model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan motivasi

belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010

sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM yaitu kurang. Untuk meningkatkan

motivasi siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran

2009/2010, maka dalam penelitian ini diberikan model pembelajaran PAIKEM.

lxv

Model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

terhadap cabang olahraga lompat jauh gaya jongkok dalam penelitian ini

diberikan dua siklus (perlakuan). Setiap perlakuan pada masing-masing siklus,

angket atau kuisioner yang sama diberikan kepada sampel. Hal ini dimasudkan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap motivasi siswa dengan diberi

model pembelajaran PAIKEM.

Proses penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing

siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)

observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.

1. Siklus I

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM pada

siklus 1 yaitu melompat melewati kardus. Untuk lebih jelasnya berikut ini

disajikan ilustrasi pembelajaran lompat jauh model PAIKEM dengan

menggunakan kardus sebagai berikut:

Gambar 8. Pembelajaran Lompat Jauh Model PAIKEM Menggunakan Kardus (Yudha M. Saputra, 2001: 126) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM menggunakan kardus ini

dilakukan selama satu kali pertemuan tiap minggu. Setelah siswa diberi

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati

kardus, selanjutnya angket yang sama diberikan kepada siswa. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruhnya dibandingkan sebelum

diberi perlakukan.

lxvi

a. Perencanaan Tindakan I

Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari sabtu, 15 Juni

2009 di SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Peneliti dan guru kelas

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses

penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I

akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, sesuai dengan jadwal olahraga

kelas V di SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Guru bersama peneliti

mengukur tingkat pembelajaran lompat jauh dengan model pembelajaran

PAIKEM dan motivasi penjas dengan model PAIKEM melompati kardus

pada lompat jauh gaya jongkok yaitu dengan siswa disuruh mengisi angket

model-model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan motivasi

pembelajaran lompat jauh sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM.

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut karena tingkat optimalisasi siswa

dengan model pembelajaran PAIKEM dan tingkat motivasi siswa masih

rendah maka guru bersama peneliti merencanakan tindakan I meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1) Peneliti bersama guru merancang skenario model pembelajaran PAIKEM

melompati kardus untuk meningkatkan motivasi siswa , yaitu dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran Penjas yang

sedikit berbeda dengan biasanya, seperti model pembelajaran

PAIKEM pada cabang lompat jauh gaya jongkok yaitu dengan

memodifikasi pembelajaran berupa melompati kardus.

b) Pembelajaran Penjas ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran

lompat jauh gaya jongkok melalui model pembelajaran PAIKEM dan

untuk meningkatkan motivasi siswa.

c) Peneliti memberikan contoh permainan yang berhubungan dengan

unsur kesegaran jasmani kepada siswa agar motivasinya meningkat

melalui pembelajaran PAIKEM melompati kardus.

d) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah dilakukan.

lxvii

2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

untuk materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melompati kardus.

3) Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yaitu kardus, bilah, tali, cangkul

dll

4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non

tes. Instrumen tes dinilai hasil peningkatan angket model pembelajaran

PAIKEM dan motivasi belajar siswa dengan model PAIKEM

menggunakan kardus . Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan

pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati

keaktivan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan

dengan kartu ceria.

b. Pelaksanaan Tindakan I

Pelaksanaan tindakan I ini direncanakan selama dua kali pertemuan

dalam dua minggu, yakni tiap hari senin pada tanggal 22 juni 2009 dan 29 juni

2009 di lapangan SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Masing-masing

pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Sesuai dengan skenario

pembelajaran pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti, dan

peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan

wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.

Materi pelaksanaan tindakan I, pada pertemuan pertama (Senin, 22 Juni

2009 ini adalah model pembelajaran PAIKEM dengan Melompat dengan satu

kaki dan melompat dua kaki/katak dengan jarak tertentu dan melompat dengan

posisi kardus ditata semakin tinggi.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

peningkatan kesegaran jasmani dan memberikan permainan-permainan

agar siswa tidak merasa bosen dalam pembelajaran penjas.

2) Peneliti menjelaskan materi lompat jauh gaya jongkok dengan

memodifikasi gerakan-gerakan melompati kardus.

lxviii

3) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan gerakan melompati

kardus dengan baik dan benar. Misalnya Melompat kardus dengan satu

kaki bergandengan bersama teman dengan jarak tertentu, melompati

kardus dengan posisi kardus ditata semakin tinggi.

5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM

dengan melompati kardus tersebut dengan baik.

6) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

7) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan

model pembelajaran tersebut.

8) Di akhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Materi pada pelaksanaan tindakan I, pada pertemuan kedua (29 Juni

2009) ini adalah model pembelajaran PAIKEM melompati rintangan berupa

kardus dengan jarak 1 meter tiap kardus secara bergantian.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

kesegaran jasmani dan permainan-permainan yang dimodifikasi misalnya

permainan hitam -hijau.

2) Peneliti menjelaskan materi Penjas yang berhubungan dengan unsur-unsur

kesegaran jasmani. Tes kompetisi di lakukan bersamaan dengan pemberian

materi dengan tujuan anak lebih termotivasi.

3) Siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.

4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan gerakan-gerakan

melompati kardus dengan baik dan benar. Misalnya cara melompati

rintangan berupa kardus dengan jarak 1 meter tiap kardus dan saling

berkompetisi.

5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM

tersebut dengan baik.

6) Peneliti meyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM dengan

sifat kompetisi antar teman.

lxix

7) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan

model pembelajaran tersebut.

9) Diakhir pembelajaran, siswa disuruh mengerjakan angket yang sama

sebelum diberi pembelajaran PAIKEM dan memberikan kartu ceria.

Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan

pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi dan Interpretasi

1) Peneliti mengamati proses pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kesegaran jasmani. Pada pertemuan pertama (Senin, 22 Juni 2009 selama 2

x 35 menit), peneliti mengajarkan materi yang berhubungan dengan

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang dimodifikasi. Gerakan-

gerakan melompat dengan satu dan dua kaki serta melompati kardus

dengan posisi kardus ditata semakin tinggi.Setelah itu, siswa diminta

untuk melakukan permainan tersebut. Pada pertemuan kedua Senin, 29

Juni 2009 selama 2 x 35 menit), peneliti memberikan model pembelajaran

PAIKEM dengan model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang

berbeda dengan model pembelajaran yang sebelumnya yaitu ndengan

dibuat lebih menarik dengan membuat lebih tinggi kardus yang akan

dilompati dan saling berkompetisi melompati kardus dengan

bergandengan tangan. Model pembelajaran ini disertai kompetisi untuk

lebih memotivasi siswa. Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang

jalannya proses belajar mengajar Penjas dengan model pembelajaran

PAIKEM sebagai berikut:

2) Sebelum mengajar, peneliti dan guru telah membuat rencana pembelajaran

yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana

pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni

Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

lxx

3) Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran Penjas khususnya

berkaitan dengan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan

benar, yaitu dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, peneliti

mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal

pembelajaran, peneliti memberikan angket model pembelajaran PAIKEM

dan motivasi belajar sebelum diberi pembelajaran PAIKEM kemudian

siswa diberikan pembelajaran model PAIKEM lompat jauh gaya jonggok

pada pertemuan awal. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan kartu

ceria untuk dipilih siswa sesuai kondisinya. Kartu ceria diberikan untuk

mengetahui apakah anak merasa senang, biasa atau merasa tidak senang

setelah diberi pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok

tersebut.

4) Peneliti memotivasi siswa agar melakukan model pembelajaran PAIKEM

untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Sebelumnya guru memberikan

contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa

yang di perintah oleh guru.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh

gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:

a) Siswa yang aktif selama pemberian materi lompat jauh gaya jongkok yang

berkaitan dengan unsur-unsur kesegaran jasmani sebesar 45%, sedangkan

55% lainnya tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan bermain

sendiri bersama teman yang lain. Dari hasil wawancara dengan siswa yang

kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh

penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi.

b) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar

55%, sedangkan 45% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari

peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya. Sedangkan

posisi peneliti lebih banyak berada di depan dan kurang kerasnya suara

yang dijelaskan peneliti. Jadi siswa yang berada di bagian belakang merasa

lxxi

tidak diperhatikan dan kurang mendengar intruksi atau cara pelaksanaan

permainan, sehingga bisa berbuat seenaknya saja.

Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi:

a) Siswa yang sudah mampu melakukan gerakan-gerakan lompat jauh gaya

jongkok yang dimodifikasi dengan baik sebesar 55%, sedangkan siswa

yang lainnya melakukan permainan tanpa disertai gerakan yang benar,

sehingga terkesan asal melakukan gerakan.

b) Siswa yang dapat melakukan tes kompetisi pada pertemuan kedua siklus

pertama dengan mendapat nilai baik (mendapat nilai 65 ke atas) 60%,

sedangkan siswa yang lainnya belum sempurna nilainya. Hal ini

disebabkan mereka kesulitan dan merasa asing melakukan tes kompetisi.

c) 65% siswa merasa senang dengan model pembelajaran bermain (hasil

kartu ceria)

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh peneliti yang terlihat dalam

kegiatan ini yaitu:

1) Model pembelajaran menggunakan kardus masih belum meningkatkan

motivasi anak secara maksimal sehingga anak merasa bosan dan lelah.

Terbukti dengan mereka bermain dengan teman maupun berbicara dengan

teman.

2) Posisi peneliti lebih banyak berada di depan, sehingga ia tidak dapat

memonitor siswa yang berada di bagian belakang.

3) Suara peneliti yang kurang keras dalam memberikan penjelasan sehingga

siswa kurang begitu jelas tentang cara pelaksanaan permainan.

4) Peneliti masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk mau

melakukan permainan dengan benar.

Sedangkan dari sisi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yakni

sebagai berikut:

1) Pada awalnya, siswa sudah tertarik dengan permainan tersebut. Namun,

setelah materi yang diberikan terlalu banyak maka siswa menjadi bosan

sehingga terlihat beberapa siswa yang kurang memperhatikan pelajaran.

lxxii

2) Siswa masih kesulitan dalam melakukan permainan karena dari hasil

wawancara dengan siswa mereka merasa asing atau belum pernah

mendapat permainan tersebut. Hanya 55% siswa yang mampu melakukan

gerakan permainan dengan benar, sedangkan siswa yang lain masih asal

dalam melakukan permainan tesebut.

3) Siswa kurang antusias dalam permainan karena kurang adanya materi

kompetisi antar kelompok.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan I

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan

refleksi sebagai berikut:

1) Agar siswa tidak merasa cepat bosan dan lelah tehadap pembelajaran

lompat jauh menggunakan kardus maka peneliti sebaiknya lebih inovatif

lagi menciptakan pembelajaran model PAIKEM agar motivasinya dapat

meningkat.

2) Agar siawa tidak cepat bosan maka siswa sebaiknya diberi pembelajaran

yang berbeda-beda,dengan peralatan yang berbeda, dan lebih banyak lagi

tapi tidak menghilangkan pembelajaran dengan melompati kardus

3) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan kepada

siswa. Peneliti juga harus memonitor siswa yang berada di bagian

belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

4) Agar siswa tidak merasa asing dengan permainan tersebut maka peneliti

memberikan penjelasan cara bermain dengan benar dalam pembelajaran

PAIKEM untuk meningkatkan motivasi.

5) Peneliti sebaiknya memberikan materi permainan kompetisi antar

kelompok sehingga siswa semakin antusias dalam bermain.

6) Peneliti perlu tetap terus memberikan pemahaman dan motivasi sistem

pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran PAIKEM.

7) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan pembelajaran,

sebaiknya peneliti memberikan reward kepada siswa, misalnya berupa

pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bagus, dan

lxxiii

sebagainya ataupun dengan memberi nilai tambahan kepada siswa

tersebut.

Data hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus 1 disajikan

dalam bentuk tabel sebagai berikut:

1) Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM

dengan Menggunakan Kardus

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan

menggunakan kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 7. Rekapitulasi Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan

Model PAIKEM Menggunakan Kardus

No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS

1 30% 63.33% 6.67% 0% 0% 2 26.67% 66.67% 3.33% 3.33% 0% 3 20% 40% 33.33% 6.67% 0% 4 10% 46.67% 40% 3.33% 0% 5 6.67% 46.67% 36.67% 6.67% 3.33% 6 20% 33.33% 20% 20% 6.67% 7 30% 43.3% 26.67% 0% 0% Jumlah 143.34% 339.97% 133.34% 40% 10% Rata-Rata 4.78% 11.33% 4.44% 1.33% 0.33%

Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban

model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model pembelajaran PAIKEM

menggunakan kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 adalah baik dengan jumlah nilai 339.99% atau 11.33%.

2) Motivasi Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Model

PAIKEM Menggunakan Kardus

Motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan

lxxiv

model PAIKEM menggunakan kardus disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Tabel 8. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM Menggunakan Kardus

No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS

8 16.67% 60% 13.33% 3.33% 6.67% 9 26.67% 50% 20% 3.33% 0% 10 20% 43,33% 30% 6,67% 0% 11 23,33% 36,67% 36,67% 23,33% 3,33% 12 30% 46,67% 10% 10% 3,33% 13 6,67% 36,67% 33,33% 23,33% 0% 14 30% 46,67% 16,67% 3,33% 3,33% 15 33,33% 50% 10% 6,67% 0% 16 23,33% 30% 33,33% 10% 3,33% 17 6,67% 63,33% 23,33% 6,67% 0% 18 30% 40% 23,33% 6,67% 0% 19 16,67% 36,67% 30% 10% 6,67% 20 23,33% 46,67% 20% 6,67% 3,33% 21 16,67% 40% 40% 3,33% 0% 22 40% 43,33% 13,33% 3,33% 0% Jumlah 343.34% 670.01% 352.43% 126.66% 26.99% Rata-rata 11.44% 22.33% 11.75% 4.22% 0.99%

Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban

motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok setelah diberi model pembelajaran

PAIKEM dengan menggunakan kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1

Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 adalah baik dengan jumlah nilai

670.01% atau 22.33%.

2. Siklus II

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM pada

siklus 2 yaitu melompat melewati teman yang berbaring di lantai. Untuk lebih

jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran lompat jauh model PAIKEM

dengan melompati teman sebagai berikut:

lxxv

Gambar 9. Pembelajaran Lompat Melewati Teman (Yudha M. Saputra, 2001: 127)

a. Perencanaan Tindakan II

Pada hari Senin, 6 Juli 2009 di kantor SD Negeri I Keyongan Nogosari

Boyolali, peneliti dan guru Penjas mengadakan diskusi. Dalam kesempatan

kali ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi terhadap siswa kelas V

yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan

kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran PAIKEM untuk

meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

pada siklus I.

Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti dan

guru Penjas mengambil keputusan sebagai berikut:

1) Peneliti menambah materi pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan

motivasi siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

2) Peneliti memberikan pembelajaran yang berbeda dengan siklus I dan

dengan peralatan yang berbeda pula tapi tidak menghilangkan

pembelajaran pada siklus I

3) Peneliti mengubah posisi saat mengajar dengan berdiri berpindah-pindah

mendekati siswa yang kurang bersemangat, guru sesekali berada di depan

lxxvi

siswa dan sesekali berada di belakang maupun di tengah saat pembelajaran

tersebut.

4) Peneliti dalam memberikan penjelasan harus dengan suara yang lantang

atau keras sehingga semua anak dapat mendengar intruksi dengan jelas.

5) Peneliti memberikan penjelasan yang jelas dan benar sehingga anak tidak

merasa asing lagi.

6) Peneliti memberikan materi permainan kompetisi antar kelompok kerja

sama sehingga siswa semakin antusias dalam pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok tersebut

7) Peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa, dengan memberi

semangat saat pembelajaran tersebut.

Peneliti akan memberikan reward bagi siswa yang aktif dan memperoleh nilai

tertinggi saat berlangsungnya pembelajaran bermain.

Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru Penjas merancang skenario pembelajaran PAIKEM

untuk meningkatkan motivasi , yaitu dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

(1) Peneliti menjelaskan mengenai materi yang akan diajarkan pada hari

itu, siswa menyimak.

(2) Peneliti memberikan contoh pembelajaran sesuai dengan materi

berkaitan dengan berbagai modifikasi pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok kepada siswa.

(3) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah dilakukan.

b) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) untuk materi

yang berkaitan dengan pembelajran lompat jauh gaya jongkok yang

inovatif.

c) Guru Penjas bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model pembelajaran

PAIKEM. Media pembelajaran lompat jauhnya yaitu melompati teman

menggunakan tali, ban bekas, dll.

lxxvii

d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan

non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil jawaban angket setelah dikasih

pembelajaran PAIKEM pada siklus 1 dan pada akhir pembelajaran

biberikan angket yang sama . Sedangkan instrumen non tes dinilai

berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati

keaktivan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan II ini direncanakan berlangsung selama dua kali

pertemuan, yakni pada hari Senin , 13 Juli 2009 dan Senin, 20 Juli 2009 di

lapangan SD Negeri I Keyongan Nogorasi Boyolali. Masing-masing

pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Dalam kegiatan ini peneliti

menerapkan solusi yang telah disepakati dengan guru Penjas untuk mengatasi

kekurangan pada proses pembelajaran PAIKEM dalam siklus I.

Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus II ini pembelajaran

dilakukan oleh peneliti. Peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap

proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah

pembelajaran berakhir.

Materi pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan pertama (Senin, 13 Juli

2009) ini adalah model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan motivasi

siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan melompati

teman

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan membuat berbagai permainan

misalnya permainan jala ikan.

2) Peneliti menjelaskan materi yang berkaitan dengan pembelajaran lompat

jauh gaya jongkok dengan melompat teman dan siswa mendengarkan

penjelasan dari peneliti.

lxxviii

3) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan pembelajaran dengan

baik. Misalnya cara melompati teman yang tiarap atau jongkok, melompat

dari atas meja atau balok tanpa awalan

4) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM

tersebut dengan baik.

5) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

6) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan

model pembelajaran tersebut.

7) Diakhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Materi pada pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan kedua (20 Juli

2009) ini adalah model pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya

jongkok untuk meningkatkan motivasi siswa.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan membuat berbagai

permainan.

2) Peneliti menjelaskan menjelaskan materi yang berkaitan dengan

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan Tes kompetisi antar

kelompok di lakukan bersamaan dengan pemberian materi dengan tujuan

anak lebih termotivasi. Siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.

3) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan pembelajaran lompat

jauh gaya jongkok dengan baik. Misalnya cara loncat-loncatan dengan satu

kaki atau dua kaki, melompat kijang/langkah panjang cara lari sambung

dan tarik tambang beregu.

4) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM

tersebut dengan baik.

5) Peneliti meyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM dengan

sifat kompetisi.

6) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

lxxix

7) Peneliti menanyakan kepada siswa apakah ada yang merasa kesulitan

dalam melakukan model pembelajaran PAIKEM.

8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan

model pembelajaran tersebut.

9) Diakhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan

pembelajaran di lapangan.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengajar sekaligus melakukan observasi pada siswa kelas V di

lapangan SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Kegiatan observasi ini

dimaksudkan untuk medeskripsikan apakah kekurangan-kekurangan pada

siklus I sudah bisa diatasi atau belum. Seperti pada siklus I, pelaksanaan

tindakan II dilaksanakan selama satu kali pertemuan tiap minggu yakni Pada

pertemuan pertama (Senin, 13 Juli 2009 selama 2 x 35 menit), pertemuan

kedua (Senin, 20 Juli 2009 selama 2 x 35 menit). Peneliti mengamati sekaligus

mengajar proses pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok untuk

meningkatkan motivasi siswa

Seperti pada kegiatan observasi sebelumnya, peneliti mengamati seluruh

kegiatan yang terjadi di dalam lapangan tersebut. Dari kegiatan observasi

tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses belajar mengajar dengan

model pembelajaran PAIKEM sebagai berikut:

1) Sebelum mengajar, peneliti telah membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar dan

mengacu RPP yang dibuat guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni KTSP.

2) Pada awal pembelajaran, guru dengan jelas mengemukakan apa yang akan

diajarkan pada hari itu kepada siswa, yaitu bagaimana menerapkan model

pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok untuk

meningkatkan motivasi siswa. Guru memberikan gerakan pemanasan yang

berkaitan dengan materi kesegaran jasmani. Pada pertemuan pertama (2 x

35 menit) guru menjelaskan materi pembelajaran lompat jauh gaya

lxxx

jongkok dalam bentuk permainan yaitu melompati teman . Untuk siklus II

ini lebih diperbanyak pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan

berkelompok atau kompetisi secara beregu/ berkelompok, karena anak

pada masa kelas V (usia 10-12 tahun) mempunyai karakteristik sangat

menyukai dengan permainan berkelompok, selain itu model pembelajaran

yang diberikan tambah jumlahnya agar anak tidak cepat bosan karena

pembelajaranya itu-itu terus. Pembelajaran lompat jauh dengan melompati

kardus dalam siklus II masih diberikan dan pada pembelajaran ini

ditambahkan melompati teman. Pada pertemuan kedua (2 x 35 menit) guru

menjelaskan materi yang sama dengan pertemuan pertama. Setiap akhir

pembelajaran guru memberikan kartu ceria untuk dipilih siswa sesuai

kondisinya. Kartu ceria berikan untuk mengetahui apakah anak merasa

senang, biasa atau merasa tidak senang setelah diberi pembelajaran

bermain tersebut.

3) Pada saat memberikan penjelasan dan melakukan permainan bersama

dengan siswa, guru dan peneliti mengambil posisi di depan, di tengah, dan

di bagian belakang kelas untuk mengontrol dan mengendalikan seluruh

siswa, khususnya siswa yang berdiri bagian belakang. Akhirnya, siswa

yang pada awalnya kurang semangat dan merasa tidak diperhatikan guru

menjadi semangat untuk memperhatikan pemberian materi. Selain itu

peneliti dalam memberikan intruksi juga dengan suara yang lantang dan

jelas.

4) Guru memotivasi siswa agar melakukan model pembelajaran PAIKEM

pada lompat jauh gaya jongkok untuk meningkatkan motivasi siswa.

Sebelumnya guru memberikan contoh pembelajaran yang dengan benar.

Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru.

5) Guru, peneliti dan siswa selalu memberikan applause pada setiap

penampilan siswa. Guru dan peneliti juga memberikan reward berupa

pujian, seperti: “Bagus sekali”, “Ayo semangat”, “ Ya Bagus”, “Bravo”,

dan lain-lain. Suasana tampak hidup dengan semangat dan antusiasme

siswa yang tinggi.

lxxxi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran PAIKEM ,

diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:

a) Siswa yang aktif selama pemberian materi pembelajaran lompat jauh gaya

jongko dalam bentuk permainan sebesar 65%, sedangkan 35% lainnya

tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan bermain sendiri

bersama teman yang lain. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang

aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan

bahwa di antara mereka ada yang tidak mendapat pasangan saat bermain,

siswa masih bingung dengan permainan yang di berikan.

b) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar

70%, sedangkan 30% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru.

Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya.

Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi:

a) Siswa yang sudah mampu melakukan permainan dengan baik dan dengan

gerakan yang benar sebesar 75%, sedangkan siswa yang lainnya

melakukan permainan tanpa disertai gerakan yang benar, sehingga

terkesan asal melakukan gerakan.

b) Siswa yang dapat melakukan tes kompetisi antar kelompok pada

pertemuan kedua siklus pertama dan yang mendapat nilai baik (mendapat

nilai 65 ke atas) 80%, sedangkan siswa yang lainnya belum sempurna

nilainya. Hal ini disebabkan ada beberapa siswa yang masih belum paham

dengan materi permainan yang diberikan sehingga hasil tes kurang

maksimal.

c) 85% siswa merasa senang dengan model pembelajaran bermain (hasil

kartu ceria).

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh peneliti yang terlihat dalam

kegiatan ini yaitu:

1) Ada beberapa siswa yang masih belum paham dengan materi pembelajaran

lompat jauh gaya jongkok yang diberikan sehingga hasil lompat jauh

kurang maksimal.

lxxxii

2) Ada beberapa siswa yang masih takut untuk melakukan pembelajaran

lomp[at jauh gaya jongkok tersebut.

3) Untuk lebih bisa membangkitkan semangat pembelajaran lopat jauh gaya

jongkok antar kelompok maka guru perlu memberikan hukuman bila ada

kelompok yang kalah salah satunya dengan loncat di tempat sehingga

lebih membangkitkan semangat.

4) Terlalu banyak waktu senggang karena guru terlalu lama melakukan

persiapan alat untuk materi yang selanjutnya sehingga siawa bermain

sendiri atau bercanda dengan temannya menunggu persiapan guru.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan II

Proses pembelajaran bermain untuk meningkatkan kesegaran jasmani di lapangan SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali pada siklus II yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Senin, 13 Juli 2009 dan Senin, 20 Juli 2009 berjalan dengan lancar. Siswa merespon dengan semangat dan antusias. Siswa sudah mulai tidak cepat bosan dengan model pembelajaran PAIKEM yang diberikan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya telah dapat diatasi. Siswa yang pada awalnya kurang aktif dan merasa tidak senang dan antusias dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan melopati teman , akhirnya menjadi aktif dan lebih bersemangat ketika diberi pembelajaran PAIKEM. Secara keseluruhan, proses belajar mengajar berjalan dengan lancar Siswa juga tidak cepat bosan dengan berbagai pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok melompati teman yang diberikan. Guru telah mampu memancing respons siswa terhadap stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat semangat untuk melakukan permainan. Siswa sudah mampu melakukan permainan dengan baik, meskipun masih ada beberapa yang kurang baik. Peningkatan indikator-indikator ini dapat dilihat juga dari hasil jawaban angket yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II.

Data hasil jawaban koasioner angket lompat jauh gaya jongkok model

PAIKEM dan Motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM

melompati teman dapat dilihat sebagai berikut :

lxxxiii

1) Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM

dengan Melompati Teman

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan

melompati teman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 9. Rekapitulasi Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM dengan Melompati Teman

No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS

1 70% 20% 6,67% 0% 3,33% 2 26,67% 56,67% 10% 0% 6,67% 3 40% 33,33% 16,67% 3,33% 6,67% 4 43,33% 33,33% 13,33% 10% 0% 5 36,67% 30% 23,33% 3,33% 6,67% 6 36,67% 46,67% 3,33% 6,67% 6,67% 7 46,67% 33,33% 13,33% 3,33% 3,33% Jumlah 300.01% 253.34% 86.67% 26.67% 33.34% Rata-Rata 10% 8.44% 2.89% 0.89% 1.11%

Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban

model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan

melompati teman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 adalah baik sekali dengan jumlah nilai 300.01% atau 10%.

2) Motivasi Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM

dengan Melompati Teman

Motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model

PAIKEM dengan melompati teman disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

lxxxiv

Tabel 10. Rekapitulasi Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM dengan Melompati Teman

No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS

8 40% 30% 16,67% 10% 3,33% 9 43,33% 33,33% 13,33% 10% 0% 10 36,67% 50% 6,67% 6,67% 0% 11 33,33% 30% 23,33% 6,67% 6,67% 12 26,67% 40% 23,33% 3,33% 6,67% 13 43,33% 30% 16,67% 10% 0% 14 46,67% 23,33% 20% 6,67% 3,33% 15 40% 43,33% 6,67% 6,67% 3,33% 16 50% 30% 16,67% 3,33% 0% 17 33,33% 23,33% 23,33% 6,67% 3,33% 18 40% 46,67% 6,67% 6,67% 0% 19 50% 23,33% 10% 13,33% 3,33% 20 50% 36,67% 3,33% 6,67% 3,33% 21 36,67% 36,67% 20% 3,33% 3,33% 22 50% 30% 10% 6,67% 3,33% Jumlah 620% 506.63% 216.64% 106.68% 39.98% Rata-rata 20.67% 16.88% 7.22% 3.56% 1.33%

Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban

motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok setelah diberi model PAIKEM dengan

melompati teman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun

pelajaran 2009/2010 adalah baik sekali dengan jumlah nilai 620% atau 20.67%.

Berdasarkan hasil jawaban motivasi belajar yang diberikan siswa setelah

mendapat pembelajaran model PAIKEM dengan dua siklus ternyata mengalami

peningkatan. Selain itu juga, berdasarkan hasil tes lompat jauh gaya jongkok juga

mengalami peningkatan. Berikut ini disajikan hasil tes kemampuan lompat jauh

gaya jongkok sebelum dan sesudah diberi model pembelajaran PAIKEM sebagai

berikut:

Tabel 11. Rekapituasi Hasil Tes Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Sebelum dan Sesudah Diberi Model Pembelajaran PAIKEM

No Nama Kemampuan awal Siklus 1 Siklus 2 1 Lesmono Sadewo 2.25 m 2.40 m 2.65 m 2 Aji Prasetya 2.20 m 2.30 m 2.45 m

lxxxv

3 Astutik Setiasih 1.70 m 1.85 m 1.95 m 4 Bayu Prasojo 2.15 m 2.40 m 2.50 m 5 Nia Kurniati 1.50 m 1.65 m 1.70 m 6 Ammar Abdul Wahab 2.30 m 2.50 m 2.65 m 7 Dandy Irawan 2.45 m 2.65 m 2.75 m 8 Dian Susanti 1.80 m 1.85 m 1.95 m 9 Duwi Suryaningsih 1.65 m 1.75 m 1.80 m 10 Qosmiatun Munawaroh 1.30 m 1.40 m 1.55 m 11 Nanda Dewi Larasati 1.60 m 1.75 m 1.85 m 12 Nita Sari 1.50 m 1.60 m 1.70 m 13 Nur Alim 2.65 m 2.80 m 2.95 m 14 Nur Anissa 1.25 m 1.35 m 1.45 m 15 Pristiawanto 2.60 m 2.75 m 2.80 m 16 Sari Pamungkas 1.45 m 1.60 m 1.65 m 17 Siska Dwi Rahayu 1.35 m 1.40 m 150 m 18 Sufitri 1.25 m 1.35 m 1.45 m 19 Titan Abdul Rahmat M. 2.40 m 2.55 m 2.60 m 20 Untung Saputra 2.45 m 2.65 m 2.80 m 21 Wiwid Cahyani 1.25 m 1.30 m 1.40 m 22 M. Rosyid R. 2.70 m 2.75 m 2.85 m 23 Agus Santoso 2.65 m 2.75 m 2.85 m 24 Noval Rul Aziz 2.70 m 2.80 m 2.90 m 25 Andika Fajar M. 2.50 m 2.65 m 2.75 m 26 Dewi Larasati 1.45 m 1.50 m 1.55 m 27 Ika P. 1.55 m 165 m 1.70 m 28 Ika N.R. 1.40 m 1.50 m 1.60 m 29 Safrudin Setyabudi 2.70 m 2.80 m 2.85 m 30 Sista Sari Devi 1.45 m 1.50 m 1.55 m

Berdasarkan data hasil tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebelum

diberi model PAIKEM dan setelah dilakukan Peneltian Tindakan Kelas dengan

model PAIKEM dengan diberi dua siklus perlakuan menunjukkan bahwa,

kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan

Botolali tahun pelajaran 2009/2010 mengamali peningkatan.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1

lxxxvi

Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Berikut ini disajikan pembahasan

dari masing-masing permasalahan yang ada dalam penelitian sebagai berikut:

1. Model-Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model

PAIKEM

Kondisi awal sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada

kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 model

pembelajaran lompat jauh masih konvensional. Para siswa dihadapkan pada

gerakan lompat jauh gaya jongkok yang sebenarnya. Kondisi ini menyebabkan

siswa jenuh dan cepat bosan dengan model pembelajaran yang demikian, sehingga

motivasi belajar siswa menurun.

Dengan diterapkan model PAIKEM dalam pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok dengan melompati kardus dan melompati teman, ternyata siswa

menemukan hal yang baru dan sangat menyenangkan. Siswa merasa tertantang

dan saling berlomba untuk menunjukkan kemampuannya. Dengan model

PAIKEM pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga motivasi belajar siswa

meningkat. Hal ini dapat dilihat atau dibandingkan model pembelajaran lompat

jauh sebelum diberi model PAIKEM dan setelah diberi model PAIKEM pada

siklus 1 dan siklus 2 melalui angket yang diajukan pada sampel disajikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Perbandingan Kuisioner Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Sebelum Diberi Model PAIKEM dan Setelah Diberi Model PAIKEM dengan Siklus 1 dan Siklus 2

Sebelum Diberi PAIKEM SIKLUS 1 SIKLUS 2

Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori 299.33% 9.98% Kurang

(Nilai 2) 339.97% 11.33% Baik

(Nilai 4) 300% 10% Baik

sekali (Nilai 5)

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati kardus dan teman sangat efektif

lxxxvii

untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran lompat jauh model PAIKEM

dengan melompati kardus dan melompati teman sangat baik untuk meningkatkan

motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1

Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.

2. Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh dengan

Model PAIKEM

Bentuk pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD

Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 yang masih konvensional

kurang efektif untuk mengembangkan unsur-unsur yang ada dalam pendidikan

jasmani. Pembelajaran yang masih konvensional berdampak rendahnya motivasi

belajar siswa.

Melalui bentuk-bentuk pembelajaran yang unik dan menarik dengan

model PAIKEM yaitu dengan melompati kardus dan melompati teman, siswa

mendapat suasana yang baru. Para siswa menjadi senang dan gembira, sehingga

unusr-unsur dalam pendidikan jasmani dapat dikembangkan. Hal ini dapat dilihat

atau dibandingkan motivasi belajar siswa sebelum diberi model PAIKEM dan

setelah diberi model PAIKEM pada siklus 1 dan siklus 2 melalui angket yang

diajukan pada sampel disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil Perbandingan Kuisioner Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Sebelum Diberi Model PAIKEM dan Setelah Diberi Model PAIKEM dengan Siklus 1 dan Siklus 2

Sebelum Diberi PAIKEM SIKLUS 1 SIKLUS 2

Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori 690.02% 23% Kurang

(Nilai 2) 670.01% 22.33% Baik

(Nilai 4) 620% 20.67% Baik

sekali (nilai 5)

lxxxviii

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati kardus dan teman memberikan

pengaruh yang baik terhadap motivasi belajar siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa, model PAIKEM dapat meningkatkan motivasi belajar lompat

jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran

2009/2010.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD

Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dilaksanakan dalam dua

siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah

diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan

melompati kardus dan melompati teman sangat baik untuk kegiatan

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1

Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data

diperoleh peningkatan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus

1 pembelajaran melompati kardus memiliki kategori baik atau nilai 4

(11.33%), pada siklus 2 pembelajaran melompati teman memiliki kategori

baik sekali atau nilai 5 (10%).

2. Motivasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD

Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dengan model

PAIKEM meningkat. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan yang

signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 pembelajaran melompati

lxxxix

kardus memiliki kategori baik atau nilai 4 (22.33%) dan siklus 2

pembelajaran melompati taman memiliki kategori baik sekali atau nilai 5

(20.67%).

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa

keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang

digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan

materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam

mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta

teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi.

Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat

juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar

yang optimal.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus

diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru

dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di

lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan

materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan

prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.

Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat

dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan

demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,

efektif, dan efisien.

Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan

penerapan model PAIKEM dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa (baik proses maupun hasil), sehingga

penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin

menggunakan media yang berupa peralatan yang sederhaha seperti kardus, ban

xc

bekas, temannya sendiri ataupun alat yang lain sebagai media alternatif dalam

pembelajaran lompat jauh. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan

Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam

melaksanakan proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan dengan

peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok yang efektif dan menarik

yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai

pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan menjadi pembelajaran

yang menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih

kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat

menyalurkan kemampuannya tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di

sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang

profesional dan inovatif.

Dengan diterapkannya model pembelajaran PAIKEM untuk motivasi

belajar siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok, maka siswa

memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran Penjas.

Pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan bagi siswa, menjadi

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa

terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada

pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan

yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat

dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses

maupun hasil) dan peningkatan motivasi belajar siswa. Dari segi proses

pembelajaran Penjas, penerapan model PAIKEM ini dapat merangsang aspek

motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran

Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran

jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan

sikap kompettetif yang kesemuanya ini santa penting dalam pendidikan jasmani.

C. Saran

xci

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya

Sekolah Dasar Negeri 1 Keyongan Boyolali yang dijadikan obyek penelitian

sebagai berikut:

1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,

sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat

seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru

hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan,

saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.

2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk

menyampaikan materi pembelajaran.

3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung

kelancaran kegiatan belajar mengajar.

4. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran PAIKEM

hendaknya mencoba teknik tersebut dalam pembelajaran Penjas sehingga

nantinya dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar anak didiknya.

5. Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain maupun di sekolah lain. Namun

tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi

seperlunya sesuai dengan konteks kelas ataupun sekolah masing-masing. Hal

ini disebabkan meskipun sekolah-sekolah yang ada di Indonesia ini pada

dasarnya hampir sama satu dengan yang lainnya, namun tetap memiliki suatu

karakteristik khusus yang hanya dimiliki oleh masing-masing kelas atau

sekolah sebagai akibat dari keanekaragaman yang dimiliki oleh masing-

masing individu yang ada di kelas atau sekolah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

xcii

Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru Penjas Dikdasmen.

Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek

Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 2007/2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart

Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. Harsono. 1988. Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak

Kusuma Jakarta. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan

Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya. Jonath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta:

PT. Rosda Jaya Putra. Madyo Ekosusilo. 2007. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan). Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan. Mulyono B. 1997. Tes dan pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press. Nur Hasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani Prinsip-

Prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Depdiknas. Ditjen pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Ditjen Olahraga.

Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.

Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Depdikbud.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Penjaskes. SD Setra D-II.

xciii

Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.

Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa

Depan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.

ALFABETA. Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Toho Cholik Mutohir. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Bandung: CV. Maulana. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktif

Konsep, Landasan Teoritis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain

untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarata: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar & Menengah. Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

xciv

LAMPIRAN

xcv

Lampiran 1 Langkah-Langkah Penyusunan Angket

1. Menentukan tujuan angket

Dengan menentukan tujuan angket terlebih dahulu akan memberikan

arahan dalam penelitian ini, mendapatkan item-item pertanyaan sesuai

dengan komponen-komponen yang ada pada angket. Tujuan dari

penyusunan angket yaitu mengetahui sejauh mana motivasi belajar siswa

dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model

pembelajaran PAIKEM.

2. Menyusun matrik/spesifik data atau menyusun indikator

Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan permasalahan yang dituangkan

dalam angket termasuk batasan konsep yang akan diteliti. Indikator yang

dituangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok sebelum diberi pembelajaran model PAIKEM.

b. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok setelah mendapat pembelajaran model PAIKEM.

c. Membandingkan motivasi belajar siswa sebelum diberi model

PAIKEM dan setelah mendapat pembelajaran model PAIKEM.

3. Menyusun kisi-kisi angket try out

Menyusun kisi-kisi angket dengan tujuan agar dalam penyusunan butir-

butir item angket dapat menyebar ke seluruh variabel maupun indikator

yang telah ditetapkan.

4. Merumuskan item angket try out

Pada saat merumuskan item angket yang menggunakan kata-kata yang

menunjukkan tindakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

5. Menentukan skala nilai setiap alternatif jawaban

Apabila responden menjawab sangat setutu (SS) nilainya 5, jawaban

setuju (S) nilainya 4, jawaban tiada pendapat (TP) nilainya 3, jawaban

tidak setuju (TS) nilainya 2 dan jawaban sangat tidak setuju (STS)

nilainya 1.

xcvi

6. Uji coba angket (try out)

Uji coba angket dilaksanakan untuk mengetahui kelemahan angket yang

dibuat sesuai tingkat kesulitan yang ada, serta untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas.

7. Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas data digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

dari item-item soal try out yang telah dilaksanakan.

8. Revisi angket

Dasar dari revisi angket adalah hasil try out yang telah dilaksanakan,

angket yang tidak valid dihilangkan.

9. Memperbanyak angket

Setelah item angket yang tidak valid dihilangkan, langkah selanjutnya

memperbanyak angket yang dibutuhkan.

xcvii

Lampiran 2

Kisi-Kisi Angket Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Lompat Jauh

Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM

Indikator Sub Indikator Nomor pertanyaan Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

1. Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu

2. Aalat-alat yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok variatif

3. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu tali

4. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan kotak atau kardus

5. Pembelajaran lompat jauh menggunakan ban bekas

6. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dilakukan dengan cara melompat dari atas kotak

7. Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok membuat siswa menjadi senang

8. Siswa merasa asing dan aneh dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu

9. Para siswa baru pertama kali melakukan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu

10. Para siswa saling berlomba dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Motivasi 11. Pembelajaran lompat jauh variatif dan menyenangkan

12. Siswa dilibatkan dalam merancang pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25

xcviii

13. Siswa diberi kesempatan bertanya dan menanggapi pembelajaran yang diberikan guru

14. Pembelajaran lompat jauh dapat meningkatkan kerjasama

15. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran lompat jauh

16. Keterampilan lompat jauh menjadi meningkat

17. Pembelajaran lompat jauh dapat membuat badan segar

18. Siswa tidak ada yang mengeluh dengan bentuk-bentuk pembelajaran lompat jauh

19. Para siswa ingin mengulang-ulang pembelajaran lompat jauh yang menyenangkan

20. Motivasi belajar siswa meningkat 21. Siswa saling berkompetisi 22. Para siswa sangat antusias dalam

mengikuti pembelajaran lompat jauh 23. Para siswa berani bertanya 24. Para siswa memahami maksud dan

tujuan dari pembelajaran lompat jauh 25. Para siswa meningkat kemampuan

lompat jauh gaya jongkok

xcix

Lampiran 3

Angket Try Out Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lompat

Jauh Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM

Data Responden

Nama :……………………………………………………..

Kelas :……………………………………………………..

Jenis kelamin :……………………………………….......................

Umur :……………………………………………...............

Petunjuk Pengisian Angket

1) Isilah identitas diri anda dengan jelas dan lengkap

2) Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban

3) Harap diisi sesuai dengan keadaan yang anda temui dan anda yakini

kebenarannya

4) Keterangan pilihan jawaban sebagai berikut:

SS : Sangat setuju (nilai 5)

S : Setuju (nilai 4)

TP : Tiada pendapat (nilai 3)

TS : Tidak setuju (nilai 2)

STS : Sangat tidak setuju (nilai 1)

5) Setelah selesai mengisi angket, serahkan kembali angket kepada petugas.

A. Model-Model Pembelajaran Lompat Jauh

No Pertanyaan SS S TP TS STS

1 Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok selalu menggunakan alat bantu

2 Peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok variatif

3 Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu tali

4 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu kotak atau kardus

c

5 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu ban bekas

7 Siswa menjadi senang dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu

8 Aalat bantu yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok membuat siswa merasa asing atau aneh, namun menyenangkan

9 Para siswa baru pertama mengalami pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu yang variatif

10 Dari peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok para siswa saling berlomba untuk menampilkan kemampuannya secara maksimal

B. Motivasi Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok

11 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sangat variatif dan menyenangkan sekali

12

Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa selalu dilibatkan untuk menemukan ide-ide yang tepat sesuai dengan keinginan siswa

13 Siswa selalu diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi setiap bentuk pembelajaran lompat jauh yang diberikan

14 Pembelajaran lompat jauh yang diberikan dapat meningkatkan unsur kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya

15 Siswa selalu dilibatkan dalam merancang pembelajaran lompat jauh, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran

16 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, keterampilan atau kemampuan siswa mejadi lebih baik

17 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, badan siswa menjadi lebih bugar

18 Semua siswa tidak ada yang mengeluh dengan pembelajaran lompat jauh yang diterapkan guru penjas

19 Para siswa selalu ingin mengulang-ulang gerakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif

ci

20 Para siswa merasa motivasi belajarnya meningkat, karena pembelajaran lompat jauh sangat menggembirakan

21 Para siswa saling berkompetisi dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh yang inovatif dan variatif

22 Para siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang diterapkan guru

23 Para siswa berani bertanya kepada guru penjas, karena pembelajaran lompat jauh berbeda dari biasanya

24 Para siswa dapat memahami maksud dan tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang inovatif dan variatif

25

Para siswa merasa memiliki kemampuan lompat jauh yang lebih baik dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif dan inovatif

cii

Lampiran 4

Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali

Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam Pembelajaran Lompat

Jauh Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM

Data Responden

Nama :……………………………………………………..

Kelas :……………………………………………………..

Jenis kelamin :……………………………………….......................

Umur :……………………………………………...............

Petunjuk Pengisian Angket

2) Isilah identitas diri anda dengan jelas dan lengkap

3) Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban

4) Harap diisi sesuai dengan keadaan yang anda temui dan anda yakini

kebenarannya

5) Keterangan pilihan jawaban sebagai berikut:

SS : Sangat setuju (nilai 5)

S : Setuju (nilai 4)

TP : Tiada pendapat (nilai 3)

TS : Tidak setuju (nilai 2)

STS : Sangat tidak setuju (nilai 1)

6) Setelah selesai mengisi angket, serahkan kembali angket kepada petugas.

A. Model-Model Pembelajaran Lompat Jauh

No Pertanyaan SS S TP TS STS

1 Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok selalu menggunakan alat bantu

2 Peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok variatif

3 Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu tali

4 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu ban bekas

ciii

5 Alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok membuat siswa merasa asing atau aneh, namun menyenangkan

6 Para siswa baru pertama mengalami pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu yang variatif

7 Dari peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok para siswa saling berlomba untuk menampilkan kemampuannya secara maksimal

B. Motivasi Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok

8 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sangat variatif dan menyenangkan sekali

9

Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa selalu dilibatkan untuk menemukan ide-ide yang tepat sesuai dengan keinginan siswa

10 Siswa selalu diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi setiap bentuk pembelajaran lompat jauh yang diberikan

11 Pembelajaran lompat jauh yang diberikan dapat meningkatkan unsur kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya

12 Siswa selalu dilibatkan dalam merancang pembelajaran lompat jauh, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran

13 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, keterampilan atau kemampuan siswa mejadi lebih baik

14 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, badan siswa menjadi lebih bugar

15 Semua siswa tidak ada yang mengeluh dengan pembelajaran lompat jauh yang diterapkan guru penjas

16 Para siswa selalu ingin mengulang-ulang gerakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif

17 Para siswa merasa motivasi belajarnya meningkat, karena pembelajaran lompat jauh sangat menggembirakan

civ

18 Para siswa saling berkompetisi dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh yang inovatif dan variatif

19 Para siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang diterapkan guru

20 Para siswa sangat aktif mengikuti pembelajaran lompat jauh karena bentuk pembelajarnnya sangat menarik

21 Para siswa dapat memahami maksud dan tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang inovatif dan variatif

22

Para siswa merasa memiliki kemampuan lompat jauh yang lebih baik dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif dan inovatif