optimalisasi imbal dagang sebagai strategi peningkatan ekspor

16
Vol. VI, Edisi 14, Agustus 2021 Optimalisasi Fasilitas untuk Mendorong Partisipasi Ekonomi Penyandang Disabilitas p. 7 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Inisiasi Regenerasi Petani p. 12 Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor p. 3

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

Vol. VI, Edisi 14, Agustus 2021

Optimalisasi Fasilitas untuk Mendorong Partisipasi Ekonomi

Penyandang Disabilitasp. 7

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Inisiasi Regenerasi Petanip. 12

Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan

Eksporp. 3

Page 2: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

2 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

SEJAK tahun 2016, Indonesia telah mengakui empat ragam disabilitas. Namun, fasilitas yang ada selama ini kurang mendukung disabilitas dengan maksimal, sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja disabilitas. Pemerintah bisa mengupayakan beberapa hal seperti penetapan peraturan perundang-undangan atas ragam dan jenis disabilitas yang seragam untuk digunakan seluruh kementerian terkait, perbaikan fasilitas pendidikan dan fasilitas untuk lapangan pekerjaan, melaksanakan sosialisasi, serta mengoordinasikan Kemenkes, Kemensos, Kemnaker dan Kemendikbud untuk memperbaiki fasilitas disabilitas.

FENOMENA menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor pertanian di masa depan. Rendahnya minat generasi muda pada usaha pertanian selaras dengan fakta bahwa porsi petani muda di Indonesia sangat rendah. Jumlah petani yang semakin menurun karena kurang tertarik terhadap bidang pertanian yang dianggap kurang menguntungkan. Hal ini menjadi acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan dan mendukung pelaku pertanian di masa mendatang. Adapun tantangan sektor pertanian dalam meningkatkan regenerasi petani muda yaitu belum optimalnya kebijakan insentif untuk petani muda, akses kepemilikan lahan oleh petani muda semakin sempit, dan citra pertanian yang buruk.

Kritik/Saran

http://puskajianggaran.dpr.go.id/kontak

Dewan RedaksiRedaktur

Dwi Resti PratiwiRatna Christianingrum

Ade Nurul AidaErvita Luluk Zahara

EditorMarihot NasutionRiza Aditya SyafriSatrio Arga Effendi

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Rendy Alvaro

Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor p.3

Optimalisasi Fasilitas untuk Mendorong Partisipasi Ekonomi Penyandang Disabilitasp.7

Inisiasi Regenerasi Petani p.12

REALISASI ekspor dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami penurunan rata – rata 2,1 persen per tahun. Pemerintah perlu melakukan langkah strategis untuk mendorong peningkatan ekspor, salah satunya melalui skema imbal dagang. Selain untuk menghemat devisa, skema imbal dagang juga diharapkan mampu mempromosikan produk dan menyasar pasar ekspor baru, menghilangkan hambatan ekspor, dan tercipta transfer teknologi dan pengetahuan. Namun dalam pelaksanaannya masih terkendala pada lamanya waktu perundingan, kurangnya inklusivitas dalam melibatkan pengusaha, dan masalah komitmen kedua belah negara. Pemerintah diharapkan mampu memasarkan produk dengan nilai tambah, mendatangkan SDM asing untuk transfer teknologi, dan mencegah adanya pelanggaran perjanjian.

Page 3: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

3Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

oleh Nova Aulia Bella*)

Tio Riyono**)

Sepanjang periode 2011-2020, realisasi ekspor Indonesia ke dunia cenderung mengalami

penurunan. Rata-rata realisasi ekspor turun 2,1 persen per tahun dalam sepuluh tahun terakhir. Penurunan ekspor tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas utama ekspor Indonesia seperti kelapa sawit, batu bara, dan karet serta turunnya permintaan global atas produk ekspor utama Indonesia. Hal ini diprediksi akan terus berlanjut mengingat saat ini beberapa negara mitra dagang Indonesia masih terdampak pandemi Covid-19 yang membuat turunnya permintaan atas komoditi ekspor Indonesia dari negara-negara tersebut.

Kegiatan ekspor sendiri merupakan salah satu variabel injeksi dalam perekonomian suatu negara yang dapat meningkatkan perekonomian karena adanya multiplier effect dalam perekonomian dan pendapatan nasional. Hal ini terlihat dalam kontribusi ekspor pada penerimaan negara, salah satunya melalui pajak ekspor. Peningkatan ekspor mengindikasikan terjadinya peningkatan produksi di dalam negeri yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja dan akan

memperluas basis pajak melalui penarikan pajak penghasilan (PPh). Oleh karena itu, pemerintah dipandang perlu melakukan langkah strategis untuk peningkatan ekspor Indonesia ke dunia, salah satunya melakukan skema imbal dagang dengan negara-negara mitra. Imbal dagang kerap dilakukan oleh beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok untuk mengatasi hambatan – hambatan dalam perdagangan internasional. Indonesia sendiri beberapa tahun sebelumnya juga pernah melakukan skema imbal dagang, namun perlu dilakukan pembahasan atas manfaat, peluang, dan tantangan dalam pelaksanaannya.

Imbal DagangImbal dagang merupakan transaksi dua negara yang diwujudkan dalam suatu persetujuan untuk saling membeli barang yang dibutuhkan, dimana negara pemasok barang menerima sebagian atau seluruh pembayaran dalam bentuk barang lain. Skema pembayaran yang dilakukan dan jenis barang yang diperdagangkan oleh kedua negara dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam Memorandum of Understanding (MoU) pemerintah kedua

AbstrakRealisasi ekspor dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami penurunan

rata – rata 2,1 persen per tahun. Pemerintah perlu melakukan langkah strategis untuk mendorong peningkatan ekspor, salah satunya melalui skema imbal dagang. Selain untuk menghemat devisa, skema imbal dagang juga diharapkan mampu mempromosikan produk dan menyasar pasar ekspor baru, menghilangkan hambatan ekspor, dan tercipta transfer teknologi dan pengetahuan. Namun dalam pelaksanaannya masih terkendala pada lamanya waktu perundingan, kurangnya inklusivitas dalam melibatkan pengusaha, dan masalah komitmen kedua belah negara. Pemerintah diharapkan mampu memasarkan produk dengan nilai tambah, mendatangkan SDM asing untuk transfer teknologi, dan mencegah adanya pelanggaran perjanjian.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Page 4: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

4 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

negara. Imbal dagang dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain barter, imbal beli (counterpurchase), offset, buyback, compensation, clearing, coproduction dan sebagainya. Keseluruhan bentuk imbal dagang tersebut merupakan skema perdagangan yang dapat mengatasi berbagai masalah yang ditemui dalam perdagangan biasa (normal trade), misalnya kesulitan devisa atau mata uang, akses pasar, dan sebagainya. Imbal dagang terbagi menjadi dua jenis yaitu skema imbal dagang pengadaan barang pemerintah dan skema imbal dagang pengadaan barang non pemerintah. Pelaksanaan imbal dagang pengadaan barang pemerintah di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2021 tentang Imbal Beli Untuk Pengadaan Barang Pemerintah Asal Impor.

Selain imbal dagang dengan murni bertukar barang antar negara, skema lain yang bisa dipergunakan antara lain offset atau pembelian barang di mana pemasok luar negeri menyetujui untuk melakukan investasi kerja sama produksi dan alih teknologi. Pada skema imbal dagang di masa mendatang pemerintah perlu membentuk lembaga lintas kementerian untuk mengelola sistem imbal beli utamanya offset terkait dengan berbagai macam belanja ke luar negeri maupun pembangunan infrastruktur. Terutama bagi pembelian dengan jumlah anggaran yang besar,

seperti pembelian pesawat terbang untuk penerbangan sipil maupun keperluan militer. Definisi offset secara umum dapat diartikan sebagai mekanisme timbal balik. Jenis offset dapat berupa alih teknologi lewat pengiriman sumber daya manusia (SDM) untuk belajar keluar negeri maupun produksi bersama terkait barang yang dibeli. Lembaga offset diharapkan memahami tujuan ekonomis dari offset yang bisa memperluas lapangan kerja dan mengoptimalkan devisa. Idealnya lembaga offset harus mampu berkoordinasi lintas kementerian dan lembaga dan mengesampingkan ego sektoral masing-masing lembaga. Begitu juga ada ketentuan offset tersendiri dapat melibatkan swasta dan pemerintah dalam pelaksanaannya. Serta memiliki database yang akurat terkait perusahaan-perusahaan dalam negeri baik BUMN maupun swasta yang kompeten dan mampu menerima offset.

Adapun manfaat imbal dagang antara lain adalah untuk mengatasi hambatan dan kendala ekspor terkait peraturan di negara tujuan. Hambatan ekspor yang kerap dihadapi oleh eksportir Indonesia berupa tariff barrier yang meliputi pengenaan pajak yang tinggi bagi barang Indonesia yang akan diekspor ke luar negeri dan nontariff barrier yang meliputi pembatasan volume barang yang masuk ke negara tersebut dan perizinan diharapkan dapat diatasi melalui diskresi dalam perundingan skema imbal dagang. Melalui imbal dagang juga diharapkan mampu memperluas wilayah pasar dan memasarkan produk baru yang selama ini belum pernah diimpor oleh negara bersangkutan. Dengan melakukan transaksi antar barang maka diharapkan dapat terjadi penghematan devisa negara dan mengatasi kesulitan impor karena keterbatasan devisa. Selain itu, imbal dagang juga dianggap mempercepat transfer teknologi dan pengetahuan antar negara. Sehingga relevan dalam mendukung keseimbangan neraca perdagangan dan

Gambar 1. Realisasi Ekspor IndonesiaTahun 2010-2020 (Miliar USD)

Sumber : PDSI Kementerian Perdagangan, 2021

Page 5: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

5Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

dagang dengan Meksiko, Indonesia akan mengekspor pupuk urea, batu bara, arang batok kelapa, dan ragam rempah-rempah yaitu kayu manis, pala, dan lada. Sementara itu, Meksiko menawarkan biji wijen dan minyak nabati berupa kanola. Selain Meksiko, Kementerian Perdagangan juga tengah menjajaki kemungkinan untuk melakukan imbal dagang negara-negara lain terutama negara-negara Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. Negara-negara tersebut berpotensi menjadi pasar ekspor baru namun selama ini belum terjamah dalam skema imbal dagang.

Potensi dan Hambatan dalam Pelaksanaan Imbal DagangMengacu data ekspor yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan, beberapa produk Indonesia cukup diminati oleh pasar internasional, contohnya produk furnitur Indonesia menguasai 41,5 persen dari total impor furnitur negara-negara Eropa Timur dan tidak menutup kemungkinan produk furnitur Indonesia juga diminati di negara-negara lain, ditambah dengan permintaan furnitur dunia yang terus meningkat setiap tahunnya. Sedangkan industri furnitur dalam negeri masih mampu meningkatkan kapasitas produksinya. Selain furnitur, produk otomotif asal Indonesia juga memiliki peluang yang cukup baik di pasar internasional. Ekspor otomotif Indonesia sudah merambah lebih dari 90 negara di dunia. Untuk kategori CBU, Filipina dan Vietnam menjadi tujuan utama dan hal tersebut bisa dikembangkan ke negara-negara lain yang menjadi sasaran imbal dagang Indonesia.

Imbal dagang dalam pelaksanaannya juga mengalami sejumlah tantangan diantaranya prosedur yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama yang mengiringi proses untuk mencapai kesepakatan dalam skema imbal dagang karena melibatkan negosiasi oleh pemerintah masing-masing negara. Bagi pelaku usaha dalam negeri belum

pembayaran, serta peningkatan produksi juga memperluas kesempatan kerja.

Skema Imbal dagang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah barter antara PT. Dirgantara Indonesia dengan pemerintah negara Thailand pada tahun 1996. Pada transaksi tersebut Thailand menukar 110 ribu ton beras dengan unit pesawat CN 235 dari Indonesia. Nilai dari transaksi tersebut mencapai 34 juta USD dan potensi devisa yang dapat dihemat oleh negara mencapai 20 persen dari nilai transaksi. Selanjutnya, pada tahun 2017, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Rusia melakukan pertukaran 11 unit pesawat Sukhoi SU-35 senilai 1,12 miliar USD dengan sejumlah produk ekspor Indonesia mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan tembakau. Namun dalam pelaksanaannya meskipun telah bergulir hampir 4 tahun, baru 6 unit yang dikirim. Begitu juga dengan realisasi ekspor produk Indonesia ke Rusia belum seluruhnya terlaksana, di samping nilai kontrak belum sepenuhnya terpenuhi, barang-barang yang diekspor juga cenderung merupakan komoditas mentah tanpa melalui proses pengolahan sebelumnya di dalam negeri seperti karet alam dan kelapa sawit sehingga tidak ada nilai tambah dari dalam negeri atas barang-barang tersebut. Dalam MoU skema imbal dengan Rusia ini, pemerintah Indonesia diberikan hak untuk membangun pabrik suku cadang pesawat Sukhoi yang pengoperasiannya akan mendapat supervisi produsen Sukhoi dari Rusia sehingga diharapkan adanya transfer teknologi dan pengetahuan dalam serta penyerapan tenaga kerja pelaksanaannya.

Saat ini sedang dijajaki kerja sama skema imbal dagang business-to-business (B2B) pengadaan barang non pemerintahan antara perusahaan di dalam negeri dan perusahaan di Meksiko yang difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan dalam perumusannya. Sebagai proyek percontohan kerja sama imbal

Page 6: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

6 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

RekomendasiPemerintah diharapkan untuk menawarkan barang yang memiliki nilai tambah hasil industri seperti makanan dan minuman olahan, alas kaki, TPT, otomotif, elektronik, furnitur, dan hasil industri dalam negeri lainnya untuk diekspor, bukan hanya produk mentah yang berasal dari eksploitasi sumber daya alam semata. Eksportir juga diharapkan mampu beradaptasi dan berinovasi untuk menyesuaikan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan permintaan dari negara tujuan ekspor. Pemerintah juga diharapkan dapat mendatangkan SDM dari negara tujuan ekspor yang mampu melakukan transfer pengetahuan dan teknologi terkait spesifikasi barang ke produsen dan tenaga kerja dalam negeri. Pemerintah juga dituntut untuk berkomitmen dalam merealisasikan ekspor serta mendesak negara terkait untuk segera menuntaskan imbal dagang sesuai dengan kesepakatan. Jika imbal dagang kembali dilaksanakan, diharapkan adanya klausul pemberian sanksi kepada negara yang tidak menjalankan komitmen dalam MoU untuk mencegah adanya kedua negara tidak melakukan kewajiban yang telah disepakati.

Pemerintah juga sebaiknya menerapkan skema offset dalam imbal dagang dan digunakan sistem lelang terbuka untuk pemilihan eksportir, bukan dengan penunjukan langsung seperti yang selama ini berlangsung agar produsen dalam negeri yang mampu memproduksi barang berkualitas memiliki kesempatan untuk dipromosikan produknya ke pasar internasional. Dalam hal ini lembaga offset dapat menggandeng asosiasi produsen dalam negeri untuk melakukan lelang dalam pengadaan dalam skema imbal dagang. Kemudian melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan offset serta mengatasi jika ada hambatan di

lapangan.

dirasa inklusif karena dalam mekanisme imbal dagang menempatkan pemerintah kedua negara sebagai pihak ketiga antara eksportir dan buyer di luar negeri, sehingga produsen yang selama ini dapat berpartisipasi dalam imbal dagang terbatas pada eksportir yang ditunjuk langsung oleh pemerintah. Selain itu, masih rendahnya pengawasan dan komitmen kedua negara terkait dengan belum terealisasinya secara penuh transaksi impor 11 unit pesawat Sukhoi dari Rusia ke Indonesia dan ekspor komoditi Indonesia ke Rusia.

Daftar PustakaInvestor. (2019). “Menata Sistem Imbal Beli”. Diakses dari https://news.ddtc.co.id/pajak-kekayaan-solidaritas-penanggulangan-pandemi-24891

Investor. (2021). “Indonesia – Meksiko Jalin Kerja Sama Imbal Dagang ‘Business-to-Business”. Diakses dari https://investor.id/business/indonesia-meksiko-jalin-kerja-sama-imbal-dagang-businesstobusiness

Kementerian Perdagangan. (2020). “Tingkatkan Ekspor di Masa Pandemi Covid-19, Indonesia Jajaki Imbal Dagang dengan Beberapa Negara Tujuan Ekspor” Diakses dari https://www.kemendag.go.id/en/newsroom/press-release/tingkatkan-ekspor-di-masa-pandemi-covid-19-indonesia-jajaki-imbal-dagang-dengan-beberapa-negara-tujuan-ekspor

Luluk Indrayani. (2005). “Kepentingan Indonesia Dalam Melakukan Imbal Dagang/Imbal Bell Dengan Rusia”. diakses dari http://repository.unair.ac.id/46182/

PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). (2021). “Tentang Imbal Dagang”. Diakses dari https://www.ptppi.co.id/imbal-dagang/imbal-dagang-pt-ppi/

TAM Simatupang. (1997). “Studi Perbandingan Kebijakan Imbal Beli”. Diakses dari https://www.lpem.org/repec/lpe/efijnl

Page 7: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

7Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas disebutkan bahwa

penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama dan dapat menghambat kegiatan sehari-hari, tetap mendapat hak dalam kehidupan sosial, seperti pekerjaan, pendidikan dan fasilitas kesehatan. Pemerintah sendiri telah mengupayakan keberpihakan kepada disabilitas baik melalui anggaran maupun dengan fasilitas yang disediakan. Dukungan tersebut berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada Sekolah Luar Biasa (SLB) lebih besar dari pada sekolah lainnya; adanya bansos disabilitas; pelatihan khusus disabilitas; juga anjuran CPNS, BUMN, BUMD dan setara instansi pemerintah agar menerima disabilitas minimal 2 persen dari formasi, sedangkan untuk perusahaan swasta agar menerima 1 persen dari formasi yang tersedia.Penyandang disabilitas masih perlu dukungan fasilitas yang lebih memadai untuk meningkatkan partisipasi disabilitas dalam perekonomian. Pada awal 2021 Menteri Ketenagakerjaan mengatakan setidaknya ada 17,74 juta disabilitas dalam usia tenaga kerja, tetapi hanya 7,8 juta orang saja yang masuk ke angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

disabilitas hanya 44 persen atau lebih rendah dibandingkan TPAK nasional yang mencapai 69 persen. Hal ini dikarenakan proses pendidikan dan lapangan pekerjaan disabilitas yang belum memadai. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas yang menunjang pengembangan diri penyandang disabilitas, terutama fasilitas pendidikan dan lapangan pekerjaan agar penyandang disabilitas dapat berpartisipasi aktif dan produktif dalam ekonomi negara.Hasil wawancara dengan perwakilan dari beberapa komunitas disabilitas yaitu Borderline Personality Care Indonesia (BPCI), Bipolar Care Indonesia (BCI) dan Puan Seni, pada Juli 2021, menyatakan bahwa secara umum fasilitas disabilitas masih di bawah rata-rata. Fasilitas untuk pengembangan diri dari pemerintah masih dirasa hanya formalitas, melihat lebih banyak pengembangan diri yang lebih serius dilakukan oleh asosiasi atau komunitas disabilitas non-pemerintah. Sedangkan untuk pendidikan, adanya kesulitan untuk menanggulangi psikis anak-anak dikarenakan beban guru bimbingan dan konseling (guru BK) terlalu berat, dan SLB yang masih menyamaratakan keempat ragam disabilitas. Sosialisasi pun terasa kurang jika hanya penyuluhan, karena tidak berdampak signifikan terhadap perusahaan yang

Pengoptimalan Fasilitas untuk Mendorong Partisipasi Ekonomi Penyandang Disabilitas

oleh Fadila Puti Lenggo Geni*)

Damia Liana**)Abstrak

Sejak tahun 2016, Indonesia telah mengakui empat ragam disabilitas. Namun, fasilitas yang ada selama ini kurang mendukung disabilitas dengan maksimal, sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja disabilitas. Pemerintah bisa mengupayakan beberapa hal seperti penetapan peraturan perundang-undangan atas ragam dan jenis disabilitas yang seragam untuk digunakan seluruh kementerian terkait, perbaikan fasilitas pendidikan dan fasilitas untuk lapangan pekerjaan, melaksanakan sosialisasi, serta mengoordinasikan Kemenkes, Kemensos, Kemnaker dan Kemendikbud untuk memperbaiki fasilitas disabilitas.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Page 8: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

8 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

akan menerima disabilitas untuk bekerja. Selain itu, beberapa di antara mereka menyatakan kurang puas atas jenis disabilitas yang diakui di Indonesia.Pada Tabel 1 tertera empat jenis disabilitas yang diakui oleh Indonesia, namun hingga saat ini belum terlalu jelas batasan ataupun turunan dari keempat jenis disabilitas tersebut. Baik yang disebutkan oleh Kemenkes, KemenPPPA, dan Kemensos memiliki sedikit perbedaan definisi dari setiap ragam disabilitas. Misalnya, Kemenkes menyatakan yang termasuk disabilitas intelektual adalah yang IQ-nya di bawah rata-rata, namun dalam KemenPPPA selain IQ rendah, IQ berlebih juga termasuk dalam disabilitas intelektual. Di sisi lain, Wecapable, sebuah NGO internasional, sudah mengakui banyak disabilitas yang terangkum dalam 21 jenis disabilitas. Sebagai tambahan, sejauh ini bahkan beberapa asosiasi disabilitas internasional, seperti Aruma, Hidden Disabilities Sunflower Scheme dan Disabled World, mengakui adanya invisible disability yang termasuk di dalamnya chronic fatigue, chronic pain, mental illness, dan chronic dizziness.Selain belum jelasnya definisi 4 disabilitas pada undang-undang,

pemerintah juga menyatakan bahwa data setiap ragam disabilitas belum tersedia. Hal ini wajar mengingat definisi dan jenis disabilitas belum seragam antar kementerian. Tulisan ini akan menjabarkan fasilitas-fasilitas yang sudah diberikan terhadap disabilitas dalam hal pendidikan dan lapangan kerja dan mengulik lebih jauh bagaimana efektivitasnya.Fasilitas yang Belum Memadai dari Sisi Pendidikan dan Lapangan KerjaTerkait fasilitas pendidikan, pada akhir tahun 2016, hasil survei BPS menyatakan estimasi jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sebesar 12,15 persen dari total masyarakat Indonesia. Dari angka tersebut, sebanyak 45,74 persen tidak lulus SD sedangkan 87,31 persen non-disabilitas mengenyam pendidikan SD ke atas. Angka ini menandakan bahwa penyerapan sekolah untuk menampung disabilitas masih belum optimal. Larasaty pada webinar LPEM UI (2021) menyatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan ketimpangan penyerapan disabilitas baik dari pendidikan maupun pekerjaan, salah satunya adalah ketimpangan dalam kesempatan dan kebijakan pemerintah.

Sumber : Infodatin Kemenkes dan Wecapable (diolah)

Tabel 1. Jenis Disabilitas di Indonesia dan Dunia

Page 9: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

9Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

Berdasarkan data Kemendikbud (2021), mengenai fasilitas sekolah pada tahun ajaran 2020/2021 yaitu jumlah sekolah untuk kaum disabilitas adalah 2.250 sekolah baik negeri maupun swasta dengan berbagai tingkatan, yaitu SDLB, SMPLB, SMLB dan SLB. Di mana SLB negeri hanya berjumlah 595 sekolah, sedangkan SLB swasta mencapai 1.655 sekolah. Pemerataan sebaran SLB juga masih timpang, dimana terbanyak berada di Jawa Timur sebanyak 438 SLB dan wilayah dengan SLB paling sedikit adalah di Kalimantan Utara dan Papua Barat masing-masing 5 SLB. Selain itu, masih ditemukan banyak SLB yang menggabungkan siswa tanpa melihat jenis ketunaanya meskipun sudah ada pengelompokan jenis SLB. SLB terbagi menjadi SLB-A (khusus tuna netra), SLB-B (tuna rungu), SLB-C (tuna grahita), SLB-D (tuna daksa), SLB-E (tuna-laras), dan SLB-G (Tuna Ganda). Disabilitas juga bisa ditemui di sekolah umum, terutama disabilitas mental. Saat ini banyak anak-anak/remaja yang mengalami gangguan mental. Data dari Center for Disease Control and Prevention pada tahun 2020 menyatakan bahwa anak-anak di dunia dalam rentang usia 3-17 tahun yang mengalami behaviour problem sebesar 7,4 persen atau rata-rata 4,5 juta jiwa, lalu terdiagnosa anxiety disorder sebesar 7,1 persen atau rata-rata 4,4 juta jiwa, dan terdiagnosa depresi sebesar 3,2 persen atau 1,9 juta jiwa. Angka ini belum ditambah mental illness lain seperti schizophrenia, ganguan mood, psikotik dan penyakit mental lainnya. Indonesia tentu tidak luput dari adanya anak/remaja yang memiliki gangguan mental, sehingga peran guru BK sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak. Sayangnya, peraturan tentang syarat guru BK belum optimal di Indonesia. Dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014, guru konseling memiliki setidaknya 150 siswa untuk berada dalam pengawasannya. Angka ini terlalu tinggi untuk dilakukan oleh seorang guru BK. Pemerintah dapat mempertimbangkan kembali jumlah siswa yang berada dalam tanggungan guru BK. Kemudian,

masalah lain timbul di perguruan tinggi inklusi, selain peraturan teknis tentang perguruan tinggi inklusi yang belum tersedia, perguruan tinggi yang menerima mahasiswa dengan jalur khusus disabilitas masih dapat dihitung dengan jari, sehingga perguruan tinggi inklusif di Indonesia masih minim.Terkait fasilitas pekerjaan, International Labour Organization (ILO), sebagaimana termuat dalam “Pedoman ILO Tentang Pengelolaan Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja”, sudah dengan rigid menjelaskan kondisi yang mendukung disabilitas dalam mencari kerja, penyediaan lapangan kerja hingga jaminan tetap bekerja dengan kondisi sebagai penyandang disabilitas. Walaupun beberapa peraturan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016, tetapi masih banyak yang belum mengikuti anjuran dari ILO. Peraturan yang sudah ada contohnya pemberian izin untuk pengobatan dalam bekerja, memiliki gaji yang sama dengan non-disabilitas. Namun, berdasarkan hasil wawancara juga menyatakan bahwa masih adanya diskriminasi di dunia kerja di mana jika izin berobat akan dipotong cuti atau dipotong gaji. Sehingga pelaksanaan undang-undang tersebut terasa masih rendah, juga masih belum komprehensifnya peraturan yang ada.Di sisi lain, menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2017, penduduk usia kerja disabilitas nasional sebanyak 21,9 juta orang dan hanya 10,8 juta orang yang sudah bekerja. Menteri Ketenagakerjaan pada awal tahun 2021 menyatakan jumlah pengangguran terbuka penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 247.000 orang atau tingkat pengangguran terbuka sebesar 3 persen, atau dalam arti lain, TPAK penyandang disabilitas hanya 44 persen atau jauh dibawah TPAK nasional sebanyak 69 persen. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya penurunan jumlah penyandang disabilitas yang bekerja dan menyiratkan bahwa perlu adanya tindakan nyata untuk pengembangan potensi yang ada pada disabilitas. Kemensos sebenarnya

Page 10: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

10 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

sudah menyediakan beberapa fasilitas pelatihan kepada penyandang disabilitas, namun belum gencarnya sosialisasi membuat informasi ini tidak menyebar secara masif. Selain itu, peraturan yang menyatakan agar perusahaan menerima minimal 1-2 persen disabilitas bekerja dalam perusahaan belum terlaksana dengan baik.Daftar PustakaCenters of Disease Control and Prevention. Disability and Health Overview. Diakses dari https://www.cdc.gov/ncbddd/disabilityandhealth/disability.html pada 19 Juli 2021Disabled World. Invisible Disabilities: List and General Information. Diakses dari https://www.disabled-world.com/disability/types/invisible/ pada 19 Juli 2021International Labour Organization (ILO). 2013. Pedoman ILO Tentang

Pengelolaan Penyandang Disabilitas di Tempat KerjaKementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pengertian, Jenis dan Hak Penyandang Disabilitas. Diakses dari https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-penyandang-disabilitas/723-penyandang-disabilitas pada 22 Juni 2021Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. Statistik Sekolah Luar Biasa. Pusat Data dan Teknologi Informasi.Kementerian Sosial. 2021. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Diakses dari https://intelresos.kemensos.go.id/new/?module=Pmks&view=odk pada 20 Juli 2021Susilawati, Desy. 2016. Indonesia Miliki 12 Persen Penyandang Disabilitas. Republika. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/nasional/

RekomendasiDari penjabaran di atas, maka penyediaan dan pengoptimalan fasilitas untuk penyandang disabilitas dapat dilakukan pemerintah dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini: pertama, pemerintah perlu menentukan definisi dan jenis turunan disabilitas dengan tepat melalui peraturan teknis berdasar keputusan Kemenkes dengan mempertimbangkan disabilitas yang diakui dunia. Jika definisi disabilitas jelas, maka perusahaan baik BUMN, BUMD, setara instansi pemerintah lain dan perusahaan swasta akan lebih mudah mempekerjakan disabilitas dan asuransi juga lebih mudah untuk menanggung jenis-jenis disabilitas. Kedua, pemerintah dapat mendukung perbaikan fasilitas melalui dukungan peraturan pemerintah dan peraturan teknis, dengan mempertimbangkan Pedoman ILO Tentang Pengelolaan Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja. Ketiga, perbaikan fasilitas fisik dan non-fisik pun diperlukan, misalnya dalam fasilitas pendidikan seperti pembagian kelas siswa disabilitas menurut jenisnya, menggalakan agar sekolah SLB lebih merata, memperhatikan kesejahteraan guru BK, mengarahkan perguruan tinggi inklusif. Sedangkan untuk fasilitas ketenagakerjaan yaitu dengan mendorong pelatihan serta mendorong perusahaan untuk menerima disabilitas yang mampu bekerja, tidak hanya minimal 1-2 persen dari formasi. Keempat, melaksanakan sosialisasi yang bukan sekadar penyuluhan, tetapi juga ketetapan peraturan dan pelaksanaan yang jelas, juga bisa ‘menjaring ikan’ dengan cara bekerja sama dengan asosiasi disabilitas untuk menemukan orang-orang yang tepat dan dapat mengikuti pelatihan tersebut. Kelima, meningkatkan koordinasi antara Kemensos, Kemendikbud, Kemenaker dan Kemenkes untuk mengatasi permasalahan disabilitas, di mana dimensi sosial, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan sangat penting untuk dukungan terhadap disabilitas.

Page 11: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

11Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

umum/16/12/16/oi9ruf384-indonesia-miliki-12-persen-penyandang-disabilitas pada 19 Juli 2021 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang DisabilitasWebinar LPEM FEB Universitas Indonesia bersama FKP dengan tema “Mental Health, Disability, and Access

to Jobs and Education”. Diakses dari https://www.feb.ui.ac.id/blog/2021/06/05/webinar-lpem-feb-ui-bersama-fkp-mental-health-disability-and-access-to-jobs-and-education/ pada 23 Juli 2021Wecapable. Different Types of Disabilities: List of 21 Disabilities. Diakses dari https://wecapable.com/types-of-disabilities-list/ pada 18 juli 2021

Page 12: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

12 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

Rendahnya minat generasi muda pada usaha pertanian selaras dengan fakta bahwa porsi petani

muda di Indonesia sangat rendah. Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) tahun 2018 oleh BPS menunjukkan bahwa dari total jumlah petani yang terdata ternyata paling banyak berada pada rentang usia 45-54 tahun yaitu sebanyak 27,4 persen, usia 35-44 tahun sebanyak 24,4 persen dan disusul usia 55-64 tahun sebanyak 20,8 persen. Melihat porsi petani muda yang berjalan lambat dan relatif rendah mengakibatkan tidak dapat menggantikan petani yang memasuki masa istirahat atau pensiun. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan akibat tidak mulusnya regenerasi petani. Hal ini menjadi acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan pelaku pertanian di masa mendatang. Sehingga dapat meningkatkan minat dan porsi petani muda serta menarik ulang mindset yang menilai bahwa pertanian kurang menguntungkan. Fenomena semakin menuanya petani dan semakin menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian tersebut merupakan permasalahan klasik ketenagakerjaan pertanian selama ini. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengubah pola

pikir petani salah satunya dengan memanfaatkan teknologi guna mendorong inovasi regenerasi petani di seluruh daerah. Tulisan ini akan membahas tenaga kerja muda di sektor pertanian dan upaya meningkatkan minat generasi muda untuk bekerja di sektor ini.Kondisi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Saat IniPetani merupakan salah satu profesi dari pendidikan vokasi yang kurang dirindukan oleh generasi milenial saat ini. Pemicunya adalah faktor kesejahteraan profesi petani yang belum membaik hingga saat ini (Wibowo, 2021). Fenomena menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor pertanian di masa depan. Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun yang diikuti oleh permintaan pangan menyebabkan beban sektor pertanian semakin berat. Minat pemuda sebagai generasi penerus petani harus ditumbuhkan untuk kembali ke sektor pertanian sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dan penyediaan pangan nasional. Rendahnya minat generasi muda pada usaha pertanian selaras dengan fakta bahwa porsi petani muda di Indonesia sangat rendah. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah

AbstrakFenomena menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian

mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor pertanian di masa depan. Rendahnya minat generasi muda pada usaha pertanian selaras dengan fakta bahwa porsi petani muda di Indonesia sangat rendah. Jumlah petani yang semakin menurun karena kurang tertarik terhadap bidang pertanian yang dianggap kurang menguntungkan. Hal ini menjadi acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan dan mendukung pelaku pertanian di masa mendatang. Adapun tantangan sektor pertanian dalam meningkatkan regenerasi petani muda yaitu belum optimalnya kebijakan insentif untuk petani muda, akses kepemilikan lahan oleh petani muda semakin sempit, dan citra pertanian yang buruk.

Inisiasi Regenerasi Petanioleh

Ricka Wardianingsih*)Robby Alexander Sirait**)

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Page 13: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

13Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

petani menurut kelompok umur yang semakin menurun jika dilihat dari porsi petani tua hingga petani muda.Data BPS menunjukkan jumlah proporsi usia yang semakin sedikit dari kelompok usia muda untuk menjadi petani. Pada tahun 2018, jumlah petani lebih dominan oleh petani dengan usia di atas 35 tahun mencapai 29 juta jiwa. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang berusia di bawah 35 tahun yang hanya mencapai 4 juta jiwa. Hal ini menunjukkan petani sebagai profesi orang tua bukan kalangan muda. Di sisi lain, sebagian besar petani masuk dalam kategori usia tua sebanyak 70 persen hanya lulusan tingkat sekolah dasar (SD). Sedangkan, pada usia petani muda berusia di bawah 25 tahun jumlahnya jauh lebih sedikit. Tercatat hanya sekitar 3 persen yang merupakan lulusan perguruan tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian, menyediakan pangan bagi masyarakat, menyejahterakan petani dan menggenjot pasar ekspor. Selain itu, kondisi kesejahteraan petani juga menjadi perhatian bagi kalangan petani muda untuk dapat menggali potensi di sektor pertanian. Di mana peningkatan produksi pertanian tidak sebanding dengan peningkatan kesejahteraan petani yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP). Pada tahun 2019, NTP mengalami peningkatan sebesar 0,73 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2018. Namun terjadi penurunan pada tahun 2020 yang disebabkan oleh penurunan daya beli dan pelemahan ekonomi secara menyeluruh (baik domestik maupun global), yang telah memberikan tekanan yang sangat besar terhadap sektor pertanian. Artinya, penerimaan petani hampir sama dengan pengeluaran petani, sehingga petani hanya mendapat sedikit keuntungan.Kebijakan dan Peluang Memperluas Generasi PetaniSaat ini, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyiapkan solusi berupa magang bagi petani muda, sekaligus sebagai ajang seleksi mengikuti program Specified Skilled Workers (SSW) untuk bekerja dan belajar di Jepang. SSW bertujuan memberikan kesempatan kepada petani muda Indonesia untuk belajar tentang tata kelola pertanian yang maju, mandiri dan modern di Jepang agar dapat diterapkan guna meningkatkan kualitas dan meningkatkan jumlah petani yang dapat berdaya saing secara global. Program ini juga berlaku untuk peserta yang berlatarbelakang pendidikan di luar bidang pertanian, sehingga dapat mempermudah meningkatkan tenaga kerja ke sektor pertanian. Melalui program ini, diharapkan akan mendorong dan menumbuhkan petani-petani muda menjadi pengusaha pertanian milenial di masa mendatang. Hal ini dilakukan dengan harapan alumni akan menjadi agen perubahan struktur sosial di masyarakat petani terutama di desa. Program ini juga menunjang adanya peningkatan penggunaan teknologi komunikasi, media, dan juga teknologi digital. Program magang petani muda di Jepang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1984, dan hingga tahun 2020 telah memiliki 1.386 alumni. Namun belum dapat dipastikan berapa besar alumni yang mengaplikasikan ilmunya langsung ke pertanian. Meskipun fakta sebenarnya petani bekerja membantu petani Jepang, namun dengan

Gambar 1. Jumlah Petani Menurut Kelompok Umur

Sumber : SUTAS 2013 dan 2018, Badan Pusat Statistik.

Page 14: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

14 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

terciptanya kemandirian dan sikap percaya diri, kegiatan magang pada petani maju di Jepang telah menempa semangat petani muda Indonesia untuk mampu mengaplikasikan ilmu yang diterima di lingkungan tempat tinggalnya (Riskianingrum, 2014). Para alumni ini bergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni Magang Jepang (IKAMAJA), di mana dalam ikatan ini dapat memantau peran para alumni dalam berperan dan membangun pertanian di daerah asalnya. Selain menjadi petani, anggota IKAMAJA banyak yang bekerja menjadi Senpai (hubungan senior dan junior di Jepang), penyuluh petani, dan fasilitator calon peserta magang Jepang.Tantangan Regenerasi PetaniIndonesia diperkirakan berpotensi kehilangan profesi petani dalam beberapa tahun ke depan, yang disebabkan pekerja pada sektor pertanian kian hari kian berkurang. Oleh karena itu, ada beberapa catatan penting yang menjadi tantangan dan permasalahan selama ini terhadap regenerasi petani yang enggan masuk ke sektor pertanian. Pertama, belum optimalnya kebijakan insentif untuk petani muda. Menyadari semakin berkurangnya minat pemuda ke pertanian, salah satunya karena pendapatan petani yang masih sangat kecil bahkan tidak menentu. Dukungan kepada petani muda lebih banyak bersifat pelatihan dan peningkatan kapasitas, namun insentif berupa finansial belum banyak dilakukan (Reviza et.al, 2021). Hambatan akses finansial juga memengaruhi kapasitas

permodalan petani muda dalam memulai bisnis pertanian (Junaedi et.al, 2020). Kedua, akses kepemilikan lahan oleh petani muda semakin sempit. Berdasarkan hasil SUTAS tahun 2018, luas lahan pertanian yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian kurang dari 0,5 hektar yaitu sebanyak 15,89 juta rumah tangga atau 59,07 persen dari total rumah tangga petani. Adapun kondisi lemahnya kepemilikan lahan disebabkan oleh: (1) meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas umum; (2) terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan; dan (3) terjadinya penjualan tanah sawah. Umumnya, adanya persoalan antar generasi dikarenakan lahan pertanian baru akan diwariskan setelah orang tua meninggal dunia. Sehingga sebelum tanah itu diwariskan, pewaris atau calon petani tidak punya hak penuh untuk mengelola tanah maupun melakukan inovasi dalam bertani. Hal ini juga menunjukkan hambatan pada modal, dimana petani muda tidak dapat memulai usaha pertaniannya sendiri jika tanah tersebut tidak atau belum diwariskan. Ketiga, ketidakcocokan antara kualitas pendidikan dan kesempatan kerja yang tersedia. Pasalnya, semakin tingginya tingkat pendidikan, maka semakin selektif pula dalam memilih pekerjaan. Hal ini menjadikan adanya perubahan persepsi seiring dengan arus modernisasi, sehingga menjadi petani tidak lagi menjadi pilihan utama lulusan pertanian. Keempat, citra sektor pertanian yang dianggap kurang bergengsi dan kurang menjanjikan imbalan yang memadai serta adanya anggapan usaha pertanian tidak layak untuk menjamin kebutuhan hidup. Hal ini menyebabkan rendahnya motivasi dan minat generasi muda untuk beraktivitas pada bidang pertanian, sehingga kapasitas generasi muda pada bidang pertanian relatif terbatas (Anwarudin 2019).Daftar PustakaAnwarudin O, Sumardjo S, Satria A, Fatchiya A. 2019. Factors Influencing The Entrepreneurial Capacity Of Young

Gambar 2. Nilai Tukar Petani Tahun 2015-2020

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah.

Page 15: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

15Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021

RekomendasiSejatinya pemerintah telah melakukan berbagai inisiatif untuk mendukung penguatan dan regenerasi sektor pertanian, namun masih diperlukan penajaman yaitu pertama, mengintegrasikan pengembangan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan, dukungan fasilitas, dan pendampingan yang berkelanjutan dalam aspek teknis maupun finansial. Kedua, mendorong penumbuhan dan pengembangan kapasitas Lembaga Penyelenggara Pendidikan Pertanian sebagai center of agrisociopreneur development berbasis inovasi agribisnis. Ketiga, diperlukan penyuluh petani yang profesional untuk mengatasi petani yang memiliki tingkat pendidikan rendah, agar keahlian dan pengetahuan menjadi lebih baik dalam pengelolaan pertanian. Keempat, perlunya strategi dalam meningkatkan kompetensi, kreativitas dan inovasi melalui pelatihan vokasi dengan dilakukan monitoring terhadap pelaku usaha pertanian baru. Kelima, melakukan sosialisasi yang tepat dan berkelanjutan, terutama di desa, agar mempermudah generasi muda dalam mengembangkan sektor pertanian. Keenam, diperlukan regulasi maupun kebijakan yang tepat terutama terkait dengan kepastian mendapatkan lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian dan ketrampilan para generasi muda termasuk di sektor pertanian.

Farmers For Farmer Succession. International Journal of Innovative Technology and Exploring Enginering (IJITEE).Badan Pusat Statistik. Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2013 dan 2018.Badan Pusat Statistik. Data Nilai Tukar Petani tahun 2015-2020.JPNN.com. 2021. Kementerian Pertanian Seleksi Calon Peserta magang ke Jepang Melalui Program SWW. https://www.jpnn.com/news/kementerian-pertanian-seleksi-calon-peserta-magang-ke-jepang-melalui-program-sswJunaedi A. J, Anwarudin O, Makhmudi M. 2020. Dinamika Kelompok Tani Terhadap

Minat Generasi Muda pada Kegiatan Usaha Tani di Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu. Jurnal Inovasi Penelitian, BogorMedia Indonesia. 2020. Indonesia Kekurangan Petani Generasi Muda. https://mediaindonesia.com/humaniora/354916/indonesia-kekurangan-petani-generasi-mudaReviza R, Gunawan E. 2020. Peranan Petani Milenial Mendukung Ekspor Hasil Pertanian di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi.Riskianingrum, Gusnelly. 2014. Belajar dari Jepang. Transformasi Pengetahuan Alumni Kenshuusei Pertanian Indonesia.

Page 16: Optimalisasi Imbal Dagang Sebagai Strategi Peningkatan Ekspor

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

Twitter: @puskajianggaranInstagram: puskajianggaran