operasi dan pemeliharaanresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3....

126

Upload: others

Post on 22-Aug-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan
Page 2: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

i

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PADA DRAINASE SISTEM POLDER

Dr. Henny Pratiwi Adi, ST., MT.

Prof. Dr. Ir. S. Imam Wahyudi, DEA

UNISSULA PRESS

Page 3: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

ii

Judul:

Operasi dan Pemeliharaan pada Drainase Sistem Polder

Penulis:

Dr. Henny Pratiwi Adi, ST, MT.

Prof. Dr. Ir. S. Imam Wahyudi, DEA

Penyunting:

Tim UNISSULA PRESS

Desain sampul dan tata letak:

Dwi Riyadi Hartono

Dimensi: 23 x 15,5 Cm

Jumlah halaman:

124

ISBN: 978-623-7097-86-0

Cetakan Pertama: 3 Desember 2020

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Penerbit:

UNISSULA PRESS

Universitas Islam Sultan Agung

Jl. Raya kaligawe KM. 4 Semarang (50112)

Jawa Tengah Indonesia

Telp (024)6583584

Fax.(024)6582455

Anggota asosiasi:

IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia)

APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia)

Page 4: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa melimpahkan taufik, rahmat serta hidayah-Nya,

sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku yang berjudul

OPERASI DAN PEMELIHARAAN PADA DRAINASE SISTEM

POLDER.

Buku ini merupakan salah satu luaran dari beberapa penelitian

yang telah dilakukan dengan pendanaan penelitian dari Kemenristek

BRIN. Buku ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi

mahasiswa dan khalayak umum untuk mengetahui tentang operasional

dan pemeliharaan pada drainase sistem polder. Sistem Polder adalah

suatu cara penanganan banjir dengan bangunan fisik, yang meliputi

sistem drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi kawasan,

serta pompa dan / pintu air, sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air

tak terpisahkan.

Ucapan terima kasih Penyusun sampaikan kepada Direktorat

Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM)–Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, yang telah mendanai penelitian dan penyusunan

buku ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNISSULA serta

kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam

penyusunan dan penyelesaian buku ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 3 Desember 2020

Penyusun

Page 5: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................. 1

1.1. Perubahan Iklim dan Elevasi Air Laut .............................. 1

1.2. Drainase di Perkotaan ....................................................... 3

BAB 2 SISTEM DRAINASE PERKOTAAN ................................ 7

2.1. Penyebab Banjir di Perkotaan ........................................... 7

2.1.1. Kondisi Alam (statis) ................................................. 7

2.1.2. Kondisi Alam (dinamis) ............................................. 9

2.1.3. Kegiatan Manusia (dinamis) ...................................... 9

2.2. Sistem Drainase Perkotaan ............................................. 10

2.3. Fungsi Drainase Perkotaan ............................................. 12

2.4. Faktor yang Berpengaruh terhadap Banjir di Perkotaan . 14

2.4.1. Intensitas hujan ........................................................ 14

2.4.2 Catchment area ........................................................ 14

2.4.4 Faktor medan dan lingkungan .................................. 16

BAB 3 INFRASTRUKTUR PADA DRAINASE

SISTEM POLDER ........................................................... 17

3.1. Deskripsi Sistem Polder .................................................. 17

3.2. Elemen-elemen Sistem Polder ......................................... 19

3.2.1. Jaringan Drainase .................................................... 20

3.2.2. Tanggul .................................................................... 22

Page 6: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

v

3.2.3. Kolam Retensi .......................................................... 23

3.2.4. Pompa....................................................................... 24

3.3. Penggunaan Sistem Polder .............................................. 26

3.4. Konsep Pengeringan Sistem Polder dengan Pompa ........ 29

BAB 4 SISTEM POLDER KALI BANGER DI SEMARANG . 31

4.1. Pendahuluan ........................................................................ 31

4.2. Sistem Polder Banger .......................................................... 33

BAB 5 PEDOMAN PENGOPERASIAN DAN

PEMELIHARAAN SISTEM POLDER PADA POLDER

BANGER ......................................................................... 37

5.1. Definisi Operasi dan Pemeliharaan ................................. 37

5.1.1 Operasi ..................................................................... 38

5.1.2 Pemeliharaan ............................................................ 38

5.2. Tanggul dan Bendung ..................................................... 40

5.2.1. Fungsi ....................................................................... 41

5.2.2. Contoh data infrastruktur di Polder Banger ............. 41

5.2.3. Risiko dan strategi pemeliharaan ............................. 43

5.2.4. Pedoman inspeksi dan pemeliharaan ....................... 45

5.3. Stasiun Pompa ................................................................. 53

5.3.1. Fungsi ....................................................................... 53

5.4. Sistem Saluran dan Struktur ........................................ 59

5.4.1.2. Pedoman pengoperasian sistem pompa inlet air

untuk flushing ......................................................................... 63

5.4.2. Risiko dan strategi pemeliharaan ............................. 64

5.4.3. Saluran ..................................................................... 68

5.4.4. Kolam retensi ........................................................... 79

BAB 6 TINGKAT ANALISIS PERBAIKAN .......................... 103

6.1. Pendahuluan .................................................................. 103

Page 7: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

vi

6.2. Mendirikan Papan Polder .............................................. 104

6.3. Tingkat Analisis Perbaikan ........................................... 104

6.3.1. Inspeksi .................................................................. 104

6.3.2. Perawatan ............................................................... 107

6.3.3. Operasi ................................................................... 110

6.4. Organisasi Tim O & M .................................................. 110

BAB VII PENUTUP .................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................115

Page 8: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Perubahan Iklim dan Elevasi Air Laut

Perubahan iklim saat ini, menjadi isu utama dunia yang

telah mengglobal dan menjadi permasalahan dari berbagai negara,

Organisasi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan 5th

Assessment Report (AR5) menyatakan bahwa telah terjadi

pemanasan dari sistem iklim yang ditandai dengan observasi

peningkatan suhu di atmosfir dan permukaan laut, kenaikan muka

air laut, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dan derajat

keasaman laut. IPCC menyimpulkan dengan tingkat konfidens

yang tinggi bahwa pengaruh manusia telah menjadi faktor dominan

yang menyebabkan peningkatan pemanasan suhu permukaan bumi

sejak pertengahan abad ke-20 [1].

Secara alamiah, dampak perubahan iklim menyebabkan

terjadinya gejala-gejala berubahnya kondisi iklim dan cuaca dari

Page 9: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

2

kondisi biasa atau normal menjadi kondisi yang tidak normal,

seperti: terjadinya pola musim yang berubah secara ekstrim

(kemarau dan hujan yang berkepanjangan), berubahnya pola

migrasi ikan, kenaikan suhu air laut, kenaikan muka laut, kecepatan

tiupan angin, dan lain-lain. Kondisi iklim dan cuaca tersebut

menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa alam yang buruk,

seperti: banjir air laut pasang (rob), sedimentasi laut, abrasi pantai,

gelombang tinggi, angin puting beliung dan lain-lain [2].

Para ilmuan meyakini bahwa dengan pemanasan global,

akan berpengaruh besar terhadap naiknya permukaan laut,

ketersediaan sumberdaya air di daratan, kegiatan pertanian dan

kehutanan. Hal ini dibuktikan dengan serangkaian penelitian ilmiah

terhadap berbagai perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai

wilayah di bumi, yang mengalami dampak baik lansung maupun

tidak langsung dari akibat pemanasan global yang terjadi saat ini.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, akibat langsung dari

pemanasan global terhadap perubahan iklim antara lain munculnya

bencana badai siklon, banjir bandang, erosi pantai, hilangnya

lahan-lahan basah terutama di wilayah pesisir, intrusi air laut, serta

hancurnya ekosistem pesisir. Perubahan iklim global yang terjadi

akan meningkatkan intensitas perubahan yang terjadi pada siklus

naiknya permukaan laut, badai dan angin topan yang semakin

besar, selain mengakibatkan perubahan lainnya pada kondisi

oseanografi dan atmosfir bumi [3].

Di berbagai Negara, wilayah pesisir merupakan wilayah

yang lebih cepat berkembang, baik dalam tingkat perekonomian

Page 10: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

3

maupun tingkat populasinya. Hampir separuh dari kota-kota besar

dunia berada dalam jarak 50 kilometer dari daerah pesisir, dan

kepadatan populasi di daerah ini dapat mencapai 2,6 kali lebih

padat dari seluruh pulau tersebut [4]. Masyarakat pesisir sudah

beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang terjadi di wilayah

pesisir sepanjang masa berkembangnya komunitas tersebut, namun

perubahan iklim akan menyebabkan perubahan yang berbeda baik

terhadap dinamika pesisir maupun terhadap perubahan muka laut

yang dramatis [5].

Dampak perubahan iklim sangatlah nyata dapat dilihat dan

dirasakan, terutama di kawasan pesisir. Dampak paling nyata

terutama dirasakan oleh masyarakat nelayan dan masyarakat

lainnya yang bermukim di wilayah pesisir. Namun demikian

dampak tersebut sesungguhnya bukan hanya dirasakan oleh

masyarakat nelayan, namun juga dirasakan oleh berbagai pihak

yang menjalankan fungsi dan aktivitasnya di wilayah pesisir seperti

pemerintah, perusahaan swasta di wilayah pesisir, pelaku usaha

pariwisata, pengelola infrastruktur di wilayah pesisir, peneliti yang

menjalankan kegiatan penelitian di wilayah pesisir, pengelola

pelabuhan, dan lain-lain.

1.2. Drainase di Perkotaan

Perkotaan merupakan pusat kegiatan manusia, pusat

produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Di

wilayah perkotaan tinggal banyak manusia sehingga terdapat

banyak fasilitas umum, transportasi, komunikasi dan sebagainya.

Page 11: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

4

Saluran drainase di wilayah perkotaan menerima tidak hanya air

hujan, tetapi juga air buangan (limbah) rumah tangga, juga limbah

pabrik. Hujan di wilayah perkotaan dapat terkontaminasi ketika air

memasuki, melintasi atau berada di lingkungan perkotaan.

Kontaminasi yang terjadi bisa berasal dari udara, bangunan atau

permukaan tanah, dan limbah domestik yang mengalir bersama air

hujan. Setelah melalui wilayah perkotaan, air hujan dengan atau

tanpa limbah domestik, membawa polutan ke badan air [6].

Sumber penyebab utama permasalahan drainase adalah

pertumbuhan jumlah penduduk. Urbanisasi yang terjadi di sebagian

kota besar di Indonesia, menambah beban berat di wilayah

perkotaan. Jumlah penduduk yang meningkat, diikuti dengan

peningkatan infrastruktur perkotaan seperti perumahan, sarana

transportasi, air bersih, prasarana pendidikan. Di samping itu

peningkatan penduduk selalu juga diikuti dengan peningkatan

limbah, baik limbah cair maupun padat (sampah). Kebutuhan akan

lahan untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian akan

semakin meningkat sehingga terjadi perubahan tataguna lahan yang

mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit puncak

banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola

penggunaan lahan, yang diekspresikan dalam koefisien pengaliran

yang bervariasi antara 0,10 (hutan datar) sampai 0,95 (perkerasan

jalan). Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan fungsi lahan dari

hutan menjadi perkerasan jalan bisa meningkatkan debit puncak

banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana

Page 12: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

5

drainase yang ada menjadi tidak mampu menampung debit yang

meningkat tersebut [7].

Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu

infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen

suatu kota tercermin dari kualitas sistem drainase di kota tersebut.

Sistem drainase yang kurang baik menyebabkan terjadinya

genangan air di berbagai tempat sehingga lingkungan menjadi

kotor, menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit, yang pada

akhirnya bukan hanya menurunkan kualitas lingkungan dan

kesehatan masyarakat, tetapi dapat juga menggangu kegiatan

transportasi, perekonomian dan lain-lain [8].

Page 13: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

6

Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota tercermin dari kualitas sistem drainase di kota tersebut.

Page 14: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

7

BAB 2 SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

2.1. Penyebab Banjir di Perkotaan

Secara umum proses terjadinya banjir diakibatkan oleh

faktor kondisi alam dan ulah manusia sebagai berikut [9]:

2.1.1. Kondisi Alam (statis)

A. Geografis

a. Apabila kota dibangun di daerah pegunungan akan

menyebabkan lahan resapan air akan tertutup oleh

bangunan dan infrastruktur kota dan akan meningkatan

debit banjir yang akan mengancam kota yang ada di

bagian hilir.

b. Apabila kota dibangun di tepi pantai, pengaruh pasang laut

akan menyebabkan sebagian aliran tidak dapat mengalir

secara gravitasi, dan akan dapat menyebabkan genangan.

Aliran air dalam sungai akan mengalami kenaikan akibat

Page 15: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

8

back water yang dapat menyebabkan overtopping dan

dapat menyebabkan banjir di dalam kota.

B. Topografi

Kondisi topografi yang bergelombang sesuai kontur dalam

pengukuran atau citra satelit. Kota yang berada pada bagian

yang rendah lebih rawan terkena banjir dan genangan.

C. Geometri Alur Sungai

a. Kemiringan dasar sungai yang terlalu besar akan

menimbulkan gerusan dasar sungai. Hal semacam ini akan

menyebabkan konsentrasi sedimentasi pada bagian hilir

yang datar dapat menyebabkan saluran / sungai cepat

menjadi dangkal.

b. Sungai Berkelok (Meander) umumnya terjadi pada alur

sungai yang disebut dalam morfologi sungai sebagai

sungai tua, dimana kemiringan alur sungai sudah

berkurang (menjadi lebih landai). Sedimentasi akan

mengendap pada bagian yang kecepatan alirannya

menurun. Endapan sedimentasi tersebut dapat

membelokkan arah aliran ke kanan atau ke kiri sehingga

sungai menjadi berkelok-kelok.

Page 16: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

9

2.1.2. Kondisi Alam (dinamis)

Beberapa kondisi alam yang menjadi faktor penyebab banjir di

perkotaan adalah sebagai berikut.

A. Curah hujan

Intensitas curah hujan yang tinggi merupakan faktor

penyebab terjadinya banjir dan genangan. Di Semarang

misalnya untuk hujan 5 tahun bisa lebih dari 200 mm/hari.

B. Pasang surut

Tingginya pasang surut laut merupakan faktor penyebab

banjir untuk kota di daerah pantai. Kondisi sekarang, darat

semakin lebih rendah dari air pasang.

2.1.3. Kegiatan Manusia (dinamis)

Beberapa kegiatan manusia yang menjadi faktor penyebab

banjir di perkotaan adalah sebagai berikut.

a. Semakin berkurang ruang air dan resapan pada bantaran sungai

dan di Daerah Aliran Sungai (Catchment Area) yang tidak

sesuai dengan peruntukan.

b. Permukiman di bantaran sungai dan di atas saluran drainase.

c. Pengambilan air tanah yang berlebihan yang berpotensi

menyebabkan terjadi penurunan lahan.

d. Pembuangan sampah oleh masyarakat kedalam saluran

drainase.

Page 17: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

10

e. Bangunan persilangan yang tidak terencana dengan baik seperti

adanya pipa PDAM, pipa telepon dan listrik yang melintang di

penampang basah saluran.

f. Pemeliharaan rutin yang terabaikan menyebabkan saluran cepat

menjadi dangkal.

2.2. Sistem Drainase Perkotaan

Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi

dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,

sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem

drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran

pengumpul (collector drain), saluran penerima (conveyor drain),

saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving

waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya,

seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah,

pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa

[9].

Sistem drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam

wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban). Sistem

tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi

mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di

daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak

mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi

kegiatan manusia.

Sistem drainase perkotaan dapat ditinjau dari 2 sisi berikut:

Page 18: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

11

a. Satuan Wilayah Sungai adalah kumpulan anak-anak sungai

yang berada di dalam satuan wilayah sungai yang tergolong

mikro pada orde sungai tingkat 2 atau 3 yang sepenuhnya

berada di dalam batas administratif perkotaan.

b. Administratif perkotaan adalah kumpulan jaringan anak-anak

sungai dan saluran pada masing-masing Daerah alirannya

dimana penanganannya menjadi kewenangan Pemerintahan

Kabupaten atau Pemerintahan Kota sekalipun sebagai ibu

kota Provinsi.

Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran

primer, sekunder, tersier sebagai berikut:

A. Sistem saluran primer

Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran

dari saluran-saluran sekunder. Saluran primer relatif besar

sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer

langsung dialirkan ke badan air.

B. Sistem saluran sekunder

Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran

air dari saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke

saluran primer.

C. Sistem saluran tersier

Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari

saluran-saluran pembuangan rumah tangga.Umumnya saluran

tersier ini adalah saluran di kiri kanan jalan perumahan.

Page 19: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

12

2.3. Fungsi Drainase Perkotaan

Drainase perkotaan memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya

lebih rendah dari genangan sehingga tidak menimbulkan

dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta

benda milik masyarakat.

b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat

secepatnya agar tidak membanjiri atau menggenangi kota yang

dapat merusak selain harta benda masyarakat juga infrastruktur

perkotaan.

c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang

dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan

akuatik.

d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air

tanah.

Berdasarkan pembagian kewenangannya pengelolaan dan

fungsi pelayanan untuk sistem drainase perkotaan menggunakan

istilah sebagai berikut:

A. Sistem drainase lokal (Minor urban drainage)

Sistem drainase lokal (minor) adalah suatu jaringan sistem

drainase yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti

kompleks permukiman, daerah komersial, perkantoran dan

kawasan industri, pasar dan kawasan pariwisata. Sistem ini

melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem

Page 20: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

13

drainase lokal menjadi tanggungjawab masyarakat,

pengembang atau instansi pada kawasan masing-masing.

B. Sistem drainase utama (Major urban drainage)

Sistem Jaringan Utama (major urban drainage) adalah sistem

jaringan drainase yang secara struktur terdiri dari saluran

primer yang menampung aliran dari saluran-saluran

sekunder.

Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran

tersier. Saluran tersier menampung aliran dari Daerah

Alirannya masing-masing. Jaringan drainase lokal dapat

langsung mengalirkan alirannya ke saluran primer, sekunder

maupun tersier.

C. Pengendalian banjir (Flood control)

Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran

permukaan dalam sungai maupun dalam badan air yang

lainnya agar tidak meluap serta limpas atau menggenangi

daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung

jawab pemerintah Provinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi

atau bangunan air pada sistem flood control antara lain

berupa:

a. Tanggul

b. Bangunan Bagi

c. Pintu Air

d. Saluran Flood Way

Page 21: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

14

2.4. Faktor yang Berpengaruh terhadap Banjir di Perkotaan

2.4.1. Intensitas hujan

Intensitas hujan adalah derasnya hujan yang jatuh pada luas

daerah tadah hujan tertentu. Ukuran deras hujan yaitu akumulasi

tinggi hujan pada jangka waktu (menit) tertentu dinyatakan dalam

satuan mm per menit, jam atau hari.

Data curah hujan di Indonesia dikumpulkan oleh Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Jika dikaitkan

dengan perencanaan drainase, maka penggunaan data curah hujan

berguna untuk:

a. Perhitungan dimensi saluran drainase

b. Perhitungan dimensi bangunan-bangunan drainase

c. Perhitungan kolam retensi dan resapan yang diperlukan

Air hujan sebagian meresap ke dalam tanah, menguap dan

sebagian lagi dialirkan ke permukaan yang lebih rendah. Hal ini

tergantung dari porositas tanah tadah hujannya (kondisi geologi

setempat), disamping kerapatan vegetasi/tanaman. Besarnya aliran

dinyatakan dalam istilah debit air (Q) dalam satuan volume per

satuan waktu.

2.4.2 Catchment area

Catchment area atau daerah tangkapan air adalah kesatuan

area dimana air permukaannya mengalir ke badan air yang sama

yang berupa sungai atau danau, mengikuti arah kontur topografi

area tersebut.

Page 22: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

15

2.4.3 Pertumbuhan daerah perkotaan

Ada 3 (tiga) aspek yang mempengaruhi pertumbuhan

daerah perkotaan, yaitu pertumbuhan fisik, keseimbangan

pembangunan antar kota dan dalam kota [10] :

a. Pertumbuhan fisik kota: Pertumbuhan fisik kota dipengaruhi

oleh laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, yang pada

akhirnya mempengaruhi ketersediaan lahan. Makin sempitnya

ruang terbuka menyebabkan makin besarnya pengaliran

(koefisien run-off) air permukaan sehingga beban sistem

drainase perkotaan semakin berat. Dengan demikian

pembangunan sistem drainase perkotaan harus mengantisipasi

laju pertumbuhan penduduk, sejalan dengan arahan Rencana

Tata Ruang Kota maupun pentahapan pelaksanaannya.

b. Keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota:

Pertumbuhan suatu kota harus didukung oleh daerah belakang

yang menunjang pertumbuhan kota tersebut. Pertumbuhan

daerah belakang yang tidak terkendali atau tidak sesuai dengan

peruntukannya dapat mengakibatkan bertambahnya potensi

banjir dan genangan di wilayah perkotaan, karena penurunan

fungsi daerah tersebut sebagai daerah resapan air.

c. Faktor sosial ekonomi budaya: Kurangnya kesadaran

masyarakat terhadap sanitasi lingkungan dapat menimbulkan

permasalahan dalam saluran disamping menghambat

pembangunan sistem drainase dan mengurangi public area

serta keindahan kota.

Page 23: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

16

Penerapan peraturan serta perkuatan aspek hukum sangat

diperlukan, agar lahan sepanjang sungai atau saluran dapat

dibebaskan dari hunian penduduk sehingga memudahkan untuk

pelebaran atau peningkatan kapasitas saluran pada masa mendatang

serta kegiatan operasi dan pemeliharaan saluran.

2.4.4 Faktor medan dan lingkungan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi medan dan

lingkungan, yaitu:

a. Topografi: pembangunan sistem drainase harus memperhatikan

topografi, keberadaan jaringan saluran drainase, jalan, sawah,

perkampungan dan keberadaan badan air. Pembangunan

drainase pada daerah datar harus memperhatikan sistem aliran

dan ketersediaan air penggelontor untuk mengatasi

kemungkinan pengendapan dan pencemaran.

b. Kestabilan tanah: pembangunan drainase di daerah lereng

pegunungan harus memperhatikan masalah longsor yang

disebabkan oleh kandungan air tanah.

c. Pengempangan: pada daerah yang terkena pengaruh

pengempangan dari waduk atau laut perlu memperhatikan akibat

pembendungan atau pengempangan yang diakibatkan oleh aliran

balik (back water).

Page 24: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

17

BAB 3 INFRASTRUKTUR PADA

DRAINASE SISTEM POLDER

3.1. Deskripsi Sistem Polder

Polder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk

kesatuan hidrologis artifisial yang dikelilingi oleh tanggul

(dijk/dike). Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air

hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu

dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut.

Tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah

dengan lapisan kedap air, dinding batu, bisa juga berupa konstruksi

beton dan perkerasan yang canggih. Polder juga bisa diartikan

sebagai tanah yang direklamasi, artinya semula basah dikeringkan

[11].

Polder identik dengan negeri kincir angin Belanda yang

seperempat wilayahnya berada di bawah muka laut dan memiliki

lebih dari 3000 polder. Sebelum ditemukannya mesin pompa,

Page 25: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

18

kincir angin digunakan untuk menaikkan air dari suatu polder ke

polder lain yang lebih tinggi, untuk selanjutnya dipompa ke sungai,

muara dan laut.

Sistem Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan

bangunan fisik, yang meliputi sistem drainase, kolam retensi,

tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan / pintu air,

sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan. Sistem

polder dipakai untuk mengeluarkan air dari dataran rendah dan juga

menangkal banjir di wilayah delta dan daerah aliran sungai [12].

Gambar 3.1. Sistem Polder (Sumber: Wahyudi, 2010)

Latar belakang dikembangkannya sistem Polder antara lain:

a. Pengembangan kota-kota pantai di Indonesia seperti

Jakarta dan Semarang seringkali lebih didasarkan pada

kepentingan pertumbuhan ekonomi.

Page 26: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

19

b. Pengembangan kawasan-kawasan ini menimbulkan banjir

yang menunjukkan ketidak seimbangan pembangunan.

c. Perlu upaya peningkatan/pengembangan aspek teknologi

dan manajemen, untuk pengendalian banjir dan ROB di

kota-kota pantai di Indonesia, untuk itu Sistem Polder

dikembangkan dengan menggunakan paradigma baru,

yaitu:

a) Berwawasan lingkungan (environment oriented),

b) Pendekatan kewilayahan (regional based),

c) Pemberdayaan masyarakat pengguna (community

partisipatory)

3.2. Elemen-elemen Sistem Polder

Keberhasilan pembangunan serta pengelolaan polder

membutuhkan keterlibatan komunitas; sustainabilitas manajemen

sistem pengelolaan air dan proteksi banjir yang hanya dapat dicapai

bilamana terdapat peran serta para mitra atau komunitas yang

bermukim di dalam polder. Dalam periode kering dan normal, air

dari kanal-kanal penampungan atau kanal pembuangan dialirkan ke

polder untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Pada kondisi tingkat

curah hujan yang tinggi, yang menyebabkan air meluap di drainase

di kawasan polder, air segera di alirkan ke kanal dan kolam

penampungan. Selanjutnya air disalurkan dengan dorongan pompa

air yang berkapasitas besar ke sungai atau kanal pembuangan ke

laut. Secara lebih terperinci, kelengkapan sarana fisik sistem

Page 27: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

20

polder, antara lain adalah saluran air, kanal, kolam penampungan

memanjang, waduk, tanggul, dan pompa.

Sistem polder terdiri dari jaringan drainase, tanggul, kolam

retensi dan badan pompa. Keempat elemen sistem polder harus

direncanakan secara integral, sehingga dapat bekerja secara optimal

[13].

3.2.1. Jaringan Drainase

Drainase adalah istilah yang digunakan untuk sistem

penanganan kelebihan air. Khusus istilah drainase perkotaan,

kelebihan air yang dimaksud adalah air yang berasal dari air hujan.

Kelebihan air hujan pada suatu daerah, dapat menimbulkan

masalah yaitu banjir atau genangan air, sehingga diperlukan adanya

saluran drainase yang berfungsi menampung air hujan dan

kemudian mengalirkan air hujan tersebut menuju kolam

penampungan. Dari kolam penampungan tersebut, untuk

mengendalikan elevasi muka air, kelebihan air tersebut harus

dibuang melalui pemompaan. Pada suatu sistem drainase perkotaan

terdapat jaringan saluran drainase yang merupakan sarana

drainase lateral berupa pipa, saluran tertutup dan saluran terbuka.

Berdasarkan cara kerjanya saluran drainase terbagi dalam beberapa

jenis, yaitu saluran pemotong, saluran pengumpul dan asaluran

pembawa [14].

a. Saluran pemotong (interceptor) adalah saluran yang

berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran

dari suatu daerah terhadap daerah lain di bawahnya. Saluran

Page 28: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

21

ini biasanya dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif

sejajar dengan bangunan kontur.

b. Saluran pengumpul (collector) adalah saluran yang berfungsi

sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari saluran

drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke

saluran pembawa. Letak saluran pembawa ini di bagian

terendah lembah ini suatu daerah sehingga secara efektif

dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran

yang ada.

c. Saluran pembawa (conveyor) adalah saluran yang berfungsi

sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi

pembuangan tanpa membahayakan daerah yang dilalui.

Sebagai contoh adalah saluran banjir kanal atau sudetan-

sudetan atau saluran by pass yang bekerja khusus hanya

mengalirkan air secara cepat sampai ke lokasi pembuangan.

Untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik,

diperlukan bangunan-bangunan pelengkap di tempat-tempat

tertentu. Jenis bangunan pelengkap itu adalah:

a. Bangunan silang; misalnya gorong-gorong atau siphon.

b. Bangunan pintu air; misalnya pintu geser atau pintu otomatis.

c. Bangunan peresap (infiltrasi) misalnya sumur resapan.

Semua bangunan yang disebutkan di atas tidak selalu harus

ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya tergantung pada

Page 29: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

22

kebutuhan setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran,

tuntutan akan kesempurnaan jaringannya, dan kondisi lingkungan.

3.2.2. Tanggul

Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu

badan air atau daerah / wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih

tinggi dari pada elevasi di sekitar kawasan tersebut, yang bertujuan

untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan air yang berasal

dari luar kawasan. Dalam bidang perairan, laut dan badan air

merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai pelindung di

sekitarnya. Jenis-jenis tanggul, antara lain: tanggul alamiah,

tanggul timbunan, tanggul beton dan tanggul infrastruktur [15].

Tanggul alamiah yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara

alamiah dari bentukan tanah dengan sendirinya. Contohnya

bantaran sungai di pinggiran sungai secara memanjang. Tanggul

timbunan adalah tanggul yang sengaja dibuat dengan menimbun

tanah atau material lainnya, di pinggiran wilayah. Contohnya

tanggul timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut. Tanggul

beton merupakan tanggul yang sengaja dibangun dari campuran

perkerasan beton agar berdiri dengan kokoh dan kuat. Contohnya

tanggul bendung, dinding penahan tanah (DPT).

Tanggul infrastruktur merupakan sebuah struktur yang

didesain dan dibangun secara kuat dalam periode waktu yang lama

dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus menerus, sehingga

seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan

raya.

Page 30: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

23

3.2.3. Kolam Retensi

Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang

dapat menampung atau meresapkan air di dalamnya, tergantung

dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam. Kolam retensi

dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan kolam non

alami.

Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan

atau lahan resapan yang sudah terdapat secara alami dan dapat

dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau dilakukan

penyesuaian. Pada umumnya perencanaan kolam jenis ini

memadukan fungsi sebagai kolam penyimpanan air dan

penggunaan oleh masyarakat dan kondisi lingkungan sekitarnya.

Kolam jenis alami ini selain berfungsi sebagai tempat

penyimpanan, juga dapat meresapkan pada lahan atau kolam yang

pervious, misalnya lapangan sepak bola (yang tertutup oleh

rumput), danau alami, seperti yang terdapat di taman rekreasi dan

kolam rawa [16].

Kolam non alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja

didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang

telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang

kaku, seperti beton. Pada kolam jenis ini air yang masuk ke dalam

inlet harus dapat menampung air sesuai dengan kapasitas yang

telah direncanakan sehingga dapat mengurangi debit banjir puncak

(peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi sebagai

Page 31: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

24

tempat mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan

waktu kosentrasi air untuk mengalir di permukaan.

Gambar 3.2. Contoh Kolam Retensi Tawang, Semarang

3.2.4. Pompa

Pompa drainase perkotaan (Stormwater pumping) adalah

pompa air yang umum dipakai untuk membantu mengalirkan aliran

dari satu bidang ke bidang lainnya yang lebih tinggi. Jenis Pompa

yang ada dan biasa dipergunakan adalah sebagai berikut:

a. Poros tegak (Vertikal propeiier and mixed flow)

b. Pompa dalam air (Submersible vertical dan horizontal )

c. Centrifugal (horizontal non –clog )

d. Skrup (screw)

e. Volute or Angle flow (Vertical)

Secara umum pompa-pompa tersebut adalah pompa yang

menggunakan tenaga listrik, tetapi ada juga yang menggunakan

Page 32: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

25

diesel. Pengoperasian pompa pada sistem polder lebih ditentukan

oleh kondisi muka air di waduk / long storage / kolam yang

disebabkan oleh hujan atau buangan domestik. Pompa yang

alirannya dibuang ke laut akan sedikit berbeda dengan yang

dibuang di Kanal. Pompa yang membuang ke laut tidak terlalu

terpengaruh oleh pasang surutnya air laut, tetapi yang membuang

ke kanal umumnya perbedaan tinggi tanggul kanal dapat menjadi

kendala. Beberapa kondisi keduanya adalah sebagai berikut:

A. Pemompaan dari polder ke laut kondisi muka air di waduk

sebagai berikut:

a. Muka air rendah (normal) pada kondisi tidak hujan,

pompa diistirahatkan untuk dilakukan pengecekan ringan,

pemberian pelumas, pengecekan kelancaran arus listrik

dari sumber dan panel.

b. Muka air naik karena buangan air domestik masuk

biasanya waktu pagi dan sore hari. Pompa dioperasikan

sampai muka air di waduk kembali normal

c. Terjadi hujan ringan pompa dioperasikan jika tinggi muka

air terjadi kenaikan.

d. Terjadi hujan lebat di area polder otomatis tinggi muka air

akan naik maka pompa harus dioperasikan secara

maksimal untuk mengembalikan kondisi tinggi muka air

menjadi normal kembali.

e. Untuk menjaga agar supaya pompa tidak memompa

sampai kering dan akan merusak baling-baling (propeller)

rusak maka harus ditentukan batas tinggi muka air

Page 33: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

26

terendah. Tinggi muka air terendah ini berada beberapa

centimeter diatas mulut bawah pompa.

f. Tinggi muka air normal berada pada level tinggi muka air

tanah. Sekalipun waduk dibuat dalam maka setelah

dipompa muka air akan kembali ke level normal lagi.

Volume waduk yang operasional untuk musim kemarau

dimulai dari muka air normal sampai muka air maksimal.

Untuk musim hujan volume waduk operasioanal mulai

dari muka air terendah mulut pompa sebab volume

tampungan dibutuhkan lenbih besar sesuai bsarnya debit

yang masuk lewat inlet.

B. Pemompaan ke kanal pemompaan ke badan air berupa kanal

atau sungai prosedurnya sama dengan ke laut. Hanya saja

terkadang untuk meletakkan pompa terkendala oleh adanya

tanggul. Apalagi kalau diameter pompanya besar dapat

mengganggu lalu lintas di atasnya jika pompa harus diletakkan

di atas tanggul.

3.3. Penggunaan Sistem Polder

Penerapan sistem polder dapat memecahkan masalah banjir

perkotaan. Sistem polder adalah suatu subsistem-subsistem

pengelolaan tata air yang sangat demokratis dan mandiri yang

dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk masyarakat dalam

hal pengendalian banjir kawasan permukiman mereka. Unsur

terpenting di dalam sistem polder adalah organisasi pengelola, tata

Page 34: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

27

kelola sistem berbasis partisipasi masyarakat yang demokratis dan

mandiri, serta infrastruktur tata air yang dirancang, dioperasikan

dan dipelihara oleh masyarakat. Adapun pemerintah hanya

bertanggung jawab terhadap pengintegrasian sistem-sistem polder,

pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan sungai-sungai

utama. Hal tersebut merupakan penerapan prinsip pembagian

tanggung jawab dan koordinasi dalam good governance [17].

Untuk menerapkan sistem polder, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu :

a. Pemanfaatan lahan di sekitar tanggul harus dikontrol seketat

mungkin, paling tidak sepanjang bantaran sungai dan tanggul

kanal harus bebas dari bangunan dan permukiman liar.

Daerah ini memiliki resiko tertinggi bila terjadi banjir.

Alternatif pemanfaatannya bisa berupa taman ataupun jalan.

Berkait dengan tata ruang secara umum, penegakan ketentuan

tata ruang seperti guna lahan (land use) dan koefisien dasar

bangunan (KDB) juga harus benar-benar dilaksanakan, tidak

sekadar menjadi proyek untuk menghabiskan anggaran

pemerintah.

b. Ketika semua air buangan dialirkan ke laut, ancaman banjir

dari laut juga perlu diperhatikan. Bukan tidak mungkin

gelombang pasang akan membanjiri kota melalui kanal banjir

yang ada. Mungkin saja diperlukan pintu atau gerbang kanal

yang bisa dibuka-tutup sewaktu-waktu.

c. Sistem polder amatlah bergantung pada lancarnya saluran air,

kanal, sungai, serta kinerja mesin-mesin yang memompa air

Page 35: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

28

keluar dari daerah polder. Aspek perawatan (sumber daya

manusia dan peralatan) perlu mendapat perhatian dalam

bentuk program kerja dan anggaran. Yang terjadi selama ini

kita lebih pandai mengadakan sarana dan prasarana publik

ketimbang merawatnya.

d. Resapan air hujan perlu lebih dimaksimalkan melalui daerah

resapan mikro seperti taman, kolam, perkerasan yang

permeabel, dan sumur resapan. Prinsipnya adalah

mengurangi buangan air hujan ke sungai dan memperbanyak

resapannya ke dalam tanah. Di sini, peran arsitek, kontraktor,

dan pemilik properti amatlah penting untuk mengalokasikan

sebagian lahannya untuk fungsi resapan seperti taman rumput

(bertanah) dan sumur resapan. Daerah resapan yang tidak

terlalu luas namun jika banyak jumlahnya dan tersebar di

seluruh penjuru kota tentu akan memberikan kontribusi yang

signifikan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah.

Sistem polder merupakan upaya struktural penanggulangan

banjir yang konsekuensinya jelas adalah biaya yang amatlah besar

dan waktu yang lama, baik untuk pembebasan tanah, pembangunan

fisik, maupun untuk pengadaan dan perawatan mesin-mesin dan

peralatan. Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah upaya non-

struktural yang berkaitan dengan pendidikan publik. Upaya

membangun kesadaran seperti tidak membuang sampah di saluran

air, memperbanyak penanaman pohon, menggunakan perkerasan

grass-block dan paving-block yang permeabel, atau bahkan

Page 36: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

29

bagaimana bersikap ketika banjir datang akan jauh lebih berguna

untuk mencegah banjir dan meminimalisir kerugian akibat banjir

yang bisa datang setiap tahun [18].

3.4. Konsep Pengeringan Sistem Polder dengan Pompa

Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan

untuk mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi

atau jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip dasar kerja

pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga,

baik itu listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut

atau sungai/banjir kanal yang bagian hilirnya akan bermuara di laut

[19].

Biasanya pompa digunakan pada dataran rendah atau

keadaan topografi yang datar, sehingga saluran-saluran yang ada

tidak mampu mengalir secara gravitasi. Jumlah dan kapasitas

pompa yang disediakan di dalam stasiun pompa harus disesuaikan

dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan. Pompa yang

menggunakan tenaga listrik, biasa disebut dengan pompa jenis

sentrifugal, sedangkan pompa yang biasa menggunakan tenaga

diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa submersible [18].

Page 37: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

30

Kelengkapan sarana

fisik sistem polder,

antara lain adalah

saluran air, kanal,

kolam penampungan

memanjang, waduk,

tanggul, dan pompa.

Page 38: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

31

BAB 4 SISTEM POLDER KALI BANGER

DI SEMARANG

4.1. Pendahuluan

Banjir telah menjadi permasalahan yang hampir rutin

dihadapi oleh beberapa kota besar di Indonesia dalam beberapa

tahun terakhir, terutama yang berada di pesisir dan terletak dalam

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar. Lebih jauh, banjir yang

terjadi di Semarang secara lebih terperinci disebabkan oleh 3 (tiga)

permasalahan utama, yaitu:

a. Fenomena alam: hujan setempat, debit DAS hulu, pasang surut

air laut (naiknya muka air laut sebagai dampak pencairan es di

Kutub Utara dan Selatan akibat pemanasan global), dan gejala

penurunan elevasi tanah (land subsidence).

b. Kondisi alam geografis, topografi, perubahan dimensi sungai,

penyempitan, slope, meandering, pendangkalan karena

Page 39: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

32

sedimentasi, back water (dalam istilah lokal sering disebut

rob) pasang surut dan sebagainya.

c. Aktivitas manusia: pengelolaan operasionalisasi dan

pemeliharaan (OP) yang tidak memadai termasuk dalam

kegiatan artificial yang dapat mengantisipasi sesaat (antara

lain stasiun pompa), perubahan tata ruang, tata guna lahan

(termasuk proses konsolidasi tanah di area pesisir), tata olah

lahan (termasuk pengambilan air tanah berlebihan yang tidak

imbang dengan kemampuan pengisian air tanah).

Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah

mengalami pertumbuhan yang pesat dalam berbagai aspek, baik

aspek sosial, ekonomi maupun perdagangan. Selain dampak positif

akan pertumbuhan yang tersebut, Kota Semarang juga mengalami

persoalan lingkungan yang serius. Di wilayah Semarang bagian

utara yang dekat dengan bagian pantai (lebih dikenal dengan

Semarang Bawah), muncul berbagai permasalahan lingkungan

seperti banjir dan rob. Banjir dan rob telah lama menjadi persoalan

yang tidak mudah diatasi, utamanya di Kecamatan Semarang Utara.

Kawasan yang wilayahnya menjadi langganan rob dan banjir

adalah Kelurahan Tambakmulyo, Tambakrejo, Tanjung Mas serta

Bandarharjo. Banjir di kawasan tersebut rata-rata mencapai

ketinggian antara 30 dan 40 cm, tetapi lokasi yang paling parah

adalah Tambakmulyo dan Tambakrejo, karena memang paling

dekat dengan pantai [20]

Page 40: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

33

Permasalahan banjir di Kota Semarang telah mencapai

kondisi yang memprihatinkan karena menyebabkan terhambatnya

berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Banjir yang terjadi di

kawasan Bandara Ahmad Yani telah menghambat lalu lintas

penerbangan. Demikian pula banjir di bagian timur dan barat Kota

Semarang telah menghambat lalu lintas masuk dan ke luar Kota

Semarang dari kedua arah tersebut. Banjir yang terjadi di beberapa

bagian pusat kota, seperti di Kawasan Johar, Pelabuhan Tanjung

Emas, dan beberapa kawasan permukiman juga menghambat

kegiatan ekonomi dan sosial di kawasan tersebut [13]. Di antara

berbagai sistem penanganan banjir, Sistem Polder telah dianggap

sebagai salah satu solusi struktural yang dipilih dan menjadi

prioritas untuk diimplemetasikan di Kota Semarang. Pembangunan

sistem polder di Semarang diawali dengan ditandatanganinya

beberapa perjanjian kerja sama antara Pemerintah Indonesia,

Pemerintah Kerajaan Belanda, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,

dan Pemerintah Kota Semarang.

4.2. Sistem Polder Banger

Sistem Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan

bangunan fisik yang meliputi sistem drainase, kolam retensi,

tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan pintu air

sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan. Sistem

Polder yang bertujuan untuk mengendalikan banjir perkotaan

secara terpadu merupakan sistem pengendalian banjir yang telah

berhasil diterapkan di Belanda dan Singapura. Beberapa polder

Page 41: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

34

yang telah beroperasi seperti Polder Kali Semarang, Polder

Tawang, Polder Tanah Mas maupun Polder Banger untuk

mengatasi banjir dan rob [21].

Nama Polder Banger itu sendiri diambil dari nama saluran

drainase primer di area tersebut, yaitu Kali Banger. Adapun batas

area polder Banger adalah pada sebelah utara: Jalan Arteri Utara

(Jalan tol lingkar luar); sebelah Timur: Banjir Kanal Timur (BKT);

sebelah Selatan: Jalan Brigjen Katamso; dan sebelah Barat: Jalan

Ronggowarsito. Area polder Banger meliputi Kecamatan Semarang

Timur seluas 530 ha dengan penduduk sekitar 84.000 jiwa. Kali

Banger mengalir dari selatan ke utara, langsung menuju laut.

Panjang Kali Banger 5,250 m, dengan lebar di bagian hulu 10 m

dan di bagian hilir sampai dengan 30 m. Keseluruhan area Kali

Banger meliputi luasan 11 ha. Ketinggian permukaan air Kali

Banger sebelah utara tergantung pasang surut air laut. Pada saat

pasang ketinggian permukaan mencapai +0.50 m dpa, sedangkan

pada waktu surut sekitar -0.50 m dpa. Karena itu, banjir terjadi

karena dua mekanisme, yaitu limpasan air yang meluap dari

tanggul Kali Banger ketika pasang tinggi dan tertutupnya muara

Kali Banger sehingga curah hujan yang turun tidak teralirkan. Di

sebelah selatan, ketinggian permukaan air Kali Banger tidak

terpengaruh pasang surut. Ketinggiannya sekitar +1.00 m dpa, lebih

tinggi daripada pasang tertinggi. Genangan yang terjadi di sebelah

selatan lebih banyak disebabkan curah hujan yang tinggi. Kali

Banger mengalami sedimentasi akibat sedimen bawaan air laut dan

dari jalan di kiri kanan kali yang tidak diperkeras. Ketinggian

Page 42: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

35

permukaan tanah di area Polder Banger termasuk sangat rendah

dengan ketinggian antara -0.50 dpa sampai dengan +0.50 dpa.

Dengan kata lain, pada saat pasang air laut sebagian area Polder

Banger dipastikan tergenang. Hampir setiap hari terjadi banjir

dengan frekuensi yang semakin tinggi. Jalan Ronggowarsito

sebelah utara bahkan dikenal sebagai genangan abadi. Permukaan

tanah di sekitar Banger mengalami penurunan signifikan dengan

rata-rata 9 cm/tahun. Penurunan tinggi permukaan tanah (land

subsidence) dapat dilihat dengan jelas pada beberapa bangunan

rumah yang tidak ditinggikan sementara jalan di depan rumah

tersebut ditinggikan, secara berkala. Dengan kondisi penurunan

permukaan tanah dan naiknya permukaan laut, bila tidak ditangani

dengan tepat, dalam 10–20 tahun lagi, 85% dari area Banger akan

mengalami banjir permanen dan aset-aset yang berada di dalamnya

dimungkinkan hilang. [13]

Gambar 4.1 Struktur Sistem Polder Banger Semarang

Page 43: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

36

Selain permukiman, dalam area Banger terdapat jaringan rel

kereta api, jaringan distribusi BBM milik Pertamina, gudang

senjata yang sudah terendam, dan industri-industri kecil. Kawasan

Banger merupakan kawasan yang berada di sekitar Kali Banger di

Kota Semarang. Kawasan ini terdiri atas sepuluh kelurahan di

Kecamatan Semarang Tengah, meliputi luas lebih kurang 550 ha.

Jumlah kepala keluarga yang tinggal di kawasan tersebut lebih

kurang 21.160 KK, dengan jumlah penduduk yang tinggal di

kawasan tersebut lebih kurang 84.000 jiwa [22].

Gambar 4.2 Rumah Pompa Polder Banger

Page 44: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

37

BAB 5 PEDOMAN PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM POLDER

PADA POLDER BANGER

5.1. Definisi Operasi dan Pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan sistem polder merupakan upaya

menjaga dan mengamankan sistem polder agar selalu dapat

berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan

mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan,

perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan

secara terus menerus. Contoh kasus berikut diambil dari sistem

Polder Banger di Semarang, yang merupakan pilot project

kerjasama antara Pemkot Semarang dan HHSK Rotterdam

Waterboards, Belanda [21].

Page 45: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

38

5.1.1 Operasi

Pengoperasian sistem polder mencakup pengoperasian pada

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, yang

diperlukan untuk melakukan fungsi polder dan unsur-unsurnya

selama masa pakai. Misalnya pengoperasian pompa (perpindahan

on-off, pendaftaran jam operasional, pengisian bahan bakar

generator pompa, dan lain sebagainya).

5.1.2 Pemeliharaan

Pemeliharaan sistem polder mencakup semua kegiatan

teknis yang diperlukan untuk menjaga fungsi polder dalam kondisi

baik, misalnya inspeksi, perbaikan dan pembersihan bekerja. Pada

dasarnya ada dua jenis / strategi pemeliharaan (gambar 5.1):

1. Pemeliharaan preventif, yang dapat dibagi dalam:

a. Pemeliharaan berbasis kondisi;

b. Pemeliharaan berbasis preventif;

2. Pemeliharaan korektif, yaitu pemeliharaan berbasis korektif.

Gambar 5.1. Strategi Pemeliharaan

Page 46: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

39

5.1.2.1 Pemeliharaan preventif

Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang

dilaksanakan dalam periode waktu yang tetap atau dengan kriteria

tertentu pada berbagai tahap proses operasional system polder.

Tujuannya agar area dalam sistem polder kering dengan elevasi air

terkendali [23].

A. Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition based

Maintenance-Con BM)

Ini adalah jenis yang paling umum dari perawatan. Kondisi

bagian dari sistem polder ditentukan setelah jangka waktu

tertentu dengan cara inspeksi. Perbaikan dilakukan ketika

kondisi elemen dalam sistem Polder sudah mulai rusak atau

masa layannya sudah terlampaui. Tipe pemeliharaan ini

sebagian besar mengarah ke pemeliharaan preventif. Proses

pemeriksaan merupakan aspek penting dari strategi ConBM

dan terdiri dari tiga langkah:

a. Pengamatan kondisi dan pelaporan.

b. Pengolahan data observasi dan menyimpulkan kondisi.

c. Keputusan terhadap apa perawatan yang diperlukan dan

memulai perawatan.

B. Pemeliharaan Berbasis Preventif (Preventif based

Maintenance - PBM)

Setelah sejumlah penggunaan setiap elemen (misalnya umur

hidup mesin atau jam operasional) telah berlalu, bagian dari

sistem akan diganti atau diperbaiki. Jenis pemeliharaan

Page 47: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

40

dipilih, bila untuk risiko yang lebih besar. Kondisi elemen

diperkirakan saat inspeksi. Pemeliharaan dilakukan

tergantung pada intensitas penggunaan.

5.1.2.2 Perawatan berbasis korektif (Corrective Based

Maintenance - CBM)

Ciri utama dari CBM adalah bahwa perbaikan hanya akan

dilakukan setelah diketahui ada kerusakan elemen dan

mengakibatkan sistem tidak berfungsi, kondisi tersbut disebut

pemeliharaan korektif. Jenis pemeliharaan dipilih untuk resiko

yang lebih besar dan dibandingkan dengan biaya pemeriksaan dan

pemeliharaan. Tabel 5.1 memperlihatkan ringkasan kondisi di

mana dasar pendekatan pemeliharaan dipilih untuk diputuskan.

Tabel 5.1. Ringkasan kondisi untuk strategi pemeliharaan

(Witteveen+Bos, 2009)

Risiko>Biaya

I+M?

Tersedia

Alternatif

Kondisi

Sistem

Terukur

Momen

Kegagalan

Diprediksi

Strategi

Yang

Diterapkan

Tidak Ya - Tidak CBM

Ya Tidak - Ya PBM

Ya Tidak Ya Tidak ConBM

5.2. Tanggul dan Bendung

Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan

kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran

drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu

kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan

banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit

Page 48: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

41

dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat

dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai

sistem drainase yang terkendali.

5.2.1. Fungsi

Area sistem Polder perlu dilindungi terhadap banjir. Fungsi

tanggul adalah untuk melindungi polder terhadap banjir dari sungai

dan Laut. Untuk lokasi Polder Banger, diperlukan tanggul sisi

utara yang melindungi polder Banger terhadap banjir dari laut.

Tanggul sisi timur melindungi terhadap banjir dari sungai yaitu

Kanal Banjir Timur. Tanggul dalam sistem polder memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Ketinggian tanggul setidaknya 0,5 m lebih tinggi dari muka

air desain laut dan sungai yang dibatasi. Elevasi tanggul

memperhatikan penurunan tanah selama 10 tahun ke

depan.

b. Stabilitas kontruksi harus aman terhadap beberapa pengaruh

beban di sekitarnya.

5.2.2. Contoh data infrastruktur di Polder Banger

Polder Banger memiliki pembatas dengan laut dan sungai: tanggul

sisi utara, bendung Sungai banger dan tanggul sisi timur. Semua

tanggul dirancang untuk jangka waktu operasional minimal 10

tahun.

a. Tanggul Utara

Page 49: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

42

Tanggul utara merupakan Jl. Arteri dari Kali Baru di barat

sampai Kali Banger di timur. Panjangnya sekitar 2.500 m.

Ketinggian desain tanggul, setelah 10 tahun adalah 1,7 m +

MSL.

b. Bendung Kali Banger

Bendung Kali bangerdiletakkan semula di hilir jembatan

Kanal Banjir Timutr. Karena tanggul sungai tersebut kurang

tinggi, kemudian digeser di lokasi tepat sebelum Jembatan

KBT. Ketinggian desain tanggul, yang tinggi setelah 10

tahun (akhir desain masa pakai) adalah 1,7 m + MSL. Saat

bendung pertama dibuat dengan urugan tanah di ketinggiian

+ 3,20 m MSL.

c. Tanggul Timur

Tanggul timur mengikuti Kanal Banjir Timur (KBT) dari

persimpangan dengan Jl. Arteri di utara sampai Jembatan

KBT di Jalan Majapahit di selatan. Panjangnya berkisar

6.00 m. Gambar 4.2 menunjukkan bagian khas tanggul.

Tanggul terdiri dari urugan tanah liat, ditutupi dengan

pelindung rumput. Tiang bambu panjang 5 m digunakan

untuk memberikan stabilitas yang diperlukan untuk lereng.

Kecuraman lereng adalah 1:2 (v: h). Ketinggian desain

tanggul, yang tinggi setelah 10 tahun (akhir desain masa

pakai), bervariasi dari 2.1m + MSL di utara sampai 3,2 m +

MSL di selatan.

Page 50: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

43

Gambar 5.2. Bagian tanggul timur

5.2.3. Risiko dan strategi pemeliharaan

5.2.3.1. Peristiwa kegagalan dan konsekuensi

Tanggul dianggap gagal ketika air meluap dari laut atau

KBT terjadi. Skenario kasus terburuk adalah ketika kegagalan

tanggul bertepatan dengan tinggi air laut atau sungai terlampui.

Menurut perkiraan, tingkat air laut pada tahun 2018 akan menjadi

1.30m + MSL. Dengan ini ketinggian air 75 % dari adri

permukaan tanah di polder Banger. Ketika banjir terjadi,

kedalaman genangan dari 75 % dari polder yang lebih dari 1 m

(mengingat volume air laut menjadi tak terbatas dan reparasi dari

tanggul tidak mungkin). Konsekuensi kerugian setelah kegagalan

tanggul adalah kerusakan aset dan infrastruktur serta dimungkinkan

korban jiwa.

Penting untuk desain pembangunan dan juga O & P, bahwa

perlu dihindari adanya kabel, pipa tekanan dan saluran terletak

dalam tubuh tanggul. Karena tanggul perlu dipersiapkan untuk

Banger Banjir Kanal Timur

(BKT)

Page 51: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

44

ditinggikan, maka diperlukan area cadangan sebagai kemiringan

dari peninggian tanggul.

5.2.3.2. Mekanisme kegagalan

Kegagalan tanggul bisa terjadi karena dua alasan utama :

a. Tanggul menjadi lebih rendah dari air laut / sungai (air

mengalir di atas)

b. Tanggul runtuh

Mekanisme yang paling penting yang dapat memicu dua

tersebut pada Tabel 5.2. Lebih lanjut, Tabel ini memperlihatkan

dapat diprediksi dan terukur mekanisme kegagalan. Kemudian di

kolom terakhir menunjukkan alternatif pemeliharaan yang

dilakukan.

Tabel 5.2. Mekanisme antisipasi kegagalan tanggul

Penyebab

utama

keruntuhan

Mekanisme

Pemicu

Mekanisme

dapat

diprediksi*)

Mekanisme

dapat

diukur*)

Ketersediaan

alternatif*)

Terlalu

rendah

Elevasi air

lebih tinggi

dari perkiraan

- + Tidak

Penurunan

tanah dan

pemadatan

yang melebihi

perkiraan

- + Tidak

Runtuh

Perpipaan - + Tidak

Ketidakstabilan

makro pada

luar dan dalam

- + Tidak

Page 52: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

45

lereng

Kerusakan

revetmen

5.2.3.3. Strategi perawatan

Mekanisme pengukuran kegagalan tidak cukup untuk

memprediksi dampak dari kegagalan tersebut. Oleh karena itu

strategi ConBM dianggap sesuai untuk monitoring tanggul.

Pemeriksaan (inspeksi) akan dilakukan secara berkala. Berikutnya

pemeliharaan akan dilakukan ketika hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa batas tertentu terlampaui (maintenance

threshold).

5.2.4. Pedoman inspeksi dan pemeliharaan

Pemeriksaan dan perawatan yang harus dilakukan disajikan

dalam tabel 5.3. Sarana yang diperlukan untuk inspeksi dan

pemeliharaan diberikan dalam masing-masing Tabel 5.4 dan Tabel

5.5.

Tabel 5.3. Pemeliharaan analisis tugas untuk ConBM

Mekanisme

Pemicu

Kegiatan

Pemeliharaan

Kegiatan

Inspeksi

Frekuensi

Inspeksi

(#/Tahun)

Batas

Perawatan

Ketinggian air

(melebihi dari

espektasi)

Peninggian

Tanggul

Pemantauan

ketinggian air

(BKT debit dan

ketinggian air

laut)

365

(setiap

hari)

Melebihi

desain

Nilai

Land

subsidence dan

settlement

Peninggian

Tanggul

Memantau

penurunan

tanah dengan

1 Melebihi

desain

Nilai

Page 53: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

46

(melebihi dari

espektasi)

mengukur

permukaan air

laut rata-rata

relatif terhadap

tingkat puncak

(atau

menggunakan

tolok ukur

stabil)

Perpipaan Meningkatkan

misalnya

pelindung

rembesan

panjang

misalnya

rembesan

selokan

Periksa apakah

ada perpipaan

dan angkat

(inspeksi

visual)

2, dan

selama

permukaan

air tinggi

If piping

c.q. heave

is present

Ketidakstabilan

makro dari

kemiringan

dalam dan luar

Memperbaiki

geometri

(misalnya

kemiringan

landai,

tanggul:

tergantung

pada hasil

penghitungan

ulang)

Menghitung

ulang stabilitas

berdasarkan

parameter

kekuatan tanah

aktual (dengan

pengambilan

sampel) dan

geometri serta

beban Tanggul

1 Jika faktor

keamanan

<1 (Merah.

[I])

Kerusakan

pelindung

Ganti atau

pasang

kembali

pelindung dan

singkirkan

bangunan

ilegal

Check

condition grass

padang and

illegal

buildings

52

(setiap

seminggu)

Jika

tutupan

rumput

<70% (Ref.

[Ii} resp

ketika ada

bangunan

ilegal

5.2.4.1. Pedoman inspeksi

Beberapa sarana dibuthkan saat melakukan inspeksi

sebagaimana Tabel 5.4 berikut ini.

Page 54: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

47

Tabel 5.4. Sarana yang dibutuhkan inspeksi

No. Inspection activity

Inspection

Frekuensi

[#/year]

Penambangan Peralatan

DI1 Pemantauan

ketinggian air (BKT

debit dan ketinggian

air laut)

365

(setiap hari)

Dengan berjaga

di stasiun

pompa

Pengukur

ketinggian air

DI2 Memantau penurunan

tanah dengan

mengukur permukaan

air laut rata-rata

relatif terhadap

tingkat puncak (atau

menggunakan tolok

ukur stabil)

1 Survey team

(4)

Peralatan

Leveling

DI3 Periksa apakah ada

perpipaan dan

pengangkatan

(inspeksi visual)

2, and

during high

water levels

Dengan

mengatur item

DI5

Lihat item

DI5

DI4 Menghitung ulang

stabilitas berdasarkan

parameter kekuatan

tanah aktual (dengan

pengambilan sampel)

dan geometri serta

beban Tanggul

1 Konsultan

Geoteknik

Ditentukan

oleh

konsultan

DI5 Periksa kondisi

padang rumput dan

bangunan ilegal

52

(setiap

seminggu)

2 Kamera

5.2.4.2. Pemantauan ketinggian air (Debit BKT dan tingkat air

laut) (DI1)

Tanggul dan bendungan adalah penting ketinggian airnya.

Hal ini perlu dipantau pada titik-titik yang berbeda di Banjir Kanal

Timur dan di Laut Jawa. Prediksi untuk tingkat pasut air di laut

tersedia di kantor BMKG. Fluktuasi elevasi air dapat diukur secara

manual atau otomatis. Hal ini perlu dilakukan oleh operator stasiun

pemompaan (Pi1) setiap hari di tempat yang sama. Pengukuran ini

Page 55: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

48

harus dipantau. Jika ketinggian air melebihi rencana, maka perlu

dilakukan tindakan misalnya mempertinggi tanggul) harus diambil .

5.2.4.3. Pemantauan penurunan tanah dengan mengukur rata-

rata permukaan laut air relatif terhadap tingkat

puncak (DI2)

Untuk mengetahui laju penurunan tanah, penting untuk

memantau ketinggian tanggul.Sebuah prediksi yang dibuat dapat

mengetahui penurunan tanah, tetapi kondisi nyata dapat berbeda

dari prediksi, sehingga perlu monitoring Pengukuran tinggi

tanggul perlu dilakukan setahun sekali oleh tim survei (4). Untuk

pengukuran, perlu peralatan mendapatkan rata-rata permukaan air

diperlukan. Cara untuk mengukur penurunan tanah adalah

mengambil titik tetap di lokasi (misalnya bangunan yang

didirikan). Menandainya pada titik tersebut, mengukur dan

memonitor tingkat penurunan tanah. Pada Gambar 5.3, representasi

pengukuran penurunan tanah.

Gambar 5.3. Skematisasi pengukuran penurunan tanah

Page 56: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

49

5.2.4.4. Periksa terhadap kelongsoran (piping) tanggul dan

bendung (inspeksi visual) (DI3)

Air yang mengalir melalui tanggul dapat menyebabkan

tanggul runtuh. Pemeriksaan diperlukan beberapa kali dalam

setahun setidaknya 2 kali. Piping dapat dideteksi dari sebuah

bocoran di tanggul atau bendung.

Metode untuk menangani bocoran pada dinding tanggul dan

bendung yang sederhana adalah menggunakan karus berisi pasir.

Material ini digunakan untuk menutup tanggul yang bocor juga

dapat menambah sementara tanggul yang mengalami

penurunan.Beberapa tumpukan lembaran geotekstil merupakan

metode kerja mahal tapi baik. Metode geotekstil adalah solusi

murah baru tapi efektif. Geotekstil ditempatkan pada tanggul dan

permeabel tetapi tidak membuat pasir lolos. Metode yang terakhir

adalah metode belum banyak digunakan dalam praktek [24].

5.2.4.5. Perhitungan ulang stabilitas berdasar sampel

kekuatan tanah, dan perubahan geometri serta beban

tanggul (DI4)

Stabilitas tanggul perlu diperiksa (dihitung) untuk

memastikan tingkat keselamatan dengan kenaikan muka air secara

relatif terhadap Laut dan sungai. Pemeriksaan harus dilakukan

sekali setahun dan bisa dibantu oleh konsultan, karena Pengelola

air SIMA mungkin tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan

Page 57: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

50

untuk melakukan tugas ini. Seorang konsultan geoteknik

diperlukan untuk membantu pemantauan dan analisis stabilitas ini.

5.2.4.6. Periksa kondisi lereng tanggul dan bangunan liar (DI5)

Membuat bangunan ilegal di tanggul dapat memiliki

pengaruh buruk pada stabilitas tanggul. Karena kegiatan

pembangunan di tanggul bisa melemahkan stabilitas tanggul. Juga

kegiatan pemeriksaan dan perawatan tidak dapat dilakukan dengan

baik dengan adanya bangunan liar. Jika ada rumah yang hadir di

tanggul itu harus secepatnya ditertibkan. Kondisi gebalan rumput di

tanggul juga perlu dipantau dan dipelihara. Rumput akan mencegah

erosi pada tanggul. Tanggul harus diperiksa diantaranya kerusakan

pelindung. Persentase gebalan rumput menutupi kebutuhan tanggul

minimal 70%. Inspeksi visual ini perlu dilakukan 52 kali dalam

setahun. Sebuah kamera bisa membantu dengan inspeksi visual ini.

5.2.4.7. Pedoman Perawatan

Berikut ini adalah tabel pemeriksaan keadaan, tindakan dan

peralatan.

Tabel 5.5. Pemeriksaan Keadaan

Kode Kegiatan

Perawatan

Tindakan Peralatan

DM1 Tingkatkan

Tanggul

Tergantung pada

hasil pemeriksaan

Tergantung pada

inspeksi

DM2 Tingkatkan

Tanggul

Idem Idem

DM3 Memperbaiki

pelindung c.q.

panjang rembesan

c.q. rembesan parit

Idem Idem

Page 58: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

51

DM4 Memperbaiki

Geometri (mis.

Kemiringan

lembut, tanggul)

Idem Idem

DM5a Hapus bangunan

ilegal

Idem Idem

DM5b Pertahankan c.q.

memperbaiki

pelindung

(memindahkan

rumput)

supervised by

penambangan item

DI5

n/a

5.2.4.8. Peninggian Tanggul (DM1)

Tanggul perlu ditinggikan karena tanggul dan tanah di

bawahnya menyusut sedikit sentimeter setiap tahun. Pemeriksaan

mungkin menunjukkan bahwa tanggul terlalu rendah, dalam hal ini

perlu untuk meningkatkan tanggul. Untuk peninggian tanggul ada

dua alternatif yaitu mempertinggi tanggul dengan galian tanah dari

sungai dan kanal atau mendapatkan tanah dari lokasi lain. Tanah

harus sesuai dengan tanggul dan harus memperkuatnya. Pasir bisa

digunakan untuk membentuk badan tanggul, yang dilapisi tanah liat

dengan rerumputan. Gebalan rumput tersebut akan menjaga

struktur tanggul dan mencegah erosi. Peralatan yang bisa

digunakan adalah ekskavator dan ponton. Ekskavator ponton dapat

digunakan jika tanah dari kanal dan sungai sesuai untuk konstruksi

tanggul. Menggunakan material kerukan merupakan solusi yang

lebih baik (jika tanahnya keras, kualitas bagus dan tidak tercemar

sampah, mis. bagian plastik), karena tanah tersebut perlu didaur

ulang.

Page 59: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

52

Peninggian Tanggul (DM2)

Sama dengan DM1

Meningkatkan c.q. pelindung rembesan panjang c.q. rembesan

selokan (DM3)

Sama dengan DM1

Meningkatkan geometri (mis. lereng lembut, tanggul) (DM4)

Sama dengan DM1

Penertiban bangunan liar (DM5a)

Bangunan-bangunan yang dibangun di atas tanggul perlu

dihapus untuk perlindungan tanggul, berapa banyak waktu yang

diperlukan dan seberapa sering perlu akan jelas setelah inspeksi.

Menjaga dan meningkatkan pelindung lereng (gebalan

rumput) (DM5b)

Tanah di tanggul dapat dengan mudah hanyut oleh hujan

atau dengan berjalan di tanggul. Untuk itu rumput di tanggul

penting karena memegang tanah bersama-sama, sehingga

memperkuat tanggul. Setelah pemeriksaan menjadi jelas jika

rumput masih dalam kondisi baik dan berapa banyak perawatan

yang dibutuhkan. Rumput pelindung harus dipertahankan. Rumput

ini akan tetap pendek dengan menggunakan 44 ekor kambing. Jika

itu tidak bekerja, mesin pemotong rumput harus digunakan. Ini

Page 60: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

53

akan mengambil lebih banyak pekerjaan dan kebutuhan harus

dilakukan secara teratur.

Ketika rumput rusak atau hilang di beberapa tempat pada

langkah-langkah tanggul perlu diambil. Pertama kambing perlu

menghilang di tempat-tempat yang rusak pada tanggul karena

mereka akan merusak tanggul lagi. Setelah rumput yang dapat

diunggulkan di tempat-tempat yang rusak.

Tanah di tanggul dapat dengan mudah tersapu oleh hujan

atau saat orang berjalan di tanggul. Untuk itu rumput di tanggul

penting karena menyatukan tanah, sehingga memperkuat tanggul.

Setelah dilakukan pemeriksaan, terlihat jelas apakah rumput

tersebut masih dalam kondisi baik atau rusak dan seberapa banyak

pemeliharaan yang dibutuhkan. Penahan rumput harus

dipertahankan. Rerumputan ini akan dibuat pendek penggunaan

yang alami misal kambing. Jika itu tidak berhasil, mesin pemotong

rumput perlu digunakan. Hal ini akan membutuhkan banyak

pekerjaan dan perlu dilakukan secara teratur. Jika rumput rusak

atau hilang di beberapa tempat di tanggul, tindakan perbaikan perlu

dilakukan. Setelah itu rumput bisa disemai di tempat yang rusak.

5.3. Stasiun Pompa

5.3.1. Fungsi

Fungsi utama dari stasiun pemompaan adalah untuk

melindungi wilayah polder terhadap banjir yang disebabkan oleh

curah hujan. Stasiun pompa tidak dapat berfungsi sendiri tetapi

bersama-sama dengan sistem saluran dan kolam retensi di wilayah

Page 61: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

54

polder. Ini berarti bahwa stasiun pemompaan tidak menjamin

polder bebas banjir, tanpa komponen lain berfungsi.

Fungsi dari stasiun pemompaan berjalan dengan baik

ketika: Memiliki kapasitas pemompaan yang memadai. Cukup

bebas dari penghalang yang dapat menghambat arus air masuk dan

keluar dari pompa.

Stasiun pompa juga memiliki fungsi untuk membantu area

polder dari banjir dari luar, misal ada luapan sungai.namun dalam

batas tertentu.

5.3.2. Komponen rumah pompa

Stasiun pompa (gambar 5.4) terdiri dari sub-komponen

berikut:

a. Pompa baling-baling;

b. Inlet dan memompa Kolam;

c. Pipa pembuangan dan stop kontak;

d. Genset dan bahan bakar tank;

e. Crane overhead;

f. Ruang kontrol;

g. Rumah jaga;

h. Struktur tumpukan lembar;

i. Struktur tanah (tanggul);

j. Trotoar.

Sub-komponen yang paling penting dijelaskan lebih rinci di bawah.

Page 62: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

55

Gambar 5.4. Denah stasiun pompa, contoh di Polder banger (Bos,

Detail desain laporan, 2009)

5.3.2.1. Pompa

Lima pompa submersiible aksial dipasang, yang satu adalah

pompa cadangan. Setiap pompa memiliki kapasitas 2,0 m3/s,

sehingga total kapasitas 10 m3/s. Motor dan baling-baling

ditempatkan di poros kolom.

A. Inlet dan memompa kolam

Air masuk ke inlet pompa yang dilindungi dengan beton bertulang.

Sampah dicegah mengalir ke inlet pompa dengan menggunakan

filter (trash rack).

Page 63: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

56

B. Pipa pembuangan dan outlet

Air dipompa terhubung ke pipa pembuangan horizontal,

yang terletak di tanggul. Katup penutup dipasang di mulut pipa

pembuangan untuk mencegah air dari sungai mengalir masuk ke

pompa. Saluran keluar menatur air dibuang ke sungai (BKT) dan

menumpu konstruksi dari beton bertulang dan dipasang di lereng

tanggul Sugai.

C. Generator set dan bahan bakar tangki

Tiga generator yang digunakan, yang satu merupakan

cadangan. Satu generator memfasilitasi dua pompa. Kekuatan

masing-masing generator 450 kVA. Generator ditempatkan dalam

satu ruang tersendiri. Ruang Generator memiliki sistem aliran

sendiri. Dua tangki digunakan untuk menampung bahan bakar. Satu

di dalam rumah pompa (untuk penggunaan sehari-hari) dan satu di

luar (untuk penggunaan mingguan). Tanki-tanki tersebut

dihubungkan oleh pipa.

D. Crane overhead

Overhead crane untuk pemeliharaan ditempatkan di atas

filter sampah di inlet, kemudian juga di ruang generator dan

pompa.

E. Struktur lembaran pile

Sheet pile beton digunakan untuk melindungi stasiun

pemompaan untuk alasan stabilitas. Sheet pile yang digunakan

Page 64: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

57

adalah 18 m panjang. Sheet pile merupakan bagian dari tanggul

timur.

5.3.2.2. Pedoman Pengoperasian Stasiun Pompa

Pengoperasian stasiun pompa merupakan kegiatan sehari-

hari yang diperlukan, kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Memeriksa secara otomatis On/Off switch generator dan

pompa (atau switch On/Off secara manual).

b. Pendaftaran jam operasional.

c. Mengatur level air di sistem Polder berdasar level air di inlet

pompa.

d. Mengatur level air di musim hujan dan kemarau berdasar

rumusan yang disepakati.

e. Tangki bahan bakar selalu siap untuk pengisian bahan bakar.

f. Menjaga kebersihan dan keamanan wilayah stasiun

pemompaan.

5.3.2.3. Beralih generator dan pompa On/Off

Pada prinsipnya, pompa dan generator akan menghidupkan

dan mematikan secara otomatis pada level tertentu air di Kali

Banger. Jika saklar disfungsi otomatis, pompa harus diaktifkan

On/Off secara manual. Sebuah alat ukur ketinggian air harus

dipasang untuk mengukur tingkat air di Kali Banger akurat relatif

terhadap MSL. Hasil kegiatan inspeksi DI1 dan DI2 dapat

digunakan untuk kalibrasi alat ukur ketinggian air.

Page 65: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

58

5.3.2.4. Pendaftaran jam operasional

Jam operasional selama operasional pompa harus didata

untuk memantau jumlah air dipompa dari area sistem Polder ke

Sungai / Laut.

5.3.2.5. Sesuaikan ketinggian air di Kali Banger

Tinggi air di sistem Polder harus mengikuti penurunan

tanah yang sebenarnya (9 cm / tahun) untuk memastikan kapasitas

penyimpanan yang cukup dan menjamin perbedaan tinggi air yang

cukup untuk mengalirkan air dari saluran sekunder ke Kali Banger.

Saklar On / Off operasional pompa dapat disesuaikan seperti pada

tabel 5.6. Tinggi air dapat diperiksa di inlet dimana pengukuran

dekat dengan stasiun pemompaan. Pengaturan tinggi mungkin

harus dikalibrasi ulang setelah beberapa saat (misal setiap 5 tahun),

karena penurunan tanah di area polder dan penurunan tanah di

rumah pemompaan yang didukung pondasi pancang yang dalam

sekitar 50 meter.

5.3.2.6. Penyesuaian ketinggian air pada musim kemarau dan

musim hujan

Pada musim kemarau, permukaan air harus dikendalikan

adalah 0,5 m lebih tinggi (1,50 m di bawah permukaan permukaan)

.

Tabel 5.6. Kontrol tabel tingkat 3,6 Air (stasiun pompa)

Operation Pumping Station

Switch on level(dry season) - 1.30 m MSL

Page 66: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

59

Switch off level(dry season) - 1.60 m MSL

Switch on level(wet season) - 2.00 m MSL

Switch off level(wet season) - 2.10 m MSL

5.4. Sistem Saluran dan Struktur

5.4.1. Fungsi

Fungsi umum dari sistem saluran dan struktur (bendung dan

gorong-gorong) adalah untuk melindungi daerah polder terhadap

banjir yang disebabkan oleh curah hujan dan air limbah (sistem

saluran pembuangan). Stasiun pemompaan dan kolam retensi

bekerja untuk memenuhi fungsi mengatur tinggi air di area Polder.

Sesuai gambar sebelumnya tentang semua komponen Polder)

Lebih spesifik, berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air dari

saluran tersier dan sekunder meelalui saluran primer (Kali Banger)

ke stasiun pemompaan dan kolam retensi. Selain itu, bendung

menahan air laut masuk ke darat dan saat hujan tinggi air di hulu

bendung naik, sehingga diperlukan kolam retensi untuk

mengurangi kenaikan air dari hujan di hulu bendung. Sebuah inlet

diperlukan untuk tujuan pembilasan terletak di bagian hulu wilayah

polder, direncanakan dari Sungai, dengan cara memompa air dari

Banjir Kanal Timur ke Kali Banger. Pembilasan ini diperlukan

untuk menjaga kualitas air yang baik [25].

Fungsi dari sistem saluran dan struktur dapat beroperasi

dengan baik bila:

Page 67: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

60

a. Sistem saluran memiliki kapasitas debit yang cukup

difasilitasi oleh saluran sekunder, gorong-gorong dan Kali

Banger.

b. Sistem saluran memiliki kapasitas penyimpanan yang

cukup difasilitasi oleh saluran sekunder, Kali Banger dan

kolam retensi.

5.4.1.1. Komponen dan sub-komponen

Sistem saluran dan struktur (gambar 3.1) terdiri dari sub -

komponen berikut:

a. Saluran primer (Kali Banger)

b. Saluran sekunder dan tersier

c. Gorong-gorong

d. Bendung

e. Inlet untuk pembilasan

Sub-komponen dijelaskan lebih rinci berikut ini:

A. Saluran primer (Kali Banger)

Kali Banger berfungsi sebagai saluran utama dalam sistem

polder Banger. Air hujan dari seluruh sistem dikumpulkan di Kali

Banger, kemudian mengalir ke kolam retensi, stasiun pemompaan

dan dibuang di luar. Panjang sungai dalam sistem terctat 4.500 m.

Lebar sungai bervariasi dari 6 sampai 40 m, dengan rata-rata 21

meter di bagian 1 (bagian terendah). Tanggul Kali Banger akan

dinaikkan ke level 2,75 m MSL dalam bagian saya untuk transisi

Page 68: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

61

sebelum dan setelah sistem operasional, disamping itu juga dapat

menyediakan kapasitas debit yang cukup.

B. Saluran sekunder dan tersier

Saluran sekunder dan tersier membentuk jaringan luas di

seluruh polder tersebut. Dalam saluran ini air yang mengalir dari

permukaan dikumpulkan dan diangkut ke saluran primer. Saluran

sebagian besar selokan beton kecil dengan lebar bervariasi dari 0,5

m - 4 m.

C. Gorong-gorong

Gorong-gorong terletak di antara saluran primer dan

sekunder perlu didata dan dipelihara kebersihannya. Gorong-

gorong tersebut memfasilitasi air dari saluran sekunder mengalir ke

Kali Banger. Gorong-gorong umumnya berbentuk kotak beton.

Dimensi yang sekitar tahun 1 m, lebar 1 m dan 5 - 7 m panjang

sesuai lebar jalan yang dilalui. Inlet gorong-gorong dilengkapi

dengan saringan kotoran untuk mencegah sampah mengalir ke

gorong-gorong dan ke sungai.

D. Bendung

Bendung merupakan komponen yang membatasi air laut

dengan sistem Polder. Bendung ini terletak di hilir Kali Banger.

Dalam implementasinya, semula bendung terletak di area Tambak

Lorok. Karena ada luapan air dari tanggul KBT antara stasion

pompa dan bendung sementara yang dibuat dengan urugan tanah.

Page 69: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

62

Kemudian bendung dibuat dekat dengan stasion pompa dan terletak

sebelum tanggul BKT.

E. Inlet untuk pembilasan

Asupan air yang dibutuhkan untuk menyiram Kali Banger

pada musim kemarau untuk mencegah air bau dan menjaga air

higienis. Air dipompa dari Banjir Kanal Timur ke saluran di hulu

Kali Banger, tepatnya di daeah Halmahera.

Sebuah inlet untuk pembilasan Kali Banger terletak di

bagian selatan polder, yaitu di Jl. Jembatan Katamso atau

Majapahit. Inlet terdiri dari pompa dihubungkan dengan pipa

panjang 160 m. Pompa mengambil air dari Banjir Kanal Timur ke

dalam pipa dari tempat itu dibuang ke saluran kali Banger di daerah

Halmahera. Lokasi pengambilan air untuk flushing (pembilasan)

disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 5.5. Sistem pengambilan air untuk flushing ke sistem kali

Banger. (Bos, Detailed design report, 2009)

Page 70: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

63

5.4.1.2. Pedoman pengoperasian sistem pompa inlet air untuk

flushing

Selama periode kering (setelah 5 hari tanpa hujan), pompa

intake air harus diaktifkan -On. Pompa dapat beralih -Off ketika

hujan terjadi. Air di Kali Banger perlu dibilas setidaknya setiap 20

hari untuk mencegah jentik nyamuk tumbuh. Air diambil dari

Banjir Kanal Timur (BKT) menggunakan pompa submergible

dengan kapasitas 0,125 m3/s. Hal ini hanya mungkin bila tingkat air

dari BKT setidaknya 2,00 m + MSL. Catu daya diatur oleh

generator kecil. Pengoperasian pompa terdiri dari kegiatan yang

diperlukan untuk fungsi pompa:

a) Saklar On / Off secara manual

b) Pendaftaran jam operasional

c) Tangki bahan bakar pengisian bahan bakar

d) Konsumsi bahan bakar Pendaftaran

A. Pompa switch on/off

Pompa akan diaktifkan secara manual. Pompa hanya dapat

diaktifkan pada tingkat air minimum dari Banjir Kanal Timur dari 2

m + MSL.

B. Pendaftaran jam operasional

Jam operasional harus dicatat untuk memantau jumlah air

yang diekstraksi.

Page 71: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

64

5.4.2. Risiko dan strategi pemeliharaan

5.4.2.1. Kegagalan dan konsekuensi

Sistem saluran dianggap gagal jika fungsinya tidak dapat

dipenuhi lagi, yaitu tidak ada penyimpanan air. Hal ini dapat terjadi

karena kegagalan dari satu atau lebih dari subkomponen. Skenario

kasus terburuk terjadi ketika kegagalan semua sub-komponen

bertepatan dengan waktunya. Misal karena curah hujan kedalaman

genangan maksimum adalah 0,2 m dalam kasus itu. Kerugian

terjadi terbatas pada kerusakan infrastruktur dan aset.

5.4.2.2. Mekanisme kegagalan

Kegagalan sistem saluran dapat terjadi ketika satu atau lebih

sub-komponen gagal. Alasan utama dari peristiwa kegagalan

tercantum di bawah ini:

a) Kegagalan saluran (debit dan / atau penyimpanan yang

tidak memadai)

b) Kegagalan bendung (blocking debit terlalu banyak atau

terlalu sedikit)

c) Kegagalan gorong-gorong (blocking discharge)

Selain itu, struktur inlet untuk pembilasan bisa gagal. Ini

tidak secara signifikan mempengaruhi fungsi keseluruhan sistem

saluran.

Page 72: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

65

5.4.2.3. Strategi perawatan

Strategi pemeliharaan yang sama berlaku untuk hampir

semua sub-komponen yang berbeda.Kondisi sistem saluran dan

struktur yang terukur, tetapi tidak cukup dapat diprediksi. Biaya

pemeriksaan dianggap rendah dibandingkan dengan konsekuensi

dari kegagalan. Oleh karena itu strategi ConBM dianggap sesuai

untuk sub-komponen. Pemeriksaan akan dilakukan secara berkala.

Pemeliharaan akan dieksekusi ketika hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa batas tertentu terlampaui (ambang batas

perawatan).

Kondisi pompa dari sistem inlet tidak dapat diprediksi dan

tidak cukup terukur. Risiko kegagalan dianggap rendah

dibandingkan dengan biaya pemeriksaan dan perawatan. Oleh

karena itu, CBM akan diterapkan sebagai strategi pemeliharaan

untuk item ini, meskipun tidak ada alternatif yang tersedia.

Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan dijelaskan dalam

paragraf berikutnya.

5.4.2.4. Pedoman inspeksi dan pemeliharaan

Pemeriksaan dan perawatan yang harus dieksekusi disajikan

dalam tabel 5.11. Sarana yang diperlukan untuk inspeksi dan

pemeliharaan diberikan dalam masing-masing tabel 5.12 dan tabel

5.13.

Tabel 5.7. Analisis Perawatan per sub-komponen

Sub-

Kompo

nent

Mekanis

me

pemicu

Strategi

Mainte-

nance

activity

Inspecti

on

activity

Inspec-

tion

Fre-

Thres-

hold

Page 73: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

66

kuensi

[#/year

]

Saluran Tersumb

at oleh

sedimen

ConBM Pengeruka

n

Pemanta

uan

ketebalan

sedimen

2/3 (di

musim

kemara

u dan

musim

hujan)

Jika

tingkat

lapisan

<nilai

desain

(2.5 m –

MSL,

meningk

at dengan

penuruna

n tanah

aktual

Tersumb

at

sampah

ConBM Pembersih

an sampah

Pemanta

uan

sampah

52

(setiap

seming

gu)

Jika ada

sampah

Bendun

gan

Tersumb

at

sampah

ConBM Pembersih

an sampah

Pemanta

uan

sampah

52

(setiap

seming

gu)

Jika ada

sampah

Runtuhn

ya

struktur

ConBM Perbaiki

struktur

Inspeksi

misalnya

deformas

i dan

analisis

struktural

0.2

(setiap

5

tahun)

Ditentuk

an oleh

spesialis

Gorong

- gorong

Tersumb

at

sampah

ConBM Pemindaha

n

Sampah

Pemanta

uan

sampah

52

(setiap

seming

gu)

Jika ada

sampah

Inlet

system

E/M

Pompa

Rusak

CBM Ganti /

perbaiki

parts

n/a n/a Jika ada

sampah

Tersumb

at

(misalny

a

sampah)

ConBM Pembersih

an sampah

Pemanta

uan

sampah

52

(setiap

seming

gu)

Jika ada

sampah

Pipa

Rusak /

Cacat

ConBM Support

pipe, Ganti

/ perbaiki

parts

Inspeksi,

pipa pada

deformas

i

0.5

(setiap

2

tahun)

Jika

fungsi

saluran

masuk

tergangg

Page 74: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

67

u

5.4.2.5. Pedoman Pemeriksaan

Ini sub-bab menjelaskan pedoman untuk kegiatan inspeksi

saluran dan struktur dalam Polder Banger. Tabel 5.12 memberikan

gambaran semua kegiatan inspeksi.

Tabel 5.8. Diperlukan pemeriksaan berarti per sub-komponen

Sub-

Kompo-

nent

Tidak Inspection

activity

Inspection

Frekuensi

[#/year]

Penamba

ngan Peralatan

Saluran CI1 Memantau

ketebalan

pemukiman

2/3 (di musim

kemarau dan

musim hujan)

Survey

team (4)

Levelling

Peralatan

CI2 Pemantauan

sampah

52

(setiap

seminggu)

2 n/a

Bendungan CI3 Pemantauan

sampah

52

(setiap

seminggu)

Penamban

gan CI2

n/a

CI4 Inspeksi

misalnya

deformasi

dan analisis

struktural

0.2

(setiap 5

tahun)

Konsultan

Struktur

Kamera,

Penggaris,

level

Gorong -

gorong

CI5 Pemantauan

sampah

52

(setiap

seminggu)

Penamban

gan CI2

n/a

Inlet

system

CI6 Pemantauan

sampah

52

(setiap

seminggu)

Penamban

gan CI2

n/a

CI7 Pipa

inspeksi

pada

deformasi

0.5

(setiap 2

tahun)

Konsultan

Struktur

Penggaris,

level

Kamera

Page 75: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

68

5.4.3. Saluran

5.4.3.1. Pemantauan ketebalan sedimen (CI1)

Ketebalan sedimen saluran harus diukur dan dipantau.

Sedimen Lainnya di saluran mengakibatkan kurang kapasitas

penyimpanan-dan drainase. Adalah penting bahwa ketebalan

sedimen tidak melebihi ketebalan tertentu. Ini harus diukur 2/3 kali

setahun (musim kering dan basah). Hasil pemeriksaan akan

menunjukkan jika pemeriksaan harus dilakukan lebih atau kurang

(rencana periksa tindakan). Ini harus dilakukan oleh tim Survey (4)

pihak ketiga Polder.

Saluran dalam Polder Banger dapat dibagi menjadi tiga

jenis. Pedoman untuk tiga jenis saluran yang dijelaskan di bawah

ini:

a) Tampungan Kali Banger harus cukup dalam untuk

memungkinkan kapasitas debit yang cukup. Dasar

minimum dari Kali Banger pada bagian polder saya perlu

MSL - 2,50 m . Ketika Kali Banger perlu digali, tingkat

lantaiharus MSL - 2,75 m untuk memungkinkan 0,25 m

masa depan sedimentasi. Bagian Polder II dan III tidak

perlu digali karena sistem memiliki kapasitas debit yang

cukup. Penting adalah bahwa setiap 10 tahun sistem harus

dievaluasi.

b) Tingkat desain dasar untuk saluran sekunder yang harus

dipertahankan diberikan dalam tabel 5.13. Saluran yang

ditampilkan dalam peta gambar 5.7.

Page 76: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

69

c) Saluran tersier sebagian besar selokan beton kecil dengan

lebar bervariasi dari 0,5 m - 4 m. Di udara saluran ini yang

lari dari permukaan dan rumah tangga dikumpulkan dan

diangkut ke saluran primer. Oleh karena itu, penting bahwa

saluran yang lebih kecil akan dibersihkan. Sedimen dalam

selokan dapat dengan mudah dihapus.

Gambar 5.7 (Report, 2009)

Page 77: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

70

Tabel 5.9. Diperlukan saluran tingkat menengah sekunder (Bos,

Detailed design report, 2009)

Channel Length [m] Width [m] Bed level [m+MSL]

Jl. Pengapon Utara 944 2.30 -1.80

Jl. Pengapon Selatan 937 1.70 -1.80

Pengaringan (F) 398 3.38 -1.20

Jl. Raden Patah Utara 1065 0.95 -0.76

Jl. Raden Patah

Selatan

1081 1.37 -1.30

Dr. Cipto Timur (T) 2154 1.92 -0.63

Kartini (U) 2071 3.06 -1.60

Mlatibaru 1 (L) 734 4.13 -1.33

Mlatibaru 2 (J) 145 3.00 -0.40

Citarum selatan (P) 511 2.00 0.27

Mlatiharjo utara (N) 235 0.46 0.95

Mlatiharjo selatan (N) 383 0.46 0.95

Bugangan 1 (Q) 413 1.25 1.09

Bugangan 2 (S) 929 1.25 0.50

Total 12000

5.4.3.2. Menggambarkan pemeliharaan pedoman / tindakan

yang harus diambil.

Pemantauan ketebalan sedimen dapat dilakukan dengan

penggunaan peralatan leveling (peralatan pengukuran batang /

sensor). Pengukuran harus dilakukan pada titik-titik yang berbeda

dalam saluran, ini berlaku untuk kedua panjang (misalnya setiap 50

meter) dan lebar saluran, karena ketebalan dapat bervariasi dari

titik ke titik. Pengukuran ini harus dicatat. Ketebalan sedimen saat

ini adalah rata-rata dari semua pengukuran yang diambil. Jika

ketebalan sedimen lebih besar dari tingkat sebenarnya tempat

lantai> tingkat desain, tindakan yang harus diambil.

Page 78: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

71

Gambar 5.8 menunjukkan bagaimana pengukuran ketebalan

sedimen harus dilakukan. Metode ini adalah dengan menggunakan

tiang pengukuran. Variabel A, dan B, dan tingkat air pertama harus

diukur sebelum ketebalan sedimen dapat dihitung. Variabel A

(kedalaman air) akan diukur dengan bantuan tiang pengukuran .

Pedoman untuk mengukur tingkat air ditampilkan pada

'Pemantauan ketinggian air (debit BKT dan tingkat air laut) (DI1)’.

Perhitungan B dan C dijelaskan pada gambar.

Gambar 5.8. Profil Saluran

Page 79: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

72

Monitoring sampah (CI2)

Jumlah sampah di saluran perlu dipantau. Sampah di

saluran mengurangi debit dan retensi kapasitas yang dapat

menyebabkan banjir di daerah Banger. Hal ini juga dapat

menyumbat struktur air seperti bendung, gorong-gorong, dan

stasiun. Monitoring pemompaan harus dilakukan 52 kali setahun

(setiap minggu). Sebelum, selama dan setelah curah hujan saluran

harus diperiksa sampah tambahan. Ini harus dilakukan oleh

Pengelola Polder (penambangan CI2). Pemeriksaan harus

dilakukan oleh mata. Setiap minggu anggota dari dewan polder

harus memeriksa saluran dan mencari sampah. Jika inspektur

menemukan sampah di saluran ia harus mencatat itu dan mengirim

tim pemeliharaan (Penambangan CI2) ke daerah ini untuk

membersihkan saluran.

5.4.3.3. Menggambarkan pemeliharaan pedoman / tindakan

yang harus diambil

Bendungan

Monitoring sampah (CI3)

Jumlah sampah di sekitar bendung perlu dipantau.

Bendungan dapat tersumbat dengan sampah dan mengurangi

kapasitas debit, yang dapat menyebabkan banjir di daerah Banger.

Pemantauan harus dilakukan 52 kali setahun (setiap minggu) dan

harus dilakukan oleh Pengelola Polder (penambangan CI2).

Sebelum, selama dan setelah curah hujan yang bendung harus

diperiksa sampah tambahan.

Page 80: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

73

Pemeriksaan harus dilakukan oleh mata. Setiap minggu

anggota dari dewan polder harus memeriksa bendung di Polder

Banger dan mencari sampah. Jika inspektur menemukan sampah di

dekat bendungan, ia harus mencatat itu dan mengirim tim

pemeliharaan (juga Penambangan CI2) ke daerah ini untuk

membersihkan bendungan.

5.4.3.4. Menggambarkan pemeliharaan pedoman / tindakan

yang harus diambil

Pemeriksaan pada deformasi dan analisis struktural (CI4)

Ada perubahan bendung merusak, yang dapat menyebabkan

struktur runtuh. Tanah-subsidence dan erosi merupakan faktor

terbesar yang menyebabkan deformasi. Bendung harus diperiksa

0,2 kali dalam setahun. Ini berarti harus diperiksa setiap 5 tahun.

Pemeriksaan harus dilakukan oleh konsultan struktural (pihak

ketiga).

Pemeriksaan harus dilakukan secara visual. Konsultan bisa

menggunakan kamera untuk membuat gambar mungkin deformasi.

Gambar-gambar dari tahun yang berbeda dapat ditempatkan di

samping satu sama lain untuk membandingkan mereka. Dengan

cara ini mudah untuk melihat perbedaan (deformasi) pada bendung.

pengelola juga dapat digunakan untuk mengukur penyelesaian

bendung. Dengan cara ini adalah mungkin untuk melihat apakah

bendung tersebut tenggelam atau deformasi. Jika beberapa bagian

yang rusak atau mengancam untuk menghancurkan mereka perlu

diperbaiki atau diganti.

Page 81: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

74

Gorong-gorong

Monitoring sampah (CI5)

Jumlah sampah di gorong-gorong perlu dipantau. Gorong-

gorong dapat tersumbat dengan sampah dan mengurangi kapasitas

debit yang dapat menyebabkan banjir di daerah Banger.

Pemantauan harus dilakukan 52 kali setahun (setiap minggu) dan

harus dilakukan oleh Dewan Polder (penambangan CI2). Sebelum,

selama dan setelah curah hujan gorong-gorong harus diperiksa

tambahan.

Pemeriksaan harus dilakukan oleh mata. Setiap minggu

anggota dari dewan polder harus memeriksa gorong-gorong di

Polder Banger dan mencari sampah. Jika inspektur menemukan

sampah di dekat atau di gorong-gorong, ia harus mencatat itu dan

mengirim tim pemeliharaan (Penambangan CI2) ke daerah ini

untuk membersihkan gorong-gorong.

5.4.3.5. Menggambarkan pemeliharaan pedoman / tindakan

yang harus diambil

Sistem inlet

Monitoring sampah (CI6)

Jumlah sampah di sekitar sistem inlet perlu dipantau.

Sistem inlet dapat tersumbat dengan sampah. Pemantauan harus

dilakukan 52 kali setahun (setiap minggu) dan harus dilakukan oleh

Dewan Polder (penambangan CI2). Sebelum, selama dan setelah

curah hujan sistem inlet harus diperiksa tambahan.

Page 82: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

75

Pemeriksaan harus dilakukan oleh mata. Setiap minggu

anggota dari dewan polder harus memeriksa inlet di Polder Banger

dan mencari sampah. Jika inspektur menemukan sampah dekat

inlet, ia harus mencatat itu dan mengirim tim pemeliharaan (juga

Penambangan CI2) ke daerah ini untuk membersihkan inlet.

5.4.3.6. Menggambarkan pemeliharaan pedoman / tindakan

yang harus diambil

Pemeriksaan pompa dan pipa (CI7)

Ada perubahan pipa dari deformasi sistem inlet atau retak.

Tanah-subsidence dan erosi adalah faktor terbesar yang

menyebabkan deformasi ini dan retak. Juga pompa harus diperiksa,

mekanis, minyak dll pipa dan pompa harus diperiksa 0,5 kali dalam

setahun. Ini berarti harus diperiksa setiap 2 tahun. Pemeriksaan

harus dilakukan oleh konsultan struktural (pihak ketiga).

Pemeriksaan harus dilakukan secara visual. Konsultan bisa

menggunakan kamera untuk melihat ke dalam pipa. Dengan cara

ini mudah untuk melihat deformasi atau retak di dalam pipa. Jika

beberapa bagian pipa yang rusak atau mengancam untuk

menghancurkan mereka perlu diperbaiki atau diganti.

5.4.3.7. Pedoman perawatan

Sub-bab ini menjelaskan pedoman untuk kegiatan

pemeliharaan saluran dan struktur dalam Polder Banger. Tabel

4.14. memberikan gambaran semua kegiatan pemeliharaan.

Page 83: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

76

Tabel 5.10. Keperluan pemeliharaan per Sub-Komponen

Sub-

Komponent Tidak

Maintenance

activity Penyaringan Peralatan

Saluran CM1 Pengerukan To be

determined

Pengerukan

Peralatan

CM2 Pembersihan

sampah

Penyaringan

CI2

Bentuk jaring,

ember

Bendungan CM3 Pembersihan

sampah

Penyaringan

CI2

Bentuk jaring

ember

CM4 Improve structure

(works depend on

inspection result)

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan 1

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan

Gorong -

gorong

CM5 Pembersihan

sampah

Penyaringan

CI2

Bentuk jaring,

ember

Inlet system CM6 Ganti / perbaiki

parts pump

Determined by

supplier

Determined

by supplier

CM7 Pembersihan

sampah

Penyaringan

CI2

Bentuk jaring,

ember

CM8 Support pipe,

Ganti / perbaiki

parts

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan 1

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan

A. Saluran

Pengerukan (CM1)

Jika pemeriksaan (CI1) mengungkapkan bahwa ketebalan

sedimen di saluran terlalu besar, saluran perlu digali. Kegiatan

pengerukan harus dilakukan oleh Pengelola Polder dengan bantuan

pihak ketiga. Hal ini belum ditentukan bagaimana pekerjaan ini

akan diputuskan. Sedimen di saluran sekunder dan tersier dapat

Page 84: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

77

dikeruk oleh dewan polder (penambangan CI2). Sejumlah kecil

sedimen dapat dihapus dengan sekop. Untuk saluran yang lebih

besar excavator diperlukan.

Dasar minimum dari Kali Banger pada bagian polder saya

perlu MSL-2,50 m. Ketika Kali Banger pada bagian polder perlu

digali, tingkat lantaiharus MSL-2,75 m untuk memungkinkan 0,25

m masa depan sedimentasi. Tingkat lantaiyang dibutuhkan dari

saluran sekunder ditunjukkan dalam pedoman pemeriksaan CI1.

Pembersihan sampah (CM2)

Jika pemeriksaan mengungkapkan bahwa ada sejumlah

besar sampah di saluran, itu harus dihapus. Hal ini harus dilakukan

oleh Pengelola Polder (penambangan CI2). Sekop jaring dapat

digunakan untuk mengumpulkan sampah di daerah. Setelah

mengumpulkan sampah dapat dijatuhkan dalam ember yang akan

diangkut ke tempat pembuangan di kemudian hari.

B. Bendungan

Pembersihan sampah (CM3)

Jika pemeriksaan mengungkapkan bahwa ada sejumlah

besar sampah dekat / terhadap bendung, itu harus dihapus. Hal ini

harus dilakukan oleh Pengelola Polder (penambangan CI2). Sekop

jaring dapat digunakan untuk mengumpulkan sampah di daerah.

Setelah mengumpulkan sampah dapat dijatuhkan dalam ember

yang akan diangkut ke tempat pembuangan di kemudian hari.

Page 85: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

78

Memperbaiki struktur (CM4)

Jika pemeriksaan (CI4) mengungkapkan bahwa struktur

perlu ditingkatkan / diperbaiki, tindakan yang harus diambil. Para

pekerja dan peralatan yang dibutuhkan tergantung pada hasil

pemeriksaan.

C. Gorong-gorong

Pembersihan sampah (CM5)

Jika pemeriksaan mengungkapkan bahwa ada sampah yang

disajikan dalam gorong-gorong, itu harus dihapus. Hal ini harus

dilakukan oleh Pengelola Polder (penambangan CI2). Sekop jaring

dapat digunakan untuk mengumpulkan sampah di daerah. Setelah

mengumpulkan sampah dapat dijatuhkan dalam ember yang akan

diangkut ke tempat pembuangan di kemudian hari. Yang perlu

diperhatikan ketika membersihkan gorong-gorong adalah untuk

memastikan tidak ada H2S dalam struktur tersebut. H2S

merupakan gas yang sangat beracun yang mematikan bila terhirup.

H2S akan muncul dengan membusuk banyak senyawa organik

yang mengandung sulfur. Gas ini paling sering terjadi pada tenang

hangat (tanpa angin) cuaca.

Untuk mencegah korban apapun dari menghirup gas itu

benar-benar penting untuk memastikan H2S tidak hadir dalam

gorong-gorong. H2S harus dihapus keluar gorong-gorong dengan

bantuan blower. Dengan meniup udara segar di gorong-gorong

H2S akan terdilusi ke tingkat tidak mematikan.

Page 86: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

79

D. Sistem Inlet

Bagian ganti / perbaikan pompa (CM6)

Jika pemeriksaan (CI7) mengungkapkan bahwa pompa inlet

adalah cacat, itu harus diperbaiki. Bagian-bagian yang perlu

diperbaiki dan penambangan yang diperlukan perlu ditentukan oleh

pemasok.

Pembersihan sampah (CM7)

Jika pemeriksaan mengungkapkan bahwa ada sejumlah

besar sampah di / dekat sistem inlet, itu harus dihapus. Hal ini

harus dilakukan oleh Pengelola Polder (penambangan CI2). Sekop

jaring dapat digunakan untuk mengumpulkan sampah di daerah.

Setelah mengumpulkan sampah dapat dijatuhkan dalam ember

yang akan diangkut ke tempat pembuangan di kemudian hari.

Dukungan pipa, mengganti / memperbaiki bagian (CM8)

Jika pemeriksaan (CI7) mengungkapkan bahwa pompa inlet

adalah cacat, itu harus diperbaiki. Bagian-bagian yang perlu

diperbaiki dan penambangan yang diperlukan perlu ditentukan oleh

pemasok.

5.4.4. Kolam retensi

Fungsi

Kolam retensi terletak di Kemijen, bagian utara dari Polder

Banger. Tanah ini milik PT KAI (Bos, 2009). Fungsi umum dari

cekungan retensi adalah untuk melindungi wilayah polder terhadap

Page 87: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

80

banjir yang disebabkan oleh curah hujan. Bersama dengan stasiun

pompa dan sistem saluran fungsi ini terpenuhi. Lebih spesifik,

berfungsi untuk menyimpan air hujan dari sistem saluran (melalui

Kali Banger) sementara untuk meringankan stasiun pemompaan.

Air hujan akan mengalir ke cekungan retensi melalui struktur inlet

sekali per tahun. Air yang disimpan akan dirilis melalui struktur

stop kontak setelah bagian dari air hujan telah diberhentikan oleh

stasiun pompa.

Fungsi dari cekungan retensi terpenuhi ketika:

a. Volume retensi cukup

b. Mengisi waktu cukup

c. Dapat dikosongkan cukup

Fakta dan angka

Kolam retensi terdiri dari sub-komponen berikut:

a. Kolam tampungan cekung

b. Struktur inlet

c. Struktur stop kontak

d. Saluran koneksi di antara barat dan timur cekungan

e. Jembatan

f. Jalan inspeksi

Page 88: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

81

Gambar 5.5. Sub-Komponents retention basin (Bos, detailed

design report, 2009)

Sub-komponen yang paling penting dijelaskan secara lebih

rinci pada halaman-halaman berikutnya.

Kolam tampungan air

Kolam retensi adalah area yang luas 9 ha. Melalui Kali

Banger, cekungan akan diisi sekali per tahun dan dapat berisi air

hingga acara T10 hujan. dasar terletak di - 2,75 m MSL dan dalam

kondisi Tidakrmal, permukaan air minimal adalah -2,0 m MSL.

Struktur inlet

Struktur inlet (Gambar 4.11) merupakan spillway atas

dimana air hujan mengalir dari Kali Banger ke kolam retensi. Ini

terdiri dari lokal menurunkan jalan lebih panjang dari 140 m.

Tingkat puncak spillway adalah -1,0 m MSL. Lereng dari spillway

Page 89: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

82

ditutupi dengan lapisan perlindungan batu-batu kecil. Spillway

hanya akan meluap ketika tingkat air di Kali Banger naik lebih dari

1 m (Bos, 2009).

Gambar 5.6. Inlet structure: Spillway (Bos, Detailed design report,

2009)

Struktur outlet

Struktur outlet (gambar 4.12) terdiri dari gorong-gorong

kotak beton dengan katup gerbang. Pintu gerbang dioperasikan

secara manual. Pintu gerbang hanya akan dibuka untuk debit air

dari cekungan retensi ke Kali Banger setelah peristiwa hujan.

Dimensi gorong-gorong adalah: panjang: 11 m; lebar (dalam): 1.0

m; tinggi (dalam) 1,0 m; Dasar level : MSL -2.50 m. Ketika kolam

retensi terisi penuh, sekitar 50% dibuang melalui spillway dan 50%

dibuang oleh gerbang keluar (Bos, 2009).

Page 90: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

83

Gambar 5.7. Outlet structure: water gate (Bos, Detailed design

report, 2009)

Saluran penghubung

Antara barat dan timur kolam terjadi kecepatan aliran tinggi

selama mengisi cekungan. Oleh karena itu pelindung pasangan batu

sedang dipasang lebih panjang dari 40 m.

Jembatan

Daerah pemukiman barat dan timur kolam retensi yang

terhubung dengan jembatan baja. Jembatan adalah 12 m panjang

dan lebar 3 m.

Jalan inspeksi

Sebuah jalan dengan lebar 3,4 m inspeksi diproyeksikan

sepanjang kolam retensi.

Pedoman pengoperasian gerbang outlet

Pintu gerbang outlet kolam retensi ditutup sebagian besar

waktu. Setelah acara curah hujan yang menyebabkan banjir

Page 91: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

84

cekungan retensi, pintu gerbang harus dibuka untuk mengosongkan

kolam retensi. Pembukaan gerbang akan dilakukan secara manual.

A. Strategi Pemeliharaan

Strategi pemeliharaan yang sama berlaku untuk semua sub-

komponen yang berbeda, lihat tabel 4.16. Kondisi sub-komponen

dapat diukur, tetapi tidak cukup dapat diprediksi. Biaya

pemeriksaan yang dianggap telah menjadi rendah relatif terhadap

konsekuensi dari kegagalan. Oleh karena itu strategi ConBM

dianggap sesuai untuk sub-komponen. Pemeriksaan akan dilakukan

secara berkala. Pemeliharaan akan dieksekusi ketika hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa batas tertentu terlampaui

(ambang batas perawatan). Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan

dijelaskan dalam paragraf berikutnya.

B. Pedoman Inspeksi dan Perawatan Kolam Retensi

Pemeriksaan dan perawatan yang harus dieksekusi disajikan

dalam tabel 5.16. Sarana yang diperlukan untuk inspeksi dan

pemeliharaan diberikan dalam masing-masing tabel 5.16 dan tabel

5.17.

Tabel 5.11. Analisis Tugas Pemeliharaan per Sub-Komponen

Sub-

Kompon

ent

Mekanism

e pemicu

Strat

egi

Maintena

nce

activity

Inspectio

n activity

Inspect

ion

Frekue

nsi

[#/year]

Thresh

old

Kolam Tersumbat ConB Pengeruk Pemantau 1 Jika

Page 92: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

85

Sub-

Kompon

ent

Mekanism

e pemicu

Strat

egi

Maintena

nce

activity

Inspectio

n activity

Inspect

ion

Frekue

nsi

[#/year]

Thresh

old

dengan

sedimen

M an an

ketebalan

sedimen

tingkat

lapisan

<nilai

desain

(2.5 m –

MSL,

mening

kat

dengan

penurun

an tanah

aktual

Tersumbat

oleh

sampah /

bangunan

ilegal atau

bangunan

lainnya

ConB

M

Pembersi

han

sampah /

banguan

ilegal

Memanta

u sampah

dan

bangunan

ilegal

52

(setiap

seming

gu)

Jika ada

sampah

atau

bangun

an

Inlet Tersumbat

(misalnya

dengan

sampah)

ConB

M

Pembersi

han

sampah

Pemantau

an

sampah

52

(setiap

hari)

Jika ada

sampah

Ketidaksta

bilan

makro pada

lereng

ConB

M

Tingkatka

n mis.

tanah

(tergantun

g pada

hasil

perhitung

an ulang)

Hitung

ulang

stabilitas

berdasark

an

parameter

kekuatan

tanah

aktual

(dengan

pengambi

lan

sampel)

dan

geometri

dan

beban

1 Jika

faktor

keaman

an <1

(Ref.

[Iii])

Pelindung ConB Ganti atau Visual 1 Jika

Page 93: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

86

Sub-

Kompon

ent

Mekanism

e pemicu

Strat

egi

Maintena

nce

activity

Inspectio

n activity

Inspect

ion

Frekue

nsi

[#/year]

Thresh

old

rusak M pasang

kembali

pelindung

check

condition

rock

protectio

n

tutupan

batuan

<80%

(Ref.

[Iv])

Outlet Tersumbat

(misalnya

dengan

sampah)

ConB

M

Pembersi

han

sampah

Pemantau

an

sampah

52

(setiap

seming

gu)

Jika ada

sampah

Mekanisme

gerbang

macet

ConB

M

Oli /

perbaiki /

ganti suku

cadang

Mekanis

me

pengujian

12

(setiap

month)

Jika

gerbang

macet

Hubung

an

saluran

Ketidaksta

bilan

makro pada

lereng

ConB

M

Tingkatka

n mis.

tanah

(tergantun

g hasil

penghitun

gan

ulang)

Hitung

ulang

stabilitas

berdasark

an

parameter

kekuatan

tanah

aktual

(dengan

pengambi

lan

sampel)

dan

geometri

dan

beban

1 Jika

faktor

keaman

an <1

(Ref.

[V])

Pelindung

yang rusak

ConB

M

Ganti atau

pasang

kembali

pelindung

Pemeriks

aan

visual

kondisi

perlindun

gan

batuan

1 Jika

tutupan

batuan

<80%

(ref.

[Vi])

Jembata

n

Struktur

rusak /

cacat

ConB

M

Perbaiki /

ganti suku

cadang

Pemeriks

aan

visual

0.5

(setiap

2 tahun)

Ditentu

kan

oleh

Page 94: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

87

Sub-

Kompon

ent

Mekanism

e pemicu

Strat

egi

Maintena

nce

activity

Inspectio

n activity

Inspect

ion

Frekue

nsi

[#/year]

Thresh

old

pada

deformasi

spesiali

s

Inspeksi

jalan

Trotoar

rusak

ConB

M

Perbaiki

trotoar

Pemeriks

aan

visual

pada

deformasi

0.5

(setiap

2 tahun)

Jika

pondasi

terbuka

Penjajaran

cacat

ConB

M

Perbaikan

landasan

Pemeriks

aan

visual

pada

deformasi

0.5

(setiap

2 tahun)

Ditentu

kan

oleh

spesiali

s

C. Pedoman Inspeksi

Sub-bab ini memberikan langkah demi langkah deskripsi

bagaimana inspeksi harus dilakukan per sub-komponen. Gambaran

dari berbagai inspeksi sarana yang diperlukan per sub-komponen

diberikan dalam tabel di bawah. Ini sub-bab memberikan langkah

demi langkah deskripsi bagaimana inspeksi harus dilakukan per

sub-komponen. Gambaran dari berbagai inspeksi sarana yang

diperlukan per sub-komponen diberikan dalam tabel di bawah.

Tabel 5.12. Diperlukan cara pemeriksaan per Sub-Komponen

Sub-Komponent Tidak Inspection

activity

Inspection

Frekuensi

[#/year]

Penam-

bangan Peralatan

Kolam RI1 Pemantauan

ketebalan

sedimen

1 Survey

team (4)

Leveling

Peralatan

RI2 Pemantauan

sampah dan

bangunan

ilegal

52

(setiap

seminggu)

Penamban

gan DI5

Kamera

Page 95: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

88

Sub-Komponent Tidak Inspection

activity

Inspection

Frekuensi

[#/year]

Penam-

bangan Peralatan

Inlet RI3 Pemantauan

sampah

52

(setiap

seminggu)

Penamban

gan CI2

n/a

RI4 Hitung ulang

stabilitas

berdasarkan

parameter

kekuatan tanah

aktual (dengan

pengambilan

sampel) dan

beban geometri

1 Konsultan

Geoteknik

Ditentukan

oleh

konsultan

RI5 Pemeriksaan

visual kondisi

perlindungan

batuan

1 Penamban

gan DI5

Kamera,

Penggaris

Outlet RI6 Pemantauan

sampah

52

(setiap

seminggu)

Penamban

gan CI2

n/a

RI7 Tes Mekanik 12

(setiap month)

Penamban

gan DI5

Penggaris,

level,

Kamera

Hubungan

saluran

RI8 Perhitungan

kembali

stabilitas atas

dasar

parameter

kekuatan tanah

yang

sebenarnya

(sampling) dan

geometri dan

beban

1 Konsultan

Geoteknik

Ditentukan

oleh

konsultan

RI9 Pemeriksaan

visual pada

deformasi

perlindungan

batu

1 Penamban

gan DI5

Kamera,

Penggaris

Jembatan RI10 Pemeriksaan

visual pada

deformasi

struktur

0.2

(setiap 5 tahun)

Konsultan

Struktur

Kamera,

Penggaris

Inspeksi jalan RI11 Pemeriksaan

visual pada

deformasi

perkerasan

0.5

(setiap 2 tahun)

Penamban

gan DI5

Kamera,

Penggaris

RI12 Pemeriksaan

visual pada

0.5

(setiap 2 tahun)

Survey

team (4)

Kamera,

Penggaris

Page 96: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

89

Sub-Komponent Tidak Inspection

activity

Inspection

Frekuensi

[#/year]

Penam-

bangan Peralatan

deformasi

alinyemen

D. Kolam

Pemantauan ketebalan sedimen (RI1)

Ketebalan sedimen dari cekungan harus diukur dan

dipantau. Sedimen lebih dalam hasil Kolam dalam waktu kurang

penyimpanan dan drainase kapasitas. Adalah penting bahwa

ketebalan sedimen tidak melebihi ketebalan tertentu. Frekuensi

pemantauan sekali setahun. Ini harus dilakukan oleh tim Survey (4)

Dewan / pihak ketiga Polder. Pemantauan ketebalan sedimen dapat

dilakukan penggunaan peralatan leveling (peralatan pengukuran

sensor batang) . Pengukuran harus dilakukan pada titik-titik yang

berbeda di cekungan (setidaknya 10 poin), karena ketebalan dapat

bervariasi dari titik ke titik. Pengukuran ini harus dicatat. Ketebalan

sedimen saat ini adalah rata-rata dari semua pengukuran yang

diambil. Jika ketebalan sedimen lebih besar dari ' tingkat lantai>

nilai desain (2,5 - MSL + penurunan tanah yang sebenarnya) ',

tindakan yang harus diambil. Tabel 5.17 menunjukkan bagaimana

pengukuran ketebalan sedimen harus dilakukan. Metode ini adalah

dengan menggunakan tiang pengukuran. Ketebalan sedimen

dihitung di sisi formula yang menunjukkan dalam tabel 5.17.

Variabel A dan B, dan tingkat air pertama harus diukur sebelum

ketebalan sedimen dapat dihitung. Variabel A (kedalaman air) akan

diukur dengan bantuan tiang pengukuran. Pedoman untuk

Page 97: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

90

mengukur tingkat air ditampilkan pada ' Pemantauan ketinggian air

( debit BKT dan tingkat air laut ) ( DI1 ) '.

Gambar 5.8. Profil Kolam Retensi

Pemantauan sampah dan struktur ilegal (RI2)

Jumlah sampah dan struktur ilegal di dalam dan sekitar

DAS harus dipantau. Sampah dan struktur dalam bentuk hambatan

cekungan yang mencegah sistem dari bekerja dengan baik, yang

dapat mengakibatkan risiko banjir besar di daerah Banger.

Pemantauan harus dilakukan 52 kali setahun (setiap minggu). Ini

harus dilakukan oleh Pengelola Polder (penambangan DI5).

Pemeriksaan bisa dilakukan dari Inspeksi Road. Inspektur

harus memeriksa keberadaan sampah dan struktur ilegal.

Page 98: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

91

Pemantauan harus dilakukan dengan bantuan kamera. Foto harus

diambil dari setiap struktur ilegal atau sampah di daerah ini.

Dengan cara ini mudah untuk mengidentifikasi struktur ilegal

baru di daerah tersebut. Juga distribusi sampah di baskom dapat

diikuti dengan mudah. Setiap minggu rekaman kamera harus

diperiksa dan dicatat. Jika ada perubahan yang cukup seperti

penempatan struktur ilegal atau adanya sampah di daerah tersebut,

tindakan yang harus diambil.

E. Inlet

Monitoring sampah (RI3)

Pemantauan jumlah sampah di inlet sangat penting bagi

kualitas kolam Sampah bisa selai inlet, yang akan menghambat laju

aliran. Pemeriksaan (monitoring) harus dilakukan 52 kali setahun

(setiap minggu). Polder Dewan bertanggung jawab atas

pemantauan sampah (penambangan CI2).

Pemeriksaan harus dilakukan oleh mata. Setiap minggu

anggota dari dewan polder harus mengunjungi struktur inlet dan

akan mencari sampah. Sebelum dan selama curah hujan inlet harus

diperiksa sampah. Inspektur harus memeriksa keberadaan sampah

di daerah inlet dan harus mencatat hasil. Tindakan harus diambil

jika sampah di daerah tersebut dapat menyebabkan masalah ketika

mengisi reservoir.

Penghitungan ulang stabilitas pada dasar parameter aktual

kekuatan tanah (sampling) dan geometri dan beban (RI4)

Page 99: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

92

Stabilitas inlet dapat bervariasi dari waktu ke waktu,

terutama karena penurunan tanah dan kecepatan aliran tinggi

selama limpahan spillway. Untuk mencegah keruntuhan atau

kerusakan inlet, stabilitas harus diperiksa setiap tahun. Faktor

keamanan tidak boleh <1. Cek harus dilakukan oleh konsultan

geoteknik.

Cek visual perlindungan kondisi batuan (RI5)

Lereng dari spillway ditutupi dengan lapisan perlindungan

batu-batu kecil. Ini akan melindungi inlet dari kecepatan aliran

tinggi selama mengisi cekungan. Perlindungan batu harus diperiksa

setiap tahun oleh Pengelola Polder (penambangan DI5).

Jika cakupan rock adalah <80% tindakan harus diambil.

Cakupan batuan dapat diperiksa dengan menggunakan kamera dan

penguasa. Foto harus diambil dari struktur inlet keseluruhan.

Dengan cara ini cakupan dapat diukur dan dibandingkan dengan

tahun-tahun lainnya.

F. Outlet

Monitoring sampah (RI6)

Ketika terlalu banyak sampah mengalir melalui struktur

stop kontak bisa terjebak. Hal ini akan mengurangi kapasitas atau

bahkan dapat merusak objek. Air akan sedikit atau tidak dapat

mengalir keluar dari baskom. Untuk mencegah hal ini terjadi

inspeksi diperlukan. Struktur stop kontak harus diperiksa pada

sampah 52 kali setahun (setiap minggu) oleh Pengelola Polder

Page 100: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

93

(penambangan CI2). Sebelum, selama dan setelah curah hujan

outlet harus diperiksa sampah tambahan.

Pemeriksaan harus dilakukan oleh mata. Setiap minggu

anggota dari dewan polder harus mengunjungi struktur stop kontak

dan akan mencari sampah. Sebelum dan selama curah hujan inlet

harus diperiksa sampah untuk memastikan struktur yang berfungsi

dengan baik bila diperlukan. Pengamatan harus dicatat. Inspektur

harus memeriksa keberadaan sampah di daerah stopkontak. Hal ini

untuk mencegah kemacetan mengosongkan reservoir.

Mekanisme uji pintu air (RI7)

Outlet ini dilengkapi dengan sebuah pintu air. Pintu

mencegah air yang mengalir di lembah dari Kali Banger. Pintu

gerbang terbuka bila baskom penuh dan harus dikosongkan. Pintu

gerbang harus diperiksa 12 kali setahun (setiap bulan) untuk

mencegah kegagalan dalam situasi darurat. Pemeriksaan harus

dilakukan oleh Pengelola Polder (penambangan DI5).

Setiap bulan anggota Pengelola Polder harus mengunjungi

outlet dan harus memeriksa dan menguji gerbang. Ini termasuk

memeriksa kerusakan, korosi, karat, dan periksa apakah itu

membuka dan menutup. Pengamatan harus dicatat. Jika kerusakan

struktur ditemukan tindakan yang perlu diambil.

Page 101: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

94

Gambar 5.9. Mekanisme Uji gerbang

G. Saluran Penghubung

Penghitungan ulang stabilitas atas dasar parameter yang

sebenarnya kekuatan tanah (sampling) dan geometri dan

beban (RI8)

Stabilitas saluran hubungan antara barat dan timur

cekungan dapat bervariasi dari waktu ke waktu, terutama karena

penurunan tanah dan kecepatan aliran tinggi selama limpahan

spillway. Untuk mencegah keruntuhan atau kerusakan saluran

koneksi, stabilitas pelindung pasangan batu harus diperiksa setiap

tahun. Hal ini akan dilakukan oleh konsultan geoteknik.

Cek visual kondisi perlindungan batu (RI9)

Lereng dari spillway ditutupi dengan lapisan perlindungan

batu-batu kecil. Ini akan melindungi inlet dari kecepatan aliran

tinggi selama limpahan spillway. Perlindungan batu harus diperiksa

setiap tahun oleh Pengelola Polder (penambangan DI5).

Jika cakupan rock adalah <80% tindakan harus diambil.

Cakupan batuan dapat diperiksa dengan menggunakan kamera dan

Page 102: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

95

penguasa. Foto harus diambil dari seluruh struktur saluran koneksi.

Dengan cara ini cakupan dapat diukur dan dibandingkan dengan

tahun-tahun lainnya.

H. Jembatan

Cek visual deformasi (RI10)

Ada perubahan deformasi jembatan yang dapat

menyebabkan struktur runtuh. Tanah-subsidence adalah faktor

terbesar yang menyebabkan deformasi. Jembatan harus diperiksa

0,2 kali dalam setahun. Ini berarti harus diperiksa setiap 5 tahun.

Pemeriksaan harus dilakukan oleh konsultan Struktur (pihak

ketiga).

Pemeriksaan harus dilakukan secara visual. Konsultan bisa

menggunakan kamera untuk membuat gambar mungkin deformasi.

Gambar-gambar dari tahun yang berbeda dapat ditempatkan di

samping satu sama lain untuk membandingkan mereka. Dengan

cara ini mudah untuk melihat perbedaan (deformasi) di jembatan.

Seorang penguasa juga dapat digunakan permukiman ukuran

jembatan. Dengan cara ini adalah mungkin untuk melihat apakah

jembatan ini tenggelam. Jika beberapa bagian tenggelam lebih sulit

daripada yang lain itu bisa merusak jembatan. Jika beberapa bagian

yang rusak atau mengancam untuk menghancurkan mereka perlu

diperbaiki atau diganti.

Page 103: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

96

I. Jalan Inspeksi

Cek visual deformasi perkerasan jalan (RI11)

Jalan inspeksi harus dalam kondisi baik untuk melakukan

pemeriksaan yang tepat. Jalan harus diperiksa 0,5 kali setahun

(setiap 2 tahun). Ini berarti setiap setengah tahun seseorang dari

Pengelola Polder (penambangan DI5) harus memeriksa jalan.

Jalan harus diperiksa secara visual pada deformasi. Ini

harus diperiksa pada paparan yayasan. Ini termasuk penurunan dari

perkerasan, lubang, retak dan puing-puing di jalan. Peralatan

sebagai kamera dapat digunakan untuk mengambil gambar dari

kondisi jalan dan setiap bagian yang rusak. Juga seorang penguasa

dapat digunakan untuk pengukuran atas pemukiman di daerah ini.

Perkerasan harus dipertahankan jika pondasi terkena.

Cek deformasi pada alinyemen (RI12)

Jalan inspeksi harus dalam kondisi baik untuk melakukan

pemeriksaan yang tepat. Jalan harus diperiksa 0,2 kali setahun

(setiap 5 tahun). Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pengelola

Polder (penambangan DI2). Jalan inspeksi harus diperiksa pada

deformasi dalam keselarasan jalan. Ini berarti bahwa jalan harus

diperiksa pada bentuk nya. Ini termasuk kemungkinan penurunan

atau sinkage jalan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan bantuan

kamera, penguasa atau tingkat peralatan. Pengukuran dan

pemeriksaan pada deformasi dapat dibuat dengan penguasa dan

tingkat. Sebuah kamera dapat menangkap observasi.

Page 104: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

97

J. Pedoman Perawatan

Tabel 5.13. Diperlukan perawatan berarti per sub-komponen

Sub-

Komponent Tidak

Maintenance

activity Penambangan Peralatan

Kolam RM1 Pengerukan Akan ditetapkan Peralatan

Pengerukan

RM2a Pembersihan

sampah

Penambangan

CI2

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan

RM2b Bangunan /

struktur ilegal

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan 1

Inlet RM3 Pembersihan

sampah

2 Bentuk

jaring, ember

RM4 Peningkatan

misalnya tanah

(tergantung hasil

perhitungan ulang)

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan 1

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan

RM5 Mengganti /

membuat revetmen

Idem Idem

Outlet RM6 Pembersihan

sampah

Penambangan

CI2

Bentuk

jaring,

Ember

RM7 Oli / perbaiki /

ganti suku cadang

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan 1

Tergantung

pada hasil

pemeriksaan

Hubungan

saluran

RM8 Peningkatan

misalnya tanah

(tergantung hasil

perhitungan ulang)

Idem Idem

RM9 Mengganti /

membuat revetmen

Idem Idem

Jembatan RM10 Mengganti /

mengganti parts

Idem Idem

Inspeksi

jalan

RM11 Mengganti /

membuat

perkerasan

Idem Idem

RM12 Peningkatan

pondasi

Idem Idem

Page 105: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

98

Pengerukan kolam (RM1)

Jika pemeriksaan mengungkapkan bahwa ketebalan

sedimen di DAS telah menjadi lebih besar dari 'tingkat tidur> nilai

desain (2,5-MSL + penurunan tanah yang sebenarnya), ketebalan

sedimen > 0,25 m kolam harus Tanggulruk. Tanah akan

Tanggulruk sampai kedalaman MSL -2,75 m. Kegiatan pengerukan

harus dilakukan oleh Pengelola Polder dengan bantuan Pihak

Ketiga. Hal ini belum ditentukan bagaimana pekerjaan ini akan

dibagi.

Peralatan pengerukan harus digunakan untuk melakukan

kegiatan pengerukan. Jenis yang paling umum dari pengerukan

adalah dengan excavator dengan ember clamshell. Mesin-mesin

mengeruk sebagian besar dipasang di tongkang. Materi yang

dikeruk akan diangkut ke tanah dengan tongkang hoper dan

kemudian pindah dengan truk ke salah satu lokasi pembuangan;

Masjid Agung Jawa Tengah.

Pembersihan sampah (RM2a)

Setelah pemeriksaan, cekungan harus dibersihkan dari

sampah secara teratur. Sampah harus dibuang oleh Pengelola

Polder. Peralatan yang berbeda dapat digunakan untuk menghapus

sampah. Seperti wadah di mana sampah dapat dimasukkan ke

dalam dan truk sampah yang akan mengangkut sampah ke lokasi

pembuangan.

Page 106: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

99

Bangunan liar / struktur (RM2b)

Tindakan harus diambil jika bangunan liar terdeteksi di

daerah cekungan. Pengelola bertanggung jawab untuk menghapus

struktur ini.

K. Inlet

Pembersihan sampah (RM3)

Setelah pemeriksaan, inlet harus dibersihkan dari sampah

secara teratur. Sampah harus dibuang oleh Pengelola Polder.

Peralatan yang berbeda dapat digunakan untuk menghapus sampah.

Seperti wadah di mana sampah dapat dimasukkan ke dalam truk

sampah atau gerobak yang akan mengangkut sampah ke lokasi

pembuangan.

Meningkatkan misalnya tanah (tergantung pada hasil

perhitungan ulang) (RM4)

Jika stabilitas inlet tidak cukup, tanah harus ditingkatkan.

Jenis pemeliharaan tergantung pada hasil pemeriksaan dan dapat

berbeda satu sama lain. Pemeliharaan ini harus dilakukan oleh

pihak ketiga.

Ganti atau instal ulang pelindung (RM5)

Jika pemeriksaan pelindung (perlindungan rock)

mengungkapkan bahwa nilai pertanggungan rock adalah < 80 % ,

itu perlu diganti atau diinstal ulang. Jenis pemeliharaan tergantung

Page 107: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

100

pada hasil pemeriksaan dan dapat berbeda satu sama lain. Pihak

ketiga harus melakukan perawatan ini .

L. Outlet

Pemindahan sampah ( RM6 )

Jika daerah inlet mengandung ke sejumlah besar sampah itu

harus dihapus. Hal ini harus dilakukan oleh Badan Polder. Scoop

jaring dapat digunakan untuk mengumpulkan sampah di daerah.

Setelah mengumpulkan sampah dapat dijatuhkan dalam ember

yang akan diangkut dengan gerobak pemindahan sampah atau truk

ke tempat pembuangan akhir kemudian hari.

Minyak / repair / ganti bagian (RM7)

Jika mekanisme gate tidak berfungsi dengan baik itu harus

dipertahankan. Jenis pemeliharaan tergantung pada hasil

pemeriksaan. Pengelola Polder bertanggung jawab atas

pemeliharaan mekanisme gerbang. Pihak ketiga bisa terlibat jika

Pengelola Polder tidak mampu memecahkan kerusakan pada polder

sendiri .

M. Saluran hubungan

Meningkatkan misalnya tanah (tergantung perhitungan ulang)

(RM8)

Jika tampak bahwa stabilitas saluran koneksi tidak cukup

(faktor keamanan < 1) tindakan yang harus diambil. Stabilitas harus

ditingkatkan ke tingkat yang dapat diterima. Penambangan

Page 108: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

101

tergantung pada hasil pemeriksaan. Ini harus dilakukan oleh pihak

ketiga.

Ganti atau instal ulang pelindung (RM9)

Jika pemeriksaan pelindung ( perlindungan rock) mengungkapkan

bahwa nilai pertanggungan rock adalah < 80 % , itu perlu diganti

atau diinstal ulang. Jenis pemeliharaan tergantung pada hasil

pemeriksaan dan dapat berbeda satu sama lain. Pihak ketiga harus

melakukan perawatan ini.

N. Jembatan

Memperbaiki / mengganti bagian-bagian ( RM10 )

Sesuai dengan pemeriksaan jembatan perlu diperbaiki atau

bagian harus Menggantikan, pihak ketiga harus dilibatkan untuk

pemeliharaan jembatan. Jenis pemeliharaan tergantung pada hasil

pemeriksaan.

O. Jalan inspeksi

Memperbaiki / mengganti perkerasan ( RM11 )

Jika pemeriksaan menunjukkan bahwa jalan memiliki

lubang dan retakan di dalamnya. Ini harus diperbaiki atau

dipelihara sesuai dengan keseriusan masalah. Lubang kecil dan

retak harus diisi, oleh kerusakan besar trotoar harus diganti.

Pemeliharaan harus dilakukan oleh pihak ketiga.

Page 109: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

102

Perbaikan Pondasi (RM12)

Sesuai dengan pemeriksaan pondasi perlu ditingkatkan

pihak ketiga harus dilibatkan untuk pemeliharaan fondasi jalan.

Jenis pemeliharaan tergantung pada hasil pemeriksaan.

Page 110: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

103

BAB 6 TINGKAT ANALISIS PERBAIKAN

6.1. Pendahuluan

Tingkat analisis perbaikan (LORA) mendefinisikan tugas O

& M terkait yang dapat dieksekusi oleh pemilik proyek dan tugas-

tugas yang akan dimasukkan ke pihak ketiga. Dalam kasus polder

Banger, Badan Polder (Polder Board-PB) akan bertindak sebagai

pemilik proyek. Tanggung jawab utamanya adalah untuk mengurus

O & M. Namun, tidak semua tugas dapat dilakukan oleh PB itu

sendiri. Bab ini bertujuan untuk menentukan tingkat yang PB harus

mengambil O & M tugas dan tugas-tugas yang harus dilakukan

oleh pihak ketiga di bawah tanggung jawab PB. Hal ini tergantung

pada kapasitas dan kemampuan PB dan karakteristik (jenis

pekerjaan) dari tugas O & M . Hal ini menekankan bahwa PB

bertanggung jawab atas O & M tugas.

Page 111: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

104

6.2. Mendirikan Papan Polder

PB akan dibentuk untuk mengoperasikan dan memelihara

polder tersebut. PB dianggap mampu menangani skala tidak rumit

dan kecil, namun intens (frekuensi tinggi) O & M tugas.

6.3. Tingkat Analisis Perbaikan

Berdasarkan bab 3, tiga jenis O & M tugas dapat didefinisikan:

1) Pemeriksaan

2) Pemeliharaan

3) Operasi.

Karakteristik tugas dijelaskan dalam paragraf di bawah dalam hal

kompleksitas, skala dan intensitas bersama dengan distribusi antara

beberapa pihak.

6.3.1. Inspeksi

Proses pemeriksaan terdiri dari tiga langkah. Dianjurkan

untuk melaksanakan semua langkah oleh salah satu pihak untuk

menghindari inefisiensi dan miskomunikasi. Pada tabel 5.1,

kelompok kegiatan inspeksi serupa didefinisikan atas dasar

kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Bab 5:

a) Pemeriksaan pada sampah dan sedimen kecil

b) Pemeriksaan pada struktur dan kondisi pelindung ilegal

c) Monitoring tingkat (penurunan tanah, kadar air dan

sedimen)

d) Inspeksi geoteknik

Page 112: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

105

e) Inspeksi struktural.

Tabel 6.1. Distribusi tugas inspeksi

Page 113: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

106

Tabel 6.1 menunjukkan tingkat kompleksitas, skala dan

intensitas pekerjaan inspeksi dan pihak eksekutif. Hal ini dapat

melihat bahwa sampah dan kecil monitoring penyelesaian dan

pemeriksaan pada struktur dan kondisi pelindung ilegal tidak rumit

dan cukup intensif. Kelompok-kelompok ini dapat dieksekusi oleh

PB. Untuk pemantauan tingkat tim survei diperlukan. Skala karya-

karya ini relatif besar dan kompleksitas adalah media. PB bisa

Page 114: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

107

membentuk dan melatih tim survei atau menyusun tim survei dari

salah satu tim lainnya yang dibutuhkan. Hal ini namun dapat juga

dipertimbangkan untuk memadamkan karya-karya ini kepada pihak

ketiga karena intensitas survei bekerja agak rendah. Sebagian besar

pemeriksaan geoteknik dan struktural yang kompleks dan

karenanya memerlukan ahli khusus. Selain itu, intensitas rendah.

Pihak ketiga yang diperlukan untuk inspeksi ini.

6.3.2. Perawatan

Pada tabel 6.2, kelompok kegiatan pemeliharaan yang sama

didefinisikan atas dasar kegiatan sebagaimana dimaksud dalam bab

5 kelompok didefinisikan sejajar dengan kelompok inspeksi

sebanyak mungkin:

a) Pemindahan sampah dan pengerukan kecil

b) Struktur ilegal dan pelindung

c) Perbaikan tanggul dan pengerukan

d) Geoteknik

e) Struktural

f) E / M

g) Lain.

Page 115: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

108

Tabel 6.2. Distribusi tugas pemeliharaan

Page 116: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

109

Tabel 6.2. menunjukkan tingkat kompleksitas, skala dan

intensitas pekerjaan pemeliharaan dan pihak eksekutif. Sekali lagi,

sampah dan pengerukan kecil karya diyakini sederhana dan intens.

Skala terbatas. Jumlah yang sama untuk struktur ilegal dan

pelindung. Kelompok-kelompok ini dapat dieksekusi oleh PB.

Perbaikan tanggul dan pengerukan, geoteknik, struktur dan E / M

karya sebagian besar lebih kompleks dan besar berskala. Selain itu,

Page 117: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

110

intensitas dianggap rendah. Oleh karena itu, pekerjaan ini

dieksekusi oleh PB. Ketiga dapat menjalankan beberapa

pemeliharaan kecil lainnya (kelompok 'lain').

6.3.3. Operasi

Tinjauan tentang pembagian tugas operasional disajikan dalam

tabel 5.3.

Tabel 6.3. Pembagian tugas operasional

Semua tugas-tugas operasional dianggap agak sederhana. Mereka

semua dapat dilaksanakan oleh PB (pengawakan stasiun

pemompaan).

6.4. Organisasi Tim O & M

Organisasi disukai dan komposisi tim O & M dari PB dapat

diturunkan dari analisis MTA dalam bab 5 dan paragraf di atas.

Melihat tabel 6.1, tabel 6.2, dan tabel 6.3, 4 divisi diperlukan.

Perpecahan dan tanggung jawab mereka tercantum dalam tabel 6.4.

Page 118: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

111

Tabel 6.4. Set up of O & M team PB

Sebuah koordinator tim O & M dan bantuannya dibutuhkan

untuk mengelola beberapa divisi. Dia bertanggung jawab untuk

perencanaan dan pelaksanaan tugas, pengolahan data inspeksi dan

melibatkan pihak ketiga dalam waktu. O & M laporan koordinator

tim langsung ke PB. Sebuah jadwal organisasi ditunjukkan pada

Gambar 6.1

Page 119: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

112

.

Gambar 6.1. Organisasi Operasi, Inspeksi dan Pemeliharaan Team

Total keperluan Operasi, tim Inspeksi dan Pemeliharaan

termasuk bantuan adalah 16-20 orang.

Page 120: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

113

BAB VII PENUTUP

Keberhasilan pembangunan serta pengelolaan polder

membutuhkan keterlibatan komunitas; sustainabilitas manajemen

sistem pengelolaan air dan proteksi banjir yang hanya dapat dicapai

bilamana terdapat peran serta para mitra atau komunitas yang

bermukim di dalam polder. Dalam periode kering dan normal, air

dari kanal-kanal penampungan atau kanal pembuangan dialirkan ke

polder untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Pada kondisi tingkat

curah hujan yang tinggi, yang menyebabkan air meluap di drainase

di kawasan polder, air segera dialirkan ke kanal dan kolam

penampungan. Selanjutnya air disalurkan dengan dorongan pompa

air yang berkapasitas besar ke sungai atau kanal pembuangan ke

laut. Secara lebih terperinci, kelengkapan sarana fisik sistem

polder, antara lain adalah saluran air, kanal, kolam penampungan

memanjang, waduk, tanggul, dan pompa.

Operasi dan pemeliharaan sistem polder merupakan upaya menjaga

dan mengamankan sistem polder agar selalu dapat berfungsi

Page 121: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

114

dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan

mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan,

perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan

secara terus menerus. Pemeliharaan sistem polder mencakup semua

kegiatan teknis yang diperlukan untuk menjaga fungsi polder dalam

kondisi baik, misalnya inspeksi, perbaikan dan pembersihan

wilayah kerja. Pada dasarnya ada dua jenis / strategi pemeliharaan

yaitu pemeliharaan preventif dan pemeliharaan korektif.

Pemeliharaan preventif dapat dibagi dalam pemeliharaan berbasis

kondisi (Condition Based Maintenance-Con BM) dan

pemeliharaan berbasis preventif (Preventif based Maintenance -

PBM)

Strategi pemeliharaan yang sama berlaku untuk hampir

semua sub-komponen yang berbeda. Kondisi sistem saluran dan

struktur yang terukur, tetapi tidak cukup dapat untuk diprediksi.

Biaya pemeriksaan dianggap rendah dibandingkan dengan

konsekuensi dari kegagalan. Oleh karena itu strategi Condition

Based Maintenance dianggap sesuai untuk sub-komponen.

Pemeriksaan akan dilakukan secara berkala. Pemeliharaan akan

dieksekusi ketika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa batas

tertentu terlampaui (ambang batas perawatan).

Page 122: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

115

DAFTAR PUSTAKA

[1] F. C. Boogaard, The Relevance of Climate Adaptation

Platforms for Floating Urbanisation and Nature-based

Solution : a Case Study Java, Indonesia, in 2nd World

Conference on Floating Solutions 2020, 2020, no. October.

[2] R. Eccles and D. P. Hamilton, A review of the effects of

climate change on riverine flooding in subtropical and

tropical regions, no. January 2020, 2019.

[3] M. A. Marfai and U. G. Mada, Impact of sea level rise to

coastal ecology : A case study on the northern part of java

island, Indonesia IMPACT OF SEA LEVEL RISE TO

COASTAL ECOLOGY : A CASE STUDY ON THE

NORTHERN PART OF JAVA ISLAND, INDONESIA, no.

February, 2019.

[4] V. Nitivattananon and S. Srinonil, Enhancing coastal areas

governance for sustainable tourism in the context of

urbanization and climate change in eastern Thailand, Adv.

Clim. Chang. Res., vol. 10, no. 1, pp. 47–58, 2019.

[5] F. Boogaard, T. Lucke, N. Van De Giesen, and F. Van De

Ven, Evaluating the Infiltration Performance of Eight Dutch

Permeable Pavements Using a New Full-Scale Infiltration

Testing Method, pp. 2070–2083, 2014.

[6] F. H. S.I Wahyudi, H.P Adi, Polder System to Handle Tidal

Flood in Harbour Area ( A Case Study in Polder System to

Handle Tidal Flood in Harbour Area (A Case Study in

Tanjung Emas Harbour, Semarang, Indonesia), in 2nd

International Conference on Sustainable Infrastructure,

2020, vol. 1625.

[7] B. S. Slamet Imam Wahyudi, Henny Pratiwi Adi,

Revitalizing and Preparing Drainage Operation and

Maintenance to Anticipate Climate Change in Semarang

Heritage City, J. Environ. Sci. Eng. B, vol. 6, no. 1, pp. 17–

26, 2017.

[8] H. P. Adi and S. I. Wahyudi, Analysis of Drainage System

Management in The Netherlands, France and Indonesia, in

Proceedings of International Conference, Integrated

Solutions to Overcome The Climate Change Impact on

Page 123: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

116

Coastal Areas, 2015, pp. 1–8.

[9] H. P. A. S.Imam Wahyudi, Drainase Sistem Polder. 2016.

[10] S. I. W. Henny Pratiwi Adi, Kelembagaan dalam

Pengelolaan Sistem Polder. 2017.

[11] H. P. Wahyudi, S. I., Adi, Polder System to Handle Tidal

Flood in Harbour Area (A Case Study in Polder System to

Handle Tidal Flood in Harbour Area (A Case Study in

Tanjung Emas Harbour, Semarang, Indonesia), in 2nd

International Conference on Sustainable Infrastructure,

2020.

[12] S. I. Wahyudi, H. P. Adi, and J. Lekkerkerk, Handling

Solution Tidal Flood in Kaligawe Area by Polder System

Drainage, Int. J. Innov. Technol. Explor. Eng., vol. 9, no. 2,

pp. 1104–1109, 2019.

[13] H. . Wahyudi, S.I.Heikoop, R. Adi, Emergency Scenarios in

The Banger Polder, Semarang City : a Case Study to Identify

Different Emergency Scenarios, Water Pract. Technol., vol.

12, no. 3, pp. 638–646, 2017.

[14] T. D. Fletcher, H. Andrieu, and P. Hamel, Understanding,

management and modelling of urban hydrology and its

consequences for receiving waters: A state of the art, Adv.

Water Resour., vol. 51, pp. 261–279, 2013.

[15] H. P. Adi, Application of Analytical Hierarchy Process (

AHP ) Method in Determining Dike Construction for

Handling Tidal Flood, J. Adv. Constr. Eng. Environ., vol. 3,

no. 1, pp. 17–26, 2020.

[16] S. I. Adi, Henny Pratiwi; Wahyudi, Decision Support

System for Selecting Type of Moveable Dam Gate to Handle

Tidal Flood Issued (A Case Study in The Parid River,

Cilacap, Indonesia) Decision Support System for Selecting

Type of Moveable Dam Gate to Handle Tidal Flood Issued

(A Case St, in 2nd International Conference on Sustainable

Infrastructure, 2020.

[17] H. P. Adi and S. I. Wahyudi, The Comparison of

Institutional Model in Water Management Board - A Case

Study of Management on Polder Drainage System in

Semarang, Indonesia, Int. J. Sustain. Constr. Eng. Technol.,

vol. 11, no. 1, pp. 312–322, 2020.

[18] S. I. Wahyudi, H. P. Adi, E. Santoso, and R. Heikoop,

Page 124: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

117

Simulating on water storage and pump capacity of ‘Kencing’

river polder system in Kudus regency, Central Java,

Indonesia Simulating on Water Storage and Pump Capacity

of ‘Kencing’ River Polder System in Kudus Regency ,

Central Java, Indonesia, in AIP Conference Proceedings,

2017, vol. 020064, no. March.

[19] S. I. Wahyudi, R. Van De Lustgraaf, L. De Moor, and R.

Heikoop, Flushing Methods in Polder Drainage System to

Obtain Better Environment Quality, MATEC Web Conf. 280,

vol. 03014, 2019.

[20] S. I. Wahyudi, H. P. A, A. Rochim, and D. Marot, Aspects

of Hydrology, Tidal and Water Storage Capacity For

Simulating Dike Model of Channel and Retention Basin, Int.

J. Civ. Environ. Eng., vol. 14, no. 05, pp. 6–10, 2014.

[21] R. C. B. Van Ham, M. L. Schuller, R. Heikoop, H. P. A, and

S. I. Wahyudi, The Social Aspects in Water Management of

Semarang’s Drainage System (Case Study of Banger Polder

and Water Board BPP Sima), in Proceedings of

International Conference, Issue, Management and

Engineering in The Sustainable Development on Delta

Areas, UNISSULA Semarang, 2015, vol. 1, no. 2, pp. 1–12.

[22] H. P. Adi and S. I. Wahyudi, Study of Institutional

Evaluation in Drainage System Management of Semarang as

Delta City, in Proceedings of International Conference

Issue, Management and Engineering in The Sustainable

Development on Delta Areas, UNISSULA Semarang, 2015,

vol. 1, no. 2, pp. 1–7.

[23] H. . Wahyudi, S I, Adi, Hydroulics Simulation of Rubber

Dam for Operasional and Emergency Respond Guidelines in

West Flood Canal, Semarang, Indonesia, Proc. 22nd IAHR-

APD Congr. 2020, pp. 1–7, 2020.

[24] H. P. Adi and S. I. Wahyudi, Tidal Flood Handling through

Community Participation in Drainage Management System

(A case study of the first water board in Indonesia), Int. J.

Integr. Eng., vol. 10, no. Civil & Environmental

Engineering, pp. 19–23, 2018.

[25] H. P. Wahyudi, S. I., Adi, Evaluating Environment , Erosion

and Sedimentation Aspects in Coastal Area to Determine

Priority Handling (A Case Study in Jepara Regency,

Page 125: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan

118

northern Central Java, Indonesia) Evaluating Environment,

Erosion and Sedimentation Aspects in Coastal Area to, IOP

Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 140, 2018.

Page 126: OPERASI DAN PEMELIHARAANresearch.unissula.ac.id/file/publikasi/210200030/7379... · 2021. 3. 17. · 2.2. Sistem Drainase Perkotaan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan