opening
DESCRIPTION
exampleTRANSCRIPT
PENDAHULUANPasca panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan
kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca panen dapat
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bahkan produk kehilangan nilai
ekonomi. Karena itu penanganan pasca panen secara benar perlu mendapat
prioritas dalam proses produksi usahatani
Menurut para ahli dalam proses produksi jagung, energi yang dibutuhkan
untuk kegiatan produksi sekitar 32% dari total energi yang dibutuhkan sedangkan
untuk penanganan panen dan pasca panen mencapai 72%. Hal ini menunjukan
bahwa penanganan panen dan pasca panen secara benar membutuhkan curahan
kerja yang cukup besar, sebagai gambaran energi yang dibutuhkan dalam proses
produksi jagung sebagai berikut:
- Pembajakan 16%
- Pemeliharaan dan penanaman 12%
- Pemanenan 6%
- Pengeringan 60%
- Transportasi 6%
KEGIATAN PASCA PANEN JAGUNG
Pasca panen adalah tahapan kegiatan sejak pemungutan hasil di lapangan
sampai siap untuk dipasarkan, sedangkan penanganan pasca panen merupakan
tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada hasil pertanian agar hasil pertanian
siap dan aman untuk dikonsumsi atau diolah lebih lanjut oleh industri.
PENGARUH KEGIATAN PASCA PANEN
TERHADAP MUTU JAGUNG
Kerusakan jagung akibat penanganan pasca panen yang salah dapat terjadi
pada setiap tahapan kegiatan karena Jagung membutuhkan penanganan yang
cepat setelah panen. Beberapa kegiatan pasca panen yang berpengaruh terhadap
mutu jagung sbb.
Tabel 1. Kegiatan Pasca Panen yang Berpengaruh Terhadap Kerusakan Jagung
Kegiatan Kadar air Butir Rusak Butir warna lain
Kotoran
Pemanenan V V V VPengangkutan - - - V
Pengeringan V V V V
Pemipilan V V - V
Penundaan V V V -
Penyimpanan V V V V
Keterangan: V = berpengaruh- = tidak berpengaruh
BENTUK KERUSAKAN BIJI JAGUNG
a. Rusak Fisik
Berupa kerusakan endosferm, terutama disebabkan sering terjadinya perubahan
kadar air, perubahan kadar air disebabkan oleh cuaca seperti panas, hujan,
pergantian siang dan malam. Butir retak dalam proses selanjutnya dapat menjadi
butir pecah, juga dapat disebabkan oleh proses pemipilan dengan menggunakan
alat pemukul atau mesin perontok yang kurang sempurna.
b. Rusak Bilogis
Disebabkan oleh kegiatan selama penyimpanan seperti hama, jamur, dan mikroba.
Padaserangan hama sebagian endosferm dimakan dan sisanya berupa butir
berbetuk biji cacat. Biji cacat mudah mengalami oksidasi asam lemak, menghasilkan
asam lemak bebas dan memberikan bau tidak enak. Hama tikus merupakan sumber
kontaminasi jagung yang berupa bulu dan kotoran sehingga mutu jagung menjadi
rendah
c. Rusak Kimia
Disebabkan adanya dekomposisi kimia selama penyimpanan, seperti penurunan
kadar karbohidrat, protein, dan lemak karena metabolisme baik oleh serangga dan
mikroba maupun oleh biji-bijian yang disimpan. Rusak kimia tidak dapat diamati
secara visual.
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG
WAKTU PANEN
Umur panen jagung tergantung dari masing-masing varitas yang ditanam,
tetapi biasanya 2 bulan setelah 50% keluar rambut. Umur panen pada beberapa
varietas jagung sbb
Tabel 2. Umur Panen Potensi Hasil Dan Rata-Rata Hasil Berbagai Varietas Jagung
Varietas Umur Potensi Hasil(Ton/ha)
Rata- rata Hasil (Ton/ha)
C5 95-105 - 8,0C6 98-105 - 10-10,3C7 95-105 10-12,4 8,1
Pioneer 10 93-117 10-11 7,66Pioneer 11 96-124 10-12 7,66Pioneer 12 92-120 10-12 8,105Pioneer 13 90-115 10-11 8,027Pioneer 14 89-112 10-11 7,578
CPI -1 97 - 6,2CPI- 2 97 8-9 6,2IPB 4 100-105 - 6,6
Semar 1 95-100 8-9 5,3-6,4Semar 2 91 - 5,0-6,1Semar 3 94 8-9 5,3
Secara visual, jagung sudah siap dipanen bila :
Batang, daun dan kelobot berubah menjadi kuning atau telah mengering
Klobot kering berwarna kuning dan bila dikupas biji mengkilap.
Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas.
Terdapat bintik hitam pada bagian biji yang melekat pada tongkol
CARA PANEN
- Panen dilakukan pada kadar air 17-18%
- Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk
menurunkan kadar air tongkol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau
seluruhnya
- Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan memutar tongkol berikut
kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada
lahan yang luas dan rata pemanenan sangat cocok bila menggunakan alat mesin
PERLAKUAN HASIL
Pemisahan Tongkol
Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik.
Dengan tujuan
- Menghindari Penularan Hama Penyakit
- Menjaga Kualitas Jagung Pipilan Yang Dihasilkan
- Memudahkan penanganan selanjutnya
Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah
pemetikan selesai. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam
tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan
kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat
memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
Pengeringan
Pengeringan merupakan kegiatan kritis selama urutan pemanenan
pengeringan yang kurang baik mengakibatkan turunnya mutu jagung
Tujuan pengeringan
- Menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis terhenti dan mikroorganisme
serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya
- Meningkatkan daya simpan biji jagung
- Pengangkutan lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi
- Khusus untuk jagung yang akan digunakan sebagai benih, pengeringan dapat
meningkatkan Viabilitas benih (tingkat pertumbuhan benih)
- Meningkatkan nilai ekonomi jagung
- Menghindari kontaminasi biji jagung dari cendawan Aspergilus flavus yang dapat
meningkatkan aflatoxin ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb)
Cara pengeringan
1. Pengeringan alami
Pengeringan dapat dilakukan dengan bentuk tongkol berkelobot, tanpa kelobot, dan pipilan.
Untuk menurunkan kadar air dari 38% menjadi 12-14% pada ketiga bentuk jagung tersebut dibutuhkan waktu masing-masing 91 jam, 87 jam dan 57 jam
Menggunakan alas atau lantai atau digantung
Kadar Air berkisar 9-12%
2. Pengeringan melalui Pengasapan
- Dilakukan dengan cara memberikan asap
- Jarak jagung dengan tongkol dari sumber asap 80 cm
- Lama pengasapan 7 hari
- Penurunan kadar air dari 29% menjadi 14%
3. Pengeringan dengan mesin
- Menggunakan mesin pengering
- Panas pengeringan 38-430 C
- Kadar air 12-13%
Keuntungan Penggunaan Mesin Pengering
1. Mengemat tenaga manusia terutama musim penghuja2. Dapat digunakan setiap saat
3. Dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai kadar air yang diinginkan
4. Pengeringan dapat dilakukan sekaligus atau bertahap
Pengeringan awal
Tujuan
- Menurunkan Kadar air dari kering panen menjadi 18-20%
- Memudahkan pemipilan
- Mempercepat pemipilan
- Mengurangi butir rusak, terkelupas kulit terluka dan cacat akibat pemipilan
Pengeringan akhir
- tujuan menurunkan kadar air dari 18-20% menjadi 12-14%
- dilakukan terhadap jagung yang sudah dipipil
Pemipilan
- Tujuan Memisahkan biji dari tongkol
- Dilakukan jika Tongkol kering dan
Setelah dijemur sampai kering ( Kadar air bji 18%-20%). jagung dipipill
Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi
cukup besar. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses
perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. jagung melekat
pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Tradisional
- Kerusakan rendah
- Dapat memilih yang rusak
- Kapasitas rendah
Mekanis
- Kerusakan biji relatif lebih besar
- Kapasitas produksi relatif tinggi
- Kehilangan hasil relatif lebih besar
PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari
kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menurunkan kualitas
jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil,
biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan.
Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur
dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki
peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih
terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan
keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting
untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara
membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan
dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan
hasil yang baik.
PENGEMASAN
Tujuan
- Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
- Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari
cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan.
- Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan
- Perlindungan dari gangguan cendawan
Bahan kemasan yang dapat digunakan
- Kantung plastik
- Kertas
- Karung atau wadah yang kaku
Persyaratan Bahan
- Mudah didutup
- Relatif murah
- Dapat digunakan berulang ulang
- Dapat menghemat ruangan
PENYIMPANAN
Tempat Penyimpanan
- Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga luas
dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi dingin.
- Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan.
- Kontruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara
yang cukup dan keamanan.
- Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
- Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15 cm,
sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
- Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
- Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk memanjat,
dan gudang tidak lembab.
Penyimpanan untuk benih :
Untuk bentuk tongkol berkelobot, gantungkanlah di para-para dengan pengasapan tiap
hari.
Untuk bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, bungkus rapat-rapat
dengan plastik kedap udara, kemudian simpanlah dalam wadah dan ditutup. Wadah
dapat berupa semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran
abu tidak diperlikan.
Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk bentuk pipilan dengan kadar air 12%, bungkus secara rapat dengan plastik
kedap udara atau kaleng. Atau bungkus dengan plastik yang dilapisi karung dan
disimpan dalam tempat bersih dan kering.
HAMA JAGUNG PASCA PANEN
a. Kumbang Sitophilus (bubuk gabah).
Imago dari kumbang ini dapat hidup rata-rata 4 atau 5 bulan, dan selama itu induk
dapat meletakkan telur 300-400 butir. Telur diletakkan satu persatu dalam bulir
jagung yang telah digerek dan seluruh perkembangan larva dan pupa terjadi dalam
bulir jagung tersebut. Perkembangan telur, larva dan pupa membutuhkan waktu 26
hari.
b. Kumbang Rhyzopertha (bubuk gabah).
Imago dari kumbang ini dapat mnyerang bulir jagung yang masih utuh.
Perkembangan larva dan pupa terjadi dalam bulir jagung.
c. Ulat Sitotraga (ngengat gabah)
Ulat ini sudah dapat menyerang jagung di lapang yang kemudian akan berkembang
biak di gudang. Larva muda menggerek bulir dan hidup dalam bulir tersebut.
d. Ulat Corcyra (ngengat beras kelabu).
Imago dari ulat ini dapat hidup 1 - 2 minggu dengan produksi telur sekitar 400 butir.
Larvanya berukuran panjang sampai dengan 17 mm. Pupa berwarna coklat dan
terbungkus dalam kokon.
PENGENDALIAN HAMA JAGUNG PASCA PANEN
- Usahakan agar jagung yang akan disimpan bebas dari hama dan penyakit.
- Kadar air jagung yang akan disimpan maksimal 12%.
- Usahakan tempat penyimpanan jagung kedap udara.
- Apabila dipandang perlu lakukanlah cara pengendalian dengan menggunakan
insektisida, yaitu untuk :
Penyemprotan bangunan dan karung tempat penyimpanan.
Pencampuran dengan insektisida.
Fumigasi
- Insektisida yang dapat untuk menekan hama jagung pasca panen tertera pada
tabel 2
Tabel 2 Insektisida untuk menekan hama jagung pasca panen.
Bahan aktif Formulasi DosisPirimofis metil a Metakrifos a
Tetraklorvinfos a
Metil bromida +Klopikrin b
Alluminium fosfida b
Silosan 25 ECDamfin 950 ECGardono 24 ECBrom-0-Gas Dowfum MC-2HaltoxMetabrom 980MethylbromDetia Gas EX-B
0,5 gr b.a./m2
1 gr b.a./m2
1 - 2 gr b.a./m2
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
3 - 6 gr/m3
GustixinPhostoxin tablet
3 - 6 gr/m3
3 - 5 tablet /ton
a Sasarannya bangunan dan karung
b Sasarannya karung saja
STANDAR PRODUKSI
Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI
01-03920-1995.
KLASIFIKASI DAN STANDAR MUTU
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning
jagung putih dan jagung campuran
- Jagung kuning adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna
kuning
- Jagung putih adalah jagung yang sekurang- kurangnya 90% bijinya berwarna putih)
- Jagung campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat jagung putih dan jagung
kuning.
a) Syarat Umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
b) Syarat Khusus
No KomponenPersyaratan Mutu (% Maks)
I II III IV
1 Kadar air (%) Maks 14 14 15 172 Butir Rusak 2 4 6 83 Warna lain 1 3 7 104 Butir Pecah 1 2 3 35 Kotoran 1 1 2 2
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan
beberapa pengujian diantaranya:
a. Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik
kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan
penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b. Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan
cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-
butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat
masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %
c. Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisture tester electronic atau “Air Oven
Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah
racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah
semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung
maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil
contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga
merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini
disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
PENGEMASAN
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit
mulutnya, berat netto maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling” baik waktu
pemuatan maupun pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk
curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara
lain:
a) Produce of Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
PENGENDALIAN AFLATOXIN
Aflatoksin menjadi istilah yang akrab dan selalu terdengar apabila kita berada
di Iingkungan pemasaran jagung Aflatoxin menjadi salah satu penyebab utama
mengapa jagung tidak dapat dipasarkan Aflatoxin ditemukan sekitar tahun 1960 di
Inggris dimana lebih dari seratus ribu ekor ayam kalkun mati disebabkan oleh
penyakit misterius Pada tahun 1961, Lancaster dkk menemukan penyebab kematian
tersebut, yang ternyata disebabkan oleh keracunan mikroorganisme Asperglillus
flavus yang mencemari bungkil kacang tanah impor yang merupakan bahan baku
pakan ternak tersebut. Tahun 1962, Nesbitt dkk dapat mengisolasi dan memurnikan
racun Aspergillus flavus dan racun tersebul diberi nama aflatoxin yang merupakan
hasil metrabolisme sekunder dari jamur tersebut.
Penemuan - penemuan selanjutnya menyatakan bahwa Aspergillus flavus
ditemukan juga pada hasil komoditas pertanian lainnya seperti kacang-kacangan,
jagung, padi dan berbagai produk lain bahkan pada jamu. Aflatoxin perlu dihindari
karena akumulasi zat di atas ambang batas normal akan rnenyebabkan toksigenik
(keracunan), mutagenik (mutasi gen), teratogenik (penghambatan pada
pertumbuhan janin) dan karsinogenik (kanker pada jaringan tubuh).
Sebuah studi kasus dilakukan oleh Winamo (1988) pada pengeringan jagung
rakyat di Indonesia. Jagung beserta klobot yang baru dipanen pada kadar air kering
panen ternyata telah mengandung aflatoxin sebesar 3 ppb (sangat rendah).
Penelian lanjut dilakukan pada jagung tersebut setelah disimpan selama l - 14 hari
secara sederhana di lumbung desa/petani. Hasil dan penelitian tersebut menyatakan
bahwa aflatoxin berkembang hingga 21 ppb. Apabila penyimpanan dilakukan sampai
dengan 2 bulan, maka aflatoxin berkembang sampai dengan 73 ppb Pengupasan
klobot pada jagung yang telah disimpan selama 2 bulan menghasilkan jagung
dengan aflatoxin 63 ppb. Pada jagung yang telah dikupas tersebut selanjutnya
diperlakukan pengeringan secara mekanis dan konvensional. Pengeringan secara
mekanis menghasilkan jagung pipil kering dengan aflatoxin sebesar 110 ppb. Hal
yang lebih parah terjadi pada pengeringan yang dilakukan secara konvesional
dimana hasil pengeringan tersebut menghasilkan jagung dengan kadar aflatoxin 187
ppb.
Dari metode pengeringan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
aflatoxin tidak dapat dikendalikan oleh metode pengeringan mekanis apabila jagung
tersebut pada awalnya telah mengandung aflatoxin dalam kadar yang cukup tinggi,
Perkembangan aflatoxin lebih ditentukan oleh rentang waktu yang digunakan untuk
pengeringan dimana semakin lambat proses pengeringan akan semakin tinggi
kandungan aflatoxin.
Setelah dipelajari lebih lanjut maka cara yang baik untuk menghasilkan Jagung
pipilan kering yang baik adalah dengan mempersingkat waktu pengolahan pasca
panen jagung tersebut. Berikut ini dua metode pengeringan yang berhasil menekan
perkembangan aflatoxin sampai ketingkat yang sangat rendah.
1. Pengeringan Bertahap.
Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Pengeringan tahap pertama dilakukan
dalam bentuk tongkol sehingga kadar air turun rnenjadi 18%. Selanjutnya Jagung
tersebut dipipil/dirontok. Pengeringan tahap kedua dilakukan dalam bentuk biji hasil
pipilan sehingga kadar air menjadi 14%. Pengeringan bertahap yang rnenghasilkan
jagung dengan kadar air 14% dalam waktu tiga hari hanya menaikkan kadar
aflatoxin menjadi 30 ppb.
2. Pengeringan Langsung
Jagung hasil panen langsung dipipil/dirontok. Jagung hasil pemipilan tersebut
langsung dikeringkan selama satu sampai dua hari sehlngga kadar air mencapai
14%. Dengan pengeringan yang demikian akan diperoleh Jagung pipilan kering
dengan kadar aflatoxin < 3 ppb.
http://tatangkostaman.blogspot.com/2010/08/pasca-panen-jagung-pendahuluan-pasca.html
Penanganan Panen dan Pasca Panen Jagung. Penentuan saat panen jagung yang paling tepat, sangat tergantung pada tujuan penggunaan produksi. Tanaman jagung dapat dipanen apabila sudah mencapai matang fisologis (tergantung dari varietas dan tinggi tempat). Hal ini biasanya sering dilakukan dalam usaha jagung skala komersial/industri.
Jagung siap panen ditandai dengan terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah mengering atau berwarna coklat muda. Biasanya panen dilakukan pada saat tongkol berumur 7-8 minggu setelah keluar bunga dan dapat juga ditandai dengan penampakan biji jagung yang mengkilap jika tongkol dikupas. Selain itu, jika biji ditekan dengan tangan tidak meninggalkan bekas melekuk, dan kadar air dalam biji sudah mencapai 35 – 40%.
Kadar air biji jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil. Pemanenan yang dilakukan pada kadar air rendah (17 – 20%) menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar 1,2 – 4,7% dan susut mutu 5 – 9%. Apabila panen dilakukan pada kadar air tinggi (35 – 40%), susut hasil akibat tercecer mencapai 1,7 – 5,2% dan susut mutu 6 – 10% (Purwadaria, 1988).
Faktor yang perlu diperhatikan didalam penentuan panen jagung adalah waktu panen. Panen yang terlalu awal atau tongkol masih belum mencapai matang fisilogis dapat menyebabkan penurunan kualitas produksi yaitu akan menghasilkan banyak butir muda, sehingga daya simpan jagung rendah. Sebaliknya, terlambat panen dapat menyebabkan rusaknya biji akibat deraan lingkungan dan serangan hama. Jika panen dilakukan pada musim hujan menyebabkan biji jagung mudah berjamur sehingga biji akan terkontaminasi aflatoksin, yaitu metabolit beracun yang dihasilkan oleh cendawan Aspergillus flavus yang dapat meracuni manusia dan hewan. Dari hasil penelitian Balittan Malang (dulu) menunjukkan bahwa penentuan saat panen jagung yang paling tepat selain memperhatikan ciri-ciri matang fisiologis pada tongkol, juga menentukan umur tanaman mencapai paling optimum. Faktor penting lainnya adalah keadaan cuaca harus cerah (terang) pada saat pemanenan jagung dilakukan.
Cara pemanenan tanaman jagung umumnya dilakukan secara manual dengan tangan. Cara panen tersebut dilakukan dengan menentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis kemudian tongkol dipetik dengan tangan hingga terlepas dari batangnya. Jika tidak segera dikonsumsi atau dijual, jagung sebaiknya dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3-4 bulan. Dalam hal ini perlu pengeringan/penyimpanan jagung berupa para-para dalam jumlah yang cukup.
Pasca Panen Jagung
Proses penanganan pasca panen jagung diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemasakan dari masing-masing jagung yaitu masak susu, masak lunak (jagung manis/sweet corn dan jagung muda/jagung biasa), masak tua (30-40%), dan masak mati (17%).
Untuk tiap tingkat kemasakan tersebut terdapat perbedaan dalam proses penanganannya. Proses penanganan pasca panen pertama untuk jagung masak susu dan masak lunak terdiri dari panen, pengemasan segar dan penyimpanan. Proses penanganan pasca panen kedua untuk jagung masak tua dan masak mati terdiri dari proses panen, pengeringan tongkol,
penyimpanan tongkol, pemipilan, pengeringan jagung pipilan dan penyimpanan jagung pipilan.
Penanganan pasca panen yang bertujuan untuk memproduksi jagung pipilan meliputi kegiatan pokok yang terdiri dari pengumpulan hasil, penempatan dalam wadah, pengangkutan, pengeringan, pemipilan, pengeringan ulang dan penyimpanan. Penanganan pasca panen ini dibedakan antara penanganan jagung tongkol dan jagung pipilan.
Tahapan-tahapan penanganan jagung tongkol adalah : (1) pengumpulan hasil, yaitu mengumpulkan hasil panen di tempat yang teduh dan strategis sambil melakukan sortasi tongkol yang terserang hama atau penyakit ; (2) pewadahan, yaitu memasukkan ke dalam kantong goni atau wadah lain secara teratur; (3) pengangkutan; (4) pengeringan tongkol dengan cara mengeringkan tongkol satu persatu dalam bentuk ikatan-ikatan berisi 10 tongkol/ikat dengan cara menjemur di atas lantai; (4) penyimpanan, ikatan-ikatan tongkol disimpan digudang penyimpanan atau diatas tungku dapur dengan cara digantung pada tali atau bilah bambu. Untuk penanganan jagung pipilan prinsipnya sama dengan penanganan jagung tongkol, hanya setelah pengeringan dilakukan kegiatan pemipilan, pengeringan ulang dan penyimpanan dengan segera.
http://www.pustakadunia.com/artikel-pustaka-umum/penanganan-panen-dan-pasca-panen-jagung/
http://bpptiris.blogspot.com/2012/11/makalah-penanganan-pasca-panen-hasil.html
MAKALAH PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN
MAKALAHPENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN
I. PENDAHULUAN.
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pe ngolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan ber ikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai as pek dari pemasaran dan distrib usi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehenda ki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman terseb ut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk da pat segera dikonsumsi atau unt uk bahan baku pengolahan. Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian antara lain:
a. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.
b. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sam pai waktu penanaman. Teknologi benih mel iputi pemilihan buah, pengambi lan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.
c. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama disimpan, bertujuan mempertaha nkan komoditas yang telah dipanen dalam
d. kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing / drying),
pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan ko ndisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehenda ki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian , pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
Hubungan berbagai bidang kajian dalam pasca produksi terlihat pada Gambar 1.
Penanganan pasca panen yang baik akan menekan Kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mula i dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
- Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani : struktur dan komposisi hasil tanaman
- Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen
- Teknologi penangan pasca panen yang sesuai
Keuntungan melakukan penanganan pasca panen yang baik:
1. Dibanding dengan melakukan usa ha peningkatan produksi , melakukan penanganan pasca panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
- Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak - Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang hati-hati,
pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membu tuhkan input tambahan (misal pestisida, pupuk, dll).
- Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila gagal bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panen, bila gagal umumnya tidak menambah “kehilangan”.
- Menghemat energi. Energi yang digunak an untuk memproduksi hasil yan g kemudian “hilang” dapat dihemat.
- Waktu yang diperlukan lebih singkat (pengaruh perlakuan untuk peningkatan produksi baru terlihat 1 – 3 bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca panen dapat terlihat 1 – 7 hari setelah perlakuan)
2. Meningkatkan nutrisi Melakukan penanganan pasca panen yang baik dapat mencegah kehilangan nutrisi, berarti
perbaikan nutrisi bagi masyarakat. 2. Mengurangi sampah, terutama di kota -kota dan ikut mengatasi masalah pencemaran
lingkungan.
II. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PASCA PANEN HASIL TANAMAN TIDAK DAPAT DIHENTIKAN, TETAPI HANYA DAPAT DIPERLAMBAT
Keberhasilan penanganan pasca panen sangat ditentukan dari tidakan awalnya, yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin, yaitu segera setelah panen.
2.1. PANENPanen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi
merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya jalur tataniaga
tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan.
Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengum pulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang “rendah”.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :
2.1.1. Menentukan waktu panen yang tepat
Yaitu menentukan “kematangan” yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
* Cara visual / penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain
* Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik dan lain-lain.
* Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar.
* Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengu kuran/analisis kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komodit as, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma dan lain-lain.
2.1.2. Melakukan penanganan panen yang baik.Yaitu menekan kerusakan yang dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan, disesu aikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah. Untuk menetukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai untuk menentukan kematangan su atu komoditas, kita harus meng etahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan dipanen.Contoh :
1) Tomat dan Cabai :Tomat dan Cabai adalah sayuran buah, proses pertumbuhannya dari buah terbentuk, buah kecil, membesar sampai suatu ketika ukurannya tidak bertambah lagi, kemudian baru terjadi perubahan warna buah yang dapat terlihat sebaga i kriteria matang. Perubahan warna pada tomat dari hijau - hijau kekuningan - kuning kemerahan - merah merata. Pada cabai : buah warna hijau - hijau kemerahan – merah merata - merah tua.
2) Kentang :Kentang adalah umbi batang. Umbi dalam tanah dapat mulai terbentuk pada umur tanaman 3 minggu . Pembes aran umbi terjadi selama daun tanaman masih hijau. Pematangan umbi terjadi setelah daun tanaman menguning dan k ering, kulit yang tadinya mudah terkelupas akan melekat/ lengket. Ini merupakan ciri umbi telah tua.
3) Bawang Merah :Pada bawang merah, umbi bawang merupakan pembesaran dari pelepah daun, jadi berlapis-lapis. Pembesaran umbi terjadi selama daun masih hijau, pema tangan dicirikan dari pertumbuhan yang terhenti, kemudian “leher” mengecil/lunak/menutup. Lapisan paling luar akan mengering dan berfungsi sebagai kulit yang melindungi bagian dalam dari umbi.
4) Jagung :
Jagung dapat dipanen sebagai jagung semi (baby corn = bunga betina yang belum terserbuki), jagung putri, jagung sayur, jagung biji kering dan jagung untuk benih. Ciri-ciri kematangan dari masing-masing sesuai dengan stadia pertumbuhan buah.
Menentukan waktu panen atau ke matangan yang tepat juga terga ntung dari komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Untuk serealia (biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering. Pada buah-buahan, untuk pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen saat sudah matang benar dan ini umu mnya tidak sulit untuk ditentu kan, tapi untuk pemasaran jarak jauh atau untuk dapat disimpan lama, kita harus mempertimbangkan jarak atau waktu tersebut dengan proses kematangan yang terjadi dari tiap komoditas. Bila panen terlalu awal, kuali tas hasil akan rendah, begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan. Di bawah ini contoh patokan-patokan yang dapat dipakai untuk menentukan waktu panen dengan tujuan penyimpanan.
a) Pada tomat : ukuran buah sudah tidak membesar lagi dan perubahan warna mulai terjadi (kuning).
b) Pada cabai : Perubahan warna sudah terjadi, untuk mendapatkan warna merah yang baik, pemanenan harus dilakukan bila warna merahnya lebih dari 50%.
c) Pada kentang : Panen dilakukan bila daun / tanaman telah mengering lebih dari 75% kemudian dibiarkan 4 – 7 hari, baru digali.
d) Pada bawang merah : daun tanaman harus sudah mengering lebih dari 70%, leher batang lunak dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah).
e) Pada jagung pipil : pada biji sudah terbentuk “Black-layer”, biji keras, kelobot kering atau daun menguning
f) Pada kedelai dan kacang hijau: polong sudak mengering.
Selain menentukan kematangan yang tepat, saat akan melakukan panen juga harus memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai. Contoh :Untuk sayuran buah seperti tomat dan cabai, panen sebaiknya dilakukan tidak terlalu pagi atau bila kabut telah lewat dan hari tidak hujan . Kelembaban yang terbawa pada buah dapat menyebabkan buah mudah terserang penyakit, sehingga mudah busuk. Untuk kentang dan bawang merah panen harus dilakukan saat u dara cerah dan ada sinar matahari, karena kentang dan bawang setelah dikeluarkan dari dalam tanah perlu pengeringan / perawatan kulit (curing), dengan dijemur seben tar, agar terbentuk penebalan kulit dan penyembuhan luka . Selain itu juga agar tanah yang menempel di kulit dapat segera kering, mud ah terlepas dan umbi menjadi bersih. Pembersihan tanah dari umbi ini tidak boleh dilakukan dengan cara dicuci. Pekerjaan perawatan ini harus dilakukan segera setelah panen, tidak boleh ditunda. Untuk jagung biji kering dan juga biji-bijian yang lain, panen sebaiknya dilakukan pada saat udara cerah, karena setelah panen perlu segera dijemur untuk mengurangi kadar air biji. Pada panen jagung, biji yang tidak segera kering mudah ters erang Aflatoxin yang merupakan racun bila digunakan sebagai makanan ternak.
2.1.2. Penanganan Panen yang BaikBeberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :
1). Lakukan persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak ceroboh.
2). Pada pemanenan, hindari kerusa kan mekanis dengan melakukan panen secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, bawang merah dicabut dan pada kentang, tanah di sek itar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan umbi di keluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan/luka pada umbi saat pembongkaran tanah.
3) Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen.
Contoh :Tomat dipanen tanpa tangkai untuk menghindari luka yang dapat ter jadi karena tangkai buah yang mengering menusuk buah yang ada di atasnya. Cabai dipetik dengan tangkainya, bawang merah dicabut dengan menyertakan daunnya yang mengering, kentang dipanen umbinya, dilepaskan dari tangkai yang masih menempel. Jagung sayur dipanen berikut klobotnya.
4) Gunakan tempat / wadah panen y ang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil panen di atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen terlalu tinggi.
5) Hindari tindakan kasar pada pe wadahan dan usahakan tidak ter lalu banyak melakukan pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah ata u antar buah dengan wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.
2.2. PENANGANAN SEGERA SETELAH PANEN
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
a) Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar ai r dari komoditas. Pada biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
b) Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.
c) Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran) ! Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
d) Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
e) Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin p ada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
f) Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
g) Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.
III. PENANGANAN PASCA PANEN
Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:- Grading (pengkelasan) dan standarisasi - Pengemasan dan pelabelan - Penyimpanan - Pengangkutan. Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain : pemberian bahan kimia, pelilinan, pemeraman.
3.1. Grading dan StandarisasiGrading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya.Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.
3.2. Pengemasan / pengepakan / pembungkusan
3.2.1. Keuntungan dari pengemasan yang baik:a. Melindungi komoditas dari kerusakan
Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
Melindungi dari pengaruh lingkungan : temperatur, kelembaban, angin Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi Melindungi dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan.
b. Memudahkan penanganan : Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan Memberikan kesinambungan dalam penanganan Mengacu pada standarisasi wadah / container
c. Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil) Lebih menarik. Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi produk yang dikemas.
d. Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya tataniaga
3.2.2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:a) Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh atau
kerusakan lain. b) Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi) c) Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi d) Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau pel indung, harus
bersih at au untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik transparan dan lain-lain, harus yang baru.
e) Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
f) Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan lama penyimpanan/pengangkutan. Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah panen.
3.3. Penyimpanan (Storage operation)
3.3.1. Tujuan / guna penyimpanan:a) Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas) b) Menampung produk yang melimpah c) Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun d) Membantu dalam pengaturan pemasaran e) Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen f) Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan
3.3.3. Prinsip dari perlakuan penyimpanan :a) Mengendalikan laju transpirasi b) Mengendalikan repirasi c) Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
d) Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen3.3.4. Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat diperpanjang dengan
a) Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen b) Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage) c) Perlakuan kimia (chemical treatment)
d) Perlakuan penyinaran (irradiation) e) Penyimpanan dingin (refrigeration)
Penyimpanan dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau), efektif (bisa digunakan untuk semua komoditas) dan efisien (dapat dikombinasikan dengan cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk kondisi daerah tropis yang mempunyai temperatur udara rat a-rata cukup tinggi, penyimpanan hasil pertanian dalam temperatur rendah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari d aerah tropis umumnya tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin umumnya tidak berada di bawah 12oC. Ketahanan terhadap temperatur rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
b) Hindari chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman karena temperature rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan lama penyimpanan.
c) “Don’t break the cold-chains” Penyimpanan dingin dari suatu hasil tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan konsumen.
3.3.5. Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan penyimpanana) Perlakuan sebelum panen b) Panen dan penanganan panen c) Precooling d) Kebersihan e) Varietas /kultivar hasil tanaman dan tingkat kematangannya
3.4. Pengangkutan:Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
a) Fasilitas angkutannya b) Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan c) Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan d) Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
3.5. Pemberian bahan kimia:
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain: a) Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit setelah panen. b) Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul selama
penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat. c) Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman. d) Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas e) Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan buah. f) Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah pembusukan. g) Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik
IV. PRINSIP DASAR DARI PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK:
4.1. Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani a) Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi, dan
transpirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan harus selalu memperhatikan hal ini.
b) Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat untuk tiap komoditas akan berbeda.
c) Bagian tanaman yang dimanfaatkan juga berbeda-beda sifatnya (daun, batang,bunga, buah, akar).
d) Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.Perubahan-perubahan yang terjadi dari bagian tanaman setelah panen.1). Perubahan fisik / morfologis :
a) Daun - menguningb) Bunga – layuc) Batang – memanjang atau mengerasd) Buah matang – ranum, - “bonyok”e) Buah muda – jagung manis – biji keriputf) Mentimun – keriput atau menguningg) Polong – alot, menguningh) Umbi dan ubi – bertunas / berakar2). Perubahan komposisi :
a) kadar air – berkurangb) karbohidrat - pati menjadi gula dan sebaliknyac) protein – teruraid) lemak - menjadi tengike) vitamin dan mineral – hilang / berkurangf) Timbul aroma / bau
4.2. Mengetahui jenis kerusakan yang dapat terjadi
a. Kerusakan Fisik – Fisiologis Perubahan-perubahan terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang terlihat sebagai perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot, keriput, dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.
b. Kerusakan MekanisKerusakan disebabkan benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan tindakan manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja dila kukan. Atau karena kondisi hasil tanaman t ersebut (permukaan tidak halus atau merata, berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit tipis, dll.). Kerusakan mekanis (primer) sering diikuti dengan kerusakan biologis (sekunder)
c. Kerusakan BiologisPenyebab kerusakan biologis dari dalam tanaman : pengaruh etilen Penyebab kerusakan biologis dari luar : Hama dan penyakit.
4.3. Melakukan penanganan yang baik a. Menggunakan teknologi yang baik dan menyesuaikan dengan tujuan penanganan
b. Hindari kerusakan apapun penyebabnya dalam penanganan pasca panen.Penanganan harus dilakukan dengan hati -hati dan mengikuti kaidah-kaidah yang ditentukan
c. Mempertimbangkan hubungan biaya dan pemanfaatan.
Faktor yang berpengaruh pada kerusakan hasil tanaman : - Faktor biologis : repirasi, transpirasi, pertumbuhan lanjut, produksi etilen, hama dan penyakit - Faktor lingkungan : Temperatur, kelembaban, komposisi udara, cahaya, angin, tanah/media
DAFTAR PUSTAKA
Bautista, Ofelia K. 1990. Postharvest Technology for Southeast Asian Perishable Crops. Technology and Livelifood Resource Centre. Los Banos. The Philippines.
Hong Seok-In 2006. Packaging Technology for Fresh Produce. One Day International Seminar “Post-Harvest Losses of Cole Crops (Brassica vegetables) Causes and Solutions. FTIP, Unpad – Bandung.
Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. The Regents of the University of California. USA.
Pantastico, Er.B. 1975. Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. The AVI Publ. Co,Inc. Westport, Connecticut.
Weichmann, J. 1987. Postharvest Physiology of Vegetables. Marcel Dekker, Inc. NY. USA.Wills, R.; B. McGlasson; D. Graham; D. Joyce. 1998. Postharvest. An Introduction to the Physiology and
Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals. Hyde Park Press, Adelaide, South Australia.Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta.
Diposkan oleh Anang Budi di 09.54
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
KAIDAH, TATA CARA, SISTEMATIKA PENULISAN, DAN FORMAT PENYAJIAN KARYA TULIS ILMIAH
KAIDAH, TATA CARA, SISTEMATIKA PENULISAN, DAN FORMAT PENYAJIAN KARYA TULIS ILMIAH sesuai dengan permentan nomor 34/permentan/ot....
MAKALAH PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN
MAKALAH PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN I. PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan s...
PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN CABE.
PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN CABE. Cabai walaupun mempunyai prospek pasar yang bagus dalam agribisnis tetapi tanaman c...
Pemupukan ( Peran Pupuk Bagi Tanaman )
PERANAN PUPUK BAGI TANAMAN Oleh : ANANG BUDI PRASETYO,SP NIP. 19580727 198103 1 025 PPL BPP KECAMATAN TIRIS ...
JENIS-JENIS ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
JENIS-JENIS ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Ka...
MENGATASI HAMA KERITING DAUN PADA TANAMAN CABE
MENGATASI HAMA KERITING DAUN PADA TANAMAN CABE Hama keriting daun pada tanaman cabe. Sebenarnya ada beberapa penyebab yang mengak...
MAKALAH “MASALAH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT DAN UPAYA PEMECAHANNYA”.
MAKALAH “MASALAH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT DAN UPAYA PEMECAHANNYA”. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan k...
KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN POLYBAG SEBAGAI MEDIA TANAM
KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN POLYBAG SEBAGAI MEDIA TANAM Anang Budi Prasetyo,sp PPL BPP KECAMATAN TIRIS Keuntungan Pemakaian Pol...
Pengertian RDK dan RDKK
PENGERTIAN RDK DAN RDKK Oleh : ANANG BUDI PRASETYO,SP PPL BPP KECAMATAN TIRIS KABUPATEN PROBOLINGGO I. Lat...
Downloadable Movie Collections: Download Film Semi Gamitan 18+
Downloadable Movie Collections: Download Film Semi Gamitan 18+
tukar link
BLOG AL-IRSYAD
bloger indonesia
INDONESIA BLOGGER
Tautan
Google+
Lencana Facebook
Anang Budi
Buat Lencana Anda
Mengenai Saya
Anang Budi
Selayang pandang nun jauh disana aku bertenger dikaki gunung argopuro,biar sunyi tetapi bergumul dengan keluarga penuh dengan kedamaian,demikian selayaknya meniniti hidup tanpa segala rekayasa. kujalani sisa sisa kehidupan ini dengan segala iklas dan sabar.itulah aku yang selalu medambahkan tali silaturami baik untuk golongan adam maupun hawa.
Lihat profil lengkapku
tembang kenangan
Tembang Kenangan IndonesiaTembang Kenangan Indonesia , Barat dan Mandarin
kumpul blogger
MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95 RIBU
INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?
FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEKS REKOMENDASI BOYKE!
GASA UNTUK EREKSI KERAS REKOMENDASI BOYKE
KumpulBlogger.com:Demo Targeted Ads
bojalinuxer
rss
News Widget
Lencana Facebook
Anang Budi | Buat Lencana Anda
HTML/JavaScript.
Subscribe Now: freedictionary
Subscribe Now: google
Pengikut
Arsip Blog
► 2015 (8)
► 2014 (22)
► 2013 (27)
▼ 2012 (109)
o ▼ November (9)
MAKALAH PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN
Serial + Key Komplit Semua Software
USAHA TERNAK DOMBA<!--[if gte mso 9]> Normal 0 ...
MAKALAH “MASALAH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT D...
MEMBANGUN KELOMPOK USAHA PETANI MASYARAKAT DESA
GATRA TANAH PERTANIAN AKRAB LINGKUNGAN DALAM MENY...
CARA MENANAM MANGGIS
BUDIDAYA KANGKUNG DARAT SEMI ORGANIK
ATASI ASAM URAT DENGAN TANAMAN
o ► Oktober (7)
o ► September (10)
o ► Agustus (38)
o ► Juli (5)
o ► Juni (15)
o ► Mei (7)
o ► April (4)
o ► Maret (13)
o ► Februari (1)
► 2011 (5)
Translate
Terindikasi
inam
inam softwares Password is ( inam )
widgetbox
Follow by Email