om swastyastu

42
Om Swastyastu Oleh I made sumadiyasa 1011011103 PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN AUTONOMY SISWA KELAS XI IPA 2 SMA N 2 SINGARAJA Presentasi Ujian Proposal

Upload: sumadiyasa

Post on 19-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PPTX

TRANSCRIPT

Page 1: Om Swastyastu

Om Swastyastu

OlehI made sumadiyasa

1011011103

PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK

MENINGKATKAN AUTONOMY SISWA KELAS XI IPA 2 SMA N 2 SINGARAJA

Presentasi Ujian Proposal

Page 2: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

BAB I

LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI MASALAH

PEMBATASAN MASALAH

RUMUSAN MASALAHTUJUAN PENELITIANMANFAAT PENELITIAN

Page 3: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

BAB I > LATAR BELAKANG MASALAH

DITEMUKAN SISWA YANG TIDAK AUTONOMY

CIRI YANG NAMPAK PADA SISWA

INDIKATOR AUTONOMY

FAKTOR PENYEBABPENDEKATAN

BELAJAR ATAU BK ?

LAYANAN BK

KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK MODELING

PENINGKATAN AUTONOMY SISWA

Page 4: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Terdapat beberapa siswa yang kurang memiliki autonomy.

▪ Pelaksanaan bimbingan dalam bentuk konseling dengan berbagai teknik belum dilaksanakan secara efektif salah satunya yaitu Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa.

▪ Apakah Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling efektif untuk meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 2 Singaraja ?

▪ Apakah Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling dapat meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 2 Singaraja ?

▪ Seberapa besarkah Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 2 Singaraja ?

BAB I > IDENTIFIKASI MASALAH

Page 5: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja.

▪ Objek penelitian ini terbatas pada pemberian konseling behavioral dengan teknik modeling untuk meningkatkan autonomy siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja

PEMBATASAN MASALAH

RUMUSAN MASALAH

▪ Bagaimanakah autonomy siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja pada skor awal sebelum siklus I dan II?

▪ Apakah terjadi peningkatan autonomy pada siklus I jika diterapkan konseling behavioral dengan teknik modeling pada siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja?

▪ Apakah terjadi peningkatan autonomy pada siklus II jika diterapkan konseling behavioral dengan teknik modeling pada siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja?

TUJUAN MASALAH

▪ Untuk mengetahui autonomy siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja pada skor awal sebelum siklus I dan II.

▪ Untuk mengetahui peningkatan autonomy pada siklus I jika diterapkan konseling behavioral dengan teknik modeling pada siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja.

▪ Untuk mengetahui peningkatan autonomy pada siklus II jika diterapkan konseling behavioral dengan teknik modeling pada siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja.

Page 6: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif dalam bidang bimbingan konseling terutama kepada guru BK dan bermanfaat untuk menambah wawasan guru BK dalam pelaksanaan penerapan Konseling Behavioral Teknik Modeling untuk meningkatkan autonomy siswa.

BAB I > MANFAAT PENELITIAN

TEORITIS▪ Bagi guru BK.

Untuk membantu dalam menyusun kebijakan sehubungan dengan upaya meningkatkan autonomy siswa, serta dalam pemberian konseling selanjutnya pada siswa dengan harapan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan aman, lancar, tertib dan terkendali, sehingga output atau hasil akhir dari pembelajaran akan lebih berkualitas.

▪ Bagi Peneliti.

Sedangkan manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dalam bidang penulisan karya ilmiah dan sebagai tugas akhir di semester 8.

PRAKTIS

Page 7: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

BAB II

KAJIAN TEORI

KERANGKA BERPIKIR

RUMUSAN HIPOTESIS▪ Deskripsi Autonomy.

▪ Definisi Indikator Autonomy.

▪ Ciri-ciri Kemandiria (Autonomy).

▪ Faktor-faktor yang mempengaruhi Autonomy.

▪ Perkembangan Autonomy.

▪ Deskripsi Konseling Behavioral.– Deskripsi konseling.– Deskripsi teori Behavioral.– Deskripsi teknik Modeling.– Tujuan dan manfaat konseling.– Tahapan teknik konseling.– Langkah-langkah teknik konseling.– Penelitian yang relevan.

Page 8: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Bab II – DeSKRIPSI AUTONOMYHanna Widjaja (dalam Aspin, 2007) memberikan penjelasan bahwa kemandirian menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi.

INDIKATOR• Bisa datang dan

pergi sebagaimana diinginkan.

• Mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya.

• Tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan.

Page 9: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Kebebasan Berinisiatif

Percaya Diri

Pengambilan

Keputusan

Pengendalian Diri

Bertanggung Jawab

Autonomy

CIRI-CIRI ATUNOMY MENURUT Zakiyah

(2000)

Bab II – ciri-ciri AUTONOMY

Page 10: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

FAKTOR KODRATI

Urutan Kelahiran

Jenis Kelamin

Umur

FAKTOR LINGKUNGAN

Tingkat Demokratik Orang Tua

Kebudayaan

Pendidikan

Pekerjaan

Bab II – faktor yang mempengaruhi AUTONOMY

Page 11: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Johnson dan Medinnus (Susilowati, 1988) menyebutkan bahwa kemandirian seorang anak merupakan tanda rasa aman yang ia miliki. Anak yang kekurangan kehangatan dan afeksi yang cukup memuaskan dari orang tuanya membuat anak kurang mampu membangun kemandirian emosi (emotional independency).

Bab II – perkembangan AUTONOMYMartin dan Stedler (Masrun dkk., 1986) menyebutkan bahwa kebutuhan akan persetujuan dari orang tua (parental approval) akan memotivasi sebagian anak untuk bertingkah laku mandiri. Hal tersebut dapat dicontohkan dengan seorang bayi yang bisa memegang botol sendiri, kemudian orang tuanya memberikan reward berupa pujian, seperti "wah, sekarang Adik pintar ya, dapat memegang botol sendiri !". Ungkapan ini dapat menyebabkan anak tersebut berkeinginan untuk mengulanginya lagi.

Page 12: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Prayitno dan Erman Amti (dalam Sedanayasa dan Suranata, 2009: 18) menyatakan “konseling adalah

bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi konseli”.

Bab II – deskripsi konseling

Page 13: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Sintesis

• Langkah ini merupakan langkah pengumpulan data-data, keterangan serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah konseli serta latar belakang terjadinya masalah tersebut.

Diagnosis

• Langkah ini merupakan langkah pembuatan kesimpulan awal tentang masalah-masalah yang dikemukakan konseli atau penafsiran tentang masalah inti konseli yang akan menjadi fokus dalam wawancara konseling.

Prognosis

• Langkah ini merupakan langkah penelusuran kekuatan atau potensi konseli dalam mengatasi masalah yang dialaminya.

Treatment

• Langkah ini merupakan langkah pembinaan terhadap konseli.

Follow Up

• Langkah ini merupakan upaya tindak lanjut konseli terhadap hasil keputusan yang diperoleh dalam wawancara konseling

Bab II – tahapan wawancara konseling

Page 14: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Konseling behavioral adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan

masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Rachman (1963) dan Wolpe (1963) mengemukakan bahwa terapi behavioral dapat menangani masalah perilaku mulai dari

kegagalan individu untuk belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala

neurosis.

Bab II – konsep dasar teori behavioral

Page 15: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Gerald Corey (dalam terjemahan E. Koswara, 1988: 196) menjelaskan

bahwa “behavior adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang

berakar pada berbagai teori tentang belajar dengan menyertakan penerapan sistematis prinsip-prinsip belajar pada perubahan perilaku ke arah cara yang lebih adaptif”. Pendekatan ini banyak

memberikan sumbangan dalam bidang klinis ataupun pendidikan. Dengan

dilandaskan pada teori belajar modifikasi perilaku, terapi perilaku

adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan perilaku.

Bab II – pengertian & tujuan konseling behavioral

Tujuan dari konseling behavioral adalah: “untuk membantu klien

membuang respons-respons yang lama yang merusak diri,

dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih

sehat, selain itu bertujuan untuk memperoleh perilaku baru,

mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat

serta mempertahankan perilaku yang diinginkan” (Sofyan S.

Willis, 2011: 70).

Page 16: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Bab II – ciri-ciri konseling behavioral

▪ Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik artinya seorang konselor harus mengetahui pasti dengan kasat mata bahwa klien mempunyai masalah dan perilaku menyimpang.

▪ Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment, artinya konselor harus menggunakan treatment apa dan tujuannya apa jika klien maladaptif (menyimpang).

▪ Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah, maksudnya treatment yang digunakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh klien sehingga masalahnya bisa diselesaikan.

▪ Penafsiran obyektif atas hasil-hasil terapi, artinya penafsiran klien untuk merasakan adanya perubahan atas hasil-hasil terapi yang dilakukan konselor untuk menyelesaikan masalahnya.

Page 17: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Desensitisasi Sistematik.

▪ Terapi Implusif dan Pembanjiran.

▪ Latihan Asertif.

▪ Terapi Aversi.

▪ Pengondisian Operan.

▪ Perkuatan Positif.

Bab II – teknik-teknik konseling behavioral▪ Pembentukan

Respons.

▪ Perkuatan Intermiten.

▪ Penghapusan.

▪ Percontohan (Modeling).

▪ Token Economy.

Page 18: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Assesment

Langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya)

Goal Setting

Langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.

Technique Implementation

Menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.

Evaluation Termination

Melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.

Feedback

Memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

Bab II – tahapan konseling behavioral

Page 19: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Teknik pemodelan atau sering disebut dengan teknik percontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh

tingkah laku sang model. Bandura (1969) menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh

melalui pengalaman langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut

konsekuensi-konsekuensinya.

Bab II – pengertian teknik modeling

Page 20: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Pengambilan respons atau keterampilan baru dan memperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari pengamatannya dengan pola perilaku yang baru.

▪ Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh (sebagai model) melakukan sesuatu yang oleh si pengamat menimbulkan perasaan takut, namun pada tokoh yang dilihatnya tidak berakibat apa-apa atau akibatnya bahkan positif.

▪ Pengambilan suatu respons dari respons-respons yang diperlihatkan oleh model yang memberikan jalan untuk ditiru. Melalui pengamatan terhadap model, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan ternyata tidak ada hambatan.

Bab II – pengaruh modeling

Page 21: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Live models (Penokohan yang nyata).

▪ Symbolic models (Penokohan yang simbolik).

▪ Multiple model (Penokohan ganda).

Bab II – jenis modeling & Prinsip pemodelan ▪ Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung dan bisa tidak

langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya.

▪ Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model yang ada.

▪ Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati objek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.

▪ Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.

▪ Status kehormatan model sangat berarti.

▪ Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model.

▪ Modeling dapat dilakukan dengan model simbol melalui film dan alat visual lain.

▪ Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

▪ Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.

Page 22: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

√ Ciri model seperti; usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan merupakan hal yang penting diperhatikan dalam melakukan imitasi.

√ Anak lebih senang meniru model seusianya dari pada model dewasa.

√ Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya.

√ Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka. Anak perempuan lebih cenderung mengimitasi ibunya.

Bab II – hal yang perlu diperhatikan

Page 23: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Perhatian (Attention). Pada langkah ini, subjek harus memberi perhatian terhadap tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya.

▪ Penyimpanan (Retention). Pada langkah ini, subjek yang memperhatikan tingkah laku orang lain harus menyimpan peristiwa itu dalam sistem ingatannya.

▪ Representasi, yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasi dalam ingatan.

▪ Peniruan tingkah laku model, yaitu bagaimana melakukannya? Apa yang harus dikerjakan? Apakah sudah benar?

▪ Penghasilan (Reproduction). Setelah mempelajari suatu tingkah laku, subjek juga harus mempunyai kemampuan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpannya ke dalam bentuk tingkah laku.

▪ Motivasi dan penguatan. Motivasi tinggi untuk melakukan tingkah laku model membuat belajar menjadi efektif.

Bab II – proses penting dalam modeling

Page 24: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model).

▪ Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti : usia, status ekonomi, dan penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.

▪ Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

▪ Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.

▪ Kombinasikan konseling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan.

▪ Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.

Bab II – prosedur pelaksanaan ▪ Bila mungkin buat desain pelatihan

untuk konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.

▪ Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

▪ Skenario modeling harus dibuat realistik.

▪ Melakukan pemodelan di mana tokoh tidak menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut, dan perilaku yang menyenangkan konseli).

Page 25: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

TUJUANDevelopment of new skill, artinya

mendapatkan respons atau keterampilan baru dan memperlihatkan perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari pengamatan dengan perilaku baru.

Facilitation of preexisting of behavior, menghilangkan respons takut setelah melihat tokoh (bagi si pengamat).

Changes in inhibition about self axspression, pengambilan suatu respons-respons yang diperlihatkan oleh suatu tokoh dengan pengamatan kepada model.

Bab II – tujuan & manfaat MANFAATPengambilan respons atau

keterampilan baru dan memperlihatkannya dalam perilaku baru.

Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat positif.

Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada hambatan.

Page 26: Om Swastyastu

Observer/individu menaruh perhatian terhadap perilaku atau penampilan model. Dalam hal ini seseorang cenderung memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif, dan populer

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Attentional Retention Production

Motivational

Proses yang merujuk pada upaya individu untuk memasukkan informasi tentang model

Proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons atau tingkah laku model.

proses pemilihan tingkah laku model. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu reinforcement dan punishment.

Bab

II – tahap

an te

knik

konse

ling

Page 27: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model)

▪ Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti usia, status ekonomi, dan penampilan fisik.

▪ Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

▪ Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.

▪ Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi dan penguatan.

▪ Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.

Bab II – langkah teknik konseling ▪ Bila mungkin buat desain pelatihan

untuk konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.

▪ Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih susah.

▪ Skenario modeling harus dibuat realistik.

▪ Melakukan pemodelan (Dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut, dan perilaku yang menyenangkan).

Page 28: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Peningkatan Autonomy

siswa

Autonomy vs non-

autonomy

Fakta Lapangan

Autonomy siswa

rendah

Pemanfaatan layanan

BK

Teori konseling behavioral

Teknik Modeling

Bab II – kerangka berpikir

Page 29: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Bab II – kerangka berpikir

Konseling

Behavioral

Teknik Modelin

g

Peningkatan

autonomy siswa

Page 30: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

DESAIN PENELITIAN

Bab III

SUBYEK & OBYEK PENELITIAN

VARIABEL PENELITIAN

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

PROSEDUR PENELITIAN

METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI

METODE ANALISIS DATA

KRITERIA KEBERHASILAN

Page 31: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan aplikasi penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling yang sering disebut penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK) atau dalam bahasa Inggris disebut action research in counseling

SUBYEK & OBYEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang.

Objek dalam penelitian ini yaitu variabel-variabel yang terlibat yang akan diteliti yaitu konseling behavioral dengan teknik modeling dan autonomy.

VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas (X) yaitu konseling behavioral dengan teknik modeling.

Variabel terikat (Y) yaitu autonomy.

Bab III – DESAIN, SUBYEK & OBYEK, VARIABEL PENELITIAN

Page 32: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Konseling behavioral dengan teknik modeling yaitu pemberian bantuan oleh konselor terhadap konseli dengan cara melakukan pengkondisian yang memungkinkan siswa membentuk prilaku baru yang berguna bagi dirinya, menghapus prilaku maladaptif dan mempertahankan prilaku positif. Teknik modeling adalah teknik yang memungkinkan siswa atau konseli untuk melakukan observasi terhadap prilaku yang ditampilkan oleh model yang disediakan yang selanjutnya siswa akan meniru prilaku-prilaku positif yang ditampilkan serta berbagai bentuk konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

Bab III – DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan autonomy adalah kemampuan seseorang untuk dapat berdiri sendiri, memiliki keyakinan mampu menyelesaikan berbagai tugas dengan memanfaatkan kapasitas dalam dirinya serta tidak tergantung kepada orang lain. Dari definisi ini, autonomy mengandung indikator-indikator : (1) Bisa datang dan pergi sesuai yang diinginkan (2) Mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya; (3) Tidak bergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan.

Page 33: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Bab III – PROSEDURPENELITIAN Identifikasi

• Tahap awal untuk mengidentifikasi masalah siswa yang berhubungan dengan data pribadi siswa seperti, identitas diri.

Diagnosa

• Proses menganalisis penyebab suatu masalah yang dihadapi siswa.

Prognosa

• proses memperkirakan kemungkinan masalah konseli untuk diatasi dan menentukan alternatif pemecahannya dengan mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil pada tahap identifikasi dan diagnosa

Konseling

• Membantu siswa yang memiliki autonomy rendah agar dapat ditingkatkan

Evaluasi

• dapat diketahui bagaimana siswa mampu meningkatkan autonomy mereka setelah diberikan tindakan, dan sejauh mana proses yang terjadi dapat menuju sasaran yang diharapkan.

Refleksi

• Sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi.

Page 34: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

▪ Metode Observasi.

Cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati

▪ Metode Wawancara.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung dengan orang yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.

▪ Metode Kuesioner .

Metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu, dan individu-individu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula

Bab III – METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI

Prosedur penyusunan instrumen penelitian meliputi: (a) konsepsi mengenai instrumen; (b) menyusun kisi-kisi instrumen; (c) merumuskan butir-butir pertanyaan; (d) mengkonsultasikan butir-butir pertanyaan; (e) melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.

METODE PENGUMPULAN DATA

INSTRUMENTASI

Page 35: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Konsepsi autonomy.

Untuk mengukur variabel autonomy, maka dapat disusun kuesioner autonomy. Variabel ini terdiri dari beberapa aspek secara operasional. Dalam penelitian ini, autonomy diukur melalui indikator-indikator : (1) Bisa datang dan pergi sebagaimana diinginkan; (2) Mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya; (3) Tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan.

Untuk mengukur variabel autonomy, digunakan kuesioner dengan lima kategori jawaban (Skala Likert).

Bab III – METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI Menyusun Kisi-Kisi Instrumen.

Aspek

IndikatorNomor Butir

JumlahPositif

(+)Negatif

(–)

Autonom

y

Bisa datang dan pergi sebagaimana diinginkan.

1, 8, 11, 16, 23, 26

4, 7, 17 9

Mengatakan apa yang sedang

dipikirkan oleh seseorang dan pemikirannya.

6, 9, 15, 18, 25, 27,

29

2, 5, 12, 20, 21,

12

Tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil

keputusan.

3, 14, 24, 28,30

10, 13, 19, 22

9

Jumlah 18 12 30

Page 36: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Merumuskan butir pertanyaan.

Berpedoman terhadap kisi-kisi instrumen yang telah dibuat, maka selanjutnya disusunlah butir-butir pernyataan kuesioner autonomy. Butir-butir pernyataan yang disusun ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

Bab III – METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI

Mengkonsultasikan butir pertanyaan.

Setelah butir-butir tersebut dirumuskan, selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing sehingga dapat direvisi secara teliti. Setelah mengkonsultasikan butir-butir pernyataan tersebut, selanjutnya dilakukan uji empiris.

Page 37: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singaraja

Uji validitas isi.

Validitas isi digunakan untuk mengetahui kesesuaian antara kuesioner yang dibuat dengan lingkup variabel penelitian. Sebelum item-item kuesioner disebarkan kepada responden, item-item kuesioner tersebut dikonsultasikan kepada para pakar (judges) untuk dilakukan penilaian.

Bab III – METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI

Penilaian Judges

Judges I

Kurang Relevan

Sangat Relevan

Judges II

Kurang Relevan

A (- -) B (+ -)

Sangat Relevan

C (- +) D (+ +)

¿Keterangan:A : Sel yang menunjukkan ketidaksesuaian antara kedua penilai/pakar.B dan C : Sel yang menunjukkan perbedaan pandangan kedua penilai/pakar.D : Sel yang menunjukkan persetujuan yang valid kedua penilai/pakar. 

Page 38: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singarajae

Validitas isi.

Validitas yang dicari adalah validitas butir tes dengan menerapkan rumus korelasi product moment. Hal ini dilakukan agar alat ukur yang digunakan memang tepat untuk mengukur variabel yang diinginkan

Bab III – METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI

¿Keterangan:

r : koefisien korelasin : banyaknya responden∑X : jumlah skor variabel bebas∑Y : jumlah skor variabel terikat∑ XY : jumlah hasil kali skor variabel bebas dan variabel terikat∑X2 : jumlah kuadrat skor variabel bebas∑Y2 : jumlah kuadrat skor variabel terikat

Page 39: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singarajae

Reabilitas perangkat.

Setelah uji validitas butir, uji kualitas instrumen dilanjutkan dengan uji keandalan (reliabilitas). Suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan-pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu

Bab III – METODE PENGUMPULAN DATA & INSTRUMENTASI

𝑟=( 𝑘𝑘−1

)(𝑆𝐷2𝑡−∑ 𝑆𝐷2𝑖

𝑆𝐷2𝑡)(Aplikasi Komputer UNJ ,2003)

Keterangan :k = banyaknya butir tes

SD2t = varian/simpangan baku skor total

SD2i = varian/simpangan baku skor butir ke – i

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,00 - 0,19 Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0, 79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Page 40: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singarajae

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis deskriptif (persentase). Analisis ini digunakan untuk melihat atau mengetahui peningkatan autonomy siswa ditentukan dengan membandingkan autonomy siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan sesudah dilaksanakan tindakan.

Bab III – metode analisis data

P = x 100%

Keterangan:P : Presentase PencapaianX : Skor MentahSMI: Skor Maksimal Ideal

Page 41: Om Swastyastu

Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Singarajae

Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini disesuaikan dengan persentase pencapaian skor minimal yaitu 80%. Subjek yang diberikan tindakan, bila menunjukkan peningkatan autonomy minimal 80% maka dikategorikan berhasil atau sesuai dengan perubahan perilakunya. Makin meningkat autonomy siswa tersebut maka makin berhasil tindakan yang diberikan. Untuk menentukan pencapaian hasil peningkatan autonomy pada siswa tersebut digunakan kriteria sebagai berikut.

Bab III – kriteria keberhasilan

Tingkat Penguasaan

Kriteria

90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

65% - 79% Sedang

55% - 64% Rendah

0% - 54% Sangan Rendah

Page 42: Om Swastyastu

Sekian dan Terima Kasih

Om Santhi Santhi Santhi Om