oleh= mundayat yogyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi...

62
! I i . I . I , .. . .,. . .· . J: . ' . ·-.... ., . DINAMIKA . . j . . i SOSIAL EKONOMI POLITIK DI SEBUAH PEDUKUHAN JAWA Oleh= Aris Arif Mundayat YOgyakarta -.. . .. Agustus 1989 '·i . .L .r ! 1 i ·, '1

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

! I i

. I

. I , ~

.. . .,. .

. · . J:

. ' . ·-.... .,

'~\ .

DINAMIKA . . '~--.:- j

. ~

. i

SOSIAL EKONOMI POLITIK DI SEBUAH PEDUKUHAN

JAWA

Oleh= Aris Arif Mundayat

YOgyakarta -.. . .. Agustus 1989

···~· '·i . ~

.L .r ! .........._~-! 1

i ·,

'1

Page 2: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

BAB I . Pendahuluan s a I I • I I I I I I I I I I I I .. I I I ' ' • • I ' • • ' • I ' I I • ' I I

BAB II. Gambaran Umum Dukuh Parakan ...................... .

BAB III . Sejar~ Sosial Dukuh Parakan • • • • • • • I' • • • • • • • • • • ' • t

1. Masa Kolonial Belanda dan . : Jepang (1914-194.5) ········~········•··········

2. Sejarah Pendidikan dan Transportasi (1930-1980)

I I I I I I I I I I I I t I t t t I t t t ''

'

3. Sejarah Sosial K~~pemimpinan

1

11 \

25

(1914-1986) ............................ ;.' .. ~ .. 29

4. Sejarah Keorgani::;asian Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

BAB IV Sistem Sosial Dukuh Parakan . . . . . . . . . . . . ' . . . . . . . . . . 39

1. Sistem Sosial Ekonomi Pedesaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39

2. Sistem Politik Pedesaan .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. 47

BAB V . Kesimpulan t t I I t t t t I t I t t t I I t t t t I t t t t I I t t t I I t t t I t t t I t fi3

Cat a tan t t I I t t t a t I t I t t t t t t t t t I t t t t t t t .._ t I t I t t ~ t t t t I t I t t t I ' t t I

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

5

Page 3: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

BABI

F'ENDAHUL.UAN

., Tulisan ini merupakan suatu diskripsi interpretatif mengena~,,

~istem sosial ekonomi-politik di sebuah desa di Jawa. Pendekatan

yang digw1akan dalam hal ini menggunakan cara-cara yang lazim

'Hlakukan oleh penulis sE?jarah, narriun bukc:.m ber·iarti menjadi

historic sentris, karena aspek kultural dalam kajian antropologi

sangat dominan. Pendekatan historis ini dilakukan bukanlah untuk

~embangkitkan situasi lama, namun hanya untuk menunjukkan bahwa

·sistem sosial yang ada banyak dipengaruhi oleh faktor kontinuitas I

I

yang bersifat historis. Atau dalam kata lain untuk m•nunjukkan

adanya suatu din~mika menuju sistem sosial yang ada sek.rang ini.

Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui, bah~a 'selama

ini kajian mengmnai sistem sc~ial ekonomi-politik leb~h banyak

dibicarakan oleh ahli-ahli ilmu politik dan sejara~an. Oleh

karena itu tulisan ini berusaha untuk menunjukkan aspek kultural

'yang termanifestasikan dalam sistem gagasan serta ni ai-nilai. I

Jika kita beranjak pada batasan yang diajukan oleh Clifford

· iGeer·tz, make:\ "culture is the fabric o·f meaning .in term$ of ~hich

human beings interpret their experience and their

, ~ction; •••• " CGeertz, 1973; 145>. Oleh karena itu kebud+yaan akan I

~apat dipahami bentuk-bentuk perubahannya Jika kita fmemandang

bahwa gejala sosial yang ada disekitar kita merupa~an suatu I .

,Jalinan makna yang kurang lebih terbentuk karena faktor historis.

:Jalinan makna yang ada merupakan hasil interpretasi man 1sia yang

iterl ibat atau terpintal di dalam jalinan dalam

segala pengalaman yang dihadapinya. S "•mua itu

1

Page 4: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

··~

!mengantarkan manusia sebagai pendukung dan pelaku ::ebudayaan

~alam membentuk perilaku.

Geertz stn.t~~tur

Dia meljhat bahwa struktur sosial merupakan bertuk dari

tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi

sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial

: dal am tul i s<an i ni juga ti dak ber·beda df.:mgan apa yiang di katakan

jadi pada dasarnya struktur sosial yang terlihat

~erupakan suatu gambaran sinkronis yang bersifat a ·tual dan

berlandaskan pada tataran budaya.

Interaksi yang hadir dalam kehidupan manusia mer-up kan suatu

lnteraksi fungsional, dimana mereka terJalin dan ter intal di

dalanmya. Realitas seperti itu merupakan suatu suatu strategi

untuk menjaga suatu kelangsungan hidup bersama dan untu~ mencapai

~uatu tujuan yang kurang lebih sama. Mereka bergerak d

ke waktu dan segala perubahan terjadi di dalamnya menur ~

wahtu

irama

perubahan lingkungan alam, sosial-politik yang ada dis kitarnya.

Palam hal ini ada suatu seni tersendiri yang merupak bagian

dari permainan hidup, yaitu the art of survival.

manusia yang ada di dalamnya berperan sebagai aktor SUc?.tU

pertunJukkan theatre~ dimana aktor yang satu akan digan ikan oleh

•ktor yang lain, per-an yang satu berganti dengan per-an lain

~ada suatu panggung yang sama tetapi pada adegan yang b rbeda.

Adegan yang satu tampaknya tak bisa dipisahkan de~ an adedan

yang lain, karena merup~kan suatu kesinan~ungan yang bersifat

, ~istoris. Selain itu setiap unsur yang ada dalam ti p adegan

~erupakan suatu kesatuan •istem yang saling berkaitan •atu sama

2

Page 5: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

~ainnya. Walaupun dalam sistem tersebut terdapat banyac sekali

~nsur namun pada dasarnya ada unsur inti yang sangat pentin9.

steward melihat unsur-unsur inti tersebut meliputi

jdeology~ socio-poli~ical organization, dan technoeconom ·c. Unsur l

~nti

c~l eh unsur-unsur peripheral serta lingkungan yang ada di

$istem tersebut. Oleh karena itulah tulisan ini 1 ebi ·1 banya~::

4erbicara tentang sistem sosial ekonomi-politik, karena 1erupak~n

~nsur inti dari suatu kebudayaan. Unsur-unsur tersebJt mampu

.t~engger.::-\kkan segal a tatanan si stf:m yang t.e1···kai t d<::mgannya, sesuai

!~engan perubahan jaman.

Perubahan sosial yang muncul merupakan suatu implikasi legis

~ari terjadinya modifikasi hubungan antar individu atau kelompok.

1 Hodifikasi yang ada di dalam relasi sosial sebuah desa di Jawa

<khususnya

keh.tatan "supr· a

merupakan msrupakan pro uk

masyarakat" mempent;.~.::~r·uhi

dari

melalui

kecenderungan kebijaksanaan ekonomi-politik pemerintah kolonial

Belanda sampai sekarang ini. Kecenderungan yang ada ·ada masa

~olonial --beserta struktur pemerintahan kraton yang te libat di

~alamnya-- turut membuahkan kerumitan dalam relasi sosi~l. Semua

ktu merupakan reaksi balik dalam mengiterpretasikan seg la macam

bentuk kebijaksanaan yang dihadirkan cleh kekuata1

~asyarakat" dalam bentuk negara.

"supra

l<erumi tan-·kerum'i tan dal am i nter·aksi scsi al tampakr ya ti dak

Berta merta hilang begitu saja oleh kehadiran negara Indonesia

~erdeka. Situasi yang terjadi sesungguhnya hanyalah merupak•n

~engulangan pola-pola lama yang diakulturasikan dengan pola-pola

Tampaknya segala sesuatu yang tao~ak dalam re litas di

3

Page 6: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

tlngkat desa merupakan refleksi dari keberadaan suatu negara.

N~gar-ca tno(j(;?rn In(:Jone~i a tampak menqhacJi d::an si tuasi yanf kurang

~t=bih hampir E:>ama deng.:u1 situa~;;i pade:\ maE:>a kolonial, sehingga

~-rumitan sosial selalu tersosialisasikan dan berkecendrungan

~htuk mengikuti pola-pola baru. Akibat dari situasi sep·rti ini

~~~lah tidak Jelasnya perubahan sosial yang terjadi sehingga I

t•mpak kabur. Walaupun demikian benang meraH perubahar sosial

v•ng terjadi di Dukuh Parakan masih bisa diamati wala pun ada

a~biguitas di dalamnya.

4

Page 7: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

BI.:.B I I

G(.~MBARAN UtlUM DUI<UH PARAt<AN

Parakan adalah nama dari s~buah desa kecil, di Des a

Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Pro o •

. tersebut merupakan bagian dari Desa Sidomulyo yang diselut denga~

~dukuh. Luas dukuh Parakan sekitar 82,4590 ha, dan letaknya

1 terbelah oleh sebuah Sungai Parakan <nama sungai ini ergantung

: dari nama desa yang dilewatinya>. Tanah seluas itu han a dihuni

I oleh 51 kepala ~'eluarga nao' atau Sl?~dtar· 3~j(l or.:mg.

Jika k1ta berjalan d~ri bawah menuju Desa yo, maka

sa wah ~

an yang terlihat adalah pemandangan yang indah.

disebelah kiri jalan beraspal yang bergelomb.ng dan tid k lic:in,

I sementara itu di sebelah kanan tanaman tebu yang tumbuh.

Tinggi tanaman tebu yang mengingatkan kita pada masa ~~ol ani al

Belanda itu sekitar satu meter. Persis pada lokasi i 1i adalah

wilayah pedukuhan Pendem, letaknya kira-kira 0,5 kn sebelum

Ketika melewati ~amRaran sawah, terlihat para peta1i sedang

menanam padi, dan tampak sakali bahwa Jumlah perem uan yang

menanam jauh lebih besar dari pada la~{i-la~{i. Selain

yang sedang menanam ada pula sebagian sawah yan sedang

dikerJakan oleh para petan~. Batu petak sawah yang

lebih 2.000 3.000 m2 dikerJakan oleh lima sampai orang

laki-laki. Mereka terus bekerJa, menyalurkan tenaga mel .lui otot-

otot yang kekar dan tubuh yang coklat berkilau diterpa panasnya

'sinar matahar·i. !

Setelah melewati h;:unparan yang di Jadi ~,:an

6

Page 8: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

1matapenc:ahari an, mal< a mul ai di temu~(an beberapa rumah d pinggir

· :Jalan. Dan langkah kakipun tarasa semakin berat , kar jalan

1menanjal< dengan tiba-tiba. Jaral< antara rumah yang u dengan

erjauh.an. ' ,yang lainnya ada yang rengqang dan ada pula yang I

Rumah-rumah tr·adi si onal yang ber·bentuk 1 i masan ti dak menghadap

. ]pada ruas Jalan, tetapi menghadap arah Sel~tan. tara i tu

' bangunan-bangunan baru yang terbuat dari tembok ok mul ai

1 menghadap ruas jalan. Ada pula rumah yang terbuat dari anyaman

· bambu yang menghadapl<e pinggir jalan, dan bisa dipastikan bahwa

.umur rumah tersebut masih muda. Akan tetapi jika

, dengan keadaan ekologis maka kemungkinan terbesar arah

hadap-- adalah sebagai strategi adaptasi terhadap lingkungan. Hal

ini terjadi ka~ena angin yang cukup besar berasal dari atas

:bukit Menorah. Oleh karena itu menghadap ke Selatan gar angin

tidal< masuk ke dalam rumah b~gitu saja.

Setelah kita menyusur~ Jalan yang berkelok-kelok dan agak

menanjak maka kita temukan Dukuh Parakan yang

perbukitan Menorah. Kondisi tanahnya agak berkapur ~~urang

begitu subur~ Oleh karena itu areal persawahan hanya di

1 sebelah kiri dan kanan SunQai Parakan. Itulah lumbung adi sumber

karbohidrat yang mendukung kehi~upan warga Dukuh Par kan. Akan

tetapi besarnya sawah tidak begitu besar, yaitu hanya 14

sampai 15 ha, maka hasil panenan juga tidak begitu bes r pula.

Oleh karen a jumlah padi dirasakan kurang mendukung

perekonomian lokal, maka warga desa me:mggunakan strategi

di ven;;i f i kal:>i tanamap, seperti ketela pohon, Jag 1ng, a tau

palawija lainnya. Tanaman janis ini di tanam di are l teg~lan

7

Page 9: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

yang berada di lereng-lereng bukit. Areal ini luasnya jauh lebih

·besar dari pada persawahan, yaitu sekitar 50 ha lebih.

' Difersifikasi kerja tersebut merupakan the art of survival untuk

tidak bel~ad.:."' dalam ~'eadaan miskin sekali,' atau selc.~lu dalal1)

keadaan optimum secara subsisten.

Jika kawasan Dukuh Parakan kita lihat

:berada

hanya

lebih

di sebel ah. Timur Sungai, tampakl.:;h .:n··eal

menghiasi kiri dan kanan sungai. Pet~k yang

jelas di mata daripada petak yang kecil,

lu

yang

ung padi

terasa

i justn.l

petak yang luaslah yang dapat dihitung. Ketika itu sed ng musim

tanam, dan tampa~( 1 i ma sampai t.ujuh Clrang. membungku~,--bu gkuk dan

berJalan mundur menanam benih padi. Gemercik air di s1ngai dan

,desir angin yang mengalir dari atas bukit melewati sela-sela

bukit yang meng~pit sungai dan sawah. Bagai irama nusik nan

lembut yang menghib4~ para petani yang hidup dalam kemi ·kinan dan

kepasrahan Jawanya.

Dari ata• bukit itu pula tampak beberapa orang ng telah

selesai bekerja di sawah mencucui badannya yang kotor ngan air

sungai yang bening dan dingin. Setelah itu mereka berja an dengan

memanggul cangkul dipundaknya yang kekar,menyebar n menuju

tanah tegalan masing-masing. Mereka tampak makin dekat , karena

memang tegalan itu berada di lereng-lereng bukit yang berteras.

Tampa~' pula segerompol an orang yang me!nc:.::mgkul bE~rsama- ·ama p~\da

petak tegalan yang sama. Ini yang disebut oleh merek sebagai

arisan · macul. Suatu bentuk kerja sama tradisional yalg muncul

dari konsep atau paham tentang harmoni sosial. Ajaran yang

menekankan konsep keselarasan antara Jagad gede dan

Ajaran ini merupakan etika sosial yang diajarkan

6

cilik.

moral

Page 10: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

kekratonan ketika generasi kerajaan Jawa berkuasa di daer~h

· kejawen.

Kurang lebih jam 13.00 para petani terlihat persatu

mnyusuri jalan setapak di sela-sela pohon Jati yang ba tumbuh

di perbukitan berkapur. Ternyata mereka berjalan me rumah

masing-masing untuk istirahat dan makan siang be anak

istrinya, atau bapaknya di .rumah . Bagi mereka makar siang itu

merupakan kenikmatan luar biasa setelah bekerja me otot

untuk membalik tanah di tegalan dan membungkuk-bungkuk sawah.

Dengan lauk-pauk berupa sayur-sayuran yang ber dari

pekarangannya mereka melahap dengan tangan-tangan kasar

karena terbiasa memegang cangkul yang cukup berat. yang ia

makan juga hasil dari sawahnya, dan sarapan pagi yang kadang-

i kadang berupa rebusan ketela pohon Juga dari tegala~ sendiii. i I

I Semuanya serba subsisten.

Rumah-rumah mereka yang dijadikan tempat istirahat tampak

.terpencar-pencar di kaki-kaki perbukitan yang tak

.pernah sama. Jarak rata-rata yang paling dekat antara yang

satu dengan yang lainnya sekitar 500 sampai 1000 m, amun ada

pula rumah yang mengelompok, tiap kelompok terdiri ari tiga

sampai lima rumah. Dari atas bukit tampak jelas sekali umah yang

ada di pinggir jalan aspal h~nya satu, yait11 rumah kep.la dukuh

yang terbuat dari tembok, da11 dibangun oleh anaknya ya g pernah

1 pergi ke luar negeri. Jalan yang berkelok-kelok dan m~nanjak

tampak menghiasi sela-sela bukit yang rimbun dengan pepohonan

jati yang tegar. Di antara pepohonan itulah tampak atap-atap

:rumah dari genting yang telah coklat diselimuti oleh k rak-kerak

9

Page 11: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

1 lumut yang tersiram hujan dan panas. Jika dihitung satL persatu,

maka Jumlah rumah yang ada di Dukuh Parakan sekitar 40 an, dan di

dalam rumah-rumah tersebut berisi satu sampai tiga rum tangga.

! Rumah-rumah tersebut mendiami blok-blok tertentu, dan Parakan

terdapat lima blok.Padahal jumlah kepala keluarga yan mendiami

Dukuh parakan berJumlah 51 orang, jadi sekitar 5 sampa·

rumah yang berisi dari dua sampai tiga rumah

mereka adalah anak-anak dari kepala rumah tangga. Dal

jika anak wanita kawin dengan seorang laki-laki,

kecenderungan setelah kawin untuk tinggal di pih

<uxorilokal r,cidence>. Walaupun begitu ada

kejadian yang sebaliknya <Virilocal recidence>.

jarang sekali terjadi, setelah kawin membuat

<neolocal rescidence>, oleh karena itu Jumlah kepal

sembilan

Biasanya

hal ini

maka ada

wanita

beber~pa

itu

sendiri

keluarga

cenderung tidak bertambah, demikian pula dengan jumlah rumah.

Di sebelah Utara dukuh Parakan tampak dukuh lain yaitu

Kutogiri. Dari atas bukit yang tampak hanya ujung perbatasan

antara dukuh tersebut dengan Parakan. Di Sebelah Utaranya lagi

yang ti~a-tiba tanahnya membukit dan berwarna hijau serta kada~g­

kadang berkabut jika menjelan~ hujan, tampak sebuah bernama

Kemaras, diatasnya lagi secang dan kemudian

Sementara itu di sebelah Selatan tampak sekilas areal ersawahan

milik warga desa Sendangsari yang berada tepat sebelum memasuki

Desa Sidomulyo. Oi sisi sebelah Barat laut Dukuh Paraka1 terdapat

.sebuah Dukuh be~nama Watu belah, dan di sebelah Barat aya juga

ada sebuah dukuh lagi bernama Gondangan. Sedangkan di sebelah

Timur hanya ada sebuah dukuh yaitu Dukuh Banaran, yang letaknya

di atas bukit.

10

Page 12: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

BAB III. 6EJARAH SOSIAL DUKUH PARAKAN

1. Masa l<olonial Belanda dan Jepang (1914 - 1945>

,, Pada masa kolonial Belanda dan Jepang di

banyak terjadi perombakan pada struktur politik desa. Perubahan

tersebut tentunya mempengaruhi berbagai sektor

dengannya --walaupun pemerintah kolonial tidak sampai d1 Dukuh

Parakan. Sebelum tahun 1947, Dukuh Parakan ibu~mta

Kelurahan Kutogiri dan kantor kelurahan tarletak di ru

dukuh sekarang ini. Pada masa itu Kelurahan tersebut t rdiri dari

tujuh pedukuhan; 1. Secang, 2. Tanggul Angin, 3. 4.

Watubel ah ., c::· OJ. Talunombo, 6. Gondangan, 7. mas a

kolonialisme desa tersebut tidak tersentuh secara

langsun~. Pada masa penjajahan Jepang hanya sampai sekitar

• Celereng, Kelurahan Sendangsa~i <sebelah Selatan Desa 'idomulyo>.

Pihak ·penjajah tidak samp.:.d cJilokasi tersebL mungldn

disebabkan oleh tidak adanya Jalan menuju kedesa Siod~ulyo. Desa

itu berada dikawasan hutan jati yang sulit dijangkau, endudukhya

jarang sehingga kurang bisa dimanfaatkan sebagai

Daerahnya berkapur dan berbatu sehingga kurang subur u areal

perkebunan.

Kebijaksanaan politik kolonial yang berpengaruh di Dukuh

1. Para~~an (dahulu J<el urahan Kutogiri) berlangsun melalui

perpanjangan tangan pemerintah kolonial, yaitu elite k pemimpinan

desa. Hal itu ditunjukkan oleh adanya bekel yang bertLgas untuk

memungut paja~ --keadaan ini tentunya juga mempengaruhi kehidupan

ekonomi lokal, walaupun tidak esensi-- yang kemudian diserahkan

kepada bupati. Pajak yang diberikan melalui bekel itu sering

11

Page 13: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

dis~but de~gan isti1ah paos, dan diberikan da1am bentuk uang atau

hasil bumi. Setelah pajak terkumpul dirumah bupat· <dahulu

1 eta~::nya di kantor Kecamatan Pengasih sekar·ang> ~~emudi an

diserahkan kepada raja di Keraton Ngayogjokarto Hadini grat dan

pemerintah ko1onia1~ Sistem pajak berupa uang

di 1 aku~·:an pada masa Rafless1 , setidak-tidaknya

kebutuhan akan uang kontan meningkat. Di samping itu ada masa

Van Den ':)

Bosch 4 --yang tidak member1akukan pajak uang,

tetapi hanya memerintahkan seperlima lahan harus ditana i tanaman

perkebunan-- kebijaksanaannya tidak menyentuh daerah Parakan,

oleh karena itu kebijaksanaan yang berlaku adalah keb'jaksanaan

pajak berupa hasil bumi atau uang. Jadi kebutuhan kan uang

kontan tetap berlangsung sampai sekarang.

Sebelum tahun 1914 tanah di desa Parakan dan ·+.~ki tarnya

menjadi milik kesultanan. Dalam hal ini bekel sebagai penguasa

daerah yang menguasai tanah, sedangkan warganya hanya d'beri hak

untuk menggarap saja dan berkewajiban memberikan pals kepada

Sl.tltan. pajak tergantung dari luas yang

digarapnya, sehin<Jga setiap :individu tidaklah se:11lli:.i.

Bekel sel aku penguasa tanah di c:lesa ·······dcm sekal i gu mendapat

gaji dari kesultanan berupa tanah pelungguh-- mendapat

bagian dari hasil panen tanah yang digarap warganya. Ha ini bisa

selain tanah garapan-- penggarap tanah yang i nya. Di

i pedesaan Jawa lainnya pekerja tersebut disebut kuli an tanah

yang digarap disebut pekulen 3 • Para kuli yang ap tanah

pekulen itu memberikan separuh hasil panen kepada beke· --unt.u~~

12

Page 14: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

tanah sawah marQ d~n untuk tegalan mertelu. Jadi se rang kuli

harus memberikan pajak kepada pemerintah dan selain itu juga

memberikan kepada bekel. Di desa Parakan --Desa Sidomulyo

umumnya-- tidak ada kuli, karena wilayah tersebut tida~ dijadi~an

areal perkebunan kolonial, jadi yang ada buruh tani •t u istilah

lokalnya disebut dengan berah dan tanah yang digarapny berahan

Paos dalam hal ini merupakan ungkapan terima kasit dan rasa

hormat kepada raja yang telah merelakan tanahnya untu!

Penghormatan dalam bentuk lain adalah ngabekten,

dilakukan oleh bekel dan perangkatnya kepada bup~t·.

nga.bekten i tu dilakukan pada waktu hari raya Idhul

· di 1 a~'sahakan setelah bupati · nga.bekti atau

sultan. Hal ini dilakukan dengan anggapan bahwa bupati

sungkem pada raja telah memiliki cahaya raja sehingga

digarap.

dan ini

Upaq1ra

dan

kepada

telah

yang

n ga.bekt i kepada bupati dianggap

ngabektikepada sultan. Setelah ngabekten kepada

dengan

i sel esai

maka diadakan acara yang kurang lebih sama ditingkat d sa, yaitu

maaf-memafkan antara warga desa dengan b~kel dan dian ara warga

des a senc:l i r i •

Dilihat dari luasnya penguasaan tanah dan acara pada hari ·

· raya Idhul Fitri terlihat bahwa bekel memiliki keku yang

I. besar. Menurut informasi yang ada, seorang bekel

memerintahhan orang menurut kemauannya. Sewaktu-w

saja

warga

desa bi~a diperintahkan untuk menggarap tanah di ~edu~uhan lain

yang jauh letaknya dari tempat ia tinggal tanpa harus embantah.

Tampaknya disini terjadi tekanan-tekanan struktural ya g akhirnya

di ti mpakHn l'epada wargi\ bias~, dan dari hal i ni muncu berpagai

macam strategi adaptasi untuk mengatasi tekanan ters but. Pada

13

Page 15: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

masa kebekelan warga desa tampaknya tidak merasa terte~an, karena

mereka merasa diber' perlindungan oleh bekei 4 , dan itu

i falsafah Jawa yang mengkultuskan harmoni sosial mam mere dam ' .., konflik~. Di lain pihak memang warga desa membutuhk n seorang

pemimpin sehingga kepatuhan yang muncul merupakan harapan akan

.ada yang mengayomi warganya.

Berdasarkan informasi, setiap kebekelan terdapat

:jaJar, bekel dan bekel sepuh. Setiap bekel tersebut menguasai

beberapa cac ah y.:mg masi ng-ma~i ng ber .. beda, beke .l .:.::epuh mengua~ai

cacah teJ'"besar dan di baw.:.1hnya ban.t beke I · dan bekel

JaJar. Bekel sepuh selaku penguasa tertinggi di menerima

ipaos dari bekel-bekel dibawahnya dan setelah itu iserahkan

' ~~epada bupati.

Setiap bekel memiliki beberapa orang staf yang membantu,

yaitu kamituo selaku peli..'\ksana pemerintah.:.w des.a, kebay n selaJ'u

pengurus pembangunan, kepetengan selaku bagian keamanan, ulu-ulu

selaku bagian pengairan, modin dan kaum selaku bidan~ ceagamaan.

'Biasanya jumlah perangkat itu rangkap --sekitar dua sam.ai tiga--

:'dan hal i ni tergantung dari besarnya wi 1 ayah kebekel an Dilihat

idari kedudukannya maka jabatan staf kebekelan yang tertinggi

kamituo. Pamong ini bertugas sebagai

~emerintahan yang bertugas untuk menggerakk~n warga de a serta

mengkoordinasi staf yang lainnya. Di lihat dari istilatnya maka

',ia adalah orang yang dianggap sebagai sesepuh desa yang mengemban

~ugas dari beke}.

14

Page 16: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Gb. 1

Struktur Pemerintahan Masa Kebekelan

Bekel

l<ami tuo

Kepetengan Ulu-ulu Modi

F'ada tahun 1914 kebekelan dil;}anti menjadi kt::lurah n, dan hal

ini tentunya juga terjadi percmbakan struktur pemerin desa •

. Biasanya yang manjadi lurah adalah beke! sepuh dan yang

lainnya dihapus dan kemudian berhak untuk mencalonk n menjadi

: · perangkat desa. Dalam hal .ini luas wilayah kekua 1 ur·ah ' .

biasanya bertambah, karena daerahnya yang baru merupak n gabungan

1 dari beberapa kebekelan. Walaupun daerah kekuasaannya bertambah

• luas, namun Persamaan dengan itu Ctahun 1914) diadakan

raj an gar, :z.:i t i atau land reform, dan hal ini merupaJ~an

kebijaksanaan kesultanan dan sekaligus p•merintah ~wl oni al.

Penguasaan pimpinan desa atas tanah berkurang, ka tanah

menjadi hak milik perorangan. Di samping itu usat-pue.at

kekuasaan mu1ai beralih pada tiap individu · pemilik tanah

•meskipun warga desa masih tetap mengagungkan pimpinan

pada saat inilah sinar kekratonan memudar.

15

Page 17: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Gb.2

Struktur Pemerintahan Desa Masa Kelurahan

Lurah

Carik

--------- --------- ------------ --------- -------Kamituo Kebayan Kepetengan Ulu-ulu Kau /modin

--------- --------- ------------ --·------- ----·-------

: i i

Dukuh-·dL&kuh --- .. -··-·-------- ...... __ .. _

Sebelum tahun 1914 --atau sebelum kebekelan digan menjadi

lurah-- penguasa terakhir wilayah kebekelan di F'arakan

' adalah dari dinasti Ronogati CRonogati I, II, dan III>. Dari sini

terlihat bahwa kebekelan sifatnya turun-temurun, dan

sifatnya dipilih oleh rakyat --seperti yang diJel oleh

Raffles dalam bukunya History of Java, bahwa yang demokratis

hanya di pedesaa~6-- maka rakyat cenderung memilih

keturunan. Hal ini disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa . ~~eturunan seorang bekel memiliki "naluri asli" untLk menjadi

.bekel. Selain itu juga warga desa enggan dengan keric &han yang

.biasanya muncul apabila terjadi penggantian

.desa lebih menyukai adany~ stabilitas sosial yang . Seorang bekel'biasanya selalu laki-laki dan pertama.

Apabila anak J~ki~laki pertama tidak mau, merantau ke aerah

lain atau meninggal ma~~ digantikan oleh adik lak'-lakinya.

16

Page 18: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

.Biasanya seorang bekel itu akan berusaha Lantuk melahi kan anak

laki-laki. Apabila istri tidak bisa melahirkan anak laki-laki

maka ia bisa kawin lagi agar mnedapat anak laki-laki. Hal ini

:bisa terjadi karena kedudukan seorang bekel menyangku masalah

penguasaan sumber daya sehingga ia akan agar

iketurunannya yang bisa menguasai lagi.

Bekel sebagai penguasa wilayah dan sekaligus sum er daya,

~tentunya memiliki kekuasaan yang besar dan hal ters but akan

terus dilestarikan --termasuk melalui keturunannya. Dal m hal ini

1 ~eorang bekel selalu berusaha agar keluarganya menjad lapisan

i•lit desa. Secara struktural warga desa blasa cend~ru1g selalu

~erada di kelas subordinate, sehingga mobilitas vertika sifatnya

~amban bahkan cenderung tidak terjadi. Hal ini Juga isebabkan

~leh pandangan warga biasa itu sendiri, yaitu mengang ap bahwa

kelasnya kurang pantas untuk menjadi lapisan elit • Mereka

~enganggap bahwa untuk mengurusi kehidupan sendiri s ja masih

~ulit apalagi mengurus seluruh warga desa.

Setelah tahun 1914, atau tepatnya pada saat erjadinya

raJangan siti atau land reform --yang dilakukan oleh sultan dan

juga atas desakan pemerintah kolonial-- kekuasaan b at as

•umber daya mulai berkurang. Kcndisi ini terjadi kar warga

~iasa telah menguasai hak milik atas tanah secara p rorangan.

' ~rogram raJangan siti tersebut berakhir tahun 1918 semua

~arga telah mendapatkan haknya masing-masing. Kebijaks naan ini

.• ecara jelas membawa konsekuensi legis, yaitu beberapa. perubah~n

•osial. Setelah berlakunya pemilikan tanah maka massa d sa t~lah

~emiliki po~er yang memb~rinya ruang gerak. Mereka memiliki

17

Page 19: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

~k~sempatan untuk melakukan .mobilitas vertikal atau mobilitas

kelas. Selain itu adanya pendidikan, juga telah

~'esemp~tan pada massa det:>a yang tel C:'\h memi l·i ki

emberikan

ah untuk

:membiayai generasi usia sekolah. Akibat dari keadaan in' tentunya

' mun c: ul kesempat~n untuk bisa menembus sektor great tra ition

<pusat pertumbuh~n kebudayaan) walaupun harus menemui

dan harus kembali lagi ke alam litle tradition.

'esulitan,

Pembagian tanah tersebut didasarkan atas juml h kepala

keluarga yang ada, sehingga setiap keluarga ~endapatkan hak yang

be~'el sama atas tanah. Dalam hal ini tidak mustahil

': tentunya ak.:1n mengambi 1 ~~esempatan agar· penguasaan s sumber

daya tetap terbesar. Ternyata memang demikian, menurut 'nformasi,

bekel tersebut dengan segera mengawinkan anaknya yang c:ukup

. :umur agar· mendapat bagi an tanah. Sel ai n i tu i a j 1ga tel ah

mengakui atas seJumlah tanah untuk diberikan anggo~a

keluarganya. Hal demikian ini juga terjadi pada perangkat

kebekelannya. Alhasil warga desa tetap sebagai

penguasaan tanahnya lebih kec:il dari elite desa

demikian bukan berarti pihak warga biasa

situasi yang menguntungkan tersebut.

Selain itu bekel dan perangkatnya

tidak

gan yang

-walaupun

anipulasi

pe 1 un gguh dari sultan sebagai gaj i , dan yang pensi.un

: ,mendapat hak pen garem-arem ---hal i ni sudah c:\da jaman

kerajaan Hindu di Jawa masih Hidup-- dengan demikian posisinya

itetap berada di lapisan atas terus. Sampai sekarang hak tersdebut

!masih dilakukan, dan tampaknya gaji berupa tanah it 1lah yang

:sampai sekarang menjadi perebutan dalam suatu suksesi.

Pada tahun 1960 program land reform --yang membatasi

18

Page 20: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

pemilikan tanah agar tidak lebih dari 2 ha-- juga dila~ukan oleh

:peme,~intcah Hepublik Indonesia. Ternyata dalam hal i ni juga

; t.er·jc\di manipulasi, yaitu t-1arga desa dan pamcmg,d dengan

'segera mendaftarkan tanahnya yang luas atas nama anakn a sehingga

tanah yang dirancanakan untuk membantu golongan miskin kurang

berhasi 1.

Program raJangan siti yang dilakukan pada tahun 1 14 - 191S

tampaknya membawa perubahan yang sangat besar

peti.11ni. Mereka mulai memiliki NpowerN secara

bukan berati mereka tidak tunduk pada kekuasaan

Dalam hal ini kekuasaan elite desa masih kuat,

,pengagungan elite de&a masih berlangsung.

Perkembangan selanjutnya dari tahun ke tahun

bagi

namun

an · desa.

tradisi

tentunya

pemi 1 i kan tanah i tu berubah. Hal i ni di sebabkan ol •h adanya

· per·tambahan pendudul~ sehingga 1 ahan per·tani a-. harL.IS

terfragmentasi. Adanya pemecahan tanah menjadi serpiha -serpihan

tersebut menjadikan banyak warg~ biasa semakin

·Oleh karena itu golongan ini menjadi tergantung

tanah.

pemi 1 i ~'

tanah. Setelah tanah terfragmentasi sedemikian hebat paJa abad ke

20 ternyata golongan elite desa masih bertahan sebaga pemilik

tanah yang ter 1 uas. H<al i ni membu~'ti kan bahwa pad a masa al unya i a

memang sebagai penguasa tanah. Kondisi tersebut sec ra jelas

melesta~ikan kedudukan elitu desa sebagai superordi ate d~ri

warga biasa.

Keadaan di atas menunJukkan bahwa1 proses pemisk nan kaum

tani non elite t.erjadi lebih ~epat dari pada elite desa Hal ini

menjadikan massa tani mencari alternatif lain, yaitu b kerja di

19

Page 21: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

tetangganya yany masih memiliki lahan yang luas. dengan

mengandalkan faham harmoni sosial --yang melatarbelaka1 gi sistem

ide manusia Jawa-- mereka meminta tolong pada tetangga ya.

Fase-fase tersebut menurut Geertz menjadikan terjadinya

involusi pertanian.Geertz menjelaskan bahwa massa tani tidak bisa

melemparkan dirinya pada sektor di luar desanya, karen terbentur

pada batas areal perkebunan 7 • Oleh karena itulah enjlimet~n

sosial terjadi pada sektor sosial seperti sewa-meny

gotong royong, dan pengerahan tenaga kerja

~anah,

menjadi

berlebih. Memang benar apa yang dikatakan oleh Geertz, assa tani

Desa Parakan tidak bisa mengembangkan sayapnya untuk membentuk

saw.:.~h baru.

Seben~rnya jika dikaitkan dengan kultus .harmon· --yang

melatar belakangi sistem gagasan manusia Jawa-- m ka akan

terlihat sisi lain, dan faktor yang dinyatakan Geertz merupakan

faktor yang mendasarkan perkembangan jaman --karena mem~ng metoda

penelitiannya dilakukan secara diakronis dan sinkroni •. Selain

; i tu pandangan Geertz --dalam bukunya involusi

.. cenderung menggambarkan bahwa involusi itu merupak n produk

perubahan ekosistem yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk,

perubahan dari sawah ke perkebunan dan fragmentasi laha1 --karena

memang ia berangkat dari sudut pandang antropologi kologi--,

11armcmi. faktor kultus harmoni sebenarnya Juga merupak~n

faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam terjadinya involusi.

Pada masa pra kolonial kultus harmoni sosial telah m mbelenggu

dan mem.:a~mai J~ehi dupan sosi al di ped~?saan. vJar·ga yang

bermula dari suatu keluarga kecil tentu~ya telah m nempatkan

20

Page 22: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

harmonmi scsial pada peringkat. teratas dala~ kehidup n sosial.

i Hal ini penting karana pada fase berburu dan meramu diperlukan

koordinasi yang harmonis agar mampu bertahan hid Pad a

perkembangan selanjutnya --setelah menjadi multi fami y group--

~wl tus har·moni itu telah tet-1 estar i kan proses

sosialisasi. Di ~amping itu massa tani pada masa seb lum tahun

1912, mas~a tani yang ada di pedesaan tidak memiliki t nah. Oleh

karena itu ketergantungan kepada sang penguasa <ra a> sangat

kuat. Keadaan ini sekaligus merupakan proses procreation --jika

bisa disebut demikian-- dalam pembentukan sikap harm

penguasa dan ka~ula alit atau antafa golongan kaya dan miskin.

Proses sosialisasi yang akhirnya menjadi sist gagas>an

kolektif itulah yang sebenarnya menjai faktor terpen ing dalam

terjadinya pr·oses invo~usi~ •:~onsep ~~eselarasan antara a~1ad gE;de

dan Jagad cil.;k9 menjadi senjata untuk melakukan adaptasi

terhadap ekosistem yang --seperti digambarkan oleh Geertz-- telah

berubah. Massa tani yang dahulu~ya tidak memiliki t·nah --dan

membentuk suatu struktur kekomunalan yang khas-- kemudian menjadi

pemilik tanah dan akhirnya terfragmentasi 1 lalu terjadi labour of

intensivication, menjadi terguncang karena desakan penduduk.

Berdasarkan sistem gagasan yang tel~h melatarbela~angi peta

kognitifnya mereka kembali ke bentuk lampau, yaitu ke ~ekomunalan

yang telah terjadi pada masa ketika pemilikan tanah belum ada

atau masih dikuasai oleh raja. Berdas~rkan bentuk itulah mereka

menjadi mapan, walaupun harus mengalami involusi seper i yang di

gambarkan Geertz.

Massa tani di De~a Parakan dengan e;endir·inya

21

Page 23: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

· memp~rboleh~:an sawahnya untuk dikerjakan oleh orang 1 --yang

akhirnya menjadikan tenaga kerja di sebidang sawah san ban yak-

- sebab jika tidak maka keharmonisan sosial akan terga

,yang tidak membantu orang lain --dalam kasus pengolah n tanah--

secara pasti akan dikucilkan secara sosial dan orang tersebut

bisa tidak survive, selain itu bisa saja massa tani lai~nya akan

merusak sawah miliknya.

Seorang petani tidak mungkin akan menggarap tanahn a secara

individual dan untuk kepentingan pribadi belaka.

dalam masyarakat it~ ada berbagai lapisan sosial maka ia harus

membagi-bagikan rejekinya ( shared poverty> pada orang ain. Hal

ini secara Jelas memang tidak menimbulkan akumulasi m dal pa~a

:tiap individu, tetapi yang terjadi adalah akumulasi ke armonisan

sosial. Kasus ini menjadi cocok dengan konsep limi ·ed goods

premise, karena orang yang kaya dan tidak mau emberikan

bagiannya kepada orang lain akan dianggap sebagai orang yang

merebut hak orang lain. Jika anggapan ini sampai menimpa

seseorang maka situasi disharmonis akan terjadi, dan ini tidak

dikehendaki oleh warga desa.

Apa· yang dilakukan oleh warga desa dalam enghadapi

perubahan ekosistem secara jelas bisa dikatakan telah mencapai

titik yang optimal --walaupun tidak terjadi akumulasi kapital

~ehingga kehidupannya termasuk minimal. Apabila warga de-a tidak

melakukan penjli1oetan sosial maka segala tindakan yang sifatnya

individual akan hancur karena ia berada pada titik yang minimum

--walaupun bisa turjadi akumulasi modal.

Seperti yang terJadi pada tahun 1942 atau tepatnya ada masa

~endudukan Jepang. Warga desa Parakan banyak yang dip~kerjakan I

22

Page 24: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

di luar daerah. Saat itu yang memobilisasi massa adal h lurah,

dan semua orang takut atas perintah pimpinan desa. 01 h karena

kekur·angan tm1aga ker ja ma~(a si tuasi sosi al l]gu, dan

sebagai pemecahannya warga desa membantu keluarga ang kaum

laki-lakinya dipekerjakan oleh Jepang. Kaum tani terseb 1t bekerja

.secara krubutan <seperti gotong-royong) berdas.:lr .. kan er-mi ntaan .,

keluarga yang kaum laki-lakinya terlibat dalam kerja pacsa. Dalam

hal ini jelas perilaku krubutan merupakan stratagi adap asi yang

dilandasi oleh sistem gagasan tentang harmonisme. Apabi a mere~a

,tidak melakukan cara tersebut maka kelaparan akan mel nda Desa

'Parakan.

Menguatnya ikatan sosial berdasarkan kultus har 1oni juga

terjadi pada tahun 1918 an --pada periode 1830 - 1940 konsumsi

karbohidrat di Pulau Jawa berkurang akibat menurunya penanaman

. 1 (I pad1 -- warga desa Parakan mengkQnsumsi nasi dicampu · kacang,

jagung atau ketela pohon. Sebagai upaya untuk mengata i mereka

membentuk suatu perkumpulan dusun yang tujuannya untuk mengatasi

musibah seperti yang sedang terjadi. Dalam perkumpuan i u mereka

.memberlkan iuran yang tujuannya untuk membantu kelu rga yang

kek1.1rangan. Uang atau padi yang terkumpul bisa dipi jam oleh

warga yang memerlukan, dan tentunya juga dikenakan b 1nga yang

.sangat keringan. Apabila ada sisa uang dalam kas aka uang

tersabut digunakan untuk membeli peralatan dapur. Tujuannya

,adalah agar warga desa.tidak membeli peralatan ters but jika

:hendak mengadakan haJat, cukup dengan meminjam ke perku 1pulan.

Pengaruh lain dari pemerintah kolonial lainnya --selain

pembagian tanah yang memb~wa perubahan b~sar-- adalah masuknya

23

Page 25: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

uang ke pedesaan. Monetisasi intern segera terjadi sehingga

mentransformasikan sistem ekonomi timbal-balik menj di tukar­

menukar. Menurut Karl Polanyi saat inilah kapitalisme sederhana

mulai merambah desa dan memberikan reaksi perubahan 11 . Di desa

· Parakan monetisasi tersebut menghadirkan aktifitas ek nomi off­

farm.

Pada awal abad 20 an ada sebuah pasar --namanya Pon,---

di Desa Pendem Cdahulu kelurahan tersendiridan letaknya sekitar 1

'km dari dukuh Parakan, tetapi aekarang menjadi pedukJhan dari

desa Sidcmulyo> yang menampung kegiatan ekonomi off-far 1 penduduk

disekitarnya. Dalam hal ini jelas terlihat bahwa siste 1 ekonomi

tukar-menukar berdasarkan uang telah merambah ekonomi ·ubsisten.

Sistem ini sebenarnya merupakan dampak dari kolonial·sme yang

mengenalkan ekonomi Barat yang mengarah ke sektor ekspo·t --yang

menurut Boeke menghasilkan dualisme ekonomi di Indonesi •

Pada masa itu --ketika pasar Pon masih hidup-- mertua

wanita seorang informan harue melakukan kegiat4n off-f rm untuk

memenuhi kebutuhan hidup senari-hari. Dia harus berjal n menuju

pasar Pendem setiap hari patiaranPon Ketika itu belum ~cia Jalan

beraspal seperti sek~rang ini, dia harus menembus hut n --yang

sebenarnya tidak begitu lebat-- dan harus membenankan k kinya ke

dalam lumpur di setiap jalan yang ia lampaui. Sesam ainya di

:pasar ia membeli kain tenun produksi masyarakat desa sekitar.

:Kegiatan itu dilakukan sebagai kulakan. Ketik~ hari pas ran jatuh

pada pahing, maka ia harus menelusuri lereng-lereng erbukitan

Menoreh yang terjal, menyeberangi sungai dan menembus h tan untuk

menc:apai f•asar Nangguran Cdi wi 1 ayah Kec:amatan Nanc;:~gul ar > • Wa~'tu

yang diperlukan adalah dua sampai tiga jam untuk mendaki

24

Page 26: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

perbukitkan yang cukup melelahkan. Sepulang dari pasar Nanggulan

ia telah membawa s~jumlah benang untuk dijual kemb ~~epada

tetang~tetangganya untuk ditenun.

Pada tahun 1942 --atau tepatnya ketika Jepang m nggantikan

I kedudukan Ecelanda di Indonesia-- pasaran benang

Nanggulan habis dan tentu saja memberikan dampak pada

farm di pedesaan Parakan dan sekitarnya. Akibat yang p

adalah hancurnya pasar Pon dan sekaligus hancurnya pro

pasar

besar

tenun

lokal. Pada masa ini secara jelas sistmm perokonomian mereka

terguncang, dan kasus ini merupakan peristiwa kedLa kalinya

setal ah hc:mcurnya pasar •o i won di DE.H::..a Bat.l.lr· < sebel C:\h l i mur de1sa

Para~~an>.

Sebagai Alternatif untuk mempertahankan kehidup n ekonomi

mereka harus barjualan di tnmpat yang lebih jauh, y pasar

Cel ereng c:li D£;)!;.:·, Send.-angs.ad.. ,J.::\rak yan<;;l han .. 1s di ten puh untuk

mencapai pasar tersebut sekitar 3 ~ampai 4 km. Pasar tersebut

telah didirikan pada tahun 1915 an oleh Noto Pradanto, an sampai

sekarang masih menopang kehidupan off-farm warga desa P·rakan dan

sekitarnya.

2. Sejarah Pendidikan dan Transportasi (1930 -1980)

Sejarah sosial lainnya yang. sangat panting arti ya dalam

perubahan scsial adalah sejarah pendidikan dan transpor·asi. Pada

tahun 1917 an wa~ga desa Pa~akan telah banyak yang ekolah 12 •

I Mereka adalah yang berasal dari keluarga elite desa.

mereka menyekolahkan anaknya dengan tujuan agar kacek <berbeda)

dengan warga desa biascii\ • .Selain itu juc;:Ja agar bisa 1eneruskan

25

Page 27: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

kedudukan orang·tuanya sebagai elite des~. Rata-rata usia sekolah

yang masuk ke tingkat dasar adalah umur 8 - 9 tahun.

Warg~ desa Parakan harus bersekolah di Pengasih --jaraknya

kurang lebih 7 km-- yaitu sekolah ongko loro <angka dua>. Sekolah

1ini hanya mendidik murid selama lima tahun, yaitu dari celas satu

sampai lima. Anak-anak kaum elite desa yang sekolah di Pengasih

harus berangkat pagi sekali dengan membawa obor dan pul ng sore

hari. Keadaan ini berlangsung terus ~amapi mereka lulus sekolah.

Pada umunnya setelah lulus sekolah mereka .kembali desanya

untuk menjadi pe~ani dan sekaligus menjadi el-ite desa - dalam hal

ini menjadi pamong desa.

Pada tahun 1930 di Desa Kutogiri Csekarang dukuh Parakan>

dibangun sebuah sekclahan untuk tingkat dasar, namany sekolah

Kawulo Kasultanan. Sekolah ini hanya sampai kelas tiga dan jika

rakan meneruskan harus ke sekolah ongko loro di pengas h. Letak

sekolahan ini persis di muka kelurahan Kutogiri d hulu dan

.bentuknya Joglo. Jumlah murid yang ikut sekolah berkis r antara

30 sampai 40 orang. Untuk bisa sekolah di tempat tersebut

~tidaklah harus anak seorang elite desa -·-seperti pad sekolah

1 ongko loro-- tetapi warga biasa pun bisa ikut men'kmatinya.

Pembangunan sekolahan ini adalah atas prakarsa pihak ~esultanan

yang ingin memajukan rakyatnya.

Guru yang mengajar di sekolah Kawulo Kasultanan tanya dua

orang dan menggunakan bahasa Jawa sebagai pengantarnya. Dua orang

guru tersebut berasal dari Nanggulan, dan yang masih ad di Desa

Parakan sekarang ini adalah Mangun Dinoto Csekarang pensiunan

kepala sekolah SD>. Dua orang guru tersebut berjuang dalam bidang

pendidikan dengan kesederah~naan prasarana yang ada, yaitu hanya

26

Page 28: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

dengan satu ruangan saja. Murid-murid dari kelas satu ampai t~ga

berada dalam kelas yang sama dan mereka diberi teri yang

berbeda dalam saat dan ruang yang sama.

Kesadaran warga desa ternadap pendid~kan semakin ·inggi dan

bersamaan dengan itu semakin meningkat pula prest se sosial

berdasarkan tin~kat pendidikan. Hal ini bisa dili dengan

banyakhya murid yang mendaftarkan di sekolah tersebu --setiap

tahun yang masuk berkisar antara 30 - 40 an anak per k las. Dalam

hal ini terlihat jelas bahwa orang tua mendambakan se dari

sekolah tersebut, bisa jadi dalam bentuk mobilitas ver ikal atau

bahkan orientasi ke kota juga semakin tinggi. Keadaan ini semakin

1 meningkat ketika sekolah Kawulo Kasultanan diganti menjadi

Sekolah Rakyat yang kemudian menjadi Sekolah Dasar Csa pai kelas

sekolah Kawulo Kasultanan menjadi petani lagi karena t"dak bis~

menembus sektor great tradition 13 •

Kebutuhan akan sekolah memang betul-betul tinggi, dan hal

ini terlihat ketika pada tahun 1949 gedung sekolah yang berbentuk

joglo dijual --oleh anak lurah Kutogiri periode 1918 1930.

Pendidikan itu tidak hancur begitu saja, tetapi mereka . berpindah

ke rumah Joyo Widagdo ~ana~ lurah Kutogiri periode 1931- 1934).

Di tempat yang baru lni sekolahan tersebut bertahan sam ai tahun

1980, dan setelah itu mere~a pindah untuk menempati ge ung baru

di belakang rumah kepala dukuh Parakan. Gedung Baru ini dibang~n

lbersamaanh denQan pembuatan jalan yang masuk ke dukuh Parakan. '

Sa at itu pemborong tiangunan SD Kutogiri kesulit n untuk

mengangkut material bangunan, sehingga ia harus membancun Jalan

27

Page 29: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

.terlebih dahulu. Pemborong tersebut membangun jalan d ri batas

• dukuh Parakan <Sawahaking> sampai ke depan SD Kutogiri, s~d~~Qkan

jalan yang masuk ke Desa Sidcmulyo sampai ke Sawak"ng telah

berlangsung sejak tahun 1975 --pembangunan jalan Wat~s

Sampai Sawahaking.

Adanya sarana transportasi dan pendidikan yang kin baik

.tentunya juga membawa perubahan yang cukup besar di dal m segala

bidang. Setidak-tidaknya crientasi warga desa terhajap great

tradition semakin tinggi sehingga banyak warga yang melakukan

mobilitas fisik ke luar daerah. Oleh karena mereka semacin mobil

maka dalam mengkonsumsi kesan yang didapat di luar daer hnya juga

semakin banyak. Hal inilah yang setidak-tidaknya turut berperan

:dalam perubahan sosial di Desa Parakan, khususnya perub han dalam

isistem gagasan mereka. !

Perubahan ekonomi tentunya juga terjadi karen

baiknya sarana transportasi, hal ini juga sangat memban u sektor

' pekerjaan Off-farm. Adanya transportasi yang mudah berarti

,mempersingkat waktu yang harua ditempuh untuk men pasar

Celereng. Apabila dahulu mereka harus berjalan selama - 3 Jam

maka sekarang hanya beberapa menit saja dengan kendar umum.

Selain itu semakin banyak pula pedagang dari luar yang

mengambil komoditi dari Desa Parakan, sehingga petani y ng hendak

menjual hasil pan~~nya tidak harus meninggaslkan desa Akan

tetapi hal it4 bukan berarti tidak ada petani yan . menjual

secara langsung ke Pasar C~lereng. Hal ini bisa karen a

selain menjua~ h~sil komoditi mereka juga membeli bar ng-barang

:kebutuhan hidup.

28

Page 30: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

3. Sejarah Sukse!ii Kepemimpinun < 1914 - 1986)

Sejarah suksesi di Desa Pa~akan Cdahulu Kelurahan Kutogiri>

erat kaitannya dengan sejarah suksesi Desa Sidomulyo --karen a

pada tahun 1947 terjadi penggabungan antara Kelurahar Kutogiri

dan Kelurahan Pendem-- sekarang ini. Selain itu erat pula

kaitannya dengan sistem kekerabatan yang mel.tarbelaka

itu sendiri. Hal ini bisa terjadi karena kelompok elit desa pada

masa sebelum tahun 1914 telah mensosialisasikan k turunannya

untuk melestarikan sistem kekerabatan sebagai

pendukung. Jadi pada dasarnya sistem kekerabatan

struktur birokr~si pedesaan --yang bisa dikataka

politik

endomi nc\Si

modern-

tradi si cmC~l-~- ye:·u'lg ber 1 atarbel a~'.:mg kebuclayaan C\l;}r·ar i .

Pada tahun 1914 Kelurahan Kutogiri dipimpin ole

III, dia adalah bekas bekel di Parakan yang menjab

tahun 1914. Setelah tahun tersebut ada pergantian dari

menjadi keluraban. Fungsi lurah dan bekel pada

kurang lebih sama ~-yaitu pengumpul p•Jak-- yang berb

Ronogati

sebelum

~'ebe.,el an

kol onj. al

adalah

luas daerah yang dikuasai. Lurah daerah kekuasaanya lebih luas

daripada bekel, karena wilayah kelurahan merupakan gabLngan d~ri

1 beberapa kebekelan.

Sebagai pembantu kelurahan dalam bidang pemerirtahan dan

administrasi, lurah dibantu oleh seorang ca~ik, pada masa itu

yang memegang adali~ Kardi. Dia adalah anak Ronogati III yang ke

empat. Kemudian sebagai kamituo adalah Cokrowirono, yang juga

anak Ronogati Ill, yaitu yang tertua. Selain itL

memberikan posisi untuk anaknya yang ke enam sebagai kebayan.

Pada ma~a itu jabatan seperti kamituo, keoayan, kepetergan, kaum

29

Page 31: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

dan ulu-ulu jumlahnya bis~ lebih dari satu. Dal m hal ini

keluarga Ronog~ti III menempati tiga posisi yang sangat penting

di dalam des.:.-\.

Jabatan s£bagai carik, kamituo, kebayan merupak n Jabatan

vital karena mereka ada1ah penggerak pemarintahan memegang

1 urusan administrasi pedesaan <carik untuk penggerak i tingkat

pusat ke1urahan dan kamituo sebagai penggerak di tingk t dusun>,

selain itu juga menangani masa1ah pembanguan desa <kebayan>.

1 Di1ihat dari kasus ini tampak bahwa ada semacam manipulasi

kekuasaan, yang menjadikan dinasti Ronogati semaKin

1 api san· e1 i te desa. Wa1 aupun ada beberapa perangkat

tidak terjalin dalam hubungan keluarga bukanlah berar I

mengurangi kekuasaan dinasti Ronogati. Orang-orang

apan pada

yang

itu

bukan

ke1uarga biasanya se1alu diganti pada periode pe i1ihan

biasanya ada pemilihan·sete1ah lurah meningga1-- berikLtnya.

Mas a kepemimpinan Ronogat.i III sebagai 1 ur·ah hanya

ber l angsung sel ama empat tahun, yai tu d.:tr i t.::~hun sampai

1918. Akan teta~i sebelumnya ia telah menjabat

J adi ~~epemi mpi nan ··~~esel uruhannya cukup 1 ama, dan diganti

karena meninggal dunia p~da usia tua. Setelah ia

yang menggantikan adalah anak pertamanya. ian ini

, ber1angsung melalui pemilihan~ .tetapi kerena situas pol it i ~~

• telah dimanipu}asi sedemikian rupa oleh dinasti Rono~~ti, maka

yang terpilih Cokrowirono.

Pemerintahan Cokrowirono berlangsung dari tahun 19 8 sampai

1930. Pada masa kepemimpinannya sistem kekarabatan Juga mer~mbah

struktur peme•ri nt.:'atlan desa. abatan kami tuo sal ah satuny di pegang

30

Page 32: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

6leh anak laki-laki pertama Cokrowirono, Joyoharjo. S lain itu

ada pula kerabat lainnya, yaitu anak Ronogati III yang ke enam,

,Sutod i me j o. Sel ai n i tu sebenar·nya me:\si h ada bt'?ber·.:~pa o ang yang

'masi h ter jal :in dal am rangkai an keker·abatar,, tet.api

,t. ida~~ jel as.

in cwmasi nya

1::.'.:1da a~d·d r tahun 1930, Cokr·owi rclf1C) merli nc;;Jgal ~ de:m i ganti kan

lagi oleh anak pertamanya, yang menjabat kamituo y~itu oyoharjo.

Kepemimpinan Joyoharjo ini berlangsung dari t.ahun 1930 1944.

F'ada ma!sa kepemi mpi nannya i a juga mel i bat~~an keni:\bat ya untu~'

duduk dalam struktur pemerintahan. Antara lain jo, anak

Cokrowirono ke sembilan atau adik lurah itu sendir sebagai

kamituo, kemudian <lura yaitu

Joyowidagdo,juga

lurah Joyoharjo

sebagai

pertama Joyoharjo

kamituo, dan juga adik kan ung dari

yang ber·nama Cokr·opawi ro menjabat

·kebayart.

menempati

memiliki

Tampaknya massa desa cenderung memilih

posisi penting. Tentunya dengan hal

harapan-harapann tertentu, yang

perlindungan atau kemudahan lainnya.

kera at

ini

mungki1

sebagai

untuk

Setelah Joyoharjo meninggal dunia maka emimpinan

sementara diteruskan oleh carik yang bernama Sastrodih rjo. Dia

sama sekali tidak memiliki Jaringan kerabat yang bisa mendukung

untuk membe~ikan posisi lurah dalam periode yang cukup lama. Oleh

karena itu ia hanya sempat memimpin selama dua tahun s Ja, yaitu

dari tahun 1944 samp~i awal 1947. Pada masa ini kelu·rga dari

dinasti Ronogati masih menempati beberapa pos yang ting dan

si ap untuk menggeser·· ~~edudukan Sastn::>cH har jcl yang bukan kerabat.

17 J am.lat· i 1947 ada penggabunga

kelurahan ·Kutogiri dengan kelurahan Pendem, sehingJa

31

ant.:tra

hart.ls

Page 33: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

terjadi pergantian pimpinan desa. Oleh karena daerah kekuasaan

lurah menjadi semakin luas maka tentunya suksesi untuc wilayah

,yang baru menjadi lahan yang diperebutkan.

Kelurahan baru yang merupakan gabungan itu memi iki nama

Bidcmulyc, dan meliputi 14 pedukuhan, yaitu gabungan tujuh

dukuh dari bekas kelurahan Kutogiri, dan enam dukuh ri bekas

kelurahan pend~m. Oleh karena merupakan gabungan maka koh-tokoh

lama dari dua bekas kelurahan mempersiapkan gi untuk

memperebutkan kekuasaan. Calon yang diaJukan cukup banyak, yaitu

R.M. Mangkuatmojo Cbekas lurah Pendem>, Sukarjo, Jo owidagdo,

Selodimejo, Adnan, Dalhar, dan Pringgosuharjo. Semua :alon ini

adalah yang telah memenuhi syarat untuk dipilih.

Pr6ses pemilihan yang terjadi pada tahun 1947 ciri

demokratisnya, walaupun dibalik semua itu jaringan k•ker~batan

memainkan peranan yang sanga~ penting. Pada tanggal

1947 --atau satu hari setlah dua kelurahan disatukan-- diadakan

'pemilihan lurah. Rakyat yang hadir dikumpulkan an rumah

penduduk yang cukup luas, untuk memilih calon yang d andalkan.

Rakyat yang hadir itu merupakan wakil dari seluruh wa ga desa,

mereka mengirimkan satu orang untuk setiap sepuluh ruma

Setiap wakil berhak untuk m~ngaJukan calon, dan dalam

tangga.

hal ini

bisa jadi beberapa wakil mengajukan calon"yang sama. W kil yang

hadir pada saat itu sekitar 115 orang, selain itu juga dihadiri

oleh panitia dari kecamatan.

Persyaratan untuk diangg~p syah suaranya apabila 1 •bih dari

separuh suara yang mendukung~ jika kurang dari separuh aka yang

dicalonkan gagal dipilih. Sumua calon dikumpulkan, dan kemudian

32

Page 34: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

maju se:\t.U pew·satu. Pi hc.~k pani ti a J'emudi an menanyakr;~.n ap kah cal on

yang maju kedepan itu disetujui, setelah pemilih m nunjuld~an

jari, maka panitia menghitung. Jika lebih dari separuh aka c:alon

berhak untuk menduduki jabatan lurah. Demikian seterusn a sampai

sejumlah c:alon lurah terkumpul.

Setelah c:alon lurah itu disetujui oleh wakil rakya , maka ia

dipersilahkan untuk duduk di kursi yang disediakan. Di belakang

kursi ada sebuah bumbung atau tabung dari bambu, yang digunakan

untuk menampung suara pemilih. Setelah itu para wakil pemilih

maju satu persatu •dan memasukkan lidi ke dalam yang

tersedia tanpa diketahui oleh c:alon. Apabila semua

memasukkan lidi, maka lidi yang ada disetiap bum ung itu

~ihitung, dan yang terbanyak yang menjadi lurah. Setelah ftu

~asih ada pemili~an lagi untuk perangkat desa dibawah lurah. Sisa

c:alon yang tidak terpilih menj~di lurah berhak untuk me,calonkan

1 agi sampai struktLtr' organi sasi pemeri ntahan desa terpen lhi.

Dri pemilihan tersebut R.M. Mangkuatmojo tidak berhasil sama

EH~kali tida~~ bisa mt?ndudu~'i jc.~batan pamong desa. A~::h· rnya ia

meninggalkan desanya dan pergi ke Yogyakarta untuk be~erja di

kepatihari <Pemda>. Sementara itu yang berhasil menja i lurah

adalah Sukarjo. Dia adalah c:uc:L dari Cokrowirono, ibunya bernama

Bunder, dan kawin dengan ~nak lurah Nabin --sebe um ada

penggabungan dengan kelurahan Pendem. Suaminya menjadi k bayan di

F'endem pc.~da per·iod&.'! 1950 ..... j.S'70, dan meninggc:\1 sewak .u masih

menjabat. Oleh karena itu Sukarjo mendapat pendukung < ari dua

tempat,

Kutogiri.

yait4 bekas kelurah~n Pendem dan bekas

Sement•ra · itu saingannya yang berasal dari bekas

33

·elurahan

el urahan

Page 35: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Kutogiri (dukuh Parakan sekarang>, Joyowidagdc anak d ri

lurah Joyoharjo kalah bersaing. Secara terus menerus ia

bekas

gaga!

menduduki posisi-posisi panting. Posisi yang pernah diincarnya

adalah lurah, carik, kepala bagian , <kabag> sosial, kabag

kemakmLwan, dan a~~hi rnya berhasi 1 menj adi · kabag ::eamanan.

Kegagalan tersebut menimbulkan kompensasi, yaitu ia berj tang agar

c.maknyc;; bi sa mel ebi hi keduc::tuf~an 1 urah. Memang benar akhi ·nya dua

orang anaknya berhasil menJadi sarjana, dan yang s tu lagi

mud a dan ada pula yang hanya SMP~ Unt ~~~ b iS,:\

menyekolahkan anaknya sampai sarjana, ia harus makan n si sato

hari satu kali, dan yang dua kali makan ketela pohon. Be·as hasil

panen sawahnya digunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya,

~an setelah semuanya berhasil ia makan nasi sehari t'ga kali

l agi.

kembali kepada kepemimpinan Sukarjo, yang memimpin

selama 39 tahun yaitu d~ri tahun 1947 sampai ia mening

tahun 1986. Setelah Sukarjo maninggal perangkat desa

sama sekali tidak diganti, yang diganti hany~lah kepala

saja. P~ngganti Sukarjo adalah anaknya sendiri, dan

desanya adalah karabat dari ganerasi yang lebih tua

des~nya

pad a

ad.i~

des<l:lnya

r en:mgkat

dan bisa

di sebut deng.::m mi')ah. Anak sul,ar jo y.::mg ber·nama Agun masih

memi mpi n pad a t.ahun i ni., dan ~~eadaan i ni menun jukka, bahwc:1

dinasti Ronogati salalu tetap menjadi elite desa.

4. Sejarah Keorgani sasi an D.f!sa

Keorganimasian yang ada di dukuh Parakan '(dahulu k lurahan

k\..ttogi r i > sebelum tahun 1919 adalah sholawatan. ~egi at an

34

Page 36: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

sholawatan merupakan kegiatan kesenlan agama Islam,

perkembangan periode berikutnya mengadakan kegiatan

tetapi organis~si kesenian ini seringkali berhenti

.berjalan lagi. Sekarang ini sholawatan telah

ang pada

A~~an

kemudian·

nti sama

sekali, karena peral~tannya rusak dan uang kas telah ha)is.

Pada tahun 1919, ada pula kegiatan perkumpulan

yang setiap selapan hari sekali mengadakan pertemuan.

tingkat pedusunan ini bergerak di bidang ekonomi

Setiap anggota diwajibkan memberi iuran sebesar 1

edusunan,

rganisasi

sosial.

ent, dan

digunakan untuk membeli perlengkapan dapur. Peralatan tersebut

akan dipinjamkan pada warga pedusunan yang mengadak n hajat.

ini dirasakan manfaatnya oleh warga

merek.:i tid.:~k perlu memb£!~li. bila meng.:.uiakan h<:U.::it .

. hal ini membantu kehidupan ekonomi warga desa. Sampai

kegiatan tersebut masih ada, dan hanya beralih

pedukuhan Parakan.

Organisasi besar juga muncul pada tahun 1930,

k<Jrena

sekara':lg

lada satu

PKN

<Pakempalan Kawulo Ngayoyokarto>. Organisasi ini be gerak di

bidang ekonomi-koperasi, politik dan kesenian. Anggotan sangat

·banyak bahkan hampir semua warga desa mengikuti PKN. Sa t itu PKN

'san~at popular dan seolah-olah menyambung benang yang terputus

antara kraton dengan rakyat. Pada masa ini rakyat s olah-olah

menemukan sosok kepemimpinan yang telah lama menjauh

Pad a tahun 1930 per~~wnpul c.'\n pedusl.1nan

imengembangkan aktifitasnya di bidang ekonomi,

dilakukan PKN. Tata-cara seperti ini akhirnya

i rakyat.

ikut

yang

bc.'.\ng dan

ditiru oleh perkumpulan kesenian yang muncul pada tahun 1930 an.

Kegiatan kesenian ini berada di pedukuhan Kutogir' (dahulu

35

Page 37: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

wilayah kelurahan Kutogiri> sekarang. Acara y ng biasa

dipentaskan adalah Rethoprak, wayang orang dan srandul Kelompok

kesenian ini juga mengala~i perkembangan yang tid k lancar,

artinya untuk beberapa saat sering tidak aktif. Apab la sedang

' aktif biasanya berkaitan dengan adanya warga desa y ng hendak

menngadakan hajat seperti sunatan, atau perkawinan. cara yang

bi asanya di pentaskan dal am haJat t.en;ebut C:lntar·a 1 in waye:lng

orang dan kethoprak.

Pada tahun 1965, kegiatan kesenian tersebut erguncang,

karena ditempeli oleh LEKRA yang berafiliasi ke PKI. S orang

yang ikut kelompok tersebut banyak yang terlibat, pada ~er~ka

sama s~kali tidak tahu menahu soal polltik maupun komunisme.

Meskipun demU~ian bu~can ben:w·ti sr-:imuanya tid.::1~': tatu, tet;:1pi

memang ada yang terlibat secara politis, dan menurut informasi

orang-orang tersf?but. tel ah merli nc;;Jgal. Bett-:!1 ah kejc:ldi an i ni mul ai

munc:ul knen~ganan untuk menatt:~ kembc;d i keg i <.it:.::m yang tel ah kac:au.

Akhirnya kegiatan tersebut barhenti untuk sejenak, da1 sekitar

tahun 1970 .an --··-setelah situasi politis:; menjadi stc.1bi ······- mulai

munc::ul 1 ac;;Ji.

Selain organisasi keser.i an dan ekcmomi --s:.osi al , ada pula

kelompok keagamaan yang kegiatannya di bid.:mg engajian.

' Organi sasi i ni munc:ul pad~ tahun 1960 an cjan ban yak ber nggotakan

remaja dan anak-anak. Kegiatan ini sampai sekarang sih ada,

walaupun anggotanya hanya sedikit. Kelompok pengajian ini juga

tidak sec:ara terus menerus ada, tetapi sering pula a sen dari

dari per·edar·an.

Pada periode 1960 an perkumpulan-perkumpulan pol tik yang

Page 38: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

merupakan partai resmi telah merambah desa secara · lu r biasa.

Pada masa ini kehidupan tradisional --yang sebenarnya jauh dari

.faham kepartaian yang merupakan ciri kehidupan barat-- itumpan~i

'oleh sektor yang sangat tidak tradisional. Kehidupan esa yang

'mendasarkan pada sistem kekomunalan tiba-tiba saja da suatu

lembaga modern yang disebut DPRKGR <Dewan Perwakil n Rakyat

Kelurahan Gotong Royong>. Lembaga ini mau tidak mau har 1s merubah

.sistem politik lokal. Semua warga seolah-olah dimb lisa$ikan

untuk ter·l i bat dal am si st. em kepartai an. Ban yak mere~'":\ y ng t ida~'

tahu-men~hu tentang partai tiba-~iba saja menjadi wakil rak~at di

DPRKGR. Situasi konflik pun muncul, dan hal ini jelas

mengganggu tatanan ko~unal pedesaan. Konflik ini munc tl karena

Jtidak ada kesempatan untuk mengadaptasikan organisasi yang ada

agar sesuai dengan sistem Sosial. Tampaknya organisasi di bawah

naungan PKI cukup bisa diterima, khususnya di kawasan Kutogiri.

Walaupun demikian mayoritas penduduk tetap memihak ada PNI,

sebagai partai milik pemerint.ah. ' '

Setelah peristiwa 30 September 1965, keorganisa·ian desa

;porak poranda, semua orang melepakan di~i dari o ganisasi­

'organisasi yang ada 14 • Mereka yang masih bertahan h~nya dari I

kelompok keagamaan saja. Setelah masa yang tidak jelas an kacau

terlewatkan, maka mulailah bermunculan kelompok-kelomJok lokal

yang sama sekali tidak berbau politik.

Pad a akhir t.ahun 1965 an nwncul suatu kegiatan JO:\ru yang

bergerak di bidang pertanian, dan yang pertama kali mun ul adalah

kelompok buru bajing. Kelompok ini kemudian berkemban menjadi

kelrnnpok krubutan macul pada tahun 1975-an. Setelah ~:?rkembang

semakin luas akhirnya kelompok tersebut dibagi menjadi ua, yaitu

37

Page 39: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

sebelah Timur sungai dan sebelah Barat Sungai. KelompJk-kelompok

pertanian ini akhirnya diresmikan menjadi suatu organi asi resmi

di bawah pemerintah pada tahun 1983, yaitu kelompok ta i. Setelah

itu organisasi ini menjelma menjadi Kelompencapir,

anjuran Departemen Penerangan melalui juru penerang.

38

tas dasar

Page 40: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

BAB IV. SlSTEM SOSIAL DUKUH PARAKAN

1. Si stem Scsi al Ekonomi Pede!~aan

Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem ekonom·

adalah ~istem ekonomi sederhana yang mencakup tiga asp

timbal-balik <reciprocity>, barbagi <red~stributfon>,

menukar· Tiga aspek tersebut membent

pedesaan

yai t.u;

tatanan

perilaku yang mampu mengintHgrasikan hubungan antar individu.

Peri 1 aht t i mbal···bal i k memiliki beberapa ciri yaitu

adanya per·geseran bar·ang at.au j.-asa dari S(?S£~ot-ang ~~e ng 1 ainr.ya

secara seimbang dan bergantian. Misalnya; penggunaan t naga kerja

di luar keluarga untuk mencangkul sawah milik pribadi, tanpa

imbalan berupa uang. Bebagai bal~s jasanya, yang

meminta tolcng akan memberikan jasanya p~da'orang yan menolong

'dengan perimbangan yang kurang lebih sama. Perilaku ini

jug;:, ber 1 a~w pad a pembuatan rumah -·-khu&LI.sny<.i r·umah tradi si onal-

di mana mereka melakukan secara gotong-royong. Tata cara

semac:am ini ser·ing disebut dengc.·m :."ambatan.

Dalam perilaku berbagi tampak adanya pusat-pusat tertentu,

yaitu ada pergeseran pemilikan dari luar ke pusat dan k~mudian ke

~uar dari pusatnya. Misalnya; seorang petani yang berla1an gurem

bekerja pada petani berlahan luas pada musim tanam -·-bi asanya

wanita-- dengan harapan untuk menerima beberapa ikat pa·i keti~a

musim panen tiba, biasanya satu pocong <5 kg>.

Ad c.~ pula peri 1 a•m , rpembagi dal am bentu~' 1 ai n, yai t .t membagi

penggunaan lahan pertanian. Pemilik tanah yang luas Clelih dari 1

' ha) biasanya akan memberikan sebagian tanahnya pada o ang yang

39

Page 41: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

tidak mempunyai tanah --hal iGi merupakan suatu kewajib~n so~ial-

dengan perjanjian yang secara adat telah disepaka i. Untuk

jenis tanah sawah pembagiannya adalah maro~ dan un .uk tariah

tegalan mertelu. Dalam maro ini pemilik tanah be hak atas

setengah hasil panen, dan ~etani penggarap yang

bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya. Demikian halnya

dengan mertelu, si pemilik tanah menerima sepertiga pan en

dan yanq duaper ti ga untuk pr:mggarapnya. ini

• adanya suatu pemilikan yang berupa jasa yang mengalir k~ pemilik

tanah --sebagai pusatnya-- kemudian dari pemilik tanah mengalir

1 pula pemilikan berup~ untaian padi yang diberikan pada si

i penanam. I

Dalam perilaku tukar-menukar ciri yang menonjo adalah

I

adanya pergeseran pemilikan dari individu yang satu ke yang

seor·a 19 petarli

yang hendak menanam padi kehabisan benih, kemudian i meminta

pada tetangganya beberapa kilo gabah berdasarkan

tertentu. Bisa jadi transaksi tersebut langsung dal m bentuk

setelah panen. Ada pula prinsip tukar menukar antara ua g dengan

tenaga kerja. Hal ini biasanya berlangsung pada o ang yang

memiliki lahan yang luas, yaitu dengan mempekerjakan or ng untuk

. menggarap tanahnya dengan upah Rp 1000,00 perhari kerja dan Jika

meminta orang untu·~~ Tl ge Juku <membajak> maka Pf:?ngg r·ap akan

menerima Rp 20(10,00 per hari kerja. Sel c.'li n itu peril ku pas.:1r

juga terjadi di dui<Lth par·a~'an, k.:.'lrena di 1:>ana ada &t?bu ·h waru:ng

1 --lokasinya di Sawah Aking, pedu~uhan Karang asem dan warungnya

40

Page 42: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

:j

berada diperbatasan dukuh tersebut dengan Parakan- temp at

tarjadinya tukar-menukar. Barang-barang yar1g disediakan di warung

tersebut biasanya berupa barng yang dibutuhkan oleh m syarakat,

seperti garam, pupuk, beras, gula dan lainnya. Arti ya dalam

tukar menukar ini terlihat adanya arus b<Jlak-balik b rdasarkan

nilai tertentu.

Menurut Karl Polanyi prinsip tukar-menukar sepert di at•s

merupakan ciri dari kapitalisme sederhana di pedes an, yang

:biasanya dicirikan pada tipe pasar 16 . Di Parakan juga terdapat

'empat orang bakul yang menj~al barang dagangannya . ke Pasar

Celereng. Komoditi yang diperjualbelikan adalah tempe, dan gula

1 jawa. Untuk bakul tempe, biasanya mereka memproduksi se diri dan

setelah itu dijual --produksi subsisten--, sedangkan un uk bakul

gula mengambil gula di produsennya yang letaknya j uh dari

Parakan --di Kokap dan daerahnya bergunung serta m mbutuhkan

waktu sekitar enam jam perjalanan pulang-pergi-- dan .=ebelumnya

telah menitipkar1 uang terlebih dahulu. Semua

Perilaku ekonomi sederhana ini tampak sebagai tat nan sosial

yang mengintegrasikan masyarakat desa yang secara 'ndividual

memiliki latar belakang sosio-ekoncmi yang berbeda Mereka

terint~grasi ke dalam suatu struktur sosial yang sifatn a khusus,

yaitu "struktur ko~unal pedesaan'' yang secara jela berbeda

de~gan struktur masyarakat kota. Hubungan-hubungan anta individu

.di dalam struktur komunal ped~saan itu berupa benang-berang yang

:tidak tampak yang sifatnya personal dan dilandasi ol h ikatan

emosional. Mer~ka tergantung satu sama lainnya dan membentuk

suatu kebersamaan ekcnomi yang didasarkan atas kebersam·an hidup

di atas lingkungan geografis yang sama, persamaan j nis mata

41

Page 43: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

pencaharian, dan beberapa diantaranya berdasarkan keke abatan.

~i dalam struktur komunal pedesaan yang terkandu1g prinsip

pertukaran so~ial tentunya juga dilandasi oleh atu·an moral.

Aturan ini setidak-tidaknya mempengaruhi tingkah lahu pada tiap

individu pendukungnya, yang akhirnya menjadi gagasan kolektif.

More.'\ I i tas tersebut eksi stensi nya di mani ·fetasi kan da am bentuk

hubungan antar inidividu secara ekonomi, sosial da politik.

Hubungan-hubungan yang ada di dalamnya mewududkan su tu sistem

, jaringan sosial kehidupan masyarakat desa.

Jaringan e~{onomi yang tampak pada masy.:u·akat D.uhu F'arakan,

Des a Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten F'rogo

terlihat secara jelas dalam kehidupan sehari-hari. cont.oh

misalny.:.q kurang lebih jam 07.00 pagi orang telah

berangkat ke sawah. Mereka bertemu dengan rekan-r kan petani

--baik yang berhubungan darah atau tidak-- di sawa1 masing-

masing. Di da~am pertemuan itu seringkali mereka mengajak ternan-

temannya untuk mengerjakan secara bersama-sama <sambat-~inambat>.

Biasany~ setelah selesai menggarap satu lahan akan

berpindah ke lahan lain untuk membantunya. Di sini sekali

mereka membentuk suatu Jaringan sosial ekonomi dal m bentuk

t.imbal-balik <reciprocity> dan kegiatan tersebut a rout itte

dan dilandasi oleh keterikatan untuk membalas.

Aktivitas sosial semacam itu telah ada sejak be·abad-abad

'yang lalu. Menurut Gertz sambat-sinambat telah aca sejak

.terbentuknya pola hidup menetap, dan dalam hal terjadi

Page 44: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

meningkat karena adanya tanah garapan yang --diserahkan pada para

pc.'\rH]f:H"all khu!:~usr;y.a penguasa l ol~.::~l-- .. ·-1 uas; sekal i. l'k:reka i dak bi sa

meng~~r· jc:,kan !::;end:i;··i, sehi ngg<."' har .. us mt':!f'if;)<;"..JUnak.::ln t.E'!I"h'i:\~]a ain untu~~

membantunya.

t. i mbal--ball i k

Dal.am hal ini memang tidaklah mutlal· prinsip

So!:\j:a, tetapi bisa juga berbagi atau

Prinsip tarsebut bisa dikatakan sebagai akibat kalangka n tenaga

kerja, sehingga mereka membentuk suatu kegiatan yang sifat.nya

l:omunal.

Pada tahun 1942 - 1945, atau tepatnya pada jaman

,Jepanq, ketika banyak penduduk Dukuh Parakan <saat

enjajah.:m

masih

kelurahan ibu kota Kutogiri) yang dipekerjaka~ sebagai omusha ke

luar daerah, kegiatan pertanian komunal --berdasarka pr· i nsi p

timbal-balik-- meningkat. Hal ini disebabkan oleh ~elangkaan

tenaga kerja pertanian, sementara mereka membutuhkan kecukupan

akan pangan. Oleh kareria tenaga laki-laki berkurang ma~a merek~

saling membantu tatangga atau saudarany~. Mereka mancan

orang lain yang sedang bertugas sebagai romusha atau o

capai setelah ik4t kerja paksa. Kegiatan bersama

1 ah.:111

yang

disebut

krubutan, yaitu sec,ra berama:i-ramai mengerjakan sebid ng tanah

baik sawah atau tegalan.

Oleh karen a

'maka aktivitas

kegi C:\tan tf:?F'S£'-i'bl.lt

ekonomi timbal balik

di ra£:..:,kan tr an f.:~ c\ t n ~~a

per·tani an

diorganisir. Hal ini menjadikan sistem sosial tradision 1 berubah

sifat manjadi formal, dan

spontanitas komunal.

tidak dil<.'\Ddi::\Si Dl€·?tf perasae~n

Pengorganisasi~n aktivitas gotong-royong tersebut, kurang

lebih pada tahun 1965, yang ditambah dengan kegiatan berburu

tupai Cburu bajing>. Berdasarkan kesepakatan tertentL anggota

43

Page 45: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

..

kelompok yc.'ll'ii;J jumlahnya 1~) or·ani] men~;;JE~r·.:ic:•kc:in s:>ii:ilf,IC:Ih .:1t. tegalan

salah satu anggota. Pamilik tanah yang meminta bantuan mamberikan

uang sebesar Rp 200,00 --pada tahun 1965 pembayaran ebesar Rp

50, 00··- .. - kepada sejuml ah cw.:mg yanq mengl]i~u-,:\p Uang

tersebut tidak masuk ke kantong masing-m~sing pengga tetc:.pi

masuk ke kas kelompok. Tampaknya ha~ ini merupakan yang·

mungkin bisa dikatakan mampu mengatasi tidak'terjadiny akumulasi

' modal. Mt:mgapa bisa mengatasi? Karena biaya yang ikeluarkan

oleh setiap individu pemilik tanah untuk mengongkosi t naga kerja

berkurang --jika dibandingkan dengan prinsip tukar-m nukar mur-

ni-- walau pun tenaga kerjanya banyak. Dalam hal i ni pr·oduksi

padi atau komoditi lainnya tidak dikurangi dalam jLmlah yang

besar untuk para pekerja, sehingga komoditi yang dit rima jauh

lebih besar dari pada harus mmmbagi atau menukar denga1 uang.

Demikian pula halnya dengan buru ba}ing, ha il buruan

kelompok harus dibeli seharga Rp 50,00 per ekor ol·h pemilik

pohon,dan uangnya masuk ke dalam kas kelompok. Kegi c:1tan buru

bajing ini telah berhenti semenjak tahun 1980 ar1, yaitu ketika

produksi kelapa telah menurun drastis.

Uang yang ada dalam kas dijadikan sebagai mo al un i: u k

membentuk simpan pinjam. Setiap anggota berhak menli njam

uang tersebut dengan bunga. Biasanya setiap kali m minjam Rp

10.000,00 maka peminjam diwajibkan untuk mengemb~likan Rp

11.000,00 dan dicicil setiap minggu selama lima kali. Masyarakat I

Dukuh Parakan membanggakan lembaga simpan pinjam iri sebagai

1 embr'lga yang bisa w.:.~rg nya

kekur an~;JC:In. Selain kegiatan simpan pinjam, lembaga ini

44

Page 46: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

~:mas sebany.:.1k 5 gr·am secara bet··gi 1 ir-an. U<:.'\ng yanq di gu 1i:.'\kan untuk

membeli emas adalah sisa atau bunga iuran para anggota yang tidak

dipinjam. Fakta empiris ini bisa dikatakan sebag~i proses

monet. i s.:H:>i i nter·nal cJ C}r· i hub ungan--huburlg c:ln yang sifatnya

tradisional. Selain itu juga merupakan suatu indikator munculnya

kebutuhan-kebutuhan baru.

Menurut Geertz, Cl i f·ford yang ill£'mi;JUt.i p k.::tt.C:\--kata c:J.:.-1ri Weber·

bahwa manusia adalah binatang yang terjalin dalam sua· u jalinan

makna, bahkan manusia itu sendiri turut terpilin di alamnya 18•

yang secara alamiah talah membentuk suatu pintalan makt a melalui

jaringan-jaringan sosial. Mereka t.erint.egrasi ~::a d- l.::tm suatu .,

struktur kekomunalan yang secara implisit mengungka kan suatu

arti, ibarat sebuah bahasa yang menyampaikan pasan.

Setiap individu dalam struktur komunal tarsebut berpasang-

pasangan secara oposisi --seperti kalimat., di mana s.tiap kata

akan mempunyai makna bild terkait dengan kata lain,ya-- dan

membuat suatu jaringan makna yang ada di dalam setiap hubungan.

Di dalam hubungan itu mereka mengintepretasikan engalaman

masi ng-·masi ng di dalam cognitive of map yang

akhirnya mewujudkan suatu gagasan yang dilandasi oleh cwal i tas,

estetika dan etika dalam berhubungan.

G.:1g .-a sc.~n y<ang mer Uf) iii' k .::~n itu

dimanifestasikan dalam bf-Jntuk yang

--jika dikaitkan dengan konsep aliran kebatinan-- mercerminkan

keharmonisan antara Jagad g~d& dan Jagad cilik <m·crocosmos

dan microcosmos). jagad gede ini mewakili alam r·ay· beserta

45

Page 47: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

i si nya ter·m;::\~~uk l~i:;!kt..t.:ltan.--·kekuat<":in super --·r, at-ur a.l, dan ': i 1 i k

ini mewakili diri inidividu yang meliputi jiwa dan pemi~iran 19 •

Bentuk per·fd~t:H'iC:Hni .:.'In EH2cl£;:r .. h.:~n<.'l eli .::d:.<H> ........ ·'/;;u·lg eli j · wai ol E~h

kultus harmoni-- tampaknya merupakan bagian yang berjal·n seiring

'dengan perekonomian subsist.en. Artinya setiap wilayah y 1ng sistem

perekonomiannya di dukung oleh kehidupan ekonomi

biasan~a disertai bentuk-bentuk kekomunalan sebagai a at untuk

mempertahankan kehidupan. Dalam hal ini terlihat ada ya suatu

strategi adaptasi yang tepat sekali, walaupun secara ekologis

terjadi proses involusi dan secara ekonomi terjadi

poverty <kemiskinan bersama).

shared

KehiGupan dalam sistem ekonomi sederhana terseb tt tampak

memiliki suatu kekuatan tersendiri yang mampu mendukung kehidupan

masyarakat desa. Sekaligus juga mendukung kehidupan subsisten

mereka. Tampaknya mereka belum begitu terpengaruh akan kehidup~n

ekonomi diluar desanya --khususnya daerah perkotaan dan jika

terpengaruh juga sedikit sekali-- yang berlomba-lomba membangun

perekonomian yang rumit dan canggih.

Hal ini menunjukk.::m bahw,:>. sistem £~kcmomi ~-;ubsi ;ten yang

dilakukan oleh warga Dukuh Parakan memiliki kekuatan t~rsendiri.

Sistem perekonomian tersebut tidak tergoncang cleh qejolak

ekonomi dunia yang pasang dan surut ibarat gelombang

selatan. Ketegaran ukonomi s~sbsisten ini juga terlih1t dengan

sedikitnya hasil produksi yang tereksploitasi ke luar ·aerah, ~-

khususnya ke daerah yang disebut core capitalism--

barang-barang yang d:iproduksi oleh mereka lebih banyak berputar

di kalangan mereka saja 1 bahkan masuk ke pen..1t

46

Page 48: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Konsekuensi logisnya adalah perputaran uang menjadi ke 11 20 .

2. Sistem Polilik Pedesaan

D~lam membicarakan masal~h sistem politik, maka p rtama-tama

yang d:i bi c:arak.:1n adalah adanya stratifikasi so yang

diwujudkan dalam k~las-kelas sosial. Pembic:araan dalam masalah

1 stratifikasi tentunya.juga akan diikuti oleh interaksi yang ada

· di dal•mnya. Kesenwanya itu akan membentuk suatu sistem jaringan

I yang dilandasi oleh kekua~aan <power> --yang tentunya d' dalamnya

juga terdapat pintalan makna yang menyelubun~inya--

oleh pusat-pusat tertentu.

Pusat-pusat kekuasaan itu bisa dikaitkan ~engan be erapa hal

yaitu; pomili~an tanah yang luas Ckekayaan>, keduducan dalam

organisasi kemasyarakatan tert•ntu serta keterlibatan dalam

~~egi at an keagamaan.

Warga Dukuh Parakan pada umumnya mengidentifikasik&n dirinya

sebagai wong cilik walaupun ia memiliki tanah yang lu s, punya

kedudukan dalam organisasi kemasyarakatari, bahkan j dalam

keagamaan. Mereka mengatakan bahwa "wong cilik ongkl k-angklik

lir,ggihe dingklik" ---yang atrtinya kurang lebih "cw·ang k. cil yang \

tidak tentu kehidupan ekonominya maka kedudukannya ha ya kursi

kayu ke~il"-- pJeh ~ar~n~ J~u jika hendak menduduki sua u posi si

dalam masyarakat haruslah sudah mapan keadaan dirinya '

Sebaliknya oposisi dari wong c:ilik adalah ~·u>r~<J g de, yang

,menurut warga desa diwakil' ol~h orang-ora~g yang memeg ng tampuk

ipemerintahan ne~ara seperti sultan, presiden, dan mente ·i. Untuk

,golongan ~ong gede yang ~~a. d/l tingkat desa adalah lura <kepala

47

Page 49: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

desa> , sedangkar. pE?r·angkat de5:>.:mya ter·gol ong Non g seder~ g•m.

Warga desa memandang bahwa yang bisa jadi ~ong gede adalah mereka

yang tidak ongkl~k-angklik Cl~bil> tetapi yang JeJeg ( abil).

Menurut pandangan mereka orang yang berhak at suatu

'posisi tertentu dalam masyarakat maka orang itu us kacek

(berbeda) dengan orang yang lainnya. Apabil'a yang in masih

:kesulitan dalam kehidupan ekoncminya maka orang 11t harus i

sudah bisa menghidupi keluarganya tanpa kesusahan Marek a

menganggap bahwa orang yang miskin tidak pantas untuk menduduki

jabatan yang tinggi --misalnya menjadi pamong-- se ab untuk

'mengurusi diri pribadi saja masih kesulitan apal gi

mengurusi orang banyak.

Jika konsep ini di~aitkan dengan kcnsep laras rna ·a tampak

bahwa keselarasan Jagad cilik itu sifatnya mutlak jiJa hend~k

memimpin rakyat, sebab seorang pemimpin itu merupaJan wakil

lllahi di alam raya Jagad gede. Oleh karena menjadi wa~il Tuhan . ~ i

maka ia harus bisa menJaga keharmonisan antara Jagad ·ilik dan

Jagad gede dalam bentuk kecakapan dalam memimpin.

Konsep terse~ut tampaknya hanya terlihat secara ekspilit

~ada kalangan penganut kebatinan. Lain halnya dengan

biasa, mereka tidak tahu-menahu apa itu jagad cilik dan Jagad

gede. Mereka hanya tahu bahwa ~idup bermasyarakat itu ha·us laras

agar tatanan masyarakat tidak kacau. Mereka mangangg p bahwa

kesel ar a san bennasyaJ~aJ~at i tu merup;aJ{c.\f"l bekal 11 mc:-\Sr.l d '~pan 11 d~

akherat nanti. Pemikiran tersebut di dasarkan pada konsep

ketuhanan, yaitu Tuhan menciptakan manusia itu unt 1k hid~p

selaras ·dengan sesama dan alam. Dalam hal ini jelas ba1wa yang

tampak pada warga Dukuh Parakan adalah pengambilan sikap positif,

48

Page 50: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

l bukanlah semata-mata konsep keselarasan Jagad cilik dan jagad

ge•.te.

Ide tentang keselarasan ini juga terlihat da am sistem

kekerabatan y.:l:"lg seti dak-t i daknya sc:mqat mempenga uhi gay a

politik lc)kal. Istilah yang tepat untuk hal tersetut adalah

nepotisme. Beberapa orjng informan menyatakan mengapa a memilih

ker abat.nya untuk duduk dal am kepamongan desaq 11 s;aya m mi 1 i h di a

1 karena dia saudara saya sendiri, jadi kalau ada kesuli an apa-apa

maka saudara tersebut akan lebih mengurus kita dari orang

lain". Di sini terlihat jelas bahwa aspek kesela juga

dilibatkan, walau dalam bentuk yang sifat.nya egosen Oleh

karena di lingk~ngan Desa Sidomulyo itu sebagian b

terikat oleh hubungan darah maka aspek egosentris i i menja~i

kabur sifatny;a.

Aspek nepotisme yang ~gosentris itu tampaknya jug memi 1 i l'i

dampak yang berupa konflik terselubung, yaitu antara k rabat dan

non-kerabat. Konflik ini terlihat jika di.kaitan j<etidak-

cakapan seorang pamong ~alam memimpin. Misalnya ad beberilpa

i nfor·man---- bahwa; 11 keti da~~wi bawaan pamong i tu sebenar· ya kar~na

1 banyak golongan tua yang ~enJadi bawahan yang muda, set ingga yang

muda tidak enak (pekewuh) Jika akan menegur bawahannya yang jauh

lebih tua awune <derajadnya)~.

Kesdaan ters~but selamanya hanya akan menjadi ko yang

terpendam, yang mungkin sama sekali tidak akan meng~anggu

keharmonisan sosial yang ada. Hal ini dapat

harmoni itu lebih menonj~l daripada sikap konflikny . Artinya

49

Page 51: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

set1ap individu pendukung kebudayaan pcJitik yang ~da selalu

berusaha meredam konflik demi keutuhan st~uktur ko unal yang

mereka miliki. Oleh karena itu struktur komunal masya ·akat desa

ffif.?nj<l:'li:H SLI<.'It:u bentuk yang sejel as--jel asnyc.~.

Bentuk kultus harmcni tersebut juga tampak pada keengganan

untuk mei"HJganti tokch pamong yang sudah sangat t a. Secara

individual mereka sebenarnya menghendaki perganti ·n

generasi muda. Akan tetapi hal tersebut tidak dilaku :an karena

pertimbangan bahwa pergantian dengan cara yang drasti · tidaklah

sopan (mboten prayogi atau tidak baik).

Adanya kul tus harmoni ter!::iof'lbut me1·1j.:\dU(an gEdcll \k pol i 1:i k

lokal hanya ada pada tingkat ide saja dan tidak diman'festasikan

dalam bentuk emp~ris. l:::eadaan · ini menunjukkan ide

demokrasi yang ditanamkan pada masyarakat desa mengal·mi proses

malinteqration2 1 • Kenyataan tersebut menunjukkan ·ahwa

i beberapa aspek dari ide demokrasi yang dihilangkan da

mengalami penghalusan di sana-sini agar seiring dengar

kekomunc.1l an yang mereka miliki. Ar·t i

kemudian

st.ruktur

yang

mendasarkan pada kcnsep kebebasan pclitik, keadilan ~csial dan

f:?konomi secara jelas tidak ada. Aspek demokrasi yang ada hanya

berupa serpihan belaka·--yang diwujudkan dalam pemilitan kepala

desa dan keterbukaan mimbar yang dibatasi olsh etika moral

kekcmunalan-- dan bahkan telah diadaptasikan sedemikian rupa

sehingga sulit untuk disebut demokrasi.

Sebenarnya aspek politik ~ang secara eksplisit terlihat dalam

kehidupan sehari-hari adalah politik 11 gotoncJ .. -r oycl ·1g 11 yang

dilandasi oleh sist.em ekonomi timbal-balik dan membagi. Apabila

50

Page 52: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

:keuntungan secara ek6nomis-- adalah akibat masukny

ekonomi tuk.:w-menukar· dan monet i sc."l.si i nt£~rnal.

sistem

Politik lokal yahg dilandasi oleh struktur kekomun lan akan

1 l~bih jelas jika dilihat dari pemilikan tanah, siste ekonorni I

membagi dan tukar-menukar. Pemilikan lahan yang lu s secara

1otomatis memiliki power yang lebih besar dari pada o yang

lahannya sempit --Walau demikian mereka mengident fikasikan

dirinya sebagai wong cilik karena hanya seorang petani

menduduki jabatan kepamongan.

Golongan yang berlahan luas dalam prinsip

menj.:.-uH pus,at yang rnembagikan pemilikan dan mener·ima

orang lain. Secara sekilas tampaknya mereka berada

yang seimbang, karena pembagian dari hasil sawah

agi

1 ah

ti dcdc

akan

dari

posi f~i

maro

bahkan pada tegalan, pemilik tanah hanya mendapat sepertiga

bagi an. Di 1 i hat dar· i barang pemi 1 i kan yang di tt?r i ma tampaknya

memang demikian. A~an tetapi di balik itu tampak sek· li bahwa

petani penggarap sangat tergantung pada pemilik lahan, dan akan

selalu mempertahankan hubungan baik yang telah dijalin.

~~e~· omunal an,

,y<:\i t.u s.:.'\ng pE'~mi 1 i k l c"iltHUI yang· luas hc;\r·us mE?mper·bc)l ehkc.m tanahnya

dikerjakan oleh orang lain, karena jika tidak maka ia akan

dikecam secara sosial. Tampaknya dalam hal ~ni ada SLatu pola

khusus yang merupakan ciri dari sistem politik kekomunalan. Ciri

tersebut ditunjukkan oleh sikap yang saling tunduk~ pertama,

petani penggarap tunduk pada petani pemilik tanah

pemi 1 i k tanc::\h tundu~~ pad a at 1..1r· an mer t=:1l k£;:kcllnune:\l an.

petaoi

car· a

seperti ini menjadikan kelas-k~las sosial menjadi kabur, sehingga

51

Page 53: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

secara sekilas tampak egaliter.

Ket i dak jel a san tersebut: di c:\tas menjadi agak jel c.1s ket i ka

dibandingkan dengan sistem ekonomi tukar-menukar dalam pertanian.

Pemilik lahan yang luas semakin jelas kelas sosialn a, karena

dapat mempekerjakan orang-orang yang bertanah gurem. Pengerahan

tenaga tersebut tidak lagi didasarkan pada prinsip memJagi tetapi

berdasarkan upah. Per hari kerj~ biasanya seorang tani

mendapatkan uang sebesar Rp.lOOO,OO. Besarnya uang yan· ia terima

sel ama· bf?ker- j a tergantung dari banyaknya or-ang ~lang i kerahk.iin. Semakin banya~~ orang tentunya semakin E>edi kit har·i ker· ja per orang. Dalam hal i ni ter·l i hat jelas baht•la bur-uh i ffil?n J<idi golongan yang kurang memi 1 i ~~i poiAier, d.:\n sec1l ah-cJl h semakin

dipertegas kedudukan sosialnya oleh arus.monetisasi in ernal.

52

Page 54: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

BAB V

KEBII1PlJLAN

Perumit.im sistem sc:lsial yang tE~rjadi di Dukth Parakan

merupakan proses historis yang ~erus berkes~nambungan. Clifford

Geertz melihat bahwa perumitan tersebut merupakan stra egi untuk

, menghadapi perubahan ekologis, karena munculnya perkebunan

sehingga masyarakat sawah tidak mampu menembus sektcr nodern yang

di capta~'an ell eh Bel and a. Namun yang ter· j adi di DLikL h F'arakan

tampaknya agak berbeda --kartina daerah tersebut tidak dijadikan

areal perkebunan~- dan perumitan pada sistem sosial cendarung

di ak i bat kan ell eh adanya suatu kekuat .:1n 11 supra ma£::.yar ak t 11 (dalam

·hal ini kraton) yang talah membangun suatu bangunan sosial yang

kokoh. Kekuatan kraton inilah yang menjadikan sistem sosial

'l:ampc:-\k rumi t.

Sebemarnya ~'erumi tan yang ter· jadi di ti ngk.:-ilt 1 ok.::il fnerupakc:m

refleksi dari kerumitan di sektor kraton itu sendiri. alam hal

ini kraton telah melakukan proses penghalusan dan penca1ggihan ke i

dalam sehingga hubungan-hubungan yang ada di dalam kr~ton jauh

lebih rumit dari pada di tingkat desa. Tampaknya kerum·tan yang

terjadi di dal~m kraton merupakan suatu counter terhada kolonial

Bel.:mda, dan Juga karena ketidakmampuaR komun.al

ke~a-aton<an mengh.:.idapi te?kanan·--b?kan;,.u·l ter·l"ladap Bel anda.

Clleh kar·en.::~ kekuc.it.:tn supra masy.::,r·.: .. lkc:\t <kr.:.'lto·\) telah

mengalami proses perumitan maka dengan sendirinya apa yang

dipancarkan oleh kraton akan tersoialisasikan sampai d'

yang paling baw~h (dalam hal ini desa). Proses sosial sasi ini

53

Page 55: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

berlangsung melalui kaum elite desa seperti Bekel beserta

per.:.ngkatnya. di t i ngkc.~t bisa

diinterpretasikan sebagai miniatur kekuatan kratcn, bekel

seolah-olah merupakan serpihan pancaran cahaya Sultan yang berada

Tentu saja pancaran cahaya tersebut tidak ·ebesar

Sul t.:.u1, karena Jika kita lihat model 1 i ngk.:.u·an (cmsentri s

<Kraton, Negara Gung, Pesisir, Sabrang) pancaran ac.1n raja,

maka semakin ke pinggir pancaran tersebut semakin pudar

Proses perumit~n yang terjadi merupakan suatu u1aya yang

fungsional untuk menghadapi terJadinya tekanan pend tduk, dan

memang benar apa yang dikatakan cleh Geertz, bahwa peru titan yang i

1 ter j.:.~di I

menimbulkan involusi kultural, yang merembes

pertanian. Benar pula bahwa akibat dari involusi terseb1t terjadi

shared poverty, karena tak ada akumulasi modal. Di ldn pihak

involusi kultural tersebut berfungsi sebagai peredam erjadinya

konflik yang biasa muncul karena perebutan sumber da a akibat

adanya tekanan penduduk. Jadi dalam kata lain ada akumulasi

harmoni sosial •

54

Page 56: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Cat at an

1. Lihat tulisan Niel, Robert Van, dalam Anne Booth ( 1988).

<ed>

2. Mengenai kebijaksanaan Van Den Bosch, lihat Bremen, Jan, Ibid. Dan Ali Fachry <1986> Refleksi Paham Kekuasaan Jawa Dalam Indonesia Modern. dan juga tulisan Wertheim, tentang I dQnesian Siciety In Transition.

3. Lihat ~oentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, hal 161 -167.

4. Dalam hal ini patron-client muncul, dan bekel selacu patron memberikan perlindungan sosial kepada warganya --sekalipun menurut Raffless massa desa diperas. Lihat pula tulisan Bremen Ibid, dan PriJono Tjitoherijanto dan Prijono Yumiko, De okrasi Di Ped..:saan Jawa.

~. Lihat tulisan Guinnes, Patrick (1986) ,Harmony and Hi archy In A Javanase Kampung.

6. Lihat tulisan Raffless, The History·Of Java. Vol:' I, pada bagian sub judul mengenai Pemerintahan. Raffles& mengat kan bahwa bentuk pemerintahan di Jawa menunjukan adanya suatu kelaliman <despotism>, sementara itu hanya di desa saja yang ada pemilihan

'pimpinan desa Cdemokratis>. Walau demikian ia juga lengatakan bahwa pemerintahan desa juga tidak luput dari bentuk (elaliman. Dia juga mengatakan bahwa landasan pemerintahan di Ja a adalah patr i arch.:.d .

7. Lihat tulisan Geertz, Involusi Pertanian.

8. Lihat tulisan Julian Steward, The Theory Of Culture hange.

9. Lihat tulisan Umar Kayam, dalam Colleta, Nat.J dan K yam, Um~r

< ed ) C 1 987 > •

10. Lihat tulisan Geertz, Involusi Pertanian. Dan Tulis n Schaik, Arthur Van, Colonial Control and Peasant Resourches In Java. ( 1986) •

~11. Lihat Polanyi, Karl, dalam Evers, Hans-Dieter Masyarakat, Proses Peradaban Dalam Sistem Dunia Modern.

Teori

12. Pad.:;, t.ahun 1t11'7 y.::mg ber·£.ekc)lat1 di Sf.:!kolah ongko lo o adalah mereka yang berasal dari eiite desa, sementara rakyat b'asa hanya ;sekolah di S8kolahan Kawulo Kasultanan yang hanya sampa' kelas 3 saja.Bementara sekolah ongko loro sampai kelas 5. Sekol h Kawulo Kasultanan ada di dukuh Parakan pada tahun 1930.

!13. Oleh karena sekolah,Kawulo Kasultanan hanya sam kelas tiga, maka t.ingkat pendidikan tersebut di kota Yogyakarta hanya idijadikan tukang batu saja. Oleh karena tidak m ndapatkan

55

Page 57: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

prestise sosial, maka mereka kembali ke desanya untuc bertani kembali.

14. Sikap melepaskan diri ini disebabkan oleh ketakJtan yang berupa koministD phDbia. Jadi dalam fc.'\se ini sikap 11 a politi!::> 11

muncul dan massa desa menjadi mengambang dan mengalami stagnasi yang berkepanJangan.

1 1:::' ...,. Lihat tulisan Geertz, Involusi Pertanian.

16. F'olanyi, Ibid.

17. Lihat Geertz, Involusi Pertanian. I

18. Lihat Geertz, The intepretation Of Culture, pa a bagian "Thick Diecr-iption: Toward An Interpr-etive Them-y Of Cu ture.

i . 19. Ali, Fachry, Re~leksi Paham Kekuasaan Jawa Dalam Indonesia Modern. < 1986)

20. Sahlin, Marshal (1971> dalam Dalton, George Ced) Econimoc Oevelopment And Social Change.

21. Cohen, F'ercy. S < 1968) Mod,ern Social Theory.

66

Page 58: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Ali, Fachr-y 1 CJ86

1CJ88

Daft.ar· F'ustc.'\ka

Refleksi Paham Kekuasaan Jawa Modern.Jakarta: Pt. Gramedia

Indone5ia

"Dari "pasca Slametan" Ke Lembaga "modern" Pedesaan" dalam Kompas t.gl ...•••.•• , Jakarta:Gramedia. ,,

Andert:;on, 1969

Benedict ROG

1972

Bantcm, Michael 1965

Mythology And The Tolerance of The avanase. Cornel Modern Indonesia Project, Ithaca: Cornel University.

"The Idea of Power In Javanase Cult 1re" dalam Culture And Politics In Indonesi , Claire Holt ed, Ithaca, New York: Cornel Jniversity Pree;s.

Roles, An'Introduction To The Study of Social Relations. London: Tavistock Public~tions.

Bechtold, Karl-Heinz, W. ed. 1988 Politik dan Kebijaksanaan Pem ang~oan

Pertanian. Jakarta Yayasan Obor Ind nesia

Booth, Anne. et al ed. 1988 Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Breman, Jan 1986

. Cohen , Per·cy. 8 1968

Colleta, Nat. J. & 1987

1 Dalton, Geor-ge

1971

;De Jong, S 1985

Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja Jawa di Masa Kolonial. Jakarta: LP3ES .

Modern Social Theory. i\levJ Yor·k: Bas c Books, Inc, Pub 1 i stu.-r-.

Kay am, Umc:1r ed. Kebudayaan dan Pembangunan,Sebuah Terhadap Antropologi Terapan di Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Economic Development And Social Garden City, New York: The ·Natural

Salah Satu

57

Sikap Hidup Orang Penerbit Kanis~us.

endekat,an ndonesia.

Change. istory Press.

Jawa.

Page 59: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

Effenbdi, Tadjudin Ncar et.al 1 t/HB Pol a Mobi 1 i tas Peker jaan, Studi Kasus di

Diroprajan Yogyakarta. Yogyakart~: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mad a •

. Eisenstadt, S.N. 1':n:$ Tradition, Change, and Modernity. NevJ Yor-k:

John Wiley & Sons.

€"'d Evers, Hans-Dieter 1 'l88 Teori Masyarakat: Proses Dalam

Sistem Dunia Modern. Jakarta: Vayasa1 Obor Indone·::;ia.

Firth, Haymond 1964 Essays on Social Organization

York: Athlcme Pr~ss. New

Geer·tz, Cl i ·f h:lt-d 197~3 .

1 CJB3

The Interpr-etation of Culture. NevJ Y·wk: Basic Bt')OI(s;, Inc, t=·ubli!~hf:?t·-.

Invol usi PE!rtani an, Proses Perubahan Ekol ogi di Indonesia Jakarta: Ehr·atara.

Abangan, Santri, Priyayi Dalam J a.-•a. J .::\1:: ar· t a: Pt.lf.; t .::1 ~::;:~ a;::, y .:,1.

19B6 Mojokuto, Dinamika Sosial Sebuah Jakarta: PT. Pustaka Grafiti Press.

di Jawa.

Ge(~t··tz ~ Hi 1 ch~r-d 1 17'8~5

, Get- scln 1"'1. 1969

'Guinness~ Patrick .19B6

Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti pres;.

(ad) Social FToblem in Comparative Reader. C1··pwel Comp<:\ny.

a Changing New Yor-k:

Worl l"tHllllaS

Harmony And Hierarchy In A Javanase -'ampung. ingapore: Oxford University Press.

HardJowirogo, Marbangun 1984 Manusia Jawa. Jakarta: Inti Dayu Pre~s

Kartodirdjo, Sartono et.al 1987 Perkembangan Per~daban Priyayi. Yogytkarta:

Keesing, Roger M. 1975

Gadjah Mada Universiti Press.

Kin Groups and Social Structure. New York: Holt, Rinehart & Winston Inc.

58

il y

Page 60: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

-------------------------------..... --------------~~------........

Koentjaraningrat 1984

1958

Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Metodii-Hetod~ Anthl'"hopol ogi Penyelidikan-Penyelidikan Masyar Kebudayaan di Indonesia. Djakarta: Universitas.

dalam kat dan Pener·bi tan

Ko~ten, D.C & Sjahrir ed. 1988 Pembangunan Berdimensi Kerakyatan

Yayasan Obor Indonesia. .Jakar··.ta:

Kusumowidagdo, 1986

Si gi d Putr<anto

Lewellen, Ted. C. 1 9a:::.~

LeLw, Van J. C 1 1i60

Mulder, Niels 1985

Needh.::~m, lioUney · 1979

.,., • 1 Niel, Robert Van

1 1i84

"Pemb.:1nguan Pol i t:i k Clr'de Bc:~•r·u d n Kr·isis Parti sipasi" dc:.d c:.~m •<oentjaranin r·at t1asalah-Masalah Pembanguan, Bun a Antropologi Terapan. Jakarta: LP3ES

( l~d) !, )

Rampai ··

Political Anthropology An Intr duction. Massachusetts: Bergin"& Garvey Publ sher.

Indonesian Trade and Society. Band tng: Sumur B.::mdung.

Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Jak rta: Sinar· H.:.1rap.:.~n.

Symbolic Classification. Santa Monica, California: Goodyear Publishing Co~any •

Munculnya elit Modern Indonesia. Ja~arta: Pustak.:.~ Jay.:.~.

Nordholt. Nico chulte 1987 Ojo Dumeh,

Pembanguan. Kepemimoinan Lokal

Jakarta: Sinar Harapan. dalam

Onghokham 1 C'JB6 "Petard dan Kraton dc:d.am Politik ·r·adisional

.. lawa" dalam Seri Pr·isma: Demokr"asi an Proses Politik. Jakarta: LP3ES.

, Prijono, Vumiko &.TJiptoherijanto, Prijono 1983 Demokrasi di Pedesaan Jawa.

Harapan.

59

Page 61: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

1Ha·f ·f 1 ess, Thomas Stam·ford I 1978

Ryan, Br·yce r·. 1 ~·6C_i>

The History of Java. Vol: One, Singap l'··e: Oxford Univerity Press.

Social and Cultural Change. Nt:~·w Yor~: Rcmald Pr-f-.?SS Company.

Sch.::~i k, 1 1186

f\rtht.tt- Van Colonial Control and P£":!asant In

Schr·i eke., B. ,J. 0 1 r-;>75

Schusky, Ernest L 1965

Schwartz, 19613

Dortcm

Slamet, Ina 1965

Smith, Theodore M I 1984

Java. Amsterdam: Selecta Offset.

Sedikit Uraian Tentang Pranata Jakarta: Bhr~tara.

Manual For Kinship Analysis. Rinehart & Winston Inc.

Vod:: Holt,

M. & Ewald, Robert H Culture and Society Anthropology. New Company.

an Intr·oductio t Cultural York: The Rona· d Press

Pokok-Pokok Pembangunan Jakarta: Bhratara.

Masyarakat Desa.

"Kepal a Desa: Pel opor· Pembar"lCJl..tnc:'ln' dal am Koentjaraningrat Cedl, Masal h-Masalah Pembangunan, Bunga Rampa:i Antropologi Terapan. Jak.::irta: L.P~>ES.

Sosrodihardjo, Soedjito 1972 Perubahan Struktur Masyarakat di Djawa.

Yogyakarta:. Karya.

J & Robertson, J.B Spruyt. 19?:"~: History of Indonesia The Timeless lsl nds.

t::it e~o-J.:tr d , 19~)5

Julian

Standing, Guy

The Theory Uni ver·i ty of

60

of Culture Change. I 11 i noi r:> Press.

Urbana;

Page 62: Oleh= Mundayat YOgyakarta · tindakan yang ada, dan secara aktual hadir dalam jaring ln relasi sosial 1973: 145). Gambaran mengenai strukt sosial : dal am tul i s

.... . . ' • 19B7

f.3umar· d j .::111 ~ f.3f.:? 1 o 1 C_f[lb

Suparlan, Parsudi 1986

Konsep-Konsep Mobilitas di Negara Berkembang. Yoi;Jyc:ikr.:ir·ta: Pu~:;.::1t Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Perubahan Susial di Yogyakarta. G;ad j ah lvJad<a lln i ven::>i t i Pr f.?!::;s.

Sedang P nelitian

Demokrasi dalam Masyarak~t Pedesaan Ja a" dalam Seri Prisma: Demokrasi dan Proses Politik. ,Jakat···ta: LP3ES.

Suseno, Ft- .:.m:r~

19B5 Ma(Jni s

Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi Tentang

Turner, Victor W. . 197S)

Kebi jaksanaan Hidup .Jawa. ,Jak.;u .. t<H G1··a ·,edi c.1.

The Ritual Pr-ocess, Stuct:ure and Antis ructura. New York: Aldine Publishing Company.

,Tjondn:megoro, Sediono M.P 19134 "G.:::j al c:\ Organi f'~c:H:;i dan Pf.?mbangunan B ~rene: ana

Wer·theim, l.AJ.F 1956 .

...... ... .

dalam Mc.1sy;::\l~akat Ped<i'~!::>c.~.:.'\1'1 ,Jawa" dalam •<oent.j.::1raningl"'ii:\t <r=~cn, Masala -Masalah Pembangunan, Bunga Rampai. Antropologi Terapan. · ,Jakarta: L...P3ES

Indonesian Society In Transition. Band mg: Sumur Bandung.

61

. ... . t·

t