oleh maiza fikri, st, m.m fakultas psikologi universitas bina darma palembang 201 3

32
OLEH OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS FAKULTAS PSIKOLOGI PSIKOLOGI UNIVERSITAS UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG BINA DARMA PALEMBANG 201 2013

Upload: soyala

Post on 12-Jan-2016

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FILSAFAT HUKUM. OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG 201 3. LITERATUR. Antara lain: Filsafat Hukum: Apakah Hukum Itu oleh Drs. Lili Rasjidi, S.H.,LL.M. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum oleh Prof. Dr. H. Lili Rasjidi, S.H. LL.M. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

OLEHOLEH

MAIZA FIKRI, ST, M.MMAIZA FIKRI, ST, M.M

FAKULTAS FAKULTAS PSIKOLOGI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG BINA DARMA PALEMBANG

20120133

Page 2: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

LITERATURLITERATUR

Antara lain:Antara lain:

Filsafat Hukum: Apakah Hukum Itu oleh Drs. Lili Rasjidi, S.H.,LL.M.Filsafat Hukum: Apakah Hukum Itu oleh Drs. Lili Rasjidi, S.H.,LL.M. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum oleh Prof. Dr. H. Lili Rasjidi, S.H. LL.M.Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum oleh Prof. Dr. H. Lili Rasjidi, S.H. LL.M. Filsafat dan Teori Hukum Postmodern oleh Dr. Munir Fuady, S.H.,M.H. LL.M.Filsafat dan Teori Hukum Postmodern oleh Dr. Munir Fuady, S.H.,M.H. LL.M. Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia olehPokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia oleh

Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. Dan Dr. Shidarta, S.H.,M.Hum.Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. Dan Dr. Shidarta, S.H.,M.Hum.

Page 3: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Filsafat HukumFilsafat Hukum adalah adalah cabang filsafatcabang filsafat, khususnya cabang , khususnya cabang

filsafat moral (etika).filsafat moral (etika).

Posisi filsafat sebagai Posisi filsafat sebagai mater scientiarummater scientiarum menjadikan filsafat menjadikan filsafat

hukum juga sebagai induk dari ilmu hukum.hukum juga sebagai induk dari ilmu hukum.

Disiplin HukumDisiplin Hukum dibedakan menjadi tiga yaitu: dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Ilmu Hukum;1. Ilmu Hukum;

2. Teori Hukum2. Teori Hukum

3. Filsafat Hukum3. Filsafat Hukum

Pengertian & Ruang LingkupFilsafat Hukum

Page 4: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

1. 1. Politik HukumPolitik Hukum

DISIPLINDISIPLIN 2. 2. Filsafat HukumFilsafat HukumHUKUMHUKUM (Teori Hk dlm 3. (Teori Hk dlm 3. Ilmu HukumIlmu Hukum (Teori Hk. dlm arti sempit): (Teori Hk. dlm arti sempit): arti luas) - Ilmu ttg Normaarti luas) - Ilmu ttg Norma - Ilmu ttg Pengertian Hukum- Ilmu ttg Pengertian Hukum - Ilmu ttg Kenyataan Hukum:- Ilmu ttg Kenyataan Hukum: a. Sejarah Hukum;a. Sejarah Hukum; b. Sosiologi Hukum;b. Sosiologi Hukum; c. Psikologi Hukum;c. Psikologi Hukum; d. Perbandingan Hukum;d. Perbandingan Hukum; e. Antropologi Hukum.e. Antropologi Hukum.

Ilmu ttg norma dan Ilmu ttg pengertian hukum disebut Ilmu ttg Ilmu ttg norma dan Ilmu ttg pengertian hukum disebut Ilmu ttg Dogmatik Hukum dengan ciri2: teoretis rasional dengan Dogmatik Hukum dengan ciri2: teoretis rasional dengan menggunakan logika deduktif.menggunakan logika deduktif.

Ciri Ilmu ttg kenyataan hukum adalah teoretis empiris dengan Ciri Ilmu ttg kenyataan hukum adalah teoretis empiris dengan menggunakan logika induktif.menggunakan logika induktif.

Page 5: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Filsafat Hukum membahas masalah-masalah hukum secara filosofis untuk Filsafat Hukum membahas masalah-masalah hukum secara filosofis untuk mencari apa hakikat hukum dan menemukan hukum yang benar dan adil bagi mencari apa hakikat hukum dan menemukan hukum yang benar dan adil bagi setiap masyarakat, bangsa dan negara;setiap masyarakat, bangsa dan negara;

Filsafat Hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis;Filsafat Hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis;

Objek Filsafat Hukum adalah hukum yang dikaji secara mendalam sampai kepada Objek Filsafat Hukum adalah hukum yang dikaji secara mendalam sampai kepada intinya yang disebut hakikat.intinya yang disebut hakikat.

Modalitas untuk membahas masalah-masalah filsafat hukum adalah dengan Modalitas untuk membahas masalah-masalah filsafat hukum adalah dengan memahami dasar-dasar pengertian, sejarah dan aliran-aliran filsafat hukum;memahami dasar-dasar pengertian, sejarah dan aliran-aliran filsafat hukum;

Inti dari pembelajaran filsafat hukum adalah penguasaan aliran-aliran filsafat Inti dari pembelajaran filsafat hukum adalah penguasaan aliran-aliran filsafat hukum karena dengan bekal inilah semua permasalahan filsafat hukum mampu hukum karena dengan bekal inilah semua permasalahan filsafat hukum mampu dianalisis dengan baik melalui pendekatan integral-holistik;dianalisis dengan baik melalui pendekatan integral-holistik;

Aliran-aliran utama filsafat hukumAliran-aliran utama filsafat hukum:: - Aliran Hukum Kodrat (Hukum Alam) - Sociological Jurisprudence;- Aliran Hukum Kodrat (Hukum Alam) - Sociological Jurisprudence; - Aliran Positivisme Hukum; - Realisme Hukum- Aliran Positivisme Hukum; - Realisme Hukum - Aliran Utilitarianisme; - Freierechtslehre- Aliran Utilitarianisme; - Freierechtslehre - Mazhab Sejarah;- Mazhab Sejarah;

Page 6: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya, mengapa hukum ada dan mengapa orang harus tunduk kepada apa tujuannya, mengapa hukum ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahasa soal-soal kongkret mengenai hubungan tersebut, filsafat hukum juga membahasa soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum.lembaga hukum.

Filsafat hukum berusaha mencari suatu “rechtsideal” yang dapat menjadi “dasar Filsafat hukum berusaha mencari suatu “rechtsideal” yang dapat menjadi “dasar hukum” dan “etis” bagi berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat.hukum” dan “etis” bagi berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat.

Menurut Satjipto Rahardjo, Filsafat Hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan Menurut Satjipto Rahardjo, Filsafat Hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang “hakikat hukum”, yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang “hakikat hukum”, “dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum”.“dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum”.

Perbedaan Ilmu Hukum Positif dengan Filsafat Hukum, yaitu:Perbedaan Ilmu Hukum Positif dengan Filsafat Hukum, yaitu: - Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan - Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan

mempertanyaan konsistensi logis dari asas-asas, peraturan-peraturan dan sistem mempertanyaan konsistensi logis dari asas-asas, peraturan-peraturan dan sistem hukumnya sendiri. hukumnya sendiri.

- Filsafat hukum mengambil hukum sebagai fenomena universal sebagai sarana - Filsafat hukum mengambil hukum sebagai fenomena universal sebagai sarana perhatiannya, untuk kemudian dikupas dengan menggunakan standar analisis perhatiannya, untuk kemudian dikupas dengan menggunakan standar analisis bersifat mendasar tentang hukum.bersifat mendasar tentang hukum.

Page 7: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

OBJEK FISKUMOBJEK FISKUM

Ojek Pembahasan FiskumOjek Pembahasan Fiskum masa lalumasa lalu adalah terbatas masalah tujuan hukum adalah terbatas masalah tujuan hukum terutama masalah keadilan;terutama masalah keadilan;

Saat ini Objek FiskumSaat ini Objek Fiskum adalah setiap permasalahan yang mendasar sifatnya yang adalah setiap permasalahan yang mendasar sifatnya yang muncul di dalam masyarakat yang memerlukan suatu pemecahan oleh hukum.muncul di dalam masyarakat yang memerlukan suatu pemecahan oleh hukum.

Fiskum sekarang bukan lagi filsafat hukumnya para ahli filsafat seperti di masa-masa Fiskum sekarang bukan lagi filsafat hukumnya para ahli filsafat seperti di masa-masa lampau, melainkan buah pikiran para ahli hukum (teoritis maupun praktis) yang dalam lampau, melainkan buah pikiran para ahli hukum (teoritis maupun praktis) yang dalam tugas sehari-harinya banyak menghadapi permasalahan yang menyangkut keadilan tugas sehari-harinya banyak menghadapi permasalahan yang menyangkut keadilan sosial di masyarakat.sosial di masyarakat.

Masalah-masalah hukum di masyarakat seperti:Masalah-masalah hukum di masyarakat seperti:

- Hubungan hukum dengan kekuasaan;- Hubungan hukum dengan kekuasaan;

- Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya;- Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya;

- Apa sebabnya negara berhak menghukum seseorang;- Apa sebabnya negara berhak menghukum seseorang;

- Apa sebabnya orang mentaati hukum;- Apa sebabnya orang mentaati hukum;

- Masalah pertanggungjawaban;- Masalah pertanggungjawaban;

- Masalah hak milik;- Masalah hak milik;

- Masalah kontrak;- Masalah kontrak;

- Masalah peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat;- Masalah peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat;

- dlsbnya.- dlsbnya.

Page 8: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Masalah Masalah KlasikKlasik tentang: 1. Hakikat Hukum tentang: 1. Hakikat Hukum

2. Tujuan Hukum2. Tujuan Hukum

3. Keadilan3. Keadilan

4. Penaatan Hukum 4. Penaatan Hukum

5. Hak Negara Menghukum 5. Hak Negara Menghukum

6. Hubungan Hukum dan Kekuasaan6. Hubungan Hukum dan Kekuasaan

Masalah Masalah KontemporerKontemporer: 1. Hak Asasi Manusia: 1. Hak Asasi Manusia

2. Hak Milik2. Hak Milik

3. Demokrasi3. Demokrasi

4. Hukum sbg sarana pembaruan masyarakat4. Hukum sbg sarana pembaruan masyarakat

5. Semua masalah kemasyarakatan 5. Semua masalah kemasyarakatan

Masalah-MasalahFilsafat Hukum

Page 9: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

1.1. Sumber Hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan;Sumber Hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan;

2.2. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pembukaan UUD 1945 sebagai StaatsfundamentalnormStaatsfundamentalnorm;;

3.3. Transformasi nilai-nilai Pancasilla dalam sistem hukum di Indonesia.Transformasi nilai-nilai Pancasilla dalam sistem hukum di Indonesia.

Ketiga permasalahan tsb penting diajukan mengingat masing-masing Ketiga permasalahan tsb penting diajukan mengingat masing-masing

berkontribusi pada pencarian atas jawaban “berkontribusi pada pencarian atas jawaban “apaapa” dan “” dan “bagaimanabagaimana” filsafat ” filsafat

hukum Indonesia yang dengan sendirinya mendorong kita untuk mencari hukum Indonesia yang dengan sendirinya mendorong kita untuk mencari

tahu tentang “tahu tentang “mengapamengapa” jawabannya seharusnya demikian.” jawabannya seharusnya demikian.

Masalah-Masalah Filsafat HukumBerkonteks Keindonesiaan

Page 10: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

BEBERAPA ALIRAN DAN/ATAU PARADIGMA BEBERAPA ALIRAN DAN/ATAU PARADIGMA DALAM ILMU HUKUMDALAM ILMU HUKUM

Aliran dan/atau

Paradigma

Konsep/Pemahaman

HukumCiri Hukum Ranah

Legal Philosophy/ Theology

Law as what ought to be in moral or ideal precepts

Ius constituendum

Asas moralitas yang bernilai universal dan menjadi bagian inheren sistem hukum alam;

Keadilan yang (masih) harus diwujudkan.

Normatif Normologik (Norma Moral)

Legal Positivism/ Post-positivism

Law as what it is written in the books

Ius constitutum

Kaidah-kaidah positif yang berlaku umum in abstracto di suatu waktu / tempat tertentu;

Terbit sebagai produk eksplisit suatu sumber kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi;

Hukum perundang-undangan nasional / negara;

Perintah-perintah eksplisit yang secara positif telah terumus jelas guna menjamin kepastiannya.

Normatif Positif (Norma Positif Legislatif)

Page 11: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Legal Realism / Behavioralism, Sociology of Law

Laws as it is made by the judge in the court of law or judge-made law;

Ius constitutum.

Keputusan yang diciptakan hakim in concreto dalam proses peradilan;

Hasil cipta penuh pertimbangan (judgement) dari hakim pengadil.

Normatif Behavioral (Norma Positif Yudisial)

Legal Structuralism / Functionalism / Structuro- Functionalism, Law and Society

Law as it is in society;

Law as regularities.

Pola perilaku sosial; Institusi sosial yang nyata dan

fungsional di dalam sistem kehidupan masyarakat, baik dalam proses pemulihan ketertiban dan penyelesaian sengketa, maupun dalam proses pengarahan dan pembentukan pola perilaku yang baru.

Empirik Normologik

Critical Legal Theory, Critical Legal Studies

Law as historical / virtual realities;

Law as historically / virtually understood or believed;

Law as false consciousness or as falsely realised.

(hk sbg kesadaran palsu)

Serangkaian struktur, sebagai suatu realitas virtual atau historis, yang merupakan hasil proses panjang kristalisasi nilai-nilai politik, ekonomi, sosial, budaya, etnik, gender, dan agama;

Sebagai instrumen hegemoni yang cenderung dominan, diskriminatif dan eksploitatif;

Setiap saat terbuka bagi kritik, revisi, dan transformasi, guna menuju emansipasi.

Empirik Kritis

Page 12: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Legal Interpretivism / Symbolic Interactionism

Law as it is in human actions and interactions;

Law as interpretations or processes of interpreting.

Makna-makna simbolik hasil interpretasi (individual ataupun kolektif) sebagaimana dalam dan dari aksi serta interaksi masyarakat.

Simbolik Interaksional / Interpretatif

Legal Constructivism

Law as relative and contextual consensus (Hukum sebagai kesepakatan, baik tertulis maupun tidak);

Law as mental construction;

Law as experiential realities.

Konstruksi mental yang bersifat relatif, majemuk, beragam, intangible, lokal, dan spesifik (walaupun elemen-elemen serupa dapat saja dijumpai pada individu, kelompok masyarakat, maupun budaya yang berbeda); berbasis sosial / eksperiential;

Rekonstruksi / revisi / perubahan terjadi berkesinambungan, sejalan dengan pengayaan informasi dan ‘sofistikasi’ atau ‘olah cipta-rasa’;

Yang ada, setiap saat, adalah konsensus atau kesepakatan relatif berkenaan dengan konstruksi tersebut, sesuai dengan konteks ruang dan waktu.

Relatif Konstruktivis

Page 13: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Alat penyelesaian sengketa (Alat penyelesaian sengketa (dispute settlementdispute settlement)) Sarana tertib sosial Sarana tertib sosial (social order(social order)) Sarana Pembaharuan Masyarakat (Sarana Pembaharuan Masyarakat (social engineeringsocial engineering))

Peran Hukum Dalam PenyelesaianMasalah2 Kemasyarakatan

Page 14: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

PERIODENISASI PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUMPERIODENISASI PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM

I. I. Zaman PurbakalaZaman Purbakala:: 1. 1. Masa YunaniMasa Yunani: :

a. masa pra-Socrates (± 500 S.M),a. masa pra-Socrates (± 500 S.M), → → objeknya terbentuknya alam objeknya terbentuknya alam semestasemesta b. masa Socrates, Plato & Aristotelesb. masa Socrates, Plato & Aristoteles; ; → → objeknya manusia (hukum)objeknya manusia (hukum) c. masa Stoac. masa Stoa

2. 2. Masa RomawiMasa Romawi: a. Cicero: a. Cicero b. Agustinus, dllb. Agustinus, dll

Karakteristiknya: Karakteristiknya:

Hukum keluar dari lingkup sakral dan mulai dipersoalkan sebagai gejala alamHukum keluar dari lingkup sakral dan mulai dipersoalkan sebagai gejala alam (abad VI sebelum masehi – abad V sesudah masehi);(abad VI sebelum masehi – abad V sesudah masehi);

Aturan masyarakat (hukum) ada hubungan dengan aturan alam; Alam ini Aturan masyarakat (hukum) ada hubungan dengan aturan alam; Alam ini dianggap sebagai suci dan sakral sebab berkaitan dengan kekuasaan ilahi. Oki dianggap sebagai suci dan sakral sebab berkaitan dengan kekuasaan ilahi. Oki aturan alam dicerminkan dalam aturan masyarakat yang harus ditaati untuk aturan alam dicerminkan dalam aturan masyarakat yang harus ditaati untuk menimbulkan keadilan, keamanan dan kebahagian hidup bersama.menimbulkan keadilan, keamanan dan kebahagian hidup bersama.

Page 15: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

II. II. Abad PertengahanAbad Pertengahan

1.1. Masa GelapMasa Gelap → runtuhnya Kekaisaran Romawi → runtuhnya Kekaisaran Romawi

2.2. Masa ScholastikMasa Scholastik → corak khusus dari ajaran kristen→ corak khusus dari ajaran kristen

Karakteristiknya:Karakteristiknya:

Hukum ditanggapi dalam hubungan erat dengan Tuhan dan AgamaHukum ditanggapi dalam hubungan erat dengan Tuhan dan Agama

(abad V – abad XV sesudah masehi);(abad V – abad XV sesudah masehi);

Aturan alam tetap dianggap sebagai norma untuk kehidupan Aturan alam tetap dianggap sebagai norma untuk kehidupan bersama, namun motifnya berubah yaitu ditaati karena alam bersama, namun motifnya berubah yaitu ditaati karena alam merupakan ciptaan Tuhan.merupakan ciptaan Tuhan.

Page 16: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

III. III. Zaman Renaissance Zaman Renaissance (abad 12)(abad 12)

Pemikiran hukum Romawi dihidupkan kembali;Pemikiran hukum Romawi dihidupkan kembali;

KarakteristiknyaKarakteristiknya::

Hukum mulai dipandang dalam hubungannya dengan Hukum mulai dipandang dalam hubungannya dengan kebebasan manusia dan dengan negara-negara nasional (abad kebebasan manusia dan dengan negara-negara nasional (abad XV – 1650)XV – 1650)

Page 17: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

IV. IV. Zaman Rasionalisme/Baru Zaman Rasionalisme/Baru (abad 17)(abad 17)

Hukum dipandang secara rasional dalam sistem-sistem negara Hukum dipandang secara rasional dalam sistem-sistem negara dan hukumdan hukum

Tokoh:Tokoh: Hobes, bentham, Imanuel khantHobes, bentham, Imanuel khant

Page 18: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

V. V. Zaman Modern (abad XIX)Zaman Modern (abad XIX)

Karakteristiknya:Karakteristiknya:

Norma utama adalah akal budi manusia; Oki aturan masyarakat Norma utama adalah akal budi manusia; Oki aturan masyarakat merupakan pencerminan akal budi manusia.merupakan pencerminan akal budi manusia.

Hukum dipandang sebagai faktor dalam perkembangan kebudayaan dan Hukum dipandang sebagai faktor dalam perkembangan kebudayaan dan sebagai objek penyelidikan ilmiah; sebagai objek penyelidikan ilmiah;

Pengertian Filsafat hukum dikembangkan dari ahli hukumPengertian Filsafat hukum dikembangkan dari ahli hukum

Page 19: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIAPERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA

ZAMAN YUNANI BERSIFAT ZAMAN YUNANI BERSIFAT KOSMOSENTRISKOSMOSENTRIS

ZAMAN ABAD PERTENGAHAN BERSIFAT ZAMAN ABAD PERTENGAHAN BERSIFAT TEOSENTRISTEOSENTRIS

ZAMAN PENCERAHAN BERSIFAT ZAMAN PENCERAHAN BERSIFAT ANTROPOSENTRISANTROPOSENTRIS

ZAMAN MODERN BERSIFAT ZAMAN MODERN BERSIFAT INDIVIDUALIS, RASIONALIS DANINDIVIDUALIS, RASIONALIS DAN

MATERIALISMATERIALIS

ZAMAN POSTMODERN BERSIFAT ZAMAN POSTMODERN BERSIFAT KEMAJEMUKANKEMAJEMUKAN DAN DAN DINAMISDINAMIS

Page 20: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Aliran Hukum Alam menurut sumbernya dapat dibedakan antara:

1. Aliran Hukum Alam Irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku

universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung;

Tokoh: Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante, Piere Dubois,

Marsilius Padua, dan John Wycliffe.

2. Aliran Hukum Alam Rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum

yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia (Pandangan ini

muncul setelah zaman Renesanse (era ketika rasio manusia

dipandang di atas segala-galanya)

ALIRAN HUKUM ALAM

Page 21: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

FILSAFAT HUKUM POSTMODERNFILSAFAT HUKUM POSTMODERN

PostmodernPostmodern = = anti modern anti modern

Menurut Menurut Ajaran PostmodernAjaran Postmodern, bahwa “, bahwa “perbedaanperbedaan” merupakan inti dari ” merupakan inti dari segala kebenaran, Oki mereka tidak mempercayai kepada hal-hal yang segala kebenaran, Oki mereka tidak mempercayai kepada hal-hal yang universal, harmonis, konsisten, dan transendetal.universal, harmonis, konsisten, dan transendetal.

Aliran Aliran PostmodernPostmodern ini merasuk ke dalam bidang hukum dan bersama2 ini merasuk ke dalam bidang hukum dan bersama2 dengan paham dengan paham Realisme HukumRealisme Hukum dan paham dan paham Kritis RadikalKritis Radikal seperti aliran seperti aliran FrankfurtFrankfurt di Eropa, mempolakan suatu aliran baru dalam bidang hukum di Eropa, mempolakan suatu aliran baru dalam bidang hukum yang radikal yaitu “yang radikal yaitu “Aliran Hukum Kritis/Aliran Hukum Kritis/critical legal studiescritical legal studies” , tokoh: ” , tokoh: Roberto Mangabeire UngerRoberto Mangabeire Unger..

Menurut aliran Menurut aliran critical legal studiescritical legal studies, , bahwa:bahwa:

- Hukum pada abad ke 20 dianggap suatu proses pembiaran terhadap - Hukum pada abad ke 20 dianggap suatu proses pembiaran terhadap ketidakadilan, ketidaknyataan, dan ketidaktertiban. ketidakadilan, ketidaknyataan, dan ketidaktertiban.

- Hukum telah ditaruh di suatu tempat di awang2 yang tinggi dimana - Hukum telah ditaruh di suatu tempat di awang2 yang tinggi dimana semua semua justitiabelenjustitiabelen (pencari keadilan) diharuskan mengadah tanpa (pencari keadilan) diharuskan mengadah tanpa dapat menjangkaunya.dapat menjangkaunya.

Page 22: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Aliran Aliran critical legal studiescritical legal studies merupakan aliran yang bersikap antiliberal, merupakan aliran yang bersikap antiliberal, antiobjektivisme, antiformalisme dan antikemapanan dalam Teori Hukum antiobjektivisme, antiformalisme dan antikemapanan dalam Teori Hukum dan Filsafat Hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir dan Filsafat Hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, postmodern, neomarxism neomarxism dan dan realisme hukum.realisme hukum.

AliranAliran critical legal studies critical legal studies menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan hukum dan menolak pula kepercayaan terhadap unsur pengetahuan hukum dan menolak pula kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum yang objektif.keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum yang objektif.

Gerakan Postmodern telah ikut melahirkan aliran Gerakan Postmodern telah ikut melahirkan aliran legal studies movement.legal studies movement.

Page 23: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Persamaan & Perbedaan Persamaan & Perbedaan Aliran Pragmatisme Hukum dan PostmodernAliran Pragmatisme Hukum dan Postmodern

PersamaannyaPersamaannya bahwa baik aliran pragmatisme hukum maupun pandangan bahwa baik aliran pragmatisme hukum maupun pandangan postmodern sama-sama postmodern sama-sama memandang hukum sebagai sarana yang dimaknai oleh memandang hukum sebagai sarana yang dimaknai oleh faktor2 non-hukumfaktor2 non-hukum seperti ekonomi, kebudayaan, sosial, sejarah dll. seperti ekonomi, kebudayaan, sosial, sejarah dll.

PerbedaannyaPerbedaannya bahwa bahwa aliran pragmatismealiran pragmatisme melakukan kontekstualisasi terhadap melakukan kontekstualisasi terhadap hukum sesuai dengan prinsip masyarakat dan kultur (hukum sesuai dengan prinsip masyarakat dan kultur (westernwestern) yang homogen; ) yang homogen; sedangkan sedangkan aliran postmodernaliran postmodern::

- lebih menitikberatkan kontekstualitasnya sesuai dengan prinsip kultur dan - lebih menitikberatkan kontekstualitasnya sesuai dengan prinsip kultur dan

masyarakat yang heterogen.masyarakat yang heterogen.

- menggantikan konsep kebenaran tradisional dan konsep disiplin hukum yang - menggantikan konsep kebenaran tradisional dan konsep disiplin hukum yang

netral dengan konsep hukum kontekstual, dinamis, plural, nonessentialis dannetral dengan konsep hukum kontekstual, dinamis, plural, nonessentialis dan

multikulturalmultikultural

Page 24: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

PRINSIP-PRINSIP FILSAFATPRINSIP-PRINSIP FILSAFATALIRAN PRAGMATISMEALIRAN PRAGMATISME

Prinsip kekomplitan dan kelayakan (Prinsip kekomplitan dan kelayakan (adequacyadequacy););

Berdasarkan fakta-fakta;Berdasarkan fakta-fakta;

Berlandaskan pada aksi-aksi;Berlandaskan pada aksi-aksi;

Berpegang pada kekuasaan.Berpegang pada kekuasaan.

Page 25: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

PERKEMBANGAN PREMIS HUKUMPERKEMBANGAN PREMIS HUKUMPADA AKHIR ABAD 20PADA AKHIR ABAD 20

1.1. Bahwa kultur (kultur hukum) adalah heterogen dan bukan hanya satu Bahwa kultur (kultur hukum) adalah heterogen dan bukan hanya satu nilai tertentu saja yang membentuk kultur tsb;nilai tertentu saja yang membentuk kultur tsb;

2.2. Bahwa hukum yang uniform yang hanya diarahkan/dibentuk Bahwa hukum yang uniform yang hanya diarahkan/dibentuk berdasarkan presumsi untuk diterapkan ke dalam masyarakat yang berdasarkan presumsi untuk diterapkan ke dalam masyarakat yang uniform sudah tidak mungkin dipertahankan lagi;uniform sudah tidak mungkin dipertahankan lagi;

3.3. Bahwa hukum akan berbeda-beda sesuai konteks dan sesuai kultur Bahwa hukum akan berbeda-beda sesuai konteks dan sesuai kultur hukum yang berbeda dan saling tidak menyambung;hukum yang berbeda dan saling tidak menyambung;

4.4. Tidak dapat dipertahankan lagi pendapat bahwa otoritas pembuatan Tidak dapat dipertahankan lagi pendapat bahwa otoritas pembuatan dan penegakan hukum dianggap memiliki hierarkis yang superior dan penegakan hukum dianggap memiliki hierarkis yang superior secara metanorma;secara metanorma;

Page 26: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Penetrasi Aliran Postmodern ke dalam bidang hukum telah melahirkan Penetrasi Aliran Postmodern ke dalam bidang hukum telah melahirkan beberapa paradigma dalam bidang hukumbeberapa paradigma dalam bidang hukum yaitu sbb: yaitu sbb:

1.1. Otoritas hukum lebih superior dari hukum positif;Otoritas hukum lebih superior dari hukum positif;

2.2. Teori ttg kebenaran yang bersifat “Teori ttg kebenaran yang bersifat “enlightened”enlightened” harus dirubah menjadi harus dirubah menjadi kebenaran yang bersifat “kebenaran yang bersifat “systemicsystemic””

3.3. Tidak ada satu uniformitas dari nilai dalam suatu kebudayaan. Kebudayaan Tidak ada satu uniformitas dari nilai dalam suatu kebudayaan. Kebudayaan bersifat multiplisitas dan heterogen;bersifat multiplisitas dan heterogen;

4.4. Metodologi hukum harus berubah menjadi metodologi yang bersifat aksi;Metodologi hukum harus berubah menjadi metodologi yang bersifat aksi;

5.5. Merubah kriteria rasionalitas bersifat unifersal kepada rasionalitas yang Merubah kriteria rasionalitas bersifat unifersal kepada rasionalitas yang perspektif;perspektif;

6.6. Keadilan hukum yang dicari adalah keadilan “kreatif” yaitu suatu keadilan dalam Keadilan hukum yang dicari adalah keadilan “kreatif” yaitu suatu keadilan dalam masyarakat yang aktif dimana standar sosial, teknologi, ekonomi dan etikanya masyarakat yang aktif dimana standar sosial, teknologi, ekonomi dan etikanya yang terus berubah;yang terus berubah;

7.7. Reformulasi dan reorientasi terhadap katagori formal untuk ditransformasi ke Reformulasi dan reorientasi terhadap katagori formal untuk ditransformasi ke dalam katagori fungsional;dalam katagori fungsional;

8.8. Membangun proses judicial yang dapat menghargai pluralitas. Membangun proses judicial yang dapat menghargai pluralitas.

Page 27: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

BEBERAPA AJARAN FILSAFAT HUKUMBEBERAPA AJARAN FILSAFAT HUKUMMEMPENGARUHI ALIRAN REALISME HUKUMMEMPENGARUHI ALIRAN REALISME HUKUM

Ajaran Ajaran analytical jurisprudenceanalytical jurisprudence oleh John Austin, bahwa : oleh John Austin, bahwa :

1.1. Hukum bukan merupakan hal-hal yang ideal melainkan empiris yakni Hukum bukan merupakan hal-hal yang ideal melainkan empiris yakni benar2 eksis dan tidak terlalu terpaut dengan faktor alam, moralitas benar2 eksis dan tidak terlalu terpaut dengan faktor alam, moralitas atau agama;atau agama;

2.2. Hukum bukan apa yang seharusnya (Hukum bukan apa yang seharusnya (das sollendas sollen) melainkan hukum ) melainkan hukum adalah apa adanya (adalah apa adanya (das seindas sein););

3.3. Hakim bukan hanya menerapkan hukum, melainkan juga membuat Hakim bukan hanya menerapkan hukum, melainkan juga membuat hukum yaitu hukum yaitu ex post facto;ex post facto;

4.4. Dalam proses hukum dan Dalam proses hukum dan legal reasoninglegal reasoning, hakim tidak menggunakan , hakim tidak menggunakan metode metode syllogismsyllogism, tetapi lebih menggunakan prasangka dan , tetapi lebih menggunakan prasangka dan personalitas dari hakim tsb.personalitas dari hakim tsb.

Page 28: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

Ajaran Ajaran Sociological JurisprudenceSociological Jurisprudence oleh Roscoe Pound oleh Roscoe Pound bahwa:bahwa:

1.1. Aliran ini mempelajari efek sosial yang aktual dari institusi hukum dan Aliran ini mempelajari efek sosial yang aktual dari institusi hukum dan doktrin hukum;doktrin hukum;

2.2. Penyiapan naskah legislasi dilakukan dengan menggunakan riset Penyiapan naskah legislasi dilakukan dengan menggunakan riset hukum dan penelaahan secara sosiologis;hukum dan penelaahan secara sosiologis;

3.3. Mempelajari cara/alat agar aturan hukum menjadi lebih efektif;Mempelajari cara/alat agar aturan hukum menjadi lebih efektif;

4.4. Mempelajari efek sosial dari doktrin-doktrin hukum dari masa ke masa;Mempelajari efek sosial dari doktrin-doktrin hukum dari masa ke masa;

5.5. Putusan hakim sangat individual dan batasan bagi hakim dalam Putusan hakim sangat individual dan batasan bagi hakim dalam memutus sangat longgar sehingga kepastian hukum juga menjadi memutus sangat longgar sehingga kepastian hukum juga menjadi sangat lentur;sangat lentur;

6.6. Tujuan akhir adalah berdaya upaya agar mendapatkan cara yang lebih Tujuan akhir adalah berdaya upaya agar mendapatkan cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan hukum yang baik.efektif untuk mencapai tujuan-tujuan hukum yang baik.

Page 29: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

BEBERAPA PRINSIP DASAR ALIRAN REALISME HUKUMBEBERAPA PRINSIP DASAR ALIRAN REALISME HUKUM

Melakukan pendekatan secara fungsional terhadap hukum (Melakukan pendekatan secara fungsional terhadap hukum (functional functional approachapproach) yakni hukum dipandang sebagai suatu institusi sosial yang ) yakni hukum dipandang sebagai suatu institusi sosial yang utama juga merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi;utama juga merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi;

Karl LlewellynKarl Llewellyn, sarjana yang pertama menggunakan pendekatan , sarjana yang pertama menggunakan pendekatan fungsional ke dalam bidang hukum. Menurut pandangannya secara fungsional ke dalam bidang hukum. Menurut pandangannya secara antropolgis bahwa hukum tidak hanya mengamati dan mengatur antropolgis bahwa hukum tidak hanya mengamati dan mengatur masyarakat secara keseluruhan, melainkan juga mengamati dan masyarakat secara keseluruhan, melainkan juga mengamati dan mengatur kelompok2 kecil dalam masyarakat;mengatur kelompok2 kecil dalam masyarakat;

Melakukan pendekatan instrumental (Melakukan pendekatan instrumental (instrumental approachinstrumental approach) yakni ) yakni hukum bukan tercipta melainkan diciptakan dan selalu berubah2 hukum bukan tercipta melainkan diciptakan dan selalu berubah2 sepanjang zaman. Oki hukum tidak hanya berfungsi sebagai alat tetapi sepanjang zaman. Oki hukum tidak hanya berfungsi sebagai alat tetapi juga sebagai tujuan sekaligus;juga sebagai tujuan sekaligus;

Aliran realisme hukum skeptis terhadap aturan hukum karena aturan Aliran realisme hukum skeptis terhadap aturan hukum karena aturan hukum dapat ditafsirkan dan diterapkan secara berlain-lainan oleh hakim hukum dapat ditafsirkan dan diterapkan secara berlain-lainan oleh hakim dan penguasa;dan penguasa;

Aliran realisme hukum skeptis terhadap fakta karena fakta yang Aliran realisme hukum skeptis terhadap fakta karena fakta yang dipertimbangkan di pengadilan tidak pernah dapat diterapkan secara dipertimbangkan di pengadilan tidak pernah dapat diterapkan secara objektif.objektif.

Page 30: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

FUNGSI HUKUM MENURUTFUNGSI HUKUM MENURUTALIRAN REALISME HUKUMALIRAN REALISME HUKUM

1.1. Sebagai alat untuk mengikat anggota kelompok masyarakat (hukum Sebagai alat untuk mengikat anggota kelompok masyarakat (hukum sbg alat kontrol sosial);sbg alat kontrol sosial);

2.2. Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus2 yang Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus2 yang mengganggu masyarakat dengn cara memberikan sanksi2 (pidana, mengganggu masyarakat dengn cara memberikan sanksi2 (pidana, pdt, adm);pdt, adm);

3.3. Sebagai alat untuk mengarahkan dan mengarahkan kembali terhadap Sebagai alat untuk mengarahkan dan mengarahkan kembali terhadap sikap tindak dan pengharapan masyarakat;sikap tindak dan pengharapan masyarakat;

4.4. Untuk melakukan alokasi kewenangan2 dan putusan2 serta legitimasi Untuk melakukan alokasi kewenangan2 dan putusan2 serta legitimasi thdp badan otoritas/pemerintah;thdp badan otoritas/pemerintah;

5.5. Sebagai alat stimulan sosial. Dalam hal ini hukum bukan hanya untuk Sebagai alat stimulan sosial. Dalam hal ini hukum bukan hanya untuk mengontrol masyarakat, melainkan juga meletakkan dasar2 hukum mengontrol masyarakat, melainkan juga meletakkan dasar2 hukum yg dapat menstimulan dan memfasilitasi adanya interaksi masyarakat yg dapat menstimulan dan memfasilitasi adanya interaksi masyarakat maupun individu dg baik, tertib dan adil;maupun individu dg baik, tertib dan adil;

6.6. Memproduksi profesional di bidang hukum, seperti advokat, hakim, Memproduksi profesional di bidang hukum, seperti advokat, hakim, jaksa, polisi, dosen dll.jaksa, polisi, dosen dll.

Page 31: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

PERBEDAAN KONSEP HUKUMPERBEDAAN KONSEP HUKUM

ALIRAN REALISME HUKUMALIRAN REALISME HUKUM

Existential truthExistential truth Personal-engaged valuesPersonal-engaged values HumanismeHumanisme EmphaticEmphatic Contextual/ImminentContextual/Imminent To praise, eulogize (memuji)To praise, eulogize (memuji)

ALIRAN HUKUM KRITISALIRAN HUKUM KRITIS

Ideological truth Ideological truth (concept, (concept, principles)principles)

Communal-engaged valuesCommunal-engaged values HumanismHumanism Developmental reformistDevelopmental reformist Contextual/transcendentContextual/transcendent To influence and engineer To influence and engineer

life/world/society according to life/world/society according to valued ideals and principlesvalued ideals and principles

Page 32: OLEH MAIZA FIKRI, ST, M.M FAKULTAS   PSIKOLOGI UNIVERSITAS   BINA DARMA PALEMBANG 201 3

KARAKTERISTIKKARAKTERISTIKALIRAN CRITICAL LEGAL STUDIESALIRAN CRITICAL LEGAL STUDIES

Bersikap antiliberal, antiobjektivisme, anti formalisme dan anti Bersikap antiliberal, antiobjektivisme, anti formalisme dan anti kemapanan dalam filsafat hukum;kemapanan dalam filsafat hukum;

Aliran ini dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme dan Aliran ini dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme dan realisme hukum;realisme hukum;

Aliran ini secara radikal mendobrak paham hukum yang sudah ada Aliran ini secara radikal mendobrak paham hukum yang sudah ada sebelumnya;sebelumnya;

Aliran ini menggugat kenetralan dan keobjektifan peran dari hukum, Aliran ini menggugat kenetralan dan keobjektifan peran dari hukum, hakim dan penegak hukum lainnya dalam keberpihakan hukum dan hakim dan penegak hukum lainnya dalam keberpihakan hukum dan penegak hukum terhadap golongan yang kuat/mayoritas/berkuasa/kaya penegak hukum terhadap golongan yang kuat/mayoritas/berkuasa/kaya dalam rangka mempertahankan hegemoninya;dalam rangka mempertahankan hegemoninya;

Aliran ini menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan dan Aliran ini menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan dan kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban dan kepastian hukum kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban dan kepastian hukum yang objektif.yang objektif.