oleh : dr. hj. marni emmy mustafa, sh.,mh ketua pengadilan tinggi jawa barat

55
KEBIJAKAN MAHKAMAH AGUNG RI DALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Oleh : DR. Hj. MARNI EMMY MUSTAFA, SH.,MH Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat 1

Upload: joan-blackburn

Post on 30-Dec-2015

115 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

KEBIJAKAN MAHKAMAH AGUNG RI DALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. Oleh : DR. Hj. MARNI EMMY MUSTAFA, SH.,MH Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat. MAHKAMAH AGUNG DAN LINGKUP PERADILAN DIBAWAHNYA ( UU NO. 48 TAHUN 200 9 Tentang - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

1

KEBIJAKAN MAHKAMAH AGUNG RIDALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANGUU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

PERADILAN PIDANA ANAK

Oleh :

DR. Hj. MARNI EMMY MUSTAFA, SH.,MHKetua Pengadilan Tinggi Jawa Barat

2

MAHKAMAH AGUNG DAN LINGKUP PERADILAN DIBAWAHNYA

(UU NO. 48 TAHUN 2009 Tentang KEKUASAAN KEHAKIMAN)

PERADILAN MILITER

(UU No. 31/1997)

PERADILAN AGAMA

(UU No. 50/2009 JoUU No. 6/2003 JoUU No. 7/1989)

- PENGADILAN PAJAK

PERADILAN TATA USAHA NEGARA(UU No. 51/2009

JoUU No. 9/2004 Jo

UU No. 5/1986)

PERADILAN UMUM

(UU No. 49/2009 Jo

UU No. 8/2004 JoUU No. 2/1986)

-PENGADILAN HAM

- PENGADILAN ANAK

- PENGADILAN NIAGA

- PENGADILAN KORUPSI

- PHI

- PENGADILAN PERIKANAN

3

Hak Anak• Merupakan hak konstitusional anak, yang dirumuskan dalam

Konstitusi ;

• Konvensi Hak Anak diratifikasi RI dengan Keppres No. 36

tahun 1990 ;

• Dirumuskan dalam bab khusus dalam UU No. 39 tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia ;

• Ditegaskan kembali dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak ;

• Khusus bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum : UU No.

11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, berlaku

tahun 2014 .

4

LANDASAN HUKUM PERLINDUNGAN ANAK

Hukum Materil :

1. Konstitusi

2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

3. Keppres No. 36 tahun 1990 tentang pengesahan CRC

4. UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

5. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

6. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

7. KUHP

8. UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pencegahan kekerasan dalam rumah

tangga (PKDRT)

9. UU No. 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban

10. UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan tindak pidana

perdagangan Orang (TPPO)

11. UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

5

Lanjutan ....12. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

13. UU No. 1 Tahun 2000 Tentang Pengesahan Konvensi ILO 182

tentang Pelarangan & Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan

Terburuk untuk Anak

14. UU No. 20/1999 Tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 138

Mengenai Batas Usia Minimum untuk Bekerja

15. UUD 1945 Pasal 28 B yang telah direfisi mengamanat setiap anak

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Hukum Formil :

15. KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981)

16. UU No.11 Tahun 2012 tentang SPPA (Sistem Peradilan Pidana

Anak)

Sasaran SPPA

• Mencegah atau setidaknya mengurangi stigmatiasai

terhadap Anak

• Membatasi perkara Anak yang masuk ke dalam SPPA

• Mayoritas perkara Anak diselesaikan melalui Diversi

• Lebih berperannya petugas non penegak hukum dalam

perkara Anak

• Meningkatnya partisipasi publik (keluarga, lingkungan

dan sekolah) dalam penanganan perkara Anak 6

7

CAKUPAN ‘ANAK’ DALAM UU SPPA

1. ABH mencakup Anak sebagai Pelaku, Saksi dan

Korban

2. Tidak lagi mengkriminalisasi anak yang

‘melanggar hukum yang hidup dalam masyarakat

3. Tidak lagi mempergunakan istilah ‘anak nakal’

4. Tidak dibatasi oleh status perkawinan seseorang

5. Anak dibawah usia 14 tahun tidak dikenakan

penahanan

8

PERGESERAN PARADIGMA DALAM HUKUM PIDANA TENTANG KEADILAN

Restitutive Justice

- Menekankan keadilan pemberian ganti rugi

Retributive Justice

- Menekankan keadilan pada pembalasan

- Anak di posisi sebagai objek

- Penyelesaian bermasalah hukumtidak seimbang

Restorative Justice

- Menekankan keadilan pada perbaikan/ pemulihan keadaan

- Berorientasi pada korban- Memberikan kesempatan pada

pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan sekaligus bertanggung jawab.

- Memberikan kesempatan kepada pelaku dan korban untuk bertemu untuk mengurangi permusuhan dan kebencian.

- Mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat

- Melibatkan anggota masnyarakat dalam upaya pemulihan.

9

Usia Pertanggungjawaban Pidana anak

1. Usia pertanggungjawaban pidana dinaikkan dari 8 tahun menjadi

12 tahun

2. Bagi Anak di bawah 12 tahun, perkaranya ditelaah oleh Penyidik,

Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional

untuk memutuskan:

a. Diserahkan kepada orang tua/Wali; atau

b. Diikutsertakan dalam program pendidikan/pembinaan/

pembimbingan di LPKS pusat maupun daerah (maks. 6 bulan)

Memerlukan dukungan Kementerian Pendidikan & Kementerian

Tenaga Kerja

3. Pasal 19 ayat 1 bahwa identitas anak, anak korban dan/atau anak

saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan di media cetak

ataupun elektronik.

10

KEADILAN RESTORATIF /DIVERSI

Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara

tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban,

keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait

untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil

dengan menekankan pemulihan kembali pada

keadaan semula, dan bukan pembalasan. (Ps 1 ayat

(6) UU SPPA).

11

• Diversi adalah pengalihan

penyelesaian perkara Anak dari

proses peradilan pidana ke proses

di luar peradilan pidana. (Ps 1 ayat

(7) UU SPPA)

12

KEWAJIBAN DIVERSIPasal 7

(1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

perkara Anak di pengadilan negeri wajib diupayakan

Diversi.

(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan:

a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh)

tahun; dan

b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

13

TUJUAN DIVERSI(Pasal 6)

MENCAPAI

PERDAMAI

AN ANTARA

KORBAN

DAN ANAK

MENYELES

AIKAN

PERKARA

ANAK DI

LUAR

PROSES

PERADILAN

MENGHIND

ARKAN

ANAK DARI

PERAMPAS

AN

KEMERDEK

AAN

MENDORON

G

MASYARAKA

T UNTUK

BERPARTISI

PASI

MENANAMK

AN RASA

TANGGUNG

JAWAB

KEPADA

ANAK

(PASAL 6

UU SPPA)

14

Dilakukan pada TP

yang diancam pidana

dibawah 7 tahun

Bukan pengulanga

n TP

Harus dengan persetujuan

korban, kecuali TP

Pelanggaran, tipiring, TP

tanpa korban, kerugian

korban tidak lebih dari upah

minimum provinsi.

15

Proses (Musyawarah) Diversi

Anak Pelaku

Orangtua/Wali Anak

Polisi/Jaksa/Hakim

Korban

Pekerja Sos

Pembimbing Kemasyrktn

Orangtua/ Wali Anak

Orangtua/ Wali Korban

Tokoh Masy

Penting:Harus ada persetujuan korbam

16

PENGECUALIANDiversi tanpa Persetujuan Korban

(Pasal 9 ayat 2 UU No 11 tahun 2011)

tindak pidana yang berupa pelanggaran

tindak pidana ringan

tindak pidana tanpa korban

nilai kerugian kurang dari UMP setempat.

17

UP2APENYIDIK(POLISI) 7 HARI

Forum Mediasi / Musyawarah

RESTORATIVE JUSTICE

Penyidik / UPPA, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak /, Perwakilan masyarakat

LAPORAN MASYARAKAT

BERHASILKESEPAKATAN

PERM PENYIDIK /

BA DIV

TATA CARA / ALURDIVERSI / RESTORATIF JUSTICE

(UU SPPA)

PENETAPAN KPN

3 HARI (pasal 12)

DIVERSI 30 HARI

TIDAK BERHASIL

BERKAS DILIMPAHKAN KE PENUNTUT

UMUM

PenyidikSP3

(Bapas) Pengawa

san

18

JPUSKP3

(Bapas)Pengawasan

KAJARI MENUNJUK JAKSA ANAK

7 HARI

Forum Mediasi / Musyawarah

RESTORATIVE JUSTICE

Penuntut Umum, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak /, Perwakilan masyarakat

BERKAS DITERIMA

KEJARI

BERHASILKESEPAKATAN

PERMJPU/ BA

DIV

PENETAPAN KPN

(DIVERSI)3 HARI

DIVERSI30 HARI

TIDAK BERHASIL

BERKAS DILIMPAHKAN

KEPENGADILAN

19

KPN MENUNJUK

HAKIM ANAK7 HARI

Forum Mediasi / Musyawarah

RESTORATIVE JUSTICE

Hakim Anak, JPU Anak, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak , Perwakilan masyarakat

BERKAS DITERIMA

PENGADILAN NEGERI 3 HARI

BERHASILKESEPAKATAN

PERMHA/ BA DIV

PENETAPAN KPN

( DIVERSI)3 HARI

DIVERSI30 HARI

TIDAK BERHASIL

SIDANG DILANJUTKAN

(KUHAP UU SPPA)

Hakim Anak Pent. Penghentian

Pemeriksaan(Bapas)

Pngawasan

20

PERSIDANGAN

SIDANG (KUHAP UU SPPA) REQUISITOR PLEDOI

PUTUSAN

HAKIM WASMAT ANAK

21

Hasil Kesepakatan Diversi dapat berbentuk antara lain .... (Pasal 11)

Perdamaian dengan atau tanpa

ganti kerugian

Menyerahkan kembali ke

orang tua atau orang tua asuh

Mengikuti pendidikan atau

pelatihan ke lembaga

pendidikan atau lembaga

sosial/LPKS

Rehabilitasi medis dan psikososial

Pelayanan Masyarakat

22

PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BELUM BERUSIA 12 TAHUN

PENJELASAN (Pasal 21 UU NO 11 TAHUN 2012)

Penyelidik, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Pofesional mengambil keputusan untuk Menyerahkan kembali kepada orang tua Mengikutsertakan dalam program

pendidikan paling lama 6 (enam) bulan, keputusan tersebut diserahkan kepada pengadilan untuk ditetapkan dalam waktu 3 hari.

23

PK BAPAS wajib melakukan evaluasi

terhadap pelaksanaan anak yang

diikutsertakan dalam program pendidikan

Hasil evaluasi akan menentukan program

pendidikan tersebut akan diperpanjang

atau tidak

24

PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG SUDAH BERUSIA 12 TAHUN

PENYIDIKAN• Dilakukan oleh penyidik khusus berdasarkan

keputusan KAPOLRI atau pejabat lain yang ditunjuk KAPOLRI

• Telah memenuhi syarat sebagai penyidik perkara anak

• Wajib meminta pertimbangan atau saran dari PK BAPAS

• Dapat pula meminta pertimbangan dan saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater tokoh agama pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial dan tenaga ahli lainnya

25

• Wajib meminta laporan sosial dari pekerja

sosial profesional atau tenaga kesejahteraan

sosial

• Apabila hukuman maksimum yang

diancamkan kurang dari 7 tahun dan bukan

pengulangan. Wajib mengupayakan diversi

• Apabila diversi gagal maka proses dilanjutkan

dengan penyelidikan oleh kejaksaan

26

PENANGKAPAN• Prinsip Penangkapan Anak :

– Sebagai upaya terakhir dan waktu yang paling singkat

– Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan

kejam lainnya

• Syarat Penangkapan Anak :

– Adanya bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP)

– Tindak pidana yang disangkakan berupa kejahatan.

Kecuali dalam hal telah dipanggil 2 kali secara sah dan

tidak memenuhi panggilan

27

• Tata Cara Penangkapan Anak :

– Dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan

kebutuhan sesuai dengan umurnya (pasal 30 ayat 4 UU

No. 11 tahun 2012).

– Pada saat dilakukan penangkapan, anak wajib diberitahu

tentang alasan penangkapan (pasal 9 konvensi hak-hak

sipil dan politik)

– Memberitahukan orang tua/wali dalam tenggang waktu

sesingkat mungkin (beijing rules/pasal 9 konvensi hak-

hak sipil dan politik).

28

• Syarat Penahanan Anak :– Anak telah berusia 14 tahun atau lebih (Pasal 32 UU No. 11

tahun 2012);– Diduga melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih (Pasal 32 UU No. 11 tahun 2012);

– Adanya bukti permulaan yang cukup (pasal 21 ayat (1) KUHAP);

– Adanya kekhawatiran, anak akan melarikan diri, menghilangkan atau merusak barang bukti, dan atau mengulangi tindak pidana;

Berkaitan dengan syarat penahanan, perlu mendapat perhatian pasal 32 (1) Undang-Undang No. 11 tahun 2012, yang berbunyi:

“Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana.”

29

• Tempat Penahanan Anak :– Penahanan anak dilaksanakan di lembaga

penempatan anak sementara (LPAS), yang merupakan tempat sementara bagi anak selama proses peradilan berlangsung.(Pengganti RUTAN)

– Apabila LPAS tidak/belum tersedia, penahanan anak dapat dilakukan di lembaga penyelenggaraan kesejahteraan sosial (LPKS) setempat.

30

• Jangka Waktu Penahanan– Penyidikan:

• Untuk kepentingan penyidikan, anak dapat dikenakan penahanan paling lama 7 (tujuh) hari.

• Atas permintaan penyidik, penuntut umum dapat memperjang paling lama 8 (delapan) hari.

Bandingkan dengan Undang-undang No.3 Tahun 1997

½ x 20 + 40 = 30 hari setengah dari orang dewasa tidak mengenal pasal 29 KUHAP

– Penuntutan:• Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum dapat

melakukan penahan paling lama 5 (lima) hari.• Atas permintaan penuntut umum, hakim pengadilan

negeri dapat memperpanjang untuk paling lama 5 (lima) hari.

Bandingkan dengan Undang-undang No.3 Tahun 1997

½ x 20 + 30 = 25 hari tidak mengenal Pasal 29 KUHAP

31

– Kasasi• Untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat kasasi, hakim

kasasi dapat melakukan penahanan paling lama 15 (lima belas) hari.

• Atas permintaan hakim kasasi, ketua mahakamah agung dapat memperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari.

Bandingkan dengan UU No.3 Tahun 1997

½ x 50 + 60 = 55 hari tidak mengenal Pasal 29 KUHAP

Catatan : Kaitan deangan Proses Kasasi

Memori Kasasi 14 hari

Kontra memori Kasasi 14 hari

tambahan memori Kasasi 14 hari +

Total = 42 hari

(Lihat Pasal 248 & 249 KUHAP)

32

PENANGGUHAN PENAHANAN

• Tersangka/terdakwa berhak untuk mengajukan keberatan kepada

pihak yang berwenang atas penahanan (pasal 31 KUHAP/Tokyo Rules)

• Secara umum penangguhan penahanan tidak diatur dalam UU No. 11

tahun 2012, dengan demikian perihal penangguhan penahanan

sepenuhnya digunakan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU No. 8

tahun 1981 tentang KUHAP.

• Satu-satunya pasal yang bersinggungan dengan persoalan

penangguhan penahanan adalah pasal 32 ayat (1) UU No. 11 tahun

2012, dimana disebutkan bahwa penahanan tidak boleh dilakukan bila

terdapat jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga. Pasal 32 ayat

(1) memperkenalkan adanya jaminan lembaga, yang tidak dikenal

dalam KUHAP.

“Pengertian lembaga disini adalah lembaga baik pemerintah maupun

swasta, di bidang kesejahteraan sosial anak, antara lain panti asuhan,

dan panti rehabilitasi.”

33

PENGGELEDAHAN• Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tidak memuat aturan yang spesifik tentang

penggeledahan terhadap anak, khususnya penggeledahan badan maupun

rongga badan. Sekalipun penegak hukum khususnya penyelidik dan atau

penyiddemikian kiranya penting untuk mendapatkan perhatian dari aparat ik

untuk selalu memastikan agar cara-cara penggeledahan yang dilakukan

terhadap badan maupun rongga badan anak tidak menimbulkan terganggunya

kesejahteraan anak di kemudian hari.

• Dalam hal penggeledahan badan/rongga badan terhadap anak, untuk

melengkapi ketentuan yang diatur dalam penjelasan pasal 37 KUHAP,

hendaknya diperlukan kehadiran pembimbing kemasyarakatan atau pekerja

sosial profesional.

34

PENYITAAN

• Penetapan pengadilan mengenai penyitaan barang bukti dalam perkara anak harus ditetapkan paling lama 2 (dua) hari.

• Prosedur penetapan pengadilan dalam penyitaan barang bukti adalah merupakan hal baru, mengingat dalam KUHAP penyitaan tidak memerlukan penetapan, tetapi izin dari ketua pengadilan untuk melakukan penyitaan

35

PENUNTUTAN• Penuntutan perkara pidana anak, dilakukan oleh

penuntut umum yang ditetapkan berdasarkan keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk Jaksa Agung.

• Telah memenuhi syarat sebagai penyidik perkara anak

• Apabila hukuman maksimum yang diancamkan kurang dari 7 tahun dan bukan pengulangan. Wajib mengupayakan diversi

• Apabila diversi gagal maka proses dilanjutkan dengan proses peradilan di Pengadilan

36

PEMERIKSAAN DI PENGADILAN

• Pengadilan Tingkat Pertama :– Hakim yang memeriksa dan memutus perkara anak dalam

tingkat pertama dengan hakim tunggal, dalam hal tindak pidana yang akan diperiksa diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya, dapat dilakukan oleh hakim majelis.

– Ketua pengadilan negeri wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima berkas dari jaksa penuntut umum.

– Pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap anak dilakukan oleh hakim yang ditetapkan berdasarkan keputusan ketua mahkamah agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh ketua mahakamah agung atas usul ketua pengadilan negeri yang bersangkutan melalui ketua pengadilan tinggi.

37

• Pengadilan Tingkat Pertama

– Dalam hal belum ada hakim yang memenuhi persyaratan, maka tugas pemeriksaan di sidang anak dilaksanakan oleh hakim yang melakukan tugas pemeriksaan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

– Dalam hal tindak pidana yang disangkakan dilakukan oleh anak, diancam dengan maksimum pidana penjara kurang dari 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana, dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri, hakim wajib mengupayakan diversi. Apabila GAGAL maka dilanjutkan dengan proses persidangan

38

• Pengadilan Tingkat Pertama :– Sidang dilaksanakan di ruang sidang

khusus anak, dengan ruang tunggu yang terpisah dari ruang tunggu sidang orang dewasa.

– Sidang anak didahulukan dari waktu sidang orang dewasa.

– Sidang anak dilaksanakan secara tertutup untuk umum kecuali pembacaan putusan.

39

TAHAPAN PERSIDANGAN PERKARA ANAK

• Sidang dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum, kemudian anak dipanggil

masuk beserta orang tua/wali, advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya,

dan pembimbing kemasyarakatan.

• Setelah melakukan verifikasi identitas anak, hakim memerintah penuntut

umum untuk membacakan surat dakwaan.

• Kecuali apabila terdapat keberatan (eksepsi) terhadap surat dakwaan, setelah

pembacaan surat dakwaan, hakim memerintahkan pembimbing

kemasyarakatan untuk membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan.

harus hadir Bandingkan dengan praktek LITMAS diajukan setelah sidang buka

(UU no 3 Tahun 1997) kebanyakan BAPAS tidak hadir karena hasil LITMAS

sudah ada dalam berkas.

40

• Pemeriksaan diawali dengan memeriksa saksi korban dan dilanjutkan dengan

saksi-saksi lainnya.

• Sebelum memberikan keterangan, korban dan/atau saksi memberikan sumpah

atau janji kecuali terhadap korban dan/atau saksi yang masih belum berumur 15

(lima belas) tahun dan belum menikah. SPPA 18 tahun bila saksi adalah anak.

• Dalam hal korban dan/atau saksi yang masih berstatus anak dan tidak dapat

hadir untuk memberikan keterangan di depan persidangan, hakim dapat

memerintahkan anak korban dan/atau anak saksi didengar keterangannya

melalui perekam elektronik atau pemeriksaan langsung jarak jauh

menggunakan tekhnologi IT

41

• Sidang anak dilanjutkan setelah anak diberitahukan mengenai keterangan anak korban dan/atau anak saksi yang telah diberikan tanpa kehadirannya.

• Dalam hal tertentu anak korban diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat tentang perkara yang bersangkutan.

• Sebelum putusan dijatuhkan, hakim memberikan kesempatan kepada orang tua/wali dan/atau pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak.

42

• Sebelum menjatuhkan putusan, hakim wajib mempertimbangkan laporan

penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan.(LITMAS)

• Putusan yang tidak mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan,

batal demi hukum.

• Putusan dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat tidak

dihadiri Anak.

• Petikan putusan diberikan kepada anak atau advokat atau pemberi bantuan

hukum lainnya, pada hari putusan diucapkan.(bandingkan dengan Pasal

226,243(3),257 & 267 KUHAP)

• Salinan putusan diberikan kepada anak atau advokat atau pemberi bantuan

hukum lainnya paling lama 5 (lima) hari sejak putusan diucapkan. (Pasal 226

kepada Penyidik & PU kepada Terdakwa atas permintaan)

43

Jenis Pidana(1) Pidana pokok terdiri atas:

A. Pidana peringatan;

B. Pidana dengan syarat:

1. Pembinaan di luar lembaga;

2. Pelayanan masyarakat;

3. Pengawasan.

C. Latihan kerja;

D. Pembinaan dalam lembaga; dan

E. Penjara.

(2) Pidana tambahan terdiri atas:

A. Perampasan keuntungan yang diperoleh

B. Pemenuhan kewajiban adat

44

Jenis Tindakan a. pengembalian kepada orang tua atau orang tua asuh;

b. penyerahan kepada pemerintah;

c. penyerahan kepada seseorang;

d. perawatan di rumah sakit jiwa;perawatan di rumah sakit jiwa;

e. perawatan di lembaga;

f. kewajiban mengikuti pendidikan formal dan atau

latihan yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga

swasta;

g. pencabutan surat izin mengemudi;

h. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau

i. pemulihan.

45

UPAYA HUKUM BIASA• Upaya hukum biasa meliputi banding dilakukan pada

pengadilan tinggi dan kasasi, dilakukan pada Mahkamah Agung.

• Berkaitan dengan upaya hukum biasa UU SPPA pada dasarnya tidak mengatur secara khusus, terkecuali sepanjang berkaitan dengan Hakim Banding (sebagaimana diatur paada pasal 45 – 47 UU SPPA) dan Hakim Kasasi (sebagaimana diatur pada pasal 48 – 50 UU SPPA).

• Pemeriksaan pada tingkat Banding dilakukan oleh hakim tunggal, yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai hakim banding untuk perkara pidana anak berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul ketua pengadilan tinggi.

46

UPAYA HUKUM LUAR BIASA

• Peninjauan kembaliPengaturan peninjauan kembali dalam pasal 51 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, menyatakan:

“Terhadap putusan pengadilan mengenai perkara anak yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat dimohonkan peninjauan kembali oleh Anak, orang tua/wali, dan/atau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya kepada Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

47

48

49

50

51

52

53

54

55

TERIMA KASIH