oleh. capt. purnama s. meliala, mm -...

23
Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Upload: vuongkhanh

Post on 12-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Oleh.

Capt. Purnama S. Meliala, MM

Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional

maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005

Data Indonesia National Ship Owner Association (INSA): sampai tahun 2020 perusahaan pelayaran nasional mendapatkan pangsa pasar pelayaran internasional sekitar 30 persen dari 550 juta ton peti kemas yang nilainya 22 miliar dollar AS

Data & Fakta Pangsa pasar domestik sampai tahun

2020 perusahaan pelayaran nasional diperkirakan mendapatkan 80 persen dari 370 juta ton muatan yang nilainya mencapai Rp 23 triliun.

Kondisi saat ini, kegiatan ekspor-impor yang dilayani kapal asing sebanyak 96,59 persen, sedangkan angkutan kargo dalam negeri yang dilayani kapal asing sebesar 46,8 persen.

Total devisa nasional yang diambil kapal asing mencapai 11 miliar dollar AS atau Rp 99 triliun per tahun.

Azas Cabotage Cabotage di Indonesia di tandai dengan

terbitnya:

Instruksi presiden (Inpres) No.5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Maritim Nasional

KM No.71 tahun 2005 dan

UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran

Tujuan : untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia, dengan memberi kesempatan berusaha seluas-luasnya bagi perusahaan angkutan laut nasional.

Peluang Bisnis Pelayaran Pertumbuhan muatan laut yang

dalam dua atau tiga tahun ke depan mencapai 1 miliar ton

Krisis Eropa-Amerika tidak mempengaruhi perusahaan kapal yang rutenya domestik

Pasar angkutan ekspor dan impor belum tergarap secara optimal oleh pelayaran nasional.

Muatan ocean going baru 9% yang diangkut kapal nasional.

Peluang Bisnis Pelayaran Ekspor komoditas migas, hasil

pertambangan seperti batu bara, perkebunan, crude palm oil (CPO) dengan volume mencapai 500 juta ton/tahun dikuasai pelayaran berbendera asing

Ekspor batubara dengan volume 220 juta ton per tahun, Indonesia kehilangan potensi devisa hingga mencapai US$4,4 miliar (asumsi biaya angkut dari Indonesia ke kawasan regional termasuk China US$ 20 per ton)

Peluang Bisnis Pelayaran Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesai (MP3EI) 2011—2025 memfokuskan pada keterhubungan infrastruktur kelautan.

Tantangan Bisnis Pelayaran Defisit pelaut cukup signifikan

serta belum bisa berbuat banyak di sektor angkutan luar negeri

Perusahaan pelayaran Belanda mengancam akan menurunkan semua pelaut Indonesia yang bekerja di kapal berbendera Belanda jika pemerintah RI tidak segera meratifikasi konvensi pekerja maritim (Maritime Labour Convention /MLC).

Tantangan Bisnis Pelayaran

Meremajakan armada yang sebagian sudah tidak kompetitif.

Tarif PPN 10% bagi kapal yang mengangkut barang impor dan ekspor memberatkan.

Peluang Galangan Nasional Aktivitas usaha hulu minyak

dan gas bumi membutuhkan 235 unit kapal tambahan untuk mendukung kegiatan eksplorasi hingga 2014

Proyek-proyek baru tersebut, kapasitas industri galangan kapal nasional akan bisa mencapai 700.000 dwt untuk kapal baru dan 7 juta dwt untuk reparasi.

Tantangan Galangan Nasional Sektor pajak berkontribusi 17% pada

pembengkakan biaya produksi kapal.

Pembelian komponen kapal dari luar negeri dikenai pajak sebesar 10%.

Kapal berbendera Indonesia saat ini mayoritas diproduksi di luar negeri.

Pembatasan impor kapal susah dibendung karena harganya jauh lebih murah.

Tantangan Galangan Nasional Minimnya dukungan lembaga

pembiayaan. Di negara lain, perbankan sanggup menyediakan anggaran khusus untuk industri galangan kapal.

Kapasitas industri galangan kapal nasional untuk membuat kapal baru setiap tahunnya baru 500.000 dwt (deadweight tonnage). Sementara untuk reparasi mencapai kapasitas

6 juta dwt.

Apakah Azas Cabotage Berhasil ?

Program nasional asas cabotage telah memberikan angin segar kepada industri pelayaran sehingga jumlah kapal niaga nasional tumbuh 78% menjadi 10.919 unit.

IPERINDO mencatat nilai kontrak yang sudah diperoleh perusahaan galangan kapal per September 2012 mencapai US$ 100 juta atau setara Rp 950 miliar didorong pertumbuhan industri pelayaran nasional

NAMUN....

Semangat nasionalisme sedikit tergerus oleh mengalirnya modal domestik ke luar negeri

Apakah Azas Cabotage Berhasil ?

Kepemilikan (pemenuhan) kapal untuk Cabotage, ada ketergantungan dengan (masuknya) modal asing.

Proteksi untuk pemberdayaan industri pelayaran nasional, di sisi lain tidak berlaku bagi badan klasifikasi nasional

Apakah Azas Cabotage Berhasil ? UU No.17 tahun 2008 Pelayaran pasal 129 ayat 2

membuka liberalisasi dibidang klasifikasi kapal yang membolehkan klasifikasi asing mengklaskan kapal bendera Indonesia

Demikian banyak devisa nasional “lari” ke klasifikasi asing

Apakah Azas Cabotage Berhasil ?

Bidang protection and indemnity (P&I) dalam negeri belum mendapat perhatian.

Sebagian besar perusahaan pelayaran bergabung dengan klub-klub P&I luar negeri

Setiap tahun, sekitar 130 juta dollar AS dibayar pengusaha kapal Indonesia kepada pihak P&I di luar negeri.

Peluang Biro Klasifikasi Nasional (BKI)

Telah menjadi anggota ACS (Asian Classification Society) selangkah menuju anggota IACS

Dipercaya BP Migas mengklaskan Floating Liquid Natural Terminal (FLNGT), FPSO, FSO

Industri penunjang offshore membutuhkan 235 kapal sampai tahun 2014

Satu-satunya badan klasifikasi nasional milik Pemerintah berkontribusi penuh pada pembangunan nasional

FSRU

Tantangan Biro Klasifikasi Nasional (BKI) Liberalisasi bidang klasifikasi kapal

dimana BKI harus bersaing dengan klas asing di negerinya sendiri

Belum menjadi anggota IACS

Penerapan aturan kelas dan statutoria yang semakin ketat perlu diikuti peningkatan SDM, fasilitas dan pelayanan setara anggota IACS

Meyakinkan perusahaan pelayaran nasional menggunakan jasa BKI khususnya kapal ocean going, setidaknya dual klas

FROM

TO...

Tantangan Dunia Maritim Indonesia Secara Keseluruhan

Pemberlakuan Marpol Annex III, IV. V dan VI serta Konvensi SAR 1979 pada bulan Desember 2012 yang menuntut kesiapan perusahaan pelayaran untuk memenuhi persyaratan tsb dan kesiapan regulator dalam inspeksinya

Pemberlakuan Non Convention Vessel Standard pada 1 Januari 2013 bagi kapal non konvensi yang jumlahnya mencapai 53.100 kapal. Jumlahnya yang demikian banyak menuntut kesiapan semua pihak

Tantangan Dunia Maritim Indonesia Secara Keseluruhan

Marine Labour Convention pada Agustus 2013 harus segera diratifikasi oleh Pemerintah jika tidak banyak pelaut WNI di kapal asing yang

tidak akan dipekerjakan lagi

Pemberlakuan MLC akan meningkatkan biaya bagi pemilik kapal untuk meningkatkan kesejahteraan pelaut

Kisah Sukses Cabotage China Penerapan asas cabotage maritime di

China telah terbukti memberikan keampuhan luar biasa pada daya saing produk-produk dalam negeri

Siapa pun dan dari negara mana pun yang ingin berdagang dengan China wajib memakai kapal berbendera China.

Kapal yang digunakan harus dibangun di China, didanai oleh bank negara di sana, harus dominan diawaki oleh pelaut mereka, diklaskan biro klasifikasi China dan wajib direparasi di galangan kapal di China.

Mengikuti Keberhasilan China ? Merevi UU 17 tahun 2008 dengan

mengutamakan kepentingan nasional seluruh “anak bangsa” di industri maritim (perusahaan pelayaran, biro klasifikasi nasional, pelabuhan, galangan kapal dll)

Melaksanakan revisi UU 17 tahun 2008 tsb dengan sepenuh hati

Pemerintah memberikan proteksi bagi industri maritim (perusahaan pelayaran, biro klasifikasi, galangan) untuk tumbuh tanpa campur tangan asing