oleh: brahmantio isdijoso dan widodo ramadyanto dana halal... · memanfaatkan dana halal untuk...

56
1 Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 1 Oleh: Brahmantio Isdijoso 2 dan Widodo Ramadyanto 3 1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan dana untuk pembangunan menjadi semakin besar. Bappenas mengindikasikan bahwa tidak kurang dari USD 150 miliar diperlukan untuk membiayai pembangunan infrastruktur hingga tahun 2014. Untuk memenuhi tantangan pendanaan tersebut, Pemerintah telah membuka pintu keada pihak swasta untuk lebih terlibat. Salah satu pintu yang dibukakan adalah pintu kerjasama yang bernama Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau biasa juga disebut PPP (Public Private Partnerships). Namun, krisis keuangan global dan penurunan kegiatan perekonomian global telah mempengaruhi pasar keuangan internasional termasuk kegiatan untuk melakukan pendanaan. Ini berarti sumber penyediaan dana dari sektor swasta untuk pembiayaan infrastruktur juga menurun sehingga tantangan untuk mengembangkan kebijakan Kerjasama Pemerintah Swasta semakin besar. Oleh karena itu, sumber pendanaan infrastruktur dari swasta tersebut harus lebih diperluas dengan membuka lebih banyak saluran dan skema yang lebih menarik partisipasi sektor swasta. Salah satu saluran pendanaan tersebut adalah pendanaan yang berasal dari pasar keuangan syariah (Islamic Fund). Pasar ini relatif lebih aman dari pengaruh krisis ekonomi dan keuangan global. Hal ini disebabkan karena adanya kharakteristik khusus yang dimiliki sistem keuangan syariah yang dapat menghindari krisis. Kharakteristik umum tersebut menjaga jarak dengan transaksi 1 Artikel ini merupakan bagian dari laporan kajian Tim PPRF-BKF Kementerian Keuangan untuk Tahun 2011-2012. Judul Laporan Tim: Pengembangan Skema Islamic Finance (2011) dan Implemetasi Skema Islamic Finance pada Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Swasta (2012). 2 Kepala Bidang Rekomendasi Pengelolaan Risiko FIskal. 3 Penulis adalah Kepala Subbidang Risiko …. dan merangkap Peneliti Muda BKF

Upload: nguyendung

Post on 23-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

1

Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 1

Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo Ramadyanto3

1. Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia,

kebutuhan dana untuk pembangunan menjadi semakin besar. Bappenas mengindikasikan

bahwa tidak kurang dari USD 150 miliar diperlukan untuk membiayai pembangunan

infrastruktur hingga tahun 2014.

Untuk memenuhi tantangan pendanaan tersebut, Pemerintah telah membuka pintu keada pihak

swasta untuk lebih terlibat. Salah satu pintu yang dibukakan adalah pintu kerjasama yang

bernama Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau biasa juga disebut PPP (Public Private

Partnerships).

Namun, krisis keuangan global dan penurunan kegiatan perekonomian global telah

mempengaruhi pasar keuangan internasional termasuk kegiatan untuk melakukan pendanaan.

Ini berarti sumber penyediaan dana dari sektor swasta untuk pembiayaan infrastruktur juga

menurun sehingga tantangan untuk mengembangkan kebijakan Kerjasama Pemerintah Swasta

semakin besar.

Oleh karena itu, sumber pendanaan infrastruktur dari swasta tersebut harus lebih diperluas

dengan membuka lebih banyak saluran dan skema yang lebih menarik partisipasi sektor

swasta. Salah satu saluran pendanaan tersebut adalah pendanaan yang berasal dari pasar

keuangan syariah (Islamic Fund). Pasar ini relatif lebih aman dari pengaruh krisis ekonomi dan

keuangan global.

Hal ini disebabkan karena adanya kharakteristik khusus yang dimiliki sistem keuangan syariah

yang dapat menghindari krisis. Kharakteristik umum tersebut menjaga jarak dengan transaksi

1 Artikel ini merupakan bagian dari laporan kajian Tim PPRF-BKF Kementerian Keuangan untuk Tahun

2011-2012. Judul Laporan Tim: Pengembangan Skema Islamic Finance (2011) dan Implemetasi Skema Islamic Finance pada Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Swasta (2012).

2 Kepala Bidang Rekomendasi Pengelolaan Risiko FIskal.

3 Penulis adalah Kepala Subbidang Risiko …. dan merangkap Peneliti Muda BKF

Page 2: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

2

spekulatif dan tidak jelas. Beberapa hal dilarang dalam skema syariah yaitu tidak

diperbolehkannya pengenaan bunga (riba), keterlibatan transaksi yang mengandung spekulasi

(maysir) dalam setiap transaksi, serta adanya unsur ketidakpastian yang tinggi (gharar).

Salah satu kelebihan pembiayaan syariah adalah pembiayaan dengan pendekatan asset-based

or an asset-backed system, dimana setiap kontrak pembiayaan harus didasarkan pada aset riel

atau inventori, sehingga menjadi alternatif untuk meminimalisasi dampak krisis keuangan.

Dasar pemikiran dari aturan-aturan tersebut adalah bahwa keadilan dan kesetaraan seharusnya

mencegah suatu pihak dalam sebuah transaksi untuk melakukan eksploitasi yang di luar batas

sehingga mengorbankan pihak yang lain. Prinsip-prinsip dan karakteristik tersebut kemudian

mendorong pada terciptanya instrumen-instrumen dan skema keuangan Islam seperti

mudharaba (profit-loss-sharing), musharaka (joint venture), murabahah (cost-plus-sale) dan

lain-lain.

Skema pembiayaan syariah sangat tepat digunakan sebagai alternatif pembiayaan infrastruktur,

karena pada dasarnya infrastruktur adalah aset dan tidak mengandung aktivitivas yang dilarang

oleh ketentuan syariah. Meskipun banyak tipe pembiayaan syariah, dalam konteks infrastruktur

hanya ada beberapa instrumen keuangan Islam yang dapat digunakan antara lain murabaha,

istisna, ijara, mudharabah, musyaraka, sukuk dan kafalah.

Di samping itu, ketentuan syariah mengijinkan pembiayaan bersama (co-financing) antara

pembiayaan syariah dengan pembiayaan konvensional dalam proyek infrastruktur tanpa harus

berkompromi dalam prinsip-prinsip agama atau skemaq ribawi. Struktur co-financed, kombinasi

pembiayaan Islamic dan Western sponsors pada proyek Equate Petrochemical telah berhasil

diimplementasikan.

Bagi Pemerintah, hal ini adalah sebuah tantangan untuk mengaitkan produk dan skema

Keuangan Islam dengan kebijakan untuk meningkatkan keterlibatan pembiayaan dari sektor

swasta dalam pengembangan infrastruktur. Dari sisi praktis, ketersediaan dana yang berlimpah

di pasar Keuangan Islam, termasuk di pusat-pusat pengelolaan dana tersebut, seperti di Timur

Tengah, London, Hongkong dan Singapura, dan yang lebih utama di pasar keuangan domestik

di dalam negeri seharusnya dicermati oleh Pemerintah untuk melakukan kajian tentang

kaitannya dengan kebijakan KPS secara lebih mendalam.

Page 3: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

3

2. Tinjauan Pustaka

a. Akad-akad Syariah

1) Ijarah

Akad ini biasa dikenal dengan sewa. Dewan Syariah Nasional (DSN) mendefinisikan Ijarah

sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan

pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Kontrak Ijarah dapat dilakukan baik secara verbal maupun bentuk lain, sepanjang disepakati

oleh pihak yang berkontrak. Pihak-pihak yang berakad terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa

dan penyewa/pengguna jasa. Sedangkan obyek Ijarah adalah manfaat barang dan sewa; atau

manfaat jasa dan upah.

1) 1. Ketentuan Obyek:

a. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa;

b. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak;

c. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan);

d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari’ah;

e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah

(ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa;

f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga

dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik;

g. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama

dengan obyek kontrak;

h. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran

waktu, tempat dan jarak.

1) 2. Kewajiban Pemberi Sewa/Pemberi Jasa dan Penyewa/Pengguna:

a. Kewajiban pemberi manfaat barang atau jasa:

1) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan;

2) Menanggung biaya pemeliharaan barang;

3) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

b. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

1) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang

serta menggunakannya sesuai kontrak;

Page 4: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

4

2) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiil);

3) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang

dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia

tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

2) Al-ijarah Almuntahiyah Bi Al-tamlik atau Al-ijarah Wa Al-iqtina’

Al-ijarah almuntahiyah bi al-tamlik atau Al-ijarah wa al-iqtina’ atau biasa disebut IMBT adalah

perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang

disewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa. Akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik

boleh dilakukan dengan ketentuan umum sebagai berikut:

a. Semua ketentuan dalam akad Ijarah berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-

Tamlik;

b. Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik harus disepakati

ketika akad Ijarah ditandatangani;

c. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.

Ketentuan :

a. Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik harus melaksanakan akad Ijarah

terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian,

hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai;

b. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah adalah wa'ad, yang

hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad

pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai.

3) Istishna’,

Akad ini diterapkan pada transaksi jual beli yang barangnya belum ada atau belum jadi. Barang

yang diperjualbelikan harus dibuat,atau dibangun dulu sebelum dipindahkan kepemilikannya.

Istishna’ merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu

dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’)

dan penjual (pembuat, shani’).

3) 1. Ketentuan Pembayaran:

a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat;

b. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan;

c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Page 5: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

5

3) 2. Ketentuan tentang Barang:

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

3. Penyerahannya dilakukan kemudian.

4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

5. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki

hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

3) 3. Ketentuan Lain:

1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.

2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada jual

beli istishna’.

3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara

kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah

setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

4) Musyarakah

Berdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000, musyarakah adalah pembiayaan

berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana

masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan

resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Ketentuannya antara lain:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak

mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan

kerja sebagai wakil.

Page 6: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

6

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan

masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah

dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan

kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk

kepentingannya sendiri.

4) 1. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a) Modal

a. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Modal

dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya.

Jika modal

b. berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para

mitra.

c. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau

menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

d. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk

menghindari terjadinya penyimpangan, dapat diminta jaminan.

b) Kerja

a. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah;

akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh

b. melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut

bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

c. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari

mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam

kontrak.

c) Keuntungan

a. Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan

sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

b. Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh

keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang

mitra.

Page 7: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

7

c. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,

kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.

d. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.

d) Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-

masing dalam modal.

e) Biaya Operasional

Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

5) Mudharabah

Fatwa tentang mudharabah ini diatur dalam Fatwa DSN MUI Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000.

Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama

(malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, mudharib,

nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak;

5) 1. Rukun dan Syarat Pembiayaan:

a) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

b) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak

mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

c) Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada

mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam

bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik

secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

d) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat

keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu

pihak.

Page 8: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

8

b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada

waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan

sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola

tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,

kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang

disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana,

tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang

dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang

berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam

aktifitas itu.

Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang

belum tentu terjadi.

3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini

bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau

pelanggaran kesepakatan.

6) Kafalah

Kafalah diatur dalam Fatwa DSN MUI Nomor: 11/DSN-MUI/IV/2000 dengan definisi jaminan

yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak

kedua atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil).

6) 1. Ketentuan Umum Kafalah

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak

mereka dalam mengadakan kontrak (akad).

2. Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee) sepanjang tidak

memberatkan.

3. Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

Page 9: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

9

b. Larangan-larangan dalam Transaksi

1. Maysir

Kata maysir biasanya diartikan sebagai perjudian. Ketentuan dasar Al Maysir adalah semua

perbuatan yang membuat orang yang melakukannya berada dalam ketidakjelasan antara

untung dan rugi yang bersumber dari spekulasi (gharar) dan hal itu menjadi sebab terjadinya

permusuhan dan kebencian di antara manusia. Terminologi Ulama: “semua perbuatan yang

dilakukan manusia dalam keadaan tidak jelas akan beruntung atau merugi sekali (spekulatif)”.

Perbedaan dengan Gharar adalah, setiap Maysir adalah Gharar, tetapi tidak semua Gharar

adalah Maysir, sebuah perbuatan yang ada Gharar-nya terkadang tidak ada unsur judinya.

Maisir terbagi menjadi dua, yaitu: Maysir al Lahwu (yang tidak dilakukan dengan harta) dan

Maysir Al Qimaar (saling mengalahkan dan spekulatif pada harta).

Ditinjau dari sisi agama, haramnya Maisir dapat ditemui pada Al-Qur’an sebagaimana Firman

Allah ‘Azza wa Jalla:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)

berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Ma’idah: 90)

Dari ayat tersebut dapat dipetik alasan bahwa kegiatan tersebut mengandung unsur taruhan,

menyerempet bahaya, bahkan dapat menjadi penyebab melalaikan dari mengingat ALLAH dan

shalat. Adanya unsur taruhan inilah yang menyebabkan judi menjadi haram.

Kebiasaan seperti itu sangat dikhawatirkan Nabi terjadi pada dirinya dan pada umatnya.

Pernyataan itu dapat ditemukan dalam hadis beliau yang berbunyi:

Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: "Telah bersabda Rasulullah SAW: 'Sesungguhnya yang aku

takutkan terhadap umatku, seperti yang aku takutkan terhadap diriku, adalah (mengikuti) hawa

dan panjang angan-angan. Karena hawa akan membelokkan dari kebenaran dan panjang

angan-angan akan membuat lupa kepada akhirat. Padahal dunia ini hanyalah tempat (jalan)

yang akan ditinggalkan dan akhirat adalah tempat yang akan didiami selamanya. Kedua tempat

itu akan memiliki anak-anaknya (bani; keturunan). Jika kamu mampu untuk tidak menjadi bani

dunia, lakukanlah. Karena kamu hari ini (di dunia) adalah perkampungan untuk beramal, tidak

ada hisab. Sedang besok (di akhirat) kamu akan berada di kampung perhitungan, tidak ada

amal di sana". (HR. al-Bayhâqiy).

Page 10: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

10

2. Gharar

Kata ”al-gharar“ dalam bahasa Arab berkisar pengertiannya pada kekurangan, pertaruhan (al-

khathr), serta menjerumuskan diri dalam kehancuran dan ketidakjelasan.

Adapun dalam terminologi syariat, pendapat para ulama dalam hal ini hampir sama, yaitu “Al-

gharar adalah yang terselubung (tidak jelas) hasilnya (Majhul al-‘Aqibah)”.

Dari sini dapat diambil pengertian bahwa “jual-beli al-gharar adalah semua jual-beli yang

mengandung ketidakjelasan atau pertaruhan atau perjudian; atau semua yang tidak diketahui

hasilnya atau tidak diketahui hakikat dan ukurannya.”

Kaidah ini didasari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عليه وسلهم عن بيع الحصاة وعن بيع الغرر صلهى للاه نهى رسول للاه

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli al-hashah dan jual-beli al-

gharar.” (Hr. Muslim)

Para ulama memberikan syarat bagi al-gharar yang terlarang:

. harar-nya besar dan dominan pada akad transaksi ( )

Dengan demikian, gharar yang sepele (sedikit) diperbolehkan dan tidak merusak

keabsahan akad. Ini perkara yang telah disepakati para ulama, sebagaimana disampaikan

Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid (2/155) dan Imam Nawawi dalam al-Majmu’ Syarhul

Muhadzdzab (9/258). Para ulama memberikan contoh dengan masuk ke kamar mandi

umum untuk mandi dengan membayar. Ini mengandung gharar, karena orang berbeda

dalam penggunaan air dan lamanya tinggal di dalam. Demikian juga, persewaan (rental)

mobil untuk sehari atau dua hari, karena orang berbeda-beda dalam penggunaannya dan

cara pemakaiannya. Ini semua mengandung gharar, namun dimaafkan syariat, karena

gharar-nya tidak besar.

2. Kebutuhan umum tidak membutuhkannya ( )

Kebutuhan umum ( ) dapat disejajarkan dengan darurat.

Al-Juwaini rahimahullahu menyatakan,

رورة اس كافة تنزل منزلة الضه الحاجة في حق النه

“Kebutuhan pada hak manusia secara umum disejajarkan dengan darurat). Batasannya

adalah semua hal yang seandainya tidak dilakukan orang, maka mereka akan merugi pada

saat itu atau di kemudian hari.”

Page 11: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

11

Ibnu Taimiyah rahimahullahu menyatakan,

اس إليه من ال م ما يحتاج النه ارع ال يحر .بيع ألجل نوع من الغرر بل يبيح ما يحتاج إليه النهاس من ذلك والشه

“Syariat tidak mengharamkan jual-beli yang dibutuhkan manusia hanya karena ada sejenis

gharar. Bahkan, syariat memperbolehkan semua hal yang dibutuhkan manusia dari hal itu.”

Kaidah yang disampaikan para ulama ini, harus terwujudkan kebutuhan tersebut secara

pasti dan tidak ada solusi syar’i lainnya. Apabila kebutuhan ini telah menjadi kebutuhan

umum, maka disejajarkan dengan darurat.

Dasarnya adalah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang berbunyi,

مار حتهى يبدو صالحها بيه صلهى للا عليه و سلهم نهى عن بيع الث أنه النه

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli buah-buahan hingga tampak

kepastiannya menjadi buah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kemudahan menjual buah

dari pohon kurma setelah tampak menjadi buah, lalu dibiarkan hingga sempurna

kematangannya, walaupun sebagiannya belum ada. Hal ini menunjukkan kebolehan gharar

karena hajat umum . Dengan demikian diambil kesimpulan dari hadits ini, bahwa apabila

telah tampak menjadi buah seperti berwarna merah pada al-busr (kurma muda) atau

menguning, maka jual-belinya sah, padahal sebagian dari buah-buah tersebut belum ada.

Ini jelas gharar. Meskipun demikian, syariat memperbolehkannya karena kebutuhan umum.

3. Mungkin menghindarinya tanpa susah payah

Imam Nawawi dalam al-Majmu’ (9/258) dan Ibnul Qayyim dalam Zaad al-Ma’ad (5/820)

menukilkan adanya ijma’ bahwa gharar yang tidak mungkin dihindari, kecuali dengan susah

payah, maka diperbolehkan.

Para ulama mencontohkannya dengan pondasi rumah serta bangunan, dan isi kandungan

hewan yang hamil. Seseorang membeli rumah dalam keadaan tidak mengetahui keadaan

pondasi dan tiang-tiangnya, serta bagaimana proses finishing pembangunannya. Juga isi

kandungan hewan yang hamil, apakah kandungannya jantan atau betina, berbilang atau

hanya seekor, dan apakah hidup atau mati. Ini jelas gharar, namun diperbolehkan karena

hal seperti ini tidak dapat diketahui jelas. Seandainya dipaksa mengetahuinya tentulah

harus dengan sangat susah payah.

Imam an-Nawawi rahimahullahu menyatakan, “Pada asalnya, jual-beli gharar dilarang

dengan dasar hadits ini, dan maksudnya adalah yang mengandung unsur gharar yang jelas

dan mungkin dilepas darinya. Adapun hal-hal yang dibutuhkan dan tidak mungkin

Page 12: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

12

dipisahkan darinya seperti pondasi rumah, membeli hewan yang mengandung dengan

adanya kemungkinan yang dikandung hanya seekor atau lebih dan jantan atau betina. Juga

apakah lahir sempurna atau cacat. Demikian juga membeli kambing yang memiliki air susu

dan sejenisnya. Semua ini diperbolehkan menurut ijma’. Demikian juga, para ulama

menukilkan ijma’ tentang kebolehan barang-barang yang mengandung gharar yang sepele,

di antaranya umat ini sepakat mengesahkan jual-beli baju jubah mahsyuwah….”

Ibnul Qayyim rahimahullahu pun menyatakan, “Tidak semua gharar menjadi sebab

pengharaman. Apabila sepele (sedikit) atau tidak mungkin dipisah darinya, maka

keberadaan gharar tidak menjadi penghalang keabsahan akad jual-beli, karena gharar

(ketidakjelasan) yang ada pada pondasi rumah, isi perut hewan yang mengandung, atau

buah terakhir yang tampak menjadi bagus sebagiannya saja, tidak mungkin dapat lepas

darinya. Demikian juga, gharar yang ada dalam hammam (pemandian umum) dan minuman

dari bejana dan sejenisnya adalah gharar yang sepele. Karenanya, keduanya tidak

mencegah jual-beli. Hal ini tentunya tidak sama dengan gharar yang banyak, yang mungkin

dapat dilepas darinya.”

4. Gharar yang dilarang hanya pada akad mu’awadhah

Inilah pendapat imam Malik rahimahullahu dan dirajihkan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah

rahimahullahu.

Adapun kewajiban larangan gharar pada akad tabarru’at seperti shadaqah, hibah, dan

sejenisnya masih diperdebatkan dalam dua pendapat, setelah mereka (para ulama –ed)

sepakat tentang tidak adanya larangan gharar pada al-washiyat.

a. Diperbolehkan adanya gharar dalam akad tabarru’at,

Inilah pendapat mazhab Malikiyah, serta dirajihkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim

Mereka berdalil dengan hadits Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya yang

berbunyi,

ة من شعر فقال أخذت هذه ألصلح بها برذعة لي فقال رسول للاه عليه وس فقام رجل في يده كبه ا ما كان لي ولبني صلهى للاه لهم أمه

لب فهو لك عبد المطه

“Maka ada seseorang yang membawa sekumpulan bulu rambut (seperti wig) berdiri di

tangannya, lalu berkata, ‘Aku mengambil ini untuk memperbaiki pelana kudaku’.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun yang menjadi

hakku dan bani Abdil Muthalib, maka itu untukmu.” (Hr. Abu Dawud dan dinilai hasan

oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil 5/36–37)

Page 13: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

13

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadiahkan bagiannya dan

bagian Bani Abdil Muthallib dari benda tersebut, dan tentunya ukurannya tidak jelas.

Dengan demikian gharar tersebut tidak berlaku pada akad tabarru’at.

Pendapat ini dikuatkan dengan “kaidah asal dalam muamalah adalah sah”, baik dalam

akad mu’awadhah ataupun tabaru’at. Asal hukum ini tidak berubah dengan larangan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari gharar dalam hadits Abu Hurairah terdahulu,

karena itu menyangkut akad muawadhah saja. Apalagi perbedaan antara akad

mu’awadhah dengan tabarru’at telah jelas. Akad mu’awadhah dilakukan oleh seseorang

yang ingin melakukan usaha dan perniagaan, sehingga disyaratkan pengetahuan dan

kejelasan yang tidak disyaratkan dalam akad tabarru’at. Hal ini terjadi, karena akad

tabarru’at yang dilakukan oleh seseorang, tidaklah untuk usaha, namun untuk berbuat

baik dan menolong orang lain.

b. Gharar berlaku juga pada akad tabarru’at; inilah pendapat mayoritas ulama.

Namun yang rajih adalah pendapat yang pertama. Berdasarkan hal ini, maka muncullah

banyak masalah yang disampaikan ulama, di antaranya:

Pemberian majhul. Bentuk gambarannya adalah, seorang menghadiahkan sebuah mobil

yang belum diketahui jenis, merek dan bentuknya, atau memberi sesuatu yang ada di

kantongnya. Ia berkata, “Saya hadiahkan uang yang ada di kantong saya kepadamu.”

Pertanyaannya, apakah ini akad transaksi yang shahih atau tidak? Yang rajih adalah

akad pemberian ini sah, sebab tidak disyaratkan hadiahnya harus jelas.

Demikian juga, seandainya ia menghadiahkan sesuatu miliknya yang telah dicuri atau

dirampok, maka hukumnya sah. Juga, menghadiahkan barang-barang yang hilang atau

budak yang kabur.

Dengan demikian jelas, bahwa permasalahan akad tabarru’at lebih luas dari

permasalahan akad mu’awadhah.

5. Gharar terdapat pada asal, bukan sampingan (taabi’)

Gharar yang ikut kepada asal adalah gharar yang dimaafkan, karena terdapat kaidah bahwa

sesuatu itu diperbolehkan apabila terikutkan dengan sesuatu yang lain, sedangkan dia

menjadi tidak boleh bila ia terpisahkan darinya (hanya berdiri sendiri).

يغتفر في شيئ إذا كان تابعا ماال ي ) (غتفر إذا كان أصال

Dalilnya adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi,

ر فثمرتها للبائع إاله أن يشترط المبتاع ومن ابتاع ع للهذي باعه إاله أن يشترط المبتاع بدا وله مال فماله من ابتاع نخال بعد أن تؤبه

Page 14: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

14

“Barangsiapa yang membeli pohon kurma setelah dikawinkan, maka buahnya milik penjual,

kecuali pembeli mensyaratkannya, dan barangsiapa yang membeli hamba (budak -ed) dan

hamba (budak –ed) itu memiliki harta, maka hartanya milik pihak yang menjualnya, kecuali

pembeli budak tersebut mensyaratkannya (mensyaratkan untuk juga memiliki harta si budak

setelah dia membeli budak tersebut -ed).“ (Hr. al-Bukhari)

Dalam hadits ini pembeli diperbolehkan mengambil hasil talqih tersebut, apabila talqih tersebut

ada setelah pembeli mensyaratkannya.

Padahal, hasilnya (buahnya) belum ada atau belum dapat dipastikan keberadaannya.

بدو صالحه ) مار قبل (ابيع الث

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu dalam menjelaskan dasar kaidah ini

menyatakan, “Nabi memperbolehkan bila seorang menjual pohon kurma yang telah dikawinkan

(talqih) untuk pembeli yang mensyaratkan (untuk juga mengambil) buahnya. Sehingga, ia telah

membeli buah sebelum waktu baiknya. Namun, itu diperbolehkan karena (buahnya) terikut,

bukan asal. Sehingga jelaslah, gharar yang kecil diperbolehkan apabila terikutkan (dengan

sesuatu yang lain), yang (ini tentu) tidak boleh bila selain dari keadaan ini.”

Demikianlah beberapa kaidah dalam gharar yang dilarang syariat.

2.1. Aplikasi Kaidah Al-Gharar

Di antara contoh muamalah yang memiliki gharar yang terlarang adalah:

a. Jual-beli Al-Hashah

Larangannya berdasar pada hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhua dalam Shahih Muslim

yang berbunyi,

بيه صلىه للا عليه و سلهم نهى عن بيع الحصاة وع ن بيع الغرر عن أبي هريرة رضي للا عنه أنه النه

Dari Abu Hurairah-–semoga Allah meridhainya–, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam melarang jual-beli al-hashah dan jual-beli gharar.”

Para ulama memberikan contoh jual-beli ini:

Seseorang memberi batu kepada temannya dan menyatakan, “Lemparlah batu ini pada

tanahku! Sejauh mana lemparan batu tersebut dari tanah, maka tanah tersebut menjadi

milikmu, dengan pembayaran sekian dirham darimu.” Apabila lemparannya kuat, maka

pembeli beruntung dan penjual merugi. Bila lemparannya lemah, maka sebaliknya (si

pembeli rugi dan si penjual yang untung).

Page 15: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

15

b. Jual-beli Mulamasah dan Munabadzah

Jual-beli mulamasah dan munabadzah adalah jual-beli yang dilarang pada hadits Abu

Hurairah radhiyallahu ‘anhu dalam Shahihain (kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) yang

berbunyi,

المالمسة والمنابذة أن النبي صلىه للا عليه و سلهم نهى عن

“Sesungguhnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli mulamasah dan

munabadzah.”

Jual-beli mulamasah adalah jual-beli dengan bentuk seorang menyatakan kepada temannya,

“Pakaian apa pun yang sudah kamu pegang, maka ia milikmu dengan pembayaran sekian

rupiah darimu.” Oleh karena itu, bila ia memegang pakaian yang mahal, maka ia beruntung

dan bila ia memegang pakaian yang murahan, maka ia merugi.

Adapun jual-beli munabadzah terjadi dengan menyatakan, “Ambil batu ini, lalu lemparkan

kepada pakaian-pakaian tersebut! Pakaian yang terkena lemparan tersebut akan menjadi

milikmu dengan pembayaran sekian rupiah darimu.”

c. Jual-beli calon anak dari janin yang dikandung

Larangannya terdapat dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi,

أن النبي صلهى للا عليه و سلهم نهى عن بيع حبل الحبلة

“Sesungguhnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli calon anak dari janin

yang dikandung.”

Jual-beli habalul habalah yang merupakan menjual hasil produksi yang masih belum jelas

termasuk jual-beli yang populer di masa jahiliyah. Mereka terbiasa menjual anak hewan yang

masih dalam kandungan binatang yang bunting, dan menyerahkannya secara tertunda.

Maka Islam melarangnya. Letak unsur gharar dalam jual-beli habalul habalah ini jelas sekali.

Kalau tujuannya adalah menjual janin yang masih dalam perut induk unta, maka janin itu

jelas belum jelas keberadaannya. Pembelinya berada dalam posisi yang mengkhawatirkan,

karena ia bisa memperoleh barang yang dia beli, dan bisa juga tidak.

Kalau yang menjadi tujuannya adalah menjual dengan pembayaran di muka hingga lahirnya

anak unta tersebut, unsur penjualan “kucing dalam karung”-nya pun amat jelas, karena sama

saja menjual sesuatu dengan masa pembayaran yang tidak diketahui. Di dalam jual-beli ini

tidak diketahui secara pasti, kapan unta tersebut akan lahir.

Page 16: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

16

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma

bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang jual-beli habalul habalah,

yakni sejenis jual-beli yang biasa dilakukan masyarakat jahiliyah. Pada jual beli tersebut,

seseorang membeli seekor unta hingga melahirkan anak unta, kemudian anak dalam

kandungan unta tersebut juga lahir pula (secara berantai).

4. Jual-beli buah sebelum tampak kepantasannya untuk layak dikonsumsi (

)

Jual-beli ini terlarang dalam hadits yang berbunyi,

مار حتهى بيه صلىه للا عليه و سلهم نهى عن بيع الث يبدو صالحهاأنه النه

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli buah-buahan hingga tampak

kepastiannya menjadi buah (layak dikonsumsi).” (Muttafaqun ‘alaihi)

Hal tersebut disebabkan adanya kemungkinan rusak dan gagalnya hasil panen buah

tersebut sebelum pembeli dapat memanfaatkannya.

5. Ta’min (Asuransi)

Asuransi adalah satu transaksi yang tidak pernah ada di zaman dahulu. Asuransi didefinisikan

sebagai sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko

kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya.

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha, perasuransian adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau

tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari

suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Ahli fikih kontemporer bersilang pendapat dalam permasalahan ini. Ada yang memperbolehkan,

dan ini sedikit jumlahnya. Mereka menyatakan bahwa yang dikeluarkan seseorang itu kecil

sekali dibandingkan dengan yang akan didapatkannya, dan itu berarti al-gharar yang kecil.

Namun bila dilihat pada jumlah orang yang ikut serta, dan keuntungan yang didapat

perusahaan perasuransian, gharar yang terdapat dalam transaksi ini jelas besar sekali.

Demikianlah, para ahli fikih melihat sesuatu itu bukan kepada seorang individu manusia saja,

namun kepada perlindungan seluruh manusia, karena keberadaan syariat adalah untuk

Page 17: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

17

menjaga harta manusia. Oleh karena itu, Lajnah Daimah lil uhuts al-‘Ilmiyah wal-Ifta (Komite

Tetap dalam Riset Ilmiyah dan Fatwa Negara Saudi Arabia) dalam ketetapan no. 55 tanggal

4/4/1397 H menetapkan ketidakbolehan asuransi seperti ini, karena termasuk akad pertukaran

harta yang mengandung gharar besar dan termasuk jenis al-qimar (perjudian).

Jenis-jenis Gharar

Bila ditinjau pada terjadinya jual-beli, gharar terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual-beli habal al-habalah (jual-beli

tahunan), yakni menjual buah-buahan dalam transaksi selama sekian tahun. Buah-buahan

tersebut belum ada, atau menjual buah yang belum tumbuh sempurna (belum layak

dikonsumsi).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang jual-beli dengan sistem kontrak tahunan, yakni

membeli (hasil) pohon selama beberapa tahun, sebagaimana dalam hadits yang berbunyi,

عليه وسلهم عن ال صلهى للاه نين هي المعاومة نهى رسول للاه محاقلة والمزابنة والمعاومة والمخابرة قال أحدهما بيع الس

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli muhaqalah, muzabanah,

mu’awamah, dan mukhabarah. Salah seorang dari keduanya menyatakan, ‘Jual-beli dengan

sistem kontrak tahunan adalah mu’awamah.’ ” (Hr. Muslim)

Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia menceritakan,

عليه وسلهم صلهى للاه مان كان النهاس في عهد رسول للاه مر الد ه أصاب الثه اس وحضر تقاضيهم قال المبتاع إنه مار فإذا جده النه يتبايعون الث

عليه وسلهم لمه صلهى للاه ون بها فقال رسول للاه ا ال فال تتبايعوا اأصابه مراض أصابه قشام عاهات يحتج كثرت عنده الخصومة في ذلك فإمه

مر حتهى يبدو صالح الثه

“Masyarakat di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan jual-beli buah-

buahan. Kalau datang masa panen dan datang para pembeli yang telah membayar buah-

buahan itu, para petani berkata, ‘Tanaman kami terkena diman , terkena penyakit, terkena

qusyam , dan berbagai hama lain.’ Maka, ketika mendengar berbagai polemik yang terjadi

dalam hal itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bila tidak, jangan kalian

menjualnya sebelum buah-buahan itu layak dikonsumsi (tampak kepantasannya).

Demikianlah, dengan melarang jual-beli ini, Islam memutus kemungkinan terjadinya kerusakan

dan pertikaian. Dengan cara itu pula, Islam memutuskan berbagai faktor yang dapat

menjerumuskan umat ini ke dalam kebencian dan permusuhan dalam kasus jual-beli tersebut.

2. Jual-beli barang yang tidak jelas (majhul)

- Mutlak, seperti pernyataan seseorang, “Saya jual barang ini dengan harga seribu

rupiah”, padahal barangnya tidak diketahui secara jelas; atau

Page 18: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

18

- Jenisnya, seperti ucapan seseorang, “Aku jual mobilku kepadamu dengan harga

sepuluh juta,” namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas; atau

- Tidak jelas ukurannya, seperti ucapan seseorang, “Aku jual kepadamu tanah seharga

lima puluh juta,”namun ukuran tanahnya tidak diketahui.

Kesimpulannya, objek penjualan itu bisa jadi tidak diketahui secara mutlak, seperti bila seorang

penjual mengatakan, “Saya jual sebuah mobil kepada Anda.” Bisa juga, sesuatu yang tidak

diketahui namun tertentu jenis atau ukurannya, seperti yang dikatakan seorang penjual, “Saya

jual seluruh isi rumah saya kepada Anda,” atau,“Saya jual kepada Anda seluruh buku-buku

perpustakaan saya,” dan sejenisnya.

Atau bisa juga sesuatu yang tidak diketahui macam dan kriterianya, namun jenis dan ukurannya

diketahui, seperti yang dikatakan seorang penjual, “Saya jual kepada Anda pakaian yang ada

dalam buntelan kainku,”atau, “Saya jual kepada Anda budak milik saya.”

3. Jual-beli barang yang tidak mampu diserahterimakan

Seperti jual-beli budak yang kabur atau jual-beli mobil yang dicuri. Ketidakjelasan ini juga terjadi

pada harga, barang, dan pada akad jual-belinya. Ketidakjelasan pada harga dapat terjadi pada

jumlahnya, seperti segenggam dinar. Sedangkan, ketidakjelasan pada barang– seperti

dijelaskan di atas–dan ketidakjelasan pada akad, seperti menjual dengan harga sepuluh rupiah

bila kontan dan dua puluh rupiah bila diangsur, tanpa menentukan salah satu dari keduanya

sebagai pembayarannya.

Seperti juga jual-beli unta yang sudah hilang, ikan yang ada dalam air, dan burung yang

terbang di langit. Bentuk penjualan ini ada yang dipastikan haram dan ada juga yang masih

diperdebatkan. Di antara yang masih diperdebatkan adalah menjual barang jualan sebelum

berada di tangan.

Syekh as-Sa’di rahimahullahu menyatakan, “Kesimpulan jual-beli gharar kembali kepada jual-

beli ma’dum, seperti habal al-habalah dan as-sinin, atau kepada jual-beli yang tidak dapat

diserahterimakan, seperti budak yang kabur dan sejenisnya, atau kepada ketidakjelasan–baik

mutlak pada barangnya atau jenisnya atau sifatnya–.”

Gharar yang Diperbolehkan

Menurut hukumnya, jual-beli yang mengandung unsur gharar ada tiga macam, yaitu:

Page 19: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

19

1. Yang disepakati larangannya dalam jual-beli, seperti jual-beli yang belum ada wujudnya

(ma’dum).

2. Disepakati kebolehannya, seperti jual-beli rumah dengan pondasinya, padahal jenis dan

ukuran serta hakikat sebenarnya (dari pondasi rumah tersebut) tidak diketahui.

Hal ini diperbolehkan karena kebutuhan dan tidak mungkin lepas darinya. Imam an-Nawawi

rahimahullahu menyatakan, “Pada asalnya, jual-beli gharar dilarang dengan dasar hadits ini,

dan maksudnya adalah yang mengandung unsur gharar yang jelas dan mungkin dilepas

darinya. Adapun hal-hal yang dibutuhkan dan tidak mungkin dipisahkan darinya, seperti

pondasi rumah, membeli hewan yang mengandung–dengan adanya kemungkinan yang

dikandung hanya seekor atau lebih dan jantan atau betina, apakah lahir sempurna atau

cacat–, termasuk juga membeli kambing yang memiliki air susu dan sejenisnya. Seluruh hal

tersebut diperbolehkan menurut ijma’.

Demikian juga, para ulama menukilkan ijma’ tentang kebolehan barang-barang yang

mengandung gharar yang sepele, di antaranya: umat ini sepakat mengesahkan jual-beli baju

jubah mahsyuwah.

Ibnul Qayyim rahimahullahu pun menyatakan, “Tidak semua gharar menjadi sebab

pengharaman. Apabila sepele (sedikit) atau tidak mungkin dipisahkan darinya, maka gharar

tidak menjadi penghalang keabsahan akad jual-beli, karena gharar (ketidakjelasan) yang ada

pada pondasi rumah, dalam perut hewan yang mengandung, atau buah terakhir yang

tampak menjadi bagus sebagiannya saja, tidak mungkin dapat lepas darinya. Demikian juga,

gharar yang ada dalam hammam (pemandian) dan minuman dari bejana dan sejenisnya

adalah gharar yang sepele. Dengan demikian, keduanya tidak mencegah jual-beli. Hal ini

tentunya tidak sama dengan gharar yang banyak yang mungkin dapat dilepas darinya.”

Dalam kitab lainnya, beliau menyatakan, “Terkadang sebagian gharar dapat disahkan,

apabila hajat menuntutnya, seperti ketidaktahuan akan mutu pondasi rumah, serta membeli

kambing hamil dan masih memiliki air susu. Hal ini disebabkan karena pondasi rumah ikut

dengan rumah, dan karena hajat menuntutnya, lalu tidak mungkin melihatnya.”

Dari sini dapat disimpulkan bahwa gharar yang diperbolehkan adalah gharar yang sepele

atau gharar-nya tidak sepele, namun jika gharar tersebut dilepaskan maka akan terjadi

kesulitan. Oleh karena itu, Imam Nawawi rahimahullahu menjelaskan kebolehan jual-beli

yang mengandung gharar, apabila ada hajat untuk melanggar gharar dan jika gharar tersebut

tidak dilakukan maka akan timbul kesulitan, atau gharar-nya sepele.

Page 20: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

20

3. Yang masih diperselisihkan, apakah diikutkan pada bagian yang pertama atau kedua.

Misalnya: menjual sesuatu yang diinginkan tetapi masih terpendam di dalam tanah (seperti:

wortel, kacang tanah, bawang, dan lain-lainnya). Para ulama sepakat tentang keberadaan

gharar dalam jual-beli tersebut, namun para ulama masih berbeda pendapat dalam

menghukuminya. Perbedaan mereka ini terjadi karena sebagian dari mereka, di antaranya

Imam Malik rahimahullahu, memandang bahwa gharar-nya sepele atau tidak mungkin

dilepas darinya dengan adanya kebutuhan menjual, sehingga ulama-ulama tersebut

memperbolehkan gharar semacam ini. Adapun sebagian ulama yang lainnya, di antaranya

Imam Syafi’i dan Abu Hanifah rahimahumallah, memandang bahwa gharar-nya besar dan

memungkinkan untuk dilepas darinya, sehingga para ulama ini mengharamkan gharar

tersebut.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim rahimahullahu merajihkan pendapat yang

memperbolehkan gharar dalam hal ini.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahuh menyatakan, “Adapun Imam Malik, maka

mazhabnya adalah mazhab terbaik dalam permasalahan ini. Menurut mazhab Imam Malik,

hal-hal ini, semua hal yang dibutuhkan, atau hal-hal yang mengandung sedikit gharar, boleh

diperjual-belikan… hingga (mazhab Imam Malik pun) memperbolehkan jual-beli benda-benda

yang tidak tampak di permukaan tanah seperti wortel, lobak dan sebagainya.“+

Sedangkan Ibnul Qayyim rahimahullahu menyatakan, “Jual-beli yang tidak tampak di

permukaan tanah, tidak memiliki dua perkara tersebut, karena gharar-nya sepele (kecil) dan

tidak mungkin dilepas darinya.”

Dengan demikian, jelaslah, tidak semua jual-beli yang mengandung unsur gharar dilarang.

Hal ini membuat kita harus lebih mengenal kembali pandangan para ulama seputar

permasalahan ini, dengan memahami kaidah-kaidah dasar yang telah dijelaskan.

Riba

Firman Allah : “Apa yang kamu berikan (pinjaman) dalam bentuk riba agar harta manusia

betambah, maka hal itu tidak bertambah di sisi Allah” (QS.ar-Rum : 39)

Menurut pandangan kebanyakan manusia, pinjaman dengan sistem bunga akan dapat

membantu ekonomi masyarakat yang pada gilirannya akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi rakyat. Anggapan tersebut telah menjadi keyakinan kuat hampir setiap

orang, baik ekonom, pemeritah maupun praktisi. Keyakinan kuat itu juga terdapat pada

inetelektual muslim terdidik yang tidak berlatar belakang pendidikan ekonomi. Karena itu tidak

aneh, jika para pejabat negara dan direktur perbankan seringkali bangga melaporkan jumlah

Page 21: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

21

kredit yang dikucurkan untuk pengusaha kecil sekian puluh triliun rupiah. Begitulah pandangan

dan keyakinan hampir semua manusia saat ini dalam memandang sistem kredit dengan

instrumen bunga. Itulah pandangan material (zahir) manusia yang seringkali terbatas.

Pandangan umum di atas dibantah oleh Allah dalam Al-quran surah Ar-Rum : 39, “ Apa “Apa

yang kamu berikan (berupa pinjaman) dalam bentuk riba agar harta manusia bertambah, maka

hal itu tidak bertambah di sisi Allah” (QS.ar-Rum : 39).

d. Undang-undang Ketenagalistrikan;

Undang-undang yang menjadi patokan hukum dalam pengusahaan ketenagalistrikan di

Indonesia adalah Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.

Berdasarkan Pasal 1 undang-undang tersebut Ketenagalistrikan didefinisikan sebagai segala

sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang

tenaga listrik. Sementara itu, Tenaga listrik merupakan suatu bentuk energi sekunder yang

dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tetapi tidak

meliputi listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat. Sedangkan Usaha

penyediaan tenaga listrik yang diatur meliputi pengadaan tenaga listrik yaitu pembangkitan,

transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen.

Beberapa ketentuan lain yang didefinisikan antara lain:

a. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga

listrik untuk kepentingan umum;

b. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

c. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan ketenagalistrikan.

Pada sisi lain, terkait jual beli tenaga listrik, berdasarkan Pasal 33 diatur bahwa Pasal 33 Harga

jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang

sehat. Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan

persetujuan atas harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik. Pemegang izin usaha

Page 22: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

22

penyediaan tenaga listrik dilarang menerapkan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan

tenaga listrik tanpa persetujuan Pemerintah atau pemerintah daerah.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik

Untuk mengoperasionalkan Undang-undang nomor 30 tersebut, disusunlah Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

Beberapa hal yang lebih teknis diatur dalam PP ini.

Berdasarkan Pasal 25, pembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringan tenaga listrik oleh

pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dengan pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik lainnya harus dilakukan berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik.

Pembelian tenaga listrik tersebut wajib dilakukan melalui pelelangan umum.

Namun, dalam hal pembelian tenaga listrik tersebut dilakukan dalam rangka diversifikasi energi

untuk pembangkit tenaga listrik ke non-bahan bakar minyak, dapat dilakukan melalui pemilihan

langsung. Pembelian tenaga listrik pun dapat dilakukan melalui penunjukan langsung, dengan

syarat:

a. pembelian tenaga listrik dilakukan dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi

terbarukan, gas marjinal, batubara di mulut tambang, dan energi setempat lainnya;

b. pembelian kelebihan tenaga listrik;

c. sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik;

dan/atau

d. penambahan kapasitas pembangkitan pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah

beroperasi di lokasi yang sama.

Harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik yang diberlakukan wajib mendapatkan

persetujuan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Persetujuan harga jual tenaga listrik tersebut dapat berupa harga patokan.

f. Undang-undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi

Dalam memformulasikan kebijakan listrik sektor panas bumi, harus diperhatikan undang-

undang yang mengatur sektor tersebut. Undang-undang tersebut adalah Undang-undang

nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi. Panas Bumi sendiri didefinisikan sebagai sumber

Page 23: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

23

energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan

dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem

Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

Hingga saat ini, Panas Bumi dimasukkan dalam rezim pertambangan. Oleh karena itu, untuk

mengusahakan panas bumi, pengembang harus mempunyai Izin Usaha Pertambangan Panas

Bumi yang biasa disingkat dengan IUP. IUP diberikan dalam ruang lingkup Wilayah Kerja

Pertambangan Panas Bumi (Wilayah Kerja). Wilayah Kerja tersebut ditawarkan kepada Badan

Usaha diumumkan secara terbuka oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangan masing-masing.

Undang-undang ini membuka memberi restu kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

sesuai dengan kewenangan masing-masing melakukan Survei Pendahuluan. Sementara itu,

Pemerintah dapat menugasi pihak lain untuk melakukan Survei Pendahuluan.

Pemerintah juga dapat melakukan eksplorasi. Ruang lingkup eksplorasi meliputi rangkaian

kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, pengeboran uji, dan

pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk memperoleh dan menambah informasi

kondisi geologi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan perkiraan potensi

Panas Bumi.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi

Berdasarkan peraturan ini, Menteri merencanakan, menyiapkan dan menetapkan Wilayah Kerja

berdasarkan pengkajian dan pengolahan data Survei Pendahuluan dan/atau Eksplorasi. Data

tersebut harus dibayar oleh pemenang lelang berdasarkan harga dasar data yang ditetapkan

oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota.

Sementara itu, Menteri dapat melakukan Eksplorasi dalam wilayah hukum pertambangan

Panas Bumi Indonesia. Pelaksanaan Eksplorasi tersebut dilakukan secara terkoordinasi dengan

gubernur atau bupati/walikota yang bersangkutan.

Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan penawaran

Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Badan Usaha dengan cara lelang.

Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan pemenang

lelang Wilayah Kerja berdasarkan penawaran harga uap atau tenaga listrik terendah

Page 24: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

24

h. Perpres Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

Peraturan presiden pertama yag mengatur skema Public Private Partnership (PPP) adalah

Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 tentang tentang Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Berdasarkan Perpres ini, Menteri/Kepala

Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur.

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah tersebut kemudian bertindak selaku penanggung

jawab Proyek Kerjasama (PJPK). Sebagai PJPK, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah

melakukan identifikasi proyek-proyek Penyediaan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan

dengan Badan Usaha, dengan mempertimbangkan paling kurang:

a. kesesuaian dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional/ daerah dan

rencana strategis sektor infrastruktur;

b. kesesuaian lokasi proyek dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;

c. keterkaitan antarsektor infrastruktur dan antar wilayah;

d. analisa biaya dan manfaat sosial.

Sementara itu, untuk menjamin terlaksananya pembangunan proyek, maka setiap usulan

proyek yang akan dikerjasamakan harus disertai dengan:

a. pra studi kelayakan;

b. rencana bentuk kerjasama;

c. rencana pembiayaan proyek dan sumber dananya; dan

d. rencana penawaran kerjasama yang mencakup jadwal, proses dan cara penilaian.

Terkait pengelolaan risiko, risiko dikelola berdasarkan prinsip alokasi risiko antara

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan Badan Usaha secara memadai dengan

mengalokasikan resiko kepada pihak yang paling mampu mengendalikan resiko dalam rangka

menjamin efisiensi dan efektifitas dalam Penyediaan Infrastruktur.

Pada sisi lain, Perjanjian Kerjasama paling kurang memuat ketentuan mengenai:

a. lingkup pekerjaan;

b. jangka waktu;

c. jaminan pelaksanaan;

d. tarif dan mekanisme penyesuaiannya;

Page 25: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

25

e. hak dan kewajiban, termasuk alokasi resiko;

f. standar kinerja pelayanan;

g. larangan pengalihan Perjanjian Kerjasama atau penyertaan saham pada Badan Usaha

pemegang Perjanjian Kerjasama sebelum Penyediaan Infrastruktur beroperasi secara

komersial;

h. sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian;

i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian;

j. laporan keuangan Badan Usaha dalam rangka pelaksanaan perjanjian, yang diperiksa

secara tahunan oleh auditor independen, dan pengumumannya dalam media cetak yang

berskala nasional;

k. mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur secara berjenjang, yaitu musyawarah

mufakat, mediasi, dan arbitrase/ pengadilan;

l. mekanisme pengawasan Kinerja Badan Usaha dalam pelaksanaan perjanjian;

m. pengembalian infrastruktur dan/ atau pengelolaannya kepada Menteri/Kepala

Lembaga/Kepala Daerah;

n. keadaan memaksa;

o. hukum yang berlaku, yaitu hukum Indonesia.

Pengadaan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dilakukan melalui lelang izin

(auction). Menteri/Ketua Lembaga/Kepala Daerah membentuk Panitia Pengadaan yang akan

melaksanakan pelelangan. Panitia pelelangan tersebut terdiri atas unsur-unsur yang

memahami:

Anggota Panitia Pengadaan terdiri dari unsur-unsur yang memahami:

a. tata cara pengadaan;

b. substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan;

c. hukum perjanjian;

d. aspek teknis;

e. aspek keuangan.

Hal lain yang ditegaskan dalam perpres ini adalah terkait Harga Perhitungan Sendiri (HPS).

HPS harus ditetapkan dengan cermat.

Pada tahun 2010, dilakukan perubahan pertama terhadap Perpres 67 tahun 2005. Perubahan

tersebut diatur dalam Perpres nomor 13 tahun 2010. Salah satu perubahan dalam perpres

Page 26: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

26

tersebut adalah kemungkinan BUMN atau BUMD menjadi PJPK. Dalam Pasal 2 ayat (3)

disebutkan bahwa:

“Dalam hal peraturan perundang-undangan mengenai sektor infrastruktur yang bersangkutan menyatakan bahwa Penyediaan Infrastruktur oleh Pmerintah diselenggarakan atau dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, maka Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah tersebut bertindak selaku penanggung jawab Proyek Kerjasama.”

Sementara itu, jenis infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha juga

diperjelas menjadi mencakup:

a. infrastruktur transportasi, meliputi pelayanan jasa kebandarudaraan, penyediaan dan/atau

pelayanan jasa kepelabuhanan, sarana dan prasarana perkeretaapian;

b. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;

c. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;

d. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi,

jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;

e. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan

jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat

pembuangan;

f. infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi jaringan telekomunikasi dan

infrastruktur e-government;

g. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, termasuk pengembangan tenaga listrik

yang berasal dari panas bumi, transmisi, atau distribusi tenaga listrik; dan

h. infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi transmisi dan/atau distribusi minyak dan gas

bumi.

Perubahan terakhir atas Perpres 67 tahun 2005 dilakukan pada tahun 2011 seiring dengan

penerbitan Perpres 56 tahun 2011. Dalam Perpres ini, dipertegas dukungan yang dapat

diberikan terhadap Proyek Kerjasama. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat

memberikan Dukungan Pemerintah terhadap Proyek Kerjasama sesuai dengan lingkup

kegiatan Proyek Kerjasama.

Dukungan Pemerintah dapat berupa kontribusi fiskal. Kontribusi ini harus tercantum dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/ atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah. Sedangkan apabila Dukungan Pemerintah diberikan dalam bentuk perizinan,

pengadaan tanah, dukungan sebagian konstruksi, dan/ atau bentuk lainnya sesuai dengan

Page 27: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

27

peraturan perundang-undangan yang berlaku maka harus ditetapkan ditetapkan oleh

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.

Terkait insentif fiskal Pihak yang berwenang memutuskan adalah menteri Keuangan.

Berdasarkan usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, Menteri Keuangan dapat

menyetujui pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk insentif perpajakan dan/ atau

kontribusi fiskal dalam bentuk financial. Dukungan Pemerintah tersebut harus dicantumkan

dalam dokumen pelelangan umum.

Hal lain yang diatur dalam perubahan perpres ini adalah pengadaan tanah. Pengadaan tanah

dalam Proyek Kerjasama dilaksanakan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebelum

pemasukan dokumen penawaran. Dalam hal Proyek Kerjasama layak secara finansial, Badan

Usaha pemenang lelang dapat membayar kembali biaya pengadaan tanah yang telah

dilaksanakan.

Biaya yang timbul dalam penyiapan Proyek Kerjasama serta perencanaan dan pelaksanaan

pengadaan dapat dibebankan kepada pemenang lelang. Biaya yang timbul tersebut meliputi

a. biaya penyiapan pra studi kelayakan Proyek Kerjasama dan/atau transaksi Proyek

Kerjasama hingga tercapainya perolehan pembiayaan (financial close); dan

b. imbalan yang wajar, dalam hal penyiapan proyek dilakukan oleh lembaga/institusi yang

diberikan penugasan oleh Pemerintah.

Biaya-biaya di atas harus dicantumkan dalam dokumen pelelangan umum.

i. Perpres Penjaminan Pemerintah

Proyek infrastruktur yang dikerjasamakan dengan pola PPP atau Kerjasama Pemerintah dan

Swasta (KPS) dimungkinkan untuk mendapatkan penjaminan. Penjaminan ini dipayungi oleh

Perpres 78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah

dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.

Penjaminan Infrastruktur dalam Perpres tersebut didefinisikan sebagai pemberian jaminan atas

kewajiban finansial penanggung jawab proyek kerja sama yang dilaksanakan berdasarkan

perjanjian penjaminan. Kewajiban Finansial PJPK adalah kewajiban untuk membayar

kompensasi financial kepada Badan Usaha atas terjadinya Risiko Infrastruktur yang menjadi

Page 28: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

28

tanggung jawab pihak PJPK sesuai dengan Alokasi Risiko sebagaimana disepakati dalam

Perjanjian Kerja Sama.

Penjaminan Infrastruktur diberikan terhadap Risiko Infrastruktur yang:

a. lebih mampu dikendalikan, dikelola atau dicegah terjadinya, atau diserap oleh Penanggung

jawab Proyek Kerja Sama daripada Badan Usaha,

b. bersumber (risk factor)dari PJPK; dan/atau

c. bersumber (risk factor) dari Pemerintah selain PJPK.

Penjaminan Infrastruktur dilakukan berdasarkan Usulan Penjaminan yang disampaikan oleh

PJPK kepada Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) sebelum dimulainya pelaksanaan

pengadaan Badan Usaha. BUPI adalah badan usaha yang didirikan oleh Pemerintah dan

diberikan tugas khusus untuk melaksanakan Penjaminan Infrastruktur serta telah diberikan

modal berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal

Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang

Penjaminan Infrastruktur.

Dalam hal Penjamin telah rnelaksanakan kewajibannya kepada Penerima Jaminan berdasarkan

Perjanjian Penjaminan, maka Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama berkewajiban untuk

memenuhi Regres. Regres adalah hak Penjamin untuk menagih PJPK atas apa yang telah

dibayarkannya kepada Penerima Jaminan dalam rangka memenuhi Kewajiban Finansial PJPK

dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang yang dibayarkan tersebut (time value of

money).

Jika PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga, pemenuhan Regres dilakukan dengan mekanisme

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Apabila PJPK adalah Kepala Daerah maka

pemenuhan Regres dilakukan dengan mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Dalam hal Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama adalah BUMN/BUMD, pemenuhan

Regres dilakukan dengan mekanisme korporasi berdasarkan peraturan perundangundangan.

Atas Penjaminan Infrastruktur yang diberikan, BUPI dapat mengenakan imbal jasa penjaminan.

Dalam menentukan nilai imbal jasa penjaminan yang akan dikenakan, BUPI dapat

mempertimbangkan:

a. nilai kompensasi finansial dari jenis Risiko Infrastruktur yang akan dijamin;

b. biaya yang dikeluarkan untuk memberikan jaminan;

Page 29: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

29

c. margin keuntungan yang wajar.

j. PMK Penjaminan

Sebagai pelaksanaan Perpres Penjaminan di atas, telah diterbitkan Peraturan Menteri

Keuangan nomor 260 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur

dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha. Dalam rangka melaksanakan

prinsip pengendalian dan pengelolaan risiko keuangan negara, seluruh rangkaian proses

Penjaminan Infrastruktur dilakukan melalui mekanisme satu pelaksana oleh BUPI (Single

Window Policy).

Berdasarkan PMK ini, Penjaminan Infrastruktur pada Proyek Kerjasama dilakukan dengan cara:

a. Penjaminan hanya oleh BUPI (Penjaminan BUPI), yang dapat mencakup seluruh atau

sebagian Risiko Infrastruktur dalam satu Proyek Kerjasama; atau

b. Penjaminan BUPI bersama-sama dengan Penjaminan Pemerintah untuk Risiko Infrastruktur

yang berbeda dalam satu Proyek Kerjasama (Penjaminan BUPI dengan Penjaminan

Pemerintah), yang didasarkan pada suatu pembagian Risiko Infrastruktur antara BUPI

dengan Menteri Keuangan.

Dalam rangka mitigasi risiko keuangan negara sesuai mekanisme pengendalian dan

pengelolaan risiko keuangan negara (ring fencing), pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur

diusahakan seoptimal mungkin dengan cara Penjaminan. Penjaminan Infrastruktur hanya dapat

dilakukan dalam kondisi sebagai berikut:

a. kekayaan yang dimiliki BUPI tidak mencukupi untuk melakukan penjaminan sesuai Usulan

Penjaminan, namun penjaminan tersebut berdasarkan evaluasi BUPI sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 Perpres 78/2010 perlu dilakukan demi tercapainya tujuan

penjaminan Infrastruktur;

b. tidak terdapat kerjasama atau dalam hal terdapat kerja sama, fasilitas yang tersedia di

dalamnya tidak mencukupi, tidak memadai atau tidak sesuai untuk mendukung

pelaksanaaan Penjaminan Infrastruktur; atau

c. upaya untuk memenuhi kecukupan kekayaan BUPI belum dapat dilakukan, sedangkan

pengadaan Badan Usaha dalam Proyek Kerja Sama yang diusulkan dalam Usulan

Penjaminan sudah tidak dapat ditunda lagi pelaksanaannya.

Page 30: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

30

k. PMK Tata Kelola Fasilitas Dana Geothermal

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mempunyai kekhususan tersendiri

terutama terkait besarnya risiko yang dihadapi. Oleh karena itu, rangka mendukung usaha

pemanfaatan panas bumi bagi pengembangan pembangkit listrik, diperlukan peran

Pemerintah untuk mengurangi risiko usaha panas bumi. Peran pemerintah tersebut salah

satunya diwujudkan dengan menyediakan Dana Geothermal yang dialokasikan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran dan Pendapatan dan

Belanja Negara-Perubahan (APBN-P).

Dana Geothermal merupakan dana yang dialokasikan untuk pembiayaan dalam rangka

mitigasi risiko eksplorasi dan meningkatkan kelayakan proyek pembangkit listrik tenaga panas

bumi. Insentif dana ini desain sebagai sebuah fasilitas fiscal yang terintegrasi dengan fasilat-

fasilitas untuk proyek KPS. Karenanya fasilitas ini dinamakan Fasilitas Dana Geothermal (FDG),

yaitu dukungan fasilitas yang diberikan Pemerintah untuk mengurangi risiko usaha panas bumi

dalam rangka mendukung usaha pemanfaatan panas bumi bagi pengembangan pembangkit

listrik.

Tujuan diberikannya fasilitas ini adalah untuk:

a. meningkatkan kecukupan data dari hasil Survei Pendahuluan guna menurunkan risiko

eksplorasi dalam rangka pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik;

b. menyediakan data pendukung guna menyusun dokumen pelelangan dalam rangka

penawaran Wilayah Kerja untuk pengadaan Proyek PLTP KPS kepada badan usaha;

dan/atau

c. mendukung pembiayaan kegiatan eksplorasi dalam rangka percepatan pengembangan

proyek PLTP.

FDG yang digunakan untuk penyediaan data pendukung pelelangan untuk pengadaan proyek

PLTP secara KPS hanya dapat diberikan kepada pemerintah daerah yang akan melakukan

pelelangan WKP Panas Bumi. Penyediaan data/informasi tersebut dilakukan melalui tahapan

kegiatan sebagai berikut:

a. studi rinci geosains (geologi, geofisika dan geokimia);

b. Magnetotelluric (MT);

c. pengeboran landaian suhu; dan

d. pengeboran eksplorasi.

Page 31: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

31

Penyediaan data/informasi tersebut diberikan kepada Pemerintah Daerah dengan nilai

maksimal USD 30.000.000 (tiga puluh juta dollar amerika serikat), sesuai kurs tengah

Bank Indonesia rata-rata yang berlaku pada 3 (tiga) bulan terakhir.

Page 32: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

32

3. Penerapan KPS Syariah untuk PLTU

a. Struktur KPS Syariah PLTU

Dalam struktur KPS Proyek PLTU, PLN sebagai Electricity Distribution Company, melakukan

perjanjian jual beli listrik (PPA-Power Purchase Agreement) dengan Project Company. PLN

akan memenuhi kewajibannya sebagaimana tertuang dalam PPA. Sementara itu, apabila PLN

tidak dapat memenuhi kewajibannya, terdapat pihak lain yang menjaminnya. Pihak tersebut

adalah Guarantor yang dalam hal ini dilaksanakan oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia

(PII), dan dapat bersama-sama dengan Multi-Development Agencies (MDA) seperti Bank

Dunia.

Risiko yang dijamin oleh PII adalah risiko politik. Selanjutnya, penjaminan ini akan dituangkan

dalam Perjanjian Penjaminan (Guarantee Agreement) antara Project Company dan PII.

Sementara itu, PII mempunyai Perjanjian Regres, perjanjian yang memberi hak kepada PII

untuk menagihkan kembali pembayaran yang telah diberikan kepada Project Company, kepada

Pemerintah atau PLN.

Pada sisi lain, agar dapat membangun pembangkit listrik, Project Company membutuhkan

dana. Dana tersebut dapat berupa ekuitas (equity) dan/atau hutang (debt). Ekuitas akan

diberikan oleh Project Sponsor, sebagai imbalannya, Project Sponsor akan mendapatkan

pembagian keuntungan (Profit Distribution).

Mengingat pendanaan proyek infrastruktur umumnya membutuhkan dana yang besar, maka

selain menggunakan ekuitas, Project Company juga membutuhkan dana yang berasal dari

hutang. Pada umumnya, proyek tersebut didanai dengan mekanisme Project Financing. Akan

tetapi tidak tertutup kemungkinan hutang dilakukan dengan skema Corporate Financing.

Page 33: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

33

Gambar 1: Struktur KPS PLTU

Sementara itu, untuk membangun, menjalankan dan memelihara pembangkit, Project Company

akan bekerjasama dengan beberapa pihak lain. Pembangunan pembangkit akan dilakukan oleh

Kontraktor Energy, Procurement, and Construction (EPC). Setelah pembangkit tersebut jadi,

selama pengoperasian akan membutuhkan bahan bakar sehingga Project Company akan

membuat kontrak jual beli bahan bakar dengan Pemasok Bahan Bakar (Fuel Supplier).

Pemeliharaan pembangkit akan dilakukan oleh pihak lain yang mempunyai pengalaman untuk

memelihara pembangkit yang diikat dengan kontrak pemeliharaan (operation and maintenance

contract).

b. Struktur Syariah KPS

Struktur syariah KPS ini adalah pengembangan dari dari struktur-struktur yang telah

dikembangkan oleh investor-investor di negara lain. Struktur ini dapat dilihat pada gambar

dibawah.

Page 34: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

34

Gambar 2: Struktur Syariah KPS

Skema Perjanjian dalam struktur KPS ini dibuat dalam dua kategori yaitu tentang Project

Ownership dan Funding. Secara garis besar struktur syariah KPS ini tidak berbeda banyak,

khususnya tentang pihak-pihak yang terlibat. Akan tetapi dalam hal hubungan perikatan antar

pihak bertentangan secara prinsip dengan kaidah syariah sebagaimana ditetapkan dalam

Fatwa Dewan Syariah Nasional/DSN, misalnya mengandung riba, maysir dan gharar maka

diperlukan penyesuaian atau jika dibanding perlu maka dapat dilakukan penyederhaan.

Sebagai contoh, sistem syariah tidak mengenal adanya hak regres dalam hal utang piutang,

sehingga dalam struktur syariah KPS dihilangkan.

Demikian juga kontrak hutang piutang dengan kompensasi bunga antara Lenders dengan SPV

ditiadakan dan digantikan dengan kontrak kerjasama antara SPV sebagai pengelola dan

Investor sebagai pemilik dana.

Skema Perjanjian Project Ownership:

Perjanjian 1a, merupakan akad antara PJPK dengan SPV. Salah satu akad yang bisa dipilih

adalah Istishna’ dengan rukun sebagai berikut:

a. Pembeli: SPV (sebagai Project Company)

b. Penjual: PLN

c. Objek akad : pembangkit

Page 35: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

35

d. Spesifikasi objek akad

e. Harga

f. Periode kontrak

Syarat akad ini adalah:

a. Spesifikasi dan harga objek akad ditentukan dalam akad.

b. Periode kontrak harus jelas dan dituangkan dalam akad.

c. Adanya pengalihan hak kepemilikan setelah periode kontrak selesai

Sementara itu, hak dan kewajiban yang timbul dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1: Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian 1a Istishna

Hak/Kewajiban PT PLN (Penjual) SPV sebagai Project Company

(Pembeli)

Hak • Berhak memperoleh

pembayaran dari Project

Company atas pembangkit

listrik yang dihasilkan.

• Berhak memperoleh

pembangkit listrik yang

dihasilkan oleh PT PLN.

• Apabila PLN wanprestasi

(kesalahan PLN) atau pun

adanya risiko politik, berhak

memperoleh pembangkit

listrik

Kewajiban • Menyediakan pembangkit

listrik dan menjualnya kepada

Project Company

• Mendesain, membangun,

mengkonstruksikan

pembangkit listrik sesuai

dengan Project Description

yang ditentukan di dalam

PPA.

• Mengusahakan perolehan

pembiayaan (financing) untuk

• Membeli pembangkit listrik

yang telah disediakan oleh

PLN dalam bentuk

Availability Payment [terdiri

atas Capacity Payment dan

Energy Payment selama

periode yang ditentukan di

dalam PPA (“Periode PPA”)

dengan tepat waktu.

Pembayaran ini dilakukan

secara bulanan (monthly

Page 36: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

36

konstruksi pembangkit listrik

sesuai waktu yang telah

ditentukan (12 bulan) sejak

tanda tangan PPA

payment)

• PLN akan membeli proyek

apabila karena kesalahan

PLN / adanya risiko politik

menyebabkan terjadinya

terminasi PPA

• Pada akhir Periode PPA,

PT PLN akan membeli

pembangkit pada suatu

tingkat harga yang

disepakati.

Selain dengan Istishna’, dapat juga digunakan akad Ijarah dengan rukun:

a. Pemilik: SPV (sebagai Project Company)

b. Penyewa: PLN

c. Objek akad : energi listrik

d. Spesifikasi objek akad

e. Harga

f. Periode kontrak.

Syarat dalam akad Ijarah ini adalah:

a. Spesifikasi dan harga objek akad ditentukan dalam akad.

b. Periode kontrak harus jelas dan dituangkan dalam akad.

c. Adanya pengalihan hak kepemilikan setelah periode kontrak selesai untuk kontrak Ijarah

Muntahiyah Bit Tamlik.

Page 37: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

37

Sementara itu, hak dan kewajiban yang timbul dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2: Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian 1a Ijarah

Hak/Kewajiban PT PLN (Penyewa) SPV sebagai Project Company

(Pemilik)

Hak • Berhak memperoleh listrik

yang dihasilkan oleh Project

Company.

• Berhak memperoleh

pembayaran atas listrik yang

dihantarkan kepada PT PLN

dalam bentuk Availability

Payment yang dibayarkan

secara bulanan (monthly

payment).

• Apabila terjadi terminasi PPA

yang disebabkan oleh PLN

wanprestasi (kesalahan PLN)

atau pun adanya risiko politik,

berhak memperoleh

pembayaran dalam bentuk

terminasi payment

Kewajiban • Membayar listrik yang telah

dihantarkan /dihasilkan oleh

Project Company dalam

bentuk Availability Payment

[terdiri atas Capacity Payment

dan Energy Payment] selama

periode yang ditentukan di

dalam PPA (“Periode PPA”)

dengan tepat waktu.

Pembayaran ini dilakukan

secara bulanan (monthly

payment)

• PLN akan membeli proyek

apabila karena kesalahan

• Menghasilkan listrik dan

menjualnya kepada PT PLN

• Melakukan pengoperasian

dan pemeliharan pembangkit

selama Periode PPA.

Page 38: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

38

PLN / adanya risiko politik

menyebabkan terjadinya

terminasi PPA

• Pada akhir Periode PPA, PT

PLN akan membeli

pembangkit pada suatu

tingkat harga yang disepakati.

Perjanjian 1b, merupakan Perjanjian antara PJPK dengan PII/MDA dengan berlandaskan

pada akad Kafalah bil Ujrah dengan rukun sebagai berikut:

a. Pihak Penjamin (Kafiil) : PT.PII/MDA

b. Pihak yang Dijamin (Ashiil, Makfuul ‘anhu) : PJPK

c. Pihak yang Menerima Jaminan (Makfuul Lahu) : Project Company

d. Obyek Penjaminan (Makful Bihi) : Proyek Pengadaan Energi Listrik

dan Pembangkit

Syaratnya adalah:

a. Merupakan tanggungan pihak yang berutang, baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan.

b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.

c. Harus merupakan piutang mengikat (lazim), yang tidak mungkin hapus kecuali setelah

dibayar atau dibebaskan.

d. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.

e. Tidak bertentangan dengan syari’ah (diharamkan).

Hak dan kewajiban yang timbul adalah:

Tabel 3: Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian 1b Kafalah bil Ujrah

Hak/Kewajiban PT PII / MDA SPV sebagai Project

Company

Hak • Memperoleh Imbal Jasa

Penjaminan Infrastruktur

(IJP) yang

• Mengajukan klaim penjaminan

kepada PT PII atas terjadinya

risiko infrastruktur yang

Page 39: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

39

mempertimbangkan :

a) Nilai kompensasi finansial

dan jenis risiko infrastruktur

yang akan dijamin;

b) Biaya yang dikeluarkan untuk

memberikan penjaminan

c) Margin keuntungan yang

wajar

dijamin sesuai tata cara

permohonan klaim

penjaminan

• Memperoleh pembayaran

atas klaim penjaminan yang

diajukan sesuai jangka waktu

dan tata cara pembayaran

klaim penjaminan.

Kewajiban • Melakukan penjaminan

infrastruktur , yang pada

dasarnya adalah menjamin

pemenuhan kewajiban

finansial PT PLN, dalam hal

PT PLN, berdasarkan PPA,

terhadap Risiko Infrastruktur.

Contoh kewajiban finansial

yang dijamin antara lain

adalah monthly payment dan

terminasi payment, yang

terjadi akibat kesalahan dari

PT PLN atau terjadinya risiko

politik.

• Melakukan verifikasi klaim

penjaminan

• Melakukan pembayaran atas

klaim penjaminan sesuai

prosedur dan jangka waktu

yang telah ditentukan.

• Membayar Imbal Jasa

Penjaminan (IJP) kepada PT

PII sesuai tarif yang telah

ditentukan.

• Membuat Risk Mitigation Plan

untuk mencegah terjadinya

risiko dan mengurangi

dampaknya apabila terjadi.

Page 40: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

40

c. Skema Perjanjian Funding:

Perjanjian 2a, merupakan akad kerjasama Musyarokah antara Sponsor dengan SPV, dimana

kedua belah pihak secara bersama-sama menanamkan equity dan melakukan kerjasama

operasi untuk mengerjakan kontrak berupa fuel supplier, EPC contractor atau O&M contractor.

Adapun rukun dalam akad Musyarokah adalah:

a. Pihak yang berakad:

b. Sponsor dan PC sebagai Syari’ (Mitra)

c. Hishshah adalah porsi atau bagian syari’ dalam kekayaan musyarakah.

d. Keuntungan /kerugian berupa profit /loss distribution

e. Kegiatan usaha adalah pengadaan pengadaan energi &/ pembangkit listrik.

f. Akad/ijab-qabul (dokumen perjanjian).

Syarat yang diperjanjikan adalah:

a. Modal berbentuk uang tunai, atau asset lainnya yang dapat dinilai dengan uang, dalam

jumlah tertentu yang disepakati oleh kedua pihak.

b. Profit and Loss distribution harus jelas yang diambilkan dari keuntungan kegiatan

usaha.

c. Pembagian tugas dan wewenang harus dijelaskan dalam kontrak

d. Keuntungan / Kerugian

i. Keuntungan /kerugian harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan

perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian

musyarakah.

ii. Keuntungan / kerugian harus dibagi sesuai proporsi masing-masing pihak

e. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

Hak dan kewajiban Sponsor serta Project Company diutarakan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4: Hak dan Kewajiban Sponsor dan Project Company dalam Penjanjian 3a

Hak/ Kewajiban Sponsor Project Company

1. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan.

2. setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

3. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah .

Page 41: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

41

4. Setiap mitra mempunyai wewenang yang sama untuk

mengelola aset.

5. Salah satu mitra tidak diizinkan menggunakan dana untuk

kepentingannya sendiri.

6. Salah satu mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan

melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu

diberikan kepadanya.

Perjanjian 2b, merupakan akad pinjaman Investor/Lenders kepada Project Company

berdasarkan akad Mudharabah dengan rukun:

a. Pemilik Modal (Rabbul Mal) : Investor/Lender

b. Peminjam (Mudharib) : Project Company

c. Modal bisa dari pinjaman langsung atau penerbitan sukuk.

d. Kegiatan usaha: pengadaan pembangkit &/ energi listrik.

e. Keuntungan berupa return distribution

f. Akad/ijab-qabul (dokumen perjanjian)

Syarat perjanjian:

a. Modal berbentuk uang tunai dalam jumlah tertentu yang diserahkan kepada project

company.

b. Return distribution harus jelas yang diambilkan dari keuntungan kegiatan usaha.

c. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.

d. Tidak bertentangan dengan syari’ah (diharamkan).

Terkait akad ini, hak dan kewajiban adalah:

Tabel 5: Hak dan Kewajiban Investor/Lender dan Perjanjian 3b

Hak/Kewajiban Lender/Investor Project Company

Hak • Memperoleh return distribution

yang disepakati dari

penyediaan dana yang

• Menerima sejumlah dana

yang disepakati untuk

pembangunan pembangkit

Page 42: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

42

diberikan kepada Project

Company sehubungan

dengan pembangunan

pembangkit listrik.

listrik

Kewajiban • Menyediakan sejumlah dana

yang disepakati untuk

pembangunan pembangkit

listrik

• Tidak terlibat dalam

pengelolaan/manajemen

Project Company.

• Melakukan pembinaan dan

pengawasan.

• Menanggung semua kerugian

kecuali karena kelalaian

Project Company

• Membayarkan return

distribution sesuai

kesepakatan kepada

Investor/Lender.

Page 43: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

43

d. Kendala Pengembangan KPS Syariah untuk PLTU

Proyek PLTU umumnya merupakan proyek besar. Proyek yang dikerjasamakan dengan skema

KPS memang harus besar agar sebanding dengan biaya penyiapan proyek. Proporsi biaya

penyiapan proyek KPS akan menjadi sangat besar sehingga menjadi tidak wajar dibandingkan

dengan total biaya proyek.

Namun, proyek yang akan memanfaatkan dana syariah tidak boleh terlalu besar karena akan

menemui beberapa kendala. Kendala pertama timbul dari sifat pendanaannya yang berupa

project finance dimana sebagian besar dana pembangunan proyek berasal dari hutang. Dalam

banyak kasus, hutang yang dilibatkan memerlukan tenor jangka panjang yaitu 20-30 tahun.

Jangka waktu yang panjang tersebut menimbulkan risiko yang cukup tinggi bagi pemberi

pinjaman. Banyak kemungkinan yang dapat terjadi sehingga meningkatkan ketidakpastian

selama periode pinjaman. Untuk memitigasi duration risk ini, lembaga keuangan konvensional

menggunakan instrumen asuransi keuangan dan produk derivatif.

Sementara itu, terdapat pendapat ulama yang mengharamkan asuransi keuangan dimana

premi dibayar secara periodik dan pihak tertanggung akan menerima kompensasi apabila

menderita kerugian. Hal ini memungkinkan bagi Pihak Tertanggung untuk menerima uang yang

sangat besar setelah membayar premi yang hanya beberapa bulan. Sebaliknya, Pihak

tertanggung dapat mengalami kerugian karena mengeluarkan uang untuk pembayaran premi

tiap bulan tetapi tidak mendapatkan kompensasi apapun dari perusahaan asuransi.

Pada sisi lain, asuransi syariah untuk untuk hal ini belum banyak tersedia di pasar. Hal ini

karena pihak asuransi syariah juga mempunyai kendala yang sama dalam memitigasi risikonya.

Sementara itu, penggunaan instrumen derivatif belum dimungkinkan secara syariah. Alasan

utama pelarangan penggunaan instrument derivative ini adalah karena derivative mengandung

gharar. Derivatif seperti forward, dan futures mengandung gharar karena obyek yang dijual

belum tentu ada dan tersedia pada saat penjualan harus dilakukan.

Page 44: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

44

Perbankan Islam juga tidak diijinkan untuk melakukan leverage, yaitu dengan mencari hutang

untuk mendapatkan likuiditas yang diperlukan untuk melakukan pembiayaan jangka panjang

(Camacho, 2005). Kesulitan-kesulitan di atas membuat pihak lembaga keuangan syariah

enggan untuk menyalurkan pembiayaan jangka panjang (lebih dari 10 tahun).

Hambatan lainnya terkait dengan keterbatasan sumber dana. Hal ini dapat diakibatkan dari sifat

jangka pendek pendanaan syariah, namun dapat juga akibat dari kurangnya pengetahuan atas

skema syariah. Sebagian perbankan konvensional enggan untuk masuk dalan skema

pendanaan secara syariah karena adanya kemungkinan untuk mengeluarkan biaya tambahan

sebagai compliance cost.

Selain itu, isu akuntansi dan pencatatan juga berpengaruh. Sedikitnya standar akuntansi untuk

skema syariah mengakibatkan tambahan biaya biaya transaksi dan ketidakpastian. Terakhir,

hambatan pendanaan syariah untuk proyek infrastrukur adalah terkait dengan isu

ketidakpastian. Pemerintah, investor, dan lembaga keuangan dapat mempunyai interprestasi

yang berbeda terhadap sebuah permasalahan syariah.

Proyek pembiayaan PLTU dapat menemui kendala-kendala di atas. Untuk mengatasi hal

tersebut, perlu dibatasi skala PLTU yang akan dikerjasamakan dengan skema KPS Syariah.

Biaya pembangunan PLTU tersebut tidak boleh sangat besar sehingga akan menyulitkan

pendanaan. Skalanya juga tidak terlalu kecil, mengingat biaya penyiapan proyek KPS Syariah

tidak akan kecil.

4. Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini Hidro

Alternatif solusi yang dapat diambil adalah membangun pembangkit listrik yang membutuhkan

biaya yang tidak tinggi. Salah satu contohnya adalah membangun Pembangkit Listrik Mini Hidro

(PLTM).

a. Gambaran Singkat PLTM

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan

karena berasal dari energi yang terbarukan. Hampir tidak ada polusi yang dihasilkan dalam

konversi aliran air menjadi listrik sehingga secara syariah lebih baik.

Page 45: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

45

Lebih lanjut, berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi

Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Indonesia

dianugerahi potensi sumber daya air yang sangat besar. Per 19 Maret 2011, potensi sumber

daya air di Indonesia mencapai 75.000 MW. Namun, hingga saat ini baru sekitar 5% yang

dikembangkan.

Gambar 3: Perkembangan Kapasitas PLTA di Indonesia

Sumber: Kementerian ESDM, 2011

Berdasarkan kapasitasnya, PLTA dibedakan menjadi lima jenis, yaitu PLTA Pica Hidro, PLTA

Micro Hidro, PLTA Mini Hidro, PLTA Kecil dan PLTA Besar: Semakin besar kapasitas PLTA,

maka semakin besar biaya pembangunannya. Biaya pembangunan pembangkit ini masih

dalam skala ratusan milyar rupiah, bahkan dalam banyak kasus tidak sampai menyentuh angka

dua milyar rupiah

Tabel 6: Jenis PLTA4

Jenis Daya Listrik

PLTA Pico Hidro s.d. < 100 kW

PLTA Micro Hidro 100 – 1.000 kW

PLTA Mini Hidro 1.000 – 10.000 kW

PLTA Kecil 10.000 – 25.000 kW

PLTA Besar > 25.000 kW

4 http://www.listriktenagaair.com/PembangkitListrik.htm

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Kapasitas Terpasang 4199,3 3112,6 3155,2 3167,9 3199,7 3224,3 3532,5 3512,9 3691,3 3695,5 3709,6

3.000

3.200

3.400

3.600

3.800

4.000

4.200

4.400

MW

Page 46: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

46

Berdasarkan hasil penelusuran Tim, ditemukan beberapa proyek PLTA Mini Hidro yang telah

menggunakan skema pembiayaan syariah. Salah satu pengembang PLTA tersebut adalah PT.

Bersaudara Simalungun Energy (BSE) yang telah menggunakan pinjaman dari bank syariah

untuk pembangunan PLTM Silau I dan II.

Kedua pembangkit tersebut masing-masing memerlukan biaya investasi sekitar Rp 150 Milyar.

Sebagian besar pendaan berasal dari Bank Muamalat dengan akad Mudharabah. Akad ini

dipilih oleh Bank Muamalat karena telah berpengalaman dan nyaman dengan akad tersebut.

Dalam akad ini, bank akan mendanai pembangunan pembangkit seperti halnya pembiayaan

Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Bank akan membeli pembangkit untuk kemudian dijual kembali

kepada pengembang dengan ditambahkan keuntungan yang wajar. Namun tetap ada

perbedaan perlakuan dengan kredit konsumen seperti KPR. Dalam KPR, nasabah harus

membayar cicilan tiap bulan, tanpa memperhatikan kondisi financial nasabah. Sedangkan

dalam pembiayaan pembangkit listrik, nasabah tidak membayar cicilan apabila pengembang

tidak menerima pendapatan.

b. Pembagian Risiko

Secara umum, cara kerja pembangkitan listrik pada PLTMH dapat dilihat pada gambar 4. Mula-

mula sebagian aliran air sungai dibelokkan melalui saluran pembawa (water way) utuk

kemudian ditampung pada Bak Penenang. Dari Bak Penenang, air kemudian diluncurkan dalam

Pipa Pesat. Arus air kencang dari Pipa Pesat tersebut kemudian diarahkan menuju Turbin Air

yang berada di Rumah Pembangkit (power house). Di Rumah Pembangkit inilah, terjadi

korversi energi dari energi gerak menjadi energi listrik oleh Turbin dan Generator. Setelah

memutar Turbin, air kemudian dikembalikan ke sungai melalui Saluran Pembuang.

Page 47: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

47

Gambar 4: Skema PLTMH

Sumber: Paisey, 2009

Saluran pembawa umumnya berupa saluran terbuka, sedangkan pada umumnya PLTM

berlokasi di daerah dataran tinggi. Pembuatan saluran tersebut juga dilakukan dengan menata

kontur tanah yang berbukit-bukit, sehingga dalam beberapa kasus hal tersebut laksana

“membelah” gunung. Kondisi tersebut membuat Saluran Pembawa terekspos pada risiko tanah

longsor. Tanah longsor dapat berdampak besar apabila tanah longsor tersebut menutupi jalan

air sehingga air tidak dapat mengalir ke Rumah Pembangkit dan menghasilkan listrik.

Peristiwa tersebut pernah terjadi pada salah satu PLTM milik BSE. Akibatnya, selama tiga bulan

pembangkit milik BSE tersebut tidak dapat menghasilkan listrik. Karena listrik dibayar apabila

disalurkan kepada PT. PLN (Persero), maka selama periode perbaikan saluran, BSE tidak

menerima penghasilan. Pada sisi lain, BSE harus menambah pengeluaran untuk biaya

perbaikan saluran dan membaran cicilan hutang Bank Muamalat.

Namun, pada saat terjadi longsor, Bank Muamalat tidak menagih cicilan hutang BSE. Bank

Muamalat terekspos pada risiko keterlambatan pembayaran, bahkan gagal bayar sampai

dengan pembangkit listrik tersebut dapat beroperasi dan dapat menjual listrik kepada PLN. Hal

ini tidak akan ditemui pada skema pinjaman pada bank konvensional. Bank konvensional akan

tetap menagih cicilan hutang, ketika longsor terjadi.

Page 48: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

48

c. Analisis Syariah

Secara syariah, pemberian pinjaman dengan akad mudarabah telah mengantongi restu dari

Dewan Syariah Nasional, sehingga bisa dikatakan telah memenuhi kaidah syariah. Apabila

bank masuk di sisi lender syariah biasanya hanya diuji pada pada skema pinjaman antara bank

dan nasabah. Lain halnya jika bank/lender masuk sebagai project sponsor.

Apabila bank masuk sebagai project sponsor, maka semua akad dalam pembangunan

pembangkit tersebut, dari awal sampai akhir, tidak boleh melanggar ketentuan syariah. Kontrak-

kontrak yang dijalankan tidak boleh melanggar asas maysir, gharar, dan riba.

Sementara itu, proyek PLTM dibangun berdasarkan data studi kelayakan. Data studi kelayakan

tersebut umumnya mencantumkan lokasi, hidrologi, dan kapasitas pembangkit. Namun tidak

banyak studi pendahuluan PLTP yang mencantumkan hasil studi geologi, kontur tanah, dan

jenis/tipe tanah. Hal ini mengakibatkan risiko atas longsor tidak dapat diketahui pada saat

penandatanganan harga listrik sehingga pembangunan pembangkit listrik dapat mengandung

unsur gharar.

d. Kendala

Proyek PLTM umumnya tidak dilelang menurut harga terendah. Pemerintah telah mematok

harga untuk pembangkit listrik skala kecil dengan sumber energi terbarukan. Sementara itu,

skema KPS hanya dapat dilakukan jika pengadaan pembangkit tenaga listrik dilakukan

berdasarkan harga terendah. Lebih lanjut, penjaminan yang diberikan oleh PT. Penjaminan

Infrastruktur Indonesia (PII) juga hanya dapat diberikan apabila pengadaan pengembang

dilalukan secara kompetitif dan transparan serta berdasarkan harga terendah.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Alternatif berikutnya yang dapat diambil adalah dengan melakukan pembangunan PLTP. Biaya

pembangunan PLTP secara umum lebih mahal daripada PLTU dan PLTM, namun harga

tersebut dapat menjadi lebih rendah apabila didukung oleh kebijakan fiskal yang sesuai.

a. Gambaran Singkat PLTP

Indonesia memnpunyai potensi panas bumi (geothermal) terbesar di dunia. Sekitar 40% potensi

panas bumi dunia ada di Indonesia. Ironisnya baru sekitar 4% atau 1.192 MW yang

Page 49: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

49

dikembangkan. Untuk mempercepat pengembangan PLTP, pemerintah telah mengeluarkan

program percepatan 10.000 MW Tahap II yang sebaian besar bersumber dari panas bumi.

Bagan pembangkitan listrik dari panas bumi dapat dilihat pada Error! Reference source not

found.. Pertama-tama, uap dari perut bumi dipisahkan dari air dengan menggunakan separator.

Uap dari separator tersebut kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin. Energi kinetis

dari generator lalu dikonversi menjadi listrik dengan mengunakan generator untuk kemudian

disalurkan ke kabel tensmisi listrik.

Tabel 7: Sistem PLTP

Sumber: Ramdani, 2012

Setelah digunakan untuk memutar turbin, uap dan air kemudian didinginkan. Uap dan air

tersebut dapat juga dimanfaatkan untuk pemakaian langsung (direct use) sebagai pengering

produk pertanian dan lains ebagainya. Uap dan air yang teloah dingin kemudian dikembalikan

ke dalam perut bumi. Hal inilah yang membuat listrik PLTP menjadi energi yang terbarukan.

b. Analisis Risiko

Selama ini lelang PLTP dilakukan berdasarkan lelang WKP Panas Bumi. Lelang ini bedasarkan

data atas permukaan dan menghasilkan harga listrik. Lelang tidak dilakukan dengan

mempertimbangkan data bawah permukaan.

Page 50: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

50

Kondisi di atas, mengakibatkan pengembang menghadapi ketidakpastian cadangan.

Pengembang dapat menemui cadangan panas bumi lebih rendah daripada yang diperkirakan.

Bahkan pengembang bisa saja tidak menemukan cadangan sumber daya.

Sebagai gambaran, biaya pengeboran satu titik sekitar USD 6-7 juta. Apabila pengembang

menemukan sumur kering (dry holes) pada dua lubang pengeboran awal, maka kerugiannya

mencapai USD 12-14 juta.5

Sebagaimana dikemukakan di atas, pelelangan panas bumi tidak disertai dengan data

pengeboran. Pada sisi lain, lelang panas bumi menghasilkan harga jual listrik sehingga harga

listrik tidak mencerminkan biaya pembangkitan listrik secara akurat.

Biaya Pokok Pembangkitan (BPP) PLTP sangat ditentukan oleh karakteristik uap yang

dihasilkan seperti banyaknya fasa, korosifitas, tekanan, temperature,dan aliran fluida. PLTP

dengan sumber uap kering (satu fasa) akan lebih murah dibandingkan dengan yang

mempunyai dua fasa (uap dan air). Uap yang didominasi dengan air (water dominater) biaya

pembangkitannya lebih besar daripada yang kandungan airnya kecil (steam dominated). Lebih

lanjut, uap yang bertipe korosif dan/atau menimbulkan kerak (scaling) menimbulkan

konsekuensi biaya yang lebih besar dibandingkan yang tidak korosif.

Risiko terbesar dihadapi oleh pengembang risiko ini dihadapi pada saat awal. Risiko ini

kemudian diperhitungkan oleh para pengembang sebagai risk premium yang ditambahkan pada

perhitungan harga. Hal ini mengakibatkan harga listrik panas bumi akan menjadi tinggi. Harga

listrik yang tinggi tersebut kemudian harus diterima oleh PLN6. Oleh PLN, harga tersebut

kemudian diperhitungkan dalam subsidi listrik. Pada akhirnya risiko atas ketidakpastian sumber

daya ditansfer kepada pemerintah.

c. Analisis Syariah

Lelang WKP Panas Bumi yang menghasilkan harga listrik tanpa melihat kondisi reservoir

mengandung unsur yang dilarang oleh syariah yaitu gharar. Ini sesuai dengan perkara gharar

yang dicontohkan oleh Professor Mahmoud Amin El-Gamal dari Rice University memberikan

contoh terkait gharar: “Prohibition of (gharar) pertains to a person paying a fixed price for

5 Kegagalan dua titik bor dialami oleh PT. Pertamina Geothermal Energi pada saat eksplorasi WKP

Kotamubagu. 6 Harga lelang listrik PLTP ditentukan oleh panitia lelang yang diketuai oleh pemerintah kabupaten/kota,

provinsi atau Kementerian ESDM berdasarkan kewenangan. PLN sebagai pembeli listrik tidak dilibatkan dalam pelelangan tetapi harus menerima berapa pun harga yang dihasilkan.

Page 51: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

51

whatever a diver may catch on his next dive. In this case, he does not know what he is paying

for.7”

Bagi pengembang, mengikuti pelelangan tanpa mengetahui kondisi reservoir akan membawa

pengembang kepada unsur maysir. Pengembang laksana sedang berjudi, apabila beruntung

pengembang akan mendapatkan sumber daya yang bagus, dan akan rugi jika mendapatkan

sumber daya yang tidak baik.

d. Kendala

Unsur gharar dan maysir di atas merupakan kendala utama jika pembangunan PLTP dilakukan

berdasarkan skema syariah. Oleh karena itu, kedua unsur tersebut harus dihilangkan sebelum

dilakukan pelelangan. Senada dengan hal di atas, untuk dikerjasamakan dengan pola KPS,

pelelangan harus didasarkan pada data pra-studi kelayakan. Data tersebut tidak dapat

diperoleh tanpa adanya data reservoir.

Kedua permasalahan di atas bermuara pada satu sebab yaitu kurang lengkapnya data yang

dijadikan dasar lelang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah

mengalokasikan Dana Geothermal. Dana ini salah satunya dimaksudkan untuk membiayai

eksplorasi panas bumi sebelum dilakukan pelelangan sehingga data cadangan dapat diketahui

sebelum lelang.

Kendala berikutnya terkait dengan pihak yang melelang. Peraturan di bidang panas bumi hanya

mengijinkan lelang dilakukan oleh pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Sementara itu,

peraturan di bidang KPS dan ketenagalistrikan, mengamanatkan PLN sebagai Penanggung

jawab Proyek Kerjasama (PJPK). Kal ini membutuhkan solusi yang tidak merugikan pihak lain

(win-win solution).

7 El- amal, Mahmoud Amin, “A Basic uide to Contemporary Islamic Banking and Finance”, Rice

University, June 2000.

Page 52: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

52

Gambar 5: Skema KPS PLTP

Sebagai jalan tengah, diusulkan skema KPS yang tidak melanggar kedua ketentuan tersebut

(lihat Error! Reference source not found.). Pada skema tersebut, baik pemda maupun PLN

melakukan pelelangan atas PLTP. Pemda akan melelang IUP sedangkan PLN akan melelang

PPA. Agar menghasilkan pemenang lelang yang sama, Pemda dan PLN diikat dalam sebuah

Memorandum of Understanding (MOU).

Apabila pelelang telah dilakukan berdasarkan data hasil pengeboran serta lelang dilakukan

Error! Reference source not found., maka pelelangan PLTP secara KPS syariah dapat

dilaksanakan. Apabila ini dijalankan maka proyek PLTP dimaksud berkesempatan untuk

mendapatkan fasilitas tambahan dari pemerintah yaitu Penjaminan Pemerintah melalui PT. PII,

dan dana Viability Gap Fund.

Page 53: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

53

6. Kesimpulan Dan Tindak Lanjut

a. Kesimpulan

Permasalahan yang muncul dalam pembuatan skema proyek KPS dengan pembiayaan yang

syariah comply adalah:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Sifat pendanaan berupa project finance, dana berasal dari hutang dengan tenor jangka

panjang yaitu 20-30 tahun sehingga muncul duration risk

o asuransi keuangan dan

o produk derivative

Keterbatasan sumber dana – sifat jangka pendek pendanaan syariah, namun dapat juga

akibat dari kurangnya pengetahuan atas skema syariah

Akuntansi dan pencatatan – Sedikitnya standar akuntansi untuk skema syariah

mengakibatkan tambahan biaya biaya transaksi dan ketidakpastian.

Ketidakpastian – Pemerintah, investor, dan lembaga keuangan dapat mempunyai

interprestasi yang berbeda terhadap sebuah permasalahan syariah

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dibatasi skala PLTU yang akan dikerjasamakan

dengan skema KPS Syariah. Biaya pembangunan PLTU tersebut tidak boleh sangat

besar sehingga akan menyulitkan pendanaan. Skalanya juga tidak terlalu kecil,

mengingat biaya penyiapan proyek KPS Syariah tidak akan kecil.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini Hidro (PLTM)

Kondisi:

Kapasitas pembangkit berkisar antara 1.000 – 10.000 kW

Salah satu pengembang PLTA dengan pembiayaan syariah adalah PT. Bersaudara

Simalungun Energy (BSE). BSE telah menggunakan pinjaman dari bank syariah untuk

pembangunan PLTM Silau I dan II.

Kedua pembangkit tersebut masing-masing memerlukan biaya investasi sekitar Rp 150

Milyar. Pendaan berasal dari Bank Muamalat dengan akad Mudharabah.

Kendala:

Proyek PLTM umumnya tidak dilelang menurut harga terendah.

Pemerintah telah mematok harga untuk pembangkit listrik skala kecil dengan sumber

energi terbarukan.

Skema KPS hanya dapat dilakukan jika pengadaan pembangkit tenaga listrik dilakukan

berdasarkan harga terendah.

Page 54: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

54

Penjaminan yang diberikan oleh PT. PII juga hanya dapat diberikan apabila pengadaan

pengembang dilakukan secara kompetitif dan transparan serta berdasarkan harga

terendah.

3. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Kondisi:

Indonesia mempunyai potensi panas bumi (geothermal)terbesar di dunia (40%).

Baru sekitar 4% atau 1.192 MW yang dikembangkan.

Lelang PLTP dilakukan berdasarkan lelang WKP Panas Bumi yang tidak disertai dengan

data pengeboran sehingga pengembang menghadapi ketidakpastian cadangan.

Pada sisi lain, lelang panas bumi menghasilkan harga jual listrik sehingga harga listrik

tidak mencermintan biaya pembangkitan listrik secara akurat

Kendala:

Lelang WKP Panas Bumi yang menghasilkan harga listrik tanpa melihat kondisi

reservoir mengandung unsure yang dilarang oleh syariah yaitu gharar.

Agar bisa dikerjasamakan dengan pola KPS, pelelangan harus didasarkan pada data

pra-studi kelayakan. Data tersebut tidak dapat diperoleh tanpa adanya data reservoir

Pihak yang melelang. Peraturan di bidang panas bumi hanya mengijinkan lelang

dilakukan oleh pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Sementara itu, peraturan di

bidang KPS dan ketenagalistrikan, mengamanatkan PLN sebagai Penanggung jawab

Proyek Kerjasama (PJPK).

Berdasarkan pada beberapa pertimbangan kondisi dan kendala di atas serta kelayakan proyek,

kesiapan, kapasitas, dan regulasi KPS yang ada, maka Proyek KPS syariah paling mungkin

untuk segera dijalankan adalah PLTU Skala Menengah dan Kecil dan PLTP.

7. Rekomendasi

Sebagai langkah konkrit implementasi KPS Syariah maka harus harus segera dilakukan

bekerjasama dengan PJPK untuk memilih Pilot Project. Namun sebelum dilakukan

pemilihan pilot project perlu dilakukannya presentasi ke Dewan Syariah Nasional untuk

mendapatkan fatwa syariah comply.

Page 55: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

55

DAFTAR PUSTAKA

Camacho, Jasper, 2005. Islamic Financing for Large Infrastructure Projects International

Financial Management, Section 1 Fall 2005.

El- amal, Mahmoud Amin, 2000. “A Basic uide to Contemporary Islamic Banking and

Finance”, Rice University.

Fourys Yudo Setiawan Paisey, 2009. Desain dan Rancang Bangun Kontrol Beban Elektronik

pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro,Tesis, Magister Program Studi Sistem

Teknik Konsentrasi Mikrohidro Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik

Republik Indonesia,1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

-------------------------, 2003. Undang-undang nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi.

-------------------------, 2009. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.

-------------------------, 2005. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005

tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

-------------------------, 2010. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2010

tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

-------------------------, 2011. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2011

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 tentang

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

-------------------------, 2010. Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2010 tentang Penjaminan

Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang

Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.

-------------------------, 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan

Usaha Panas Bumi.

Page 56: Oleh: Brahmantio Isdijoso dan Widodo Ramadyanto dana halal... · Memanfaatkan Dana Halal untuk Membiayai Pembangunan Infrastruktur di Indonesia1 Oleh: Brahmantio Isdijoso2 dan Widodo

56

-------------------------, 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Penyertaan

Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di

Bidang Penjaminan Infrastruktur.

-------------------------, 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

Kementerian Keuangan, 2010. Peraturan Menteri Keuangan nomor 260 tahun 2010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah

Dengan Badan Usaha.

Majelis Ulama Indonesia, 2000. Fatwa DSN MUI Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

-------------------------, 2000. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: /DSN-MUI/IV/2000 tentang

Kafalah.

-------------------------, 2000. Fatwa DSN MUI Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Musyarakah

http://www.listriktenagaair.com/PembangkitListrik.htm diakses pada

http://husnawalahir.blogspot.com/2012/01/pembangkit-listrik-tenaga-panas-bumi.html diakses

pada