oktavira -...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK
PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH
ANGGOTA MILITER
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
OKTAVIRA 502016361
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
2020
ii
iii
iv
ABSTRAK
PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA MILITER
Oleh
OKTAVIRA
Anggota militer secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam
bahasa Yunani adalah orang yang bersenjata siap untuk bertempur, orang-orang
ini terlatih dari tantangan untuk menghadapi musuh, sedangkan ciri-ciri militer
sendiri mempunyai organisasi teratur, pakaiannya seragam, disiplinnya tinggi,
mentaati hukum yang berlaku dalam perperangan. Apabila ciri-ciri ini tidak
dimuliki atau dipenuhi, maka itu bukan militer, melainkan itu suatu gerombolan
bersenjata
Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah penerapan
sanksi pidana pada kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota
militer? Dan Apakah akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak
pidana pembunuhan?. Jenis penelitian hukum ini adalah penelitian hukum
sosiologis yang bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan.
Sejalan dengan judul dan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa : Penerapan sanksi pidana pada kasus tindak
pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer apabila anggota TNI
terlibat melakukan tindak pidana pembunuhan, maka ia dapat dipidana dengan
pidana menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan diperberat dengan
ditambahan hukuman sepertiga dari ancaman KUH Pidana.Akibat hukum
terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak pidana pembunuhan, selain dapat
dijauti sanksi pidana sebagaimana yang ditetapkan dalam KUH Pidana juga dapat
dijatuhi hukuman menurut KUH Pidana Militer yang dapat disertai dengan
penjatuhan pidana yang disertai pemecatan dari keanggotaannya.
Kata Kunci : Tindak Pidana Pembunuhan, Anggota Militer.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, serta
sholawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw., karena atas rahmat dan nikmat
Nya jualah skripsi dengan judul : PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA
KASUS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH
ANGGOTA MILITER.
Dengan segala kerendahan hati diakui bahwa skripsi ini masih banyak
mengandung kelemahan dan kekurangan. semua itu adalah disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis, karenanya mohon dimaklumi.
Kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap:
1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang beserta jajarannya;
2. Bapak Nur Husni Emilson, SH, SpN, MH., Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang beserta stafnya;
3. Bapak/Ibu Wakil Dekan I, II, III dan IV, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH selaku Ketua Prodi Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
vi
5. Ibu Luil Maknun, SH, MH. Selaku Pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini;
6. Bapak H. Zulfikri Nawawi, SH, MH, selaku Pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang;
8. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku terkasih.
Semoga segala bantuan materil dan moril yang telah menjadikan skripsi
ini dapat selesai dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
ujian skripsi, semoga kiranya Allah Swt., melimpahkan pahala dan rahmat kepada
mereka.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Palembang, Pebruari 2020
Penulis,
OKTAVIRA
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ii
PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI........................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI........................... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... v
ABSTRAK………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………....…................................ 1
B. Permasalahan …………………………………........…...... 6
C. Ruang Lingkup dan Tujuan …………………………........ 6
D. Defenisi Konseptual ........................................................... 7
E. Metode Penelitian.......……………………….………........ 8
F. Sistematika Penulisan......................................................... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hukum Pidana .......................................................... 11
B. Pembagian hukum Pidana .......................................................... 18
C. Sifat Hukum Pidana .................................................................... 22
D. Pengertian Penyidikan dan Penyidikan dalam TNI AD….. 25
E. Pengertian dan Sejarah TNI AD ................................................. 27
viii
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan sanksi pidana pada kasus tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer .................. 32
B. Akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat
tindak pidana pembunuhan. ..................................................... 39
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………… 47
B. Saran-saran……………………………………………... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penegakan hukum menurut R. Atang Ranoemihardja adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar dalam kaidah-kaidah atau
pandangan-pandangan nilai yang mantap, mengecewakan dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian
pergaulan hidup, baik merupakan tindakan pencegahan maupun tindak
pemberantasan.1
Salah satu ketentuan yang mengatur bagaimana caranya agar aparatur
penegak hukum atau hakim melaksanakan tugas dibidang pemberantasan
adalah Hukum Acara Pidana yang mempunyai tujuan untuk mencari dan
mendapatkan kebenaran materiil.
Purnadi Purbacaraka merumuskan bahwa :
Kebenaran materiil adalah kebenaran selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan
melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan
dan putusan dari pengadilan apakah terbukti bahwa suatu tindakan pidana telah
dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.2
Penyelenggaraan peradilan pidana merupakan mekanisme bekerjanya
aparat penegak hukum pidana seperti mulai dari proses penyelidikan dan
penyidikan yang dilakukan oleh polisi, penangkapan, penutupan yang
1 R. Atang Ranoemihardja, 2001, Hukum Acara Pidana, Tarsito Bandung, hlm 50
2 Purnadi Purbacaraka, 2002, Penegakan Hukum dalam Mensukseskan
Pembangunan, Bina Cipta, Jakarta, hlm 13
2
dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum dan pemeriksaan dilakukan oleh hakim
di sidang pengadilan serta pelaksanaan dilakukan oleh hakim di sidang
pengadilan serta pelaksanaan keputusan pengadilan oleh Jaksa dan Lembaga
Pemasyarakatan dengan diawasi oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan.
Dengan kata lain dikemukakan R. Soesilo bahwa peradilan pidana yaitu
bekerjanya Polisi, Jaksa, Hakim dan petugas Lembaga Pemasyarakatan, yang
berarti pula berprosesnya atau bekerjanya hukum acara pidana.
Pelaksanaan penegakan hukum merupakan suatu kewenangan yang
sistematis dan terintegrasi mulai dari tahap penyidikan, penuntutan, peradilan
oleh pengadilan dan pemasyarakatan. Dari tahap kegiatan dan fungsi-fungsi
dari pelaksanaan kewenangan tersebut maka penelitian ini memfokuskan diri
pada tahapan penyidikan. Karena pada tahap ini timbul persoalan mengenai
siapa atau lembaga mana yang berwenang melakukan penyidikan terhadap
anggota TNI-AD yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika.
Hukum Pidana Militer ditinjau dari sudut justisiabel maka Hukum
Pidana Militer dalam arti materil dan formal adalah bagian dari hukum
positif, yang berlaku bagi justisiabel peradilan militer, yang menentukan dasar-
dasar dan peraturan-peraturan tentang tindakan-tindakan yang merupakan
larangan dan keharusan serta terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana,
yang menentukan dalam hal apa dan bilamana pelanggaran dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang menentukan juga cara
penuntutan, penjatuhan, pidana dan pelaksanaan pidana, demi tercapainya
keadilan dan ketertiban hukum.
3
Dari pengertian tersebut di atas ialah bahwa pengertian itu didasarkan
kepada: terhadap siapa Hukum Pidana tersebut berlaku. Jadi bukan mendasari:
Hukum Pidana apa saja yang berlaku bagi justisiabel tersebut. Dengan kata lain
apabila ditinjau dari sudut justisiabel, dalam hal ini militer dan yang
dipersamakan, maka Hukum Pidana Militer adalah salah satu Hukum Pidana
yang secara khusus berlaku bagi militer dan yang dipersamakan di samping
berlakunya Hukum Pidana lainnya umum dan khusus
Tindak pidana militer yang pada umumnya terdapat pada KUHPM
dapat dibagi dua bagian yaitu :
1. Tindak pidana militer murni zuiver militaire delict
Adalah tindakan-tindakan terlarang/diharuskan yang pada prinsipnya
hanya mungkin dilanggar seorang militer, karena keadaan yang bersifat
khusus atau karena suatu kepentingan militer menghendaki tindakan
tersebut ditentukan sebagai tindak pidana. Disebutkan pada “prinsifnya”,
karena seperti akan ternyata nanti dalam uraian-uraian tindak pidana,
tindak pidana tersebut, ada perluasan subjek militer tersebut. Contoh
tindak pidana militer murni antara lain adalah :
a. Seseorang militer yang dalam keadaan perang dengan sengaja
menyerahkan seluruhnya atau sebagian dari suatu pos yang perkuat
kepada musuh tanpa ada usaha mempertahankannya sebagaimana
dituntut atau diharuskan dari padanya (Pasal 73 KUHPM)
b. Kejahatan disersi (Pasal 87 KUHP)
c. Meninggalkan pos penjagaan Pasal 118) KUHPM
4
2. Tindak pidana militer tidak murni adalah tindakan-tindakan terlarang atau
diharuskan yang pada pokoknya sudah ditentukan dalam perundang-
undangan lain, akan tetapi diatur lagi dalam KUHPM (dalam Undang-
undang Hukum Pidana Militer lainnya) karena adanya sesuatu keadaaan
yang khas militer atau karena adanya sesuatu sifat yang lain, sehingga
diperlukan ancaman pidana yang lebih berat, bahkan mungkin lebih berat
dari ancaman pidana kejahatan semula dengan pemberatan tersebut dalam
Pasal 52 KUHP. Alasan pemberatan tersebut adalah karena ancaman pidana
dalam Undang-undang Hukum Pidana umum itu dirasakan kurang
memenuhi keadilan, mengingat hal-hal khusus yang melekat pada seseorang
militer. Misalnya : seseorang militer dipersenjatai untuk menjaga keamanan,
malahan justru dia mempergunakan senjata tersebut untuk memberontak;
para militer ditempatkan dalam suatu chambre tanpa dibatasi
tembok/dinding karena pada mereka telah dipupukkan rasa korsa atau
(corps gees) akan tetapi justru salah satu dari mereka melakukan pencurian
di chamber tersebut.
Hukum pidana militer adalah ketentuan hukum yang mengatur seorang
militer tentang tindakan-tindakan mana yang merupakan pelanggaran atau
kejahatan atau merupakan larangan atau keharusan dan diberikan ancaman
berupa sanksi pidana terhadap pelanggaran. Hukum Pidana Militer bukanlah
suatu hukum yang mengatur norma. Melainkan hanya mengatur tentang
pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh Prajurit TNI atau yang
menurut ketentuan Undang-undang dipersamakan dengan Prajurit TNI.3
Dalam penerapan Hukum Pidana Militer dipisahkan menjadi Kitab
Undang-undang Hukum Pidana Militer KUHPM sebagai hukum material dan
3 S.R. Sianturi, 2004, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Alumni, Bandung, hlm 18
5
hukum acara pidana militer sebagaimana diataur dalam Undang-undang Nomor
31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer sebagaimana hukum Formal.
Terhadap setiap perbuatan yang merupakan pelanggaran hukum dengan
kategori tindak pidana yang dilakukan oleh Prajurit TNI atau dipersamakan
dengan Prajurit TNI, maka berdasarkan ketentuan Hukum Pidana Militer harus
diproses melalui Pengadilan Militer.
Sebagaimana halnya Hukum Pidana Umum, proses penyelesaian
perkara pidana militer terbagi atas tahapan yang meliputi tahap penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan di Pengadilan Militer dan berakhir dengan proses
eksekusi. Adanya tahapan-tahapan tersebut terkait pula dengan pembagian
tugas dan fungsi dari berbagai institusi dan satuan penegak hukum
dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut :
a. Komandan satuan selaku Ankum dan Papera
b. Polisi Militer sebagai Penyidik
c. Oditur Militer di Pengadilan Militer yang mengadili memeriksa dan
memutus perkara pidana yang dilakukan oleh Prajurit TNI-AD atau yang
dipersamakan dengan TNI menurut Undang-undang.
Berdasarkan hal di atas konsepsi negara hukum beserta sendi-sendinya
membawa konsekuensi adanya keharusan untuk mencerminkan suatu bentuk
kekuatan mengikat bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk militer, sebagai
suatu sub sistem dari masyarakat yang merupakan satu kesatuan yang utuh
melalui aturan-aturan hukum itu sendiri. Jika sesorang melakukan suatu tindak
6
pidana maka orang tersebut harus dihukum sesuai dengan ketentuan pidana
yang telah ditetapkan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji dan menganalisis hal yang bersangkut paut dengan kasus tindak
pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer, untuk maksud
tersebut selanjutnya dirumuskan dalam skripsi ini yang berjudul :
PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA MILITER.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan sanksi pidana pada kasus tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer?
2. Apakah akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak
pidana pembunuhan?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, sehingga sejalan
dengan permasalahan yang dibahas, maka yang menjadi titik berat pembahasan
dalam penelitian ini yang bersangkut paut dengan penerapan sanksi pidana
pada kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan
pengetahuan yang jelas tentang :
1. Penerapan sanksi pidana pada kasus tindak pidana pembunuhan yang
dilakukan oleh anggota militer
7
2. Akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak pidana
pembunuhan
D. Defenisi Konseptual
1. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,metode, dan
hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan
tersusun sebelumnya.4
2. Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah (reward) dan dapat
pula hukuman (pinishment). Sanksi diberikan agar sesuai dengan norma-
norma yang berlaku.5
3. Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat
diartikan sebagai suatu penderitaaan (Nestapa) yang sengaja dikenakan
atau dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan
suatu tindak pidana. Para ahli hukum di Indonesia membedakan istilah
hukuman dengan pidana. Hukum Pidana adalah semua perintah dan
larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu
pidana/Nestapa bagi barang siapa yang tidak mentaatinya. Dan juga
merupakan semua aturan yang ditentukan oleh negara yang berisi syarat-
syarat untuk menjalankan pidana tersebut. Pengertian pidana (Strafbaar
feit) adalah perbuatan yang dilarang oileh suyatu aturan hukum, larangan
mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang
siapa yang melanggar aturan tersebut.6
4. Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa
seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak
4 http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-
kesehatan-dan keselamatan kerja, diakses tanggal 10 Oktober 2019.
5 https://id.Wikipidia.org/wiki/sanksi, diakses tanggal 10 Oktober 2019.
6 http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-
kesehatan-dan keselamatan kerja, diakses tanggal 10 Oktober 2019
8
melawan hukum, misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri,
dan sebagainya.7
5. Anggota militer secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam
bahasa Yunani adalah orang yang bersenjata siap untuk bertempur, orang-
orang ini terlatih dari tantangan untuk menghadapi musuh, sedangkan ciri-
ciri militer sendiri mempunyai organisasi teratur, pakaiannya seragam,
disiplinnya tinggi, mentaati hukum yang berlaku dalam perperangan.
Apabila ciri-ciri ini tidak dimuliki atau dipenuhi, maka itu bukan militer,
melainkan itu suatu gerombolan bersenjata.8
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian
hukum yang dipandang dari sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian
hukum sosiologis, yang bersifat deskriptif atau menggambarkan.
2. Jenis dan Sumber data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terdapat dalam kepustakaan, yang berupa peraturan
perundang-undangan yang terkait, jurnal, hasil penelitian, artikel dan
buku-buku lainnya
Data yang berasal dari bahan-bahan hukum sebagai data utama yang
diperoleh dari pustaka, antara lain :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum yang mempunyai otoritas (authoritatif) yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan, antara lain, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana.
7 http://roda2blog.com/2014/05/27/kenapa-militer -indonesia-ditakut-takuti-
karenapunya-pasukan-para-komando-terbesar-ke-4-di-dunia, diakses tanggal 10 Oktober 2019 8 https://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan, diakses tanggal 10 Oktober 2019
9
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil
penelitian, hasilnya dari kalangan hukum, dan seterusnya.
c. Bahan Hukum Tersier
Mencakup data yang diambil dari kamus-kamus hukum serta kamus
umum lainnya.
Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak Peradilan Militer
wilayah Sumatera Selatan di Palembang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian untuk
mendapatkan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji dan
menelusuri sumber-sumber kepustakaan, seperti literatur, hasil penelitian
serta mempelajari bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan
permasalahannya yang akan dibahas, buku-buku ilmiah, surat kabar,
perundang-undangan, serta dokumen-dokumen yang terkait dalam
penulisan skripsi ini.
4. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari sumber hukum yang dikumpulkan
diklasifikasikan, baru kemudian dianalisis secara kualitatif, artinya
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,
sistematis, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan
10
interprestasi data dan pemahaman hasil analisis. Selanjutnya hasil dari
sumber hukum tersebut dikonstruksikan berupa kesimpulan dengan
menggunakan logika berpikir induktif, yakni penalaran yang berlaku
khusus pada masalah tertentu dan konkrit yang dihadapi. Oleh karena itu
hal-hal yang dirumuskan secara khusus diterapkan pada keadaan umum,
sehingga hasil analisis tersebut dapat menjawab permasalahan dalam
penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
Permasalahan, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian, Defenisi Operasional,
Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang berisikan landasan teori yang
erat kaitannya dengan obyek penelitian, yaitu : Pengertian Hukum Pidana,
Pembagian hukum Pidana, Sifat Hukum Pidana, Pengertian Penyidikan dan
Penyidikan dalam TNI AD, dan Pengertian dan Sejarah TNI AD
Bab III, merupakan pembahasan yang berkaitan dengan Penerapan sanksi
pidana pada kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota
militer dan Akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak pidana
pembunuhan.
Bab IV berisikan Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Purnadi Purbacaraka, 2002, Penegakan Hukum dalam Mensukseskan
Pembangunan, Bina Cipta, Jakarta.
R. Atang Ranoemihardja, 2001, Hukum Acara Pidana, Tarsito Bandung.
S.R. Sianturi, 2004, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Alumni, Bandung
Intertnet :
http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-
kesehatan-dan keselamatan kerja,
https://id.Wikipidia.org/wiki/sanksi,
http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-
kesehatan-dan keselamatan kerja
http://roda2blog.com/2014/05/27/kenapa-militer-indonesia-ditakut-takuti-
karenapunya-pasukan-para-komando-terbesar-ke-4-di-dunia.
https://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan,
Perundang-undangan :
Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana; Undang-
undang Nomor 49 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman