oktavira -...

19
PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA MILITER SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Oleh : OKTAVIRA 502016361 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM 2020

Upload: others

Post on 19-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

i

PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK

PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH

ANGGOTA MILITER

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

OKTAVIRA 502016361

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS HUKUM

2020

Page 2: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

ii

Page 3: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

iii

Page 4: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

iv

ABSTRAK

PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA MILITER

Oleh

OKTAVIRA

Anggota militer secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam

bahasa Yunani adalah orang yang bersenjata siap untuk bertempur, orang-orang

ini terlatih dari tantangan untuk menghadapi musuh, sedangkan ciri-ciri militer

sendiri mempunyai organisasi teratur, pakaiannya seragam, disiplinnya tinggi,

mentaati hukum yang berlaku dalam perperangan. Apabila ciri-ciri ini tidak

dimuliki atau dipenuhi, maka itu bukan militer, melainkan itu suatu gerombolan

bersenjata

Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah penerapan

sanksi pidana pada kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota

militer? Dan Apakah akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak

pidana pembunuhan?. Jenis penelitian hukum ini adalah penelitian hukum

sosiologis yang bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan.

Sejalan dengan judul dan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan

di atas, dapat disimpulkan bahwa : Penerapan sanksi pidana pada kasus tindak

pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer apabila anggota TNI

terlibat melakukan tindak pidana pembunuhan, maka ia dapat dipidana dengan

pidana menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan diperberat dengan

ditambahan hukuman sepertiga dari ancaman KUH Pidana.Akibat hukum

terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak pidana pembunuhan, selain dapat

dijauti sanksi pidana sebagaimana yang ditetapkan dalam KUH Pidana juga dapat

dijatuhi hukuman menurut KUH Pidana Militer yang dapat disertai dengan

penjatuhan pidana yang disertai pemecatan dari keanggotaannya.

Kata Kunci : Tindak Pidana Pembunuhan, Anggota Militer.

Page 5: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, serta

sholawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw., karena atas rahmat dan nikmat

Nya jualah skripsi dengan judul : PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA

KASUS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH

ANGGOTA MILITER.

Dengan segala kerendahan hati diakui bahwa skripsi ini masih banyak

mengandung kelemahan dan kekurangan. semua itu adalah disebabkan masih

kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis, karenanya mohon dimaklumi.

Kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap:

1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang beserta jajarannya;

2. Bapak Nur Husni Emilson, SH, SpN, MH., Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang beserta stafnya;

3. Bapak/Ibu Wakil Dekan I, II, III dan IV, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang;

4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH selaku Ketua Prodi Hukum Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang.

Page 6: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

vi

5. Ibu Luil Maknun, SH, MH. Selaku Pembimbing I dalam penulisan skripsi

ini;

6. Bapak H. Zulfikri Nawawi, SH, MH, selaku Pembimbing II dalam penulisan

skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Palembang;

8. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku terkasih.

Semoga segala bantuan materil dan moril yang telah menjadikan skripsi

ini dapat selesai dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh

ujian skripsi, semoga kiranya Allah Swt., melimpahkan pahala dan rahmat kepada

mereka.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Palembang, Pebruari 2020

Penulis,

OKTAVIRA

Page 7: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ii

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI........................................................ iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI........................... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... v

ABSTRAK………………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI............................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………....…................................ 1

B. Permasalahan …………………………………........…...... 6

C. Ruang Lingkup dan Tujuan …………………………........ 6

D. Defenisi Konseptual ........................................................... 7

E. Metode Penelitian.......……………………….………........ 8

F. Sistematika Penulisan......................................................... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Pidana .......................................................... 11

B. Pembagian hukum Pidana .......................................................... 18

C. Sifat Hukum Pidana .................................................................... 22

D. Pengertian Penyidikan dan Penyidikan dalam TNI AD….. 25

E. Pengertian dan Sejarah TNI AD ................................................. 27

Page 8: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

viii

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan sanksi pidana pada kasus tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer .................. 32

B. Akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat

tindak pidana pembunuhan. ..................................................... 39

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………… 47

B. Saran-saran……………………………………………... 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penegakan hukum menurut R. Atang Ranoemihardja adalah kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar dalam kaidah-kaidah atau

pandangan-pandangan nilai yang mantap, mengecewakan dan sikap tindak

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian

pergaulan hidup, baik merupakan tindakan pencegahan maupun tindak

pemberantasan.1

Salah satu ketentuan yang mengatur bagaimana caranya agar aparatur

penegak hukum atau hakim melaksanakan tugas dibidang pemberantasan

adalah Hukum Acara Pidana yang mempunyai tujuan untuk mencari dan

mendapatkan kebenaran materiil.

Purnadi Purbacaraka merumuskan bahwa :

Kebenaran materiil adalah kebenaran selengkap-lengkapnya dari suatu

perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur

dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan

melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan

dan putusan dari pengadilan apakah terbukti bahwa suatu tindakan pidana telah

dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.2

Penyelenggaraan peradilan pidana merupakan mekanisme bekerjanya

aparat penegak hukum pidana seperti mulai dari proses penyelidikan dan

penyidikan yang dilakukan oleh polisi, penangkapan, penutupan yang

1 R. Atang Ranoemihardja, 2001, Hukum Acara Pidana, Tarsito Bandung, hlm 50

2 Purnadi Purbacaraka, 2002, Penegakan Hukum dalam Mensukseskan

Pembangunan, Bina Cipta, Jakarta, hlm 13

Page 10: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

2

dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum dan pemeriksaan dilakukan oleh hakim

di sidang pengadilan serta pelaksanaan dilakukan oleh hakim di sidang

pengadilan serta pelaksanaan keputusan pengadilan oleh Jaksa dan Lembaga

Pemasyarakatan dengan diawasi oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan.

Dengan kata lain dikemukakan R. Soesilo bahwa peradilan pidana yaitu

bekerjanya Polisi, Jaksa, Hakim dan petugas Lembaga Pemasyarakatan, yang

berarti pula berprosesnya atau bekerjanya hukum acara pidana.

Pelaksanaan penegakan hukum merupakan suatu kewenangan yang

sistematis dan terintegrasi mulai dari tahap penyidikan, penuntutan, peradilan

oleh pengadilan dan pemasyarakatan. Dari tahap kegiatan dan fungsi-fungsi

dari pelaksanaan kewenangan tersebut maka penelitian ini memfokuskan diri

pada tahapan penyidikan. Karena pada tahap ini timbul persoalan mengenai

siapa atau lembaga mana yang berwenang melakukan penyidikan terhadap

anggota TNI-AD yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika.

Hukum Pidana Militer ditinjau dari sudut justisiabel maka Hukum

Pidana Militer dalam arti materil dan formal adalah bagian dari hukum

positif, yang berlaku bagi justisiabel peradilan militer, yang menentukan dasar-

dasar dan peraturan-peraturan tentang tindakan-tindakan yang merupakan

larangan dan keharusan serta terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana,

yang menentukan dalam hal apa dan bilamana pelanggaran dapat

dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang menentukan juga cara

penuntutan, penjatuhan, pidana dan pelaksanaan pidana, demi tercapainya

keadilan dan ketertiban hukum.

Page 11: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

3

Dari pengertian tersebut di atas ialah bahwa pengertian itu didasarkan

kepada: terhadap siapa Hukum Pidana tersebut berlaku. Jadi bukan mendasari:

Hukum Pidana apa saja yang berlaku bagi justisiabel tersebut. Dengan kata lain

apabila ditinjau dari sudut justisiabel, dalam hal ini militer dan yang

dipersamakan, maka Hukum Pidana Militer adalah salah satu Hukum Pidana

yang secara khusus berlaku bagi militer dan yang dipersamakan di samping

berlakunya Hukum Pidana lainnya umum dan khusus

Tindak pidana militer yang pada umumnya terdapat pada KUHPM

dapat dibagi dua bagian yaitu :

1. Tindak pidana militer murni zuiver militaire delict

Adalah tindakan-tindakan terlarang/diharuskan yang pada prinsipnya

hanya mungkin dilanggar seorang militer, karena keadaan yang bersifat

khusus atau karena suatu kepentingan militer menghendaki tindakan

tersebut ditentukan sebagai tindak pidana. Disebutkan pada “prinsifnya”,

karena seperti akan ternyata nanti dalam uraian-uraian tindak pidana,

tindak pidana tersebut, ada perluasan subjek militer tersebut. Contoh

tindak pidana militer murni antara lain adalah :

a. Seseorang militer yang dalam keadaan perang dengan sengaja

menyerahkan seluruhnya atau sebagian dari suatu pos yang perkuat

kepada musuh tanpa ada usaha mempertahankannya sebagaimana

dituntut atau diharuskan dari padanya (Pasal 73 KUHPM)

b. Kejahatan disersi (Pasal 87 KUHP)

c. Meninggalkan pos penjagaan Pasal 118) KUHPM

Page 12: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

4

2. Tindak pidana militer tidak murni adalah tindakan-tindakan terlarang atau

diharuskan yang pada pokoknya sudah ditentukan dalam perundang-

undangan lain, akan tetapi diatur lagi dalam KUHPM (dalam Undang-

undang Hukum Pidana Militer lainnya) karena adanya sesuatu keadaaan

yang khas militer atau karena adanya sesuatu sifat yang lain, sehingga

diperlukan ancaman pidana yang lebih berat, bahkan mungkin lebih berat

dari ancaman pidana kejahatan semula dengan pemberatan tersebut dalam

Pasal 52 KUHP. Alasan pemberatan tersebut adalah karena ancaman pidana

dalam Undang-undang Hukum Pidana umum itu dirasakan kurang

memenuhi keadilan, mengingat hal-hal khusus yang melekat pada seseorang

militer. Misalnya : seseorang militer dipersenjatai untuk menjaga keamanan,

malahan justru dia mempergunakan senjata tersebut untuk memberontak;

para militer ditempatkan dalam suatu chambre tanpa dibatasi

tembok/dinding karena pada mereka telah dipupukkan rasa korsa atau

(corps gees) akan tetapi justru salah satu dari mereka melakukan pencurian

di chamber tersebut.

Hukum pidana militer adalah ketentuan hukum yang mengatur seorang

militer tentang tindakan-tindakan mana yang merupakan pelanggaran atau

kejahatan atau merupakan larangan atau keharusan dan diberikan ancaman

berupa sanksi pidana terhadap pelanggaran. Hukum Pidana Militer bukanlah

suatu hukum yang mengatur norma. Melainkan hanya mengatur tentang

pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh Prajurit TNI atau yang

menurut ketentuan Undang-undang dipersamakan dengan Prajurit TNI.3

Dalam penerapan Hukum Pidana Militer dipisahkan menjadi Kitab

Undang-undang Hukum Pidana Militer KUHPM sebagai hukum material dan

3 S.R. Sianturi, 2004, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Alumni, Bandung, hlm 18

Page 13: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

5

hukum acara pidana militer sebagaimana diataur dalam Undang-undang Nomor

31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer sebagaimana hukum Formal.

Terhadap setiap perbuatan yang merupakan pelanggaran hukum dengan

kategori tindak pidana yang dilakukan oleh Prajurit TNI atau dipersamakan

dengan Prajurit TNI, maka berdasarkan ketentuan Hukum Pidana Militer harus

diproses melalui Pengadilan Militer.

Sebagaimana halnya Hukum Pidana Umum, proses penyelesaian

perkara pidana militer terbagi atas tahapan yang meliputi tahap penyidikan,

penuntutan, pemeriksaan di Pengadilan Militer dan berakhir dengan proses

eksekusi. Adanya tahapan-tahapan tersebut terkait pula dengan pembagian

tugas dan fungsi dari berbagai institusi dan satuan penegak hukum

dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut :

a. Komandan satuan selaku Ankum dan Papera

b. Polisi Militer sebagai Penyidik

c. Oditur Militer di Pengadilan Militer yang mengadili memeriksa dan

memutus perkara pidana yang dilakukan oleh Prajurit TNI-AD atau yang

dipersamakan dengan TNI menurut Undang-undang.

Berdasarkan hal di atas konsepsi negara hukum beserta sendi-sendinya

membawa konsekuensi adanya keharusan untuk mencerminkan suatu bentuk

kekuatan mengikat bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk militer, sebagai

suatu sub sistem dari masyarakat yang merupakan satu kesatuan yang utuh

melalui aturan-aturan hukum itu sendiri. Jika sesorang melakukan suatu tindak

Page 14: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

6

pidana maka orang tersebut harus dihukum sesuai dengan ketentuan pidana

yang telah ditetapkan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji dan menganalisis hal yang bersangkut paut dengan kasus tindak

pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer, untuk maksud

tersebut selanjutnya dirumuskan dalam skripsi ini yang berjudul :

PENERAPAN SANKSI PIDANA PADA KASUS TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA MILITER.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan sanksi pidana pada kasus tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer?

2. Apakah akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak

pidana pembunuhan?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, sehingga sejalan

dengan permasalahan yang dibahas, maka yang menjadi titik berat pembahasan

dalam penelitian ini yang bersangkut paut dengan penerapan sanksi pidana

pada kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota militer.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan

pengetahuan yang jelas tentang :

1. Penerapan sanksi pidana pada kasus tindak pidana pembunuhan yang

dilakukan oleh anggota militer

Page 15: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

7

2. Akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak pidana

pembunuhan

D. Defenisi Konseptual

1. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,metode, dan

hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan

tersusun sebelumnya.4

2. Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada

seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah (reward) dan dapat

pula hukuman (pinishment). Sanksi diberikan agar sesuai dengan norma-

norma yang berlaku.5

3. Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat

diartikan sebagai suatu penderitaaan (Nestapa) yang sengaja dikenakan

atau dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan

suatu tindak pidana. Para ahli hukum di Indonesia membedakan istilah

hukuman dengan pidana. Hukum Pidana adalah semua perintah dan

larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu

pidana/Nestapa bagi barang siapa yang tidak mentaatinya. Dan juga

merupakan semua aturan yang ditentukan oleh negara yang berisi syarat-

syarat untuk menjalankan pidana tersebut. Pengertian pidana (Strafbaar

feit) adalah perbuatan yang dilarang oileh suyatu aturan hukum, larangan

mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa yang melanggar aturan tersebut.6

4. Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa

seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak

4 http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-

kesehatan-dan keselamatan kerja, diakses tanggal 10 Oktober 2019.

5 https://id.Wikipidia.org/wiki/sanksi, diakses tanggal 10 Oktober 2019.

6 http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-

kesehatan-dan keselamatan kerja, diakses tanggal 10 Oktober 2019

Page 16: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

8

melawan hukum, misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri,

dan sebagainya.7

5. Anggota militer secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam

bahasa Yunani adalah orang yang bersenjata siap untuk bertempur, orang-

orang ini terlatih dari tantangan untuk menghadapi musuh, sedangkan ciri-

ciri militer sendiri mempunyai organisasi teratur, pakaiannya seragam,

disiplinnya tinggi, mentaati hukum yang berlaku dalam perperangan.

Apabila ciri-ciri ini tidak dimuliki atau dipenuhi, maka itu bukan militer,

melainkan itu suatu gerombolan bersenjata.8

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian

hukum yang dipandang dari sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian

hukum sosiologis, yang bersifat deskriptif atau menggambarkan.

2. Jenis dan Sumber data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang terdapat dalam kepustakaan, yang berupa peraturan

perundang-undangan yang terkait, jurnal, hasil penelitian, artikel dan

buku-buku lainnya

Data yang berasal dari bahan-bahan hukum sebagai data utama yang

diperoleh dari pustaka, antara lain :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum yang mempunyai otoritas (authoritatif) yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan, antara lain, Kitab Undang-undang

Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana.

7 http://roda2blog.com/2014/05/27/kenapa-militer -indonesia-ditakut-takuti-

karenapunya-pasukan-para-komando-terbesar-ke-4-di-dunia, diakses tanggal 10 Oktober 2019 8 https://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan, diakses tanggal 10 Oktober 2019

Page 17: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

9

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil

penelitian, hasilnya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

c. Bahan Hukum Tersier

Mencakup data yang diambil dari kamus-kamus hukum serta kamus

umum lainnya.

Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak Peradilan Militer

wilayah Sumatera Selatan di Palembang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian untuk

mendapatkan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji dan

menelusuri sumber-sumber kepustakaan, seperti literatur, hasil penelitian

serta mempelajari bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan

permasalahannya yang akan dibahas, buku-buku ilmiah, surat kabar,

perundang-undangan, serta dokumen-dokumen yang terkait dalam

penulisan skripsi ini.

4. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari sumber hukum yang dikumpulkan

diklasifikasikan, baru kemudian dianalisis secara kualitatif, artinya

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,

sistematis, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan

Page 18: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

10

interprestasi data dan pemahaman hasil analisis. Selanjutnya hasil dari

sumber hukum tersebut dikonstruksikan berupa kesimpulan dengan

menggunakan logika berpikir induktif, yakni penalaran yang berlaku

khusus pada masalah tertentu dan konkrit yang dihadapi. Oleh karena itu

hal-hal yang dirumuskan secara khusus diterapkan pada keadaan umum,

sehingga hasil analisis tersebut dapat menjawab permasalahan dalam

penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

Permasalahan, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian, Defenisi Operasional,

Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang berisikan landasan teori yang

erat kaitannya dengan obyek penelitian, yaitu : Pengertian Hukum Pidana,

Pembagian hukum Pidana, Sifat Hukum Pidana, Pengertian Penyidikan dan

Penyidikan dalam TNI AD, dan Pengertian dan Sejarah TNI AD

Bab III, merupakan pembahasan yang berkaitan dengan Penerapan sanksi

pidana pada kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anggota

militer dan Akibat hukum terhadap Anggota Militer yang terlibat tindak pidana

pembunuhan.

Bab IV berisikan Kesimpulan dan saran

Page 19: OKTAVIRA - repository.um-palembang.ac.idrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/7760/1...dilingkungan TNI-AD yang mengatur kewenangan adalah sebagai berikut : a. Komandan satuan selaku

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Purnadi Purbacaraka, 2002, Penegakan Hukum dalam Mensukseskan

Pembangunan, Bina Cipta, Jakarta.

R. Atang Ranoemihardja, 2001, Hukum Acara Pidana, Tarsito Bandung.

S.R. Sianturi, 2004, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Alumni, Bandung

Intertnet :

http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-

kesehatan-dan keselamatan kerja,

https://id.Wikipidia.org/wiki/sanksi,

http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-arti-tujuan-penerpoan-k3-

kesehatan-dan keselamatan kerja

http://roda2blog.com/2014/05/27/kenapa-militer-indonesia-ditakut-takuti-

karenapunya-pasukan-para-komando-terbesar-ke-4-di-dunia.

https://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan,

Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana; Undang-

undang Nomor 49 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman