tentang - sthmahmpthm.ac.id · diproses dan ditegakkan melalui mekanisme hukum acara pidana, dengan...

26
SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER BAGIAN PENELITIAN LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN TENTANG PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT JAKARTA 2016

Upload: hoangdiep

Post on 04-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER BAGIAN PENELITIAN

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

TENTANG

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT

JAKARTA 2016

1

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum

a. Ubi Societas Ibi Ius, dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Ungkapan

ini hendak menggambarkan bahwa ada kalanya di dalam masyarakat tertentu

memiliki aturan hukum yang bersifat khusus. Pada masyarakat militer, memiliki

aturan hukum yang khas bersifat khusus, yaitu hukum militer. Salah satu hukum

yang bersifat khusus, dan berlaku di masyarakat militer, disamping hukum

disiplin militer dan hukum pidana militer, adalah hukum administrasi militer.

b. Pembinaan dan penegakan hukum, khususnya hukum disiplin dan juga

hukum administrasi, merupakan fungsi komandan atau pimpinan satuan. Konsep

inilah yang melahirkan prinsip atau asas “hukum fungsi komando”. Hukum

sebagai fungsi komando, mempunyai makna bahwa pembinaan dan penegakan

hukum menjadi tanggung jawab Komandan Satuan. Oleh karena itu,

Komandan Satuan mempunyai peranan sentral terkait dengan aspek hukum di

Satuannya, yaitu sebagai Pembina Hukum dan sekaligus sebagai Penegak

Hukum di Satuan. Sebagai Pembina hukum di satuan, Komandan Satuan harus

menumbuhkan pemahaman hukum di satuan sehingga tumbuh kesadaran dan

kepatuhan hukum yang tinggi. Pada sisi yang lain, Komandan Satuan juga wajib

menegakkan hukum manakala terjadi pelanggaran hukum di satuan.

Penegakan hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembinaan

hukum. Oleh karena itu, Komandan Satuan tidak boleh membiarkan atau tidak

mengambil tindakan/hukuman terhadap anggotanya yang melanggar hukum.

c. Disadari bahwa fungsi pembinaan dan penegakan hukum oleh Komandan

Satuan telah berjalan relatif baik. Namun, juga disadari bahwa masih terjadi

pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sebagian Prajurit TNI AD, sehingga

aspek pembinaan dan penegakan hukum masih perlu ditingkatkan. Komandan

2

Satuan dapat meminta bantuan atau koordinasi dengan Satuan Hukum TNI AD,

dan sebaliknya Satuan Hukum sesuai tugas dan fungsinya memberikan bantuan

dan dukungan hukum bagi satuan-satuan jajaran TNI AD. Satuan hukum di

tingkat pusat dalam hal ini Ditkumad bertugas membantu Kasad dalam

pembinaan hukum dan penegakan hukum, begitu pula Satuan Hukum di

Kotama, bertugas membantu Pangkotama dalam pembinaan dan penegakan

hukum di Kotama. Namun, titik sentral dan sekaligus tanggung jawab

pembinaan dan penegakan hukum ada pada Komandan Satuan.

d. Pelanggaran hukum yang masih sering dilakukan oleh Prajurit adalah

pelanggaran hukum di bidang hukum disiplin dan pelanggaran hukum pidana.

Pelanggaran terhadap tatanan norma disiplin bersanksi hukuman disiplin dan

ditegakkan melalui mekanisme hukum disiplin oleh Komandan Satuan selaku

Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM). Pelanggaran norma hukum pidana,

diproses dan ditegakkan melalui mekanisme hukum acara pidana, dengan

diawali penegakannya oleh Komandan Satuan untuk melakukan Penyidikan atau

menyerahkan Penyidikan kepada Penyidik Polisi Militer, untuk selanjutnya

diproses melalui Peradilan Militer.

e. Penjatuhan sanksi hukum disiplin oleh Komandan Satuan selaku ANKUM

dan penjatuhan sanksi (vonis) pidana oleh Pengadilan, secara administrasi

belum memberikan rasa keadilan khususnya terkait dengan pembinaan karir

Prajurit yang bersangkutan dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak

melakukan pelanggaran hukum (disiplin dan/ atau pidana). Untuk memberikan

keadilan bagi Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit yang tidak

pernah melanggar hukum, maka Prajurit pelanggar hukum perlu diberikan

sanksi administrasi setelah menjalankan sanksi hukum disiplin atau sanksi

hukum pidana.

f. Penerapan sanksi administrasi bagi Prajurit pelanggar hukum, selain

untuk memberikan keadilan dalam pembinaan karir, sekaligus untuk memberikan

kepastian dalam perlakuan dan pembinaan karir Prajurit pelanggar hukum yang

bersangkutan. Kepala Staf Angkatan Darat telah menerbitkan Peraturan Kasad

Nomor: Perkasad/1/II/2009 tanggal 5 Februari 2009 tentang Sanksi Administratif

3

Bagi Prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran. Namun, dalam pelaksanaan

masih dijumpai adanya beberapa penerapan yang belum/tidak sesuai dengan

peraturan dimaksud. Oleh karena itu, dalam Rabiniscabkum TA 2012 perlu

diadakan pembahasan khusus terkait dengan penerapan sanksi administrasi.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi di lapangan

mengenai pemahaman satuan lapangan di jajaran TNI AD, terhadap sanksi

administrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Kasad Nomor:

Perkasad/1/II/2009 tanggal 5 Februari 2009 tentang Sanksi Administratif Bagi

Prajurit TNI AD dilaksanakan di satuan-satuan, dan sekaligus mengidentifikasi

apa saja penyimpangan atau ketidaktepatan dalam penerapannya.

b. Tujuan.

Untuk penyempurnaan pada masa mendatang agar tidak terjadi

kesalahan dalam penerapan sehingga tidak merugikan bagi Prajurit pelanggar

hukum yang bersangkutan dan sekaligus memberikan keadilan dan kepastian

perlakuan baik pada yang bersangkutan maupun bagi Prajurit lainnya.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

Ruang lingkup bahasan dibatasi pada sanksi administrasi yang terkait dengan

pelanggaran hukum baik disiplin maupun pidana yang telah dijatuhi sanksi di bidang

hukum disiplin dan sanksi pidana.

Tata urut disusun sbb: a. Pendahuluan

b. Latar Belakang Pemikiran

c. Kondisi Obyektif Penerapan Sanksi Administrasi

d. Analisis Penerapan Sanksi Administrasi

e. Penutup

4

4. Metode dan Pendekatan

a. Metode. Penulisan makalah tentang penerapan sanksi administrasi

bagi Prajurit TNI AD Pelanggar Hukum ini menggunakan metode analisis

berdasarkan norma hukum dihadapkan dengan kondisi nyata dalam penerapan

di lapangan kemudian diambil satu kesimpulan dan saran perbaikan.

b. Pendekatan. Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan

pragmatis empiris yaitu bentuk pendekatan yang berdasarkan pada pengalaman

dan bersifat praktis dengan tidak mengabaikan output pelaksanaan sosialisasi di

lapangan.

5. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang No. 25 Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin Militer. c. Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia e. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI. h. Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/ 75 / II / 2016

tanggal 1 Februari 2016 tentang Sanksi Administrasi bagi Militer di Lingkungan

TNI Aangkatan Darat yang melakukan Pelanggaran.

5

BAB II PRINSIP DASAR SANKSI ADMINISTRASI

6. Umum. Pemberian sanksi administrasi didasarkan pada prinsip atau asas-

asas hukum yang jelas dan adil. Pemberian sanksi administrasi pada hakikatnya untuk

memberikan keadilan dalam aspek pembinaan karir pada tataran pelanggar hukum di

hadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak melakukan pelanggaran hukum, dan

sekaligus memberikan kepastian perlakuan bagi Prajurit pelanggar hukum agar tidak

diperlakukan tanpa batas waktu yang jelas sebagai pelanggar hukum.

7. Penerapan Sanksi Administrasi sesuai dengan asas-asas hukum yang adil.

a. Azas Mendidik. Penjatuhan sanksi administratif bersifat mendidik

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan manfaat serta akibat yang

dapat dirasakan langsung baik untuk kepentingan prajurit TNI AD yang

melakukan pelanggaran maupun kepentingan organisasi dalam

menggunakan/memanfaatkan potensi prajurit TNI AD yang bersangkutan sesuai

dengan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki sebagai pengawak organisasi

secara vertikal maupun horizontal.

b. Azas Keterbukaan. Pelaksanaan penjatuhan sanksi administratif mulai

tahap pembahasan,keputusan dan pelaksanaan sanksi administratif

dilaksanakan dengan penuh ketrbukaan dimana semua unsur terkait yang

dilibatkan secara fungsional harus dapat bertukar pendapat secara jujur

berdasarkan fakta dan kenyataan yang ada sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab masing-masing.

c. Azas Keseimbangan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran akan

dijatuhi sanksi administratif sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang

dilakukan dan sanksi administratif yang dijatuhkan akan berpengaruh terhadap

pembinaan personel yang bersangkutan.

6

d. Azas Legalitas. Sanksi administratif merupakan aturan dasar yang tertulis

dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta akan menjadi dokumen bagi prajurit

yang melakukan pelanggaran untuk menunda anggota yang bersangkutan

mengikuti pendidikan, usul jabatan dan usul kenaikan pangkat.

e. Azas Keadilan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran perlu

diberikan sanksi administratif, sehingga dapat memberikan rasa keadilan bagi

personel yang lain dalam pembinaan karier selanjutnya.

f. Azas Kesetaraan dan Kesamaan. Setiap prajurit yang melakukan

pelanggaran akan diberikan sanksi administratif tanpa membeda-bedakan satu

dengan yang lainnya.

8. Penerapan sanksi administrasi untuk memberikan keadilan.

Penerapan sanksi administrasi terhadap Prajurit pelanggar hukum baik disiplin

maupun pidana adalah untuk memberikan keadilan, yaitu keadilan pada tataran Prajurit

pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan

pelanggaran hukum.

Aspek keadilan didasarkan pada pemikiran bahwa Prajurit pelanggar hukum

harus diberikan perlakuan pembinaan karir yang tidak sama dengan Prajurit yang tidak

melanggar hukum (secara proporsinal ditunda dengan kurun waktu tertentu), terlebih

jika dihadapkan dengan Prajurit yang berprestasi. Maka, Prajurit pelanggar hukum

harus diberikan sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat, atau

penundaan penempatan dalam jabatan, atau penundaan dalam pendidikan, dengan

kurun waktu penundaan secara proporsional.

Ketiadaan sanksi administrasi yang mengikuti sanksi hukum disiplin dan sanksi

pidana, dapat memberikan ketidakadilan bagi Prajurit lainnya yang tidak pernah

melakukan pelanggaran. Sebab, apabila tidak diberikan sanksi administrasi, dengan

selesainya menjalani sanksi disiplin dan/ atau sanksi pidana maka Prajurit pelanggar

hukum dimungkinan dapat naik pangkat atau menduduki jabatan atau melaksanakan

7

pendidikan bersama-sama, atau bahkan dimungkinkan mendahului Prajurit

seangkatannya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

Dalam kerangka keadilan inilah sanksi administrasi dijatuhkan setelah Prajurit

pelanggaran hukum menjalani sanksi disiplin atau sanksi pidana.

9. Penerapan sanksi administrasi untuk memberikan kepastian Pembinaan Karir. Penerapan sanksi administrasi dimaksudkan untuk memberikan kepastian hak

dan sekaligus kepastian pembinaan karir bagi Prajurit pelanggar hukum. Pada masa

lalu, ketika belum diterbitkan Peraturan Kasad tentang Penerapan Sanksi Administrasi,

para Prajurit yang melanggar hukum, meskipun telah dijatuhi sanksi hukum disiplin

oleh ANKUM atau sanksi pidana oleh Pengadilan, Prajurit yang bersangkutan dalam

pembinaan karir perlakuannya sangat bervariasi, sehingga tidak ada kepastian.

Ada perlakuan yang ekstrim dengan tidak memberikan kepastian pembinaan

karir yaitu tidak mengusulkan kenaikan pangkat, jabatan promosi dan pendidikan tanpa

batasan waktu yang pasti. Prajurit pelanggar hukum, seolah-olah diberikan “Cap

Jahat” atau “Cap pelanggar Hukum” terus melekat tanpa batas waktu.

Dengan diterapkan sanksi administrasi yang diatur secara jelas mengenai

penggolongan pelanggaran dan sanksinya dengan batas waktu yang jelas secara

proporsional, maka akan ada kepastian bahwa setelah sanksi administrasi dijalankan,

maka secara administrasi kepastian pembinaan karir selanjutnya menjadi jelas.

8

BAB III KONDISI OBYEKTIF PEMAHAMAN DAN

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI SATUAN TNI AD 10. Umum

Sanksi administrasi bagi Prajurit yang melakukan pelanggaran hukum, secara

tegas telah diatur di dalam Keputusan Kasad nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Februari

2016. Bagaimana kondisi di kesatuan-kesataun Angkatan Darat, terkait dengan

pemahaman, pelaksanaan dan implementasi aturan sanksi administrasi, dapat

diketahui dari hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan sample beberapa Kodam,

yaitu Kodam IM, Kodam I/BB, Kodam IV/Dip, dan Kodam VI/Mlw secara random.

Penelitian didasarkan pada pandangan atau pendapat Ankum terkait dengan

pelaksanaan dan pemahaman tentang sanksi administrasi.

11. Pemahaman mengenai Sanksi Administrasi.

Pemahaman suatu tataran norma menjadi sangat openting dan menentukan

keberhasilan dari yang dikehendaki suatu norma yang telah ditetapkan. Tak terkecuali

norma aturan sanksi administrasi di lingkungan Angkatan darat. Pemahaman para

pemangkju kepentingan, khususnya para Komandan Satuan, dan para pejabat

personalia dan pejabat pengamananan satuan pada umumnya, terhadap sanksi

administrasi dapat dilihat dari data penelitian sebagai berikut.

a. Gambaran umum pemahaman para Ankum responden terhadap

Sanksi Administrasi.

1) Masa dinas Ankum.

Masa dinas Ankum memiliki korelasi dalam memahami tugasnya

sebagai Ankum dalam menegakkan hukum, khususnya dalam

menerapkan sanksi administrasi. Masa dinas Ankum sebagai responden

dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel 1 sbb:

9

Tabel 1 : Masa dinas Ankum :

No Masa Dinas Jumlah % Ket

1 15 th – 20 th - -

2. >20 th – 25 th 27 64

3 >25 th – 30 th 15 36

4 >30 th - -

Jumlah 42 100

Pada umumnya Ankum telah memiliki pengalaman masa dinas

yang mencukupi, yaitu berkisar antara 20 tahun sampai dengan 25 tahun

64%, dan di atas 50 tahun sampai dengan 30 tahun 36%.

2) Lamanya menjadi Ankum.

Pemahaman bidang tugas dipengaruhi oleh lamanya seseorang

pejabat memangku jabatan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui bagaimana

pemahaman Ankum tentang tugasnya membina dan menegakkan norma

hukum administrasi perlu diketahui berapa lama Ankum memangku

jabatan. Lamanya menjadi ankum dapat dilihat dalam tabel 2, sebagai

berikut:

Tabel 2: Lamanya jabatan sebagai Ankum :

No Lamanya menjadi Ankum

Jumlah % Ket

1 1th- 2 th 42 100

2. >2th – 3 th -

3 >3 th – 4 th -

4 >4 th -

Jumlah 42 100

Masa jabatan Ankum atau lamanya Ankum menyandang jabatan,

yang pernah menjatuhkan sanksi administrasi adalah antara 1 (satu)

tahun sampai dengan 2 (dua) tahun, yaitu 100%.

3) Pengalaman Ankum menjatuhkan Sanksi Administrasi

10

Tingkat pemahaman suatu aturan, dipengaruhi oleh pengalaman

seseorang, termasuk bagi seorang pejabat yang memiliki kewenangan

tertentu. Ankum yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab

membina dan menegakkan hukum administrasi militer, akan dipengaruhi

oleh pemngalamannya. Pengalaman Ankum dalam menjatuhkan sanksi

administrasi, dapat diketahui dalam tabel 3, sebagai beikut:

Tabel 3: Pengalaman Ankum menjatuhkan Sanksi Administrasi :

No Pengalaman Ankum Menjatuhkan Sanksi Administrasi

Jumlah % Ket

1 Belum Pernah 24 57

2. Pernah satu kali 3 7

3 Pernah lebih dari satu kali

15 36

4 Sering kali -

Jumlah 42 100

Pengalaman Ankum menjatuhkan sanksi administrasi, bervariasi:

Ankum yang belum pernah menjatuhkan sanksi administrasi 57%, yang

baru satu kali menjatuhkan sanksi administrasi 7%, dan yang sudah

menjatuhkan sanksi administrasi lebih dari satu kali 36%,

b. Pendapat Ankum mengenai Sanksi Administrasi sebagai sanksi

lanjutan dari Kepkumplin dan Putusan Pengadilan:

Untuk mengetahui dan memberikan gambaran bagaimana pandangan

Ankum, apakah Ankum setuju atau tidak setuju, bahwa penjatuhan sanksi

hukum disiplin dan sanksi pidana perlu diberikan sanksi lanjutan berupa sanksi

administrasi. Para Ankum responden memberikan gambaran dalam tabel 5

sebagai berikut:

Tabel 5: Pendapat Ankum SA sebagai kelanjutan Sanksi Pidana dan Sanksi Disiplin.

No Pendapat Ankum ttg SA Jumlah Prosen Ket

1 Setuju 36 86

2 Tidak Setuju 3 7

11

3 Cukup Sanksi Pidana dan Disiplin

3 7

4 Tidak tahu - -

Jumlah 42 100

Pada umumnya Ankum berpendapat bahwa penjatuhan sanksi disiplin

militer yang telah dijatuhkan oleh Ankum dengan Skepkumplin, maupun sanksi

pidana yang diputus oleh Hakim dalam proses Penradilan Militer, perlu ditambah

dengan sanksi administrasi. Responden Ankum menyatakan setuju 86%, yang

berpendapat tidak setuju 7%, dan berpendapat cukup dengan sanksi disiplin

militer atau sanksi pidana, tidak perlu sanksi administrasi 7%.

12. Penerapan Sanksi Administrasi di Jajaran Kesatuan TNI AD.

a. Secara umum sanksi administrasi sudah diterapkan di satuan-satuan Angkatan Darat. Berdasarkan fakta di lapangan, sanksi administrasi Peraturan Kepala Staf

Angkatan Darat Nomor Keputusan: Kep/75/II / 2016 tanggal 1 Februari 2015

secara umum sudah diterapkan. Diperoleh gambaran dalam penelitian, antara

lain hal-hal sebagai berikut:

Penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum di satuan, menjadi

wewenang dan tanggung jawab komandan satuan atau Ankum. Bagaimana

Ankum menyikapi dan menerapkan sanksi administrasi di kesatuan, dapat

digambarkan dalam Tabel 7, sebagai berikut:

Tabel 7: Penjatuhan Sanksi Administrasi.

No Penjatuhan Sanksi Administrasi

Jumlah % Ket

1 Selalu dijatuhkan 33 79

2. Tidak Pernah Dijatuhkan 9 21

3 Tidak Perlu dijatuhkan - -

4 Tidak Tahu - -

Jumlah 42 100

12

Sanksi administrasi di kesatuan TNI Angkatan darat, berdasarkan

pendapat Ankum, selalu dijatuhkan 79%, tidak pernah dijatuhkan 21%. Untuk

yang tidak pernah dijatuhkan, menunjukkan bahwa kemungkinan di kesatuan

tersebut memang tidak ada pelanggaran hukum, baik hukum disiplin militer,

maupun hukum pidana. Tetapi juga ada kemungkinan adanya ketidakpahaman

satuan untuk menerapkan sanksi administrasi. Namun demikian, secara umum

(79%) sanksi administrasi sudah dijatuhkan. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa

ada upaya dari para Ankum untuk menerapkan sanksi lanjutan dari sanksi

hukum disiplin militer dan sanksi pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan,

kemudian secara administrasi diberikan sanksi.

b. Sanksi administrasi yang dijatuhkan Ankum:

Jenis sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi hukum disiplin

militer dan kelanjutan dari sanksi pidana, meliputi: Penundaan pendidikan,

penundaan jabatan promosi dan penundaan kenaikan pangkat. Jenis sanksi

yang dijatuhkan oleh para Ankum, dapat digambarkan dalam tabel 4 sebagai

berikut:

Tabel 4: Jenis Sanksi Administrasi yang dijatuhkan Ankum.

No Jenis Sanksi Administrasi yang diajtuhkan

Jumlah % Ket

1 Penundaan pendidikan 9 21

2. Penundaan Jabatan 6 14

3 Penundaan Kenaikan Pangkat 15 36

4 PDTH - -

5 Tidak pernah menjatuhkan 12 29

Jumlah 42 100

Jenis sanksi administrasi yang dijatuhkan oleh para Ankum di

kesatuan jajaran Angkatan Darat bervariasi, yaitu penundaan pendidikan

21%, penundaan jabatan 14%, penundaan kenaikan pangkat 36%.

Namun ada 29% yang belum atau tidak dijatuhkan sanksi administrasi.

13. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Penerapan Sanksi Administrasi.

13

Penerapan Sanksi Administrasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala

Staf Angkatan Darat Nomor Kep /75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016 dipengaruhi oleh

beberapa hal, antara lain pemahaman Ankum sebagai penegak sanksi administrasi.

Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh apakah peraturan sudah disosialisasikan atau

belum. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran sbb :

a. Pemahaman Ankum untuk membedakan sanksi administrasi, sanksi

pidana dan sanksi disiplin.

Pembinaan dan penegakan hukum, termasuk dalam penerapan sanksi

administrasi sebagai bagian dari penegakan hukum di kesatuan, harus diawali

dengan pemahaman Ankum sendiri sebagai penanggungjawab penegakan

hukum. Ankum harus memahami, sehingga selain menghindari adanya

kesalahan dalam penerapan, Ankum juga dapat memilah dan memlih sanksi

mana yang tepat dan juga adil bagi pelanggarnya.

Tabel 10: Pemahaman Ankum terhadap Sanksi Administrasi dengan Sanksi Disiplin dan Pidana.

No Pemahaman Ankum dalam membedakan Sanksi Administrasi, Sanksi Pidana dan Sanksi Disiplin

Jumlah % Ket

1 Dapat membedakan 39 93

2. Kadang dapat membedakan - -

3 Seringkali sulit membedakan - -

4 Tidak dapat membedakan 3 7

Jumlah 42 100

Para Ankum secara umum sudah memahami dan dapat membedakan

antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer, dan sanksi

pidana. 93 % Ankum menyatakan pendapatnya bahwa Ankum sudah

memahami dan dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi

hukum disiplin militer dan sanksi pidana . Hanya 7% yang tidak dapat

membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer

dan sanksi pidana.

b. Sosialisasi Sanksi Administrasi atau dalam bentuk Penyuluhan

hukum di Satuan:

14

Sanksi administrasi telah mengalami perubahan atau penyempurnaan,

meskipun secara prinsip masih ada kesamaan dengan aturan sanksi

administrasi yang lama. Maka, aturan sanksi administrasi ini perlu

disosialisasikan ke kesatuan-kesatuan jajaran Angkatan Darat. Namun, dengan

mengingat keterbatasan anggaran, dan luasnya wilayah satuan yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia, maka ada beberapa satuan yang belum dilakukan

sosialisasi dan penyuluhan sanksi administrasi. Untuk memberikan gambaran

bagaimana pelaksanaan spsialisasi, dapat dilihat dalam Tabel 6 sbb:

Tabel 6: Sosialisasi Sanksi Administrasi di Kesatuan TNI AD

No Sosialisasi/ Luhkum SA Jumlah % Ket

1 Sudah 36 86

2. Baru akan disosialisasikan

3 7

3 Baru direncanakan 3 7

4 Belum - -

Jumlah 42 100

Sosialisasi ataupun penyuluhan hukum dengan materi sanksi administrasi

menjadi sangat penting bagi satuan-satuan di jajaran Angkatan Darat.

Tidakadanya sosialisasi atau penyuluhan hukum, dapat berdampak terhadap

keraguraguan dalam melaksanakan dan menerapkan aturan sanksi administrasi,

karena ketidakpahaman. Selain itu, juga dapat berdampak pada salah dalam

penerapannya, sehingga selian dapat merugikan terhukum juga dapat merugikan

dalam pembinaan disiplin dan pembinaan personel. Berdasarkan data penelitian,

diperoleh gambaran bahwa sudah 86 % satuan-satuan jajaran Angkatan Darat

dilakukan sosialisasi atu penyuluhan hukum dengan materi sanksi administrasi,

dan 7% akan diberikan sosialisasi atau penyuluhan hukum dan 7% sedang

dalam rencana.

14. Dampak penjatuhan sanksi administrasi bagi Militer/Prajurit dari aspek

kejeraan pelaku.

Salah satu fungsi penjatuhan sanksi adalah sebagai akibat hukum dari

dilakukannya pelanggaran. Sanksi yang dijatuhkan diharapkan memberikan kejeraan

bagi yang dijatuhi sanksi. Bagaimana pandangan dan pendapat Ankum, apakah

15

sesungguhnya di lapangan dari pengamatan Ankum, sanksi administrasi ini dapat

memberikan aspek jera, sehingga selain tidak mengulangi lagi, juga dapat mencegah

bagi militer lainnya. Pendapat Ankum tergambar dalam tabel 12, sebagai berikut:

Tabel 8: Pendapat Ankum tentang Dampak/ Efek Jera Sanksi

Administrasi.

No Dampak Penjatuhan Sanksi Administrasi

Jumlah % Ket

1 Tidak selalau membuat jera - -

2. Kadang-kadang dapat membuat jera

- -

3 Seringkali dapat membuat jera - -

4 Dapat membuat efek jera 42 100

Jumlah 42 100

Pandangan Ankum mengenai dampak penjatuhan sanksi administrasi

terhadap tingkat pelanggaran hukum di satuan, secara umum menyatakan

bahwa penjatuhan sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin dan

sanksi pidana dapat membuat efek jera bagi pelanggar hukum, yaitu 100%

menyatakan hal tersebut..

Efek jera dari penjatuhan sanksi administrasi akan berdampak terhadap

tingkat pelanggaran. Pendapat Ankum mengenai efek jera dari sanksi

administrasi yang diterapkan terhadap pelanggar.

Tabel 9: Pendapat Ankum tentang Dampak Terhadap tingkat Pelanggaran

No Pendapat Ankum mengenai pengaruh Sanksi Administrasi terhadap penurunan pelanggaran Hukum

Jumlah % Ket

1 Dapat menekan jumlah pelanggaran hukum

42 100

2. Tidak banyak menekan jumlah pelanggaran

- -

3 Kadang-kadang dapat menekan pelanggaran

- -

4 Tidak dapat menekan jumlah pelanggaran

- -

Jumlah 42 100

16

Pendapat Ankum, bahwa penjatuhan sanksi administrasi dapat

menekan jumlah pelanggaran hukum. 100% Ankum berpendapat bahwa

dengan dijatuhkannya sanksi administrasi bagi pelanggar hukum yang

telah dijatuhi sanksi disiplin dan pidana, jika dijatuhi sanksi administrasi

dapat menekan jumlah pelanggaran hukum.

17

BAB IV ANALISIS PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

15. Umum

Berdasarkan temuan dalam penelitian di lapangan Peraturan Kasad yang

mengatur mengenai sanksi administrasi yaitu Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat

Nomor Kep /75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016 secara umum telah diterapkan di

kesatuan-kesatuan jajaran TNI Angkatan Darat.

16. Masih perlu adanya sosialisasi.

Pemahaman suatu aturan harus merata dimengerti dan dipahami oleh semua

Militer di ajjaran satuan-satuan TNI AD, terutama terhadap para Pembina dan

penegaknya, yaitu Ankum. Dari hasil penelitian, masih terdapat 7% dari kesatuan yang

belum diberikan sosialisasi atau penyuluhan hukum, meskipun sudah direncanakan

pelaksanaannya. Kurangnya pemahaman yang disebabkan tidak tersosialisasikan

norma aturan sanksi administrasi dapat berdampak penerapan yang salah. Lebih lanjut

lagi, jika penerapan salah akan berdampak pada validitas surat keputusan yang

diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, dan juga dapat berdampak pada ketidak

adilan bagi pelanggar. Oleh sebab itu, supaya segera dilakukan sosialisasi atau

penyuluhan hukum tentang sanksi administrasi bagi 7% kesatuan yang belum dilakukan

sosialisasi/penyuluhan hukum.

17. Perlunya pengamatan secara terus menerus penerapan sanksi

administrasi.

Peraturan sanksi administrasi yang telah diatur dalam Keputusan Kasad Nomor

Kep/75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016, yang mengatur tentang sanksi administrasi

sebagai kelanjutan dari penjatuhan sanksi hukum disiplin militer dan kelanjutan dari

sanksi pidana yang diputus oleh Pengadilan, harus dilakukan pengamatan dan

dievaluasi.

a. Dari Aspek dampak/efek jera.

18

Dari hasil penelitian, secara umum Ankum telah memberikan

pendapatnya, bahwa penjatuhan sanksi administrasi dapat berdampak positip,

yaitu dapat memberikan efek jera bagi pelanggarnya, 100% para Ankum

menyatakan bahwa sanksi administrasi dapat memberikan efek jera. Sanksi

administrasi harus dapat memberikan perbaikan baik terhadap pelanggar

maupun bagi kesatuan dan pembinaan personil/pembinaan satuan pada

umumnya.

b. Dari Aspek Kepastian Pembinaan Karir.

Salah satu tujuan dari penerapan sanksi administrasi dari kelanjutan

sanksi disiplin dan lanjutan dari sanksi pidana, adalah untuk memberikan

kepastian pembinaan karir bagi Prajurit/Militer pelanggar hukum. Pada masa

lalu, ketika belum diterbitkan Peraturan Kasad tentang Penerapan Sanksi

Administrasi, para Prajurit/Militer yang melanggar hukum, meskipun telah

dijatuhi sanksi hukum disiplin oleh Ankum atau sanksi pidana oleh Pengadilan,

Prajurit/Militer yang bersangkutan dalam pembinaan karir perlakuannya sangat

bervariasi, sehingga tidak ada kepastian. Dengan diterapkan sanksi

administrasi yang diatur secara jelas mengenai penggolongan pelanggaran dan

sanksinya dengan batas waktu yang jelas secara proporsional, maka akan ada

kepastian bahwa setelah sanksi administrasi dijalankan, maka secara

administrasi kepastian pembinaan karir selanjutnya menjadi jelas.

c. Dari Aspek Keadilan.

Selain tujuan kepastian pembinaan karir, penerapan sanksi administrasi

terhadap Prajurit pelanggar hukum baik disiplin maupun pidana adalah untuk

memberikan keadilan. Keadilan dimaksud adalah pada tataran Prajurit

pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak pernah

melakukan pelanggaran hukum. Aspek keadilan didasarkan pada pemikiran

bahwa Prajurit pelanggar hukum harus diberikan perlakuan pembinaan karir

yang tidak sama dengan Prajurit yang tidak melanggar hukum (secara

19

proporsional ditunda dengan kurun waktu tertentu), terlebih jika dihadapkan

dengan Prajurit yang berprestasi. Maka, Prajurit pelanggar hukum harus

diberikan sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat, atau

penundaan penempatan dalam jabatan, atau penundaan dalam pendidikan,

dengan kurun waktu penundaan secara proporsional.

Ketiadaan sanksi administrasi yang mengikuti sanksi hukum disiplin dan

sanksi pidana, dapat memberikan ketidakadilan bagi Prajurit lainnya yang tidak

pernah melakukan pelanggaran. Sebab, apabila tidak diberikan sanksi

administrasi, dengan selesainya menjalani sanksi disiplin dan/ atau sanksi

pidana maka Prajurit pelanggar hukum dimungkinan dapat naik pangkat atau

menduduki jabatan atau melaksanakan pendidikan bersama-sama, atau bahkan

dimungkinkan mendahului Prajurit seangkatannya yang tidak pernah melakukan

pelanggaran hukum. Dalam kerangka keadilan inilah sanksi administrasi

dijatuhkan setelah Prajurit pelanggaran hukum menjalani sanksi disiplin atau

sanksi pidana.

18. Penerapan Sanksi Administrasi Harus Sesuai dan Tidak Menyimpang dari

Peraturan.

a. Sanksi Administrasi harus Sesuai Golongan Pelanggaran.

Peraturan Kasad Nomor Perkasad/1/II / 2009 tanggal 5 Februari 2009

telah secara jelas mengatur penggolongan pelanggaran dengan jenis sanksi

administrasi pada masing-masing golongan pelanggaran.

Pelanggaran hukum digolongkan menjadi dua golongan pelanggaran

dengan sanksi administrasi sesuai dengan golongannya. Jika ditabelkan dapat

tergambar sbb:

No Gol pelanggaran Sanksi administrasi Ket.

1

Golongan I: Pelanggaran Hukum Disiplin dan

a.Perwira: Hukuman Tegoran:

20

prosesnya telah selesai dan telah

diterbitkan Kepkumplin dari

Ankum. Jenis Hukuman Disiplin:

1) Teguran.

2) Penahanan ringan paling

lama 14 hari.

3) Penahanan berat paling

lama 21 hari.

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama satu periode

dan penundaan kenaikan

pangkat selama satu periode

sejak eligibel.

Hukuman Penahanan Ringan:

Pendidikan: ditunda mengikuti

Pendidikan selama satu periode

pendidikan dan penundaan

kenaikan pangkat selama dua

periode sejak eligible.

Hukuman Penahanan Berat:

Pendidikan: ditunda mengikuti

Pendidikan selama satu periode

pendidikan dan penundaan

kenaikan pangkat selama tiga

periode sejak eligible.

b.Bintara/Tamtama:

Hukuman Tegoran:

Pendidikan: ditunda mengikuti

Pendidikan selama satu periode

pendidikan atau penundaan

kenaikan pangkat selama dua

periode sejak eligible.

Hukuman Penahanan Ringan:

Pendidikan: ditunda mengikuti

Pendidikan selama dua periode

pendidikan atau penundaan

kenaikan pangkat selama dua

periode sejak eligible.

Hukuman Penahanan Berat:

Pendidikan: ditunda mengikuti

Pendidikan selama tiga periode

21

pendidikan atau penundaan

kenaikan pangkat selama tiga

periode sejak eligible.

2 Golongan II:

Melakukan tindak pidana

(kejahatan/pelanggaran) dan

proses melalui Peradilan

Mil/Umum sudah selesai dengan

Putusan pengadilan telah

berkekuatan hukum tetap.

Jenis Hukuman:

1) Pelanggaran lalu lintas

tertentu telah dijatuhi Pidana

denda/ kurungan pengganti

dan sudah dibayar, tidak

dikenakan sanksi

administrasi. Kecuali pidana

denda tidak dibayar.

2) Pidana bersyarat

3) Pidana penjara sampai tiga

bulan

4) Pidana penjara lebih dari tiga

bulan.

a.Perwira:

Pelanggaran lalu lintas

tertentu telah dijatuhi Pidana

denda/ kurungan pengganti dan

sudah dibayar, tidak dikenakan

sanksi administrasi. Kecuali

pidana denda tidak dibayar:

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama satu periode

dan penundaan kenaikan

pangkat selama satu periode

sejak eligibel.

Hukuman Pidana bersyarat:

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama satu periode

dan penundaan kenaikan

pangkat selama dua periode

sejak eligibel.

Hukuman Penjara sampai

dengan tiga bulan:

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama satu periode

dan penundaan kenaikan

pangkat selama tiga periode

sejak eligibel.

Hukuman Penjara lebih dari

tiga bulan namun masih tetap

dipertahankan dlm dinas TNI

AD:

Pendidikan: ditunda mengikuti

22

pendidikan selama satu periode

dan penundaan kenaikan

pangkat selama empat periode

sejak eligibel.

b.Bintara/Tamtama:

Pelanggaran lalu lintas

tertentu telah dijatuhi Pidana

denda/ kurungan pengganti dan

sudah dibayar, tidak dikenakan

sanksi administrasi. Kecuali

pidana denda tidak dibayar:

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama satu periode

atau penundaan kenaikan

pangkat selama satu periode

sejak eligibel.

Hukuman Pidana Bersyarat:

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama dua periode

atau penundaan kenaikan

pangkat selama dua periode

sejak eligibel.

Hukuman Penjara sampai

dengan tiga bulan:

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama tiga periode

atau penundaan kenaikan

pangkat selama tiga periode

sejak eligibel.

Hukuman Penjara lebih dari

tiga bulan namun masih tetap

dlm dinas TNI AD:

23

Pendidikan: ditunda mengikuti

pendidikan selama empat

periode atau penundaan

kenaikan pangkat selama

empat periode sejak eligibel.

24

BAB V PENUTUP

19. Kesimpulan.

a. Penerapan Peraturan sanksi Administrasi yang diatur dalam Keputusan

Kasad Nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Pebruari 2016 tentang Sanksi

Administrasi bagi Militer di Lingkungan TNI AD yang Melakukan Pelanggaran,

secara umum telah dilaksanakan sesuai aturan yang ada:

1) Para Ankum secara umum telah memahami aturan Sanksi

Administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan

oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan.

2) Para Ankum telah menerapkan sanksi administrasi sebagai

kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan

sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan yang ada di kesatuannya

masing-masing.

b. Sanksi sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer

yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan

telah disosialisasikan ke kesatuan-kesatuan jajaran TNI AD, meskipun masih

ada beberapa kesatuan yang masih dalam perencanaan untuk sosialisasi.

c. Pengawasan dan evaluasi secara berkala dan terus menerus penting

untuk dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan penerapan.

20. Saran.

1. Perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan hukum tentang sanksi

administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh

Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan bagi kesatuan-

kesatuan yang belum melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan hukum (masih

ada 7% kesatuan).

25

2. Perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala dan terus

menerus agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam penerapannya,

dan untuk memperhatikan aspek dampak efek jera pelanggaran hukum, dan juga

dari aspek kepastian pembinaan dan keadilan.

Mengetahui, Jakarta, Maret 2016

Tua LPPM Kabag Lit

Dwi Jaka Susanta, S.H., M.H. Rudi Sangaji , S.H.,M.H.

Kolonel Chk NRP 33545 Letkol Chk NRP 1930000720563