okt onov odes,·~ eksodus dosen -...

1
I(OMPAS o Se/asa o Rabu o Minggu o Kamis • Jumat o Sabtu 4 5 20 6(D 21 22 8 9 10 11 23 24 25 26 12 13 27 28 14 15 16 29 30 31 o Mar OApr OMei ONov ODes,·~ OJun OJu/ 0 Ags OSep .Okt Eksodus Dosen P ertimbangan profe- sional dan pertim- bangan politik ada- lah dua kutub yang ber- beda. Begitu pun, banyak kalangan profesi atau aka- demisi yang menyeberang menjadi politisi ataupun birokrat di pemerintahan. Eksodus akademisi sangat mengganggu perkembangan dan mekanisme penerapan Tridarma Perguruan Tinggi. Dosen-dosen dengan gelar ma- gister atau doktor-juga yang su- dah profesor-tergiur duduk di eksekutif, yudikatif, legislatif, ser- ta lembaga lain dalam peme- rintahan.~engapa? Dalam bidang hukum, sudah dua belas tahun ini banyak hakim ad hoc direkrut dari perguruan tinggi, diawali dengan hakim per- adilan HAM. Apakah peradilan kita jadi lebih baik dengan ma- suknya akademisi menjadi ha- kim? Pertanyaan serupa berlaku di legislatif. Apakah parlemen ki- ta semakin beradab? Dalam du- nia birokrasi di eksekutif pun sama saja Semua tidak ada per- ubahan yang signifikan. Berduyun-duyun dosen men- daftar untuk duduk dalam berba- gai komisi: dari Komisi Kepo- lisian sampai Komisi Pemilihan Umum. Fenomena ini perlu di- kaji seeara serius. Jika tidak, bisa jadi perguruan tinggi hanya akan jadi pabrik sarjana ataupun su- permarket ilmu belaka. Memang kita tidak perlu ap- riori terhadap fenomena eksodus dosen karena sudah terjadi sejak lama Misalnya, para akademisi yang mendesain konsep peme- rintahan. Daniel Dhakidae dalam bukunya tentang eendekiawan dan kekuasaan menguraikan simbiosis akademisi dengan ke- kuasaan ini. Disebutkan bahwa paradigma kontemporer me- mang menghendaki perguruan tinggi memberikan kontribusi riil untuk kemanusiaan, termasuk dalam memecahkan masalah. Wajar jika kemudian ada aka- demisi yang merasa lebih konkret berkontribusi apabila masuk ke kekuasaan. Justru yang terabai- kan adalah ada mata rantai yang Oleh YESMIL ANWAR Alat justifikasi Kampus sering kali hanya menjadi ala! justifikasi kebijakan. Padahal, yang diinginkan adalah para akademisi menjadi partner diskusi pemerintah agar tidak terperangkap dalam pemikiran pragmatis di lapangan. Namun, jika motif hijrah para akademisi ini adalah mengejar jabatan, ke- mampuan untuk melahirkan ga- gasan bisa tererosi. Pertanyaannya kemudian, apakah kampus sebagai almama- ter siap mendukung akademisi yang berkiprah di luar kampus? Tujuannya agar ada konsep kom- prehensif dan tetap meneermin- kan identitas khas pemikiran ti- ap-tiap kampus. Dulu, pada masa Orde Baru, konsep-konsep insan kampus sa- ~ ngat mewarnai penyelenggaraan ?/ negara Contoh paling konkret adalah GBHN di bidang hukum yang didesain Profesor Mochtar Kusumaatmadja (Unpad). Desain ekonomi Indonesia dibuat oleh Prof Widjojo Nitisastro dan ka- wan-kawan (UI). Konsep-konsep budaya dikelola Prof Selo Soe- mardjan dan kawan-kawan (UGM). Prof Sutami dan Prof BJ Habibie (ITB) melahirkan kon- sep teknologi dan ilmu pengeta- huan, sedangkan lingkungan hi- dup diraneang Prof Emil Salim. Konsep-konsep mereka sangat mewarnai sistem pemerintahan. Mereka membuktikan keber- adaannya di dalam pemerintahan bukanlah sekadar orang kampus yang mendapat kesempatan, me- lainkan benar-benar rriencer- minkan komitmen dan tanggung jawab sebagai akademisi. Namun, dalam periode seka- rang, banyak orang yang meragu- kannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa eksodus dosen se- ring kali terkait dengan motif ekonomi, yaitu agar pada ,masa tua mendapat pensiun ganda. Dalam sistem penjaminan mu- tu perguruan tinggi, para dosen sebagai roda penggerak seeara putus antara dunia ide yang di- kembangkan di kampus dan du- nia praktik di luar kampus. Setiap jalan sendiri, meski ada figur-fi- gur akademisi di lingkungan praktik, tak didukung para pe- mikir dari lingkungan kampus. in. I jjl DIDIE sw formal-prosedural harus mendo- kumentasikan karya akademis- nya melalui sertifikasi kompe- tensi. Mereka wajib mencapai ni- lai cum tertentu berdasarkan kondisi diri dan lingkungan. Ba- rangkali inilah tantangan bagi kampus untuk dapat meneipta- kan ruang yang kondusif dalam konteks Tridarma Perguruan Tinggi agar sedikit alasan bagi para akademisi meninggalkan kampus. Merepotkan Beberapa rekan akademisi yang kebetulan menduduki ja- batan struktural di pelbagai PT sepakat mengatakan kepada pe- nulis bahwa dengan adanya tren eksodus dosen, dari sisi admi- nistrasi kepegawaian eukup me- repotkan, terutama dalam hal pe- mindahan status kepegawaian dari Kementerian .Pendidikan Nasional ke kementerian lain. Begitu pula ketika dosen ter- sebut aktifkembali mengajar. Hal lain lagi yang eukup merepotkan adalah terganggunya pengaturan perkuliahan dan kegiatan aka- demik. Karena kebanyakan dari mereka-meski sudah punya tu- gas baru tetapi masih ingin tetap mengajar-tidak lagi memiliki waktu yang eukup. Akibatnya, mahasiswa jadi korban karena dosen sering absen. Dalam hal terjadinya eksodus dosen ini, inti persoalan adalah ada atau tidaknya komitmen dan tanggung jawab dari yang ber- sangkutan terhadap tugas dan fungsinya sebagai dosen. Sisi lain yang juga menarik disimak adalah proses dan pro-: sedur perekrutan para akademisi yang dilaksanakan melalui beauty contest'. Para profesor yang sa- ngat dihormati di kampus ber- ubah menjadi obyek bulan-bu- lanan politisi dan para penguji kelayakan dan kepatutan. Ka- dang-kadang nilai-nilai dan ke- horrnatan kampus berbenturan dengan retorika politisi di DPR Para akademis tersebut dikuliti habis-habisan, bukan hanya ber- kaitan dengan ilmu pengetahu- annya, melainkan juga masa- lah-masalah yang menyangkut hal-hal pribadi. Sumber gagasan Barangkali perlu digarisbawahi bahwa peran kam us adalah se- bagai pencipta gagasan dan men- jaga moral. Kamp tidak men- jadi permisif dan oportunis, apa- lagi sebagai alat olitik praktis. Hal tersebut amat berbahayajika terjadi. Oleh karena itu, hubung- an antara kampus dan para aka- demisi yang "rnerantau" harus tetap dibina agar suplai gagasan dan kontrol moral dari kampus tetap ada Kampus sebagai almamater harus belajar merawat sivitasnya dengan menggunakan konsep re- bung, konsep tunas bambu. Ba- tang bambu yang masih keeil dan dirawat dengan baik akan men- jadi batang bambu yang panjang, kuat, dan di mana pun dia tum- buh akan bermanfaat bagi se- sama, Semoga para dosen juga tetap bisa membanggakan alma- maternya di mana pun mereka mengabdikan ilmunya, YESMIL ANWAR Dosen Universitas Padjadjaran dan Universitas Pasunda~Bandung Kllplng Huma. Onpad 2011

Upload: dinhdung

Post on 01-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Okt ONov ODes,·~ Eksodus Dosen - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/kompas-20111007-ek...apakah kampus sebagai almama-ter siap mendukung akademisi

I(OMPASo Se/asa oRabu o Mingguo Kamis • Jumat o Sabtu

4 520

6(D21 22

8 9 10 1123 24 25 26

12 1327 28

14 15 1629 30 31oMar OApr OMei ONov ODes,·~OJun OJu/ 0 Ags OSep .Okt

Eksodus DosenPertimbangan profe-

sional dan pertim-bangan politik ada-

lah dua kutub yang ber-beda. Begitu pun, banyakkalangan profesi atau aka-demisi yang menyeberangmenjadi politisi ataupunbirokrat di pemerintahan.

Eksodus akademisi sangatmengganggu perkembangan danmekanisme penerapan TridarmaPerguruan Tinggi.Dosen-dosen dengan gelar ma-

gister atau doktor-juga yang su-dah profesor-tergiur duduk dieksekutif, yudikatif, legislatif, ser-ta lembaga lain dalam peme-rintahan.~engapa?Dalam bidang hukum, sudah

dua belas tahun ini banyak hakimad hoc direkrut dari perguruantinggi, diawali dengan hakim per-adilan HAM. Apakah peradilankita jadi lebih baik dengan ma-suknya akademisi menjadi ha-kim? Pertanyaan serupa berlakudi legislatif. Apakah parlemen ki-ta semakin beradab? Dalam du-nia birokrasi di eksekutif punsama saja Semua tidak ada per-ubahan yang signifikan.

Berduyun-duyun dosen men-daftar untuk duduk dalam berba-gai komisi: dari Komisi Kepo-lisian sampai Komisi PemilihanUmum. Fenomena ini perlu di-kaji seeara serius. Jika tidak, bisajadi perguruan tinggi hanya akanjadi pabrik sarjana ataupun su-permarket ilmu belaka.Memang kita tidak perlu ap-

riori terhadap fenomena eksodusdosen karena sudah terjadi sejaklama Misalnya, para akademisiyang mendesain konsep peme-rintahan. Daniel Dhakidae dalambukunya tentang eendekiawandan kekuasaan menguraikansimbiosis akademisi dengan ke-kuasaan ini. Disebutkan bahwaparadigma kontemporer me-mang menghendaki perguruantinggi memberikan kontribusi riiluntuk kemanusiaan, termasukdalam memecahkan masalah.Wajar jika kemudian ada aka-

demisi yang merasa lebih konkretberkontribusi apabila masuk kekekuasaan. Justru yang terabai-kan adalah ada mata rantai yang

Oleh YESMIL ANWAR

Alat justifikasiKampus sering kali hanya

menjadi ala! justifikasi kebijakan.Padahal, yang diinginkan adalahpara akademisi menjadi partnerdiskusi pemerintah agar tidakterperangkap dalam pemikiranpragmatis di lapangan. Namun,jika motif hijrah para akademisiini adalah mengejar jabatan, ke-mampuan untuk melahirkan ga-gasan bisa tererosi.

Pertanyaannya kemudian,apakah kampus sebagai almama-ter siap mendukung akademisiyang berkiprah di luar kampus?Tujuannya agar ada konsep kom-prehensif dan tetap meneermin-kan identitas khas pemikiran ti-ap-tiap kampus.Dulu, pada masa Orde Baru,

konsep-konsep insan kampus sa- ~ngat mewarnai penyelenggaraan ?/

negara Contoh paling konkretadalah GBHN di bidang hukumyang didesain Profesor MochtarKusumaatmadja (Unpad). Desainekonomi Indonesia dibuat olehProf Widjojo Nitisastro dan ka-wan-kawan (UI). Konsep-konsepbudaya dikelola Prof Selo Soe-mardjan dan kawan-kawan(UGM). Prof Sutami dan Prof BJHabibie (ITB) melahirkan kon-sep teknologi dan ilmu pengeta-huan, sedangkan lingkungan hi-dup diraneang Prof Emil Salim.Konsep-konsep mereka sangatmewarnai sistem pemerintahan.Mereka membuktikan keber-

adaannya di dalam pemerintahanbukanlah sekadar orang kampusyang mendapat kesempatan, me-lainkan benar-benar rriencer-minkan komitmen dan tanggungjawab sebagai akademisi.

Namun, dalam periode seka-rang, banyak orang yang meragu-kannya. Sudah menjadi rahasiaumum bahwa eksodus dosen se-ring kali terkait dengan motifekonomi, yaitu agar pada ,masatua mendapat pensiun ganda.Dalam sistem penjaminan mu-

tu perguruan tinggi, para dosensebagai roda penggerak seeara

putus antara dunia ide yang di-kembangkan di kampus dan du-nia praktik di luar kampus. Setiapjalan sendiri, meski ada figur-fi-gur akademisi di lingkunganpraktik, tak didukung para pe-mikir dari lingkungan kampus.

in.I jjl

DIDIE sw

formal-prosedural harus mendo-kumentasikan karya akademis-nya melalui sertifikasi kompe-tensi. Mereka wajib mencapai ni-lai cum tertentu berdasarkankondisi diri dan lingkungan. Ba-rangkali inilah tantangan bagikampus untuk dapat meneipta-kan ruang yang kondusif dalamkonteks Tridarma PerguruanTinggi agar sedikit alasan bagipara akademisi meninggalkankampus.

MerepotkanBeberapa rekan akademisi

yang kebetulan menduduki ja-batan struktural di pelbagai PTsepakat mengatakan kepada pe-nulis bahwa dengan adanya treneksodus dosen, dari sisi admi-nistrasi kepegawaian eukup me-repotkan, terutama dalam hal pe-mindahan status kepegawaiandari Kementerian .PendidikanNasional ke kementerian lain.Begitu pula ketika dosen ter-

sebut aktifkembali mengajar. Hallain lagi yang eukup merepotkanadalah terganggunya pengaturan

perkuliahan dan kegiatan aka-demik. Karena kebanyakan darimereka-meski sudah punya tu-gas baru tetapi masih ingin tetapmengajar-tidak lagi memilikiwaktu yang eukup. Akibatnya,mahasiswa jadi korban karenadosen sering absen.Dalam hal terjadinya eksodus

dosen ini, inti persoalan adalahada atau tidaknya komitmen dantanggung jawab dari yang ber-sangkutan terhadap tugas danfungsinya sebagai dosen.Sisi lain yang juga menarik

disimak adalah proses dan pro-:sedur perekrutan para akademisiyang dilaksanakan melalui beautycontest'. Para profesor yang sa-ngat dihormati di kampus ber-ubah menjadi obyek bulan-bu-lanan politisi dan para pengujikelayakan dan kepatutan. Ka-dang-kadang nilai-nilai dan ke-horrnatan kampus berbenturandengan retorika politisi di DPRPara akademis tersebut dikulitihabis-habisan, bukan hanya ber-kaitan dengan ilmu pengetahu-annya, melainkan juga masa-lah-masalah yang menyangkuthal-hal pribadi.

Sumber gagasanBarangkali perlu digarisbawahi

bahwa peran kam us adalah se-bagai pencipta gagasan dan men-jaga moral. Kamp tidak men-jadi permisif dan oportunis, apa-lagi sebagai alat olitik praktis.Hal tersebut amat berbahayajikaterjadi. Oleh karena itu, hubung-an antara kampus dan para aka-demisi yang "rnerantau" harustetap dibina agar suplai gagasandan kontrol moral dari kampustetap adaKampus sebagai almamater

harus belajar merawat sivitasnyadengan menggunakan konsep re-bung, konsep tunas bambu. Ba-tang bambu yang masih keeil dandirawat dengan baik akan men-jadi batang bambu yang panjang,kuat, dan di mana pun dia tum-buh akan bermanfaat bagi se-sama, Semoga para dosen jugatetap bisa membanggakan alma-maternya di mana pun merekamengabdikan ilmunya,

YESMIL ANWARDosen Universitas

Padjadjaran dan UniversitasPasunda~Bandung

Kllplng Huma. Onpad 2011