4 5 omar osep ookt onov odes oapr omei ojun...
TRANSCRIPT
TEMPOo Senin o Setasa o Sabtu • Mingguo Rabu o Kamis 0 Jumat2 3
17 18 194 520
OSep OOkt ONov ODesoMarOJan OPeb
6 721 22
8 9 10 1123 24 25 26
OApr OMei OJun 0 Jut • Ags
Bahasa!Lie Charlie
Menimbang Kata'Internasional'
A PA makna kata "internasio-nal" yang sering dicantum-kan dalam berbagai termi-nologi? Kini kita seringmene-
mukan istilah "rumah sakit interna-sional", "sekolah internasional", danyang terbaru, RSBI, yang merupakansingkatan dari "rintisan sekolah ber-taraf internasional".
Kini rumah sakit ikut-ikutan meng-aplikasikan sebutan "internasional"di belakang namanya. Ini berarti ru-mah sakit tersebut mengklaim me-miliki mutu pelayanan yang samadengan rumah sakit di seluruh du-nia dan menerima pasien dari ber-bagai bangsa. Lantas apa kelebihan-nya dibandingkan dengan rumah sa-kit yang tanpa menggunakan embel-embel "internasional"?
Merisaukan rumah sakit yang me-ngenakan tambahan kata "interna-sional", "global", atau (kelas) "du-nia", Direktur Jenderal Bina Pelayan-an Medik Kementerian KesehatanSupriyantoro mengingatkan agarrumah sakit sebaiknya jangan meng-gunakan kata tersebut, kecuali da-pat memperlihatkan bukti sertifl-kat pendukungnya. Argumennya, su-paya rakyat tidak terkecoh atau sa-lah menginterpretasikan makna kata"internasional".
Ada kekhawatiran sebagian ma-syarakat mengira bahwa rumah sakitinternasional hanya melayani wargaasing belaka. Kekhawatiran tersebuttidak berlebihan jika melihat pen am-pilan fisik rumah sakit internasionalumumnya serba mewah menyaingihotel berbintang.
Menurut Pak Direktur JenderalSupriyantoro, embel-embel tersebuthanya akan mempersulit rumah sakityang menyandangnya. Seandainyaterjadi sesuatu yang mengakibatkanmutunya menurun atau periode ser-tifikatnya telah terlampaui, konse-kuensinya rumah sakit bersangkutan
harus mengubah lagi namanya. Se-cara administratif hal ini amat mere-potkan pihak rumah sakit sendiri,katanya.
Namun kita pun tidak dapat meng-anggap semua rumah sakit sama saja.Penampilan fisik mereka saja berbedajauh. Ada rumah sakit yang berting-kat sepuluh lantai dan ada yang ba-ngunannya mirip bedeng pada masaperang. Peralatan medis yang terse-dia juga amat mencolok bedanya. Adarumah sakit yang membedah meng-gunakan laser, ada yang fasilitas .pe-meriksaan darah saja tidak punya.
Pada 2002, ketika bom meledak diSanur, Bali, dua ratus lebih korbanmeninggal dunia. Korban yang luka-luka dibawa ke Rumah Sakit Sang-lah. Saat itu orang-orang kebingung-an mencari rumah sakit bertaraf in-ternasional yang memang belum adadi Bali dan sekitarnya. Semua orangberpikir bahwa korban cedera yangsebagian besar berkulit putih pan-tasnya dibawa ke rumah sakit inter-nasional.
Beberapa hari kemudian, ternyatabanyak korban pindah dari RumahSakit Sanglah ke rumah sakit di Si-ngapura dan Australia. Bukan maksudkita meremehkan Rumah Sakit Sang-lah, melainkan di sana tak tersediaperalatan medis yang komplet un-tuk merawat pasien dengan kondi-si tertentu. Harus diakui bahwa ti-dak semua rumah sakit memiliki, mi-salnya, pemindai (scanner) yang da-pat melihat tubuh dari 32 atau 64 iris-an melintang dan membujur, pemacujantung, atau mesin cuci darah.
Kiranya pembedaan terhadap ru-mah sakit itu perlu, meskipun kitamenolak membeda-bedakan manu-sia. Perbedaan itu sekadar mernbe-rikan petunjuk kepada masyarakatmengenai tingkat dan kualitas pela-yanan yang mampu diberikan sebuahrumah sakit. Jika tidak boleh meng-
12 13 14 1527 28 ~ 30 31
gunakan sebutan kelas "internasio-nal", "global", atau "dunia", rumahsakit seyogianya dapat diperbedakandengan memakai tanda bintang se-perti sebuah hotel.
Bila Anda terkena influenza, .si-lakan datang saja ke rumah sakitberbintang dua, kecuali Anda ba-nyak uang. Kalau kena serangan jan-tung, sebaiknya mengunjungi rumahsakit berbintang empat, karena disana baru ada peralatan medis me-madai yang dapat mendeteksi kon-disi jantung Anda. Beda lai n, rumahsakit berbintang banyak tentu lebihnyaman. Itu jika kita menolak pen-cantuman kata "internasional" padarumah sakit.
Bagaimana dengan pencantumankat a "internasional" pada institusipendidikan?
Lantas apa bedanya dengan seko-lah lain? Rintisan sekolah bertarafinternasional dicanangkan agar mu-rid yang lulus disetarakan dengan lu-lusan sekolah di mana pun di duniaini, sehingga siswa-siswi RSBI da-pat pindah sekolah sesewaktu tan-
t, pa menempuh program-program pe-nyesuaian. Kurikulum RSBI, de-ngan demikian, konon menyesuaikandiri dengan kurikulum sekolah mene-ngah atas di Singapura, London, SanFrancisco, atau Perth. Bahasa peng-antar di RSBI adalah bahasa Inggris.Kata "internasional" di sini mengacupada makna "sesuai standar dunia".Problemnya adalah apakah pencan-tuman kata "internasional" itu seka-dar tempelan, atau muridnya nantimemang setara dengan lulusan luarnegeri yang menggunakan sistemyang sama.
Beberapa sekolah sebelumnya jugasudah menggunakan "internasional"(international) di belakang namamereka, umpamanya Gandhi Me-morial International School atau Ja-karta International School. Tapi be-danya, kata "internasional" itu jugamenyiratkan bahwa sekolah ini me-nerima murid yang berasal dari ber-bagai bangs a di dunia.
Produk-produk juga sering diberilabel "bermutu internasional". Mak-nanya, mutu produk bersangkutansama dengan mutu produk sejenisbuatan negara mana pun dan layakdikonsumsi bangsa apa pun. Hargaproduk bermutu internasional, nor-malnya, lebih mahal daripada produkbermutu lokal. Maka wajar, tidak adapabrik yang menyebut produk me-reka bermutu lokal.
*) Sarjana tata bahasa IndonesiaUniversitas Padjadjaran, Bandung
96 I TEMPO 29 AGUSTUS 2010
Kliping Humas Unpad 2010