oei hui lan - s3.amazonaws.com · tentang hak cipta (1) setiap orang yang dengan tanpa hak...

13

Upload: ngonhi

Post on 12-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Page 2: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Oei Hui LanKisah putri Sang Raja Gula dari Semarang

Haldep_Oei Hui Lan_i-xviii.indd 1 2/27/2017 11:47:36 AM

Page 3: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Haldep_Oei Hui Lan_i-xviii.indd 2 2/27/2017 11:47:36 AM

Page 4: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Oei Hui LanKisah putri Sang Raja Gula dari Semarang

Agnes Davonar

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Haldep_Oei Hui Lan_i-xviii.indd 3 2/27/2017 11:47:37 AM

Page 5: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Oei Hui Lan – Kisah putri Sang Raja Gula dari SemarangOleh: Agnes Davonar

© 2017 Penerbit PT Elex Media Komputindo

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang

Diterbitkan pertama kali oleh:

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

717080528

ISBN: 978-602-04-1176-7

Ukuran buku: 19 x 23 cm

Jumlah Hal: xviii + 233 Halaman

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Haldep_Oei Hui Lan_i-xviii.indd 4 2/27/2017 11:47:37 AM

Page 6: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Page 7: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

v i O e I H u I L a n

Bab 10 Perjalanan Terakhir Bersama Ayah ........................................................ 109

Bab 11 Kehidupan Tanpa Batas ......................................................................... 117

Bab 12 Pernikahan Saya ..................................................................................... 127

Bab 13 Anak-Anak dalam Kehidupan Saya ........................................................ 141

Bab 14 Ayah Merasa Lelah ................................................................................. 157

Bab 15 Oei Tiong Ham Wafat ........................................................................... 169

Bab 16 Warisan ................................................................................................. 179

Bab 17 Perang Dunia Kedua .............................................................................. 189

Bab 18 Saat Terakhir Bersama Ibu ..................................................................... 199

Bab 19 Pesta Penghabisan .................................................................................. 209

Bab 20 Pesan-Pesan ........................................................................................... 219

Bab 21 Keluarga di Malang dan Permata Kaisar China ...................................... 225

Catatan Penulis .................................................................................................. 233

Haldep_Oei Hui Lan_i-xviii.indd 6 2/27/2017 11:47:37 AM

Page 8: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Haldep_Oei Hui Lan_i-xviii.indd 17 2/27/2017 11:47:39 AM

Page 9: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Page 10: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

2 O e i H u i L a n

Kakek saya adalah seorang yang dianggap memberontak di China, yang lahir pada tahun 1835. Di usia 19 tahun, kakek terpaksa melarikan diri dari China setelah peme rintah setempat menyebutnya sebagai buronan dan mengumumkan akan mem-berikan hadiah bagi siapa saja yang bisa menangkapnya. Dengan berat hati, tanpa sempat berpamitan kepada orang tua dan istrinya, kakek berhasil lolos dari pengejaran serdadu Kerajaan Manzhu pada malam buta. Terlambat sedikit saja, ia pasti sudah tertangkap dan dihukum mati.

Hukuman yang dijatuhkan pada para pemberontak pada waktu itu bukanlah hukuman mati biasa. Eksekusi tidak berlangsung cepat seperti biasanya, melainkan lebih tepat disebut penyiksaan. Dianggap menyenangkan bagi sang algojo, tetapi sa ngat mengerikan bagi si terhukum dan orang yang menontonnya. Terhukum diikat pada sebuah tonggak kayu, dikuliti sekujur tubuhnya dan dimutilasi satu-persatu anggota badannya, kemudian dijemur sejak fajar hingga matahari terbenam. Si ter hukum akan dipertontonkan di depan umum sampai maut datang menjemput (hukuman mati ini dikenal dengan sebutan Lingchi, dan dipraktikkan di China hingga awal abad 20 – red).

Kakek saya beruntung. Saat melarikan diri, ia melihat sebuah jung atau perahu kecil yang ditambatkan di pinggir sungai. Ia segera naik dan bersembunyi di jung kayu itu. Saat jung itu berlayar meninggalkan tepian sungai menuju laut bebas, kakek terus berbaring tak bergerak karena tidak ingin terpergok oleh pemilik jung itu.

Sambil bersembunyi, ia terus merenungkan nasibnya. Sesaat ia teringat keluarga yang mungkin tidak akan pernah ia temui lagi. Apalagi saat itu ia baru saja memiliki bayi. Ketika pemilik jung itu menemukan kakek, ia merasa kasihan dan membiarkan-nya ikut dalam pelayaran. Pemilik jung menyarankan kakek untuk pindah ke perahu jung yang lebih besar di pelabuhan, karena perahu-perahu itu menyelundupkan be-berapa pemberontak keluar dari China.

Mengikuti saran pria yang baik hati itu, kakek segera berpindah ke jung yang lebih besar. Ia bergabung dengan beberapa orang yang hendak melewati bagian dalam pelabuhan Amoy yang terlindung. Perahu itu sedang meluncur ke luar menuju Laut China yang luas, meninggalkan kenangan kekejaman Kekaisaran Manzhu. Dengan

Isi_Oei Hui Lan Folder_1-233.indd 2 2/27/2017 11:49:37 AM

Page 11: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Page 12: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

4 O e i H u i L a n

Satu per satu sahabat dan anggota kelompok kakek ditangkap dan dibunuh. Mengetahui bahwa ia menjadi sasaran penangkapan, kakek segera melarikan diri. Kakek tidak membawa apa pun selama pelarian itu selain pakaian yang melekat di tubuhnya.

Kakek tak tahu ke mana tujuan perahu yang ditumpanginya, yang penting ia selamat dan dapat melanjutkan hidupnya. Perahu jung itu meluncur siang dan malam di atas laut yang tenang. Sesekali angin bertiup bagai berbisik lembut dan setiap saat layar berwarna cokelat memukul-mukul tiangnya tanpa henti. Tujuh puluh orang China yang sebagian adalah pemberontak atau orang yang mencari suaka mengikuti pelayaran dengan sabar di atas buritan yang melengkung tinggi. Bersama mereka, perahu itu mengangkut burung merpati, itik, babi, dan ayam yang terkurung dalam kandang yang bertumpuk-tumpuk tinggi di haluan.

Hiruk pikuk suara ternak tidak pernah berhenti dan bau busuk menyengat hi-dung terasa setiap saat. Untuk makan, para penumpang terpaksa berjongkok di atas dek, menanak nasi dengan tungku kecil sambil memasukkan beberapa helai daun teh yang berharga ke dalam cangkir kecil berisi air panas. Mereka kebanyakan sangat miskin dan terpaksa melarikan diri dari kampung halaman menuju tempat baru yang lebih baik.

Ketika kakek bersandar di pagar perahu, untuk pertama kalinya sejak berminggu-minggu berlayar akhirnya ia melihat daratan Pulau Jawa yang hijau dan subur muncul di kejauhan. Langit yang biru terlihat begitu cerah hingga membangunkan semua penumpang. Perahu jung itu meluncur dengan tenang memecah gelembung buih di sepanjang garis pantai yang teduh. Sampailah mereka di tanah yang menjanjikan impian baru.

Mereka bersukacita menginjakkan kaki di daratan dan menatap untuk terakhir kalinya perahu jung yang telah menyelamatkan nyawa mereka. Kakek berjalan me-lewati hutan rimba yang lebat yang terhampar sampai ke puncak gunung. Bukit-bukit tersusun rapi sampai ke garis pantai. Lembah-lembah yang rata dihampari petak-petak persawahan. Beberapa di antaranya berwarna kehijau-hijauan, lainnya digenangi air. Dari atas tebing, seorang petani nampak sedang membajak sawah dengan kerbaunya.

Isi_Oei Hui Lan Folder_1-233.indd 4 2/27/2017 11:49:38 AM

Page 13: Oei Hui Lan - s3.amazonaws.com · tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

B a B 1 : O e i T i O n g H a m d a n K e L u a r g a n y a 5

Petani tersebut hanya nampak seperti titik sedangkan kerbau penariknya tampak se-kecil semut. Kemudian untuk sejenak lamanya, warna kehijau-hijauan yang cermer-lang itu tertutup oleh hutan jati. Batang-batang pohonnya yang tak berdaun nampak berwarna keabu-abuan. Kakek sadar bahwa kini ia berada di kota Semarang, sebuah kota pelabuhan yang dikenal oleh banyak orang China sebagai rumah kedua.

Setelah tiga bulan lamanya meninggalkan China, kakek terlihat lebih kurus dan lusuh dibandingkan saat ia meninggalkan Pelabuhan Amoy. Kota Semarang kala itu adalah sebuah kota yang bersih bergaya kolonial. Kota megah yang berkilau diterpa sinar matahari itu menjanjikan keamanan dan kehidupan yang lebih baik. Kakek segera mencari pekerjaan. Ia tidak memiliki apa-apa selain dadanya yang bidang dan pera wakannya yang kekar. Keberuntungan dengan cepat mendekatinya. Sebelum matahari terbenam, ia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai penarik jung masuk ke pelabuhan.

Dalam semalam, ia telah memiliki teman sesama pelarian yang telah lebih dulu tiba di Semarang. Temannya kemudian mengajaknya ke perkampungan China. Tempat itu ternyata sebuah tempat kumuh yang berada di luar kota. Oleh temannya, kakek diberitahu bahwa dengan membayar beberapa keping uang tembaga, ia dapat berbaring sejajar di atas tikar di bawah naungan langit-langit bambu. Setelah teman-nya membayari “penginapannya”, dengan rasa terima kasih kakek pun bisa tertidur lelap. Di hatinya hanya ada satu tekad, ia harus bertahan hidup, melanjutkan hidup-nya dan melupakan masa lalunya.

***

Waktu matahari terbit, setelah minum semangkuk teh, kakek berangkat ke tempat kerjanya. Sehari penuh ia harus memeras tenaga menarik tali perahu-perahu jung yang datang tiada habisnya menepi ke pantai. Pekerjaan itu dilakukan berkelompok, sementara panas matahari membakar punggungnya. Walaupun pekerjaannya menya-kitkan dan melelahkan, ia merasa lega ketika seusai bekerja, ia dapat berenang di air laut pelabuhan, sambil membersihkan kotoran dan kemudian menikmati upahnya.

Isi_Oei Hui Lan Folder_1-233.indd 5 2/27/2017 11:49:38 AM