obligasi vs saham

14

Click here to load reader

Upload: robinverdianto

Post on 03-Aug-2015

64 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Obligasi vs Saham

Obligasi VS Saham: Perbedaan Dan ResikoKita mulai dengan obligasi. Cara termudah untuk mendefinisikan suatu obligasi adalah melalui konsep pinjaman. Bila anda berinvestasi dalam obligasi, Anda pada dasarnya meminjamkan uang kepada perusahaan atau pemerintah yang anda pilih. Lembaga yang pada gilirannya akan memberikan tanda terima atas pinjaman anda bersama dengan janji bunga, dalam bentuk ikatan atau obligasi.

Obligasi dapat dibeli dan dijual pada pasar terbuka. Fluktuasi harga tergantung pada tingkat bunga dari situasi ekonomi umum. Pada dasarnya tingkat bunga secara langsung mempengaruhi nilai investasi anda. Obligasi korporasi dapat terdaftar di bursa saham dan bisa di beli melalui broker saham.

Obligasi tidak seperti saham, anda sebagai investor tidak akan langsung mendapatkan keuntungan atas keberhasilan perusahaan atau jumlah keuntungannya. Sebaliknya anda akan menerima bunga tetap atas pengembalian obligasi. Pada dasarnya ini berarti bahwa apakah perusahaan ini sangat sukses tidak akan mempengaruhi investasi anda. Tingkat pengembalian obligasi akan tetap sama. Tingkat pengembalian anda adalah persentase dari penawaran asli obligasi. Persentase ini disebut tingkat kupon.

Penting untuk diingat bahwa obligasi memiliki tanggal jatuh tempo. Setelah tanggal jatuh tempo tiba, nilai pokok obligasi akan dibayar kembali kepada investor.

Ketika berhadapan dalam obligasi, risiko investasi terbesar yang anda hadapi adalah kemungkinan jumlah investasi pokok TIDAK dibayar kembali kepada anda. Risiko ini dapat agak dikontrol melalui penilaian yang cermat terhadap perusahaan atau lembaga yang anda pilih untuk berinvestasi. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kelayakan kredit umumnya lebih aman Contoh terbaik dari Obligasi “aman” adalah obligasi pemerintah.

Pengertian, Jenis, dan Resiko ObligasiDiposkan o leh  Pernak - Pern ik  d i   Jumat , Desember 16 , 2011

Pengertian Obligasi

Obligasi adalah kontrak keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada

pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit obligasi membayar pokok obligasi

yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya, pemegang obligasi memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat

ini.

Obligasi biasanya dijual di pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah setiap saat.

Obligasi adalah satu sekuritas yang berdasarkan pada IOU dari penerbitnya. Obligasi ini tidak menawarkan hak

Page 2: Obligasi vs Saham

istimewa kepada pemilik perusahaan. Contohnya, 10 tahun obligasi AT & T memberikan hak untuk menerima

pembayaran kupon atau bunga secara periodik dan pokok atau face value pada saat jatuh tempo. Pemegang

obligasi tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan di perusahaan. Banyak obligasi adalah Fixed-Rate Bond

atau sekuritas yang berpendapatan tetap karena perjanjian pembayarannya berbentuk kontraktual dan tetap

sepanjang waktu. Bagaimana pun beberapa obligasi membayar dalam bentuk variabel income dan mengacu pada

Floating-Rate Bond. Jangka waktu obligasi tidak terlalu lama dan tidak terdapat risiko kebangkrutan, secara umum

risiko dari obligasi itu tergolong rendah dengan return yang rendah pula. Biasanya obligasi kurang liquid daripada

saham dan umumnya relatif tinggi cashflow secara periodik (untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi)

(Levy 28).

Karakteristik Obligasi

1. Nilai obligasi (jumlah dana yang dipinjam)

Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang dibutuhkan yang

dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi berdasarkan

aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta kinerja bisnis perusahaan.

2. Jangka waktu obligasi

Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Secara umum masa

jatuh tempo obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu

obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena dianggap risikonya kecil.

3. Principal dan Coupon rate

Nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar dibayarkan kepada

pemegang obligasi pada masa jatuh tempo. Jumlah ini biasa berhubungan dengan redemption value, maturity

value, par value or face value. Coupon rate juga disebut nominal rate, adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit

untuk dibayar kepada pemegang obligasi setiap tahun. Besarnya pembayaran bunga setiap tahun kepada pemilik

obigasi selama jangka waktu obligasi dinamakan coupon. Tingkat persentase coupon dikali nilai prinsipal obligasi

menghasilkan besarnya coupon. Contohnya, obligasi dengan 8% coupon rate dan nilai par nya adalah $1,000 akan

membayar bunga per tahun sebesar $80.

Page 3: Obligasi vs Saham

4. Jadwal pembayaran

Kewajiban pembayaran kupon obligasi oleh perusahaan penerbit, dilakukan secara berkala sesuai dengan

kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan triwulan, semesteran, atau tahunan.

5. Diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah (Levy 29-30).

Jenis-Jenis Obligasi

Sekuritas pasar modal meliputi instrumen-instrumen yang lebih besar dari satu tahun dan isntrumen-

instrumen yang tidak memiliki masa jatuh tempo. Secara umum, pasar ini terjadi karena adanya instrumen yang

berisi sekumpulan aliran kas yang dijanjikan, atau menawarkan partisipasi untuk mendukung profitabilitas

perusahaan di masa yang akan datang. Dalam sekuritas pasar modal ni terdapat dua macam instrumen yaitu fixed

income securities dan equity income securities. Fixed income securities terbagi dua kategori besar yaitu:

1. Government Bond

Seperti T-Bills, US Treasury Notes dan US Teasury Bond adalah sekuritas pemerintah yang digunakan

untuk pendanaan dalam utang pemerintah. Pembayaran kuponnya bersifat semi-annual. Ketika diterbitkan, US

Treasury Notes memiliki masa jatuh tempo 2 (dua) sampai 10 (sepuluh) tahun dan US Treasury-Bond memiliki

masa jatuh temponya lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Jenis-jenis obligasi pemerintah yaitu pertama, Callable Bond

yang biasanya dibeli kembali oleh penerbitnya pada harga tertentu di masa yang akan datang. Kedua, Federal

Agency Bond. Ketiga, Municipal Bond, yang diterbitkan oleh pemerintah lokal untuk mendanai highways, sistem

perairan pendidikan dan capital project lainya. Ada 2 (dua) tipe Multicipal Bond yaitu General Obligation Bond dan

Revenue Bond. (Levy 40-41)

2. Corporate Bond

Page 4: Obligasi vs Saham

Corporate Bond adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk

memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemlik obligasi,

selama jangka waktu tertentu. Perusahaan yang menerbitkan obligasi disebut debitur, sedangkan investor yang

membeli obligasi disebut kreditur. (Timothy and Joseph 408). Jenis-jenis Corporate Bond adalah:

- Secured Bonds

Secured Bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh sejumlah aset.

- Mortgage bonds

Mortgage bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh aset riil (bukan dalam bentuk finansial).

- Unsecured bonds (Debentures)

Unsecured bonds adalah obligasi yang penerbitannya tidak memiliki jaminan. Pembayaran sangat bergantung pada

kemampuan dan kemauan dari perusahaan penerbit untuk memberikan bunga yang dijanjikan dan membayar

pokok pinjaman sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Jika terjadi gagal bayar, maka pemegang obligasi akan

menjadi unsecured creditors. Investor tidak memiliki hak atas harta perusahaan.

- Convertible bonds

Convertible bonds adalah salah satu jenis obligasi yang memiliki kekhususan. Obligasi ini dapat dikonversi ketika

terdapat keputusan pemilik obligasi menjadi sejumlah sekuritas lain yang diterbitkan oleh perusahaan yang sama.

Biasanya sekuritas lain tersebut adalah common stock.

- Variable-Rate bonds

Obligasi yang memberikan pembayaran kupon yang bervariasi mengikuti frekuensi bunga yang berlaku di pasar

atau market rate index.

- Putable bonds

Putable bonds adalah obligasi yang dapat dicairkan sebelum jatuh tempo sesuai dengan keputusan dari pemilik

obligasi.

- Junk bonds

Page 5: Obligasi vs Saham

Junk bonds biasanya dikenal dengan sebutan high-yield bonds, adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah

investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi yang berkategori investment grade.

- International bonds

International bonds adalah obligasi yang dijual di negara lain. Obligasi dapat diperdagangkan dalam satuan mata

uang negara lain atau obligasi diperdagangkan di negara lain dalam mata uang perusahaan penerbit biasanya

disebut Eurobonds.

- Super Long-Term bonds

Obigasi yang memiliki masa jatuh tempo lebih besar atau sama dengan 100 tahun.(Timothy and Joseph 415-420)

Risiko-risiko dalam obligasi

1. Interest-Rate Risk

Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat bunga: Jika

tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga

obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku

bunga bermakna bahwa investor akan mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah harga

beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada

umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi.

2. Reinvestment Risk

Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar dinamakan

reinvestment risk.

3. Call Risk

Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga

dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu

perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.

Page 6: Obligasi vs Saham

4. Default Risk

Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami

kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk dalam perdagangan di pasar obligasi

mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan U.S Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam

perdagangan di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.

5. Inflation Risk

Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang

diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya jika investor membeli obligasi pada

coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan

dikurangi.

6. Exchange-Rate Risk

Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan

pasti. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok

pinjaman terjadi.

7. Liquidity Risk

Liquidity atau marketable risk bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar

nilai obligasinya.

8. Volatility Risk

Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang

mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi.

Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk.

Risiko Pengertian risiko adalah peristiwa atau kejadian dikemudian hari yang berhubungan dengan nilai aktiva atau asset yang dimiliki pemodal/investor yang dapat menyebabkab penurunan

Page 7: Obligasi vs Saham

dari nilai aktiva/kekayaan yang dimiliki investor bahkan mungkin tidak hanya penurunan nilai aktiva, tetapi dapat menjadi nihil (nol) atau tidak ada nilainya lagi. Untuk mengukur risiko secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu, systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk disebut juga market risk, merupakan risiko yang berasal dari kondisi ekonomi dan pasar secara umum, dan risiko tersebut tidak dapat dikontrol oleh manajemen serta tidak dapat dihilangkan melalui penyebaran risiko atau diversifikasi. Unsystematic risk disebut juga unique risk atau risiko yang dapat dikontrol oleh manajemen, merupakan risiko yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum, kesalahan manajemen dan lain-lain. Pada dasarnya unsystematic risk dapat dikurangi bahkan menjadi nol atau yang tinggal hanya systematic risk melalui diversifikasi. Penjumlahan dari systematic risk dan unsystematic risk adalah total risk, seperti gambar berikut ini: 

Ada beberapa jenis risiko, yaitu sebagai berikut: 

Page 8: Obligasi vs Saham

Risiko Harga Risiko harga adalah risiko yang ditanggung oleh investor karena penurunan harga pada saat menjual asset, sehingga jumlah uang yang diterima akan berkurang. Risiko ini timbul karena tidak adanya kepastian nilai pasar suatu aktiva atau asset dimasa depan. Risiko harga merupakan risiko utama yang dihadapi seorang investor dimana secara umum investor menghadapi risiko menurunnya nilai aktiva (atau nilai suatu portofolio) di masa depan. Untuk saham biasanya pergerakan umum pasar saham secara menyeluruh merupakan faktor utama yang dapat menciptakan risiko harga saham. Sedangkan obligasi biasanya perubahan suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi risiko harga, karena jika suku bunga meningkat, harga obligasi akan menurun. 

Risiko Kelalaian Risiko kelalaian (default risk) disebut juga risiko kredit, merupakan risiko dimana penerbit surat hutang atau obligasi tidak dapat melakukan pembayaran pokok dan bunga pada waktunya. Umumnya risiko kredit ditunjukkan oleh peringkat yang diberikan perusahaan pemberi peringkat komersial atau di Indonesia dikenal dengan Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia). Risiko kredit biasanya diakibatkan oleh dua jenis risiko yaitu Operational Risk dan Financial Risk. Operational Risk adalah risiko yang dialami oleh perusahaan karena kesulitan cash flow, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi biaya operasinya. Sedangkan Financial Risk merupakan risiko dimana cash flow penerbit obligasi tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban keuangannya, meliputi pembayaran hutang dan bunga. 

Risiko Inflasi Risiko inflasi atau risiko kemampuan daya beli adalah risiko yang disebabkan oleh peningkatan harga-harga secara umum, sehingga secara riil jumlah nominal uang menjadi berkurang atau lebih kecil dibandingkan sebelum inflasi. Misalnya apabila tahun kemarin anda memegang uang tunai (tidak disimpan di bank) sebesar Rp 1 juta dengan inflasi 10%, maka secara riil uang anda akan berkurang sebesar 10% menjadi Rp 900 ribu. 

Page 9: Obligasi vs Saham

Risiko Nilai Tukar Risiko nilai tukar adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan nilai investasi terhadap nilai tukar mata uang atau disebut juga dengan risiko nilai tukar atau risiko mata uang. 

Risiko Likuiditas Risiko likuiditas timbul karena adanya kesulitan untuk menjual aktiva atau dapat dianggap sebagai perbedaan antara 'nilai sesungguhnya' suatu aktiva dengan harga yang disetujui (besarnya kemungkinan akan terjadi pemberian diskon/pemotongan harga). Bagi banyak aktiva keuangan lainnya, likuiditas ditentukan oleh perjanjian yang dituangkan dalam suatu kontrak. Deposito berjangka misalnya, merupakan aktiva yang sangat likuid karena bank memiliki kewajiban untuk membayar cash sesuai nominal pada saat jatuh tempo. 

Risiko suku bunga Risiko suku bunga adalah risiko berubahnya nilai investasi karena adanya perubahan dalam suku bunga pasar. Perubahan dalam suku bunga biasanya berdampak pada surat berharga yang berpendapatan tetap seperti obligasi, karena apabila terjadi kenaikan suku bunga maka harga obligasi akan turun atau hubungannya berlawanan arah. 

Risiko tidak melakukan apa-apa Risiko tidak melakukan apa-apa adalah risiko yang disebabkan karena menunggu kesempatan yang bagus untuk berinvestasi. Risiko ini timbul karena terlalu banyak mempertimbangkan risiko, sehingga hanya melihat dan menunggu tanpa mengambil suatu keputusan untuk berinvestasi. Di lain pihak investasi yang diharapkan telah bergerak cepat dengan memberikan keuntungan.

Memahami Cara Kerja Obligasi…..(1)

Pada artikel posting yang terakhir, saya sudah berjanji bahwa akan membuat artikel yang berkaitan dengan obligasi. Namun terlepas dari hal tersebut, saya berpikir bahwa ada baiknya sebagai investor, kita mengetahui lebih banyak tentang cara kerja instrumen ini karena:

1. Tahun lalu kinerja reksa dana pendapatan tetap jauh lebih baik dibandingkan reksa dana saham. Demikian juga untuk awal tahun ini. Namanya juga penjual, biasanya barang yang dijual selalu yang returnnya lebih bagus. Jadi besar kemungkinan tahun ini anda akan lebih sering ditawari reksa dana pendapatan tetap dibandingkan reksa dana saham. Nah, bagaimana anda mau membeli produk ini jika cara kerja obligasi yang menjadi instrumen utama reksa dana pendapatan tetap saja anda tidak tahu?

2. Selain return historis yang bagus, instrumen ini juga memiliki fungsi penting dalam menjalankan fungsi diversifikasi. Sudah beberapa kali dalam sejarah dimana ketika kondisi saham sedang terpuruk, kerugian di obligasi lebih kecil bahkan tidak jarang memberikan keuntungan seperti yang terjadi tahun lalu. Jadi, memiliki reksa dana pendapatan tetap adalah suatu keharusan terutama bagi investor besar atau investor institusi yang ingin mengelola investasinya dengan hasil yang lebih optimal.

Obligasi dapat dibagi menjadi berbagai jenis menurut fitur-fitur yang ada. Namun secara praktis, kategori obligasi yang paling penting untuk diketahui oleh investor adalah berdasarkan kuponnya. Pembagian obligasi berdasarkan kupon dapat dibagi menjadi:

Obligasi Berkupon Tetap (Sukuk Ijarah dalam istilah Syariah) Obligasi Berkupon Variabel (Sukuk Mudharabah) Obligasi Berkupon Nol atau Zero Coupon Bond (Belum ada istilah Syariah sepengetahuan saya)Obligasi Berkupon Tetap

Page 10: Obligasi vs Saham

Yang paling penting untuk diketahui oleh investor dan juga paling banyak dijabarkan dalam seluruh literatur investasi adalah tentang obligasi berkupon tetap atau fixed rate bond. Jenis obligasi ini juga merupakan yang terbesar dan paling banyak dimiliki dalam reksa dana, baik itu reksa dana pendapatan tetap, campuran, terproteksi bahkan terdapat pula dalam reksa dana saham meski dalam komposisi yang kecil.

Obligasi Berkupon Tetap atau sering disingkat Obligasi FR ini adalah jenis obligasi yang membayarkan sejumlah bunga yang sifatnya tetap selama jangka waktu tertentu dan pokoknya pada saat jatuh tempo. Kupon adalah sebutan untuk bunga yang dibayarkan oleh penerbit obligasi, biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu dan dikalikan dengan nominal obligasi. Salah satu fitur membedakan antara obligasi dengan saham adalah instrumen ini memiliki waktu jatuh tempo. Bagi anda yang masih awam, bayangkan saja obligasi ini sama seperti deposito, hanya jatuh temponya lebih panjang. Jatuh tempo untuk obligasi bisa berkisar antara 1 – 30 tahun untuk pemerintah dan 1 – 10 tahun untuk swasta.

Jatuh tempo yang lebih panjang ini menjadikan obligasi lebih berisiko daripada deposito. Logikanya, jika deposito yang jatuh temponya (katakan) 1 bulan memberikan bunga 5.75% per tahun, maka obligasi yang jatuh temponya (katakan juga) 10 tahun tentu harus memberikan kompensasi yang lebih tinggi agar dipilih oleh investor. Sehingga umumnya, kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan bunga deposito. Semakin lama waktu jatuh tempo, semakin besar pula kupon obligasi.

Faktor kedua yang membuat kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan dengan deposito adalah risiko gagal bayar. Karena obligasi diterbitkan oleh perusahaan, maka tentu ada kemungkinan suatu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya. Hal ini bisa disebabkan seperti terjadi kerugian dalam operasi yang terlalu besar, kondisi bisnis yang lesu, beban hutang yang terlalu besar, force majeure, penggelapan dan atau faktor lainnya. Banyak sekali contoh kasus yang bisa anda lihat baik dari dalam maupun luar negeri jika anda mengikuti pemberitaan di koran selama beberapa tahun terakhir ini. Bank juga memiliki risiko gagal bayar, namun dalam jumlah tertentu, masih dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

Dalam prakteknya tentu risiko-risiko yang saya sebutkan dalam faktor kedua di atas berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Ada perusahaan yang sangat solid, ada pula perusahaan yang biasa-biasa atau bahkan cenderung menunjukkan ketidakmampuan dalam membayar. Sebagai investor yang awam tentu akan susah sekali bagi kita untuk tahu dan mengkuantifikasikan risiko gagal bayar suatu perusahaan. Untuk itulah dikembangkan Rating. Perusahaan dengan rating yang lebih baik cenderung membayar kupon lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan rating yang kurang baik.

Dalam investasi obligasi, kupon yang nilainya tetap sampai obligasi jatuh tempo tersebut merupakan cerminan dan kompensasi atas risiko lamanya jatuh tempo (semakin lama uang kita kembali) dan risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor. Tabungan memiliki risiko waktu dan gagal bayar yang paling kecil karena bisa diambil sewaktu-waktu, oleh karena itu bunganya juga yang paling kecil bahkan tidak ada. Jadi besar kecilnya kupon dalam obligasi adalah indikator yang menunjukkan BESARNYA RISIKO. Semakin besar, berarti semakin tinggi pula risiko instrumen tersebut. Hal ini juga berlaku bagi tawaran-tawaran investasi yang too good to be true yang belakangan ini sangat marak di masyarakat.Berhati-hatilah.

Page 11: Obligasi vs Saham

Gambar di atas, yang saya ambil dari investopedia, merupakan gambar yang paling baik menurut saya dalam menggambarkan suatu obligasi berkupon tetap.

Timeline menunjukkan berapa tahun suatu obligasi akan jatuh tempo Maturity Date menunjukkan tanggal jatuh tempo obligasi Cashflows menunjukkan sejumlah bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi Last Cashflow menunjukkan jumlah antara bunga dan pokok pinjaman yang dibayarkan kepada

pemegang obligasi Duration menunjukkan satuan risiko obligasi (akan saya jelaskan dalam kesempatan yang lain)Obligasi Memiliki Harga

Harga obligasi dinyatakan dalam persentase. 100% berarti harga obligasi sama dengan nilai pokok obligasi atau disebut at par. Di bawah 100% disebut at discount dan di atas 100% disebut at premium. Pertanyaan kenapa obligasi memiliki harga? Kenapa pula orang mau membeli obligasi ketika harganya di atas 100% dan mau menjual obligasi ketika harganya di bawah 100%? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengetahui tentang konsep YTM (Yield to Maturity).

Obligasi memiliki harga karena bisa diperdagangkan. Artinya seorang investor yang memegang obligasi (katakan) yang jatuh temponya 10 tahun, karena butuh dana, maka obligasi tersebut yang baru dibelinya tersebut bisa dijual kepada pihak lain untuk mendapatkan dana. Mau diperdagangkan di pasar perdana (ketika  obligasi diterbitkan pertama kali) maupun ditransaksikan di pasar sekunder, acuan untuk berinvestasi di obligasi selalu sama, yaitu berapa besarnya keuntungan obligasi dibandingkan dengan keuntungan instrumen yang menjadi acuan (misalnya deposito) pada saat transaksi dilakukan.

Kata “pada saat transaksi” dilakukan menjadi gambaran yang penting, sebagai ilustrasi, misalnya ketika suatu obligasi baru terbit, tingkat deposito yang berlaku adalah 10%. Sehingga pada saat itu, investor baru berminat membeli obligasi tersebut ketika menawarkan kupon di atasnya misalnya 12%. Pada saat mau dijual, setelah dipegang beberapa tahun, kondisi ekonomi membaik, rating kita naik dan suku bunga deposito menjadi semakin rendah. Katakan sama seperti sekarang yaitu sekitar 6%, maka investor yang tadinya baru puas kalau dapat 12%, sekarang dikasih 8% mungkin sudah bahagia. Karena opsi deposito yang tersedia pada saat keputusan mau diambil hanya memberikan keuntungan 6%.

Katakanlah kedua investor sepakat bahwa jika 8% merupakan tingkat return yang wajar sehingga transaksi bisa dilakukan. Di sini masalah terjadi, bagaimana membuat obligasi tersebut memberikan keuntungan 8% sementara kuponnya yang sudah tetap dan tidak akan berubah sampai jatuh temponya adalah 10%? Dari pemikiran inilah konsep dan formula tentang harga wajar dan perhitungan obligasi lainnya ditemukan.

Page 12: Obligasi vs Saham

Harga wajar obligasi =

YTM = Yield To Maturity adalah tingkat keuntungan per tahun yang diperoleh investor obligasi yang diperoleh dengan memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo. Tingkat keuntungan diperoleh dari keuntungan kupon + keuntungan / kerugian dari selisih harga.

N = waktu jatuh tempo (dalam tahun)Sebagai contoh obligasi dengan nominal 100 juta dan memberikan kupon 10% (10 juta per tahun) ingin dijual pada harga yang mencerminkan keuntungan 8% per tahun, maka perhitungannya menjadi :

Hasil dari perhitungan di atas adalah 105,15 juta. Jadi harga yang mencerminkan keuntungan 8% per tahun dari obligasi tersebut adalah dengan menjualnya saat ini di harga 105,15 juta. Si pembeli obligasi yang mendapat keuntungan 10 juta per tahun dari kupon selama 3 tahun dan kerugian 5.15 karena pada saat jatuh tempo Cuma dikembalikan 100 juta, mendapatkan keuntungan yang ekuivalen dengan 8% per tahun.

Sebaliknya apabila investor menginginkan keuntungan 12%, maka harga yang mencerminkan keuntungan tersebut adalah Rp 95,2 juta. Harga tersebut biasanya dinyatakan dalam persentase sehingga jika anda lihat di koran atau media tercatat 105.15 atau 95.2. Sebagai contoh:

Semakin besar tingkat keuntungan yang diinginkan investor (YTM) maka semakin rendah harga obligasi, sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diinginkan juga kecil, maka semakin tinggi pula

harga obligasi.

Jadi ketika anda mendengar atau membaca informasi bahwa Yield (sebutan untuk YTM) naik atau turun, itu berarti tingkat keuntungan yang diharapkan untuk obligasi naik atau turun. Semakin aman suatu negara (yang ditunjukkan dengan rating), biasanya Yield yang diminta juga akan semakin rendah seperti di Indonesia. Sebaliknya Yunani yang diperkirakan akan bangkrut, maka Yield Obligasi yang diminta juga sangat tinggi. Sebagai perbandingan, jika obligasi yang jatuh temponya 10 tahun memiliki yield 5.3%, obligasi serupa terbitan Yunani memiliki Yield 33% atau hampir 6 kali lipatnya. Berani beli?

Demikian artikel ini, pada kesempatan yang lain saya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai risk and return obligasi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda. Terima kasih.

Page 13: Obligasi vs Saham

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.