obat tradisional

18
SEJARAH OBAT TRADISIONAL Hidup sehat merupakan anugerah Allah, serta merupakan Hak Azasi Manusia. Mempertahankan kesehatan merupakan sifat hakiki setiap manusia. Oleh karena itu apabila manusia sakit maka ia berusaha melakukan berbagai upaya untuk mengobati penyakitnya. Peran Obat tradisional mendominasi berperan sebagai obat sejak pertengahan abad 19. Sedangkan abad 19 mulai dikenalkan dengan metode eksperimental seiring dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat termasuk ilmu kimia kedokteran, begitu pula pengolahannya isolasi dan penentuan struktur kimia zat aktif tanaman banyak dikerjakan, serta dilakukannya sintesa zat aktif. Abad 20 peran obat sintetik dan semi sintetik mendominasi pemakaian obat, begitu pula akhir abad 20 terjadinya perubahan paradigma pengobatan dari ragawi menjadi holistik dan obat tradisional melengkapi upaya pengobatan formal.Sejarah menunjukkan bahwa diwilayah nusantara abad ke 5 sampai abad ke 19, tanaman obat merupakan sarana yang paling utama bagi masyarakat kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Kerajaan-kerajaan diwilayah nusantara seperti: Sriwijaya, Majapahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, salah satunya produk Tanaman Obat yang diandalkan sebagai sarana pemeliharaan kesehatan. Pengetahuan tanaman obat yang dikenal diwilayah Nusantara adalah bersumber dari pengetahuan secara turun-menurun, khususnya: China dan India. Tumbuhan obat umumnya merupakan tumbuhan hutan yang

Upload: freaknie-freakz

Post on 07-Aug-2015

96 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: obat tradisional

SEJARAH OBAT TRADISIONAL

Hidup sehat merupakan anugerah Allah, serta merupakan Hak Azasi Manusia. Mempertahankan kesehatan merupakan sifat hakiki setiap manusia. Oleh karena itu apabila manusia sakit maka ia berusaha melakukan berbagai upaya untuk mengobati penyakitnya.

Peran Obat tradisional mendominasi berperan sebagai obat sejak pertengahan abad 19. Sedangkan abad 19 mulai dikenalkan dengan metode eksperimental seiring dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat termasuk ilmu kimia kedokteran, begitu pula pengolahannya isolasi dan penentuan struktur kimia zat aktif tanaman banyak dikerjakan, serta dilakukannya sintesa zat aktif.

Abad 20 peran obat sintetik dan semi sintetik mendominasi pemakaian obat, begitu pula akhir abad 20 terjadinya perubahan paradigma pengobatan dari ragawi menjadi holistik dan obat tradisional melengkapi upaya pengobatan formal.Sejarah menunjukkan bahwa diwilayah nusantara abad ke 5 sampai abad ke 19, tanaman obat merupakan sarana yang paling utama bagi masyarakat kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan.

Kerajaan-kerajaan diwilayah nusantara seperti: Sriwijaya, Majapahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, salah satunya produk Tanaman Obat yang diandalkan sebagai sarana pemeliharaan kesehatan.Pengetahuan tanaman obat yang dikenal diwilayah Nusantara adalah bersumber dari pengetahuan secara turun-menurun, khususnya: China dan India.

Tumbuhan obat umumnya merupakan tumbuhan hutan yang didosmetikasi oleh nenek moyang menjadi tanaman pekarangan dan tanaman pinggir kebun dan secara turun menurun digunakan sebagai obat.

Tetapi dengan masuknya pengobatan modern di indonesia, yang ditandai dengan didirikannya Sekolah Dokter Jawa (stovia) di Jakarta tahun 1904, maka secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat ditinggalkan. Sejalan dengan masuknya modernisasi terutama dalam aspek pendidikan, maka pola hidup tradisional mulai tererosi. Perubahan yang paling menonjol adalah cara menjaga kesehatan dan pengobatan. Dengan begitu pola kehidupan masyarakat kita juga beralih pada pengobatan modern yang semula mengandalkan tumbuhan kini mulai mengandalkan obat kimia (obat modern).

Penggunaan tanaman obat dianggap kuno bodoh, berbahaya dan terbelakang.

Page 2: obat tradisional

Tumbuhan obat yang secara turun menurun didosmetikasi dan dipelihara disudut-sudut kebun kini mulai terlantar, dilupakan dan dibersihkan yang akhirnya banyak masyarakat mungkin turunan kita tidak mengenal lagi jenis tanaman obat yang ditanam atau sudah terkenal sejak jaman nenek moyang kita, dan memahami konsep umum tentang obat hanya barang-barang yang dijual diapotik.

Di negara-negara tetangga kita seperti: RRC, Korea, Jepang, Taiwan dan Hongkong dan negara-negara timur lainnya, pengobatan modern dikembangkan sampai efektif. Obat tradisional tanaman obat biasa diresepkan oleh dokter dan banyak digunakan dirumah sakit, sehingga pasien dapat memilih untuk menggunakan obat kimia atau obat tradisional tanaman obat atau gabungan.

KOMPOSISI OBAT TRADISIONAL

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengna komposisi rasional melalui pedoman rasional komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irasional) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlas simplisia penyusun obat tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang sama oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.

Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi. Sedangkan bentuk ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanamn obat. Pada pembebasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana bahan dengan khasiat sejenis pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan, dll. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah :

Nama umum obat tradisional /jamuJamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu. Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksidan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang jelas tentang obat tradisional tersebut, diantaranya tentang manfaatatau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.

Page 3: obat tradisional

Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan, serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Nama umum jamu yang banyak diproduksi oleh industri serta tujuan pemanfaatannya antara lain adalah :

Tujuan promotif atau preventfAda beberapa macam jenis jamu dengan tujuan preventif yang beredar di pasaran. Jamu tersebut diproduksi oleh industri obat tradisional baik besar maupun kecil. Nama jamu tersebut antara lain jamu anton-anton tua atau anton-anton muda, jamu habis bersalin, jamu ASI, jamu haid teratur, jamu berhenti haid, jamu jerawat, jamu penambah nafsu makan, jamu subur peranakan, dan masa berhenti haid (menopause).

Tujuan kuratifJamu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit cukup banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industri farmasi bersaing dengan industri obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional yang berguna untuk terapi suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk ekstrak bahan alam, bahkan sebagaian dalam bentuk fitofarmaka. Obat tradisional tersebut antara lain adalah jamu keputihan, jamu batuk, jamu sesak napas, jamu gatal, jamu bau badan, jamu cacingan, jamu eksim, jamu encok/rematik, jamu pilek/flu, jamu sakit kuning, jamu sembelit, jamu mencret, jamu ulu hati/gastritis, jamu wasir/haemorhoid, dan lain-lain. Secara lengkap, nama jamu dan kegunaannya.

Komposisi bahan penyusunan jamu Menyusun komposisi bahan penyusunan jamu dapat dilakukan dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat serta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk satu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya: penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.

Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan komposisi jamu adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu. Beberapa jenis obat tradisional dengan komposisi bahan yang dibutuhkan disampaikan.

Simplisia dan kegunaan

Page 4: obat tradisional

Indonesia yang terletak di katulistiwa sangat kaya akan jenis tanaman. Di antara puluhan ribu jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai khasiat obat adalah sekitar 940 jenis, sedangkan dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu baru sekitar 250 jenis. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya pemupukan.

Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting. Dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.

Penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisionalObat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya, sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.

PENGERTIAN OBAT TRADISIONAL

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.

Page 5: obat tradisional

PENGERTIAN OBAT TRADISIONAL MENURUT UU NO 23 Th 1992

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian  ( galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

1.Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Logo Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan Tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.

 2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine) 

Logo Obat Herbal terstandar 

Page 6: obat tradisional

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini  telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis.

 

3.Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

LogoFitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

Bentuk jamuAda beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk bubuk/powder merupakan bentuk yang paling umum. Namun adanya perkembangan teknologi membuat bentuk Jamu tidak terkesan tradisonal lagi. Banyak produsen jamu yang sudah memproduksinya dalam bentuk, pil, kapsul, kaplet, maupun cair.

Perbedaan Jamu dengan Obat ModernPerbedaan yang paling mencolok antara jamu dengan obat modern terletak dari bahan pembuatnya. Jamu menggunakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang langsung

Page 7: obat tradisional

diambil dari alam. Sedangkan Obat moderen dihasilkan dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis. Oleh karena itu, tingkat efek samping jamu relatif sangat minim dibanding dengan obat modern. Jamu merupakan obat alami yang bebas efek samping.

Jamu di Negara LainPada dasarnya, setiap negara atau wilayah mempunyai tradisi yang serupa dengan tradisi Jamu di Indonesia. Ramuan kesehatan tradisonal dari Negara India, Cina, atau Arab. telah terkenal sejak dulu. Tradisi ini juga sudah berlangsung sejak lama. Namun ‘Jamu’ Indonesia mempunyai keistimewaan tersendiri. Ramuan ‘Jamu’ Indonesia sangat variatif dan bahan bakunya berkualitas sangat baik. Indonesia merupakan tempat yang sangat subur untuk hidupnya berbagai macam jenis dan varietas tanaman obat-obatan. Banyak tanaman langka untuk keperluan obat-obatan yang tumbuh subur di Indonesia.

Beberapa Metode Untuk Memastikan Keaslian Suatu Tumbuhan,Yaitu::

1. Metode organoleptik, dengan cara meremas kemudian membau dan/atau merasakan. Metode ini mempunyai resiko kesalahan yang tinggi dan hanya orang tertentu yang ahli dan berpengalaman saja yang mampu melakukannya dengan hasil yang baik. Tumbuhan yang mengandung minyak atsiri biasanya mempunyai bau yang khas, sedangkan tumbuhan yang mengandung alkaloid umumnya mempunyai rasa pahit.

2. Metode morfologi dan anatomi tumbuhan. Pemeriksaan ciri morfologi dilakukan secara kasat mata atau menggunakan kaca pembesar (loupe), dengan mengamati bentuk daun, batang, akar, rimpang, susunan bunga dan sebagainya. Pemeriksaan ciri anatomi menggunakan mikroskop, dilakukan terhadap irisan melintang atau membujur dari jaringan tumbuhan atau pemeriksaan serbuk/bagian tumbuhan yang telah dikeringkan. Cara pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan (jaringan meristem, epidermis gabus, parenkim, klorenkim, sklerenkim, phloem dan xylem), sel batu, trikomata, kristal kalsium oksalat, dan sebagainya. Tumbuhan pada umumnya mempunyai ciri morfologi dan anatomi yang spesifik dan dapat digunakan sebagai penciri bagi tumbuhan tersebut.

3. Metode kimia, berdasarkan reaksi kimia antara kandungan tumbuhan dengan pereaksi maupun pengamatan bentuk/profil kromatogram kromatografi, baik secara kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas (KG ) atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Sidik kromatogram suatu tumbuhan obat umumnya spesifik. Tumbuhan pada umumnya mempunyai kandungan kimia tertentu, sehingga dengan pengamatan profil kromatogram, dibandingkan dengan standar, maka dapat diketahui apakah tumbuhan tersebut asli atau

Page 8: obat tradisional

tidak. Panax quinquefolium (Ginseng Amerika) mempunyai 29 macam kandungan saponin (Ginsenosida) dengan 24 (R)-pseudoginsenosida F11 sebagai kandungan spesifiknya, sedangkan Panax ginseng (Ginseng China) hanya mempunyai 20 jenis Ginsenosida dengan Ginsenosida Rf sebagai kandungan spesifiknya.

4. Metode genetik, dengan mengamati sidik DNA tumbuhan. Teknik-teknik yang digunakan meliputi random amplified polymorphic DNA (RAPD), DNA fingerprinting menggunakan multi-loci probes, restriction fragmen length polymorphism (RFLP), amplified fragment length polymorphism (AFLP), arbitrarily primed polymerase chain reaction (AP-PCR)dan microsatellite marker technology

Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya “Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit” menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi herbal sebagai berikut:

1. Cuci simplisia tumbuhan obat (herbal) dengan air mengalir sampai bersih.2. Segera gunakan herbal segar yang telah bersih untuk pengobatan. Jika bahannya besar

atau tebal, sebaiknya potong-potong tipis agar saat perebusan zat-zat yang terkandung didalamnya mudah keluar dan meresap dalam air rebusan. Untuk herbal yang disimpan, keringkan lebih dahulu setelah dicuci agar tahan lama dan mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur. Bahan kering (simplisia) juga lebih mudah dihaluskan untuk dijadikan serbuk (bubuk). Pengeringan dapat langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung. Dapat juga diangin-anginkan, tergantung dari ketebalan atau kandungan airnya.

3. Seduh langsung bahan yang telah dijadikan bubuk (serbuk) dengan air panas atau mendidih.

4. Untuk bahan yang keras dan sukar diekstrak, sebaiknya hancurkan dan rebus terlebih dahulu sekitar 10 menit sebelum memasukkan bahan lain.

5. Gunakan air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia berbahaya untuk merebus. Pastikan jumlahnya cukup sehingga seluruh bahan berkhasiat obat terendam sekitar 3 cm.

6. Untuk merebus bahan berkhasiat obat, gunakan wadah yang terbuat dari periuk tanah (keramik), panci enamel, atau panci beling. Jangan menggunakan wadah dari logam, seperti besi, aluminium, dan kuningan. Logam mengandung zat iron trichloride dan potassium ferrycianide. Zat tersebut menimbulkan endapan pada air dalam mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering membuka tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak mudah hilang.

7. Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang direbus.

Page 9: obat tradisional

o Api kecil : Gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai tonikum, seperti ginseng dan jamur ling zhi agar kandungan aktifnya terserap kedalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam).

o Api kecil : dengan waktu perebusan yang lama juga digunakan untuk jamu dan herbal yang mengandung toksin, seperti mahkota dewa agar kandungan toksinnya berkurang.

o Api besar : Gunakan untuk merebus herbal atau simplisia yang berkhasiat diaforetik (mengeluarkan keringat) dan mengandung banyak minyak atsiri, seperti daun mint, cengkih dan kayu manis. Setelah mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar. Dengan cara ini, kandungan atsirinya tidak banyak hilang karena proses penguapan yang berlebihan.

8. Jika tidak ada ketentuan lain, perebusan dianggap selesai saat air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula, misalnya 800 cc menjadi 400 cc. Jika bahan yang direbus kebanyakan berupa bahan keras, seperti biji atau batang maka air rebusan disisakan sepertiganya, misalnya 600 cc menjadi 200 cc.

9. Jika mengandung bahan kering, umumnya dosis (takaran) setengah dari jumlah bahan segar. Misalnya, pemakaian daun sendok segar pemakaiannya 90 gram dan jika kering 15 gram.

10. Pastikan dosis tumbuhan obat sesuai dengan yang dianjurkan. Umumnya, 1 resep tumbuhan obat dibagi untuk 2 kali minum sehari. Sisa ampas rebusan pertama dapat direbus sekali lagi untuk 1 kali minum pada sore atau malam hari.

11. Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan hangat dan setelahnya pakai baju tebal atau selimut. Namun, untuk jenis herbal tertentu, seperti rebusan biji pinang harus diminum dingin untuk menghindari kotraksi dengan lambung yang mengakibatkan mual, muntah, dan kram perut.

12. Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan agar mudah terserap. Namun, untuk ramuan obat yang dapat merangsang lambung, minum setelah makan. Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai penguat (tonikum) pada waktu pagi hari sewaktu perut kosong. Untuk ramuan yang berkhasiat sebagai penenang, misalnya untuk insomnia, minum menjelang tidur.

13. Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu diingat, pengobatan herbal membutuhkan kesabaran karena tidak langsung terasa manfaatnya, tetapi bersifat konstruktirf (memperbaiki/membangun). Efek obat kimiawi memang terasa cepat, tetapi bersifat desktruktif. Karena sifatnya itu, herbal tidak dianjurkan sebagai pengobatan utama penyakit-penyakit infeksi yang bersifat akut (medadak), seperti demam berdarah, muntaber, dan lainnya yang harus segera mendapat pertolongan medis. Tanaman obat lebih diutamakan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang bersifat kronis (menahun).

Page 10: obat tradisional

14. Pengobatan herbal dapat dikombinasikan dengan obat kimiawi, terutama untuk penyakit kronis yang susah disembuhkan, seperti kanker agar diperoleh hasil pengobatan yang lebih efektif. Aturan minum obat herbal sekitar 2 jam setelah pemakaian obat kimiawi.

KEAMANAN OBAT TRADISIONAL

Sebagian besar dari kita akrab dengan obat tradisional. Bahkan, banyak yang mengandalkan obat tradisional untuk menjaga kesehatan atau mengobati penyakit. Namun, tidak semua obat tradisional itu benar-benar dari bahan-bahan alami. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pernah menemukan sedikitnya 93 jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat keras di sejumlah pasar tradisional. Berbagai bahan kimia obat keras yang pernah ditemukan BPOM, di antaranya fenilbutazon, metampiron, CTM, piroksikam, deksametason, allupurinol, sildenafil sitrat, sibutramin hidroklorida, dan parasetamol. Kabar tersebut tentu saja menambah kekhawatiran pecinta obat-obat tradisional, karena bahan kimia tersebut dapat membahayakan kesehatan, bahkan mematikan.

Gangguan yang timbul pada tubuh akibat bahan kimia tersebut bisa bermacam-macam. Bahan kimia metampiron dapat menyebabkan gangguan saluran cerna, perdarahan lambung, dan gangguan saraf. Fenilbutason dapat menyebabkan rasa mual, ruam kulit, retensi cairan, dan gagal ginjal. Deksametason dapat menyebabkan trombositopenia, anemia plastis, dan gangguan fungsi ginjal. Sibutramin hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Karena itu, pemakaian obat keras harus melalui pengawasan dan resep dokter. Dibawah ini ialah hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakanobat-obatan tradisional.

Reaksi dan Dosis Obat TradisionalSalah satu prinsip kerja obat tradisonal adalah proses (reaksinya) yang lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang bisa langsung bereaksi (tapi bersifat destruktif). Hal ini karena obat tradisional bukan senyawa aktif. Obat tradisional berasal dari bagian tanaman obat yang diiris, dikeringkan, dan dihancurkan. Jika ingin mendapatkan senyawa yang dapat digunakan secara aman, tanaman obat harus melalui proses ekstraksi, kemudian dipisahkan, dimurnikan secara fisik dan kimiawi (di-fraksinasi). Tentu saja proses tersebut membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang sangat banyak. Misalnya, dari satu ton daun sambiloto yang diekstrak, baru bisa didapat bahan aktif.Karena itu, jika efek kesembuhan langsung muncul begitu obat tradisonal diminum, konsumen layak curiga karena pasti ada sesuatu. Itulah yang terjadi pada obat-obatan tradisonal yang diberi obat-obat kimia tadi. Tanpa penelitian, dimasukkan begitu saja sehingga menjadi berbahaya karena dosisnya tidak diketahui dan tanpa pengawasan

Page 11: obat tradisional

dokter. Jamu dikamuflasekan sebagai kemasan, sedangkan isinya ternyata bahan kimia!Jika melebihi dosisnya, bahan kimia dapat merusak organ vital. Dosis jamu biasanya tertera pada kemasan, kecuali jamu gendong. Selain itu, dosis sebenarnya juga tidak sembarangan ditentukan. Penentuan dosis minimal harus melalui penelitian praklinis (uji coba ke hewan) agar khasiat yang diharapkan tepat. Dosis juga dapat diartikan jangan sampai melebih toksisitasnya. Misalnya, dosisnya satu sachet sehari dan jika lebih dari satu sachet, sudah melampaui batas yang ditentukan.

Penanganan Pascapanen yang TepatSelain bahan kimia, hal yang harus diperhatikan adalah faktor penanganan pascapanen. Cara mencuci, mengeringkan, dan menyimpan tanaman obat sampai menjadi jamu atau produk tertentu, seperti kapsul atau minuman instan, sangat berpengaruh. Jika tidak benar, mikroba dan aflatoksin jamur justru bisa berakumulasi di dalam tubuh dan berbahaya bagi tubuh. Penanganan pascapanen harus berdasarkan standar yang benar, yakni Standar Nasional Indonesia (SNI). Begitu pula dengan cara mengeringkan dan menyimpan, juga tak boleh dianggap remeh. Jika tanaman sudah lembap, bukannya mengobati atau mencegah malah akan membuat sakit.

Tanggal KadaluarsaMemang sulit untuk mengetahui ada tidaknya kandungan bahan kimia dalam produk jamu secara kasat mata sehingga harus melewati penelitian. Namun, untuk mengetahui apakah obat tradisional masih bagus (layak konsumsi) atau tidak, bisa dilakukan. Misalnya, pada jamu yang memiliki tanggal kadaluarsa dan ciri fisik tertentu. Serbuk jamu yang bagus biasanya kering dan tidak lembap. Minum jamu sebaiknya juga jangan sampai menjadi ketergantungan. Meskipun sifatnya lebih untuk pencegahan atau pengobatan, sebaiknya jangan setiap hari dikonsumsi. Berikan selang waktu, misalnya minum dua hari sekali.

Keunggulan Obat Tradisional

Jika penggunaannya benar, obat tradisional atau tanaman obat tidak memiliki efek samping. Kalaupun ada, efek sampingnya relatif kecil. Hal ini karena tanaman obat dan tubuh manusia memiliki sifat yang sama, yakni organis dan kompleks. Karena itu, tanaman obat dapat disetarakan dengan makanan. Tanaman obat memiliki suatu mekanisme yang dapat menangkal dan menetralkan efek samping obat tradisional yang dikenal dengan istilah SEES (Side Effect Eleminating Subtanted).

Tanaman obat sangat efektif untuk penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat kimia, seperti kanker, tumor, darah tinggi, darah rendah, diabetes, hepatitis, dan stroke.

Harganya murah, bahkan tidak memakan biaya sama sekali karena bisa ditanam sendiri. Harga tanaman obat menjadi mahal jika dikemas dalam bentuk isolat, yakni senyawa

Page 12: obat tradisional

tertentu yang diperoleh dalam bentuk ekstrak tanaman. Misalnya, Vincristin, yakni obat kanker dari ekstrak tanaman tapak dara (Catharanthus Roseus).

Jika hasil diagnosis sudah jelas, pengobatan dan perawatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga sendiri tanpa bantuan medis dan sarana laboratoriumnya.

Merupakan gabungan seluruh bahan aktif yang terdapat pada satu atau beberapa tanaman obat.

Efeknya lambat, tetapi bersifat stimulan dan konstruktif. Obat herbal kapsul yang dikonsumsi, efeknya baru bisa terasa beberapa hari kemudian (bisa sampai 10 hari kemudian)***. Bahkan untuk penyakit sedang/berat atau menetap/menahun hasilnya mungkin baru bisa terlihat 1-6 bulan kemudian***. Walau perlahan tapi sifatnya konstruktif, misal organ tubuh terkait diperbaiki & diremajakan.***Catatan: Dikonsumsi secara teratur (konstan) dengan dosis yang sesuai petunjuk.

Kelemahan Obat Tradisional

Efek farmakologisnya lemah. Bahan baku obat belum standar.

Bersifat higroskopis. Suatu zat disebut higroskopis jika zat tersebut mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Contohnya madu, gliserin, etanol, metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidroklorida pekat (soda kaustik). Zat yang sangat higroskopis akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya sehingga mudah rusak.

Umumnya, pengujian bahan-bahan pengobatan tradisional belum sampai tahap uji klinis.

Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.